DASAR NEGARA RI BERDASARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 TINJAUAN TEORI KONFLIK

11
Dasar Neqora Rf Abdul Razak DASAR NEGARA RI BERDASARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959: TINJAUAN TEORI KONFLIK Oteh AbdutRazok.) ABSTRACT This article presents a description of political debate in the People's Consuhative Assembly of the Republic of Indonesia regarding the state ideologt indicated by two opposing groups which maintained regpectively nationalistic and religious trends. I'he first group contended on applied secularism principle which separated politic and religion. The second group adhered to concept that religion (Islam) should become the state ideolog osserting that the majoriv of the Indonesian population were Muslims. Considering that no consensus was achieved, on July 5, 1959 the President issued the Decree on Returning to the 1945 Constitution with Pancasila instituted os the state ideolog,t. The writer argued that Pancasila wa,r not a national consensus hul a coercive action of Sukdrno. PENTiAIiULUAN D..- -.::-:-=... ^^l-..^L ltli!,lrlr'/d :L|ua.tt !!-84!tt ,iibangun atas da-sai pandangan tiisalat atau pandangan dunia tertentu. Berciirinya negara kora iviaciinah cii i ! !/--l^-_--.._.I CA\y/ udladii uilriyilidii iviutidriiiliqu ui a'r'r i-^rn^c1h- .",i., P.i.r.- it.,_f.jinah r,r-o r-E-"' _ _--'_'-__ i__-d -. ...-.:.-. -!: J---- -^-...-l^-^-^-^^- !llLltldur udidr !,EiiiEi-aiHFdiddii i..:i:i i,:1.,:i: !-:rj.:i,i. :,--f +i:r if: {iili! .li ,;ai:ninva terdapai pan.r.iangaii iiisaiar ',.'ang ri-rclatarl-,r:iakarrgin'ya, Filsafai ;uga berpengaruh besar dalarn dunia Katolik, teruiama se telah zaman Thcmas Aquinas. Ia mengajarkan, hukum yang ideal didasarkan pada hukum kodrat dan moral. lvlunculnya paham sekuler di Eropa yang rnemhatasi kekuasaan Gereja di bidang rohani saja, adalah reaksi terhadap paham teokrasi yang didekritkan dalam Bull Unnum Sandum pada tahun 1302 oleh Paus Bonaface VIII .) Penulis odalah Dosen Sejarah Indonesia, Institut llmu Sasial dan llmu Politik (llilP) Jakarta. Jurml Kampus Terci nta No. 9 7h.III/0es.1998 Hol. 22 (i294-fiAr. Paus Bonaface VIil, yang banyak dipengaruhi TFioola-s Aquinas, . .--L..-: 1...1...^-^-.. .':^-,,i.. -9.,*.,..,; ll!l'llil,AUl Nl((rds.i.itr UUiUid i-{iiiirilii *".io.,{; hi,-lano Lp'cnasrrn roheni ,lrrn iiuiiiawi, denga,n,jeri,il'riaa nes:ra ixirrlah ha.gian nrganir clnri oeieja. Nesara vans ,Jrcrnkan paoa ahaci 2'j ini prrn riibaneur: l , r -.-,- r.l^_4.. ...-....... didJ u/Ddi lrdlr\rnrrH.ltt trridrai Lar(L..Lq. Unr Sc'.,iei dibangun aixs ,.irsai i.'i :-',,--,.' l,.ri,: r;r i -.i=::r f ,ti+, .jrt'angun atas . iasar irauonli Soziaiismus; i"'iusoliini membangun ii,rlia l,er,iasarkai-, falsafah Facismc: Cina dengan Marxisme di bawah lviao Zedong; Pakistan membangun negaranya berdasarkan Islam (Yusril, tanpa tahun: 3-5). Sejalan dengan yang diuraikan di atas, tentunya negara Indonesia dibangun atas pandangan fiisafat atau ideoiogr rertentu. Ideologi apa yang diladlkan dasar negara Indonesia? Bagaimana

Transcript of DASAR NEGARA RI BERDASARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 TINJAUAN TEORI KONFLIK

Dasar Neqora Rf Abdul Razak

DASAR NEGARA RI BERDASARKANDEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959:

TINJAUAN TEORI KONFLIK

Oteh AbdutRazok.)

ABSTRACTThis article presents a description of political debate in the People's

Consuhative Assembly of the Republic of Indonesia regarding the state ideologtindicated by two opposing groups which maintained regpectively nationalisticand religious trends.

I'he first group contended on applied secularism principle whichseparated politic and religion. The second group adhered to concept thatreligion (Islam) should become the state ideolog osserting that the majoriv ofthe Indonesian population were Muslims. Considering that no consensus was

achieved, on July 5, 1959 the President issued the Decree on Returning to the

1945 Constitution with Pancasila instituted os the state ideolog,t. The writerargued that Pancasila wa,r not a national consensus hul a coercive action ofSukdrno.

PENTiAIiULUAND..- -.::-:-=... ^^l-..^Lltli!,lrlr'/d :L|ua.tt !!-84!tt

,iibangun atas da-sai pandangan tiisalatatau pandangan dunia tertentu.Berciirinya negara kora iviaciinah ciii ! !/--l^-_--.._.I CA\y/udladii uilriyilidii iviutidriiiliqu ui a'r'r

i-^rn^c1h- .",i., P.i.r.- it.,_f.jinah r,r-or-E-"' _ _--'_'-__ i__-d-. ...-.:.-. -!: J---- -^-...-l^-^-^-^^-!llLltldur udidr !,EiiiEi-aiHFdiddiii..:i:i i,:1.,:i: !-:rj.:i,i. :,--f +i:r if: {iili! .li,;ai:ninva terdapai pan.r.iangaii iiisaiar',.'ang ri-rclatarl-,r:iakarrgin'ya, Filsafai ;ugaberpengaruh besar dalarn dunia Katolik,teruiama se telah zaman ThcmasAquinas. Ia mengajarkan, hukum yang

ideal didasarkan pada hukum kodrat dan

moral. lvlunculnya paham sekuler diEropa yang rnemhatasi kekuasaan Gerejadi bidang rohani saja, adalah reaksi

terhadap paham teokrasi yang

didekritkan dalam Bull Unnum Sandumpada tahun 1302 oleh Paus Bonaface VIII

.) Penulis odalah Dosen Sejarah Indonesia, Institut llmu Sasial dan llmu

Politik (llilP) Jakarta.

Jurml Kampus Terci nta No. 9 7h.III/0es.1998 Hol. 22

(i294-fiAr. Paus Bonaface VIil, yang

banyak dipengaruhi TFioola-s Aquinas,. .--L..-: 1...1...^-^-.. .':^-,,i.. -9.,*.,..,;ll!l'llil,AUl Nl((rds.i.itr UUiUid i-{iiiirilii

*".io.,{; hi,-lano Lp'cnasrrn roheni ,lrrn

iiuiiiawi, denga,n,jeri,il'riaa nes:ra ixirrlah

ha.gian nrganir clnri oeieja. Nesara vans,Jrcrnkan paoa ahaci 2'j ini prrn riibaneur:

l , r -.-,- r.l^_4.. ...-.......didJ u/Ddi lrdlr\rnrrH.ltt trridrai Lar(L..Lq.

Unr Sc'.,iei dibangun aixs ,.irsaii.'i :-',,--,.' l,.ri,: r;r i -.i=::r f ,ti+,

.jrt'angun atas . iasar irauonliSoziaiismus; i"'iusoliini membangun ii,rlial,er,iasarkai-, falsafah Facismc: Cinadengan Marxisme di bawah lviao Zedong;

Pakistan membangun negaranya

berdasarkan Islam (Yusril, tanpa tahun:3-5).

Sejalan dengan yang diuraikan di

atas, tentunya negara Indonesia dibangunatas pandangan fiisafat atau ideoiogr

rertentu. Ideologi apa yang diladlkandasar negara Indonesia? Bagaimana

prosesnyaJ Inilah yang dibahas dalamtulisan ini. Namun, sebelumnyadideflnisikan istilah negara danmeringkas teori konflik Ralf Dahrendorf.Setelah itu dibahas asal-usul konflik,sumber konflik, dan peranan Presidenserta ABRI dalam rnenindas kon{lik.

Negara diarrikan sebagaisekelompck elit penguasa. yang dapatmemaksakan kehendaknya secara sahatau ticiak sah secara hukum terhadaprakyamya dalam suatu wilayah tertentu.Negara yang didasarkan atas paksaanr:eperEl dianjurkan Hobbes danlr4achiaveili tidal: niampu bertahan ianr,:.\L.^^*,. i^*:l-:^- ..,-.-- --- ---- I I'\1 Xdr4 usrl,lr.Idtt i\jtrr iulltulI .lclI:laII

,i-! t:ti,, i,..! i'i.. ::, , l ,!-......i; ....:-r-i: i:,j,,i.t^-.i,,^^ -".-., -^.;,i^i,.- I --:!: --rL i uuILi. dldU ._,C Llu.inir! d i li:Prll / (lCli iIK tAi I

riiial- =l:a I lre1L-q1tq i.,1r1g !.r,f ai ra :ir-:p ;-.3s; i

^i!. ^- I ILiLdri )iKdti uQ.rLts udr I t.iK\:aaDl:x,

Sri,;iliLrrya,,r.grr, .r;l!rH dljasdikrr, r,rs;l,-L^L.-^---- _. f. , r r I

i^- D--....-.-.... ..--.i^.--.--- . -i --t i i.iudii i\uuJJL(iu, rvdidur,uil lcldLll tt't)iillrt: r:,irirrr i:r::ra, r.kan ni,:ngiru,.i:ipinrasaiah pcrp('cahan karena ietiafiindi','idu cenCrung memenringkankepentingannya sendiri. Karena itu,iicgara vang i.'I,:al adaiah yairg nrenjagakeseimbangan eii anrara ker-iuanya.

Tulisan ini meninjau dasar negaraIndonesia ciari sudur teori konfllk.Tiniauan menurut teori ini berbedadengan tiniauan menurut teoristruktural-fungsional. Kalau tcoristruktural-fungsional melihat masyarakarsebagai suatu sistem yang didasarkan aras

konsensus bersama, scbaliknya teorikonflik melihat masyarakar sebagai suatusistem yang diikat secara paksa. Teorikonflik selalu mempertanyakan apa yangdisebut konsensus. Karena itu. dasarnegara Indonesia yang ditetapkan denganDekrit Presiden dipertanyakankeabsahannya sebagai sebuah konsensusnasional.

PEMBAHASAN

Teori Konflik Ralf DahrendorfMasyarakar kadangkala

menampakkan wajah integratif dan dilain wakru menampakkan wajahdisintegrati[. Cejala ini memunculkanteori sruktural.fungsional dan reorikonflik. Teori konflik menvoroti wajahdisintegratif. Pengikut reori konflikberpenriapat, konfiik aciaiah gejaia yangmeiekat; konsensus dr masyarakat adaiahfatamorgana. Dahrendorf, sosiologl^..,---^- -.--..-" 1.-Lr- ---L--- r^a6 ,r:l-tErrlldrr ydrrx ldrlrr LdIL(fL! trLa. lIlcullSL

iiue tcori itr"r sebagai vaiid (-rx.li) rnengenai[.,,*.',r,',^ .,..;.,1 I\,1-.L-;'.,,,' :., -.^,,,,..,1...;,u,r r(r rrr\rrAo^rrr

!..i:ia11l:11^!ai1 kr:L!,.1:i irr..ri ':li: i.ii;l,irrerr-i.li-, qpr-rri tprrii<rir i,t i/rt.!!1N r-fr

*^...,^:il,^- :^.-.-r 'l-^-Ail, -.1- - - :iri-ii\.rii&4ili iUUir KUItitif- :rCt);iU:.ii..,1..---.-_

4,,..,.i.-.-,.!:.,.,,. ,.., 1.. I..,,,......... ,l .t... .-.,ttrt&..tr,,,rdrr1,r,\ |,(lud Nwrt,iLll)u) \JUiriiJUtt:I O,CA II, I O1\

n!L_

-. -,_-._ "'--:.,' - , i_;:;"""u'rltr rllrENdf '!r\Utri.)r lltrll tlr,ll!lI :(_t'.ll:.ll

herrk ut:Setiap masyarakat tunduk kepada

proses perubahan; perubahan sosiai

terdalaii i d.i tlatta-tnana.Sctiap tiiasyarakr,L

nremperlihatkan pertikaian dar-r

perienrangan; pertentangan sosiai

terdapat di mana-mana.Setiap unsur dalam masvarakat

nlcmberikan kontribusi rcrhadal,perpec a.han dan peruhahannya.

Setiap masyarakat didasarkan atas

penggunaan kekr"rasaan oleh sejumlahanggotanya terhadap anggotanya yang

lain.Dahrendorf mendasarkan teorinya

pada perspektif Marxls modern yang

menerima meluasnya konflik sosial vangdidasarkan pada oposisi kepentingankelas dan konsckuensi k,xrflik dalanimelakukan perubahan sosial. Berbe iladengan lr,[:rrx, yang mendasarkan

I n,nnnl Ynrnhtt< Tcnri nla No. 9 Th.rII/Des.l998

I Dosor Negara Pf Abdut Razak I

teorinya mengenai pembentukan kelas

pada pemilikan alat produksi, Dahrendorfberpendapat, konrol atas alat produksimerupakan faktor yang penting, dan

bukan pemilikan alat produksi.Dahrendorf melihat teorinya lebih luas

dari teori Marx, yang tidak hanya dapatditerapkan untuk perusahaan produksi dimana pemiliknya melaksanakan konrrol'otoritati( melainkan juga untuk semua

tipe "asosiasi yang ciikoorciinasi secara

memaksa". Hubungan otoritas(uewenang) dapat diamati dalambirokrasi pcmcrintah, paitai pohtik,gereja, semua organisasi sukarela, serikatL'uruh dan organisasi profesi,.--na[. dirnsr:i.t8ainva (John-cosn. I

q86. I i : ! 8-1 - I 84).

Siirrilrangan rerprenting ,jari

Dahrendr-;rf edalah mcnshuhunqkini.o rsep ,..lr.,rrilas Ms-r \iTehcr dcngen

koirilih scsial. Dahrendcrf mengartikan,-'torrtas rnenurut defrnrsi \,Y.ie'ber .,,sng

,jih:,-lakat Jair l:rkuasaan. Oi+rii=s.l;..".;1,^^^.,., ..,L^^,,; l,^-,,--l.i-..-Ua,iaiiiJiiiijU iUi',rAur ^Lrirrrrr[Nrrrorlpelinrah-perinrah sr'scorang di daiarnposisi atau kedudukan tertentu, diikutisekelompok orang.orang tertentu.Bt rhecia dengan kekuasaan yang

bersumber dl dalam kcpribadianseseorang, otoritas bersumber ataurrrelekat di dalam kedudukan orang yang

memilikinya (Dahrendorf, 1986202).Pernbagian otoritas yang ddak meratamenjadi sumber konflik. Di satu pihakada kelompok memiliki ororitas besar, dilarn pihak ada kelompok yang sedikrtmemiliki otoritas (Dahrendorfl 1986:21 l.211). Pembagian ini didasarkan padaposisi yang sudah melembaga dan sah

dalam asosiasi yang dikoordinasi secara

memaksa. jadi, dalam hal ini Dahrendorfbenar-benar mengikuti Marx dalammenerima model dua kelas (Johnson,

1986, II:185).Pembagran otoritas tersebut

mengakibarkan mereka yang menduduki

posisi pemegang otoritas dan yang tidakmemiliki otoritas mepunyai kepentinganberlawanan satu sama lain. Kepentingandi sini adalah kepentingan yang secara

obyekdf melekat di dalam kedudukansosial tertentu. Jadi, di dalam setiap

masyarakat selalu terdapat konflik antarakepentingan dari mereka yang memilikikekua-.aan otorita-tif, berupa

pemeliharaan dan pengukuhan starus-

quo, ciengan kepentingan <iari merekayang tidak memiliki kekuasaan otoritatiiberupa perubahan atau perombakan

t.--: --!- ---l- L..L"---SLULUS-UUai Udii Uurd-UUrd rluuurrgarr yallgacia. Kepentirrg"n-k.p.r',tingan itu ti,lakselalu disa,lari a.lrinva. olelr karerr:r itu,lis.-'r.,-r i se l-.:: qi:i l: tn{ri'r I i !'l g :i n ae rre :n I :t t n.",i

(i.*ieni intere:,ii I se,jangk,ur,,',.t"i.,1 ."!trt(

-^-ilil.:-..^ l:^^L..- l.^l----^1,iiitiniiiKiri\-A iiistril(ia KL-iI-rilIULrK 5(iilU

i{tcsr lrrrrf-li , Parl ;ilggr.ta kciurrip.ii<-..*.., *.,-'-.:l:!.; l,^-^.-,;,,,..... l.".,,,..,:..,,.,-3i iiiU iiiUiila!ili RUUUliarirbdll-^L!,irrLlllEdrl

Can mcde trngkah laku ,l'ang srimir, i'irngi,.ii.i,i i.r.ri,l-t'-r l'-'L.-I^.'-,' ^'.'^;^.ll'..t..i'-r;.tir..lP.!!l-.-l^-^--,1- i-^-.--.r--.-- v-i^----- l.ii-ii-iiiilrij a a-aiia i rai r rts.ii r. N ci( ii I li i( l(

kepenringan yang dimaksud adaiah yang

mempunyai ciri tersendiri yang

berhubungan dengan suatu legitimasihutoungan,lorninasi dan penundukan(Nasikun, 1987: l8-20).

Kelompok kepentingan akanmuncul bila rnemenuhi tiga syarat

kondisional. Pertama, kondisi teknis,yaitu munculnya pemimpin dan

pembentukan ideologr. Kedua, kondisipolitik, yaitu tingkat kebebasan yang ada

untuk pembentukan kelompok dan

tindakan kelompok. Ketiga, kondisisosial, yaitu tingkat komunikasi antaranggota dari kelompok semu (Johnson,

1986, II:86-187).Karena kelompok kepentingan

saling bertentangarl, maka mereka selalu

berada dalam situasi konflik. Konflikdn-rbul karena distribusi otoritasterbatas.Konsekuensinya, bertambahnyaotoritas di satu pihak berarti

| .hrml kamous Tercinfa No. 9 Th.III/Des.1998 Hal.24 I

Dasar Neoora Rf Abdul Pozak

berkurangnya otoritas di pihak lain..Jadi,konflik senantiasa ada dalam masyarakatdan tak mungkin dilenyapkan; yang

dapat dilakukan adalah pengendalian

konflik. Pengendalian konflik baru eGktifbila memenuhi tiga syarat. Pertama,

setiap kelompok yang terlibat dalamkonflik harus sadar akan adanya konflik,dan harus mengakui keadilanfundamental. Kedua, pengendaliankonflik hanya mungkin bila berbagai

kekrratan sosial yang sating berlawanantidai: terpencar-pencar dalani kesatuan-kertatuan kecil. Keriga, setiagr kelompokk,.rrrflil.- l'rarus irienraii-riii "atura-rr

!_--.._itt ,,n.-L-^_ 1_-_f

i io1- f o/1 '1 01\f i)u-Li)t);LatLt,

fiyrrrrrL t'*.r.-,i*1i.. L,rrri'iiL,,rrror '_'_b - .'

rertarna rian uiama arlalah i<oiisiiiasi vangrerwuiud ciaiam institusi yafiE

rnenyerliaLan kerangku -l

-- ------L:ililElrulsf,ultKalt udtl .lilctlBdrirurlk^nttltri:rt1 rpnr.!no !itt-t(t! t,1ttl0

l-"-

dipertengkarkan, Instirusi iru dapatberupa badan-badan parlementer atauparlemen semu. Institusi itu baru efektifbrla: (l) utLlnorrl, artinya.li'nckali hakuntuk mengambil keputusan tanpacampur tangan badan lain yang ada diluarnya; (2) monopoli, artinya, satu-satunya institusi sejenis dalam asosiasi

iru; (3) peranannya harus dipatuhi,artinya kelompok-kelompok yangbercentangan rnerasa terikat denganinstitusi itu dan keputusannyanrengikamya beserta anggotanya; (4)

demokratis, artinya, setiap pihak harusdidengar dan diberi kesempatanmengemukakan pendapat sebelumkeputusan diambil (Dahrendorf,1986:284). Tanpa hadirnya keempatsyarat itu, konflik yang ada akanmenyelinap ke bawah permukaan.

Bentuk pengendalian konflik yang

kedua adalah mediasi (penengahan). Disini, kelompok konflik sepakat menunjuk

pihak ketiga yang diminta untukmemberikan nasehat tentang cara terbaikuntuk menyelesaikan pertentanganmereka, tapi'nasehat itu tidak mengikatmereka (Dahrendorf, 1986:285).

Bentuk pengendalian konflik yang

ketiga adalah perwasitan (arbitratbn).

Bentuk ini terbagi dalam dua dpe: (1)

kelompok konflik bebas atau menerima

atau menoiak keputusan wasit; \2)keiompok konflik harus menerima

keputusan wasit (Dahrendorf, 1986:285-

286). Ferwasican umumnya menguneiangproblematis. Di dalam perwasitan

ierkan,iung konseF i;olitik, vang mcncari.:.:l- 1..-^.^--..-.i. .1.,.-- 1.,,,-...,- l-,,1,,.... .,..,.-

*^- --"..i.^- itL^-^." ^r^,. ".^i^i." ii.ri^rtlcilultluNorl (Lrlat atau

i.e ti ga 1-.asa q1

1 1ar: i t,=r cii ! alc sa,o a i< a nden gan1 --.. -,.. --- --^l-- ^-Lr.-,.-:lrctuIuLdIr. illaF-d LtuE illulr-rdri vdrik

keputurannya waiib Jrpatulii kcioiiip.ikr .-n:r --- -.-:-^L--ll--- L^L--.- J^-.;-^^:ALrilllfK ilI€lr!.tMlur!(dll lrdt!dyd s(!t,llt!d\ri^-: 1..^- ,^-L^l^- ^^t^L -^.,. ;.^1,.--^i.Udl I igdr LCr rrdUaP J6ldrr JdlU a\LrurrrPvr\

ir.onflii.-. H.ri irri irrettjuius '*,: nirl,pcnindasan .pertentangan Cengan segala

akibatnya (Dahrendorf, 1986 :?86-287 \ .

Kon{Iik Politik IndonesiaMasyarakat Indonesia sccara

poiitik di bagr ke dalam dua kelompok:ada menginginkan Islam sebagai dasar

negara di satu pihak, dan kelompokmenginginkan Nasionalisme sebagai

dasar negara. Kelompok pertama disebut

Nasionalis lslami, yang menunjuk pada

orang-orang yang komitmen pada

pandangan bahwa negara dan masyarakat

harus diatur oleh Islam. Kelompok kedua

disebut Nasionalis Sekuler, yaitu orang'orang yang berpegang pada prinsippemisahan agama dengan negara(Anshari, 1983:8). Nampaknyapembagian seperti ini terlaludisederhanakan, namun penulis

menganggap pembagian itu tepat

berdasarkan alasan yang diuraikanselanjutnya.

JurmlKampus Terci nto No.9 Th.Iff/Des.1998 Hal. 25

Dasr Neoara Rf Abdul Razok

Dikotomi itu tidak dapat

dipisahkan dari politik Islam Hindia-Belanda. C. Snouck Hurgronje adalah

rokoh yang berpcran dalam hal ini. Dibidang politik, ia menyarankan agarpemerintah Hindia,Belanda mengikishabis semua gerakan Islam polirik(Benda, 1980:44J. Ia melihat, Indonesiamoderen tidak dapat menjadi IndonesiaIslam aau pun adat, tetapi harus menjadiIndonesia yang diperbarat. Peradaban

Barat harus menggantikan peradaban

priyayi dan santri (Benda, l980:47),Karena itu, ia menyarankan agarpemerintah memberikan pendidikanBarat kepada elit pribumi (Niel,1984:75).

Di dalam srruktur otoritaskolonial, perbedaan pandangan antarakeiompok Islam dan Sekuler hanyasampai pada. tingkat konfiik kultural-ideologis. Pada dngkat ini, konflikterwujud dalam bentuk sistem nilai vang.l; ,,.,,r l*"1....,,i L.-- 1,,, |rr r,..;,l T;,,^L.,r

!11r rrLir..lu!rrr

kontirk poiltit< - pertenrangarr cii ciaianipembagian kekuasaan <ian sumirer-

",,*h.t,'L',r-^*i rrqno t.'rh.,r,rc oJ--'.r'.,!i,'r,'b r\., u!uu uvurrlu u:

masvarakar - ridnL teri:rdi di snrarF}.l-^;^--l:^ l^l^-^: l^.-^^- xI^^:^-^Er^r\dJtuil4llJ t5ldllll uErrBdll rtdDrurldttJ

Sekuler. Akan tetani. hai iru teriacii.---^-^ !,--! -,:--I --l--- I

7 at ii-1Tt n n_rP-ilioiir J

ctlrit:1. ,Jcngan b:ngsa ir:dcnesi: ;-':rngdidominasi (Nasikun. i98i: 70). Merekamengesampingkarr perbedaan

kepentingan yang acia untui< iebih <iuiu

mengubah status-Eto. Karena itu,Nasionalis Islarrri dan Nasionalis Sekulerdalam waktu singkat dapat mencapai"kesepakatan", di dalam institusi yang

dibentuk Jepang, yang dikenal denganPiagam Jakarta. Piagam iruditandarangani oleh 9 orang, 4 orangmewakili Nasionalis Islami dan 5 orangmewakili Nasionalis Sekuler, pada 22

Juni 19,15.

Satu hari serelah kemerdekaan, 18

Agustus 1945, Piagam Jakarta, yang

notabene telah disepakad, mengalamiperombakan fundamental yaitudigantinya 7 kata yang berbunyr "ke-tuhanan, dengan kewajiban menjalankansyari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya"

dengan "Ketuhanan yang Mahaesa".Tujuh kata Piagam Jakarta mempunyaimakna bahwa negara &bebankan untukmelaksanakan syari'at Islam, sedangkan

"Ketuhanan yang Mahaesa" hanyamempunyai makna simbolik, yaitu negara

mengakui adanya Tuhan yang Mahaesa

tanpa mempunyai beban melaksanakanhukum-hukumNya. Karena itu, kaumNasrani mengutus seorang opsir kaigun

Jepang kepada Hatta untukmengusahakan perubahan terhadap 7

kata Piagam Jakarta. Dalam hai ini, kaum

Nasionaiis Sekuler berkepentingan puia

nicngubat"r 7 kata iti-r kareua

bertentangan dertgan prinsip ,varrg-,-,-L. ,,,'ir,, ^--'ic.lI ^ F)"'! '|F'

cian negara.

Karena situasi saat itu genting dan*--,1...,L 1.",,- NI"*i.,-"1;. I.l.-;meneaieh drn "ment,et'litli" IIsrl!

-^-..L^L^- :r.. .-il^l i^.-l,qruudlidrl tlu. l ldl rdrll ldrrH

rneiatarirlakarrgi sikap itu acialah ianiia--!----^ L,^-:1.- i--- :-- L^-!----.)1)tI:r!'n(,. Lii!(;i !ll: !it I'tir.;:1.i. t:,t!!l:

i.-slg'.: kita teialr'berncgara,-1ala= si:assn:l

iang lebih tenteram, kita tenru akan,-nengumpulkan keni-bali MadlelisPerwakiian Raklat yang <iapat membuatUndang-Undang yang lebih lengkap dansetrrpurna"(Yamin, 1959, i:410). Disamping itu, cli dalam Aturan Tarrrl.rahau

dari Undang.Undang Dasar 1945

dinyatakan:Dalam enam bulan sesudah

achirnla peperangan Asia Timur Raja,

Presiden mengatur danmenjelenggarakan segala hal iangditetapkan dalam Undang-Undang Dasar

ini.

Jurnal Kanpus Terci nto No. 9 Th.III/Des.l998 Hol. 26

Dasar Neoara Pf Abdul Pazak

Dalam enam bulan sesudah

Madjelis Permusjawararan Rakjatdibentuk, Madjelis itu bersidang untukmenetapkan Undang-Undang.

Berdasarkan alasan tersebut,dibenruklah Konstituante yang bertugasmembuat Undang.Undang Dasar

Republik Indonesia yang tetap. Aturanpermainan Konsrituante ditetapkan didalam UUD Sementara N tahun 1950,

Pasal 135, !15, !37, l-18 dqn 1-r9. HalterpentinS di antaranya adalah Pasal 13?

yang memuat syarat berlakunya Undang-Undang Dasar baru. yairu bila raoatnyadihadiri sekurang-kuran1inya 213 darijurniah anggota sidang dan disahkan Z;/J

iia.i luiiiiai, suaia arrgg(ira ya-ne hadir.;'--.,; ; iT .,.; ,---i^-.L,,iL-,. ,-.^i.i-.*..,:.,;r^.rr: iitut t:_tt:arr:.

Anggota Konstituanre cirpiiih meiaiuir)-*:i;L^- I I.-.,.^. er riiiriiririi uiiiu:ii. JCOrAi]E anf;ilofa

ii()ilstr tu an it]. dttrrtPg;tl r rncwakr it I )(-I, UUU

jiwa.

Pada pemilihan umum 1-5

Desenrber i 955 ier.iapat e mnat nartaii'c'slir. i'i.ii rirclrr.iupai. b.fii.e)i suara,

kursi yang didapar 57; lr{asyumirnendapat 7.903.886 ' suara, juga.

mendapat 57 kursi; NU mendapat6.955.141 suara. kursi'vang didapat 45;PKI mendapat 6.176.914 suara, maka

ktrrsi yang didapat 39 (Alfian, 1971: 33-36). Seiain itu, masih ada beberapa partaikecil dan peroranjan. Di dalam badanKonstituante, kelompok Islam 230 kursi;sedangkan kelompok Nasionalis(termasuk Katolik, Prorest.an, Konrunisdan Sosialis) mendapat 286 kursi. Jadi,perimbangan kekuatan di antara keduakelompok kira-kira 4 berbanding 5(Anshari, 1983:61). Rasio ini sama

dengan ketika ditandatanganinya Piagam

Jakarta.Perbedaan pandangan antara

kelompok Islam dengan kelompokNasionalis yang pernah rerladi pada

mhun 1930-an, terulang kembali di

dalam badan Konstituante. Perbedaan

menyoiok dalam hal ini, kalau pada masa

kolonial perbedaan di antara keduakelompok terladi pada tingkat kon{likideologis, maka setelah struktur kolonialhancur konflik di antara kedua kelompokitu meningkat ke konflik politik. Kedua

kelompok berusaha memperoieh otoritas,setidaknya brg, kelompok Islam,

memperoleh otoritas legal rasiona[.D^-r^L^.-- l^-^- -^^^-^r !rusudlarr LLrrrar16 uaoar rrg6drd

di badan Konstituante, yang terpecahmenjadi dua kelompok, kelompoknendrrlrrrno Pancasile - dan Irplomn.Li_

pendukung Islam, harus dilihar sebasai

kesrnar-rtbungan dari pelistiwa i/ilrrgnienciairuiuirrya, yairu ketii<a Soek:rnoL-,--;.i^-^ ;: i--....-^. i.^i."..^.--.-(,LairiuUau Ui rliiiUiiLdi! fr{llilldliiill

Seiatnn. I)i Amuntr.i, vang merupal.:an

ha-ris kekiiatar, inlusliiii. Soekai ri r

berkomentar tantang t-lasar nitgn12

iengan bertailya, "Sebuah i.iegara

Nasicnal indonesia atau sebuah Negai"a

Seianjurn'ya ia Lrerkata: "irlegara

yang kita inginkan adalah negara yang

mcliputi se luruh Indor,esia. Bila kitarrrembangun sebuah negara berdasarkar-r

Islam, banyak daerah yang tidakberpenduduk Islam, seperti Maluku, Bali,

Flores, Timor, pulau Kai, dan Sulawesi

akan melepaskan diri. Dan Irian ]aya,yang belum menjadi bagian teritorialIndonesia, tidak akan mau menjadibagian Republik" (Feith, 1962:281).

Hal ini bertentangan dengan janii-janji Soekamo yang dipegang kelompokislam. Karena itu, pemyataan Soekamolnendapat protes keras dari kelompokIslam, di antaranya adalah Isa Anshary,Anwar Harjono, PB NU, dan Persatuar,

Islam (Anshary, l98j:62 -6jj.Soekarno mencoba menetralisir

situasi dengan mengutip pidato M.Natsir, mantan Perdana Menteri RI dan

pemimpin Masyumi, yang disarnpaikan di

{urml Terci nta No.9 Th.III/Des.l998 Hal. 27 |

Dasar Neoora Pf Abdul Pazak

Tlw Pahtan brtitute of World Affairs,Karachi, pada 9 April 1952: Pakistan is a

moslern courury. So is my countr! Inlonesia.

But tlwugh we recogniTe Islmn to be ilw faithof tlw lndonesian peopb, we ltaue not mafuan expressed mcntian ,f it in out

Cmstitution. Nor lwve we excluled religirnt

frcrn our t.lr,ti{lrul bfe. Indawsia h4s

exyressed its creed in the Panca Sila, or tlwFive Prurcipbs, crhich hu heen adapted as

tla spintua!, mora! crl cthacc! faurldatim cfaur natbn and aur state. Your part utd" curs

is tlv some. O"b n is differently seated.

Soek-a.rno menyampaikan hal ini diI.Iniversitas Indonesia pada 7 Mei 1953(Soekarno. l95l:28).

l\arslr i .imelanlutxallksrerangann'ia: "Tapi rm L:rjek i.cr:,irrbahwa Pancasiia itrr suciah identik arau

tuirliiriiti sei-r:riia ajaian-;jaran Islai:i.Pancasiia memang mcngan,lune Lutuiln-

tuiuan islam. .retapi Pancasiia iiubukaniah berarti Islanr". Ia menekanlannenrinqnve rile nertama ciari Pancasiia:

Beriairran soalnya, apabila siia

Ketuhanan Yang Maha Esa hanyasekedar buah bibir, bagi orang-orang yang

iiwanya sebenamya skeptis dan penuh

ironi terhadap agama; bagi orang inidalam ayunan langkahnya yang pertama

ini saja Pancasila itu sudah lumpuh.Apabila sila pertama ini, yang hakekarnyaurat tunggal bagi sila-sila berikutnya,sudah tumbang, maka seluruhnya akanhampa, dan amoryh, tidak mempunyaibentuk yang tentu. Yang tinggal adalah

kerangka Pancasila yang mudah sekali

<iipergunakan untuk menutup tiap-tiaplangkah perbuatan yang tanpa sila, tidakberkesusilaan sama sekali (Anshary,

1983:65-66).

Ia menyatakan pula bahwa:

".,.Tidak seorang pun dari penyusunnyamemegang monopoli untuk menafsirkansendiri dan memberi isi sendirikepadanya. Masing-masing putra

indonesia merasa berhak memberi isi

pada perumusan itLl" (Anshary, 1983:66).Karena seriap putra Indonesia

merasa berhak menafsirkan Pancasila,

maka terladilah persoalan tentang tafsirPancasila, tafsir yang satu bertentangan

dengan mfsir yang lain. Dalam hal iniK.H. Masjkur berkata: "Panca Sila adalah

rumusan yang kosong, masih

membutuhkan isi. Panca Siia akan

-r'ni:rli nerwrrirrdan nrane vrnsi _...o

mengisinya. Kalau andaikata ke.TuhananYang Maha Esa yang tercantum pada sila

perrama di daiam Panca Sila itu diisi

crang atau golcngan yang mcngakui'bahwa Tuhan itu adaiah 'batu, maka ke-':- !. -.- --- Y .-_ ! i .L L .. i,. .-!..-..-- L..--: iI iitidiiaii i drlH lvldlrd Lld iLU dRiiii uuiiSi! I._ t i' ! Inillu- I|r;ii.iu {_!!i;! Lli5ll liaaiig

=iaijg.oionean yang memper-Tuhankan^^t.^^ l,^ t,,r..,-^^ .t.r.,-, iJ^-.^ \,io ,r,,t x,r rvrr,

aKan alcilrl Ke- I unarran pa)i1ull

luepiicir, lY )7, ttr;"lv I .

O.sman Raiiby t'erka.ta: "...hirl:urn

siari'at isiarn itu adaiak 'ar.. ali arrlbrucirtl: -i ..- ) " --^-Ll--- --.^^ii^-.^ --^-L.^^SUCLUL OlU;jl, ILULILLIti JLtyEtJLL'!s rrulrraiiE

lacking', suatu . susunan sosiai Jatlglengkap, tidak ada jang beriebih-lebihan

di dalamnla dan tidak ada kekurangan"(Deppen, 1959, ill:1i4). Ia

menunjukkan, di dalam Islam terdapat

lebih banyak sila, 69 sila, oleh karena itu"...umat Islam menolak Pancasila,

rnenolak sistem sosial-ekonomi sebagai

Dasar Negara" (Deppen, 1959, lll:172).Sementara itu, M. Natsir

mengajukan dua pilihan bag, dasar

negara Indonesia, sekulerisme ataupaham agalna. Pancasila menurutnyabercorak sekulerisme \lndntyah), karena

tidak rrau mengakui wahyu sebagai

sumber, dan merupakan hasil penggalian

dari masyarakat (Maarif, 1987 :12.1).

"Bagi kami pendukung Panca Sila,

agama adalah sangat luhur dan sangat

suci. Maka dari itu kami menjunjungtinggi agama setinggi-tingginya",

Jurrnl Kanpus Terci nla No. 9 Th.III/0es.1998 Hol. 28

Dasar Neoara Rf Abdul Razak

demikian kata Suwirjo, Ketua UmumPNI. 'Justru karena agama itu amat luhurdan amar suci, maka kami berkeberatanjika agama dipakai sebagai Dasar Negara"(Anshary, 1983:74).

lv{enarik untuk diperhatikanfenomena kristalisasi dari berbagai

kelcmpck yang aCa di dalamKonstituante menjadi dua kelompok saja.

Isu Negara lslam dan Piagam ]akartamenyatukan kelompok-kelompok Islamke dalam satu kubu, berhadapan dengani<elompok iain )/ang beragam secara

ideologis ke dalam satu kuhu ,vangirreftfleriahankan l{egara }.iasional danT)^.-..-..:!..'r-..---..,1.-...,., i-...,,.,..,,: i:t!l_:1:i, iii'-ir

keccniiiican untuk irieniilet.,leh (,iiiiriH\.-'2ng 1ng4;-,r-i-tr-ii.=2n :!erei.-a. Di deien:kelompck Isianr, isu .ii ,tar rn..rv.hahkaridikesanipingk4nnya kc.n{hk antara kaumtradisiorralis deirgan l-aurri refe-rsris. Iii<iaiam keioir.pok iiasioi-,aiis Sekiiiei, isu

y,rng ,iise'ouri.-:rn rii rnuka juga n'rampu

mengesarnpingkan perbedaan ideologis,misalnya antara ideologi Komuni.s denganideologr Kristiani. Jadi, hanya ada duakeiourpok yang bertentangan di dalamKonstituante,

Hal itu juga dikemukakan SutanTakdlr Alislahbana, "...the debares onpolitical and philosophical principles,inevitably provoked in the writing of any

Constitution, revealed the ConstituentAssembly as a whole as devided into two:one group wanting an Islamic basis forthe state, the orher demanding theacceptance of the Panca Sila" (Anshary,

1983:70),Kelompok Kristen menolak

Piagam Jakarta, apalagi negara berdasar

Islam. I.J. Kasimo, dari Partai Katolikmengatakan, meskipun rakyat Indonesia

terdiri dari 80o/o penganut agama A, tidakberarti agama A itu harus diladikan dasar

negara, karena ada daerah yang hampirsemua penduduknya beragama B

'(Notosoetardjo, 1959282). J.C.T.Simorangkir, dari Parkindo berkara,diterimanya, Piagam Jakarta berartidiskriminasi terhadap agama-agama diIndonesia (Notosoetardjo, 1959:273-274). Baginya, Piagam Jakarta hanyalahdokumen historis dan tidak punya

kekuatan hukum (Boland, l97l:95).Kelompok Nasionalis Sekuler dan

kelompok Nasionalis Islami sama-sama

bertahan pada pendiriannya.

Bertahannya kelompok Islam sampai

detik terakhir mungkin &iihamipemisahan Pal:istan dr.ri Inrlia.Perdeharen menia.di hcriarut-larut.l!:uriui: J.i:iiL i:ir r, l{i :: :r.i i i:-;;:::ii: f'trhl:rii

t .t Anr!/ ti'r1filyiiir-'\ark-an vuz, t-ier! rllgasnya "j\ar!,iux /. rA\ . ri./i

Bahi.a* Georqe L{cTrrrn:r'r Fl+-hrn

menuiis; "As to Namir's part in tire w.rric

of rhe Conssituenl A"sserabi'y, it seems tolre thar he accompiished more thar-r has

genrreii'; heen aii no*'i,:ic.J. lii the laiiof an initially strong suspicicn b'i rhe

non.Moslem parties, Natsir, Prawoto

Mangkusasmito, Osman Raliby and otherprogressive Masjumi leaCers ultimatelywent a iong way in adapting their party's

position to the realities of politicalrepresentation in the assembly. Towards

the end it looked as if enough commcnground was bcing discovered to provide a

fairly good basis for the final compromises

that could have produced a constitutionsuited to Indonesia's social and politicalcircumstances. If Sukarno had not so

abruptly ended the Assembly's life, I

believe that there was a reasonably good

chance of achieving the necessary

agreement among two-third of its

membership" (Anshry, 1983:8 1).

Mengikuti alasan ini, maka

kesimpulannya adalah Konstituantebelum gagal. Kalau pun dianggap gagal,

hal itu menurut S.M. Amin "bukanlahketidaksanggupan Konstituante

I n,n*l (ntantt< Tcnri ntn No.9 Th.III/Des.1998 Hot.29 |

lD"*, N"r"* N Abd"lPrr"il

melakukan tugasnya, menyerupai sebab

,vang membawa akibat penetapan

berlakunya kembali UUD 1945.

Sebaliknya, tekanan Presiden atas

Konstituante, supaya diterima kembali

berlakunya UUD 1945, adalah sebab

yang membawa akibat kecidaksanggupanKonstituante melaksanakan tugasnya

dengan sempuma. Sempuma menurutukuran-ukuran Presiden Sukarno. Latar

belakang persoalan ini ialah; Ia (Presiden

Sukamo) telah terlebih dahulurnengherrdaki penghapusan UUDS 1950

dan penggandannya dengan UUD 1945;

ia bertekad untuk n'relaksanakan

kemauannya baik dengan caraKonstitusional maupun bila perlu dengancara kekerasan".

Sikap Konstituante yang tidakberseclia mcmenuhi keinginannya,sebagai termaktub di dalam AmanatPresiden ZZ Aprll 1959, memaksanyauntuk mengambll laian inkonstitusional,iau ,iengan jaian Le!,-.:rasa,n. l.r,-,'|.i."L.- f-..',r ..i'.,,.,t / A m;nrrrr_ 1aR rr^ar r \ ,'rdii_d aaGa il iiiiiii-!

il*rimp,,!nn ),ang diamhi! oleh.imin <li<'!ukung olsh teon irontirk, s+pertr

vang teiah'liura.!i.-an sehei,,irr,,,ya. i -iriiul-

i)ungciiiaiidn kontili< iang pertan':a,1.....,!:.. : 1....,.i..i. ..j..,.., i..,i....:i i.::.(an(ii! r;Lr iidiri i:rr(i

tirjak ada intervensi ciarr iuar terhaiiapinsritusi itu.

Ternyara rida.k hanya. Presi,.lcrr

Soekarno, tokoh karismatik, yang

mengusulkan untuk kembali ke UUD1945, tetapi juga disampaikanpemerintah yang diucapkan PerdanaMentcri Djuanda pada 2 lv{aret 1959,lebih dahulu saru bulan sebelum AmanatPresiden Soekamo, Bahkan A.H.Nasution telah mengusulkan hal itu satutahun sebelumnya. Usul pemerinrah iuditolak karena tidak disetujui oleh 2/3anggota Konstituante. Pemungutan suaradiadakan 3 kali: 30 Mei dengan 269 pre

dan 199 kontra, 1 Juni dengan 264 prodan 204 kontra, dan 2 Juni dengan 263

pro dan 203 kontra (L,egge, l9B5:343-348).

Oleh karena itu, Presiden

Soekamo mengeluarkan Dekrit Presiden

pada 5 Juli 1959, pukul 17.00 \71B, diIstana Merdeka. Dekrit iru selengkapnya

sebagai berikut (Notosoetardjo,

1959:599-601):Dengan Rachmat Tuhan Jr.rg

Maha Esa,

Kami Presiden RepublikIndonesia/ Panglima tertinggi AngkatanPerang,

Dengan ini menjatakan dengan

chidmat:Bahwa andjuran Presiden dan

Pemerintah untuk kembali kepada

Undang2 Dasar 1945, yang disampaikan

kepada segenap Rakjat Indonesia denganAmanat Presiden pada ranggal 22 Apnl1959, ti<iak memperoleh keputusan dari-u- .:. . -L ..-..:-- .-.- i;...-.,.i.^.-Ni.)rr\rrlrlarrlr' \('rlI|alltlriII.r uticiiLuNaii

Jalam UndsngJ Dasar Sernentar,;Bohwa L'eihub,.ing ilcr'tg"rl

pcmja-ta.arr sehagien rerhesar angeoraZ

Srriang Fernbuat Unciang2 Dasar unlikri iak rterrgLaciiii lagi ;'iJar,g,

i*.cnsrrruante tidak mungir-in irrgi... ..-, .i .- :- .^ i:.--....*i.-i-i. ,-

oleir R ai:;at kep.aai"rrlr,

Bahwa hai jang ciemikianrrienirnlrulkan kea,iaar, ketatanegaraan

,ang membahajakan persatuan dankeselamatan Negara, Nusa dan Bangsa,

serta merintangi pembangunan Semesta

untuk mentjapai masjarakat jang adil dan

makmur;Bahwa dengan dukungan bagian

terbesar Rakjat Indonesia dan didorongoleh kajakinan kami sendiri, kamiterpaksa menempuh satu2nja dialanuntuk menjelamatkan NegaraProklamasi;

Jurml Kanpus Terci nto No. 9 Th.Ifi/0es.1998 Ho/. 30

Dosor Neoara PI Abdul Razak

Bahwa kami berkejakinan bahwaPiagam Djakarta tertanggal 22 Juni 1945mendjiwai Undang2 Dasar 1945 danadalah merupakan suatu rangkaian.kesatuan dengan Konstitusi tersebut;

Maka atas dasar2 tersebut diatas,Kami Presiden Republtk

In,jonesia/ Panglima tertinggr AngkaranPerang,

MenetapkanKonstituante;

Menetapkan Undang2 Dasar 1945

beriaku iag, bug, segenap Bangsa

in.C.*rnesia lian selunrh tumpah darahindcnesia, ti:rhituag mulai harr

:'...1r rit,.l.r : ii nrit- l.aL, srii! i:iaCn

ir"!rL'',.,i, iroi Iin,i.r^.7 n.',,'._-'_ j _

(.-^-*^'^Pqr1Lq1r11i,2a

Permusjawaratan Rakjat Sementara, jang

tcriiri atas anggota2 Dervan PerwakiiirnF.akjar diianrhah r-iengan utusanZ ciani.,.,-,L , i...- ,-.-r__..rii-:!JI:1. :.::i;ipembentukan De*^., PcrtimbanganAgung Senrentara, akan diseienggarakandalam waktu jang sesingkat2nja.

Ditetapkan di: Djakartapada tanggal: 5 Djuli 1959

Atas nama Rakjar Indonesia:Presiden Republik Indonesia/

PanglimaTertinggi Angkatan Perang,

SUKARNO.

Dengan dikeluar[<annya Dekritini, maka keiompok Nasionali.s Sekulermendapat dukungan Pemerintah. Selainitu, ABRI menjadi pendukung penuhDekrit Presiden yang memberlakukankembali UUD 1945. Pada saat yang sama,

KASAD, Letjen A.H. Nasutionmengeluarkan perintah hariannya yang

memerintahkan segenap Prajurit,Tamtama. Bintara dan Perwira beserta

semua pegawai Tentara NasionalIndonesia untuk menaati dan

'menjalankan sepenuh.penuhnya Dekrit

Panglima Tertinggi Angkatan Perang.

Sejak.1945 Angkatan Darar telahmempunyai ambisi politik dan mencurigaipolitisi sipil. Situasi yang rerjadi antara1956-1958 dimanfaatkan tentara untukmengumumkan keadaan darurat. Hal inimemungkinkan para perwira tentaraberperan lebih besar dalam politik,administrasi, dan ekonomi. Sejak 1950-

an, ketika kegiatan tentara ditujukanmenumpas pemberontakan yang

di.lukung kaurn muslimin, hanyak rentara';ang henar-bcnai ii^rusiim meninggalkaniin,-rs i:-eteniara:::r: ;l.'ni,r.,,j,::i:!k!a.-:ii-;ir:i;.i i-i,:j: i,:rr-rii.:i.- :i.r'.r::li:-rii.iii-A-^i,^..,^ i-',^--' L^---i.,,.,, .i--,,.-r l.r6ndicrr t'didi i,-!i JL^urq uSirSorr

kekuataii "eliul.,i .ii rrrasvaiai.ar uniuk:::=n;i:::':':h:t +=!-.::: pcl:::k kaun'.

musiir,rirr. "Ti,jak pernah terbuk-a

kcsempatan riirnana Angkatan Daratakrn rnenc:.ima idcoiogi politik lslam"

PENUTUP

Sejauh kasirs yang ,lidiskusikar-' e'ri

sini, ieori konflik dapat menjelaskankonflik polirik yang terjadl di Indonesia.

Dengan pendekatan teori konflik, kitamelihat adanya perebutan otoritas antarakelompok Islam di satu pihak, dengan

kelompok Nasionalis di pihak lain.

Usaha"usaha kelornpok Islarr.

gagal untuk menjadikan Indonesia

Negara Islam melalui jalan

konstitusional. Dengan mengikuti teorikonflik, kelemahan infrastrukturintelektual yang ditunjuk sebagai sebab

oleh Ahmad Syafii Maarif menjadi ddaktepat. Kegagalan itu disebabkan tidakadanya dukungan 213 suara terhadappendapat kelompok Islam. Ha[ terpentingadalah tindakan memaksa daripemerintah yang clidukung ABRI,sehingga kompromi menjadi ddak

pembubaran

i/i,.1'oiic

| ,riiii roiii" rrrii ii r'to. g n.firtou.ega uot. 1!_)

Dasor Neoora PI Abdul Razak

mungkin. Dengan demikian, Pancasila

yang dijadikan dasar negara Indonesia

adalah bukan konsensus (Darmaputra,

1987). Apa yang disebut konsensus di

negara berkembang sebenamya lebihmerupakan mitos. Bila dihubungkandengan konsep Dewa-Raja yang

mengutamakan keharmonisan, makakonflik meniadi hal yang tabu. Apa yang

disimpulkan Endang Saifuddin Ansharyjuga ddak tepat. L€bih dari itu,ditetapkannya Pancasila sebagai dasar

negara oleh kelompok NasionalisSekuler, adalah suatu tindakan koersif.Dengan tindakan itu, kelompokNasionaiis Sekuler menempati posisi

dominasi dari struktur otoritas dimanapemiliknya mempunyai kontrol otoritatifterhadap keiompok yang di,lominasi,

KEPUSTAKAAN

BukuA !4:-- -il--;! D-,^^;1., ,'r:<< .,,-r,,1, !\DD

Jakar'ra: Leknas-LlPl. 1971.

Amin, S.M. Indonesiq Di Bqwah RezimDemokrasi Terpimpin. Jakarta:Bulan Bintan9,1967.

Anshary, E.S. Piagam Jakarta 22 JuniI 94 5. Bandung: Pustaka, I 983.

Benda, H.l. Bulan Sabit dan Matahari. Terbit. Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

Boland, B.J. The Struggle of lslam inModern Indonesia. The Hague:Martinus Nijhoff, 1971.

Crouch, H. Militer dan Politik diIndonesia. Jakarta: Sinar Harapan,r986.

Dahrendorf, Ralf. Konflik dan KontlikDalam Masyarakat Industri. Jakarta:Rajawali, 1986.

Darmaputra, Eka. Pqncasilq. Jakarla:BPK Gunung Mulia, 1987.

Feith, Herbert. The Decline ofConstitutional Democracy inIndonesia. N-ew York: ComellUniversity Press. I 962.

JurmlKanpus Terci nto No. 9 Th.ffI/0es.1998 Ha/. 32