DASAR NEGARA RI BERDASARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 TINJAUAN TEORI KONFLIK
Transcript of DASAR NEGARA RI BERDASARKAN DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 TINJAUAN TEORI KONFLIK
Dasar Neqora Rf Abdul Razak
DASAR NEGARA RI BERDASARKANDEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959:
TINJAUAN TEORI KONFLIK
Oteh AbdutRazok.)
ABSTRACTThis article presents a description of political debate in the People's
Consuhative Assembly of the Republic of Indonesia regarding the state ideologtindicated by two opposing groups which maintained regpectively nationalisticand religious trends.
I'he first group contended on applied secularism principle whichseparated politic and religion. The second group adhered to concept thatreligion (Islam) should become the state ideolog osserting that the majoriv ofthe Indonesian population were Muslims. Considering that no consensus was
achieved, on July 5, 1959 the President issued the Decree on Returning to the
1945 Constitution with Pancasila instituted os the state ideolog,t. The writerargued that Pancasila wa,r not a national consensus hul a coercive action ofSukdrno.
PENTiAIiULUAND..- -.::-:-=... ^^l-..^Lltli!,lrlr'/d :L|ua.tt !!-84!tt
,iibangun atas da-sai pandangan tiisalatatau pandangan dunia tertentu.Berciirinya negara kora iviaciinah ciii ! !/--l^-_--.._.I CA\y/udladii uilriyilidii iviutidriiiliqu ui a'r'r
i-^rn^c1h- .",i., P.i.r.- it.,_f.jinah r,r-or-E-"' _ _--'_'-__ i__-d-. ...-.:.-. -!: J---- -^-...-l^-^-^-^^-!llLltldur udidr !,EiiiEi-aiHFdiddiii..:i:i i,:1.,:i: !-:rj.:i,i. :,--f +i:r if: {iili! .li,;ai:ninva terdapai pan.r.iangaii iiisaiar',.'ang ri-rclatarl-,r:iakarrgin'ya, Filsafai ;ugaberpengaruh besar dalarn dunia Katolik,teruiama se telah zaman ThcmasAquinas. Ia mengajarkan, hukum yang
ideal didasarkan pada hukum kodrat dan
moral. lvlunculnya paham sekuler diEropa yang rnemhatasi kekuasaan Gerejadi bidang rohani saja, adalah reaksi
terhadap paham teokrasi yang
didekritkan dalam Bull Unnum Sandumpada tahun 1302 oleh Paus Bonaface VIII
.) Penulis odalah Dosen Sejarah Indonesia, Institut llmu Sasial dan llmu
Politik (llilP) Jakarta.
Jurml Kampus Terci nta No. 9 7h.III/0es.1998 Hol. 22
(i294-fiAr. Paus Bonaface VIil, yang
banyak dipengaruhi TFioola-s Aquinas,. .--L..-: 1...1...^-^-.. .':^-,,i.. -9.,*.,..,;ll!l'llil,AUl Nl((rds.i.itr UUiUid i-{iiiirilii
*".io.,{; hi,-lano Lp'cnasrrn roheni ,lrrn
iiuiiiawi, denga,n,jeri,il'riaa nes:ra ixirrlah
ha.gian nrganir clnri oeieja. Nesara vans,Jrcrnkan paoa ahaci 2'j ini prrn riibaneur:
l , r -.-,- r.l^_4.. ...-.......didJ u/Ddi lrdlr\rnrrH.ltt trridrai Lar(L..Lq.
Unr Sc'.,iei dibangun aixs ,.irsaii.'i :-',,--,.' l,.ri,: r;r i -.i=::r f ,ti+,
.jrt'angun atas . iasar irauonliSoziaiismus; i"'iusoliini membangun ii,rlial,er,iasarkai-, falsafah Facismc: Cinadengan Marxisme di bawah lviao Zedong;
Pakistan membangun negaranya
berdasarkan Islam (Yusril, tanpa tahun:3-5).
Sejalan dengan yang diuraikan di
atas, tentunya negara Indonesia dibangunatas pandangan fiisafat atau ideoiogr
rertentu. Ideologi apa yang diladlkandasar negara Indonesia? Bagaimana
prosesnyaJ Inilah yang dibahas dalamtulisan ini. Namun, sebelumnyadideflnisikan istilah negara danmeringkas teori konflik Ralf Dahrendorf.Setelah itu dibahas asal-usul konflik,sumber konflik, dan peranan Presidenserta ABRI dalam rnenindas kon{lik.
Negara diarrikan sebagaisekelompck elit penguasa. yang dapatmemaksakan kehendaknya secara sahatau ticiak sah secara hukum terhadaprakyamya dalam suatu wilayah tertentu.Negara yang didasarkan atas paksaanr:eperEl dianjurkan Hobbes danlr4achiaveili tidal: niampu bertahan ianr,:.\L.^^*,. i^*:l-:^- ..,-.-- --- ---- I I'\1 Xdr4 usrl,lr.Idtt i\jtrr iulltulI .lclI:laII
,i-! t:ti,, i,..! i'i.. ::, , l ,!-......i; ....:-r-i: i:,j,,i.t^-.i,,^^ -".-., -^.;,i^i,.- I --:!: --rL i uuILi. dldU ._,C Llu.inir! d i li:Prll / (lCli iIK tAi I
riiial- =l:a I lre1L-q1tq i.,1r1g !.r,f ai ra :ir-:p ;-.3s; i
^i!. ^- I ILiLdri )iKdti uQ.rLts udr I t.iK\:aaDl:x,
Sri,;iliLrrya,,r.grr, .r;l!rH dljasdikrr, r,rs;l,-L^L.-^---- _. f. , r r I
i^- D--....-.-.... ..--.i^.--.--- . -i --t i i.iudii i\uuJJL(iu, rvdidur,uil lcldLll tt't)iillrt: r:,irirrr i:r::ra, r.kan ni,:ngiru,.i:ipinrasaiah pcrp('cahan karena ietiafiindi','idu cenCrung memenringkankepentingannya sendiri. Karena itu,iicgara vang i.'I,:al adaiah yairg nrenjagakeseimbangan eii anrara ker-iuanya.
Tulisan ini meninjau dasar negaraIndonesia ciari sudur teori konfllk.Tiniauan menurut teori ini berbedadengan tiniauan menurut teoristruktural-fungsional. Kalau tcoristruktural-fungsional melihat masyarakarsebagai suatu sistem yang didasarkan aras
konsensus bersama, scbaliknya teorikonflik melihat masyarakar sebagai suatusistem yang diikat secara paksa. Teorikonflik selalu mempertanyakan apa yangdisebut konsensus. Karena itu. dasarnegara Indonesia yang ditetapkan denganDekrit Presiden dipertanyakankeabsahannya sebagai sebuah konsensusnasional.
PEMBAHASAN
Teori Konflik Ralf DahrendorfMasyarakar kadangkala
menampakkan wajah integratif dan dilain wakru menampakkan wajahdisintegrati[. Cejala ini memunculkanteori sruktural.fungsional dan reorikonflik. Teori konflik menvoroti wajahdisintegratif. Pengikut reori konflikberpenriapat, konfiik aciaiah gejaia yangmeiekat; konsensus dr masyarakat adaiahfatamorgana. Dahrendorf, sosiologl^..,---^- -.--..-" 1.-Lr- ---L--- r^a6 ,r:l-tErrlldrr ydrrx ldrlrr LdIL(fL! trLa. lIlcullSL
iiue tcori itr"r sebagai vaiid (-rx.li) rnengenai[.,,*.',r,',^ .,..;.,1 I\,1-.L-;'.,,,' :., -.^,,,,..,1...;,u,r r(r rrr\rrAo^rrr
!..i:ia11l:11^!ai1 kr:L!,.1:i irr..ri ':li: i.ii;l,irrerr-i.li-, qpr-rri tprrii<rir i,t i/rt.!!1N r-fr
*^...,^:il,^- :^.-.-r 'l-^-Ail, -.1- - - :iri-ii\.rii&4ili iUUir KUItitif- :rCt);iU:.ii..,1..---.-_
4,,..,.i.-.-,.!:.,.,,. ,.., 1.. I..,,,......... ,l .t... .-.,ttrt&..tr,,,rdrr1,r,\ |,(lud Nwrt,iLll)u) \JUiriiJUtt:I O,CA II, I O1\
n!L_
-. -,_-._ "'--:.,' - , i_;:;"""u'rltr rllrENdf '!r\Utri.)r lltrll tlr,ll!lI :(_t'.ll:.ll
herrk ut:Setiap masyarakat tunduk kepada
proses perubahan; perubahan sosiai
terdalaii i d.i tlatta-tnana.Sctiap tiiasyarakr,L
nremperlihatkan pertikaian dar-r
perienrangan; pertentangan sosiai
terdapat di mana-mana.Setiap unsur dalam masvarakat
nlcmberikan kontribusi rcrhadal,perpec a.han dan peruhahannya.
Setiap masyarakat didasarkan atas
penggunaan kekr"rasaan oleh sejumlahanggotanya terhadap anggotanya yang
lain.Dahrendorf mendasarkan teorinya
pada perspektif Marxls modern yang
menerima meluasnya konflik sosial vangdidasarkan pada oposisi kepentingankelas dan konsckuensi k,xrflik dalanimelakukan perubahan sosial. Berbe iladengan lr,[:rrx, yang mendasarkan
I n,nnnl Ynrnhtt< Tcnri nla No. 9 Th.rII/Des.l998
I Dosor Negara Pf Abdut Razak I
teorinya mengenai pembentukan kelas
pada pemilikan alat produksi, Dahrendorfberpendapat, konrol atas alat produksimerupakan faktor yang penting, dan
bukan pemilikan alat produksi.Dahrendorf melihat teorinya lebih luas
dari teori Marx, yang tidak hanya dapatditerapkan untuk perusahaan produksi dimana pemiliknya melaksanakan konrrol'otoritati( melainkan juga untuk semua
tipe "asosiasi yang ciikoorciinasi secara
memaksa". Hubungan otoritas(uewenang) dapat diamati dalambirokrasi pcmcrintah, paitai pohtik,gereja, semua organisasi sukarela, serikatL'uruh dan organisasi profesi,.--na[. dirnsr:i.t8ainva (John-cosn. I
q86. I i : ! 8-1 - I 84).
Siirrilrangan rerprenting ,jari
Dahrendr-;rf edalah mcnshuhunqkini.o rsep ,..lr.,rrilas Ms-r \iTehcr dcngen
koirilih scsial. Dahrendcrf mengartikan,-'torrtas rnenurut defrnrsi \,Y.ie'ber .,,sng
,jih:,-lakat Jair l:rkuasaan. Oi+rii=s.l;..".;1,^^^.,., ..,L^^,,; l,^-,,--l.i-..-Ua,iaiiiJiiiijU iUi',rAur ^Lrirrrrr[Nrrrorlpelinrah-perinrah sr'scorang di daiarnposisi atau kedudukan tertentu, diikutisekelompok orang.orang tertentu.Bt rhecia dengan kekuasaan yang
bersumber dl dalam kcpribadianseseorang, otoritas bersumber ataurrrelekat di dalam kedudukan orang yang
memilikinya (Dahrendorf, 1986202).Pernbagian otoritas yang ddak meratamenjadi sumber konflik. Di satu pihakada kelompok memiliki ororitas besar, dilarn pihak ada kelompok yang sedikrtmemiliki otoritas (Dahrendorfl 1986:21 l.211). Pembagian ini didasarkan padaposisi yang sudah melembaga dan sah
dalam asosiasi yang dikoordinasi secara
memaksa. jadi, dalam hal ini Dahrendorfbenar-benar mengikuti Marx dalammenerima model dua kelas (Johnson,
1986, II:185).Pembagran otoritas tersebut
mengakibarkan mereka yang menduduki
posisi pemegang otoritas dan yang tidakmemiliki otoritas mepunyai kepentinganberlawanan satu sama lain. Kepentingandi sini adalah kepentingan yang secara
obyekdf melekat di dalam kedudukansosial tertentu. Jadi, di dalam setiap
masyarakat selalu terdapat konflik antarakepentingan dari mereka yang memilikikekua-.aan otorita-tif, berupa
pemeliharaan dan pengukuhan starus-
quo, ciengan kepentingan <iari merekayang tidak memiliki kekuasaan otoritatiiberupa perubahan atau perombakan
t.--: --!- ---l- L..L"---SLULUS-UUai Udii Uurd-UUrd rluuurrgarr yallgacia. Kepentirrg"n-k.p.r',tingan itu ti,lakselalu disa,lari a.lrinva. olelr karerr:r itu,lis.-'r.,-r i se l-.:: qi:i l: tn{ri'r I i !'l g :i n ae rre :n I :t t n.",i
(i.*ieni intere:,ii I se,jangk,ur,,',.t"i.,1 ."!trt(
-^-ilil.:-..^ l:^^L..- l.^l----^1,iiitiniiiKiri\-A iiistril(ia KL-iI-rilIULrK 5(iilU
i{tcsr lrrrrf-li , Parl ;ilggr.ta kciurrip.ii<-..*.., *.,-'-.:l:!.; l,^-^.-,;,,,..... l.".,,,..,:..,,.,-3i iiiU iiiUiila!ili RUUUliarirbdll-^L!,irrLlllEdrl
Can mcde trngkah laku ,l'ang srimir, i'irngi,.ii.i,i i.r.ri,l-t'-r l'-'L.-I^.'-,' ^'.'^;^.ll'..t..i'-r;.tir..lP.!!l-.-l^-^--,1- i-^-.--.r--.-- v-i^----- l.ii-ii-iiiilrij a a-aiia i rai r rts.ii r. N ci( ii I li i( l(
kepenringan yang dimaksud adaiah yang
mempunyai ciri tersendiri yang
berhubungan dengan suatu legitimasihutoungan,lorninasi dan penundukan(Nasikun, 1987: l8-20).
Kelompok kepentingan akanmuncul bila rnemenuhi tiga syarat
kondisional. Pertama, kondisi teknis,yaitu munculnya pemimpin dan
pembentukan ideologr. Kedua, kondisipolitik, yaitu tingkat kebebasan yang ada
untuk pembentukan kelompok dan
tindakan kelompok. Ketiga, kondisisosial, yaitu tingkat komunikasi antaranggota dari kelompok semu (Johnson,
1986, II:86-187).Karena kelompok kepentingan
saling bertentangarl, maka mereka selalu
berada dalam situasi konflik. Konflikdn-rbul karena distribusi otoritasterbatas.Konsekuensinya, bertambahnyaotoritas di satu pihak berarti
| .hrml kamous Tercinfa No. 9 Th.III/Des.1998 Hal.24 I
Dasar Neoora Rf Abdul Pozak
berkurangnya otoritas di pihak lain..Jadi,konflik senantiasa ada dalam masyarakatdan tak mungkin dilenyapkan; yang
dapat dilakukan adalah pengendalian
konflik. Pengendalian konflik baru eGktifbila memenuhi tiga syarat. Pertama,
setiap kelompok yang terlibat dalamkonflik harus sadar akan adanya konflik,dan harus mengakui keadilanfundamental. Kedua, pengendaliankonflik hanya mungkin bila berbagai
kekrratan sosial yang sating berlawanantidai: terpencar-pencar dalani kesatuan-kertatuan kecil. Keriga, setiagr kelompokk,.rrrflil.- l'rarus irienraii-riii "atura-rr
!_--.._itt ,,n.-L-^_ 1_-_f
i io1- f o/1 '1 01\f i)u-Li)t);LatLt,
fiyrrrrrL t'*.r.-,i*1i.. L,rrri'iiL,,rrror '_'_b - .'
rertarna rian uiama arlalah i<oiisiiiasi vangrerwuiud ciaiam institusi yafiE
rnenyerliaLan kerangku -l
-- ------L:ililElrulsf,ultKalt udtl .lilctlBdrirurlk^nttltri:rt1 rpnr.!no !itt-t(t! t,1ttl0
l-"-
dipertengkarkan, Instirusi iru dapatberupa badan-badan parlementer atauparlemen semu. Institusi itu baru efektifbrla: (l) utLlnorrl, artinya.li'nckali hakuntuk mengambil keputusan tanpacampur tangan badan lain yang ada diluarnya; (2) monopoli, artinya, satu-satunya institusi sejenis dalam asosiasi
iru; (3) peranannya harus dipatuhi,artinya kelompok-kelompok yangbercentangan rnerasa terikat denganinstitusi itu dan keputusannyanrengikamya beserta anggotanya; (4)
demokratis, artinya, setiap pihak harusdidengar dan diberi kesempatanmengemukakan pendapat sebelumkeputusan diambil (Dahrendorf,1986:284). Tanpa hadirnya keempatsyarat itu, konflik yang ada akanmenyelinap ke bawah permukaan.
Bentuk pengendalian konflik yang
kedua adalah mediasi (penengahan). Disini, kelompok konflik sepakat menunjuk
pihak ketiga yang diminta untukmemberikan nasehat tentang cara terbaikuntuk menyelesaikan pertentanganmereka, tapi'nasehat itu tidak mengikatmereka (Dahrendorf, 1986:285).
Bentuk pengendalian konflik yang
ketiga adalah perwasitan (arbitratbn).
Bentuk ini terbagi dalam dua dpe: (1)
kelompok konflik bebas atau menerima
atau menoiak keputusan wasit; \2)keiompok konflik harus menerima
keputusan wasit (Dahrendorf, 1986:285-
286). Ferwasican umumnya menguneiangproblematis. Di dalam perwasitan
ierkan,iung konseF i;olitik, vang mcncari.:.:l- 1..-^.^--..-.i. .1.,.-- 1.,,,-...,- l-,,1,,.... .,..,.-
*^- --"..i.^- itL^-^." ^r^,. ".^i^i." ii.ri^rtlcilultluNorl (Lrlat atau
i.e ti ga 1-.asa q1
1 1ar: i t,=r cii ! alc sa,o a i< a nden gan1 --.. -,.. --- --^l-- ^-Lr.-,.-:lrctuIuLdIr. illaF-d LtuE illulr-rdri vdrik
keputurannya waiib Jrpatulii kcioiiip.ikr .-n:r --- -.-:-^L--ll--- L^L--.- J^-.;-^^:ALrilllfK ilI€lr!.tMlur!(dll lrdt!dyd s(!t,llt!d\ri^-: 1..^- ,^-L^l^- ^^t^L -^.,. ;.^1,.--^i.Udl I igdr LCr rrdUaP J6ldrr JdlU a\LrurrrPvr\
ir.onflii.-. H.ri irri irrettjuius '*,: nirl,pcnindasan .pertentangan Cengan segala
akibatnya (Dahrendorf, 1986 :?86-287 \ .
Kon{Iik Politik IndonesiaMasyarakat Indonesia sccara
poiitik di bagr ke dalam dua kelompok:ada menginginkan Islam sebagai dasar
negara di satu pihak, dan kelompokmenginginkan Nasionalisme sebagai
dasar negara. Kelompok pertama disebut
Nasionalis lslami, yang menunjuk pada
orang-orang yang komitmen pada
pandangan bahwa negara dan masyarakat
harus diatur oleh Islam. Kelompok kedua
disebut Nasionalis Sekuler, yaitu orang'orang yang berpegang pada prinsippemisahan agama dengan negara(Anshari, 1983:8). Nampaknyapembagian seperti ini terlaludisederhanakan, namun penulis
menganggap pembagian itu tepat
berdasarkan alasan yang diuraikanselanjutnya.
JurmlKampus Terci nto No.9 Th.Iff/Des.1998 Hal. 25
Dasr Neoara Rf Abdul Razok
Dikotomi itu tidak dapat
dipisahkan dari politik Islam Hindia-Belanda. C. Snouck Hurgronje adalah
rokoh yang berpcran dalam hal ini. Dibidang politik, ia menyarankan agarpemerintah Hindia,Belanda mengikishabis semua gerakan Islam polirik(Benda, 1980:44J. Ia melihat, Indonesiamoderen tidak dapat menjadi IndonesiaIslam aau pun adat, tetapi harus menjadiIndonesia yang diperbarat. Peradaban
Barat harus menggantikan peradaban
priyayi dan santri (Benda, l980:47),Karena itu, ia menyarankan agarpemerintah memberikan pendidikanBarat kepada elit pribumi (Niel,1984:75).
Di dalam srruktur otoritaskolonial, perbedaan pandangan antarakeiompok Islam dan Sekuler hanyasampai pada. tingkat konfiik kultural-ideologis. Pada dngkat ini, konflikterwujud dalam bentuk sistem nilai vang.l; ,,.,,r l*"1....,,i L.-- 1,,, |rr r,..;,l T;,,^L.,r
!11r rrLir..lu!rrr
kontirk poiltit< - pertenrangarr cii ciaianipembagian kekuasaan <ian sumirer-
",,*h.t,'L',r-^*i rrqno t.'rh.,r,rc oJ--'.r'.,!i,'r,'b r\., u!uu uvurrlu u:
masvarakar - ridnL teri:rdi di snrarF}.l-^;^--l:^ l^l^-^: l^.-^^- xI^^:^-^Er^r\dJtuil4llJ t5ldllll uErrBdll rtdDrurldttJ
Sekuler. Akan tetani. hai iru teriacii.---^-^ !,--! -,:--I --l--- I
7 at ii-1Tt n n_rP-ilioiir J
ctlrit:1. ,Jcngan b:ngsa ir:dcnesi: ;-':rngdidominasi (Nasikun. i98i: 70). Merekamengesampingkarr perbedaan
kepentingan yang acia untui< iebih <iuiu
mengubah status-Eto. Karena itu,Nasionalis Islarrri dan Nasionalis Sekulerdalam waktu singkat dapat mencapai"kesepakatan", di dalam institusi yang
dibentuk Jepang, yang dikenal denganPiagam Jakarta. Piagam iruditandarangani oleh 9 orang, 4 orangmewakili Nasionalis Islami dan 5 orangmewakili Nasionalis Sekuler, pada 22
Juni 19,15.
Satu hari serelah kemerdekaan, 18
Agustus 1945, Piagam Jakarta, yang
notabene telah disepakad, mengalamiperombakan fundamental yaitudigantinya 7 kata yang berbunyr "ke-tuhanan, dengan kewajiban menjalankansyari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
dengan "Ketuhanan yang Mahaesa".Tujuh kata Piagam Jakarta mempunyaimakna bahwa negara &bebankan untukmelaksanakan syari'at Islam, sedangkan
"Ketuhanan yang Mahaesa" hanyamempunyai makna simbolik, yaitu negara
mengakui adanya Tuhan yang Mahaesa
tanpa mempunyai beban melaksanakanhukum-hukumNya. Karena itu, kaumNasrani mengutus seorang opsir kaigun
Jepang kepada Hatta untukmengusahakan perubahan terhadap 7
kata Piagam Jakarta. Dalam hai ini, kaum
Nasionaiis Sekuler berkepentingan puia
nicngubat"r 7 kata iti-r kareua
bertentangan dertgan prinsip ,varrg-,-,-L. ,,,'ir,, ^--'ic.lI ^ F)"'! '|F'
cian negara.
Karena situasi saat itu genting dan*--,1...,L 1.",,- NI"*i.,-"1;. I.l.-;meneaieh drn "ment,et'litli" IIsrl!
-^-..L^L^- :r.. .-il^l i^.-l,qruudlidrl tlu. l ldl rdrll ldrrH
rneiatarirlakarrgi sikap itu acialah ianiia--!----^ L,^-:1.- i--- :-- L^-!----.)1)tI:r!'n(,. Lii!(;i !ll: !it I'tir.;:1.i. t:,t!!l:
i.-slg'.: kita teialr'berncgara,-1ala= si:assn:l
iang lebih tenteram, kita tenru akan,-nengumpulkan keni-bali MadlelisPerwakiian Raklat yang <iapat membuatUndang-Undang yang lebih lengkap dansetrrpurna"(Yamin, 1959, i:410). Disamping itu, cli dalam Aturan Tarrrl.rahau
dari Undang.Undang Dasar 1945
dinyatakan:Dalam enam bulan sesudah
achirnla peperangan Asia Timur Raja,
Presiden mengatur danmenjelenggarakan segala hal iangditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
ini.
Jurnal Kanpus Terci nto No. 9 Th.III/Des.l998 Hol. 26
Dasar Neoara Pf Abdul Pazak
Dalam enam bulan sesudah
Madjelis Permusjawararan Rakjatdibentuk, Madjelis itu bersidang untukmenetapkan Undang-Undang.
Berdasarkan alasan tersebut,dibenruklah Konstituante yang bertugasmembuat Undang.Undang Dasar
Republik Indonesia yang tetap. Aturanpermainan Konsrituante ditetapkan didalam UUD Sementara N tahun 1950,
Pasal 135, !15, !37, l-18 dqn 1-r9. HalterpentinS di antaranya adalah Pasal 13?
yang memuat syarat berlakunya Undang-Undang Dasar baru. yairu bila raoatnyadihadiri sekurang-kuran1inya 213 darijurniah anggota sidang dan disahkan Z;/J
iia.i luiiiiai, suaia arrgg(ira ya-ne hadir.;'--.,; ; iT .,.; ,---i^-.L,,iL-,. ,-.^i.i-.*..,:.,;r^.rr: iitut t:_tt:arr:.
Anggota Konstituanre cirpiiih meiaiuir)-*:i;L^- I I.-.,.^. er riiiriiririi uiiiu:ii. JCOrAi]E anf;ilofa
ii()ilstr tu an it]. dttrrtPg;tl r rncwakr it I )(-I, UUU
jiwa.
Pada pemilihan umum 1-5
Desenrber i 955 ier.iapat e mnat nartaii'c'slir. i'i.ii rirclrr.iupai. b.fii.e)i suara,
kursi yang didapar 57; lr{asyumirnendapat 7.903.886 ' suara, juga.
mendapat 57 kursi; NU mendapat6.955.141 suara. kursi'vang didapat 45;PKI mendapat 6.176.914 suara, maka
ktrrsi yang didapat 39 (Alfian, 1971: 33-36). Seiain itu, masih ada beberapa partaikecil dan peroranjan. Di dalam badanKonstituante, kelompok Islam 230 kursi;sedangkan kelompok Nasionalis(termasuk Katolik, Prorest.an, Konrunisdan Sosialis) mendapat 286 kursi. Jadi,perimbangan kekuatan di antara keduakelompok kira-kira 4 berbanding 5(Anshari, 1983:61). Rasio ini sama
dengan ketika ditandatanganinya Piagam
Jakarta.Perbedaan pandangan antara
kelompok Islam dengan kelompokNasionalis yang pernah rerladi pada
mhun 1930-an, terulang kembali di
dalam badan Konstituante. Perbedaan
menyoiok dalam hal ini, kalau pada masa
kolonial perbedaan di antara keduakelompok terladi pada tingkat kon{likideologis, maka setelah struktur kolonialhancur konflik di antara kedua kelompokitu meningkat ke konflik politik. Kedua
kelompok berusaha memperoieh otoritas,setidaknya brg, kelompok Islam,
memperoleh otoritas legal rasiona[.D^-r^L^.-- l^-^- -^^^-^r !rusudlarr LLrrrar16 uaoar rrg6drd
di badan Konstituante, yang terpecahmenjadi dua kelompok, kelompoknendrrlrrrno Pancasile - dan Irplomn.Li_
pendukung Islam, harus dilihar sebasai
kesrnar-rtbungan dari pelistiwa i/ilrrgnienciairuiuirrya, yairu ketii<a Soek:rnoL-,--;.i^-^ ;: i--....-^. i.^i."..^.--.-(,LairiuUau Ui rliiiUiiLdi! fr{llilldliiill
Seiatnn. I)i Amuntr.i, vang merupal.:an
ha-ris kekiiatar, inlusliiii. Soekai ri r
berkomentar tantang t-lasar nitgn12
iengan bertailya, "Sebuah i.iegara
Nasicnal indonesia atau sebuah Negai"a
Seianjurn'ya ia Lrerkata: "irlegara
yang kita inginkan adalah negara yang
mcliputi se luruh Indor,esia. Bila kitarrrembangun sebuah negara berdasarkar-r
Islam, banyak daerah yang tidakberpenduduk Islam, seperti Maluku, Bali,
Flores, Timor, pulau Kai, dan Sulawesi
akan melepaskan diri. Dan Irian ]aya,yang belum menjadi bagian teritorialIndonesia, tidak akan mau menjadibagian Republik" (Feith, 1962:281).
Hal ini bertentangan dengan janii-janji Soekamo yang dipegang kelompokislam. Karena itu, pemyataan Soekamolnendapat protes keras dari kelompokIslam, di antaranya adalah Isa Anshary,Anwar Harjono, PB NU, dan Persatuar,
Islam (Anshary, l98j:62 -6jj.Soekarno mencoba menetralisir
situasi dengan mengutip pidato M.Natsir, mantan Perdana Menteri RI dan
pemimpin Masyumi, yang disarnpaikan di
{urml Terci nta No.9 Th.III/Des.l998 Hal. 27 |
Dasar Neoora Pf Abdul Pazak
Tlw Pahtan brtitute of World Affairs,Karachi, pada 9 April 1952: Pakistan is a
moslern courury. So is my countr! Inlonesia.
But tlwugh we recogniTe Islmn to be ilw faithof tlw lndonesian peopb, we ltaue not mafuan expressed mcntian ,f it in out
Cmstitution. Nor lwve we excluled religirnt
frcrn our t.lr,ti{lrul bfe. Indawsia h4s
exyressed its creed in the Panca Sila, or tlwFive Prurcipbs, crhich hu heen adapted as
tla spintua!, mora! crl cthacc! faurldatim cfaur natbn and aur state. Your part utd" curs
is tlv some. O"b n is differently seated.
Soek-a.rno menyampaikan hal ini diI.Iniversitas Indonesia pada 7 Mei 1953(Soekarno. l95l:28).
l\arslr i .imelanlutxallksrerangann'ia: "Tapi rm L:rjek i.cr:,irrbahwa Pancasiia itrr suciah identik arau
tuirliiriiti sei-r:riia ajaian-;jaran Islai:i.Pancasiia memang mcngan,lune Lutuiln-
tuiuan islam. .retapi Pancasiia iiubukaniah berarti Islanr". Ia menekanlannenrinqnve rile nertama ciari Pancasiia:
Beriairran soalnya, apabila siia
Ketuhanan Yang Maha Esa hanyasekedar buah bibir, bagi orang-orang yang
iiwanya sebenamya skeptis dan penuh
ironi terhadap agama; bagi orang inidalam ayunan langkahnya yang pertama
ini saja Pancasila itu sudah lumpuh.Apabila sila pertama ini, yang hakekarnyaurat tunggal bagi sila-sila berikutnya,sudah tumbang, maka seluruhnya akanhampa, dan amoryh, tidak mempunyaibentuk yang tentu. Yang tinggal adalah
kerangka Pancasila yang mudah sekali
<iipergunakan untuk menutup tiap-tiaplangkah perbuatan yang tanpa sila, tidakberkesusilaan sama sekali (Anshary,
1983:65-66).
Ia menyatakan pula bahwa:
".,.Tidak seorang pun dari penyusunnyamemegang monopoli untuk menafsirkansendiri dan memberi isi sendirikepadanya. Masing-masing putra
indonesia merasa berhak memberi isi
pada perumusan itLl" (Anshary, 1983:66).Karena seriap putra Indonesia
merasa berhak menafsirkan Pancasila,
maka terladilah persoalan tentang tafsirPancasila, tafsir yang satu bertentangan
dengan mfsir yang lain. Dalam hal iniK.H. Masjkur berkata: "Panca Sila adalah
rumusan yang kosong, masih
membutuhkan isi. Panca Siia akan
-r'ni:rli nerwrrirrdan nrane vrnsi _...o
mengisinya. Kalau andaikata ke.TuhananYang Maha Esa yang tercantum pada sila
perrama di daiam Panca Sila itu diisi
crang atau golcngan yang mcngakui'bahwa Tuhan itu adaiah 'batu, maka ke-':- !. -.- --- Y .-_ ! i .L L .. i,. .-!..-..-- L..--: iI iitidiiaii i drlH lvldlrd Lld iLU dRiiii uuiiSi! I._ t i' ! Inillu- I|r;ii.iu {_!!i;! Lli5ll liaaiig
=iaijg.oionean yang memper-Tuhankan^^t.^^ l,^ t,,r..,-^^ .t.r.,-, iJ^-.^ \,io ,r,,t x,r rvrr,
aKan alcilrl Ke- I unarran pa)i1ull
luepiicir, lY )7, ttr;"lv I .
O.sman Raiiby t'erka.ta: "...hirl:urn
siari'at isiarn itu adaiak 'ar.. ali arrlbrucirtl: -i ..- ) " --^-Ll--- --.^^ii^-.^ --^-L.^^SUCLUL OlU;jl, ILULILLIti JLtyEtJLL'!s rrulrraiiE
lacking', suatu . susunan sosiai Jatlglengkap, tidak ada jang beriebih-lebihan
di dalamnla dan tidak ada kekurangan"(Deppen, 1959, ill:1i4). Ia
menunjukkan, di dalam Islam terdapat
lebih banyak sila, 69 sila, oleh karena itu"...umat Islam menolak Pancasila,
rnenolak sistem sosial-ekonomi sebagai
Dasar Negara" (Deppen, 1959, lll:172).Sementara itu, M. Natsir
mengajukan dua pilihan bag, dasar
negara Indonesia, sekulerisme ataupaham agalna. Pancasila menurutnyabercorak sekulerisme \lndntyah), karena
tidak rrau mengakui wahyu sebagai
sumber, dan merupakan hasil penggalian
dari masyarakat (Maarif, 1987 :12.1).
"Bagi kami pendukung Panca Sila,
agama adalah sangat luhur dan sangat
suci. Maka dari itu kami menjunjungtinggi agama setinggi-tingginya",
Jurrnl Kanpus Terci nla No. 9 Th.III/0es.1998 Hol. 28
Dasar Neoara Rf Abdul Razak
demikian kata Suwirjo, Ketua UmumPNI. 'Justru karena agama itu amat luhurdan amar suci, maka kami berkeberatanjika agama dipakai sebagai Dasar Negara"(Anshary, 1983:74).
lv{enarik untuk diperhatikanfenomena kristalisasi dari berbagai
kelcmpck yang aCa di dalamKonstituante menjadi dua kelompok saja.
Isu Negara lslam dan Piagam ]akartamenyatukan kelompok-kelompok Islamke dalam satu kubu, berhadapan dengani<elompok iain )/ang beragam secara
ideologis ke dalam satu kuhu ,vangirreftfleriahankan l{egara }.iasional danT)^.-..-..:!..'r-..---..,1.-...,., i-...,,.,..,,: i:t!l_:1:i, iii'-ir
keccniiiican untuk irieniilet.,leh (,iiiiriH\.-'2ng 1ng4;-,r-i-tr-ii.=2n :!erei.-a. Di deien:kelompck Isianr, isu .ii ,tar rn..rv.hahkaridikesanipingk4nnya kc.n{hk antara kaumtradisiorralis deirgan l-aurri refe-rsris. Iii<iaiam keioir.pok iiasioi-,aiis Sekiiiei, isu
y,rng ,iise'ouri.-:rn rii rnuka juga n'rampu
mengesarnpingkan perbedaan ideologis,misalnya antara ideologi Komuni.s denganideologr Kristiani. Jadi, hanya ada duakeiourpok yang bertentangan di dalamKonstituante,
Hal itu juga dikemukakan SutanTakdlr Alislahbana, "...the debares onpolitical and philosophical principles,inevitably provoked in the writing of any
Constitution, revealed the ConstituentAssembly as a whole as devided into two:one group wanting an Islamic basis forthe state, the orher demanding theacceptance of the Panca Sila" (Anshary,
1983:70),Kelompok Kristen menolak
Piagam Jakarta, apalagi negara berdasar
Islam. I.J. Kasimo, dari Partai Katolikmengatakan, meskipun rakyat Indonesia
terdiri dari 80o/o penganut agama A, tidakberarti agama A itu harus diladikan dasar
negara, karena ada daerah yang hampirsemua penduduknya beragama B
'(Notosoetardjo, 1959282). J.C.T.Simorangkir, dari Parkindo berkara,diterimanya, Piagam Jakarta berartidiskriminasi terhadap agama-agama diIndonesia (Notosoetardjo, 1959:273-274). Baginya, Piagam Jakarta hanyalahdokumen historis dan tidak punya
kekuatan hukum (Boland, l97l:95).Kelompok Nasionalis Sekuler dan
kelompok Nasionalis Islami sama-sama
bertahan pada pendiriannya.
Bertahannya kelompok Islam sampai
detik terakhir mungkin &iihamipemisahan Pal:istan dr.ri Inrlia.Perdeharen menia.di hcriarut-larut.l!:uriui: J.i:iiL i:ir r, l{i :: :r.i i i:-;;:::ii: f'trhl:rii
t .t Anr!/ ti'r1filyiiir-'\ark-an vuz, t-ier! rllgasnya "j\ar!,iux /. rA\ . ri./i
Bahi.a* Georqe L{cTrrrn:r'r Fl+-hrn
menuiis; "As to Namir's part in tire w.rric
of rhe Conssituenl A"sserabi'y, it seems tolre thar he accompiished more thar-r has
genrreii'; heen aii no*'i,:ic.J. lii the laiiof an initially strong suspicicn b'i rhe
non.Moslem parties, Natsir, Prawoto
Mangkusasmito, Osman Raliby and otherprogressive Masjumi leaCers ultimatelywent a iong way in adapting their party's
position to the realities of politicalrepresentation in the assembly. Towards
the end it looked as if enough commcnground was bcing discovered to provide a
fairly good basis for the final compromises
that could have produced a constitutionsuited to Indonesia's social and politicalcircumstances. If Sukarno had not so
abruptly ended the Assembly's life, I
believe that there was a reasonably good
chance of achieving the necessary
agreement among two-third of its
membership" (Anshry, 1983:8 1).
Mengikuti alasan ini, maka
kesimpulannya adalah Konstituantebelum gagal. Kalau pun dianggap gagal,
hal itu menurut S.M. Amin "bukanlahketidaksanggupan Konstituante
I n,n*l (ntantt< Tcnri ntn No.9 Th.III/Des.1998 Hot.29 |
lD"*, N"r"* N Abd"lPrr"il
melakukan tugasnya, menyerupai sebab
,vang membawa akibat penetapan
berlakunya kembali UUD 1945.
Sebaliknya, tekanan Presiden atas
Konstituante, supaya diterima kembali
berlakunya UUD 1945, adalah sebab
yang membawa akibat kecidaksanggupanKonstituante melaksanakan tugasnya
dengan sempuma. Sempuma menurutukuran-ukuran Presiden Sukarno. Latar
belakang persoalan ini ialah; Ia (Presiden
Sukamo) telah terlebih dahulurnengherrdaki penghapusan UUDS 1950
dan penggandannya dengan UUD 1945;
ia bertekad untuk n'relaksanakan
kemauannya baik dengan caraKonstitusional maupun bila perlu dengancara kekerasan".
Sikap Konstituante yang tidakberseclia mcmenuhi keinginannya,sebagai termaktub di dalam AmanatPresiden ZZ Aprll 1959, memaksanyauntuk mengambll laian inkonstitusional,iau ,iengan jaian Le!,-.:rasa,n. l.r,-,'|.i."L.- f-..',r ..i'.,,.,t / A m;nrrrr_ 1aR rr^ar r \ ,'rdii_d aaGa il iiiiiii-!
il*rimp,,!nn ),ang diamhi! oleh.imin <li<'!ukung olsh teon irontirk, s+pertr
vang teiah'liura.!i.-an sehei,,irr,,,ya. i -iriiul-
i)ungciiiaiidn kontili< iang pertan':a,1.....,!:.. : 1....,.i..i. ..j..,.., i..,i....:i i.::.(an(ii! r;Lr iidiri i:rr(i
tirjak ada intervensi ciarr iuar terhaiiapinsritusi itu.
Ternyara rida.k hanya. Presi,.lcrr
Soekarno, tokoh karismatik, yang
mengusulkan untuk kembali ke UUD1945, tetapi juga disampaikanpemerintah yang diucapkan PerdanaMentcri Djuanda pada 2 lv{aret 1959,lebih dahulu saru bulan sebelum AmanatPresiden Soekamo, Bahkan A.H.Nasution telah mengusulkan hal itu satutahun sebelumnya. Usul pemerinrah iuditolak karena tidak disetujui oleh 2/3anggota Konstituante. Pemungutan suaradiadakan 3 kali: 30 Mei dengan 269 pre
dan 199 kontra, 1 Juni dengan 264 prodan 204 kontra, dan 2 Juni dengan 263
pro dan 203 kontra (L,egge, l9B5:343-348).
Oleh karena itu, Presiden
Soekamo mengeluarkan Dekrit Presiden
pada 5 Juli 1959, pukul 17.00 \71B, diIstana Merdeka. Dekrit iru selengkapnya
sebagai berikut (Notosoetardjo,
1959:599-601):Dengan Rachmat Tuhan Jr.rg
Maha Esa,
Kami Presiden RepublikIndonesia/ Panglima tertinggi AngkatanPerang,
Dengan ini menjatakan dengan
chidmat:Bahwa andjuran Presiden dan
Pemerintah untuk kembali kepada
Undang2 Dasar 1945, yang disampaikan
kepada segenap Rakjat Indonesia denganAmanat Presiden pada ranggal 22 Apnl1959, ti<iak memperoleh keputusan dari-u- .:. . -L ..-..:-- .-.- i;...-.,.i.^.-Ni.)rr\rrlrlarrlr' \('rlI|alltlriII.r uticiiLuNaii
Jalam UndsngJ Dasar Sernentar,;Bohwa L'eihub,.ing ilcr'tg"rl
pcmja-ta.arr sehagien rerhesar angeoraZ
Srriang Fernbuat Unciang2 Dasar unlikri iak rterrgLaciiii lagi ;'iJar,g,
i*.cnsrrruante tidak mungir-in irrgi... ..-, .i .- :- .^ i:.--....*i.-i-i. ,-
oleir R ai:;at kep.aai"rrlr,
Bahwa hai jang ciemikianrrienirnlrulkan kea,iaar, ketatanegaraan
,ang membahajakan persatuan dankeselamatan Negara, Nusa dan Bangsa,
serta merintangi pembangunan Semesta
untuk mentjapai masjarakat jang adil dan
makmur;Bahwa dengan dukungan bagian
terbesar Rakjat Indonesia dan didorongoleh kajakinan kami sendiri, kamiterpaksa menempuh satu2nja dialanuntuk menjelamatkan NegaraProklamasi;
Jurml Kanpus Terci nto No. 9 Th.Ifi/0es.1998 Ho/. 30
Dosor Neoara PI Abdul Razak
Bahwa kami berkejakinan bahwaPiagam Djakarta tertanggal 22 Juni 1945mendjiwai Undang2 Dasar 1945 danadalah merupakan suatu rangkaian.kesatuan dengan Konstitusi tersebut;
Maka atas dasar2 tersebut diatas,Kami Presiden Republtk
In,jonesia/ Panglima tertinggr AngkaranPerang,
MenetapkanKonstituante;
Menetapkan Undang2 Dasar 1945
beriaku iag, bug, segenap Bangsa
in.C.*rnesia lian selunrh tumpah darahindcnesia, ti:rhituag mulai harr
:'...1r rit,.l.r : ii nrit- l.aL, srii! i:iaCn
ir"!rL'',.,i, iroi Iin,i.r^.7 n.',,'._-'_ j _
(.-^-*^'^Pqr1Lq1r11i,2a
Permusjawaratan Rakjat Sementara, jang
tcriiri atas anggota2 Dervan PerwakiiirnF.akjar diianrhah r-iengan utusanZ ciani.,.,-,L , i...- ,-.-r__..rii-:!JI:1. :.::i;ipembentukan De*^., PcrtimbanganAgung Senrentara, akan diseienggarakandalam waktu jang sesingkat2nja.
Ditetapkan di: Djakartapada tanggal: 5 Djuli 1959
Atas nama Rakjar Indonesia:Presiden Republik Indonesia/
PanglimaTertinggi Angkatan Perang,
SUKARNO.
Dengan dikeluar[<annya Dekritini, maka keiompok Nasionali.s Sekulermendapat dukungan Pemerintah. Selainitu, ABRI menjadi pendukung penuhDekrit Presiden yang memberlakukankembali UUD 1945. Pada saat yang sama,
KASAD, Letjen A.H. Nasutionmengeluarkan perintah hariannya yang
memerintahkan segenap Prajurit,Tamtama. Bintara dan Perwira beserta
semua pegawai Tentara NasionalIndonesia untuk menaati dan
'menjalankan sepenuh.penuhnya Dekrit
Panglima Tertinggi Angkatan Perang.
Sejak.1945 Angkatan Darar telahmempunyai ambisi politik dan mencurigaipolitisi sipil. Situasi yang rerjadi antara1956-1958 dimanfaatkan tentara untukmengumumkan keadaan darurat. Hal inimemungkinkan para perwira tentaraberperan lebih besar dalam politik,administrasi, dan ekonomi. Sejak 1950-
an, ketika kegiatan tentara ditujukanmenumpas pemberontakan yang
di.lukung kaurn muslimin, hanyak rentara';ang henar-bcnai ii^rusiim meninggalkaniin,-rs i:-eteniara:::r: ;l.'ni,r.,,j,::i:!k!a.-:ii-;ir:i;.i i-i,:j: i,:rr-rii.:i.- :i.r'.r::li:-rii.iii-A-^i,^..,^ i-',^--' L^---i.,,.,, .i--,,.-r l.r6ndicrr t'didi i,-!i JL^urq uSirSorr
kekuataii "eliul.,i .ii rrrasvaiai.ar uniuk:::=n;i:::':':h:t +=!-.::: pcl:::k kaun'.
musiir,rirr. "Ti,jak pernah terbuk-a
kcsempatan riirnana Angkatan Daratakrn rnenc:.ima idcoiogi politik lslam"
PENUTUP
Sejauh kasirs yang ,lidiskusikar-' e'ri
sini, ieori konflik dapat menjelaskankonflik polirik yang terjadl di Indonesia.
Dengan pendekatan teori konflik, kitamelihat adanya perebutan otoritas antarakelompok Islam di satu pihak, dengan
kelompok Nasionalis di pihak lain.
Usaha"usaha kelornpok Islarr.
gagal untuk menjadikan Indonesia
Negara Islam melalui jalan
konstitusional. Dengan mengikuti teorikonflik, kelemahan infrastrukturintelektual yang ditunjuk sebagai sebab
oleh Ahmad Syafii Maarif menjadi ddaktepat. Kegagalan itu disebabkan tidakadanya dukungan 213 suara terhadappendapat kelompok Islam. Ha[ terpentingadalah tindakan memaksa daripemerintah yang clidukung ABRI,sehingga kompromi menjadi ddak
pembubaran
i/i,.1'oiic
| ,riiii roiii" rrrii ii r'to. g n.firtou.ega uot. 1!_)
Dasor Neoora PI Abdul Razak
mungkin. Dengan demikian, Pancasila
yang dijadikan dasar negara Indonesia
adalah bukan konsensus (Darmaputra,
1987). Apa yang disebut konsensus di
negara berkembang sebenamya lebihmerupakan mitos. Bila dihubungkandengan konsep Dewa-Raja yang
mengutamakan keharmonisan, makakonflik meniadi hal yang tabu. Apa yang
disimpulkan Endang Saifuddin Ansharyjuga ddak tepat. L€bih dari itu,ditetapkannya Pancasila sebagai dasar
negara oleh kelompok NasionalisSekuler, adalah suatu tindakan koersif.Dengan tindakan itu, kelompokNasionaiis Sekuler menempati posisi
dominasi dari struktur otoritas dimanapemiliknya mempunyai kontrol otoritatifterhadap keiompok yang di,lominasi,
KEPUSTAKAAN
BukuA !4:-- -il--;! D-,^^;1., ,'r:<< .,,-r,,1, !\DD
Jakar'ra: Leknas-LlPl. 1971.
Amin, S.M. Indonesiq Di Bqwah RezimDemokrasi Terpimpin. Jakarta:Bulan Bintan9,1967.
Anshary, E.S. Piagam Jakarta 22 JuniI 94 5. Bandung: Pustaka, I 983.
Benda, H.l. Bulan Sabit dan Matahari. Terbit. Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.
Boland, B.J. The Struggle of lslam inModern Indonesia. The Hague:Martinus Nijhoff, 1971.
Crouch, H. Militer dan Politik diIndonesia. Jakarta: Sinar Harapan,r986.
Dahrendorf, Ralf. Konflik dan KontlikDalam Masyarakat Industri. Jakarta:Rajawali, 1986.
Darmaputra, Eka. Pqncasilq. Jakarla:BPK Gunung Mulia, 1987.
Feith, Herbert. The Decline ofConstitutional Democracy inIndonesia. N-ew York: ComellUniversity Press. I 962.
JurmlKanpus Terci nto No. 9 Th.ffI/0es.1998 Ha/. 32