Critical Review Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

11
CRITICAL REVIEW ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN RP 14-13116 Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru OLEH MEGA SURYANINGSIH 3613100010 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Transcript of Critical Review Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru

CRITICAL REVIEW

ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

RP 14-13116

Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu

di Kabupaten Barru

OLEH

MEGA SURYANINGSIH

3613100010

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Barru, salah satu kabupaten dengan garis pantai yang panjang di

Sulawesi Selatan, memiliki industri pembuatan kapal yang berkembang pesat. Namun

perkembangan tersebut tidak selalu berjalan dengan baik karena adanya hambatan

terkait waktu pembuatan yang relatif lama sebagai akibat dari tidak adanya fasilitas

berupa galangan kapal kayu yang memadai. Industri galangan kapal harus direncanakan

secara matang dan tidak dapat didirikan secara spontan, terutama dalam hal pemilihan

lokasi berdirinya industri galangan tersebut.

Dengan demikian, pemilihan lokasi galangan kapal memerlukan adanya suatu

penelitian khusus yang juga meninjau faktor-faktor lain yang terkait. Sehingga jurnal

dengan judul Analisis Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Kayu di Kabupaten Barru akan

membahas proses analisis untuk menentukan lokasi galangan yang tepat dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) serta hasil penelitian berupa

rekomendasi yang dapat diambil untuk menentukan lokasi galangan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan review ini adalah sebagai berikut ;

Memahami aplikasi teori-teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan dalam

studi kasus yang ditemukan dalam jurnal.

Membandingkan jurnal yang diresensi dengan jurnal lain dengan tema yang sama

guna menemukan kelebihan atau kekurangan yang ada dalam jurnal.

BAB II DASAR TEORI

Dalam penelitian yang dibahas dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian

berupa survei primer dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan ke masyarakat

terkait. Sebelum menyebarkan kuisioner, maka ditentukan jumlah populasi dan sampel yang

diambil melalui rumus Slovin. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:90). Sedangkan

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Setelah data terkumpul, maka data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan

pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP adalah teknik untuk mendukung proses

pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa

alternatif yang dapat diambil. AHP dikembangkan oleh Thomas L.Saaty pada tahun 1970-

an, dan telah mengalami banyak perbaikan dan pengembangan hingga saat ini. Kelebihan

AHP adalah dapat memberikan kerangka yang komprehensif dan rasional dalam

menstrukturkan permasalahan pengambilan keputusan.

Selain itu, diantara beberapa teori lokasi yang telah ada, teori yang paling mendekati

implementasi terhadap jurnal ini adalah Teori Weber. Teori Weber menjelaskan bahwa

pemilihan lokasi industry didasarkan pada prinsip biaya yang paling minimal dan ekonomis.

Dalam hal ini, Weber menyatakan bahwa total biaya transportassi dan biaya produksi harus

minimum. Konsep ini divisualisasikan melalui segitiga lokasional, di mana lokasi optimum

(P) adalah titik keseimbangan antara bahan baku dengan titik pasar.

Weber’s Triangle

M adalah pasar (Market) dan S1 & S2 adalah sumber bahan mentah (Source),

sedangkan P adalah lokasi (Place) dengan biaya terendah. Sehingga biaya transportasi

menuju pasar maupun sumber bahan baku dapat ditekan.

BAB III REVIEW JURNAL

Kabupaten Barru yang memliki luas wilayah sekitar 1.174,72 km2 terletak di wilayah

pesisir barat Sulawesi Selatan dengan panjang garis pantai 78 km sangat cocok untuk

pengembangan industri galangan kapal. Penentuan lokasi galangan kapal memerlukan

kajian atau penelitian khusus terkait analisis lokasi dengan memperhatikan faktor-faktor

yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini, metode Analytical Hierarchy Process

(AHP) dipilih untuk membantu mengambil keputusan penentuan lokasi melalui skala

pengukuran terhadap prioritas yang dicapai.

3.1 Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer melalui survei

langsung ke lapangan di mana lokasi-lokasi yang menjadi alternatif berada dan

menyebarkan kuisioner kepada masyarakat serta data sekunder berupa pendekatan AHP.

Dalam proses identifikasi lokasi-lokasi alternatif, dilakukan pengamatan terhadap 3

kecamatan yang ada di Kabupaten Barru, yakni Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru,

dan Kecamatan Ballusu. Dari pengamatan tersebut, masing-masing kecamatan diambil 1

lahan yang akan dijadikan alternatif lokasi. Sedangkan untuk melakukan survei terhadap

masyarakat melalui kuisioner, terlebih dahulu dilakukan penentuan jumlah populasi dan

sampel yang akan diambil melalui rumus Slovin.

Berdasarkan jenis data yang telah dikumpulkan, kemudian data-data tersebut

dianalisis melalui pendekatan AHP. Analisis AHP yang dilakukan akan menghasilkan

rekomendasi yang paling tepat untuk menentukan lokasi pembangunan galangan kapal

kayu. Dalam analisis AHP, elemen-elemen yang saling mempengaruhi akan dibandingkan

satu sama lain guna mencari prioritas yang akan dicapai.

3.2 Faktor-faktor Penentuan Lokasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pembangunan galangan kapal

kayu di Kabupaten Barru diantaranya adalah :

- Faktor Pasar

- Faktor Bahan Baku

- Faktor Tenaga Kerja

- Faktor Infrastruktur

- Faktor Lahan

Selengkapnya mengenai faktor-faktor tersebut akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

3.3 Hasil Penelitian

Kabupaten Barru terletak ± 100 km dari Kota Makassar, namun peneliti membatasi

pengambilan lokasi alternatif hanya pada 3 kabupaten yang terletak di bagian selatan

Kabupaten Barru, yaitu Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru, dan Kecamatan

Ballusu. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan seperti ketersediaan lahan,

infrastruktur pendukung, dan ketersediaan tenaga kerja di sekitar lokasi alternatif.

Proses pengumpulan data diawali dengan menyebar kuisioner kepada 60 responden

yang terbagi menjadi 3 kelompok, antara lain kelompok pengrajin kapal, instansi setempat,

dan masyarakat sekitar, yang dipilih secara purposive dari setiap kelompok. Dalam kuisioner

tersebut, responden memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan masing-masing

kriteria yang nantinya akan memberikan gambaran kriteria manakah yang memiliki tingkat

kepentingan tertinggi dalam pemilihan lokasi galangan kapal kayu di Kabupaten Barru.

Setelah data dianalisis dengan menggunakan AHP, didapatkan angka-angka yang

merupakan skala perbandingan masing-masing kriteria dan sub kriteria. Perbandingan

kriteria secara berpasangan tersebut meliputi perbandingan kriteria pasar terhadap kriteria

bahan baku, tenaga kerja, infrastruktur, dan lahan, perbandingan kriteria bahan baku

terhadap kriteria tenaga kerja, infrastruktur, dan lahan, perbandingan kriteria tenga kerja

terhadap kriteria infrastruktur dan lahan, serta perbandingan kriteria infrastruktur terhadap

kriteria lahan. Dari hasil identifikasi kriteria, didapatkan 4 level atau tingkatan dimana pada

level pertama adalah tujuan dari analisa tersebut, yakni pemilihan lokasi galangan kapal

kayu di Kabupaten Barru, level keuda terdiri dari 5 faktor kriteria, antara lain faktor pasar,

lahan, bahan baku, tenaga kerja, dan transportasi serta utilitas. Pada level ketiga

merupakan pengembangan dari level 2 seperti daerah pemasaran, harga lahan, harga

bahan baku, upah tenaga kerja, kondisi jalan, dan lain sebagainya. Sedangkan level ke

empat merupakan alternatif lokasi itu sendiri. Secara keseluruhan, skema dari hierarki

penentuan skala prioritasnya adalah seperti pada gambar berikut ini :

Setelah dilakukan penyusunan hierarki, maka selanjutnya adalah proses

pembobotan terhadap masing-masing kriteria. Langkah pembobotan kriteria tersebut yaitu

melakukan perhitungan matriks awal, perhitungan Eigen Vektor, perhitungan Eigen Vektor

maksimum, kontrol terhadap Index Consistency, dan pembobotan dalam skala persentase.

Perhitungan matriks awal dilakukan dengan menggunakan rumus rata-rata geometrik.

Dalam perhitungan Eigen Vektor, jumlah baris setiap kriteria adalah perkalian dari setiap

matrik dan untuk jumlah E-Vektor sendiri rumusnya adalah wi / ∑ wi. Sedangkan

perhitungan nilai Eigen maksimum diperoleh dari matriks awal dikalikan dengan masing-

masing E-Vektor yang kemudian dijumlahkan. Untuk perhitungan kontrol terhadap Index

Consistency, jika nilai Ratio Consistency (CR) lebih kecil dari 0,1 (<10%), maka nilai

tersebut sudah sesuai dengan syarat konsistensi. Terakhir, pembobotan dalam persentase

dilakukan dengan mengubah nilai E-Vektor dalam bentuk persentase.

Setelah melakukan serangkaian proses tersebut, didapatkan hasil analisis yang

menunjukkan bahwa menurut penilaian responden, kriteria infrastruktur memiliki tingkat

kepentingan yang paling tinggi dalam penentuan lokasi galangan kapal kayu (sebesar

36,60%), kemudian berturut-turut disusul oleh kriteria tenaga kerja (24,10%), pasar

(21.10%), lahan (9,30%), dan bahan baku (8,80%). Terakhir, dengan proses yang sama,

pembobotan skala prioritas dalam pemilihan lokasi galangan berdasarkan kriteria tenaga

kerja pun dilakukan dan menghasilkan bobot seperti pada tabel berikut :

Sumber : Hasil Analisis 2013

Gambar 2. Skema Analisis Hierarki Atas Kriteria Sumber : Jurnal (Hasil Analisis 2013)

Tabel 1. Bobot Skala Prioritas Pemilihan Lokasi Galangan Berdasarkan Kriteria Tenaga Kerja

3.4 Alasan Pemilihan Lokasi

Lokasi alternatif yang pertama adalah Kecamatan Tanete Rilau yang terletak di desa

Tellumpanua. Lokasi dengan daerah lapang dan cukup luas ini mempunyai sebuah lahan

milik pemerintah daerah berupa bekas rencana pembangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI)

terpadu dan juga dekat dengan beberapa pengrajin kapal kayu tradisional setempat. Selain

itu, akses menuju lokasi ini juga sangat mudah, terlebih adanya jalan penghubung menuju

Kabupaten Barru.

Untuk lokasi alternatif yang kedua terletak di Kecamatan Barru yang dekat dengan

pusat Kabupaten Barru. Pada lokasi ini terdapat lahan yang tepat berada di pinggir pantai,

namun tidak terlalu luas karena adanya rumah warga di beberapa bagian lahan tersebut.

Sedangkan untuk lokasi alternatif yang ketiga ialah Kecamatan Ballusu. Memiliki wilayah

pesisir yang cukup terlindungi dari gelombang besar menjadi alas an tersendiri bagi

Kecamatan Ballusu. Jalanan yang telah diaspal membuat akses jalan ke lokasi ini menjadi

cukup baik. Namun, letak lokasi ini cukup jauh dari pusat Kabupaten Barru.

BAB IV TINJAUAN KRITIS

4.1 Kelebihan

Secara keseluruhan, jurnal tersebut sudah sangat baik. Alur bahasan yang ada

dalam jurnal ini juga cukup jelas, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti

pembahasan terkait penentuan lokasi galangan kapal kayu di Kabupaten Barru. Selain itu,

masing-masing poin dari setiap pokok bahasan pun dijelaskan secara detail dan runtut.

Terlebih, pendekatan yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode AHP yang juga

dijelaskan secara jelas dan detail bagaimana langkah-langkah untuk menghasilkan bobot

dan lokasi alternatif yang tepat. Sehingga dapat dikatakan hasil pembahasan jurnal ini

sudah sangat menjawab judul jurnal sendiri.

Jurnal ini juga dilengkapi dengan tabel-tabel rekapitulasi hasil penilaian responden

secara keseluruhan yang termasuk dalam bab pembahasan atau hasil penelitian. Selain itu,

jurnal juga dilengkapi dengan gambar-gambar setiap lokasi yang dibahas, baik gambar

Kabupaten Barru secara keseluruhan maupun lokasi-lokasi alternatif tersendiri. Hal ini

membantu pembaca dalam menangkap gambaran umum wilayah lokasi yang dibahas.

4.2 Kekurangan

Selain beberapa kelebihan tersebut, jurnal ini juga mempunyai beberapa kekurangan

seperti adanya beberapa gambar terkait rumus yang digunakan dalam proses perhitungan

yang terlihat sangat tidak jelas. Meskipun terdapat keterangan terkait rumus-rumus

sederhana tersebut dan pembaca dapat mencarinya melalui referensi atau sumber lain,

namun pembaca akan merasa kurang yakin dengan kesamaan rumus yang dicari melalui

referensi lain dengan rumus yang ada pada gambar tersebut. Terlebih, ada beberapa

gambar yang tidak mencantumkan sumber gambar tersebut.

Di samping itu, dalam penjelasan terkait perhitungan Eigen Vektor, terdapat sebuah

persamaan yang ambigu atau kurang jelas. Yang dimaksud di sini adalah persamaan untuk

menentukan besaran “wi”. Hingga saya menulis review ini, saya masih belum mengerti

maksud dari besaran wi tersebut.

Untuk mengetahui apakah jurnal ini sudah cukup lengkap atau belum, saya

melakukan perbandingan jurnal dengan jurnal lain yang mengangkat tema yang sama

dengan metode atau pendekatan yang sama pula. Jurnal dengan judul Penentuan Alternatif

Lokasi Industri Pengolahan Sorgum di Kabupaten Lamongan saya pilih sebagai jurnal

pembanding. Tidak seperti jurnal pembanding, jurnal yang diresensi tidak menggunakan

visualisasi pemetaan lokasi alternatif dengan teknik overlay melalui perangkat lunak GIS.

4.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi

Dalam studi kasus yang dibahas dalam jurnal ini, tidak terdapat adanya penerapan

sebuah teori lokasi, seperti Teori Weber, Von Thunen, dan sebagainya. Jurnal ini hanya

terfokus pada pembahasan mengenai penentuan lokasi galangan kapal kayu melalui

pendekatan AHP dengan faktor pasar, tenaga kerja, infrastruktur, transportasi dan utilitas,

serta lahan. Faktor-faktor tersebut tidak dibahas secara mendalam, namun sekedar sebagai

kriteria penentu yang dibandingkan dalam analisa AHP untuk selanjutnya dibuat tingkatan

prioritas. Padahal faktor-faktor tersebut dalam Teori Weber sangat mempengaruhi

penentuan lokasi industri.

Dalam Teori Weber dijelaskan bahwa untuk menentukan suatu lokasi industri, perlu

memperhatikan beberapa hal antara lain biaya transportasi, biaya produksi yang meliputi

bahan baku dan tenaga kerja, serta aglomerasi. Sedangkan faktor-faktor yang dibahas

dalam jurnal meskipun dilibatkan dalam kriteria penentuan lokasi, namun tidak menyinggung

secara detail terkait biaya transportasi, biaya produksi, dan aglomerasi. Sebaiknya, dalam

penentuan lokasi galangan tersebut disertai dengan analisis biaya transportasi dan biaya

produksinya.

Untuk implementasi dari faktor aglomerasi, jika industri galangan tersebut tidak

diiringi dengan adanya industri sejenis yang letaknya berdekatan dengan lokasi galangan

kapal, maka faktor aglomerasi dalam penentuan lokasi galangan tersebut tidak perlu

diperhatikan. Karena tidak ada suatu teori tunggal yang bisa diaplikasikan secara

representatif terhadap suatu penentuan lokasi industri, sehingga diperlukan gabungan dari

beberapa teori yang saling melengkapi.

BAB V PENUTUP (LESSON LEARNED)

Dari hasil pembahasan jurnal tersebut dapat diambil pembelajaran bahwa :

Dalam meresensi dan mengkritisi jurnal, referensi dari jurnal lain dengan tema yang

sama atau berbagai sumber lainnya sangat diperlukan untuk membandingkan

apakah jurnal yang diresensi sudah baik susunan atau sistematikanya atau belum.

Selain itu, referensi juga berfungsi untuk melengkapi konten yang tidak dibahas

dalam jurnal yang diresensi.

Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menganalisa penentuan lokasi

yang tepat, salah satunya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang membagi

elemen atau kriteria-kriteria terkait menjadi beberapa tingkatan dengan memberi

skala pengukuran terhadap setiap kriteria yang juga diprioritaskan.

Untuk menentukan suatu lokasi industri, tidak harus mencakup seluruh faktor yang

ada dalam satu teori saja. Karena sebenarnya tidak ada suatu teori tunggal yang

dapat menetapkan suatu lokasi industri, sehingga diperlukan gabungan dari

beberapa teori untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA

- Jurnal berjudul Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Sorgum di

Kabupaten Lamongan

- http://www.pwktech.info/system-modeling/analytic-hierarchy-process-ahp/

- http://repository.unand.ac.id/22234/3/bab%201.pdf

- http://nurfitriekhoirunnisa.blogspot.com/2012/10/teori-lokasi-industri-weber-dan-

losch.html