Contoh Penelitian tentang CSR
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Contoh Penelitian tentang CSR
PENGARUH KARAKTER PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSRD) dan IMPLIKASINYA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
Binti Shofiatul Jannah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Abstrak
Tujuan utama penelitian ini adala menguji pengaruhkarakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitability,profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, laverage, danumur perusahaan) terhadap pengungkapan tanggung jawabsosial dan implikasinya terhadap nilai perusahaan.Terdapat perbedaan hasil dari beberapa penelitianterdahulu yang relevan. Populasi penelitian ini adalahsemua perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012yaitu sebesar 459 perusahaan. Ada 50 perusahaan yangdijadikan sampel melalui teknik random sampling.Penelitian ini menggunakan analisis regresi bergandauntuk menguji hipotesis menggunakan SPSS 16.00 for Window.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adapengaruh signifikan ukuran perusahaan, profitability, profileperusahaan, ukuran dewan komisaris, laverage, dan umurperusahaan terhadap pengungkapan CSR. Hasil yang samajuga ditunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pengungkapanCSR terhadap nilai perusahaan.
Keywords: Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, UkuranPerusahaan, Profile Perusahaan, Ukuran DewanKomisaris, Laverage, Umur Perusahaan
PENDAHULUAN
1
Etika bisnis merupakan suatu dimensi etika dalam
lingkungan bisnis. Istilah etika bisnis memiliki makna
yang kontradiksi, karena suatu bisnis melakukan usaha
bisnisnya umtuk memaksimalkan keuntungan, tetapi etika
meyiratkan dasar yang sangat berbeda pada praktik
bisnis (Graffikin, 2008 : 167). Suatu bisnis
seharusnya juga berpusat pada tujuan sosial disamping
untuk memaksimalkan sumberdaya mereka. Isu ini telah
berkembang sejak Yunani kuno. Salah satu bentuk tujuan
sosial perusahaan adalah berupa kegiatan tanggung jawab
sosial atau CSR (Corporate Social Responsibility). CSR
(Corporate Social Responsibility) populer di tengah persaingan
usaha secara global. Tampaknya banyak perusahaan yang
memberikan perhatian lebih pada CSR (Corporate Social
Responsibility) perusahaan. Aktivitas CSR tidak terlepas
dari operasi bisnis perusahaan yang berdampak pada
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki arti
penting atas fakta tentang adanya pemisah antara
kemakmuran dan kemelaratan, baik secara global maupun
nasional. CSR merupakan komitmen dan kepedulian dari
pelaku bisnis untuk ambil bagian dalam mengurangi
penderitaan manusia (Suharto, 2008). Bentuk kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan
melakukan aktivitas CSR.
Kegiatan bisnis dengan nilai sosial berkembang
dengan baik di lingkungan industri. Dibuktikan dengan
2
ratusan websites, surat kabar, asosiasi professional dan
konsultan yang mngabdikan pada pengembangan program
CSR, mahasiswa dapat memperoleh gelar MBA dalam CSR,
dan sebagian besar perusahaan menerbitkan publikasi
tahunan khusus untuk CSR atau dokumentasi khusus untuk
tujuan sosial (Barnea dan Rubin, 2010). Di Indonesia,
pelaksanaan CSR diatur oleh UU PT No. 40 Tahun 2007
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pada
pasal 74 ayat 2 dijelaskan bahwa Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
ISO 26000:2010 merupakan standar dan Guidance on
Social Responsibility yang berisi tentang definisi, prinsip,
subjek inti dan petunjuk bagaimana prinsip dan subjek
inti ditegakkan di dalam organisasi. Memang ISO 26000
bukanlah petunjuk utama mengenai CSR perusahaan.
Tanggung jawab sosial menurut ISO (International Organization
for Standardization) 26000 didefinisikan sebagai “tanggung
jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada
masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;
mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan
3
dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku
internasional; serta terintegrasi dengan organisasi
secara menyeluruh”. Jadi tanggung jawab sosial
merupakan tanggung jawab perusahaan atas keputusan yang
diambil oleh decision maker serta tindakannya yang
bertujuan untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan.
Informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu
dibutuhkan oleh investor untuk pengambilan keputusan
yang rasional. Sembiring (2005) mengungkapkan bahwa
salah satu informasi yang sering diminta untuk
diungkapkan oleh perusahaan adalah mengenai informasi
tanggung jawab sosial. Informasi tanggung jawab sosial
ini dapat berupa ketersediaan informasi tentang
keuangan dan non keuangan. Tetapi pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan kepada publik masih bersifat
voluntary (sukarela) karena belum ada penegakkan
peraturan tentang CSR. Dibuktikan dengan pernyataan
PSAK No 1 (revisi 2009) paragraph 12 menyebutkan bahwa
perusahaan dalam mengungkapkan CSR melalui annual report
masih bersifat sukarela. Pengungkapan CSR ini merupakan
salah satu bentuk sustainable reporting (laporan
berkelanjutan) yang melibatkan tiga unsur, yaitu
ekonomi, sosial, dan lingkungan dan dikeluarkan oleh
GRI (Global Reporting Initiative).
Dengan menerbitkan sustainable reporting termasuk
pengungkapan CSR memberikan keuntungan bagi perusahaan.
4
Meskipun sebenarnya perusahaan memiliki motivasi
berbeda-beda dalam menerbitkan sustainable reporting.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Boston College Center
for Corporate Citizenship and Ernst & Young 2013 bahwa lebih dari50% responden menerbitkan sustainability report membantu
meningkatkan reputasi perusahaan mereka. Pentingnya
pengungkapan laporan keuangan dapat terlihat dari
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah yang disebut
Capital Market Supervisory Agency Regulation (BAPEPAM Number KEP-
38/PM/1996 and Regulation Number VIII.G.2) yang berpusat pada
annual report. Sehingga dengan adanya regulasi dari
pemerintah, maka perusahaan dipaksa meningkatkan
pengungkapan tanggung jawab sosialnya. Selain didorong
oleh adanya regulasi pemerintah, pengungkapan CSR dapat
dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan seperti
ukuran perusahaan, profitability, profile perusahaan, ukuran
dewan komisaris, laverage, dan umur perusahaan Berbagai
penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan
menunjukkan keanekaragaman hasil.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Politon dan Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan
Siagian (2012), Nur dan Priantinah (2012), Utami dan
Prastiti (2011), Yuan (2011), Li dan Zhang (2010),
Siregar dan Bachtiar (2010), Yuliana (2008), dan
Sembiring (2005) berhasil menemukan bukti empiris bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan5
tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan hasil
penelitian lain tentang pengaruh laverage perusahaan
terhadap pengungkapan CSR menunjukkan perbedaan hasil.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Politon dan
Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian (2012),
Utami dan Prastiti (2011), Siregar dan bachtiar (2010),
dan Sembiring (2005) menunjukkan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tetapi hasil
penelitian dari Nur dan Priantinah (2012) dan Belkaoui
dan Karpik (1989) menyatakan bahwa leverage berpengaruh
negative terhadap pengungkapan CSR.
Pengungkapan CSR juga mampu mempengaruhi kinerja
suatu perusahaan. Penelitian akhir-akhir ini menemukan
bahwa pengungkapan CSR dan nilai perusahaan memiliki
pengaruh positif. Berdasarkan Signaling Theory, jika
perusahaan mengungkapkan CSR maka mengindikasikan bahwa
manager memiliki informasi bagus tentang perusahaan.
Harapannya informasi tersebut dapat ditangkap oleh para
investor dan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Untuk
mengukur nilai perusahaan, penelitian ini menggunakan
Tobin’s Q. Penelitian ini menggunakan rasio Tobin’s Q
untuk mengukur nilai perusahaan karena rasio Tobin’s Q
mampu memberikan infomrasi paling baik dimana
memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan dalam menghitungnya. Hasil penelitian dari
Jo dan Harjoto (2011) dan Rodgers et al (2013)
6
menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Mengacu penelitian-penelitian di atas yang
mengindikasikan perbedaan hasil, maka peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap pengungkapan CSR dan dampaknya terhadap nilai
perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah selain menambahkan variabel bebas
dengan cara menggabungkan beberapa variabel bebas dari
beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini juga
menguji pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai
perusahaan yang belum dilakukan oleh penelitian
terdahulu. Subjek penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Karena
mudah memperoleh data yaitu berupa laporan keuangan
perusahaan publikasi dan beberapa kegiatan perusahaan
seperti perusahaan manufaktur atau pertambangan sangat
mempengaruhi lingkungan alam sekitar. Sehingga dengan
berbagai jenis perusahaan yang bersinggungan langsung
dengan masyarakat dijadikan subjek penelitian,
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
masyarakat tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Adakah pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran
perusahaan, profitability, profile perusahaan, ukuran dewan
7
komisaris, laverage, dan umur perusahaan) terhadap
pengungkapan CSR?
2. Adakah pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai
perusahaan?
Penelitian ini diharapkan mampu memperkuat
sintesis bahwa pengungkapan CSR merupakan salah satu
faktor yang mampu mempengaruhi reaksi pasar dan hasil
penelitian ini mampu mengkonfirmasi penelitian
terdahulu. Berkontribusi terhadap perkembangan teori
dan memberikan informasi kepada manajer bahwa nilai
perusahaan dapat meningkat dengan melakukan
pengungkapan CSR.
KAJIAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pengungkapan CSR oleh perusahaan dapat dipandang
dari perspektive legitimacy theory adalah stakeholder theory.
Berdasarkan legitimacy theory, ketika perusahaan mendirikan
perusahaan atau berinvestasi di suatu daerah maka perlu
untuk memperhatikan norma-norma di lingkungan tersebut,
dikarenakan jika perusahaan memperhatikan norma-norma
tersebut maka perusahaan memperoleh legalitas dari
masyarakat. Legitimacy theory menyarankan bahwa perusahaan
akan dihukum jika perusahaan tidak beroperasi dengan
konsisten sesuai dengan harapan masyarakat. Sehingga
perusahaan harus bekerja keras dalam menyiapkan
dukungan empiris dan melaporkan tanggung jawab sosial
8
atau laporan khusus mengenai isu lingkungan. Stakeholder
theory, teori ini menenkankan pentingnya mempertimbangkan
kepentingan, kebutuhan dan pengaruh dari pihak-pihak
yang terkait dengan kebijakan dan kegiatan operasi
perusahaan, terutama dalam hal pengambilan keputusan.
Sehingga diharapkan perusahaan mampu memuaskan
stakeholdernya dalam suatu tingkatan tertentu, paling
tidak sebagian besar dari mereka. Penggunaan teori
stakeholder dikarenakan perusahaan hanya berkontribusi
pada shareholder tanpa melihat pihak stakeholder lainnya
seperti masyarakat. Ketika perusahaan turut serta
memperhatikan kepentingan masyarakat dengan melakukan
pengungkapan CSR maka diharapkan akan timbul sebuah
kepercayaan dari masyarakat.
Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
Ukuran perusahaan (firm size)
Sembiring (2005) menyatakan bahwa size suatu
perusahaan merupakan salah satu variabel yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam
laporan tahunan perusahaan. Jika dilihat dari agency
theory, perusahaan besar dengan agency cost yang lebih
besar, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi
yang lebih luas pula dengan alasan untuk mengurangi
agency cost tersebut. Perusahaan besar akan mengungkapkan
informasi sosial kepada publik agar mendapatkan
9
penilaian positif dari investor. Tujuannya adalah untuk
mengurangi konflik keagenan, meskipun dapat
meningkatkan biaya perusahaan. Pihak manajemen ingin
menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menggunakan asset
perusahaan untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga
untuk kepentingan investor dengan cara melakukan
pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan
perusahaan. Hasil penelitian dari Politon dan
Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian (2012), Nur
dan Priantinah (2012), Utami dan Prastiti (2011), Yuan
(2011), Li dan Zhang (2010), Siregar dan Bachtiar
(2010), Yuliana (2008), dan Sembiring (2005) berhasil
menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H1 : ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR
Profitability
Profitability adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan profit dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Ada dua teori untuk melihat hubungan
profitabilitas dengan pengungkapan CSR, yaitu agency
theory dan legitimacy theory. Jika dilihat dari sudut
10
pandang agency theory, semakin besar perolehan laba maka
informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan akan
semakin luas. Karena perusahaan ingin meyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan.
Pengungkapan informasi yang lebih luas diharapkan mampu
mengurangi konflik keagenan, yaitu perolehan laba yang
diperoleh perusahaan tidak hanya digunakan untuk
kepentingan manajemen, tetapi juga untuk kepentingan
investor melalui pengungkapan informasi sosial.
Sehingga profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR. Jika profitability dilihat berdasarkan
legitimacy theory, Donovan dan Gibson dalam Sembiring
(2005) menyatakan bahwa ketika perusahaan memperoleh
laba yang tinggi, maka perusahaan merasa tidak perlu
untuk melaporkan sesuatu yang dapat mengganggu
informasi kesuksesan keangan perusahaan. Salah satunya
adalah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Sebaliknya, ketika profitabilitas
perusahaan rendah, maka perusahaan berharap bahwa para
pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja
perusahaan dari sisi lain, misalnya adalah dalam
lingkup sosial atas pengungkapan aktivitas sosial
perusahaan. Dengan demikian, investor akan tetap
berinvestasi di perusahaan tersebut. Sehingga
profitabilitas berpengaruh negative terhadap
pengungkapan CSR. Hasil penelitian Lucyanda dan Siagian
(2012), Utami dan Prastiti (2011), Yuan (2011), dan Li
11
dan Zhang (2010) adalah profitability berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H2 : profitabilitas perusahaan berpengaruh negative
terhadap pengungkapan CSR
Profile perusahaan
Sembiring (2005) menyatakan bahwa penelitian
tentang pengaruh profile terhadap pengungkapan CSR
perusahaan kebanyakan mendukung industry dengan high
profile mengungkapkan informasi tanggung jawab sosialnya
lebih banyak dari industry low profile. Perusahaan dengan
high profile umumnya adalah perusahaan yang mendapat
sorotan dari publik karena aktivitas perusahaan yang
besar berpotensi bersinggungan dengan kepentingan luas.
Sehingga masyarakat lebih sensitive pada perusahaan
dengan high profile. Kelalaian sedikit saja pada proses
produksi akan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Sedangkan perusahaan low profile adalah perusahaan yang
mendapat sedikit sorotan dari publik meskipun aktivitas
perusahaan mengalami kegagalan pada kondisi tertentu.
Jadi, jika kedua perusahaan high profile dengan perusahaan
low profile dibandingkan, maka perusahaan low profile akan
mendapat toleransi dari masyarakat ketika melakukan
kesalahan. Hasil penelitian dari Politon dan
12
Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian (2012),
Yuliana (2008), dan Sembiring (2005) adalah profile
perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan
CSR.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H3 : profile perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR
Ukuran Dewan Komisaris
Juholin dalam Yuliana (2008) menyatakan bahwa
pelaksanaan aktivitas CSR merupakan hasil kebijakan
perusahaan yang melibatkan manajemen puncak dan
komisaris. Pelaksanaan CSR akan lebih optimal jika
mendapat dukungan penuh dari dewan komisaris. Coller
dan Gregory dalam Sembiring (2005) bahwa kaitan ukuran
dewan komisaris dengan pengungkapan CSR adalah semakin
besar jumlah anggota komisaris, maka akan semakin mudah
untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan
akan semakin efektif. Sehingga perusahaan harus
mengungkapkan tanggung jawab sosial lebih luas untuk
mengurangi tekanan pihak manajemen. Hasil penelitian
empiris yang mendukung adalah Siregar dan Bachtiar
(2010), dan Sembiring (2005). Berbeda dengan hasil
penelitian Politon dan Rustiyaningsih (2013), Lucyanda
dan Siagian (2012), dan Yuliana (2008) bahwa ukuran
13
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR. Tetapi hasil penelitian dari Nur dan Priantinah
(2012) dan Yuan (2011) bahwa ukuran dewan komisari
berpengaruh negative terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H4 : ukuran dewan komisaris perusahaan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR
Laverage
Berdasarkan agency theory, perusahaan dengan tingkat
laverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dengan tujuan agar
tidak menjadi sorotan dari debtholders. Alasan lainnya
adalah laverage yang tinggi memungkinkan perusahaan
melakukan pelanggaran kontrak hutang. Sehingga manager
yang rasional akan berusaha melaporkan laba sekarang
lebih tinggi dibanding laba masa depan. Salah satu cara
untuk meninggikan laba yang dilaporkan adalah
mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk
mengungkapkan informasi sosial. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Politon dan Rustiyaningsih (2013),
Lucyanda dan Siagian (2012), Utami dan Prastiti (2011),
Siregar dan bachtiar (2010), dan Sembiring (2005)
menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Sedangkan hasil penelitian dari Nur
14
dan Priantinah (2012) dan Belkaoui dan Karpik (1989)
menyatakan bahwa leverage berpengaruh negative terhadap
pengungkapan CSR. Hanya hasil penelitian Li dan Zhang
(2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H5 : laverage perusahaan berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan CSR
Umur Perusahaan (firm age)
Utami dan Prastiti (2011) menyebutkan bahwa umur
perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu
bertahan. Berdasarkan legitimasi theory, legitimasi
organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang
diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Jika
perusahaan mampu bertahan lama, maka semakin banyak
pula informasi yang diperoleh masyarakat tentang
perusahaan tersebut. Dengan demikian, legitimasi dapat
disebut sebagai sumber potensial bagi perusahaan dalam
bertahan hidup. Legitimacy theory menganjurkan perusahaan
untuk meyakinkan kepada publik bahwa aktivitas dan
kinerja perusahaan dapat diterima masyarakat. Jadi
semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan
akan semakin mengungkapkan informasi sosialnya sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan agar tetap diterima di15
masyarakat. Umur perusahaan diperkirakan memiliki
hubungan positif dengan pengungkapan CSR. Hasil
penelitian Lucyanda dan Siagian (2012) dan Utami dan
Prastiti (2011), menunjukkan bahwa umur perusahaan
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H6 : umur perusahaan berpengaruh positive terhadap
pengungkapan CSR
Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai
perusahaan yaitu memaksimalkan kekayaan shareholder
dengan cara memaksimalkan harga saham. Berdasarkan
Signaling Theory, jika perusahaan mengungkapkan CSR maka
mengindikasikan bahwa manager memiliki informasi bagus
tentang perusahaan. Harapannya informasi tersebut dapat
ditangkap oleh para investor dan mampu meningkatkan
nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Jo dan Harjoto
(2011) dan Rodgers et al (2013) menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
16
H7 : penngunkapan CSR berpengaruh positive terhadap
nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012 yang juga
menjadi populasi. Perusahaan ini dijadikan fokus
penelitian karena objek penelitian ini adalah laporan
keuangan yang dipublikasikan perusahaan, sehingga data
mudah diperoleh. Disamping itu, beberapa kegiatan
perusahaan seperti perusahaan manufaktur atau
pertambangan sangat mempengaruhi lingkungan alam
sekitar. Contohnya adalah limbah hasil proses produksi
perusahaan manufaktur yang sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dari 459 perusahaan yang
terdaftar di BEI, sebanyak 50 perusahaan dipilih
menjadi sampel dengan menggunakan metode random
sampling. Jumlah sampel ini cukup representative, karena
ukuran sampel minimal adalah 30 untuk bisa dilakukan
analisis regresi berganda. Data mengenai informasi
perusahaan diperoleh dari laporan keuangan maupun ICMD
perusahaan sampel. Penelitian ini menggunakan data
cross section yaitu berupa banyak perusahaan dengan waktu
satu tahun. Data diperoleh dari website masing-masing
perusahaan dan dari www.idx.go.id.
17
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel dependen
Sembiring (2005) menyatakan bahwa dalam memperoleh
data mengenai pengungkapan tanggun jawab sosial
menggunakan checklist dalam tujuh kategori, yaitu
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat, dan umum. Item pengungkapan dalam
penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh
Sembiring (2005). Karena dalam penelitiannya item
pengungkapan CSR telah disesuaikan dengan kondisi di
Indonesia. Jadi terdapat 78 item pengungkapan yang mana
nantinya masih disesuaikan dengan masing-masing sektor.
Adapun score untuk tiap checklist adalah score 0, jika
perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar
pertanyaan dan score 1, jika perusahaan mengungkapkan
item pada daftar pertanyaan. Selanjutnya score dari tiap
item dijumlah untuk memperoleh score keseluruhan tiap
perusahaan. Rumus untuk menghitung CSRDI adalah sebagai
berikut.
CSRDIj=∑ Xj
Nj
Dimana:
CSRDIj: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan
j
18
Xj : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j
Nj : jumlah item pengungkapan CSR
Variabel independen
Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan log total asset
perusahaan.
Profitability
Profitability diukur menggunakan ROA (Return on Asset),
dengan cara membagi pendapatan bersih dengan total
asset.
Profile perusahaan
Untuk mengukur profile perusahaan menggunakan
dummy variabel dalam mengklasifikasi high profile dan low
profile perusahaan. perusahaan high profile diberi nilai 1,
yaitu untuk perusahaan yang bergerak di bidang
perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas,
otomotif, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan
minuman, media dan komunikasi, kesehatan, transportasi,
dan pariwisata. Nilai 0 untuk perusahaan low profile, yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang bangunan, keuangan
dan perbankan, supplier peralatan medis, retailer,
tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk
rumah tangga (Sembiring, 2005).
Ukuran dewan komisaris
Untuk mendapatkan data tentang ukuran dewan
komisaris menggunakan jumlah anggota dewan komisaris.
19
Laverage
Laverage diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) dengan
cara membagi total hutang dengan total modal.
Umur perusahaan
Umur perusahaan dihitung dengan cara menghitung
jumlah bulan dari bulan pertama perusahaan terdaftar di
BEI sampai bulan Desember dari tahun berjalan laporan
keuangan tahunan.
Nilai Tobin’s Q
Pengukuran Tobin’s Q adalah sebagai berikut.
q = (EMV+D)(EBV+D )
q = nilai perusahaanEMV = nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yangberedar)D = nilai buku dari total hutangEBV = nilai buku dari total aktiva (total aktiva –
total hutang)
MODEL PENELITIAN
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka
persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
CSR = α0 + β1Size + β2Profit + β3Profile + β4Kom + β5Lev
+ β6Age + ɛ1……1
Q = α0 + β7CSR + ɛ2………………………………………………………..2
Keterangan :
20
CSR = pengungkapan tangugng jawab sosialSize = ukuran perusahaanProfit = rasio pendapatan besrsih dengan total asetProfile= profile perusahaanKom = ukuran dewan komisarisLev = rasio hutang terhadap modal sendiriAge = umur perusahaanQ = kinerja perusahaanα = konstantaβ1-7 = koefisien regresiɛ = error
HASIL dan PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas jika dilihat dari PP Plot
menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Data dalam
penelitian ini telah memenuhi syarat uji normalitas,
yang telah dibuktikan dengan besarnya sampel lebih dari
30 sampel yaitu sebesar 50 sampel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan data yang
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji multikolinieritas dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas dalam penelitian ini bebas dari
multikolinearitas yang ditunjukkan dengan nilai VIF
yaitu 1.935, 1.410, 1.159, 1.852, 1.492, dan 1.161
dimana nilai VIF mendekati satu.
3. Uji Autokorelasi21
Nilai D-W sebesar 1.845, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini
tidak terjadi autokorelasi, mengingat dalam pengambilan
kesimpulan uji autokorelasi adalah apabila nilai D-W
diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitability,
profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, laverage, dan
umur perusahaan terhadap pengungkapan CSR dan pengaruh
pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan melalui
regresi linier berganda. Analisis regresi digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan
hasil pengujian, maka hasil regresi dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis yang
dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang
signifikan. Artinya dari semua variabel independen
yaitu profitability, profile perusahaan, ukuran dewan
komisaris, laverage, dan umur perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR karena
memiliki sig > 0.05. Begitu pula dengan hasil pengujian
hipotesis model ke dua, menunjukkan bahwa pengungkapan
CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
22
perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka hipotes 1
sampai hipotesis 8 ditolak.
Pembahasan
Nilai Adjusted R Square untuk persamaan regresi
pertama adalah sebesar 5.2%, nilai ini sangat rendah.
Tingkat Adjusted R Square yang sangat rendah ini
menunjukkan perlunya penambahan variabel dan adanya
variabel control sebagai penduga pengungkapan CSR.
Nilai R Square untuk persamaan regresi ke dua adalah
sebesar 0.6%, nilai ini pun sangat rendah. Artinya
bahwa variasi variabel bebas dapat menjelaskan variasi
variabel terikat sebesar 0.6%, sedangkan sisanya
sebesar 99.4% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model. Variabel bebas dalam penelitian ini tidak
signifikan semua, sehingga tidak bisa
diinterpretasikan. Pembahasan terhadap variabel bebas
dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan,
profitability, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris,
laverage, dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan CSR
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada pengaruh signifikan ukuran perusahaan,
profitability, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris,
laverage, dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan
CSR. Sehingga hipotesis yang diajukan adalah ditolak,
23
artinya bahwa berapapun perubahan variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap penugnkapan CSR perusahaan.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Politon
dan Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian (2012),
Nur dan Priantinah (2012), Utami dan Prastiti (2011),
Yuan (2011), Li dan Zhang (2010), Siregar dan Bachtiar
(2010), Yuliana (2008), dan Sembiring (2005) berhasil
menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Kondisi ini diduga disebabkan karena
perusahaan yang berukuran besar memiliki biaya keagenan
yang lebih besar untuk mengungkapkan informasi sosial
yang lebih luas untuk mendapatkan nilai positif dari
investor. Berbeda dengan hasil penelitian ini, karena
perusahaan besar maupun perusahaan kecil mengungkapkan
informasi sosialnya untuk memenuhi regulasi pemerintah
yaitu UU PT No. 40 Tahun 2007 mengenai tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Pada pasal 74 ayat 2 dijelaskan
bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian
24
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lucyanda dan Siagian (2012), Utami dan Prastiti (2011),
Yuan (2011), dan Li dan Zhang (2010) adalah profitability
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Profitabilitas
dapat dipandang dengan dua perspektif, yaitu dari
agency theory dan legitimasi theory. Jika dilihat dari sudut
pandang agency theory, semakin besar perolehan laba maka
informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan akan
semakin luas. Karena perusahaan ingin meyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil
penelitian ini lebih mendukung pada legitimacy theory. Jika
profitability dilihat berdasarkan legitimacy theory, Donovan
dan Gibson dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa
ketika perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka
perusahaan merasa tidak perlu untuk melaporkan sesuatu
yang dapat mengganggu informasi kesuksesan keuangan
perusahaan. Disamping itu, manajemen merasa tidak perlu
memberikan infomrasi sosial karena informasi tersebut
tidak mempengaruhi posisi dan kompensasi yang diterima
manajemen.
Profile perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Politon
dan Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian
(2012), Yuliana (2008), dan Sembiring (2005) adalah
profile perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR. Kondisi ini diduga karena perusahaan
25
di Indonesia baik perusahaan high profile maupun
perusahaan low profile, maka ketika perusahaan kedua jenis
tersebut melakukan kesalahan, masyarakat Indonesia
masih memberikan toleransi terhadap perusahaan yang
melakukan kelalaian. Hal ini didukung dengan hukum di
Indonesia yang kurang kuat. Sehingga perusahaan
menganggap entah itu perusahaan high profile maupun
perusahaan low profile tidak mempengaruhi pengungkapan
CSR. Karena kembali lagi, bisa saja pengungkapan
informasi sosial hanya untuk mematuhi regulasi
pemerintah.
Ukuran dewan komisaris perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siregar dan Bachtiar (2010), dan
Sembiring (2005). Tetapi sejalan dengan hasil
penelitian Politon dan Rustiyaningsih (2013), Lucyanda
dan Siagian (2012), dan Yuliana (2008) bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR. Hal ini dapat dijelaskan dari fungsi dewan
komisaris di Indonesia dimana dewan komisaris hanya
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat pada
direktur. Pengambil keputusan tetap berada ditangan
dewan direksi. Ukuran dewan komisaris di tiap
perusahaan juga berbeda-beda tergantung kebutuhan
perushaan. Baik ukuran dewan komisaris itu besar atau
kecil, semuanya melaporkan informasi lingkungan.
26
Sehingga tidak mempengaruhi kualitas kinerja
perusahaan.
Laverage perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Nur dan Priantinah (2012) dan
Belkaoui dan Karpik (1989) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh negative terhadap pengungkapan CSR. Hanya
hasil penelitian Li dan Zhang (2010) yang menyatakan
bahwa leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Tetapi sejalan dengan hasil penelitian dari Politon dan
Rustiyaningsih (2013), Lucyanda dan Siagian (2012),
Utami dan Prastiti (2011), Siregar dan bachtiar (2010),
dan Sembiring (2005) menunjukkan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan
dengan tingkat laverage yang tinggi memungkinkan
perusahaan melakukan pelanggaran kontrak. Tetapi
penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
leverage yang tinggi tidak mempengaruhi pengungkapan CSR
perusahaan. Mungkin saja perusahaan dalam sampel
penelitian ini memiliki system pendanaan internal yang
kuat, sehingga mereka tidak perlu repot-repot
mengungkapkan infomrasi sosial untuk membuat citra
positif sehingga menarik investor maupun kreditur.
Umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Lucyanda dan Siagian (2012) dan Utami
dan Prastiti (2011), menunjukkan bahwa umur perusahaan
27
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Kondisi
ini tidak mendukung legitimasi theory, semakin lama
perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan akan semakin
mengungkapkan informasi sosialnya sebagai bentuk
tanggung jawab perusahaan agar tetap diterima di
masyarakat. Tetapi perusahaan yang telah lama berdiri
telah biasa melakukan tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat setempat dan hal itu tidak perlu dilaporkan
dalam bentuk pengungkapan sosial. Karena perusahaan
yang telah lama berdiri biasa melakukannya melalui
surat kabar, majalah, dan website. Sehingga masyarakat
sekita perusahaan dengan umur lebih lama telah paham
tentang tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan
Pengungkapan CSR perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian Jo dan Harjoto
(2011) dan Rodgers et al (2013) menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Perbedaan hasil ini diduga karena
pengungkapan CSR masih digunakan untuk membangun citra
positif perusahaan saja. Selanjutnya menciptakan
impression “green” yang menandakan perusahaan menegakkan
sikap tanggung jawab sosial. Dalam pengungkapan CSR
perusahaan biasanya juga mengungkapkan berita positif
dan berita negative. Trend pelaporan CSR yang ada
28
adalah sebuah cara efektive untuk mendemonstrasikan
image perusahaan yang baik dan bersih, disamping memberi
sinyal berita yang dapat memimpin pada posisi yang
diterima secara sosial. Sehingga penungkapan CSR tidak
mampu menikkan nilai perusahaan. DItambah lagi,
pengungkapan CSR dalam sustainability reporting hanya
dilakukan sekali dalam setahun. Sehingga pengaruhnya
terhadap nilai perusahaan hanya terjadi sesaat atau
beberapa hari setelah penerbitan sustainability reporting.
Karena nilai perusahaan yang tercermin dalam harga
saham perusahaan sangat sensitive terhadap berita.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan KETERBATASAN
Kesimpulan
Terdapat perbedaan hasil antara teori yang
digunakan dan penelitian empiris yang relevan mengenai
pengaruh karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan,
profitability, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris,
laverage, dan umur perusahaan) terhadap pengungkapan CSR
dan pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai
perusahaan. Hasil pengujian variabel bebas dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan dari semua variabel terhadap variabel
terikat. Kondisi ini diduga bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan karena adanya tekanan dari
regulasi pemerintah. Perbedaan hasil ini bisa
29
dipengaruhi dari perbedaan proxy dalam mengukur
variabel dan teknik sampling yang kurang tepat. Implikasi
Temuan penelitian ini menarik karena berbeda
dengan penelitian empiris terdahulu. Temuan ini mampu
memberikan implikasi positif terhadap perkembangan
literatur. Karena hasil penelitian ini menghasilkan
tidak adanya pengaruh signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat. Tetapi berdasarkan
pengalaman saya, penelitian dengan menggunakan data
keuangan rata-rata mengindikasikan hasil penelitian
yang tidak signifikan. Nilai Adjusted R Square adalah
sebesar 5.2%, nilai ini sangat rendah. Tingkat Adjusted R
Square yang sangat rendah ini menunjukkan perlunya
penambahan variabel dan adanya variabel kontrol sebagai
penduga pengungkapan CSR untuk penelitian selanjutnya.
Secara praktikal, penelitian ini juga menjelaskan
seberapa penting pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut.
1. Dalam pengukuran variabel hendaknya diproksi
sesuai dengan ukuran yang lebih umum dan berdasarkan
penelitian terdahulu yang relevan.
30
2. Periode pengamatan penelitian ini hanya satu tahun
sehingga praktik pengungkapan CSR diduga belum bisa
mencerminkan kondisi sebenarnya. Periode pengamatan
yang lebih panjang kemungkinan mampu mendekati dengan
kondisi yang sebenarnya.
3. Subjektivitas peneliti dalam pengukuran indeks CSR
sangat tinggi. Karena untuk memperoleh data indeks
CSR menggunakan chechklist.
4. Penelitian ini hanya menggunakan 50 sampel
perusahaan yang terdaftar di BEI sehingga kurang
fokus pada jenis perusahaan tertentu, misalnya
perusahaan manufaktur.
5. Penelitian berikutnya hendaknya menggunakan
variabel control dan menggungakan teknik purposive
sampling. Agar peneliti memperoleh sampel sesuai dengan
tujuan penelitian.
31
DAFTAR RUJUKAN
Barnea, Amir and Rubin, Amir. 2010. Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders.Journal of Business Ethics. 97:71–86, (http://proquest.com), diakses 15 November 2013.
Belkaoui, A. dan Karpik, P.G. (1989), “Determinants Of The Corporate Decision To Disclose Social Information”, Accounting, Auditing & Accountability Journal, (Online), 2 (1): 36-51, (http//www.emeraldinsight.com), diakses 29 Desember 2013.
32
Graffikin, M. 2008. Accounting Theory Research, Regulation and Accounting Practice. An Imprint of pearson Education Australia (GAF).
ISO 2600. Corporate Social Responsibility. (Online), (http://www.iso.org/iso/home/standards/iso26000.htm), diakses 15 November 2013.
Jo, H. dan Harjoto, M, A. 2011. Corporate Governance and Firm Value:The Impact of Corporate Social Responsibility. Journal of Business Ethics, (Online), 103:351–383, (http://proquest.com), diakses 15 November 2013.
Li, W. dan Zhang, R. 2010. Corporate Social Responsibility, Ownership Structure, and PoliticalInterference: Evidence fromChina. Journal of Business Ethics. (Online), 96:631-645, (http://proquest.com), diakses 15 November 2013.
Lucianda, J. dan Siagian, L, G. 2012. The influence of company characteristics toward Corporate Social Responsibility disclosure. Makalah disajikan dalam The 2012 International Conference on business and Management, 6-7 September di Phuket, Thailand.
Market Supervisory Agency Regulation (BAPEPAM Number KEP-38/PM/1996 and Regulation Number VIII.G.2. (Online), (http://www.bapepam.go.id), diakses 15 November 2013.
Nur, M. dan Priantinah, D. 2012. Analisis Faktor-faktoryang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Berkategori High Profile yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Nominal, 1 (1): 22-34.
33
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (RevisI 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan. (Online), (http://staff.blog.ui.ac.id), diakses 15 Desember 2013.
Politon, S, O. dan Rustiyaningsih, S. 2013. Karakteristik Perusahaaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Manufaktur Go Publik. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, 1 (1): 1-9.
Rodgers, W., Choy, Hiu, . dan Guiral, A. 2013. Do Investors Value a Firm’s Commitment to Social Activities?. Journal of Business Ethics, (Online), 114:607–623, (http://proquest.com), diakses 15 November 2013.
Sembiring, R.E. 2005. Karateristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII,15–16 Oktober di Solo.
Siregar, S.V. dan Bachtiar, Y. 2010. Corporate social reporting: empirical evidence from Indonesia StockExchange. International Journal of Islamic and Management, (Online), 3 (3): 241-252, (http//www.emeraldinsight.com), diakses 29 Desember 2013.
Suharto, Edi. 2008. Corporate Social Responsibiliity: What is And Benefits for Corporate. Tanggung JawabSosial Perusahaan: Apa itu Dan Apa Manfaatnya BagiPerusahaan. (Online), (http://proquest.com), diakses 15 November 2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. (Online),
34
(http://www.bapepam.go.id), diakses 15 November 2013.
Utami, S. dan Prastiti, S, W. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Social Disclosure. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16 (1): 63-69.
Value of sustainability reporting.A study by Ernst & Young LLP and theBoston College Center for Corporate Citizenship. 2013. Boston College Carrol School of Management.
www.globalreporting.org
www.idx.go.id
Yuan. Y. 2011. Research on the Influential Factors of CSR Information Disclosure. Management and Enginering, (Online), 11-16, (http://proquest.com), diakses 15 Desember 2013.
Yuliana, R. 2008. Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Reaksi
Investor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 5 (2):
245-276.
35