CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

12
STRATEGI PEMBELAJARAN CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar 2015 LUTFI KOTO

Transcript of CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI PEMBELAJARAN CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar

2015

LUTFI KOTO

CBSA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Oleh : Lutfi Koto

Konsep dasar CBSA A.

1. Pengertian CBSA

Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang

bermakana sama dengan Student Active (SAL). Menurut Sriyono, CBSA

bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori” melainkan

merupakan cara, teknik, atau dengan kata lain disebut “teknologi”. Dalam

teori pengajaran, CBSA merupakan konsekuensi logis dari pengajaran

yang seharusnya. Lebih lanjut Sriyono menjelaskan, hakekat dari CBSA

pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan

kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Sebagai konsep, CBSA adalah proses kegiatan belajar mengajar

yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga

peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran Menurut Sriyono (1992 : 9). Pengertian tersebut

menunjukkan bahwa CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam

kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai objek dan sebagai

subjek. Dilihat dari subjek didik, CBSA merupakan proses kegiatan yang

dilakukan oleh peserta didik dalam rangka belajar. Dilihat dari guru atau

pengajar, CBSA merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut

keaktifan optimal peserta didik.

Sriyono menjelaskan CBSA harus tercermin dalam dua hal yaitu

perencanaan dan pelaksanaan termasuk penilaian. Perencanaan proses

pembelajaran berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi

rumusan tujuan pengajaran, bahan ajar, kegiatan belajar siswa, metode dan

alat bantu mengajar, dan penelitian. Sedangkan tahap pelaksanaan proses

2

belajar-mengajar adalah pelaksanaan proses belajar-mengajar adalah

pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi

guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan CBSA adalah.

Diharapkan dengan CBSA terciptanya suasana belajar yang aktif dan

efektif. Hasibuan & Moedjiono berpendapat, keaktifan siswa dalam rangka

CBSA merujuk kepada keaktifan mental, dan fisik. Dengan demikian

peserta didik diharapakan dapat mengahayati dan menginternalisasi nilai-

nilai dalam pembentukan keterampilan, pengetahun dan karakter.

2. Ciri-ciri CBSA

Berikut ini ciri-ciri CBSA menurut Syaiful Bahri & Azwan Zain

(2010 : 32) adalah :

Menekankan pentingnya makna pelajaran untuk mencapai hasil belajar a.

yang memadai.

Menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa didalam proses b.

belajar.

Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat dicapai c.

oleh peserta didik

Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh d.

Adapun menurut Sriyono (1992 : 14) ciri yang harus tampak dalam

proses belajar mengajar (CBSA) adalah :

Situasi kelas merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara a.

bebas, tetapi terkendali

Guru tidak menominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan b.

rangsangan berfikir kepada siswa untuk memecahkan masalah

Guru menyediakan dan menggunakan sumber belajar bagi siswa, bisa c.

sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri

menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang

3

diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai

sumber belajar.

Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-d.

sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan

secara kelompok dalam bentuk diskusi, dan ada pula kegiatan belajar

yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara mandiri. Penetapan

kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara mandiri. Penetapan

kegiatan belajar tersebut diatur guru secara sistematis dan terencana.

Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan e.

manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan

dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua

siswa yang memerlukan bantuan manakaala mereka menghadapi

persoalan belajar.

Situasi dan kondisi kelas tidak terlal kaku terkait dengan susunan yang f.

mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan

siswa

Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai g.

siswa, tetapi juga dilihat dan diukur dri segi proses belajar yang

dilakukan oleh siswa.

Adanya keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapatnya melalui h.

pertanyaan maupun pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada

guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah.

Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas dari benar atau i.

salah, dan tidak diperkenanakan membunuh, mengurangi, atau

menekan pendapat siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara

bebas.

4

3. Indikator CBSA

Untuk melihat terwujudnya Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses

belajar mengajar, terdapat beberapa indikator Cara Belajar Siswa Aktif.

Melalui indikator Cara Belajar Siswa Aktif dapat dilihat tingkah laku

mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar berdasarkan apa

yang dirancang oleh guru.

Indikator tersebut dilihat dari lima segi, yaitu :

Dari sudut siswa, dapat dilihat dari : a.

1) Keinginan, keberanian, menampikan minat, kebutuhan dan

permasalahannya

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar

3) Menampilkan berbagai usaha atau kekratifan belajar mengajar

sampai mncapai keberhasilannya

4) Kebebasan atau keleluasan melakukan hal tersebut diatas tanpa

tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar)

Dilihat dari sudut guru, yaitu : b.

1) Adanya usaha siswa secara aktif

2) Bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar

siswa

3) Bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar

menurut cara dan keadaan masing-masing.

4) Bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta

pendekatan multimedia.

Dilihat dari segi program, hedaknya : c.

1) Tujuan intruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuatu

dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subjek didik

2) Program cukup jelas dimengerti siswa dan menantang siswa untuk

melakukan kegaitan belajar

5

3) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep prinsip

dan keterampilan

Dilihat dari situasi belajar, tampaknya adanya : d.

1) Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya :

2) Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpimnan di

sekolah

3) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki

motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar

masing-masing

Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya : e.

1) Sumber-sumber belajar dari siswa

2) Fleksibelitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar

3) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran

4) Kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas didalam kelas tetapi juga

diluar kelas

Dengan adanya tanda-tanda diatas guru akan lebih mudah dalam

merencanakan dan melaksakan pengajaran. Setidaknya-tidaknya

memberikan rmabu-rambu bagi guru dalam melaksanakan CBSA. (Dr.

Nana Sudjana, 1989 : 22)

6

4. Prinsip-Prinsip Belajar Siswa Aktif

Menurut Sriyono ada lima prinsip belajar yang dapat menunjang

tumbuhnya cara belajar siswa aktif. Adapaun kelima prinsip tersebut

adalah sebagai berikut :

Stimulus Belajar a.

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya

dalam bentuk stimulasi. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau

bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus hendaknya benar-

benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak

disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin

membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara

pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam

memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan kembali

pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. Cara pertama dilakukan

oeh guru sedangkan cara kedua menjadi tugas siswa melalui

pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa. Kedua

cara tersebut pada hakekatnya adalah stimulus belajar yang

diupayakan oleh guru pada waktu ia mengajar.

Perhatian dan Motivasi b.

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam

proses belajar-mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil

belajar yang dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang

diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan

motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan

lama bertahan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Oleh

karena itu, perlu diusahakan oleh guru.

Ada beberapa car untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,

antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengdakan

pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberikan

7

kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya,

menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa

seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.

Respons yang dipelajari c.

Belajar adalah proses yang aktif sehinnga, apabila tidak

dilibatkan dalam kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap

stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang

dikehendaki.

Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa

meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan

belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugasnya

yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya yang dalam

menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang

diberikan guru dan lain-lain. Semua bentuk respons yang dipelajari

siswa harus menunjang tercapainya tujuan intruksional sehingga

mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan

intruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan

belajar siswa yang dapat ditempuh melalui respons fisik (motorik)

disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus

ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.

Penguatan d.

Setiap tingah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap

kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang

kembali manakala diperlukan. Ini berarti bahwa apabila respons siswa

terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka siswa

cenderung untuk memepelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat

belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar seperti nilai,

pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran,

hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons

siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila

8

respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan

sesuai dengan kebutuhannya.

Pemakaian dan pemindahan e.

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan

informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan

informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan

penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila

diperlukan. Peringatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut

cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa.

Dengan kata lain, perlu adanya asosiasi. Belajar dengan memperluas

pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampauan siswa untuk

dapat memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang

serupa pada masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui

pemberian bahan yang bermakna berorientasi kepada pengetahuan

yang telah dimiliki siswa, pemberian contoh yang jelas, pemberian

latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, dilakukan dalam

situasi yang menyenangkan. Siswa dihadapkan kepada situasi baru

yang menuntut pemecahan melalui informasi yang telah dimilikinya.

Prinsip-prisip diatas bukan untuk diketahui melainkan yang lebih

penting ialah dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong

kegaitan belajar siswa belajar siswa seoptimal mungkin.

.

9

Pentingnya CBSA dalam Proses Pembelajaran B.

Sriyono menjelaskan Pentingnya CBSA dalam proses pembelajaran

berdasarkan empat asumsi yaitu (1) Asumsi Pendidikan, (2) Asumsi anak

didik, (3) Asumsi Guru, (4) Asumsi Proses Pengajaran.

Adapun penjelasan mengenai empat aspek diatas dapat dilihat dari

uraian berikut :

1. Asumsi Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia atau

membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju

kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan

martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakekat pendidikan :

(1) interaksi manusiawi, (2) membina dan megembangkan potensi

manusia, (3) berlangsung sepanjang hayat, (4) sesuai dengan kemampuan

dan tingkat perkembangan indidvidu, (5) ada dalam keseimbangan antara

kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru, dan (6) meningkatkan

kualitas hidup manusia.

2. Asumsi Anak Didik

Asumsi anak didik diadasarkan atas (1) anak bukan manusia kecil,

tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, (2)

setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, (3) individu atau

anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis,

dalam menghadapi lingkungannya (4) anak didik mempunyai motivasi

untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks pendidikan sekarang anak

didik diistilahkan sebagai peseserta didik.

3. Asumsi Guru

Asumsi guru bertolak dari : (a) bertanggung jawab atas tercapainya

hasil hasil belajar siswa, (b) memiliki kemampuan profesional sebagai

pengajar (c) mempunyai kode etik keguruan, (d) berperan sebagai sumber

belajar, pemimpin belajar, dan fasilitator belajar sehingga memungkinkan

terciptanya kondisi yang baik bagi siswa untuk belajar.

10

4. Asumsi Proses Pengajaran

Beberapa asumsi pengajaran antara lain adalah : (a) proses

pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem (b)

peristiwa belajar terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan

belajar yang diatur oleh guru, (c) proses pengajaran akan lebih efektif

apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna, (d)

pengajaran memberikan tekanan kepada proses dan produk yang

seimbang, (e) inti proses pengajaran adalah adalah adanya kegiatan siswa

belajar secara optimal. Implikasi dari perangkat asumsi diatas harus

tampak dalam dua hal, yakni (a) dalam program pendidikan yang

diberikan kepada anak didik biasa disebu dengan istilah kurikulum, dan (b)

dalam pelaksanaan program pendidikan atau pengajaran (proses belajar

mengajar) sebagai wujud nyata atau operasionalisasi kurikulum.

Mengingat program pendidikan (kurikulum) telah dibuat dan telah

ada sehingga guru dan aparat pendidikan lainnya tinggal

menggunakannya, makaimplikasi dari perangkat asumsi tersebut secara

nyat adapat direalisasikan dalam proses belajar-mengajar. Bila mengkaji

makna setiap asumsi tadi, maka tidak ada pilihan lain bahwa untuk

merealisasi proses belajar-mengajar kit a harius beralih kepada strategi

belajar mengajar dengan menitikberatkan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA)

11

Implementasi CBSA dalam Pembelajaran C.

Implementasi CBSA pernah dilakukan oleh suryono pada saat

pelaksanaan uji coba yang diselenggarakan di 3 kecamatan di kabupaten

cianjur, menggunakan metode diskusi melalui pengelompokan siswa. Setiap

kali proses belajar-mengajar berlangsung, kelas ditata untuk keperluan diskusi,

sesuai dengan banyak kelompok dalam kelas yang bersangkutan. Semua

bahan peragaan, baik yang disediakan anak sesuai tugas dalam LKS maupun

alat preraga yang disediakan sekolah, disediakan sebaik-baiknya. (Sriyono

dkk, 1992 : 26)

Adapun “UJI COBA” yang dilakukan oleh Sriyono dimulai dengan

memberikan LKS pertama kepada anak 3-7 hari sebelum proses belajar

mengajar berlangsung. Oleh karena itu, LKS pertama dosebut LKS Pra-PBM.

Pada pelaksanaan PBM, 30 menit pertama kesempatan diberikan kepada

setiap kelompok untuk mendiskusikan perolehannya, sehingga dapat ditarik

kesimpulan sementara sebagi bekal untuk mengisi LKS kedua yang akan

didiskusikan secara klasikal.

Dalam pelaksanaan diskusi kelas banyak diperlukan waktu, sebagai

satu pertanyaan pada LKS kadang-kadang memerlukan waktu sampai 20

menit, karena pertanyaan itu berangkai mengikuti jawaban yang diberikan

pertama. Bila LKS itu tidak diselesaikan dalam satu kali pertemuan,

dilanjutkan pada pertemuan berikutnya selesai didiskusikan dalam

memperoleh satu kesimpulan bersama. LKS ketiga merupakan follow up hasil

diskusi kelompok dan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Peranan guru

dalam diskusi, baik dalam diskusi kelompok kecil maupun dalam diskusi kelas

sifatnya hanya membimbing dan mengarahkan, sedangkan kesimpulan dimbil

sepenuhnya oleh anak.