Case disentri-aldwin
Transcript of Case disentri-aldwin
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT TARAKAN
Nama : Aldwin Tanuwijaya Tanda Tangan
No NIM : 11.2012099
...............................
Topik : Disentri
Dokter Pembimbing : Dr. Etty, Sp.A
...............................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An.Jaka Saputra Jenis kelamin : Laki-lakiTanggal lahir: 30 Mei 2013 Suku bangsa : JawaUsia : 8 bulan Agama : IslamPendidikan: belum sekolah Alamat : Krendang RT
003/002, Tambora, Jakarta
BaratTgl masuk RS: 25 Januari 2014
II. IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Tn. Jaka/ Ny NurfitriUsia : 28 tahunMetode pembayaran : JKN-Jaminan kesehatan Nasional
Telp/Hp : 0878832*****
III. ANAMNESIS
1
Diambil dari : Auto, alloanamnesa (Ibu kandung pasien), dan
Rekam Medis
Tanggal 26 januari 2014 Jam: 08.00 WIB
Keluhan Utama: Mencret berdarah
Keluhan Tambahan: demam, nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan mencret sejak 4 hari SMRS.
Mencret dengan frekuensi 10 kali/ hari, masing-masing ± ½
gelas aqua, warna kuning coklat, konsistensi cair,
lendir(+), darah(+), amis(+). Os juga muntah, terutama
setiap makan dan minum, sehari sekitar ± 10 kali/ hari,
air(+).Os demam(+), yang dirasasakan ibunya sepanjang hari.
1 hari SMRS, mata dilihat cekung, tangan dan kaki dirasakan
dingin, bibir terlihat kering, dan terlihat kurang aktif. Os
juga tidak mau minum, BAK dirasa sedikit dan jarang. Os juga
merasakan nyeri perut, yang menurut ibu Os, dirasakan di
seluruh perut dilihat dari tangan Os yang terus menunjuk
daerah perutnya sambil menangis. Selama sakit ini Os belum
dibawa ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak pernah sakit dan di rawat sebelumnya. Tidak ada
riwayat diare, mencret, atau muntah-muntah seperti ini
sebelumnya. Riwayat demam lama juga disangkal
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
Tidak ada penyakit keturunan di dalam keluarga.
Riwayat Sosial Personal ( Social-Personal History ) dan
lingkungan
Ayah Os seorang karyawan dan ibunya seorang ibu rumah
tangga. Kesan keadaan sosial kurang. Hubungan orang tua
dengan anak dilihat dekat. Selama ini Os terkesan bayi yang
aktif.
Os tinggal di daerah padat penduduk dengan higiene
kurang. Riwayat penyajian makanan juga terkesan seadanya ,
tidak terlalu mementingkan kebersihan.
Riwayat Kelahiran:
A. Kehamilan
- Perawatan antenatal : bidan, tidak rutin mengontrol
- Penyakit kehamilan : -
B. Kelahiran
- Tempat kelahiran : klinik bidan
- Penolong persalinan : bidan
- Cara persalinan : normal
- Masa gestasi : 9 bulan
C. Keadaan bayi
- Langsung menangis : positif
- Berat badan lahir : 3350 gram
- Panjang badan lahir : 47 cm
- Lingkar kepala : tidak diketahui
- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada
3
- Kelainan bawaan : tidak ada
Riwayat Tumbuh Kembang:
OS sudah mulai bisa miring dan tengkurap usia 4 bulan,
gigi mulai keluar usia 6 bulan, mulai bisa merangkak usia 6
bulan. Di usia 7 bulan Os sudah mulai meracau, bicara tidak
jelas
Kesan: tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.
Riwayat Imunisasi:
Selama ini Os tidak pernah diimunisasi sejak lahir,
dikarenakan ketidaktahuan orang tua Os akan pentingnya
imunisasi. Berikut adalah gambaran tabel imunisasinya
Bulan Tahun0 1 2 3 4 9 6 10 8
Hepatitis B - - - -DPT - - - Polio - - - -BCG -Campak
Kesan: Imunisasi dasar tidak lengkap
Riwayat Nutrisi (Nutritional History):
Susu : ASI, ibu OS memberikan ASI setiap kali OS
terlihat ingin minum, ± setiap 2 jam sekali.
4
Makanan padat:Dimulai usia 6 bulan, berupa bubur bayiOrang
tua Os pernah beberapa kali memberikan pisang
yang dihaluskan sejak usia 3 bulan.
Silsilah Keluarga (Family’s Tree):
: Pasien
: Laki-laki : Perempuan
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 26 Januari Pukul 08.00
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemas, gerak kurang aktif
Tanda-tanda vital :
- T : 37,6 oC
- RR : 36 x/menit, pasien tidak terlihat sesak
- HR : 110 x/menit, kuat, teratur
Antropometri
5
- Tinggi badan : 72 cm
- Berat badan : 7.6 kg
Perhitungan Indeks Masa Tubuh
Anak laki-laki usia 8 bulan, berat 7.6 kg dan tinggi badan
72 cm.
IMT = BBTBxTB = 14.6
Status gizi : normal
Pemeriksaan sistem
Kepala : Normocephali, ubun-ubun besar cekung
Mata : Kelopak mata cekung +/+ , konjungtiva
anemis -/- , sklera ikterik -/- , pupil isokor,
d:2mm , injeksi konjungtiva -/- .
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang,
pembeseran KGB preaurikular dan retroaurikular
(-). Ruam makuloeritema retroautikular (-).
Hidung : Bentuk normal, sekret (-).
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tenang, tidak
hiperemis.
Mulut : Bentuk normal, bibir kering
Leher : Pembesaran KGB dan kelenjar tiroid (-).
Thorax :
- Inspeksi : Tampak simetris pada keadaan statis dan
dinamis, tidak ada retraksi sela iga
- Palpasi : Sela iga normal, tidak teraba masa, ictus
cordis tak teraba.
6
- Perkusi
Paru : Sonor di seluruh lapang paru.
Jantung : Batas jantung sulit dinilai.
- Auskultasi
Paru : Suara nafas vesikuler, rokhi -/- , wheezing -/- .
Jantung : Bunyi jantung I & II, reguler, murni, murmur
(-), gallop (-).
Abdomen:
- Inspeksi : datar
- Palpasi : Teraba tegang, supel (+), turgor kulit
sedikit lambat, terdapat ada nyeri tekan, diseluruh
lapang perut
Hati : Tak teraba pembesaran.
Limpa : Tidak teraba pembesaran.
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
- Auskultasi: Bising usus (+) menurun.
Extremitas (lengan & tungkai) : akral hangat, capillary refill
time < 2 detik.
- Tonus : Normotonus.
- Sendi : Dapat digerakkan dengan normal.
- -
-
-
Akral Dingin
Sianosis
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
- -- -
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin 25 Januari 2014
Lab. RS Tarakan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
normalHematologi darah rutinHemoglobin 10.3 g/dl 10.5-14.0Eritrosit 5,24 106 /µL 3,70 – 5,70Hematokrit 36.9 % 32-42Leukosit 19.80
0
/µL 6.000-
14.000Trombosit 373.0
00
/µL 150.000-
400.000
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium
(Na)
139 mEq/L 135-150
Kalium (K) 3,1 mEq/L 3.6-5.5Clorida
(Cl)
98 mEq/L 94-111
IV. RESUME
Pada anamnesis didapatkan: Anak laki-laki 8 bulan,
mencret sejak 4 hari SMRS, frekuensi 10 kali/ hari, masing-
masing ± ½ gelas aqua, warna kuning coklat, konsistensi
cair, lendir(+), darah(+), amis(+). Muntah, setiap makan dan
minum, sekitar ± 10 kali/ hari, air(+). Demam(+), sepanjang
hari. Tanda dehidrasi dilihat, kelopak mata cekung, tangan
dan kaki dirasakan dingin, bibir terlihat kering, dan
8
terlihat kurang aktif, juga tidak mau minum, BAK sedikit dan
jarang. Nyeri perut(+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum lemas dan
gerak kurang aktif, T: 37,6oC. RR: 36 x/menit, pasien tidak
terlihat sesak. HR: 110 x/menit, kuat teratur
Pemeriksaan fisik kepala, ubun-ubun besar cekung(+), bibir
kering, abdomen supel, datar, turgor lambat, akral hangat,
CRT<3”.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan
hipokalemia.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. GED berat, susp disentri basiler
2. GED berat, susp disentri amoeba
3. Hipokalemia
VI. DIAGNOSIS KERJA
1. GED berat, susp disentri basiler
2. Hipokalemia
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Cek feses rutin
2. Pemeriksaan telur atau parasit pada feses
VIII. RENCANA PENGELOLAAN
NON MEDIKA MENTOSA
1. Tirah baring.
2. Monitor TTV selama rehidrasi dan post rehidrasi
9
3. Monitor laboratorium: keseimbangan elektrolit.
4. Tetap menyusu ASI makan-makanan yang biasa dimakan selama
ini
MEDIKA MENTOSA
1. IVFD RL 228cc/1 jam dilanjutkan 532cc/5jam.
2. Maintainance Kaen 3B, 760cc/hari
3. Parasetamol sirup 120 mg/5ml 3x ¾ cth
4. Domperidone 3x ¼ cth
5. Zinc syr 2x1cth
6. Cefixime 2x ¼ cth
IX. EDUKASI
1. Merekomendasikan agar ibu tetap memberi ASI dan makan-
makanan yang biasa dimakan sedikit demi sedikit mengingat
kasus disentri berpengaruh terhadap status gizi
2. Menjaga kebersihan makanan dan minuman, mulai dari
persiapan, pengolahan, dan penyajian, tingkat kematangan
juga harus diperhatikan.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
10
FOLLOW UP
26 Januari 2014
S : Demam(+)
Muntah ± 10 kali, warna kehijauan
Mencret± 3 kali, kuning, ampas (+), darah (+)
Perut kembung (+)
O : KU/ Kes : TSS/CM BB: 7.4 kg
HR : 102x/menit, kuat, teratur RR : 36x/menit T : 37,5
11
Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar cekung
Mata : CA -/-, SI -/-, kel mata cekung+/+
Hidung : NCH (-)
Mulut : Mukosa basah
Leher : KGB tidak teraba membesar
C/P : BJ I II Reguler murni, murmur (-), Gallop (-)
Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : BU (+) menurun, Supel (+), NT(+), turgor sedikit lambang
Extremitas : Akral hangat, CRT<2’’, edema (-)
A : GED berat, susp disentri basiler
P : Pro NGT, bilas lambuung
RL 228cc/1jam lanjut 532cc/ 5jam, maintainance Kaen 3B 760cc/ hari
Monitor TTV dan tanda dehidrasi saat rehidrasi dan postrehidrasi
Cefixime stop, Cefotaxime IV 3 x 250mg
Ranitidin 3 x 10mg
27 Januari 2014
S : Demam (+) naik turun
Mencret 4 kali/ hari, kuning, darah(+)
NGT (+) hijau
Perut kembung
Rewel, gelisah
O : KU/ Kes : TSS/CM BB: 7,4 kg
HR : 120x/menit, kuat, teratur RR : 26x/menit T : 36,7
12
Kepala : Normocephal, Ubun-ubun besar datar
Mata : CA -/-, SI -/-, kel mata cekung-/-
Hidung : NCH (-)
Mulut : Mukosa basah
Leher : KGB tidak teraba membesar
C/P : BJ I II Reguler murni, murmur (-), Gallop (-)
Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : cembung. Distended (+), BU (+) menurun, Supel(+), Nyeri tekan
epigastrium (+)
Extremitas : Akral hangat, CRT<2’’, edema (-)
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium
(Na)
132 mEq/L 135-150
Kalium (K) 3,2 mEq/L 3.6-5.5
A : GED berat, susp disentri
Dd/ intususepsi
P : Maintainance Kaen 3B 760cc/ hari
Cefotaxime stop, ganti Ceftriaxone IV 2 x 350mg
Ranitidin IV 3 x 10mg
Metronidazole IV 3 x 60mg
Konsul spesialis bedah
BNO polos
28 Januari 2014
13
S : Demam (-)
Mencret 3 kali/ hari, kuning, darah(+)
NGT (+) hijau, 450cc
Perut kembung
Rewel (+)
O : KU/ Kes : TSS/CM BB: 7.1 kg
HR : 116x/menit, kuat, teratur RR : 28x/menit T : 36,5
Kepala : Normocephal, Ubun-ubun besar datar
Mata : CA -/-, SI -/-, kel mata cekung-/-
Hidung : NCH (-)
Mulut : Mukosa basah
Leher : KGB tidak teraba membesar
C/P : BJ I II Reguler murni, murmur (-), Gallop (-)
Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : cembung. Distended (+), BU (+) meningkat,metalic sound(+)
Extremitas : Akral hangat, CRT<2’’, edema (-)
Foto BNO
14
Tampak penebalan dinding usus halus (+), hearing bone
appearance (+)
A : susp intususepsi
P : Maintainance Kaen 3B 760cc/ hari
Ceftriaxone IV 2 x 350 mg
Ranitidin IV 3 x 10mg
Metronidazole IV 3 x 60mg
Konsul spesialis bedah: operasi Cito
29 Januari 2014
Post operasi
S : Demam (-)
Sesak(-), diuresis 0.3cc/kg/jam
15
O : KU/ Kes : TSS/CM BB: 7.6 kg
HR : 128x/menit, kuat, teratur RR : 38x/menit T : 36,5
Kepala : Normocephal, Ubun-ubun besar datar
Mata : CA -/-, SI -/-, kel mata cekung-/-
Hidung : NCH (-)
Mulut : Mukosa basah
Leher : KGB tidak teraba membesar
C/P : BJ I II Reguler murni, murmur (-), Gallop (-)
Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : turgor baik(+), stoma (+)
Extremitas : Akral hangat, CRT<2’’, edema (-)
Laporan OP : intususepsi/invaginasi:
Ileum ± 8cm
Appendix
Saecum s/d colon descenden
A : Intususepsi ileo-colo-colical
P : Kebutuhan cairan 120cc/kgBB / hari 912 cc/ hari, terdiri dari
Benutrion 250cc/ hari
Kaen 3B 27.5cc/jam = 660cc/ hari
Ceftriaxone IV 2 x 350 mg
Ranitidin IV 3 x 10mg
Metronidazole IV 3 x 60mg
16
Disentri adalah diare yang disertai darah. Pada umumnya diare
berdarah ini dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu: disentri
basiler/shigelosis dan disentri amuba.1
1.1 .1 Disentri basiler (Shigelosis)
Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,sp. Shigella adalah
basil non motil, gram negatif,
family enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dys
entriae,S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43
serotipe O dari shigella. Karena kekebalan tubuh
yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka seseorang dapat
terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda.
Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan mudahnya
penularan penyakit.
1.1.2 Patofisiologi disentri basiler
Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu
keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja
biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi yang mengandung
leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara
genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati
barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,
makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah
melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel
epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya.2
18
. G
ambar 1.2.2 Patogenesis Shigellae2
Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum
terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat
biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ileum hanya hiperemik
saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus
hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus
pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan
transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus
bergaung.
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara
lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat
enterotoksik, sitotoksik, dan neurotoksik. Enterotoksin
tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman
lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan
menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna
hijau yang khas. Karen adanya proses inflamasi ini lah,
19
terbentuk mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan
elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit.3
1.2.1 Disentri amoeba
Disentri amoeba disebabkan oleh Entamoeba hystolitica, yang dimana
sama-sama menyebabkan diare berdarah. E histolytica ditularkan
melalui fecal-oral dalam bentuk kista (tahap infektif ) dari
protozoa. Kista tersebut mampu hidup ingkungan selama
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, kista dapat ditemukan
di tanah yang terkontaminasi tinja, pupuk, atau air.4
1.2.2 Patofisiologi disentri amoeba
E histolytica adalah parasit protozoa nonflagellated yang
menyebabkan proteolisis dan lisis jaringan dan dapat
menginduksi apoptosis sel-host. Menelan kista E histolytica
kista dari lingkungan diikuti oleh excystation di ileum
terminal atau usus untuk membentuk trofozoit sangat motil..
Setelah kolonisasi mukosa kolon, trofozoit dapat encyst dan
kemudian dikeluarkan melalui feses, atau mungkin menyerang
pelindung mukosa usus dan mendapatkan akses ke aliran darah,
dimana hal ini disebarluaskan ke hati, paru-paru, dan situs
lainnya. Kista diekskresikan mencapai lingkungan untuk
menyelesaikan siklus.
20
Bagan 1.2.1 Daur hidup kista Entamoeba hystolitica4
Penyakit dapat disebabkan oleh hanya sejumlah kecil dari
kista, tapi proses encystation dan excystation yang kurang
dipahami. Adesi trophozoites ke sel epitel kolon tampaknya
dimediasi oleh galaktosa / N-acetylgalactosamine lektin (GAL /
GalNAc)-spesifik, protein permukaan 260-kd yang mengandung
subunit 170-kd dan 35 -kd subunit. Sebuah imunoglobulin mukosa
A (IgA) respon terhadap lektin ini dapat mengakibatkan infeksi
berulang lebih sedikit. Kedua jalur litik dan apoptosis telah
dijelaskan. Sitolisis dapat dilakukan oleh amebapores, suatu
kelompok peptida yang mampu membentuk pori-pori di lipid-
bilayer. 4-5
1.3 Manifestasi klinik
Disentri Basiler memiliki masa tunas berkisar antara 12 jam
sampai beberapa hari. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri
perut bawah, diare disertai demam yang mencapai 40C.
21
Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung
darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang
sampai yang berat. Sakit perut, terasa melilit diikuti
pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung.
Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh
S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat,
berjangkitnya cepat, BAB seperti air dengan lendir dan darah,
muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,
renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor
kulit berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna
kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat
berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan perut kembung dan
keras. Pada auskultasi didapatkan bising usus meningkat, dan
rectum yang lunak saat pemeriksaan dalam. Gejala-gejala
dehidrasi juga harus diperhatikan, karena dehidrasi sendiri
bisa menjadi komplikasi dari disentri basiler ini.2,3,4
1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakan melalui manifestasi klinik, yang didukung
dengan pemeriksaan penunjang berupa:6
Pemeriksaan tinja.
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
serta biakan hapusan (rectal swab). Untuk menemukan carrier
22
diperlukan pemeriksaan biakan tinja yang seksama dan teliti
karena basil shigela mudah mati . Untuk itu diperlukan tinja
yang baru.
Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pemeriksaan ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai
secara luas.
Enzim immunoassay.
Hal ini dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang
dihasilkan E.coli.
Sigmoidoskopi.
Sebelum pemeriksaan sitologi ini, dilakukan pengerokan daerah
sigmoid. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada stadium
lanjut.
Aglutinasi.
Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
maksimum pada hari keenam. Pada S.dysentriae aglutinasi
dinyatakan positif pada pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri
aglutinasi antibody sangat kompleks, dan oleh karena adanya
banyak strain maka jarang dipakai.
Endoskopi
Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa hemoragik yang
terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang tertutup dengan eksudat.
23
Sebagian besar lesi berada di bagian distal kolon dan secara
progresif berkurang di segmen proksimal usus besar.
1.5 Penatalaksanaan
Tabel 1.5.1 Antibiotik untuk kuman Shigellae6
24
Tabel 1.5.2 Antiparasit/antibiotik untuk Entamoeba hystolitica6
Suplementasi Zinc
Ada bukti kuat bahwa suplementasi zinc pada anak dengan diare
di negara berkembang menyebabkan durasi berkurang dan
keparahan diare dan berpotensi mencegah sebagian besar kasus
berulang. Selain meningkatkan tingkat pemulihan diare,
pemberian zinc dalam masyarakat menyebabkan peningkatan
penggunaan ORS dan pengurangan penggunaan yang tidak tepat
antimikroba. Meskipun beberapa studi telah gagal untuk
menunjukkan efek menguntungkan dari suplementasi zinc pada
bayi muda usia< 6 bulan, WHO dan UNICEF merekomendasikan bahwa
semua anak dengan diare akut pada berisiko daerah harus
menerima seng lisan dalam beberapa bentuk selama 10-14 hari
selama dan setelah diare (10 mg / hari untuk bayi < 6 bulan
usia dan 20 mg / hari untuk anak > 6 bulan).6
2. Intususepsi
Intususepsi terjadi ketika sebagian dari saluran pencernaan
yang masuk ke dalam segmen yang berdekatan. Ini adalah
penyebab paling umum dari obstruksi usus antara 3-6 bulan dan
merupakan kejadian akut abdomen yang paling umum pada anak-
anak <2 tahun. Enam puluh persen dari pasien <1 tahun usia,
dan 80% dari kasus terjadi sebelum usia 24 bulan, sangat
jarang pada neonatus. Insiden bervariasi dari 1 sampai 4/1,
000 kelahiran hidup. Laki-laki: perempuan rasio 3: 1. Beberapa
intussusceptions mengurangi secara spontan, tetapi jika tidak
diobati, sebagian besar menyebabkan infark usus, perforasi,
peritonitis, dan kematian.7
25
2.1 Etiologi
Sekitar 90 % dari kasus intususepsi pada anak-anak yang
idiopatik. Ada sebuah teori, bahwa infeksi gastrointestinal
atau pengenalan baru terhadap makanan menyebabkan bengkaknya
Peyer patch di ileum terminal.7
2.3 Patofisiologi
Intususepsi paling sering mengenai ileokolika, kurang umum
pada cecocolic, dan jarang pada ileum. Bagian atas dari usus
yang masuk disebut intussusceptum masuk ke bawah yang disebut,
intussuscipiens ikut juga menarik mesenterium. Penyempitan
mesenterium menghalangi aliran balik vena, sehingga pada saat
kendurnya intususeptum diikuti dengan edema, dan perdarahan
dari mukosa yang menyebabkan tinja berdarah, kadang-kadang
mengandung lendir. Kebanyakan intususepsi tidak mencekik usus
dalam 24 jam pertama tetapi kalau sampai terjadi, dapat
menyebabkan ganggren usus yang dalam dan syok.7
2.4 Gejala klinik
Pada kasus tertentu, ada onset mendadak, pada anak yang
sebelumnya baik , nyeri kolik paroksismal parah yang berulang
pada interval yang sering dan disertai dengan upaya
menegangkan kaki dan lutut hingga tertekuk dan diikuti
teriakan/tangisan keras. Bayi tersebut awalnya mungkin nyaman
dan bermain normal pada waktu interval nyeri, tetapi jika
intususepsi tidak berkurang, bayi menjadi semakin lemah dan
lesu.7
26
Muntah terjadi dalam banyak kasus dan biasanya lebih sering
pada fase awal. Pada tahap selanjutnya, muntahan menjadi
tercampur dengan noda empedu. BAB normal terdapat dalam 1 jam
dari awal gejala. Setelah waktu ini, BAB menjadi kecil, bahkan
flatus saja tidak bisa. Triad klasik berupa nyeri, massa
intraabdomen teraba sausage-shapped, dan BAB berdarah terdapat
pada <15% pasien dengan intususepsi. Palpasi abdomen biasanya
mengungkapkan massa berbentuk sosis sedikit lembut, kadang-
kadang tidak jelas, yang mungkin diakibatkan akibat adanya
nyeri sehingga perut menegang.7
Daftar Pustaka
1. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.
WHO: Jakarta. 2009;151-4;
2. Ochoa T J, Cleary T G. Shigella, in Nelson textbook of
pediatrics, 19th ed. Elsevier: USA.2011;1959-61;
3. Daldiyono, Simadibrata M. Diare akut, dalam Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Interna publishing:2009.548-50;
4. Salvana E M T, Salata R A. Amebiasis, in Nelson textbook
of pediatrics, 19th ed. Elsevier: USA.2011;1178-9;
5. Soedarmo S SP, Garna H, Hadinegoro S R S, Satari H I.
Amubiasis, dalam Buku ajar infeksi dan pediatri tropis,
edisi ke 2. IDAI: Jakarta.2008;438-45;
27