BABY PERENCANAAN MESIN TEKUK PIPA HIDROLIS I ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of BABY PERENCANAAN MESIN TEKUK PIPA HIDROLIS I ...
BABY
PERENCANAAN MESIN TEKUK PIPA HIDROLIS
I. DATA PERENCANAAN
Pipa yang digunakan berdiameter 28,6 mm dan tcbal 1,4 mm.
Perencanaan gaya-gaya, tekanan hidrolis, pom pa, motor dan elemen mesin
yang mendukungnya seperti poros, roda gigi dan Iain-lain didasarkan pada
perhitungan radius minimal bending die, karena pada radius tersebut terjadi
gaya-gaya maksimal yang mendasari perencanaan ini.
Dalam penggunaannya nanti, clamping die dan mandrel disesuaikan dengan
dimensi pipa yang ditekuk dan radius bending die.
Gambar mesin yang diberikan adalah berdasarkan perhitungan radius bending
die 95mm yang merupakan radius untuk menekuk pipa garpu sepeda.
Pada perencanaan Mesin Tekuk Pipa Hidrolis ini, satu mesin dapat melakukan
dua proses bending dengan ukuran bending die yang berlainan karena pada
mesin ini dilengkapi dua bending die yang berdiri sendiri (pengontrolan dapat
disetel berbeda).
65
LI ) CD
I"' !
Gambar 5.1 Bentuk dan ukuran benda kerja (garpu sepeda).
2. PERHITUNGAN GAYA DAN DIMENS1 YANG BERSANGKUTAN LANGSUNG DENGAN PROSES BENDING
Perhitungan ini meliputi dimensi bending die, clamping block,
mandrel, momen untuk membentuk pipa dan gaya-gaya yang terjadi pada
bending die, clamping block serta pressure die.
66
2.1 Peneiiluau Radius Minimum Bending Die
Untuk proses bending, radius minimum bending die yang diijinkan
dihubungkan dengan persentase perpanjangan dari hasil uji tarik seperti
ditunjukkan pada persamaan 2.1. Dalam hal ini gesekan antara bending
die dan pi pa diabaikan.
D r - 50 —
s
r = 37,96 mm = 38 mm
Untuk mesin bending ini, radius bending die direncanakan 95 mm.
Bending die ini dapat diganti sesuai dengan kebutuhan penekukan,
asalkan masih sesuai dengan dimensi mesin.
2.2 Pemilihan Mandrel
Pemilihan mandrel yang sesuai dengan proses penekukan ini dapat
dilihat pada tabel 5.1 yaitu dengan menghubungkan rasio dari radius
penekukan dibagi diameter pipa dengan rasio diameter pipa dibagi tebal
pipa. Dari proses ini radius penekukannya adalah 95 mm. Jadi rasio
radius penekukan dibagi diameter pipa diambil 3 x D (180°) dan rasio
diameter pipa dibagi tebal pipa diambil 20. Sehingga jika dihubungkan,
mandrel yang digunakan adalah tipe Plug.
67
Tabei 5.1 Penuntun pemilihan mandrel
1
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
125
150
175
200
end Angle
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Perrons
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
Ferrous
Nonfcrrous
1 X 90°
P
P
RR- I
R R - I
RR-2
RR-3
RR-3
RCP-3
RCP-3
RCP-4
RCP-4
RCP-4
RCP-4 J-4
RCP-4
J-4
J-4
J-4
J-4
J-5
J-4
J-5
J-4
J-5
D 180°
P
P
R R - l " !
RR-2 |
RR-3
RR-3
RR-3
RCP-4
RCP-4
RCP-5
RCP-5
RCP-5
RCP-5
J-5
RCP-5
J-5
J-5
J-5
J-5
J-6
J-5
J-5
1.50 90°
P
P
RR-1
RR- I
RR-2
RR-3
RR-3
RCP-3
RCP-3
RCP-4
RCP-4
RCP-4
RCP-J.
J-4
RCP-4
J-4
J-4
J-4
J^t
J-4
J-4
J-5
J-»
J-5
J-5
J-6
R
x D 180"
P
P
RR- I
RR-2
RR-3
RR-3
RR-3
RCP-4
R C I M
RCP-5
RCP-5
RCP-5
RCP-5
.1-5
RCP-5
J-5
J-5
J-5
J-5
J-5
J-5
J-6
J-5
J-6
ccnicrlinc radius m o of
lube outside diameter
2> 90°
P
P
R R - I
R R - I
RR-2
RR-3
RR-3
RR-3
RR-3
R C P - )
RCP-3
R C I M
RCP-3
RCP-«
RCP-3
J-4
RCP-4
i-A
}-4
J-4
J^t
J-4
J-4
J-5
J-4
J-7
J-5
D 180"
P
P
RR- I
RR-2
RR-3 i
RR-3 !
RR-3
RR-4
RR-4
RCP-5
RCP-4
RCP-5
R C I M
RCP-5
RCP-4
J-5
RCP-5
J-5
J-5
J-5
J-5
J- l
J-5
J-6
J-5
J-6
2.50 90°
P
P
P
R R - I
R R - I
RR-3
RR-3
RR-3
RR-3
RCP-3
RR-3 RCP-4
RCP-3
RCP-4
RCP-3
RCP-4
RCP-4
J-4
RCP-4
J ^
J-4
J-4
J-4
J-4
J-7
J-5
J-9
x D ' 180°'
1'
P
P
RR-2
RR-2
RR-3
RR-3
KK-J
RR-4
RCP-4
RR-4
RCP-5
RCP-4
RCP-5
RCP-4
RCP-5
RCP-5
J-5
RCP-5
J-5
J-5
J -8
J-6
3 ) 90°
-0-
P
P
RR- I
RR- I
RR-2
RR-2
RR-3
RR-3
RR-3
RR-3
RCP-3
RR-3
R C I M
RCP-3
RCP-4
RCP-4
RCP-<
RCP-4
J-4
RCP-4
J-4
J-4
J-5
J-4
J-o
J-4
J-9
D 180°
P
P
P
RR-2
RR-2
RR-3
"RROI RR-3 j
RR-3 |
RR-4 [
RR-4
RCP-4
RR-4
RCP-5
RCP-4
RCP-5
RCP-5
RCP-5
RCP-5
J-5
RCP-5
J-5
J-5
J-6
J-5
J-7
J-5
5 x D 90° 180°
-0-
-0-
P
P
P
RR- I
P
R R - :
RR- I
RR-2
RR-2
RR-3
RR-3
RR-4
RR-3
RCP-3
RR-4
RCP-»
RCP-4
RCP-4
RCP-4
RCP-4
RCP-4
J-5
RCP-5
J-6
J-9
-0-
-0-
P
p
p
RR-2
R R - I
RR 2
RR-2
RR-3
RR-3
RR-3
RR-3
RR-5
RR-4
RCP-4
RR-5
RCP-5
KCr--5
RCP-5
RCP-5
RCP-5
RCP-5
J-6
RCP-6
J-7
J-10
Note: A wiper die is suggested for applications falling beneath the dolled line. Number hid mandrel.
Key: P—Plug RCP—Roberts Close Pitch RR —Roberts Regular J—Roberts Inserted
(Tovli /of BtnJmi. Inc ) icales suggested number of b»lis in
2.3 Clamping Die
Panjang clamping die yang dibutuhkan pada proses ini berdasarkan tabel
5.2 untuk penekukan garpu sepeda dengan radius penekukan 95 mm
yang merupakan 3 kali diameter pipa dan tebal pipa 1,4 mm, panjang
clamp yang diijinkan adalah 2 sampai 3 kali diameter pipa. Maka
digunakan clamp dengan panjang 72 mm.
68
label 5.2 Panjang Clamping die umuk bending pipa
fUdliu of Wnd
ctnUrlln* Wall
JNSTB. cUniprd
1 X OD
a x OD
3 X OD
Under 0.03S 0.031 to 0.085
Over 0.045 Under 0.035
0.035 to 0.065 Over 0.085
Under 0.085 0.065 »nd over
4 to 6 X OD 3 to 4 X OD 3 to 3 X OD 3 to 4 X OD 3 U 1 1 X O D
I H t o W X OD 3 to 3 X OD l l o l X O D
2.4 Penentuan Panjang Pressure Die
Karena sudut bending maksimal direncanakan 180° (bending U) dan
dengan menggunakan radius bending die 95 mm maka panjang pressure
die ditentukan sebesar 300 mm.
2.5 Perhitungan Momen Bending
Momen bending yang terjadi pada proses bending pipa dengan bentuk
penampang lingkaran berlubang ini dapat dihitung dengan menggunakan
ramus 2.4.
M = arv -.d* (
v 1 - I — r
If
yW = 217,5683 x 7 x 2 8 , 6 :
6 - 1
2x1,4 ~28,6~
<\
M = 225551 N.mm
Momen bending ini mempunyai peranan yang penting untuk
perhitungan-perhitungan selanjutnya.
69
2.6 Perhitungan Gaya Penjepit Clamp
Dari perhitungan di atas telah diketahui momen bending dalam pipa.
Momen bending dalam ini adalah sama dengan momen luar yang
digunakan untuk menekuk pipa yang dalam hal ini adalah juga momen
torsi. Radius bending die yang digunakan adalah radius minimum
sehingga diperoleh gaya yang maksimum.
M = T = F,. r
T 225551 F ' = 7 = ~3l~
F,-5935,55 N
Selanjutnya dicari gaya normal (gaya clamping die) yang terjadi dengan
menggunakan rumus gesekan. Karena clamping die diharapkan tidak
bergerak maka gesekan yang terjadi haruslah maksimal yang berarti
bahvva gaya tangensial yang terjadi adalah juga gaya geseknya.
Tabel 5.3 Koefisien Gesek Statis
Gran and dry Oxide film Sulfide film
Siecl-sicel 0.7R 0.27 0J9 Brass-brass 0.8H •' 0.37 Copper-copper 1.21 U.7n 0.74
f 5935,55
' ~ A = 0,78
Nj= 7609,68 N
70
2.7 Perhitungan Gaya pada Pressure Die
Torsi yang terjadi pada perhitungan di atas sama dengan torsi akibat
gaya pressure die dikalikan jaraknya ke pusat bending die. Dari rumus
2.10 didapatkan gaya N2.
»-T7
225551
A'2 = 28I9,39N
2.8 Perhitungan Gaya pada Pinion
Gaya pada pinion didapatkan dari pembagian torsi yang terjadi dengan
radius pinion. Radius pinion direncanakan 60 mm.
r !<' = -
r
r, 225551 F—w F= 3759,18 N
2.9 Perhitungan Springback
Radius setelah springback dapat dicari dengan :
28,6 ' 2 x 37,67
+ 95
71
rr = 95,38 mm
Karena adanya springback pada proses bending pipa, maka sudut
bending yang ditetapkan hasilnya tidak sama dengan sudut bending pada
pipa setelah proses dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan
penyetelan sudut bending yang melebihi, sehingga pipa hasil proses
mempunyai sudut bending yang diharapkan.
Jika misainya diinginkan sudut penekukan setelah springback adalah
90°, maka dengan menggunakan springback rasio sudut bending dapat
ditentukan.
r 95 K = —~ —— = 0,9960
/; 95,38 '
a
ar 90 a _ _L _ __ _ 90 4 o
A' 0,9960
Jadi pada penyetelan awal, sudut bending di set pada angka 90,4°
3. FERENCANAAN RANGKAIAN HIDROL1S
3.1 Perencanaan Silinder Hidrolis untuk Clamping Die
Data perencanaan :
• diameter torak (dt) = 50,8 mm
• diameter batang torak (dbl) = 34,9 mm
• stroke (L) = min. 100 mm
72
• kecepatan maju batang torak (v) = 30 mtn/s
• beban yang harus diberikan silinder hidrolis (Fc) = 7609,68 N
Silinder hidrolis yang cligunakan adalah yang ada di pasaran. Keterangan
yang lebih lengkap dapat dilihat di lampiran 17.
3.1.1 Tekanan kerja. Tekanan kerja yang terjadi pada silinder hidrolis
dapat diketahui dengan persamaan :
D _ tc 1 —
n.d,1 3,14x50,8 aengan : A, = - j - =
A, = 2025,80 mm2
„ 7609,68 ~ 2025,80
P == 3,7564 N/mm2 - 37,6 bar
3.1.2 Kapasitas aliran pompa aktual.
Q<lkl = 30 x 2025,80
Ookl = 60774.07 mm-/s
3.1.3 Kapasitas aliran pompa teoritis. Pompa yang digunakan adalah
pompa sudu (vane pump) dengan etisiensi volumetns (r|v) < 90 %.
73
60774,07 Qth - 09
0,h 67526,74 mm3/s
3.1.4 Kapasitas pompa. Pompa yang akan digunakan digerakkan oleh
motor yang mempunyai putaran 1500 rpm.
60 x Qlh QP =
n
60 x 67526,7467
~p ~ 1500
Qp = 2701,07 mm3/s = 2,701 cc/rev
3.2 Perencanaan Silinder Hidrolis untuk Pressure Die
Data perencanaan :
• diameter torak (dt) = 50,8 mm
• diameter batang torak (db() - 34,9 mm
• stroke (L) = min. 100 mm
• tekanan kerja direncanakan sama dengan tekanan kerja silinder pada
clamping die sehingga perhitungan kapasitas alirannya juga sama.
Qp = 2701,07 mmVs = 2,701 cc/rev
74
3.3 Perencanaan Silinder Hid rolls untuk Bending Die
Mekanisme penggerak untuk bending die ini yaitu, silinder hidrolis
menggerakkan rack yang berpasangan dengan pinion sehingga pinion
berputar dan menggerakkan bending die.
Tekanan kerja pada silinder ini direncanakan sama dengan dua silinder
terdahulu.
Data perencanaan :
• diameter torak (dt) = 50,8 mm
• diameter batang torak (dbt) - 34,9 mm
• stroke (L) = 300 mm
• putaran bending die (N) = 10 rpm
3.3,1 Kecepatan torak silinder.
2n.N (0 =
60
2x3,14x10
" = 60
co = 1,046 rad/s
Maka kecepatan maju batang torak untuk silinder bending die adalah :
v = co x r
v = 1,046 x 60
v = 62,8 mm/s
75
3.3.2 Kapasitas aliran pompa aktual.
(),,,= 62,8x2025,80
Q(lk, =127220,39 mm3/s
3.3.3 Kapasitas aliran pompa teoritis. Pompa yang digunakan adalah
pompa sudu (vane pump) dengan efisiensi volumetris (T|V) 2 90 %.
Q,h = v,
127220,39 Q,h ~ 0,9
(?„,-• 141355,99 mmVs
3.3.4 Kapasitas pompa. Pompa yang akan digunakan digerakkan oleh
motor yang mempunyai putaran 1500 rpm.
60 x Qlh
QP = n
60x141355,99 L p 1500
Qp = 5654,24 mnrVs - 5,65 cc/rev
3.4 Kapasitas Aliran Pompa Total
Kapasitas pompa total adalah jumlah total dari kapasitas pompa yang
bekerja pada setiap si Under.
76
Qua = 2,701 + 2,701 + 5,65 - 11,056 cc/rev
Qtot= 16,58 it/min.
Dari hasii kapasitas aliran pompa total ini, dicocokkan dengan katalog
pompa hidrolis di lampiran 16 dipilih :
Pompa vane dengan spesifikasi V 10-4
- displacement per rev. = 13,1 cc/rev
- rpm motor = 1500 rpm
Dipilih pompa vane untuk mesin tekuk pipa karena pompa vane
mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan pompa lain,
yaitu :
• Penurunan efisiensi lebih kecil meskipun vane sudah aus
• Bentuknya yang relatif kecil dibanding dengan daya pompa
• Perawatannya mudah
Untuk mengatur kapasitas aliran pompa digunakan flow control valve.
- untuk silinder pada clamping die dan pressure die dengan Qp = 2,701
cc/rev = 4,05 lt/min dipilih flow control valve type l\C)G-3-63.
- untuk silinder pada bending die dengan Qp = 5,65 cc/rev = 8,48 ll/min
dipilih flow control valve type F(C)G-3-120.
3.5 Waktu Kerja
Waktu kerja disini dimaksudkan untuk penyetelan timer. Jarak-jarak dan
ukuran yang diberikan merupakan jarak dan ukuran untuk menekuk garpu
sepeda.
77
Digunakan bending die dengan radius 95 mm dan stroke dibatasi oleh
limit switch sepanjang 70 mm.
• untuk silinder clamping die dan pressure die
L T . = —
IIKIJU
70
T = 23 s
Luas annul us (A„):
^ = ^ ( 5 0 , 8 2 - 3 4 , 9 2 )
A„= 1069,66 mm2
Waktu untuk mundur:
L x A, mundur
70x1069,66 '"""'*"= 60774,07
7' — 1 9 ^ c ' nmiulur ~~ l>'~J ^
• untuk silindeT bending die bila digunakan untuk menekuk sebesar 75c
sehingga stroke yang digunakan = 78,5 mm
78
dan,
L map ~
78,5 l"""" ~ 62,8
•/' = 1,25 s
. , . /• x A, mtuuliir /\
\dakt
78,5x1069,66 •r 2 1 'rmmehir 127220 39
Tnmndur = °> 6 6 S
3.6 Fluida Hidrolis dan Selang
Jems aiiran yang dikehendaki adalah ahran laminar dengan angka
Reynold di bawah 2300. Diameter pipa saluran (selang) mempengaruhi
kecepatan aiiran fluida di dalam pipa yang menentukan jenis aiiran
tersebut. Jika diameter dalam pipa ditentukan, yaitu sebesar 0,41 in
(10,414 mm), maka kecepatan ahran dapat dihitung dengan persamaan :
Qakl A . Vp
sehingga :
V '" \nd2
untuk selang pada silinder clamping die dan pressure die
60774,66 v., = p i x3,14xl0,4142
vp = 713,86 mm/s
74
untuk seiang pada silinder bending die :
127220,39 Vp }x3,14xl0,4142
vp = 1494,3486 mm/s
Jenis fluida hidrolis yang dipakai adalah Energol-HLP 32 sehingga angka
Reynold dapat dihitung.
• untuk seiang pada silinder clamping die dan pressure die :
v x d Re = - ^
v
713,86x10,414 Re = — ^ - T T H
20
Re-371,70
diketahui angka Reynold si bawah 2300, maka jenis alirannya yaitu alirun
laminar.
• untuk seiang pada silinder bending die :
v x d Re = - i L-—
1494,34x10,414 Re = - — - — —
20
Re = 778,11
diketahui angka Reynold si bawah 2300, maka jenis alirannya yaitu alirun
laminar.
80
7
dimana : v = viskositas kinematis fluida hidrolis - 20 mm /s (diambil
pada temperatur 50° C).
3.7 Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan mempengaruhi tenaga penggerak pom pa. Dengan
hilangnya tekanan maka tenaga yang dibutuhkan pom pa untuk memenuhi
tekanan kerja semakin besar.
Kehilangan tekanan pada pipa (selang) saluran dapat dihitung dengan
persamaan :
/ v2
VP -A x y x — x — d 2g
dimana : / = panjang selang (untuk selang pada silinder clamping die dan
pressure die / = 3000 mm ; untuk selang pada silinder
bending die / = 500 mm)
d = diameter dalam selang = 10,414 mm
g = percepatan gravitasi == 9810 mm/s"
Y = berat jenis minyak = 0,878 kg/It
= 86.10-7N/mm3
X = koefisien gesek = 64/Re
• koefisien gesek (X) yang terjadi pada selang di clamping die dan
pressure die.
64 X = 371,70
X = 0,1722
# koefisien gesek (A,) yang terjadi pada selang di bending die.
64 A ~ 778,11
X = 0,0822
Jadi kehilangan tekanan pada selang di clamping die dan pressure die.
VP - X x r x - x — d 2g
7 3000 713,862
W = 0,1722 x 86.10"7 x x 10,414 2x9810
VP = 0,011 N/mm'
VP = 0,11 bar
Kehilangan tekanan pada selang di silinder bending die
/ v2
VP - X x y x — x — d 2g
500 1494,35' V/' = 0,0822 x 86.10 7
10,414 2x9810
VP = 0,0039 N/mm2
VP = 0,039 bar
Jadi total kehilangan tekanan - V P1(1, = 0.1 I + 0,039 -• 0,149 bar
82
3.8 Motor
Untuk menggerakkan pompa sehingga terjadi aliran fluida digunakan
motor. Daya motor yang dibutuhkan dapat dicari dengan persamaan :
600 x rj M
dimana : P - daya motor (HP)
?m - tekanan total (bar)
Qp = kapasitas pompa (tt/min)
7]t0, - efisiensi total = 0,8
Tekanan total pompa yang diperlukan :
Ptot = 37,564 + 0,149 = 37,713 bar
Daya motor yang diperlukan :
~ 6 0 0 X , 7 M
37,713x16,58 P
600 x 0,8
P= 1,303 kW
P= 1,75 HP
dipakai motor dengan daya 3 HP dan putaran 1500 rpm.
83
3.9 Rangkaian Sistem Hidrolis
Rangkaian sistem hidrolis yang akan dipakai pada mesin tekuk pipa
seperti gambar berikut:
A B
eg SOL. A
'Tl LS2
aD LS1
m T SOL. B SOL. C
IS 4 LS 3
^ S H X ^
> ^
n
u T SOL D
}£
CM l
W) i
Gambar 4.2 Rangkaian hidrolis
3.10 Rangkaian Listrik
Slop
o | ,
1TR
3LS
Start
1CR
•\Y 1CR
1LS
3CR
2TR
3LS
2CR
2CR
1LS
Start
<£B>-
Sol. A
Sol. C
2LS
Sol. B
3LS
-<@>"
Sol. D
84
4CR 4LS
Gambar 4.3 Rangkaian listrik
85
4. PERENCANAAN PEGAS
Data perencanaan :
• Bahan pegas :
baja pegas JIS G 4801 dengan Syp = 110 kg/mm2 (- 156456 psi)
• Kf= konsentrasi tegangan = 1,33
• P = beban yang bekerja = 5 kg (= 11 lb)
• P, = beban mula = 0,5 kg (= 1,1 lb)
• C = indeks pegas = 8
• 5 = defieksi pegas yang diharapkan = 12 in (= 304,8 mm)
4.1 Diameter Pegas
Dari tegangan geser yang terjadi dapat diketahui diameter pegas yang
akan di gunakan.
r M-Kf-P-RfAC-] 0,615 7tDi U C - 4 + C
dimana : R = -— 5
0,5 8. Syp
sehingga rumus tegangan geser menjadi :
0,5S.Syp _ 16. Kf.P.C(AC-\ 0,615
A' In I)2 U r - 4 + "('
0,5 8. Syp _ 1 <>.Kf.P.& ( 4 x 8 - 1 0,615
N 2;rD2 U X 8 - 4 + 8
86
\\5\,552.Kf.P.N D==\ 3,6424 Syp
Angka keamanan (N) = 1,5
jl51,552x1,33x11 x 1,5
3,6424x156456
D = 0,076 in
Diameter kawat pegas yang digunakan = 0.08 in = 2 mm.
8x0,08 , . n R = -2— = 0,32 in = 8,1 mm
4.2 Panjang Pegas
Modulus geser bahan (G) = 11,5.106 psi
64. Na.R>(P~Pt)
64 x Ma x 0,32'(l 1 - 1,1 ) ]~=~ l U I O ' x O , ^
12xll,5.106x0,084
" ~ 64 x 0,323 x 9,9
Na = 272 lilitan.
Dengan jumlah lilitan = 272 dan diameter kawat pegas = 0,08 in maka
panjang pegas = 21,76 in = 552,7 mm.
4.3 Konstanta Pegas
87
K = 11 -1,1
12
K - 0,825 lb/in = 0,0147 kg/mm.
5. MEKANJSME PADA PRESSURE DIE
Pe.«as
Bending die
ressure die 2
Pressure die I
* F,
Gambar 5.4 Mekanisme Pressure Die
Pada proses bending ini, pressure die akan bergerak secara linier
mengikuti pipa yang dibending. Gerakan ini terjadi karena pressure die
menempel pada bending die dan gaya tangensial yang diberikan lebili besar
dari gaya gesek pada pipa dan pressure die serta gaya pegas yang terjadi.
Perhitungan gaya-gayanya:
- Gaya pegas :
^=0 ,0147x300
88
Fp=4,41 kg = 43,26 N
- Gaya gesek antara pipa dan pressure die 1 :
/* = to x N
fk =0,25x2819,39
./, = 704,85 N
- Gaya gesek antara pressure die 1 dan pressure die 2 diabaikan karena
dihubungkan dengan rol.
Dari gaya-gaya yang terjadi, F, harus lebih besar dari jumlah gaya pegas
dan gaya gesek.
Ft>Fp+fu
5935,55 > 43,26 + 704,85
5935,55 N> 748,11 N
Dari perhitungan diatas didapat bahwa pressure die akan ikut terbawa
pada saat proses bending dilakukan. Setelah proses bending ini diiakukan
maka pressure die akan ditarik ke tempat semula oleh pegas.
6. PERENCANAAN RACK DAN PINION
Pada mesin tekuk pipa ini rack dan pinion digunakan untuk
meneruskan gaya dari silinder hidrolis ke bending die. Rack dan pinion ini
berguna untuk mengubah gerakan linear menjadi gerakan rotasi. Karena
89
pinion dan bending die berada pada satu poros, rnaka gerakan pinion akan
diikuti bending die sehingga terjadi proses penekukan.
Data-data awal yang diberikan untuk perencanaan pinion :
• Diametral pitch (P) = 8
• Pitch diameter (dp) = 4,8 in (= 120 mm)
• Bahan pinion adalah alloy steel AISI 3145
• Bahan rack adalah cast steel 0,20% C
• Circular pitch (p)
/ ; = - J - = 0,39 in = 0,98 mm
8
• Jumlah gigi (N)
A, 3,14x4,8 oo • • N -———— = 38gigi
0,39 b b
* Addendum
addendum - — = 0,125 in = 3,125 mm o
• Dedendum
1,25 dedendum = - ~ - = 0,16 ~ 4 mm
8
Working depth
2 working depth - — - 0,25 in =* 6,25 mm
o
Whole depth
2,25 whole depth = ——- = 0,28 in - 7 mm
I I — — — — •
90
• Diameter luar(d0)
d0 - 4,8 + 2 x 0,125 = 5,05 in = ! 26,25 mm
• Diameter kaki (dh)
db - 4,8 cos 20°= 4,51 in = 112,75 mm
• Clearence (c)
c = 0,16 - 0,125 = 0,03 in = 0,75 mm
• Modul (m)
° ' 3 9 n o ; i m = —— = 0,12 in = 3 mm 3,14
• Tebal gigi
0,39 tebal gigi = — - = 0,195 in = 4,875 mm
6.1 Beban Oinamis
Dari perhitungan sebelumnya telah diketahui bahwa :
• kecepatan roda gigi (vp) = 62,8 mm/s (= 12,36 ft/min)
• gaya tangensial (F,) - 3759,18 N - 845,06 lb
maka berdasarkan kecepatan tersebut, rumus beban dinamis yang
digunakan :
600 + v„ 17 - — L f " 600 '
600 + 12,36 F. = ; — 845,06 (/ 600
/<;,= 862,47 lb = 3837,79 N
91
6.2 Beban Penyebab Keausan
Untuk mencari beban penyebab keausan ini ditetapkan tebal roda gigi = 3
mm (1,18 in) dan perlu dican nilai Q terlebih dahulu. Faktor K antara
steel dan steel dengan average Brinell hardness number 350 dapat dilihat
pada lampiran.
Beban penyebab keausan ini harus lebih besar dari beban dinamis agar
dalam penggunaannya roda gigi tidak cepai rusak.
* 38 + 25
Q = 0,7937
maka beban penyebab keausan dapat dicari:
Fw=dp.b.Q.K
/•'„. = 4,8 x 1,18 x 0,7937 x 270
Fw= 1213,79 1b
7-;, = 5401,05 N
Ternyata Fw lebih besar dari Fd, maka roda gigi tersebut aman digunakan.
6.3 Beban Bending
Beban bending (Fh) adalah gaya tangensial yang diijinkan pada bahan
tersebut, jadi apabila beban dinamik yang terjadi lebih besar dari gaya
tangensial yang diijinkan maka perencanaan roda gigi tersebut kurang
92
tepat dan dapat dipilih kembali bahan yang dipakai atau dengan
mengubah dimensi roda gigi.
• Beban bending untuk pinion :
/<; = s.b-F
* -•- a
Fb
53000x1,18x0,384
Fb = 3001,92 lb = 13357,76 N
Ternyata beban bendingnya lebih besar dan beban dinnmis sehingga roda
gigi pinion ini layak digunakan.
• Beban bending
Y
53000 F* -
untuk rack :
x 1,18 > 0
c 0,340
Fb°° 2657,95 lb - 11827,2 N
Beban bendingnya lebih besar dari beban dinamis sehingga rack ini layak
digunakan.
7. PERENCANAAN POROS DAN PASAK
Perencanaan poros dan pasak ini bertujuan untuk mencari diameter
poros dan dimensi pasak yang digunakan. Perencanaan poros ini meliputi
perencanaan poros utama pada bending die yang menerima beban bending dan
93
torsi serta poros untuk menahan rack dan poros pada pressure die yang
menerima beban bending saja. Pasak yang direncanakan digunakan pada poros
utama di bagian bending die, penyangga bending die dan roda gigi pinion.
7.1 Perencanaan Poros Utama
Data-data perencanaan :
• Bahan: S 55 C
au — 66 kg/mm2
• Angka keamanan : Sn = 5,6 (berdasarkan batas kelelahan puntir)
So = 1,5 (adanya alur pasak, poros bertangga)
• Faktor koreksi : Km = 2 (untuk momen bending)
Kt = 1,5 (untuk momen torsi)
7.1.1 Gaya-gaya yang bekerja pada poros.
Data perencanaan :
- Torsi = 225551 N.mm = 22992 kg.mm
- F, = 3759,18 N = 383,20 kg
- Fr = F« tg 20° = 1368,23 N = 139,47 kg
- vv, (beban bending die dan penyangga) = 22 kg
- w2 (beban pengatur sudut) = 1,25 kg
- vvp (berat pinion) = 2,6 kg
Gambar 5.5 Distribusi gaya pada poros utama
Untuk arah vertikal :
• Momen terliadap titik A
-w,. 173,5 + \vp.70,5 + Fr.70,5 - Bv. 142,5 + w,.267,5 - 0
-22.173,5 + 2,6.70,5+ 139,4731,70,5 - By 142,5 + 1,25.267,5-0
142,5.By = 6533,5286 kg
By = 42,85kg(T)
• I ¥y = 0
-W| -i- Ay - w p - Fr + By - w 2 = 0
-22 + Ay - 2,6 - 139,4731 + 42,85 - 1,25 = 0
Ay =119,47 kg(t)
Untuk arah horisontal:
• Momen terliadap titik A
F,70,5-Bv 142,5=0
142,5 Bx = 27015,5366
Bx=I89,58kg(
• 2 Fx = 0
F, - Bx -Ax - 0
383,1991 - 89,58 -Ax = 0
A * » ] 93,62 kg ( « - )
173,5
19,47 45,85
70,5 72
• 119,47
125
4>
142,07 1,25
,-583,20
70,5 72
193,62 y
189,5
Gambar 5.6 Gaya-gaya pada poros utama
Bidang gay a:
c 22
97,47
1,25
1
44,60
,
189,58
193,62
Gambar 5.7 Bidang gaya padii poros utama
Bidang in omen :
.105.1
3X17
Gambar 5.8 Bidang momen pada poros utama
Dari gambar diagram momen diketahui momen bending terbesar terjadi di
titik C.
A/B = V(3054)2+(13650)2
A/«= 13987 kg.mm
7.1.2 Tegangan geser ijin. Tegangan geser yang diijinkan
66 " 5,6 x 1,5
tu = 7,86 kg/mm2
97
7.1.3 Diameter poros. Dari data-data yang ada kemudian dihitung
diameter poros yang akari digunakan.
d> (KmM)\(K,.ff
d> 5,1
7,86 (2 xl3650)2+(1,5x22^)2)"'
t/>30,9
d = 35 mm
Dari perhitungan dipakai diameter poros 35 mm.
7.1.4 Pemeriksaan diameter poros. Karena direncanakan menggunakan
pasak dan dibuat bertangga, maka perlu dicek aman atau tidaknya
menggunakan poros dengan diameter tersebut.
Alur pasak biia porosnya berdiameter 35 mm adalah :
10x5x0 ,4
Perbandingan antara fillet alur pasak dengan diameter poros digunakan
untuk mencari faktor konsentrasi tegangan (a) yang dapat dilihat pada
lampiran.
0,4/35 = 0,011
dari gam bar, a = 3,1
16
n.d Tj(Km.M)2+(KrT)2
98
r = J-,7^7 V^ * ! 3650)2 + (1,5 x 22992)2
r = 5,23 kg/mm'
Jika ta x SQ dibandingkan dengan t x a
7,86 x 1,5 < 5,23x3,1
maka diameter tersebut kurang aman.
Dicoba diameter poros 40 mm. Alur pasak berdasarkan tabel adalah .
12 x 5 x 0,4
Perbandingan antara fillet dengan diameter poros :
0.4/40-0,01
didapatkan a = 3,1
T = idho" {2 *l3650)2+(K5* 22992)2
t - 3,5 kg/mm2
T„ x SQ dibandingkan dengan x x a
7,86 x 1,5 > 3,5x3,1
Ternyata ia x SQ lebih besar dari i x a sehingga poros dengan diameter
40 mm dapat digunakan.
7.2 Penentuan Pasak, Pasak digunakan untuk menyambung poros dengan
elemen mesin yang Iain. Perencanaan pasak untuk bending die dan
99
penyangganya adalah sama karena berada pada diameter poros yang
sama.
7.2.1 Ferencanaan pasak untuk bending die dan penyangganya.
Perhitungan dimulai dengan mencari gaya tangensial yang bekerja pada
poros:
T F =
F
(rf/2)
22992
(40/2)
F' 1149,6 kg
Dengan diameter poros 40 mm maka penampang pasaknya adalah 10x8
Kedalaman alur pasak pada poros (tj) — 5 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2) = 3,3 mm
Bahan pasak digunakan S 45 C-D dengan ati - 60 kg/mm2
Angka keamanan : S -i = 6
S lU=l,5
7.2.1.1 Tegangan geser ijin. Tegangan geser yang diijinkan :
Tlu,
ha
h.
<rs bfl\-^Jk2
60 " 6 x 1,5
= 6,67 kg/mm2
100
7.2.1.2 Panjang pasak. Panjang pasak dari tegangan geser yang diijinkan
adalah :
F T--b.l i
10 x /,
// > 17 mm
Panjang pasak dari tekanan permukaan yang diijinkan (P8) = 8 kg/mm
adalah :
F Pa*
8>
I x (tlataui2)
149,6
/x3,3
/ > 43 mm
Dari kedua hasil perhitungan panjang pasak tersebut dipilih yang terbesar.
Tetapi karena panjang pasak sudah ditabelkan maka dipilih panjang pasak
yangaktif (lk) = 45 mm
7.2.1.3 Pengecekan panjang pasak. Supaya pasak dapat berfungsi
dengan baik, maka dimensi pasak yang digunakan perlu di cek.
Bila perbandingan b dan d berharga antara 0,25 - 0,35, dan perbandingan
lk dan d berharga 0,75 - 1,5, maka pasak tersebut memenuhi syarat.
b 10 ^ = 4 0 = 0 ' 2 5 W k
101
/, 45 li'To-'-'25 ba'k
7.2.2 Perencanaan pasak untuk roda gigi pinion. Untuk pasak yang
dipasang pada roda gigi dimana diameter porosnya 55 mm adalah seperti
perh itungan berikut:
T F =
F~
(d/2)
22992
(55/2)
F=836kg
Penampang pasaknya adalah 15x8
Kedalaman alur pasak pada poros (t,) = 5 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2) - 5 mm
Bahan pasak digunakan S 45 C-D dengan aJ3 = 60 kg/mm2
Angka keamanan : Sftl = 6
S&2 -1 ,5
7.2.2.1 Tegangan geser ijin. Tegangan geser yang diijinkan :
TL,
lh,
ha
<TB
bfi\-&Jk2
60 ~ 6 x 1,5
= 6,67 kg/mm2
102
7.2.2.2 Panjang pasak. Panjang pasak dan tcgangan geser yang diijinkan
adalah :
< ,n 8 3 6
6,67 > — — 15 x /,
// > 8 mm
Panjang pasak dari tekanan permukaan yang diijinkan (PJ = 8 kg/mm"
adalah :
F Pa* I x (/, ataul2)
836 8> ,
ixs
/>21 mm
Dari kedua hasil perhitungan panjang pasak tersebut dipilih yang terbesar.
Tetapi karena panjang pasak sudah ditabelkan maka dipilih panjang pasak
yang aktif (Ifc) — 45 mm
7.2.1.3 Pengecekan panjang pasak.
b 15 - = — = 0,27 baik a 55
^- = - ^ = 0,82 baik a 55
7.3 Perencanaan Poros yang Menahan Rack
Data perencanaan :
Poros tidak berputar dan menerima gaya perlawanan dari roda gigi yang
ditahannya. Pada poros ditahan oleh dua baut dengan jarak 115 mm dan
terdapat rol di tengahnya yang ditahan oleh dua bearing.
Bahan poros adalah S 40 C dengan an = 55 kg/mm*.
Angka keamanan (N) = 3
F, pada roda gigi - 3759,18 N - 383,2 kg
Fr = F, tg 6 = 383,2 tg 20° = 139,47 kg
Fb.
B A
Gambar 5.9 Distribusi gaya pada pros penahan rack
Karena gaya yang bekerja simetri terhadap gaya Fr yang bekerja maka
diambil bagian kiri dari gaya Fr untuk mendapatkan gaya-gaya yang lain.
Momen terhadap titik A
I M A = 0
104
Maka
- Fw x 33 - 0,5Fr x 24,5 = 0
- Fb, x 33 - 69,735 x 24,5 - 0
Fb, = -51,773
F b l= 51,773 kg
(tanda negatif menyatakan arahnya)
A = 69,735-51,773= 17,92 kg
Fb 2=Fb I =51,773 kg
B = A = 17,92 kg
139,47
33 24,5
51,773 17,962
24,5 n
17,962 51,773
Gambar 5.10 Gaya-gaya pada poros pcnahan rack
Diagram gaya :
69,735
51,773
51,773
69,735
Gambar 5.11 Diagram gaya pada poros penahan rack
105
Diagram mom en
Gambar 5.12 Diagram momen pada poros utama
Dari diagram momen diketahui momen bending terbesar ada di titik C.
Dengan menggunakan rumus 2.61 dapat diketahui diameter poros yang
akan digunakan.
d>
d>
10,2 1
{SypIN)
3
i
[(55°;23)341H d> 12,39
d = 5 mm.
7.4 Perencanaart Poros pada Pressure Die
Bahan poros adalah S 40 C dengan aB = 55 kg/mm2.
Angka keamanan (N) = 3
Gaya pada pressure die yang mengenai poros = 2819,39 N = 287,4 kg
22,5 22,5
JF "A
Gambar 5.13 Distribusi gaya pada poros pressure die
Dari gambar diketahui bahwa A = B = — F, maka
A = 143,7 kg
B= 143,7 kg
2X7,4
22.5
143,7
22.5
143,7
Gambar 5.14 Gaya-gaya pada poros pressure die
Diagram gaya
143,7
143,7
Gambar 5.15 Diagram gaya poros pressure die
Diagram momen :
Gambar 5.16 Diagram momen poros pressure die
Dari diagram momen diketahui bahwa momen bending terbesar adalah
3233,25 kg.
d> 10,2
(Syp/N) M
d> 10,2
(55/3) 3233,25
d> 12,16
Digunakan poros dengan diameter 20 mm.
8. PERENCANAAN ULIR PENGGERAK
Data perencanaan :
Direncanakan ulirpenggerak tipe square thread (ulir tunggal) n
• Bahan ulir penggerak adalah :
AISI 1030 CD dengan tyy - 76000 psi (53,4 kg/mm')
• diameter nominal (d) = 0,75 in (19 mm)
• thread per inch = 5
• minor diameter (dr) = 0,575 in (14,6 mm)
108
• beban pada saat diam (Ws)= 30 kg = (66 lb)
• beban pada saat bekerja (Ww) = 287,4 - 30 =257,4 kg = (566 lb)
8.1 Diiiuiisi Ulir
Gambar 5.17 Ulir pada ulir penggerak
8.1.1 Kedalainan ulir.
Gambar 5.18 bentuk ulir persegi
" = F 6 "
h . — v, 0,2 16
109
h = 0,09 in - 2,29 mm
8.1.2 Diameter rata-rata ulir.
dm - d- h
dm • 0,75 - 0,09
d,„ ---• 0,66 in = 16,76 mm
8.1.3 Helix angle
n x p a = arc tg
a = arc tg •
n x dm
1x0,2
3,14 x 0,66
er=5,5°
dimana : n = jenis ulir (ulir tunggal n = 1)
8.2 Pemeriksaan Ulir dan Batang Ulir Penggerak
8.2.1 Tegangan bearing. Tegangan ini timbul antara permukaan ulir
pada ulir penggeraknya dengan permukaan ulir pada ulir murnya, yang
saling berhubungan.
W J»~ n.dm.h.n
H n = — ; <jB =
P
% N
dimana: H =tinggimur
no
p - pitch
Syp = tegangan yield bahan
N = angka keamanan
W x p
(Syp I N) x re x dm x h
566 x 0,2
H>
tl> (76000 / 3) x 3,14x0,66x0.09
H > 0,02 in
8.2.2 Tegangan bending dan tegangan geser. Tegangan bending ini
terjadi karena ulir menerima gaya dari luar sebesar W pada setengah jarak
kedalaman ulirnya. Tegangan geser terjadi karena torsi yang bekerja pada
ulir dan murnya.
3W.h Rum us tegangan bending : ah =
Rum us tegangan geser : r -
(n.dnrn)bl
3W 3W
2 A 2n.dr.n.b
Tegangan kombinasi bending dan geser adalah :
1 r-y—" 7 ^ k. Syp a, .. .= -,/cr„ +4r < — —
kamtntnisi ^ \ Is max \j
I—2~~T 2 2 k. Syp & knmbhuul- V & $ + 4 f m a x <
dimana . k = faktor konversi dari tarik ke geser
I l l
9.W2.h2 36.W2 4.k2.Syp2
n2,d2\H21 p2)b* + n2.d2\H21 p2)b2 ~ N2
228,36
H> 0,138 in
Dari hasil perhitungan, tinggi mur (H) minimal adalah 0,138 in. Dalam
perencanaan ini tinggi mur yang digunakan adalah 1,18 in = 30 mm.
8.3 Torsi untuk Ulir Penggerak
Untuk bahan baja dan baja dengan operasi kering, gesekan didapat dari
tabel 4.3 yaitu fs = fc =0,25.
label 5.4 Koefisien Gesek Kinetis
Scicw MtlnUI
Steel (dry)
Steel (lubricated)
Dronie
Si«l
0.15-0.25
0.1I-O.17
0.08-0. I I
Bna
0.15-0.23
0.10-0.16
0.04-0.60
Br on zt
O.I5-O.I9
0.10-0.15
-
Oil Iron
0.15-0.25
0.11-0.17
0.06-0.09
Pada saat start, koefisien diambil 1,33 kali dari t; dan fc yang ada di dalam
tabel = 1,33x0,25 = 0,33.
Sudut ulir pada tipe square thread (6) adalah 0.
8.3.1 Mencari 0n.
tg 6„ -- cos a. tg0
112
tgQ, = cos5t5°.tgO°
tg 9» = 0
8.3.2 Torsi untuk start. Koefisien gesek yang digunakan adalah 0,33.
T _dm.w(fs+cos0,rtga) Adm..fc.W R~ 2 (cos6„-fs.tga) 2
,, 0,6625 x 66 (0,33 + cos 0° x tg 5,5°) 0 x 0,33 x 66 R~ 2 (cos 0 ° - 0,33 xtg 5,5°) + 2
TR « 9,63 ib.in = 110,95 kg.mm
Bila lever untuk menggerakkannya adalah 2 in (50,8 mm), maka
dibutuhkan tenaga sebesar:
9,63 — - = 4,4 ib - 1,20 kg untuk start.
8.3.3 Torsi setelah bergerak. Koefisien gesek yang digunakai) 0,25.
dmw(f,+<x>sO„.iga) , d„K.fcW
2 (cos 0^-f^.tg a)
0,6625 x 66 (0,25 + cos 0° x tg 5,5°) 0 x 0,25 x 66 R" 2 (cos 0 ° - 0,25 xtg 5,5°) 2
7* = 7,76 lb.in = 89,40 kg.mm
Dengan menggunakan lever sepanjang 2 in (50,8 mm) maka tenaga untuk
7,76 menggerakkannya adalah —— = 3,88 lb - 1,76 kg.
113
8.4 Overhauling. Torsi digunatcan bukan hanya untuk menaikkan beban saja
tetapi juga untuk menjaga agar beban tidak turun dan ini juga tergantung
sudut helix-nya.
T _dm.w(fx-cosQ„.iga) ] d„K.f\..W L~ 2 (cos d„+frtg a) 2
0,6625 x 66 (0,25-cos0ox/g5,5°) 0 x 0,25 x 66 1 ~ 2 (cos 0° + 0,25 xtg 5,5°) + 2
TL = 3,28 lb.in = 37,79 kg.mm
Temyata TL berharga positif, jadi overhauling tidak terjadi (beban tidak
akan turun dengan sendirinya).
8.5 Efisiensi Ulir Penggerak
dmxtga e = (fs + cos 0Hxtg a)
(cos 6;, - / , xtga)
0,6625 xtg 5,5°
(0,25 + cos0°xA'5,5°) 0,6625 x }--: 5_JL. / + 0 x 0 25
(cos0°-0,25 xtg5,5°)
e = 25,6 %
Efisiensi dari ulir ini relatif kecil. Untuk menaikkan efisiensi
(memperbaiki efisiensi) dapat dilaksanakan dengan mereduksi koefisien
geseknya atau menambah sudut helix-nya atau dengan jalan mengubah
keduanva.
114
9. PERHITUNGAN BEARING
9.1 Bearing pada Poros Utama
Diameter poros yang digunakan adalah 50 mm.
Bearing menggunakan Ball bearing dengan nomor seri SKF 6010,
beban yang terjadi pada bearing diambil berdasarkan perhitungan poros.
9.1.1 Bearing yang berjarak 70,5 nun dari pinion. Resultan gaya yang
terjadi dapat dicari dengan :
Fr=^(l93,622+119,472)
Fr = 227,5122 kg
Beban total yang bekerja pada bearing :
P - VxFr
/>=1 x 227,5122
/ » - 227,5122 kg
Umur bearing :
Beban dinamik (C) yang terjadi untuk bearing tipe SKF 6010 adalah 1700
kg.
1227,5122 )
/, = 417,1888.10(l putaran
Bila produktifitas mesin adalah 350 penekukan setiap jam dengan sudut
penekukan 75°, maka satu hari earing berputar sebanyak :
350 x 8 x 2 x 75 = 420000°
Bila satu putaran = 360° maka bearing berputar:
420000 , , . —rr r~ = 1166,67 putaran per nan.
Umur bearing dari perhitungan = 417,1888.106 putaran, maka bearing
dapat bertahan selama:
417,1888.10* 1166,67
3575801 hari= 9796,7 tahun.
9.1.2 Bearing yang berjarak 72 mm dari pinion. Resultan gaya yang
terjadi dapat dicari dengan :
Fr =yj(m,5S2+42,852)
Fr= 194,3623 kg
Beban total yang bekerja pada bearing :
P = VxFr
P=\ x 194,3623
P = 194,3623 kg
Umur bearing :
116
Beban dinamik (C) yang terjadi seperti pada lampiran 14 untuk bearing
tipe SKF 6010 adalah 1700 kg.
J 1700 V
U94,3623;
L =669,1303.106putaran
Bila produktifitas mesin adalah 350 penekukan setiap jam dengan sudut
penekukan 75°, maka satu hari bearing berputar sebanyak :
350 x 8 x 2 x 75 = 420000°
Bila satu putaran = 360° maka bearing berputar:
420000 —. = 1166,67 putaran per hari.
Umur bearing dari perhitungan = 669,1303.106 putaran, maka bearing
dapat bertahan selama:
669,1303.106
166,67 = 573538hari- 1593,2tahun.
9.2 Bearing pada Poros Penahan Rack
Diameter poros yang digunakan adalah 20 mm. Bearing mengunakan ball
bearing SKF tipe 6004.
/V-17,962 kg
Beban total yang bekeija pada bearing :
Untuk cincin luar yang berputar, V = 1,2
117
/ » * VxFr
P = l , 2 x 17,962
P = 21,55 kg
Umur bearing :
Beban dinamik (C) yang terjadi untuk bearing tipe SKF 6004 adalah 695
kg.
L = l0{-f
i = 1 0 A ( 695 V
^21,55/
L= 33543,8255.106putaran
Bila produktifitas mesin adalah 350 penekukan setiap jam dengan sudut
penekukan 75°, maka satu hari bearing berputar sebanyak 126000 x 8 -
1008000 putaran.
Umur bearing dari perhitungan = 33543,8255.106 putaran, maka bearing
dapat bertahan selama :
33543,8255.10"
1008000 = 33277 hari= 92,4 tahun.
9.3 Bearing pada Ulir Penggerak
Poros yang digunakan berdiameter 20 mm.
Bearing yang digunakan adalah Thrust Ball Bearing FAG tipe 51
Beban total yang bekerja pada bearing :
118
P = 30 kg
10. PERHITUNGAN BAUT YANG MENAHAN POROS PENAHAN RACK
Baut terkena gaya aksial pada batangnya karena menahan poros.
Data perencanaan:
Bahan baut adalah baja SC 37, aB = 37 Kg/mm'
S,= 10
W = 51,773 kg
> W <Tfl~(;r/4).(0,8</)2
. I ^ d> \ 0.628. cr„
, I ^ ^ 0,628 x ( a / S,)
\ 0,628 x (37/10)
d > 4,72
Dipilih baut dengan diameter 10 mm dan pitch = 1,5.