BAB III.pdf - KC UMN

40
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Transcript of BAB III.pdf - KC UMN

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

15

BAB III

METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

Proyek yang akan dibuat adalah film animasi pendek 2d yang berjudul “Nightmare

Trip”. Film ini bergenre horor.

3.1.1. Sinopsis

Film ini mengisahkan seorang karyawan yang lembur dan harus pulang pada tengah

malam. Seharusnya tidak ada bis yang dapat ia naiki, tapi ternyata tersisa satu

perjalanan terakhir yang bisa diikuti oleh sang karyawan. Ia tidak menyadari ada

yang aneh dengan bis ini sampai suatu ketika ia tidak sengaja tertidur karena

kelelahan dan sang karyawan pun dibawa ke dalam petualangan mencekam dan

mengerikan bersama dengan makhluk-makhluk gaib.

3.1.2. Posisi Penulis

Pada proyek ini penulis berperan sebagai special effect artist. Penulis bertugas

untuk menganimasikan special effect berupa animasi api dan ledakan animasi

pendukung lainnya yang menggunakan unsur partikel.

3.1.3. Storyboard

Penulis memfokuskan diri untuk mengerjakan animasi special effect pada scene

halte. Scene ini menggambarkan situasi saat karakter sedang menunggu bis di halte.

Lampu halte mendadak mati setelah meredup beberapa kali. Karakter spontan

mengambil korek yang ada di saku bajunya dan mulai termenung. Pada scene ini

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

16

ingin menunjukan bahwa karakter sebenarnya dalam kondisi mengantuk sehingga

timbul imajinasi-imajinasi mengerikan yang tidak seperti kenyataannya.

Tabel 3.1. Storyboard Scene Halte

Scene: 4 Time:

Action:

MS. Two Shot

Di perlihatkan lampu halte yang

sedang menyala

Scene: 4 Time:

Action:

MS. Two Shot

Lampu halte meredup dan mati

Scene: 4 Time:

Action:

CU.

Karakter menggambil korek api

dari kantung bajunya

Scene: 4 Time:

Action:

CU.

Karakter menyalakan korek

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

17

Scene: 4 Time:

Action:

CU.

Karakter terfokus kepada nyala api

Scene: 4 Time:

Action:

MS.

Api menyambar di depan karakter

sambil mengampilkan wajah yang

mengerikan

Scene: 4 Time:

Action:

ECU.

Karakter tersadar dari tidurnya

(melek)

Scene: 4 Time:

Action:

CU.

Nyala api kembali seperti semula

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

18

3.2. Hasil Pengamatan

Penulis melakukan observasi lebih jauh terhadap api kecil, api besar, perubahan api,

ledakan, dan api yang bertiup.

3.2.1. Api

Pembakaran adalan proses yang melibatkan oksidasi yang cepat pada suhu yang

tinggi disertai dengan perubahan dari panas produk gas dari pembakaran dan emisi

radiasi yang terlihat dan yang tidak terlihat.

NFPA (2015) dalam situsnya menjelaskan bagaimana proses api terjadi.

Menurut teori the triangle of combustion, Api dapat menyala karena dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu, bahan bakar (fuel), tingkat panas (heat) dan oksigen. Namun,

berdasarkan penelitian lebih lanjut, terdapat faktor keempat yang disebut reaksi

berantai kimiawi (chemical chain reaction) yang dimana merupakan komponen

dari api itu sendiri. Konsep ini dikenal dengan The fire tetrahedron.

Gambar 3.1. Piramida The Fire Tetrahedron (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/99/Fire_tetrahedron.svg/2000px-

Fire_tetrahedron.svg.png)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

19

The fire tetrahedron digambarkan dengan bentuk piramid yaitu bangun ruang

yang memiliki empat sisi. Keempat komponen tersebut tidak dapat dipisahkan

dalam suatu proses nyala api dan menghilangkan salah satunya akan membuat api

menjadi padam. Setiap elemen memiliki perannya masing-masing sebagai berikut:

1. Oksigen berfungsi untuk mempertahankan pembakaran,

2. Panas berfungsi untuk meningkatkan bahan bakar hingga mencapai

temperatur pembakaranannya,

3. Bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar sebagai bahan terbentuknya

api,

4. Reaksi Kimiawi Berantai sebagai proses gabungan dari ketiga elemen

tersebut.

Setelah terjadinya pembakaran terdapat proses hingga api kembali padam.

Berikut adalah tahapan-tahapannya:

1. Ignition : Bahan bakar dan tingkat panas menyatu dalam

reaksi kimia yang berkelanjutan

2. Growth : Dengan nyala api awal menjadi sumber me-

ningkatnya panas, memicu bahan bakar yang lebih banyak lagi untuk

terbakar.

3. Fully Developed : Api telah menyebar ke semua area dengan bahan

bakar, suhu mencapai puncaknya, mengakibatkan kerusakan oleh tingkat

panas yang tinggi. Oksigen diserap dengan cepat.

4. Decay (Burnout) : Api telah melenyapkan semua bahan bakar,

temperatur menurun, api melemah.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

20

3.2.1.1. Warna Api

Di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bagaimana variasi dari warna

yang dihasilkan oleh api begitu beragam seperti nyala api kompor, lilin, lampu

minyak, dan api unggun. Menurut Marie (2015), mekanisme perubahan warna pada

api dibagi menjadi 2 jenis, yaitu incandescence dan luminescence.

Incandescence adalah cahaya yang dihasilkan dari tingkat panas. Tingkat

panas menyebabkan suatu zat menjadi bercahaya dan menjadi panas, awalnya

memancarkan warna inframerah, kemudian merah, oranye, kuning, dan cahaya

putih sesuai dengan menigkatnya panas.

Gambar 3.2. Pengaruh Panas Terhadap Warna pada Api (http://1.bp.blogspot.com/-

WspyNy5L3Nc/UxoaIrfRtqI/AAAAAAAACzc/wa0mi5VkUro/s1600/Fire+Colors++A+Prophetic

+Miracle+2.jpg)

Warna biru merupakan warna yang dihasilkan pada tingkat panas api

tertinggi, sedangkan inframerah adalah warna yang dihasilkan pada tingkat panas

api terendah.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

21

Gambar 3.3. Kumpulan Gambar Warna Pada Api Kecil

Dalam suatu scene api biasanya ditemui lebih dari satu warna sehingga

memberikan gradasi warna. Hal ini terjadi karena tingkat panas api yang berkurang

karena bereaksi dengan suhu udara pada lingkungan. Semakin mendekati sumber

pembakaran maka api yang dihasilkan jauh lebih panas.

Namun, berbeda dengan incandescence, luminescence adalah cahaya yang

dihasilkan oleh sumber energi selain tingkat panas. Luminescence biasa disebut

dengan cold light, karena hal ini dapat terjadi pada suhu ruangan atau suhu yang

lebih dingin. Untuk menghasilkan luminescence, energi diserap oleh elektron dari

suatu atom atau molekul, lalu energi tersebut berubah menjadi bergirang/positif tapi

dalam kondisi yang tidak stabil. Ketika elektron kembali kepada kondisi energi

yang lebih rendah, energi tersebut akan terlepas menjadi wujud photon (cahaya).

Dibutuhkan kombinasi senyawa yang tepat untuk menghasilkan reaksi yang stabil.

Kedua hal ini sering digunakan dalam pembuatan kembang api untuk

membuat variasi warna yang disebut dengan pyrotechnic colorant. Berikut adalah

daftar senyawa dan warna yang dihasilkan olehnya.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

22

Tabel 3.2. Senyawa Kimia dan Warna yang Dihasilkan

Warna Senyawa

Merah

strontium salt, lithium salts

lithium carbonate, Li2CO3 = merah

strontium carbonate, SrCO3 = merah terang/muda

Jingga /

Oranye

calcium salts

calcium chloride, CaCl2

calcium sulfate, CaSO4·xH2O, dimana x = 0,2,3,5

Emas incandescence of iron (dengan carbon), charcoal, atau

lampblack

Kuning

sodium compounds

sodium nitrate, NaNO3

cryolite, Na3AlF6

Electric

White

white-hot metal, seperti magnesium atau aluminum

barium oxide, BaO

Hijau barium compounds + chlorine producer

barium chloride, BaCl+ = hijau terang/muda

Biru

copper compounds + chlorine producer

copper acetoarsenite (Paris Green),

Cu3As2O3Cu(C2H3O2)2 = biru

copper (I) chloride, CuCl = turquoise blue

Ungu mixture of strontium (merah) dan copper (biru)

compounds

Perak burning aluminum, titanium, atau magnesium powder

atau flakes

Gambar 3.4. Kumpulan Gambar Hasil Warna Senyawa Kimiawi

Teori ini dapat dilihat dari bagaimana kayu bakar menghasilkan warna

kekuningan ketika terbakar karena mengandung sodium.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

23

Gambar 3.5. Api Unggun (http://www.cubstuff.info/images/campfire.jpg)

Pada scene halte, peneliti menggunakan api dengan bahan bakar naptha yang

merupakan jenis gas alam yang tidak mengandung salah satu dari bahan yang

menghasilkan warna khusus pada tabel di atas sehingga warna yang dihasilkan

berdasarkan tingkat panasnya saja.

Namun, teori pada temperatur spektrum cahaya oleh Kelvin menyajikan fakta

yang lain yaitu berbanding terbalik dengan fakta ilmiah pada api.

Gambar 3.6. Panas Warna pada Spektrum Cahaya (http://www.bulborama.com/images/reference/color_temp.gif)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

24

Pada penelitian ini penulis mempertimbangkan dari sisi psikologi warna pada

manusia. Menurut Zamitto (2005), setiap warna memiliki makna dikarenakan

budaya yang membentuk kita. Berikut adalah contoh warna dan maknanya:

Tabel 3.3. Makna Warna Berdasarkan Psikologis dan Budaya Manusia

Warna Makna, Konotasi, Emosi

Hitam Kematian, kejahatan, kriminallitas, seram, depresi,

kesedihan, rasa sakit, penindasan, dan putus asa

Biru

Dingin, damai, depresi, kesedihan, rileks, tenang,

bijaksana, introspeksi, menyendiri, kesepian, dan

kontemplasi

Cokelat Kayu, nyaman, tanah, bumi, zat, fisik, dan usang

Emas Nilai, kehormatan, dan kesetiaan

Hijau Alam, kesuburan, keseimbangan, masa muda,

ketenangan, dan uang (budaya barat)

Abu-abu Netral dan gabungan antara sedih dan senang

Jingga/

Oranye Kekuatan, ketahanan, perilaku sosial, dan hangat

Merah

Cinta, gairah, kegembiraan, selera, kesehatan,

keberanian, keagungan, panas, berbahaya, darah,

senjata, perilaku agresif, kekuatan, api, dan neraka

Ungu Mistis, bangsawan, kisaran tinggi, dan duka cita

(budaya Tiongkok)

Putih Terang, kesucian, tidak berdosa, kebersihan, dingin,

musim gugur (budaya Tiongkok)

Kuning

Gugup, pintar, inovasi logika berpikir, spritual,

harapan, kegembiran, lembut, simbol matahari sebagai

sumber kehidupan

Api tidak terdiri dari partikel biasa, ia akan menghasilkan cahaya. Ketika

mengamati beberapa eksperimen dan film, penulis menemukan bahwa cahaya yang

dihasilkan oleh api memiliki terang dominan pada bagian tertentu. Cahaya yang

kuat pada api dihasilkan pada bagian api berwarna terang seperti warna putih seperti

pada foto api korek di bawah ini.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

25

Gambar 3.7. Sumber Cahaya pada Wujud Api Korek Gas

3.2.1.2. Api Kecil

Pada scene halte, penulis membutuhkan nyala api korek api gas dengan bahan

kuningan yang dilapisi dengan perak yang sering dikenal dengan “zippo”. Zippo

adalah salah satu merk dagang korek api berbahan perak yang terkenal dengan tahan

dari tiupan angin atau windproof.

Gambar 3.8. Korek Api Zippo (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/97/Zippo-Slim-1968-Lit.jpg)

Sosok api “zippo” secara visual serupa dengan nyala api pada lilin, akan tetapi

keduanya memiliki bahan bakar yang berbeda. Zippo menggunakan bahan bakar

naptha sedangkan lilin menggunakan bahan bakar parafin. Selain itu sumbu pada

lilin tradisional akan memanjang ataupun terputus sejalan dengan melelehnya

parafin sedangkan sumbu pada korek api zippo tidak.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

26

Gambar 3.9. Anatomi Korek Api Zippo (http://zippogallery.com/images/AnatomyofaZippo.jpg)

Sebagai sebuah korek api yang tahan terhadap tiupan angin, korek ini

dilengkapi dengan beberapa struktur desain untuk menangkal padamnya api.

Pertama, korek ini didesain dengan sebuah cerobong kecil yang mengelilingi sumbu

sehingga mencegah tiupan angin pada sumbu agar tidak terjadi penurunan suhu

yang menyebabkan padamnya api. Kedua, sumbu pada korek dibuat dengan bahan

yang memiliki daya serap yang baik dan dililit oleh serat tembaga untuk menekan

konsumsi bahan bakar dan menicptakan daya serap yang stabil sehingga

menghasilkan nyala api yang konstan. Fakta ini dapat dilihat dari eksperimen yang

tertera dalam jurnal Windra, M. A.; Tamrin & Haryanto, A. (2014). Di dalam jurnal

tersebut membuktikan bagaimana serat tembaga dapat meningkatkan daya serap

pada minyak jelantah sebagai bahan bakar. Pada dasarnya minyak bergerak naik

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

27

melalui sumbu yang disebut dengan kapilaritas. Kapilaritas terjadi karena adanya

adhesi dan kohesi pada minyak. Selain itu serat tembaga yang meilit pada sumbu

yang terbakar akan memberikan tekanan kepada bahan bakar di bawahnya sehinga

sumbu tidak akan menjadi kering selama masih ada bahan bakar sehingga dapat

menghasilkan api yang stabil. Proses ini mirip dengan peristiwa angin laut dan

angin darat maupun angin lembah dan angin gunung yang dimana tekanan udara

pada suhu yang dingin cenderung lebih tinggi dan akan bergerak ke tekanan udara

yang lebih rendah yaitu pada suhu yang panas.

Desain sumbu ini juga berfungsi untuk menghindari sumbu yang bersandar

pada cerobong yang dapat menghimpit masuknya oksigen saat pembakaran pada

sumbu.

Gambar 3.10. Kumpulan Gambar Proses Pembakaran Korek Api Zippo (http://www.youtube.com/watch?v=6d49i8FfGVs)

Proses menyala korek api ini berbeda dengan korek api gas atau batang.

Ketika kontak pertama dengan percikan api, api yang dihasilkan cenderung bereaksi

dengan perlahan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

28

ukuran api yang besar. Pada ruangan tertutup gerakan api pada korek api zippo ini

tampak naik turun diiringi dengan gerakan bergelombang.

Gambar 3.11. Kumpulan Gambar Pola Gerak Korek Api Zippo (http://www.youtube.com/watch?v=6d49i8FfGVs)

Penulis menemukan bahwa sosok api kecil yang biasanya terdapat pada lilin

di film animasi 2d, tampak sudah mengalami pengembangan gaya gambar. Dari

beberapa film buatan studio yang sama, yaitu Ghibli, membuat visual api lilin yang

tidak sama antara satu film dengan film lainnya.

Gambar 3.12. Kumpulan Gambar Lilin dalam Film Animasi Gibli (Ghibli Studio)

Perbedaan visual pada special effect biasanya di sesuaikan dengan art style

dari film yang dibawakan dan membutuhkan konsistensi antara satu efek dengan

efek lainnya. Kesamaan yang didapat dari gambar-gambar nyala api lilin di atas

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

29

adalah bagaimana api tersebut di desain dalam 2 warna, yaitu warna yang dekat

dengan sumbu lebih terang dengan dibandingkan warna lainnya untuk

menggambarkan perbedaan suhu karena semakin mendekati sumbu maka tingkat

panas api semakin tinggi.

3.2.1.3. Api Besar

Selain itu, penulis juga membutuhkan nyala api yang besar yang dapat

menimbulkan efek menakutkan dan intimidasi terhadap karakter. Maka itu penulis

mencari referensi mengenai api-api dengan kapasitas yang besar dan berkobar-

kobar.

Gambar 3.13. Kobaran Api Besar

(http://www.darkblueplanet.com/travel/wp-content/gallery/inpostpics/bigfire.jpg)

Pada gambar di atas menunjukan kobaran api pada kondisi normal, yaitu

dibawah terdapat sumber pembakaran dalam kuantitas yang besar sehingga tercipta

api yang besar dengan pola bentuk segitiga yang dimana semakin tinggi posisinya

maka semakin kecil ukurannya.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

30

Tabel 3.4. Timing Letusan Api Kebocoran Gas

Frame Visual Keterangan

1

Api muncul dari jalan

aspal

2

3

4

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

31

5

Api membesar mem-

bentuk gumpalan

6

Api berada di posisi

tertingginya dengan

ukuran terbesarnya

7

8

Kepulan api naik ke atas

dan mengecil

9

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

32

10

11

12

Kepulan api yang naik

menghilang dan diikuti

kepulan api yang lebih

kecil ukurannya

13

14

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

33

15

16

17

18

19

Kepulan api ke-2

menghilang

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

34

Penulis mengambil contoh video kebocoran gas di Taiwan berjudul “Gas

Explosion. Kaohsiung, Taiwan 08-01-2014 - Video Compilation” melalui website

Youtube untuk menganalisa kobaran api yang dihasilkan dengan bahan bakar gas.

Pada tabel diatas nampak sebuah situasi sambaran api dari pipa gas tanah

yang bocor. Pada awalnya api mengalami percepatan yang tinggi dalam bentuk

ledakan hingga mencapai suatu ketinggian tertentu. Penulis mencoba membuat

skema sebagai berikut.

Gambar 3.14. Timing Letusan Kebocoran Gas

Setelah sampai pada ketinggian tertinggi, api langsung turun perlahan dengan

diikuti sumber bahan bakar yang menghasilkan gelombang energi yang baru dan

begitu seterusnya membentuk kobaran api yang lebih stabil dengan variasi gerakan

energinya.

Penulis menggambil timing pada kecepatan 10 FPS hanya sebanyak 6 frame

untuk memahami range yang lebih sederhana hingga api menuju puncak saja yaitu

ketika api dalam wujud paling besar.

Selain itu penulis mencoba mendalami tahap ledakan secara lebih mendalam

melalui video Youtube berjudul “Shocking- Explosion during a play”. Pada video

pendek ini mengambarkan tahap ledakan pada skala kecil dengan tahapan sebagai

berikut.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

35

Gambar 3.15. Tahap Ledakan (https://www.youtube.com/watch?v=Xs8iicFcFrk)

Dari gambar kumpulan tahap ledakan di atas dapat dijabarkan bahwa ledakan

api dimulai dari kepulan api besar, kemudian kepulan api naik diiringi dengan ekor

api yang turut mendorong ke atas, dan kemudian ekor api kembali turun sedangkan

kepulan api yang perlahan berpencar menjadi partikel kecil mengikuti gerak dorong

ke atas maupun angin.

Gambar 3.16. Desain Energi pada Api (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation. 2009)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

36

Gilliand (2009) menjelaskan bahwa fenomena menyalakan api dari suatu

sumber yang mudah terbakar seperti bensin menghasilkan pola gerak seperti pada

gambar di atas. (A) Udara yang lebih dingin mengitari api sehingga api mendorong

udara dingin dari atas ke bawah. (C) Ketika panas api menyerap dingin, oksigen di

udara di sekitar api mendorongnya. (B) Api menarik udara yang lebih dingin ke

dalam dan ke atas. Tabrakan dari gaya ini menghasilkan bentuk jamur.

Gambar 3.17. Tahapan Api Menyala (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation, 2009)

Pada contoh kedua dari nyala api yang besar adalah flamethrower dimana api

menjalar mengikuti semprotan minyak atau sumber bakaran dalam bentuk cair.

Adanya perpaduan dari semburan air, api yang membakar, dan asap yang terbentuk,

menciptakan suatu tampilan kobaran api yang begitu liar dan mengepul.

Gambar 3.18. Flame Thrower (http://img3.wikia.nocookie.net/__cb20130330131049/theflophouse/images/1/1f/Flamethrower_st

raight.jpg)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

37

Selain itu penulis menganalisa gerakan semburan api yang dihasilkan oleh

flame thrower dengan film berjudul “Flamethrower Marine” dari website Youtube.

Pada film ini diperlihatkan seorang marinir sedang menguji flame thrower pada

ruangan terbuka dengan dibantu oleh temannya karena semburan yang amat kuat.

Dapat dilihat di sisi belakangnya terdapat pengukuran dalam skala meter yang

menggambarkan betapa jauh daya sembur senjata ini mengenai targetnya.

Tabel 3.5. Timing pada Flame Thrower

Frame Visual Keterangan

1

Semburan diawali de-

ngan semprotan bahan

bakar dengan kecepatan

tinggi

2

3

Api dipantik dan segera

merambat pada bahan

bakar tersebut

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

38

4

5

6

7

8

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

39

9

10

11

12

13

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

40

14

Dari tabel pergerakan api flame thrower di atas penulis membuat sebuah

analisa pergerakan semburan sebagai berikut:

Gambar 3.19. Timing pada Flame Thrower

Dari pola percepatan di atas, penulis menarik kesimpulan dari 14 frame

bahwa percepatan semburan api pada awalnya sudah berada pada kondisi kecepatan

yang tinggi. Namun, setelah itu api mengalami gelombang percepatan yang naik

dan turun karena beberapa faktor penghambat khusunya eksperimen di luar ruangan

seperti angin atau cepat rambat api pada bahan bakar.

3.2.1.4. Proses Perubahan Api

Pada film “Howl Moving Castle”, Calcifier nampak berubah drastis dari sosok api

di perapian yang tenang dan anggun berwarna merah dan oranye lalu berubah

menjadi sosok api yang menyambar secara tiba-tiba dengan ukuran yang besar

berwarna pink dan biru muda. Selain api yang menyambar juga ditampilkan

perubahan karakter dari Calcifier kecil yang lucu menjadi sosok api yang

mengerikan.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

41

Gambar 3.20. Kumpulan Gambar Perubahan Wujud Calcifier (Howl’s Moving Castle, 2004)

Perubahan dimulai dari perubahan bentuk pada wajah yang menjadi seram

dan diikuti dengan perubahan bentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan perubahan

warna. Transisi perubahan ini di awali dengan semburan api yang bertubi-tubi dan

diakhiri dengan Calcifier yang terkesan menghisap api biru yang sempat berkobar

memenuhi layar. Perubahan bentuk pada api biasa menuju sebuah karakter api

memerlukan analisa hasil akhir dari bentukan karakter tersebut (frame awal dan

frame akhir).

Gambar 3.21. Gambar Perubahan Api Menjadi Karakter (Animation Unleashed: 100 Principles Every Animator, Comic Book Writer, Filmmaker, Video

Artist, and Game Developer Should Know, 2008)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

42

Pada adegan korek tertiup, korek api zippo memiliki sifat windproof yang

merupakan keunggulan korek api ini. Korek ini didesain sedemikian rupa sehingga

mencegah untuk padamnya api. Pada video dari situs youtube.com dengan judul

“Zippo: How Windproof is It?”, Video ini menggambarkan seorang pria melakukan

eksperimen terhadap daya tahan korek api terhadap angin dari berbagai jenis korek

api salah satunya adalah korek api Zippo.

Gambar 3.22. Api Korek Zippo Pada Kondisi Normal (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)

Ketika menjumpai angin dengan intensitas sedang, api korek akan nampak

sedikit memanjang dengan intensitas warna biru yang lebih terang dibandingkan

pada kondisi sebelum diberikan dorongan angin dari kipas. Pada tahap ini kipas

angin memberikan luapan kadar oksigen sekaligus memberikan dorongan sehingga

hasil perpaduan panas dan bahan bakar yang diwujudkan dalam bentuk gas pada

tahap chemical chain reaction terdorong ke arah menjauhi datangnya sumber angin

dengan kondisi temperatur api yang semakin menurun.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

43

Gambar 3.23. Api Korek Zippo Tertiup Angin Intensitas Sedang (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)

Selanjutnya, pria ini mendekatkan kipas angin kearah korek dan korek

hanya menampilkan warna biru terang hingga putih pada cerobongnya saja dengan

ekor api yang tidak panjang karena panas yang dihasilkan sekejap menjadi dingin

karena angin yang membawa temperatur ruangan yang mendinginkan panas yang

naik dari sumber api. Ketika komponen dalam segitiga api menghilang maka api

menjadi padam. Namun, warna biru terang hingga putih api pada sumbu tetap

terjaga karena dilindungi oleh pembatas yang mengelilingi sumbu sehingga

menghalangi penurunan suhu yang dikarenakan oleh angin.

Gambar 3.24. Api Korek Zippo Tertiup Angin Intensitas Tinggi (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

44

Pada akhirnya, pria di video ini memberikan tips bahwa zippo hanya bisa

dimatikan dengan angin dari atas secara vertical karena cerobong pada korek ini

dapat melindungi tingkat panas sumbu dari tiupan angin secara horizontal.

Gambar 3.25. Kumpulan Gambar Api Korek Zippo Padam (https://www.youtube.com/watch?v=5JG9WXJFPoY)

Gilliand (2009) dalam bukunya memberikan contoh api kecil pada lilin yang

tertiup. Ia menjelaskan bahwa ada hal menarik pada saat api lilin akan hilang, yaitu

volume api tersebut akan sedikit membesar karena dipenuhi oleh oksigen.

Penggambaran dibawah dibuat lebih memanjang daripada realita karena pentingnya

memberikan exaggeration agar animasi yang dihasilkan nampak kuat dan dapat

dipercaya.

Gambar 3.26. Api Lilin Tertiup (Elemental Magic: The Classical Art of Hand-Drawn Special Effects Animation, 2009)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

45

3.2.2. Horor

Pada film “Brother Bear”, diperlihatkan suasana suatu daerah yang gersang dan

memiliki area vulkanik yang aktif. Scene ini dipenuhi dengan gas-gas panas seperti

uap dan di salah satu scene ditunjukan jump scare dari sebuah letupan gas di dekat

si beruang. Perasaan kejut tidak muncul hanya dari sesuatu yang seram, tapi juga

pada kondisi fokus akan suatu hal seperti ketika sang beruang yang sedang mencoba

mengenali tempat itu tiba-tiba ada letupan keras di dekatnya.

Gambar 3.27. Beruang yang Terkejut (Brother Bear, 2003)

Pada film “Bambi”, sosok api yang menjalar di hutan yang besar dan

merambat cepat memberikan kesan menakutkan bagi para hewan. Sosok apiyang

besar dan melahap segala yang dilewatinya seakan menggambarkan intimidasi yang

kuat apalagi dengan didukung musik yang mencekam.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

46

Gambar 3.28. Api Membakar Hutan dan Hewan Ketakutan (Bambi, 1942)

Pada film “Lion King” ketika adegan di sarang hyena, ditunjukan

bagaimana Pergerakan isian cairan berlangsung begitu cepat. Pada scene ini letupan

digambarkan seperti semburan air disertai dengan uap yang muncul langsung

memenuhi layar.

Gambar 3.29. Semburan Air dan Uap (Lion King, 1994)

Pada film “Nightmare Trip” juga akan ada perubahan api kecil menjadi api

besar serta menampakkan sosok wajah yang seram. Penulis mencoba

mengumpulkan beberapa referensi dari film-film yang memiliki kaitan dengan

partikel sebagai berikut.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

47

Gambar 3.30. Wajah Tengkorak Terbakar (Ghost Rider, 2007)

Gambar 3. 31. Bentuk Wajah di Mulut Goa (The Mummy, 1999)

Gambar 3.32. Bentuk Wajah di Badai Pasir (The Mummy, 1999)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

48

3.3. Eksperimen

Setelah melakukan observasi dari film dan literatur dari inernet, penulis membuat

eksperimen visual dan animasi dari special effect yang akan dibuat.

3.3.1. Visual

Pada film ini penulis menggunakan metode manual yaitu dikerjakan secara digital

menggunakan tablet. Tahap pengerjaannya dimulai dari perencanaan gerakan,

sketsa, percobaan animasi, pewarnaan, dan final render.

Efek kedua adalah nyala api “zippo”. Penulis mencoba membuat alternatif

berdasarkan warnanya.

Gambar 3.33. Alternatif Warna Api Korek

Pembuatan api zippo dengan beragam gaya berdasarkan tingkat

kekontrasannya pada adegan.

Gambar 3.34. Alternatif Style Rendering

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

49

3.3.2. Animasi

Penulis mencoba mengaplikasikan pengamatan api kecil menjadi api besar

berdasarkan timing dan pola geraknya menjadi animasi.

3.3.2.1. Api Kecil

Penulis pada awalnya melakukan eksperimen dan observasi terhadap nyala api pada

lilin dan korek api gas untuk memahami struktur gerakannya.

Gambar 3.35. Gerakan Api Lilin

Penulis mendapati bahwa gerakan api kecil yang tenang itu terlihat diam tapi

terkesan bergerak. Penulis teringat akan sebuah gaya animasi yang sebenarnya

hanya menggambar objek yang sama secara berulang, tapi karena secara alami

manusia tidak dapat menggambar secara konsisten maka akan tampak bahwa objek

tersebut terlihat hidup karena bergerak.

Untuk eksperimen peneliti menggunakan garis sebagai simbol dari wujud api

pada lilin.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

50

Gambar 3.36. Percobaan Animasi Garis Bergerak Kecil

Peneliti kemudian menjabarkan gerakan api lilin secara lebih rinci dan

membuat sebuah pola. Api lilin yang bergerak naik-turun dan kanan-kiri

diwujudkan dalam sebuah pola gerak yang berporos.

Gambar 3.37. Percobaan Animasi Garis Berporos dan Bergoyang

Penulis mencoba mengeksplorasi lebih jauh terhadap pola gerak lilin yang lembut

dan tidak teratur, tapi nampak dinamis. Penulis membuat jalur gerak dengan patokan ujung

api yang mewakili gerakanan ke kanan dan ke kiri serta ke atas dan ke bawah.

Gambar 3.38. Percobaan Animasi Lilin dengan Jalur Gerak

Penulis mencoba melakukan tes bentuk lilin dengan kecepatan 10 FPS

mencoba mengaplikasikan teori golden rules oleh Gilliand.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

51

Tabel 3.6. Gerakan Api Tenang

No Gambar Keterangan

1

Gelombang dimulai dari posisi

paling bawah pada api.

2

3

4

5

Semakin naik gelombang, maka

semakin tinggi juga ukuran api

korek.

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

52

6

7

8

3.3.2.2. Perubahan Menjadi Api

Gambar 3.39. Sketsa Rancangan Perubahan Wujud Api (1)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015

53

Gambar 3.40. Sketsa Rancangan Perubahan Wujud Api (2)

Perancangan Special..., Yoas Nicholas, FSD UMN, 2015