BAB II - UIN SMH Banten Institutional Repository -
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB II - UIN SMH Banten Institutional Repository -
21
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Konsumsi Rumah Tangga Muslim
Definisi konsumsi telah lama dikenal dalam teori ekonomi yang
menurut Rosyidi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-
jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi
atau lebih tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh
rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa.1 Sedangkan menurut
Halim pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa
untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam suatu periode tertentu.2
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi
merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga atau
masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa pada periode tertentu
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.
1.1 Fungsi Konsumsi
Menurut Huda fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara
tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan. Fungsi
konsumsi dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
1 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi (Jakarta: Rajawali Press, 2006). 2 Muh. Abdul Halim, Teori Ekonomika Ed. Ke-1, Cet. Ke-1 (Tangerang: Jelajah Nusa, 2012).
21
22
“C = a + bY; Dimana C adalah besarnya pengeluaran konsumsi rumah
tangga, a adalah besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada
jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan, b adalah
hasrat marginal masyarakat untuk melakukan konsumsi, Y adalah
pendapatan disposable (pendapatan yang siap dikonsumsi) a > 0 dan 0
< b < 1”.3
1.2 Perilaku Konsumen
Menurut Machfudz konsumen adalah salah satu unit
pengambil keputusan dalam ekonomi yang bertujuan untuk
memaksimumkan keputusan dari berbagai barang atau jasa yang
dikonsumsi.4 Sedangkan menurut Miru dan Yodo konsumen adalah
pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi
kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak
untuk diperdagangkan kembali.5 Mangkunegara dalam bukunya yang
berjudul “Perilaku Konsumen” menyatakan pengertian perilaku
konsumen menurut para ahli:
a. James F. Engel et al
"Consumer behavior is defined as the acts of individuals directly
involved in obtaining and using economic good services including
the decision process that precede and determine these acts"
(Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakantindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut)
b. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta
"Consumer behavior may be defined as decision process and
physical activity individuals engage in when evaluating,
acquairing, using or disposing of goods and services" (Perilaku
konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan
3 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008). Hlm. 36 4 Masyuri Machfudz, Dasar-Dasar Ekonomi Mikro (Malang: Prestasi Pustaka, 2007). Hlm. 24 5 Ahmadi Miru and Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007). Hlm. 5
23
dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau
dapat mempergunakan barang-barang dan jasa)
c. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf
"Consumer behavior are acts, process and social relationship
exhibited by individuals, groups and organizations in the
obtainment, use of, and consequent experience with products,
services and other resources”. (Perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan
individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari
pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber
lainnya).6
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu, kelompok yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang atau jasa
ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan.
Terdapat dua Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
menurut Mangkunegara yaitu:
a. Kekuatan Sosial Budaya
1) Faktor Budaya
Budaya adalah sebagai hasil kreativitas manusia dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan
bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat. Contohnya seperti pergeseran budaya yang
begitu cepat menuntut masyarakat untuk mengikutinya.
2) Faktor Kelas Sosial
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu kelompok yang
terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang
seimbang dalam masyarakat. Dimana setiap masyarakat
memiliki kelas sosial yang berbeda-beda, sehingga perilaku
mereka berbeda.
3) Faktor Pengaruh Kelompok
Kelompok anutan adalah suatu kelompok orang yang dapat
mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku
6 A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku Konsumen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012). Hlm. 3-4
24
konsumen. Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku
konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merek
yang mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompok.
4) Faktor Keluarga
Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil yang
perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam
pengambilan keputusan membeli. Keluarga merupakan
pengaruh terbesar dalam perilaku konsumen karena biasanya
untuk membeli suatu barang seseorang akan bertanya dulu
kepada keluarganya.
b. Kekuatan Faktor psikologis
1) Faktor Pengalaman Belajar
Belajar adalah suatu perubahan perilaku akibat pengalaman
sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena
sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Pengalaman
belajar konsumen akan menentukan tindakan dan
pengambilan keputusan membeli
2) Faktor Kepribadian
Kepribadian adalah suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada
pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya.
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan
pengambilan keputusan dalam membeli. Kepribadian
konsumen biasanya ditentukan oleh faktor internal yang ada
pada dirinya (motif, IQ, emosi, cara berfikir, persepsi) dan
faktor eksternal dirinya ( keluarga, masyarakat, sekolah, dll)
3) Faktor Sikap dan Keyakinan
Sikap adalah sebagai suatu penilaian kognitif seseorang
terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang
tindakannya cenderung kearah bebagai objek atau ide. Dalam
hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap dan
keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu
produk, merek dan pelayanan.
4) Konsep Diri atau Self Concept
Konsep diri adalah sebagai cara kita melihat diri sendiri dan
dalam waktu tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita
pikirkan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen,
pedagang harus mampu menciptakan situasi yang sesuai
dengan yang diharapkan oleh konsumen. Agar konsumen
dapat menentukan keputusan untuk membeli.7
7 Mangkunegara. Perilaku Konsumen. Hlm. 45
25
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Masyarakat
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi
masyarakat selain pendapatan seperti yang dikemukakan oleh
Suparmoko dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ekonomi
Makro” meliputi:
a. Selera
Konsumsi masing-masing individu berbeda meskipun individu
tersebut mempunyai umur dan pendapatan yang sama, hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan selera pada tiap individu.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi misalnya umur, pendidikan, dan keadaan
keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap pengaluaran
konsumsi. Pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda
dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan dan akhirnya
turun pada umur tua.
c. Kekayaan
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit sering dimasukan
dalam fungsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi.
Seperti dalam pendapatan permanen yang dikemukakan oleh
Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan
bahwa hasil bersih dari suatu kekayaan merupakan faktor penting
dalam menetukan konsumsi. Beberapa ahli ekonomi yang lain
memasukan aktiva lancar sebagai komponen kekayaan sehingga
aktiva lancar memainkan peranan yang penting pula dalam
menentukan konsumsi.
d. Keuntungan atau Kerugian Capital
Keuntungan capital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital
akan mendorong tambahnya konsumsi, selebihnya dengan adanya
kerugian kapital akan mengurangi konsumsi.
e. Tingkat Bunga
Ahli-ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi
merupakan fungsi dari tingkat bunga. Khususnya mereka percaya
bahwa tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi
konsumsi.
f. Tingat Harga
Sejauh ini dianggap konsumsi riil merupakan fungsi dari
pendapatan riil. Oleh karena itu naiknya pendapatan nominal yang
26
disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proposi yang sama
tidak akan merubah konsumsi riil.8
1.4 Konsumsi Rumah Tangga
Menurut Ahmadi dalam bukunya berjudul Ilmu Sosial Dasar,
rumah tangga atau bisa dikatakan dengan keluarga. Keluarga adalah
unit satuan masyarakat yang terkecil sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari
suami, istri dan anak-anaknya. Menurut Ki Hajar Dewantara,
Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh
satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan
yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing
anggotanya. Sedangkan menurut Durkheim keluarga adalah lembaga
social hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.9
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Rumah tangga
dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga
khusus.
a. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang
yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan
biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan
makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari
bersama menjadi satu. Ada bermacam-macam bentuk rumah
tanga biasa, diantaranya :
(1) orang yang tinggal bersama istri dan anaknya;
(2) orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus
dan mengurus makannya sendiri;
8 Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Pertama (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004). Hlm. 79-81 9 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). Hlm. 87
27
(3) keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus, tetapi
makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus
tersebut masih dalam satu segmen;
(4) RT yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang
pemondoknya kurang dari 10 orang.
(5) pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan
dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak,
istri serta arti lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah
dari lembaga yang diurusnya;
(6) masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar
atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya
sendiri-sendiri.
b. Rumah tangga khusus adalah orang-orang yang tinggal di asrama,
tangsi, panti asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah
tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh
suatu yayasan atau lembaga, dan kelompok orang yang mondok
dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih.
Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas.10
Menurut Ahmadi, sebuah keluarga memiliki beberapa fungsi
yang harus di penuhi dalam keluarga tersebut diantaranya yaitu:
a. Fungsi Biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat
menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-
anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses
kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya
terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup
keturunannya, melalui perkawinan.
b. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggota-
anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan yang
membahayakan.
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang
pokok yaitu:
(1) kebutuhan makan dan minum,
(2) kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya,
(3) kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi
penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua
diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota
keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta
tempat tinggal.
10 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten Dalam Angka 2020 (Serang, 2020).
28
d. Fungsi Keagamaan
Setiap keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta
mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai
manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Fungsi Sosial
Dalam fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-
anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-
nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta
mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan mereka
jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan fungsi ini diharapkan
agar di dalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau
nilai-nilai kebudayaan seperti sopan-santun, bahasa, cara
bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan, dll.11
Berdasarkan uraian diatas konsumsi rumah tangga merupakan
tingkat pengeluaran yang harus dipenuhi oleh keluarga dalam
menjalankan fungsi dari sebuah keluarga dan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya.
1.5 Konsumsi dalam Persfektif Islam
Dalam kehidupan manusia, konsumsi merupakan sebuah
keniscayaan karena ia membutuhkan berbagai konsumsi untuk dapat
mempertahankan hidupnya. Ia harus makan untuk hidup, berpakaian
untuk melindungi tubuhnya dari berbagai iklim ekstrim, memiliki
rumah untuk dapat berteduh, beristirahat keluarga, serta menjaganya
dari berbagai gangguan fatal. Yusuf Al-Qardhawi dalam Idri
menerangkan bahwa konsumsi adalah pemanfaatan hasil produksi
yang halal dengan batas kewajaran untuk menciptakan manusia hidup
aman dan sejahtera.12
11 Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar. Hlm. 89-91 12 Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi Dalam Perspektif Hadis Nabi (Surabaya: Kencana, 2013). Hlm. 97-98
29
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam
berkonsumsi, diantaranya: konsumsi pada barang-barang yang baik
(halal), berhemat, tidak bermewah-mewah, menjauhi utang, menjauhi
kebakhilan dan kekikiran. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah
dalam Surah Al- Baqarah ayat 168 yang berbunyi:
ات و ط وا خ ع ب ت ل ت ا و ا ب ي لا ط ل ض ح رأ ي الأ ا ف م وا م ل ك اس ا الن ه ي أ ا ي
ين ب د و م مأ ع ك ل ه ن إ ن ا ط يأ الش
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”13
Perilaku konsumsi seorang muslim harus selalu didasarkan pada
apa yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya agar tercipta
kehidupan manusia yang lebih sejahtera. Menurut Amirudin, seorang
muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas beberapa pertimbangan
yaitu:
a. Manusia tidak kuat sepenuhnya mengatur detail permasalahan
ekonomi masyarakat atau negara. Keberlangsungan hidup manusia
diatur oleh Allah. Seorang muslim akan yakin bahwa Allah swt.
akan memenuhi segala kebutuhan hidupnya sebagimana firman
Allah dalam Surat an-Nahl ayat 11 yang berbunyi:
ع ٱينبت لكم به رأ يأتون ٱو لز ب ٱو لنخيل ٱو لز ن عأ ت ٱومن كل لأ لك ل لثمر م إن فى ذ ءايةا ل قوأ
يتفكرون
Artinya: “Allah-lah yang telah menurunkan air dari langit,
diantaranya untuk dikonsumsi manusia dan tumbuhan yang ada di
bumi, dan Allah menumbuhkan tanaman dengan air itu yang
darinya tumbuh bermacam-macam buah.”14
b. Dalam konsep Islam kebutuhan yang membentuk pola konsumsi
seorang muslim. Dimana batas-batas fisik merefleksikan pola yang
13 Departemen Agama RI, Alhidayah Al Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Tangerang Selatan: Kalim, 2011). Hlm. 26 14 Departemen Agama RI. Hlm. 269
30
digunakan seorang muslim untuk melakukan aktivitas konsumsi,
bukan disebabkan pengaruh referensi semata yang mempengaruhi
pola konsumsi seorang muslim.
c. Perilaku berkonsumsi seorang muslim diatur perannya sebagai
makhluk sosial. Maka, dalam berperilaku dikondisikan untuk saling
menghargai dan menghormati orang lain, yang perannya sama
sebagai makhluk yang mempunyai kepentingan guna memenuhi
kebutuhan. Perilaku konsumsi dalam pandangan Islam akan
melihat bagaimana suasana psikologi orang lain.15
Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun,
tujuanya adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan
mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam
kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang mewah
maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Tingkat konsumsi
memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau
masyarakat. Adapun pengertian kemakmuran disini adalah semakin
tinggi tingkat konsumsi.
Menurut Al-Ghazali dalam Chamid dalam bukunya berjudul
“Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam” mendefinisikan
konsumsi (al-hajah) adalah penggunaan barang atau jasa dalam upaya
pemenuhan kebutuhan melalui bekerja (al-iktisab) yang wajib dituntut
(fardu kifayah) berlandaskan etika (shariah) dalam rangka menuju
kemaslahatan (maslahah) menuju akhirah.16
Prinsip ekonomi dalam Islam yang disyariatkan adalah agar
tidak hidup bermewah-mewahan, tidak berusaha pada pekerjaan yang
15 K Amiruddin, Ekonomi Mikro (Suatu Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional) (Makasar: Alauddin University Press, 2013). Hlm. 124-126 16 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010). Hlm. 218
31
dilarang, membayar zakat dan menjauhi riba, merupakan rangkuman
dari akidah, akhlak dan syariat Islam yang menjadi rujukan dalam
pengembangan sistem ekonomi Islam. Nilai-nilai moral tidak hanya
bertumpu pada aktifitas individu tapi juga pada interaksi secara
kolektif. Individu dan kolektif menjadi keniscayaan nilai yang harus
selalu hadir dalam pengembangan sistem, terlebih lagi ada
kecenderungan nilai moral dan praktek yang mendahulukan
kepentingan kolektif dibandingkan kepentingan individual.
Menurut Chamid, preferensi ekonomi baik individu dan kolektif
dari ekonomi Islam memiliki karakternya sendiri dengan bentuk
aktifitasnya yang khas dan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, ada
tiga aspek adalah sebagai berikut:
1. Ketauhidan
Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa
segala apa yang di alam semesta ini didesain dan dicipta dengan
sengaja oleh Allah Swt, bukan kebetulan, dan semuanya pasti
memiliki tujuan. Tujuan inilah yang memberikan signifikansi dan
makna pada eksistensi jagat raya, termasuk manusia yang menjadi
salah satu penghuni di dalamnya. Prinsip Tauhid menjadi
landasan utama bagi setiap umat muslim dalam menjalankan
aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini
merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad
raya ini adalah Allah Swt. Prinsip tauhid ini pula yang mendasari
pemikiran kehidupan Islam yaitu khilafah (Khalifah) dan ‘Adalah
(keadilan).
2. Khilafah
Khilafah (Khalifah) bahwa manusia adalah khalifah atau wakil
Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi
spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi. Ini
berarti bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia diminta
untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam rangka
mengaktualisasikan kepentingan dirinya dan masyarakat sesuai
dengan kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang
Pencipta Allah Swt.
32
3. Keadilan.
Merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid
al Syariah). Implikasi dari prinsip ini adalah :
(1) pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
(2) sumber-sumber pendapatan yang halal.
(3) distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.
(4) pertumbuhan dan stabilitas.17
Tiga prinsip tersebut tidak bisa dipisahkan, dikarenakan saling
berkaitan untuk terciptanya perekonomian yang baik dan stabil karena
prinsip ‘Adalah merupakan bagian yang integral dengan tujuan
syariah (maqasid al Syariah). Konsekuensi dari prinsip khilafah dan
‘adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah
dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara
lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need fullfillment), menghargai
sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi
pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of
income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and
stability). Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi
Islam konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki
perbedaan di setiap yang melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan
konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan pencapaian dari
konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah
pedoman syariah Islamiyah.
17 Chamid.Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Hlm. 218
33
Asumsi dasar dalam konsumsi konsumen muslim, adalah
sebagai berikut:
1) Sistem perekonomian yang ada telah mengaplikasikan aturan syarat
Islam, dan sebagian besar masyarakatnya menyakini dan
menjadikan masyarakat islam sebagai integral dalam setiap
aktivitas kehidupanya.
2) Instituisi zakat telah menjadi bagian dalam suatu sistem
perekonomian dan hukum wajib untuk dilaksanakan bagi setiap
individu yang mampu.
3) Pelarangan riba dalam setiap aktifitas ekonomi.
4) Prinsip mudharabah dan kerjasama diaplikasikan dalam
perekonomian.
5) Tersedianya instrumen moneter Islam dalam perekonomian.
6) Konsumen memiliki perilaku untuk memaksimalkan kepuasannya.
Dalam konsep Islam konsumsi dimaknai bahwasanya
pendapatan yang dimiliki tidak hanya dibelanjakan untuk hal-hal yang
sifatnya konsumtif namun ada pendapatan yang dibelanjakan untuk
perjuangan dijalan Allah atau yang lebih dikenal dengan infak.
Menurut Hendri Anto terdapat beberapa karakteristik konsumsi dalam
perspektif ekonomi Islam, diantaranya adalah:
a. Konsumsi bukanlah aktifitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi
oleh sifat kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh
syara', sebagaimana firman Allah dalam Alquran. Al-Mā-idah
ayat 87:
ل يحب يا أيها الذين آمنوا ل تحر لكم ول تعتدوا إن للا موا طي بات ما أحل للا
المعتدين
34
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”
b. Konsumen yang rasional (mustahlik al-aqlani) senantiasa
membelanjakan pendapatan pada berbagai jenis barang yang
sesuai dengan kebutuhan jasmani maupun rohaninya. Cara seperti
ini dipastikan dapat mengantarkannya pada keseimbangan hidup
yang memang menuntut keseimbangan kerja dari seluruh potensi
yang ada, mengingat, terdapat sisi lain diluar sisi ekonomi yang
juga butuh untuk berkembang. Karakteristik ini didasari atas
fiman Allah dalam Alquran. Al-Nisā’ayat 5 yang berbunyi:
زقوهمأ فيها واكأسوهمأ وقولوا ا وارأ لكمأ قياما والكم التي جعل للا توا السفهاء أمأ ول تؤأ
لا معأروفاا لهمأ قوأ
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.”18
Islam sangat memberikan penekanan tentang cara
membelanjakan harta, dalam Islam sangat dianjurkan untuk menjaga
harta dengan hati-hati termasuk menjaga nafsu supaya tidak terlalu
berlebihan dalam menggunakan. Rasionalnya konsumen akan
memuaskan konsumsinya sesuai dengan kemampuan barang dan jasa
yang dikonsumsi serta kemampuan konsumen untuk mendapatkan
barang dan jasa tersebut. Menurut Nasution kepuasan dan prilaku
konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai berikut:
a) Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi.
Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
b) Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa.
Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
c) Kecenderungan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi
menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilainilai
yang dianut seperti agama dan adat istiadat.
18 Hendri Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Ekonisia 2003).
35
d) Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang
batas bawah dan ambang batas atas dari ruang gerak konsumsi
yang diperbolehkan dalamekonomi Islam (Mustawa al-kifayah).
Mustawa al-kifayah adalah ukuran, batas maupun ruang gerak
yang tersedia bagi konsumen muslim untuk menjalankan aktifitas
konsumsi. Dibawah mustawa kifayah, seseorang akan masuk
pada kebakhilan, kekikiran, kelaparan hingga berujung pada
kematian. Sedangkan di atas mustawa al-kifayah seseorang akan
terjerumus pada tingkat yang berlebih-lebihan (mustawaisraf,
tabdzir dan taraf). Kedua tingkatan ini dilarang di dalam Islam.19
1.6 Ekonomi Islam
Konsumsi rumah tangga muslim erat kaitannya dengan ekonomi
dalam persfektif Islam yang merupakan suatu konsep ekonomi yang
menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan atau dasar dalam
aktifitasnya. Dalam Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi
Islam (P3EI) UII, beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam
sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang
terbatas dalam kerangka syariah.20
Namun, definisi tersebut mengandung kelemahan karena
menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak universal.
Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap
dalam keputusan yang apriori (apriory judgement) benar atau salah
tetap harus diterima.
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah
prasyarat yaitu karakteristik dari pandangan hidup Islam. Syarat utama
19 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2017). Hlm. 125 20 Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII, Ekonomi Islam (Yogyakarta, 2011). Hlm. 14
36
adalah memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari
nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang
harus dimasukkan dalam analisis fenomena ekonomi serta dalam
pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.
Sebuah ilmu harus memiliki landasan hukum agar bisa
dikatakan sebagai bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula
tentang penerapan syariah di bidang ekonomi bertujuan sebagai
transformasi masyarakat yang berbudaya Islami. Aktifitas ekonomi
sering melakukan berbagai bentuk perjanjian. Perjanjian merupakan
pengikat antara individu yang melahirkan hak dan kewajiban. Untuk
mengatur hubungan antara individu yang mengandunng unsur
pemenuhan hak dan kewajiban dalam jangka waktu lama, dalam
prinsip syariah diwajibkan untuk dibuat secara tertulis yanng disebut
akad. ekonomi dalam Islam. Ada beberapa hukum yang menjadi
landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi dalam Islam.
Beberapa dasar hukum Islam tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Al-Quran
Al-Qur‟an memberikan ketentuan-ketentuan hukum
muamalat yang sebagian besar berbentuk kaidah-kaidah umum;
kecuali itu jumlahnya pun sedikit. Misalnya, dalam Q.S. Al-
37
Baqarah ayat 188 terdapat larangan makan harta dengan cara yang
tidak sah, antara lain melalui suap yaitu sebagai berikut:
لكم بينكم ب ل ٱ ول تأكلوا أمو ط ن أمو لحكام ٱوتدلوا ب ها إ لى لب يقا م ل ل تأكلوا فر
ثم وأنتم تعلمون 21 ٱلناس ب ٱل
Artinya: “Dan janganlah kalian memakan (memperoleh) harta-
harta kalian di antara kalian dengan cara batik/tidak benar dan
(jangan) kalian memberi (sebagian suap) dengan harta itu kepada
para hakim agar (kalian) dapat memakan sebagian dari harta-harta
manusia (orang lain) dengan cara berdosa dan (padahal) kalian
mengetahui.”
Dalam Q.S. An-Nisa ayat 29 terdapat ketentuan bahwa
perdagangan atas dasar suka rela merupakan salah satu bentuk
Muamalat yang halal yaitu sebagai berikut:
أيها لكم بيأنكم ب لذين ٱي و ا أمأ طل ٱءامنوا ل تأأكلو نكمأ ول لأب رةا عن تراض م أن تكون تج إل
ا أنفسكمأ إن ٱتقأتلو كان بكمأ رحيما لل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”22
b. Hadis
Hadits memberikan ketentuan-ketentuan hukum muamalat yang
lebih terperinci dari pada Al-Qur‟an, hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, dan lain – lain
dari Sa‟id Al-khudri ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda :
21 Departemen Agama RI, Alhidayah Al Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka. Hlm. 30 22 Departemen Agama RI. Hlm. 84
38
ل هللا عنأ أبي سعيأد سعأد بأن مالك ري رضي هللا عنأه أن رسوأ : قال ملسو هيلع هللا ىلص بأن سنان الخدأ
نداا، ني وغيأرهما مسأ ارقطأ ن ماجهأ والد . رواه ابأ »ل ضرر ول ضرار«حديأث حسن
يى ورواه مالك في الموطأ رو بأن يحأ سلا عنأ عمأ أبا فأسأقط ملسو هيلع هللا ىلصعنأ أبيأه عن النبي مرأ
ي بعأضها بعأضا سعيأد، وله ط رق يقو
Artinya : “Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-
Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Tidak boleh memberikan mudarat tanpa
disengaja atau pun disengaja.” (Hadits hasan, HR. Ibnu Majah,
no. 2340; Ad-Daraquthni no. 4540, dan selain keduanya dengan
sanadnya, serta diriwayatkan pula oleh Malik dalam Al-
Muwaththa’ no. 31 secara mursal dari Amr bin Yahya dari
ayahnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa
menyebutkan Abu Sa’id, tetapi ia memiliki banyak jalan
periwayatan yang saling menguatkan satu sama lain).”23
Menurut Didin Hafidhuddin dalam bukunya berjudul “Islam
Aplikatif “ menyatakan bahwa:
“Al-Quran mendorong umat Islam untuk mengusai dan
memanfaatkan sektor-sektor dan kegiatan ekonomi dalam skala
yang lebih luas dan komprehensif, seperti perdagangan, industri,
pertanian, keuangan jasa, dan sebagainya, yang ditujukan untuk
kemaslahatan dan kepentingan bersama”.24
Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Alquran
surat Al-Haysr ayat 7:
على رسوله بى والأيتامى ما أفاء للا سول ولذي الأقرأ وللر منأ أهأل الأقرى للف
سول نياء منأكمأ وما آتاكم الر غأ ن الأ والأمساكين وابأن السبيل كيأ ل يكون دولةا بيأ
شديد الأعقاب 25 إن للا فخذوه وما نه اكمأ عنأه فانأتهوا واتق وا للا
Artinya: “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari
23 Sumber https://rumaysho.com/23904-hadits-arbain-32-tidak-boleh-memberikan-mudarat-sengaja-atau-pun-tidak.html, Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #32, Diakses tanggal 29 Mei 2021 24 Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif (Jakarta: Gema Insani, 2003). Hlm. 29 25 Departemen Agama RI, Alhidayah Al Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka. Hlm. 547
39
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang
miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Kemudian dalam Alquran surat Al-Nuur ayat 37:
كاة يخاف لة وإيتاء الز وإقام الص ر للا ا رجال ل تلأهيهمأ تجارة ول بيأع عنأ ذكأ ما ون يوأ
بأصار تتقلب فيه الأقل وب والأ
Artinya : “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan
(dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang.”26
Ditambahkan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 275:
ا ٱلون يأأك لذين ٱ بو ن ٱيتخبطه لذىٱل يقومون إل كما يقوم لر لك لأمس ٱمن لشيأط ذ
ا إنما ا ٱمثأل لأبيأع ٱبأنهمأ قالو بو ٱ وأحل لر م لأبيأع ٱ لل ا ٱوحر بو عظة ۥ فمن جاءه لر موأ
ب ه م ره ۥ فله نتهى ٱف ۦن ر ٱإلى ۥ ما سلف وأمأ ب لل ح ئك أصأ همأ فيها لنار ٱ ومنأ عاد فأول
لدون خ
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
26 Departemen Agama RI. Hlm. 356
40
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”27
Dalam melakukan kegiatan ekonomi, Al-Quran melarang
Umat Islam mempergunakan cara-cara yang batil seperti dengan
melakukan kegiatan riba, melakukan penipuan, mempermainkan
takaran, dan timbangan, berjudi, melakukan praktik suap-
menyuap, dan cara-cara batil lainnya.
2. Sport Development Officer (SDO)
Menurut Wahyudi dalam bukunya yang berjudul “Model
Manajemen Olahraga Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga
mendefinisikan Sport Development Officer (SDO) yakni:
“sumberdaya manusia atau seseorang bekerja yang memerlukan
perencanaan, pengaturan, susunan kepegawaian, pengarahan dan
pengendalian untuk dilakukan dalam kontek suatu organisasi jasa
atau produk dalam olahraga secara terkait. Lingkungan dari
organisasi nasional olahraga terdiri dari faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal tersebut antara lain, ekonomi, politik,
budaya atau kondisi sosial yang dihadapi para pelaku olahraga.
Faktor internal termasuk kondisi internal suatu organisasi nasional
olahraga dan kegiatan administrasinya. Kesuksesan suatu
organisasi sangat tergantung dari kesadaran manajer akan tingkat
pekerjaan, kemampuan sumber daya manusia, pesan serta motivasi
dalam pencapaian tujuan organisasi.28
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen olahraga menurut
Wahyudi adalah:
“a. Faktor Internal
27 Departemen Agama RI. Hlm. 48 28 usman wahyudi, Model Manajemen Olahraga Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga (Jakarta: Asdep IPTEK Olahraga, Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga dan IPTEK Olahraga. Kemempora, 2013). Hlm.80
41
Faktor berhubungan dengan kegiatan administratif, sumber
daya manusia, keanggotaan, program olahraga dan fasilitas
olahraga. Manajer diharapkan untuk mengamati :
1) Peralatan dan SDM yang tepat untuk mengantisipasi
pencapaian program strategis
2) Menyewa tenaga profesional dan mengawasi dari dekat
3) Estimasi/ perkiraan jumlah keanggotaan dan kenaikan
jumlah sukarelawan
4) Planning/perencanaan keberadaan dan penggunaan fasilitas
serta proyeksi hasil olahraga Sehubungan dengan hal
tersebut, manajer mempunyai peran yang sesuai dengan
level/tingkatan yang dimiliki serta situasi yang dihadapi.
Seorang general manajer organisasi olahraga:
1) Adalah pembuat keputusan rencana akuntansi, pembelian
dan penyewaan tenaga kerja
2) Mengusahakan pesan manajerial seperti merekrut agen,
koordinasi aktivitas persiapan pemasangan iklan/ negosiasi
dengan sponsor
3) Menggunakan peran interpersonal untuk menyelesaikan
konflik interpersonal, melakukan tindakan disiplin,
koordinasi pembagian tugas dan memimpin rapat
4) Menggunakan peran informasional untuk sirkulasi rutin
kerja, menyetujui rencana kerja dan sirkulasi jadwal kerja
b) Faktor Eksternal
Faktor yang mungkin paling penting dalam dunia olahraga
adalah faktor eksternal. Faktor ini terdiri dari perubahan/
perkembangan teknologi komunikasi dan organisasi, iklim
politik, sosial, budaya, stabilitas ekonomi dan tren yang sedang
berlangsung. Manajer tingkat atas harus memiliki kemampuan
bernegosiasi ketika merekrut personel, menghimpun
sponsor/berusaha mendapatkan dukungan politik. Mereka
harus memiliki pandangan global tentang organisasi, struktur
dan kapasitas. Dengan demikian faktor eksternal berperan
penting dalam berlangsungnya aktivitas olahraga.”29
Menurut Nawawi dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Sumberdaya Manusia” pada dasarnya fungsi manajemen dapat dibagikan
dalam dua bagian, yaitu:
“pertama, fungsi yang organik, dimana fungsi ini harus ada dan jika
tidak dijalankan menyebabkan ambruknya manajemen itu.
29 wahyudi. Hlm. 81
42
kedua, fungsi anorganik, yaitu fungsi penunjang dimana jika tersedia,
maka manajemen akan lebih nyaman dan efektif, misalnya alat
transportasi, alat komunikasi, komputer dan perabotan kerja yang
nyaman.”30
Perkembangan ilmu manajemen yang pesat sesuai akumulasi dan
perkembangan jaman, memunculkan pendapat yang beragam tentang
fungsi manajemen. Menurut Sukarna dalam bukunya berjudul “Dasar-
Dasar Manajemen” bahwa fungsi manajemen tersebut dikenal dengan
singkatan POAC yaitu:
1) perencanaan (planning),
2) pengorganisasian (organizing)
3) penggerakan (actuating)
4) pengawasan (controlling).31
Sedangkan menurut Nawawi menyatakan bahwa sumber daya
manusia adalah:
“manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga
personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan) atau sumber daya
manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensi, dalam pengertian lain sumber daya
manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non
fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.”32
Pengembangan sumber daya manusianya sebagai pelaksana di
lapangan. Kualitas dan kompetensi SDM yang menangani olahraga harus
dapat diberdayakan untuk mendukung pembinaan dan pengembangan
30 S. P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Hlm. 67 31 Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV Mandar Maju, 2011). Hlm. 10 32 Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2015).
43
olahraga baik di tingkat daerah, nasional, baik untuk olahraga prestasi
ataupun olahraga masyarakat beradasarkan kebutuhan dari pengguna
(user) maka jenis SDM yang harus dikembangkan dan ditingkatkan
kualitas dan kompetensinya menurut Andriansyah berjumlah 14 komponen
yaitu :
“(1) Guru/Dosen pendidikan jasmani,
(2) Pelatih Olahraga,
(3) Penggerak Olahraga,
(4) Instruktur Olahraga,
(5) Manager Olahraga,
(6) Administrator Olahraga,
(7) Promotor Olahraga,
(8) Manajer Fasilitas Olahraga,
(9) Wasit Olahraga,
(10) Doktor/Paramedis Olahraga,
(11) Psikolog Olahraga,
(12) Ahli Gizi Olahraga,
(13) Teknisi Olahraga,
(14) Peneliti Olahraga.”33
3. Community Sport Organization (CSO)
Community Sport Organization (CSO) atau organisasi olahraga
komunitas yang dikenal di Indonesia dengan istilah Olahraga rekreasi
adalah olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi. Yang dimaksud
olahraga rekreasi merupakan suatu kegiatan yang menyenangkanyang
mengandung unsur gerak positif.
Olahraga rekreasi dapat dilakukan secara perorangan ataupun
kelompok. Menurut Kusmaedi olahraga rekreasi dibagi menjadi delapan
yaitu:
33 Andriansyah, “Manajemen Sumber Daya Manusia Keolahragaan Dan Tingkat Kebugaran Jasmani Berbasis Indeks Pembangunan Olahraga Di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau,” Jurnal Olahraga Indragiri (JOI) 6, no. 1 (2020): 11–29.
44
“(1) Olahraga rekreasi / wisata bahari (selam, dayung, layar, ski air,
selancar air)
(2) Wisata alam (jalan kaki di alam terbuka, mendaki gunung,
panjat tebing, out bound)
(3) Olahraga wisata pertandingan (sepak bola, bola voli, bola
basket, tinju, tennis)
(4) Olahraga wisata playground (menembak, balap mobil, gokart,
sepeda mini)
(5) Olahraga wisata dirgantara (terjun payung, paralayang,
gantole, kapal radio control)
(6) Olahraga wisata hotel (fitnees, kolam renang, tennis, golf,
bilyard)
(7) Olahraga wisata permainan tradisional (egrang, patol lele,
bebentengan, gobak sodor)
(8) Olahraga wisata spontanitas atau improvisasi (pukul air
didalam plastic, mengambil uang logam yang disimpan dalam
papaya).”34
4. Sport Development Index (SDI)
Sport Development Index (SDI) merupakan istilah baru dalam
olahraga Indonesia. Ini semacam metode pengukuran yang diklaim sebagai
alternatif baru untuk megukur kemajuan pembangunan olahraga.
Pembangunan olahraga adalah suatu proses yang membuat manusia
memiliki banyak akses untuk melakukan aktivitas fisik. Ia harus
memampukan setiap orang memiliki kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang, baik menyangkut fisik, rohani, maupun sosial, secara
paripurna.
Menurut Andriansyah SDI adalah:
“Indeks gabungan yang mencerminkan keberhasilan pembangunan
olahraga berdasarkan empat dimensi dasar:
(1) Ruang terbuka yang tersedia untuk olahraga,
(2) Sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan yang terlibat
dalam kegiatan olahraga,
34 Nurlan Kusmaedi, Olahraga Rekreasi Dan Olahraga Tradisional (Bandung: FPOK UPI, 2002). Hlm. 5
45
(3) Partisipasi warga masyarakat untuk melakukan olahraga secara
teratur dan
(4) Derajat kebugaran jasmani yang dicapai oleh masyarakat.”35
Konsep SDI mempunyai lingkup yang lebih luas dibandingkan
dengan konsep lain seperti medali yang selama ini dijadikan indikator
tunggal keberhasilan suatu olahraga. Atas dasar itulah sehingga diciptakan
sport development index untuk mengukur tingkat kemajuan dan
keberhasilan pembangunan olahraga. Oleh karena itu melalui sport
development index maka dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana
kemajuan pembangunan olahraga pada suatu daerah/wilayah tertentu.
Konsep SDI tidak mengambil data dari seluruh wilayah yang ada.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pengeluaran konsumsi rumah tangga islam cukup
banyak dilakukan namun hanya dikaitkan dengan pola dan perilaku
konsumen. Sedangkan penelitian konsumsi rumah tangga islam yang
dikaitkan dengan bidang olah raga dapat dikatakan belum ada penelitian yang
membahasnya.
Berikut penelitian-penelitian tentang konsumsi rumah tangga islam
yang telah dilakukan serta perbedaan penelitian ini dengan yang lainnya:
35 Andriansyah, “Manajemen Sumber Daya Manusia Keolahragaan Dan Tingkat Kebugaran Jasmani Berbasis Indeks Pembangunan Olahraga Di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau,” Jurnal Olahraga Indragiri (JOI) 6, no. 1 (2020): 11–29.
46
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
1 Putra,
Kusnendi dan
Nurasyiah
(2020)
Efek Moderasi
Religiusitas Pada
Pengaruh
Pendapatan
Terhadap
Pengeluaran
Konsumsi Rumah
Tangga Muslim
Pendapatan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengeluaran
konsumsi rumah
tangga muslim,
dan tingkat
religiusitas secara
signifikan
memoderasi
pengaruh
pendapatan
terhadap
pengeluaran
konsumsi rumah
tangga muslim
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
2 Komarlina,
Rustandi dan
Rusliana
(2020)
Pajak ataukah
Zakat Yang Lebih
Besar Terhadap
Konsumsi
Masyarakat
1) Pajak dan
zakat masing-
masing
berpengaruh
signifikan dan
signifikan
terhadap
konsumsi
masyarakat
melalui
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
47
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
disposible
income;
2) Marjin pajak
hanya sedikit
lebih besar
dari zakat
marjinal,
sehingga
dampak pajak
relatif masih
lebih dominan
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
yang terlihat
dari
dampaknya
terhadap
kapasitas
konsumsi
masyarakat
Indonesia.
3 Hakim
(2020)
Analisis
Pembangunan
Ekonomi dan
Pengeluaran
Rumah Tangga
Dalam Perspektif
Variabel yang
mempengaruhi
tingkat
pengeluaran
infaq, terdapat
hanya empat
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
48
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Islam (Studi Pada
Masyarakat di
Kawasan
Ekonomi Khusus
Mandalika)
variabel yang
secara signifikan
memberikan
pengaruh, yakni
variabel jumlah
tanggungan
keluarga (X1),
tingkat
pendidikan (X2),
jumlah
pendapatan (X3),
dan keterlibatan
dalam organisasi
agama (D2).
Sedangkan
variabel
keterlibatan
dalam KEK (D1)
dan interaksi
pendapatan
dengan
keterlibatan
dalam KEK
(X3D1) tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
pengeluaran
infaq.
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
49
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
4 Rosyida dan
Nadhira
(2019)
Islamisasi Teori
Konsumsi
Masyarakat
Muslim Modern
1) Tujuan
konsumsi
dalam
masyarakat
modern tidak
hanya untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup tetapi
juga untuk
kesenangan
dan keinginan
serta
kepuasan
semata.
Sehingga
kehidupan
mereka
berdasarkan
ideologi
hedonisme
yang tujuan
utamanya
hanya untuk
memperoleh
kesenangan
dan
kenikmatan
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
50
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
materi. Oleh
karena itu,
Islamisasi
perilaku
konsumtif
diperlukan
untuk
membebaskan
masyarakat
muslim dari
doktrin
sekuler dan
materialistik.
Dan Islam
menawarkan
konsep
maslaha dan
sifat moderasi
berdasarkan
etika ekonomi
Islam pada
teori
konsumsi ini
5 Febriani
(2018)
Pengaruh
Konsumsi Rumah
Tangga, Investasi
dan Pengeluaran
Pemerintah
2) Secara
simultan
konsumsi
rumah tangga,
investasi dan
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
51
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Ditinjau
Dalam Perspektif
Ekonomi Islam
(Studi Di Kota
Bandar Lampung
Tahun 2008-2016)
pengeluaran
pemerintah
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
3) Secara parsial
konsumsi
rumah tangga
dan investasi
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan
pengeluaran
pemerintah
secara parsial
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
52
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
6 Supatminings
ih (2018)
Pola dan Perilaku
Konsumsi Rumah
Tangga Dalam
Perspektif
Ekonomi Islam di
Kota Makassar
1) Pembelian
barang-
barang
makanan dan
non-makanan
sesuai dengan
konsep
kebutuhan,
yang
merupakan
kebutuhan
untuk lebih
memprioritas
kan dan telah
memperhatika
n ajaran
agama Islam;
2) mashlahah
yang dicapai
dengan
pemenuhan
kebutuhan
pangan dan
bukan
makanan
adalah
perolehan
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
53
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
utilitas dan
berkah dalam
mengkonsum
si makanan
dan non
makanan,
3) manfaat yang
diperoleh
tidak hanya di
dunia tetapi
di akhirat
juga, karena
dalam
pengeluaran
konsumsi
masih ada
aspek sosial,
seperti zakat,
infaq dan
sedekah,
sehingga
kegiatan
konsumsi
yang
dilakukan
didasarkan
pada nilai-
nilai agama
54
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
7 Nurlita dan
Ekawati
(2017)
Pengaruh Zakat
Terhadap
Konsumsi Rumah
Tangga Mustahik
(Studi Pada
Penerima Zakat
dari Baznas Kota
Probolinggo
1) Zakat dan
jumlah
anggota
rmah tangga
berpengaruh
langsung dan
tidak
langsung
terhadap
konsumsi
rumah
tangga
mustahik.
2) Pendapatan
rumah
tangga
sebagai
variabel
perantara
berpengaruh
terhadap
konsumsi
rumah
tangga
mustahik,
sedangkan
pendidikan
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
55
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
dan usia
tidak
berpengaruh
terhadap
konsumsi
rumah
tangga
mustahik,
baik secara
langsung
maupun
tidak
langsung
8 Oktavianti
dan Zakik
(2017)
Perilaku
Konsumsi Rumah
Tangga dan
Pengaruhnya
Terhadap
Kebijakan Makro
Ekonomi
Kabupaten
Bangkalan
Lingkungan,
pendidikan,
pendapatan dan
gaya hidup
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
konsumsi.
Sedangkan
variabel usia
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap tingkat
konsumsi.
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
56
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
9 Sitepu (2016) Perilaku
Konsumsi Islam
di Indonesia
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa perilaku
konsumtif
menjadi
kebiasaan
masyarakat
Indonesia,
sehingga
pendapatan
masyarakat
sebagian besar
hanya untuk
konsumsi. Islam
memberikan
solusi perilaku
konsumsi yang
seimbang yang
tidak tabdjir dan
tidak ishraf
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
(SDO, CSO dan
SDI)
10 Amir (2016) Pola dan Prilaku
Konsumsi
Masyarakat
Muslim di
Provinsi Jambi
(Telaah
Berdasarkan
1) Proporsi
konsumsi
pangan
masyarakat
muslim
untuk
pangan
Membahas
hubungan
pengeluaran
konsumsi dalam
persfektif Islam
dikaitkan dengan
bidang olahraga
57
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tingkat
Pendapatan dan
Keimanan)
sebesar
43,48%
sedangkan
untuk
kebutuhan
non pangan
mencapai
56,52%. 2).
Proporsi
pengeluaran
untuk agama
sebesar
28,08% dari
pengeluaran
nonpangan,
atau 15,87%
dari total
pengeluaran.
3) Ada
keterkaitan
erat antara
jenis
pekerjaan,
pendidikan,
pendapatan
dan tingkat
religiusitas
dengan
(SDO, CSO dan
SDI)
58
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
pengeluaran
makanan dan
non
makanan.
Semakin
tinggi
pendidikan,
pendapatan
dan Iman,
maka belanja
pangan
semakin
rendah.
4). Keterkaitan
antara jenis
pekerjaan,
pendidikan,
pendapatan
dan tingkat
Iman terkait
erat dengan
biaya
keagamaan.
Semakin
tinggi tingkat
pendidikan,
pendapatan
dan Iman,
59
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
maka
pengeluaran
untuk
beragama
cenderung
semakin
tinggi.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan telaah teori-teori diatas dan hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini maka peneliti mengajukan model empirik
atau kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
60
D. Pengembangan Hipotesis
1. Hubungan Variabel Konsumsi Rumah Tangga Muslim dengan
Variabel Sport Development Officer (SDO)
Tujuan pengeluaran atau konsumsi dalam Islam tidak semata-mata
untuk memuaskan nafsunya semata (maximaze utility) seperti yang
dinyatakan dalam teori ekonomi konvensional (kapitalis). Mengkonsumsi
dalam ekonomi Islam bertujuan untuk memaksimalkan maslahah, yaitu
memaksimalkan kebaikan dan berkah. Maximum Utility merupakan
kepuasan yang dirasakan seseorang yang bisa menjadi kontradiktif dengan
kepentingan orang lain. Sedangkan maslahah adalah kebaikan yang
dirasakan seseorang bersama pihak lain, sedangkan berkah manfaat yang
diterima di dunia dan di akhirat.36 Agama Islam dan olahraga memiliki
korelasi atau hubungan dikarenakan setiap olahraga selalu mengedepankan
sportifitas yang tak lain sangat berhubungan erat dengan kejujuran,
kejujuran sangat perlu ditanamkan dalam setiap insan olahraga demi
menjaga citra sportif dalam setiap pertandingan.37
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H1 : Konsumsi Rumah Tangga Muslim berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Sport Develepment Officer (SDO)
36 Amri Amir, “Pola Dan Perilaku Konsumsi Masyarakat Muslim Di Provinsi Jambi (Telaah Berdasarkan Tingkat Pendapatan Dan Keimanan),” Jurnal Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah 4, no. 2 (2016): 73–88. 37 Khairuddin, “Olahraga Dalam Pandangan Islam,” Jurnal Olahraga Indragiri 1, no. 1 (2017): 1–14.
61
2. Hubungan Variabel Konsumsi Rumah Tangga Muslim dengan
Variabel Sport Development Index (SDI)
Umat Islam dapat memberikan peran terbaiknya melalui
pengeluaran konsumsi berbasis sosial, khususnya dalam masa pandemi
Covid-19. Peran ini diharapkan dapat mengatasi guncangan ekonomi yang
terjadi dan seluruh masyarakat, salah satunya dengan penguatan wakaf
baik berupa wakaf uang, wakaf produktif, waqf linked sukuk maupun
wakaf untuk infrastruktur.38 Penyediaan infrastruktur ini digunakan untuk
meningkatkan salah satu dimensi Sport Development Index yakni
menyediakan ruang terbuka untuk olahraga.
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H2 : Konsumsi Rumah Tangga Muslim berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Sport Development Index (SDI)
3. Hubungan Variabel Konsumsi Rumah Tangga Muslim dengan
Variabel Community Sport Organization (CSO)
Konsumsi dalam Islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga
termasuk konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan sedekah39.
Dengan penyaluran bantuan langsung tunai yang berasal dari zakat, infak
dan sedekah dapat berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi umat di
38 Gia Dara Hafizah, “Peran Ekonomi Dan Keuangan Syariah Pada Masa Pandemi COVID-19,” Jurnal Likuid 1, no. 1 (2020): 55–64. 39 Aldila Septiana, “Analisis Perilaku Konsumsi Dalam Islam,” Analisis Perilaku Konsumsi Dalam Islam 1, no. 2 (2015): 1–18.
62
masa pandemic Covid-19.40 Keterlibatan relawan atau masyarakat41
diperlukan dalam eksistensi CSO agar dapat beroperasi. Berdasarkan hasil
penelitian maka hipotesis yang diajukan adalah:
H3 : Konsumsi Rumah Tangga Muslim berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Community Sport Organization (CSO)
4. Hubungan Variabel Sport Development Officer (SDO) dengan
Variabel Sport Development Index (SDI)
Kualitas dan kompetensi SDM yang menangani olahraga harus
dapat diberdayakan untuk mendukung pembinaan dan pengembangan
olahraga baik di tingkat daerah, nasional, baik untuk olahraga prestasi
ataupun olahraga masyarakat.42 Keberhasilan pembangunan olah raga
salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah sumber daya manusia
atau tenaga keolahragaan yang terlibat dalam kegiatan olahraga.43
Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis yang diajukan adalah:
H4 : Sport Development Officer (SDO) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Sport Development Index (SDI)
40 Hafizah, “Peran Ekonomi Dan Keuangan Syariah Pada Masa Pandemi COVID-19.” 41 Caroline Ringuet-Riot et al., “Volunteer Roles, Involvement and Commitment in Voluntary Sport Organizations: Evidence of Core and Peripheral Volunteers,” Sport in Society 17, no. 1 (2014): 116–33, https://doi.org/10.1080/17430437.2013.828902. 42 Andriansyah, “Manajemen Sumber Daya Manusia Keolahragaan Dan Tingkat Kebugaran Jasmani Berbasis Indeks Pembangunan Olahraga Di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.” 43 C. Mutohir, Sport Development Index: Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang Keolahragaan (Konsep, Metodologi Dan Aplikasi) (Jakarta: Index, 2007).
63
5. Hubungan Variabel Community Sport Organization (CSO) dengan
Variabel Sport Development Index (SDI)
Fokus pembangunan keolahragaan adalah pembudayaan dan
peningkatan prestasi olahraga yang jika dikaitkan dengan bangunan
olahraga berarti penguatan pondasi bangunan olahraga yaitu budaya
berolahraga dan penguatan pola pembibitan olahraga prestasi guna
menciptakan sebanyak-banyaknya sumber daya calon olahragawan
berbakat dari berbagai daerah di Indonesia sesuai dengan karakter fisik dan
kultur lokal, serta kondisi lingkungan yang mendukung pembentukan
potensi olahraga unggulan di daerah.44 Selain ruang terbuka yang tersedia
untuk olahraga, sumber daya manusia atau tenaga keolahragaan yang
terlibat dalam kegiatan olahraga dan kebugaran jasmani yang dicapai oleh
masyarakat. Faktor keberhasilan pembangunan olah raga juga diukur dari
partisipasi warga masyarakat untuk melakukan olahraga secara teratur.45
Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis yang diajukan adalah:
H5 : Community Sport Organization (CSO) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Sport Development Index (SDI)
6. Hubungan Variabel Sport Development Officer (SDO) dengan
Variabel Community Sport Organization (CSO)
Sistem manajemen integratif dalam penetapan dalam pembinaan
dan pengembangan olahraga nasional secara harmonis, terpadu dan jangka
44 Desi Natalia, “Partisipasi Masyarakat Dan Tingkat Kebugaran Jasmani Bagian Dari Pembangunan Olahraga Kabupaten Wonogiri,” Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 6, no. 2 (2016): 41–46, https://doi.org/10.15294/miki.v6i2.8746. 45 Henry Maksum, “Olahraga, Ekonomi Dan Konsumerisme,” Jurnal Edukasi 12, no. 2 (2014): 217–26.
64
panjang yang didukung dengan sistem pendanaan dengan prinsip
kecukupan dan keberkelanjutan merupakan hal yang sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pembangunan olahraga, martabat bangsa, serta
budaya industri olahraga dalam kerangka menjadikan olahraga sebagai
kegiatan bisnis yang mendatangkan kesejahteraan masyarakat.46 Dalam
organisasi olahraga modern memiliki karakteristik yang salah satunya
merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab tidak ada
lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota
masyarakat47 dengan membuat organisasi olahraga komunitas atau CSO.
Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis yang diajukan adalah:
H6 : Sport Development Officer (SDO) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Community Sport Organization (CSO)
46 Yudha Febrianta, “Manajemen-Olahraga-Abad-21,” Prosiding Seminar Nasional "Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Anak Untuk Menyongsong Generasi Emas Indonesia, 2014. 47 Maksum, “Olahraga, Ekonomi Dan Konsumerisme.”