BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Ekonomi ...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. 1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Pemberdayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kata nomina (kata benda) yang berarti proses, cara, perbuatan, memberdayakan(Departemen Pendidikan Nasional, 2008; 300). Pemberdayaan dalam bahasa Inggris disebut sebagai empowerment. Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat agar menjadi sebuah sistem yang bisa mengorganisasi diri mereka sendiri secara mandiri. Individu bukan sebagai obyek, melainkan sebagai pelaku yang mampu mengarahkan diri mereka sendiri kearah yang lebih baik. Menurut Ginandjar Kartasasmita (1996:249), pemberdayaan ekonomi rakyat adalah “Upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya”. Dalam situs yang ditulis oleh Daniel Sukalele (wordpres.com diakses tgl. 25 Juni 2015) pemberdayaan dimaksudkan bahwa: a. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. b. Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi danpendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Ekonomi ...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Pemberdayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kata

nomina (kata benda) yang berarti proses, cara, perbuatan,

memberdayakan(Departemen Pendidikan Nasional, 2008; 300). Pemberdayaan

dalam bahasa Inggris disebut sebagai empowerment. Istilah pemberdayaan

diartikan sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki

masyarakat agar menjadi sebuah sistem yang bisa mengorganisasi diri mereka

sendiri secara mandiri. Individu bukan sebagai obyek, melainkan sebagai

pelaku yang mampu mengarahkan diri mereka sendiri kearah yang lebih baik.

Menurut Ginandjar Kartasasmita (1996:249), pemberdayaan ekonomi

rakyat adalah “Upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk

mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktivitas

rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di

sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya”.

Dalam situs yang ditulis oleh Daniel Sukalele (wordpres.com diakses

tgl. 25 Juni 2015) pemberdayaan dimaksudkan bahwa:

a. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

b. Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara

produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi

danpendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk

menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap

empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi,

akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.

9

Menurut Kindervater dalam Kusnadi, dkk (2005: 220), pemberdayaan

adalah proses peningkatan kemampuan seseorang baik dalam arti pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap agar dapat memahami dan mengontrol kekuatan

sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga dapat memperbaiki kedudukannya

dalam masyarakat. Sedangkan dalam bukunya Edi Suharto (2005: 58),

pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat

untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi

terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

kehidupannya. Pemberdayaan ini menekankan bahwa orang memperoleh

keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

Dalam kutipannya Djohani dalam Kusnadi, dkk (2005: 220),

menyebutkan pemberdayaan masyarakat dimaksudkan mengembangkan

kemampuan masyarakat agar secara berdiri sendiri memiliki keterampilan

untuk mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Permasalah yang timbul

dalam masyarakat bisa berwujud persoalan ekonomi, pendidikan, sosial dan

lainnya.

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan atau

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan

kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya, (Direktorat Jendral

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2009: 126). Untuk mengembangkan

pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka perlu dilakukan penguatan

pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan

pemasaran.

Dalam konteks ini pemberdayaan ekonomi untuk penguatan masyarakat

dalam mendapatkan gaji/upah yang memadai, untuk memperoleh informasi,

pengetahuan dan ketrampilan, sehingga memperoleh peningkatan hasil secara

ekonomi. Permberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya untuk

membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan

membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta

10

berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah unsur

dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang

dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan

masyarakat menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional

(Mubyarto, 2000: 263-264).

Dalam kaitan pemberdayaan ekonomi masyarakat berarti segala

kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

(basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan anggota keluarga merupakan bentuk potensi masyarakat

yang digunakan untuk berpartisipasi pada pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pemberdayaan ekonomi

masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan

penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk

mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk

memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat agar mampu berdiri sendiri untuk mengatasi masalah-

masalah mereka sendiri, meningkatkan kualitas hidup, mencapai kesejahteraan

dan memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat.

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Dalam pemberdayaan ada kondisi dimana masyarakat secara umum

memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesempatan,

kedudukan, peranan yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu dalam

seluruh aspek kehidupan masyarakat. Upaya pemberdayaan membutuhkan

dukungan dari berbagi pihak, baik pemerintah maupun lembaga swadaya

masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan memiliki dampak keberdayaan

masyarakat untuk keluar dari hambatan struktural, sehingga masyarakat yang

berdaya ini nantinya dapat mengaktualisasikan potensi diri dan kapasitasnya

untuk menghadapi tantangan eksternal sebagai dampak dari pembagunan.

11

Menurut Agnes Sunartiningsih (2004: 140), menyebutkan proses

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan diharapkan mampu:

1. Menganalisis situasi yang ada dilingkungannya.

2. Meningkatkan kualitas hidup anggota

3. Mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan

4. yang mereka miliki.

5. Meningkatkan penghasilan dan perbaikan penghidupan di masyarakat.

6. Mengembangkan sistem untuk mengakses sumber daya yang diperlukan.

Gambaran tentang tujuan dari pemberdayaan masyarakat tersebut

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan

sosial, yaitu meningkatkan masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya

dan memperkuat kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,

maupun sosial seperti mempunyai kepercayaan diri, mampu menyampaikan

aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,

dan mandiri dalam melaksanakan tugas kehidupannya (Edi Suharto, 2005: 60).

Berdasarkan beberapa kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu agar masyarakat berdaya dan

mempunyai pengetahuan serta keterampilan yang digunakan dalam kehidupan

untuk meningkatkan pendapatan, memecahkan permasalahan yang dihadapi,

dan mengembangkan sistem untuk mengakses sumber daya yang diperlukan.

3. Pendekatan dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat

terutama mereka yang miskin sumberdaya, kaum perempuan dan kelompok

lain yang terabaikan lainnya didukung agar mampu meningkatkan

kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga berperan sebagai

fasilitator. Edi Suharto (2005: 67), mengatakan pelaksanaan proses dan

pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat dicapai melalui penerapan

pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat dengan 5P yaitu Pemungkinan,

Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan.

12

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus

mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural

yang menghambat.

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan

segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang

kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya

persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan

lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap

kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala

jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke

dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

kesimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

berusaha.

Sedangkan menurut Noeng Muhadjir dalam Yoyon Suryono (2008: 17),

menyebutkan bahwa, dalam menempatkan kualitas manusia sebagai objek

pengembangan sumber daya manusia dengan dua indikator, yaitu indikator

instrumental dan indikator substansial. Indikator instrumental meliputi

kreativitas, kebebasan, tanggung jawab dan kemampuan produktif. Indikator

substansial meliputi aspek sosial, politik, agama, ekonomi, budaya, ilmu dan

fisik.

13

Keduanya dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan kualitas

manusia. Secara substansial, keberhasilan pengembangan kualitas manusia

ditunjukkan dalam bentuk pendapatan, pendidikan, kesehatan, keimanan,

ketangguhan fisik, ketangguhan mental, dan seni.

Pemberdayaan dalam ekonomi terbentuk sebagai antitesis terhadap

model pembangunandan model industrialisasi yang kurang memihak pada

rakyat mayoritas. Pada konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai

berikut:

1. Bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan

faktor produksi.

2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja

dan masyarakat yang pengusaha pinggiran.

3. Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan,

sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk

memperkuat dan legitimasi.

4. Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi,

secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu

masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah

dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai.

Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan

pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai.

Oleh karena itu, tujuan akhir pemberdayaan masyarakat dalam bidang

ekonomi adalah meningkatnya pendapatan masyarakat lemah. Pendapatan

masyarakat pada umumnya berasal dari upah/gaji dan dari surplus usaha. Pada

umumnya masyarakat yang tunadaya (tidak berkemampuan) secara ekonomi

hanya menerima upah/gaji rendah. Rendahnya gaji/upah yang diterima

masyarakat tunadaya ini disebabkan karena mereka pada umumnya memiliki

ketrampilan yang terbatas.

14

4. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan

yang tepat sasaran sangat diperlukan. Bentuk yang tepat sasaran dalam

pemberdayaan adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok

miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang

telah mereka tentukan. Beberapa bentuk praktik pemberdayaan ekonomi

masyarakat yaitu:

1. Bantuan Modal.

Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna daya adalah

permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro,

kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju

perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil

dan menengah. usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi melalui

aspek permodalan ini adalah 1) pemberian bantuan modal ini tidak

menimbulkan ketergantungan masyarakat; (2) pemecahan aspek modal ini

dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha

kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana.

Usaha mendorong produktivitas dan tumbuhnya usaha, tidak akan memiliki arti

penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak dapat dipasarkan, atau

dapat dijual hanya dengan harga yang sangat rendah. Oleh sebab, itu

komponen penting dalam usaha pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi

adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran.

Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke

pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan

meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan

pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek

pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.

15

3. Bantuan Pendampingan.

Pendampingan masyarakat tunadaya memang perlu dan penting. Tugas utama

pendampingan ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi

mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil,

maupun usaha menengah dengan usaha besar.

4. Penguatan Kelembagaan

Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan

melalui pendekatan individual.

Pendekatan individual ini tidak memberikan hasil yang memuaskan. Oleh

sebab itu pendekatan yang dilakukan sebaiknya dengan pendekatan kelompok.

Alasannya adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di kalangan orang

miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama dalam

wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan masalah

distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil produksi

dan input produksi, secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat

membangun kekuatan untuk ikut menentukan distribusi.

5. Penguatan Kemitraan usaha.

Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama,

dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan

menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan

menengah. Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaitan antara yang

besar dengan yang menengah dan kecil. Sebab hanya dengan keterkaitan

produksi yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan

dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam

distribusi, masing-masing pihak akan diberdayakan.

Dalam kutipan lain bahwa ada 4 (empat) konsep pemberdayaan

ekonomi menurut Sumodiningrat (1999) seperti yang dikutip oleh Mardi

Yatmo Hutomo (2000: 6), secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh

rakyat.

16

Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian

nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas

untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri.

2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi

yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme

pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah

kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan

melalui perubahan struktural.

3. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi

tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari

ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian.

Langkah-langkah proses perubahan struktur, meliputi: a) pengalokasian

sumber pemberdayaan sumberdaya; b) penguatan kelembagaan; c)

penguasaan teknologi; dan d) pemberdayaan sumberdaya manusia.

4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan

produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya

memberikan suntikan modal sebagai stumulan, tetapi harus dijamin

adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan

yang masih lemah dan belum berkembang.

5. Kebijakannya dalam pembedayaan ekonomi rakyat adalah: a) pemberian

peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya

modal); b) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi

rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekadar price taker;

c) pelayanan pendidikan dan kesehatan; d) penguatan industri kecil;

e) mendorong munculnya wirausaha baru; dan f) pemerataan spasial.

6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: a) peningkatan akses

bantuan modal usaha; b) peningkatan akses pengembangan SDM; dan

c) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung

sosial ekonomi masyarakat lokal.

17

Dari uraian tersebut, menurut hemat penulis bahwa pemberdayaan

ekonomi masyarakat yang terjadi secara individu perlu didukung oleh

Pemerintah setempat baik secara kebijakan maupun dukungan bantuan untuk

memudahkan pengembangan usaha masyarakat secara berkelanjutan. Selain

itu, bentuk dukungan Pemerintah lainnya bisa dalam bentuk peningkatan

pemahaman masyarakat miskin tentang pengembangan usaha melalui bantuan

kredit atau bentuk pendampingan dalam peningkatan keterampilan masyarakat.

B. Kajian tentang Pemberdayaan Eknomi Masyarakat Desa.

1. Pengertian Masyarakat

Konsep tentang masyarakat dipahami seperti: masyarakat desa,

masyarakat kota, masyarakat Betawi, masyarakat Jawa, dll. Meskipun secara

mudah bisa diartikan bahwa masyarakat itu berarti warga namun pada dasarnya

konsep masyarakat itu sendiri sangatlah abstrak dan sulit ditangkap.

Secara bahasa, kata ’’masyarakat’’berasal dari bahasa Arab ’’syarikat’’

yaitu pembentukan suatu kelompok atau golongan atau kumpulan. Dalam

bahasa Inggris, pergaulan hidup disebut ’’social’’ (sosial), hal ini ditujukan

dalam pergaulan hidup kelompok manusia terutama dalam kelompok

kehidupan masyarakat teratur.

Secara umum, masyarakat adalah sekelompok orang/ manusia yang

hidup bersama yang mempunyai tempat/ daerah tertentu untuk jangka waktu

yang lama dimana masing-masing anggotanya saling berinteraksi.Interaksi

yang dimaksudkan berkaitan dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan.Segala

tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam suatu tata tertib/ undang-

undang/ peraturan tertentu yang disebut hukum adat. (Abdullah Idi, 2001: 38).

Dalam suatu masyarakat berupa kelompok-kelompok manusia yang terkait

oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan yang

hidup bersama-sama dalam wilayah tertentu, iklim dan bahan makanan yang

sama.

18

Selanjutnya Soerjono Soekanto (2012; 132), menjelaskan tentang istilah

community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang

menunjukkan pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Anggota

masyarakat dalam suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil ,

hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut

dapat memenuhi kepentinga-kepentingan hidup yang utama. Kelompok atau

kumpulan anggota masyarakat tersebut disebut dengan istilah masyarakat

setempat.

Dengan paparan tersebut tentang masyarakat dapat kami simpulkan

bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama tinggal

di suatu tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai aturan tertentu

tentang tata cara hidup mereka menuju satu tujuan yang sama dengan

menghasilkan sebuah kebudayaan, dengan indikasi: 1) Adanya sekelompok

manusia, 2) Adanya peraturan atau undang-undang yang mengatur mereka. 3)

Bertempat tinggal didaerah tertentu dan telah berjalan cukup lama, dan 4)

Adanya kebudayaan atau adat istiadat setempat.

Menurut Kingley Davis dalam bukunya Soerjono Soekanto (2012: 135)

bahwa dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat digunakan

empat kriteria yang saling berpautan yaitu:

1. Jumlah penduduk

2. Luas, Kekayaan dan kepadatan penduduk daerah

3. fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat

4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.

Kriteria ini digunakan untuk membedakan antara bermacam-macam jenis

masyarakat setempat yang sederhana dan modern serta antara masyarakat

pedesaan dan perkotaan. Masyarakat sederhana dengan indikasi organisasinya

sederhana, penduduknya tersebar, perkembangan teknologi lambat, sosialisasi

individu lebih mudah karena hubungan yang erat antar warga masyarakat

setempat yang masih sederhana, kesetiaan dan pengabdian terhadap kelompok

sangat kuat.

19

Dalam masyarakat modern, membedakan antara masyarakat pedesaan

dengan masyarakat perkotaan. Pada masyarakat sederhana atau bersahaja

pengaruh dari kota secara relative tidak ada. Pada konsep masyarakat desa

sudah menerima pengaruh dari perkembangan kota-kota yang ada

disekitarnya.Warga pedesaan umumnya mempunyai hubungan yang erat

dengan sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan. Penduduk

masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian, sekalipun ada pekerjaan-

pekerjaan lainnya sebagai pekerjaan sambilan seperti: tukang genteng atau

bata, membuat gula dan lainnya. Pekerjaan sampingan ini dilakukan pada saat

masyarakat menunggu masa panen tiba atau masa menanam padi. Sebagai

petani masyarakat desa tersebut memiliki tanah garapan yang cukup ataupun

hanya sebagai buruh tadi yang pekerjaan intinya adalah pertanian.

Dalam masyarakat desa, golongan orang tua umumnya memegang

peranan penting. Hubungan antara pemerintah dengan masyarakat lebih

bersifat informal. Masyarakat desa dalam aaktivitas ekonomi biasanya lebih

digunakan untuk keperluaan kehidupan. Masyarakat desa umumnya juga

dengan kehidupan keagamaan yang lebih kental dan kuat. Sementara itu, pada

batas wilayah desa dengan kota terjadi banyak urbanisasi ke kota karena ada

faktor yang menarik dari kota seperti peningkatan ekonomi, hiburan, fasilitas

sosial yang mudah digunakan dan lainnya.

2. Hakikat Pemerintahan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal- usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Pasal 1 pada Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 12 Tahun

2007, tentang pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan

Kelurahan, yang disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

20

memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Republik Indonesia.

Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan

sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar mereka saling

mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan

banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa

diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor

agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta

tingkat pendidikan yang rendah (Juliantara, 2005: 18).

Dengan beberapa rujukan tentang desa, maka indikasi desa adanya

bentuk kesatuan dalam masyarakat yang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya sendiri.

3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat desa

Pemberdayaan adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan

kapasitas masyarakat. Dalam konsep ini berarti masyarakat turut aktif

berpartisipas dan terlibat dalam kegiatan tersebut.Menurut Ach. Wazir Ws., et

al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara

sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,

seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam

kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai,

tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan

masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di

masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi

untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

21

Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan;

2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan;

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu;

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-

dampak sosial;

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan ekonomi di lingkungan

setempat berarti bentuk partisipasi yang nyata dari masyarakat terlibat dalam

kegiatan ekonomi, baik secara individu maupun kelompok yang bertujuan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara bersama.

4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Mendukung Pendidikan

Formal.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No.20 Tahun

2003). Satuan pendidikan di Indonesia terdapat tiga kelompok, yaitu jalur

pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.

22

Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga

tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Dalam Undang- undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 dinyatakan

bahwa : “Pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud

sebagai tenaga, sarana, dan prasarana yang tersedia dan didayagunakan oleh

keluarga, masyarakat, peserta didik dan pemerintah, baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa peran serta

masyarakat dan orang tua bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada

pada orang tua dan masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan, terlebih pada era otonomi sekolah (Manajemen Berbasis Sekolah)

saat ini peran serta orang tua dan masyarakat sangat menentukan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hidup dari masyarakat,

oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Sekolah jelas bukan sekolah yang

berjalan terisolasi dari masyarakat, melainkan sekolah yang berorientasi

kepada kenyataan-kenyataan kehidupan dan hidup bersama-sama

masyarakatnya. Masyarakat memiliki potensi-potensi yang dapat

didayagunakan dalam mendukung program-program sekolah. Untuk itu agar

sekolah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka program sekolah

harus sejalan dengan kebutuhan masyarakat.

Pembangunan masyarakat merupakan proses dinamisasi, demokrasi,

dan modernisasi. Ketiga proses tersebut adalah gerakan membangkitkan

kesadaran masyarakat untuk memajukan kualitas kehidupannya dengan

mengutamakan pada potensi-potensi yang ada serta menekankan keguyuban

masyarakat dalam berprakarsa dan melaksanakan program-program

pembangunan masyarakat.

Sudjana (2004: 271), menyebutkan tahapan-tahapan untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan dalam pembangunan masyarakat meliputi:

1. Masyarakat melakukan identifikasi kebutuhan atau keinginan yang mereka

rasakan, serta sumber-sumber dan kemungkinan hambatan untuk memenuhi

kebutuhan itu.

23

2. Mendiskusikan tujuan yang ingin dicapai serta berbagai program atau

kegiatan yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai tujuan.

3. Mendiskusikan rancangan program yang diprioritaskan. Komponen-

komponen seperti sumber daya manusia, fasilitas, biaya, proses dan

kemungkinan bantuan dari luar yang ditetapkan melalui musyawarah.

Partisipasi masyarakat di sekitarnya keberadaan sekolah dimana

pendidikan formal dilaksanakan menjadi sangat penting. Di satu sisi sekolah

memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang relevan,

sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan program

tersebut. Dilain pihak, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk

mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan.

Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika masyarakat dapat saling melengkapi

untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.

Partisipasi masyarakat hendaknya menjadi pendorong dapat terwujud

dan terpelihara keberadaan dan pengembangan sekolah. Pada akhirnya apabila

partisipasi telah terpelihara dengan baik, maka sekolah tidak akan mengalami

kesulitan yang berarti dalam mengembangkan berbagai jenis program, karena

semua pihak telah memahami dan merasa bertanggung jawab terhadap

keberhasilan suatu program yang akan dikembangkan oleh pihak sekolah.

Dengan sendirinya agar semua terpelihara dengan baik, maka harus ada

komunikasi timbal balik antara sekolah dengan semua pihak yang

berkepentingan, terutama masyarakat setempat. Dengan demikian hubungan

interaksi yang terbangun antara sekolah dengan masyarakatmerupakan satu

kesatuan yang utuh dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu

di sekolah.

Melalui upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah diharapkan

masyarakat dan orang tua murid dapat berpartisipasi aktif dan optimal dalam

proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan masyarakat

harus menjadi tujuan utama dan peran serta masyarakat bukan hanya pada

stakeholders, tetapi menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan.

24

Hal ini jelas menggambarkan bahwa sekolah dalam menyelenggarakan

pendidikan hendaknya melibatkan masyarakat.

Dengan adanya bantuan ataupun kerjasama-kerjasama tersebut

diharapkan penyelenggaraan pendidikan menjadi besar. Ketika partisipasi dari

masyarakat semakin besar maka secara otomatis makin besar pula rasa

memiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut. Adanya rasa

memiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan merupakan ditunjukkan

dalam beberapa tindakan masyarakat dalam pengembangan pendidikan di

sekolah. Beberapa dukungan yang dapat diberikan masyarakat terhadap

kegiatan pendidikan antara lain: memantau pelaksanaan pendidikan,

memberikan masukan dan bahkan menjaga keberlangsungan pendidikan, turut

mendukung kebijakan pemerintah tentang partisipasi pendidikan, dan lainnya.

Dukungan masyarakat dalam pendidikan formal yang nyata bisa

dijelaskan dengan meningkatnya partisipasi masyarakat melalui orang tua

siswa yang mau menyekolahkan putra-putrinya. Kemauan orang tua siswa

dalam menyekolahkan anak-anak mereka merupakan dukugan awal

masyarakat terhadap keberadaan sekolah. Hal ini, terhadap pembiayaan

pendidikan yang sebagian besar ditanggung orang tua siswa, mampu didukung

oleh orang tua dan masyarakat setempat disamping bantuan Pemerintah.

Dukungan masyarakat terhadap pendidikan formal tercipta melalui orang tua

yang berpartisipasi menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah dan jenjang

pendidikan formal yang makin baik. Kesadaran orang tua akan pentingnya

sekolah bagi anak-anaknya menjadi pertimbangan dan semangat orang tua

untuk mengembangkan kegiatan usaha yang makin baik, sehingga menjadi

sumber utama menyekolahkan anak-anaknya dari kegiatan ekonomi yang ada

di masyarakat.

25

C. Kajian tentang Objek Wisata untuk Pemberdayaan Ekonomi

1. Definisi Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua

suku kata yaitu pari dan wisata. Kata pari berarti berulang-ulang atau berkali-

kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti

perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang (Oka A. Yoeti :1996: 112).

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I

Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu

untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya

tarik wisata yang kunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan

pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yaitu

segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata.

Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung

unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela;

(3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan

untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

2. Definisi Objek Wisata

Pariwisata menurut UU No.10/2009 tentang kepariwisataan adalah

berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah

Daerah. Dalam Undang-undang ini menyebutkan pariwisata adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan

daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata. Dengan demikian pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, Taman

26

rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya,

tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam,

gunung berapi, danau, pantai.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro

perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif

dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata). Usaha sarana

pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan

wisata.

Pariwisata merupakan aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan

bukan untuk menetap atau mencari nafkah. Dalam industri pariwisata ada

orang-orang yang berkunjung ke tempat tujuan wisata yang mereka inginkan.

Produk pariwisata terdiri dari beragam elemen. Kotler (2010: 230)

memaknai produk sebagai anything that can be offered to a market for

attention, acquisition, use or consumption that might satisfy a want or need,

includes physical objects, services, places, organisations and ideas. Dengan

kata lain, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar

guna menarik perhatiannya, perolehannya, penggunaan atau konsumsi di mana

bisa memuaskan keinginan dan kebutuhan.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, produk ini

merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang

bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam,

walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah

laku ekonomi. Ismayanti (2009: 147) memaparkan bahwa daya tarik wisata

merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi.

Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait,

yaitu:

1. Jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomi) yang berupa

angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya.

27

2. Jasa masyarakat dan pemerintah (segi sosial/psikologis) antara lain

prasarana umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya

dan sebagainya.

3. Jasa alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam,

Taman laut dan sebagainya.

Menurut Medlik dan Middleton dalam Yoeti (1996: 28), yang dimaksud

dengan hasil industri pariwisata ialah semua jasa-jasa yang dibutuhkan

wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai

ia kembali ke rumah dimana ia tinggal. Produk wisata terdiri dari berbagai

unsur dan merupakan suatu package yang tidak terpisahkan, yaitu:

1. Objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang

menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah

tersebut.

2. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi

perhotelan, bar dan restoran, hiburan dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara/daerah asal wisatawan serta

transportasi di tempat tujuan ke objek-objek pariwisata.

Produk wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak

banyaknya, menahan mereka dalam waktu yang lama, serta memberi kepuasan

kepada wisatawannya. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus

dipenuhi yaitu:

1. Kegiatan dan objek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam

keadaan yang baik. Untuk dapat memberikan kepuasan, atraksi wisata

harus dalam keadaan baik, baik atraksi yang berupa kegiatan seperti tarian

dan upacara, maupun atraksi yang berupa objek, seperti candi, keris dan

sebagainya.

2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan wisatawan, maka cara

penyajiannya harus tepat. Atraksi wisata boleh dikatakan berhasil kalau

menimbulkan kesan kepada wisatawan, sehingga merasa puas.

28

Kepuasan itu tidak hanya tergantung kepada keadaan atraksi wisata itu

sendiri, akan tetapi juga kepada caranya mempresentasikan di hadapan

wisatawan.

3. Objek wisata terintegrasi dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu

jasa pelayanan, transportasi dan aktualisasi. Dengan membangun objek

wisata saja wisataan belum berdatangan. Objek wisata itu harus

diintegrasikan dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa

pelayanan, transportasi dan aktualisasi.

4. Dapat menahan wisatawan di tempat atraksi dalam waktu yang cukup

lama. Tujuan pembangunan pariwisata adalah tidak hanya mendatangkan

wisatawan sebanyak-banyaknya, akan tetapi juga untuk menahan mereka

selama mungkin. Dengan asumsi bahwa akan semakin besar keuntungan

yang diharapkan dari kehadiran mereka, yakni dengan semakin lamanya

wisatawan dapat bertahan di suatu objek wisata maka akan semakin

bertambah pula perputaran uang yang terjadi.

Pengembangan Obyek wisata alam sangat erat kaitannya dengan

peningkatan produktifitas sumber daya alam dalam konteks pembangunan

ekonomi, sehingga aspek kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek

masyarakat, dan pihak swasta di dalam suatu sistem tata selalu dihadapkan

pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkanaspek kawasan

hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam suatu

sistem tataruang wilayah. Dengan demikian konsep pembagunan pariwisata

berkelanjutan berbasis masyarakat menekankan yakni: 1) terpeliharanya mutu

dan berkelanjutan sumber daya alam dan budaya, 2) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal, 3) terwujudnya keseimbangan antara sumber

daya alam dan budaya, dan 4) kesejahteraan masyarakat lokal serta kepuasan

wisatawan.

29

3. Pemberdayaan Eknomi Masyarakat di Objek Wisata

Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan

perubahan. Artinya, ada atau tidak adanya pembangunan ekonomi dalam suatu

negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi

barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari

perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti

perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam

kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan

dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi dapat

diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu

masyarakat terus menerus bertambah dalam jangka panjang.

Objek Wisata memiliki potensi ekonomi yang menjadi daya tarik

wisatawan diantaranya memiliki keindahan alam, keunikan masyarakat dan

kebudayaannya, lingkungan sosial dan kehidupan di sekitarnya. Objek Wisata

akan menjadi daya tarik jika dikenal ramai, lokasinya mudah dijangkau serta

namanya yang sudah familiar didunia maya baik di media cetak, elektronik,

media sosial dan juga media radio yang membuat namanya semakin dikenal

banyak orang. Dalam konteks pemberdayaan ekonomi masyarakat di objek

wisata terlihat makin menunjukkan perubahan. Pendapatan ekonomi

masyarakat disekitar objek wisata menunjukan indikasi peningkatan. Hal ini

terlihat secara bukti empiris bahwa pendapatan penduduk sekitar makin

menunjukkan tingkat kesejahteraannya.

Untuk memberdayakan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan

berbagai cara, diantaranya:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang. Artinya bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat

dikembang. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun daya itu, dengan

mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya

serta berupaya untuk mengembangkannya.

30

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam hal

ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif, dan menciptakan iklim

dan suasana yang mendukung pemberdayaan. Bentuk dukungan

pemberdayaan ekonomi masyarakat berupa menyediakan akses ke dalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti: modal, teknologi, informasi,

lapangan kerja dan pasar. Bentuk dukungan pemberdayaan ini menyangkut

pembangunan prasarana dan sarana dasar baik fisik, seperti: jalan,

pengadaan listrik dan fasilitas sosial lainnya yang dapat terjangkau

masyarakat lapisan bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan

dan lembaga kegiatan pelatihan.

Dengan demikian yang dimaksud pembangunan ekonomi di objek

wisata merupakan bentuk potensi untuk menguasai hajat hidup orang banyak

dengan menerapkan prinsip atau azas ekonomi kerakyatan. Pembangunan

ekonomi untuk masyarakat di objek wisata dapat dilakukan antara lain:

1) pengembangan pemberdayaan usaha kecil, 2) pemberdayaan koperasi dan

pengusaha mikro dan menengah, 3) pengembangan industri kecil dan

pembangunan prasarana dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka

menunjang pembangunan usaha di objek wisata.

D. Kerangka Pemikiran

Profile masyarakat di objek wisata daerah pada umumnya masyarakat

yang memiliki mata pencaharian dengan pendapatan rendah, masyarakat desa

yang kental dengan kekerabatan, dan rata-rata pendidikan formal yang layak

masih kurang karena alasan keterbatasan biaya untuk pendidikan. Ciri lainnya,

hubungan sosial yang rendah dan juga kesempatan kerja yang kurang karena

keterbatasan keterampilan yang dimiliki masyarakat tersebut umumnya rendah.

Keberadaan objek wisata memberikan peluang yang luas atas layanan

wisata yang akan menghasilkan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Dengan dibukanya peluang usaha di objek wisata akan memberikan

kesempatan masyarakatnya untuk memberdayakan ekonomi melalui berbagai

usaha layanan wisata.

31

Berbagai layanan wisata yang dikelola oleh masyarakat di sekitarnya

memberikan kesempatan masyarakat untuk melakukan usaha ekonomi. Adanya

usaha dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat meningkatkan

penghasilan, yang pada akhirnya terjadi peningkatan kesejahteraan

masyarakatnya. Aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat, baik yang

dilakukan secara sendiri maupun berkelompok sebagai bentuk usaha ekonomi

masyarakat di objek wisata. Pendapatan yang diperoleh dari pemberdayaan

ekonomi masyarakat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan formal.

Dengan kata lain bahwa peningkatan penghasilan masyarakat dapat meningkat

pula jumlah peserta pendidikan formal.

Berikut proses logika konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam

mendukung pendidikan formal, diperjelas dengan kerangka berpikir penelitian

yaitu:

Gambar 1. Kerangka berpikir

Profile masyarakat di objek

wisata daerah pada umumnya:

-pendidikan rendah.

-pendapatan rendah

-pengangguran

-hubungan sosial rendah

-kurangnya kesempatan kerja

Keberadaan objek

Wisata

Kegiatan Pemberdayaan

ekonomi Masyarakat

secara mandiri maupun

kelompok

Masyarakat yang mampu memperbaiki dan meningkatkan penghasilan

Penunjang pendidikan formal

anggota masayarakat di objek

wisata.