BAB I PENDAHULUAN KOMPONEN AC MOBIL

25
BAB I PENDAHULUAN KOMPONEN AC MOBIL A. KOMPONEN UTAMA Komponen utama AC mobil terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Gambar di bawah ini menunjukan rangkaian komponen-komponen tersebut. Warna merah untuk sisi tekanan tinggi, dan warna biru untuk sisi tekanan rendah. 1. KOMPRESOR Kompresor merupakan komponen utama AC yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant ke seluruh unit AC dengan cara menaikkan tekanan refrigerant. Fungsi kompresor mirip dengan fungsi jantung pada tubuh manusia dan refrigerant sebagai darahnya. Kompresor memiliki dua saluran, yaitu saluran hisap

Transcript of BAB I PENDAHULUAN KOMPONEN AC MOBIL

BAB I

PENDAHULUAN

KOMPONEN AC MOBILA. KOMPONEN UTAMA

Komponen utama AC mobil terdiri dari kompresor,

kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Gambar  di bawah

ini menunjukan rangkaian komponen-komponen tersebut. Warna

merah untuk sisi tekanan tinggi, dan warna biru untuk sisi

tekanan rendah.

1. KOMPRESOR

Kompresor merupakan komponen utama AC yang berfungsi untuk

mensirkulasikan refrigerant ke seluruh unit AC dengan cara

menaikkan tekanan refrigerant. Fungsi kompresor mirip dengan

fungsi jantung pada tubuh manusia dan refrigerant sebagai

darahnya. Kompresor memiliki dua saluran, yaitu saluran hisap

(suction) dan saluran buang (discharge). Saluran hisap

dihubungkan dengan evaporator dan merupakan sisi tekanan

rendah, sedangkan saluran buang dihubungkan dengan kondensor

dan merupakan sisi tekanan tinggi. Refrigeran dalam fase gas

pada tekanan dan temperature rendah dihisap oleh kompresor

melalui saluran hisap kemudian dimampatkan sehingga tekanan

dan temperaturnya naik selanjutnya mengalir ke kondensor

melalui saluran buang. Tipe kompresor dapat dibagi menjadi

tiga jenis, yaitu tipe resipro (crankshaft), tipe swash plate,

dan tipe wooble plate.

a. Kompresor tipe resipro (Crank Shaft)

Kompresor tipe ini bekerja dengan memanfaatkan gerak

putar dari mesin yang diterima oleh crank shaft kompresor. Di

dalam kompresor gerak putar dari crank shaft diubah menjadi

menjadi gerak bolak balik torak untuk menghisap dan

memampatkan refrigerant.

Prinsip kerja kompresor torak terdiri dari dua langkah,

yaitu langkah hisap dan langkah kompresi. Saat langkah hisap

torak bergerak turun dari titik mati atas ke titik mati bawah,

volume silinder mengembang sehingga tekanan di dalam silinder

turun atau terjadi kevakuman di dalam silinder. Akibatnya

katup hisap membuka dan refrigerant masuk ke dalam silinder.

Proses ini berlangsung sampai torak mencapai titik mati bawah.

Pada langkah kompresi, torak bergerak naik dari titik

mati bawah ke titik mati atas. Refrigerant mengalami

pemampatan sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Akibat

tekanan refrigerant yang tinggi, katup hisap akan menutup dan

katup buang membuka sehingga refrigerant keluar dan mengalir

ke kondensor. Gambar 2 memperlihatkan cara kerja kompresor

torak.

b. Kompresor tipe Swash Plate

Pada kompresor jenis ini, gerakan torak diatur oleh swash

plate pada jarak tertentu dengan 6 atau 10 silinder. Ketika

salah satu sisi pada torak melakukan langkah tekan, maka sisi

yang lainnya melakukan langkah isap. Pada dasarnya, proses

kompresi pada tipe ini sama dengan proses kompresi pada

kompresor tipe crank shaft. Perbedaannya terletak pada adanya

tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu ,

perpindahan gaya pada tipe swash plate tidak melalui batang

penghubung (connecting rod), sehingga getarannya lebih kecil.

Gambar dibawah ini memperlihatkan bagian-bagian dari kompresor

tipe swash plate.

c. Kompresor tipe Wobble Plate

Sistem kerja kompresor tipe ini sama dengan kompresor

tipe swash plate. Namun dibandingkan dengan kompresor tipe

swash plate, penggunaan kompresor tipe wobble plate lebih

menguntungkan, diantaranya adalah kapasitas kompresor dapat

diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan beban

pendinginan. Selain itu, pengaturan kapasitas yang

bervariasi akan mengurangi kejutan yang disebabkan oleh

kopling magnetic (magnetic clutch). Cara kerjanya, gerakan

putar dari poros kompresor diubah menjadi gerak bolak-balik

oleh plat penggerak (drive plate) dan wobble plate dengan

bantuan guide ball. Gerakan bolak-balik ini selanjutnya

diteruskan ke torak melalui batang penghubung. Berbeda

dengan jenis kompresor swash plate, kompresor jenis wobble

plate hanya menggunakan satu torak untuk satu silinder.

Meskipun jenis kompresor di atas mempunyai cara kerja

dan konstruksi yang berbeda, namun pada prinsipnya sama,

yaitu menekan refrigerant dan menghasilkan laju aliran

massa refrigerant. Sebenarnya masih ada tipe kompresor

lainnya, yaitu kompresor tipe rotary vane dan tipe scroll,

namun jarang digunakan. Berikut ini gambar kompresor tipe

wobble plate.

2. KONDENSOR

Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi

memindahkan kalor dari refrigerant ke udara lingkungan

dengan bantuan ekstra fan. Konstruksi kondensor sama dengan

konstruksi radiator, terdiri dari susunan pipa-pipa persegi

dan sirip-sirip-sirip yang berfungsi untuk memperbesar laju

perpindahan kalor. Kondensor ditempatkan di depan radiator

agar memperoleh aliran udara maksimum. Gambar di bawah ini

menunjukkan konstruksi kondensor.

Refrigeran dalam fase uap pada tekanan dan

temperatur tinggi, mengalir ke dalam kondensor melalui

saluran masuk yang terletak di bagian atas. Di dalam

kondensor, refrigerant mengalami proses pendinginan dan

perubahan fase dari gas menjadi cair akibat pelepasan

kalor ke udara lingkungan, sehingga keluar dari kondensor,

refrigerant ada dalam fase cair pada temperature rendah.

3. Katup Ekspansi

Komponen ini berfungsi menurunkan tekanan dan

temperature refrigerant, sehingga menimbulkan efek dingin

pada evaporator. Ada 2 jenis katup ekspansi yang digunakan

dalam system AC mobil, yaitu katup ekspansi jenis

termostatik dan katup ekspansi jenis pipa orifice. Gambar

di bawah ini menunjukkan kostruksi katup ekspansi

termostatik.

Bagian-bagian katup ekspansi terdiri dari orifice,

sensor, pipa kapiler, diafragma, pen penekan, plat dan bola,

dan pegas. Di dalam sensor dan pipa kapiler berisi gas yang

mudah mengembang (refrigerant, CO2). Selain menurunkan suhu

dan tekanan refrigerant, katup ekspansi termostatik juga

berfungsi mengatur banyaknya refrigerant yang mengalir di

dalam system AC mobil. Banyaknya aliran refrigerant

disesuaikan dengan beban panas pada evaporator.

Prinsip kerja katup ekspansi termostatik dapat dijelaskan

sebagai berikut. Pada kondisi beban panas normal, refrigerant

cair bertekanan tinggi masuk ke dalam katup ekspansi melewati

orifice dalam jumlah yang sesuai dengan di atur pembukaannya

oleh pegas. Pada kondisi ini tekanan di sisi atas diafragma

sama dengan tekanan di sisi bawah. Saat melewati orifice,

refrigerant mengalami proses pengabutan sehingga tekanan dan

temperaturnya turun yang selanjutnya mengalir ke evaporator.

Ketika beban panas di evaporator meningkat, refrigerant

yang mengalir pada saluran keluar evaporator akan mengalami

kenaikan temperature. Kondisi ini menyebabkan gas yang ada di

dalam sensor dan pipa kapiler akan mengembang dan mengalami

kenaikan tekanan. Selanjutnya, gas akan menekan diafragma dan

mendorong plat dan pegas melalui pen penekan. Ini menyebabkan

saluran orifice terbuka lebih lebar sehingga lebih banyak

refrigerant yang mengalir ke evaporator.

Kondisi ini akan berlangsung terus sampai beban panas

kembali normal.

Kondisi sebaliknya terjadi saat beban panas berkurang. Pada

kondisi ini, refrigerant pada saluran keluar evaporator

mengalami penurunan temperature. Hal ini menyebabkan gas yang

ada di dalam sensor dan pipa kapiler mengalami penyusutan.

Akibatnya tekanan di sisi atas diafragma menjadi lebih kecil

dari pada tekanan di sisi bawah. Pegas akan menekan plat dan

bola ke atas. Akibatnya saluran orifice akan mengecil sehingga

hanya sedikit refrigerant yang mengalir ke evaporator. Kondisi

ini akan berlangsung terus sampai beban panas kembali normal.

Gambar di bawah menunjukkan katup ekspansi jenis pipa orifice.

Berbeda dengan katup ekspansi termostatik, katup ekspansi

pipa orifice hanya berfungsi menurunkan tekanan refrigerant

dan tidak mengatur jumlah aliran refrigerant ke evaporator.

Oleh karena itu, pada system AC yang menggunakan katup jenis

ini, di saluran sebelum masuk evaporator di pasang akumulator

yang berfungsi untuk menampung sementara refrigerant sebelum

masuk evaporator.

Pada katup ekspansi pipa orifice terdapat sebuah lubang kecil

yang berdiameter tetap sebagai media untuk menurunkan tekanan

refrigerant dan kasa penyaring (filter screen) di sisi masuk

dan keluar untuk menyaring kontaminan yang terbawa oleh

refrigerant. Namun, katup pipa orifice jarang sekali digunakan

pada unit AC mobil di Indonesia. Biasanya digunakan pada

mobil-mobil keluaran Eropa atau Amerika.

4. Evaporator

Evaporator merupakan alat penukar kalor yang

berfungsi memindahkan kalor dari udara yang dikondisikan

ke refrigerant. Seperti kondensor, evaporator tersusun

dari pipa-pipa dan sirip-sirip dalam jumlah yang banyak.

Refrigeran masuk evaporator dalam bentuk kabut pada

tekanan dan temperature rendah. Udara dari kabin

dihembuskan oleh blower melewati kisi-kisi evaporator.

Udara yang bertemperatur lebih tinggi daripada

refrigerant yang mengalir dalam evaporator, akan

melepaskan kalor dan diserap oleh refrigerant, sehingga

temperature udara turun menjadi lebih dingin yang

selanjutnya akan mendinginkan udara dalam kabin.

Refrigeran keluar dari evaporator dalam fase uap

B. KOMPONEN PENDUKUNG

Komponen pendukung pada system AC mobil terdiri dari

receiver (filter dryer), accumulator, minyak pelumas (oli

kompresor), shaft seal, pipa refrigerant, idle up, pulley dan

belt, dan ekstra fan.

1. Receiver (Filter Dryer)

Komponen ini sering digunakan pada AC mobil yang

menggunakan katup ekspansi termostatik untuk menurunkan

tekanan refrigerant. Komponen ini diletakkan di antara

kondensor dan evaporator sebelum katup ekspansi. Di dalam

receiver terdapat saringan dan pengering yang berfungsi

menyerap kotoran dan air yang terbawa bersirkulasi

bersama refrigerant. Filter terpasang pada saluran keluar

receiver bagian dalam. Filter ini terbuat dari kasa

tembaga dan berfungsi menyaring kotoran agar tidak masuk

ke katup ekspansi. Pada bagian atas receiver terdapat

sight glass yang berfungsi untuk mengetahui kondisi

refrigerant dalam system AC. Di dalam dryer berisi

desiccant (zat yang dapat menyerap uap air) yang berupa

silicagel untuk penggunaan R-12 dan zeolit untuk

penggunaan R-134a.

Receiver merupakan tempat penyimpanan sementara

refrigerant setelah dicairkan oleh kondensor dan sebelum

masuk ke katup ekspansi. Fungsi lainnya adalah sebagai

penyaring kotoran dalam system sirkulasi AC. Receiver

juga berfungsi memisahkan kadar air dan kotoran yang

terbawa saat bersirkulasi bersama refrigerant.

2. Accumulator

Accumulator biasanya digunakan pada system AC mobil yang

menggunakan pipa orifice sebagai alat penurun tekanan

refrigerant. Accumulator terletak diantara evaporator dan

kompresor. Accumulator berfungsi sebagai alat penampung

sementara refrigerant cair yang bertemperatur rendah, serta

campuran minyak pelumas dari evaporator. Refrigeran yang telah

disimpan berupa gas, dialirkan dari bagian atas accumulator

melalui saluran isap menuju ke kompresor. Accumulator juga

berfungsi mencegah refrigerant cair agar tidak mengalir ke

kompresor. Di dalam accumulator terdapat desiccant seperti

pada receiver.

3. Minyak Pelumas (Oli kompresor)

Oli kompresor pada system AC berfungsi sebagai pelumas

bagian-bagian kompresor yang bergesekan, untuk meredam panas

dan melancarkan pergerakan bagian-bagian kompresor. Sebagian

kecil oli kompresor bercampur dengan refrigerant dan ikut

bersirkulasi melewati kondensor dan evaporator. Minyak pelumas

kompresor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

a. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah

berreaksi dengan refrigerant atau benda lain yang

digunakan pada system pendingin.

b. Tidak merusak bahan tembaga pada suhu 120oC.

c. Tidak mengandung air, ter, lilin, dan kotoran lainnya.

d. Mempunyai titik beku yang rendah.

e. Tidak berbusa.

f. Mempunyai tahanan listrik (dielektrik) yang kuat.

g. Dapat memberikan pelumasan yang baik pada temperature

tinggi maupun rendah.

Proses penyaluran dan jenis minyak pelumas pada tiap-tiap

kompresor berbeda. Untuk kompresor jenis resipro, penyaluran

minyak pelumas dari bagian bawah kompresor (di bak alas

kompresor) yang diisap oleh pompa yang terpasang di bagian

belakang kompresor. Kemudian minyak pelumas yang masuk ke

dalam saluran poros engkol dialirkan kedua jurusan, yaitu ke

bagian bearing muka-belakang dan ke dinding piston melalui

pena piston. Minyak pelumas yang sudah disalurkan ke bagian-

bagian tersebut akan kembali lagi ke bak alas kompresor untuk

sirkulasi berikutnya.

Pada kompresor tipe swash plate, terdapat plat rotasi

miring yang menggerakkan torak ke kana dan ke kiri. Minyak

pelumas yang keluar dari saluran dalam poros penggerak

mengalir hingga ke permukaan plat rotasi miring akibat gaya

sentrifugal. Minyak pelumas yang terhambur dengan putaran plat

rotasi miring ini mampu melumasi torak sehingga tidak cepat

aus.

4. Shaft seal

Refrigeran dan minyak pelumas dalam kompresor sangat

rentan terhadap kebocoran, baik saat kompresor sedang

beroperasi maupun tidak. Untuk mencegah kebocoran, digunakan

penyekat (seal) yang dipasang pada poros kompresor. Komponen

ini terdiri dari dua bagian, yaitu shaft seal dan plate seal.

Shaft seal ada dua jenis, yaitu mechanical seal dan lip seal.

Shaft seal terdiri dari gelang penahan, O-ring, ring karbon,

dan plate seal. Plate seal yang tertahan rapat oleh gelang

penahan dengan ring karbon akan tertekan oleh pegas, sehingga

mampu mencegah kebocoran refrigerant dan minyak pelumas.

5. Pipa refrigerant

Pipa refrigerant AC terbuat dari karet (pipa elastic) dan

pipa logam yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi

serta tahan terhadap getaran. Bagian dalam pipa logam terbuat

dari tembaga dan alumunium yang diproses dengan baik sehingga

lebih tahan terhadap unsur kimia dalam refrigerant. Pipa karet

dibuat berlapis-lapis agar lebih kuat menahan kebocoran dan

reaksi unsur kimia.

6. Iddle Up

Alat ini berfungsi menaikkan puaran mesin ketika AC mobil

dihidupkan (saat putaran mesin masih idling/stasioner)

sehingga mesin mobil terhindar dari beban yang berlebihan

(overload). Ada dua jenis Iddle up, yaitu jenis Vacuum Switch

Valve (VSV) dan Throttle Position (TP).

a. Vacuum Switch Valve (VSV)

Pada vacuum switch valve terdapat komponen coil magnet,

compression spring, dan moving core. Coil magnet pada VSV

terhubung secara parallel dengan magnetic clutch pada

kompresor, sehingga apabila magnetic clutch bekerja, coil

magnet pada VSV akan menimbulkan tenaga magnet.

b. Throttle Position

Throttle Position (TP) terdiri atas diafragma dan

throttle valve. Dalam hal ini VSV berfungsi mengatur ruang

diafragma pada TP, sehingga ruang diafragma tersebut dapat

terhubung dengan sumber vacuum (vacuum tank) dan di saat

tertentu terhubung dengan udara luar. Pada saat AC mobil

dihidupkan dan mesin mobil dalam keadaan stasioner, maka koil

magnet pada VSV akan bekerja dan menimbulkan tenaga magnet.

Tenaga magnet tersebut akan menggerakkan moving core untuk

menghubungkan ruang diafragma dengan vacuum tank.

Sistem kerja TP dimulai ketika terjadi kevakuman pada vacuum

tank. Throttle set akan bergerak dan mengubah posisi venture

karburator kea rah penambahan bahan bakar, sehingga putaran

mesin akan meningkat. Namun ada juga yang tidak mengandalkan

tingkat kevakuman, yaitu saat koil magnet pada VSV menimbulkan

tenaga magnet, moving core pada VSV menghubungkan ruang

diafragma dengan ruang atmosfer yang sebelumnya terhubung

dengan vacuum tank. Karena tidak ada kevacuman pada ruang

diafragma, maka kekuatan spring pada ruang diafragma akan

mempengaruhi kerja throttle set pada TP. Dengan demikian

posisi venture pada karburator akan berubah ke arah penambahan

bahan bakar, sehingga putaran mesin akan naik. Meskipun cara

kerja keduanya sama, namun mengingat konstruksi karburator

pada masing-masing mobil berbeda, maka dibuat dua macam system

kerja untuk mempermudah system pemasangannya.

7. Pulley dan belt

Pulley berfungsi sebagai rumah belt. Pulley dan belt merupakan

komponen penerus tenaga dari mesin ke kompresor AC mobil.

Jenis belt yang digunakan pada AC mobil diantaranya adalah V

belt dan ribbed belt. Perbedaan keduanya terletak pada bentuk

dan kemampuan meneruskan tenaga. Jenis ribbed belt memiliki

kemampuan meneruskan tenaga lebih baik dari pada jenis V belt

dan tidak mudah slip.

8. Kipas (Extra Fan)

Ekstra fan berfungsi mensirkulasikan udara di dalam dan

di luar kabin. Motor blower terdapat di dalam kabin, sedangkan

fan (extra fan) terletak di luar kabin. Blower pada kabin

terdiri atas motor penggerak dan blower/ sudu-sudu yang

digerakkan. Umumnya, tipe blower yang sering digunakan adalah

tipe sirrocco. Extra fan yang terdapat di luar kabin (pada

kondensor) juga terdiri dari motor penggerak dan fan yang

digerakkan. Jenis fan yang umum digunakan adalah jenis axial

flow.

C. KOMPONEN KELISTRIKAN

Komponen kelistrikan terdiri dari sakelar (Selector

switch), kopling magnet (Magnetic clutch), thermostat

(Thermoswitch), pengatur suhu elektronik (Thermistor),

pressure switch, relay, dan amplifier.

1. Sakelar (Selector switch)

Sakelar yang digunakan pada system AC mobil umumnya

adalah jenis sakelar putar. Sakelar ini digunakan untuk

mematikan dan menghidupkan kompresor, serta memilih kecepatan

putaran blower evaporator. Sakelar terdiri dari tombol putar

(menunjuk posisi off, low, medium, dan high) dan terminal

listrik.

Saat tombol diputar pada posisi off, hubungan antar

terminal terputus. Pada posisi low, sakelar akan menghubungkan

terminal line ke posisi low dan kompresor. Pada posisi medium,

sakelar akan menghubungkan terminal line ke posisi medium dan

kompresor. Pada posisi high, sakelar akan menghubungkan

terminal line ke posisi high dan kompresor. Untuk mengetahui

adanya arus listrik yang menghubungkan antar terminal pada

sakelar, digunakan multitester.

2. Kopling magnet (Magnetic Clutch)

Kopling magnet berfungsi memutus dan menghubungkan

kompresor dengan pully penggeraknya. Saat mesin mobil bekerja,

pulley berputar karena terhubung dengan mesin melalui belt.

Pada saat ini kompresor belum bekerja. Ketika system AC

dihidupkan, amplifier memberikan arus listrik ke koil stator

sehingga timbul medan electromagnet yang akan menarik pressure

plate dan menekan permukaan pulley. Hal ini menyebabkan

pressure plate berputar mengikuti putaran pulley sehingga

kompresor akan berputar. Kopling magnet memiliki tiga bagian

utama sebagai berikut.

a. Stator

Stator merupakan gulungan magnet (magnet coil) yang

terpasang pada rumah kompresor.

b. Rotor

Rotor merupakan bagian yang berputar yang terhubung

dengan poros mesin melalui belt. Diantara permukaan bagian

dalam dari rotor dan front housing dari kompresor terpasang

bantalan.

c. Pressure Plate

Pressure plate merupakan bagian yang dipasang pada poros

kompresor

3. Thermostat (Thermoswitch)

Alat ini berfungsi memberikan sinyal kondisi temperature

kabin ke kompresor secara otomatis. Di dalam thermostat

terdapat sensor yang akan mendeteksi suhu pada evaporator.

Jika thermostat rusak, evaporator bisa membeku karena pemutus

arus listrik tidak bekerja. Tanda-tanda kerusakannya antara

lain keluarnya asap dari kisi-kisi AC serta adanya tetesan air

seperti embun yang keluar dari evaporator.

Thermostat juga berfungsi mengatur proses kerja kompresor AC.

Pada thermostat terdapat tabung indra panas yang berisi gas

yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Tabung ini terpasang

pada evaporator di bagian saluran angin keluar. Ketika suhu

penguapan refrigerant cair di dalam evaporator naik, gas di

dalam tabung indra panas akan memuai dan mendorong alas

diafragma ke atas. Dengan demikian, sakelar yang terhubung

dengan magnetic clutch akan mendapat aliran listrik, sehingga

kompresor bekerja. Sebaliknya, jika suhu pada saluran angin

keluar di evaporator turun melewati batas normal, gas di dalam

tabung indra panas akan menyusut. Alas diafragma yang

sebelumnya terdorong oleh tekanan gas akan kembali ke bawah

karena terikan pegas, sehingga sakelar memutus arus listrik ke

kopling magnet. Akibatnya kompresor berhenti bekerja.

4. Pengatur suhu elektronik (Thermistor)

Termistor adalah sebuah resistor yang mempunyai koefisien

termal negative. Artinya, semakin rendah suhunya, semakin

tinggi tahanannya, dan sebaliknya. Sifat ini dimanfaatkan oleh

amplifier untuk menghidupkan dan mematikan kompresor. Pada

suhu tinggi, tahanan thermistor rendah, amplifier akan

mengalirkan arus listrik dari baterai ke kopling magnet,

sehingga kompresor bekerja. Pada saat suhu rendah, tahanan

thermistor tinggi, amplifier akan memutus arus listrik dari

baterai ke kopling magnet, sehingga kompresor tidak bekerja.

5. Pressure Switch

Pressure switch merupakan komponen kelistrikan AC mobil

yang berfungsi memutus dan menghubungkan aliran listrik yang

menuju ke kompresor yang bekerja berdasarkan tekanan

refrigerant. Pada tekanan refrigerant yang tidak normal,

pressure switch akan bekerja. Pressure switch yang banyak

digunakan pada system AC mobil adalah tipe dual pressure

switch. Pressure switch dipasang pada pipa yang berisi cairan

diantara receiver dan katup ekspansi. Alat ini mampu

mendeteksi ketidaknormalan tekanan di dalam system dan akan

memutus aliran listrik yang menuju kopling magnet jika terjadi

tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga

kompresor berhenti bekerja. Pressure switch akan bekerja pada

tekanan 448 psi untuk R-134a dan 378 psi untuk R-12.

Jika terdapat kebocoran pada pipa, seal, dan pada

sambungan antar komponen sehingga tekanan dalam system cukup

rendah, sekitar 28 psi untuk R-134a dan 378 psi untuk R-12,

pressure switch akan mematikan kopling magnet.

6. Relay

Relay berfungsi mengalirkan arus listrik ke kopling

magnet, blower motor, dan ke peralatan lain pada system AC

mobil. Relay diperlukan untuk mencegah kerusakan pada kunci

kontak. Aliran listrik yang langsung dari baterai ke kopling

magnet atau ke blower melalui kunci kontak akan menyebabkan

titik-titik kunci kontak cepat aus dan terbakar. Jika

menggunakan relay, kunci kontak hanya mengalirkan arus listrik

yang kecil ke koil relay. Kemagnetan pada koil relay akan

menghubungkan titik-titik kontak relay yang akan mengalirkan

arus listrik yang cukup besar dari baterai ke kopling magnet

ataupun ke motor blower. Jika kunci kontak memutuskan arus

listrik ke koil relay, maka kontaktif relay akan terputus

secara otomatis sehingga arus listrik dari baterai ke kopling

magnet ataupun ke motor blower akan terputus.

7. Amplifier

Amplifier merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi

mengatur kerja AC mobil agar selalu dalam kondisi aman dan

sesuai dengan keinginan pemakai. Pada prinsipnya amplifier

bekerja sebagai relay otomatis yang menghubungkan dan memutus

aliran listrik dari baterai yang menuju ke kopling magnet.

Terdapat dua jenis amplifier yang digunakan pada AC mobil,

yaitu temperature control amplifier dan temperature control

idling stabilizer amplifier.

a. Pengatur suhu (Temperature Control)

amplifier jenis ini bekerja mengatur suhu dari ruangan

yang didinginkan sehingga selalu dalam kondisi ideal.

Rangkaian dasar temperature control adalah thermistor dan

resistor pengatur temperature. Resistor pengatur temperature

adalah suatu resistor yang nilai tahananya dapat diubah-ubah

secara manual. Jika tahanan resistor ditetapkan pada nilai

tertentu, ini berarti sama dengan menetapkan suhu ruangan yang

didinginkan pada batas-batas tertentu.

Thermistor pada rangkaian control temperature berfungsi

sebagai sensor suhu berdasarkan perubahan nilai tahanannya

digabungkan dengan nilai tahanan dari resistor pengatur

temperature. Hasilnya dikirim ke amplifier berupa sinyal

listrik. Pada amplifier sensor suhu diolah lagi secara

elektronik yang hasilnya dapat menutup dan membuka kontaktif

relay di amplifier.

b. Idling stabilizer amplifier

Idling stabilizer amplifier berfungsi sebagai pengatur AC

mobil agar selalu bekerja pada batas minimal putaran mesin

mobil. Ini dimaksudkan agar pada putaran rendah mesin tidak

mengalami kelebihan beban (overload) ketika system AC bekerja.

Sumber sensor putaran mesin diambil dari system pengapian,

yaitu minus (-) ignition coil. Sinyal listrik yang didapat

kemudian diolah secara elektronik di dalam amplifier yang

hasilnya dapat membuka dan menutup kontak relay amplifier.

Selanjutnya sinyal listrik yang menghubungkan baterai dengan

kopling magnet diatur agar hanya bekerja mengalirkan arus

listrik dari baterai ke kopling magnet pada batas putaran

minimal (umumnya 850 – 1050 rpm).

Sistem Kelistrikan AC Mobil

Gambar di bawah menunjukkan rangkaian kelistrikan AC mobil.

Urutan cara kerja kelistrikan AC mobil dapat dijelaskan

sebagai berikut.

a. Ignition switch dihidupkan (ON)

b. Blower switch dihidupkan (ON) mengakibatkan heater relay

bekerja mengalirkan

arus listrik dan memutar motor blower.

c. Saat switch AC di ON kan, amplifier akan bekerja

mengeluarkan arus ke relay

kopling magnet dan ECU mesin. Proses ini terjadi jika

pressure switch bekerja

dengan tekanan refrigerant sesuai standar berikut.

R-134a : 28 – 448 psi

R-12 : 29,4 – 378 psi

d. Thermostat akan memberikan informasi suhu pada evaporator

ke amplifier. Saat

suhu evaporator di bawah 3oC – 10oC, kopling magnet akan

mati dan kompresor

berhenti bekerja.

e. Saat kopling magnet bekerja, amplifier akan mengirim sinyal

ke ECU mesin agar

VSV bekerja dan meningkatkan putaran mesin.

f. Saat kendaraan berjalan, ECU mesin akan memberikan

informasi berupa sinyal ke

amplifier sehingga relay kopling magnet akan OFF dan

kompresor berhenti

bekerja.