BAB I 2003 ppk
-
Upload
syiahkuala -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I 2003 ppk
M BAB I
DATA PENGAMATAN
1.1 Konveksi Alami
Tabel 1.1 Konveksi alami pada sampel pinned dan finned
Daya(Watt
)
Waktu(menit
)
Pinned FinnedTw
(0C)Tb
(0C)Ta
(0C)Tw
(0C)Tb
(0C)Ta
(0C)
15
0 31 29 30 28 29 285 34 32 30 30 31 2910 35,5 37 30 36 34 2915 40 39 30 39 37 2920 43 41 30 43 39 2925 44 41 30 43 41 2930 45 44 30 45 42 2935 46.5 45 30 45,5 44 2940 47 46 30 47 45 2945 48 47 30 47 45,5 2950 49 48 30 49 46 2955 49 48 30 49 47 2960 49 48 30 49 48 2965 - - - 50 48 2970 - - - 50 48 2975 - - - 51 49 29
25 0 29 32 31 30 31,5 305 31 34 31 34 35 3110 42 36 31 41 40 3115 46 37 31 47 45 3120 49 38 31 50 49 3125 51 39 31 53 52 3130 54 40 31 55 54 3135 55 41 31 57 56 3140 57 42 31 58 57 31
45 58 43 31 59 58 3150 59 43 31 60 59 3155 60 43 31 60 59 3160 60 43 31 60 59 3165 60 43 31 60 59 3170 - - - 61 59 3175 - - - 61 59 31
1.2 Konveksi Paksa
Tabel 1.1 Konveksi paksa pada sampel pinned dan finned pada P =
15 Watt
V(m/s)
Waktu(menit
)
Pinned FinnedTw
(0C)Tb
(0C)Ta
(0C)Tw
(0C)Tb
(0C)Ta
(0C)
15
0 25 29 30 32 31 305 35 32 30 36 34 3010 36 33 30 38 36 3015 36 35 30 40 38 3020 38 36 30 41 41 3025 40 37 30 41 42 3030 40,5 38 30 42 43 3035 42 39 30 43 43 3040 42 39 30 44 43 3045 42 39 30 44 43 3050 42 39 30 45 43 3055 42 39 30 45 43 3060 42 39 30 45 43 30
20 0 32 32 31 29,5 29 305 32 34 31 32 31 3010 36 34 31 34 32 3015 37 35 31 35 34 3020 38 36 31 37 35 3025 39 36 31 37 36 3030 40 37 31 38 37 3035 40 37 31 38 37 3040 40 39 31 39 37 30
45 40 39 31 39 37 3050 40 39 31 39 37 3055 40 39 31 39 37 3060 40 39 31 39 37 30
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil Pengolahan Data
Tabel 2.1 Hasil Pengolahan Data pada konveksi alami pada
sampel pinned dan finned
Sampe
l
P
(Wat
t)
Tf
(oC)
T
(K)NGr NNu NPr
h
(W/m2K
)
Q (W)
Pinne
d
15 44 10 1802,3
04
4,175
2
0,70
4
9,568 4,168
25 51 182091,8
86,275
0,70
3514,673
11,50
48
Finned
1544,
25
11,
5
115936
1
17,73
5
0,70
434,929
6,565
6
2552,
515
136375
5
18,46
4
0,70
345,257
9,133
7
Tabel 2.2 Hasil pengolahan data pada konveksi paksa P = 15 Watt pada sampel
pinned dan finned
Sampe
l
v
(m/s
)
Tf
(oC)
T
(K)NRe NNu NPr
h
(W/m2K
)
Q (W)
Pinne
d
1538,2
57,5 10741
64,17
1
0,70
46144,54 47,22
2040,7
58,5
14135,
0473,61
0,70
49167,03 61,84
Finned
1537,7
52,5 88920
184,6
3
0,70
5050,34 14,57
2036,2
53,5
200277
8
3583,
15
0,70
54969,98
617,9
4
2.2 Pembahasan
Panas adalah bentuk energsai yang dapat dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses,
panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat
dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Sementara perpindahan panas adalah proses proses
berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain
dikarenakan adanya perbedaan suhu ditempat-tempat tersebut.
Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan
temperatur antara 2 bagian benda. Panas akan berpindah dari
temperatur tinggi ke temperatur yang rendah. Panas dapat
berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi.
Perpindahan secara konduksi terjadi ketika energi
dipindahkan dengan kontak langsung antara molekul dalam satu
benda atau antara molekul dua benda atau lebih dalam kontak
panas yang baik dengan yang lain.
Perpindahan panas secara konveksi terjadi ketika panas
bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara
mengalir dengan menggunakan medium fluida. Aliran itu
disebut aliran konveksi dan dihasilkan dari perubahan
densitas yang dibawa oleh pengembangan panas pada fluida.
Gerakan konstan yang terjadi karena molekul berpindah
dari satu posisi dan digantikan posisinya oleh molekul
lainnya atau dapat dikatakan berpindahnya suatu kalor
disertai pergerakan fluida akibat gradient densitas pada
fluida sekitar plat. Peristiwa ini dinamakan konveksi alami.
Sedangkan jika perpindahan molekul dipengaruhi oleh gerakan
atau dorongan dari luar atau fluida yang sengaja dihembuskan
diatas plat dinamakan konveksi paksa.
Perpindahan panas oleh radiasi terjadi dalam bentuk
gerakan gelombang sama seperti gelombang cahaya dimana
energi panas dipindahkan dari satu benda ke benda lain tanpa
membutuhkan adanya zat. Energi panas dipindahkan oleh
gerakan gelombang yang disebut pancaran energi.
(McCabe, 1986)
Pada praktikum ini, fluida yang digunakan adalah udara.
Udara dimanfaatkan sebagai media perpindahan panas. Fluida
dialirkan dari bawah, sehingga akan mengenai sampel yang
ada, lalu dapat diukur besarnya Tw, Ta dan Tb dengan
menggunakan termometer, dimana Tw adalah suhu fluida pada
sampel dan Tb adalah suhu fluida disekeliling sampel,
sementara Ta adalah suhu lingkungan. Untuk konveksi paksa
diberikan perlakuan mekanis yaitu kipas pembangkit yang
menyebabkan aliran udara bergerak. Pada konveksi paksa, arus
yang mengalir adalah secara turbulen. Hal ini disebabkan
adanya pusaran pada aliran ini.
2.2.1. Konveksi Alami
Pada percobaan ini digunakan dua buah sampel, yaitu
pinned dan finned, dimana sampel dipanaskan, kemudian udara
yang berada pada kolom akan berkontak pada sampel sehingga
udara akan menerima transfer panas secara konveksi.
a. Hubungan daya listrik (P) dengan panas yang diserap
(Q)
Jumlah panas yang diserap tergantung pada koefisien
perpindahan panas, luas permukaan dan perbedaan temperatur
antara Tw dan Tb. Daya listrik juga mempengaruhi besarnya
panas yang diserap. Berikut gambar hubungan panas yang
diserap dengan daya listrik.
Gambar 2.1 Grafik hubungan panas yang diserap (Q) dengandaya listrik (P) pada konveksi alami
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa sampel Pinned
memiliki jumlah panas yang lebih besar diserap, yaitu
sebesar 11,5048 Watt pada P = 25 Watt dibandingkan finned
dengan daya listrik yang sama, yaitu sebesar 9,1337 Watt.
Hal ini disebabkan luas permukaan dan jumlah silinder-
silinder yang ada pada pinned lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah finned sehingga sampel lebih banyak menyerap
panas.
b. Hubungan koefisien perpindahahan panas (h) dengan daya
listrik (P)
Besarnya daya listrik sangat berpengaruh terhadap
besarnya nilai koefisien perpindahan panas yang diperoleh.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan
panas adalah; Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan
fluida (A); perbedaan suhu antara permukaan benda dengan
fluida (T); koefisien konveksi (h), yang tergantung pada
viskositas fluida dan kecepatan fluida; perbedaan temperatur
antara permukaan dan fluida; kapasitas panas fluida;
kerapatan massa fluida; bentuk permukaan kontak.
Panas konveksi alamiah, semakin besar daya listrik
yang digunakan pada sampel akan menaikkan nilai koefisien
perpindahan panas, dimana hubungan antara keduanya adalah
berbanding lurus, hal ini dikarenakan semakin besar daya
listrik yang diberikan, maka panas yang mengalir ke sampel
akan semakin besar pula, sehingga temperature pada dinding
sampel akan naik yang disertai dengan kenaikan temperatur
rata-rata fluida (Tf). (Anonymous, 2014). Hubungan ini dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Hubungan daya listrik dengan koefisienperpindahan panas (h) pada sampel pinned dan finned padakonveksi alami
Terlihat bahwa pada sampel pinned harga koefisien
perpindahan panas menggunakan daya 15 Watt adalah 9,568
W/m2K dan menggunakan daya 25 Watt adalah 14,673 W/m2K,
sedangkan pada sampel finned harga koefisien perpindahan panas
dengan menggunakan daya 15 Watt adalah 4,929 W/m2K dan
menggunakan daya 25 Watt adalah 5,257 W/m2K, sehingga dapat
terlihat bahwa semakin besar daya listrik maka koefisien
perpindahan panas yang diperoleh semakin besar pula, seperti
yang terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 juga menunjukkan sampel pinned memiliki
koefisien panas yang lebih besar daripada sampel pinned. Hal
ini disebabkan oleh bentuk sampel pinned yang zig-zag dan
berbentuk silinder, sehingga udara yang melewatinya
berbentur dan berputar (turbulen) yang mengakibatkan
terjadinya kontak antara udara dengan sampel lebih lama yang
menyebabkan temperature film lebih besar yang memungkinkan
transfer panas terjadi lebih cepat.
c. Hubungan bilangan Grassholf dengan daya listrik (P)
Untuk mengetahui besarnya gaya listrik terhadap
viskositas udara digunakan bilangan Grassholf (NGr).
Gambar 2.3 Hubungan daya listrik (P) dengan bilangan Grassholf (NGr) pada konveksi alami pinned dan finned
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa kedua garis cenderung
naik. Ini disebabkan semakin besar perubahan suhu yang
terjadi pada sampel dikarenakan perubahan daya listrik, maka
bilangan Grassholf yang diperoleh semakin besar karena
bilangan Grassholf adalah fungsi dalam perbedaan temperatur
pada sampel. Hal ini sesuai dengan teori Grassholf yang
dirumuskan pada persamaan di bawah ini:
(2.1)
Dimana, = panjang finned dan diameter pinned (m)
= Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm pada Appendiks A.3.3
= Perubahan temperatur (oC)
(Jaluria, 1980)
Kenaikan bilangan Grassholf yang terjadi pada kedua
sampel disebabkan karena daya yang digunakan bervariasi.
Pada sampel pinned menggunakan daya 15 Watt mempunyai
bilangan Grassholf sebesar 1802,304, sementara sampel pinned
menggunakan daya 25 Watt sebesar 2091,88. Pada sampel finned
menggunakan daya 15 Watt mempunyai bilangan Grassholf
sebesar 1159361,76, sementara sampel finned menggunakan daya
25 Watt sebesar 1363755,24. Bilangan Grassholf pada sampel
pinned lebih besar daripada sampel finned, dikarenakan letak
sampel pinned yang acak-acak sehingga udara yang melewatinya
dan kontak antara udara dengan sampel lebih lama, sehingga
memiliki perbedaan temperatur yang berbeda.
d. Hubungan bilangan Prandtl (NPr) dengan temperatur film
(Tf)
Bilangan Prandtl merupakan bilangan tak berdimensi yang
digunakan untuk mnentukan difusivitas pusaran udara. (White,
2006) Menentukan besar kecilnya nilai bilangan Prandtl (NPr)
sangat dipengaruhi oleh temperatur film yang diperoleh dari
hasil penjumlahan temperatur sampel dan temperatur rata-rata
yang dibagi dua. Bilangan Prandtl (NPr) didapatkan dengan
cara interpolasi data eksperimen yang telah dilakukan. Data
tersebut dapat dilihat pada buku Transport Processes and
Unit Operations Geankoplis 1993 pada tabel Appendiks A.3-3
sifat fisika udara pada 101,325 kPa (1 atm).
Pada konveksi alami dari kedua sampel pinned dan finned
yang digunakan, bilangan Prandtl (NPr) yang diperoleh akan
semakin besar jika temperatur film diperoleh semakin kecil
dan sebaliknya. Hal ini disebabkan supply daya listrik yang
diberikan pada kedua sampel semakin besar, dimana selisih
temperatur film akan semakin besar sehingga cenderung turun
ke bawah seperti yang digambarkan.
Gambar 2.4 Hubungan bilangan Prandtl (NPr) dengan temperaturfilm (oC) pada konveksi alami sampel pinned dan finned
Gambar 2.4 menunjukkan harga untuk sampel pinned dan
finned pada temperatur film 44oC diperoleh nilai Bilangan
Prandtl (NPr) sebesar 0,704 dan pada temperatur film 51oC
diperoleh nilai Bilangan Prandtl (NPr) sebesar 0,7035.
Sementara pada sampel finned pada temperatur film 44,25oC
diperoleh nilai Bilangan Prandtl (NPr) sebesar 0,7043 dan
pada temperatur film 52,5oC diperoleh nilai Bilangan Prandtl
(NPr) sebesar 0,7034.
2.2.2. Konveksi Paksa
Pada konveksi paksa, perpindahan panas terjadi lebih
cepat dibandingkan pada konveksi alamiah dan pendistribusian
panas juga menjadi lebih merata. Hal ini disebabkan karena
pada konveksi paksa menggunakan fan sebagai alat bantu untuk
menggerakan fluida (udara).
(Anonymous, 2013)
Perpindahan panas konveksi tergantung pada viskositas,
disamping ketergantungan terhadap sifat-sifat thermal
fluida, seperti konduktivitas thermal, kalor spesifik, dan
densitas. Hal ini disebabkan karena viskositas mempengaruhi
laju perpindahan panas.
a. Hubungan koefisien perpindahan panas (h) dengan
kecepatan fan (v)
Untuk konveksi paksa, hubungan antara koefisien
perpindahan panas dan panas yang diserap sama halnya dengan
konversi alamiah, dimana semakin besar nilai koefisien
perpindahan pada suatu sampel maka panas yang diserap pada
suatu sampel juga semakin besar. Hubungan antara koefisien
perpindahan panas dengan panas yang diserap dari kecepatan
fan pada konveksi paksa dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Hubungan koefisien perpindahan panas (h) dengan
kecepatan fan (v)
Gambar 2.5 menunjukkan bahwa laju perpindahan panas
berbanding lurus dengan kecepatan fan. Pada konveksi paksa,
sampel pinned dengan laju alir 15 m/s diperoleh nilai h
sebesar 144,54 W/m2K, dan pada laju alir 20 m/s diperoleh
nilai h sebesar 167,03 W/m2K. Sementara pada sampel finned
dengan laju alir 15 m/s diperoleh nilai h sebesar 50,34
W/m2K, dan pada laju alir 20 m/s diperoleh nilai h sebesar
9,6998 W/m2K. Adanya energi dari fan yang berputar
mempengaruhi panas yang diserap, sehingga ikut mempengaruhi
koefisien perpindahan panas. Semakin tinggi kecepatan fan,
maka semakin tinggi pula koefisien perpindahan panas
b. Hubungan variasi kecepatan fan (v) terhadap bilangan
Reynold (NRe) dengan P = 15 Watt
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio
antara gaya inersia terhadap gaya viskos yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan
suatu kondisi aliran tertentu. Rumus bilangan Reynolds
umumnya diberikan sebagai berikut:
(2.2)
Dimana : V = kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir
(m/s)
D = adalah diameter dalam pipa (m)
ρ = adalah masa jenis fluida (kg/m3)
μ = adalah viskositas dinamik fluida
(kg/m.s) atau (N. det/ m2)
(Fouz,
2001)
Gambar 2.6. Grafik hubungan laju alir udara (v) dengan
Bilangan Reynolds (NRe) pada konveksi paksa
Nilai bilangan Reynods dipengaruhi oleh besarnya laju
alir udara yang diberikan, dimana semakin besar laju alir
udara pada sampel maka nilai bilangan Reynolds akan semakin
besar pula. Pada Gambar 2.6 terlihat bahwa terjadi kenaikan
pada tiap sampel. Pada sampel pinned dengan laju alir udara
15 m/s dan 20 m/s diperoleh bilangan Reynolds sebesar
berturut 10741,32 dan 14139,04, sementara pada sampel finned
dengan laju alir yang sama diperoleh bilangan Reynolds
sebesar berturut 88920,14 dan 1002778,76.
c. Hubungan variasi kecepatan (v) terhadap bilangan
Nusselt (NNu) pada konveksi paksa
Untuk konveksi paksa, bilangan Nusselt merupakan
bilangan fungsi dari bilangan Reynolds dan bilangan Prandtl,
jika kedua bilangan tak berdimensi tersebut bernilai tinggi,
maka semakin tinggi pula nilai bilangan Nusselt.
(Incropera, 2007)
Gambar 2.7 Grafik hubungan laju alir udara (v) dengan
bilangan Nusselt (NNu) pada konveksi paksa
Gambar 2.7 menunjukkan semakin tinggi kecepatan yang
diberikan, maka semakin meningkat juga harga bilangan
Nusselt. Pada kedua sampel diberi variasi kecepatan 15 m/s
dan 20 m/s. Pada sampel pinned diperoleh nilai bilangan
Nusselt berturut 64,171 dan 73,61, sementara pada sampel
finned dengan laju alir udara yang sama, didapat nilai
bilangan Nusselt berturut sebesar 184,63 dan 3583,15.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh
beberapa kesimpulan yaitu;
1. Pada konveksi alamiah dan konveksi paksa, semakin besar
daya yang diberikan maka semakin besar pula harga h
(koefisien perpindahan panas)
2. Harga koefisien perpindahan panas (h) untuk konveksi
alami pada daya 15 Watt sebesar 9,568 W/m2K untuk pinned
dan 4,929 W/m2K untuk finned, sedangkan pada daya 25
Watt sebesar 14,673 W/m2K untuk pinned dan 18,464 W/m2K
untuk finned.
3. Pada konveksi paksa, kecepatan fan diberikan sebesar 15
m/s dan 20 m/s dengan daya 15 Watt pada masing-masing
sampel dan didapat koefisien perpindahan panas (h)
sebesar 144,54 W/m2K untuk v=15 m/s pada pinned dan
167,03 W/m2K untuk v=20 m/s, sementara didapatkan
koefisien perpindahan panas (h) sebesar 50,34 W/m2K
untuk v=15 m/s pada finned dan 969,98 W/m2K untuk v=20
m/s.
4. Bilangan Nusselt, Bilangan Prandtl serta bilangan
Grassholf yang diperoleh sangat beragam untuk masing-
masing sampel yang mengalami perpindahan panas secara
konveksi alami. Pada sampel finned dengan daya 15 Watt
diperoleh bilangan berurutan sebesar 4,1752; 0,704;
1802,304 , sedangkan pada daya 25 Watt diperoleh
sebesar 6,275; 0,7035; 2091,88 , sementara pada sampel
pinned dengan daya 15 Watt diperoleh bilangan berurutan
sebesar 17,735; 0,7043; 115936,76, sedangkan pada daya
25 Watt diperoleh sebesar 18,464; 0,7034; 1363755,24.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2014, Penuntun Praktikum OTK I, LaboratoriumOperasi Teknik Kimia I
Fouz, Infoz, 2001, Fluid Mechanics, Mechanical EngineeringDept. University of Oxford, hlm.96. Sumber darihttp://www.slideshare.net/SandeepBadarla/mass-transfer-operations, diakses 13 Februari 2014
Geankoplis, Christie J,, 1993, Transport Processes and UnitOperations, edisi ketiga, Prentice Hall ofIndia Private Limited, New Delhi.
Incropera, Frank P., DeWitt, David P., 2007, Fundamental ofHeat and Mass Transfer 6th ed. Hoboken; Wiley.Sumber dari http://www.answers.com › Library › Science › Sci-Tech Dictionary. Diakses 13 Februari 2014
Jaluna, Yogesh, 1980, Natural Convection and Mass Transfer,New York : Pergamon Press. Sumber dari http://users.abo.fi/rzevenho/MOFST12-OH6.pdf. Diakses 13Februari 2014
McCabe, Waren L. Smith, Julian C., and Harriott, Peter.,1986, Operasi Teknik Kimia I, 4th edition, Alihbahasa Jasfi, Ir. E. M.Sc., Erlangga, Jakarta
White, F.M, 2006, Viscous Fluid Flow 3rd edition, McGraw-Hill, New York.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
A.1 Perhitungan untuk Konveksi Alamiah
A.1.1 Pinned
Pada P = 15 Watt
Menentukan temperatur rata-rata (bulk)
Ta = 48oC
Tb = 30oC
sehingga;
Tb = 39oC = 312,15 K
T = Tw - Tb
= 322,15 – 312,15 = 10 K
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm dapat diperoleh
dari Appendiks A3-3 Geankoplis pada temperatur film =
44oC maka diperoleh;
= 1,116 Kg/m3
= 1,92 x10-5 kg/m.s
g2/2 = 1,043 x 108 L/K.m3
Npr = 0,704
k = 0,02750 W/m.k
Bilangan Grassholf (NGr)
L = Diameter Pinned = 1,2 cm = 0,012 m
r = Jari-jari Pinned = 0,6 cm = 0,006 m
Ngr =
= (0,012 m)3 (1,043 x 108 L/K.m3) (10 K)
t
Sketsa gambar pinned
d
= 1802, 304
Ngr.Npr = 1802,304 x 0,704 = 1268,822
Untuk nilai NGr.NPr yang berada pada range <104 pada
table 4.7.1 Geankoplis didapat :
a = 1.36 dan m= 1/5
Bilangan Nusselt (NNu)
NNu = a ( NGr.NPr) m
= 1.36 (1268,822) 1/5
= 4,1752
Koefisien perpindahan panas (h)
h =
=
= 9,568 W/m2K
Panas yang diserap (Q)
A = (2πrt + πr2) x 17 pin
= (2 x 3,14 x 0,6 cm x 6,5 cm + 3,14 + 0,6 cm) x
17 pin
= 43,56 cm2
= 0,04356 m2
Q = h x A x T = 9,568 W/m2K x 0,04356 m2 x 10 K
= 4,168 W
Tabel A.1 Perhitungan konveksi alami pada sampel pinned
Daya
(P)
(Wat
t)
Tb
(oC
)
Tf
(oC
)
T
(K
)
NGr NNu NPr
h
(W/m2K
)
k
(W/mK
)
Q (W)
15 39 44 101802,3
04
4,17
52
0,70
49,568
0,027
504,168
25 42 51 182091,8
8
6,27
5
0,70
3514,673
0,028
06
11,50
48
A.1.2 Finned
Pada P = 15 Watt
Menentukan temperatur rata-rata (bulk)
Ta = 29oC
Tb = 48oC
sehingga;
Tb = = = 38,5 oC
Menentukan temperatur film
Tb = 38,5 oC
Tw = 50 oC
Tf = = = 44,25 oC
Menentukan perbedaan temperatur (T)
Tw = 50oC = 323,15 K
Tb = 38,5oC = 311,65 K
T = Tw - Tb
= 323,15 – 311,65 = 11,5 K
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm dapat diperoleh
dari Appendiks A3-3 Geankoplis pada temperatur film =
44,25 oC maka diperoleh;
= 1,1151 Kg/m3
= 1,930 x10-5- kg/m.s
g2/2 = 1,039 x 108 L/K.m3
Npr = 0,7043
k = 0,02752 W/m.k
Bilangan Grassholf (NGr)
L = Panjang finned arah vertical = 9,9 cm = 0,099 m
Ngr =
= (0,099 m)3 (1,039 x 108 L/K.m3) (11,5 K)
= 1159361,76
NGr.NPr = 1159361, 76 x 0,7043
= 816538, 48
Untuk nilai NGr.NPr yang berada pada range 104 - 109 pada
table 4.7.1 Geankoplis didapat :
a = 0,59 dan m= 1/4
Bilangan Nusselt (NNu)
NNu = a. (NGr.NPr) m
= 0,59 (816538,48) 1/4
= 17,735
Koefisien perpindahan panas (h)
h =
=
l
p
Sketsa gambar finned
= 4,929 W/m2K
Panas yang diserap (Q)
A = 2(p x l) x 9 fin
= 2(0,065 m x 0,099 m)
= 0,11583 m2
Q = h x A x T
= 4,929 W/m2K x 0,11583 m2 x 11,5 K
= 6,5656 W
Tabel A.2 Perhitungan konveksi alami pada sampel finned
V
(m/
s)
Tb
(oC)
Tf
(oC)
T
(K
)
NGr NNu NPr
h
(W/m2
K)
k
(W/mK)
Q
(W)
1538,
5
44,
25
11
,5
1159
361,
76
17,7
35
0,70
43
4,92
9
0,0275
2
6,56
56
20 4552,
515
1363
755,
24
18,4
64
0,70
34
5,25
7
0,0281
88
9,13
37
A.2 Perhitungan untuk Konveksi Paksa
A.2.1 Pinned
Pada P = 15 Watt dan V = 15 m/s
Menentukan temperatur rata-rata (bulk)
Ta = 30oC
Tb = 39oC
Tb = = = 34,5 oC
Menentukan temperatur film
Tb = 34,5oC
Tw = 42oC
Tf = = = 38,25 oC
Menentukan perbedaan temperatur
Tw = 42oC = 315,15 K
Tb = 34,5oC = 307,65 K
T = Tw - Tb
= 315,15 – 307,65 = 7,5 K
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm dapat diperoleh
dari Appendiks A3-3 Geankoplis pada temperatur film Tf
= 34,25 oC maka diperoleh;
= 1,135 Kg/m3
= 1,902 x 10-5- kg/m.s
g2/2 = 1,114 x 108 L/K.m3
Npr = 0,7049
K = 0,02703 W/m.k
Bilangan Reynold (NRe)
D = Diameter sampel pinned = 1,2 cm = 0,012 m
NRe =
=
= 10741,32
Bilangan Nusselt (NNu)
Karena bilangan NRe, dibawah 3x105 maka digunakan
persamaan 4.6-2 Geankoplis:
NNu = 0.664(NRe)0.5(NPr)1/5
= 0,664(10742,32)0,5 (0,7049)1/5
= 64,171
Koefisien perpindahan panas (h)
h =
= = 144,54 W/m2K
Panas yang diserap (Q)
Q = h x A x T
= 144,54 W/m2K x 0,0416 m2 x 7,5 K
= 45,096 W
Tabel A.3 Perhitungan konveksi paksa sampel pinned pada P =
15 Watt
V
(m/s
)
Tb
(oC)
Tf
(oC)
T
(K)NNu NPr
h
(W/m2K)
k
(W/mK)
Q
(W)
15 34,5 38,25 7,564,1
71
0,70
49144,54
0,0270
3
47,2
2
20 36,5 40,75 8,573,6
1
0,70
46167,03
0,0272
3
61,8
4
A.2.2 Finned
Pada P = 15 Watt dan V = 15 m/s
Menentukan temperatur rata-rata (bulk)
Ta = 30oC
Tb = 43oC
Tb = = = 36,5oC
Menentukan temperatur film
Tb = 36,5oC
Tw = 39oC
Tf = = = 37,75 oC
Menentukan perbedaan temperatur
Tb = 36,5oC = 309,65 K
Tw = 39oC = 312,15 K
T = Tw - Tb
= 312,15 – 309,65 = 2,5 K
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm
Sifat fisik udara pada tekanan 1 atm dapat diperoleh
dari Appendiks A3-3 Geankoplis pada temperatur film Tf
= 35 oC maka diperoleh;
= 1,1371 Kg/m3
= 1,899 x 10-5- kg/m.s
g2/2 = 1,2108 x 108 L/K.m3
Npr = 0,7050
K = 0,026996 W/m.k
Bilangan Reynold (NRe)
D = Panjang finned arah vertical = 9,9 cm = 0,099 m
NRe =
=
= 88920,14
Bilangan Nusselt (NNu)
Karena bilangan NRe, dibawah 3x105 maka digunakan
persamaan 4.6-2 Geankoplis:
NNu = 0,.664(NRe)0.5(NPr)1/5
= 0,664(88920,14)0,5 (0,7050)1/5
= 184,63
Koefisien perpindahan panas (h)
h =
= = 50,34 W/m2K
Panas yang diserap (Q)
Q = h x A x T
= 50,34 W/m2K x 0,0409 m2 x 2,5 K
= 5,147 W
Tabel A.4 Perhitungan konveksi paksa sampel finned pada P = 15
Watt
V
(m/s
)
Tb
(oC)
Tf
(oC)
T
(K
)
NNu NPrh
(W/m2K)
k
(W/mK)Q (W)
15 36,5 37,752,
5
184,
63
0,70
5050,34
0,0269
9614,57
20 33,5 36,255,
5
3583,
15
0,70
54969,98
0,0268
83
617,9
4
LAMPIRAN B
GAMBAR
Gambar B.1 Grafik hubungan panas yang diserap (Q) dengandaya listrik (P) pada konveksi alami
Gambar B.2. Hubungan daya listrik dengan koefisienperpindahan panas (h) pada sampel pinned dan finned padakonveksi alami
Gambar B.3 Hubungan daya listrik (P) dengan bilangan Grassholf (NGr) pada konveksi alami pinned dan finned
Gambar B.4 Hubungan bilangan Prandtl (NPr) dengan temperaturfilm (oC) pada konveksi alami sampel pinned dan fpinned
Gambar B.5. Hubungan koefisien perpindahan panas (h) dengan
kecepatan fan (v)
Gambar B.6. Grafik hubungan laju alir udara (v) denganBilangan Reynolds (NRe) pada konveksi paksa