Bab Dua - WordPress.com

50
dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com Bab Dua Tokvi-tey Pada hari kelima menjelang petang, keenam penunggang kuda itu telah melewati wilayah Powder River dan kini berjalan menuju Bighorn Mountain. Jalur dari Missouri menuju Rocky mountains ini masih menjadi wilayah terliar di Amerika Serikat. Wilayah ini hanya terdiri atas padang prairie yang gersang, semak atau mata air baru dapat ditemui setelah menempuh perjalanan beberapa hari. Tanah yang menuju ke barat semakin lama semakin mendaki, lalu membentuk dataran tinggi, kemudian menjadi bukit-bukit. Semakin ke barat bukit-bukitnya semakin tinggi dan semakin curam serta bercelah-celah, namun terdapat sedikit pohon dan sungai. Oleh karena itu orang Indian menamai tempat ini Mah-kosietscha dan orang kulitputih menyebutnya badland. Kedua sebutan itu mempunyai makna sama yaitu tanah gersang. Sungai-sungai yang terdapat di wilayah luas ini begitu dangkal dan hanya mengalirkan sedikit air. Semakin ke utara keadaan tanahnya semakin subur. Di sana terdapat banyak sumber air seperti Cheyenne River, Powder River, dan Big-Horn River. Rumput yang tumbuh lebih segar, semak pun tumbuh sangat lebat membentuk hutan belukar yang sangat luas, dan akhirnya kaki seorang westman akan berjalan di bawah naungan pohon-pohon raksasa yang berusia seratus bahkan ratusan tahun. Di tempat itu terdapat padang perburuan suku Shoshone atau suku Indian Snake, suku Sioux, suku Cheyenne, dan suku Arapaho. Masing-masing suku ini terbagi lagi menjadi beberapa suku kecil. Karena suku-suku kecil itu punya kepentingan berbeda, tak mengherankan, jika mereka selalu hidup dalam suasana perang antar suku dan damai berganti-ganti. Dan jika kulitmerah hidup damai satu sama lain, datanglah para Master kulitputih mengusik mereka, awalnya dengan tusukan jarum lalu tikaman pisau hingga orang-orang Indian kembali menggali kapak peperangan yang sudah dikubur dan mengawali perang baru. Suku-suku Indian dari berbagai marga itu bertemu dan berselisih di ladang penggembalaan yang sama, dan dengan sendirinya keamanan masing-masing suku sangat terancam. Suku Shoshone atau Indian Snake selalu menjadi musuh bebuyutan suku Sioux. Oleh karena itu, jalur-jalur yang terbentang dari Dakota di selatan Yellowstone River hingga Big-Horn Mountain sangat sering menumpahkan darah kulitmerah, juga kulitputih. Jemmy Gendut dan Davy Jangkung tahu benar keadaan ini. Karena alasan itulah, dan dengan mempertimbangkan segala macam akibat yang akan dihadapi, mereka menghindar agar sesedikit mungkin bertemu dengan suku-suku Indian. Wohkadeh berkuda paling depan karena ia baru saja melewati jalur itu. Kini ia bersenjatakan sepucuk senapan dan pada ikat pinggangnya terdapat banyak kantung yang berisi berbagai macam barang yang sangat dibutuhkan seorang pemburu prairie. Sedangkan penampilan Jemmy dan Davy tetap, tak ada yang berubah. Sebagaimana biasanya, Jemmy mengendarai kuda yang tinggi, sementara Davy menggantungkan kedua kakinya yang panjang pada kedua sisi bagalnya yang pendek dan keras kepala. Setiap lima menit, bagal itu selalu berusaha melemparkan penunggangnya dari punggung namun sia-sia. Davy hanya perlu menjejakkan salah satu kakinya ke kiri atau kanan agar tak terlempar. Peristiwa ini mirip dengan yang dialami seorang penduduk salah satu pulau di Australia. Ia berada di atas perahu dengan ombak yang sangat besar, namun karena perahu itu dilengkapi dengan cadik, perahu itu tak pernah terguling. Untuk Davy, katirnya adalah kedua kakinya. Demikian pula dengan Frank. Ia masih mengenakan pakaian yang sama seperti ketika pertama kali bertemu kedua orang sahabat itu, yaitu sepasang 1 www.rajaebookgratis.com

Transcript of Bab Dua - WordPress.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Bab Dua

Tokvi-tey

Pada hari kelima menjelang petang, keenam penunggang kuda itu telah melewati wilayah Powder River dan kini berjalan menuju Bighorn Mountain.

Jalur dari Missouri menuju Rocky mountains ini masih menjadi wilayah terliar di Amerika Serikat. Wilayah ini hanya terdiri atas padang prairie yang gersang, semak atau mata air baru dapat ditemui setelah menempuh perjalanan beberapa hari. Tanah yang menuju ke barat semakin lama semakin mendaki, lalu membentuk dataran tinggi, kemudian menjadi bukit-bukit. Semakin ke barat bukit-bukitnya semakin tinggi dan semakin curam serta bercelah-celah, namun terdapat sedikit pohon dan sungai. Oleh karena itu orang Indian menamai tempat ini Mah-kosietscha dan orang kulitputih menyebutnya badland. Kedua sebutan itu mempunyai makna sama yaitu tanah gersang.

Sungai-sungai yang terdapat di wilayah luas ini begitu dangkal dan hanya mengalirkan sedikit air. Semakin ke utara keadaan tanahnya semakin subur. Di sana terdapat banyak sumber air seperti Cheyenne River, Powder River, dan Big-Horn River. Rumput yang tumbuh lebih segar, semak pun tumbuh sangat lebat membentuk hutan belukar yang sangat luas, dan akhirnya kaki seorang westman akan berjalan di bawah naungan pohon-pohon raksasa yang berusia seratus bahkan ratusan tahun.

Di tempat itu terdapat padang perburuan suku Shoshone atau suku Indian Snake, suku Sioux, suku Cheyenne, dan suku Arapaho. Masing-masing suku ini terbagi lagi menjadi beberapa suku kecil. Karena suku-suku kecil itu punya kepentingan berbeda, tak mengherankan, jika mereka selalu hidup dalam suasana perang antar suku dan damai berganti-ganti. Dan jika kulitmerah hidup damai satu sama lain, datanglah para Master kulitputih mengusik mereka, awalnya dengan tusukan jarum lalu tikaman pisau hingga orang-orang Indian kembali menggali kapak peperangan yang sudah dikubur dan mengawali perang baru.

Suku-suku Indian dari berbagai marga itu bertemu dan berselisih di ladang penggembalaan yang sama, dan dengan sendirinya keamanan masing-masing suku sangat terancam. Suku Shoshone atau Indian Snake selalu menjadi musuh bebuyutan suku Sioux. Oleh karena itu, jalur-jalur yang terbentang dari Dakota di selatan Yellowstone River hingga Big-Horn Mountain sangat sering menumpahkan darah kulitmerah, juga kulitputih.

Jemmy Gendut dan Davy Jangkung tahu benar keadaan ini. Karena alasan itulah, dan dengan mempertimbangkan segala macam akibat yang akan dihadapi, mereka menghindar agar sesedikit mungkin bertemu dengan suku-suku Indian.

Wohkadeh berkuda paling depan karena ia baru saja melewati jalur itu. Kini ia bersenjatakan sepucuk senapan dan pada ikat pinggangnya terdapat banyak kantung yang berisi berbagai macam barang yang sangat dibutuhkan seorang pemburu prairie. Sedangkan penampilan Jemmy dan Davy tetap, tak ada yang berubah. Sebagaimana biasanya, Jemmy mengendarai kuda yang tinggi, sementara Davy menggantungkan kedua kakinya yang panjang pada kedua sisi bagalnya yang pendek dan keras kepala. Setiap lima menit, bagal itu selalu berusaha melemparkan penunggangnya dari punggung namun sia-sia. Davy hanya perlu menjejakkan salah satu kakinya ke kiri atau kanan agar tak terlempar. Peristiwa ini mirip dengan yang dialami seorang penduduk salah satu pulau di Australia. Ia berada di atas perahu dengan ombak yang sangat besar, namun karena perahu itu dilengkapi dengan cadik, perahu itu tak pernah terguling. Untuk Davy, katirnya adalah kedua kakinya.

Demikian pula dengan Frank. Ia masih mengenakan pakaian yang sama seperti ketika pertama kali bertemu kedua orang sahabat itu, yaitu sepasang

1

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

mokassin, celana leggin, jas biru dengan topi Amazone berhias bulu panjang berwarna kuning. Si Kecil dari Saksen ini duduk di atas kudanya dengan nyaman dan meskipun pakaiannya sangat aneh, ia tetap tampak sebagai westman yang sangat cakap.

Martin Baumannlah yang duduk paling bersemangat di atas pelana kudanya. Ia berkuda sama baiknya dengan Wohkadeh. Tampaknya ia tumbuh bersama kudanya. Sikap duduknya membungkuk ke muka, hingga meringankan beban kudanya. Bahkan penunggangnya mampu menghilangkan kelelahan kudanya walaupun perjalanan berlangsung berbulan-bulan. Ia mengenakan pakaian kulit asli, pakaian khas para pemburu kulit. Perlengkapan dan persenjataannya juga lengkap. Ia menjalankan seluruh tugas dengan sepenuh hati. Siapa pun yang memandang wajahnya yang segar dan matanya yang jernih pasti segera yakin bahwa ia terbiasa di prairie ini. Ia menimbulkan kesan harus diperlakukan sebagai pria dewasa, meskipun masih remaja. Seandainya tak dibebani masalah penawanan ayahnya, dapat dipastikan bahwa ia akan menjadi anggota kelompok yang paling periang.

Yang terlucu adalah si Bob Negro. Berkuda tak pernah menjadi kegemarannya hingga ia duduk di punggung kuda dengan sikap sangat aneh. Tampaknya, menunggangi kuda membuatnya sangat menderita. Sebaliknya, kuda itu pun enggan ditunggangi si Negro. Ia tak sanggup duduk tenang lebih dari sepuluh menit di atas kudanya lebih dari sepuluh menit. Jika menggeser duduknya hingga ke leher kuda, tak lama kemudian si Negro akan kembali bergeser beberapa sentimeter ke belakang karena gerakan kuda. Oleh sebab itu, ia terus-menerus merosot hingga berada dalam bahaya akan jatuh ke belakang. Lalu ia berusaha bergeser jauh ke muka, dan permainan meluncur pun dimulai. Kedudukannya tak menyenangkan. Sikap tubuh seperti ini biasa dilakukan oleh badut sirkus untuk menimbulkan kelucuan. Ia tak menggunakan pelana, tetapi selembar selimut yang diikatkan. Karena berdasarkan pengalaman terdahulu, ia tahu bahwa tak mungkin bisa bertahan di atas pelana. Berkali-kali ia merosot ke belakang, dan ini berulang terus-menerus. Ia menjauhkan kakinya dari tubuh kuda. Jika diberitahu bahwa ia harus menekan kuda kuat-kuat, maka ia selalu menjawab:

“Mengapa harus Bob menekan kuda malang dengan kedua kaki? Kuda tidak menyakiti dirinya! Kaki Bob adalah bukan penjepit!”

Para penunggang kuda telah mencapai tepi turunan yang sangat dalam dan berbentuk mirip lingkaran yang garis tengahnya mencapai lebih kurang enam mil inggris.1 Pada ketiga sisi turunan itu sama sekali tak terdapat tempat yang mendaki, namun sisi baratnya dibatasi oleh bukit yang indah dan ditumbuhi semak serta pepohonan. Mungkin di tempat itu dulu terdapat muara ke laut. Tanahnya terdiri atas pasir gersang yang tebal. Tak ada tumbuhan selain sedikit alang-alang dan selebihnya hanya tumbuhan mugwort yang merupakan ciri khas wilayah barat yang tak subur itu.

Wohkadeh memacu kudanya ke pasir tanpa pikir panjang. Ia bergerak lurus menuju bukit yang tadi sudah disebut.

“Daerah apa ini?” tanya Jemmy Gendut. “Tempat ini asing bagi saya.”“Para prajurit Shoshone menyebut daerah ini Pa-are-pap,” jawab Indian itu.“‘Danau Darah’. Astaga! Kami sama sekali tak ingin bertemu suku Shoshone.”“Mengapa?” tanya Martin Baumann.“Karena kita pasti akan kalah. Di tempat ini pernah terjadi pembunuhan

besar-besaran terhadap suku Shoshone oleh kulitputih hingga tak tersisa seorang pun dan tanpa satu alasan pun. Meskipun peristiwa itu sudah berlangsung lima tahun lalu, namun anggota suku mereka akan membunuh setiap kulitputih yang ditemuinya tanpa belas kasihan. Setiap tetes darah suku Shoshone menuntut balas.”

1 1 mil inggris setara dengan 1.609 meter.

2

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Apa saudaraku kulitputih menganggap bahwa di sekitar tempat ini terdapat suku Shoshone, Sir?”

“Saya tak menghendakinya. Saya dengar, kini mereka jauh di utara, di tepi Musselshell river di Montana. Seandainya kabar ini benar, kita aman dari serangan mereka. Wohkadeh akan mengatakan kepada kita, apa mereka telah pindah ke selatan.”

Si Indian mendengar pertanyaan itu lalu ia menjawab:“Tujuh hari lalu, ketika Wohkadeh melintasi tempat ini, tak seorang pun

prajurit Shoshone di sekitar tempat ini. Hanya suku Arapahoe yang berkemah di sana, di hulu sungai yang disebut orang kulitputih Tongue River.”

“Jadi kita aman dari mereka. Di samping itu, wilayah ini pun begitu datar dan terbuka, hingga kita bisa melihat setiap penunggang kuda atau pejalan kaki dari jarak sejauh satu setengah kilometer. Artinya, kita seharusnya bisa memperhitungkan segalanya dengan tepat. Jadi, teruslah berjalan!”

Mereka telah berkuda ke barat selama satu jam ketika Wohkadeh menghentikan kudanya dengan tiba-tiba.

“Uff!” serunya.Seruan ini lazim digunakan orang Indian sebagai ungkapan terkejut.“Ada apa?” tanya Jemmy.“Schi-schi!”Kata itu adalah kata bahasa Mandan yang artinya “kaki”, namun bisa berarti

jejak.“Jejak?” tanya si Gendut. “Manusia atau hewan?”“Wohkadeh tidak tahu. Sebaiknya Saudara saya mengamatinya sendiri.”“Good lack! Seorang Indian tak tahu apa itu jejak manusia atau hewan liar.

Saya belum pernah mengalaminya. Jejak itu pasti sungguh aneh. Mari kita amati. Tetapi, hei kalian semua! Turunlah dengan hati-hati dan jangan berjalan di sekitarnya, nanti jejak itu sulit diamati.”

“Jejak itu masih bisa dikenali,” jawab si Indian. “Karena besar dan panjang. Jejak itu berasal dari selatan sana menuju utara.”

Para penunggang kuda turun untuk mengamati jejak aneh itu. Setiap anak Indian berusia tiga tahun pun pasti bisa membedakan jejak manusia dari jejak hewan. Sungguh tak bisa dimengerti mengapa Wohkadeh tak bisa membedakan jejak itu. Ketika Jemmy mengamatinya, ia pun menggelengkan kepala, lalu memandang ke kiri, ke asal jejak itu, lalu ke kanan, ke arah perginya jejak itu. Lalu sekali lagi ia menggelengkan kepala, Lalu berkata kepada si Jangkung, David Kroner,

“Nah, Davyku tersayang, kamu pernah melihat yang seperti ini selama hidupmu?”

Dengan ragu yang ditanya menggelengkan kepala, memandang ke kiri dan ke kanan, lalu mengamati jejak di pasir itu sekali lagi, namun kembali menggeleng dan kemudian menjawab:

“Tidak, belum pernah.”“Dan kamu, Master Frank?”Orang Sachsen itu memandangi jejak berkali-kali, ia pun menggelengkan

kepala, lalu berkata:“Hanya iblis yang bisa mengenali jejak ini!”Martin dan si Negro pun menyatakan bahwa jejak itu sangat aneh. Si

Jangkung menggaruk belakang telinganya, awalnya telinga kiri lalu kanan, kemudian meludah dua kali ke arah yang sama. Ini kebiasaan yang selalu ia lakukan jika kebingungan. Setelah itu ia mengucapkan pepatah bijak:

“Tapi pasti makhluk aneh yang telah melalui tempat ini. Jika tak benar, saya berani dihukum meneguk habis air Mississippi River serta anak-anak sungainya!”

3

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Lihat, betapa pandainya kamu, sahabat!” kata Jemmy tertawa. “Jika kamu tak mengatakannya, pasti kami tak tahu bahwa ini jejak. Jadi ada makhluk aneh yang lewat di tempat ini. Tapi makhluk apa? Kakinya berapa?”

“Empat,” jawab semuanya, hanya si Indian yang tak menjawab.“Ya, memang jelas sekali. Jadi, pasti seekor hewan. Namun katakanlah,

makhluk berkaki empat apa yang sekarang kita hadapi?”“Yang pasti bukan rusa,” kata Frank mengemukakan pendapat, “Tuhan Maha

Memelihara! Sepanjang hidup, belum pernah saya temukan seekor rusa meninggalkan jejak begitu besar.”

“Mungkin beruang?”“Di atas pasir seperti ini beruang memang akan meninggalkan jejak begitu

besar dan jelas, hingga orang buta pun dapat mengenalinya dengan rabaan jari. Namun jejak ini bukan jejak beruang. Jejaknya tak panjang dan terhapus ke belakang, tetapi agak bundar layaknya dijejakkan oleh sepatu tetapi agak bundar, diameternya lebih dari 20 cm, layaknya di stempel lak. Jejak ini agak tertarik sedikit ke belakang dan tanahnya menjadi rata. Jadi, hewan ini tak punya jari atau cakar, tetapi kuku.”

“Jadi, jejak kuda?” tanya Frank.“Hmmm!” gumam Jemmy. “Tetapi pasti bukan kuda. Andai ada sedikit saja

petunjuk yang menyiratkan ladam kuda atau ciri-ciri lain, jika hewan itu tak berladam. Jejak itu baru ditinggalkan paling lama dua jam lalu. Waktu yang cukup pendek untuk dikejar agar tak kehilangan petunjuk. Dan yang terutama, apa ada kuda yang kukunya begitu besar? Jika kita berada di Asia atau Afrika, bukannya di padang sabana tua yang nyaman ini, pasti saya akan menduga bahwa jejak ini adalah moyang gajah.”

“Ya, tampaknya memang jejak gajah!” kata Davy Jangkung sambil tertawa.“Apa mirip jejak gajah?” tanya Jemmy.“Ya, memang! Kamu sendiri yang mengatakannya tadi!”“Jadi, kamu tak tahu apa-apa! Pernahkah kamu melihat gajah?”“Pernah, bahkan dua ekor.”“Di mana?”“Yang Pertama kali di Philadelphia pada pertunjukkan sirkus Barnum dan

kedua kalinya di sini, sekarang, di hadapan saya, karena gajahnya kamu sendiri, Gendut!”

“Kalau kamu ingin membuat lelucon, akan saya carikan lelucon yang lebih baik untukmu dengan bayaran sepuluh dollar, paham! Tampaknya jejak ini mirip jejak gajah! Jejaknya cukup besar untuk gajah, saya pun sependapat. Namun, jarak antar jejaknya seharusnya tak sedekat ini. Kamu sama sekali tak berpikir sampai ke sana, Davy. Tetapi, jejak ini pasti bukan jejak unta juga. Atau, apa kamu lewat tempat ini dua jam lalu? Terus terang saja, sekarang saya sudah kehabisan akal.”

Mereka berjalan beberapa langkah ke muka lalu kembali lagi untuk mengamati jejak aneh itu dengan lebih teliti. Tetapi tak seorang pun dapat mengemukakan pendapat yang masuk akal.

“Apa pendapat saudara saya kulitmerah tentang jejak ini?” tanya Jemmy.“Maho akono!” jawab si Indian sambil menggerakkan tangan tanda hormat.“Hantu prairie, katamu?”“Ya, karena jejak itu bukan jejak manusia maupun hewan.”“Heigh-ho! Hantu kalian tampaknya memiliki kaki yang luar biasa besar.

Atau, apa hantu prairie juga pernah menderita reumatik pada kakinya hingga mengenakan sepatu bulu?”

4

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Saudara saya kulitputih hendaknya jangan mengejek. Hantu prairie bisa menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kita harus mengamati jejaknya dengan rasa hormat dan hendaknya terus berkuda dengan tenang.”

“Tak, saya takkan melakukannya. Saya harus tahu sedang berhadapan dengan siapa. Saya belum pernah melihat jejak seperti ini, jadi akan terus mengikutinya hingga saya tahu siapa yang meninggalkan jejak ini.”

“Saudara saya akan berjalan menuju kematian. Hantu itu tak mengizinkan jejaknya diteliti.”

“Madneß! Jika Jemmy Gendut menceritakan tentang jejak ini dikemudian hari dan tak bisa menjelaskan jejak siapa, ia akan ditertawakan atau bahkan akan dianggap pembohong. Bagi seorang westman, mencari tahu rahasia seperti ini adalah kebanggaan tersendiri.”

“Tak ada waktu untuk mengambil jalan memutar.” “Saya juga tak menuntut kalian untuk mengikuti. Hingga hari gelap, masih

ada waktu empat jam, lalu kita harus berkemah. Apa saudara saya kulitmerah tahu tempat untuk beristirahat?”

“Ya. Jika kita berkuda lurus, kita akan tiba di tepi bukit yang memiliki celah. Celah itu memisahkan lembah. Dengan berkuda selama satu jam ke kiri lembah itu, kita akan tiba di sisi jurang. Di tempat itulah kita akan beristirahat karena terdapat semak dan pohon-pohon yang melindungi cahaya api unggun. Selain itu, terdapat pula mata air yang dapat memenuhi kebutuhan kita dan hewan-hewan kita.”

“Tak sulit mencarinya. Jadi paculah terus kuda kalian! Saya akan mengikuti jejak ini, lalu menyusul kalian nanti ke perkemahan.”

“Saudara saya kulitputih tak suka diperingatkan!”“Tak perlu!” seru Davy Jangkung. “Di sini bukan tempat untuk

memperingatkan. Jemmy benar. Sungguh memalukan jika kita tak menelusuri jejak yang sangat aneh ini dan menemukan jawabannya. Kata orang, sebelum bumi diciptakan sudah ada hewan yang tubuhnya sangat besar. Jika tubuh hewan itu dibandingkan dengan tubuh seekor bison, bison itu sama dengan cacing tanah dan hewan itu sebesar kapal uap Mississippi. Hewan purba mungkin masih ada yang tersisia yang tersisa lalu berlari ke sini melintasi pasir untuk menghitung berapa ratus tahun usianya berdasarkan butiran-butiran itu. Saya rasa, nama hewan itu Mamma.”

“Mammut!” kata si Gendut meralat.“Bisa juga! Jadi, betapa malunya kami jika menemukan jejak purba namun

tak berusaha melihat wajah hewan itu meskipun sebentar. Saya ikut, Jemmy!”“Tak bisa.”“Mengapa?”“Karena, tanpa bermaksud menyombongkan diri, kita berdua adalah yang

paling berpengalaman. Jadi, bisa dikatakan kitalah yang memimpin. Kita tak boleh pergi bersama-sama, salah seorang harus tinggal. Lebih baik orang lain yang ikut berkuda bersama saya.”

“Master Jemmy benar,” kata Martin. “Saya akan menyertainya.”“Tidak, sobat mudaku,” kata Jemmy menyanggah, “kamu adalah orang

terakhir yang akan saya ajak menemani saya.”“Mengapa? Saya juga penasaran ingin menemukan hewan asing itu!”“Saya sangat paham. Orang seusiamu selalu siap mengikuti petualangan

macam ini. Tetapi perjalanannya bukan tanpa bahaya dan kami merasa wajib menjaga dan mempertemukanmu kembali dengan ayahmu tanpa luka sedikit pun. Jadi, nurani saya tak mengizinkan untuk menyeretmu ke dalam bahaya yang belum diketahui. Tidak, jika tak boleh pergi seorang diri, saya lebih suka ditemani orang lain.”

5

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Kalau begitu saya ikut!” seru Hobble Frank.“Ya, saya tak melarangnya. Dulu Master Frank pernah bergulat dengan

seorang pembantu rumah tangga dan seorang penjaga malam di Moritzburg. Jadi ia pasti tak gentar menghadapi seekor Mammut.”

“Saya? Merasa gentar? Takkan pernah.”“Kalau begitu tak ada masalah. Yang lain tetap melanjutkan perjalanan

sementara kami berdua berjalan ke kanan. Kudamu pasti tak berkeberatan jika harus berputar. Bagi kuda saya, perjalanan jauh adalah kegemarannya. Jika dilihat dari bentuk tubuhnya, dulu kuda ini pasti seekor kuda pacu atau kuda pos.”

Meskipun Martin berusaha mengajukan keberatan, tetap saja sia-sia. Davy Jangkung memperingatkannya untuk berhati-hati. Wohkadeh menjelaskan sekali lagi tempat perkemahan secara rinci dan mencela rencana Jemmy. Rencana itu bisa menimbulkan kemarahan hantu sabana. Kemudian yang lainnya melanjutkan perjalanan tanpa beristirahat. Sementara itu, si Gendut bersama si orang Saksen berkuda mengikuti jejak ke utara.

Karena harus mengambil jalan memutar, kedua orang itu memacu kuda cepat-cepat, hingga dalam waktu singkat mereka sudah tak tampak lagi.

Pada suatu ketika, jejak yang hingga kini mereka ikuti terputus dan berbelok ke barat menuju puncak bukit di kejauhan. Itulah sebabnya jalur berkuda Jemmy dan Frank menjadi sejajar dengan teman-temannya, meskipun berjarak lebih dari satu jam berkuda.

Hingga kini, mereka lebih suka diam. Kuda Jemmy yang kekar menapakkan kakinya yang jenjang dengan bersemangat, hingga kuda Frank berusaha mengikutinya dengan susah payah di atas pasir tebal. Kini si Gendut memperlambat laju kuda hingga Frank bisa mengejarnya dengan mudah.

Orang-orang dalam kelompok ini tentu saja lebih suka berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Namun karena tinggal berdua, mereka pun menggunakan bahasa ibu mereka, bahasa Jerman.

“Tentang Mammut yang tadi dibicarakan,” kata Frank mengawali percakapan, “hanya kelakar, kan?”

“Tentu saja.”“Shaya juga berpikir begitu tadi, karena Mammut sheperti itu shudah tak ada

lagi shekarang.”“Apa kamu pernah mendengar tentang hewan purba itu?”“Shaya? Tentu shaja! Jika shitu tak percaya, shaya merasa shangat kashihan

kepada shitu. Tahukah shitu, kepala shekolah Moritzburg dulu mengajarkan shaya terutama dalam mata pelajaran ilmu hewan dan biologi. Shebenarnya, dialah yang memberi shemua pengetahuan kepada shaya. Ia mengetahui shetiap perkembangan, mulai dari pohon cemara yang tinggi,hingga shayuran masham di bawah tanah, juga shemua binatang, mulai dari ular laut hingga bunga karang yang paling kecil di dashar laut. Darinya, shaya bisha menimba ilmu shangat banyak.”

“Saya senang sekali,” kata si Gendut tertawa. “Mungkin saya pun bisa menimba ilmu darimu.”

“Tentu shaja. Contohnya tentang Mammut, shaya bisha memberi informashi yang paling lengkap kepada shitu.”

“Apa kamu pernah melihatnya?”“Tidak, shebab dulu shebelum bumi diciptakan, shaya mashih belum lahir.

Tetapi kepala shekolah menemukan cerita tentang Mammut dalam beberapa tulishan tua. Coba tebak, sheberapa beshar monshter itu?”

“Pasti jauh lebih besar daripada gajah.”“Gajah? Itu hewan yang ushianya masih muda! Jika sheekor Mammut

tershandung shebongkah batu lalu menengok ke bawah untuk mengamati batu itu,

6

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

tinggi batunya shama dengan tinggi piramida. Nah, bayangkanlah tinggi hewan itu! Dan jika sheekor lalat hinggap di ujung ekornya, ia baru mengetahuinya shetelah empatbelash hari berjalan. Nah, bayangkan lah panjang makhluk itu! Akal pikiran kita yang shekarang ini terlalu lemah untuk membayangkan hewan buash zaman dulu. Shekarang ini, kita harush menggunakan teropong hidromonografi jika ingin melihat makhluk sebeshar itu. Setidaknya, dengan bantuan teropong macam itulah kita bisha memperoleh gambaran lebih rinci, misalnya tentang air bah.

Jemmy memperlihatkan wajah heran.“Apa?” tanyanya. “Teropong itu namanya apa?”“Dengarkan baik-baik, jika shaya shedang menerangkan! Shungguh tak

shopan memotong ucapan orang. Namanya teropong Hinter-Ochsen-Klee-Gras. Shitu bisha memahaminya? Jika shungguh lulushan shekolah menengah, shitu pashti pernah belajar tentang akushtik teropong. Shemakin gelap fokushnya, shemakin beshar bintang-bintang akan terlihat, karena menurut ilmu pengetahuan, hukum yang berlaku itu hukum perbandingan terbalik. 2Paham?”

“Ya,” kata si Gendut menganggukkan kepala sambil berusaha menunjukkan wajah bersungguh-sungguh. “Tetapi kini saya mulai paham, teropong apa yang kamu maksud.”

“Jadi, teropong apa?”“Sama sekali tak ada. Kamu keliru menyebutnya sebagai teropong. Yang

kamu maksud bukan teropong tetapi mikroskop.”“Mikroshkop! Ya, ya, benar! Tadi shaya lupa ishtilah tepatnya, shaya

mengambil teropong shebagai alat bantu. Shaya shebenarnya shelalu washpada.” “Oleh karena itu, kamu mengatakan mikroskop hidromonoksida!”“Memang, tentu shaja makshudnya demikian! Tapi mengapa shaya harush

berbahasha Denmark? Padahal shaya shangat mahir berbahasha Jerman. Jika shaya mengatakan mikroshkop hidromonografi, orang yang tak shekolah pun pashti mengerti. Dulu kepala shekolah shelalu berkata: orang harush bershikap rendah hati jika ingin menuai palem di tanah berpashir. Shitu lihat shendiri, shaya shelalu bermain kata-kata dengan gaya metafora. Shitu pashti shudah tahu bahwa dulu shaya adalah sheorang otodidak yang giat. Sheandainya shaya dulu tak berkelahi tentang kalimat papa Wrangel dengan teman-teman, nolens coblenz3 shaya pashti shudah beshekolah di akademi kehutanan Tharandt, dan sekarang, shaya tak perlu berpetualang di Wild West hingga kaki shaya pincang karena ditembaki Shioux!”

“Oh, jadi cacatmu bukan dari lahir?”Frank memandang si Gendut dengan agak marah.“Dilahirkan dalam keadaan cacat? Bagaimana mungkin itu terjadi pada diri

shaya? Orang cacat pashti takkan bisha menjadi pengawash hutan yang shama shaja dengan pegawai negeri! Tidak! Shejauh yang shaya ingat, dulu kaki shaya baik-baik shaja. Namun, ketika pergi ke Black Mountains bershama Baumann untuk membuka kedai kelontong demi memenuhi kebutuhan para penambang emash, orang-orang Indian kadang kala datang untuk berbelanja. Yang pashti, di shana ada shuku Shioux. Mereka adalah orang-orang primitif yang paling jahat shecara antropologish. Shedikit shaja membuat keshalahan di hadapan mereka, mereka akan shegera membunuh atau menembak. Yang terbaik adalah jangan berurushan dengan mereka. Cukup ucapkan shelamat shiang, shelamat jalan, adieu, daah! Karena shaya penganut paham itu, shaya shelalu melakshanakannya. Namun, pada shuatu ketika shaya lengah, oleh karena itu, shekarang shaya pincang.

“Apa yang telah terjadi?”

2 Hukum perbandingan terbalik adalah jika yang satu naik, yang lainya turun, rumusnya: x =1/y.3 Kata yang benar adalah nolens volens (bahasa latin) yang artinya mau tak mau.

7

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Shemua yang terjadi shama shekali tak diharapkan dan di luar dugaan. Perishtiwa itu mashih tergambar jelash di pelupuk mata shaya, sheolah-olah baru shaja terjadi. Bintang-bintang berkelip. Dari rawa di shekitarnya terdengar shuara nyanyian kodok yang nyaring. Waktu itu hari shudah malam. Baumann tak di tempat shebab shedang membeli perlengkapan di Fort Fettermann untuk kedai. Shementara itu, Martin shedang tidur dan shi Bob Negro belum pulang menagih utang. Hanya kudanya yang tampak pulang tanpa penunggang. Keeshokan harinya ia datang tertatih-tatih, kakinya terkilir dan tanpa membawa uang shepesher pun. Ia telah dilempar keluar oleh para pengutang, shetelah itu dilempar pula dari punggung kuda. Itulah yang dishebut takdir hidup shushah. Benar?”

“Ya. Kamu memang jenius.”“Shaya shering mengatakan itu kepada diri shendiri, namun kepada orang

lain, shama shekali tak pernah, karena tak sheorang pun akan percaya. Ketika cahaya bintang di langit menerangi bumi, terdengar pintu diketuk. Tentu shaja shaya tak shegera membukanya karena di barat ini, orang harush shenantiasha washpada. Oleh karena itu, shaya bertanya dari dalam, shiapa yang ada di luar. Shingkat cerita, mereka adalah lima orang Indian Shioux yang hendak menukar kulit hewan dengan meshiu.”

“Pasti Kamu tak membiarkan mereka masuk!”“Mengapa?”“Karena mereka orang Sioux dan datang pada tengah malam!”“Oh, tidak! Jika waktu itu kami punya jam, waktunya kira-kira jam shetengah

duabelash. Belum begitu larut. Shebagai sheorang weshtman, shaya tahu betul bahwa tak shelalu orang bisha duduk bershama ketika jam vishite,4 dan mungkin shaja mereka tak punya waktu shelain tengah malam itu. Kulitmerah berkata bahwa mereka mashih harush berjalan shepanjang malam. Oleh karena itu, shebagai orang Shakshen yang baik hati, shaya pun terharu—shaya pershilakan mereka mashuk.”

“Sungguh sembrono!”“Mengapa? Shaya tak kenal rasha takut, dan ketika membuka pintu, shaya

katakan bahwa mereka harush meletakkan sheluruh shenjata di luar. Shaya harush menghargai mereka, karena mereka menaati permintaan shaya tanpa berkeberatan. Shelama shaya melayani mereka, tentu shaja revolver tetap berada dalam genggaman shaya. Mereka harush paham alashan shaya tetap menggenggam shenjata walaupun mereka shaya larang. Itu karena mereka adalah orang-orang liar. Shaya berhashil melakukan barter dengan mereka, meshiu murahan ditukar dengan bulu berang-berang yang mutunya baik. Jika kulitmerah berdagangan dengan kulitputih, mereka shelalu berhashil dikelabui. Meshkipun sheshungguhnya shaya kashihan, tetapi shaya shendiri tak bisha mengubahnya. Pada dinding dekat pintu, tergantung tiga pucuk shenapan yang terkokang. Ketika orang-orang Indian itu pergi, Indian terakhir berbalik di pintu, menoleh shekali lagi lalu bertanya kepada shaya, apa shaya bisha memberi sheteguk air-api. Sheshungguhnya shaya tak boleh memberi minuman keras kepada orang-orang Indian, namun sheperti yang shudah shaya jelashkan tadi, shaya shudah memperoleh untung beshar. Oleh karena itu, shaya ingin menyenangkan hatinya. Lalu shaya berbalik dan melangkah menuju shudut di belakang, tempat shebotol Brandy diletakkan. Ketika shaya kembali membawa shebotol brandy, shaya lihat orang itu menghilang membawa shenapan. Ia menyambar shenapan itu dari pashak. Shaya shegera meletakkan botol dan meraih shenapan yang ada di dekat shaya lalu melompat ke pintu. Shaya menyelinap ke shamping, karena jika berdiri di pintu dengan shinar lampu yang terang, shaya bisha menjadi shasharan empuk. Butuh waktu bagi mata shaya agar bisha melihat jelash dalam gelap, karena shaya shebelumnya berada di tempat

4 Jam vishite, maksudnya jam visit, waktu berkunjung atau bertamu.

8

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

terang. Terdengar langkah bergegash, shedetik kemudian tampak sheberkash shinar terang di sheberang pagar. Terdengar bunyi tembakan, dan kaki shaya rashanya sheperti dipukul. Shaya baru bisha melihat kulitmerah yang tadi hendak melompati pagar. Shaya ambil ancang-ancang lalu membidik. Namun, pada shaat yang shama shaya merasha shakit luar biasha akibat tembakan di kaki, hingga shaya terpuruk. Tembakan shaya meleshet dan shenapan itu pun hilang. Shaya tiba di gubuk dengan shushah payah. Tembakan Indian itu menghantam kaki kiri shaya. Hingga kini shaya tak tahu, bagaimana ia bisha menembakkan shenapan itu, apa karena terbiasha dengan kegelapan atau karena orang Shioux itu menggunakan shenapan ashing. Shaya baru bisha berjalan kembali shetelah beberapa bulan dan shaya menjadi Hobble Frank. Namun shaya kenal betul wajah Indian itu. Shaya takkan melupakan wajahnya, dan rashakan pembalashan shaya jika bertemu dengannya di mana pun dan kapan pun! Orang Shakshen terkenal shebagai orang Jerman yang paling menyenangkan. Namun shebaik-baiknya bangsha kami, kami tetap wajib menghukum pencuri dan penembak, apalagi perishtiwa itu berlangshung ketika bintang-bintang bertaburan di langit. Shaya yakin, orang-orang Shioux itu adalah orang-orang Oglala, dan jika…Apa yang kamu lakukan?”

Ia menyela kalimatnya sendiri dengan pertanyaan itu, karena waktu itu, Jemmy Gendut menghentikan kudanya sambil berseru terkejut. Mereka telah melewati jalan menurun berpasir yang terlebar. Kini tampak tempat yang tanahnya berbatu namun masih berpasir. Di tempat itulah Jemmy berhenti.

“Apa yang saya lakukan?” jawabnya balik bertanya. “Saya juga bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa saya masih bisa melihat dengan baik?”

Ia memandang dari ke bawah ke arah pasir, dari atas kuda dengan heran. Kini Frank pun melihat apa yang dimaksud oleh temannya.

“Apa ini mungkin?” serunya. “Jejak ini tiba-tiba berubah!”“Memang! Sebelumnya ini benar-benar jejak gajah, namun kini berubah

menjadi jejak kaki kuda yang sangat jelas. Hewan itu mengenakan ladam baru, karena bekasnya terlihat sangat tajam, baik batang maupun lubang ladam.”

“Tetapi jejak ini mengelabui!”“Memang benar, dan saya tak bisa memahaminya! Sampai di sini, masih

mengarah ke depan, lalu kini berbalik ke belakang!”“Apa ini benar-benar jejak yang shama?”“Tentu saja! Sebelumnya, di belakang kita menjulang karang yang begitu

tinggi, namun tempat ini lebarnya tak sampai dua puluh kaki. Jejak pada batu karang memang tak jelas. Di seberang sana jejak ini menyiratkan kaki gajah yang datang dari timur, sedangkan di sini, lebih menyiratkan kaki kuda yang datang dari barat. Periksalah di sekitar tempat ini! Mungkin masih ada jejak lainnya?”

“Tak ada.”“Meskipun kesan yang ditinggalkan memperlihatkan perbedaan, jejak ini pasti

berasal dari hewan yang sama. Oleh karena itu, saya akan turun sekali lagi untuk meyakinkan bahwa dugaan kita tak keliru.”

Keduanya menuruni jalan. Penyelidikan jejak di tanah dilakukan dengan lebih teliti, namun hasilnya tetap sama. Jejak gajah telah berubah menjadi jejak kuda di tempat yang berbatu dan sempit itu. Kedua jejak berlawanan arah yang bertemu di batu karang memang tampak sangat aneh. Kedua pria itu saling berpandangan dengan putus asa, lalu menggelengkan kepala.

“Mungkin ini sihir atau ada orang ingin menggoda kita,” ujar Jemmy.“Menggoda? Bagaimana mungkin?”“Ya, saya juga tak tahu!”“Tapi shihir juga tak mungkin!”“Tak mungkin. Saya juga bukan orang yang percaya takhyul.”

9

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Tampaknya sheperti shihir Philadelphia.5 Konon, penyihir di sana pernah melemparkan gelondongan benang ke udara lalu meniti benang itu.”

“Karena gajah datang dari timur dan kuda dari barat, dan karena jejaknya berakhir di sini, mungkin saja kedua hewan itu meniti benang, lalu menghilang di atas sana! Itu penjelasan yang masuk akal, tapi saya belum selesai menjabarkannya!”

“Shekarang shaya ingin tahu apa yang akan dikatakan guru di Moritzburg bila ia ada di shini!”

“Seperti kamu dan saya, ia pasti akan memperlihatkan wajah heran!”“Hmmm! Shayang shekali, tampaknya pendapatmu tak shepenuhnya benar,

Tuan Jemmy.”“Dan sekarang pun kamu tak menunjukkan bahwa kamu ini seorang otodidak

berbakat. Saya ingin sekali melihat orang yang mampu menjawab teka-teki ini.”“Tapi pashti ada rahashianya, sheperti yang pernah dikatakan oleh

Archidiakonush: saya satu titik yang kokoh di udara. Akan saya angkat semua pintu dari engselnya!”6

“Maksudmu Archimedes?”“Ya, tapi ia juga bertugash shebagai diakonush7 karena pada shuatu shabtu

shore ketika tentara mushuh datang, ia shedang menghafal khotbah yang akan dibacakan keeshokan harinya dan bersheru kepada mereka: ‘Jangan ganggu shaya dan jangan berishik!’ Lalu mereka membunuhnya. Oleh karena itu, titik di udara pun menghilang.”

“Mungkin kamu dapat menemukannya kembali. Namun saya tak mampu melakukannya, karena tak pernah berhasil menemukan jawabannya.”

“Tapi kita harush melakukan sheshuatu!”“Tentu saja! Kita takkan diam berpangku tangan. Seandainya ada penjelasan,

jawaban itu pasti ada di hadapan kita, bukan di belakang. Jadi marilah kita menunggangi kuda dan maju terus!”

Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju arah yang berlawanan dengan jejak kuda. Jejak ini tampak sangat jelas dan setelah lebih kurang setengah jam perjalanan, diketahui bahwa jejak itu menuju wilayah berpasir di tanah yang lebih subur. Di sana tumbuh rumput dan semak yang jarang-jarang. Rangkaian bukit menjulang di sekitarnya. Bukit itu ditutupi hutan lebat dan di kaki bukit itu berdiri beberapa pohon yang tumbuh jarang-jarang, dan semakin ke atas semakin lebat. Di sini pun jejak itu masih tampak jelas. Setelah beberapa lama berjalan, terdapat tanah yang tertutup batu-batu berwarna abu-abu. Jejak itu berakhir di sana dengan tiba-tiba.

“Inilah jawabannya!” seru Frank geram.“Sama sekali tak terduga!” kata Jemmy menimpali. “Kuda datang dari udara

kosong dan kembali menghilang ke udara kosong. Atau apa makhluk ini memang hantu sabana? Saya sangat ingin agar suatu ketika hantu itu menampakkan diri di hadapan saya. Saya memang penasaran dengan rupa hantu.”

“Keinginan itu akan terpenuhi. Pandanglah hantu itu sepuas kalian, Tuan-Tuan!”

Kata-kata itu diucapkan dalam bahasa Jerman dan berasal dari balik semak-semak, tak jauh dari tempat mereka kini berdiri. Sambil berseru terkejut, keduanya berbalik. Orang yang sebelumnya mengucapkan kalimat itu keluar dari semak-semak yang menutupinya.

5 Yang benar adalah penyihir-penyihir di Salem, Massachussets. Pada 1692, 20 orang dihukum mati dengan tuduhan sebagai penyihir. Sejak itu dimulailah perburuan penyihir di Amerika.6 Yang benar adalah: “Beri saya pijakan yang kokoh, akan saya angkat bumi ini.” Kalimat ini adalah ucapan Archimedes yang termasyhur.7 Diakon atau diaken (deacon), pembantu pendeta atau pastor.

10

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Orang itu tak begitu tinggi dan tak begitu kekar. Wajahnya yang terbakar matahari ditumbuhi janggut lebat berwarna pirang tua. Ia mengenakan leggins berjumbai dan pakaian berburu yang dijahit berjumbai pula. Sepatu lars yang dikenakannya melampaui lutut. Daun-daun telinga beruang abu-abu yang digantungkan dengan tali menghiasi sekeliling topi bulu yang lebar. Dua pucuk revolver dan sebilah pisau Bowie terselip di ikat pinggangnya yang lebar. Ikat pinggang itu terbuat dari tali yang dijalin, dan di sekelilingnya tergantung peluru. Di samping itu, tampak pula kantung-kantung kulit, dua pasang ladam kuda, empat anyaman jerami atau ilalang yang tebal dan bentuknya agak bulat. Anyaman ini dilengkapi sabuk dan gesper. Seutas laso anyaman disampirkan dari bahu kiri hingga pinggang kanan dan sebatang pipa perdamaian berhias bulu burung kolibri tergantung di lehernya menggunakan tali sutra yang kuat. Kepala pipa itu berciri khas Indian. Tangan kanannya menyandang sepucuk senapan berlaras pendek yang kuncinya dibentuk dengan sangat artistik, sementara tangan kirinya memegang sebatang…cerutu yang masih menyala. Ia menghembuskan asap cerutu itu kuat-kuat, hingga membentuk lingkaran-lingkaran.

Tak ada pemburu prairie yang penampilannya rapi dan bersih. Semakin buruk penampilannya, semakin banyak yang telah dilakukannya. Ia memandang remeh setiap orang yang memperhatikan penampilan. Yang paling mencolok pada orang itu adalah senapannya yang berkilauan. Menurut keyakinan mereka, tak seorang westman pun akan memperhatikan tetek-bengek seperti itu.

Penampilan pemuda asing ini begitu bersih, seolah-olah baru kemarin ia berangkat dari St. Louis menuju wilayah barat. Senapannya tapak bagai baru dibeli sejam lalu dari pembuat senapan. Sepatunya tanpa noda sedikit pun dan pemacunya8 mengkilap tanpa karat. Demikian pula pakaian yang dikenakannya, sama sekali tak menunjukkan bahwa ia baru saja melakukan perjalanan jauh. Bahkan tangannya pun bersih karena sering dicuci.

Kedua sahabat itu hanya memandangi pemuda asing itu dengan terheran-heran hingga lupa menjawab pertanyaan yang tadi dilontarkannya.

“Nah,” katanya melanjutkan kalimatnya sambil tersenyum, “saya rasa kalian ingin bertemu dengan Flatsghost?9 Jika yang kalian maksud adalah orang yang jejaknya kalian ikuti, orang itu kini berdiri di hadapan kalian.”

“Ya ampun! Pikiran shaya tiba-tiba buntu!” seru Frank.“Ah, orang Saksen, kan?”“Bahkan kelahiran Shakshen ashli! Dan, shitu juga orang Jerman shejati?”“Ya, saya orang Jerman sejati. Dan Tuan yang seorang lagi?”“Berashal dari negeri yang shama juga. Kejutan menyenangkan shering

membuatnya kehilangan kata-kata. Namun hanya berlangshung shekejab, shetelah keterkejutannya hilang, ia akan berbicara kembali.”

Yang dikatakannya memang benar, karena ketika itu, Jemmy melompat dari pelana dan mengulurkan tangannya kepada si orang asing.

“Bagaikan mimpi!” serunya. “Bertemu dengan orang Jerman di sini, di Devil’s Head! Nyaris tak bisa dipercaya!”

“Terlebih lagi saya, karena bertemu dengan dua orang Jerman sekaligus! Dan kalau saya tak keliru, Anda yang bernama Jakob Pfefferkorn?”

“Apa? Shitu kenal nama saya?”“Sangat mudah mengenali Anda. Anda pasti “Jemmy Gendut”. Dan saya pun

tak perlu menerka-nerka, karena kuda Anda menegaskan pendapat saya. Jika bertemu dengan seorang pemburu gendut yang menunggangi seekor kuda besar, gemuk, dan penurut seperti unta, orang itu pasti Jemmy. Kebetulan saya pun tahu

8 Pemacu, benda seperti roda-gigi yang tajam pada sepatu para penunggang kuda.9 Flatsghost, hantu gurun.

11

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

bahwa westman termasyhur ini bernama Jakob Pfefferkorn. Lazimnya, di mana pun Anda berada, Davy Jangkung serta bagalnya pasti tak jauh dari sisi Anda. Atau apa saya keliru?”

“Tidak. Ia memang berada di sekitar tempat ini, di selatan lembah yang menuju gunung-gunung itu.”

“Oh! Hari ini kalian berkemah di sana?”“Tentu saja. Sahabat saya ini bernama Frank.”Frank pun turun dari kuda. Ia menyalami orang asing itu. Orang itu

memandangnya tajam lalu mengangguk dan bertanya:“Anda sungguh Hobble Frank?”“Ya ampun! Shitu juga tahu nama shaya?”“Saya lihat Anda pincang, Anda pasti yang bernama Frank. Ada satu

pertanyaan lagi, apa Anda tinggal bersama Baumann si Pemburu Beruang?”“Shitu tahu dari shiapa?”“Ia sendiri yang mengatakannya. Beberapa tahun yang lalu saya bersama-

sama dengannya. Di mana ia sekarang? Sudah pulang? Saya rasa, rumahnya bisa ditempuh lebih kurang tiga hari perjalanan dari sini, benar?”

“Tepat shekali. Tetapi ia tidak pulang. Ia jatuh ke tangan suku Oglala, dan kami shedang dalam perjalanan ke shana untuk melihat yang bisha kami lakukan untuknya.”

“Berita yang Anda bawa ini benar-benar mengejutkan shaya. Di mana ia ditangkap?”

“Tak jauh dari shini, di Devil’s Head. Mereka telah membawanya sherta kelima temannya menuju Yellowshtone. Mereka hendak dibunuh di makam “Bishon Pemberani”.

Orang asing itu mendengarkan dengan seksama.“Pasti ingin membalas dendam?” tanyanya.“Ya, memang. Kamu pernah mendengar tentang Old Shatterhand?”“Seingat saya, saya pernah mendengarnya.”Sambil berkata demikian, bibirnya tersenyum penuh arti.“Ya, ia telah membunuh ‘Bishon Pemberani’, ‘Api Menyala’ dan sheorang

Shioux lagi. Shekarang shuku Oglala shedang dalam perjalanan mengunjungi makam ketiga orang itu dan Baumann jatuh ke tangan mereka.”

“Dari mana Anda memperoleh kabar itu?”Frank menceritakan pertemuannya dengan Wohkadeh, terutama tentang

yang terjadi sejak munculannya pemuda Indian itu. Si Orang asing menyimak seluruh cerita Frank dengan seksama dan sungguh-sungguh. Hanya jika si Pincang terlalu banyak menggunakan dialek kampung halamannya, wajahnya segera menyiratkan senyum. Ketika Frank selesai bercerita, ia berkata:

“Jadi sesungguhnya, Old Shatterhand yang bersalah atas peristiwa ini, dan Pemburu Beruang yang harus menanggung akibatnya. Old Shatterhand harus bertanggung jawab.”

“Tidak. Jika Baumann washpada waktu itu, perishtiwa ini tak mungkin terjadi.”

“Kita tak perlu meributkannya. Kalian sungguh berani menghadapi mara bahaya dan mau bersusah-payah membebaskan para tawanan. Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan semoga kalian berhasil. Sebenarnya saya menyukai pemuda Martin Baumann. Mungkin suatu ketika nanti saya berkesempatan melihatnya lagi.”

“Kamu pasti bisa bertemu kembali dengannya,” ujar Jemmy. “Marilah pergi bersama kami. Kudamu di mana?”

“Dari mana Anda tahu bahwa saya menunggang kuda?”

12

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Tentu saja, dari pemacu yang kamu kenakan!”“Oh, jadi Anda mengamati pemacu ini. Kuda saya ada di sekitar tempat ini.

Saya meninggalkannya sebentar agar bisa melihat kalian lewat.”“Apa kamu mengetahui kedatangan kami?”“Tentu saja. Setengah jam yang lalu saya melihat kalian berhenti di luar sana

untuk membicarakan perbedaan jejak yang ditemukan.”“Apa? Apa lagi yang kamu ketahui?”“Setahu saya, itu jejak saya sendiri.”“Apa? Jejakmu?”“Ya.”“Ya ampun! Jadi kamu yang mengelabui kami?”“Apa Anda benar-benar mau dikelabui? Kini saya merasa sangat senang

karena telah berhasil mengelabui westman setingkat Jemmy Gendut. Sebenarnya saya tak bermaksud mengelabui kalian tetapi orang lain.

Si Gendut tampaknya tak tahu lagi harus mengatakan apa. Sambil menggelengkan kepala ia mengamati orang asing itu dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu bertanya:

“Ngomong-ngomong, siapa kamu sebenarnya?”Yang ditanya tertawa karena merasa lucu mendengar pertanyaan itu, lalu

menjawab:“Anda tadi menyangka bahwa saya ini pendatang baru di wilayah barat, kan?”“Ya. Kamu memang tampak bagai seorang greenfinch. Dengan senapan itu,

kamu tampak bagai hendak berburu burung gereja. Dan perlengkapanmu tampak baru dibawa beberapa hari. Di sini kamu harus bergabung dengan orang banyak, tak boleh berpisah dari rombongan turis tukang tembak. Di stasiun mana kamu tadi turun?”

“Di St. Louis.”“Apa? Di wilayah timur yang begitu jauh? Tak mungkin! Sudah berapa lama

kamu berada di wilayah barat ini?”“Sekarang ini baru delapan bulan.”“Oh, jangan tersinggung! Tetapi kamu tak bisa mempermainkan saya!”“Sama sekali tak pernah terlintas dalam benak saya untuk membohongi

Anda.”“Pshaw! Dan kamu pun hendak mengelabui kami?”“Ya. Itu jejak saya.”“Tak seorang polisi desa pun mempercayainya! Saya berani bertaruh bahwa

kamu ini guru atau profesor, lalu berkuda kemari bersama rekan-rekan kerjamu untuk mengoleksi tumbuhan, batu-batuan, dan kupu-kupu. Dugaan saya pasti tepat. Segeralah menyingkir! Wilayah ini bukan tempat yang cocok untuk tujuanmu. Setiap menit, nyawamu bisa melayang. Kamu sama sekali tak tahu bahaya yang mengintai.”

“Sebaliknya, saya tahu benar. Sebagai contoh, di sekitar tempat ini terdapat lebih dari empatpuluh orang suku Shoshone sedang berkemah.”

“Heavens! Benarkah?” “Ya, saya sungguh-sungguh.”“Dan kamu mengatakannya dengan begitu tenang!”“Apa sikap saya harus berbeda? Apakah Anda anggap bahwa kita harus takut

terhadap beberapa orang Shoshone?”“Astaga, kamu benar-benar tak tahu bahaya yang sedang dihadapi!”“Tentu saja saya tahu. Di sana terdapat Danau Darah dan suku Shoshone

akan senang jika berhasil menangkap kita atau salah seorang di antara kita.” “Kini saya benar-benar tak paham, apa yang harus saya katakan tentangmu!”

13

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Anggaplah bahwa saya mampu memelintir hidung orang-orang kulitmerah sebagaimana saya bisa memelintir hidung Anda. Beberapa orang westman yang pernah bertemu saya selalu menilai saya dengan keliru karena mereka hanya menilai penampilan luar saja. Mari, ikut saya!”

Ia berbalik lalu melangkah perlahan memasuki semak-semak. Keduanya mengikuti sambil menuntun kuda. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebatang pohon cemara yang luar biasa. Cemara ini termasuk jenis Schierling. Tingginya bisa mencapai lebih dari tigapuluh meter, jenis pohon yang jarang dijumpai. Di sisi pohon, berdiri seekor kuda tampan dengan hidung berwarna merah dan surai panjang. Bagi orang Indian, ini merupakan ciri-ciri kuda istimewa. Baik pelana maupun tali kekangnya dibuat oleh tangan Indian. Di balik pelana kuda, tergantung selembar mantel karet. Dari salah satu kantung pelana, menyembul sarung teropong. Di tanah, tergeletak sepucuk senapan Pembunuh Beruang berlaras ganda yang berat dan berkaliber paling besar. Ketika Jemmy melihat senapan itu, ia bergegas lalu mengangkatnya. Sambil mengamati senapan itu ia berseru:

“Senapan ini…adalah…oh, saya belum pernah melihatnya, tetapi saya bisa segera mengenalinya. Senapan Perak milik Winnetou, kepala suku Apache, dan Senapan Pembunuh Beruang adalah dua pucuk senapan paling termasyhur di wilayah barat. Pembunuh Beruang adalah senapan milik…”

Ia berhenti sejenak lalu memandang pemiliknya ragu-ragu. Kemudian ia berkata:

“Kini, kini, oh, kini saya baru paham! Old Shatterhand adalah orang yang selalu dianggap greenhorn oleh siapa pun yang melihatnya untuk pertama kali. Senapan ini miliknya, dan senapan yang dijinjingnya bukan senapan penembak burung, tetapi salah satu di antara sebelas pucuk senapan Henry yang dibuat Mr. Henry. Frank, Frank, tahukah kamu, siapa pria ini?”

“Tidak. Shaya tak pernah membaca baik akta kelahiran maupun kartu imunishashinya.”

“Astaga, jangan bergurau! Kamu kini berdiri di hadapan Old Shatterhand!”“Old Shat…” Si Pincang mundur beberapa langkah.“Demi shemua roh agung!” serunya. “Old Shatterhand! Shungguh berbeda

dari yang shelama ini shaya bayangkan!”“Saya pun begitu!”“Memangnya, bagaimana yang kalian bayangkan, Mesch’schurs?” tanya

pemburu itu sambil tersenyum.“Tinggi dan kekar bagaikan rakshasha Varush!” jawab orang Saksen yang

terpelajar itu.“Ya, sosoknya sangat besar,” kata si Gendut menimpali.“Anda lihat sendiri, kemasyhuran saya jauh melampaui yang sudah saya

lakukan. Yang diceritakan orang di api unggun yang satu, akan semakin membesar tiga atau enam kali lipat begitu tiba di api unggun lain. Jadi, orang menganggapnya sebagai sesuatu yang hebat, padahal ia hanya melakukan yang lazim dilakukan orang lain.”

“Tidak, yang diceritakan orang tentang Anda adalah…”“Bah!” serunya menyela sambil memerintah. “Lupakanlah! Lebih baik Anda

periksa kuda saya. Kuda itu jenis N’gul-itkli, jenis yang hanya ada pada suku Apache. Kuda itu tak mengenakan ladam. Jika saya ingin mengelabui para pengejar, saya akan mengikatnya dengan sepatu alang-alang yang biasa digunakan di China. Jejak yang ditinggalkan akan tampak seperti jejak kaki gajah, terutama di tanah berpasir. Saya memiliki dua pasang ladam yang digantungkan di ikat pinggang, hingga mudah memasang dan merekatkannya. Yang sepasang adalah ladam biasa,

14

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

namun yang sepasang lagi dibuat terbalik dan diberi lubang di bagian depannya. Jadi, jejak yang ditinggalkan pun akan terbalik, dan siapa pun yang mengikuti saya, pasti mengira bahwa saya berkuda ke arah yang berlawanan.”

“Ashtaga!” seru Frank. “Akhirnya sheluruh kegelapan di benak shaya menjadi terang! Jadi, itu adalah jejak tipuan! Apa yang akan dikatakan guru di Moritzburg tentang ini?”

“Saya tak merasa tersanjung jika mengenal guru dari Moritzburg ini, namun saya senang telah mengelabui kalian berdua. Di tempat yang banyak batu karangnya, takkan tampak jejak sedikit pun. Oleh karena itu, saya turun di sana untuk menukar sepatu jerami dengan ladam. Saya sungguh tak tahu bahwa yang mengikuti saya adalah orang sekampung halaman. Setelah itu, saya baru melihat kalian. Tindakan pencegahan seperti ini saya lakukan untuk menutupi jejak agar keberadaan saya tak diketahui oleh Indian musuh. Dan dugaan saya terbukti ketika tiba di pohon cemara ini.”

“Apakah di sini ada jejak Indian?”“Tidak. Hari ini, saya dan Winnetou akan bertemu dekat pohon ini, dan…”“Winnetou!” seru Jemmy menyela. “Apa kepala sang suku Apache ada di

sini?”“Ya, ia tiba sebelum saya.”“Di mana, di mana? Saya harus menemuinya!”“Ia telah meninggalkan petunjuk bahwa ia sudah berada di sini tadi dan nanti,

pada hari ini juga, ia akan datang kembali. Di mana ia sekarang berada, saya sungguh tak tahu. Mungkin ia mengintai suku Shoshone.”

“Apa ia juga tahu keberadaan mereka?”“Dialah yang memberitahu saya. Ia telah menoreh tanda pada kulit pohon

dengan pisaunya. Saya memahami petunjuknya bagaikan memahami tulisan-tulisan lain. Saya tahu bahwa ia sudah datang dan akan kembali, dan saya pun tahu ada empatpuluh orang Shoshone di sekitar tempat ini. Selanjutnya saya harus menanti di sini.”

“Tapi, bagaimana jika suku Shoshone menemukan Anda di sini?”“Bah! Saya tak tahu, siapa yang terancam bahaya lebih besar, apakah saya,

jika mereka menemukan saya di sini, atau mereka, jika saya yang menemukan mereka. Jika bersama Winnetou, saya tak perlu mengkhawatirkan segerombolan kecil suku Shoshone.”

Terdengar begitu sederhana dan begitu mudah hingga Hobble Frank berseru penuh kekaguman:

“Tak takut menghadapi empatpuluh orang mushuh! Walaupun shaya bukan pengecut, tetapi jika harush menghadapi mushuh shebanyak itu, shaya mashih belum berani. Veni, vidi, tutti.10 Si tua Blücher mengatakan bahwa ia memenangkan pertempuran di Belle-meshalliance, tapi bukan dua melawan empatpuluh orang. Shaya shungguh tak mengerti!”

“Penjelasannya sangat mudah sekali, sobat; waspada, banyak akal, dan sedikit kebulatan tekad jika diperlukan. Apalagi jika membawa senjata yang bisa diandalkan, orang mungkin akan berpikir dua kali. Di tempat ini, kita takkan aman seratus persen. Jika kalian cerdik, berkudalah terus agar bisa segera bertemu rombongan kalian.”

“Anda akan tetap di sini?”“Ya, hingga Winnetou datang. Lalu, saya akan mencari perkemahan kalian

bersama Winnetou. Sebenarnya kami punya tujuan lain, namun jika ia setuju, saya pun bersedia ikut ke Yellowstone.”

10 Yang dimaksud adalah veni, vidi, vici (Bahasa Latin), artinya saya datang, saya lihat, dan saya menang.

15

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Sungguh? Sungguh?” tanya Jemmy dengan kebahagiaan yang luar biasa. “Kalau begitu, saya ingin bersumpah bahwa kita akan membebaskan para tawanan!”

“Jangan terlalu berharap dulu! Saya yang menyebabkan Baumann berada dalam bahaya, oleh karena itu, saya merasa wajib ambil bagian dalam pembebasannya. Oleh karena itu…”

Ia berhenti sejenak, karena Frank menyerukan seruan terkejut tertahan. Ia mengulurkan tangan menunjuk sela-sela semak, yaitu ke tempat berpasir. Di sana tampak segeromobolan Indian sedang berkuda.

“Segera naik ke kuda, lalu pergi!” seru Shatterhand. “Kini kalian masih belum terlihat. Saya akan menyusul.”

“Bajingan-bajingan itu akan melihat jejak kita!” kata Jemmy sambil bergegas menaiki pelana kuda.

“Pergilah, cepat! Ini satu-satunya cara agar kalian bisa menyelamatkan diri!”“Tapi mereka akan menemukan Anda!”“Jangan hiraukan saya! Maju, maju!”Kini keduanya sudah duduk di atas pelana dan bergegas pergi. Shatterhand

melayangkan pandangan ke sekelilingnya. Kedua orang itu tak meninggalkan jejak di atas kerikil, begitu pula ia. Batu-batu itu awalnya terbentang lebar, lalu semakin lama semakin menyempit di lereng gunung hingga menghilang di balik pepohonan cemara yang lebat. Ia menggantungkan senapan repertir Henry ke pelana, memanggul senapan Pembunuh Beruang di bahunya, dan berkata kepada kudanya dengan satu kata berbahasa Apache:

“Peniyil—ayo!”Kini ia mulai menaiki lereng terjal dengan langkah-langkah lebar secepat

mungkin dan hewan itu mengikutinya di belakang bagai seekor anjing. Sungguh mustahil bagi seekor kuda untuk bisa mendaki ke atas namun keduanya berhasil mencapai puncak, ke sela-sela pohon, dalam waktu singkat, tentu saja dengan usaha keras. Ia meletakkan tangannya pada leher hewan itu.

“Ischkuhsch—berbaring!”Hewan yang dilatih secara Indian itu segera berbaring tanpa bergerak. Suku Shoshone melihat jejak Frank dan Jemmy. Jika ini jejak Old

Shatterhand, mereka pasti mengira bahwa jejak itu mengarah ke timur, berdasarkan kedudukan kuku kudanya. Namun jejak Frank dan Jemmy tampak begitu jelas, hingga tak bisa mengelabui suku Shoshone. Mereka mengikuti jejak mereka dan dalam waktu singkat sudah semakin dekat.

Belum lagi dua menit sejak kepergian kedua orang Jerman itu, orang-orang Indian sudah berada di deretan pohon cemara. Beberapa orang di antara mereka turun untuk mencari jejak yang menghilang.

“Ive, ive; mi, mi—di sini, di sini, maju, maju!” seru salah seorang di antara mereka.

Ia telah menemukan yang dicarinya. Orang-orang kulitmerah menghilang. Shatterhand, di tempat persembunyiannya di atas sana, mendengar bahwa mereka mengikuti kedua orang yang melarikan diri beriringan itu.

“Kini tiba saatnya untuk menerapkan kepandaian dan kecepatan yang dibutuhkan,” pikirnya. “Jemmy memang orang yang tepat untuk hal-hal macam ini.”

Terdengar dengusan pelan kudanya, peringatan bagi si majikan agar waspada. Hewan itu memandang dengan matanya yang besar dan cerdas, lalu menengadahkan kepalanya ke atas gunung. Si Pemburu meraih repertirnya, berlutut siap menembak dan mengarahkan pandangannya yang tajam ke atas. Di sana, pohon-pohonnya tumbuh berdekatan hingga sama sekali tak bisa memandang ke tempat jauh. Namun, ia segera menurunkan senapannya kembali. Sambil memandang ke atas, ke arah dahan-dahan yang terbawah, ia melihat sepasang

16

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

mokassin berhiaskan duri bulu babi, dan ia tahu bahwa pria yang mengenakan sepatu itu adalah sahabat terbaiknya. Kemudian terdengar bunyi gemerisik ranting-ranting pohon itu, dan orang yang datang mendekat, kini sudah berdiri di hadapannya.

Ia berpakaian sama seperti Old Shatterhand, hanya tak mengenakan sepatu lars tinggi tetapi mokassin. Kepalanya pun tak mengenakan penutup. Rambutnya yang hitam legam, tebal, dan panjang di kepang tinggi kemudian disanggul dan dihiasi kulit ular. Rambut Indiannya tak dihiasi bulu elang, agar dikenal dan dihormati sebagai kepala suku. Pria ini tak perlu tanda-tanda seperti itu. Siapa pun yang memandangnya akan langsung tahu bahwa di hadapannya berdiri seorang pria terhormat. Di sekeliling lehernya tergantung kantung jimat, pipa perdamaian, dan tiga untai kalung cakar beruang, kenang-kenangan yang diperolehnya dengan taruhan nyawa. Di tangannya tergenggam sepucuk senapan berlaras ganda. Popor senapan itu penuh hiasan paku-paku perak. Senapan ini adalah Senapan Perak termasyhur yang pelurunya tak pernah meleset dari sasaran. Raut wajahnya yang serius dan tampan bisa dikatakan berciri Romawi, tulang pipinya tak menonjol, dan kulitnya berwarna coklat terang agak perunggu.

Dialah Winnetou, kepala suku Indian yang paling tampan. Namanya disebut pada setiap gubuk dan api unggun. Ia termasyhur di seluruh Amerika Serikat bahkan hingga perbatasan, karena ia adil, cerdik, setia, sangat pemberani, dan tak pernah berdusta. Ia adalah sahabat dan pelindung bagi semua yang orang membutuhkan bantuannya, tak peduli kulitmerah atau kulitputih.

Old Shatterhand bangkit dari duduknya. Sebenarnya ia hendak berbicara, namun karena isyarat tangan Winnetou, ia pun diam. Lambaian tangan yang kedua kali dari orang Apache itu menunjukkan bahwa ia harus patuh.

Di kejauhan, terdengar suara-suara monoton. Suara itu terdengar semakin dekat. Suara-suara itu bernada minor empatperdelapan, nada seperdelapan yang pertama dinyanyikan oleh suara ketiga dan nada seperempatnya oleh suara pertama. Suara itu lebih kurang bernada c c a – c c a. Kemudian terdengar lengkingan nada e keempat yang tinggi.

Kedua orang pengintai itu kini mendengar derap kuda yang keras dan ketika itulah baru bisa dipahami lagu apa yang sedang dinyanyikan. Sebenarnya lagu itu hanya terdiri atas satu kata yaitu: “totsi-wuw, totsi-wuw!”, yang lebih kurang artinya scalp.

Kini Old Shatterhand baru sadar bahwa kedua orang Jerman itu tak melarikan diri tetapi tertangkap.

Orang-orang Shoshone itu berkuda di bawah sana dengan cara Indian yaitu berbaris satu per satu. Namun di tengah-tengah, mereka mengapit kedua tawanan. Senjata kedua tawanan itu dilucuti dan mereka diikat dengan laso pada kuda mereka. Tampaknya mereka tak dilukai. Mungkin sebelumnya tak ada perlawanan. Setelah diberi peringatan bahwa perlawanan mereka akan sia-sia, mereka mungkin memilih untuk menyerah dengan sukarela.

Tak seorang Shoshone pun yang tahu bahwa di dekat mereka ada pengintai. Sebaliknya kedua tawanan teringat akan Old Shatterhand yang telah meninggalkan mereka di sini. Mereka memandang berkeliling, ke kanan, ke kiri, dan ke atas. Shatterhand harus memberi isyarat bahwa ia telah melihat mereka. Ia maju selangkah dan menggoyangkan topinya. Ketika tahu bahwa Jemmy Gendut melihatnya, ia segera mundur kembali.

Orang-orang kulitmerah itu menghilang. Selama beberapa lama, masih terdengar suara “totsi-wuw, totsi-wuw” yang monoton, namun kemudian sepi.

Ketika itu, Winnetou berbalik dan pergi ke tempat Old Shatterhand berdiri sebelumnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Old Shatterhand menanti

17

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

dengan sabar. Setelah lebih kurang sepuluh menit, orang Apache itu kembali sambil menuntun kudanya menggunakan tali kekang. Sungguh luar biasa, bagaimana kuda itu bisa melewati hutan lebat di tanah yang begitu terjal. Kuda itu sejenis dengan kuda Old Shatterhand, tetapi kuda Old Shatterhand masih lebih bagus lagi. Karena keluhuran budinya, kepala suku itu menghadiahkan hanya yang terbaik kepada sahabatnya.

Kini keduanya berdiri berdampingan, dua sosok pria yang bahkan tak merasa perlu khawatir walaupun berhadapan dengan seluruh anggota suatu suku Indian. Sorot menyelidik yang tersirat di mata orang Apache itu memberi isyarat kepada Old Shatterhand bahwa ia tak perlu menjelaskan secara rinci tentang apa yang terjadi. Keduanya saling memahami hingga tak perlu mengutarakan isi pikiran mereka masing-masing. Namun, si kulitputih bertanya:

“Kepala suku Apache telah menemukan tempat para prajurit Shoshone mendirikan kemah?”

“Winnetou telah mengikuti jejak mereka,” jawabnya. “Jejak mereka menuju ke palung sungai kering, sejak dahulu kala, di tempat itu mengalir air dari gunung ke Danau Darah. Kemudian jejak itu mengarah ke kiri, melintasi bukit di Nastla-atahehle (lembah berbentuk ketel). Di sanalah mereka mendirikan kemah.”

“Apa mereka mendirikan kemah pemukiman?”“Tidak, tetapi kemah prajurit, jumlahnya tiga kemah dan di sanalah mereka

semua tinggal. Winnetou telah menghitung jumlah jejak mereka dengan teliti dan menuliskannya di pohon supaya engkau bisa membacanya. Pemimpin mereka tinggal di kemah berhias bulu elang. Ia bernama Tokvi-tey (Rusa Hitam), kepala suku Shoshone yang pemberani. Winnetou melihat wajahnya dari kejauhan, ia memiliki tiga parut bekas luka di pipinya.”

“Dan apa yang telah diputuskan oleh saudaraku kulitmerah?”“Winnetou tak bermaksud untuk menampakkan diri di hadapan suku

Shoshone. Ia tak takut namun karena mereka sedang dalam perjalanan untuk berperang, pertempuran pasti tak dapat dielakkan, padahal ia tak ingin membunuh seorang pun di antara mereka, karena mereka tak bersalah. Namun kini mereka telah menawan kedua orang mukapucat itu, dan saudaraku kulitputih ingin membebaskan mereka, jadi Winnetou pun harus bertempur melawan mereka.”

Yang dikatakan Apache itu sama dengan yang ada di benak Shatterhand. Ia pun tentu saja bermaksud sama, hingga ia tak perlu minta penjelasan lagi. Lalu Shatterhand bertanya:

“Apa saudaraku tahu, siapa kedua orang mukapucat itu?”“Winnetou melihat sosok gemuk. Oleh karena itu, ia bisa menduga bahwa

orang itu adalah Jemmy-petahtscheh, Jemmy Gendut. Pria yang satu lagi berjalan pincang ketika turun dari kuda. Kudanya tampak masih segar, demikian pula pakaiannya tampak masih bersih, sepertinya pria itu belum lama berkuda. Jadi, ia tinggal tak jauh dari sini. Saya menduga bahwa orang itu adalah Inda-hisch-schohl-dentschu. Orang-orang mukapucat menyebutnya sebagai Hobble Frank. Ia teman si Pemburu Beruang.”

Si Apache tak menemukan kata yang tepat untuk “pincang”. Keempat kata yang diucapkannya berarti: “pria yang berjalan dengan kaki buruk”. Ia telah menduga dengan tepat dan itulah bukti kecerdasannya yang luar biasa.

“Saudaraku kulitmerah telah menerka menerka nama kedua orang pemburu itu dengan tepat,” jawab Old Shatterhand. “Apakah ia telah melihat Hobble Frank dan sudah berada dekat kami ketika saya berbicara dengan mereka?”

“Ya. Winnetou telah mengamati dan melihat orang-orang Shoshone. Sekelompok orng di antara mereka telah pergi menuju Danau Darah. Karena ia tahu bahwa saudaranya kulitputih akan pergi ke sana juga, ia pun berkuda ke arah bukit

18

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

dan melalui hutan, langsung menuju pohon pertemuan. Namun kudanya tak bisa berlari cepat dan ia tak bisa memperingatkan saudaranya. Oleh karena itu, ia meninggalkan kuda di sana dan bergegas menyusul dengan berjalan kaki. Dari atas sini, ia mengamati saudaranya yang berdiri di bawah bersama kedua orang mukapucat itu. Ia juga melihat suku Shoshone yang mengamati jejak kulitputih. Kedua orang kulitputih ini bergegas pergi dan ditangkap oleh kulitmerah yang berhasil menyusul mereka. Tentu saja ia juga paham bahwa Old Shatterhand akan membebaskan mereka dan Winnetou akan berada di pihaknya. Ia juga menduga bahwa kedua orang kulitputih itu tak hanya berdua di Danau Darah dan Devil’s Head. Mereka menemukan jejak Old Shatterhand dan terpisah dari teman-teman mereka untuk mengikuti jejak itu selama beberapa lama. Saudaraku kulitputih tahu di mana teman-teman mereka berada, dan kini kita akan mencari mereka agar mereka pun bisa membantu kita membebaskan para tawanan.”

Inilah bukti nalarnya yang tajam. Old Shatterhand menjelaskan segala yang ia ketahui tentang Jemmy dan Frank secara singkat kepada Winnetou. Apache itu mendengarkan dengan seksama lalu berkata:

“Ugh! Jadi, anjing-anjing Sioux telah bertindak untuk melihat bahwa Winnetou dan Old Shatterhand takkan membiarkan si Pemburu Beruang mati di tiang siksaan. Hari ini kita akan membebaskan si Gendut dan si Pincang, lalu berkuda bersama mereka dan teman-teman mereka ke Yellowstone untuk menunjukkan kepada suku Sioux-Oglala bahwa Old Shatterhand, yang dulu pernah merobohkan tiga orang prajurit mereka yang paling berani hanya dengan tinju, sudah kembali berada di pegunungan Toli-tli-tsu.”

Kata yang terdiri dari empat suku kata itu artinya” “Sungai Kuning”. Jadi, sama maknanya dengan Yellowstone River.

Old Shatterhand sangat senang ketika Winnetou bersedia untuk bergegas membebaskan Baumann. Ia berkata:

“Saudaraku kulitmerah telah mengetahui keinginan saya. Kami datang ke daerah ini bukan untuk menumpahkan darah kulitmerah, namun kami pun takkan membiarkan orang yang tak bersalah menebus perbuatan saya yang dahulu dengan kematian. Winnetou hendaknya pergi bersama saya ke tempat mereka untuk ikut menolong!”

Mereka menuntun kuda menuruni lereng terjal, lalu menungganginya dan berpacu langsung menuju tempat Jemmy dan Frank ditangkap.

Tak lama lagi hari akan gelap. Oleh karena itu, mereka memacu kuda sejauh mungkin. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di tempat tertangkapnya para tawanan suku Shoshone. Di sana mereka berhenti sejenak untuk mengamati jejak.

“Tak tampak adanya perlawanan sama sekali,” kata Winnetou.“Tidak. Kedua orang mukapucat itu pun tak terluka. Seandainya Jemmy dan

Frank melawan, suku Shoshone pasti akan melukai mereka. Keduanya telah bertindak cerdik dan menyadari bahwa perlawanan bisa merugikan hingga mereka menyerahkan diri dengan sukarela.”

Winnetou menepiskan sebuah tangannya, dan bertanya,“Bertindak cerdik, kata Saudaraku? Saya ingin bertanya padanya, apakah ia

dan Winnetou akan menyerahkan diri jika diikuti oleh orang Shoshone!”“Menyerah? Kita berdua? Tentu saja tidak!”“Hough!”“Kita akan bertempur hingga mati, dan banyak orang Shoshone yang akan

gugur sebelum menangkap kita.”“Mungkin juga tidak bertarung. Winnetou ingin melihat orang Shoshone yang

berhasil mengejarnya dan Old Shatterhand ketika berkuda. Dan bukankah Old Shatterhand ahli menciptakan jejak aneh dan menutupi jejaknya sendiri? Orang-

19

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

orang Shoshone pasti seperti pria-pria yang dibutakan oleh Roh Agung. Tak sepasang mata pun bisa melihat jejak kita. Keberanian adalah modal seorang pria. Namun dengan kecerdikan, ia bisa mengalahkan lebih banyak musuh daripada menggunakan tomahawk.

Mereka melanjutkan perjalanan lurus ke selatan, lalu menuju kaki perbukitan dan berbelok arah kiri. Di sana terdapat tanah yang menurun menuju bekas danau.

“Apa Saudaraku telah memikirkan rencana untuk membebaskan kedua orang kulitputih itu?” tanya Shatterhand.

“Winnetou tak perlu rencana. Ia akan pergi ke tempat orang Shoshone dan menculik para tawanan, itulah gagasannya. Karena Indian Ular sangat dungu, Winnetou tak perlu memikirkan rencana. Old Shatterhand sudah punya bukti bahwa di kepala mereka tak ada otak. Shatterhand segera paham apa yang ia maksud.

“Ya”, katanya. “Tak seorang pun di antara mereka berpikir bahwa hampir semua pemburu tak sendirian di tempat ini. Seandainya berpikir begitu, mereka pasti akan mengirim beberapa orang pengintai. Jadi, kini kita sedang menghadapi orang-orang yang kepandaiannya tak perlu dikhawatirkan. Seandainya sang kepala suku, Tokvi-tey, sedang bersama orang-orangnya, beberapa orang pengintai pasti sedang berkuda di hadapan kita sekarang.”

“Mereka takkan menemukan kita, karena Winnetou dan Old Shatterhand akan mengalihkan perhatian dan menyesatkan mereka.”

Kini mereka telah sampai di suatu ngarai yang terbentang lurus ke barat menuju bukit. Di sana mereka menemukan jejak orang yang dicari, namun hari sudah gelap, hingga jejaknya tak terlihat jelas. Mereka berbelok ke kanan mengikuti jejak.

Ngarai itu agak lebar dan mudah dilalui. Meskipun gelap, kedua orang pemburu itu bisa melaju cepat. Derap kuda-kuda mereka tak keras dan hanya bisa terdengar dari jarak yang sangat dekat karena tak mengenakan ladam.

Sisi kiri ngarai tampaknya bercabang. Kedua orang ini berhenti. Ngarai itu menyempit. Mungkinkah keempat orang yang dicari mendirikan kemah di sini?

Ketika mereka berhenti di sana, kuda Winnetou mengais-ngais dan mengendus-endus tanah perlahan-lahan. Ini adalah pertanda bahwa hewan itu mencium bau asing, bahkan mungkin bau musuh.

“Kita ada di jalan yang tepat,” kata si kulitputih. “Kita berkuda ke kiri. Kuda ini mengatakan kepada kita bahwa di sana ada orang.”

Winnetou dan Old Shatterhand berjalan perlahan ke arah depan selama lebih kurang sepuluh menit, selanjutnya ngarai itu berbelok. Ketika kelokan telah dilalui, tampaklah api menyala di tempat yang letaknya lebih kurang seratus langkah dari mereka. Ngarai itu meluas dan membentuk lekukan yang ditutupi pepohonan. Di tengahnya, mata air memancar dari dalam tanah. Air yang keluar begitu sedikit hingga ketika keluar, kembali meresap ke dalam tanah berpasir.

Pepohonan tumbuh agak jauh dari tepi sungai, hingga terdapat tempat kosong untuk membuat api unggun. Kedua pemburu ini melihat tiga orang duduk bersama di tepi api unggun. Dari kejauhan, wajah mereka tak bisa dikenali.

“Bagaimana menurut saudaraku?” tanya Winnetou. “Apa mereka orangnya?”“Mereka hanya bertiga, sedangkan yang kita cari itu berempat. Sebelum

mereka mengetahui kedatangan kita, mari kita lihat sekali lagi siapakah mereka.”Ia turun dari kuda, demikian juga Winnetou.“Cukup saya sendiri yang ke sana,” kata Shatterhand.“Baiklah! Winnetou akan menunggu.”Ia memegang tali kekang kuda dan menuntun kuda-kuda itu sejauh mungkin

menuju tebing cadas. Tak mungkin orang bisa menyingkir lebih jauh dari tempat ini. Old Shatterhand mengendap maju dengan hati-hati hingga ke bawah pohon dan

20

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

menyelinap dari batang yang satu ke batang lain hingga berada di balik pohon yang paling dekat dengan api unggun itu. Kini ia bisa mengawasi ketiga orang itu dengan leluasa. Ia bahkan bisa mendengar yang mereka bicarakan.

Mereka adalah Davy Jangkung bersama Wohkadeh dan Martin Baumann. Si Bob Negro tak di sana. Si hitam yang baik itu sangat tertarik untuk berkelana dengan berkuda. Ia merasa bagaikan penunggang dari prairie. Ia selalu bersikap seperti itu. Oleh karena itu, setelah selesai makan ia bangkit dan berkata bahwa ia akan berjaga-jaga demi keselamatan “Massa” mudanya dan kedua orang “Massa” lainnya. Sia-sia Davy menjelaskan kepadanya bahwa sekarang ini ia tak perlu berjaga-jaga.

Ia tak berjaga di mulut jurang, tempat bahaya paling mungkin muncul, tetapi kini ia berpatroli ke arah yang berlawanan. Karena tak ada yang mencurigakan, ia segera kembali ke api unggun. Namun ia tak duduk di sana tetapi terus berjalan melewatinya. Sementara itu, Old Shatterhand mengawasi gerak-geriknya dari balik pohon tempatnya mengintai.

“Bob,” panggil Davy. “Diamlah di sana! Buat apa mondar-mandir? Sudah tahu bahwa di sekitar tempat ini tak ada orang Indian.”

“Bagaimanakah Massa Davy mengetahuinya!” jawab Bob. “Orang Indian adalah bisa berada di mana saja, di kanan, di kiri, di sana, di sini, di atas, di bawah, di belakang, di depan ---”

“Di kepalamu juga!” kata si Jangkung bergurau.“Massa boleh menertawakan. Bob mengetahui tugas. Massa Bob adalah

westman yang termashyur dan berbadan besar Dia tidaklah pernah membuat kesalahan. Jika para Indian datang, Massa Bob segeralah menghajarnya hingga mati.”

Dengan tinjunya yang kuat, ia berhasil merobohkan sebatang pohon cemara muda kering bergaris tengah dua puluh lima sentimeter. Ia merasa lebih aman dengan senjata itu daripada menggunakan pistol.

Kini ia melangkah ke arah berlawanan. Old Shatterhand pun merasa yakin bahwa yang dicarinya ada di depan mata. Namun ia sengaja tak menyapa mereka. Sebaliknya, si pemburu masih berdiam diri di balik pohon, karena menduga akan terjadi sesuatu yang mengejutkan. Ia menduga seperti itu karena melihat Bob berjalan menuju tempat Winnetou berdiri.

Ia tak salah menduga. Si Negro mendekati tempat itu. Pengalaman sebelumnya membuktikan bahwa kuda-kuda Indian tak bersahabat dengan orang-orang Negro karena bau mereka berbeda dari bau orang-orang Indian. Kedua kuda jantan itu mencium bau Bob dari kejauhan dan menjadi gelisah. Winnetou tahu tentang orang kulithitam yang sedang mendekat ini dan sudah mendengar dari Shatterhand bahwa memang ada seorang negro dalam kelompok itu. Jadi, kini ia yakin bahwa mereka adalah teman-temannya. Oleh karena itu, ia tak menganggap Bob sebagai musuh dan membiarkan si hitam itu mendekat.

Salah seekor di antara kuda-kuda itu meringkik dan Bob mendengarnya. Ia terdiam dan memasang telinga. Satu ringkikan lagi membuatnya yakin bahwa ada seseorang atau sesuatu di dekatnya.

“Siapakah di sana?’’ tanyanya.Tak ada jawaban.“Bob menanyakan, siapakah di sana! Jika tidak menjawabkan, maka Massa

Bob menghajarnya sampai mati, siapakah di sana!”Lagi-lagi tak ada jawaban.“Kalau begitu sekarang semuanya adalah harus mati, siapakah di sana!”Ia mengangkat cambuknya dan mendekat. Kuda Winnetou menegakkan

surainya, matanya berkilat-kilat. Karena marah, kuda itu mengangkat kaki depan

21

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

dan menendang Bob. Di hadapan Bob, tampak sosok tinggi besar. Ia melihat mata berkilat-kilat dan mendengar ringkik menyeramkan. Salah satu kaki kuda itu lewat di atas kepalanya dan menendang Bob hingga tersungkur di sisi kuda.

Bob orang pemberani, tetapi berhadapan dengan lawan seperti itu tentu terlalu berbahaya. Cambuknya terjatuh, lalu ia lari terbirit-birit dan berteriak sekuat tenaga:

“Woe to me! Help, help, help! Dia ingin membunuhkan Massa Bob! Dia ingin menelankan Massa Bob! Help, help, help!”

Ketiga orang yang duduk di perapian pun segera bangkit.“Apa yang terjadi?” tanya Davy. “A giant, sebuah raksasa, seekor hantu, seekor setan mau menelankan Massa

Bob hidup-hidup!”“Mana mungkin? Di mana?”“Di sana, di batu cadas.”“Jangan main-main, kulithitam! Di sini sama sekali tak ada hantu.” “Massa Bob telah melihatkan itu!”“Mungkin saja cadas berbentuk aneh.” “Tidak, itu bukanlah cadas!”“Atau sebatang pohon!”“Bukanlah sebatang pohon juga. Ia adalah hidup!”“Mungkin kamu salah lihat.”“Massa Bob tidaklah salah lihat. Hantu sangat besar, sangat, sangat!” Sambil

berkata demikian, dia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. “Ia adalah mempunyai mata seperti api, mengangakan mulut seperti naga dan menyemburkan ke Massa Bob, sehingga dia terjatuhkan. Massa Bob telah melihatkan jenggot lebat, sangat lebat, begitu panjang!”

Yang ia lihat sebenarnya surai kuda jantan yang sangat panjang. Dalam kegelapan, surai itu tampak seperti jenggot raksasa.

“Kamu bohong!” Tegas Davy.“O, Massa Bob tidaklah membohong, sungguh! Dia mengetahui, apa yang

telah dilihatnya. Massa Davy pergilah saja ke arah sana dan juga melihatnya!” “Baiklah, mari kita lihat lagi, makhluk apa yang dianggap si Negro, sebagai

seorang raksasa atau hantu itu!”Davy baru hendak melangkah, ketika tiba-tiba terdengar suara di

belakangnya:“Demi Tuhan, tetaplah di tempat, Master Davy! Ini memang tak ada

hubungannya dengan hantu.”Ia berbalik dan membidik. Dalam waktu bersamaan, senjata Wohkadeh juga

siap ditembakkan dan Martin Baumann juga sudah membidikkan pistolnya. Ketiga laras senjata itu mengarah kepada Old Shatterhand yang telah bangkit dari duduknya dan memperlihatkan diri dari balik pohon.

“Good evening!’’ Sapanya. “Turunkan senjata kalian, Mesch’schurs! Saya datang sebagai teman dan menyampaikan salam untuk kalian dari Jemmy Gendut dan Hobble Frank.”

Davy Jangkung menurunkan pistol, yang lain mengikutinya. “Kami dapat salam dari mereka?” tanyanya. “Jadi, kamu bertemu mereka?”“Ya, memang.”“Di mana?”“Di sana, di perbatasan Danau Darah, ketika mereka mengikuti jejak gajah.”“Benar. Apa mereka telah mengetahui siapa gajah itu?” “Ya, itu kuda saya.”“Ya ampun! Apa kudamu memiliki telapak kaki yang sangat besar, Sir?”

22

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Tidak. Sebaliknya, kakinya kecil dan mungil. Tetapi saya tak peduli jika kalian menganggap ladam ini sebagai kaki.”

Ia menunjuk empat ladam kuda yang tergantung di ikat pinggangnya. Si Jangkung segera menafsirkan hubungan antara ladam kuda dan jejak gajah.

“Aha, sungguh cerdik! Master asing ini memasang ladam itu pada kaki kudanya untuk mengelabui orang-orang yang melihat jejaknya! Bung, itu gagasan yang sangat bagus dan begitu hebat, seolah-olah saya sendiri yang menemukannya!”

“Ya, Davy Jangkung selalu punya gagasan paling cemerlang di antara seluruh pemburu berkuda yang melintasi dua samudra!”

“Jangan menghina, Sir! Saya juga sepintar kamu. Paham?” Dengan sorot meremehkan, pandangan Davy menyapu penampilan Old

Shatterhand yang bersih. “Saya sangat yakin,” jawab Shatterhand. “Dan karena sangat cerdik, Anda

pasti bisa mengatakan kepada saya, apa sesungguhnya hantu yang telah dilihat Bob yang baik hati ini?”

“Saya berani bertaruh, itu pasti kudamu, kalau tidak, akan saya lumat limapuluh kilogram peluru tanpa diolesi margarin dan tanpa ditaburi peterseli!”

“Saya rasa, Anda menerka dengan tepat.” “Untuk menerkanya, tak perlu bersekolah tinggi-tinggi layaknya Jemmy

Gendut. Tetapi katakan kepada saya, di mana sebenarnya Jemmy dan Frank bersembunyi. Mengapa kamu datang seorang diri?”

“Karena mereka dilarang datang. Mereka diundang oleh suku Shoshone untuk makan malam.”

Si Jangkung melangkah mundur karena terkejut. “Heavens! Maksudmu, mereka ditawan?” “Ya, itu maksud saya.” “Sungguh? Kamu Yakin? Benar?” “Ya. Mereka diserang dan ditahan.”“Oleh suku Shoshone? Tertangkap! Ditawan! Kami takkan mengizinkannya!

Wohkadeh, Martin, Bob cepat naik kuda! Kita harus segera menuju tempat suku Shoshone. Mereka berdua harus dibebaskan, kalau tidak, kita hancurkan orang-orang Shoshone hingga menjadi salad Rusia!”

Ia bergegas menuju kuda-kuda yang sedang merumput di tepi sungai. “Tahan, Sir!” kata Old Shatterhand. “Jangan terburu-buru. Tahukah Anda, di

mana suku Shoshone berada?” “Tidak, tapi saya harap kamu bisa mengatakannya pada kami!”“Dan berapa jumlah mereka?” “Jumlahnya? Kamu pikir, akan sempat terlintas dibenak saya untuk

menghitung jumlah mereka jika Jemmy dihajar? Jumlahnya mungkin ratusan atau cuma dua orang. Berapa pun jumlahnya, ia harus dibebaskan!”

“Oleh karena itu, tunggulah sebentar lagi sebelum memutuskan untuk berangkat! Saya rasa, masih ada beberapa hal yang harus kita bicarakan. Saya tak sendirian. Ada seorang teman yang juga ingin mengucapkan selamat malam kepada Anda.”

Winnetou tahu bahwa Old Shatterhand berbicara dengan Martin dan kawan-kawan. Oleh karena itu, ia menghampiri mereka dengan berkuda. Davy Jangkung agak terkejut melihat seorang kulitmerah ada di tengah-tengah orag kulitputih. Tampaknya ia tak menganggapnya sebagai kepala suku yang patut untuk dihormati. Oleh karena itu, ia berkata:

“Kulitmerah! Anda tampak sangat rapi. Kamu pasti bukan westman, kan?” “Ya. Memang bukan. Kamu menerka dengan tepat.”

23

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Saya rasa begitu! Dan, bukankah orang Indian ini adalah penduduk pribumi yang telah dihadiahi beberapa bidang lahan luas oleh ’Bapak Negara’, Washington?”

“Kini Anda keliru, Sir!” “Tentu tidak.”“Benar, temanku ini bukan orang yang diberi hadiah oleh presiden Amerika

Serikat. Sebaliknya ia…” Tiba-tiba Wohkadeh berseru, mengejutkan orang-orang lainnya. Indian muda

itu mendekati Winnetou dan mengamati senapan di tangannya. “Uff, uff!” serunya. “Maza-skamon-za-wakon—Senapan Perak!” Walaupun si Jangkung hanya mengerti beberapa patah kata bahasa Sioux,

namun ia paham maksud Wohkadeh. “Senapan Perak?” tanyanya. “Di mana? Ah, ini, di sini! Perlihatkanlah, Sir

kulitmerah!” Winnetou memperlihatkannya.“Ini Maza-skamon-za-wakon,” seru Wohkadeh. “Jadi, prajurit kulitmerah ini

adalah Winnetou, kepala suku Apache yang agung!” “Apa? Bagaimana? Tak mungkin!” seru si Jangkung, “Tetapi, jika yang pernah

saya dengar dari teman-teman saya memang benar, senapan ini tampaknya serupa dengan Senapan Perak.”

Ia memandangi Winnetou dan Old Shatterhand sambil bertanya-tanya. Wajahnya tampak bodoh.

“Ini memang Senapan Perak,” jawab Shatterhand. “Teman saya ini Winnetou.”

“Dengar bung, jangan bergurau dengan saya!” “Bah! Jika Anda mau, anggap saja sebagai lelucon. Saya tak ingin menulis

silsilah suku Apache di punggung kalian.”“Kamu juga pasti akan sulit menerimanya, Sir! Tetapi, jika gentleman

kulitmerah ini benar-benar Winnetou, siapa kamu sebenarnya? Kamu pasti…”Ia berhenti bicara. Sambil berpikir tentnag siapa gerangan orang ini, ia lupa

menutup mulutnya. Ia terperangah memandang Old Shatterhand, lalu menepuk tangannya, melompat kegirangan dan melanjutkan:

“Wah, saya seperti orang yang sangat idiot karena telah menghina westman paling termasyur di dunia! Jika orang Indian ini Winnetou, Anda ini tak lain dan tak bukan, pasti Old Shatterhand, karena kedua orang ini saling berpasangan layaknya Jemmy Gendut dan saya. Jadi, katakan bahwa itu benar, Sir?”

“Ya, Anda benar.” “Nah! Karena gembira, saya ingin memetik bintang-bintang di langit dan

meletakkannya di pohon untuk merayakan malam perkenalan di bawah gemerlapnya bintang-bintang. Selamat datang, Mesch’schurs, selamat datang di api unggun kami! Maafkan kebodohan yang telah kami lakukan!”

Davy menyodorkan kedua tangannya dan menggenggam tangan mereka erat-erat, hingga mereka tampak ingin berteriak kesakitan. Si Bob Negro tidak berkata apa-apa. Ia merasa sangat malu karena menyangka seekor kuda sebagai hantu. Wohkadeh menghampiri pohon. Ia bersandar di pohon itu dan memandangi kedua pendatang baru itu dengan kagum. Pemuda Indian ini sudah terbiasa bersikap rendah hati. Wohkadeh merasa yakin bahwa kesalahan terbesar adalah jika berdiri sejajar di sisi salah seorang di antara mereka. Martin Baumann mengamati kedua pria itu dengan seksama dari tempat yang tak jauh dari si Indian muda. Ia telah banyak mendengar kisah kepahlawanan mereka. Martin berdiri tepat dihadapan kedua pahlawan itu, lalu maju sambil berusaha berdiri sejajar dengan mereka, walaupun tak berharap akan bisa menyamai mereka sepanjang hidupnya.

24

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Winnetou menyalami Davy dan mengangguk kepada ketiga orang lainnya. Itulah caranya yang sejati, berbeda dengan Old Shatterhand yang wataknya ceria dan menyalami mereka dengan sangat ramah, bahkan si Negro juga. Ini membuat Wohkadeh terharu. Ia meletakkan tangan kanannya di dada dan berkata perlahan untuk meyakinkan:

“Wohkahdeh bersedia mengorbankan nyawa demi Winnoetou dan Old Shatterhand! Hough!”

Setelah acara penyambutan selesai, Shatterhand dan Winnetou duduk di depan api. Shatterhand bercerita dan Winnetou diam tanpa menimpalinya, tetapi ia mengambil pipa dan mengisapnya. Bagi Davy Jangkung, itu menandakan bahwa Winnetou ingin merokok dengan teman-teman seperjuangannya. Tentu saja ia merasa sangat senang. Dugaannya diperkuat oleh pernyataan Shatterhand, bahwa hari ini mereka berdua siap membebaskan Jemmy dan Frank dengan berkuda menuju Yellowstone River.

Kini Winnetou menyalakan pipa dan mengangkatnya. Setelah mengepulkan asap rokok ke arah yang sudah ditentukan, ia mengatakan bahwa ia ingin menjadi Nta-je (saudara tua) kenalan barunya. Kemudian ia memberikan pipa kepada Shatterhand. Darinya pipa itu pindah ke Davy. Setelah Davy menghisap pipa perdamaian, ia merasa sangat bingung. Kedua orang termashyur itu telah merokok dari pipa ini. Bolehkah ia memberikannya pada Martin dan bahkan si Negro?

Winnetou tahu yang dipikirkan si Jangkung. Ia menganggukkan kepala kepada ketiga orang itu dan berkata:

“Anak pemburu beruang telah merobohkan grizzly dan Wohkadeh adalah penakluk banteng putih. Keduanya adalah pahlawan hebat. Sudah sepantasnya mereka menghisap pipa perdamaian bersama kami, begitu juga si kulithitam yang bahkan berani memukul hantu hingga mati.”

Itu lelucon yang sebenarnya bisa membuat orang tertawa terbahak-bahak. Tapi ketika menghisap pipa perdamaian, orang harus menghindari gelak tawa seperti itu. Bob merasa wajib mengembalikan harga dirinya. Oleh karena itu ketika mendapat giliran terakhir, ia menghisap pipa itu dalam-dalam beberapa kali, mengangkat tangan dan merentangkan kelima jarinya lebar-lebar, seolah-olah ia ingin bersumpah sebanyak lima kali dan berseru:

“Bob adalah Massa Bob, adalah seorang pahlawan dan seorang gentleman! Dia adalah teman dan pelindung dari Massa Winnetou dan Massa Old Shatterhand. Dia akan merobohkan semua musuh-musuh mereka. Dia melakukan segalanya untuk mereka. Akhirnya dia– dia – dia memukuli dirinya sendiri sampai mati!”

Sumpah persahabatan telah diikrarkan! Mata Bob berputar-putar dan giginya gemeretak. Ia sengaja melakukannya untuk menunjukkan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh bersumpah seperti itu. Ia menerima ikrar persahabatan ini dengan kesungguhan hati.

Sementara ini mereka belum bisa bertindak, karena tak mungkin membuat rencana tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan para tawanan. Terlebih dulu, mereka harus pergi ke perkemahan suku Shoshone untuk menyelidiki keadaan di sana. Jika telah mengintai, apa yang harus dilakukan baru bisa diputuskan.

Davy Jangkung tentu saja yang paling geram begitu tahu bahwa temannya, Jemmy, berada dalam cengkeraman orang-orang kulitmerah. Begitu pula Martin yang merasa sangat khawatir pada Hobble Frank. Baik Davy maupun Martin telah siap mempertaruhkan nyawa mereka demi membebaskan kedua teman mereka.

Wohkadeh tak mengatakan apa pun selain: “Wohkadeh tahu bahwa kedua mukapucat itu akan mengalami kemalangan.

Ia telah memperingatkan, tapi mereka berdua tak mau mendengar.”

25

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Bagaimanapun, mereka telah bertindak tepat,” Davy menjelaskan. “Seandainya mereka tak mengikuti jejak gajah, mereka mungkin takkan bertemu dengan sang kepala suku Apache dan Old Shatterhand. Kini mereka memang sedang ditawan, tetapi akan segera kita bebaskan mereka. Apalagi, kini kita memiliki dua orang penolong, yaitu kedua teman baru kita, yang bisa menjadi tumpuan harapan. Ayo, kita harus berangkat ke tempat suku Shoshone sekarang juga! Sudah selayaknya mereka tahu siapa Davy Jangkung!”

Akhirnya mereka pun berangkat. Mereka berenam berkuda secepat mungkin di jalan yang tadi mereka tempuh, kemudian menuruni kedua ngarai itu. Begitu keluar dari ngarai utama, mereka segera berbelok ke kiri menuju utara. Tak jauh dari ngarai, Winnetou tiba-tiba menghentikan kuda. Yang lain pun segera berbuat serupa.

“Winnetou akan berkuda lebih dulu,” katanya. “Saudara-saudara saya hendaknya mengikuti saya dengan langkah lebih lambat agar tak timbul suara. Mereka hendaknya melakukan segala yang dianjurkan Old Shatterhand.”

Winnetou turun dari kudanya dan selama beberapa lama, sibuk memasang ladam pada keempat kaki kudanya. Kemudian ia kembali duduk di atas kuda dan memacunya. Suara yang ditimbulkan derap kudanya hampir tak terdengar. Derap kuda hampir tak terdengar dan sangat lembut bagaikan manusia yang tengah memukul-mukul tanah. Sementara itu, yang lain segera mengikuti dengan kecepatan sesuai anjurannya.

“Apa yang ia lakukan?” tanya Davy.“Apa tadi Anda tak melihat bahwa di ikat pinggangnya tergantung ladam kuda

seperti milik saya?” jawab Old Shatterhand. “Ia memasang ladam di kaki kuda hitamnya agar bunyi derapnya tak terdengar dan agar ia sendiri dapat mendengar lebih banyak suara.”

“Mengapa?”“Orang-orang Shoshone yang menangkap teman-teman Anda memang tak

berpikir bahwa kedua orang tawanannya memiliki teman yang berada tak jauh dari mereka, namun Tokvi-tey, kepala suku Shoshone, lebih pintar dan lebih berhati-hati daripada para prajuritnya. Ia pasti mengatakan bahwa kedua pemburu itu tak mungkin berani berkelana di daerah berbahaya ini jika hanya berdua. Oleh karena itu ia, pasti mengutus pengintai.”

“Bah! Sungguh tindakan sia-sia. Bagaimana para pengintai itu bisa menemukan kami dalam gelap seperti ini? Mereka tak tahu di mana kami berada. Lagi pula, mereka tak bisa melihat jejak-jejak kami.”

“Anda dikenal sebagai westman sejati, tetapi ucapan ini membuat saya sangat heran, Master Davy. Tempat ini adalah padang perburuan milik suku Shoshone, jadi mereka pasti sangat mengenal wilayah ini. Atau Anda tak berpendapat demikian?”

“Tentu saja demikian!”“Baiklah kalau begitu! Apakah para pemburu yang senantiasa berhati-hati

akan berkemah di tempat terbuka seperti ini? Tempat berpasir yang dahulu merupakan danau.”

“Sama sekali tidak.”“Kalau begitu di mana?”“Di sana, di sela-sela pegunungan.” “Jadi, di lembah atau ngarai. Jika menjelajahi seluruh daerah ini, Anda hanya

akan menemukan dua tempat untuk beristirahat, yaitu sungai tua yang sedang disusuri oleh orang-orang Shoshone dan lembah tempat Anda berkemah tadi. Sudah jelas, mereka pasti akan mencari kalian di lembah itu.”

26

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Ya ampun! Anda benar, Sir. Hanya Anda yang bisa memperoleh gagasan secemerlang itu.”

“Terima kasih atas pujiannya. Tetapi, yang baru saja saya katakan kepada Anda adalah hal yang biasa saja karena setiap orang yang sudah beberapa bulan tinggal di wilayah barat ini juga pasti mengatakan hal yang sama. Lebih jauh lagi, di daerah macam ini, biasanya teman seperjalanan hanya berpisah sebentar. Dapat disimpulkan bahwa kalian belum terpisah dari Jemmy dan Frank. Kemah kalian pun pasti tak jauh dari tempat ini, yaitu di suatu ngarai. Karena di sana terdapat ngarai yang pasti dijadikan tempat berkemah oleh para westman bijaksana, orang-orang Shoshone pun pasti tahu di mana harus mencari kalian. Tindakan yang awalnya Anda anggap tak mungkin ini sebenarnya merupakan tindakan yang sama sekali tak sulit bagi mereka. Kepala suku Shoshone pasti sangat mengetahuinya, begitu pula Winnetou. Itulah alasan mengapa ia berkuda lebih dulu. Ia hendak mencegah, jangan sampai keberadaan kita diketahui para pengintai.”

Davy bergumam cukup keras kepada dirinya sendiri, kemudian berkata:“Sangat mungkin, Sir! Tetapi menurut saya, tindakan orang Apache itu lagi-

lagi tak ada gunanya sama sekali.”“Mengapa?”“Dalam gelap seperti ini, bagaimana ia bisa mengetahui bahwa ada pengintai

yang mendekatinya? Para pengintai itu pun tak bisa melihat maupun mendengar bunyi kudanya.”

“Sebaiknya jangan meragukan Winnetou. Pertama, ia memiliki kuda yang sangat luar biasa. Latihan keras telah menempa kesempurnaan kuda itu dan tampaknya Anda sama sekali tak mengetahuinya. Sebagai contoh, ketika kami memasuki ngarai kedua, kuda itu dengan jelas mengatakan kepada kami bahwa kalian pernah berada di tempat itu. Sekarang pun kuda itu kembali menunjukkan kepada tuannya agar tuannya menjaga jarak dengan setiap makhluk lain, apalagi karena kini kita sedang berkuda melawan arah angin. Selain itu, Anda tak mengenal orang Apache ini. Winnetou punya ketajaman indera seekor binatang liar. Jika kelima inderanya tak mampu membaca situasi, ia akan mengandalkan indera keenam yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang telah hidup di rimba sejak muda. Indera miliknya itu adalah kemampuan menduga atau naluri. Setiap orang yang memilikinya, dapat mempercayainya, sebagaimana mempercayai penglihatannya.”

“Hm, saya juga punya sedikit indera keenam!”“Saya juga. Tetapi dalam hal ini, Winnetou tak ada tandingannya. Lagi pula

Anda harus memperhitungkan kuda Winnetou yang mengenakan ladam, sementara orang-orang Shoshone tak mungkin bersusah payah mengurangi bunyi derap kuda mereka, jika beberapa orang di antara mereka memang sedang dalam perjalanan untuk menangkap kalian.”

“Oho! Tetapi mereka juga akan tetap berhati-hati!”“Tidak, karena dalam hal ini, mereka menganggap tindakan yang terlalu

berhati-hati bukan hanya sia-sia, tetapi justru akan membahayakan mereka.”“Mengapa membahayakan?”“Sebab mereka akan kehilangan kecepatan yang sangat mereka butuhkan.

Mereka sangat yakin bahwa Anda sedang di perkemahan menanti teman-teman. Mereka juga merasa yakin bahwa di tempat ini tak ada orang lain lagi. Oleh karena itu, mereka tak memperlakukan kuda-kuda mereka secara khusus.”

“Hm, jika Anda menjelaskan sesuatu dengan cara seperti ini, orang pasti akan langsung sependapat dengan Anda. Sejujurnya saya ingin mengatakan bahwa saya pernah mengalami sedikit penderitaan dan beberapa kali juga pernah memperdayai orang-orang pintar. Itulah sebabnya saya selalu berpendapat bahwa saya ini pemuda matang yang sangat pandai. Tapi kini saya harus sedikit mengakui Anda. Winnetou

27

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

tadi mengatakan bahwa sebaiknya kami menuruti keinginan Anda. Dengan demikian, ia menyatakan Anda menjadi pimpinan kami. Oleh karena itu, saya agak jengkel. Tapi kini saya akui bahwa Winnetou telah melakukan hal yang benar. Kini kedudukan Anda lebih tinggi daripada kami dan selanjutnya, saya sangat senang berada di bawah perintah Anda.”

“Bukan begitu maksudnya. Di prairie, semua orang memiliki hak yang sama. Saya tak ingin berlagak menjadi pemimpin. Setiap orang membantu orang lain sesuai kemampuan dan pengalaman masing-masing. Tak seorang pun boleh melakukan sesuatu tanpa persetujuan yang lainnya. Begitulah yang seharusnya dan kita akan selalu memegangnya.”

“Well! Kalau begitu semuanya beres. Tapi apa yang akan kita lakukan jika bertemu dengan pengintai, Sir?”

“Menurut Anda bagaimana?”“Membiarkan mereka lari?”“Begitu?”“Ya. Mereka tak bisa mencelakai kita. Kita akan bertindak sebelum mereka

kembali pulang.”“Kita tak bisa melakukannya. Jika dibiarkan pergi begitu saja, mereka pasti

akan menemukan perkemahan yang kita tinggalkan serta api unggun yang telah kita padamkan.”

“Apa ruginya?”“Sangat banyak. Dari situ mereka akan menyimpulkan bahwa kita pergi untuk

menolong para tawanan.”“Menurut Anda, mereka benar-benar akan menyangka begitu? Apa tak

mungkin bahwa mereka akan menyangka kita meneruskan perjalanan?”“Sama sekali tak mungkin. Orang-orang yang sedang menanti teman-

temannya pasti takkan melanjutkan perjalanan hingga mereka datang. Hal ini akan berlaku dengan sendirinya.”

“Jadi, Anda hendak menyergap para pengintai?”“Setidaknya begitu.”“Membunuh mereka?”“Tidak. Tahukah Anda, darah manusia adalah cairan yang sangat berharga.

Winnetou dan Old Shatterhand sangat mengetahuinya hingga mereka takkan menumpahkan setetes darah pun jika tak terdesak. Saya adalah teman orang-orang Indian. Saya tahu siapa yang benar, mereka atau orang-orang yang selalu memaksa mereka mempertahankan hak hingga titik darah penghabisan. Orang-orang kulitmerah bertarung melawan keputusasaan dan kalah. Namun setiap tengkorak Indian kelak akan menyeruak dari bumi, meneriakkan seruan bisu ke langit yang diceritakan dalam kitab Kejadian11 pasal empat. Saya bergaul dengan Indian. Jadi, jika mereka menganggap saya sebagai musuh, saya segera tahu bahwa mereka dipaksa melakukannya oleh orang lain. Oleh karena itu, saya tak mau membunuh.”

“Tetapi, bagaimana Anda hendak menyergap mereka tanpa membunuh? Bagaimana pun, pertarungan tak akan terelakkan jika mereka bertemu dengan kita. Mereka pasti menyerang menggunakan senapan, tomahawk, pisau…!”

“Bah! Saya tak berharap untuk berjumpa dengan musuh-musuh kita. Tetapi demi pertanyaan Anda, semoga mereka mengutus para pengintai. Dengan demikian, Anda punya kesempatan untuk melihat cara mengatasi orang-orang layaknya mereka.”

“Tapi bagaimana jika jumlah mereka banyak?”

11 Kejadian, kitab pertama dalam Alkitab yang mengisahkan penciptaan bumi.

28

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Kita tak perlu mengkhawatirkannya. Semakin banyak orang, justru semakin menghambat. Oleh karena itu, mereka takkan mengirim lebih dari dua orang dan… Tunggu, saya yakin, Winnetou datang!”

Sejenak kemudian Winnetou telah berada di hadapan mereka tanpa terdengar.

“Pengintai!” ujarnya singkat.“Berapa banyak?” tanya Shatterhand.“Dua orang.”“Bagus! Winnetou, Davy, dan saya tetap tinggal di sini. Sedangkan yang lain

segera pergi ke danau pasir di sana. Sebaiknya mereka membawa serta kuda-kuda kami dan tetap menanti di sana hingga kami panggil.”

Old Shatterhand turun dari kuda, begitu juga Davy. Winnetou menyerahkankan tali kekang kudanya kepada Wohkadeh. Beberapa detik kemudian, Wohkadeh, Martin dan Bob menghilang.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Davy.“Jangan berbuat apa pun selain berhati-hati,” jawab Shatterhand.

“Berlindunglah di balik pohon ini agar Anda tak terlihat mereka. Dengar! Mereka datang.”

Shatterhand dan si Apache telah menyerahkan senjata mereka bersama kuda-kuda kepada ketiga orang tadi.

“Schi darteh, ni owjeh—saya tangani yang ini, kamu yang itu!” ujar si Apache sambil menggerakkan tangan ke kanan-kiri. Setelah itu, ia pun menghilang.

Davy si Jangkung merapat pada pohon yang sebelumnya ditunjuk oleh Old Shatterhand. Tak sampai dua langkah darinya, Shatterhand bertiarap di tanah. Kedua orang Shoshone itu mendekat cukup cepat. Mereka sedang bercakap-cakap. Dialek mereka menunjukkan bahwa mereka benar-benar orang Shoshone. Itu saja sudah cukup. Kedua orang Shoshone telah sampai dan kini melewati mereka.

Davy Jangkung menyaksikan, Old Shatterhand bangkit, mengambil ancang-ancang dan melompat ke atas kuda para pengintai.

“Saritsch—Anjing!” seru salah seorang di antara kedua pengintai itu. Setelah itu, tak terdengar kata lain lagi.

Davy melompat maju. Ia melihat dua orang di atas seekor kuda, atau yang lebih tepat, empat orang di atas dua ekor kuda. Winnetou dan Shatterhand masing-masing berada di belakang dua orang Shoshone. Kuda-kuda orang Shoshone ketakutan dan lari tak terkendali. Kedua ekor hewan itu menghentak-hentakkan kaki mereka ke belakang, ke depan, dan juga bergerak-gerak ke kanan-kiri—sia-sia. Kedua orang pria termasyur itu memegang erat-erat korban sekaligus kuda-kuda mereka. Pemenang pertarungan singkat antara hewan dan manusia ini adalah sang penyerang, Winnetou dan Shatterhand. Kuda-kuda itu kini berdiri tenang, sedangkan kedua orang Shoshone memang tak sanggup melakukan perlawanan sejak awal.

Shatterhand melompat turun dari kuda sambil membawa seorang pengintai yang nasibnya sungguh malang. Ia pingsan.

“Sarki—selesai?” tanya Shatterhand sambil menoleh ke kanan.“Sarki—selesai!” jawab Winnetou.“Hai! teman-teman, kemarilah.”Begitu mendengar seruan keras itu, Wohkadeh, Martin, dan Bob segera

mendekat.“Mereka milik kita, harus diikat di atas kuda masing-masing menggunakan

lariat.12 Mereka juga akan mengantarkan kita. Dengan demikian, kita memiliki dua orang sandera yang sangat berguna.”

12 Lariat, Tali yang dipakai gembala sapi untuk menangkap ternak, tali penjerat ternak atau laso.

29

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Kedua orang Shoshone yang dicekik lehernya ketika diserang, sudah siuman. Senjata-senjata mereka tentu saja sudah dilucuti dan tangan mereka pun sudah diikat. Kemudian mereka diikat di atas kuda masing-masing menggunakan tali laso yang tak bisa putus, dengan tangan ke belakang dan kaki di bawah perut kuda. Old Shatterhand mengatakan bahwa sedikit saja mereka berusaha melarikan diri, riwayat mereka akan tamat. Perjalanan pun kembali dilanjutkan.

Meskipun para pengintai telah tertangkap, Winnetou tetap menunggang kuda di muka. Ini merupakan tindakan pencegahan yang dianggap sangat penting oleh si Apache.

Tak lama kemudian, tibalah mereka di suatu sungai tua. Jika berjalan ke kiri, akan tiba di pegunungan. Para penunggang kuda ini menyusuri sungai tua itu. Mereka tak mengucapkan sepatah kata pun karena bisa saja salah seorang dari para pengintai itu menguasai bahasa Inggris hingga akan mengerti kata-kata yang mereka ucapkan.

Setelah berkuda selama setengah jam, mereka mendapati bahwa Winnetou, yang sebelumnya berkuda jauh di depan mereka, sedang berhenti.

“Silakan saudara-saudara saya turun,” katanya. “Orang-orang Shoshone berjalan melalui hutan ini untuk mencapai puncak. Kita harus mengikuti mereka.”

Perjalanan menjadi tak mudah karena para tawanan harus tetap berada di atas kuda. Di sela-sela pepohonan, keadaan gelap gulita. Para pria itu harus meraba-raba yang ada di hadapan mereka dengan satu tangan, sementara tangan yang lain harus menuntun kuda. Yang terberat adalah tugas Winnetou dan Shatterhand karena mereka berjalan di muka sambil menuntun kuda-kuda para tawanan. Kini baru terasa, betapa berharganya kedua ekor kuda hitam milik mereka. Kedua ekor hewan itu berlari mengikuti majikan mereka layaknya seekor anjing. Mereka tak mendengus sedikit pun walaupun yang dilalui termasuk medan sulit. Sebaliknya, kuda-kuda milik keempat orang lainnya terdengar mendengus sangat keras.

Akhirnya, perjalanan yang melelahkan itu pun berlalu. Si Apache menghentikan langkah.

“Saudara-saudara saya kini hampir tiba di tujuan,” katanya. “Mereka boleh menambatkan kuda-kuda dan membantu mengikat kedua orang tawanan ini ke pohon.”

Permintaan Winnetou segera dilaksanakan. Kedua orang Shoshone itu diam saja mereka masing-masing diikat pada sebatang pohon, mulut mereka disumpal sapu tangan agar tetap bisa bernapas melalui hidung namun tak bisa berbicara maupun berteriak. Kemudian si Apache meminta kepada rekan-rekannya untuk mengikutinya.

Apache itu berjalan hanya beberapa langkah di muka rekan-rekannya. Kini jalan mulai mendaki. Mereka mendaki dari arah timur. Setelah itu, jalan menurun cukup curam ke arah barat. Di bawah sana terletak lembah yang disebut Winnetou sebelumnya. Di sana tampak cahaya api unggun yang cukup besar dan terang. Tentu saja sangat tak mungkin jika harus melongok ke bawah sekarang. Mereka memang bisa melihat cahaya api unggun, namun selain itu, tak ada lagi yang bisa dilihat. Segalanya diselimuti kegelapan.

“Nah, di bawah sanalah temanku Jemmy Gendut berada,” kata Davy. “Nah, apa yang akan ia lakukan?”

“Apa yang dapat dilakukan tawanan yang berada dalam cengkeraman orang-orang Indian—sama sekali tidak ada,” jawab Baumann muda.

“Oho! Kalau begitu, kamu tak mengenal Jemmy dengan baik, my boy! Ia pasti telah memikirkan cara agar dapat sedikit berjalan-jalan di tengah malam ini tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada orang-orang kulitmerah itu!”

30

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Ia tak boleh melakukannya tanpa kami,” ujar Shatterhand. “Ngomong-ngomong, sebenarnya saya telah memberitahunya bahwa kami akan datang, dan itu berarti ia tahu bahwa saya juga akan membawa Anda.”

“Baiklah, kalau begitu jangan buang waktu lagi. Kita harus segera turun, Sir!”“Tentu saja, tetapi kita tak boleh gegabah dan harus berhati-hati. Masing-

masing orang harus berada di belakang orang yang lainnya. Namun, satu orang harus tetap di sini menjaga kuda-kuda tunggangan dan para tawanan, dan orang itu harus dapat dipercaya. Orang itu adalah Wohkadeh!”

“Uff!” seru Indian muda itu. Ia merasa sangat tersanjung atas kepercayaan yang diberikan Old Shatterhand kepadanya.

Keputusan Old Shatterhand untuk meninggalkan Indian muda itu seorang diri bersama para tawanan dan kuda-kuda tunggangan yang membawa seluruh harta mereka memang merupakan tindakan beresiko karena ini adalah pertemuan pertamanya dengan Wohkadeh. Tapi kejujuran yang diperlihatkan Wohkadeh kepada Old Shatterhand telah memikat hatinya. Kejujuran inilah yang membuat Wohkadeh tetap hidup. Selain itu, Shatterhand merasa salut terhadap sikap dingin pemuda Indian itu, yang tentu saja sangat sesuai untuk tugas ini.

“Saudara muda saya kulitmerah sebaiknya duduk di sini sambil menggenggam pisau untuk menjaga para tawanan,” ujarnya kepada Wohkadeh, “dan jika orang-orang Shoshone itu ada yang berusaha melarikan diri atau mencoba bersuara, tusuk saja pisau itu ke jantungnya!”

“Wohkadeh pasti akan melakukannya!”“Ia harus tetap di sini dan apapun yang terjadi, jangan tinggalkan tempat

ini!”“Wohkadeh akan terus duduk di sini. Jika saudara-saudaranya tak kembali, ia

tetap akan ada di sini meskipun harus kelaparan!”Ia mengucapkan janji dengan suara mantap. Ini menunjukkan bahwa ia

sangat bersungguh-sungguh. Ia mencabut pisau Bowie miliknya dan duduk di tengah-tengah para tawanan. Old Shatterhand menjelaskan kepada tawanan-tawanan itu, apa yang akan mereka peroleh jika tak ingin menjaga sikap. Sesudahnya, barulah ia dan keempat rekannya menuruni jalan yang cukup curam itu.

Sebagaimana yang telah disebut sebelumnya, jalan ini menurun cukup curam. Pohon-pohon tumbuh sangat rapat dan di antara pepohonan ini terdapat banyak sekali semak-semak. Oleh karena itu, kelima orang pria pemberani ini harus senantiasa berhati-hati dan melangkah sangat pelan. Mereka tak boleh menimbulkan bunyi apa pun. Suara ranting kecil yang patah pun akan memperdengarkan kedatangan mereka.

Winnetou berjalan di paling muka karena penglihatannya di malam hari sangat tajam. Martin Baumann berjalan di belakangnya, lalu Davy Jangkung dan si Negro mengikuti. Sedangkan Old Shatterhand berjalan paling belakang.

Tigaperempat jam sudah berlalu. Jalan itu pun akhirnya terlewati. Padahal, jika dilakukan pada siang hari, perjalanan ini hanya membutuhkan waktu tak lebih dari lima menit. Kini mereka berada di dasar lembah, tepatnya di pinggir hutan karena dasar lembah ini berupa tanah berumput tanpa pepohonan. Yang ada hanya semak belukar yang tumbuh sendiri-sendiri di sana-sini.

Satu api unggun menyala terang benderang yang sama sekali tak mencerminkan kebiasaan orang Indian. Inilah tandanya orang-orang Shoshone merasa sangat aman.

Jika orang kulitputih menyalakan api unggun, kayu yang digunakan bertumpuk-tumpuk. Akibatnya api berkobar semakin tinggi, menerangi sekelilingnya dan mengeluarkan banyak asap. Sedangkan orang-orang Indian meletakkan

31

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

potongan-potongan kayu membentuk jari-jari lingkaran yang ujungnya saling bertemu di tengah. Di titik tengah itu menyala api kecil. Besar kecilnya nyala api dapat diatur, tergantung seberapa jauh potongan-potongan kayu itu didorong ke tengah. Api unggun seperti itu sudah cukup bagi orang-orang kulitmerah. Nyala apinya sangat kecil dan sangat mudah dipadamkan hingga asap yang keluar pun sangat sedikit. Dengan demikian, keberadaan mereka hampir tak dapat dilihat. Kayu-kayu yang digunakan pun harus kayu pilihan agar ketika terbakar tak menimbulkan bau menusuk. Ini harus dilakukan karena di wilayah barat ini, bau asap dapat sangat membahayakan. Indera penciuman pria-pria Indian sangat tajam, hingga mereka dapat mencium bau asap dari jarak yang sangat, sangat jauh.

Sementara itu, api unggunnya menyala sangat terang mencerminkan cara orang kulitputih. Bau daging panggang menyebar ke seluruh lembah. Winnetou mengendus-endus udara dan berbisik:

“Mokasschi-si-tscheh—daging punggung banteng.”Indera penciumannya sangat tajam. Ia bahkan dapat menyebutkan bagian

tubuh hewan yang dagingnya dipotong untuk dipanggang.Di sana tampak pula tiga tenda besar. Ketiga tenda itu membentuk sudut

lancip. Di puncak sudut itu ditempatkan lima orang pengintai. Tenda yang paling dekat dengan kelima orang pengintai itu adalah tenda kepala suku karena tenda itu berhias bulu burung elang. Di tengah-tengah segitiga itu menyala api unggun.

Kuda orang-orang kulitmerah tampak sedang merumput dengan bebas. Para prajurit duduk di dekat api unggun sambil memotong daging yang sedang dipanggang mengunakan sebatang ranting. Sikap mereka sama sekali tak mencerminkan kebiasaan orang Indian. Mereka sangat ribut. Mereka merasa bahwa suasananya yang sangat baik karena memiliki dua orang tawanan. Meskipun merasa aman, mereka tetap menempatkan beberapa orang penjaga yang berpatroli hilir mudik. Namun sikap mereka tampak sangat tak tenang karena tak diperbolehkan duduk bersama yang lain dekat api unggun.

“Suatu kisah yang tak menyenangkan!” gerutu Davy. “Bagaimana caranya membebaskan teman-teman kita? Apa pendapat kalian, Mesch’schurs?”

“Kami ingin mendengar pendapat Anda lebih dahulu, Master Davy,” jawab Shatterhand.

“Pendapat saya? Zounds! Saya tak punya pendapat.”“Kalau begitu berbaik hatilah dengan memutar otak sedikit saja!”“Suasananya sama sekali tak membantu. Yang saya bayangkan sungguh

berbeda dengan kenyataan yang ada. Orang-orang kulitmerah itu tak berakal. Mereka semua jongkok di tengah tenda-tenda mengelilingi api unggun hingga tak mungkin bisa menyelinap ke salah satu tenda! Kita bisa ketahuan!”

“Tampaknya Anda menyukai kenyamanan, Sir! Apa Anda mengharapkan orang-orang Indian itu akan bermurah hati dengan mengirimkan teman Anda, Jemmy si Gendut, kemari dengan kereta kuda? Kalau demikian, sebaiknya Anda tak pergi ke wilayah barat ini!”

“Tepat sekali! Tapi kita juga tak bisa langsung menyerang. Kecuali, kalau kita sudah tahu tenda yang mana tempat kedua teman kita ditawan!”

“Tentu saja di tenda kepala suku.”“Kalau begitu, saya punya saran.”“Apa itu?”“Kita akan mengendap-endap sedekat mungkin ke tenda itu. Kita harus

segera menyerang jika mereka mengetahui kedatangan kita. Caranya, kita berteriak-teriak dan membuat kegaduhan agar mereka menyangka bahwa jumlah kita sebanyak seratus orang. Mereka pasti lari tunggang-langgang karena terkejut.

32

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Kemudian, kita harus segera membebaskan teman-teman kita. Setelah itu, kita juga lari, tentunya sekencang mungkin.”

“Itu saran Anda?”“Ya.”“Apakah Anda masih ingin menambahkan?”“Tidak. Bagaimana, Anda menyukai saran saya?”“Tidak, saya tidak menyukainya sama sekali.”“Oho! Jadi menurut Anda, Anda memiliki gagasan yang lebih baik?”“Saya tak bisa mengatakan bahwa gagasan saya lebih baik. Tapi setidaknya,

gagasan saya tak konyol.”“Sir! Apa ini penghinaan? Ingat, saya ini Davy Jangkung!”“Saya sudah tahu itu dan tak bermaksud menghina. Coba Anda lihat dari sini.

Mereka semua menggenggam senjata. Mereka tak sebodoh yang Anda kira. Tak mungkin mereka menyangka begitu saja bahwa jumlah kita seratus orang. Jika menyerang mereka secara mendadak, untuk sementara kita memang akan menang. Tapi hanya untuk sementara, karena mereka akan segera balik menyerang dengan kekuatan sepuluh kali lipat daripada kita.”

“Saya sangka Anda bukan penakut!”“Tak ada yang perlu saya takuti. Saya hanya tak mau mengambil resiko

dengan melakukan penyerangan yang justru bisa mengakibatkan kematian kita sendiri. Walaupun kita menang, akan banyak darah mengalir, dan itu tak bisa dihindari. Coba Anda bayangkan. Dengan serangan mendadak itu, kita memang bisa membebaskan kedua teman kita. Tetapi, apa gunanya jika Anda sendiri tertembak? Apa tak lebih baik jika kita menggunakan cara lain untuk membebaskan teman-teman kita tanpa pertumpahan darah?”

“Ya, Sir, kalau memang bisa menemukan jalan lain, saya akan sangat menghormati Anda.”

“Jalan itu mungkin telah ditemukan.”“Kalau begitu, cepatlah jelaskan. Saya sangat sekali ikut serta.”“Mungkin justru sama sekali tak melibatkan Anda. Terlebih dulu, saya ingin

tahu apa pendapat si Apache tentang rencana saya.”Untuk beberapa lama ia berbicara dengan Winnetou, sang kepala suku

Apache. Mereka berbicara menggunakan dialek Apache yang tak dipahami oleh orang-orang lainnya. Kemudian ia kembali mendekati Davy Jangkung,

“Ya! Saya dan Winnetou akan menyelinap ke sana. Setelah kami pergi, Anda harus tetap di sini. Jika kami tak kembali dalam dua jam, jangan pergi dari tempat ini. Sebaiknya Anda berlindung. Namun, jika mendengar derik jangkrik sebanyak tiga kali, Anda harus segera menyusul kami.”

“Bagaimana caranya?”“Datanglah secepat mungkin ke tenda yang sekarang ini letaknya paling

dekat dengan kita. Tetapi lakukan dengan sangat hati-hati tanpa ketahuan. Sekarang, saya dan Winnetou akan menyelinap ke tenda itu. Jika kami membutuhkan Anda, akan saya beri tanda sebagaimana yang saya sebutkan sebelumnya.”

“Anda benar-benar dapat meniru suara jangkrik?”“Tentu saja! Baik sekali jika seorang pemburu bisa menirukan suara hewan-

hewan tertentu. Tetapi suara hewan yang ditirukan harus sesuai dengan waktunya lazimnya hewan itu bersuara. Jangkrik mengerik di malam hari. Oleh karena itu, orang-orang Shoshone takkan menyangka bahwa derik itu sebenarnya adalah suara saya.”

“Tapi bagaimana cara menirukannya?”

33

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Caranya sederhana, yaitu dengan menggunakan setangkai rumput. Kedua telapak tangan dikatupkan sedemikian rupa hingga kedua ibu jari saling bertemu. Kemudian letakkan tangkai rumput itu kuat-kuat di sela-sela ibu jari. Di bawah kedua ibu jari yang saling bertemu ada lubang kecil yang akan menjadi tempat rumput itu bergetar. Setelah itu buatlah bunyi menggunakan lidah. Caranya, tempelkan mulut ke ibu jari lalu tiup rumput itu hingga berbunyi ’Frrfrr…frr’. Bunyi itu sangat mirip dengan derik jangkrik. Namun, agar bisa melakukannya dengan sempurna, butuh latihan cukup lama.”

Tiba-tiba Winnetou berkata:“Saudaraku kulitputih, sebaiknya nanti saja menjelaskan hal ini. Sekarang

kita tak punya waktu lagi. Kita harus segera melaksanakan rencana kita.”“Baiklah! Apa kita juga membawa tanda kita?”“Ya! Orang-orang Shoshone itu harus tahu, mereka berhadapan dengan

siapa.”Hampir semua westmen dan juga orang-orang Indian memiliki tanda yang

merupakan petunjuk bagi orang lain untuk mengetahui tanda itu milik siapa. Beberapa orang Indian meninggalkan tanda di telinga, pipi, dahi, atau tangan korban yang mereka bunuh. Siapa pun yang menemukan mayat itu dan mengenali tanda yang ditinggalkan si pembunuh akan tahu siapa yang telah mengalahkan dan mengambil scalp mayat.

Winnetou dan Old Shatterhand mematahkan beberapa ranting pendek dari semak-semak di dekat mereka. Lalu ranting-ranting itu diselipkan ke ikat pinggang masing-masing. Dengan itulah tanda pengenal mereka dan semua orang kulitmerah yang melihatnya pasti akan tahu bahwa tanda itu milik mereka berdua.

Tak lama kemudian, mereka pun berangkat. Mereka maju dengan cara yang mirip merangkak. Tenda yang mereka tuju berjarak sekitar delapanpuluh langkah dari tempat mereka berada.

Penyusupan yang mereka lakukan ini tak mudah. Jika di depan sana tak ada bahaya yang berarti atau tak perlu menyembunyikan jejak, orang bisa bergerak maju dengan merangkak. Namun di tempat ini, jejak yang tertinggal akan tampak jelas, apalagi di rerumputan. Oleh karena itu, mereka tak merangkak. Mereka berdua bergerak maju menggunakan ujung jari tangan dan ujung ibu jari kaki. Mereka mengulurkan tangan lurus ke depan dan kaki lurus ke belakang. Sementara itu, mereka harus menjaga agar tubuh mereka sedekat mungkin dengan tanah, tetapi tak boleh menyentuhnya. Oleh karena itu, tubuh mereka hanya bertumpu pada ujung jari tangan dan ujung ibu jari kaki. Untuk melakukannya sebentar saja, butuh tubuh kuat, keseimbangan, dan latihan lama. Sebagaimana laykanya para perenang bisa terserang kram ketika berenang, para westmen pun bisa terserang kram ketika mengendap-endap seperti ini. Dan kram yang diderita tak kurang berbahaya daripada kramnya para perenang karena dapat mengakibatkan kematian.

Seorang westman yang menyelinap ke daerah musuh dengan cara ini harus benar-benar mengenal daerah yang hendak dilaluinya. Di samping itu, ia tak boleh meletakkan ujung jari tangan dan kakinya ke tanah sebelum merasa yakin bahwa tempat pijakannya benar-benar aman. Jika tangan atau kakinya menginjak sebatang ranting kering tanpa sadar, sepelan apapun bunyi ranting patah ini, dapat mengakibatkan maut baginya. Ada beberapa orang pemburu yang sudah sangat terlatih hingga ketika mendengar bunyi ranting patah, mereka bisa membedakan siapa yang mematahkan ranting itu, manusia atau hewan. Seturut waktu, indera seorang westman menjadi semakin tajam hingga bisa mendengar bunyi kumbang yang tengah berlari, hanya dengan menempelkan telinganya ke tanah. Itulah sebabnya ia dapat mendengar dengan sangat jelas dan membedakan bunyi ranting patah yang jatuh ke tanah secara alami atau karena kedatangan musuh.

34

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Pengintai yang baik juga akan menjejakkan ujung alas kakinya ke bekas jejak jari tangannya, karena jejak yang ditinggalkan akan lebih sedikit dan menghapus jejak yang sedikit itu lebih mudah daripada menghapuskan banyak jejak.

Menghapus jejak yang ditinggalkan memang angat penting. Para westman terbiasa dengan ungkapan “menghilang”. Jika seseorang menyelinap ke suatu perkemahan, yang paling sulit dan melelahkan adalah meninggalkan perkemahan. Tak seorangpun boleh tahu apa yang telah dilakukannya. Untuk itu, ia harus bergerak mundur hingga mencapai tempat tujuan agar bisa menghapus jejak yang telah ditinggalkannya. Menghapus jejak dilakukan dengan tangan kanan dan harus dilakukan dengan bertumpu menggunakan tangan kiri sambil menjaga keseimbangan. Siapa pun yang mencoba sikap tubuh sulit ini dan bisa bertahan selama satu menit, akan mengerti bahwa usaha yang dilakukan para pemburu itu luar biasa keras, apalagi jika harus bertahan dengan sikap itu selama berjam-jam.

Itulah yang terjadi sekarang. Old Shatterhand bergerak di depan dan Winnetou di belakangnya. Keduanya maju dengan cara yang telah digambarkan tadi. Si mukapucat bergerak selangkah demi selangkah sambil meraba-raba untuk menyelidiki dan orang Indian itu berusaha mengikuti jejak yang telah dibuat Shatterhand. Oleh karena itu, mereka hanya mampu bergerak sangat perlahan.

Rerumputan di tempat itu tumbuh lebat dan tinggi. Di satu pihak, ini menguntungkan karena rerumputan itu bisa menyembunyikan tubuh mereka. Tetapi di pihak lain, merugikan karena membuat jejak jadi mudah terlihat.

Semakin mereka maju, semakin jelas mereka mengetahui bagian-bagian perkemahan itu secara rinci. Di perkemahan, seorang penjaga berpatroli dengan berjalan hilir-mudik perlahan-lahan. Bagaimana mereka bisa menuju perkemahan tanpa ketahuan?

Kedua orang yang telah berpengalaman ini sama sekali tak kebingungan.“Apa Winnetou harus meringkus penjaga itu?” bisik sang kepala suku Apache.“Tidak,” jawab Shatterhand. “Aku yakin bahwa pukulanku akan membuat

penjaga itu tak berkutik.”Perlahan-lahan, mereka merayap di rumput layaknya seekor ular, mendekati

seorang penjaga. Penjaga itu sama sekali tak menduga bahwa dua orang musuh begitu dekat dengannya. Kedua orang ini bisa melihat si penjaga cukup jelas meskipun dalam cahaya temaram. Tampaknya ia masih muda dan tak memiliki senjata lain kecuali sebilah pisau yang terselip di pinggangnya dan sepucuk senapan yang dipanggulnya. Ia mengenakan pakaian dari kulit bison. Wajahnya tidak dapat dikenali karena dicat dengan garis-garis melintang berwarna merah dan hitam, warna-warna perang.

Ia sama sekali tidak melihat kedua orang itu. Perhatiannya hanya tertuju ke perkemahan. Mungkin ia lebih tertarik kepada bau sedap dari daging yang sedang dipanggang di api unggun daripada mengawasi pos jaganya.

Namun, walaupun mengarahkan pandangan ke tempat kedua orang itu berada, ia tetap takkan bisa melihat karena pakaian hitam mereka sama gelapnya dengan permukaan rumput, tak seorang pun bisa membedakannya. Dengan cerdik, mereka hanya bergerak di bawah bayang-bayang kemah.

Jarak antara kedua orang itu dan si penjaga tinggal delapan langkah lagi.Ia berjalan hilir-mudik di jalur yang sama, hingga tepat membentuk garis

lurus di rumput. Jika tak ingin meninggalkan jejak, mereka harus menyergap pada jalur itu.

Kini ia berada di titik paling ujung garis itu, kemudian berbalik kembali dan berjalan perlahan-lahan dari kanan ke kiri. Di dekat tempat itulah kedua orang ini berada. Tentu saja mereka telah meninggalkan senjata agar tak menghambat gerak.

35

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Penjaga itu melewati keduanya dan berada di bawah bayang-bayang kemah, sama seperti kedua orang ini.

“Cepat!” bisik Winnetou.Old Shatterhand melompat. Dengan dua lompatan, ia sudah berada di

belakang orang Indian itu. Si Indian mendengar bunyi gemerisik dan cepat-cepat menoleh. Tetapi tinju Old Shatterhand segera melayang kearahnya. Tinju yang sangat keras itu membuatnya pingsan, ia segera roboh.

Winnetou melompat ke sisi Old Shatterhand dengan dua lompatan besar.“Apa ia mati?” tanyanya.“Tidak, hanya pingsan.”“Sebaiknya saudaraku mengikatnya. Winnetou akan berjaga-jaga.”Winnetou melangkah memungut senapan, lalu memanggulnya di bahu, sama

seperti si orang Shoshone itu sebelumnya. Winnetou harus menyamar menjadi penjaga agar orang yang melihatnya dari jauh tak curiga. Kemudian, ia berjalan hilir-mudik sambil berpatroli layaknya penjaga itu. Tindakan ini sungguh berani, tetapi keadaannya memang sangat mendesak. Sementara itu, Shatterhand telah tiba di tenda kepala suku. Pemburu itu mencoba menyibakkan kain tenda sedikit agar dapat mengintip. Terlebih dahulu, Old Shatterhand harus melepaskan ikatan tali tenda di tiang sebelum menyibakkannya karena kain tenda itu sangat rapat.

Tetapi ini harus dilakukan dengan sangat berhati-hati. Tindakan ini bisa terlihat oleh kepala suku Shoshone dari dalam tenda dan semuanya akan sia-sia. Sambil bertiarap, Old Shatterhand menundukkan kepala sedekat mungkin dengan tanah. Dengan sangat perlahan, ia menyibakkan tepi kain tenda. Kini ia bisa mengintip ke dalamnya.

Yang dilihat membuatnya terkejut. Para tawanan itu tak ada dalam tenda, juga tak ada seorang Shoshone pun. Di dalam tenda hanya ada kepala suku yang duduk seorang diri di atas selimut kulit bison. Ia sedang merokok kinnikkinnik yang beraroma tajam. Kinnikkinnik itu dibuat dari campuran tembakau dan kulit pohon saliks atau daun ganja liar. Kepala suku itu sedang memandang kemah-kemah yang setengah terbuka di luar sambil mengamati berbagai kegiatan dekat api unggun. Ia duduk memunggungi Old Shatterhand.

Old Shatterhand tahu pasti yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini, tetapi ia tak mau bertindak tanpa persetujuan si orang Apache. Oleh karena itu, ia kembali menurunkan kain tenda dan merangkak menjauhi tenda. Old Shatterhand mengambil setangkai rumput, meletakkannya di antara kedua ibu jari, dan meniupnya.

Terdengar suara jangkrik mengerik satu kali.“Tho-ing-kai—ada jangkrik bernyanyi!”kata satu suara dari perkemahan suku

Shoshone.Seandainya ia tahu jangkrik macam apa yang bernyanyi itu! Suara jangkrik

itu adalah tanda bagi Winnetou untuk mendekat. Si orang Apache bergerak sangat perlahan dan hati-hati hingga berada di bawah bayang-bayang tenda dan tak tampak oleh suku Shoshone. Di sana, ia meletakkan senapan di rumput, meninggalkannya, dan menyelinap secepat mungkin ke suatu tenda. Setelah tiba di sana, ia berbisik:

“Mengapa saudaraku memanggilku?”“Karena ingin memperoleh persetujuanmu,” jawab Shatterhand dengan suara

yang sama lirihnya. “Para tawanan tak ada dalam tenda itu.”“Ini tak baik. Kita harus kembali dan menyelinap dari sisi lain ke tenda-tenda

lainnya untuk mencari mereka. Akan membutuhkan banyak waktu, bahkan mungkin sampai pagi.”

“ Mungkin tak perlu karena Tokvi-tey, si Rusa Hitam, duduk di dalam.”

36

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Uff! Sang kepala suku itu sendiri! Apa ia seorang diri?”“Ya.”“Kalau begitu, tak perlu lagi kita menyelamatkan para tawanan!”“Saya juga berpikir begitu. Jika kita menangkap kepala suku mereka, kita

dapat memaksa suku Shoshone membebaskan Jemmy si Gendut dan Hobble Frank.”“Saudaraku benar. Tetapi apa orang-orang Shoshone bisa melihat ke tenda

dari api unggun itu?”“Ya! Tetapi cahaya api unggun tak mencapai daerah di sekitar tenda tempat

persembunyian kita.”“Tetapi mereka akan segera tahu bahwa kepala suku mereka tak lagi duduk

di dalam sana.”“Mereka akan berpikir bahwa sang kepala suku sedang berada di belakang, di

bawah bayang-bayang tenda. Saudaraku harus bersiap-siap menolong jika usaha pertama untuk menculiknya tak berhasil.”

Mereka berbisik sangat perlahan hingga percakapan mereka tak terdengar dari dalam tenda.

Kini Winnetou menyibakkan kain tenda perlahan-lahan selebar mungkin hingga Old Shatterhand yang sedang bertiarap di rumput dapat merangkak masuk. Semua ini dilakukan oleh pemburu pemberani ini dengan tanpa suara. Si “Rusa Hitam” sama sekali tak menyadari bahaya yang sedang mendekatinya.

Seluruh tubuh Shatterhand kini telah berada dalam tenda. Si orang Apache hanya memasukkan separuh tubuh agar bisa segera menolong jika Old Shatterhand membutuhkan bantuannya. Shatterhand mengulurkan tangan kanannya. Kini Shatterhand bisa meraih kepala suku Shoshone itu. Dengan cepat, ia mencekik leher si “Rusa Hitam” kuat-kuat. Pipa yang dipegang “Rusa Hitam” terlepas dan ia meronta-ronta dua kali sebelum akhirnya roboh dan pingsan.

Old Shatterhand menariknya dari tempat terang ke tenda yang gelap. Ia meletakkan si “Rusa Hitam” di dalam tenda dan kembali merangkak keluar.

“Berhasil!” bisik Winnetou. “Tangan saudaraku kulitputih memiliki kekuatan seekor beruang. Tetapi bagaimana cara membawanya pergi dari sini? Kita harus membawanya lalu menghapuskan jejak kita.”

“Itu sangat sulit.”“Lalu bagaimana dengan penjaga yang sudah kita ikat?”“Kita akan membawanya juga. Semakin banyak orang Shoshone yang jatuh

ke tangan kita, semakin cepat orang-orang kulit merah akan membebaskan kedua orang tawanan mereka.”

“Jadi, saudaraku yang akan membawa kepala suku dan Winnetou yang akan membawa orang yang satu lagi. Tetapi kita takkan bisa menghapus jejak. Oleh karena itu, kita harus kembali ke sini sekali lagi.”

“Sayang sekali! Itu akan banyak membuang waktu kita yang berharga, dan kita…”

Ia berhenti sejenak. Terdengar sesuatu yang membuat mereka segera mengakhiri percakapan. Terdengar seruan melengking.

“Tiguw-ih, Tiguw-ih!” seru suara itu. “Musuh, musuh!”“Si penjaga sudah sadar. Cepat pergi!” kata Shatterhand. “Kita akan

membawa dia juga.”Winnetou melompat ke tempat orang Shoshone itu diikat, mengangkatnya

kemudian berlari.Old Shatterhand telah menunjukkan bahwa ia adalah seorang westman luar

biasa. Bahaya itu sangat dekat dengannya tetapi ia tetap tinggal di balik tenda selama beberapa lama. Ia menarik ranting kecil kemudian memotongnya. Shatterhand menyibakkan kain tenda sekali lagi dan meletakkan ranting itu di lantai

37

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

rumput, bagaikan tanda silang yang dibuat oleh seorang penunggang kuda dari Spanyol. Kemudian, barulah ia mengangkat sang kepala suku dan bergegas melarikan diri.

Orang-orang suku Shoshone duduk saling berdekatan mengelilingi api unggun. Mata mereka telah terbiasa dengan keadaan terang. Shatterhand telah menduga bahwa mereka tak kan bisa menyesuaikan diri dengan cepat terhadap gelapnya malam. Mereka bergegas melompat dan mencoba menembus kegelapan, tetapi tetap tak bisa melihat apa-apa. Di samping itu, mereka tak bisa menentukan arah asal teriakan minta tolong itu. Jadi, Winnetou dan Old Shatterhand berhasil melarikan diri dan kembali ke tempat persembunyian mereka.

Bagaimana pun, si orang Apache harus berhenti sesekali dalam perjalanan. Mustahil membungkam mulut orang Shoshone itu dengan tangan kosong. Tetapi selama ini, berkali-kali ia tak berhasil berteriak meminta tolong, hanya mengerang-erang keras hingga si Apache harus berhenti berkali-kali untuk mencekik kerongkongannya agar diam.

“Astaga, siapa yang telah kalian bawa?” tanya Davy Jangkung, ketika kedua tawanan itu diletakkan di tanah.

“Sandera,” jawab Shatterhand. “Sumbat mulut mereka dan kepala suku itu harus diikat.”

“Kepala suku? Anda bergurau, Sir? “Tidak, orang ini sungguh kepala suku.”“Astaga! Pukulan yang luar biasa! Orang akan membicarakannya selama

berbulan-bulan. Si “Rusa Hitam” berhasil diculik walaupun berada di tengah-tengah anak buahnya! Hanya Winnetou dan Old Shatterhand yang dapat melakukannya!”

“Baik, cukup basa-basinya! Kita harus segera melanjutkan perjalanan menuju bukit tempat kuda-kuda kita berada.”

“Saudaraku tak perlu tergesa-gesa,” kata si Apache, “di sini kita bisa mengintai yang akan dilakukan suku Shoshone dengan lebih baik.”

“Ya, Winnetou benar”, kata Shatterhand membenarkan. “Suku Shoshone takkan menyerbu kemari. Mereka tak tahu sedang berhadapan dengan siapa dan berapa banyak yang akan mereka hadapi. Mereka harus mengamankan perkemahan mereka. Mungkin besok mereka baru bisa melakukan sesuatu.”

“Winnetou akan memberi peringatan yang membuat mereka takkan berani meninggalkan perkemahan.”

Orang Apache itu mengambil senapan dan mengarahkan moncongnya ke tanah. Shatterhand segera memahami maksud Winnetou.

“Tahan!” katanya. “Mereka tak boleh melihat kilatan senapan itu agar mereka tetap tak tahu di mana kita berada. Saya rasa senapan itu akan menimbulkan gema. Berikan jaket dan jas kalian Mesch’schurs!”

Davy Jangkung melepaskan mantel karetnya yang hebat dari bahu. Yang lain pun segera menuruti permintaan Shatterhand. Pakaian-pakaian mereka membungkus senapan Winnetou. Kemudian Winnetou mengokang senapan dua kali. Letusan senapan segera menyalak. Letusan itu bergema di pepohonan hutan, tetapi kilatan cahayanya tak tampak. Suku Shoshone tak mengetahui dari mana tembakan itu terdengar. Mereka membalasnya dengan seruan-seruan melengking.

Ketika seruan “Tiguw-ih, tiguw-ih—musuh, musuh!” terdengar, mereka segera melompat dari tempat mereka duduk dekat api unggun dan berusaha melihat musuh dalam kegelapan. Setelah agak lama, barulah mata mereka terbiasa dengan kegelapan malam. Keadaan ini membuat Winnetou dan Old Shatterhand aman untuk sementara. Orang-orang kulitmerah itu tak bisa melihat siapa pun. Mereka merasa bahwa tak diserang. Jika musuh benar-benar ada, mereka pasti takkan ragu-ragu menyerang. Seruan minta tolong itu hanya kekeliruan. Tetapi bagaimana pun, yang

38

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

berteriak pasti salah seorang penjaga. Ia harus ditanyai dan itu adalah tugas kepala suku. Tapi anehnya, sang kepala suku tetap berada dalam kemahnya tanpa berbuat apa pun.

Beberapa orang prajurit kulitmerah memasuki kemah itu. Mereka melihat ke dalam dan mendapati bahwa kemah itu kosong.

“ ‘Rusa Hitam’ sudah pergi.” kata salah seorang dari mereka.“Saudara saya salah”, bantah yang lain. “Kepala suku tak mungkin

meninggalkan kemah tanpa terlihat oleh salah seorang di antara kita.”“Tetapi ia tak ada di sini!”“Dan ia juga tak mungkin pergi!”“Pasti Wakon-Tonka, si Roh Jahat, telah membuatnya menghilang!”Seorang prajurit tua mendorong orang-orang itu ke samping dan berkata:“Roh jahat dapat membawa sial dan kematian, tetapi ia tak mungkin

menghilangkan prajurit. Jika kepala suku tak keluar dari kemahnya tetapi menghilang, pasti ia sendiri yang pergi.”

Tiba-tiba ia berhenti berbicara. Sebelumnya, kain pintu masuk hanya terbuka sebagian, namun kini disingkapkan seluruhnya hingga cahaya api unggun menerangi bagian dalam kemah kepala suku.

Prajurit tua itu masuk ke dalam dan membungkuk.“Uff!” serunya. “Kepala suku telah diculik!”Semuanya terdiam. Yang dikatakan prajurit tua itu sungguh tak masuk akal.

Namun mereka tak berani menyangkal prajurit berpengalaman layaknya ia.“Apa saudara-saudara saya tak percaya?” tanyanya. “Coba lihat sendiri. Di

sini ada potongan kain tenda yang sudah kusut dan ranting-ranting pohon. Saya mengenal tanda ini. Ini adalah tandanya Nonpay-klama, yaitu si mukapucat Old Shatterhand. Ia tadi ke sini dan menculik ‘Rusa Hitam’.”

Tiba-tiba terdengar dua letusan senapan sang kepala suku Apache. Itulah isyarat bagi suku Shoshone. Mereka membalasnya dengan seruan melengking.

“Cepat padamkan apinya!” perintah si prajurit tua. “Musuh tak boleh tahu di mana kita berada.”

Orang-orang mematuhinya. Dengan cepat, mereka menginjak-injak abu yang masih menyala untuk memadamkan api. Karena kepala suku telah menghilang, orang-orang Shoshone ada di bawah perintah si prajurit tua. Perkemahan menjadi gelap. Para prajurit menggenggam senjatanya masing-masing dan berjaga-jaga di sekeliling kemah. Mereka siap menyambut kedatangan musuh yang mungkin muncul dari berbagai arah.

Di keempat penjuru mata angin terdapat pos penjagaan. Begitu terdengar letusan senapan, ketiga penjaga kembali ke posnya masing-masing, tetapi prajurit di pos keempat menghilang. Dialah Moh-aw anak kepala suku, prajurit yang paling cakap. Kata Moh-aw berasal dari bahasa Shoshone yang artinya lebih kurang si ‘Nyamuk’. Indian muda itu telah membuktikan bahwa ia pemberani dan mampu membunuh orang.

Salah seorang di antara prajurit itu menawarkan diri untuk menyelidik dan mendapatkan izin. Ia bertiarap di rumput dan menyelinap di kegelapan malam. Kemudian prajurit itu pergi ke arah pos jaga si Nyamuk. Beberapa lama kemudian, ia kembali dengan membawa senjata miliknya. Itulah bukti kuat bahwa malapetaka telah menimpa anak kepala suku.

Prajurit tua itu melakukan perundingan singkat dengan para prajurit. Dalam perundingan itu, diputuskan bahwa kemah tempat tawanan harus dijaga ketat, lalu kuda-kuda dekat perkemahan harus diikat di tiang. Kemudian, mereka akan menunggu datangnya pagi dan ketika itulah mereka akan tahu, dengan siapa berhadapan.

39

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Sementara itu para pemburu mencari cara agar kedua tawanan itu tak dapat berteriak minta tolong. Para tawanan hanya bisa berdiam diri sambil mengamati keadaan sekitar. Salah seorang di antara tawanan itu adalah kepala suku yang sudah sadar.

“Saudara-saudara saya sebaiknya mendengar suku Shoshone yang sedang mencari kuda mereka. Mereka akan mengikat kuda-kuda itu dekat kemah dan takkan melakukan sesuatu hingga fajar menyingsing,” kata Winnetou. “Mari kita pergi.”

“Ya kita kembali,” kata Old Shatterhand menyetujui. “Kami memang takkan menanti hingga pagi. Si ‘Rusa Hitam’ harus segera tahu apa yang kita inginkan darinya.”

Ia melangkah menuju para tawanan yang ditempatkan berjauhan satu sama lain agar mereka tak dapat mendengar yang sedang dibicarakan. Old Shatterhand masih belum tahu bahwa yang diculik lebih berharga daripada dugaannya. Ia memanggul “Rusa Hitam” di bahu dan mulai mendaki gunung. Yang lain mengikutinya. Winnetou berjalan sambil memikul si “Nyamuk”.

Bagi orang lain, nyaris mustahil untuk melakukannya, berjalan menaiki gunung berhutan lebat sambil membawa beban berat di kegelapan malam. Tetapi kedua orang itu tampaknya tak menemui kesulitan sedikit pun.

Ketika sampai di atas, tak ada masalah sama sekali. Wohkadeh menjalankan kewajibannya dengan baik. Davy Jangkung melepas tali lasonya dan berkata:

“Bawa kemari orang-orang itu! mereka akan kami ikat bersama-sama”“Tidak!” cegah Old Shatterhand. “Kita tinggalkan tempat ini.”“Mengapa? Menurut Anda, tempat ini sudah tak aman?”“Ya, menurut saya begitu.”“Oh, suku Shoshone akan membiarkan kita tenang. Mereka sudah puas jika

tak terjadi apa-apa terhadap mereka.”“Saya pun tahu sebaik Anda, Master Davy. Tetapi kita harus segera berbicara

dengan kepala suku dan mungkin juga dengan yang lain. Oleh karena itu, sumbat mulut mereka harus dilepas. Tetapi jika kita melakukannya di sini, mereka pasti akan memberi isyarat minta tolong yang akan terdengar jelas dari bawah sana.”

“Saudaraku benar,” kata si Apache. “Winnetou berada di sini sepanjang hari untuk mengawasi suku Shoshone. Ia mengetahui tempat yang bisa dipakainya berkemah bersama saudara-saudaranya dan para tawanan.”

“Kita harus membuat api unggun,” kata Old Shatterhand. “Apa kita bisa melakukannya di sana?”

“Ya. Mari kita ikat para tawanan di punggung kuda.”Rombongan kecil ini akhirnya bergerak menembus kegelapan malam

melintasi hutan lebat. Winnetou memimpin mereka di muka.Tentu saja rombongan itu bergerak sangat lamban, langkah demi langkah.

Jarak yang telah mereka tempuh selama setengah jam itu sebenarnya dapat dicapai hanya dalam lima menit di siang hari. Di tempat itulah si Apache berhenti.

Tentu saja para tawanan itu tak tahu sudah jatuh ke tangan siapa. Mereka tak bisa menduganya sama sekali. Karena gelap, kedua orang pengintai itu tak bisa melihat bahwa masih ada dua orang tawanan lagi. Masing-masing tawanan tak tahu bahwa masih ada tawanan lain selain dirinya. Sang kepala suku sama sekali tak menduga bahwa ia ditawan bersama anaknya, dan anaknya juga tak menduga bahwa ia ditangkap bersama ayahnya. Ini pula alasanya kedua tawanan itu disekap di dua tempat yang berbeda setelah diturunkan dari punggung kuda.

Old Shatterhand tengah menjalankan siasat. “Rusa Hitam” takkan dibiarkan mengetahui seberapa hebatnya kekuatan musuh. Oleh karena itu, terlebih dahulu, ia ingin berbicara empat mata dengan sang kepala suku. Yang lainnya harus mundur.

40

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Lalu ia mengumpulkan ranting-ranting pohon yang tergeletak di tanah untuk membuat api unggun.

Old Shatterhand bersama orang Shoshone itu berada di tempat yang sangat sempit. Siang tadi si Apache telah menyaksikan betapa sempurnanya tempat persembunyian ini. Dan ketajaman nalurinya juga sangat luar biasa hingga ia sendiri mampu menemukan tempat itu dalam gelap.

Pepohonan, tumbuhan pakis, dan semak berduri tumbuh di sekeliling tempat itu, membentuk pagar rapat. Pepohonan itu menghalangi cahaya api unggun hingga tak terlihat musuh. Dengan bantuan punks-nya, Old Shatterhand meletakkan ranting-ranting kering itu dalam nyala api. Kemudian dengan tomahawk, Shatterhand menebas semak-semak kecil di tanah. Tindakan ini bertujuan untuk menjaga agar api unggun agar menerangi perkemahan tanpa menjadi semakin besar.

Kepala suku Shoshone berbaring di tanah sambil memikirkan tindakan pemburu mukapucat itu dengan wajah muram. Ketika persiapan Shatterhand telah selesai, ia menarik tawanan itu ke dekat api unggun, mendudukkan, dan melepaskan sumbat mulutnya. Orang Indian itu tak memperlihatkan wajah lega setelah sumbat mulutnya dibuka. Ini menunjukkan bahwa yang dialaminya adalah aib bagi prajurit Indian. Old Shatterhand duduk berhadapan dengannya, dan untuk pertama kalinya ia mengamati musuh itu.

Tubuh orang itu kekar. Si tawanan itu mengenakan pakaian dari kulit bison a la Indian tanpa pernak-pernik, hanya scalp. Pada ikat pinggangnya ia menggantungkan lebih kurang dua puluh scalp. Yang ia gantungkan sebenarnya bukan scalp secara keseluruhan karena membutuhkan banyak tempat. Oleh karena itu, ia hanya menggantungkan scalp sebesar uang kertas 5 Mark. Di ikat pinggangnya, terselip sebilah pisau yang belum dirampasnya.

Wajahnya tak di beri warna, oleh karena itu, tiga bekas luka berwarna merah di pipinya tampak jelas. Ia duduk diam tak bergerak sambil memandnag api unggun, sama sekali tak memandang si muka pucat.

“Wajah Tokvi-tey tak diberi warna peperangan,” kata Old Shatterhand mengawali percakapan. “Mengapa ia menyerang orang-orang yang tak bersalah?”

Tak ada jawaban dan orang Indian itu tak memandang Old Shatterhand sama sekali. Oleh karena itu, Shatterhand melanjutkan ucapannya:

“Apa kepala suku Shoshone sudah bisu ketakutan hingga tak bisa menjawab pertanyaan saya?”

Pemburu itu benar-benar tahu cara memperlakukan orang Indian, siasatnya segera menunjukkan hasil. Tawanan itu memandangnya tajam dan menjawab:

“Tokvi-tey tak kenal takut. Ia tak takut terhadap musuh maupun kematian!”“Meskipun demikian, ia bersikap seolah-olah ketakutan. Prajurit yang gagah

berani akan mewarnai wajahnya dengan warna-warni peperangan sebelum menyerang musuh. Begitulah prajurit yang jujur dan pemberani. Musuh akan tahu bahwa mereka akan diserang hingga bisa membela diri. Tetapi prajurit suku Shoshone tak mewarnai wajah dengan warna-warni peperangan. Dengan wajah damai, mereka menyerang orang-orang mukapucat. Begitulah tindakan pengecut! Apa saya salah? Apa ‘Rusa Hitam’ ingin mengatakan sesuatu untuk membela diri?”

Orang Indian itu menunduk dan berkata:“‘Rusa Hitam’ tak bersama mereka ketika orang-orang kulitputih itu

diserang.”“Tak bisa dimaafkan. Jika ia orang jujur dan berani ia akan segera

membebaskan orang-orang mukapucat yang dibawa ke hadapannya. Saya sama sekali belum pernah mendengar bahwa prajurit-prajurit Shoshone telah menggali tomahawk perang mereka. Kawanan ternak mereka digembalakan di sungai Tongue

41

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

dan sungai Bighorn dengan penuh kedamaian . Mereka berjalan mengitari tempat tinggal orang-orang mukapucat. Walaupun demikian, pengawal-pengawal ‘Rusa Hitam’ tetap menyerang orang-orang mukapucat yang sama sekali tak pernah mengusiknya. Dapatkah ia menjelaskan kepada seorang pemberani, mengapa ia bertindak seperti pengecut?”

Orang Indian itu hanya memandang si mukapucat sekilas. Tetapi, dapat diketahui melalui sorot matanya bahwa ia sangat marah. Meskipun demikian, suaranya tetap tenang ketika ia menjawab pertanyaan Old Shatterhand:

“Apa kamu gagah berani?”“Ya,” jawab yang ditanya tenang, sebagaimana ia memahami dirinya sendiri.“Kalau begitu, seharusnya memiliki nama!”“Apa engkau tak melihat bahwa saya membawa senjata? Artinya, saya punya

nama.“Mukapucat bisa saja menyandang senjata dan nama, meskipun ia pengecut.

Yang paling pengecut adalah yang namanya paling panjang. Kamu kenal saya, jadi kamu tahu bahwa saya bukan pengecut.”

“Jadi biarkan kedua tawanan kulitputih itu bebas dan mari bertarung secara terbuka dan adil!”

“Mereka berani mengambil resiko medatangi Danau Darah. Mereka akan mati.”

“Engkau juga!”“‘Rusa Hitam’ telah mengatakan bahwa ia tak takut mati. Ia bahkan

mengharapkannya.” “Mengapa?”“Ia ditawan. Ia diserang kemudian diseret dari wigwamnya sendiri oleh

seorang mukapucat. Ia kehilangan harga diri. Ia tak dapat lagi hidup. Ia harus mati tanpa melantunkan kidung peperangan. Di alam kubur, ia takkan merasa bangga, tak mengalungkan scalp musuh, dan takkan duduk tegak di atas kuda. Ia akan digeletakkan di pasir dan dipatuki burung-burung bangkai.”

Ia mengatakannya dengan perlahan dan datar tanpa mengubah mimik wajah. Tetapi, setiap kata yang terucap mengandung kepedihan mendalam.

Ia memang menganggap dirinya benar. Diseret sebagai tawanan dari kemah yang dikelilingi prajurit bersenjata merupakan aib yang sangat memalukan.

Old Shatterhand merasa kasihan kepada pria ini, tetapi sedikit pun tak mau menunjukkannya karena dapat membuat Tokvi-tey semakin terhina dan akan menorehkan keinginan yang semakin mendalam terhadap kematian. Oleh karena itu ia berkata:

“Begitulah takdir Tokvi-tey. Tetapi ia boleh tetap hidup walaupun menjadi tawanan saya. Saya siap membebaskannya jika ia memohon kepada para prajuritnya untuk menukar kebebasannya dengan kebebasan kedua orang mukapucat itu.”

Ketika kulitmerah menjawab, suaranya terdengar sangat angkuh:“Tokvi-tey tak bisa terus hidup. Ia ingin mati. Ikatlah ia di tiang siksaan. Ia

memang tak bisa menceritakan tindak kepahlawanan yang membuatnya termasyhur namun sedikit pun takkan berkedip ketika menghadapi siksaan maut.”

“Saya takkan menggantungmu di tiang siksaan. Saya orang Kristen. Bahkan, jika harus membunuh hewan, saya akan membunuh tanpa menyiksanya. Seandainya engkau tetap ingin mati, kematianmu akan sia-sia. Saya tetap akan membebaskan para tawanan dari tangan prajurit-prajuritmu walaupun engkau sudah mati.”

“Coba saja! Kamu bisa menipu saya dengan serangan licik hingga saya tak sadarkan diri lalu menyeret saya dalam kegelapan malam. Karena parajurit-prajurit

42

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Shoshone kini sudah diperingatkan, kamu tak mungkin lagi bisa membebaskan kedua orang mukapucat itu. Mereka telah berani mendatangi Danau Darah dan harus mati perlahan-lahan untuk menebus kesalahan itu. Kamu telah mengalahkan ‘Rusa Hitam’, jadi ia akan mati. Tetapi Moh-aw, buah hati satu-satunya yang masih hidup akan membalaskan dendamnya. Kini Moh-aw pasti telah selesai mewarani wajah dengan warna-warna peperangan karena sudah ditunjuk untuk memimpin penyiksaan kedua orang mukapucat yang ditawan. Ia akan melumuri tubuhnya dengan darah segar mereka berdua. Ini berarti bahwa ia telah terlindung dari serangan orang-orang mukapucat.

Tiba-tiba terdengar bunyi gemerisik di semak, kemudian Martin Baumann muncul dan berbisik ke telinga Old Shatterhand:

“Sir, saya harus menyampaikan kepada Anda, bahwa penjaga yang ditawan itu ternyata anak kepala suku. Winnetou telah menjebaknya.”

Kabar ini membuat Old Shatterhand semakin bersemangat. Ia juga menjawab dengan suara lirih:

“Sebaiknya Winnetou mengirimkan tawanan itu menghadap saya sekarang juga.”

“Bagaimana caranya? Kulitmerah itu diikat dan tak bisa berjalan.” “Davy Jangkung bisa memanggul dan membawanya ke sini.”Martin menjauh. Old Shatterhand kembali berbalik menghadapi orang Indian

itu sambil berkata: “Saya tak takut kepada ‘Moskito’. Sejak kapan ia menyandang nama itu? Dan

dari mana orang bisa mengetahui segala perbuatannya? Jika mau, saya bisa menawannya sebagaimana saya menawanmu.”

Kali ini si Indian benar-benar tak bisa mengendalikan diri. Ucapan itu telah menghina putranya. Kedua alisnya terangkat, matanya berkilat, dan berkata dengan nada berang:

“Siapa kamu? Berani-beraninya berkata tentang Moh-aw seperti itu? Coba saja bertarung dengannya, hanya perlu sekejap mata untuk membuatmu gemetar ketakutan.”

“Pshaw! Saya takkan bertarung melawan anak-anak!”“Moh-aw bukan anak kecil, bukan bocah! Ia pernah bertarung melawan suku

Sioux-Oglala dan berkali-kali mengalahkan mereka. Ia memiliki mata elang dan pendengarannya setajam burung hantu. Tiada lawan yang mampu menaklukkannya dan ia akan membalaskan dendam ayahnya, si ‘Rusa Hitam’, kepada seluruh keturunan mukapucat!”

Ketika itu, Davy Jangkung tiba-tiba datang mendekat sambil memanggul seorang Indian muda di bahunya. Ia melangkahkan kakinya yang panjang dengan cepat melalui semak-semak lebat, meletakkan orang Indian itu di tanah dan berkata:

“Inilah orang yang kalian bicarakan. Haruskah saya memukuli punggungnya hingga membiru agar sadar bahwa ia tak boleh bermain-main dengan orang dewasa?”

“Pukulan bukan nasehat, Master Davy. Tegakkan dan dudukkan ia di samping si kepala suku. Anda juga bisa mengambil sumpal mulutnya. Sumpal sudah tak berguna lagi, karena sekarang ia harus buka mulut.”

“Ay, Sir! Saya ingin tahu, apa yang bisa disampaikan anak ini.” Si Jangkung lalu membuka sumpal mulut Moh-aw. Ketika ‘Moskito’ duduk

tegak, kedua orang Shoshone itu saling berpandangan dan terkejut. Si kepala suku bergeming dan tak berkata sepatah pun. Walaupun kulitnya gelap, wajahnya tampak pucat pasi. Putranya tak mampu menguasai diri.

43

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Uff! Serunya. “Tokvi-tey juga tertawan! Tangis kesedihan pasti akan terdengar di wigwam suku Shoshone. Roh agung telah memalingkan wajahnya dari putra-putra Tokvi-tey.”

“Diam!” bentak ayahnya. “Bila Tokvi-tey dan Moh-aw ditelan kabut kematian, tak seorang pun squaw suku Shoshone yang akan meneteskan air mata. Mereka telah kehilangan mata, telinga, juga otak, seperti katak ditelan ular tanpa bisa melawan. Ini adalah aib bagi ayah dan anak! Tak seorang pun yang berani buka mulut tentang keadaan mereka dan tak seorang pun akan menyampaikan kabar tentang keduanya. Tapi akan ada pertumpahan darah di antara mukapucat dan mereka. Apalagi di sana ada dua orang kulitputih yang ditawan para prajurit kita, dan mata-mata suku Shoshone masih dalam perjalanan untuk melakukan penyerangan baru. Aib dilawan aib, darah dibayar darah!”

Lalu Old Shatterhand menoleh ke arah Davy dan membisikkan perintah kepadanya:

“Bawa semuanya kemari, namun Winnetou tak boleh menampakkan diri!” Si Jangkung bangkit lalu menjauh. “Nah,” tanya Old Shatterhand, “Apa ‘Rusa Hitam’ masih melihat kemungkinan

bahwa putranya bisa membuat saya gentar dalam sekejap? Saya tak bermaksud menghina kalian. Kepala suku Shoshone dikenal sebagai prajurit pemberani dan orang tua yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Moh-aw, putranya, akan mengikuti jejak ayahnya dan akan menjadi orang pemberani dan bijaksana juga. Saya akan menukar kebebasan keduanya dengan kebebasan kedua orang pemburu kulitputih yang ditawan.”

Moh-aw memperlihatkan wajah riang. Ia lebih suka hidup daripada mati. Tapi ayahnya melemparkan pandangan marah kepadanya dan menjawab:

“‘Rusa Hitam’ dan ‘Moskito’ jatuh ke tangan mukapucat tanpa melawan. Mereka tak pantas hidup lebih lama. Mereka ingin mati. Aib yang tercoreng di wajahnya hanya dapat dihapus dengan kematian. Orang-orang mukapucat yang sudah ditawan dan masih berada dalam tahanan Shoshone juga akan mati…”

Ia berhenti sejenak. Pandangannya menyapu kedua orang mata-mata yang dibawa Davy, Bob, dan Martin.

“Mengapa ‘Rusa Hitam’ tak melanjutkan ucapannya?” tanya Old Shatterhand. “Apa hatinya merasa terpukul?”

Sang Kepala suku menundukkan kepala dan matanya memandang dengan nanar tanpa berkata sepatah pun. Tanpa ia sadari, ranting pohon di belakangnya tersibak. Old Shatterhand melihat kepala si orang Apache muncul sambil memandang dengan sorot bertanya-tanya. Old Shatterhand menjawab dengan anggukan pelan. Keduanya saling memahami tanpa harus berkata-kata.

“Sekarang Tokvi-tey tahu bahwa harapannya untuk memperoleh kemenangan baru sudah pupus,” kata Shatterhand melanjutkan. “Meskipun demikian, saya masih mengulangi tawaran saya sekali lagi. Saya akan membebaskan kalian semua, jika kalian berjanji untuk membebaskan kedua orang pemburu kulitputih yang ditawan.”

“Tidak, kami lebih baik mati!” seru sang kepala suku. “Kalau begitu, kalian akan mati sia-sia, karena kami akan tetap

membebaskan para tawanan walaupun kalian mati.” “Ya, mungkin saja. Karena Manitou tampaknya telah meninggalkan kami.

Seandainya ia tak membuat kami buta dan tuli, tak seorang pun muka pucat yang tak termasyhur akan sanggup menangkap kepala suku Shoshone..”

“Tak termasyhur? Kalian ingin mendengar nama kami?” Ia menggelengkan kepala dengan kesan menghina. “Saya tak mau mendengarnya. Tak ada gunanya. Ini aib! Seandainya yang

mengalahkan Tokvi-tey adalah Nonpay-klama, yang oleh mukapucat disebut sebagai

44

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Old Shatterhand atau oleh pemburu yang juga sangat termasyhur, ia boleh berbangga hati. Diperdaya oleh prajurit seperti mereka bukanlah aib. Tapi kalian ini seperti anjing-anjing yang tak bertuan. Kalian berpetualang bersama orang negro berkulithitam. Saya tak menghendaki pengampunan kalian!”

“Dan kami juga tak menginginkan darah kalian,” jawab Old Shatterhand. “Kami tak ingin membunuh putra suku Shoshone yang pemberani, tetapi hendak menghukum anjing-anjing Oglala. Jika kalian tak bersedia membebaskan teman-teman kami, kami tak ingin menjadi pengecut seperti kalian. Kami ijinkan kalian kembali ke perkemahan.”

Ia bangkit lalu mendekati kepala suku dan melepaskan ikatannya. Ia tahu bahwa memainkan permainan berbahaya. Tapi ia sangat mengenal seluk beluk wilayah barat dan penduduknya. Ia yakin bahwa permainan ini akan berhasil.

Sang Kepala suku hampir kehilangan seluruh kendalinya. Yang dilakukan orang kulitputih itu sungguh tak bisa dimengerti. Sangat tak masuk akal! Ia membebaskan musuh-musuhnya walaupun teman-temannya belum dibebaskan. Shatterhand mendekati ‘Moskito’ dan melepaskan ikatannya.

Si “Rusa Hitam” terpaku sambil memandangnya dengan sangat heran. Tangannya meraba ikat pinggang dan merasakan pisau yang terselip di sana. Kegembiraan liar terpancar dari matanya.

“ Apa? Kami dibebaskan? Bebas?” serunya. “Bebas? Kami akan melihat para squaw tua menudingkan jari dan mengatakan bahwa kami telah diserang dan ditipu oleh anjing-anjing tak bernama! Haruskah kami tinggal di tanah perburuan ini selama-lamanya dan memangsa tikus, sedangkan saudara-saudara kulitmerah kami habis dengan gembira makan daging pinggang beruang dan banteng yang takkan pernah ! Nama baik kami telah tercoreng. Hanya darah kami sendiri yang dapat membersihkan noda itu, bukannya darah musuh. Sekarang, darah itu harus mengalir dan Tokvi-tey akan mati sambil membawa roh putranya bersamanya!”

Ia menghunus pisau dari ikat pinggang, bangkit, dan berjalan menuju putranya, serta bersiap-siap. Mata pisaunya siap menusuk jantung putranya dan lalu ia akan membunuh dirinya sendiri. ”Moskito” tak bergerak, siap menerima tusukan pisau ayahnya.

“Tokvi-tey!” terdengar seruan keras dari belakang sang kepala suku. Ia mengurungkan niat karena seruan itu. Ia berbalik dengan tangan masih

mengangkat pisau. Di hadapannya berdiri sang kepala suku Apache. Kepala suku Shoshone itu menurunkan tangannya.

“Winnetou!” serunya. “Apa kepala suku Shoshone menganggap Winnetou sebagai coyote?” tanya si

Apache. Coyote adalah nama anjing prairie yang buas dan juga serigala kecil di

wilayah Barat. Kedua jenis hewan itu sangat pengecut dan kulitnya berkudis. Disamakan dengan coyote merupakan aib besar.

“Siapa yang berani mengatakan itu!” tanyanya.“Tokvi-tey sendiri yang mengatakan.” “Tidak!” “Bukankah ia mengatakan bahwa orang yang telah mengalahkannya adalah

anjing tak bernama?” Kepala suku Shoshone menjatuhkan pisau dari tangannya tanpa sadar.

Ucapan itu telah menyadarkannya. “Apa Winnetou yang telah mengalahkan saya?” “Bukan, tapi saudara kulitputihnya yang berdiri di sampingnya.” Ia menunjuk Old Shatterhand.

45

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Uff! Uff! Uff!” seru “Rusa Hitam”. “Saudara Winnetou hanya seorang. Ia memanggil saudara kulitputihnya dengan sebutan Nonpay-klama, yaitu pemburu termasyhur di antara orang-orang kulitputih, yang namanya Old Shatterhand. Apa mata Tokvi-tey senang melihat pemburu itu di sini?”

Ia memandangi Shatterhand dan Winnetou bergantian sambil bertanya-tanya. Kemudian Winnetou menjawab:

“Mata dan jiwa saudara saya kulitmerah sudah lelah berpikir. Siapa pun yang bisa mengambil nyawa “Rusa Hitam” dengan sekali meninju bukan anjing tak bernama. Apa saudara saya kulitmerah tak menyadarinya? Apakah saudara saya kulitmerah bagaikan burung hantu sakit, hingga dengan mudah dapat diambil dari sarangnya? Ia adalah prajurit termasyhur dan siapa pun yang telah menculiknya dari wigwam yang dijaga para prajurit, penculik itu pasti seorang pahlawan besar!”

Kepala suku Shoshone memukul kepalanya dan menjawab: “Tokvi-tey punya otak tapi tak ada isinya.” “Ya, Old Shatterhand yang telah mengalahkanmu berdiri di sini. Apa saudara

saya kulitmerah harus mati?”“Tidak,” suaranya terdengar berat dan lega. “Ia boleh tetap hidup.” “Ya. Oleh karena itu, ia bisa hidup bebas di tanah ini untuk selama-lamanya.

Ia telah membuktikan bahwa ia memiliki keteguhan hati. Dan Old Shatterhand menghantam Moh-aw dengan tinjunya yang mematikan hingga roboh. Apa itu aib bagi seorang prajurit muda pemberani?”

“Tidak, ia juga boleh tetap hidup.”“Old Shatterhand dan Winnetou telah menawan para pengintai Shoshone

bukan sebagai musuh, tetapi untuk ditukar dengan mukapucat yang ditawan. Apa saudara saya kulitmerah ingin menghukum para pengintai in?”

“Tidak, jika mereka dihukum, ia juga harus menghukum dirinya sendiri dan putranya.”

“Dan, apa saudara saya kulitmerah tak tahu bahwa Old Shatterhand dan Winnetou adalah teman seluruh prajurit kulitmerah, bahwa mereka tak sekali pun membunuh orang-orang kulitmerah yang menjadi musuh, hanya melumpuhkan. Dan bahwa mereka hanya menantang musuh jika terpaksa?”

“Ya, Tokvi-tey tahu.”“Jadi ia boleh memilih yang ia inginkan, menjadi saudara atau lawan kami!

Jika ingin menjadi saudara kami, musuh-musuhnya juga akan menjadi musuh-musuh kami. Jika memilih menjadi lawan, kami akan membebaskan ia, putranya, dan para pengintainya. Tapi akan banyak darah tertumpah demi kedua orang mukapucatyang ditawan itu. Dan anak-anak Shoshone punya alasan untuk menutupi kepala mereka dan menyanyikan lagu ratapan di setiap wigwam dan di setiap api unggun. Ia berhak memilih. Winnetou telah berbicara!”

Suasana menjadi sangat hening. Pribadi dan ucapan orang Apache itu mengesankan keluhuran budinya. Tokvi-tey membungkuk, mengambil pisau yang telah dijatuhkannya, menancapkan ke tanah hingga gagangnya, lalu menjawab:

“Dengan hilangnya ketajaman pisau ini, hilang pula permusuhan di antara putra-putra suku Shoshone dan orang-orang pemberani yang berdiri di sini bersama-sama kalian!”

Kemudian ia mencabut kembali pisaunya, mengangkatnya ke atas lalu berkata:

“Begitu pula, persahabatan di antara suku Shoshone dan saudara-saudara mereka bagaikan pisau ini. Siapa pun yang menentang persahabatan ini akan dianggap sebagai musuh. Hough!”

“Hough, Hough!” kata mereka serentak mengikutinya.

46

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

“Saudara saya telah mengambil keputusan yang tepat,” kata Old Shatterhand. “Di sini, ia melihat Davy-Honskeh, pemburu yang termasyhur. Tahukah ia nama kedua mukapucat yang ditawanan di tendanya?”

“Tidak.”“Namanya Jemmy-petahtscheh dan Hobble Frank, mereka teman-teman

Mato-Poka, si Pemburu Beruang.” “Mato-Poka!” seru orang Shoshone itu terkejut. “Mengapa si Pincang tak

mengatakannya? Bukankah Mato-Poka saudara suku Shoshone? Bukankah ia yang telah menyelamatkan nyawa Tokvi-tey, ketika suku Sioux-Oglala mengikuti jejaknya?”

“Ia telah menyelamatkan nyawamu? Nah lihatlah, ini Martin, putranya, dan Bob, pelayan setianya yang berkulit hitam. Mereka sedang bergegas untuk menyelamatkan dan kami menemani mereka, karena Mato-Poka, si Pemburu Beruang, kini ada di tangan suku Oglala. Ia dan kelima orang temannya akan dibunuh.”

Tokvi-tey masih menggenggam pisau di tangannya. Lalu ia menghempaskannya ke tanah dan menginjaknya sambil berseru:

“Anjing-anjing Oglala hendak menyiksa si Pemburu Beruang? Manitou Agung akan memusnahkan mereka. Jumlah mereka banyak?”

“Jumlah mereka hanya limapuluh ditambah enam.”“Dan seandainya jumlah mereka ribuan pun, mereka tetap harus mati. Nasib

mereka akan sama dengan pisau ini, akan dibenamkan ke dalam tanah oleh prajurit-prajurit Shoshone. Roh mereka harus dipisahkan dari jasad mereka dan tulang belulangnya harus dijemur di bawah sinar matahari! Di mana mereka sekarang? Menuju ke mana jejak mereka?”

“Mereka menuju Yellowstone Mountains, tempat ‘Banteng Pemberani’ dimakamkan”.

“Bukankah saudara saya Old Shatterhand yang telah merobohkan ‘Banteng Pemberani’ serta kedua orang pengikutnya dengan tinjunya? Mereka yang berani menangkap si Pemburu Beruang pun akan mengalami nasib serupa. Sebaiknya saudara saya ikut ke perkemahan prajurit. Di sana kita akan menghisap pipa perdamaian, dan para pria akan duduk mengelilingi api unggun untuk bermusyawarah dan memutuskan cara tercepat untuk menemukan anjing-anjing itu!”

Mereka tentu saja menyetujui rencana itu. Kedua orang pengintai juga telah dilepaskan dari ikatan dan kini kuda-kuda dibawa ke sana.

“Sir, Anda adalah orang menyebalkan!” bisik Davy Jangkung kepada Old Shatterhand. “Semua yang Anda lakukan sungguh chic, luar biasa beranim dan berhasil dengan sangat baik, seolah-olah hanya hal sepele. Saya menghormati kepada Anda!”

Ia mengangkat ujung topi silindernya dan mengayun-ayunkannya ke sana-ke mari, seolah-olah hendak menangkap ikan karper di kolam.

Para pemburu itu kembali melanjutkan perjalanan dengan terseok-seok menyusuri lereng sambil menuntun kuda-kuda yang berjalan di belakang mereka. Tentu saja api sudah dipadamkan. Ketika tiba di puncak lembah, Tokvi-tey meletakkan kedua telapak tangannya ke mulut dan berseru ke bawah, ke arah lembah sunyi itu:

“Khun, khun, kun-wah-ka—api, api, nyalakan api untuk bermusyawarah!”Seruannya bergema berkali-kali. Suaranya terdengar hingga ke bawah dan

bisa dipahami, karena sesudahnya terdengar sahutan keras.“Hang pa—siapa yang datang?” terdengar teriakan keras dari dalam lembah.“Moh-aw, Moh-aw!” jawab putra sang kepala suku.

47

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Sebagai jawaban, terdengar sorakan keras ‘ha-ha-hih’, dan tak lama kemudian tampak api segera menyala kembali. Ini tanda yang jelas bahwa orang-orang suku Shoshone mengenali suara si Indian muda. Jika mereka tak mengenali suaranya, mereka pasti takkan menyalakan api dan akan tetap berjaga-jaga dari musuh yang datang mendekat dan telah menirukan suara anak sang kepala suku itu. Jika demikian, musuh takkan bisa menyerang dengan mudah karena gelap.

Meskipun begitu, mereka tetap bersikap waspada dengan mengirim beberapa orang untuk meyakinkan bahwa tak ada yang perlu dicemaskan.

Ketika sang kepala suku bersama para pengawalnya tiba di perkemahan, para pengikutnya merasa sangat gembira atas kembalinya ia serta putranya. Mereka juga merasa penasaran dan ingin mengetahui teka-teki di balik hilangnya pemimpin mereka serta putranya. Meskipun mereka sangat penasaran, tetapi tak seorang pun bertanya. Mereka tentu saja sangat heran ketika melihat orang-orang mukapucat datang bersamanya. Namun mereka sudah terlatih menyembunyikan perasaan, meskipun sangat terkejut. Hanya si prajurit tua yang sebelumnya memberi perintah yang melangkah menuju kepala sukunya dan berkata:

“Tokvi-tey penyihir hebat. Ia menghilang begitu saja dari tenda bagaikan kata-kata yang lenyap setelah diucapkan.”

“Apa saudara-saudara saya sungguh percaya bahwa ‘Rusa Hitam’ lenyap begitu saja tanpa jejak bagai asap menguap ke udara?” tanya sang kepala suku. “Apa mereka tak punya mata untuk menyaksikan yang terjadi?”

“Para prajurit Shoshone bisa melihat. Mereka telah menemukan petunjuk yang ditinggalkan pemburu kulitputih termasyhur, yaitu Shatterhand yang telah berbicara dengan kepala suku mereka.”

Itu adalah bukti nyata bahwa ‘Rusa Hitam’ telah diculik oleh Old Shatterhand. Si prajurit tua itu mengucapkan kalimat itu dengan penuh rasa hormat kepada ketuanya.

“Dugaan saudara saya benar,” jawab sang kepala suku. “Di sini berdiri Non-pay-klama, pemburu kulitputih yang merobohkan musuh dengan tinjunya. Dan di sampingnya adalah Winnetou, sang kepala suku Apache yang agung.”

“Uff, uff!” terdengar seruan orang-orang yang hadir.Penuh kekaguman dan rasa hormat, pandangan seluruh prajurit Shoshone

tertuju kepada kedua orang pria termasyhur itu, dan dengan takzim mereka mundur, hingga lingkarannya semakin lebar, kemudian mengelilingi pendatang-pendatang baru itu.

“Para prajurit ini datang untuk menghisap pipa perdamaian dengan kita,” kata sang kepala suku. “Mereka ingin membebaskan kedua temannya yang berada dalam tenda di sana. Meskipun nyawa ‘Rusa Hitam’ dan putranya ada di tangan mereka, mereka tak membunuhnya. Oleh karena itu, para prajurit Shoshone hendaknya melepaskan ikatan para tawanan. Sebagai gantinya, saudara-saudara saya akan mendapatkan banyak scalp suku Sioux-Oglala, yang mirip tikus-tikus yang merangkak keluar lubang untuk dimangsa elang. Begitu hari terang kita akan mengikuti jejak mereka. Tapi kini, para prajurit sebaiknya berkumpul mengelilingi api untuk bermusyawarah dan bertanya kepada roh agung, apa ia mengijinkan kita memenangkan perang ini”

Tak seorang pun berbicara, meskipun kabar yang mereka dengar sungguh telah membangkitkan semangat mereka. Beberapa orang di antara mereka bangkit dan berjalan menuju tenda tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan melaksanakan perintah sang kepala suku dengan membawa kedua orang tawanan itu menuju api unggun.

48

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Para tawanan melangkah tertatih-tatih. Ikatannya terlalu kencang hingga menghambat peredaran darah. Dan untuk bisa benar-benar menggerakkan kembali kaki dan tangan, lazimnya butuh waktu lama.

“Beruang tua, kebodohan apa yang telah kau lakukan?” tanya Davy Jangkung kepada temannya, si Gendut. “Hanya katak seperti kamulah yang langsung melompat ke paruh burung bangau!”

“Tutup mulutmu. Kalau tidak, saya akan langsung melompat ke mulutmu!” jawab Jemmy geram sambil mengusap-usap pergelengan tangannya yang lecet. “Master Shatterhand dapat menjadi saksi kita, ini bukan kebodohan. Kami menyerah tanpa perlawanan, karena itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup kami. Seandainya melawan, kami pasti telah binasa. Kamu pun pasti akan melakukan tindakan serupa jika mengalami yang saya alami. Untunglah ada Old Shatterhand yang tak membiarkan kami berada dalam kesulitan.”

“Nah, sobat, tenangkan dirimu! Saya tak bermaksud membuatmu marah, dan engkau juga tahu bahwa saya merasa sangat gembira melihatmu bebas kembali.”

“Bagus! Tapi saya takkan berterima kasih kepadamu untuk kebebasanku.” Kemudian ia menoleh ke arah Old Shatterhand seraya berkata:

“Tentu saya wajib berterima kasih hanya kepada Anda, Master. Katakanlah, bagaimana saya dapat menunjukkan rasa terima kasih kepada Anda! Apalah artinya hidup saya, karena saya hanya Jemmy si Gendut. Tetapi saya akan senantiasa membantu Anda.”

“Jangan berterima kasih kepada saya,” kata Old Shatterhand mengelak. “Teman-teman Andalah yang hebat. Dan Anda harus berterimakasih terutama kepada saudara saya Winnetou, tanpa bantuannya, kita tak mungkin berada di sini begitu cepat dan aman.”

Si Gendut memandang tubuh si orang Apache yang langsing namun kuat dengan pandangan kagum. Ia mengulurkan tangan dan berkata:

“Saya tahu, jika ada Old Shatterhand, Winnetou pasti ada di dekatnya. Andalah orang Indian paling pemberani yang pernah saya temui. Jika saya salah, saya layak mati. Saya ulurkan tangan kepada Anda karena Anda adalah orang Indian pemberani. Perkenankan kami mengucapkan terima kasih: terima kasih banyak dan izinkan saya ikut dalam perjalanan Anda selama mungkin, jika Anda menghendakinya.”

Si Bob Negro mendekati Hobble Frank sambil berseru girang dan berkata:“Akhirnya, akhirnya Masser Bob kembali melihatkan Massa Franknya yang

bagus! Masser Bob ingin menghajarkan hampir seluruh Indian Shoshone sampai mati, tapi Massa Shatterhand dan Massa Winnetou inginkan membuat pembebasan sendiri. Oleh karena itu Shoshone masih tinggal sekali lagi.”

Ia menggenggam tangan Frank dan mengelus-elus bagian yang terluka dengan sentuhan lemah lembut.

Tentu saja semuanya, terutama Jemmy dan Frank, ingin mendengar bagaimana pembebasan mereka bisa berlangsung begitu cepat dan tanpa pertumpahan darah. Peristiwanya diceritakan kepada mereka dengan singkat. Tak ada waktu untuk menceritakannya secara terperinci karena orang-orang Shoshone sudah siap berunding di sekeliling api unggun.

****

49

www.rajaebookgratis.com

dipersiapkan oleh Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) www.indokarlmay.com

Catatan:Untuk bisa mengikuti lanjutan cerita, Anda bisa membeli bukunya melalui http://indokarlmay.com/ns atau http://puspri.com dengan harga diskon.

50

www.rajaebookgratis.com