BAB 4 pemeriksaan refleks

27
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Sistem Saraf B. Waktu, Tanggal Praktikum Waktu : 15.00-17.00 Tanggal: Jumat, 30Mei 2014 C. Tujuan Praktikum Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks 2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks 3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks 5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis D. Dasar Teori Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ [Spirometri] Page 1

Transcript of BAB 4 pemeriksaan refleks

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Sistem Saraf

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 15.00-17.00

Tanggal: Jumat, 30Mei 2014

C. Tujuan Praktikum

Tujuan Instruksional Khusus

1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks

2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks

3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks

fisiologis dan patologis dengan benar

4. Menjelaskan parameter normal hasil

pemeriksaan refleks

5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan

refleks fisiologis

D. Dasar Teori

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,

namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari

yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks,

maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ

[Spirometri] Page 1

sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf

sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum

tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima

dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang

melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan

bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi

jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya

menutup mata pada saat terkena debu, menarik

kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang

tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat

dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja

tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan

dengan sengaja menyentuh permukaan panas (Pearce,

2009).

System saraf mempunyai tiga fungsi yang

saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi,

dan output motoris. Input adalah penghantaran atau

konduksi sinyal dan reseptor sensoris, misalnya

sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat

integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan

informasi yang berasal dari stimulus reseptor

sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan

dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar

integrasi dilakukan dalam system saraf pusat yaitu

otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae).

[Spirometri] Page 2

Output motoris adalah penghantaran sinyal dari

pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor,

sel-sel otot atau sel kelenjar yang

mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus

tersebut . system saraf tersusun atas dua jenis

sel yang utama : neuron dan sel-sel pendukung

disebut juga glia , yang memberikan struktur dalam

system saraf serta melindungi, menginsulasi, dan

secara umum membantu neuron (Campbell, 2004).

Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian:

otak dan sumsum tulang belakang. Masing-masing

bagian ini akan menghantarkan impuls dari kelompok

bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak. Tubuh

kita memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai

penerima rangsang, yaitu alat indera. Bagian tubuh

ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki

syaraf-syaraf khusus yang bisa mendeteksi

rangsangan tertentu. Misalnya: rangsang cahaya

pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan,

rasa sakit pada kulit , bau pada hidung, rasa pada

lidah , suara pada telinga. Setelah itu syaraf-

syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan

mengirimkan sinyal listrik menuju otak. Informasi

ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian

otak akan mengirim respon menuju organ yang

disebut efektor. Efektor meliputi : otot,

[Spirometri] Page 3

kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada

yang dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya

dikirim bila kita menghendakinya (Abim, 2010)

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang

bermula pada medulla oblongata, menjulur kea rah

kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir

diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua.

Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus

medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis

dari pia mater disebut filum terminale, yang

menembus kantung dura meter, bergerak menuju

koksigis. Sumsum tulang belakang berukuran panjang

sekitar 45cm ini, pada bagian depannya dibelah

sebuah fisura anterior yang dalam, sementara

bagian belakang dibelah sebuah fisura yang sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua

penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan

lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf

bergerak guna melayani anggota badan atas dan

bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk

saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).

Gerak refleks merupakan bagian dari

mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih

cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada

saat terkena debu, menarik kembali tangan dari

benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa

[Spirometri] Page 4

sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan

sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan

dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh

permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal.

Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang

muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui

dua akar, akar anterior dan akar posterior.

Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang

berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar

posterior guna bersama membentuk saraf spinalis

gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut

saraf itu melintasi foramen intervertebrali,

tetapi segera setelah itu membagi diri lagi

menjadi serabut primer anteriordan serabut primer

posterior. Serabut primer posterior melayani kulit

dan oto punggung sedang serabut primer anterior

membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus

saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf

interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu

gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar

kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali

tangan secara refleks dari rangsangan yang

berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan.

Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari

reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada

anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi

[Spirometri] Page 5

anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari

mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih

cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata

pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak

refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut :

organ sensorik yang menerima impuls misalnya

kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan

impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks

posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan

melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada

kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang

belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu

anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima

impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui

serabut motorik. Organ motorik melaksanakan

rangsangan karena dirangsang  oleh impuls saraf

motorik (Syaifuddin, 2009).

Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-

serabut efferent yang membawa impuls sampai pada

cornu posterior, selanjutnya melalui suatu

interneuron stimulus diteruskan kepada cornu

anterior, dan melalui serabut-serabut motoris

(efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor

yang terdapat pada otot, maka otot digerakkan.

Serabut-serabut yang lain membawa stimulus nyeri,

raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive

[Spirometri] Page 6

menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke otak,

ada yang tidak melalui cornu posterior medulla

spinalis. Stimulus temperature berjalan bersama-

sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana

berjalan bersama-sma dengan stimulus raba.

Stimulus motoris merupakan serabut-serabut

descendens yang berpangkal pada area motoris

cortex cerebri. Sel betz pada gyrus precentralis

mengirim axonnya turun ke caudal dan membentuk

tractus corticospinalis berjalan melalui corona

radiate, capsula interna, pedunculus cerebri,

mencephalon, pons, medulla oblongata, sampai ke

perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis

2/3 bagian dari serabut- serabut tadi mengadakan

persilangan dengan pihak lainny membentuk

decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri  di

dalam funiculus lateralis medulla spinals sebagai

tractus corticospinalis lateralis (Buranda, 2008).

Proses yang terjadi pada refleks melalui

jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-

komponen yang dilalui refleks :

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka

terhadap suatu rangsangan misalnya kulit

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat

menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf

pusat (medula spinalis-batang otak)

[Spirometri] Page 7

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi

masuknya sensorik dan dianalisis kembali ke

neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls

ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya

reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot

atau kelenjar (Syaifuddin,2006).

E. Alat Bahan dan Cara Kerja

1. Alat dan Bahan

a. Palu Refleks

2. Cara Kerja

a. Reflek Fisiologis

1) Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas

o Refleks Bisep

a) Pasienduduk di lantai

b) Lengan rileks, posisi antara

fleksi dan ekstensi dan

sedikit pronasi, lengan

diletakkan di atas lengan

pemeriksa

o Refleks Trisep

a) Pasien duduk dengan rileks

[Spirometri] Page 8

b) Lengan pasien diletakkan di

atas lengan pemeriksa

c) Pukullah tendo trisep

melalui fosa olekrani

o Refleks Brakhio Radialis

a) Posisi Pasien sama dengan

pemeriksaan refleks bisep

b) Pukullah tendo

brakhioradialis pada radius

distal dengan palu refleks

o Refleks Periosteum radialis

a) Lengan bawah sedikit di

fleksikan pada sendi siku

dan tangan sedikit

dipronasikan

b) Ketuk periosteum ujung

distal os. Radialis

o Refleks Periosteum ulnaris

a) Lengan bawah sedikit di

fleksikan pada siku, sikap

tangan antara supinasi dan

pronasi

b) Ketukan pada periosteum os.

Ulnaris

2) Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah

o RefleksPatela

[Spirometri] Page 9

a) Pasien duduk santai dengan

tungkai menjuntai

b) Raba daerah kanan-kiri

tendo untuk menentukan

daerah yang tepat

c) Tanganpemeriksamemegangpaha

pasien

d) Ketuk tendo patela dengan

palu refleks menggunakan

tangan yang lain

b. Refleks Patologis

1) Refleks Hoffmann-tromer

a) Tangan pasein ditumpu oleh

tangan pemeriksa

b) Ujung jari tangan pemeriksa

yang lain disentilkan ke

ujung jari tengah tangan

penderita

c) Hasil positif: fleksi jari

yang lain dan adduksi ibu

jari.

2) Refleks Grasping

a) Gores palmar dengan telunjuk

jari pemeriksa diantara

ibujari dan telunjuk.

[Spirometri] Page 10

b) Hasil positif: Maka timbul

genggaman dari jari

penderita, menjepit jari

pemeriksa. Jika reflek ini

ada maka penderita dapat

membebaskan jari pemeriksa.

3) Reflek palmomental

Garukan pada telapak tangan pasien

menyebabkan kontraksi muskulus

mentali ipsilateral. Reflek

patologis ini timbul akibat

kerusakan lesi UMN di atas inti

saraf VII kontralateral.

4) Refleks nouting

Ketukan hammer pada tendo insertio

m. Orbicularis oris maka akan

menimbulkan reflek menyusu.

Menggaruk bibir dengan tongue spatel

akan timbul reflek menyusu. Normal

pada bayi, jika positif pada dewasa

akan menandakan lesi UMN bilateral

5) Mayer reflek

Fleksikan jari manis di sendi

metacarpophalangeal, secara halus

normal akan timbul adduksi dan

[Spirometri] Page 11

aposisi dari ibu jari. Absennya

respon ini menandakan lesi di

tractus pyramidalis.

6) Reflek babinski

Lakukan goresan pada telapak kaki

dari arah tumit ke arah jari melalui

sisi lateral. Orang normal akan

memberikan resopn fleksi jari-jari

dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN

maka akan timbul respon jempol kaki

akan dorsofleksi, sedangkan jari-

jari lain akan menyebar atau

membuka. Normal pada bayi masih ada.

7) Reflek oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi

depan tulang tibia dari atas ke

bawah, dengan kedua jari telunjuk

dan tengah. Jika positif maka akan

timbul reflek seperti babinski.

8) Reflek gordon

Lakukan goresan atau memencet otot

gastrocnemius, jika positif maka

akan timbul reflek seperti babinski.

[Spirometri] Page 12

9) Refleks chaefer

Lakukan pemencetan pada tendo

achiles. Jika positif maka akan

timbul refflek seperti babinski.

10) Reflek caddock

Lakukan goresan sepanjang tepi

lateral punggung kaki di luar

telapak kaki, dari tumit ke depan.

Jika positif maka akan timbul reflek

seperti babinski.

11) Reflek rossolimo

Pukulkan hammer reflek pada dorsal

kaki pada tulang cuboid. Reflek akan

terjadi fleksi jari-jari kaki.

12) Reflek mendel-bacctrerew

Pukulan telapak kaki bagian depan

akan memberikan respon fleksi jari-

jari kaki.

[Spirometri] Page 13

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Probandus 1

Nama : Henokh Aldebaran Ngili

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 tahun

No

.

Macam-macam

gerak

refleks

Gerak

refleksKeterangan

Fleks

i

Ekste

nsi

Monosina

ps

Polisin

aps1 Refleks √ - √ -

[Spirometri] Page 14

Brakhio

radialis2 Refleks

Periosteum

radialis

√ - √ -

3 Refleks

Periosteum

ulnaris

√ - √ -

4 Refleks

Biceps√ - √ -

5 Refleks

Triceps√ - √ -

6 Refleks

Patella√ - √ -

Probandus 2

Nama : Mego Triwasongo Sambona

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 tahun

No

.

Macam-macam

gerak

refleks

Gerak

refleksKeterangan

Fleks

i

Ekste

nsi

Monosina

ps

Polisin

aps1 Refleks

Brakhio

radialis

- - √ -

2 Refleks - - √ -

[Spirometri] Page 15

Periosteum

radialis3 Refleks

Periosteum

ulnaris

- - √ -

4 Refleks

Biceps√ - √ -

5 Refleks

Triceps√ - √ -

6 Refleks

Patella√ - √ -

B. Pembahasan

Pada manusia, ada dua jenis refleks

yaitu refleks fisiologis dan patologis.

Refleks fisiologis normal jika terdapat

pada manusia, sebaliknya refleks patologis

normal jika tidak terdapat pada manusia.

Pada percobaan pemukulan pada bagian

petella, kaki bergerak kedepan seolah

menendang, dan pada saat membaca, tendangan

atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil

pengamatan yang telah dilakukan,pada waktu

lutut praktikan dipukul, maka lutut memberikan

[Spirometri] Page 16

respon dengan adanya gerakan refleks yaitu

dengan menggerakan lututnya. Refleks pada lutut

ini disebut refleks sumsum tulang belakang,

karena saraf penghubungnya terletak di dalam

sumsum tulang belakang. (Indiastuty, 2005)

Pada percobaan refleks periosteum

radialis, lengan bawah orang coba difleksikan

pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan

kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada

ujung distal os. Radial. Jalannya impuls

pada refleks periosteum radialis yaitu dari

processus styloideus radialis masuk ke n.

radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6

sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris

lalu akanmenggerakkan m. fleksor ulnaris.

Respon yang terjadi berupa fleksi lengan

bawah pada siku dan supinasi tangan. Respon

dari refleks periost ulnaris berupa pronasi

tangan. Jalannya impulssaraf berasal dari

processus styloideus radialis masuk ke

n. radialis kemudianmelanjutkan ke N.

cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu

akan menggerakkan m. brachioradialis

Refleks adalah rangsangan sensorik atau

respon terjadi secara otomatis tanpa usaha

[Spirometri] Page 17

sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks

yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks

fisiologis normal jika terdapat pada manusia,

sebaliknya refleks patologis normal jika tidak

terdapat pada manusia.

Refleks fisiologi terbagi menjadi dua

yaitu, refleks fisiologi ekstremitas atas dan

refleks fisiologi ekstremitas bawah. Refleks

ekstremitas atas terdiri dari Refleks Bisep,

Refleks Trisep, Refleks Brakhioradialis,

Refleks Periosteum Radialis, dan Refleks

Periosteum Ulnaris.

Pada pemeriksaan refleks biseps

didapatkan bahwa refleks biseps didapat melalui

peregangan tendon biseps pada saat siku dalam

keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong

lengan bawah dengan satu tangan sambil

menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan

palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons

normal adalah fleksi pada siku dan kontraksi

biseps.

Pada pemeriksaan refleks triseps

didapatkan bahwa untuk menimbulkan refleks

triseps, lengan pasien difleksikan pada siku

[Spirometri] Page 18

dan diposisikan di samping badan. Pemeriksa

menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi

tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon

fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi

otot triseps dan ekstensi siku.

Pada pemeriksaan refleks brakhioradialis

didapatkan dengan cara penguji menopang lengan

pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep.

Kemudian palu diketukkan pada tendon

brakhioradialis di radius distal, normalnya

menyebabkan gerakkan menyentak pada radius.

Pada pemeriksaan refleks patella

didapatkan bahwa refleks patella ditimbulkan

dengan cara mengetok tendon patella tepat di

bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk

dengan posisi kaki rileks dan menggantung.

Respon normalnya kontraksi otot kuadriseps dan

ekstensi lutut.

Pada pemeriksaan refleks periosteum

radialis didapatkan bahwa refleks tersebut

ditimbulkan dengan cara lengan bawah pasien

sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan

sedikit dipronasikan. Pengetukan dilakukan di

periosteum lengan ujung distal os. Radialis

[Spirometri] Page 19

normalnya fleksi lengan bawah dan supinasi

lengan.

Pada pemeriksaan refleks periosteum

ulnaris, lengan bawaah sedikit difleksikan,

sikap tangan antara supinasi dan pronasi

diketuk pada periosteum os. Ulnaris normalnya

pronasi tangan.

Pemeriksaan refleks patologi yaitu

refleks babinski, refleks Hoffman tromer,

graspring refleks, refleks snouting. Respons

Babinski diketahui jelas, sebagai indikasi

adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus

kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila

bagian lateral telapak kaki seseorang dengan

SSP utuh digores maka normalnya terjadi

kontraksi jari kaki bergerak fleksi,

abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi

sedangkan keempat jari lainnya abduksi.

Refleks babinski memiliki konsolidasi

yaitu refleks oppenheim, timbul akibat

penggoresan di tulang tibia dari proksimal ke

distal, respon normalnya seperti refleks

babinski. Selanjutnya refleks gordon, dengan

cara pemeriksaan dengan memencet otot

gastrocnemius, responnya normalnya sama seperti

[Spirometri] Page 20

refleks babinski. Kemudian ada juga refleks

schaefer yang keluar jika dilakukan pemencetan

pada tendon achiles maka akan timbul efek

seperti babinski. Selain itu, refleks caddock

yang dilakukan goresan pada tepi lateral

punggung kaki, efeknya sama seperti babinski.

Pada pemeriksaan refleks patologi

hoffman tromer dihasilkan respon ibu jari

adduksi dan jari-jari tangan adduksi cara

pemeriksaannya dengan tangan pasien disentilkan

oleh pemeriksa. Kemudian grasping refleks

menimbulkan reflek langsung menggenggam jari

tangan pada orang yang abnormal.sedangkan untuk

orang yang normal tidak ada genggaman. Dan

selanjutnya pada refleks snouting timbul respon

refleks menyusu dan pemeriksaan reflek ini

dilakukan pada tendon orbicularis oris.

Contohnya pada bayi.jika pada bayi akan

menggaruk bibir dengan tongue spatel itu jika

normal sedangkan untuk orang dewasa akan

menandakan lesi UMN bilateral pada refleks

snouting.

C. Aplikasi Klinis

[Spirometri] Page 21

Aplikasi klinis refleks terjadi pada

penyakit HIV. Keterlibatan sistim saraf pada

infeksi HIV dapat terjadi secara langsung

karena virus tersebut dan tidak langsung akibat

infeksi oportunistik immunocompromised. Studi

dinegara barat melaporkan komplikasi pada

sistim saraf terjadi pada 30-70% penderita HIV,

bahkan terdapat laporan neuropatologik yang

mendapat kelainan pada 90 spesimen post mortem

dari penderita HIV yang diperiksa. Pemeriksaan

neurologis dijumpai sensorium apatis, tanda

peninggian tekanan intrakranial, dari saraf

kranial dijumpai pupil anisokor, refleks cahaya

(+) menurun pada mata kiri, mata kiri tidak

bisa dibuka, dan digerakkan. Sudut mulut kesan

tertarik ke kiri. Hipertonus, kekuatan motorik

sulit dinilai kesan parese ke empat ekstremitas

didapati peninggian refleks biceps, APR/KPR.

Refleks patologis Babinski kiri dan kanan (+).

(Silaban, 2010)

Selain itu gangguan pada refleks dapat

mengindikasikan suatu penyakit seperti

cereberal palsy terdapat peninggian tonus otot

dan refleks yang di sertai klonus dan refleks

babinski yang positif. Tonus yang meninggi itu

[Spirometri] Page 22

menetap dan tidak hilang meskipun seseorang

dalam kedaan tidur. (Mardiani, 2006)

BAB III

KESIMPULAN

1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung

refleks. Terdiri dari organ reseptor, neuron aferen,

[Spirometri] Page 23

area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron

eferen, dan organ reseptor.

2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks

fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis

adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal.

Sementara refleks patologis adalah refleks yang

terjadi pada orang abnormal.

3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari

pemeriksaan refleks bisep, trisep, brakhioradialis,

periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan

patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari

refleks hoffman tromer, refleks grasping, refleks

snouting, refleks babinski, refleks oppenheim,

refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock.

Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada

refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks

caddock.

4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis

berupa sebagai berikut:

a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan

kontraksi bisep

b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan

kontraksi trisep disendi siku

c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan

menyentak pada radius

d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi

lengan bawah dan supinasi tangan

[Spirometri] Page 24

e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi

tangan

f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep

dan ekstensi lutut

5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan

muncul berupa sebagai berikut:

a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi

jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari

bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari

lainnya abduksi.

b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi

dan jari-jari tangan adduksi.

c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan

pada orang yang abnormal.

d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks

menyusu.

[Spirometri] Page 25

DAFTAR PUSTAKA

Mardiani, Elita. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal

Kejadian Cerebral Palsy (Studi Kasus di YPAC Semarang).

http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf.

Diakses pada 12 Mei 2012

[Spirometri] Page 26

Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada

Penderita HIV-AIDS.

repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382.

Diakses pada 12 Mei 2012.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis,

Gramedia, Jakarta,

Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, Jakarta

Pearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia,

Jakarta

[Spirometri] Page 27