BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Sistem Saraf
B. Waktu, Tanggal Praktikum
Waktu : 15.00-17.00
Tanggal: Jumat, 30Mei 2014
C. Tujuan Praktikum
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks
2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks
3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks
fisiologis dan patologis dengan benar
4. Menjelaskan parameter normal hasil
pemeriksaan refleks
5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
refleks fisiologis
D. Dasar Teori
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,
namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks,
maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ
[Spirometri] Page 1
sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf
sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum
tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima
dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang
melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan
bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya
menutup mata pada saat terkena debu, menarik
kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang
tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat
dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja
tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan
dengan sengaja menyentuh permukaan panas (Pearce,
2009).
System saraf mempunyai tiga fungsi yang
saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi,
dan output motoris. Input adalah penghantaran atau
konduksi sinyal dan reseptor sensoris, misalnya
sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat
integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan
informasi yang berasal dari stimulus reseptor
sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan
dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar
integrasi dilakukan dalam system saraf pusat yaitu
otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae).
[Spirometri] Page 2
Output motoris adalah penghantaran sinyal dari
pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor,
sel-sel otot atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus
tersebut . system saraf tersusun atas dua jenis
sel yang utama : neuron dan sel-sel pendukung
disebut juga glia , yang memberikan struktur dalam
system saraf serta melindungi, menginsulasi, dan
secara umum membantu neuron (Campbell, 2004).
Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian:
otak dan sumsum tulang belakang. Masing-masing
bagian ini akan menghantarkan impuls dari kelompok
bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak. Tubuh
kita memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai
penerima rangsang, yaitu alat indera. Bagian tubuh
ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki
syaraf-syaraf khusus yang bisa mendeteksi
rangsangan tertentu. Misalnya: rangsang cahaya
pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan,
rasa sakit pada kulit , bau pada hidung, rasa pada
lidah , suara pada telinga. Setelah itu syaraf-
syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan
mengirimkan sinyal listrik menuju otak. Informasi
ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian
otak akan mengirim respon menuju organ yang
disebut efektor. Efektor meliputi : otot,
[Spirometri] Page 3
kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada
yang dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya
dikirim bila kita menghendakinya (Abim, 2010)
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang
bermula pada medulla oblongata, menjulur kea rah
kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir
diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua.
Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus
medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis
dari pia mater disebut filum terminale, yang
menembus kantung dura meter, bergerak menuju
koksigis. Sumsum tulang belakang berukuran panjang
sekitar 45cm ini, pada bagian depannya dibelah
sebuah fisura anterior yang dalam, sementara
bagian belakang dibelah sebuah fisura yang sempit.
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua
penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan
lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf
bergerak guna melayani anggota badan atas dan
bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk
saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).
Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada
saat terkena debu, menarik kembali tangan dari
benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa
[Spirometri] Page 4
sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan
sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan
dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh
permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal.
Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang
muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui
dua akar, akar anterior dan akar posterior.
Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang
berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar
posterior guna bersama membentuk saraf spinalis
gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut
saraf itu melintasi foramen intervertebrali,
tetapi segera setelah itu membagi diri lagi
menjadi serabut primer anteriordan serabut primer
posterior. Serabut primer posterior melayani kulit
dan oto punggung sedang serabut primer anterior
membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus
saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf
interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu
gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali
tangan secara refleks dari rangsangan yang
berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan.
Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari
reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada
anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi
[Spirometri] Page 5
anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata
pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak
refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut :
organ sensorik yang menerima impuls misalnya
kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan
impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks
posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan
melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada
kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang
belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu
anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima
impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui
serabut motorik. Organ motorik melaksanakan
rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf
motorik (Syaifuddin, 2009).
Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-
serabut efferent yang membawa impuls sampai pada
cornu posterior, selanjutnya melalui suatu
interneuron stimulus diteruskan kepada cornu
anterior, dan melalui serabut-serabut motoris
(efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor
yang terdapat pada otot, maka otot digerakkan.
Serabut-serabut yang lain membawa stimulus nyeri,
raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive
[Spirometri] Page 6
menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke otak,
ada yang tidak melalui cornu posterior medulla
spinalis. Stimulus temperature berjalan bersama-
sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana
berjalan bersama-sma dengan stimulus raba.
Stimulus motoris merupakan serabut-serabut
descendens yang berpangkal pada area motoris
cortex cerebri. Sel betz pada gyrus precentralis
mengirim axonnya turun ke caudal dan membentuk
tractus corticospinalis berjalan melalui corona
radiate, capsula interna, pedunculus cerebri,
mencephalon, pons, medulla oblongata, sampai ke
perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis
2/3 bagian dari serabut- serabut tadi mengadakan
persilangan dengan pihak lainny membentuk
decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri di
dalam funiculus lateralis medulla spinals sebagai
tractus corticospinalis lateralis (Buranda, 2008).
Proses yang terjadi pada refleks melalui
jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-
komponen yang dilalui refleks :
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka
terhadap suatu rangsangan misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat
menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf
pusat (medula spinalis-batang otak)
[Spirometri] Page 7
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi
masuknya sensorik dan dianalisis kembali ke
neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls
ke perifer
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya
reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot
atau kelenjar (Syaifuddin,2006).
E. Alat Bahan dan Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
a. Palu Refleks
2. Cara Kerja
a. Reflek Fisiologis
1) Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas
o Refleks Bisep
a) Pasienduduk di lantai
b) Lengan rileks, posisi antara
fleksi dan ekstensi dan
sedikit pronasi, lengan
diletakkan di atas lengan
pemeriksa
o Refleks Trisep
a) Pasien duduk dengan rileks
[Spirometri] Page 8
b) Lengan pasien diletakkan di
atas lengan pemeriksa
c) Pukullah tendo trisep
melalui fosa olekrani
o Refleks Brakhio Radialis
a) Posisi Pasien sama dengan
pemeriksaan refleks bisep
b) Pukullah tendo
brakhioradialis pada radius
distal dengan palu refleks
o Refleks Periosteum radialis
a) Lengan bawah sedikit di
fleksikan pada sendi siku
dan tangan sedikit
dipronasikan
b) Ketuk periosteum ujung
distal os. Radialis
o Refleks Periosteum ulnaris
a) Lengan bawah sedikit di
fleksikan pada siku, sikap
tangan antara supinasi dan
pronasi
b) Ketukan pada periosteum os.
Ulnaris
2) Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah
o RefleksPatela
[Spirometri] Page 9
a) Pasien duduk santai dengan
tungkai menjuntai
b) Raba daerah kanan-kiri
tendo untuk menentukan
daerah yang tepat
c) Tanganpemeriksamemegangpaha
pasien
d) Ketuk tendo patela dengan
palu refleks menggunakan
tangan yang lain
b. Refleks Patologis
1) Refleks Hoffmann-tromer
a) Tangan pasein ditumpu oleh
tangan pemeriksa
b) Ujung jari tangan pemeriksa
yang lain disentilkan ke
ujung jari tengah tangan
penderita
c) Hasil positif: fleksi jari
yang lain dan adduksi ibu
jari.
2) Refleks Grasping
a) Gores palmar dengan telunjuk
jari pemeriksa diantara
ibujari dan telunjuk.
[Spirometri] Page 10
b) Hasil positif: Maka timbul
genggaman dari jari
penderita, menjepit jari
pemeriksa. Jika reflek ini
ada maka penderita dapat
membebaskan jari pemeriksa.
3) Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien
menyebabkan kontraksi muskulus
mentali ipsilateral. Reflek
patologis ini timbul akibat
kerusakan lesi UMN di atas inti
saraf VII kontralateral.
4) Refleks nouting
Ketukan hammer pada tendo insertio
m. Orbicularis oris maka akan
menimbulkan reflek menyusu.
Menggaruk bibir dengan tongue spatel
akan timbul reflek menyusu. Normal
pada bayi, jika positif pada dewasa
akan menandakan lesi UMN bilateral
5) Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi
metacarpophalangeal, secara halus
normal akan timbul adduksi dan
[Spirometri] Page 11
aposisi dari ibu jari. Absennya
respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis.
6) Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki
dari arah tumit ke arah jari melalui
sisi lateral. Orang normal akan
memberikan resopn fleksi jari-jari
dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN
maka akan timbul respon jempol kaki
akan dorsofleksi, sedangkan jari-
jari lain akan menyebar atau
membuka. Normal pada bayi masih ada.
7) Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi
depan tulang tibia dari atas ke
bawah, dengan kedua jari telunjuk
dan tengah. Jika positif maka akan
timbul reflek seperti babinski.
8) Reflek gordon
Lakukan goresan atau memencet otot
gastrocnemius, jika positif maka
akan timbul reflek seperti babinski.
[Spirometri] Page 12
9) Refleks chaefer
Lakukan pemencetan pada tendo
achiles. Jika positif maka akan
timbul refflek seperti babinski.
10) Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepi
lateral punggung kaki di luar
telapak kaki, dari tumit ke depan.
Jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski.
11) Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal
kaki pada tulang cuboid. Reflek akan
terjadi fleksi jari-jari kaki.
12) Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan
akan memberikan respon fleksi jari-
jari kaki.
[Spirometri] Page 13
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Probandus 1
Nama : Henokh Aldebaran Ngili
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
No
.
Macam-macam
gerak
refleks
Gerak
refleksKeterangan
Fleks
i
Ekste
nsi
Monosina
ps
Polisin
aps1 Refleks √ - √ -
[Spirometri] Page 14
Brakhio
radialis2 Refleks
Periosteum
radialis
√ - √ -
3 Refleks
Periosteum
ulnaris
√ - √ -
4 Refleks
Biceps√ - √ -
5 Refleks
Triceps√ - √ -
6 Refleks
Patella√ - √ -
Probandus 2
Nama : Mego Triwasongo Sambona
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
No
.
Macam-macam
gerak
refleks
Gerak
refleksKeterangan
Fleks
i
Ekste
nsi
Monosina
ps
Polisin
aps1 Refleks
Brakhio
radialis
- - √ -
2 Refleks - - √ -
[Spirometri] Page 15
Periosteum
radialis3 Refleks
Periosteum
ulnaris
- - √ -
4 Refleks
Biceps√ - √ -
5 Refleks
Triceps√ - √ -
6 Refleks
Patella√ - √ -
B. Pembahasan
Pada manusia, ada dua jenis refleks
yaitu refleks fisiologis dan patologis.
Refleks fisiologis normal jika terdapat
pada manusia, sebaliknya refleks patologis
normal jika tidak terdapat pada manusia.
Pada percobaan pemukulan pada bagian
petella, kaki bergerak kedepan seolah
menendang, dan pada saat membaca, tendangan
atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan,pada waktu
lutut praktikan dipukul, maka lutut memberikan
[Spirometri] Page 16
respon dengan adanya gerakan refleks yaitu
dengan menggerakan lututnya. Refleks pada lutut
ini disebut refleks sumsum tulang belakang,
karena saraf penghubungnya terletak di dalam
sumsum tulang belakang. (Indiastuty, 2005)
Pada percobaan refleks periosteum
radialis, lengan bawah orang coba difleksikan
pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan
kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada
ujung distal os. Radial. Jalannya impuls
pada refleks periosteum radialis yaitu dari
processus styloideus radialis masuk ke n.
radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6
sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris
lalu akanmenggerakkan m. fleksor ulnaris.
Respon yang terjadi berupa fleksi lengan
bawah pada siku dan supinasi tangan. Respon
dari refleks periost ulnaris berupa pronasi
tangan. Jalannya impulssaraf berasal dari
processus styloideus radialis masuk ke
n. radialis kemudianmelanjutkan ke N.
cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu
akan menggerakkan m. brachioradialis
Refleks adalah rangsangan sensorik atau
respon terjadi secara otomatis tanpa usaha
[Spirometri] Page 17
sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks
yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks
fisiologis normal jika terdapat pada manusia,
sebaliknya refleks patologis normal jika tidak
terdapat pada manusia.
Refleks fisiologi terbagi menjadi dua
yaitu, refleks fisiologi ekstremitas atas dan
refleks fisiologi ekstremitas bawah. Refleks
ekstremitas atas terdiri dari Refleks Bisep,
Refleks Trisep, Refleks Brakhioradialis,
Refleks Periosteum Radialis, dan Refleks
Periosteum Ulnaris.
Pada pemeriksaan refleks biseps
didapatkan bahwa refleks biseps didapat melalui
peregangan tendon biseps pada saat siku dalam
keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong
lengan bawah dengan satu tangan sambil
menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan
palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons
normal adalah fleksi pada siku dan kontraksi
biseps.
Pada pemeriksaan refleks triseps
didapatkan bahwa untuk menimbulkan refleks
triseps, lengan pasien difleksikan pada siku
[Spirometri] Page 18
dan diposisikan di samping badan. Pemeriksa
menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi
tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon
fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi
otot triseps dan ekstensi siku.
Pada pemeriksaan refleks brakhioradialis
didapatkan dengan cara penguji menopang lengan
pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep.
Kemudian palu diketukkan pada tendon
brakhioradialis di radius distal, normalnya
menyebabkan gerakkan menyentak pada radius.
Pada pemeriksaan refleks patella
didapatkan bahwa refleks patella ditimbulkan
dengan cara mengetok tendon patella tepat di
bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk
dengan posisi kaki rileks dan menggantung.
Respon normalnya kontraksi otot kuadriseps dan
ekstensi lutut.
Pada pemeriksaan refleks periosteum
radialis didapatkan bahwa refleks tersebut
ditimbulkan dengan cara lengan bawah pasien
sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan. Pengetukan dilakukan di
periosteum lengan ujung distal os. Radialis
[Spirometri] Page 19
normalnya fleksi lengan bawah dan supinasi
lengan.
Pada pemeriksaan refleks periosteum
ulnaris, lengan bawaah sedikit difleksikan,
sikap tangan antara supinasi dan pronasi
diketuk pada periosteum os. Ulnaris normalnya
pronasi tangan.
Pemeriksaan refleks patologi yaitu
refleks babinski, refleks Hoffman tromer,
graspring refleks, refleks snouting. Respons
Babinski diketahui jelas, sebagai indikasi
adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus
kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila
bagian lateral telapak kaki seseorang dengan
SSP utuh digores maka normalnya terjadi
kontraksi jari kaki bergerak fleksi,
abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi
sedangkan keempat jari lainnya abduksi.
Refleks babinski memiliki konsolidasi
yaitu refleks oppenheim, timbul akibat
penggoresan di tulang tibia dari proksimal ke
distal, respon normalnya seperti refleks
babinski. Selanjutnya refleks gordon, dengan
cara pemeriksaan dengan memencet otot
gastrocnemius, responnya normalnya sama seperti
[Spirometri] Page 20
refleks babinski. Kemudian ada juga refleks
schaefer yang keluar jika dilakukan pemencetan
pada tendon achiles maka akan timbul efek
seperti babinski. Selain itu, refleks caddock
yang dilakukan goresan pada tepi lateral
punggung kaki, efeknya sama seperti babinski.
Pada pemeriksaan refleks patologi
hoffman tromer dihasilkan respon ibu jari
adduksi dan jari-jari tangan adduksi cara
pemeriksaannya dengan tangan pasien disentilkan
oleh pemeriksa. Kemudian grasping refleks
menimbulkan reflek langsung menggenggam jari
tangan pada orang yang abnormal.sedangkan untuk
orang yang normal tidak ada genggaman. Dan
selanjutnya pada refleks snouting timbul respon
refleks menyusu dan pemeriksaan reflek ini
dilakukan pada tendon orbicularis oris.
Contohnya pada bayi.jika pada bayi akan
menggaruk bibir dengan tongue spatel itu jika
normal sedangkan untuk orang dewasa akan
menandakan lesi UMN bilateral pada refleks
snouting.
C. Aplikasi Klinis
[Spirometri] Page 21
Aplikasi klinis refleks terjadi pada
penyakit HIV. Keterlibatan sistim saraf pada
infeksi HIV dapat terjadi secara langsung
karena virus tersebut dan tidak langsung akibat
infeksi oportunistik immunocompromised. Studi
dinegara barat melaporkan komplikasi pada
sistim saraf terjadi pada 30-70% penderita HIV,
bahkan terdapat laporan neuropatologik yang
mendapat kelainan pada 90 spesimen post mortem
dari penderita HIV yang diperiksa. Pemeriksaan
neurologis dijumpai sensorium apatis, tanda
peninggian tekanan intrakranial, dari saraf
kranial dijumpai pupil anisokor, refleks cahaya
(+) menurun pada mata kiri, mata kiri tidak
bisa dibuka, dan digerakkan. Sudut mulut kesan
tertarik ke kiri. Hipertonus, kekuatan motorik
sulit dinilai kesan parese ke empat ekstremitas
didapati peninggian refleks biceps, APR/KPR.
Refleks patologis Babinski kiri dan kanan (+).
(Silaban, 2010)
Selain itu gangguan pada refleks dapat
mengindikasikan suatu penyakit seperti
cereberal palsy terdapat peninggian tonus otot
dan refleks yang di sertai klonus dan refleks
babinski yang positif. Tonus yang meninggi itu
[Spirometri] Page 22
menetap dan tidak hilang meskipun seseorang
dalam kedaan tidur. (Mardiani, 2006)
BAB III
KESIMPULAN
1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung
refleks. Terdiri dari organ reseptor, neuron aferen,
[Spirometri] Page 23
area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron
eferen, dan organ reseptor.
2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks
fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis
adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal.
Sementara refleks patologis adalah refleks yang
terjadi pada orang abnormal.
3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari
pemeriksaan refleks bisep, trisep, brakhioradialis,
periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan
patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari
refleks hoffman tromer, refleks grasping, refleks
snouting, refleks babinski, refleks oppenheim,
refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock.
Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada
refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks
caddock.
4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis
berupa sebagai berikut:
a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan
kontraksi bisep
b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan
kontraksi trisep disendi siku
c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan
menyentak pada radius
d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi
lengan bawah dan supinasi tangan
[Spirometri] Page 24
e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi
tangan
f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep
dan ekstensi lutut
5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan
muncul berupa sebagai berikut:
a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi
jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari
bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari
lainnya abduksi.
b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi
dan jari-jari tangan adduksi.
c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan
pada orang yang abnormal.
d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks
menyusu.
[Spirometri] Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Mardiani, Elita. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal
Kejadian Cerebral Palsy (Studi Kasus di YPAC Semarang).
http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf.
Diakses pada 12 Mei 2012
[Spirometri] Page 26
Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada
Penderita HIV-AIDS.
repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382.
Diakses pada 12 Mei 2012.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis,
Gramedia, Jakarta,
Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, Jakarta
Pearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia,
Jakarta
[Spirometri] Page 27