Large-Eddy Simulations of the Atmospheric Boundary Layer Using a New Subgrid-Scale Model
Atmospheric Boundary Layer
Transcript of Atmospheric Boundary Layer
KELOMPOK I
22411002 Jasisca Meirany1. 22411002 Jasisca Meirany2. 22411005 Wirid Birastri3. 22411317 Arif Ma’rufi4. 2241131 Dony Christianto
SAINS KEBUMIANFAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN, ITB
2012
Struktur LBA
Aliran Laminer & TurbulenAliran Laminer & Turbulen
Skala Atmosfer dalam LBA
What Is The Important To Study The Atmospheric Boundary Layer?
Lapisan Batas Atmosfer (LBA) / Lapisan Planeter yaitu bagian
bawah atmosfer yang terbentuk oleh interaksi antara
atmosfer dan permukaan (tanah dan laut) dengan skala
waktu satu hari atau kurang.
Depiction of various
surfaces and Planetary
Boundary Layer (PBL)
processes. Red dashed line
represents the top of the
PBL. (Image
courtesy COMET Program)
Gambar Struktur LBA pada siang hari Gambar Struktur LBA pada malam hari
Dalam Kondisi Konveksi dan labil pada
siang hari, tinggi LBA Labil yaitu sekitar 1
km atau 10 % dari tinggi tropopause rata-
rata ( 10 km). Tinggi LBA labil berkisar
antara 0,5 dan 5 km.
Dalam Kondisi stabil pada malam hari,
tinggi LBA Stabil yaitu sekitar 100 m
yang berkisar antara 10 dan 500 m
bergantung pada stabilitas atmosfer
KecepatanAngin
Temperatur
Udara
Elemen cuaca lain (presipitasi, kondisi
awan, angin, maupun radiasi matahari
Turbulensi
Skala KecilLapisan
Permukaan
•Angin Geostrofik
•Angin Ageostrofik
Angin geostrofik ialah angin tanpa pengaruh gesekandimana gaya gradien tekanan diimbangi oleh gayaCorriolis(Kondisi Angin Geostrofik di BBU)
Akibat gaya gesekan permukaan, angin menjadi tidakgeostrofik atau disebut ageostrofik(Kondisi Angin Ageostrofik di BBU)
Fp = gaya gradien tekanan = -1/p . δp/δn,
dimana p adalah densitas udara
δp = p2 – p1
δn = jarak isobar.
Fg = gaya gesekan = k.v, k adalah koefisien gesekan dan v adalah kecepatan angin
Fc = gaya Coriolis = 2Ω sin Ø. V
dimana Ω adalah kecepatan sudut rotasi
Ø adalah lintang tempat
v adalah kecepatan angin
Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel
fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-
partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan
lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan
Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan aliran laminer. Aliran
laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap” menunjukkan bahwa di
seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah
menurut waktu.
Pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar tidak stabil
dan berubah menjadi aliran turbulen.
Turbulen merupakan kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran
yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur
antara satu dengan yang lain.
Karakteristik aliran turbulen:
ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan
percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang
aliran.
Ciri- ciri aliran laminer:
fluida bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya
tinggi dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.
Sehingga didapatkan Ciri dari aliran turbulen: tidak adanya keteraturan dalam
lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang
skala aliran besar dan viskositasnya rendah.
Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak
bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana :
u – kecepatan fluida
d – dimensi karakteristik untuk problem partikel
μ – koefisien viskositas dalam poise = 1.71 X 10
– koefisien viskositas dinamik = 3.1806 X 10
ρ – kerapatan (densitas) fluida = 1.86 X 10
Klasifikasi Bilangan Reynold (Re) untuk menentukan tipe aliran:
Aliran laminer jika Re < 2.300
Aliran transisi jika 2.300 < Re < 4.000
(Sumber: Holman, J. P. (2002). Heat Transfer. McGraw-Hill.p. 207)
Aliran transisi jika 2.300 < Re < 4.000
Aliran Turbulen jika Re > 4.000
Scales of Atmospheric MotionDi atmosfergerakan/fenomena terjadidalam skala spasial dantemporal
Makro
makro-α(200-2000 m)
makro-β(2000-10000 km)
meso-α(200-2000 km)
Skala GerakAtmosferberdasarkanOrlanski (1975):
Meso
meso-β(20-200 km)
dan meso-γ(2-20 km)
Mikro
mikro-α(200-2000 m)
mikro-β(20-200 m)
mikro-γ(0-20 km)
Hierarki gerak atmosfer mulai
hembusan kecil hingga badai
disebut skala gerak atmosfer.
Beberapa ilmuwan melakukan
pembagian skala gerak
atmosfer diantaranya Orlanski
(1975) dan Fujita (1981).
Local (microscale) Time: few hours to ~1 day
Distance: <2 km
Phenomenon: local convection, small cumulus, fog, hill/valley drainage flows, variations in surface wind,…
Regional (mesoscale) Regional (mesoscale) Time: hours to days
Distance: a few to several 100 km
Phenomenon: thunderstorms, fronts, land-sea breezes,…
Large scale (synoptic scale) Time: up to ~10 days
Distance: several 100 to several 1000 km
Phenomenon: high and low pressure systems
Masa hidup Bulan Hari Jam Menit Detik
Skala Orlanski (1975) Skala
horizontal
Gelombang planeter, pasut atmosfer
Makro α
10.000 km
Pusat tekanan rendah/ tinggi
Makro β
2000 km
Front, Depresi tropis
Meso α
200 km
Nocturnal jet, squall
line, klaster awan, angin laut/darat, gunung/lembah
Meso β
20 km
Awan badai, gel. gravitas, gel.
Meso γ
Klasifikasi skala
gerak
atmosfer/fenomenagunung, turbulensi udara cerah
Meso γ
2 km
Tornado, sel awan cumulus, gel. gravitas (pendek)
Micro α
200 m
Wind gust, wake, aliran termal
Micro β
20 m
Plume, turbulensi lapisan batas
Micro γ
cuaca berdasarkan
Orlanski (diadaptasi
dari Asai, 1996)
Lapisan Batas
Atmosfer
Lapisan Batas Atmosfer ditandai
dengan adanya turbulensi dan
percampurab akibat gesekan
dengan permukaan bumi.
Di LBA - fenomena atmosfer
memiliki periode ~1 hari
Ketinggian ABL bergantung pada gaya
penggerak di permukaan bumi yang
mengakibatkan percampuran:
permukaandipanaskan
heat transfer ↑(konveksi)
LBA meluashingga 1-2 km memiliki periode ~1 haridipanaskan
matahari(konveksi) hingga 1-2 km
Siang hari
permukaanlebih cepat
dingin
heat transfer ↓ (konveksi)
LBA menurunhingga 100 m
Malam hari
Surface Layer Turbulent: ditandai
dengan turbulensi skala kecil
akibat kekasaran permukaan dan
konveksi
- Siang hari: lapisan meluas
hingga 50 m
- Malam hari: lapisan hanya
beberapa meter di atas
permukaan
Batasan fenomena di ABL:1. Skala vertikal ~1 km2. Skala horizontal ~50 km3. Periode 1 hari
Spatial Scale Phenomena
1 cm
Wind , Gust, TurbulenceWind , Gust, Turbulence
1 meter
Tornado, devildust
1 kilometer = ?? miles
Microburst,Thunderstorm, Flashflood
10 km
Seabreeze
100 km
Squalline, Hurricane
1000 km and largerWarm/cold front, Hight, Low
a. Pesawat Terbang
Para ahli desain pesawatterbang juga harusmempertimbangkan ABLmempertimbangkan ABLagar pesawat tidak mudahterkoyak oleh angin geser.Dan menjaga pesawat agartetap stabil dari golakanangin ketika akan “take offdan landing”.
b. Untuk memahami lebih jauh tentang perubahan intensitasbadai
Sebuah penelitian di Florida :
Sebuah wilayah yang besar dengan suhu dingin yang tidak biasaterbentuk akibat TS. Gabriel yang berpengaruh pada :terbentuk akibat TS. Gabriel yang berpengaruh pada :
a. Mengatur Frontogenesis ABL dekat Daratanb. Permukaan dingin yang hampir jenuh, membuat ABL lemah dan
stabilc. Daerah dingin yang luas ini akan memperlemah TS. Gabriel
dengan cepat
c. Perbaikan dalam peramalan curah hujan kuantitatif
Pemahaman tentang kondisi ABL ini dapat digunakan
untuk parameterisasi dalam model dinamik prediksi cuaca
untuk meningkatkan kinerja model.
d. Polusi UdaraMemahami lebih jauh tentang polasebaran polutan di atmosfer bawahseperti proses pencampuran,kecepatan dan arah gerak polutan,variasi siang dan malam, variasi antarmusim dan sebagainya, perbedaanlanduse dsb.
Siang Hari
Siang Hari
landuse dsb.
Malam Hari
Efek penyebaran aerosol dan
penyerapan radiasi menyebabkan ABL
lebih stabil (Chen, et al dalam Fan
Shaoji, et al. 2008).
Ada 2 BLR yang dipasangDi Indoesia :1. Di Puspitek Serpong2. Koto Tabang Sumbar
BLR adalah sebuah RadarBLR adalah sebuah RadarDoopler L-Band. yangmempunyai daya 1 kwDan resolusi jarak danwaktu 100 m dan 1 menit.Range ketinggian BLR iniadalah 1 – 5 km.
BLR ini menggunakan 3 buahantena parabola yang diarahkan ke3 titik berbeda untuk mendapatkan3 komponen dari vektor angin.
Sebenarnya, radar ini dirancangSebenarnya, radar ini dirancanguntuk dapat mengamati pergerakanatmosfir pada udara cerah, namunpada penelitian sebelumnyaditemukan bahwa radar yangberoperasi dengan frekuensi UHFseperti ini dapat pula digunakanuntuk mengamati butir hujan [Gageet al., 1994].
a b
Rata-rata bulanan frekuensi kemunculan awan hujan jenis stratiform (a) dan jenisconvective (b) hasil pengamatan dengan BLR di Serpong
bulan Nopember 1992 s.d. Desember 1999.
Shaojia Fana, et al. 2008. Meteorological conditions and structures of
atmospheric boundary layer in October 2004 over Pearl River Delta area.
Kevin R. Knupp And Justin Walters, 2005. Doppler Profiler and Radar
Observations of Boundary Layer Variability during the Landfall of Tropical Storm
Gabrielle.
Manoj Kumar Mishra,K.Rajeev n, Anish Kumar M.Nair, K. Krishna Moorthy, K. Manoj Kumar Mishra,K.Rajeev n, Anish Kumar M.Nair, K. Krishna Moorthy, K.
Parameswaran. 2011. Impact of a noon-time annular solar eclipse on the mixing
layer height and vertical distribution of aerosols in the atmospheric boundary
layer
Bayong Tjasyono .HK. 1998. Diktat Kuliah Sains Atmosfer. Bandung:Penerbit ITB.
www.perpustakaan.lapan.go.id/jurnal/index.php/jurnal_sains/
http://apollo.lsc.vsc.edu/classes/met130/notes/chapter9/scales.html