ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. L DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. L DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala
klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan
dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan
ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas
berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh
dalam koma. (Sarwono, 2010)
Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi
yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan
khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu
yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial.
Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan
ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta,
dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006).
Preeklampsia berat (PEB) dan eklampsia masih merupakan salah
satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di
Indonesia. Mereka diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi
yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya
hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.
Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya koma dan/atau kejang
di samping ketiga tanda khas PEB.
Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran
hidup. Di Asia AKI terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap
tahunnya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah 228/100.000
kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%),
1
eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa puerperium
(8%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%),
dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia
(PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di
negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang
diakibatkan pre-eklampsia dan eklampsia di negara berkembang
masih tinggi (Amelda, 2008).
Tingginya kejadian preeklamsia-eklamsia di negara-negara
berkembang dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan
masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat
berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman
terhadap berbagai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik
pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina,
2010).
Untuk itu, penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran
mengenai kasus tersebut di atas dengan melakukan asuhan pada
ibu bersalin dengan preeklampsia berat.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
preeklampsia berat dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP
1.2.2. Tujuan Khusus
A. Memahami konsep asuhan kebidanan pada ibu dengan
preeklampsia berat
B. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
2
C. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual dan
diagnosa potensial serta masalah potensial yang mungkin
timbul
D. Membuat rencana asuhan
E. Melakukan asuhan kebidanan sesai dengan rencana yang
telah disusun
F. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
3
Preeklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah
minggu ke-20 kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria (Silasi Michele, 2010)
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat
kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih
awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada
vili dan korialis (Mitayani, 2009)
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini,
2009)
Preeklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak
dapat diprediksi dan progresif serta berpotensi mengakibatkan
disfungsi dan gagal multi organ yang dapat mengganggu
kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin.
(Boyle M, 2007)
Pre-eklampsia Berat ditandai satu atau lebih dari ciri
berikut ini
- Tekanan darah lebih dari 160 mmHg sistolik atau lebih dari
sama dengan 110 mmHg diastolik pada dua kesempatan
setidaknya 6 jam terpisah sementara pasien tirah baring
- Proteinuria 5 gram atau lebih tinggi dalam spesimen urin 24
jam atau +3 atau lebih pada dua sampel urin secara acak
dikumpulkan setidaknya 4 jam terpisah
- Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam
- Cerebral atau visual gangguan
- Edema paru atau sianosis
- Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri
- Gangguan fungsi hati
4
- Trombositopenia
- Pertumbuhan janin pembatasan (David A Miller, 2010)
Preeklampsia Berat ditandai dengan tekanan darah
sistol/diastol lebih dari sama dengan 160/110 mmHg, protein
urin lebih dari sama dengan +3, sakit kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium. Oliguri, trombositopenia, dan
edema paru (Cunningham, 2010)
Tanda dan gejala preeklampsia berat adalah tekanan diastol >
110 mmHg, terjadi pada kehamilan > 20 minggu, proteinurin >+3,
hiperrefleksia, nyeri kepala, penglihatan kabur, oliguri,
ngeri abdomen atas, dan edema paru (Saifuddin, 2010)
Jadi, pre eklamsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik
pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥
160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem
yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2.2. ETIOLOGI
Tulisan-tulisan yang menggambarkan eklampsia telah
ditelusuri sejauh 2200 SM (Lindheimer dan rekan, 2009). Dan
dari semua mekanisme yang telah diusulkan untuk menjelaskan
penyebabnya. Tidak satupun bisa dikatakan menjadi "penyebab".
Munculnya preeklamsia menjadi puncak dari faktor-faktor yang
kemungkinan melibatkan sejumlah faktor ibu, plasenta, dan
janin. Di bawah ini merupakan beberapa hal yang dapat membantu
menegakkan preeklampsia meliputi:
Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal dari
pembuluh rahim
Imunologi maladaptif antara jaringan ibu, plasenta, dan
janin
Maternal maladaptation, perubahan kardiovaskular atau
inflamasi dari kehamilan normal
5
Faktor genetik termasuk gen predisposisi diwariskan serta
pengaruh epigenetik
A. Abnormal Invasi trofoblas
Dalam implantasi normal, arteri spiralis rahim mengalami
remodeling yang luas karena mereka diinvasi oleh trofoblast
endovascular. Sel-sel ini menggantikan lapisan endotel dan
otot pembuluh darah untuk memperbesar diameter pembuluh.
Sedangkan pada preeklamsia, invasi trofoblas tidak
terjadi.Sehingga arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi, akibatnya arteri
spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran
darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
B. Faktor Imunologi
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini
disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-
G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun
sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin
dari lisis oleh sel Natular Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G
merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di
desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke
dalam desidua. Sedangkan invasi trofoblas sangat penting
6
agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.
C. Iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami
iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia
akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas).
Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima
elektron atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil
yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan
pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan
memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya
radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi
dalam kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil
akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan
merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi
oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat
toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan.
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa
kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat,
sedangkan antioksidan, misal vitamin E pada hipertensi
dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar
7
oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Peroksidan
lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis
ini akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan
akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel
lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak,
karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah
dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal
hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
3. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak,
maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya
dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Maka akan
terjadi:
a. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu
fungsi sel endotel adalah memproduksi prostaglandin,
yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2): suatu
vasodilatator kuat.
b. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi sel trombosit ini
adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan endotel
yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit
memproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokonstriktor
kuat
Dalam keadaan normal kadar prostasiklin lebih tinggi.
Pada preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi.
Sehingga terjadi vasokontriksi.
c. Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
d. Peningkatan permeabilitas kapiler
8
e. Peningkatan faktor koagulasi
f. Peningkatan produksi bahan-bahan vasopressor.
D. Faktor Nutrisi
John dan rekan kerja (2002) menunjukkan bahwa pada
populasi umum diet tinggi buah-buahan dan sayuran yang
memiliki aktivitas antioksidan dikaitkan dengan penurunan
tekanan darah. Zhang dan rekan (2002) melaporkan bahwa
kejadian preeklampsia dua kali lipat pada wanita yang
sehari-hari asupan asam askorbatnya adalah kurang dari 85
mg. Studi ini diikuti oleh uji acak untuk mempelajari
suplemen makanan. Villar dan rekan (2006) menunjukkan bahwa
suplementasi kalsium pada populasi dengan asupan kalsium
yang rendah makanan memiliki efek yang kecil untuk
menurunkan angka kematian perinatal, namun tidak
berpengaruh pada kejadian preeklampsia. (Cunningham, 2010)
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak
ikan termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko
preeklampsia. Karena minyak ikan mengandung bahan asam
lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan mencegah
vasokontriksi pembuluh darah (Sarwono, 2010)
E. Faktor Genetik
Preeklamsia adalah suatu gangguan, multifaktorial
poligenik. Dalam review komprehensif mereka, Ward dan
Lindheimer (2009) menyebutkan risiko insiden untuk
preeklamsi 20 sampai 40 persen untuk anak perempuan dari
ibu preeklampsia, 11 sampai 37 persen untuk saudara
perempuan preeklampsia, dan 22 menjadi 47 persen dalam
studi kembar (Cunningham, 2010).
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
9
mengalami preeklampsia 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia (Sarwono, 2010).
2.3. PATOFISIOLOGI
A. Sistem Kardiovaskuler
Gangguan berat fungsi kardiovaskular yang normal umum
terjadi pada preeklamsia atau eklamsia. Ini terkait dengan:
1. Afterload jantung meningkat yang disebabkan oleh
hipertensi
2. Preload jantung, yang secara substansial dipengaruhi
oleh hipervolemia pada kehamilan
3. Aktivasi endotel dengan ekstravasasi cairan
intravaskular ke ruang ekstraseluler, dan yang
terpenting, ke dalam paru-paru.
Selama kehamilan normal, terjadipeningkatan masa
ventrikel, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
terjadi perubahan struktural tambahan yang disebabkan
oleh preeklamsia (Hibbard dan rekan, 2009)
B. Perubahan Hemodinamik
Penyimpangan kardiovaskular yang berhubungan dengan
gangguan hipertensi pada kehamilan bervariasi, tergantung
pada sejumlah faktor. Ini diakibatkan oleh penyimpangan
afterload yang meningkat, adanya penyakit kronis yang
mendasari, kehadiran preeklampsia, dan tahap perjalanan
klinis lainnya. Ada klaim bahwa pada beberapa wanita
perubahan ini bahkan mungkin mendahului timbulnya
hipertensi (Bosio, 1999; De Paco, 2008; Easterling, 1990;
Hibbard, 2009, dan semua rekan-rekan mereka). Namun
demikian, dengan onset klinis preeklampsia, ada penurunan
10
curah jantung mungkin karena resistensi perifer meningkat.
Studi fungsi ventrikel wanita preeklampsia dari sejumlah
penyelidikan memperlihatkan bahwa meskipun fungsi jantung
adalah hiperdinamik pada semua wanita, tekanan bergantung
pada infus cairan intravena. Secara khusus, hidrasi agresif
mengakibatkan hiperdinamikventrikel pada sebagian besar
wanita. Ini juga disertai dengan peningkatan tekanan
kapiler pulmonal. Dalam beberapa wanita, edema paru dapat
berkembang meskipun fungsi ventrikel normal karena
kebocoran endotel-epitel alveolar yang diperparah oleh
tekanan oncotic menurun dari konsentrasi albumin serum yang
rendah (American College of Obstetricians dan
Gynecologists, 2002a). Nilai yang sama dari fungsi jantung
dilaporkan sebelumnya oleh Lang dan rekan kerja (1991) dan
baru-baru Tihtonen dan rekan (2006), yang menggunakan
kardiografi impedansi noninvasif. Dengan demikian, fungsi
ventrikel hiperdinamik sebagian besar merupakan hasil dari
tekanan wedge rendah dan bukan akibat dari kontraktilitas
miokard augmented yang diukur seperti stroke ventrikel kiri
indeks kerja. Sebagai perbandingan, wanita yang diberikan
lebih banyak volume cairan umumnya telah memiliki tekanan
yang melebihi normal, namun fungsi ventrikel mereka tetap
hiperdinamik karena curah jantung meningkat.
C. Volume Darah
Telah diketahui selama hampir 100 tahun, hemokonsentrasi
merupakan ciri dari eklampsia. Zeeman dan rekan (2009)
memperluas pengamatan sebelumnya Pritchard dan rekan kerja
(1984). Mereka menemukan bahwa pada wanita eklampsia, yang
biasanya diharapkan hipervolemia, bahkan tidak ada. Volume
darah rata-rata pada wanita hampir 5000 mL selama beberapa
minggu terakhir dari kehamilan normal, dibandingkan dengan
11
sekitar 3500 mL pada saat tidak hamil. Dengan eklampsia,
bagaimanapun, antisipasi atas pertambahan volume darah
tersebut, hilang. Seperti hemokonsentrasi yang merupakan
hasil dari vasokonstriksi umum yang mengikuti aktivasi
endotel dan kebocoran plasma ke ruang interstitial karena
permeabilitas meningkat. Pada wanita dengan preeklamsia,
dan tergantung pada tingkat keparahannya, hemokonsentrasi
biasanya tidak ditandai. Wanita dengan hipertensi
gestasional, tapi tanpa preeklamsia, biasanya memiliki
volume darah normal (Silver dan rekan, 1998). Untuk wanita
dengan hemokonsentrasi parah, didapat bahwa penurunan akut
hematokrit menjadi penyebab preeklampsia. Dalam hal ini,
hemodilusi mengikuti pembentukan endotel dengan kembalinya
cairan interstitial ke dalam ruang intravaskular. Sehingga,
penting untuk mengenali bahwa penyebab substantif ini
(preeklampsi) jatuh di hematokrit, biasanya akibat
kehilangan darah saat melahirkan. Hal ini juga mungkin
sebagian hasil dari jumlah eritrosit yang meningkat pada
kehamilan.
Vasospasme dan kebocoran plasma dapat bertahan hingga
waktu setelah melahirkan. Dengan meningkatnya volume darah,
hematokrit biasanya jatuh. Dengan demikian, wanita dengan
eklampsia:
1. Apakah sensitif terhadap terapi cairan yang diberikan
dalam upaya untuk memperluas volume darah dikontrak ke
tingkat kehamilan normal.
2. Apakah sensitif terhadap jumlah kehilangan darah saat
melahirkan yang dianggap normal.
D. Darah dan Koagulasi
12
Kelainan hematologi berkembang pada beberapa wanita dengan
preeklamsia. Di antara mereka yang sering diidentifikasi
adalah trombositopenia, yang kadang-kadang bisa menjadi
begitu parah dan mengancam nyawa. Selain itu, beberapa
faktor pembekuan plasma mungkin akan menurun, dan eritrosit
dapat menampilkan bentuk aneh dan menjalani hemolisis yang
cepat.
1. Trombositopenia
Trombositopenia dengan eklampsia telah dijelaskan
setidaknya sejak tahun 1922 oleh Stancke. Pada umumnya,
jumlah trombosit secara rutin diukur pada wanita dengan
bentuk hipertensi gestasional. Frekuensi dan intensitas
trombositopenia bervariasi dan tergantung pada tingkat
keparahan dan durasi dari sindrom preeklampsia serta
frekuensi pemeriksaan jumlah trombosit yang dilakukan
(Heilmann dan rekan, 2007; Hupuczi dan rekan kerja,
2007). Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah
trombosit <100.000/uL.
Semakin rendah jumlah trombosit, semakin tinggi
tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (Leduc
dan rekan kerja, 1992). Dalam kebanyakan kasus,
penanganan rujukan sangat dianjurkan karena
trombositopenia biasanya terus memburuk. Setelah
melahirkan, jumlah platelet akan terus menurun untuk
hari pertama atau lebih. Kemudian biasanya meningkat
secara progresif untuk mencapai tingkat yang normal
biasanya dalam 3 sampai 5 hari. Dalam beberapa kasus,
misalnya, dengan sindrom HELLP, jumlah trombosit terus
turun setelah melahirkan. Pada beberapa wanita yang
jumlah trombosit tidak meningkat hingga 48 sampai 72
13
jam, sindrom preeklamsia dikaitkan sebagai kemungkinan
microangiopathies trombotik.
2. Hemolisis
Preeklamsia berat sering disertai dengan hemolisis, yang
semiquantified oleh peningkatan kadar laktat
dehidrogenase serum. Bukti lain berasal dari
schizocytosis, spherocytosis, dan retikulositosis dalam
darah perifer. Ini hasil derangements sebagian dari
hemolisis mikroangiopati disebabkan oleh gangguan
endotel dan deposisi fibrin. Fluiditas membran eritrosit
meningkat dengan sindrom HELLP, perubahan ini disebabkan
oleh perubahan lipid serum. Perubahan membran
erythrocytic, kelengketan meningkat, dan agregasi juga
dapat memfasilitasi keadaan hiperkoagulasi.
3. Koagulasi
Perubahan konsistensi koagulasi intravaskular, dan
kurang seringnya penghancuran eritrosit, biasanya
ditemukan pada preeklamsia dan eklamsia (Kenny dan
rekan, 2009). Beberapa perubahan ini dikarenakan adanya
peningkatan tingkat fibrinopeptides A dan B dan produk
degradasi fibrin, dan penurunan tingkat protein
peraturan-antithrombin III dan protein C dan S.
E. Ginjal
Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus meningkat. Dengan adanya preeklamsia,
terdapat beberapa perubahan anatomi dan patofisiologi
reversibel, yang mengakibatkan perfusi ginjal dan filtrasi
glomerular berkurang. Filtrasi glomerulus yang berkurang
mungkin akibat dari volume plasma yang berkurang. Sebagian
besar penurunan ini mungkin dari resistensi arteriolar
meningkat ginjal aferen yang mungkin meningkat hingga lima
14
kali lipat (Conrad dan rekan kerja, 2009). Ada juga
perubahan morfologi ditandai dengan endotheliosis
glomerular, memblokir penghalang filtrasi. Kemampuan
filtrasi yang berkurang ini menyebabkan nilai kreatinin
serum naik, yaitu, 1 mg/mL, tapi kadang-kadang bahkan lebih
tinggi (Lindheimer dan rekan, 2008a). Pada wanita
preeklampsia, konsentrasi natrium urin tinggi. Osmolaritas
urin, rasio kreatinin plasma, dan pecahan ekskresi natrium
juga menunjukkan bahwa melibatkan mekanisme prerenal.
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut
1. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia
sehingga terjadi oliguri bahkan anuri
2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan permeabilitas
membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan proteinuria.
Proteinuria terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena
janin lebih dulu lahir.
3. Terjadi glomerular capillary endotheliosis akibat sle
endotel glomerular membengkak disertai deposit fibril
4. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus
ginjal. Bila sebagian besar kedua korteks ginjal
mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal
yang bersifat ireversibel
5. Dapat terjadi kerusakan instrinsik jaringan ginjal
akibat vasospasme pembuluh darah. Dapat diatasi dengan
pemberian dopamin agar terjadi vasodilatasi pembuluh
darah ginjal.
F. Protein Urin
Setidaknya beberapa derajat proteinuria akan menetapkan
diagnosis preeklampsia-eklampsia. Proteinuria muncul
15
terlambat, dan beberapa wanita dapat eklampsia atau
memiliki kejang-sebelum muncul hasilnya. Misalnya, Sibai
(2004) melaporkan bahwa 10 sampai 15 persen dari wanita
dengan sindrom HELLP tidak memiliki proteinuria pada awal
kedatangannya. Zwart dan rekan (2008) melaporkan bahwa 17
persen wanita eklampsia tidak memiliki proteinuria pada
saat kejang. Masalah lain adalah bahwa metode optimal
membangun baik tingkat abnormal protein urin atau albumin
masih harus didefinisikan. Chen dan rekan kerja (2008)
telah menunjukkan bahwa cleancatch dan catheterized
spesimen urin berkorelasi dengan baik. Tapi dipstick
penentuan kualitatif tergantung pada konsentrasi kemihdan
terkenal karena hasil positif palsu dan negatif. Untuk
spesimen 24 jam kuantitatif, standar "konsensus" nilai
ambang yang digunakan adalah>300mg/24 jam-atau ekuivalen
diekstrapolasi dalam koleksi pendek. Yang penting, hal ini
belum terbantahkan.
Penentuan protein urin: atau albumin: kreatinin rasio dapat
menggantikan kuantifikasi 24 jam rumit (Kyle dan rekan,
2008). Dalam review sistematis baru-baru ini, Papanna dan
rekan (2008) menyimpulkan bahwa protein urin acak: rasio
kreatinin yang berada di bawah 130-150 mg/g-0.13 sampai
0,15 menunjukkan bahwa kemungkinan proteinuria melebihi 300
mg/hari. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur
proteinuria, dan tidak ada mendeteksi semua berbagai
protein biasanya diekskresikan. Sebuah metode yang lebih
akurat melibatkan pengukuran ekskresi albumin. Filtrasi
Albumin melebihi globulin, dan dengan penyakit glomerular
seperti preeclampsia, protein yang banyak dalam urin adalah
albumin. Sehingga memungkinkan pengukuran lebih cepat pada
16
tes albumin dan kreatinin rasio dalam pengaturan rawat
jalan (Kyle dan rekan kerja, 2008).
2.4. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat
bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar
untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih
dulu. Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada
preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir
proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak
dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang sangat penting. Namun,
sayangnya penderita sering kali tidak merasakan perubahan ini.
Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit
ini sudah cukup lanjut.
2.5. DIAGNOSA
Diagnosa preeklamsia berat dapat ditegakkan jika menemukan
satu atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah tidak akan menurun
meskipun ibu sudah dirawat di RS dan sudah menjalani tirah
baring.
2. Proteinuria > 5 g / 24 jam atau +3 dalam pemeriksaan
kualitatif.
3. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma dan pandangan kabur.
17
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson).
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular):
peningkatan kadar alanin dan aspirate aminotransferase.
11. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
12. Sindrom HELLP.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnosa
adalah:
1. Darah rutin (Eritrosit, leukosit, trombosis, Hb, Ht, LED)
2. Fungsi hati (SGOT/SGPT, bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase
3. Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
4. Rontgen atau CT scan otak untuk mengetahui sudah terdapat
edema atau tidak
2.6. KOMPLIKASI
Preeklampsia adalah penyakit kompleks yang dapat menyebabkan
komplikasi pada sistem organ multiple.
- Central komplikasi sistem saraf termasuk eklampsia (umum
tonik klonik kejang), yang terjadi sekitar 2% dari kasus
preeklampsia di Amerika Serikat.
Meskipun kebanyakan kasus eklampsia terjadi sebagai
perkembangan dari preeklampsia, hal ini bisa terjaditanpa
bukti hipertensi atau proteinuria. Sampai sepertiga kasus
eklampsia terjadi pada saat postpartum, bahkan berhari-hari
sampai berminggu-minggu setelah delivery.
18
- Gagal ginjal akut, gagal hati,edema paru, dan sindrom HELLP
adalah komplikasi tambahan. HELLP sindrom ini ditandai
dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit
yang rendah.
Hal ini dianggap sebagai varian parah preeklampsia, dan
berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dari ibu dan
hasil yang merugikan neonatal dibandingkan preeklampsia
saja.
Baru-baru ini telah terkumpul literatur tentang konsekuensi
jangka panjang dari preeklampsia termasuk peningkatan
risiko penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, dan
stroke. Sekitar 20% dari wanita dengan PE mengembangkan
hipertensi atau mikroalbuminuria dalam waktu 7 tahun,
dibandingkan dengan hanya 2% dari wanita dengan tekanan
darah normal.
Jangka panjang risiko penyakit kardiovaskular dan
serebrovaskular dua kali lipat terjadi pada wanita dengan
preeclampsia dan hipertensi gestasional dibandingkan dengan
usia
- Preeklampsia berulang
- Komplikasi janin sekunder untuk preeklampsia termasuk
pembatasan pertumbuhan intrauterin, prematuritas, plasenta
abruption, dan peningkatan risiko kematian perinatal.
Preeklampsia adalah penyebab utama kelahiran prematur
iatrogenik dan memberikan kontribusi signifikan terhadap
biaya kesehatan meningkatberhubungan dengan prematuritas.
(Silasi Michelle, 2010)
2.7. PENATALAKSANAAN
A. Terhadap Kehamilan
19
Berdasarkan William Obstetrics, Ditinjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala – gejala preeclampsia
berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya
dibagi menjadi:
1. Aktif (Aggressive management) yang berarti kehamilan
segera diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan
pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif ialah:
a. Ibu
Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas
mengambil batasan > 37 minggu untuk PER dan ≥ 37
minggu untuk PEB.
Adanya tanda dan gejala Impending Eclampsia
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu
keadaan klinik dan laboratorik memburuk
Diduga terjadi solusio plasenta
Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau
perdarahan.s
b. Janin
Adanya tanda – tanda fetal distress
Adanya tanda – tanda Intra Uterine Growth retriction (IUGR)
NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
c. Laboratorik
Adanya tanda – tanda HELLP’s Syndrome khususnya
penurunan trombosit yang cepat
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan)
dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu,
apakah sudah inpartu atau belum.
20
2. Konservatif (expectative management) yang berarti
kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan
preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai Impending eclampsia
dengan keadaan janin baik.
Pengobatan yang diberikan sama dengan medikamentosa pada
pengelolaan aktif. Selama perawatan konservatif, sikap
terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi,
sama seperti pengelolaan aktif namun kehamilan tidak
diterminasi. Magnesium Sulfat dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda – tanda preeclampsia ringan (PER),
selambat – lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24
jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medikamentosa dan kehamilan harus di
terminasi. Klien dapat dipulangkan bila penderita kembali
ke gejala – gejala PER.
a. Penyulit Ibu
System saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena,
hipertensi ensefalopati, edema selebri, edema
retina, macular atau retina detachment dan kebutaan
korteks.
Gastrointestinal-hepatik : subskapular hematoma
hepar, rupture kapsula hepar.
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
Hematologic: DIC, trombositopenia dan hematoma
luka operasi.
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau
nonkardiogenik, depresi atau arrest pernafasan,
kardiak arrest, iskemia miokardium.
21
Lain – lain: asites, edema laring, hipertensi yang
tidak terkendali.
b. Penyulit Janin
Intrauterine fetal growth retriction (IUGR), solusio plasenta,
prematuritas, sindroma distress napas, intra uterine fetal
death (IUFD), kematian neonatal akibat perdarahan
intraventrikular, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral
palsy, dll.
B. Penanganan pasien dengan preeklampsia berat di RSUD Cianjur
Menurut Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Cianjur,
dikatakan preeklampsia berat jika:
- Tekanan darah lebih dari 160 mm Hg sistolik atau lebih
dari sama dengan 110 mmHg untuk diastolik pada dua
kesempatan setidaknya 1 jam terpisah sementara pasien
tirah baring
- Proteinuria lebih dari sama dengan 2 gram atau +2
- Oliguria kurang dari 500 mL dalam 24 jam
- Cerebral atau visual gangguan
- Edema paru atau sianosis
- Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri
1. Pengelolaan Umum
a. Rawat di ruang tenang, tidak terlalu terang di kamar
isolasi (tidak dicampur dengan pasien lainnya).
Minimalkan rasa tidak nyaman pada ibu. Minimalkan
rangsangan untuk mencegah kejang pada ibu.
b. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
c. Diet cukup protein rendah karbohidrat, lemak dan
garam
22
d. Pasang dower catheter bertujuan untuk menghitung
balance cairan (keseimbangan cairan masuk dan cairan
keluar)
e. Cairan masuk (input) dihitung dari jumlah penggunaan
infus, tranfusi, minum. Sedangkan cairan keluar
dihitung dari jumlah produksi urine, insenssible
water loss (IWL) yaitu cairan tubuh yang hilang yang
tidak terlihat yang keluar lewat keringat, pernapasan
dan feses. Kelebihan cairan dapat meningkatkan resiko
oedem paru yang dapat membahayakan ibu maupun janin
yang dikandungnya.
2. Pengelolaan Khusus
a. Resusitasi cairan dengan infus RL 500 ml 20
tetes/menit, maksimum 2000 ml dalam 24 jam , jika
berlebihan dapat terjadi oedem paru
b. Diberikan obat anti kejang MgSO4:
Dosis Awal :
2-4 gr MgSO4 20% intravena bolus diberikan dalam
waktu lebih dari 3 menit bahkan dianjurkan lebih dari
5 menit. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
komplikasi dalam pemberian MgSO4 yang dapat
membahayakan jiwa pasien seperti depresi pernapasan,
paralisis, toksisitas jantung.
Atau dengan drip 10cc MgSO4 40% dimasukan ke dalam
100cc cairal RL dihabiskan dalam waktu 15 menit.
Dosis Maintenance :
Dilanjutkan dengan drip/syringe pump MgSO4 20% 1-2
gr/jam . Jika drip menggunakan infus RL (25cc MgSO4
40% dimasukan ke dalam 500cc RL). Dapat dilanjutkan
23
lagi setiap 4 jam bila syarat masih memenuhi antara
lain :
- Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium
glukonas 10% 1 gr (10% dalam 10cc) diberikan
intravena dalam waktu 3 menit
- Reflek patella (+)
- Frekwensi pernapasan lebih dari 16x / menit dan
tidak ada tanda –tanda distress napas
- Produksi urine lebih dari 100 cc dalam 4 jam
sebelumnya
c. Pemberian terapi anti hipertensi, bertujuan :
- Meminimalkan resiko CVA pada ibu
- Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
- Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut :
Memfasilitasi persalinan pervaginam bila
mungkin
Memperpanjang kehamilan bila tepat
Nefedipine 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan
bersama sama methyldopa 250-500mg setiap 8 jam.
Nifedipine dapat diberikan ulang sublingual 5-10mg
dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik ≥
180 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg (cukup sekali saja)
d. Pemeriksaan EKG
e. Diberikan antibiotika profilaksis Ampicillin 1 gr / 6
jam
f. Pemeriksaan laboratorium (penilaian keadaan ibu)
Hb, leukosit, trommbosit, protein urin, SGOT, SGPT,
gula darah, LDH, asam urat, ureum, creatinin, HbsAg
3. Monitoring
24
a. Penilaian keadaan janin (USG dan KTG)
Gerakan janin
Penilaian denyut jantung janin
Ultrasonografi untuk perkembangan
Profil biofisik
Indeks cairan amnion
b. Monitoring keadaan ibu :
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital : tekanan darah sistole dan
diastole, nadi, pernapasan, temperatur
Diuresis (produksi urine) : untuk mengetahui
produksi urine ibu karena bila diuresis kurang
dari 100 cc dalam 4 jam sebelumnya dapat terjadi
intoksikasi MgSO4
Reflek patella : normal (+) kuat : jika reflek
patella menghilang berarti kadar magnesium sulfat
dalam plasma sudah tinggi dan dapat mengakibatkan
depresi pernapasan
Index gestosis : tekanan darah, proteinuria, edema
Balance cairan : untuk mengetahui keseimbangan
cairan masuk da cairan keluar. Jika balance cairan
(+) hati-hati resiko oedem paru
Tanda-tanda impending eklampsia : nyeri kepala
hebat, gangguan visus (mata kabur), muntah-muntah,
nyeri epigastrium, kenaikan progresif dari tekanan
darah.
Tanda –tanda HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated
Liver Enzim and Low Platelet)
Tanda – tanda oedem pulmonum
25
Laboratorium memburuk : peningkatan asam urat,
proteinuria, trombositopenia
4. Terminasi Kehamilan
a. 37 minggu : segera terminasi
b. 34 - 37 minggu : setelah 24 jam jika pengobatan
tidak respon atau ada tanda-tanda impending eklampsia
c. < 34 minggu dengan :
1) Tekanan darah yang sulit dikontrol
2) Dugaan gawat janin
3) Kejang tidak terkontrol
4) Tidak respon terhadap terapi yang sesuai
5) Bukti lab adanya kerlibatan multi organ yang
memburuk (ada tanda HELLP Syndrom)
d. Jika terdapat gejala/tanda impending eklampsia / HELLP
Syndrome : segera terminasi tanpa memandang umur
kehamilan
5. Cara terminasi kehamilan / persalinan:
a. Belum Inpartu
1) Induksi persalinan
Amniotomi + oksitosin drip ; dengan syarat Bishop
score 8
2) Seksio Sesarea, bila:
- Syarat oksitosin drip tidak dipenuhi atau adanya
kontra indikasi oksitosin drip
- 12 jam sejak dimulainya oksitosin drip belum
masuk fase aktif
b. Sudah Inpartu
1) Kala I
26
Fase latent : 6 jam tidak masuk fase aktif
dilakukan SC
Fase aktif :
- Dilakukan amniotomi
- Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap , dilakukan SC
2) Kala II
Pada persalinan pervaginam, kala II diselesaikan
dengan partus buatan
2.8. PENCEGAHAN
A. Non medical
1. Melakukan tirah baring
2. Konsumsi suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya
dengan asm lemak tidak jenuh, antioksidan seperti vitamin
C, Vit.E, beta-karoten, N-asetilsistein, asam lipoik. Dan
elemen logam berat :zink, magnesium, kalsium.
3. Medikal
a. Pemberian kalsium : 1500-2000 mg /hari dapat dipake
sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya
preeklapsi. Lalu diberikan Zinc 200 mg/hari, magnesium
365 mg/hari.
b. Obat antitrombotik mencegah preeklampsi: aspirin
dosisi rendah rata-rata dibawah 100 mg/hari
c. Diberikan antioksidan, misalnya vitamin C,dll.
2.9. KONSEP ASUHAN
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pre Eklamsia Berat
27
2.9.1. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Nama Ibu dan Suami
Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien
karena mungkin memiliki nama yang sama.
b. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa
usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun.
c. Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan
sesuai dengan keyakinan
d. Pendidikan
Mengetahui tingkat intelektual
e. Pekerjaan
Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi dan apakah
pekerjaannya berdampak buruk untuk bayinya atau tidak.
f. Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana bila ada kunjungan
rumah
2. Keluhan Utama
Pasien dengan preeklamsia berat biasanya datang dengan
keluhan nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
perut, gangguan penglihatan (skotoma atau penglihatan
yang berkabut), nyeri kepala hebat yang tidak berkurang
dengan pemberian anlgetika biasa (Paket Pelatihan, 2008)
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Jumlah kehamilan ke….
28
Biasanya sering terjadi pada primigravida .
b. HPHT
c. TP
d. Usia kehamilan
Preeklamsi terjadi pada umur kehamilan diatas 20
minggu.
Keluhan :
1) TM I : mual muntah, perubahan payudara yang
membesar, nocturia, letih, lesu, lemah,
hipersalivasi, hidung tersumbat, keputihan, dan
mengidam.
2) TM II : hiperpigmentasi, timbul jerawat, pruritus,
palpitasi, pusing
3) TM III : sering kencing, oedema pada ekstremitas
bawah.
e. Gerakan janin pertama yang dirasakan
Ibu primigravida mulai merasakan gerakan janin pada
usia kehamilan 19-20 minggu. Sedangkan ibu
multigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia
kehamilan 16 minggu.
f. Imunisasi TT
Imunisasi TT lengkap dilakukan sebanyak 5 kali.
g. Pemeriksaan ANC
4. Riwayat Obstetri Yang Lalu
NoPersalinan Nifas Anak
KBKe
tPenolon
g
Jen
is
Tempa
t
Penyu
lit
Penyu
litJK BB PB
AS
I
29
Preeklamsi berat banyak terjadi pada primigravida terutama pada
primigravida muda dan timbul sesudah usia kehamilan 20 minggu.
Riwayat ibu hamil dengan preeklamsi yang lalu meningkatkan resiko
terjadinya preeklamsi pada hamil ini.
5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga
Dikaji untuk mengetahui keadaan atau riwayat penyakit
sistemik yang pernah dimiliki klien. Ibu dengan
preeklamsi berat biasanya diikuti dengan penyakit
diabetes mellitus, kegemukan, hipertensi. Hipertensi
merupakan penyakit menurun
6. Riwayat Psikososial
Ditanyakan bagaimana respon dan dukungan ibu dan keluarga
terhadap kehamilan dan persalinan ini. Siapa pengambil
keputusan. Dan adakah kecemasan tertentu dari ibu
mengenai keadaannya.
7. Pola Kehidupan Sehari-hari
Dikaji pola kehidupan sebelum hamil dan selama hamil,
seperti pola nutrisi, pola eliminasi,pola aktivitas,
serta pola istirahat
Pola Kebiasaan Selama Hamil
Merokok : ya / tidak Obat-obatan : ya /
tidak
Alkohol : ya / tidak Jamu-jamuan : ya /
tidak
Narkoba : ya / tidak Binatang peliharaan
: ada / tidak
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik/lemah.
30
b. Kesadaran : composmentis, sopor, somnolen, apatis,
koma. Ibu dengan preeklamsi berat kesadarannya bisa
composmentis bahkan bisa sampai koma.
c. Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan darah :
Pre eklamsia berat adalah pre eklamsia dengan
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥
110 mmHg (Sarwono, 2010).
2) Nadi, normalnya 80-100x/mnt
3) RR, normalnya 16-24x/mnt
Preeklamsia berat juga terkadang ditemui edema
paru (nafas pendek)
4) Suhu, nilai normal adalah 36,5o-37,5o C. Pada
penderita preeklamsi berat suhu tubuh tidak
berbeda dengan kondisi normal.
2. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
a. Muka : apakah muka ibu pucat, oedema, terjadi
cloasmagravidarum. Ibu dengan preeklamsi diikuti
adanya oedema pada muka.
b. Mata : perlu dikaji yaitu daerah sklera kanan dan kiri
apakah berwarna putih(normal) atau kuning. Warna
kuning menandakan bahwa ibu mengalami kegagalan fungsi
hatinya. Konjungtiva kanan dan kiri apakah berwarna
merah muda (normal), pucat (anemis). Kelopak mata
apakah oedema atau tidak. Ibu dengan preeklamsi berat
diikuti oedema pada kelopak mata.
c. Leher : perlu dikaji apakah terjadi pembengkakan pada
kelenjar tyroid dan limfe. Jika terjadi pembengkakan
dapat sebagai indikasi bahwa ibu mengalami infeksi.
Adakah bendungan vena jugularis. Jika ada bendungan
31
vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu
mengalami gangguan.
d. Dada : payudara :perlu dikaji tentang kebersihan,
kondisi puting susu, hiperpigmentasi areola.
e. Abdomen : dikaji adanya luka bekas SC, adanya linea
nigra/alba, strie livide/albican. Ibu dengan perut
bekas luka SC tidak dianjurkan biasa lahir normal.
Bisa lahir normal jika bayi tidak terlalu besar dan
perlu ddikaji pula alasan dilakukan SC pada persalinan
yang lalu.
f. Ekstremitas atas dan bawah : dikaji adakah oedema dan
kecacatan. Pada ibu dengan preeklamsi berat yang
terjadi pada trimester tua biasanya terjadi oedema
kaki/oedem pretibia.
Palpasi
a. Leher : perlunya dikaji adakah pembesaran kelenjar
limfe dan tyroid, adakah bendungan vena jugularis.
Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa
ibu mengalami infeksi. Jika ada bendungan vena
jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami
gangguan.
b. Dada : payudara : kaji apakah ada massa abnormal,
nyeri tekan pada payudara, dan apakah kolostrum sudah
keluar. Kolostrum dapat keluar setelah usia kehamilan
32 minggu.
c. Abdomen : maksudnya periksa raba ialah untuk
menentukan besarnya rahum dan dengan ini menentukan
tuanya kehamilan serta menentukan letaknya anak dalam
rahim. Selain itu juga harus diraba apakah ada masa
abnormal lain.
Pengukuran TFU dengan Mc. Donald
32
Umur
Kehamilan
TFU (diukur dari atas
symphisis)
22-28 mgg
28 mgg
30 mgg
32 mgg
34 mgg
36 mgg
38 mgg
40 mgg
24-25 cm
26 cm
29,5-30 cm
29,5-30 cm
31 cm
32 cm
33 cm
37 cm
Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold, sebagai
berikut :
- Leopold I : berfungsi untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan menentukan bagian apa dari anak yang
terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras,
bundar, dan melenting. Sifat bokonh yaitu lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting. Pada letak
lintang fundus uteri teraba kosong.
- Leopold II : terutama untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian-bagian kecil. Punggung janin
33
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri12 minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
32 minggu
36 minggu
40 minggu
3 jari di atas sympisis
½ pusat – sympisis
3 jari dibawah pusat
setinggi pusat
3 jari diatas pusat
½ pusat – processus xypoideus
3 jari di bawah processus
xypoideus
½ pusat – processus xypoideus
terdapat di pihak yang memberikan rintangan yang
terbesar, teraba keras rata seperti papan. Bagian-
bagian kecil janin biasanya bertentangan degan pihak
yang memberi rintangan terbesar
- Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di
bagian bawah dan apakah bagian terendah janin sudah
atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
- Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.
Auskultasi
Denyut jantung janin normal berkisar antara 120-160 kali
per menit, dikaji teratur/tidak. Punctum maximum atau
bunyi jantung paling jelas terdengar di daerah punggung
anak dekat kepala.
Perkusi
Dilakukan pemeriksaan reflek patela. Reflek patela normal
adalah positif, dimana ekstrimitas bawah ibu akan
bergerak ketika diketuk. Pada Preeklamsia, untuk
pemberian MgSO4 salah satu syarat pemberiannya adalah
reflek patela positif.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes Darah Lengkap
Pada penderita PEB biasanya SGOT dan SGPT naik,
trombosit kurang dari 100.000/mm.
Tes Urine
Pada PEB didapatkan :
- Protein urine ≥ 5 gr/24 jam atau kualitatif +3
34
- Oliguria (jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam) atau
disertai kenaikan kadar kreatinin darah.
C. Analisa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang
diperoleh:
G...P.......... uk.......mg, Tunggal/Ganda, Hidup/Mati,
Intrauterine/Ekstrauterine, Letak Janin (Jika kepala, sudah
masuk PAP atau belum), Keadaan jalan lahir normal/tidak, k/u
ibu dan janin baik atau tidak dengan Preeklamsia Berat
Diagnosa Potensial : eklampsi
Antisipasi Masalah/Diagnosa Potensial: pemberian MGSO4
D. Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
Rasional : Klien dan keluarga mengetahui kondisi janin
dan dirinya
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian
terapi.
Rasional : melaksanakan fungsi interdependent.
3. Lakukan informed consent
Rasional : sebagai bukti tertulis bagi bidan jika
terjadi sesuatu yang tidakdiinginkan
4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi
Rasional : mencegah terjadinya ablatio retina
5. Pasang infus RL
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh ibu
6. Berikan Anti konvulsan
Anti konvulsan terpilih adalah MgSO4. Alternatif lain
adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
neonatal.
Pemberian MgSO4
Dosis Awal
35
Dosis Ulangan
Syarat Pemberian :
Reflek patela (+)
RR > 16x/mnt
Produksi urine ≥ 150 cc/6jam
Harus tersedia Calcium Gluconas 1 gr 10%
(diberikan i.v pelan-pelan pada intoksikasi MgSO4)
Rasional : PEB beresiko jatuh menjadi eklamsia
7. Pasang dower kateter
Rasional : observasi balance cairan
8. Berikan obat antihipertensi
Antihipertensi terpilih adalah Nifedipine 5-10mg tiap 8
jam, atau Methyldopa 250 mg tiap 8 jam
Rasional : antihipertensi menyababkan vasodilator
pembuluh darah
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hari/tanggal pengkajian : Sabtu/17 November 2012
Waktu pengkajian : 13.00
Tempat pengkajian : R.Isolasi R.Delima RSUD Cianjur
Pengkaji : Elly Nu’ma Zahroti
Pukul 08.00
A. Data Subjektif
1. Identitas
Klien Suami Klien
Nama : Ny. L Tn. NUsia : 35 37
Alamat :Kampung Kaum Kulon Desa Sukagalih
06/03 Kecamatan Cikalong KulonPendidikan : SMA SMAPekerjaan : Ibu Rumah Tangga WiraswastaGolongan Darah : AB Tidak tahuAgama : Islam IslamNo. HP : 0819-1225-0957
2. Keluhan
Ibu datang ke RS Cianjur dirujuk oleh bidan di Puskesmas DTP
Cikalong Kulon karena tekanan darah tinggi dengan protein
urin +2 jam 04.45. Ibu hamil anak ketiga, merasa hamil 9
bulan. Mengaku keluar air-air banyak pukul 23.00 tanggal 16
November 2012, berbau anyir dan berwarna seperti air
37
kencing. Terasa mules serta ada keluaran berupa lendir dan
sedikit darah dari jalan lahir sejak pukul 03.30.
Ibu mengatakan tidak merasa pusing, pandangan kabur, dan
nyeri ulu hati serta gerakan janin masih dirasakan.
Ibu mengaku telah mendapatkan terapi antikejang di Instalasi
Gawat Darurat RSUD Cianjur, dan telah meminum obat
antihipertensi.
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Status kehamilan : G3P2A0
b. HPHT : 25-02-2012
c. TP : 02-12-2012
d. Usia kehamilan : 37-38 minggu
e. Gerakan janin terakhir : dirasakan ibu beberapa saat
lalu
f. Imunisasi TT : lengkap
g. Pemeriksaan ANC : ibu melakukan pemeriksaan sebulan sekali
sejak usia 5 bulan. Pernah melakukan USG pada bulan ke 8
dengan hasil baik dan taksiran persalinan tanggal 6-12-
2012.
4. Riwayat Obstetri Yang Lalu
NoTahun
Persalinan Nifas Bayi
KB KetPenolon
gJenis
Tempa
t
Penyul
it
Penyu
lit
J
KBB PB
AS
I
1 2000 Dokter Sponta
n
Klini
k
Tekan
an
darah
tinggi
Tidak
adaL
2,
7
Lup
aYa
Sunt
ik
Hid
up
38
2 2006 BidanSponta
nRumah
Tidak
ada
Tidak
adaL
2,
9
Lup
aYa
Sunti
k
Hidu
p
3 Kehamilan ini
5. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga
Ibu mengaku memiliki riwayat tekanan darah tinggi pada
kehamilan anak pertama, tidak memiliki riwayat penyakit
diabetes, jantung, asma, ginjal, dan penyakit menular
seksual. Namun di keluarganya, orang tua klien memiliki
penyakit tekanan darah tinggi, kakak klien juga memiliki
tekanan darah tinggi.
6. Riwayat Psikososial
Ibu dan keluarga mendukung kehamilan dan persalinan anak
ini. Pengambil keputusan adalah ibu dan suami. Ibu memiliki
kekhawatiran mengenai seberapa lama lagi bayinya akan lahir,
karena mulesnya tidak dirasakan begitu sering dan kuat
seperti pada saat mau melahirkan anak sebelumnya.
7. Aktivitas
a. Makan terakhir : jam 07.00, dengan porsi cukup dan ibu
tidak merasakan keluhan apapun
b. Minum terakhir : beberapa saat lalu
c. BAB terakhir : kemarin pagi, tidak ada keluhan
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
39
3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 170/110 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. RR : 22x/menit
d. Suhu : 37,2°C
4. Pemeriksaan fisik
a. Muka : tidak ada oedem
b. Mata :
Sklera : Putih
Kongjungtiva : Merah muda
c. Leher : tidak ada massa dan pembesaran pada kelenjar
getah bening dan tiroid
d. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi dan terdapat striae
TFU : 34cm
Palpasi :
Leopold I : Teraba agak bulat, lunak dan tidak
melenting
Leopold II : Teraba tahanan terbesar di kanan dan
bagian kecil janin di kiri
Leopold III : Teraba keras
Leopold IV : Konvergen
Penurunan kepala : 4/5
DJJ : 132x/menit, regular
Kontraksi : 2x/10 menit, 30 detik
TBF : 3410 gram
e. Ekstremitas
Tidak terdapat pembengkakan di kedua lengan ibu.
Pada lengan kanan ibu telah terpasang infus cairan RL
dengan maintenance MGSO4
40
Terdapat pembengkakan di kedua tungkai ibu, refleks
patella tungkai kanan dan kiri ibu positif.
f. Genitalia
Tidak ada lecet atau luka, massa atau benjolan dan
pembesaran abnormal pada vulva. Pun demikian dengan
varises.
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar skene dan bartolin
Pengeluaran dari vagina berupa lendir dan sedikit darah
Ibu telah dipasang kateter dan terdapat urin sebanyak +
300cc
Pemeriksaan dalam
Portio : tebal kaku
Pembukaan : 3-4cm
Ketuban : tidak ada
Presentasi : kepala
Penurunan kepala : stasion -4
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil konfirmasi
USG : janin dalam keadaan baik
Tes darah lengkap : normal
Tes Urine
Protein urine +2
C. Analisa
G3P2A0 parturient aterm kala I fase laten janin tunggal hidup
intra uterin dalam keadaan baik dengan ibu mengalami
preeklampsia berat dan ketuban pecah dini 8 jam
Diagnosa Potensial : eklampsi dan infeksi intrapartum
Antisipasi Masalah/Tindakan segera: kolaborasi dengan
dokter, melakukan observasi intake ouput, observasi janin,
ibu dan kemajuan persalinan.
41
D. Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
E: klien dan keluarga mengetahui klien dalam keadaan
preeklampsia berat dan ketuban pecah dini dengan keadaan
janin baik
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
E: dokter menganjurkan untuk memberhentikan dahulu pemberian
MGSO4 dan melakukan induksi persalinan untuk terminasi
kehamilan mengingat usia kehamilan ibu 37-38 minggu.
3. Melakukan informed consent untuk melakukan induksi
persalinan
E: ibu menyetujui, drip oksi 5 IU telah terpasang dengan
tetesan 20gtt
4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi
E: ibu miring ke kiri
5. Meminta keluarga untuk mendampingi ibu
E: Ibu ditemani
6. Meminta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasi ibu
E: ibu makan dan minum dengan baik
7. Memberitahu teknik relaksasi pada ibu dan pain relief pada
keluarga
E: ibu sedikit terlihat nyaman dan tidak tegang
8. Melakukan observasi intake output cairan ibu
E: intake ibu kini berupa cairan RL 500cc dengan drip oksi
dan output urin + 300cc
9. Melakukan observasi janin dan ibu serta kemajuan persalinan
setiap sejam sekali
42
E: janin dan ibu dalam keadaan baik serta mulai terjadi
peningkatan kekuatan kontraksi
10. Tidak melakukan pemeriksaan dalam terlalu sering pada
ibu untuk menghindari infeksi
E: Ibu tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi
Pukul 10.10
A. Data Subjektif
Ibu gelisah, merasa mulesnya semakin kuat dan sering, sudah
mulai ada perasaan ingin mengedan.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 150/100 mmHg Respirasi :
20x/menit
Nadi : 80x/menit Suhu : 37,0°C
3. Abdomen :
DJJ : 138x/menit, regular
Penurunan kepala : 2/5
Kontraksi : 4x/10 menit, 45 detik
4. Genitalia :
Pemeriksaan dalam
Portio : tipis lunak
Pembukaan : 7-8cm
Ketuban : negatif
Presentasi : kepala
Molase : tidak ada
Tali pusat menumbung : tidak ada
Bagian kecil janin lain yang teraba : tidak ada
Penurunan kepala : stasion 0
43
C. Analisa
G3P2A0 parturient aterm kala I fase aktif dengan preeklampsia
berat dan ketuban pecah dini, janin hidup intrauterin dalam
keadaan baik.
Diagnosa potensial : eklampsia dan infeksi intrapartum
Antisipasi : Observasi ibu, janin, dan kemajuan
persalinan serta tanda-tanda infeksi
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
E: klien dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan janin baik
2. Meminta keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan persalinan
E: Perlengkapan persalianan telah siap
3. Mempersiapkan alat persalinan
E: Alat persalinan telah siap
4. Memantau keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
setiap 30 menit sekali
E: tercatat di partograf
Pukul 11.00
A. Data Subjektif
Ibu merasa ingin mengedan
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital :
Nadi : 86x/menit
3. Abdomen :
DJJ : 142x/menit, regular
Penurunan kepala : 0/5
44
Kontraksi : 5x/10 menit, 45 detik
4. Genitalia :
Terlihat adanya tekanan pada anus, perineum menonjol dan
vuvla membuka
Pemeriksaan dalam
Portio : tidak teraba
Pembukaan : 10cm
Ketuban : negatif
Presentasi : kepala
Molase : tidak ada
Penurunan kepala : stasion +4
Urin : + 150cc
C. Analisa
G3P2A0parturient aterm kala II dengan preeklampsia berat dan
ketuban pecah dini, janin hidup intrauterin dalam keadaan baik
Diagnosa potensial : perdarahan dan infeksi intrapartum
Antisipasi : mempersiapkan keperluan
penanganan perdarahan
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan
E: Klien mengetahui bahwa ibu siap untuk mengedan
2. Memposisikan ibu dan meminta keluarga untuk menunggu di luar
E: ibu mengambil posisi litotomi
3. Mendekatkan alat dan perlengkapan persalinan
E: alat dan perlengkapan persalinan terjangkau
4. Memimpin persalinan
His (+) ibu mengedan dengan mengangkat sedikit kepalanya,
melihat ke arah perut, menarik kakinya ke belakang dan
mengedan seperti ingin buang air besar
45
His (-) ibu istirahat
E: Ibu mengedan dengan benar dan efektif
5. Menolong persalinan dengan langkah asuhan persalinan normal
E: bayi lahir spontan dengan mekonial langsung menangis
pukul 11.15. Jenis Kelamin: perempuan BB: 3100 gram PB: 47.
Kulit kemerahan. Tonus otot baik. Apgar scor 5/7
6. Mengecek janin kedua
E: tidak ada janin kedua
7. Menyuntikkan oksitosin
E: oksitosin sebanyak 10 IU telah diberikan, kontraksi baik
8. Mengeringkan dan memotong tali pusat bayi
E: bayi kering dan tali pusat telah terpotong
9. Melakukan alih rawat bayi
E: bayi dialihrawatkan kepada perawat
Pukul 11.15
A. Data Subjektif
Ibu merasa lega telah melahirkan bayinya
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 88x/ menit
Respirasi : 26x/menit
3. Abdomen
TFU : Sepusat
Uterus globular
46
4. Genitalia
Terdapat semburan darah dari jalan lahir dan pemanjangan
tali pusat di depan vulva
C. Analisa
P3A0 parturient kala III dengan preeklampsia berat
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan
E: klien mengetahui bahwa klien siap untuk melahirkan
plasenta
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
E: tali pusat teregang dan terjadi pemanjangan tali pusat
3. Melahirkan plasenta
E: plasenta lahir pukul 11.25
4. Melakukan masase uterus
E: kontraksi baik
5. Melakukan pengecekan kelengkapan plasentaE: selaput tidak lengkap
6. Melakukan eksplorasi rahimE: sisa selaput terambil
Pukul 11.25
A. Data Subjektif
Ibu merasa agak nyeri di bekas jalan lahir. Ibu mengaku tidak
merasakan pusing. Hanya agak lemas.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vita l :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
47
Respirasi : 24x/menit
3. Abdomen
TFU : sepusat
Kontraksi : Baik
4. Genitalia
Terdapat perdarahan aktif di bekas jalan lahir
Estimasi perdarahan + 200cc
Terdapat luka robek di mukosa vagina, kulit dan otot
perineum
C. Analisa
P3A0parturient kala IV dengan preeklampsia berat dan laserasi
perineum derajat 2
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu klien mengenai hasil pemeriksaan
E: Klien mengetahui terdapat luka pada bekas jalan lahir
2. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan penjahitan
E: ibu menyetujui
3. Mempersiapkan alat penjahitan
E: alat terjangkau
4. Melakukan penjahitan
E: penjahitan dilakukan dengan jahitan jelujur di dalam dan
single di luar
5. Mengecek perdarahan dan mengecek jahitan
E: tidak ada sumber perdarahan dan jahitan telah baik
6. Membereskan alat, ibu dan lingkungan
E: ibu telah nyaman
7. Melakukan observasi kala IV
E: tercatat dalam partograf
48
KUNJUNGAN RUMAH
Hari/tanggal : Selasa/27 November 2012
Waktu : 09.15
Tempat : Rumah mertua klien
Kampung Ngantai Kecamatan Cikalong Kulon
Klien : Ibu
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan sedang batuk sejak kemarin dan kemarin lusa
sempat didatangi bidan, didapat tekanan darah ibu tinggi.
Ibu tidak merasakan pusing, nyeri ulu hati, dan pandangan
kabur. Ibu mengaku pulang dari RSUD Cianjur 3 hari pasca
bersalin dengan hasil tes darah baik dan protein urin
negatif.
2. Konsumsi obat-obatan dan tablet Fe
Ibu mengkonsumsi laserin dan mengkonsumsi tablet Fe
3. Pemberian ASI
Frekuensi : sering
Durasi : 5 menit di masing-masing
payudara
Keluhan : tidak ada
4. Rencana KB
Ibu berencana ingin menggunakan implan
5. Aktifitas sehari-hari
49
a. Aktivitas : sejak bersalin aktivitas ibu
adalah merawat bayinya. Untuk pekerjaan rumah sehari-
hari dilakukan oleh mertua dan dibantu suami.
b. Nutrisi dan hidrasi :
1) Makan
Frekuensi : 3x/hari ditambah camilan
Porsi : Cukup
Jenis : Sayur setiap hari dengan daging, telur
dan tahu tempe
Keluhan : Tidak ada
2) Minum :
Frekuensi : Sering
Jumlah : + 2 liter/hari
c. Istirahat
Malam : ibu mengaku istirahat malamnya
berkurang, sering terbangun untuk menyusui bayinya, jika
diakumulasikan istirahat malam ibu + 4-6 jam
Siang : ibu jarang tidur siang, ibu mengaku jika
tidur siang malah pusing, dan terdapat kepercayaan dari
mertua dan orang-orang sekitar untuk tidak tidur siang
ketika masih ada pengeluaran darah. Namun ibu tidak
begitu menghiraukannya, jika lelah ibu akan tidur.
d. Eliminasi
BAB : 3x/hari, tidak ada keluhan, ibu sudah
mulai BAB sehari pasca bersalin
BAK : sering dan tidak ada keluhan
B. DATA OBJEKTIF
50
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,8°C
3. Pemeriksaan fisik
a. Wajah : tidak ada bengkak
b. Mata
Sklera : putih
Konjungtiva : merah muda
c. Leher : tidak ada pembesaran dan massa pada
kelenjar getah bening dan tiroid
d. Payudara : tidak ada lecet dan tidak ada pembesaran
atau massa abnormal pada kedua belah payudara ibu.
Kedua puting menonjol dan terdapat pengeluaran berupa
air susu ibu.
e. Abdomen
TFU : tidak teraba
Diastasis recti : 2 jari
f. Ekstremitas
Tidak ada pembengkakan di kedua lengan dan tungkai ibu
g. Genitalia
Tidak ada massa dan benjolan pada vulva
Tidak ada pembesaran pada kelenjar skene dan bartolin
Keadaan luka jahitan : masih belum kering dan tidak
berbau
Lokhea : coklat kekuningan (serosa)
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
51
C. ANALISA
P3A0 postpartum 10 hari dengan tekanan darah tinggi
Diagnosa potensial : hipertensi menetap, preeklampsia
postpartum
Antisipasi : kontrol dan melakukan
pemeriksaan penunjang seperti tes urin dan darah
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu klien hasil pemeriksaan
E: Klien mengetahui klien dalam keadaan darah tinggi
2. Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ibu nifas ke
bidan pada usia 2 minggu untuk mengetahui perkembangan
kondisi ibu terutama tekanan darahnya
E: ibu menetapkan tanggal
3. Memberitahu ibu untuk menjaga istirahatnya
E: ibu perlu istirahat yang cukup untuk menjaga kondisinya
dalam mengasuh bayinya
4. Memberitahu ibu untuk menjaga nutrisi dan hidrasinya
E: ibu mengetahui bahwa asupan ibu setelah bersalin perlu
ditingkatnya karena ibu menyusui bayinya
5. Memberitahu ibu mengenai perawatan luka
E: ibu mengetahui untuk menjaga kebersihan genitalianya
dengan baik dengan cara cebok yang baik dan mengganti
pembalut dengan sering serta banyak makan-makanan yang
mengandung protein.
6. Memberitahu dan membimbing ibu melakukan perawatan payudara
E: ibu mengetahui bahawa penting melakukan perawatan
payudara dengan rutin untuk menghindari lecet pada puting
52
dan memelihara kesehatan payudara dengan langkah-langkah
yang dapat ibu peragakan kembali
7. Memberitahu ibu mengenai alat kontrasepsi yang dapat
digunakan
E: jika disesuaikan dengan usia ibu dan jumlah paritas yang
telah diperoleh, ibu memerlukan kontrasepsi yang tidak
begitu berpengaruh terhadap tubuhnya, terutama dikarenakan
ibu memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Jadi dianjurkan
penggunaan alat kontrasepsi yang tidak mengandung hormon,
seperti IUD, MOW dan MOP
8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas
E: ibu dapat mengulan tanda-tanda bahaya ibu nifas 2-6
minggu adalah, payudara bengkak dan atau memerah, nyeri
pada betis, ibu merasa tidak ingin menyusui bayinya
9. Dokumentasi
E: tecatat dengan SOAP
Hari/tanggal : Selasa/27 November 2012
Waktu : 09.15
Tempat : Rumah mertua klien
Kampung Ngantai Kecamatan Cikalong Kulon
Klien : Bayi Ny.Lani
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengaku tidak ada keluhan atas bayinya
2. Identitas anak
a. Nama : Bayi Ny. Lani
b. Tanggal Lahir : 17 November 2012
c. Usia : 10 hari
53
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. BB Lahir : 3100 gram
f. PB Lahir : 47 cm
3. Faktor Genetik
Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
menular seperti TBC dan Hepatitis serta tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit kelainan jiwa.
4. Faktor Lingkungan
a. Kondisi lingkungan tempat tinggal ibu dan bayi saat ini
Lingkungan tempat tinggal ibu (rumah mertua) terletak di
dekat jalan, cukup besar dan dapat dilalui mobil namun
tidak sebagai jalan lalu lalang angkot. Termasuk ke
dalam pemukiman yang padat, tidak dekat dengan pabrik
dan tempat pembuangan sampah.
b. Kondisi rumah tinggal
Ruang tamu, kamar, ruang TV dan dapur terpisah
Pencahayaan dan sirkulasi udara baik
c. Kondisi air
Baik, bersih dan layak pakai
5. Faktor Sosial
Bayi diasuh oleh ibu, mertua dan suami ibu. Keluarga
menerima dan mendukung kelahiran anak ini.
ayah dari bayi merokok, namun tidak di dalam rumah.
6. Faktor ibu dan perinatal
Hubungan ibu dan bayi baik. Aktivitas menyusui baik. Tidak
ada keluhan ibu terhadap bayinya
54
7. Eliminasi
BAB : sering, tidak ada keluhan
BAK : sering, tidak ada keluhan
8. Aktivitas menyusui
Frekuensi sering, tidak diberikan minuman dan makanan lain
selain ASI
Bayi menyusu dengan kuat
Tidak ada keluhan
9. Riwayat imunisasi
HB0
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Tanda-tanda vital
BJA : 130x/menit, regular
Respirasi : 48x/menit
Suhu : 37,0°C
3. Antropometri
BB : 3400 gram
PB : 47 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Ubun-ubun : datar
Lingkar kepala : 33 cm
b. Telinga
Sedikit lebih bawah dari mata dan tidak terdapat
pengeluaran
c. Mata
Sklera : putih
55
Konjungtiva : merah muda
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Tidak ada pengeluaran abnormal
e. Mulut
Tidak ada palato dan labioskiziz
Refleks rooting, sucking, swallowing baik
f. Leher
Pergerakan aktif
Tidak terdapat massa atau pembengkakan abnormal
g. Dada
Tidak ada tarikan nafas dada ke dalam
Puting simetris
Tidak terdengar kelainan bunyi jantung dan suara
pernafasan lain
h. Abdomen
Perut dalam keadaan lembek
Tali pusat telah puput dari 2 hari lalu, tidak terdapat
bau atau kemerahan
i. Punggung
Tidak ada spina bifida
j. Ekstremitas
Ektremitas atas : jumlah jari normal, terdapat
refleks grasping, pergerakan aktif
Ekstremitas bawah : jumlah jari normal, terdapat
refleks babinski, pergerakan aktif
k. Genitalia
Terdapat klitoris, lubang uretra dan vagina, tidak ada
pengeluaran abnormal.
l. Anus
Bayi buang air besar
56
C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilanusia sepuluh hari
dengan keadaan baik
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
E: ibu mengetahui keadaan bayinya dalam keadaan baik
2. Mendukung ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif
E: ibu berencana akan tetap memberikan ASI ekslusif
3. Memberitahu tanda-tanda bahaya pada bayi
E: ibu mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
adalah demam, nafas lebih dari 60, sesak atau pernafasan
cuping hidung, diare,
4. Memberitahu ibu untuk melakukan kontrol di puskesmas
mengenai perkembangan dan pertumbuhan bayi serta untuk
mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1
E: ibu menetapkan tanggalnya
5. Dokumentasi
E: tercatat dengan SOAP
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kasus preeklampsia berat harus
diidentifikasi berdasarkan faktor pencetus atau
predisposisinya, seperti usia, usia kehamilan, jumlah
kehamilan, riwayat kesehatan, dan status sosial ekonominya
57
serta hasil pemeriksaan fisik dan penunjangnya berupa hasil
tes urin dan darah lengkap klien.
Pada kasus ini, setelah dilakukan pengkajian subjektif
terhadap klien, didapat yang menjadi faktor pencetus klien
adalah riwayat penyakit hipertensi dalam kehamilan di
kehamilan pertamanya dan keluarga yaitu ibu dan kakaknya
sendiri memiliki penyakit tersebut. Ibu mengaku pada kehamilan
pertamanya juga ditemukan tekanan darahnya naik pada saat
menjelang persalinan. Sedangkan pada pengkajian data
objektifnya ditemukan, walau ibu tidak mengalami pusing atau
nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati dan pandangan kabur.
Didapat hasil pemeriksaan fisik berupa tekanan darah yang
tinggi dan pada ektremitas bawah didapat oedema yang menurut
ibu oedem di kedua tungkainya tidak hilang ketika
diistirahatkan dan telah menetap selama kurang lebih 8 hari.
Dan untuk pemeriksaan penunjangnya, didapat hasil tes protein
urin klien yang menyatakan klien memiliki kadar protein urin
yaitu sebesar +2, sesuai dengan protap RSUD Cianjur, bahwa
kadar protein urin lebih dari atau sama dengan 3 gram atau +2
adalah merupakan preeklampsia berat
Pengkajian data subjektif dan objektif ibu sudah cukup
menunjang untuk menetapkan diagnosa. Namun terdapat beberapa
hal yang kurang dikaji, seperti bagaimana riwayat pemeriksaan
kehamilan klien dan bagaimana asupan nutrisi klien, mengingat
faktor nutrisipun menjadi salah satu penyebab timbulnya
preeklampsi. Yaitu jika ibu kekurangan asupan buah dan sayur
sebagai antioksidan dan mengantisipasi oksidan nitrat di tubuh
klien. Dan hal tersebut seharusnya bisa diantisipasi pada saat
kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
sesuai. Selain itu, seharusnya bidan, tempat ibu biasa
melakukan pemeriksaan, dapat memperhatikan riwayat dan
58
kemungkinan akan terjadinya preeklampsia lagi, sehingga
pemcegahan mungkin dapat dilakukan.
Ibu tidak jatuh dalam keadaan yang lebih parah selama
persalinan dan sepanjang kala IV, ataupun selama 3 hari pasca
salin di RS, namun setelah melakukan kunjungan rumah. Ternyata
tekanan darah ibu didapat 2 hari lalu oleh bidan dan oleh
pengkaji tidak turun. Keadaan ibu tersebut tidak diikuti oleh
keluhan lain seperti pusing, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan
pandangan kabur. Mengingat preeklampsia dapat berlanjut hingga
sampai 6 minggu postpartum dan atau memungkinkan menjadikan
hipertensi menetap (Al-Safi Z dkk:2011). Sehingga ibu perlu
mencegah keadaan tersebut dengan melakukan kontrol dan
pemeriksaan penunjang serta menjaga pola makannya.
Pengkaji dalam hal ini kurang mengkaji ibu selama di RSUD
Cianjur. Pengkaji tidak mengetahui bagaimana ibu dapat pulang
dan apa saja yang telah diberikan oleh RSUD Cianjur untuk ibu.
Berdasarkan hasil konfirmasi setiap pasien PEB pulang akan
diberikan obat bagi ibu dan bayinya. Bagi ibu, diberikan obat
berupa Cefadroxil 2x1, Asam Mefenamat 3x1, SF 1x1, Metildopa
3x2, dan Nefidipine 3x10mg. Sehingga kurang dalam memfollow up
ibu dan bayi.
Ibu mengatakan berencana menggunakan KB implan, padahal jika
dilihat dari usia ibu, rencana ibu yang tidak ingin memiliki
anak lagi, dan adanya riwayat penyakit tekanan darah tinggi,
baiknya ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung
hormon, dan membuat perubahan pada tubuh ibu. Sehingga alat
kontrasepsi seperti IUD, MOW dan MOP dianjurkan.
4.2. PENEGAKAN DIAGNOSA
59
Penegakkan diagnosa digunakan sebagai bahan dalam penentuan
diagnosa potensial yang mungkin terjadi serta untuk melakukan
antisipasi masalah serta rencana asuhan.
Penegakkan diagnosa preeklampsia berat pada kasus ini
didasari atas hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik seperti
tekanan darah tinggi, oedema menetap pada ektremitas bawah
yang tidak hilang ketika diistirahatkan, dan protein urin +2.
Begitupun dengan diagnosa ketuban pecah dini pada ibu, dari
data subjektifnya ibu mengatakan telah keluar air-air dan
banyak serta tidak dapat di tahan dengan hasil pemeriksaan
pembukaan masih 3-4cm (belum lengkap).
Diagnosa potensial dari kasus ini adalah eklampsi dan
infeksi intrapartum. Sehingga penanganan segera dengan
memberikan terapi antikejang serta pemberian antibiotik untuk
ibu dilakukan.
4.3. PENGELOLAAN PERSALINANPengelolaan persalinan klien pada kasus ini adalah
penanganan aktif dengan terminasi kehamilan dengan melakukaninduksi persalinan berupa drip oksitosin mengingat usiakehamilan ibu sudah > 37 minggu dan keadaan ibu serta janinbaik.
4.4. DOKUMENTASIPendokumentasian asuhan merupakan hal yang sangat penting
dalam memberikan asuhan. Asuhan yang telah digunakan hendaknyadidokumentasikan dengan lengkap, benar, dan informatif. Halini sangat penting sebagai bahan pertanggungjawaban danpertanggunggugatan.
Dalam hal ini pengkaji mendokumentasikannya dalam bentuksoap dan partograf yang dilampirkan.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
60
Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat
hendaknya dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari kasus
tersebut. Setelah itu, melakukan pengkajian data subjektif dan
objektif untuk memastikan diagnosa dan perencanaan asuhan yang
akan diberikan.
Pada kasus ini, pengkajian data sudah cukup menunjang untuk
penetapan diagnosa preeklampsia berat. Penetapan diagnosa
diperoleh dari hasil subjektif dan objektif. Hanya terdapat
kekurangan dalam pengkajian konsumsi obat ibu dan
penatalaksanaan di rumah sakit setelah ibu melahirkan hingga
ibu pulang. Sehingga penatalaksanaan kasus dengan penanganan
preeklampsia berat pada usia cukup bulan sejak bersalin hingga
postpartumnya hanya sesuai ketika melakukan terminasi
kehamilan dan observasi, tidak untuk penatalaksanaan
postpartumnya.
Evaluasi telah dilaksanakan terhadap semua asuhan yang telah
diberikan.
5.2. SARAN
A. Pengkaji
Dalam melakukan asuhan pada ibu dengan preeklampsia berat
hendaknya dipahami terlebih dahulu mengenai konsep dari
kasus tersebut. Setelah itu, melakukan pengkajian data
subjektif dan objektif untuk memastikan diagnosa dan
perencanaan asuhan yang akan diberikan.
B. Institusi Pendidikan
Bimbingan langsung terhadap asuhan pengkaji dengan kliennya
diharapkan dapat membantu pengkaji dalam melakukan dan
menetapkan asuhan.
C. Rumah Sakit
61
Meningkatkan kembali pemberian informasi dan konseling
terhadap pasien pulang mengenai obat-obatan dan motivasi KB,
dan memastikan ibu benar-benar pahan apa yang telah
diberikan rumah sakit sehingga ibu mengetahui apa yang harus
dia perhatikan selama kembali ke rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Safi Z, dkk. 2011. Delayed postpartum preeclampsia and eclampsia:
demographics, clinical course, and complications. ________.________Arinda Anggara. 2010. Pengaruh Preeklamsia Berat Pada KehamilanTerhadap
Keluaran Maternal Dan Perinatal Di Rsup Dr Kariadi Semarang Tahun.
www.eprints.undip.ac.id. 22 November 2012. 19.56
Cunningham F G., et al. 2010. Williams Obstetrics 23rd Ed. McGraw-Hill,
Medical Publishing Division
Goodwin, T. Murphy, et al. 2010. Management of Common Problems in
Obstetrics and Gynecology.Blackwell Publishing Ltd
Lia Yuliani. 2012. Pre-Eklampsia Berat Di Rsud Bayu Asih Purwakarta.
www.jurnalkesmas.org. 22 November 2012. 19.54
Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Silasi, Michelle. 2010. An Issue of Obstetrics and Gynecology
Clinics. Elsevier Inc.
62
T.W. Kusuma. 2009. Manajemen Risiko Dalam Pelayanan Pasien Preeklampsia
Berat/Eklampsia Di Instalasi Gawat Darurat Rsupncm.
www.isjd.pdii.lipi.go.id. 19.36
Wahyuny Langelo. 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di Rskd. Ibu Dan
Anak Siti Fatimah Makassar www.pasca.unhas.ac.id. 8 November 2012.
16.15
Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.
63