ARSITEKTUR JAGAT RAYA
-
Upload
pascaunesa -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ARSITEKTUR JAGAT RAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada waktu malam, ketika langit bersih dan bulan
tidak menampakkan dirinya (kondisi bulan mati), kita
kadang dapat melihat selempang putih yang membentang di
belahan bumi selatan. Selempang putih tersebut nampak
sebagai bintik-bintik kabut yang berjuta-juta jumlahnya.
Apakah selempang putih tersebut? Mungkinkah awan? Tetapi
mengapa letaknya selalu tetap?, yakni di belahan langit
utara maupun selatan? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu
terbersit juga di benak para ilmuwan, yang kemudian
dengan cermat dan meneliti kabut yang berjuta-juta
tersebut, hingga akhirnya dapat disimpulkan bahwa
selempang putih yang berwujud seperti kabut tersebut
adalah bintang yang berjuta-juta jumlahnya. Para ahli
astronomi menyebutnya sebagai galaksi (galaxy) atau
galaktika. Selanjutnya, para ahli astronomi pun
menyimpulkan bahwa di dalam jagad raya atau alam semesta
ini terdapat bermilyar-milyar galaksi. Matahari kita
dengan planet-planet serta satelit-satelitnya berada pada
salah satu galaksi itu.
Galaksi yang kita tempati adalah galaksi Bima Sakti,
para ahli menyebutnya “Milky Way”. Galaksi kita memiliki
diameter 100.000 tahun cahaya. Matahari terletak sekitar
30.000 tahun cahaya dari pusat galaksi Bima Sakti.
1
Matahari bukanlah bintang yang istimewa, tetapi hanyalah
salah satu dari 200 milyar buah bintang anggota Bima
Sakti. Bintang bintang anggota Bima Sakti ini tersebar
dengan jarak dari satu bintang ke bintang lain berkisar 4
sampai 10 tahun cahaya. Bintang terdekat dengan matahari
adalah Proxima Centauri (anggota dari sistem tiga bintang:
Alpha Centauri), yang berjarak 4,23 tahun cahaya.
Sebelum kita memiliki metode pengukuran jarak yang
cukup baik, para astronom mengira Bima Sakti adalah
keseluruhan dari alam semesta. Bercak-bercak cahaya yang
tampak di langit pada mulanya diklasifikasikan sebagai
nebula (= kabut), yang juga adalah anggota Bima Sakti.
Harlow Shapley dan George Ellery Hale adalah dua
orang astronom yang amat berjasa membangun pengertian
kita tentang galaksi. Shapley inilah yang mengembangankan
metode untuk mengukur jarak yang diterapkan untuk
mengukur diameter Bima Sakti. Sedangkan Hale amat besar
perannya dalam pengembangan teleskop-teleskop besar, yang
digunakan untuk pengamatan bintang-bintang dan nebula.
Atas jasa mereka sekarang kita tahu bahwa yang semula
disebut nebula adalah galaksi yang juga seperti Bima
Sakti, terdiri dari ratusan juta sampai milyaran bintang,
dan berada amat jauh dari kita, jauh di luar Bima Sakti.
Dan melalui jalan yang telah mereka rintis, kita
menyadari bahwa Bima Sakti hanyalah satu dari begitu
banyak galaksi-galaksi yang bertebaran di alam semesta
yang maha luas ini.
2
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang cara para
ilmuwan memudahkan pemahaman kita mengenai jarak antar
planet, antar bintang dan juga jarak antar galaksi.
Selain itu juga dibahas mengenai adanya galaksi lain
selain galaksi kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara para ahli astronomi memudahkan
pemahaman kita mengenai jarak antar planet, antar
bintang bahkan antar galaksi?
2. Bagaimanakah para ahli astronomi dapat menyimpulkan
bahwa ada galaksi lain selain galaksi kita?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan cara ahli astronomi memudahkan
pemahaman kita mengenai jarak antar planet, antar
bintang bahkan antar galaksi.
2. Mendeskripsikan cara ahli astronomi sampai kepada
simpulan bahwa ada galaksi lain selain galaksi kita.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Astronomica Unit (AU) atau Satuan Astronomi
Jarak yang jauh dalam ilmu astronomi dapat dipahami
dengan membuat model yang merepresentasikan jarak
antara bumi dengan matahari yang diperkirakan jaraknya
adalah 149.598.000 km. Jika dalam model, jaraknya
adalah 1 inchi. Jarak dasar ini dinamakan Astonomical Unit
(AU) atau Satuan Astronomi. Menurut definisinya, 1
Satuan Astronomi adalah jarak dari Bumi ke Matahari.
Tetapi, karena bumi bergerak mengitari matahari dalam
lintasan elips, akhirnya diambil definisi yang lebih
akurat yaitu 1 Astronomical Unit (1 Satuan Astronomi)
adalah panjang setengah sumbu panjang dari lintasan
orbit Bumi mengedari Matahari.
Penentuan jarak 1 Astronomical Unit, atau jarak Bumi-
Matahari, adalah perjuangan yang panjang. Aristarchus
dari Samos, pemikir abad Yunani Klasik, memperkirakan
jarak Bumi-Matahari hanya 20 kali jarak Bumi-Bulan
(jarak Bumi-Bulan: 384.000 km). Perkiraannya meleset
jauh karena jarak Bumi-Matahari ternyata sekitar 390
kali jarak Bumi-Bulan. Jarak berdasarkan hasil
perhitungan modern yang menggunakan astronomi radio dan4
hitung orbit, nilai eksaknya adalah 1 AU =
149.597.870.691 km, akurat hingga 30 meter.
Untuk jarak objek dalam sistem tata surya kita,
dapat menggunakan AU, tetapi jika jarak bintang, maka
haruslah menggunakan pengukuran yang lebih luas
skalanya. Misalnya: Jarak dari Planet Mars ke Matahari
kurang lebih 1.5 AU = 228.000.000 km), jarak dari
Matahari ke Planet Jupiter adalah 5.2 AU, ke Saturnus
9.58 AU. Menggunakan Satuan Astronomi untuk menyatakan
jarak di dalam tata surya kita (atau tata surya lain)
jadi lebih mudah, karena selain lebih sedikit angka
juga bisa memberikan gambaran tentang berapa jauhnya
jarak tersebut relatif terhadap jarak Bumi–Matahari
(Misalnya: Jarak Matahari–Jupiter adalah 5.2 AU,
artinya 5.2 kali jarak Bumi–Matahari).
B. Light Year (Tahun Cahaya) dan Parallax of One Arcsecond
(Parsec)
Untuk mengukur jarak bintang, maka haruslah
menggunakan pengukuran yang skalanya lebih luas. Dalam
skala lain, kita mengenal 1 tahun cahaya. Tahun cahaya,
kalau ditilik dari terminologinya memang seakan-akan
mengarah pada satuan waktu. Pada kenyataannya, tahun
cahaya bukanlah satuan waktu melainkan satuan jarak
yang digunakan untuk mengukur jarak benda-benda langit
yang jauh. Bagi kita di Bumi, penanda jarak yang umum
dikenal adalah meter, kilometer, mil, inchi atau
centimeter. Akan tetapi, ketika kita melihat ke langit
5
dan mulai mengukur jarak benda-benda langit, maka kita
akan menemukan kalau benda-benda langit itu berada pada
jarak yang super jauh dari Bumi. Dan jika jarak itu
diukur dengan penanda jarak yang dikenal seperti
misalnya kilometer maka manusia pasti kebingungan
bagaimana menyebutkannya karena banyaknya angka nol.
Sebagai contoh, jarak Matahari dengan bintang
terdekatnya 40.000.000.000.000 km atau 40 trilyun
kilometer. Sementara masih banyak sekali bintang-
bintang yang letaknya lebih jauh dari itu. Dan jarak ke
galaksi Andromeda adalah 21.000.000.000.000.000.000 km
atau 2,1 x 19 km. Bagaimana menyebutnya? Untuk
mempermudah para astronom mengukur jarak, maka para
astronom menggunakan satuan lain yang mempermudah kita
untuk mengingatnya. Penggunaan satuan kilometer, meter,
mil menjadi tidak praktis untuk tetap digunakan
sebagai penanda jarak. Maka untuk mengukur jarak yang
sangat besar, digunakan satuan tahun cahaya. Cahaya
bergerak 299.792.458 meter per detik atau
aproksimasinya 300.000 km per detik maka 1 detik cahaya
(light second) setara dengan jarak 300.000 km. Dalam waktu
1 tahun, cahaya mampu menempuh jarak :
300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24
jam/hari x 365,25 hari/tahun = 9.467.280.000.000 km =
(9,46 x 1012) km
Maka tahun cahaya didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun ketika melewati
ruang hampa udara atau setara dengan 9.467.280.000.000
6
km = (9,46 x 1012) km. Jarak yang sangat jauh tapi lebih
mudah untuk diingat. Kita lihat contohnya di bawah ini.
Bulan =1,3 detik cahaya
Matahari = 8,3 menit cahaya
Mars = 3.1 menit cahaya
Jupiter = 33 menit cahaya
Pluto = 5,3 jam cahaya
Proxima Cetauri = 4,3 tahun cahaya
Galaksi Andromeda = 2.300.000 tahun cahaya atau
2,3 juta tahun cahaya
Bagaimanapun juga, ketika mengatakan bahwa jarak
bintang yang paling dekat adalah 4,3 tahun cahaya,
maka artinya adalah cahaya yang kita terima dari
bintang tersebut hari ini adalah cahaya 4,3 tahun
cahaya yang lalu. Sebagai contoh, galaksi andromeda
meledak satu juta tahun yang lalu, maka kita 1 juta
tahun kemudian, kita baru tahu peristiwa ini.
7
Gambar 1 : Jarak Bumi dengan Bulan, Matahari, Mars, Proxima
Centauri dan kedudukan Bumi dalam galaksi Bima Sakti yang
dinyatakan dalam tahun cahaya.
(http://langitselatan.com/wp-content/uploads/2013/08/light-year.jpg)
Ada pula satuan yang lain yang digunakan para
astronom dalam mengukur jarak, yakni parsec. Parsec
adalah kependekan dari “ parallax of one arcsecond ”. Ini
juga merupakan satuan panjang, 1 parsec kurang lebih
sama dengan 3,26 tahun cahaya. Jarak parsec ini ada
kaitannya dengan jarak 1 satuan astronomi yang sudah
kita bicarakan di atas. Bila kita mengukur sudut
paralaks sebuah objek dan menemukan bahwa sudut
paralaksnya adalah 1 detik busur (sudut 1 derajat = 60
menit busur, 1 menit busur = 60 detik busur. Jadi, 1
detik busur = 1/3600 derajat), maka jarak menuju objek
tersebut adalah 1 parsec. Dengan sedikit perhitungan
trigonometri, kita mendapatkan bahwa jarak
1 parsec = 206265 Satuan Astronomi, atau sama dengan
3,26 tahun cahaya, atau dalam kilometer;1 parsec =
31000 trilyun kilometer.
Meskipun satuan jarak ini hanya sedikit lebih besar
daripada 3 tahun cahaya, namun astronom lebih senang
menggunakan satuan ini karena dapat dikaitkan langsung
dengan besaran teramati yaitu sudut paralaks. Jarak ini
juga sering disanding dengan awalan kilo untuk
menyatakan 1 kiloparsec (kpc) = 1000 pc dan juga mega
untuk menyatakan 1 Megaparsec (Mpc) = 1000 kpc = 1 000
8
000 pc. Dengan cara ini, kita dapat menyatakan jarak
yang teramat jauh hanya dengan sedikit angka, misalnya:
Jarak menuju bintang terdekat yakni Proxima Centauri =
1.3 parsec.
Jarak menuju gugus bintang Pleiades = 135 parsec.
Jarak menuju pusat Galaksi: sekitar = 8.5 kpc.
Jarak menuju Galaksi Andromeda = 780 kpc.
Jarak menuju Galaksi M51= 7 Mpc
(Perkiraan) jari-jari alam semesta kita = 24
Gigaparsec (24 Gpc) dengan
1 Gpc = 1000 Mpc
Gambar 2 : Galaksi M51
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/db/Messier51_sRGB.jpg/
800px-Messier51_sRGB.jpg)
C. Galaksi, Bintang Cepheid dan Awan Magellan
1. Galaksi
9
Gambar 3. Letak matahari kita dalam Galaksi Bima Sakti
(http://4.bp.blogspot.com/-
_V69BGDjtec/UPu3u493B3I/AAAAAAAABeo/4a1JTMd45Y/s1600/Galaksi+Bima+Sakti.jpg
)
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat
gaya gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan
segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang
neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium
antarbintang, dan materi gelap–komponen yang penting
namun belum begitu dimengerti (wikipedia.org). Kata
galaksi berasal dari bahasa Yunani galaxias (γαλαξίας),
yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada
galaksi Bima Sakti (bahasa Inggris: Milky Way [jalan
susu]). Galaksi memiliki lebih dari 100 milyar
bintang, dan diperkirakan terdapat sedikitnya 1
milyar galaksi dalam jagat raya.
Kita tidak dapat melihat galaksi kita secara
keseluruhan karena kita ada di dalamnya, tetapi
setelah kita melihat beberapa galaksi yang lain dan
belajar mengenai galaksi kita sendiri, maka galaksi
Bima Sakti kita ini sama dengan galaksi – galaksi
yang lain. Semua bintang dalam galaksi berputar
mengelilingi pusat galaksi. Dalam galaksi kita,
matahari berpindah sekitar 150 mil per detik (240
10
km/detik) dalam mengelilingi pusat galaksi. Dengan
kecepatan di atas, maka memerlukan waktu sekitar 200
juta tahun untuk membuat satu putaran penuh.
Secara garis besar, menurut morfologinya,
galaksi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: tipe galaksi
spiral, galaksi elips, dan galaksi tak-beraturan. Pembagian
tipe ini berdasarkan bentuk/ penampakan galaksi-
galaksi tersebut. Galaksi-galaksi yang diamati dan
dipelajari oleh para astronom sejauh ini terdiri dari
sekitar 75% galaksi spiral, 20% galaksi elips, dan 5%
galaksi tak beraturan. Namun ini bukan berarti
galaksi spiral adalah galaksi yang paling banyak
terdapat di alam semesta ini. Sesungguhnya yang
paling banyak terdapat di alam semesta ini adalah
galaksi elips. Jika kita mengambil volume ruang
angkasa yang sama, kita akan menemukan lebih banyak
galaksi elips daripada galaksi spiral. Hanya saja
galaksi tipe ini banyak yang amat redup, sehingga
amat sulit untuk diamati.
Tipe pertama, yaitu galaksi spiral, adalah tipe
yang paling umum dikenal orang. Mungkin karena bentuk
spiralnya yang indah. Jika kita mendengar kata
galaksi, biasanya yang terbayang adalah galaksi tipe
ini. Galaksi kita termasuk galaksi spiral. Bagian-
bagian utama galaksi spiral adalah halo, bidang
galaksi (termasuk lengan spiral), dan bulge (bagian
pusat galaksi yang menonjol). Anggota galaksi spiral
adalah bintang-bintang muda dan tua. Bintang-bintang
11
tua terdapat pada gugus-gugus bola yang tersebar
menyelimuti galaksi. Gugus bola adalah kumpulan
bintang-bintang yang berjumlah puluhan sampai ratusan
ribu bintang yang lahir bersama-sama, mengumpul
berbentuk bola. Gugus-gugus bola inilah yang
membentuk halo bersama sama dengan bintang-bintang
yang tidak terdapat di bidang galaksi. Bintang
bintang muda terdapat di lengan spiral galaksi yang
berada dibidang galaksi. Bintang-bintang muda ini
masih banyak diselimuti materi antar bintang, yaitu
bahan yang membentuk bintang itu. Bulge pada galaksi
spiral adalah bagian yang paling padat.
Gambar 4. Bagian-bagian galaksi spiral (http://2.bp.blogspot.com/
pfl0ODi6ig0/UJpCQvKPN-I/AAAAAAAAASk/cQZgB5Cl8PM/s1600/1.jpg)
Galaksi spiral berotasi dengan kecepatan yang jauh
lebih besar dari galaksi elips. Kecepatan rotasinya
yang besar itulah yang menyebabkan galaksi ini
12
memipih dan membentuk bidang galaksi. Besar kecilnya
kecepatan rotasi pada galaksi spiral ini bergantung
pada massa galaksi tersebut. Kecepatan rotasi tiap
bagian galaksi spiral sendiri tidaklah sama. Semakin
ke arah pusat galaksi, kecepatan rotasinya semakin
besar.
Karena kita terletak di antara bentukan galaksi
yang seperti lensa, maka ketika melihat ke arah
permukaan “lensa”, garis tegak lurus ke arah bidang
dari galaksi, maka kita akan melihat bintang. Tetapi,
saat kita melihat ke arah tepi, maka jarak dari
bintang akan sangat jauh jika dilihat menggunakan
mata telanjang. Inilah alasan mengapa orang-orang
pada zaman dahulu menamakan galaksi kita sebagai
“Jalan dari Tuhan”, atau “Milky Way”. Hanya dengan
teleskop kita dapat melihat bintang bintang yang
terpisah dalam langit.
Contoh lain galaksi spiral yaitu Bima Sakti.
Bima Sakti Berbentuk seperti cakram, garis tengahnya
kira-kira 100.000 tahun cahaya (30.600 pc). Bintang
yang lebih tua ditemukan di pusat tonjolan dengan
ketebalan 20.000 tahun cahaya (6.100 pc). Bintang
yang lebih muda ditemukan di lengan spiral. Pusat
galaksi berada dalam gugusan bintang sagitarius.
Kutub utaranya di Coma Berenices, Kutub selatanya di
Sculptor. Matahari ada di sudut dalam lengan spiral
CarinaCygnus kira-kira 32.000 tahun cahaya (9.800 pc)
dari pusat galaksi. Diperkirakan galaksi berumur 12-
13
14 triliyun tahun dan terdiri dari 100 triliyun
bintang. Bimasakti terdiri dari ± 100.000.000.000
hingga 400.000.000.000 bintang (benda-benda lainnya).
Selain dari Bima Sakti, contoh dari galaksi
spiral adalah galaksi Andromeda. Andai saja kita bisa
melihat galaksi Bima Sakti dari luar, kita akan
melihatnya seperti bentuk galaksi Andromeda ini.
Ukuran galaksi Andromeda ini sedikit lebih besar dari
Bima Sakti. Galaksi Andromeda bersama-sama dengan
Bima Sakti termasuk galaksi spiral raksasa. Jarak
galaksi Andromeda ini sekitar 2,5 juta tahun cahaya.
Untuk mengarungi jarak sejauh itu, cahaya memerlukan
waktu 2,5 juta tahun. Ini berarti cahaya yang kita
terima dari galaksi ini adalah cahaya yang dikirimnya
2,5 juta tahun yang lalu yang menggambarkan keadaan
galaksi tersebut pada waktu itu. Jarak yang merentang
antara Bima Sakti dan Andromeda sejauh 2,5 juta tahun
cahaya itu dalam ukuran astronomi masih terhitung
dekat. Jarak ke galaksi-galaksi lainnya jauh lebih
fantastis. Bahkan ada yang sampai milyaran tahun
cahaya.
Galaksi elips, sesuai dengan namanya,
penampakannya seperti elips. Yang termasuk tipe
galaksi ini adalah mulai dari galaksi yang berbentuk
bundar sampai galaksi yang berbentuk bola pepat.
Struktur galaksi tipe ini tidak terlihat dengan
jelas. Galaksi elips sangat sedikit mengandung materi
antar bintang, dan anggotanya adalah bintang-bintang
14
tua. Contoh galaksi tipe ini adalah galaksi M87,
yaitu galaksi elips raksasa yang terdapat di Rasi
Virgo.
Gambar 5. Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi
Hubble. E merupakan tipe galaksi eliptis, S merupakan galaksi
spiral, dan SB merupakan galaksi spiral berbatang.
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8a/
Hubble_sequence_photo.png)
Galaksi tak-beraturan adalah tipe galaksi yang
tidak simetri dan tidak memiliki bentuk khusus, tidak
seperti dua tipe galaksi yang lainnya yang hanya
mengisi 2% dari jagad raya. Tampak seperti
gumpalan/onggokan bintang yang datar, ada bagian-
bagian yang terlihat semakin menebal dan ada bagian
yang menipis dalam batas yang tidak jelas. Anggota
dari galaksi tipe ini terdiri dari bintang-bintang
15
tua (populasi II) dan muda (populasi I). Contoh dari
galaksi tipe ini adalah Awan Magellan Besar dan Awan
Magellan Kecil, dua buah galaksi tetangga terdekat
Bima Sakti, yang hanya berjarak sekitar 180.000 tahun
cahaya dari Bima Sakti. Galaksi tak beraturan ini
banyak mengandung materi antar bintang yang terdiri
dari gas dan debu-debu.
2. Bintang Cepheid dan Awan Magellan
Salah satu cara menghitung jarak bintang dan
galaksi yang jauh adalah dengan menggunakan hubungan
periode-kecerahan bintang variabel Cepheid.
Gambar 6 : Cepheid Di Galaksi M100
(http://duniaastronomi.com/wp-content/uploads/2010/03/hs-1994-49-a-web_print.jpg)
Sejarah metode penghitungan jarak ini berawal
dari sebuah penelitian tentang hasil pengamatan
terhadap bintang variabel (bintang yang
kecemerlangannya berubah-ubah) yang ada di galaksi
Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil.
16
Dua Awan Magellan (Inggris: Magellanic Cloud atau
Nubeculae Magellani) adalah Galaksi katai tak beraturan
yang dapat terlihat dari belahan bumi selatan, yang
mana galaksi ini termasuk anggota Grup Lokal dan
mungkin mengorbit Galaksi Bima Sakti kita. Karena
mereka berdua menunjukkan tanda-tanda struktur
batang, mereka sering diklasifikasikan sebagai
galaksi spiral Magellan.
Gambar 7: Awan Magellan besar dan awan Magellan kecil
(http://id.wikipedia.org/wiki/Awan_Magellan)
Jika dilihat dengan mata telanjang, awan ini
seperti potongan Galaksi Bima Sakti. Kedua awan ini
berada kira-kira 21° di langit malam, jarak mereka
berdua sangat jauh, yaitu sekitar 75.000 tahun
cahaya. Sebelum penemuan Galaksi Katai Elips Sagittarius
pada tahun 1994, mereka adalah galaksi terdekat
dengan kita. Awan Magellan Besar terletak sekitar
160.000 tahun cahaya dari Galaksi Bima Sakti,
sedangkan Awan Magellan Kecil terletak sejauh 200.000
tahun cahaya. Awan Magellan Besar berdiameter kira-
17
kira dua kali diameter Awan Magellan Kecil (14.000
tahun cahaya dan 7.000 tahun cahaya). Untuk
perbandingan, Galaksi Bima Sakti berdiameter sekitar
100.000 tahun cahaya.
Astronom wanita asal Amerika Serikat, Henrietta
Leavitt, melakukan penelitian mengenai bintang
variabel. Dia membuat katalog yang berisi 1777
bintang variabel dari penelitian tersebut. Dari
katalog yang ia buat diketahui bahwa terdapat
beberapa bintang yang menunjukkan hubungan antara
kecerahan dengan periode variabilitas. Bintang yang
memiliki kecerahan lebih besar ternyata memiliki
periode varibilitas yang lebih lama dan begitu pula
sebaliknya. Bentuk kurva cahaya bintang variabel
jenis ini juga unik dan serupa, yang ditandai dengan
naiknya kecemerlangan bintang secara cepat dan
kemudian turun secara perlahan.
Bentuk kurva cahaya seperti itu ternyata sama
dengan kurva cahaya bintang delta Cephei yang diamati
pada tahun 1784. Karena itulah bintang variabel jenis
ini diberi nama bintang variabel Cepheid. Penamaan
ini tidak berubah walaupun belakangan ditemukan juga
kurva cahaya yang sama dari bintang Eta Aquilae yang
diamati beberapa bulan sebelum pengamatan delta
Cepheid. Hubungan sederhana antara periode dan
kecerahan bintang variabel Cepheid ini bisa digunakan
dalam menentukan jarak karena astronom sudah
mengetahui adanya hubungan antara kecerahan bintang
18
bergantung pada jarak. Dari pengamatan bintang
Cepheid kita bisa dapatkan periode variabilitas dan
magnitudonya. Kemudian periode yang kita peroleh bisa
digunakan untuk menghitung kecerahan/ magnitudo
mutlak bintangnya dengan formula M =
-2,81 log (P) -1,43. Karena kecerahan/ magnitudo
mutlak dan magnitudo semu berhubungan erat dalam
formula Pogson (modulus jarak), maka pada akhirnya
kita bisa dapatkan nilai jarak untuk bintang
tersebut.
Grafik 1 : Ilustrasi hubungan periode-kecerahan cepheid, yang
digunakan para ilmuwan untuk menghitung ukuran, usia
serta tingkat ekspansi alam semesta.
(http://www.faktailmiah.com/wp-content/uploads/2012/10/Grafik-
cepheid.jpg?71b815)
Menghitung jarak bintang variabel Cepheid
menjadi sangat penting karena kita jadi bisa
menentukan jarak gugus bintang atau galaksi yang jauh
asalkan di situ ada bintang Cepheid yang masih bisa
19
kita deteksi kurva cahayanya. Di sinilah keunggulan
metode ini dibandingkan dengan paralaks, yang hanya
bisa digunakan untuk bintang-bintang dekat saja.
Cepheid mengalami perubahan kecerahan karena
radiusnya berubah membesar dan mengecil. Proses ini
terjadi pada salah satu tahapan evolusi bintang,
yaitu ketika sebuah bintang berada pada fase raksasa
atau maharaksasa merah. Jadi dengan mempelajari
bintang variabel Cepheid kita bisa menghitung jarak
sekaligus mempelajari salah satu tahapan evolusi
bintang.
D. Hukum Invers – Square
Kebenaran dan ukuran kecerahan dari objek yang
berkilauan (bintang) berhubungan dengan sifat dari
cahaya. Dalam ruang angkasa yang bersih, bintang yang
jauhnya lima tahun cahaya, ketika tampak, maka
intensitas cahayanya akan 25 kali lebih besar.
Dalam ilmu astronomi, hukum “Inverse Square” dari cahaya
merupakan alat yang tak ternilai harganya dalam
menentukan jarak. Aplikasi ini dapat menentukan jarak
dari Cepheid dan membuka jalan bagi penelitian mengenai
luasnya jagat raya kita. Akhirnya pada tahun 1924,
Hubble dengan menggunakan hubungan antara periode
kilauan dengan hukum “Inverse – Square” maka dia dapat
menemukan bahwa galaksi Andromeda bukanlah termasuk
galaksi kita. Kita tahu bahwa jarak galaksi Andromeda
adalah 2 juta tahun cahaya, sedangkan galaksi kita
20
mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya. Jadi, memang
benar bahwa galaksi Andromeda bukanlah dari galaksi
kita.
Di dalam fisika, hukum “Inverse – Square” atau kuadrat
invers, adalah hukum fisika apa pun yang menyatakan
besarnya suatu kuantitas atau kekuatan fisika
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber
pemancarnya.
Hukum kuadrat invers umumnya berlaku ketika suatu gaya,
energi, atau kuantitas kekal lainnya dipancarkan secara
radial dari sumbernya. Karena luas permukaan sebuah
bola (yang besarnya ) sebanding dengan kuadrat
jari-jari, maka semakin jauh kuantitas tersebut
dipancarkan dari sumber, semakin tersebar dalam sebuah
daerah yang sebanding dengan kuadrat jarak dari sumber.
Dengan demikian, kuantitas yang melewati satu satuan
luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari
sumber.
E. Efek Doppler
Dalam belajar ilmu astronomi, ada sifat dari cahaya
yang juga harus kita perhatikan, yakni efek doppler.
Cahaya adalah gelombang, sehingga juga mengalami efek
Doppler. Frekuensi cahaya yang diterima pengamat akibat
efek Doppler (fp) dapat didekati dengan rumus:
Dengan c adalah laju cahaya, fs adalah frekuensi cahaya
sedangkan vs adalah laju relatif sumber cahaya terhadap
21
pengamat. Nilai vs positif jika gerak relatif itu
bersifat makin menjauh dan bernilai negatif jika gerak
relatif itu bersifat mendekat.
Persamaan di atas berlaku juga untuk gelombang
elektromagnetik lain, seprti gelombang radio dan
gelombang mikro.
Efek Doppler ini menjadi pertimbangan penting di
bidang astronomi untuk menganalisis data observasi para
astronom. Dengan mengamati warna cahaya bintang-bintang
jauh dapat disimpulkan apakah bintang itu bergerak
mendekat ataukah menjauhi kita.
Kecepatan cahaya dalam ilmu astronomi jarang dapat
terdeteksi hanya dengan melihat perubahan warna
menggunakan mata telanjang. Kita harus menggunakan
metode lain untuk mengukur pergeseran warna ini.
Pertama, kita ambil gambar spektrum dari bintang dengan
memasang spektograf pada teleskop. Spektograf adalah
instrumen untuk memotong cahaya bintang ke dalam warna
warna penyusunnya (spektrum). Dalam spektograf ini kita
akan melihat garis hitam, yang menunjukkan tempat di
spektrum dari bintang yang cahayanya telah diserap oleh
unsur kimia yang ada di atmosfer bintang. Semua ini
dinamakan garis penyerapan.
Beberapa garis menunjukkan panjang gelombang yang
pasti, Jika spektrum digeser dengan efek Doppler, maka
garis juga harus dibagi dalam ukuran yang sama besar.
Dengan mengukur pergeseran ini menggunakan mikroskop,
maka jika dibandingkan dengan garis yang dihasilkan
22
pada pengamatan menggunakan laboratorium tak bergerak,
maka kita dapat memperoleh sejumlah panjang gelombang
(warna) berubah. Kemudian, kita menggunakan rasio
formula yang dapat kita tulis :
∆ʎ/ ʎ = v/c
Dimana :
ʎ = panjang gelombang
∆ = perubahan
v = kecepatan radial objek
c = kecepatan cahaya
Jika bintang berpindah ke arah kita, maka gelombang
cahaya menjadi lebih pendek. Perubahan panjang
gelombang atau pergeseran ke arah ungu – violet pada
akhir spektrum. Jika bintang mundur, maka panjang
gelombang diperpanjang dan tetap selalu berhubungan,
pergeseran ke arah merah di akhir spektrum. Hal inilah
yang terkennal dengan sebutan red shift.
23
Gambar 8 : Jarak beberapa cluster di galaksi (Hynek, J.Allen:
Astronomy One)
Sekarang, astronom dapat mengatahui bahwa galaksi
yang jauh mengindikasikan warna merah pada pergeseran
spektrumnya. Ini semua merupakan konsep yang baru saat
melakikan ekspansi ke jagat raya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Cara para ahli astronomi memudahkan pemahaman kita
mengenai jarak antar planet, antar bintang bahkan antar
galaksi dengan cara membuat model yang
merepresentasikan jarak antara bumi dengan matahari
menggunakan satuan astronomi, dimana 1 satuan astronomi
adalah panjang setengah sumbu panjang dari lintasan
orbit Bumi mengedari Matahari. Jarak berdasarkan hasil
perhitungan modern yang menggunakan astronomi radio dan
hitung orbit, nilai eksaknya adalah 1 AU =
149.597.870.691 km, akurat hingga 30 meter. Untuk
mengukur jarak yang sangat besar, digunakan satuan
tahun cahaya. Cahaya bergerak 299.792.458 meter per
detik atau aproksimasinya 300.000 km per detik maka 1
detik cahaya (light second) setara dengan jarak 300.000
km. Ada pula satuan yang lain yang digunakan para
astronom dalam mengukur jarak, yakni parsec. Parsec
adalah kependekan dari “ parallax of one arcsecond ”. 1
parsec kurang lebih sama dengan 3.26 tahun cahaya.
2. Para ahli astronomi dapat menyimpulkan bahwa ada
galaksi lain selain galaksi kita. Galaksi memiliki
lebih dari 100 milyar bintang, dan diperkirakan
terdapat sedikitnya 1 milyar galaksi dalam jagat raya.
Salah satu cara menghitung jarak bintang dan galaksi
25
yang jauh adalah dengan menggunakan hubungan periode-
kecerahan bintang variabel Cepheid. Dalam menghitung
jarak antar bintang dan galaksi, maka akan berhubungan
dengan kecerahan bintang Cepheid. Jika berbicara
tentang kecerahan, pasti akan berhubungan dengan
cahaya. Hukum invers-square dan efek Doppler perlu
dipelajari karena sangat berkaitan dengan sifat cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
_____________ . 2010. Mengukur Jarak dengan Bintang Cepheid. http://duniaastronomi.com/2010/03/mengukur-jarak-dengan-bintang-cepheid/#more-354. Diakses tanggal 4 April 2014.
___________. 2013. Hukum Kuadrat Terbalik. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_kuadrat_terbalik. Diakses tanggal 4 April 2014.
______________ . 2013. Jarak 1 Tahun Cahaya . http://obengplus.com/articles/1965/1/Berapa-jarak-1-tahun-cahaya-bisa-dihitung-dalam-satuan-kilometer.html. Diakses tanggal 4 April 2014.
______________ . 2013. Mengenal Satuan-satuan Jarak dalam Astronomi. http://langitselatan.com/2008/07/19/mengenal-satuan-satuan-jarak-dalam-astronomi/. Diakses tanggal 4 April 2014.
26
______________ . 2014. Pusat Galaksi. http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Galaksi. Diakses tanggal 4 April 2014.
______________ .2014. Galaksi. http://id.wikipedia.org/wiki/Galaksi. Diakses tanggal 4 April 2014.
____________ . 2014. Awan Magellan. http://id.wikipedia.org/wiki/Awan_Magellan. Diakses tanggal 4 April 2014.
Hynek. J. Allen, Necia H. Apfell. 1972. Astronomy One. California: W.A Benjamin Inc.
Simatupang, Fery. Galaksi. http://118.96.137.51:888/bahanajar/download/how/a/alam/8_galaxy.pdf. Diakses tanggal 4 April 2014.
27