APLIKASI TEKNIS PENGENDALIAN HAMA TANAMAN JERUK MENGGUNAKAN INSEKTISIDA NABATI DI KEBUN BALITJESTRO,...
Transcript of APLIKASI TEKNIS PENGENDALIAN HAMA TANAMAN JERUK MENGGUNAKAN INSEKTISIDA NABATI DI KEBUN BALITJESTRO,...
PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)
APLIKASI TEKNIS PENGENDALIAN HAMA TANAMAN JERUK
MENGGUNAKAN INSEKTISIDA NABATI DI KEBUN BALITJESTRO,
KLIRAN
ANDRI ARDIANSYAH (201210200311066)
JURUSAN AGRONOMI
1
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSALPRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)
1. Judul : Aplikasi Teknis Pengendalian Hama Tanaman Jeruk Menggunakan Insektisida Nabati Di Kebun Balitjestro, Kliran
2. Pelaksana a. Nama : Andri Ardiansyah b. NIM : 201210200311066
a. Telpon/HP : +62819377368921.Instansi/lembaga tempat
PKLa. Nama Instansi/Lembaga : Balai Penelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO)
b. Alamat Instansi : JL. Raya Tlekung No:1, Kec Junrejo
c. Telp. Instnasi/Lembaga : +62341-5926834. Pembimbing : 2 (dua) orang
a. Nama Pembimbing dari Kampus
: Dr. Ir. Fatimah Nursandi, M.Si
b. Nama Pembimbing di lapang
: Dr. Ir. Harwanto, M.Si
5. Lokasi Kegiatan PKLa.Wilayah (Desa/Kecamatan)
: Ds. Junrejo Kec. Junrejo
b. Kabupaten : Malangc. Propinsi : Jawa Timurd. Jarak PT ke lokasi PKL : 7 km
2
(km)6. Jangka waktu pelaksanaan
: 1 bulan
7. Tahun Pelaksanaan : Tahun 2015Malang, 17 Januari
2015
Mengetahui,
Pembimbing, Pelaksana,
Dr.Ir.Fatimah Nursandi, M.Si Andri
Adiansyah
NIP.196601291991032004 NIM.201210200311066
Menyetujui,
Ketua Jurusan Agronomi
Dr.Ir. Ali Ikhwan, MP
NIP. 196410201991011001
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL...........................2DAFTAR ISI............................................3RINGKASAN.............................................4BAB I. PENDAHULUAN....................................51.1 Latar Belakang..................................51.2 Dasar Teori.....................................6
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT...........................122.1 Tujuan.........................................122.2 Manfaat........................................12
BAB III. METODE PELAKSANAAN..........................133.1 Waktu dan Tempat...............................133.2 Alat dan Bahan.................................133.3 Metode Kerja...................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................15
4
RINGKASAN
Hama tanaman jeruk mengakibatkan produksi jerukmenurun. Selama ini penanggulangan hama tanaman jerukdilakukan dengan menggunakan insektisida kimia.Insektisida kimia menimbulkan berbagai resiko, sepertimunculnya resitensi hama dan adanya residu kimia padabuah jeruk yang berlebihan. Adanya residu kimia padabuah jeruk yang berlebihan menyebabkan buah jerukditolak untuk pasar ekspor.
Penggunaan insektisida kimia harus segeradisubtitusi. Salah satu cara pengendalian yang lebihramah lingkungan adalah dengan menggunakan insektisidanabati. Insektisida nabati memiliki kelebihan sepertibersifat biodegradable (mudah terurai di alam) dantidak mengenai organisme non target (musuh alami).Pengendalian dengan menggunakan insektisida nabatidiharapkan mampu menanggulangi hama secara ramahlingkungan dan bijaksana serta menambah jumlah eksporbuah jeruk Indonesia.
5
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTanaman jeruk merupakan tanaman yang memiliki
potensi tinggi. Buah jeruk selalu tersedia sepanjang
tahun karena tanaman jeruk tidak mengenal musim dan
dapat dibudidayakan didataran tinggi maupun rendah.
Disamping itu buah jeruk di Indonesia merupakan
komoditas dengan jumlah produksi yang tinggi, yaitu
sebesar 106.334 ton untuk jeruk besar dan 1.548.401
untuk jeruk keprok (BPS, 2013).
Angka konsumsi buah jeruk di Indonesia saat ini
mencapai 32,67 kg per kapita per tahun (Kompas, 2011).
Angka konsumsi tersebut masih rendah dibandingkan
dengan standar ketetapan konsumsi buah jeruk dari FAO
(Food and Agriculture Organization of United Nation)
yakni sebesar 65,75 kg per kapita per tahun.
Pertumbuhan nilai impor 11% setiap tahun dalam
sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa Indonesia
menjadi target pasar yang menjanjikan bagi negara lain.
Saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor jeruk
terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume
impor sebesar 160.254 ton sedangkan ekspornya sebesar
415 ton pada 2010 (BPS, 2013). Hal tersebut menandakan
bahwa nilai ekspor Indonesia masih kecil.
6
Salah satu penyebab kecilnya jumlah ekspor buah
jeruk adalah adanya hama tanaman jeruk. Hama tanaman
jeruk mengakibatkan tanaman dan buah jeruk rusak
sehingga produksi buah jeruk mengalami penurunan. Oleh
karena alasan tersebut beberapa produsen jeruk lebih
memilih untuk menggunakan cara yang efektif, yaitu
dengan menggunakan indektisida kima. Insektisida kimia
mampu menanggulangi hama secara cepat. Kenyataan
dilapang Insektisida kimia mempunyai dampak negatif
yang sangat nyata, yaitu timbulnya resistensi hama
tanaman jeruk. Selain itu insektisida kimia juga
mengakibatkan adanya residu pada buah jeruk. Adanya
residu kimia menyebabkan buah jeruk ditolak untuk
dipasarkan secara internasional dikarenakan residu
kimia pada buah jeruk melebihi batas toleransi
internasional.
Penggunaan insektisida kimia dapat menimbulkan
berbagai masalah, maka tata cara pengendalian hama
dengan insektisida kimia harus segera disubtitusi.
Salah satu cara pengendalian yang lebih ramah
lingkungan adalah dengan menggunakan insektisida
nabati. Insektisida nabati dibuat dari bahan-bahan
nabati yang telah tersedia di alam. Insektisida nabati
memiliki keunggulan, yaitu aman bagi lingkungan dan
tidak berpengaruh terhadap musuh alami hama tanaman
jeruk. Selain itu pemanfaatan insektisida nabati dapat
mengurangi ketergantungan petani pada insektisida
7
sintetik serta berkelanjutan. Insektisida memiliki
sifat biodegradable (dapat terurai di alam) (Dadang dan
Priyono, 2003) sehingga tidak akan menimbulkan residu
yang berlebihan dan akan menambah jumlah ekspor buah
jeruk.
1.2 Dasar TeoriMorfologi dan Sifat Khusus Jeruk
Tanaman jeruk mempunyai banyak cultivar yang setiap
cultivarnya memiliki sifat-sifat tersendiri. Tanaman
jeruk sangat menyukai sinar matahari dan pola drainase
yang baik. (Aak, 1994)
Botani dari tanaman jeruk adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
(Anonim, 2013)
Akar tunggang dari jeruk mampu mencapai panjang 4
meter. Pertumbuhan panjang akarnya akan berhenti jika
menemui tanah yang keras atau tandus. Akar samping yang
mencabang (sekunder) mampu mencapai panjang 6 sampai 7
meter (Anonim, 2013)
8
Daun tua tanaman jeruk umumnya berwarna hijau
sedangkan daun muda berwarna hijau kekuningan, ujungnya
runcing sedikit tumpul dan berlekuk (Anonim, 2013)
Bunga jeruk adalah bunga majemuk dengan tandan atau
malai kebanyakan berkelamin dua, kelopak daun berjumlah
4 sampai 5, dan berdaun lepas. Bunga jeruk berwarna
putih, keluar dari ketiak daun dan berbau harum
(Anonim, 2013)
Hama Tanaman dan Mekanisme Serangan Hama
Usaha pengendalian yang efektif dalam menanggulangi
hama sebenarnya dapat dilakukan jika populasi hama
dalam jumlah sedikit. Tindakan pengendalian hama dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara preventif
(pencegahan) dan tindakan kuratif (membinasakan) (Aak,
1994).
Hama penggerek daun diidentifikasi dari ordo
Lepidoptera, family Gracillaridae, species Phylocnistis
citrella (Kalshoven, 1981). Hama ini meletakkan telur
secara terpencar di atas permukaan bawah daun, tangkai
atau bagian tanaman lain yang masih muda. Telur menetas
setelah 4 hari dan larvanya masuk ke dalam epidermis,
kemudian memakan jaringan tanaman yang masih muda.
Siklus hidup dari telur sampai menjadi ngengat
berlangsung 16-18 hari. Ngengat aktif pada malam hari,
9
sedangkan pada siang hari biasanya hinggap di sekitar
tanaman atau di atas permukaan tanah (Kalshoven, 1981).
Siklus hidup Phylocnistis citrella Phylocnistis citrella
dewasa
(Anonim, 1986)
Hama tungau merah menyerang dengan cara menghisab
klorofil daun, sehingga daun tampak bintik-bintik
kelabu dan keperakan. Serangan lebih parah di musim
kering dimana kelembaban dalam tanaman menurun. Pada
kondisi demikian kombinasi dari efek serangan tungau,
iklim dan faktor fisiologis dapat mengakibatkan
gugurnya buah dan daun (Wuryantini dan Endarto, 2003).
Buah yang masih hijau lebih disenangi dari pada yang
tua, namun gejala serangan lebih jelas pada buah yang
10
tua dan bersifat permanen. Telur tungau merah berwarna
merah tua dan berbentuk bulat adalah fase yang muda
untuk membedakan dari tungau jenis lainya. Telur
sebagian besar diletakkan di bagian atas permukaan daun
sepanjang tulang daun. Imago betina dari dari tungau
ini berbentuk oval berwarna merah tua dan mempunyai
bulu-bulu yang panjang. Tungau jantan memiliki ukuran
tubuh lebih kecil, lebih runcing dan mempunyai kaki
yang lebih panjang dan gerakanya lebih aktif. Hama ini
digolongkan dalam ordo Acarina, famili Tetranycidae,
spesies Panonychus citri (Kalshoven, 1981). Satu betina
dapat meletakkan telur 17-37 butir telur yang
berlangsung 11-14 hari. Perkembangan daritelur sampai
dewasa berlangsung 12 hari. Lama hidup tungau dewasa
berlangsung 23 hari (Kalshoven, 1981).
Siklus hidup Panonychus citri Panonychus citri dewasa
(Anonim, 2011)
Lalat buah memiliki siklus hidup dimulai dari lalat
buah betina menusukkan ovipositor pada kulit buah dan
11
meletakkan telur sekitar 15 butir. Kemudian telur
berkembang menjadi ulat (belatung) yang memakan daging
buah sambil mengeluarkan enzim pencerna yang berfungsi
melunakkan daging buah agar mudah dihisap dan dicernah
oleh ulat, fase ini berlangsung selama 6-9 hari.
Bersamaan dengan masaknya buah dan buah telah jatuh ke
tanah larva lalat buah siap untuk menjadi kepompong,
yaitu dengan cara larva masuk ke dalam tanah. Siklus
hidup lalat buah dari telur hingga menjadi lalat dewasa
berlangsung 16-24 hari (Kalshoven, 1981)
Siklus hidup lalat buah (Yahya,2012) Lalat
buah dewasa (Anonim, 2012)
Diaphorina citri merupakan organisme pengganggu tanaman
yang menyerang pucuk tanaman jeruk. Diaphorina citri
mengakibatkan pertumbuhan tanaman jeruk menjadi
12
terhambat. Di samping sebagai hama, D. citri adalah vektor
penyakit CVPD. Dinamika populasinya tidak terlepas dari
interaksi berbagai faktor yang terdiri atas natalitas,
mortalitas, tanaman inang, iklim dan serangga-serangga
lainnya baik berperan sebagai parasitoid, predator dan
pesaing. Sebagai vektor penyakit CVPD, penularannya
sangat tergantung dari kepadatan populasi, pemencaran
dan sifat patogen dalam tubuh serangga (Wijaya, 2003).
Nimfa dan serangga dewasa D. citri mengisap cairan daun
sehingga menyebabkan daun jeruk menjadi layu kemudian
mengering. Kerusakan yang berat dapat menyebabkan
kematian tanaman. Di samping mengisap cairan daun,
nimfa mengeluarkan sekresi berwarna putih berlilin
berbentuk benang spiral. Sekresi tersebut sering jatuh
pada permukaan daun dan merupakanmedia tumbuhnya
cendawan jelaga yang menyebabkan proses fotosintesa
terganggu. D. citri telah terbukti mengakibatkan penurunan
produksi jeruk di berbagai daerah di Indonesia dan
mempunyai daya rusak yang tinggi serta penyebarannya
sangat cepat. Populasi psyllid tertinggi terjadi pada
tanaman selama masa pertunasan waktu hujan (Wijaya
dkk).
13
Nimfa Diaphorina citri (Anonim, 2008), Diaphorina citri dewasa
(Anonim, 2015)
Insektisida Nabati
Menurut Dadang dan Prijono (2003) insektisida nabati
bersifat (a) mudah terurai di alam (Biodegdradale),
sehingga diharapkan tidak meninggalkan residu di tanah
maupun pada produk pertanian, (b) relatif aman terhadap
organisme bukan sasaran termasuk terhadap musuh alami
hama sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan
menjaga biodiversitas organism pada suatu
agroekosistem, (c) dapat dipadukan dengan komponen
pengendalian hama lainnya, (d) dapat mernperlambat
resistensi hama, (e) dapat menjamin ketahanan dan
keberlanjutan usaha tani.
Beberapa fungsi senyawa aktif pada tumbuhan adalah
(a) sebagai penolak kehadiran serangga (repellent), (b)
sebagai anti makan (antifeedant) yang menyebabkan
serangga tidak menyukai tanaman yang disemprot de'ngan
insektisida nabati, (c) menghambat proses metamorfosis
serangga (misalnya menghambat perkernbangan stadium
telur, larva" maupun pupa), (d) menghambat sistem
reproduksi serangga betina dan mengacaukan sistem
hormon seftmgga ( Soenandar dan Tiachjono,2012).
14
Banyak jenis tumbuhan yang dapat diolah menjadi
insektisida yang efektif. Beberapa tanaman yang
berpotensi untuk dijadikan insektisida antara lain
mimba, gadung, bengkuang, sirsak, kenikir dan akar
wangi. Mimba (Azadirachta indica) merupakan jenis
turnbuhan yang ternasuk familia Meliaceae mengandung
senyawa aktif Azadirachtin yang memberikan efek
kematian terhadap larva Plutella ryllostela (Dadang dan
Prijono, 2008). Daun sirsak (Annona muricata)
mengandung s€nyawa aktif yang bersifat sebagai
antimakan untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera
litura) (Ambarningffi, et al., 2012). Ekstrak daun
sirsak aman digunakan sebagai insektisida nabati karena
tidak mempengaruhi / tidak berbahaya bagi serangga non
target seperti terhadap parasitoid Trichrogramma sp
(Ambarningrum dan Minami, 201l). Daun Kenikir (Tagetes
erecta) bersifat sebagai antimakan sehingga dapat
menurunkan laju pertumbuhan ulat Spodoptera exigua yang
merupakan hama bagi pertanaman daun bawang dan bawang
merah (Ambarningrum, 1998). Ekstrak kulit jengkol
(Pithecellobium lobatum) juga dapat.digunakan untuk
mengendalikan ulat Heliothis armigera dan S. Litura
(Ambarningrum et aL,2007; Ambarningrum et aL,2009).
Masih banyak contoh tumbuhan yang mempunyai aktivitas
insektisida yang tinggi pada berbagai jenis serangga
hama. Hal tersebut menunjukkan potensi yang besar untuk
15
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 TujuanTujuan yang direncanakan dari proses PKL ini adalah
:
1. Mengetahui ilmu pengetahuan tentang hama tanaman
jeruk di kebun Balitjestro, Kliran.
2. Mengetahui tata cara pengendalian hama tanaman
jeruk menggunakan insektisida nabati.
3. Mengetahui sebaran hama yang terdapat di kebun
Balitjestro, Kliran.
4. Mengetahui efektifitas insektisida nabati dalam
menanggulangi hama tanaman jeruk.
2.2 ManfaatManfaat yang diharapkan setelah tujuan diatas
tercapai adalah :
1. Memahami ilmu pengetahuan tentang hama tanaman
jeruk di kebun Balitjestro, Kliran.
2. Memahami tata cara pengendalian hama tanaman jeruk
menggunakan insektisida nabati.
3. Mengetahui sebaran hama yang terdapat di kebun
Balitjestro, Kliran.
4. Mengetahui efektifitas insektisida nabati terhadap
hama tanaman jeruk.
17
BAB III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan TempatTempat pelaksanaan PKL dilaksanakan di Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
(BALITJESTRO) yang terletak di JL. Raya Tlekung No.1
Kec. Junrejo Kota Batu dan dilaksanakan pada tanggal 19
Januari sampai 20 Februari 2015.
3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan
PKL ini adalah Duster (penyemprot insektisida),
kamera dan alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah insektisida nabati,
daun mimba, daun sirsak, gadung, biji sirsak, air dan
tanaman jeruk dengan varietas keprok, siem, manis dan
batu55.
3.3 Metode KerjaPembuatan Insektisida
Metode untuk pembuatan insektisida nabati adalah :
1. Menghaluskan bahan-bahan sampai halus.2. Mencampurkan bahan dengan perbandingan bahan
daun mimba : daun sirsak : biji sirsak : gadung25%:25%:25%:25%
18
3. Mencampur bahan dengan air dengan perbandingan bahan : air 25% : 75%
4. Mendiamkan bahan selama 24 jam.
Pengaplikasian Insektisida
Metode untuk pengaplikasian insektisida nabati adalah :
1. Menuju ke kebun tanaman jeruk milik Balitjestrodi Kliran
2. Mengamati hama di setiap sampel pohon dengan cara membaginya kedalam 4 kuadran dan dihitung per kuadran.
3. Menuliskan jenis dan nama hama serta jumlahnya tiap kuadran tiap sampel.
4. Memberikan perlakuan insektisida nabati dengan menyemprotnya dengan alat duster setiap minggu.
5. Mengulangi langkah 2 dan 3 di hari esoknya dan kemudian mengulanginya lagi 1 minggu 5 kali.
6. Menghitung nilai intensitas serangan dengan rumus :
I=nN×100%
Keterangan :I = Intensitas serangann = Jumlah tanaman terserangN = Jumlah tanaman yang diamati
7.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aak.1994.Budidaya Tanaman Jeruk.Yogyakarta:Kanisius
Ambarningrum, T.B., E. A. Setyowati dan P. Susatyo. 2012. Aktivitas anti makan
eksbak daun sirsak (Annona muricata L.) dan pengaruhnya terhadap indeks nuhisi serta terhadap stnrktur membrane peritrofik larva instar Y Spodoptera litura F. J. Hama & ParyakitTumbuhan Tropika (Terakreditasi) Vol. 12 / no.2 / Tahun 2012.
Ambarningrum, T.B.,dan E. W. Minami.2011. Efektivitas daun sirsak (Annona
muricata)sebagai bioinsektisida pengendali larva Spodoptera litura. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XVII tatrun III. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Ambarningrum, T.B.,T H. Pratiknyo dan S. Priyanto. 2009. Indeks nutrisi dan
kesintasan larva Spodoptera litura yang diberi pakan mengandungekstrak kulit jengkol (Pithecellobium lobatun Benth.). J. Hama & Pcnyakit Tumbuhan Tropika (Terakreditasi) Vol. 9/ no. 2. Tatrun 2009
Ambarningrum, T.B., Arthadi, H. Pratiknyo, S. Priyanto.2007. Ekstrak kulit
jengkol (Pithecellobium lobatun Benth.): Pengaruhnya sebagai anti makan dan terhadap efisiensi pemanfaatan makanan larva instar Y Heliothis armigera. J. Sains MIPA (Terakreditasi) Vol. l3l no. 3/ Tahun 2007.
Ambarningrum, T.B.,1998. Uji anti makan ekstrak akar dan dalurrr Tageles sp
serta pengaruhnya terhadap indeks nutrisi larva instar IllI Spodoptera exigua Hubner. Tesis. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
20
Anonim. 2015. Asian citrus psyllid Diaphorina citri. http://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=0656079 . Diakses pada 15 Januari 2015
Anonim. 2013. Morfologi dan Budidaya Jeruk Manis (Citrus aurantium).
https://noviasaimima201181023.wordpress.com/2013 .Diakses pada 15 Januari 2015
Anonim. 2012. Kondisi Petani Jeruk Karo Kian Memprihatinkan. https://karonewsupdate.wordpress.com/2012 . Diakses pada 15 Januari 2015
Anonim. 2011. Treating Spider Mites On Roses. http://www.spidermites.net/tag/spider-mite/ . Diakses pada 15 Januari 2015
Anonim. 2008. Asian citrus psyllid Diaphorina citri Kuwayama. http://bugguide.net/node/view/397766 . Diakses
pada 15 Januari 2015
Anonim. 1986. Phylocnistis citrella .http://www.e-econex.com/soluciones-para-
plagas-ver.php Diakses pada 15 Januari 2015
BPS. 2013. Tabel Produksi Jeruk Besar Provinsi Indonesia. http://bps.go.id/menutab.php? . Diakses pada 12
Januari 2015
BPS. 2013. Tabel Produksi Jeruk Siam/Keprok Provinsi Indonesia. http://bps.go.id/menutab.php? . Diakses pada 12
Januari 2015
Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati, Prinsip, pemanfaatan, dan
Pengembangannya. Departemen Proteksi Tanaman, IPB,Bogor..
21
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ictiar Baru Van Houve.
Jakarta.
Kompas. 2010. Konsumsi Buah Masyarakat Sangat Rendah. http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/27/13245684/. Diakses pada 12 Januari 2015
Raharjho, B. T., H. Toto., dan B.U Widodo. 2009. Penyebaran Jenis Lalat Buah
(Diptera : Terhritidae) dan Parasitoidnya Di Kabupaten Magetan. Agritek Vol. 17 No.2. Maret 2009. 205-213 Hal.
Soenandar, M. dan R.H. Tjachjolno.2012. Mernbuat pestisida organik. PT.
AgroMedia Pustaka,Jakarta.
Wijaya, I N., M. Sritamin,. M. Adnyana, W. Adiartayasa,dan I G. N.Bagus
Pendidikan dan Pelatihan Pengendalian Kutu Loncat Jeruk (Diaphorina citri Kuwayama) Sebgai Hama dan Vektor Penyakit CVPD di Desa Taro, Gianyar
Wijaya, I N. 2003. Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera : Psyllidae) :
Bioekologi dan Peranannya sebagai Vektor Penyakit CVPD pada Tanaman Jeruk. [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana IPB.
Wuryantini, S. dan O. Endarto. 2003. Pengendalian Tungau Penyebab Utama
Burik Pada Buah Jeruk. Sirkular Inovasi Teknologi Jeruk. Volume: 07, Juli 2003. Loka Penelitian Jeruk. Malang.
Yahya, H.B. 2012. Lalat Buah ( Bactrocera sp.). http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com/2012.Diakses pada 15 Januari 2015
22