Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

15
Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing- masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu. Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis. Analisis Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing - masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang. Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi adalah mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal yang lebih penting yang perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan Keuangan. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi keuangan dimasa yang akan datang. 2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional maupun, keuangan. 3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan. Metode dan Tehnik Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: 1. Metode Analisa Pertumbuhan Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan posisi laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai persentase. Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-masing pos laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year to Date periode yang sama tahun lalu dengan sekarang.

Transcript of Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan masing-masing pos yang terdapat di laporan keuangan seperti Laporan Neraca, Rugi / Laba, dan Arus Kas dalam periode tertentu. 

Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

Analisis Laporan Keuangan dilakukan dengan menganalisa masing - masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan dalam bentuk rasio posisi keuangan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan kinerja perusahaan untuk masa yang akan datang.

Setiap tutup periode akhir bulan biasanya accounting menyiapakan dan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Neraca, Rugi Laba, Arus Kas, Perubahan Modal, dan Laporan tersebut diserahkan ke pimpinan perusahaan. Hal umum yang biasa terjadi adalah mereka hanya fokus terhadap Laporan Laba Rugi, namun ada hal yang lebih penting yang perlu disajikan dalam penyampaian laporan ini yaitu mengenai Analisis Laporan Keuangan. 

Tujuan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat barometer untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan posisi keuangan dimasa yang akan datang.

2. Mereview kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional maupun, keuangan.

3. Alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen perusahaan. 

Metode dan Tehnik Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

1. Metode Analisa Pertumbuhan

Tehnik analisa yang disusun dengan membandingkan kenaikan atau penurunan posisi laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-masing pos yang terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dengan menggunakan nilai persentase.

Data yang disajikan bisa dengan membandingkan kenaikan atau penurunan masing-masing pos laporan keuangan bulan lalu dengan bulan sekarang, atau periode Year to Date periode yang sama tahun lalu dengan sekarang.

2. Metode Trend dan Indeks

Teknik analisa hampir sama dengan Metode Analisa Pertumbuhan namun angka pembanding adalah laporan keuangan periode tertentu yang dijadikan indeks dan dipilih sebagai tahun dasar. Teknik tren ini sangat berguna untuk memproyeksikan laporan keuangan di masa yang akan datang dengan menggunakan data historis.

3. Metode Analisis Rasio

Teknik analisis dengan membandingkan masing-masing pos laporan keuangan yang relevan atau data yang signifikan.

Artikel Lainnya : Pengertian Fungsi dan Tujuan Manajemen Keuangan

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan

Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio: Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio: Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio: Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin: Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio: Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP – Biaya Administrasi & Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin: Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan Netto X 100%

d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment: Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X 100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI): Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan rasio untuk mengukur kemampuan equity untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE): Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth: Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar. 

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio: Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio: Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya adalah 200%. 

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio 

Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. 

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio: Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio: Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan  / Modal Kerja Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio: Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan  / Aktiva Tetap X 100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio: Inventory Turn Over Ratio = Penjualan  / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur  berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio: Average Collection Period Ratio = Piutang X 365  / Penjualan  X 100%

f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio: Receivable Turn Over Ratio = Penjualan  / Piutang Rata-Rata X 100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Activity ini adalah semakin baik, Anda bisa membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis di pasar agar dapat menilai seberapa efisien Anda mengelola sumber daya yang dimiliki.

RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek.  Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.  Beberapa jenis rasio likuiditas dan rumus perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :

Current Ratio

Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk menghitung current rasio adalah sebagai berikut :

Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solvency

Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets). Rumusannya adalah sebagai berikut :

Cash Ratio = (Kas + Efek )/Kewajiban Lancar

Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets), rumus quick ratio adalah sebagai berikut :

Quick Ratio = (Kas + Efek + Piutang)/Kewajiban Lancar

Working Capital to Total Assets Ratio

Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumusnya sebagai berikut :

Working Capital Ratio = (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)/Jumlah Aktiva

2.  RASIO LEVERAGE

Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk untuk “>mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar.  Data yang dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi. Rasio Leverage diantaranya adalah :

Total Debt to Equity Ratio

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian  modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :

TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri

Total Debt To Total Capital Assets

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :

TD Capital Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva

Long Term Debt to Equity Ratio

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :

LTD Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri

Tangible Assets Debt Coverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :

TAD Coverage =( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)/Hutang Jangka Panjang

Times Interest Earned Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Times Interest Earned Ratio = EBIT /Bunga Hutang Jangka Panjang

3.  RASIO AKTIVITAS

Rasio Efetivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumberdaya yang dimiliki.  Rasio Aktivitas diantaranya adalah :

Total Assets Turnover

Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut :

Total Assets Turnover = Penjualan Bersih/Total Aktiva

Receivable Turnover

Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu.  Rumusnya sebagai berikut :

Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Rata-rata

Average Collection Period

Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukan hasil yang semakin baik.  Rumusnya adalah sebagai berikut :

Average Collection Period = (Piutang Rata-rata x 360)/Penjualan Kredit

Inventory Turnover

Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya “overstock”. Rumusnya sebagai berikut :

Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan Rata-rata

Average Day’s Inventory

Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :

Average Day’s Inventory = (Persediaan Rata-rata x 360 )/Harga Pokok Penjualan

Working Capital Turnover

Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan, dihitung dengan rumus berikut :

Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)

4. RASIO PROFITABILITAS

Rasio Profitabilitas atau Rasio Keuntungan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri.  Rasio Profitabilitas atau disebut juga dengan istilah Rentabilitas diantaranya adalah :

Gross Profit Margin

Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan, dihitung dengan rumus berikut :

Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP) / Penjualan Bersih

Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin

Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut :

OIR = (Penjualan Bersih – HPP – Biaya2)/Penjualan Bersih

Operating Ratio

Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik.  Rumusnya sebagai berikut :

Operating Ratio = (HPP + By Adm.Penjualan & Umum)/Penjualan Bersih

Net Profit Margin atau Sales Margin

Net Profit Margin atau Sales Margin digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang semakin baik, rumusnya sebagai berikut :

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)/Penjualan Bersih

Earning Power Of Total Investment

Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham). Rumusnya sebagai berikut :

Earning Power Of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva

Net Earning Power Ratio atau Rate Of Return On Investment (ROI)

ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih.  Rumusnya sbb :

ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Aktiva

Rate Of Return for Owners atau Rate of Return on Net Worth

Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. Rumusnya adalah :

Rate of Return For Owners = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Modal Sendiri

1.Konsep (Metode) Pencatatan Akuntansi

a. Cash Basis

Acrual Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam

akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi

terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain

Akuntansi  Cash Basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi

dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang

digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Cash Basis akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima

misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran belum

diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut tidak dilakukan, jika

kas telah diterima maka transaksi tersebut baru akan dicatat seperti halnya dengan

“dasar akrual” hal ini berlaku untuk semua transaksi yang dilakukan, kedua teknik

tersebut akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar

akrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara kredit akan

menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada besarnya piutang dagang

sebaliknya jika yang di pakai cash basis maka piutang dagang akan dilaporkan lebih

rendah dari yang sebenarnya terjadi. Cash Basis juga mendasarkan konsepnya

pada dua pilar yaitu :

1)Pengakuan Pendapatan :

Pengakuan pendapatan, saat pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada

saat perusahaan menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis

menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan munculnya hak untuk menagih.

Makanya dalam cash basis kemudian muncul adanya metode penghapusan

piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.

2)Pengakuan Biaya :

Pengakuan biaya, pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan

pembayaran secara kas. Sehingga dengan kata lain, pada saat sudah diterima

pembayaran maka biaya sudah diakui pada saat itu juga. Untuk usaha-usaha

tertentu masih lebih menggunakan cash basis ketimbang accrual basis, contoh :

usaha relative kecil seperti toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis

seperti dokter, pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-

tapi ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).

Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga

mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :

1)Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis

a)Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,

belanja dan pembiayaan.

b)Beban/biaya belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun

beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam

penghitungan pendapatan.

c)Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar

mencerminkan posisi yang sebenanya.

d)Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.

e)Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang

ada pada saat laporan tersebut.

f)Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas

yang belum tertagih.

2)Kelemahan Pencatatan Akuntansi Secara Cash Basis

a)Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.

b)Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya

pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.

c)Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal adanya

estimasi piutang tak tertagih.

d)Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relative kecil seperti toko,

warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter, pedagang

informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi ingat credit

card dikategorikan juga sebagai cash basis).

e)Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.

f)Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena

pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.

g)Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya

karena selalu berpatokan kepada kas.

b. Accrual Basis

Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual memiliki fitur pencatatan

dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi

uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya

walaupun uang belum benar – benar diterima atau dikeluarkan.

Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban

dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh

transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Cash Basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:

1)Pengakuan pendapatan :

Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan

mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.

Dalam konsep accrual basis menjadi hal yang kurang penting mengenai kapan

kas benar-benar diterima. Makanya dalam accrual basis kemudian muncul

adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal

kas belum diterima.

2)Pengakuan biaya :

Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.

Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka

titik ini dapat dianggap sebagai starting point munculnya biaya meskipun biaya

tersebut belum dibayar. Dalam era bisnis dewasa ini, perusahaan selalu dituntut

untuk senantiasa menggunakan konsep accrual basis ini.

Disamping itu, pencatatan akuntansi dengan metode cash basis juga

mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :

1) Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis

a)Metode aacrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas

dana.

b)Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan lebih

handal dan terpercaya.

c)Pendapatan  diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan

lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.

d)Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar (sesuai dengan Ketentuan

Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu perusahaan untuk

menggunakan basis akural).

e)Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi akan

dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.

f)Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing akun

sesuai dengan transaksi yang terjadi.

g)Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum diterima

dapat diakui sebagai pendapatan.

h)Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam

menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.

i)Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih, sehingga

dapat mengurangi risiko kerugian.

2) KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis

a)Metode aacrual basis digunakan untuk pencatatan.

b)Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai biaya

sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.

c)Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat

mengurangi pendapatan perusahaan.

d)Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi pendapatan

perusahaan.

e)Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum

dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.