Analisis-Potensi-Wisata-Alam-di-Kabupaten-Purworejo-Tahun ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Analisis-Potensi-Wisata-Alam-di-Kabupaten-Purworejo-Tahun ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pariwisata
Pariwisata berasal dari dua kata yaitu Pari dan Wisata. Pari berarti banyak,
berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap. Wisata berarti perjalanan, berpergian
yang dalam hal ini bersinonim dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi
Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1996: 112).
Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu
pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari - harinya
serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut;
ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud termasuk kunjungan keseharian
atau darmawisata/ekskursi (Institute of Tourism in Britain/Tourism Society in
Britain dalam Pendit, 1999: 36).
Pariwisata adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan
kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,
adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota,
daerah atau negara (Hermannn V. Schulalard dalam Yoeti, 1996: 114).
Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan phenomena dari jaman
sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,
penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
msyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri,
perdagangan serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan (E. Guyer
Freuler dalam Yoeti, 1996: 115).
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai
macam kegiaatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pementah, dan pemerintah daerah. Wisata adalah
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Orang yang melakukan wisata dikatakan wisatawan.
Dalam definisi yang bersifat umum pariwisata adalah keseluruhan kegiatan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan
melayani kebutuhan wisatawan. Dalam definisi yang lebih teknis pariwisata
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara
perorangan maupun kelompok di dalam wilayah ngara sendiri atau di negara lain
dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang
diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan
wisatawan (Karyono, 1997: 15).
2. Wisatawan
Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat
tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan
kunjungannya itu (Intruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 dalam Yoeti, 1996: 142).
Menurut IUOTO (International Union of Tourism Organization) dalam
Karyono (1997: 20-21), “Wisatawan yaitu pengunjung sementara yang paling
sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan
perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
a. Pesiar (leisure) seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,
keagamaan dan olahraga.
b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, dan misi.
c. Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang
dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan
kapal pesiar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Definisi wisatawan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.
9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan tercantum pada Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1, 2, ayat 1 dan 2:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata;
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Objek Wisata
Objek wisata merupakan segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik
bagi para wisatawan untuk mengunjunginya. Misalnya: keadaan alam, bangunan
bersejarah, kebudayaan, dan pusat-pusat rekreasi modern (M. Ngafenan dalam
Karyono, 1997: 27).
Menurut Suwantoro (1997: 19), objek wisata adalah merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Dalam kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka daya tarik wisata
harus di rancang dan di bangun serta dikelola secara professional sehingga dapat
menarik wisatawan untuk datang. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata
berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,
dan bersih.
b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
d. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang
hadir.
e. Untuk objek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa
lampau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Yoeti (1996: 172) mengemukakan bahwa “Objek wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud objek
wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi
wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain objek wisata merupakan tempat
yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat
kepuasan.
4. Jenis Objek Wisata
Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia 1985 dalam Sujali
(1989: 9) menyebutkan bahwa ada tiga jenis atau bentuk bahan dasar yang harus
dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain:
1) Objek wisata alam (natural resources)
Bentuk dan objek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti objek wisata
berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang
berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.
2) Objek wisata budaya (human resources)
Bentuk dan objek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian,
upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3) Objek wisata buatan manusia (man made resources)
Bentuk dan wujud objek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta
kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan
manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang
dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata ancol,
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Jenis dan macam pariwisata menurut Yoeti (1996: 115) diklasifikasikan
sesuai dengan menurut letak geografis, menurut alasan atau tujuan perjalanan,
menurut saat berkunjung dan menurut objeknya. Adapun uraian mengenai jenis
dan macam pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang, pariwisata
dibedakan menjadi:
1) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata
setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas
dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya, kepariwisataan Kota
Bandung atau kepariwisataan di daerah DKI Jakarta saja.
2) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang lingkupnya
lebih luas di bandingdengan pariwisata lokal, tetapi lebih sempit jika
dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya kepariwisataan
Sumatera Utara, Bali, dan lain - lain.
3) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu negara.
4) Pariwisata Regional-Internasional
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang
terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau negara dalam
wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah, Asia,
dan lain-lain.
5) International Tourism
Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu
kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia, termasuk
didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga “national
tourism”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan, jenis pariwisata dibedakan menjadi:
1) Bussines Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas,
usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, konggres, seminar,
convention, symposium, musyawarah kerja.
2) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau pakansi.
3) Education Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu
pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (study-tour).
Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”, yaitu untuk
meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang memerlukan
tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya sedang dipelajari.
c. Menurut saat dan waktu berkunjung, pariwisata dibedakan menjadi:
1) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim - musim
tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer Tourism atau
Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.
2) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan dengan
kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya Galungan dan
Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat di Cirebon, Cherry
Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta air di Negara-negara
yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai, Kamboja, Hongkong
atau Singapura).
d. Pembagian menurut objeknya, pariwisata terdiri dari:
1) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan
perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tempat atau daerah. Jadi objek kunjungannya adalah warisan nenek
moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata semacam ini
dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan
kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya.
2) Recuperation Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya daripada orang-
orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu
penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lulur seperti yang
banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi Jepang yang
katanya dapat menjadikan orang awet muda.
3) Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata ini
dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional,
dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain.
4) Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud
dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang bertujuan
untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau
negara tertentu, seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau
sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu sendiri.
5) Political Tourism
Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang
tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian
yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun atau
peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di Indonesia, Parade
1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
6) Social Tourism
Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri sendiri.
Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak
menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya study tour,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan Pariwisata
Remaja.
7) Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah
untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti
kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama katolik, atau ke Muntilan
pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut Haji Umroh bagi
yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu Bali Sakenan, Bali.
5. Wisata Alam
Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
sumber daya alam dan tata lingkungan (Suwantoro, 2004: 6).
Wisata alam juga dapat diartikan sebagai bentuk pariwisata yang
memanfaatkan sumberdaya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli
maupun adanya perpaduan dengan ciptaan manusia. Untuk tujuan pariwisata,
wisata alam dapat dibedakan menjadi dua yaitu wisata alam pasif dan wisata alam
aktif. Kegiatan wisata alam pasif adalah kegiatan wisata alam yang hanya
menikmati obyek wisata yang sudah tersaji seperti pemandangan alam, air terjun,
sisa-sisa aktivitas vulkan dan sebagainya. Sedangkan wisata alam aktif adalah
kegiatan wisata yang membutuhkan aktivitas langsung wisatawan untuk
menikmatinya. Sebagai contoh adalah mendaki gunung, mencari jejak, arung
jeram, panjat tebing, penelusuran goa, lintas alam, berkemah dan sebagainya
(Hadiwinoto dalam Sugiyanto, 2002: 6).
Menurut Sukahar dalam Fandeli (1995: 88), kegiatan wisata di obyek
wisata alam secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Wisata Perairan atau Wisata Bahari
Berupa kegiatan berenang, senorkeling, menyelam, berlayar, berselancar,
memancing, berjemur, photografi bawah air, canoeing dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Wisata Daratan
Berupa kegiatan lintas alam, pendakian gunung, penelusuran gua (caving),
berburu, berkemah, photografi, jalan santai, penelitian, terbang layang dan
lain-lain.
Pada dasarnya jenis obyek wisata alam yang ada dan dimanfaatkan adalah
berupa pemandangan alam, keanekaragaman jenis flora dan fauna, wisata gunung,
sungai, danau, laut, air terjun, goa, waduk.
Menurut Departemen Kehutanan (1993) serta menurut Cook & Camp
(1974) yang telah dimodifikasi dalam Yanuar (2012: 54-56), parameter beserta
indikator untuk menilai potensi objek wisata alam adalah sebagai berikut:
1) Parameter atraksi/daya tarik objek wisata, indikatornya adalah:
a) Tingkat keunikan atau kelangkaan
b) Pilihan kegiatan rekreasi
c) Nilai objek wisata
d) Ketersediaan lahan untuk rekreasi
e) Variasi pandangan menuju objek
f) Kebersihan lingkungan objek wisata
2) Parameter amenitas/sarana dan prasarana objek wisata, indikatornya
adalah:
a) Sarana air bersih
b) Sarana ibadah
c) Listrik
d) Jaringan telekomunikasi
e) Tempat parkir
f) MCK
g) Warung makan
h) Akomodasi/Penginapan
3) Parameter aksesibilitas objek wisata, indikatornya adalah:
a) Jarak dari jalan kolektor
b) Jalan menuju objek wisata
c) Kendaraan menuju objek wisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Pendekatan Geografi
Pendekatan dalam geografi yang digunakan untuk mengkaji atau
mendekati masalah dibagi menjadi tiga, yaitu pendekatan analisa keruangan
(spatial analysis), analisa ekologi (ecological analysis), dan analisa kompleks
wilayah (regional complex analysis). Analisa keruangan mempelajari perbedaan
lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dalam analisa
keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang
telah ada dan penyediaan ruang untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan.
Data yang dapat dikumpulkan dalam analisa keruangan adalah data lokasi yang
terdiri dari data titik dan data bidang. Studi mengenai interaksi antara organisme
hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari
ekologi seseorang harus mempelajarai organisme hidup seperti manusia, hewan
dan tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer dan atmosfer.
Manusia merupakan komponen dalam organisme hidup yang penting dalam
proses interaksi, oleh karena itu timbul pengertian ekologi manusia atau human
ecology dimana dipelajari interaksi antar manusia dan antara manusia dengan
lingkungannya. Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut
analisa kompleks wilayah. Pada analisa ini, wilayah-wilayah tertentu didekati
dengan pengertian areal differentiation, yaitu anggapan bahwa interaksi antar
wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan
wilayah yang lainnya. Pada analisa ini perlu diperhatikan pula mengenai
persebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabel
manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa
ekologi), (Bintarto, 1979: 12-4).
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisa keruangan, dan
pendekatan analisa ekologi. Kajian tentang perkembangan pariwisata dapat
dijadikan objek penelitian geografi karena terdapat hubungan pemikiran tata
ruang, lingkungan serta waktu dimana aneka bentuk pola kehidupan dan
penghidupan manusia tergantung pada potensi yang dimiliki daerahnya masing-
masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
7. Potensi Wisata
Menurut Sujali (1989: 11) potensi dapat diartikan perubahan bentuk
permukaan bumi yang ditimbulkan oleh proses alam yaitu tenaga endogen,
misalnya pegunungan, danau, sungai atau bentuk lain. Potensi obyek wisata juga
terjadi karena suatu proses yang dapat disebabkan budidaya manusia.
Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu
potensi yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.Potensi tersebut
dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh tempat tersebut ataupun
suatu obyek/kenampakan yang dibuat oleh manusia, dalam hal ini stakeholder
yang bertanggung jawab terhadap obyek wisata tersebut.
Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi
obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan lahan,
hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah tenaga kerja dan
stabilitas politik.Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi
obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan
masyarakat/lingkungan (Suwantoro, 1997: 19).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi wisata tersebut diatas
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kondisi fisis
Aspek fisis yang berpengaruh terhadap wisata berupa iklim, tanah, batuan dan
morfologi, hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan obyek wisata
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian
daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996: 172).
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin
mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk
berkunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Pemilikan dan penggunaan lahan
Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi
tempat wisata, bentuk pengembangannya, serta juga bisa mempengaruhi arah
pengembangannya. Bentuk penguasaan lahan antara lain lahan negara atau
pemerintah, lahan masyarakat dan lahan pribadi.
e. Sarana dan prasarana wisata
Sarana wisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Prasarana wisata
ini berupa prasarana perhubungan, komunikasi, istalasi listrik, persediaan air
minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan pelayananan kesehatan.
f. Masyarakat
Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan
penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata
(Suwantoro, 1997: 23).
Dalam bidang kepariwisataan, khususnya ketika membahas tentang
potensi obyek wisata maka dikenal adanya konsep A4. Konsep A4 ini digunakan
untuk menilai besar kecilnya potensi yang dimiliki oleh sebuah obyek wisata.
Konsep A4 terdiri dari attraction, amenity, accessibility dan activity. Penjelsan
tentang konsep A4 adalah sebagai berikut:
a. Atraksi Wisata (Attraction)
Atraksi wisata diartikan sebagai objek wisata yang memberikan kenikmatan
bagi wisatawan, baik berupa keindahan alam, termasuk kekayaan flora dan
fauna, keragaman budaya terkait peninggalan sejarah atau adat istiadat
setempat, maupun atraksi buatan manusia seperti Taman Safari
(http://www.jakarta.go.id/). Atraksi wisata yang baik akan dapat
mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya.
b. Amenitas Wisata (Amenity)
Amenitas wisata adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan
pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada
wisatawan. Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas yang memberikan
kemudahan bagi wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
wisatawan, misalnya restoran, tempat ibadah, toko-toko souvenir dan
cinderamata, bank, tempat penukaran uang, kator informasi wisata, fasilitas
kesehatan, dan fasilitas keamanan (Sari, 2010: 14).
c. Aksesibilitas Wisata (Accsesibility)
Aksesibilitas wisata menurut Spillane dalam Sari (2010: 14) adalah sarana
yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai daerah
tujuan wisata. Faktor-faktor yang penting didalam aksesibilitas meliputi:
denah perjalanan wisata, data atraksi wisata, bandara, transportasi darat, waktu
yang dibutuhkan untuk sampai ketempat wisata, biaya untuk transportasi dan
banyaknya kendaraan ketempat wisata.
d. Aktivitas Wisata (Activity)
Aktivitas wisata adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan
maupun penduduk setempat didaerah wisata (Sari, 2010: 15). Selain itu
aktivitas wisata adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada
saat berkunjung ke obyek wisata atau menikmati daya tarik wisata yang ada.
Semakin banyak aktivitas wisata yang dapat diciptakan di suatu obyek wisata,
maka semakin lama wisatawan akan tinggal di obyek wisata tersebut.
Beranekaragamnya aktivitas wisata akan memberikan peluang kepada
wisatawan untuk memilih kegiatan yang disukai dan sekaligus juga
memberikan peluang kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha yang
berkaitan dengan berbagai aktivitas wisatawan tersebut.
8. Bentuklahan
Bentuklahan sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu objek wisata
alam yang berupa air terjun, goa dan pantai di mana setiap objek memiliki
karakteristik yang berbeda yang dipengaruhi oleh proses alam dan struktur
geologinya.
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk
topografi khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada
material batuan dalam ruang dan waktu kronologi tertentu (Tim Fakultas Geografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
UGM, 1996: 3). Faktor-faktor penentu bentuklahan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Bl = f (T, P, S, M , K)
Bl = Bentuklahan
T = Topografi
P = Proses alam
S = Struktur Geologis
M = Material Batuan
K = Ruang dan Waktu Kronologis
Verstapen (1983) membagi bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi
sepuluh kelas utama, yaitu:
1) Bentuklahan Asal Struktural
Bentuklahan asal struktural merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Bentuklahan
struktural berhubungan dengan perlapisan batuan sedimen yang berbeda
ketahanannya terhadap erosi. Pegunungan lipatan, plato, pegunungan patahan,
perbukitan, dan kubah merupakan contoh-contoh bentuklahan asal struktural.
2) Bentuklahan Asal Vulkanik
Bentuklahan asal vulkanik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Bentuklahan asal
vulkanik dibagi menjadi bentuk-bentuk eksplosif dan efusif. Struktur
vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan erupsi
efusif, yang kemudian akan membentuk gunungapi kerucut (strato volcano).
Contoh bentuklahan asal vulkanik antara lain: gunungapi, medan lava, kawah
dan kaldera.
3) Bentuklahan Asal Denudasional
Bentuklahan asal denudasional merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi, seperti longsor dan erosi.
Bentuk-bentuk yang berasal dari proses denudasional terdapat pada daerah
yang luas terutama pada daerah yang berbatuan lunak dan pada daerah yang
beriklim basah yang bentuk-bentuk strukturalnya tidak bertahan lama. Contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
satuan bentuklahan asal denudasional adalah bukit sisa, lembah sungai,
peneplain, dan lahan rusak.
4) Bentuklahan Asal Fluvial
Bentuklahan asal fluvial merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuklahan asal fluvial
berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah sungai besar,
dan dataran alluvial. Kipas alluvial dan teras sungai merupakan bentuk lain
yang termasuk pada bentuklahan fluvial, pada sungai bermeander akan
ditemui bentuk tanggul alam, relief berawa, dan gumuk pasir sungai.
5) Bentuklahan Asal Marin
Bentuklahan asal marin merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan
pasang surut. Contoh satuan bentuklahan asal marin antara lain: gisik pantai
(beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Sungai
bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat
kombinasi proses fluvial dan proses marin. Kombinasi kedua proses itu
disebut proses fluvio-marine. Contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat
proses fluvio-marine adalah delta dan estuaria. Bentukan atau morfologi yang
sering muncul pada bentuklahan marin adalah sebagai berikut:
a) Pantai
Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah
air laut ketika surut hingga ke arah daratan sampai batas paling jauh
ombak/gelombang menjulur ke daratan. Dalam bahasa Inggris pantai
disebut dengan istilah “shore”. Adapun tempat pertemuan antara air laut
dan daratan dinamakan garis pantai (shore line). Garis pantai ini setiap
saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut.
Dengan kata lain, pantai merupakan wilayah yang dibatasi oleh pasang
tertinggi dan surut terendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Pesisir
Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai.
Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh masih mendapat
pengaruh laut (pasang surut dan perembasan air laut pada daratan) dan
wilayah laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air
sungai dan sedimen dari darat).
c) Gelombang Laut
Gelombang laut adalah ombak air permukaan yang dihasilkan
oleh tiupan angin laut (Bascom: 1959 dalam Penginderaan Jauh untuk
Lingkungan Pantai oleh Prof. Drs. Surastopo Hadisumarno: 1984).
Gelombang laut terdiri dari gerakan orbital air laut yang berkurang
secara cepat semakin ke arah dalam laut. Apabila gelombang laut
menyentuh dasar laut yang landai dan dangkal ini, kecepatan
gelombang akan berkurang dan puncak-puncak gelombang ,menjadi
semakin dekat. Tinggi gelombang dan lereng gelombang semakin
curam sehingga puncak gelombang jatuh ke muka membentuk empasan
gelombang (breakers).
d) Tepi Laut (Shore)
Tepi laut (shore) adalah zona antara tepi air (water’s edge) pada
pasang surut rendah normal (normal low tide) dengan batas gelombang
ke arah darat yang terdiri dari: tepi laut depan (fore shore) tidak
tergenang air laut pada saat pasang surut rendah tetapi tergenang pada
waktu pasang surut tinggi dan tepi laut belakang (back shore) tidak
tergenang air laut pada waktu pasang surut tinggi normal tetapi kadang
- kadang tergenag pada waktu terjadi gelombang besar sewaktu badai.
e) Garis Tepi Laut (Shoreline)
Garis tepi laut (shoreline) adalah garis batas antara air laut dan
darat, garis ini selalu berubah-ubah mengikuti pasang surut air laut.
Zona tepi laut dekat (nearshore zone) terletak antara garis tepi laut
dengan garis empasan gelombang (breaker line). Di luar garis empasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
gelombang hingga kedalaman laut tertentu disebut Zona lepas pantai
(offshore zone).
f) Gisik (beach),
Gisik (beach) merupakan akumulasi sedimen oleh gelombang
dan arus di zona tepi laut, pada umumnya gisik terdiri dari pasir.
g) Gumuk Pantai (Coastal Dunes),
Gumuk pantai (coastal dunes) merupakan endapan pasir di
pantai (shore) yang diendapkan oleh tenaga angin. Gisik dapat
dibedakan menjadi gisik parallel dan gisik parabolic.
h) Bura (spit),
Bura merupakan hanyutan tepi pantai yang melalui teluk, muara
sungai atau muara antasan (creek) yang membentuk endapan yang
memanjang.
i) Cliffs
Cliffs are steep or vertical slopes that rise precipitously from the
sea or from a basal platform, Hugget (2007: 232). Cliffs merupakan
lereng bertebing terjal yang berada di atas air laut yang terjadi karena
pengikisan oleh gelombang laut.
6) Bentuklahan Asal Glasial
Bentuklahan asal glasial merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan
bentuklahan asal glasial adalah lembah menggantung dan morine.
7) Bentuklahan Asal Aeolian
Bentuklahan asal aeolian merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan
aeolian adalah gumuk pasir barkhan, parallel, parabolic, bintang, lidah dan
transversal.
8) Bentuklahan Asal Solusional
Bentuklahan asal solusional merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah
larut, seperti pada batugamping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
9) Bentuklahan Asal Organik
Bentuklahan asal organik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan
fauna). Contoh satuan bentuklahan asal organik adalah pantai mangrove dan
terumbu karang.
10) Bentuklahan Asal Antropogenetik
Bentuklahan asal antropogenik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, pelabuhan,
merupakan contoh-contoh untuk satuan bentuklahan asal antropogenik.
Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan
memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek-aspek geomorfologi, sehingga aspek
- aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol
warna dan pola hitam putih disertai arsiran. Secara garis besar peta geomorfologi
dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta yaitu:
1. Peta Geomorfologi Analitik
Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi
analitik memberikan informasi aspek-aspek geomorfologi di suatu daerah
yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau
(reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.
Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang
sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat
dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Simbol warna
digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di
dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik di dalam pemetaan
geomorfologi.
Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses
endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor-faktor
perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus
digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna. Warna-warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi
berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut:
a. Bentuklahan asal struktural Ungu / violet
b. Bentuklahan asal gunungapi Merah
c. Bentuklahan asal denudasional Coklat
d. Bentuklahan asal laut (marine) Hijau
e. Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua
f. Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda
g. Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning
h. Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange)
2. Peta Geomorfologi Sintetik
Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan
informasi geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai
mengarah pada suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang
digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi
geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan didalam peta geomorfologi
sintetik, misalnya unsur-unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan
material penyusun.
3. Peta Geomorfologi Pragmatik
Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan
informasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail). Skala peta
geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur
lahan (land element) dari aspek-aspek geomorfologi yang bersifat rinci. Peta
geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan suatu
kegiatan yang bersifat rinci, seperti peta morfokonservasi, peta
morfohidrologi, peta bahaya gunungapi, dan peta kesesuaian lahan
(http://www.scribd.com/doc/58044686/9/Peta-geomorfologi-analitik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
9. Pengembangan Objek Wisata
Menurut Oka A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun
1983, pengembangan pariwisata adalah uasaha yang dilakukan secara sadar dan
berencana untuk memperbaiki objek wsata yang sedang dipasarkan ataupun yang
akan dipasarkan. Pengembangan tersebut meliputi perbaikan objek dan pelayanan
kepada wisatawan semenjak berangkat dari tempat tinggalnya menuju tempat
tujuan hingga kembali ketempat semula. Perencaan pengembangan objek wisata
dapat terlaksana dengan adanya kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan
lembaga pariwisata lain yang terkait.
Suatu objek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut
diminati pengunjung, yaitu:
1) Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang
bisa di lihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata, dengan kata lain
objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk
menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut.
2) Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,
bahagia, relax. Perlu adanya fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun
tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu
membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
3) Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1996: 178).
Pada dasarnya pengembangan pariwisata dilaksanakan terhadap seluruh
komponen pariwisata secara simultan. Komponen penyusun kepariwisataan
sebagian berkaitan dengan masyarakat setempat dan wisatawan. Sementara bagian
yang lain terdiri dari komponen-komponen atraksi alam dan event yang berada
pada sisi lain, terpisah dari masyarakat dan wisatawan. Komponen atraksi wisata
alam berupa fisik dan biotis yang dikembangkan untuk atraksi wisata sebelumnya
dilaksanakan pengamatan atau identifikasi yang terpisah. Namun bagi komponen
sosial atau wisatawan biasanya terjadi interaksi, kadang-kadang agak sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dipisahkan. Persepsi dan preferensi masyarakat dapat dipergunakan sebagai bahan
dalam menentukan arah/pola pengembangan seluruh komponen pariwisata, baik
komponen produk ataupun pasar wisata (Fandeli, 2002: 136 - 137).
Pengembangan pariwisata harus dilakukan dengan langkah-langkah yang
terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan
perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait
sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Agar suatu
objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka
faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana
objek wisata tersebut, karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk
mendukung dari pengembangan objek wisata. Dalam pengembangan sebuah objek
wisata sarana dan prasarana harus disediakan sebaik mungkin, karena apabila
suatu objek wisata dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan betah
untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang
kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di
sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.
10. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah
alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifkasi
berbagai faktor secara srategis berdasarkan intuisi (pemahaman dan pengetahuan)
expert terhadap suatu objek.
Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT membandingkan faktor eksternal, yang berupa peluang
dan ancaman dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan,
sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis bagi
perusahaan atau dianggap perusahaan (Utama 2012: 150).
Yoeti (2002: 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam
sekenario pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Kekuatan (strength)
Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah, maka akan dapat
dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing
untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk meraih peluang.
b. Kelemahan (weakness)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor
pariwisata. Pada umumnya, kelemahan-kelemahan yang dapat didentifikasi
adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya
pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek
wisata.
c. Kesempatan (opportunities)
Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan
yang berlaku atau kondisi perekonomian.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi
pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam
berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 2.1. Matrik Analisis SWOT
Kekuatan (S)
Faktor kekuatan internal
Kelemahan (W)
Faktor kelemahan internal
Peluang (O)
Faktor peluang eksternal
Strategi SO:
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi OW:
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
Faktor ancaman eksternal
Strategi ST:
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman
Strategi TW:
Strategi meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber: Rangkuti 2001 dalam Utama 2012: 155
Penjelasan:
1. Strategi SO (Strength, Opportunities)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran objek, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strengths, Threats)
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki objek untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weaknesses, Opportunities)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses, Threats)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan kesimpulan dari berbagai penelitian skripsi terdahulu,
di antaranya:
Fanni Whinih Rinukmi (2008) melakukan penelitian dengan judul
“Potensi Tempat Wisata Pantai Trisik Kecamatan Galur dalam Usaha Mendukung
Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2007”.Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui potensi Pantai Trisik, mengetahui tanggapan wisatawan Pantai Trisik,
dan mengetahui kendala dan arah pengembanagan pariwisata Pantai Trisik.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis scoring dan analisis
SWOT. Hasil Penelitian menunjukkan potensi fisik dan budaya Pantai Trisik
mempunyai harkat sedang (potensial) sebesar 32 dari total 42 untuk
pengembangan pariwisata, tanggapan wisatawan mendudukung dibukanya Pantai
Trisik sebagai tempat wisata tapi perlu perbaikan dan penambahan fasilitas, dan
kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pantai Trisik adalah ombak yang
besar, kurangnya vegetasi peneduh, kebersihan pantai tidak terjaga, kurangnya
fasilitas sedangkan untuk arahan pengembangan Pantai Trisik dilalukan dengan
membuat penahan gelombang, menambah vegetasi peneduh, membuat tempat
sampah, menambah fasilitas.
Priska Hevianggitasari (2009) melakukan penelitian dengan judul
“Upaya Pengembangan Potensi Pariwisata oleh Dinas Perhubungan Komunikasi
Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo”. Penelitian tersebut merupakan
penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran yang
dilakukan dalam upaya pengembangan potensi pariwisata oleh Dinas
Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo serta
untuk mengetahui hambatan - hambatan yang timbul dan pendukung dalam upaya
pengembangan potensi pariwisata. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian
menunjukkan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kabupaten Purworejo melakukan upaya pengembangan potensi pariwisata yang
meliputi kegiatan - kegiatan melengkapi fasilitas, sarana dan prasarana dan faktor
- faktor pendukung dalam upaya pengembangan potensi pariwisata antara lain:
potensi pariwisata unggulan Kabupaten Purworejo layak dijual, partisipasi dan
dukungan masyarakat sekitar, dukungan dari dinas-dinas yang terkait, letak
geografis dari Kabupaten Purworejo yang strategis serta faktor-faktor penghambat
dalam upaya pengembangan potensipariwisata antara lain: keterbatasan anggaran
dana untuk pengembangan pariwisata, belum memiliki rencana induk
pengembangan pariwisata
M. Faruq Guntur Asmoro (2011) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis potensi Objek Wisata Alam Di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Tahun 2011”. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui potensi objek wisata alam di Kecamatan Plaosan dan
memberikan konsep arahan pengembangan objek wisata alam yang tepat di
Kecamatan Plaosan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
lapangan, wawancara, dan angket. Teknik analisis data menggunakan analisis
skoring pada masing-masing variabel. Menggunakan model interaktif melalui
seleksi data, penyajian data dan menyimpulkan data. Hasil penelitian
menunjukkan Potensi objek wisata alam yang ada di daerah penelitian sebagian
besar berstatus kurang potensial dan arahan pengembangan objek wisata alam di
daerah penelitian dibagi menjadi empat jenis, yaitu: objek wisata minat khusus
(pendakian), objek wisata keluarga, objek wisata pemancingan dan objek wisata
jelajah alam/petualangan Objek wisata minat khusus (pendakian) adalah Cemoro
Sewu. Objek wisata keluarga adalah Telaga Sarangan dan Air Terjun Tirtosari.
Objek wisata pemancingan adalah Telaga Wahyu. Sedangkan objek wisata jelajah
alam/petualangan adalah Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Jarakan, Air Terjun
Watu Ondo dan Air terjun Tirto Gumarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Fanni Whinih Rinukmi (2008)
Potensi Tempat Wisata Pantai Trisik Kecamatan Galur dalam Usaha Mendukung Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007
Untuk mengetahui potensi Pantai Trisik,
Untuk mengetahui tanggapan wisatawan Pantai Trisik,
Untuk mengetahui kendala dan arah pengembanagan pariwisata Pantai Trisik
Deskriptif
Potensi fisik dan budaya Pantai Trisik mempunyai harkat sedang (potensial) sebesar 32 dari total 42 untuk pengembangan pariwisata,
Tanggapan wisatawan mendudukung dibukanya Pantai Trisik sebagai tempat wisata tapi perlu perbaikan dan penambahan fasilitas,
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan Pantai Trisik adalah ombak yang besar, kurangnya vegetasi peneduh, kebersihan pantai tidak terjaga, kurangnya fasilitas sedangkan untuk arahan pengembangan Pantai Trisik dilalukan dengan membuat penahan gelombang, menambah vegetasi peneduh, membuat tempat sampah, menambah fasilitas.
2. Priska Hevianggitasari (2009)
Upaya Pengembangan Potensi Pariwisata oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo
Untuk mengetahui gambaran yang dilakukan dalam upaya pengembangan potensi pariwisata oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo
Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dan pendukung dalam
Deskripstif Kualitatif
Menunjukkan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo melakukan upaya pengembangan potensi pariwisata yang meliputikegiatan - kegiatan melengkapi fasilitas, sarana dan prasarana dan faktor-faktor pendukung dalam upaya pengembangan potensi pariwisata antara lain:
Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
upaya pengembangan potensi pariwisata
potensi pariwisata unggulan Kabupaten Purworejo layak dijual, partisipasi dan dukungan masyarakat sekitar, dukungan dari dinas-dinas yang terkait, letak geografis dari Kabupaten Purworejo yang strategis
Faktor-faktor penghambat dalam upaya pengembangan potensipariwisata antara lain : keterbatasan anggaran dana untuk pengembangan pariwisata, belum memiliki rencana induk pengembangan pariwisata
3. M. Faruq Guntur Asmoro (2011)
Analisis potensi Objek Wisata Alam Di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Tahun 2011
Untuk mengetahui potensi objek wisata alam di Kecamatan Plaosan dan memberikan konsep arahan pengembangan objek wisata alam yang tepat di Kecamatan Plaosan
Deskriptif Kualitatif
Potensi objek wisata alam yang ada di daerah penelitian sebagian besar berstatus kurang potensial dan arahan pengembangan objek wisata alam di daerah penelitian dibagi menjadi empat jenis, yaitu: objek wisata minat khusus (pendakian), objek wisata keluarga, objek wisata pemancingan dan objek wisata jelajah alam/petualangan
5. Desta Tri Sugiyarto (2015)
Analisis Potensi Wisata Alam di Kabupaten Purworejo Tahun 2013
Mengetahui potensi objek wisata alam di Kabupaten Purworejo.
Mengetahui kekuatan dan kelemahan objek wisata alam di Kabupaten Purworejo.
Mengetahui arahan pengembangan wisata alam di Kabupaten Purworejo
Deskriptif Kualitatif
‒
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Kerangka Berfikir
Kabupaten Purworejo memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik
untuk dikunjungi baik itu berupa objek wisata alam, objek wisata buatan, objek
wisata sejarah, maupun objek wisata budaya. Objek wisata alam merupakan objek
wisata yang diharapkan menjadi wisata andalan ditopang dengan kondisi
sumberdaya alam di kabupaten Purworejo yang masih alami namun belum
dikembangkan secara optimal seperti objek wisata buatan, sejarah maupun
budaya. Identifikasi objek wisata alam yang ada di Kabupaten Purworejo perlu
dilakukan untuk mengetahui potensi, dan selanjutnya dilakukan arah
pengembangan untuk objek wisata alam yang ada.
Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, alur pemikiran mengarah pada
usaha untuk mengetahui potensi objek wisata alam, untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki objek wisata alam dan untuk memberikan arahan
pengembangan objek wisata alam di wilayah Kabupaten Purworejo. Awal
pemikiran penelitian ini adalah pengelolaan dan pengembangan objek wisata alam
di daerah penelitian saat ini belum dimanfaatkan secara baik dan optimal oleh
pemerintah sebagai tujuan wisata.
Penilaian terhadap potensi objek wisata alam di Kabupaten Purworejo
perlu dilakukan pada saat kegiatan identifikasi dilakukan. Penilaian potensi objek
wisata alam di Kabupaten Purworejo digunakan untuk mengetahui potensi apa
saja yang dapat digali dan dikembangkan dari setiap objek wisata alam. Dari hasil
penilaian potensi objek wisata alam tersebut selanjutnya perlu adanya tindak
lanjut oleh instansi yang terkait yaitu Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi
dan Pariwisata Kabupaten Purworejo dengan melakukan upaya pengembangan
objek wisata alam yang ada sehingga keberadaanya dapat meningkatkan nilai
guna objek wisata alam yang ada di Kabupaten Purworejo tersebut. Secara
sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dibuat dengan bagan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Objek Kajian
Klasifikasi Tingkat Potensi: 1. Obyek wisata alam potensial 2. Obyek wisata alam cukup potensial 3. Obyek wisata alam kurang potensial
Identifikasi Objek Wisata di Kabupaten Purworejo
Objek Wisata Budaya
Objek Wisata Sejarah
Objek Wisata Buatan
Objek Wisata Alam
Skoring
Analisis Potensi Objek Wisata Alam: 1. Atraksi/daya tarik 2. Amenitas/sarana dan prasarana 3. Aksesibilitas/keterjangkauan
LATAR BELAKANG
TUJUAN I
Kekuatan dan Kelemahan Objek Wisata Alam
Analisis SWOT
TUJUAN II
Arah Pengembangan Objek Wisata Alam
TUJUAN III