analisa sumber daya lingkungan kab.INHIL

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam berbagai jenis Potensi dan komoditi terdapat di Provinsi ini yang tersebar ditiap-tiap Kabupaten yang ada di Provinsi Riau diantaranya Kabupaten Siak yang merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi dan komoditi dibidang perkebunan sawit. Namun dengan demikian meskipun Perkebunan Sawit memberikan kontribusi yang begitu besar bagi suatu Provinsi, Kabupaten diperlukannya pengetahuan terhadap kajian Dampak yang ditibulkannya baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkannya. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya minat masyarakat akan perkebunan sawit disamping keuntungan yang diperolehnya cukup menjanjikan sehingga wajar sektor perkebunan sawit sangat diminati di provinsi riau. Namun dengan demikian hendaknya kita selaku masyarakat harus mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh dengan adanya perkebunan sawit seperti pertanyaan berikut: 1. Bagaimana efek dan kontribusi Tanaman sawit sendiri terhadap ekologi lingkungan sekitarnya apakah menguntungkan atau merugikan ? 2. Bagaimana pengaruh sosial terhadap daerah sekitar perkebunan sawit ? 1

Transcript of analisa sumber daya lingkungan kab.INHIL

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Riau merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya

alam berbagai jenis Potensi dan komoditi terdapat di

Provinsi ini yang tersebar ditiap-tiap Kabupaten yang ada di

Provinsi Riau diantaranya Kabupaten Siak yang merupakan

salah satu Kabupaten yang memiliki potensi dan komoditi

dibidang perkebunan sawit.

Namun dengan demikian meskipun Perkebunan Sawit memberikan

kontribusi yang begitu besar bagi suatu Provinsi, Kabupaten

diperlukannya pengetahuan terhadap kajian Dampak yang

ditibulkannya baik dampak positif maupun dampak negatif yang

ditimbulkannya. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya

minat masyarakat akan perkebunan sawit disamping keuntungan

yang diperolehnya cukup menjanjikan sehingga wajar sektor

perkebunan sawit sangat diminati di provinsi riau.

Namun dengan demikian hendaknya kita selaku masyarakat harus

mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh dengan

adanya perkebunan sawit seperti pertanyaan berikut:

1. Bagaimana efek dan kontribusi Tanaman sawit sendiri

terhadap ekologi lingkungan sekitarnya apakah

menguntungkan atau merugikan ?

2. Bagaimana pengaruh sosial terhadap daerah sekitar

perkebunan sawit ?

1

1.2 Tujuan

Study kasus mengenai Perkebunan Sawit merupakan wadah dan

sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam memahami secara

mendalam dengan meneliti dampak-dampak yang ditimbulkan

dengan keberadaan Perkebunan sawit yang sangat erat

keterkaitannya Terhadap Mata Kuliah ‘Analisis Sumber Daya

Lingkungan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kawasan studi meliputi daerah-daerah yang

termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Siak Sri

Indrapura dengan batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Bengkalis

Sebelah Timur : Kabupaten Meranti

Sebelah Barat : Kabupaten Kampar

Sebelah Selatan : Kabupaten Pangkalan Kerinci

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Tahapan Penelitian

2

Mengacu pada tujuan studi, maka pendekatan studi yang dilakukan

terdiri dari beberapa tahap :

a. Persiapan

Sebelum memulai melakukan penelitian maka harus melakukan

persiapan – persiapan terlebih dahulu. Persiapan yang

dilakukan antara lain :

1) Menentukan masalah yang relevant untuk diangkat mejadi

Topik penelitian

2) Pengurusan surat izin survei

Surat izin dikeluarkan oleh fakultas ini ditujukan

nantinya ke Insatnsi-instansi yang ada di Kabupaten Siak.

Surat izin ini dipakai untuk pengambilan data di Kantor

Pemerintahan seperti Bappeda, BPS, Kantor-kantor camat

yang ada di Kabupaten Siak.

b. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Observasi

Survei

Wawancara

2. Data Sekunder

Data-data yang di dapat dari Kantor Pemerintahan seperti

BPS, Kantor-kantor camat , instansi-instansi yang ada di

3

Kabupaten Siak maupun data-data yang didapat dari internet

yang berkaitan dengan Perkebunan sawit yang ada di

Kabupaten Siak.

c.Tahapan Analisa

Pada tahapan ini adalah tahapan untuk mengolah data-data

yang berhasil dihimpun dan selanjutnya dianalisa dan out

putnya berupa kesimpulan sementara sebagai argumentasi

penelitian.

1.5 Sistematika Penyajian

Agar data tersusun secara sistematis maka laporan ini disusun

dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB ini diuraikan beberapa pengertian atas

istilah yang digunakan, latar belakang, tujuan, ruang

lingkup, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam BAB ini diuraikan tentang pengertian-pengertian

yang berhubungan dengan masalah penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4

Dalam BAB ini diuraikan tentang keadaan Kabupaten Siak

seperti Batas Administrasi Kabupaten Siak.

BAB IV ANALISA DATA

Dalam BAB ini di jelaskan metode-metode yang dilakukan

dalam melakukan analisa-analisa permasalahan yang

terjadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB ini berisikan tentang analisis mengenai

Hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran

BAB VI PENUTUP

Dalam BAB ini berisikan kesimpulan dan saran

berdasarkan pembahasan pada BAB-BAB sebelumnya.

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Perkebunan Kelapa Sawit adalah :

”Lahan yang ditanami kelapa sawit dan dengan penggunaan

lahan terkait seperti prasarana, jalan, wilayah tepian

tebing dan pencadangan konservasi”.

2. Tata Ruang adalah :

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

3. Amdal adalah :

”Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan /

atau kegiatan yang

6

direncanakan pada lingkungan yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan”.

4. Klasifikasi Kebun adalah :

”Salah satu kegiatan pembinaan dalam mendorong perusahaan

perkebunan untuk

pemanfaatan sumberdaya yang tersedia sehingga dapat dicapai

produktivitas yang

optimal dan effisien”

5. Kearifan Lokal adalah :

”Sebuah sistem pengetahuan masyarakat lokal yang didasarkan

pada pola-pola kegiatan

atau perbuatan yang dilakukan oleh para warga masyarakat

secara berulang-ulang dan

dianggap baik, yang pada dasarnya dapat bersumber pada adat

istiadat setempat dan

masih berlaku dalam kehidupan masyarakat tersebut”.

6. Geologi adalah:

Suatu ilmu yang mempelajari susunan, bentuk sejarah

perkembangan bumi dan mahkluk yang pernah hidup dalam dan

diatas bumi, serta proses – proses yang telah sedang dan

akan bekerja di bumi.

7. Lingkungan adalah:

Hubungan antara suatu objek (entity) dengan lingkungannya.

7

BAB IIIGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.1 Gambaran umum Daerah Penelitian

Sebagai kabupaten baru, Siak berupaya membangun daerahnya

dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai sarana dan

prasarana yang merupakan kebutuhan mendasar bagi proses

terjadinya investasi. Oleh karena itu, disamping terbuka

peluang investasi dan perdagangan di sektor-sektor unggulan,

banyak potensi dan peluang investasi di bidang infrastruktur

dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para investor

untuk menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Siak. Guna

memberikan arah pengembangan melalui kegiatan investasi

serta gambaran tentang peluang kegiatan investasi,

Pemerintah Kabupaten Siak telah menyusun rencana investasi

strategis, yang meliputi simpul-simpul investasi,

pembangunan jembatan Siak dan jembatan Perawang, pembangunan

jalan tol Minas - Kandis, pembangunan jalan tol Perawang -

Tanjung Buton, pembangunan Pelabuhan Samudera Tanjung Buton,

pembangunan Kawasan Industri Tanjung Buton, serta penyediaan

energi listrik, air bersih dan telepon.

Potensi perkebunan yang paling menonjol adalah pengembangan

industri perkebunan kelapa sawit dan CPO. Kelapa sawit

sampai saat ini merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai

produksi tertinggi dibanding aneka tanaman (antan) lainnya.

8

Pada tahun 2001, jumlah produksi kelapa sawit mencapai

315.862 ton CPO, karet 2.658 ton, kelapa 936 ton (ekovalen

kopra), dan antan 666 ton. Untuk pengembangan industri CPO,

dengan melihat besarnya hasil kelapa sawit sebesar 315.862

ton dan minyak inti sawit sebesar 60.975 ton/tahun, dalam

waktu 2 tahun akan dihasilkan CPO lebih dari 500.000

ton/tahun.

Untuk itu diperlukannya penelitian secara mendalam terhadap

Dampak yang kelak akan ditimbulkan dengan keberadaaan

perkebunan sawit di Kabupaten Siak.

2.2 Sejarah Tanaman Sawit

Tanaman kelapa sawit adalah sumber utama minyak nabati

sesudah kelapa di Indonesia. Tanaman ini dikenal di dunia

barat setelah orang Portugis berlayar ke Afrika tahun 1466.

Dalam perjalanan ke Pantai Gading (Ghana), penduduk setempat

terlihat menggunakan kelapa sawit untuk memasak maupun untuk

bahan kecantikan. Pada tahun 1970 untuk yang pertama kali

dikapalkan sejumlah biji kelapa sawit ke Inggris dan

memasuki daratan benua Eropa tahun 1844. Beberapa tahun

kemudian Eropa mengimport inti sawit.

9

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1848. Beberapa

bijinya ditanam di Kebun Raya

Bogor, sementara sisa benihnya

ditanam di tepi-tepi jalan sebagai

tanaman hias di Deli, Sumatera

Utara pada tahun 1870-an. Pada saat

yang bersamaan meningkatlah

permintaan minyak nabati akibat

Revolusi Industri pertengahan abad

ke-19. Dari sini kemudian muncul

ide membuat perkebunan kelapa sawit

berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka

dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan

dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia

Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu

diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama

berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas

areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan

penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai

AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala

Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan

pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala

Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di

10

Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran

baru dimulai tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan

pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan

Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka

tahun 1940.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan

program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil

meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih

Malaya (lalu Malaysia).

Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman

digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan.

Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut

akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak

nabati meningkat sebagai energi alternative dan hingga saat

ini usaha perkebunan kelapa sawit sendiri telah menyebar dan

merambah ke kabupaten – kabupaten yang ada di Provinsi Riau

termasuk Kabupaten Siak sendiri yang tak luput dari

perkembangan komoditi Kelapa Sawit.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani

Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar

12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang

berasal dari Afrika.

11

BAB IVANALISA DATA

4.1 Proses Implementasi Perkebunan sawit yang ada

di Kabupaten Siak

Pemerintah kab.Siak melaksanakan program pembangunan

perkebunan kelapa sawit dengan pola inti dan plasma yang

berbasis kemitraan. Pemerintah kab. Siak bermitra dengan BUMN

yang ada di propinsi riau yaitu PT. Perkebunan Nusantara V

yang dinilai berpengalaman dan profesional dalam melaksanakan

program tersebut sejak tahun 2003. Secara kronologis, proses

persiapan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kab. Siak

12

telah di rintis sejak tahun 2002. Awal dari pelaksanaan

pengembangan kebun kelapa sawit di Kab. Siak dimulai dengan

penandatanganan Nota Kesepahaman( MOU) antara pemerintah kab.

Siak dengan PT. Perkebunan Nusantara ( PTPN) V Nomor: 6 tahun

2003 pada 10 april 2003, yang kemudian ditindak lanjuti dengan

keputusan bersama Bupati Siak dengan Direksi PT. Perkebunan

Nusantara V No.01/05.01/05.P2/X/2003 pada 23 januari 2003

tentang pembentukan Tim bersama untuk persiapan pelaksanaan

Program.

Kerjasama program tersebut meliputi pembangunan Kebun Plasma

( untuk masyarakat), Kebun inti, Pabrik pengolahan Kelapa Sawit

( PKS) dan industri Hilir berbasis kelapa sawit. Pada tahap

pertama mulai tahun anggaran 2003 pemerintah kabupaten siak

telah memulai pelaksanaan pembangunan perkebunan seluas 3500

hektar (Berupa Crash Program), yang sebagian besar berlokasi di

Kecamatan – kecamatan Sei Apit dan Bunga Raya. Dalam

pelaksanaan program di atas, PTPN V bertindak sebagai pelaksana

proyek, dengan melibatkan penguasa swasta untuk menggarap areal

yang akan dijadikan perkebunan baru. Pada Tahap kedua,

Pengembangan areal kelapa sawit selanjutnya, pusat penelitian

kelapa sawit (PPKS) telah melakukan servey study kelayakan

untuk pembangunan kebun kelapa sawit seluas 5.138 hektar di

Kabupaten Siak, yaitu di Kecamatan Minas, Sei Mandau, dan Siak.

Pada jangka panjang pelaksanaan program dilaksanakan atau

dikelola oleh suatu perusahaan patungan (join venture) milik

13

pemerintah kab. Siak , PT. Perkebunan Nusantara V dan

masyarakat/petani kabupaten siak.

Kegiatan teknis awal proses pembangunan kebun kelapa sawit

adalah dilaksanakanya survey identifikasi dan desain(SID) yang

akan menginformasikan kelayakan teknis lahan untuk tanaman

kelapa sawit, kelayakan finansial dan ekonomi serta kelayakan

sosial ekonomi. Survey study kelayakan silaksanakan bekerjasama

dengan pusat penelitian kelapa sawit (PPKS). Survey study

kelayakan tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan pusat kelapa

sawit (PPKS).

4.2 SOSIALISASI PROGRAM

Kegiatan sosialisai program mengenai pembangunan perkebunan

kelapa sawit di Kabupaten Siak kepada masyarakat perlu

dilakukan untuk dapat memberikan informasi, pengertian dan

pemahaman sekaligus untuk mengetahui minat dan upaya balik

serta menagkap berbagai permasalahan yang akan dihadapi pada

program tersebut. Adanya sosialisai ini secara teknis akan

dapat menghimpun dukungan masyarakat dalam pembangunan

perkebunan kelapa dikabupaten siak. Tentunya kegiatan

sosialisasi tersebut meliputi pemberian informasi, pengertian

dan pemahaman sehingga diketahui minat, umpan balik serta

permasalahan yang mungkin timbul berkaitan dengan pelaksanaan

pengembangan kebun sawit. Kegiatan sosialisasi tersebut

dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari Dinas dan Instansi

14

terkait lingkup kabupaten siak (Dinas Pertaian dan perkebunan,

Dinas Pertanahan, Dinas Kehutanan, Kantor Pertanahan, Bagian

perekonomian , Camat, Kepala Desa, dan Badan pertimbangan

Desa di Lokasi pengembangan). Materi sosialisai meliputi

tujuan, sasaran program, prosedur pelaksanaan, rekruitmen

calon lahan (CPCL). Pembangunan pembibitan, pembangunan kebun

plasma sampai pada pengembalian kredit dan peremajaan

(Replanting) Tanaman.

Inventarisasi dan Identifikasi serta Seleksi calon petani dan

lahan (CP/CL).

Inventarisasi dan Identifikasi serta Seleksi calon petani dan

lahan dimaksudkan untuk menetapkan peteani peserta yang akan

memperoleh dan menerima kebun kelapa sawit. Oleh karena itu,

perlu ditetapkan kriteria calon lahan dan calon petani dalam

pembangunan perkebunan kelapa sawit di kabupaten siak.

4.2.1 Pembangunan pembibitan

Pembanguna kebun pembibitan ini dapat dilaksanakan dalam

dua tahap (double stage) yaitu pembibitan awal (Pre Nursery)

dan pembibitan utama (Main Nursery). Pembangunan perkebunan

kelapa sawit di kabupaten siak masing-masing seluas 3500 ha

15

dan 5182 ha dapat diperlukan kebun pembibitan masing-masing

44 ha dan 67 ha.

4.2.2 Desain dan Penataan Kebun

Pengukuran dan pemetaan kembali areal efektif untuk proyek

seluas 3.500 ha dilakukan utuk menginventarisasi kembali

areal sebenrnya untuk perkebunan kelapa sawit karena tidak

tertutup kemungkinan adanya areal yang telah digarap oleh

masyarakat setempat.

4.2.3 Pembanguna fisik kebun

Periode pembangunan fisik kebun terhitung mulai penanaman

sampai dengan konversi yaitu pada saat tanaman sudah berumur

4 (empat) tahun atau tanaman sudah menghasilkan.

4.2.4 Pengawasan

Pengawasan dan pengendalian terutama terhadap kegiatan

dilapangan diperlukan agar kegiatan pembagunan perkebunan

kelapa sawit dapat berjalan dengan baik. Mengingat

eterbatasan yang ada di pemerintahan Kabupaten Siak dan

Kompleksitasnya pekerjaan pembangunan fisik kebun, maka

lembanga/instansi profesional dalam hal ini pusat penelitian

16

kelapa sawit (PPKS) dapat bertindak sebagai konsultan

pengawas pembangunan d=fisik dilapangan.

4.2.5 Pola dan Ruang Lingkup Pengembangan

Pola pengembangan yang dilaksanakan dibagi dalam 2 (dua)

tahap yaitu jamgka pendek dan jangka panjang. Untuk jamgka

pendek seyogianya PTPN V hanya bertindak sebagi pembangun

kebun sedangkan pembiayaan sepenuhnya tanggung jawab

pemerintah kabupaten siak. Begitu juga dengan peranan

perbangkan hanya bertindak sebagia chanelling, yaitu hanya

menyalurkan dana pemerintah kabupaten siak. Untuk jangka

panjang pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah pola

kemitraan inti dan plasma, yaitu suatu pola pengembangan

dengan memadukan kemitraan initi dan plasma, dimana intinya

adalah perusahaan patungan (konsorium) yang dibentuk secara

bersama oleh pemerintah kabupaten siak dan PTPN-V.

Perussahaan ini membangun dan membina perkebunan milik

petani dalam suatu sisitem kerjasama yang saling

menguntungkan utuh dan berkesinambungan selama jangka waktu

umur ekonomis tanaman kelapa sawit (sekitar 25 tahun),

sehingga pembiayaan pembangunan kebun juga menjadi tanggung

jawab bersama dalam sharing kepemilikan saham atau modal.

17

Sedangkan ruang lingkup pengembangan perkebunan kelapa sawit

melalui pola kemitraan inti dan plasma merupakan suatu paket

pengembangan wilayah yang utuh dengan ruang lingkup

pengembangan berikut:

1. Pembangunan kebun plasma

2. Pembangunan kebun inti

3. Pembangunan pabrik kelapa sawit

4. Pembangunan industri hilir

4.3 POLA KEMITRAAN PROGRAM PENGEMBANGANKOMODITASKELAPA SAWIT DI KABUPATEN SIAK

Model Kolaborasi

Dalam rangka mencapai keberhasilan berbagai pelaksanaan

program pengembangan komoditas kelapa sawit di kabupaten

siak, maka pelaksanaan berbagai program perkebunan kelapa

sawit tersebut dirancang dengan melibatkan berbagai stake

holder yang antara lain pemerintah kabupaten siak, pihak

18

swasta, lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Dengan

harapan tercipta pelaksanaan program yang terintegrasi dan

sinergis. Pada program jangka pendek yaitu tahap pembangunan

kebun maka kolaborasi yang dilaksankan adalalah pemerintah

kabupaten siak, PT. Perkebunan Nusantara V, Pusat penelitian

kelapa sawit (PPKS) Medan, PT. Bank negara indonesia (Tbk)

dan institut pertanian Bogor. Adapun peran dari masing-masing

stakeholder sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1. Model ini

terus akan berkembang pada saat program jangka panjang.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar bagan berikut:

19

Gambar 4.1 BAGAN PENGEMBANGAN KOMODITI PKS

20

PEMERINTAHKABUPATEN SIAK

Pembiayaan Survey Peny Lahan

PERTANIAN MASYARAKAT Penyedia lahan Pemilik Kebun Tenaga Kerja

IPB Study Kelayakan Desain Organissasi

dan manajemen Penyiapan SDM

Perbangkan Penyalur

Dana

PPKS MEDAN Survey

dan Studykelayakan

Pengawasan Kebun

Peny. kecambah

PROGRAM PERKEBUNANKELAPA SAWIT

SWASTA (PTPN- V)

Pengembang Tenaga Teknis Penyiapan SDM

4.4 Dampak-dampak yang ditimbulkan dengan keberadaanperkebunan sawit di Kabupaten Siak

4.4.1 Dampak Sosial perkebunan sawit

Kehadiran dan keberadaan Perusahaan perkebunan ditengah-tengah

masyarakat merupakan wujud dan partisipasinya dalam

pengembangan pembangunan masyarakat khususnya dalam rangka

peningkatan ekonomi serta pendapatan masyarakat di Pedesaan.

Bentuk nyata partisipasi Perusahaan adalah dengan pembangunan

lahan perkebunan kelapa sawit melalui Pola Kemitraan kebun

Inti dan kebun Plasma bagi masyarakat. Dengan pengembangan dan

pembangunan lahan perkebunan ini akan tercipta berbagai

kegiatan usaha ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat

disamping akan menciptakan dan membuka lapangan kerja baru

bagi masyarakat. Kehadiran dan keberadaan Perusahaan ditengah

- tengah masyarakat juga membuka peluang munculnya konflik

antara Perusahaan dengan masyarakat yang dipicu oleh adanya

Issu masalah pencemaran lingkungan, Issu masalah Tanah dan

sebagainya. Konflik ini jika tidak dikelola dan tidak

ditangani dengan cepat dan tepat akan dapat menimbulkan

gejolak sosial ditengah-tengah masyarakat yang pada akhirnya

juga akan mempengaruhi, ketertiban dan keamanan lingkungan

21

yang suka tidak suka akan mempengaruhi lingkungan kerja

Perusahaan. Berbagai Issu tersebut harus disikapi dengan arif

dan bijaksana oleh segenap unsur yang ada diPerusahaan.

Apalagi Pimpinan memiliki suatu pandangan mulia Ada Masyarakat

Baru Ada Perusahaan, dan Ada Perusahan Baru Ada Pimpinan,

Serta Ada Pimpinan, Baru Ada Bawahan / Karyawan Pandangan

dimaksud bermakna bawah kita adalah bagian dari masyarakat

yang ada disekitar kita atau disekitar lokasi usaha

Perusahaan.

Selain itu berdasarakan hasil analisa dapat disimpulkan ada

dua dampak sosial yang ditimbulkan dengan keberadaan

perkebunan Sawit di Kabupaten Siak antara lain:

1.Dampak Positif Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Mengurangi angka kemiskinan ditandai dengan semakin

menurunnya tingkat pengangguran di daerah perkebunan

sawit.

Merangsang perkembangan daerah dekitar

Turut mendukung program pemerintah dalam mensejahterakan

masyarakat

22

Secara tidak langsung mendukung program pemerintah pusat

dalam mengentaskan kemiskinan dan memajukan daerah

tertinggal.

2.Dampak Negatif Sering Terjadinya Sengketa lahan antara masyarakat dengan

pemilik Perkebunan sawit

Semakin tersingkirnya kawasan – kawasan cagar budaya

akibat pembukaan lahan perkebunan sawit

Isu masalah Tanah yang dijadikan lahan perkebunan.

kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan dan issu lain yang

ada

4.2.2 Dampak Ekologi dan lingkungan akibat Perkebunan Sawit

Dampak yang ditimbulkan perkebunan sawit itu melahirkan bencana

ekologis seperti kebakaran hutan, banjir, serta tanah

longsor.Konflik tanah serta dampak sosial dari usaha perkebunan

sawit menjadi ancaman serius, oleh karena itu ada inisiatif agar

usaha ini ramah lingkungan dan berkelanjutan yang diprakarsai

perkebunan kelapa sawit itu sendiri, Adapun dampak-dampak

ekologi yang ditimbulkan akibat perkebunan sawit antara lain :

Merusak lingkungan dan merusak ekosistem hutan

Disamping itu jenis Tumbuhan berupa sawit ini tidak

berfungsi menyerap Karbon dioksida tetapi malah

23

mengeluarkan karbon jika perkebunan ini dilakukan

dikawasan bergambut.

Timbulnya pencemaran lingkungan disekitar lokasi kegiatan

ussha perusahaan.

Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan

overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini

akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya

kualitas lahan disertai  erosi, hama dan penyakit.

Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang

habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi

efesiensi biaya dan waktu.

Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti

sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit

bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari

Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau

Online).   Di samping itu pertumbuhan kelapa sawit mesti

dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis

pestisida dan bahan kimia lainnya.

Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis

hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi

yang keras dengan fauna lainnya. Ini disebabkan  karena

keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat

monokulturasi.

Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari

pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan  pembuangan

limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni

24

makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama.  Hal ini

semakin merajalela karena sangat terbatasnya lembaga

(ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap

darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.

Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat

masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik

antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan

sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan

aparat pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan

sawit.

Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk

pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi

penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah

longsor

4.4.3 Dampak Positif Bagi pemerintah Kab. Siak Meningkat kan PDRB ditandai dengan adanya investasi.

Meningkat kan PAD kabupaten setempat

Membantu Program Pembangunan Pemerintah baik pusat

maupun Daerah

25

26

BAB VKESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

Keberadaan perkebunan sawit pada saat ini memang memberikan

keuntungan tersendiri bagi Daerah Kab. Siak melalui PKS

(Perkebunan Sawit) ini begitu banyak dampak yang ditimbulkan

diantaranya disektor sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan

masyarkat melalui program-program yang telah diterapkan oleh

setiap pemilik perkebunan sawit hal ini tentunya sejalan dengan

program pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5.2 Saran

Diperlukannya peninjauan dan penelitian kembali secara mendalam

terhadap pemberian izin kepada perusahaan yang ingin membuka

lahan perkebunan sawit agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan

27