Analisa Kegagalan Komponen Dudukan Handle Kopling Pada Vespa
Transcript of Analisa Kegagalan Komponen Dudukan Handle Kopling Pada Vespa
Analisa Kegagalan
Komponen Dudukan Handle Kopling Pada Vespa
Pendahuluan
Kasus ini adalah sebuah kegagalan yang terjadi
pada dudukan handle kopling Vespa (variasi). Untuk
menganalisa kegagalan ini dilakukan beberapa
pengamatan, yaitu dengan pengamatan visual. Dari
pengamatan yang telah dilakukan, dudukan handle kopling
patah menjadi tiga bagian yang besar, dan ada beberapa
bagian yang kecil. Ketiga patahan pada handle kopling
tersebut dapat dianalisa untuk mengetahui penyebab
terjadinya patah pada komponen. Selain itu disini kita
juga dapat mengetahui awal terjadinya patah.
Gambar 1: Tiga bagian patahan dudukan handle kopling
Untuk membahas permasalahan yang dihadapi disini
harus ditekankan ada beberapa faktor penting yang harus
dilakukan. Analisa kerusakan harus bisa menentukan atau
mengetahui sebab-sebab utama dari suatu kegagalan
sehingga dapat diambil tindakan korektif untuk mencegah
kegagalan yang sama.
Prosedur teknik analisa yang harus kita lakukan
adalah :
1. Mengumpulkan data histories/ latar belakang dari
sample yang akan kita amati untuk mengetahui
batasan pengujian dan informasi penting kondisi
operasinya
2. Mengamati sample secara visual terhadap kerusakan
yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai langkah
analisa premature penguji tentang analisa
kerusakan yang terjadi pada sample.
Pengujian Visual
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kegagalan
suatu komponen yang mulai terjadi sehingga dapat
ditunjukkan dimana inisial crack terjadi. Ini dilakukan
hanya dengan menggunakan mata tanpa bantuan mikroskop
atau alat pembesar ( kaca pembesar ).
Dilihat dari tekstur patahan dan terdapat beberapa
serpihan material, selain itu tidak terjadi pengecilan
luas penampang bidang patahan,maka bisa diambil
kesimpulan bahwa material yang digunakan brittle
( getas ). Pada komponen ini terjadi 2 pembebanan
adanya pembebanan tarik dan bending yaitu pada waktu
menekan handle kopling komponen mendapat beban bending,
hal itu dapat terlihat dari bentuk patahannya miring
seperti pada gambar 6 dan pada saat pengencangan baut
dudukan handle kopling pada stang kendaraan komponen
mendapat beban tarik, hal itu dapat terlihat dari
bentuk patahannya tegak lurus dengan baut. Disamping
adanya pembebanan diatas, juga terlihat adanya
porositas pada waktu proses pengecoran hal itu dapat
ditunjukkan pada gambar 5. Pada komponen ini tidak
terjadi over load, karena tingkat kekerasan koplingnya
normal, tetapi terjadi low cycle fatigue karena setelah
kurang lebih 3 tahun dan lebih dari 10.000 siklus,
komponen ini baru patah.
Gambar 6: Patah akibat torsi dan tarik.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa :
1. Posisi awal patah dapat dilihat dari gaya yang
bekerja pada komponen tersebut.
2. Komponen dudukan handle kopling mendapatkan
pembebanan tarik dan bending.
3. Bahan yang digunakan pada dudukan handle kopling
termasuk dalam material brittle (getas).
4. Komponen yang dipasang pada tempat yang tidak
sesuai spesifikasinya maka dapat mengurangi
tingkat ketangguhan dari komponen tersebut.
Rekomendasi
1. Bahan yang digunakan untuk dudukan handle kopling
tidak boleh terlalu getas, agar lebih awet.
2. Untuk meminimalkan cacat coran, maka perlu
penambahan reiser(saluran penambah pada mold).
3. Ketebalan komponen pada sisi yang telah patah perlu
ditambah.
4. Pengencangan baut tidak boleh terlalu kencang, atau
diameter stang harus pas(tidak boleh terlalu kecil
atau besar)