Analisa Kebijakan Nawa Cita Jokowi - JK

12
Sitti Zubaidah 2015 1 ANALISA KEBIJAKAN NAWA CITA NO. 6 JK V/S PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN BERKELANJUTAN BERBASIS SAPI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DAN DAERAH PROPINSI ACEH Gambar 1. Analisis Kebijakan Nawa Cita Pendahuluan Kebijakan Program Pembangunan yang telah dituangkan dalam Nawa Cita Jokowi Jusuf Kalla 2014 adalah untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 yaitu yang bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Transcript of Analisa Kebijakan Nawa Cita Jokowi - JK

Sitti Zubaidah 2015 1

ANALISAKEBIJAKAN NAWACITANO. 6 JK V/S PENGEMBANGANAGROINDUSTRIPETERNAKAN BERKELANJUTAN BERBASIS SAPI LOKAL DALAMPENGEMBANGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DAN DAERAH

PROPINSI ACEH

Gambar 1. Analisis Kebijakan Nawa Cita

Pendahuluan

Kebijakan Program Pembangunan yang telah dituangkan dalam Nawa Cita Jokowi Jusuf

Kalla 2014 adalah untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

termaktub dalam UUD 1945 yaitu yang bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sitti Zubaidah 2015 2

Ada 9 Agenda Perubahan yang akan dilakukan periode 2015 - 2019 dalam Nawa Cita

Jokowi - JK dalam menyelesaikan permasalah yang telah terindentifikasi seperti (1)

merosotnya kewibawaan negara, (2) melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional dan (3)

merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian. Dari sembilan Nawa Cita tersebut, disini

Penulis mencoba menganalisa Agenda Perubahan Nawa Cita No.6 (Gambar.2) yaitu “Kami

akan meningkatkan produkstivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa lainnya”. Ditinjau dari

pembangunan daerah aceh di sektor peternakan, apakah program yang telah ditetap tersebut

menjawab akan kebutuhan di daerah.

Gambar.2 Salah - Satu Visi Misi Jokowi - JK

Secara geografis Propvinsi Aceh terletak antara 2o-6o LU dan 95o-98o BT dengan

ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan lut, dengan luas wilayah 5.677.081 ha

dengan batas wilayah sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah

Selatan dengan Propini Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Satu-satunya hubungan darat hanyalah dengan Propinsi Sumatera Utara, sehingga memeliki

ketergantungan yang cukup tinggi dengan Propinsi Sumatera Utara. Propinsi Aceh terdiri dari

18 Kabupaten dan 5 Kota yang terdiri dari 280 kecamatan dan 755 mukim dan 6.423 gampong

Sitti Zubaidah 2015 3

atau desa.

Mari kita melihat Program solusi yang akan dijalankan oleh Pemerintahan Republik

Indonesia Periode 2014 - 2019 dalam Nawa Cita adalah :

1. Membangunan infrastruktur jalan baru sepanjang 2000 km

2. Membangun 10 pelabuhan baru dan merenovasi yang lama

3. Membangun 10 bandara baru dan merenovasi yang lama

4. Membangun 10 kawasan industri dan pengembangan hunian buruhnya

5. Membangun 5000 pasar tradisional yang telah ada

6. Menciptakan layanan satu atap untuk investasi, efesiensi perijinan bisnis menjadi 15 hari

7. Membangun sejumlah science and techno park di kawasan politeknis dan setiap SMK

dengan Prasarana dan Sarana dengan Terknologi terkini.

Jika dilihat dari program yang akan dilakukan tersebut, maka seringkali ukuran

keberhasilan pembangunan identik dengan terciptanya laju pertumbuhan infrastruktur, sarana

dan prasana daerah yang bertujuan untuk peningkatan perekonomian. Padahal kondisi ini akan

memperburuk kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan karena selama ini

pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana hanya terfokus di kawasan kota hampir di

seluruh Propinsi Indonesia. Selain itu kegiatan pembangunan infrastruktur, sarana dan

prasarana secara realitas sering dijadikan project oriented oleh pelaku kegiatan tersebut,

dengan kualitas dari pembangunan tersebut sangatlah rendah, hal ini secara kasat mata dapat

kita melihatnya adanya setiap tahun perbaikan untuk infrastruktur, sarana dan prasarana yang

telah dilakukan dari tahun sebelumnya oleh pemerintah pusat dan daerah seperti pembangunan

dan perbaikan jalan hampir setiap tahun dilakukan penganggaran, pengembangan pelabuhan

dan pembangunan bandara yang sering terbengkalai atau membutuhkan waktu diatas 5 tahun

sedangkan masa kepemimpinan telah berakhir, pembangunan pasar tradisional yang jauh dari

jangkauan konsumen juga pasar tradisional yang dibangun seringkali terbengkalai begitu saja,

serta pembangunan pendidikan terapan pada tingkat Politeknik dan SMK hanya terfokus di

perkotaan sehingga sulit untuk dijangkau oleh masyarakat ekonomi rendah yang ada di desa.

Padahal untuk mewujudkan Nawa Cita No. 6 tersebut bukanlah hanya membangun

infrastruktur, sarana dan prasana saja akan tetapi untuk menjawab Nawa Cita No. 6 tersebut

berkaitan dengan masalah nasional yaitu sendi perekonomian yang masih lemah, jaminan

kesehatan dan kualitas hidup rendah, ketidak merataan pendapatan nasional, hutang luar

Sitti Zubaidah 2015 4

negeri tinggi, mengandalkan produk impor dan krisis energi. Jika masalah nasional tersebut

dapat diatasi maka peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta

bersanding dengan bangasa lain dapat terwujud.

Adapun solusi yang diharapkan dalam menjawab permasalahan nasional berkaitan

dengan Nawa Cita No. 6 tersebut adalah (1) pembangunan dan perbaikan infrastruktur

penunjang industri manufaktur yang berbasis potensi daerah, (2) membangun penguatan

kapasitas fisikal negara melalui pelaksanaan otonomi khusus daerah yang efektif dan efisien,

(3) pengembangan kapasitas perdagangan nasional, (4) membangunan daulat energi berbasis

kepentingan nasional, (5) pengembangan industri manufaktur dan (6) membangun

pemberdayaan SDM Berkarakter.

Pembangunan Agroindustri Peternakan di Daerah Propinsi Aceh

Ditinjau dari Pembangunan Ekonomi Daerah di Propinsi Aceh, maka pengembangan

agroindustri peternakan berkelanjutan berbasis sapi lokal sangatlah tepat untuk menjawab

Nawa Cita No.6 tersebut. Secara realitas di sektor peternakan bahwa masyarakat peternakan

akan konflik yang berkepanjangan dan bencana alam yang sering terjadi maka mengakibatkan

hilangnya harta kekayaan dari para peternak seperti kehilangan dan kematian ternak

peliharaannya serta harta benda lainnya sehingga mereka harus kembali berusaha dari awal.

Hal ini mengakibatkan denyut nadi ekonomi di sektor peternakan lokal masih sangat lemah

dan berdampak terhadap pada pemasukan pendapatan anggaran daerah juga rendah.

Tentunya kerendahan ekonomi diakibatkan oleh SDM Masyarakat Peternak yang masih

rendah, terlihat dari sistem budidaya ternak yang masih bersifat tradisional, padahal

pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

120/Permentan/OT.140/11/2013 ini bahwa dalam rangka menghadapi lingkungan dinamis dan

kompleks Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

(BPPSDM)) menetapkan suatu program yang difokuskan pada pengembangan SDM dan

kelembagaan petani yang bertujuan untuk mewujudkan SDM ternak yang kreatif, inovatif, dan

berwawsan global melalui peningkatan kemandirian peternak, profesionalisme aparat peternak,

serta pengembangan kelembagaan perternakan yang modern, dan peningkatan kualitas

kemitraan peternak yang saling menguntungkan berupa penyuluhan, pelatihan, pendidikan,

standarisasi dan sertifikasi profesi peternakan baik yang diselenggarakan oleh pusat maupun

Sitti Zubaidah 2015 5

Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup BPPSDM dengan memanfaatkan segala sumber daya

yang dimiliki yang mencakup SDM, prasarana dan sarana serta teknologi dan informasi.

Disisi lain Industri Peternakan di masyarakat belum dikelola dengan baik, padahal tingkat

permintaan akan produk dan daging ternak masih tinggi di Propinsi Aceh selain untuk

kebutuhan hidup sehari-hari juga dengan adanya kegiatan Agama, sosial dan budaya

(pernikahan, pesta perkawinan, akikah, syukuran, meugang, hari raya idul fitri, hari raya idul

adha dan sebagainya). Berdasarkan Aceh dalam Angka (2013) bahwa jumlah populasi ternak

semakin meningkat setiap tahunnya akan tetapi tingkat pemotongan menurun dikarenakan

proses pemeliharaan yang membutuhkan waktu lama sehingga produksi daging ternak juga

menurun.

Tabel 2. Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak dan Kabupaten (Ekor)

Sumber : Aceh dalam Angka (2013)

Sitti Zubaidah 2015 6

Tabel 3. Jumlah Pemotongan Ternak Menurut Jenis Ternak dan Kabupaten (2012)

Tabel 4. Produksi Daging Menurut Jenis Ternak dan Kabupaten/ Kota (Kg) 2012

Sitti Zubaidah 2015 7

Peningkatan jumlah populasi ternak dapat lebih ditingkatkan jika sarana dan prasana

tersedia akan tetapi sampai saat ini (1) tidak adanya koperasi peternakan baik di tingkat

Kecamatan, Kabupaten ataupun Propinsi, (2) sarana prasarana pendukug industri yang belum

baik seperti penyimpanan produk olahan dan daging ternak, pasar hewan, dan lain-lain serta (3)

tidak adanya organisasi balai pengujian mutu dan sertifikasi produk peternakan di tingkat

Propinsi Aceh sebagaimana Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen yaitu pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus

dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka barang

dan atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan/atau jasa yang

diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen. Sehingga ini

menjadikan belum adanya produk ternak yang di ekpor oleh Dinas Perdagangan Aceh.

Berdasarkan UU RI No. 25 Tahun 1995 tentang perkoperasian bahwa koperasi sebagai

gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar

1945 dalam tata asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi agar kuat dan mandiri berdasarkan

prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional.

Pembangunan Koperasi merupakan tugas dan tanggung-jawab Pemerintah dan seluruh rakyat

yang berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial dalam upaya

mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat serta nemperkokoh perekonomian

rakyat.

Padahal dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewan dan kebutuhan-kebutuhan

lain yang berhubungan dengan ternak, Pemerintah daerah perlu melakukan usaha-usaha untuk

meningkatkan hasil produksi ternak, dan perlu mengadakan pengaturan mengenai usaha

peternakan baik dengan menggunakan modal dalam negeri maupun dengan modal asing.

Berdasarkan Peratutan Pemerintah RI No.15 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan bahwa

pembangunan peternakan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting perlu

diselenggarakan dengan tertib dan teratur sehingga dapat diperoleh ternak yang baik dan sehat.

Pembinaan dan pengembangan usaha peternakan yang merupakan kegiatan ekonomi

rakyat berskala kecil seharusnya dilakukan oleh Pemda melalui bimbingan dan bantuan

perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil tersebut agar

Sitti Zubaidah 2015 8

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah

dan besar, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan

dan Pengembangan Usaha Kecil dan juga Menteri Perindustrian atau Menteri lainnya

memberikan kemudahan pelayanan dalam mengeluarkan Surat Izin Usaha Industri untuk

mengatur, membina dan pengembangan industri.

Solusi Pengembangan Agroindustri Peternakan di Propinsi Aceh

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2014

tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2014 sangatlah

membuka peluang bagi Propinsi Aceh untuk usaha agroindustri peternakan sebenarnya,

apalagi jika di tahun 2015 dan selanjutnya terus dilakukan pengembangan usaha agribisnis

berbasis perdesaan karena permen ini sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan

pengangguran dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM-Mandiri).

Permasalahan mendasar bagi usaha agroindustri peternakan diatas dapat juga diatasi

dengan solusi yang penulis analisa pada Program Nasional sebagaimana dijelaskan diatas, dan

juga dengan kemudahan pinjaman modal di perbankan meskipun Bank Syariah Aceh pernah

menawarkan kepada beberapa peternak di aceh yang telah maju usaha agribisnisnya namun

masih ada keterbatasan bagi peternak lainnya. Peningkatan SDM peternakan melalui

pendampingan dan penyuluhan yang intensif sangatlah membantu agar usaha ternak yang

skala kecil mampu berkembang lagi menuju skala menengah dan besar. Berdasarkan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal bahwa

untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 perlu

dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan

demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara, dan sesuai dengan amanat yang

tercantum dalam Ketetapan Majelis Nomor XVI/ MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam

rangka Demokrasi Ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari

ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan

koperasi untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan

politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah

potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari

Sitti Zubaidah 2015 9

dalam negeri maupun dari luar negeri.

Gambar 3. Tingkat Pengangguran Terbuka di Propinsi Aceh, 2014(BRS Naker.2014)

Propinsi Aceh juga telah memiliki Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Aceh yang

terletak di Kecamatan Seulimun Kabupaten Aceh Besar, yang telah memiliki program plasma

pembibitan sapi aceh di masyarakat (Village Development Centre), sesuai dengan

Undang-udang No.41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan bahwa penyediaan dan

pengembangan benih dan atau bibit dilakukan dengan mengutaman produksi dalam negeri

yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan atau Daerah dengan melibatkan peran

serta masyarakat untuk menjamin ketersediaan benih dan atau bibit. Penguatan lembaga

pembibitan ternak sapi lokal ini akan sangat membantu Propinsi Aceh dalam penyediaan

daging sapi lokal dan juga untuk mendukung ketersediaan pasokan material bahan baku bagi

usaha agroindustri skala kecil dan menengah yang ada selain sesuai dengan potensi desa

karena sampai saat ini agroinudustri peternakan masih sangat minim sekali.

Sitti Zubaidah 2015 10

Tabel 4. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Propinsi Aceh

Sumber : Statistik Propinsi Aceh 2014

Perkembangan jumlah penduduk aceh yang bekerja berdasarkan BPS Aceh 2014 adalah

bahwa jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2014 mengalami peningkatan di sektor

jasa sebesar 61 ribu orang dan sektor industri pengolahan penurunan pekerja di sektor

pertanian ini disebabkan sekitar 37 ribu orang sedangkan sektor pertanian termasuk

peternakan mengalami penurunan sekitar 8 ribu orang, kemungkinan disebabkan karena belum

tiba masa panen hasil di beberapa daerah karena membutuhkan waktu minimal 3 bulan sampai

1 tahun lamanya atau berpindahnya pekerja dari sektor pertanian ke sektor lainnya.

Sitti Zubaidah 2015 11

Gambar 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha UtamaPropinsi Aceh (ribuan orang), 2013 - 2014 (BRS Naker.2014)

Selain itu akses pemasaran ternak dari pedesaan ke pasar perkotaan yang masih sulit

dikarena sarana transportasi seperti jalan rusak akibat kualitas jalan rendah dan alam (hujan)

serta sulit mendapatkan truk atau alat angkut ternak yang membutuhkan sewa dengan tarif

rendah dikarenakan peternak masih memiliki ekonomi rendah, sehingga hal ini membuat

petani ternak harus meminta bantuan agen (makelar) yang akhirnya berdampak pada

keuntungan yang minim diterima oleh para peternak.

Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari analisa Nawa Cita No.6 yaitu:

Program Perumbahan pada Nawa Cita No.6 terlalu besar penyimpangan yang dibutuhkan di

daerah khususnya pada Propinsi Aceh saat ini.

Program Perubahan pada Nawa Cita No. 6 lebih dapat memperkuat pada wilayah perkotaan

buka wilayah pedesaan sehinga akan mengakibatkan urbanisasi yang besar-besaran.

Program Perubahan pada Nawa Cita No.6 belum tepat untuk menjawab kebutuhan di

Propinsi Aceh dengan masih lemahnya sektor peternakan terutama pengembangan

agroindustri peternakan.

Perkembangan Agroindustri Peternakan mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat

aceh.

Sitti Zubaidah 2015 12

Referensi

Aceh Dalam Angka 2013. Kerjasama Bappeda Aceh dengan Badan Pusat Statistik PropinsiAceh. Katalog BPS 1102001.11.

Berita Resmi Statistik BPS Propinsi Aceh. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar,Sedang, dan Industri Mikro Kecil Propinsi Aceh Triwulan III Tahun 2014.No.49/11/Th.XVII, 03 November 2014.

Berita Resmi Statistik BPS Statistik Propinsi Aceh. Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2014.No.52/11/TH.XVII, 5 November 2014.

Nawa Cita Jokowi- Jusuf Kalla 2014. Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat,Mandiri dan Berkepribadian. Visi - Misi, dan ProgramAksi. Jakarta. Mei 2014.

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UUNo.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang - undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2014 tentang PedomanPengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1996 tentang Izin Usaha Industri

Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan UsahaKecil

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 120/Permenta/OT.140/11/2013tentang Pedoman Pengelolaan Kerjasama dalam Negeri di Bidang Penyuluhan danPengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.