27499218 Sepsis Neonatal

31
BAB II TINJAUAN TEORI SEPSIS NEONATORUM A. DEFINISI Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan. (Bobak, 2005) Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda- tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). B. ETIOLOGI a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis. b. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

Transcript of 27499218 Sepsis Neonatal

BAB II TINJAUAN TEORI

SEPSIS NEONATORUM

A. DEFINISI

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada

aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan.

(Bobak, 2005)

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-

tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang

dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.

(Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).

B. ETIOLOGI

a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan

setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis.

b. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau

riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis :

Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka

kesakitan sekitar 50 – 70 %. Diikuti dengan malaria,

sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan

streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus,

candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan

organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis.

c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama,

partus dengan tindakan.

d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara

umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.

Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan

alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang

berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya

buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.

Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari

pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih

dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih

dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),

merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari

pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui

plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester

ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum

terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.

Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG

spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau

Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta

dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan

komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak

diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi

total dan spesifik, bersama dengan penurunan

fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan

aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada

bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi

perempuan.

3. Faktor diluar ibu dan neonatal

a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme

pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi

akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid,

bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi

resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga

menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga

menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi

penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas

( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak

tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli

ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum

susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

C. KLASIFIKASI SEPSIS :

1. Sepsis dini

terjadi 7 hari pertama kehidupan.

Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan

atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2.Sepsis lanjutan/nosokomial

yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan

didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat

dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme

yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,

sering mengalami komplikasi.

D. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai

neonatus melalui beberapa cara yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa

antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan

umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi

darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang

dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella,

herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,

parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara

lain malaria, sifilis dan toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat

persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan

serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya,

terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman

melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu

saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi

dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus

digestivus dan traktus respiratorius, kemudian

menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui

cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi

melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi

melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis.

Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).

c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang

terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi

nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui

alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus,

selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau

profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nasokomial.

Pohon Masalah

Mikroorganisme (bakteri,virus,jamur,dll)

Infeksi

Menghasilkan endotoksin

system kardiovaskuler

bakteremia&septicemia system pernafasan

vasodilatasi pembuluh darah Dianggap benda

asing Co2 tertahandalam

tubuh Gangguan perfusi jaringan

Reaksi immunologic peningkatan Hco3

Hipertermi asidosis respiratori

diaporesis takhipnoe

output berlebih

gangguan pemenuhan cairan Ggn pemenuhan O2

menekan pusat kesadaran di hipotalamus

resiko terjadi syok

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Umum : hipertermi kemudian hipotermi, tampak tidak sehat,

malas minum

b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah,

diare, hepatomegali

c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, napas cuping

hidung, merintih, sianosis.

d. Sistem kardiovaskuler :

sianosis,hipotensi,takikardi,bradikardia.

e. Sistem saraf pusat :tremor, kejang,penurunan kesadaran

f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie,

pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan darah rutin

(hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)

b. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

c. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan

lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.

d. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP)

dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan

adanya infeksi.

e. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan

meningkat menandakan adanya inflamasi.

G. KOMPLIKASI

Meningitis

Hipoglikemia, asidosis metabolik

Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan

intrakranial

ikterus/kernikterus

H. PROGNOSIS

Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 –

40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan

waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas

bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan

keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2 kali

lebih besar.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Suportif

- Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

- Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia

dan hipoglikemia

- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

- Awasi adanya hiperbilirubinemia

- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak

dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui.

Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin

ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis

nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan

flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial

biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau

sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil

biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang

sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi

Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan

dosis sesuai untuk Meningitis.

J. PENCEGAHAN

Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu

secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit

infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan

kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila

diperlukan.

Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya,

jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan

luka umbilikus secara steril.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

- Biodata

- Identitas orang tua

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran

2. Riwayat Prenatal

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan

3. Riwayat Persalinan

Cara persalinan, trauma persalinan

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

- Kesadaran

- Vital sign

- Antropometri

2. Kepala

Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan,

tanda ponsep

3. Mata

Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada

sclera, konjungtiva perdarahan dan anemis.

4. Sistem Gastrointestinal

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak

untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis,

kapan BAB pertama kali.

5. Sistem Pernapasan

Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo,

teratur/tidak, bunyi napas

6. Tali Pusat

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan

dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)

7. Sistem Genitourinaria

Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK

pertama kali

8. Ekstremitas

Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah,

bengkak, posisi/postur, normal/abnormal.

9. Muskuloskletal

Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah,

simetris/asimetris

10. Kulit

Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

D. PEMERIKSAAN SPESIFIK

1. Apgar Score

2. Frekuensi kardiovaskuler

Apakah ada takikardi, bradikardi, normal

3. Sistem Neurologis

- Refleks moro : tidak ada,

asimetris/hiperaktif

- Refleks menghisap : kuat, lemah

- Refleks menjejak : baik, buruk

- Koordinasi refleks menghisap dan menelan

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan oksigen b/d terganggunya suplay

oksigen kedalam

jaringan   

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi

pemb darah

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

Peningkatan pengeluaran,dehidrasi

4. Resiko tinggi septik syok berhubungan dengan imaturitas

system imun

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat

metabolisme penyakit

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan oksigen b/d terganggunya suplay

oksigen kedalam jaringan     

Tujuan umum :

-    Jaringan mendapat suplay oksigen yang optimal

- Reduksi suplay oksigen tertangani

- Pertukaran darah arteri dan vena tanpa hambatan

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan kebutuhan

oksigen terpenuhi

Kriteria hasil : 

- Pasien tidak sesak

- Pernafasan 30-60x/menit

- tidak tampak cianosis

Intervensi

Intervensi Rasional

Mandiri

Pertahankan jalan nafas

Pantau frekuensi dan kedalaman

jalan nafas     

Membuat jalan nafas tetap tanpa

obstruksi   

Pernapasan cepat dan dangkal

terjadi karena hipoksemia,

Auskultasi bunyi nafas,

perhatikan krekels, mengi        

Catat adanya sianosis     

Selidiki perubahan pada

sensorium  

Sering ubah posisi       

Kolaborasi

Berikan suplemen oksigen sesuai

indikasi kondisi bayi baru lahir

stress dan sirkulasi

endotoksin    

Kesulitan bernafas dan

munculnya bunyi adventisius

merupakan indikator dari

kongesti pulmona/ edema

intersisial           

Menunjukkna oksigen sistemik

tidak adequate    

Fungsi serebral sangat sensitif

terhadap penurunan

oksigenisasi         

 Mengurangi ketidakseimbangan

ventilasi        

Penurunan oksigen yang tidak

dapat dihentikan meningkatkan

keadaan hipoksia, mengakibatkan

asidosis metabolik

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi

pembuluh darah

Tujuan Umum :

- Mencegah terjadinya syok

- Jaringan mendapat suplay darah yang normal/tidak

terhambat

- Mencegah terjadi iskhemik dan nekrotik jaringan

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan intervensi keperawatan perfusi

jaringan terpenuhi

Kriteria Hasil :

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

- Nadi perifer kuat dan reguler

- Kulit hangat dan kering

- Akral hangat

Intervensi

Intervensi Rasional

Mandiri

Pantau tekanan darah, catat

perkembangan hipotensi

Pantau frekuensi dan irama

jantung

Perhatikan kualitas/kekuatan

Hipotensi akan berkembang

bersamaan dengan

mikroorganisme menyerang

aliran adrah

Bila terjadi takhikardi

mengacu pada stimulasi

sekunder sistem saraf

simpatis untuk menekan

respons dan untuk

menggantikan kerusakan pada

dari denyut perifer

Kaji frekuensi

pernafasan,kedalaman,dan

kualitas.perhatikan dispnoe

berat

Kaji kulit terhadap

perubahan warna,suhu dan

kelembaban

Auskultasi bising usus

Kolaborasi

Berikan cairan parenteral

Pantau pemeriksaan

laboratorium,mis GDA

hipertensi

Bila nadi menjadi lambat

harus diwaspadai adanya

penurunan curah jantung dan

vasokontriksi perifer jika

terjadi syok

Peningkatan pernafasan

terjadi sebagai

responsterhadap efek-efek

langsung dari endotoksin

pada pusat pernafasan di

dalam otak

Mekanisme kompensasi dari

vasodilatasi mengakibatkan

kulit hangat, merah muda,

kering adalah karakteristik

dari hiperfusi pada fase

hiperdinamik dari syok

sepsis dini

Penurunan aliran darah pada

mesenterium menurunkan

peristaltik dan dapat

menimbulkan illeus paralitik

Berikan suplay O2 tambahan

Untuk mempertahankan perfusi

jaringan,cairan dibutuhkan

untuk mendukung volume

sirkulasi

Perkembangan asidosis

respiratorik/metabolik

merefleksikan kehilangan

mekanisme kompensasi

Memaksimalkan O2 yang

tersedia untuk masukan

seluler

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.

Tujuan Umum :

- Mencegah terjadi dehidrasi

- Mencegah terjadi syok hipovolemi

- Mencegah gagal ginjal

Tujuan khusus :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan volume cairan

dapat dipertahankan secara adekuat

Kriteria Hasil :

- Jumlah urine normal 0.5cc-1cc/kg BB

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :Turgor kulit

elastis,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang

berlebihan

- Tekanan darah ,nadi 100-120x/menit,suhu tubuh 36-37°c

Intervensi

Intervensi Rasional

Mandiri

Catat/ukur pengeluaran urin

dan berat jenisnya

Kaji membrane mukosa, turgor

kulit dan rasa haus

Amati edema dependen/perifer

pada sacrum, skurutum,

punggung kaki

Timbang popok jika

diperlukan

Monitor status hidrasi

(kelembaban membran

mukosa,turgor kulit,kekuatan

nadi)

Penurunan keluaran urine dan

berat jenis urine akan

menyebabkan hipovolemi

Hipovolemi/cairan ruang

ketiga akan memperkuat

tanda-tanda dehidrasi

Kehilangan cairan dari

kompartemen vaskuler ke

dalam ruang interstisial

akan menyebabkan edema

jaringan

Untuk mengetahui jumlah

pengeluaran urine

Untuk mengetahui

keberhasilan therapi cairan

yang telah diberikan

Kolaborasi

Berikan cairan IV

Pantau nilai

laboratorium,mis : Ht,jumlah

SDM

Sejumlah cairan diperluakn

untuk mengatasi hipovolemi

Mengevaluasi perubahan

didalam hidrasi/viskositas

darah

4. Resiko tinggi terhadap septik syok berhubungan dengan

imaturitas sistem imun

Tujuan Umum :

- Sistem imun kembali normal

- Pasien terbebas dari infeksi

- Pasien terbebas dari purulensi/drainase atau eritema

atau afebris

Tujuan Khusus :

- Setelah dilakukan intervensi keperawatan sepsis syok

tidak terjadi

Kriteria hasil

Suhu afebris

Penurunan kadar leukosist dalam darah

Kesadaran compos mentis (CM)

Denyut nadi kuat dan reguler

Intervensi

Intervensi Rasional

Mandiri

Lakukan isolasi/pantau

pengunjung sesuai indikasi

Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan

intervensi walaupun

menggunakan sarung tangan

steril

Pantau kecenderungan

peningkatan dan penurunan

suhu tubuh pasien

Amati adanya menggigil dan

diaforesis

Pantau tanda-tanda

penyimpangan kondisi

selama masa therapi

Pembatasan pengunuung

dubutuhkan untuk melindungi

pasien imunosupresif serta

menguransi resiko terpapar

infesi nsokomial

Mengurangi kontaminasi silang

Demam disebabkan oleh efek-

efek dari endotoksin pada

hipotalamus dan endokrin yang

melepaskan pirogen.Hipotermi

adalah tanda-tanda genting

yang merefleksikan

perkembangan status

syok/penurunan ferpusi

jaringan

Menggigil seringkali

mendahului memuncaknya suhu

pada adanya infeksi umum

Dapat menunjukan

ketidakadekuatan therafi

antibiotik atau pertumbuhan

Infeksi rongga mulut

terhadap plak,selidiki

rasa gatal

Kolaborasi

Dapatkan spesimen

urine,darah,sputum sesuai

petunjuk untuk pewarnaan

gram,kultur dan

sensitivitas

Berikan obat anti infeksi

sesuai petunjuk

berlebihan dari organisme

oportunik

Depresi sistem imun dan

penggunaan dari antibiotik

dapat meningkatkan resiko

infeksi sekunder

Identifikasi terhadap portal

entry dan organisme penyebab

septisemia adalah penting

bagi efektivitas pengobatan

Dapat membasmi/memberikan

imunitas sementara untuk

infeksi

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat

metabolisme penyakit

Tujuan Umum :

- Pasien terhindar dari febris /suhu dalam batas normal

- Menghindari dari komplikasi akibat peningkatan suhu

tubuh

- Pasien merasa nyaman,kebutuhan istirahat dan tidur

terpenuhi

Tujuan Khusus:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh

pasien kembali normal

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh 36°c-37°c

- Tidak ada perubahan warna kulit dan pasien tidak

mengeluh pusing

- Nadi 100x/menit-120x/menit

- RR 30-60x/menit

Intervensi

Intervensi Rasional

Mandiri

Pantau suhu pasien (derajat

dan pola),perhatikan

menggigil dan diaforesis

Pantau suhu

lingkungan ,batasi/tambah

linen tempat tidur sesuai

indikasi

Beri kompres hangat hindari

penggunaan alkohol

Demam menunjukan proses

infeksius akut. Pola demam

dapat membantu dalam

diagnosis Menggigil sering

mendahului puncak suhu.

Suhu ruangan/jumlah selimut

harus diubah untuk

mempertahankan suhu

mendekati normal

Dapat membantu mengurangi

demam,alohol dapat

menyebabkan pasien merasa

Anjurkan pasien untuk banyak

minum

Tingkatkan sirkulasi udara

Kolaborasi

Berikan obat antipiretik

kedinginan

Mencegah dehidrasi serta

mempertahan jumlah cairan

tubuh dalam batas normal

Untuk menghindari udara yang

pengap serta mencegah

peningkatan suhu ruangan

Digunakan untuk mengurangi

demam dengan aksi sentralnya

pada hipotalamus

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC.

Hasan, Rusepno. 1986. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3. Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUI.

Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.Jakarta: FKUI.

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 2. Jakarta: EGC.

Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:Depkes RI.

Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar KeperawatanMaternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC

BAB I PENDAHULUAN

A. latar belakang

Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan padaBBLR.Infeksi juga lebih sering ditemukan pada bayi yang

lahir di Rumah Sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir

diluar Rumah sakit.Bayi baru lahir mendapat imunitas

trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari

ibunya.Sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang

berasal bukan hanya dari ibunya tetapi juga berasal dari

luar (nasokomial).Terhadap kuman yang disebut terakhir

ini bayi tidak mempunyai imunitas.Infeksi yang tidak

mendapat penanganan dan perawatan yang tepat akan

berakibat sepsis pada bayi tersebut.Dengan demikian

harus diperhatikan penanganan bayi baru lahir dengan

cara septic, hal demikian dimaksudkan agar bayi

terhindar dari infeksi.

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang

menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi

pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan

penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi

bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir

yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih

sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul

dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan

muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru

timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan

disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat

di rumah sakit).

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis dapat dibagi

atas dua yaitu.

1.Tujuan umum Untuk mendapatkan gambaran secara

menyeluruh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi

dengan sepsis

2.Tujuan khusus

a. Dapat melakukan pengkajian padabayi dengan sepsis.

b. Dapat mengindentifikasi masalah dan merumuskan

diagnosa keperawatan bayi

sepsis

c. Dapat merumuskan perencanaan keperawatan pada bayi

dengan sepsis

d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada bayi dengan

sepsis

e. Dapat mengevaluasi keperawatan sesuai dengan yang

diharapkan padabayi sepsis

C. Metode penulisan

Penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode

deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan secara

nyata dan objektif suatu kasus dengan menggunakan teknik

pengumpulan data dan menganalisa masalah serta

mengevaluasi. Metode penulisan ini dilakukan melalui :

Library Research yaitu mendapatkan tiori melalui

pemahaman literature yang ada hubungannya dengan judul

dan masalah yang dibahas.

D. Sistematika penulisan

Untuk lebih terarah penulisan dan pembahasan karyat tulis

ini maka sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yaitu.

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan, dan sisitematika penulisan.

BAB II : Konsep dasar meliputi pengertian patofisiologis,

etiologi, patologi dan patogenesa dan asuhan keperawatan

pada bayi dengan sepsis

BAB III : Asuhan keperwatan yang terdiri dari:

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan,dan rasionalisasi

BAB IV : Penutup, merumuskan kesimpulan dan dasar

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi

yang menyebar melalui darah dan meyebar ke jaringan

lain.bakteri masuk ke tubuh bayi kemudian

menginfeksinya.Produk infeksi bakteri yaitu endotoksin

yang dapat meninbulkan berbagai rekasi biologic,yaitu :

a.Endotoksin dengan berbagai mekanisme menyebabkan

penurunan tekanan darah

b.Endotoksin menimbulkan reaksi febris

c.Endotoksin menimbulkan leucopenia yang kemudian

diikuti oleh leukositosis

d.Endotoksin menyebabkan trombositopenia

e.Endotoksin menimbulkan perubahan metabolisme

karbohidrat dan protein

Sehingga bila penanganan dan perawatan yang

diberikan tidak tepat dapat menimbulkan kematian pada

pasien.

Mikroorganisme penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan

3. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan

ASUHAN KEPERAWATANSEPSIS NEONATORUM

DISUSUN OLEH

KETUA : ZAENAL ARIFIN

ANGGOTA : ABDUL SUBUR

AHMAD HAPIDZ

WATI SUWARTA

TATAT PERMANA

STIKES KHARISMA KARAWANGPRODI D3 KEPERAWATAN

KELAS KARYAWAN