1744290027 jurusan : teknik industri semester : 6 mata kuliah ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of 1744290027 jurusan : teknik industri semester : 6 mata kuliah ...
NAMA : FEBRIYANI NUR AZIZAH
NIM : 1744290027
JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI
SEMESTER : 6
MATA KULIAH : PATENT
DOSEN : NURSINA, SH., MM
FAKULTAS : TEKNIK
Tugas :
Carilah kasus tentang hak paten dan hak cipta dan bagaimana putusan
penyelesaian masalah !
Jawab :
Kasus Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Contoh kasus :
Perkara gugatan pelanggaran hak cipta logo cap jempol pada kemasan
produk mesin cuci merek TCL bakal berlanjut ke Mahkamah Agung setelah
pengusaha Junaide Sasongko melalui kuasa hukumnya mengajukan kasasi. "Kita
akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA), rencana besok (hari ini) akan
kami daftarkan," kata Angga Brata Rosihan, kuasa hukum Junaide. Meskipun
kasasi ke MA, Angga enggan berkomentar lebih lanjut terkait pertimbangan
majelis hakim yang tidak menerima gugatan kliennya itu. "Kami akan menyiapkan
bukti-bukti yang nanti akan kami tunjukan dalam kasasi," ujarnya. Sebelumnya,
majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengatakan tidak dapat menerima
gugatan Junaide terhadap Nurtjahja Tanudi-sastro, pemilik PT Ansa Mandiri
Pratama, distributor dan perakit produk mesin cuci merek TCL di Indonesia.
Putusan penyelesaian masalah :
Pertimbangan majelis hakim menolak gugatan tersebut antara lain
gugatan itu salah pihak (error in persona). Kuasa hukum tergugat, Andi
Simangunsong, menyambut gembira putusan Pengadilan Niaga tersebut.
Menurut dia, adanya putusan itu membuktikan tidak terdapat pelanggaran hak
cipta atas peng-gunaan logo cap jempol pada produk TCL di Indonesia.
Sebelumnya, Junaide menggugat Nurtjahja karena menilai pemilik dari
perusahaan distributor dan perakit produk TCL di Indonesia itu telah
menggunakan logo cap jempol pada kemasan mesin cuci merek TCL tanpa izin.
Dalam gugatanya itu. penggugat menuntut ganti rugi sebesar Rp 144 miliar.
Penggugat mengklaim pihaknya sebagai pemilik hak eksklusif atas logo
cap jempol. Pasalnya dia mengklaim pemegang sertifikat hak cipta atas gambar
jempol dengan judul garansi di bawah No.-C00200708581 yang dicatat dan
diumumkan untuk pertama kalinya pada 18 Juni 2007. Junaide diketahui pernah
bekerja di TCL China yang memproduksi AC merek TCL sekitar pada 2000-2007.
Pada 2005. Junaide mempunya ide untuk menaikkan kepercayaan masyarakat
terhadap produk TCL dengan membuat gambar jempol yang di bawahnya ditulis
garansi. Menurut dia, Nurtjahja telah melanggar Pasal 56 dan Pasal 57 UU No. 19
tahun 2002 tentang Hak Cipta. Untuk itu Junaide menuntut ganti rugi materiel
sebesar Rpl2 miliar dan imateriel sebesar Rp 120 miliar.
Kasus Hak Paten
Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara atau
pemerintah kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Kalau
seorang yang secara sendiri atau beberapa orang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan kedalam penelitian dan menemukan atau
menghasilkan invensi di bidang teknologi adalah seorang inventor. Sehingga
pemegang paten adalah inventor yang sebagai pemilik paten atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten. (Undang-undang
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2001 tentang paten)
Paten adalah hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil
penemuannya dibidang teknologi atas hasil penelitiannya sendiri atau orang lain
dengan persetujuannya.
Sedangkan seseorang atau beberapa orang yang melakukan penelitian
dan menemukan suatu temuan (invensi) dalam bidang teknologi dinamakan
inventor. Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang
menerima hak tersebut dan terdaftar dalam Daftar Umum Paten.
Ada 2 macam sistem pendaftaran Paten yaitu:
1. Sistem first to file yaitu memberikan hak paten bagi yang mendaftar pertama
atas invensi baru sesuai persyaratan.
2. Sistem first to invent adalah sistem yang memberikan hak paten bagi yang
menemukan inovasi pertama kali sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Indonesia menggunakan sistem, yang pertama penemuan yang tidak dapat
dipatenkan:
Proses atau produk yang pembuatan maupun penggunaannya bertentangan
dengan peraturan perundangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum
dan kesusilaan, sebagai contoh bahan peledak.
Metode pemeriksaan, perawatan pengobatan atau pembedahan yang
diterapkan pada manusia dan atau hewan.
Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika. Semua
makhluk hidup kecuali jasad renik, proses biologis yang esensial untuk
memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses mikrobiologis.
Contoh kasus :
Kasus sengketa Honda Karisma dan Tossa Krisma Pengucapan kata Krisma
dan Karisma hampir sama. Tapi, keduanya memiliki perbedaan. Krisma adalah
merek sepeda motor China buatan PT Tossa Sakti, sedangkan Karisma merek
sepeda motor produksi PT Astra Honda Motor. Sepeda motor merek Krisma
belum dikenal oleh masyarakat luas. Peredarannya masih terbatas di beberapa
wilayah saja. Kalaupun ada di Jakarta, jumlahnya relatif sedikit. Sepeda motor
China itu lebih mudah ditemukakan di beberapa kota di Jawa Tengah karena basis
produksinya memang berada di provinsi itu. Meskipun masih relatif kecil,
produsen sepeda motor itu sudah berani menantang PT Astra Honda Motor (PT
AHM)-yang sudah terkenal sebagai salah satu produsen sepeda motor terbesar di
Tanah Air-soal penggunaan merek dagang Karisma. PT AHM memang tidak bisa
dibandingkan dengan Tossa Krisma. Produksi sepeda motor Karisma PT AHM
setiap tahun mencapai 1.000.000 unit.
Pemasarannya pun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. PT AHM adalah
perusahaan joint venture sebagai produsen dan distributor sepeda motor
terbesar di Indonesia. Jumlah karyawannya pun mencapai sekitar 11.000 orang.
Perusahaan patungan itu juga telah memberikan konstribusi besar terhadap
perekonomian Indonesia seperti pembayaran pajak usaha, pajak pendapatan,
dan pajak penghasilan. Bisa dikatakan bahwa perusahaan itu merupakan salah
suatu aset nasional.
Masalahnya bukan pada perbandingan skala binis usaha mereka. Tapi,
perseteruan dua produsen sepeda motor itu terletak pada pertikaian hukum soal
kepemilikan merek dagang Karisma. Dua produsen sepeda motor itu terlibat
persengketaan merek dagang Karisma sejak Februari 2005. Cheng Sen Djiang
Gunawan Chandra, pemilik sepeda motor merek Krisma, melayangkan gugatan
kepada PT AHM melalui Pengadilan Niaga Jakarta. Dia diwakili oleh kuasa
hukumnya dari law firm Amroos & Partners.
PT AHM dituding oleh Gunawan menggunakan merek dagang Karisma tidak
sesuai dengan yang terdaftar di Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan Intelektual
Departemen Hukum dan HAM. Merek Karisma, Karisma 125 dan Karisma 125 D
terdafatar atas nama PT AHM pada Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual Departemen Hukum dan HAM di bawah nomor pendaftaran masing-
masing 520497, 520150 dan 520496 pada Oktober 2002. Merek Karisma 125 D
terdaftar untuk kelas/jenis barang 12, yang mencakup perlindungan untuk segala
macam peralatan atau kendaraan yang begerak di darat, udara dan atau air, suku
cadang serta asesorisnya yaitu sepeda, sepeda motor dan segala kendaraan roda
dua dan lain-lain. Perlindungan terhadap merek itu baru berakhir pada 2011.
Lubang hukum Merek Karisma yang terdaftar itu menggunakan karakter
huruf balok hitam putih, berdiri tegak dan hurufnya berdiri sendiri, tidak
menyambung satu sama lain. Sedangkan yang digunakan oleh PT AHM saat ini
adalah merek Karisma, yang susunan hurufnya miring dan warna warni. Ada
sentuhan seni dan desain pada karakter hurufnya. Tapi, justru hal itu menjadi
lubang hukum bagi Tossa Krisma untuk menggugat PT AHM.
Penyelesaian putusan masalah :
Setelah melalui beberapa kali sidang, majelis hakim yang diketuai oleh Agoes
Soebroto, hakim Pengadilan Niaga Jakarta pada awal pekan ini akhirnya
memutuskan untuk mengabulkan semua permohonan Gunawan Chandra.
Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan Gunawan antara lain PT
AHM tidak menggunakan merek Karisma sesuai dengan yang terdaftar pada
Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Departemen Hukum dan
HAM.
Artinya, merek Karisma yang sudah terdaftar di Direktorat Merk Ditjen HaKI
Departemen Hukum dan HAM atas nama PT AHM harus dihapus dari daftar,
sehingga produsen sepeda motor itu-jika vonis itu sudah memiliki kekuatan
hukum tetap-tidak boleh lagi menggunakan merek Karisma pada sepeda motor
Honda. PT AHM tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya terhadap putusan
pengadilan itu. "Sangat ironis bahwa pihak yang menciptakan desain dan seni
lukis justru tidak dilindungi hukum. Di manakah rasa keadilan hukum kita,"kata
Kristanto, head corporate communication PT AHM.
Menurut Kristanto, putusan hakim yang memenangkan Gunawan Chandra
pada sidang tahap pertama telah mengecewakan PT AHM. "Kami tidak bisa
menerima putusan majelis hakim pengadilan niaga. Kami akan melakukan upaya
hukum dengan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung." Putusan hakim
pengadilan tingkat pertama itu memang belum final karena PT AHM masih
memiliki hak untuk mengajukan keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung.
"Kami memandang putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap
dan kami masih mempunyai perlindungan hukum. Kami akan
mengkonsolidasikan dengan pihak lawyer," ujarnya.
PT AHM, katanya, berpendapat putusan majelis hakim tersebut akan menjadi
preseden buruk bagi iklim persaingan usaha di Indonesia di mana hal ini akan
membuka peluang bagi para penjiplak merek untuk menggunakan pasal 61 dan
63 Undang-Undang No.15/2002 tentang Merek sebagai sarana untuk melakukan
penyelundupan hukum. Pasal 61 Ayat 2b berbunyi: Penghapusan pendaftaran
merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika; merek digunakan
untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa
yang dimohonkan pendaftaran termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai
dengan merek yang didaftar. Pasal 63 berbunyi: Penghapusan pendaftaran merek
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat 2 huruf a dan b
dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada pengadilan
niaga. Kristanto menambahkan bahwa dalam keputusannya majelis hakim tidak
mempertimbangkan fakta bahwa PT Tossa Shakti diduga merupakan pihak ketiga
yang beritikad tidak baik. Sebelumnya, katanya, Gunawan Chandra juga sempat
menjiplak mentah-mentah merek Karisma untuk sepeda motornya. Tapi, setelah
ditegur, akhirnya dia membuat surat pernyataan yang antara lain isinya minta
maaf dan menarik penggunaan merek itu. "Sekarang dia [Gunawan Chandra]
menggunakan merek dagang Krisma, yang bunyinya sama dengan Karisma milik
Honda. Ini jelas ada itikad tidak baiknya,"kata Kristanto.
Hakim, lanjut Kristanto, tidak mempertimbangkan segala usaha seperti
promosi dll yang telah dilakukan oleh PT AHM selaku pihak yang menciptakan
desain dan dan seni lukis dari Karisma sebagai merek sepeda motor Honda.
Dampak psikologis Putusan pengadilan telah menimbulkan dampak psikologis
kepada para konsumen Honda. "Dampak psikologis itu jelas ada, tapi susah
diukur. Yang jelas, putusan hakim itu pasti ada pengaruhnya ke konsumen
Honda." Rahman, salah seorang konsumen sepeda motor merek Honda Karisma
mengaku kaget mengetahui merek Karisma yang dipakai Honda kalah di
pengadilan niaga oleh merek motor Krisma. Dia menilai persoalan hukum yang
tengah dihadapi oleh PT AHM sedikit banyak akan berpengaruh pada image
produk andalan Honda di kelas 125 cc. Namun demikian, menurut Rahman,
secara perlahan pasar Karisma memang akan tergerus oleh produk terbaru yang
belum lama ini dirilis PT Astra Honda Motor, yaitu Honda Supra X125. Dia menilai
motor bebek ini sebenarnya memiliki basis mesin yang sama dengan Karisma
saudara tuanya. "Saya kira Supra X125 cc ini bagian dari branding yang dilakukan
Honda. Tapi saya juga tidak tahu, apakah produk ini khusus disiapkan untuk
mengantisipasi persoalan hukum yang tengah dihadapi Karisma?" ujarnya
bertanya-tanya. Terlepas dari persoalan hukum yang membelit Karisma, dia
memprediksi harga sepeda motor Karisma seken alias bekas dipastikan akan
turun di pasaran. Namun dia menegaskan hal itu bukan dipicu oleh persoalan
hukum dengan motor China Krisma. "Koreksi harga terhadap Karisma, semata-
mata terjadi karena munculnya Honda Supra X 125 yang sama-sama diproduksi
Honda,"katanya. Rahman sempat ragu mengenai nasib motor Karisma yang dia
beli dua tahun lalu. Dia bertanya apakah motor Karisma yang sudah beredar di
pasar akan ditarik dari pasar atau Honda malah akan meghentikan produksi
merek motor ini. Dia agak lega saat diberi tahu masih ada peluang bagi Karisma
menang di pengadilan karena PT AHM telah mengajukan kasasi atas putusan
Pengadilan Niaga Jakpus. "Jika ada rezeki saya berencana akan ganti dengan
Supra X yang terbaru," ungkapnya.
Di segmen motor bermesin 125 cc, Honda melalui Karisma X tahun lalu
membukukan angka penjualan rata-rata 57.500 unit per bulan atau dengan
pangsa pasar motor 125cc sebesar 61%. Melalui model terbaru Supra X 125cc
yang dipasarkan dengan harga mulai Rp12,5 juta (on the road), AHM
menargetkan peningkatan penguasaan pangsa pasar di segmen ini menjadi 71%.
Selain kedua merek tersebut, Honda saat ini memasarkan sepeda motor jenis
bebek lain yaitu Supra Fit 100cc. Sementra di segmen sport, Honda memiliki Tiger
200cc, GL Max, dan Mega Pro 160cc. Merek Supra X sebelumnya dikenal
masyarakat untuk motor bebek Honda yang bermesin 100 cc. Namun sejak merilis
Supra X125 CC, Supra X 100 cc tidak lagi diproduksi. PT AHM menunjuk Amris
Pulungan, praktisi dari kantor hukum Pulungan Winston & Partners CONTOH II
SENGKETA MEREK DAGANG INTERNASIONAL KASUS POSISI
- Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd, yang berkantor pusat di 60 B Martin Road
05-05/06 Singapore, Warehouse Singapore 0923 adalah pemakai pertama merek
“LOTTO” untuk barang-barang pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana
panjang, roks pan, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga,
baju olah raga, kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi.
- Merek dagang “LOTTO” ini terdaftar di Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman tanggal 29/6/1979, dengan No. 137430 dan No. 191962
tanggal 4/3/1985. - Pada 1984 Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen
Kehakiman telah menerima pendaftaran merek “LOTTO” yang diajukan oleh Hadi
Darsono untuk jenis barang handuk dan sapu tangan dengan No. 187.824 pada
tanggal 6/11/1984, pendaftaran merek LOTTO untuk kedua barang tersebut
tercantum dalam tambahan Berita Negara RI No. 8/1984 tanggal 25/5/1987. -
Penggunaan merek “LOTTO” oleh Hadi Darsono hampir sama dengan merek yang
digunakan pada barang-barang produksi PTE Ltd.
- Walaupun Hadi menggunakan merek LOTTO untuk barang-barang yang
tidak termasuk dalam produk-produk Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd., namun
kesamaan merek LOTTO tersebut dinilai amat merugikannya. - Akhirnya pihak
Newk Plus Four Far East Ltd Singapore, mengajukan gugatan perdata di
pengadilan terhadap Hadi Darsono sebagai Tergugat I dan Direktorat Paten dan
Hak Cipta Departemen Kehakiman (Bagian Merek-merek) sebagai Tergugat II.
- Pihak Penggugat mengajukan tuntutan (petitum) yang isi pokoknya sebagai
berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sebagai hukum bahwa Penggugat sebagai pemakai pertama
di Indonesia atas merek dagang LOTTO dan karena itu mempunyai hak
tunggal/khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia;
3. Menyatakan bahwa merek LOTTO milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan
pada Tergugat II dengan nomor register 187824, adalah sama dengan merek
Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata maupun suara, dan oleh karena itu
dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang
asal-usul dan kwalitas barang-barang;
4. Menyatakan batal, atau setidak-tidaknya membatalkan pendaftaran
merek dengan register nomor 187824 dalam daftar umum atas nama Tergugat I,
dengan segala akibat hukumnya;
5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati keputusan ini dengan
membatalkan pendaftaran merek dengan nomor reg. 187824 dalam daftar
umum;
6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara;
7. Atau menurut kebijaksanaan Hakim. PENGADILAN NEGERI - Hakim
pertama memberi pertimbangan sebagai berikut:
- Dari bukti P1 dan P2 terbukti bahwa “Merek LOTTO” milik Penggugat,
terdaftar No. 137.430 dan W 191.962 untuk melindungi jenis barang-barang:
pakaian jadi, kemeja, dll.
- Dari bukti P3 diketahui bahwa merek Tergugat I dengan kata “LOTTO” telah
terdaftar pada Direktorat Paten dan Hak Cipta dengan No. 187.824 untuk
melindungi jenis barang handuk dan sapu tangan.
- Pasal 2(1) UU Merek tahun 1961 menentukan, hak atas suatu merek
berlaku hanya untuk barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dibubuhi
merek itu.
- Menurut pasal 10(1) UU Merek tahun 1961 tuntutan pembatalan merek
hanya dibenarkan untuk barang-barang sejenis.
- Tujuan UU merek tahun 1961 khususnya pasal 10(1) adalah untuk
melindungi masyarakat konsumen agar konsumen tidak terperosok pada asal-
usul barang sejenis yang memakai merek yang mengandung persamaan.
- Menurut pendapat Majelis, walaupun bunyi dari kedua merek Penggugat
dan Tergugat I tersebut sama yaitu LOTTO, tetapi pihak konsumen tidak akan
dikaburkan dengan asal-usul barang tersebut, karena jenis barang yang dilindungi
adalah merek Penggugat sangat berbeda dengan jenis barang yang dilindungi
oleh merek Tergugat I.
- Jurisprudensi yang tetap antara lain Putusan MA-RI No. 2932 K/Sip/1982
tanggal 31/8/1983, serta No. 3156 K/Pdt/1986 tanggal 28/4/1988, berisi:
menolak pembatalan pendaftaran merek dari barang yang tidak sejenis. - Pasal 1
SK Menteri Kehakiman No. M-02-HC-01-01 tahun 1987 tanggal 15/6/1987
menyatakan merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan
dipakai di wilayah Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis barang
tertentu.
- Majelis berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat tidak cukup berlasan,
karenanya gugatan Penggugat harus ditolak. MAHKAMAH AGUNG RI
- Penggugat menolak putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan
mengajukan permohonan kasasi dengan alasan Pengadilan Negeri salah
menerapkan hukum, karena menolak gugatan Penggugat. Pengadilan Negeri
mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari
merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu,
Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat
membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.
- Mohon Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam perkara
merek terkenal Seven Up - LANVIN - DUNHILL: MA-RI No. 689 K/SIP/1983 dan MA-
RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu pendaftaran merek
dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam keseluruhan dengan
suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan, walaupun untuk barang
yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek dagang terkenal. Pengadilan
tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan Tergugat I, tidak
saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban umum di bidang
perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.
- Mahkamah Agung setelah memeriksa perkara ini dalam putusannya
berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum sehingga putusannya
harus dibatalkan selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara
ini.
- Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang
intinya sebagai berikut:
- Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO
di Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan 4-
3-1985.
- Merek LOTTO secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai
merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk
melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta
perlengkapannya.
- Merek LOTTO, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan
saputangan, pada 6 Oktober 1984.
- Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan
Tergugat I berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang
didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang. Dengan
mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang sejenis i.c
kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama, dengan kelompok
barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah Agung menyimpulkan
Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan keuntungan dengan cara
menumpang keterkenalan satu merek yang telah ada dan beredar di masyarakat.
Hal ini berarti Tergugat I dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan
merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur,
tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.
- Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung
memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut:
- Mengadili:
- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
- Mengadili Sendiri:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek
dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus untuk
memakai merek tersebut di Indonesia.
3. Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan
pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama dengan merek
Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara, dan oleh karena itu
dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang
asal-usul dan kualitas barang.
4. Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar
umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.
5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan
membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam daftar
umum.
6. dst CATATAN - Dari putusan Mahkamah Agung tesebut di atas dapat
diangkat “abstrak hukum” sebagai berikut:
- Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta
Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini
mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan
merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,
walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal
tersebut berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia
internasional.
- Kaidah hukum di atas sudah merupakan jurisprudensi tetap dari Mahkamah
Agung.
- Demikian catatan dari kasus ini.