1744290027 jurusan : teknik industri semester : 6 mata kuliah ...

12
NAMA : FEBRIYANI NUR AZIZAH NIM : 1744290027 JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI SEMESTER : 6 MATA KULIAH : PATENT DOSEN : NURSINA, SH., MM FAKULTAS : TEKNIK

Transcript of 1744290027 jurusan : teknik industri semester : 6 mata kuliah ...

NAMA : FEBRIYANI NUR AZIZAH

NIM : 1744290027

JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI

SEMESTER : 6

MATA KULIAH : PATENT

DOSEN : NURSINA, SH., MM

FAKULTAS : TEKNIK

Tugas :

Carilah kasus tentang hak paten dan hak cipta dan bagaimana putusan

penyelesaian masalah !

Jawab :

Kasus Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Contoh kasus :

Perkara gugatan pelanggaran hak cipta logo cap jempol pada kemasan

produk mesin cuci merek TCL bakal berlanjut ke Mahkamah Agung setelah

pengusaha Junaide Sasongko melalui kuasa hukumnya mengajukan kasasi. "Kita

akan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA), rencana besok (hari ini) akan

kami daftarkan," kata Angga Brata Rosihan, kuasa hukum Junaide. Meskipun

kasasi ke MA, Angga enggan berkomentar lebih lanjut terkait pertimbangan

majelis hakim yang tidak menerima gugatan kliennya itu. "Kami akan menyiapkan

bukti-bukti yang nanti akan kami tunjukan dalam kasasi," ujarnya. Sebelumnya,

majelis hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengatakan tidak dapat menerima

gugatan Junaide terhadap Nurtjahja Tanudi-sastro, pemilik PT Ansa Mandiri

Pratama, distributor dan perakit produk mesin cuci merek TCL di Indonesia.

Putusan penyelesaian masalah :

Pertimbangan majelis hakim menolak gugatan tersebut antara lain

gugatan itu salah pihak (error in persona). Kuasa hukum tergugat, Andi

Simangunsong, menyambut gembira putusan Pengadilan Niaga tersebut.

Menurut dia, adanya putusan itu membuktikan tidak terdapat pelanggaran hak

cipta atas peng-gunaan logo cap jempol pada produk TCL di Indonesia.

Sebelumnya, Junaide menggugat Nurtjahja karena menilai pemilik dari

perusahaan distributor dan perakit produk TCL di Indonesia itu telah

menggunakan logo cap jempol pada kemasan mesin cuci merek TCL tanpa izin.

Dalam gugatanya itu. penggugat menuntut ganti rugi sebesar Rp 144 miliar.

Penggugat mengklaim pihaknya sebagai pemilik hak eksklusif atas logo

cap jempol. Pasalnya dia mengklaim pemegang sertifikat hak cipta atas gambar

jempol dengan judul garansi di bawah No.-C00200708581 yang dicatat dan

diumumkan untuk pertama kalinya pada 18 Juni 2007. Junaide diketahui pernah

bekerja di TCL China yang memproduksi AC merek TCL sekitar pada 2000-2007.

Pada 2005. Junaide mempunya ide untuk menaikkan kepercayaan masyarakat

terhadap produk TCL dengan membuat gambar jempol yang di bawahnya ditulis

garansi. Menurut dia, Nurtjahja telah melanggar Pasal 56 dan Pasal 57 UU No. 19

tahun 2002 tentang Hak Cipta. Untuk itu Junaide menuntut ganti rugi materiel

sebesar Rpl2 miliar dan imateriel sebesar Rp 120 miliar.

Kasus Hak Paten

Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara atau

pemerintah kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Kalau

seorang yang secara sendiri atau beberapa orang secara bersama-sama

melaksanakan ide yang dituangkan kedalam penelitian dan menemukan atau

menghasilkan invensi di bidang teknologi adalah seorang inventor. Sehingga

pemegang paten adalah inventor yang sebagai pemilik paten atau pihak yang

menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih

lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten. (Undang-undang

Republik Indonesia nomor 14 tahun 2001 tentang paten)

Paten adalah hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil

penemuannya dibidang teknologi atas hasil penelitiannya sendiri atau orang lain

dengan persetujuannya.

Sedangkan seseorang atau beberapa orang yang melakukan penelitian

dan menemukan suatu temuan (invensi) dalam bidang teknologi dinamakan

inventor. Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang

menerima hak tersebut dan terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

Ada 2 macam sistem pendaftaran Paten yaitu:

1. Sistem first to file yaitu memberikan hak paten bagi yang mendaftar pertama

atas invensi baru sesuai persyaratan.

2. Sistem first to invent adalah sistem yang memberikan hak paten bagi yang

menemukan inovasi pertama kali sesuai persyaratan yang telah ditentukan.

Indonesia menggunakan sistem, yang pertama penemuan yang tidak dapat

dipatenkan:

Proses atau produk yang pembuatan maupun penggunaannya bertentangan

dengan peraturan perundangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum

dan kesusilaan, sebagai contoh bahan peledak.

Metode pemeriksaan, perawatan pengobatan atau pembedahan yang

diterapkan pada manusia dan atau hewan.

Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika. Semua

makhluk hidup kecuali jasad renik, proses biologis yang esensial untuk

memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses mikrobiologis.

Contoh kasus :

Kasus sengketa Honda Karisma dan Tossa Krisma Pengucapan kata Krisma

dan Karisma hampir sama. Tapi, keduanya memiliki perbedaan. Krisma adalah

merek sepeda motor China buatan PT Tossa Sakti, sedangkan Karisma merek

sepeda motor produksi PT Astra Honda Motor. Sepeda motor merek Krisma

belum dikenal oleh masyarakat luas. Peredarannya masih terbatas di beberapa

wilayah saja. Kalaupun ada di Jakarta, jumlahnya relatif sedikit. Sepeda motor

China itu lebih mudah ditemukakan di beberapa kota di Jawa Tengah karena basis

produksinya memang berada di provinsi itu. Meskipun masih relatif kecil,

produsen sepeda motor itu sudah berani menantang PT Astra Honda Motor (PT

AHM)-yang sudah terkenal sebagai salah satu produsen sepeda motor terbesar di

Tanah Air-soal penggunaan merek dagang Karisma. PT AHM memang tidak bisa

dibandingkan dengan Tossa Krisma. Produksi sepeda motor Karisma PT AHM

setiap tahun mencapai 1.000.000 unit.

Pemasarannya pun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. PT AHM adalah

perusahaan joint venture sebagai produsen dan distributor sepeda motor

terbesar di Indonesia. Jumlah karyawannya pun mencapai sekitar 11.000 orang.

Perusahaan patungan itu juga telah memberikan konstribusi besar terhadap

perekonomian Indonesia seperti pembayaran pajak usaha, pajak pendapatan,

dan pajak penghasilan. Bisa dikatakan bahwa perusahaan itu merupakan salah

suatu aset nasional.

Masalahnya bukan pada perbandingan skala binis usaha mereka. Tapi,

perseteruan dua produsen sepeda motor itu terletak pada pertikaian hukum soal

kepemilikan merek dagang Karisma. Dua produsen sepeda motor itu terlibat

persengketaan merek dagang Karisma sejak Februari 2005. Cheng Sen Djiang

Gunawan Chandra, pemilik sepeda motor merek Krisma, melayangkan gugatan

kepada PT AHM melalui Pengadilan Niaga Jakarta. Dia diwakili oleh kuasa

hukumnya dari law firm Amroos & Partners.

PT AHM dituding oleh Gunawan menggunakan merek dagang Karisma tidak

sesuai dengan yang terdaftar di Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan Intelektual

Departemen Hukum dan HAM. Merek Karisma, Karisma 125 dan Karisma 125 D

terdafatar atas nama PT AHM pada Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan

Intelektual Departemen Hukum dan HAM di bawah nomor pendaftaran masing-

masing 520497, 520150 dan 520496 pada Oktober 2002. Merek Karisma 125 D

terdaftar untuk kelas/jenis barang 12, yang mencakup perlindungan untuk segala

macam peralatan atau kendaraan yang begerak di darat, udara dan atau air, suku

cadang serta asesorisnya yaitu sepeda, sepeda motor dan segala kendaraan roda

dua dan lain-lain. Perlindungan terhadap merek itu baru berakhir pada 2011.

Lubang hukum Merek Karisma yang terdaftar itu menggunakan karakter

huruf balok hitam putih, berdiri tegak dan hurufnya berdiri sendiri, tidak

menyambung satu sama lain. Sedangkan yang digunakan oleh PT AHM saat ini

adalah merek Karisma, yang susunan hurufnya miring dan warna warni. Ada

sentuhan seni dan desain pada karakter hurufnya. Tapi, justru hal itu menjadi

lubang hukum bagi Tossa Krisma untuk menggugat PT AHM.

Penyelesaian putusan masalah :

Setelah melalui beberapa kali sidang, majelis hakim yang diketuai oleh Agoes

Soebroto, hakim Pengadilan Niaga Jakarta pada awal pekan ini akhirnya

memutuskan untuk mengabulkan semua permohonan Gunawan Chandra.

Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan Gunawan antara lain PT

AHM tidak menggunakan merek Karisma sesuai dengan yang terdaftar pada

Direktorat Merek Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Departemen Hukum dan

HAM.

Artinya, merek Karisma yang sudah terdaftar di Direktorat Merk Ditjen HaKI

Departemen Hukum dan HAM atas nama PT AHM harus dihapus dari daftar,

sehingga produsen sepeda motor itu-jika vonis itu sudah memiliki kekuatan

hukum tetap-tidak boleh lagi menggunakan merek Karisma pada sepeda motor

Honda. PT AHM tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya terhadap putusan

pengadilan itu. "Sangat ironis bahwa pihak yang menciptakan desain dan seni

lukis justru tidak dilindungi hukum. Di manakah rasa keadilan hukum kita,"kata

Kristanto, head corporate communication PT AHM.

Menurut Kristanto, putusan hakim yang memenangkan Gunawan Chandra

pada sidang tahap pertama telah mengecewakan PT AHM. "Kami tidak bisa

menerima putusan majelis hakim pengadilan niaga. Kami akan melakukan upaya

hukum dengan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung." Putusan hakim

pengadilan tingkat pertama itu memang belum final karena PT AHM masih

memiliki hak untuk mengajukan keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung.

"Kami memandang putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap

dan kami masih mempunyai perlindungan hukum. Kami akan

mengkonsolidasikan dengan pihak lawyer," ujarnya.

PT AHM, katanya, berpendapat putusan majelis hakim tersebut akan menjadi

preseden buruk bagi iklim persaingan usaha di Indonesia di mana hal ini akan

membuka peluang bagi para penjiplak merek untuk menggunakan pasal 61 dan

63 Undang-Undang No.15/2002 tentang Merek sebagai sarana untuk melakukan

penyelundupan hukum. Pasal 61 Ayat 2b berbunyi: Penghapusan pendaftaran

merek atas prakarsa Direktorat Jenderal dapat dilakukan jika; merek digunakan

untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa

yang dimohonkan pendaftaran termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai

dengan merek yang didaftar. Pasal 63 berbunyi: Penghapusan pendaftaran merek

berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat 2 huruf a dan b

dapat pula diajukan oleh pihak ketiga dalam bentuk gugatan kepada pengadilan

niaga. Kristanto menambahkan bahwa dalam keputusannya majelis hakim tidak

mempertimbangkan fakta bahwa PT Tossa Shakti diduga merupakan pihak ketiga

yang beritikad tidak baik. Sebelumnya, katanya, Gunawan Chandra juga sempat

menjiplak mentah-mentah merek Karisma untuk sepeda motornya. Tapi, setelah

ditegur, akhirnya dia membuat surat pernyataan yang antara lain isinya minta

maaf dan menarik penggunaan merek itu. "Sekarang dia [Gunawan Chandra]

menggunakan merek dagang Krisma, yang bunyinya sama dengan Karisma milik

Honda. Ini jelas ada itikad tidak baiknya,"kata Kristanto.

Hakim, lanjut Kristanto, tidak mempertimbangkan segala usaha seperti

promosi dll yang telah dilakukan oleh PT AHM selaku pihak yang menciptakan

desain dan dan seni lukis dari Karisma sebagai merek sepeda motor Honda.

Dampak psikologis Putusan pengadilan telah menimbulkan dampak psikologis

kepada para konsumen Honda. "Dampak psikologis itu jelas ada, tapi susah

diukur. Yang jelas, putusan hakim itu pasti ada pengaruhnya ke konsumen

Honda." Rahman, salah seorang konsumen sepeda motor merek Honda Karisma

mengaku kaget mengetahui merek Karisma yang dipakai Honda kalah di

pengadilan niaga oleh merek motor Krisma. Dia menilai persoalan hukum yang

tengah dihadapi oleh PT AHM sedikit banyak akan berpengaruh pada image

produk andalan Honda di kelas 125 cc. Namun demikian, menurut Rahman,

secara perlahan pasar Karisma memang akan tergerus oleh produk terbaru yang

belum lama ini dirilis PT Astra Honda Motor, yaitu Honda Supra X125. Dia menilai

motor bebek ini sebenarnya memiliki basis mesin yang sama dengan Karisma

saudara tuanya. "Saya kira Supra X125 cc ini bagian dari branding yang dilakukan

Honda. Tapi saya juga tidak tahu, apakah produk ini khusus disiapkan untuk

mengantisipasi persoalan hukum yang tengah dihadapi Karisma?" ujarnya

bertanya-tanya. Terlepas dari persoalan hukum yang membelit Karisma, dia

memprediksi harga sepeda motor Karisma seken alias bekas dipastikan akan

turun di pasaran. Namun dia menegaskan hal itu bukan dipicu oleh persoalan

hukum dengan motor China Krisma. "Koreksi harga terhadap Karisma, semata-

mata terjadi karena munculnya Honda Supra X 125 yang sama-sama diproduksi

Honda,"katanya. Rahman sempat ragu mengenai nasib motor Karisma yang dia

beli dua tahun lalu. Dia bertanya apakah motor Karisma yang sudah beredar di

pasar akan ditarik dari pasar atau Honda malah akan meghentikan produksi

merek motor ini. Dia agak lega saat diberi tahu masih ada peluang bagi Karisma

menang di pengadilan karena PT AHM telah mengajukan kasasi atas putusan

Pengadilan Niaga Jakpus. "Jika ada rezeki saya berencana akan ganti dengan

Supra X yang terbaru," ungkapnya.

Di segmen motor bermesin 125 cc, Honda melalui Karisma X tahun lalu

membukukan angka penjualan rata-rata 57.500 unit per bulan atau dengan

pangsa pasar motor 125cc sebesar 61%. Melalui model terbaru Supra X 125cc

yang dipasarkan dengan harga mulai Rp12,5 juta (on the road), AHM

menargetkan peningkatan penguasaan pangsa pasar di segmen ini menjadi 71%.

Selain kedua merek tersebut, Honda saat ini memasarkan sepeda motor jenis

bebek lain yaitu Supra Fit 100cc. Sementra di segmen sport, Honda memiliki Tiger

200cc, GL Max, dan Mega Pro 160cc. Merek Supra X sebelumnya dikenal

masyarakat untuk motor bebek Honda yang bermesin 100 cc. Namun sejak merilis

Supra X125 CC, Supra X 100 cc tidak lagi diproduksi. PT AHM menunjuk Amris

Pulungan, praktisi dari kantor hukum Pulungan Winston & Partners CONTOH II

SENGKETA MEREK DAGANG INTERNASIONAL KASUS POSISI

- Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd, yang berkantor pusat di 60 B Martin Road

05-05/06 Singapore, Warehouse Singapore 0923 adalah pemakai pertama merek

“LOTTO” untuk barang-barang pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana

panjang, roks pan, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga,

baju olah raga, kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi.

- Merek dagang “LOTTO” ini terdaftar di Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departemen Kehakiman tanggal 29/6/1979, dengan No. 137430 dan No. 191962

tanggal 4/3/1985. - Pada 1984 Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen

Kehakiman telah menerima pendaftaran merek “LOTTO” yang diajukan oleh Hadi

Darsono untuk jenis barang handuk dan sapu tangan dengan No. 187.824 pada

tanggal 6/11/1984, pendaftaran merek LOTTO untuk kedua barang tersebut

tercantum dalam tambahan Berita Negara RI No. 8/1984 tanggal 25/5/1987. -

Penggunaan merek “LOTTO” oleh Hadi Darsono hampir sama dengan merek yang

digunakan pada barang-barang produksi PTE Ltd.

- Walaupun Hadi menggunakan merek LOTTO untuk barang-barang yang

tidak termasuk dalam produk-produk Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd., namun

kesamaan merek LOTTO tersebut dinilai amat merugikannya. - Akhirnya pihak

Newk Plus Four Far East Ltd Singapore, mengajukan gugatan perdata di

pengadilan terhadap Hadi Darsono sebagai Tergugat I dan Direktorat Paten dan

Hak Cipta Departemen Kehakiman (Bagian Merek-merek) sebagai Tergugat II.

- Pihak Penggugat mengajukan tuntutan (petitum) yang isi pokoknya sebagai

berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sebagai hukum bahwa Penggugat sebagai pemakai pertama

di Indonesia atas merek dagang LOTTO dan karena itu mempunyai hak

tunggal/khusus untuk memakai merek tersebut di Indonesia;

3. Menyatakan bahwa merek LOTTO milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan

pada Tergugat II dengan nomor register 187824, adalah sama dengan merek

Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata maupun suara, dan oleh karena itu

dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang

asal-usul dan kwalitas barang-barang;

4. Menyatakan batal, atau setidak-tidaknya membatalkan pendaftaran

merek dengan register nomor 187824 dalam daftar umum atas nama Tergugat I,

dengan segala akibat hukumnya;

5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati keputusan ini dengan

membatalkan pendaftaran merek dengan nomor reg. 187824 dalam daftar

umum;

6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara;

7. Atau menurut kebijaksanaan Hakim. PENGADILAN NEGERI - Hakim

pertama memberi pertimbangan sebagai berikut:

- Dari bukti P1 dan P2 terbukti bahwa “Merek LOTTO” milik Penggugat,

terdaftar No. 137.430 dan W 191.962 untuk melindungi jenis barang-barang:

pakaian jadi, kemeja, dll.

- Dari bukti P3 diketahui bahwa merek Tergugat I dengan kata “LOTTO” telah

terdaftar pada Direktorat Paten dan Hak Cipta dengan No. 187.824 untuk

melindungi jenis barang handuk dan sapu tangan.

- Pasal 2(1) UU Merek tahun 1961 menentukan, hak atas suatu merek

berlaku hanya untuk barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dibubuhi

merek itu.

- Menurut pasal 10(1) UU Merek tahun 1961 tuntutan pembatalan merek

hanya dibenarkan untuk barang-barang sejenis.

- Tujuan UU merek tahun 1961 khususnya pasal 10(1) adalah untuk

melindungi masyarakat konsumen agar konsumen tidak terperosok pada asal-

usul barang sejenis yang memakai merek yang mengandung persamaan.

- Menurut pendapat Majelis, walaupun bunyi dari kedua merek Penggugat

dan Tergugat I tersebut sama yaitu LOTTO, tetapi pihak konsumen tidak akan

dikaburkan dengan asal-usul barang tersebut, karena jenis barang yang dilindungi

adalah merek Penggugat sangat berbeda dengan jenis barang yang dilindungi

oleh merek Tergugat I.

- Jurisprudensi yang tetap antara lain Putusan MA-RI No. 2932 K/Sip/1982

tanggal 31/8/1983, serta No. 3156 K/Pdt/1986 tanggal 28/4/1988, berisi:

menolak pembatalan pendaftaran merek dari barang yang tidak sejenis. - Pasal 1

SK Menteri Kehakiman No. M-02-HC-01-01 tahun 1987 tanggal 15/6/1987

menyatakan merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan

dipakai di wilayah Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis barang

tertentu.

- Majelis berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat tidak cukup berlasan,

karenanya gugatan Penggugat harus ditolak. MAHKAMAH AGUNG RI

- Penggugat menolak putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan

mengajukan permohonan kasasi dengan alasan Pengadilan Negeri salah

menerapkan hukum, karena menolak gugatan Penggugat. Pengadilan Negeri

mengesampingkan kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari

merek LOTTO di Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan

perlindungan hukum menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu,

Tergugat I tidak dapat mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat

membuktikan keaslian bukti-bukti yang diajukannya.

- Mohon Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam perkara

merek terkenal Seven Up - LANVIN - DUNHILL: MA-RI No. 689 K/SIP/1983 dan MA-

RI No. 370 K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu pendaftaran merek

dapat dibatalkan karena mempunyai persamaan dalam keseluruhan dengan

suatu merek yang terdahulu dipakai atau didaftarkan, walaupun untuk barang

yang tidak sejenis, terutama jika menyangkut merek dagang terkenal. Pengadilan

tidak seharusnya melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan Tergugat I, tidak

saja melanggar hak Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban umum di bidang

perdagangan serta kepentingan khalayak ramai.

- Mahkamah Agung setelah memeriksa perkara ini dalam putusannya

berpendirian bahwa judex facti salah menerapkan hukum sehingga putusannya

harus dibatalkan selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara

ini.

- Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang

intinya sebagai berikut:

- Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO

di Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan 4-

3-1985.

- Merek LOTTO secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai

merek dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk

melengkapi seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta

perlengkapannya.

- Merek LOTTO, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan

saputangan, pada 6 Oktober 1984.

- Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan

Tergugat I berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang

didaftarkan Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang. Dengan

mendaftarkan dua barang yang termasuk dalam kelompok barang sejenis i.c

kelengkapan berpakaian seseorang dengan merek yang sama, dengan kelompok

barang yang telah didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah Agung menyimpulkan

Tergugat I ingin dengan mudah mendapatkan keuntungan dengan cara

menumpang keterkenalan satu merek yang telah ada dan beredar di masyarakat.

Hal ini berarti Tergugat I dalam prilaku perdagangannya yaitu menggunakan

merek perniagaan yang telah ada merupakan perbuatan yang bersifat tidak jujur,

tidak patut atau tidak mempunyai itikad baik.

- Dengan pertimbangan tersebut di atas, akhirnya Mahkamah Agung

memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut:

- Mengadili:

- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

- Mengadili Sendiri:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan Penggugat sebagai pemakai pertama di Indonesia atas merek

dagang “LOTTO” dan oleh karena itu, mempunyai hak tunggal/khusus untuk

memakai merek tersebut di Indonesia.

3. Menyatakan bahwa merek “LOTTO” milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan

pada Tergugat II dengan nomor registrasi 87824 adalah sama dengan merek

Penggugat baik dalam tulisan, ucapan kata, maupun suara, dan oleh karena itu

dapat membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang

asal-usul dan kualitas barang.

4. Menyatakan pendaftaran merek dengan registrasi 187824 dalam daftar

umum atas nama Tergugat I batal, dengan segala akibat hukumnya.

5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati putusan ini dengan

membatalkan pendaftaran merek dengan nomor registrasi 197824 dalam daftar

umum.

6. dst CATATAN - Dari putusan Mahkamah Agung tesebut di atas dapat

diangkat “abstrak hukum” sebagai berikut:

- Terdaftarnya suatu merek dagang pada Direktorat Paten dan Hak Cipta

Departemen Kehakiman dapat dibatalkan oleh Hakim bilamana merek ini

mempunyai persamaan baik dalam tulisan ucapan kata, maupun suara dengan

merek dagang yang lain yang sudah terlebih dulu dipakai dan didaftarkan,

walaupun kedua barang tersebut tergolong tidak sejenis terutama bila hal

tersebut berkaitan dengan merek dagang yang sudah terkenal didunia

internasional.

- Kaidah hukum di atas sudah merupakan jurisprudensi tetap dari Mahkamah

Agung.

- Demikian catatan dari kasus ini.