Yoghurt 2 Siska 2003
description
Transcript of Yoghurt 2 Siska 2003
YOGHURT 2
I. Tujuan
Untuk mengetaui cara membat yoghurt
II. Prinsip
- Berdasarkan reaksi glukosa menjadi asam laktat
- Berdasarkan reaksi neralisasi antara asam dan basa dengan
peruahan warna jadi merah
III. Reaksi
laktase glikolisis + fermentasi
Laktosa ------► Glukosa + Galaktosa------► asam laktat + asetaldehida
IV. Teori
Yoghurt merupakan minuman hasil fermentasi dari susu. Flavour
khas yoghurt terbentuk oleh komponen asam laktat, sisa-sisa aldehida,
diasetil, asam asetat dan komponen volatil lainnya. Karakteristik yoghurt
yaitu berupa cairan semiketal dengan kadar lemak susu tidak kurang dari
3,25%, total padatan non lemak tidak kurang dari 8,25% dan kadar asam
tertitrasi (berupa asam laktat) tidak kurang dari 0,9% (Buckle, K. A.
1987).
Reaksi yang menjadi dasar fermentasi susu ini adalah perubahan
laktosa (gula susu) menjadi asam laktat yang menyebabkan penurunan pH.
Dan pada saat pasteurisasi dilakukan pengadukan terus agar tidak terajadi
denaturasi protein. Begitu pula pada saat pendinginan tidak boleh banyak
berbicara, dikarenakan yoghurt tak akan jadi dan susu akan berbusa.
Mikroorganisme yang berperan adalah Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus yang keduanya merupakan bakteri asam
laktat (BAL). Bakteri Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri bakteri
Gram positif, berbentuk batang, katalase negatif, bersifat
anaerobik/aerotolerant homofermentatif, dengan suhu optimum
pertumbuhan sekitar 40 – 45 oC. Kultur starter Bakteri Asam Laktat
(kultur starter laktat) dalam fermentasi susu dapat didefinisikan sebagai
biakan mikroorganisme yang diinginkan dan akan menghasilkan
perubahan-perubahan yang menguntungkan selama proses fermentasi
susu. Persyaratan utama bagi setiap kultur starter laktat adalah
mengandung jenis mikroorganisme yang diinginkan, mampu berkembang
dalam kondisi yang diberikan dan menghasilkan perubahan-perubahan
yang diinginkan, dan bebas dari kontaminasi (Fardiaz, S. 1992).
Salah satu cara pengolahan dan pengawetan susu yang tertua
adalah tehnologi pengemasan susu dilakukan dengan cara fermentasi.
Salah satu produk fermentasi susu ini adalah yoghurt. Melalui proses
fermenatasi ini maka susu akan memiliki konsitensi berupa pasta atau
puding yang mempunyai cita rasa yang spesifik karena timbulnya senyawa
– senyawa yang mudah menguap yang dihasilkan oleh bakteri stater.
(Amien,1985)
Pada dasarnya dapat dibedakan 3 jenis yoghurt ditinjau dari karakteistik
struktur fisiknya,yaitu :
1. Firm yoghurt
Yoghurt dengan konsitensi gel padat yang dikemas sehingga untuk
mengkonsumsinya harus menggunakan sendok.
2. Stirred yoghurt
Pada saat proses dilakukan pengadukan sehingga gel pecah dan kemudian
didinginkan dan dikemas setelah terjadi pengumpulan kembali selama
dalam kemasan akan terjadi peningkatan viskositas dan produk
mempunyai tekstur yang cukup padat.biasanya ditambahkan bahan
pengental.
3. Drinking yogurt
Hampir semua dengan stirred yoghurt tetapi produk telah dihomogenisasi
sehingga konsentrasi menjadi encer selanjutnya dikemas pada yoghurt
jenis ini tidak ditambahkan bahan pengental tetapi ditambahkan stabilizer.
Lactobacillus lebih berperan dalam pembentukan aroma,
sedangkan streptococcus lebih berperan dalam pembentukan cita rasa.
Komponen susu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah
laktosa dan kasein. Laktosa yang merupakan carbohydre susu digunakan
sebagai sumber energi selama pertumbuhan biakan bakteri dan akan
menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dari hasil fermentasi
laktosa menyebabkan keasaman susu meningkat atau pH menurun, kasein
merupakan komponen terbanyak dalam susu yang sangat peka terhadap
asam. Dalam kondisi keasaman yang rendah maka kasein menjadi tidak
stabil sehingga kasein akan terkoaqulasi membentuk padatan yang disebut
yoghurt. Pada umumnya yoghurt yang baik memiliki total asam laktat 0,85
% sampai 0,95 % atau derajat keasaman (pH) 4 – 4,5. (Maggy, 1990).
Sangat penting diperhatikan bahwa saat memasukkan starter, maka
suhu susu harus didinginkan dulu dari suhu saat pemanasan susu yaitu
90oC menjadi sekitar 45oC-55oC. hal ini sangat penting karena jika starter
dimasukkan pada saat suhu susu masih tinggi sekita 90oC maka bakteri
yang terkandung dalam starter tersebut akan mati sehingga pembuatan
yoghurt akan mengalami kegagalan.
Untuk memperoleh hasil yoghurt yang baik maka perbandingan
penggunaan starter Thermophylus dan Lactobulgaricus adalah 10:1.
Berdasarkan flavornya yoghurt dibedakan antara lain yang plain (natural),
fruit yoghurt dan flavoured yoghurt. Plain yoghurt memiliki rasa yang
sangat asam, oleh karena itu tidak semua orang menyukainya, yoghurt
semacam ini biasanya digunakan untuk campuran salad. Fruit yoghurt
adalah yoghurt yang dicampur buah potongan kecil atau sari buah,
biasanya penambahan buah – buahan sekitar 10 %. Flavoured yoghurt
adalah yoghurt dengan flavoured sintetis dan pewarnamakanan. Untuk
jenis ini saat ini sangatlah digemari dikalangan anak – anak dan
remaja.Kondisi fermentasi pada pembuatan yoghurt dalam usaha
mengembangbiakan kedua stater inti menuntut kondisi susu yang bebas
dari berbagai jenis mikroorganisme yang lain yang menghambat
pertumbuhan kedua jenis starter diatas. Untuk itu proses pasteurisasi
dengan menggunakan kombinasi suhu dan waktu yang tepat sangat
menentukan keberhasilan proses pengolahan yoghurt.
Kombinasi suhu pasteurisasi ini dapat digunakan sbb:
1. 80oC – 85oC selama 20 menit
2. 85oC – 90oC selama 15 menit
Pemanasan
Selama pemanasan susu harus selalu diaduk karena agar susu tidak pecah
dan agar tidak mengendap di bawah gelas kimia nya. Pemanasan ini
bertujuan untuk mematikan semua mikroba yang ada pada susu seperti
Mycobacterium tubercolis, micrococcus dll, yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri stater. Disamping itu juga untuk menurunkan
kandungan air pada susu sehingga pada akhirnya akan diperoleh yoghurt
dengan konsistensi yang cukup padat.
Pemanasan susu ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara
lain sebagai berikut : Susu dipanaskan pada suhu tinggi (dibawah suhu
didih) dalam jangka tertentu hingga volumenya berkurang menjadi 2/3 dari
jumlah semula, patokannya adalah volume susu (pemanasan tidak sampai
mendidih).
Susu dipanaskan dengan menggunakan kombinasi suhu dan waktu
sebagai berikut :
85oC – 90oC selama 10 – 15 menit
80oC – 85oC selama 15 – 20 menit
Pendinginan
Proses ini bertujuan untuk memberikan kondisi yang optimum bagi bakteri
Starter, pendinginan dikerjakan sampai suhu 40 oC, kemudian Setelah suhu
tercapai ditambahkan bakteri starter 2-3 % dari jumlah susu.
Tekstur mempunyai nilai yang penting dalam pengujian kualitas
yoghurt. Teksturyoghurt yang baik adalah lembut dan semi padat. Tekstur
yoghurt yang kasar bisadisebabkan karena terganggunya proses
fermentasi. Penggunaan bahan penstabil yangditambahkan ke dalam susu
bisa menghasilkan yoghurt dengan tekstur yang lebih baik.Penampakan
yoghurt ini meliputi warna dan ada tidaknya sineresis. Warnayoghurt bisa
dipengaruhi oleh komposisi bahan baku susu dan penambahan bahan
lainke dalam susu seperti pemanis atau gula. Penambahan gula ke dalam
susu akanmenghasilkan warna yoghurt yang sedikit lebih gelap dibandingkan
dengan yoghurt yang dibuat dari susu tanpa penambahan gula. Aroma
yoghurt yang baik adalah aromakhas yoghurt. Yoghurt yang terlalu asam
akan menghasilkan aroma yang terlalu tajam.
V. Alat dan Bahan
Alat :
- Erlenmeyer 100 ml, 250 ml
- Pengaduk
- Hot plate
- Inkubator
- Sendok
- Gelas kimia
- Buret
- Pipet tetes
- Labu semprot
- Corong
Bahan :
- Susu bubuk 50 g
- NaOH
- Aquadest
- Indikator PP
VI. Prosedur
Pertama ditimbang susu bubuk sebanyak 50 gram lalu dilarutkan
dalam 400 ml air hangat, dipanaskan kembali hingga temperatur 90oC,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 100 ml tutup dengan
alumunium foil dan dinginkan dalam laminer. Setelah laminer suhunya
45oC, ditambahkan starte yoghurt sebanyak 10 ml dalam 100 ml susu,
larutan susu dimasukkan dalam inkubator enzim selama 5 jam dan
dinginkan dalam kulkas.
VII. Data Pengamatan
No Percobaan
1 Uji pH pH 4 ( asam )
2 Uji Molisch
Yoghurt 1 ml + 3 tts molisch + 1 ml
H2SO4
Tidak ada cincin ungu
(-)
3 Uji Nihdrin
Yoghurt 0,1 ml + 1 ml 0,1 N buffer asetat
pH 5 + 20 tts lar.ninhidrin
Larutan menjadi warna
ungu
4 Uji logam berat
Yoghurt 1 ml + tetes demi tetes 0,2% lar.
PbSO4
Terbentuk endapan
VIII. Pembahasan
Pada pratikum kali ini kita melakukan pengamatan terhadap
yoghurt dengan cara membuat yoghurt berdasarkan reaksi glukosa menjadi
as. Laktat dan berdasarkan reaksi netralisasi antara asam dan basa dengan
perubahan warna menjadi merah muda.
Pada proses fermenatasi ini maka susu akan memiliki konsitensi
berupa pasta atau puding yang mempunyai cita rasa yang spesifik karena
timbulnya senyawa – senyawa yang mudah menguap yang dihasilkan oleh
bakteri stater. Citarasa yoghurt itu disebabkan timbulnya asam laktat, asam
asetat, karbonil, asetaldehida, aseton, asetoin, diasetil, dan lain-lain. Pada
kelompok kami hasil yoghurt memiliki tekstur yang sudah cukup kental,
warna putih susu, dengan citarasa dan aroma khas yoghurt. Dapat
dikatakan bahwa yoghurt yang kami buat berhasil. Tekstur yang kental ini
diperoleh dari fermentasi asam laktat melalui aktifitas bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus, dimana
mikroorganisme ini dalam produk akhir harus hidup aktif dan berlimpah.
Bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus mengurai laktosa (gula susu)
menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. L.
bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma, sedangkan S.
thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa.
Campuran atau kombinasi dari Lactobasillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus sering digunakan pada beberapa macam produksi yoghurt.
Walaupun kedua mikroorganisme tersebut dapat digunakan secara
terpisah, namun penggunaan keduanya dalam kultur starter yoghurt secara
bersama-sama terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan efisiensi kerja
kedua bakteri tersebut. Selain menyebabkan tingkat produksi asam yang
lebih tinggi, Streptococcus thermophilus tumbuh lebih cepat dan
menghasilkan asam dan karbondioksida.Format dan karbondioksida yang
dihasilkan ini menstimulasi pertumbuhan Lactobasillus bulgaricus.
Disamping itu, aktivitas proteolitik dari Lactobasillus bulgaricus ternyata
juga menghasilkan peptide dan asam amino yang digunakan oleh
Streptococcus thermophilus. Seperti diketahui pula, dalam proses
pembuatan yoghurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman
yang turun. Streptococcus thermophilus berperan dahulu untuk
menurunkan pH sampai sekitar 5,0 dan baru kemudian disusul
Lactobasillus bulgaricus menurunkan lagi sampai mencapai 4,0. Selain itu
beberapa zat hasil fermentasi mikroorganisme yang berperan dalam
menentukan rasa produk adalah asam laktat, asetaldehida, asam asetat dan
diasetil. Intinya adalah jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter
yang digunakan sangat berperan dalam pembentukan dan formasi rasa
serta tekstur yoghurt. Selain tentunya lama fermentasi dan suhu
lingkungan.
Fermentasi adalah proses yang berlangsung dalam keadaan anaerob,
dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron
yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel.
Pada umumnya pemecahan karbohidrat berlangsung melalui suatu
degradasi dari gula monosakarida yaitu glukosa menjadi asam piruvat.
Selain menghasilkan asam piruvat sebagai produk akhir juga dihasilkan 2
molekul NHDH yang harus dioksidasi. Tergantung pada tipe
mikroorganisemenya asam piruvat (CH3COCOOH) dimetabolismekan
lebih lanjut untuk menghasilkan produk akhir fermentasi. Produk akhir
fermentasi tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba yaitu
dengan cara melihat hasil-hasilnya dari pemecahan glukosa Bakteri L.
bulgaricus & S. thermophilus menghasilkan produk akhir fermentasi
berupa asam laktat sehingga keduanya sering disebut bakteri asam laktat
(lactic acid bacteria). Pada uji molisch setelah direaksikan hasilnya tidak
terbentuk cincin warna ungu itu meenunjukan bahwa dalam yoghurt
tersebut tiak mengandung karbohidrat. Pada uji ninhdrin setelh direaksikan
hasilnya larutan bewarna ungu ini menunjukan bahwa yoghurt tersebut
masih mengandung protein, pada uji logam juga sama hasilnya terbentuk
gumpalan kecil itu menunjukan bahwa menganduung protein.
IX. Kesimpulan
- Pembuatan yoghurt yang kami buat berhasil, dapat dilakukan
dengan fermentasi susu yang diinokulasikan bakteri asam laktat
seperti Lactobacillus bulgaricus atau Streptococcus thermophilus
dan kombinasi keduanya.
- Yoghurt memiliki derajat keasaman yang asam yaitu pH (4 F 5).
- Pada Uji Molisch tiidak terbentuk cincin berwarna ungu.
- Pada Uji Ninhidrin larutan berwarna ungu.
- Pada Uji Logam berat terbentuk endapan.
X. Daftar pustaka
Buckle, K.A, et al. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.
Yousef, A.E, Carlstrom, C. 2003. Food Microbiology : A Laboratory Manual. A-wiley –Interscience publication.