WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua...

49
26 BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Lingkungan dan Tapak 4.1.1 Analisis Kegiatan Lingkungan Alternatif Pemilihan Tapak Gambar 4-1. Alternatif Lokasi Tapak Sumber: Dinas Pemetaan Berdasarkan kedua alternatif tersebut, saya memilih alternatif 1 karena jaraknya lebih dekat dengan Binus University dan banyak dilalui kendaraan umum. Alt.1 terletak di pertigaan (Jl. Rawa Belong dan Kebon Jeruk Raya) yang dilalui oleh banyak kendaraan umum Alt. 2 terletak di samping Jl. Rawa Belong dan hanya kendaraan umum tertentu yang melewati tapak ini

Transcript of WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua...

Page 1: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

26 

 

BAB 4

ANALISIS

4.1 Analisis Lingkungan dan Tapak

4.1.1 Analisis Kegiatan Lingkungan

Alternatif Pemilihan Tapak

Gambar 4-1. Alternatif Lokasi Tapak

Sumber: Dinas Pemetaan

Berdasarkan kedua alternatif tersebut, saya memilih alternatif 1 karena

jaraknya lebih dekat dengan Binus University dan banyak dilalui kendaraan

umum.

Alt.1 terletak di pertigaan (Jl. Rawa Belong dan Kebon Jeruk Raya) yang dilalui oleh banyak kendaraan umum 

Alt. 2 terletak di samping Jl. Rawa Belong dan hanya kendaraan umum tertentu yang melewati tapak ini 

Page 2: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

27 

 

Kegiatan Lingkungan

Tapak ini berada di kawasan padat lalu lintas karena di sekitarnya

merupakan daerah pemukiman, ruko, perdagangan, dan lingkungan kampus.

Gambar 4-2. Lingkungan Sekitar Tapak

Sumber: Google Map

Berada di area pertigaan maka bagian yang ditandai diatas merupakan

sumber kebisingan bagi tapak karena kendaraan yang datang dari ketiga arah

tersebut. Selain itu, areal penghijauan sangat kurang di sekitar tapak ini.

Gambar 4-3. Hubungan Tapak dengan Sekitar

Sumber: Dinas Tata Kota

TAPAK 

PERTIGAAN   SUMBER BISING  

BiNus (Anggrek) 

BiNus (Syahdan) 

DAGANG

RUKO & DAGANG 2 RUMAH

KOS &

1

4 3

Page 3: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

28 

 

Hubungan dengan area dagang no. 1 dan 2 cukup karena kegiatan

perdagangan di area tersebut cukup tinggi dan hal ini dapat mendukung

kebutuhan penghuni asrama. Sedangkan hubungan dengan no. 3 dan 4 tidak

begitu kuat karena asrama dengan rumah, kos, dan sekolah tidak terlalu

berhubungan.

Tanaman yang digunakan untuk mengurangi kebisingan harus memiliki

kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan

tanah hingga ketinggian yang diharapkan.

Gambar 4-4. Penghijauan untuk Mengurangi Kebisingan dan Polusi Udara

Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_Prasarana% 20Wil/referensi/nspm

Selain berfungsi untuk mengurangi kebisingan, penghijauan juga dapat

menyerap polusi udara, menurunkan suhu lingkungan di sekitarnya, dan

menghasilkan oksigen.

Page 4: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

29 

 

Kesimpulan:

Hubungan dengan area sekitar yang berada di Jalan Rawa Belong lebih

kuat dan terletak di pertigaan, maka orientasi bangunan akan difokuskan pada

kedua area tersebut. Selain itu, terletak di kawasan yang padat dan tingkat

polusi udara tinggi, maka desain lingkungan Asrama Mahasiswa Universitas

Bina Nusantara akan memiliki penghijauan yang cukup sehingga produktivitas

oksigen terjaga, polusi udara dan suara berkurang, dan dapat tercipta iklim

mikro.

4.1.2 Analisis Matahari dan Angin

Analisis Matahari

Tapak memanjang ke arah U-S, terdapat dua alternatif perletakan

bangunan berhubungan dengan arah pergerakan matahari (T-B).

Gambar 4-5. Alternatif 1 terhadap Matahari

T B 

Page 5: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

30 

 

Dampak alternatif 1, yaitu: bagian tengah tapak mendapat cahaya

matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan

panas radiasi matahari terhadap bangunan lebih sedikit.

Gambar 4-6. Alternatif 2 terhadap Matahari

Dampak alternatif 2, yaitu: bagian tengah tapak tidak mendapat cahaya

matahari, bangunan yang berada ditengah tidak mendapat cahaya matahari

pagi maupun sore, dan panas radiasi matahari terhadap bangunan menjadi

lebih banyak.

Analisis Angin

Jakarta terletak di dekat garis katulistiwa dan arah angin dipengaruhi

oleh angin musim barat (bergerak dari barat laut menuju tenggara) dan angin

musim timur (bergerak dari tenggara ke barat laut).

T B 

Page 6: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

31 

 

Gambar 4-7. Alternatif 1 terhadap Angin

Dampak alternatif 1, yaitu: bangunan yang berada di tengah hanya

mendapat sedikit aliran udara.

Gambar 4-8. Alternatif 2 terhadap Angin

Dampak alternatif 2, yaitu: semua bangunan mendapat aliran udara

secara merata.

Page 7: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

32 

 

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis matahari dan angin diatas, perletakan

bangunan akan memanfaatkan cahaya matahari dan aliran udara alami dengan

maksimal.

4.1.3 Analisis Pencapaian

Tapak Asrama Mahasiswa yang berada di pertigaan ini memiliki dua

alternatif pintu masuk dan keluar tapak.

Gambar 4-9. Alternatif Entrance dan Exit Tapak

Bagian timur tapak (alternatif 1) merupakan Jl. Rawa Belong dimana

berperan sebagai jalan utama yang melewati tapak ini dan bagian utara

(alternatif 2) merupakan Jl. Kebon Jeruk Raya.

Tabel 4-1. Alternatif Entrance dan Exit

Keuntungan Kerugian

1 - Merupakan jalan utama - Padat lalu lintas

Page 8: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

33 

 

dan lebar - Dilalui kendaraan umum

2 - Dilalui kendaraan umum - Jalan tidak terlalu lebar - Padat lalu lintas

3 - Tidak macet - Tidak dilalui kendaraan umum

4 - Tidak macet - Sempit - Tidak dilalui kendaraan umum

Kesimpulan

Terletak di pertigaan membuat tapak ini mudah dijangkau dari ketiga

arah, bagian tapak yang dilalui oleh jalan utama dan lebih lebar (timur) cocok

untuk main entrance tapak sedangkan bagian utara tapak dapat dijadikan side

entrance dan sirkulasi servis.

4.1.4 Analisis Sirkulasi dalam Tapak

Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi sirkulasi pejalan kaki dan

sirkulasi kendaraan.

Tabel 4-2. Jenis-jenis Sirkulasi

Jenis Sirkulasi Karakteristik

1. Linier

Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk sederet ruang-ruang. Disamping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, / membentuk putaran. Sirkulasi memotong / bercabang cocok untuk bangunan asrama bermassa banyak.

lurus

berbelok

memotong

bercabang

melingkar

Page 9: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

34 

 

2. Radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari / berhenti pada sebuah pusat, titik bersama. Memiliki satu bangunan asrama yang menjadi center bagi bangunan di sekitarnya

3. Spiral (berputar) Konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.

4. Grid

Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat.

5. Jaringan Konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu.

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

Kesimpulan:

Untuk sirkulasi kendaraan menggunakan pola sirkulasi linier melingkar,

dalam hal ini, kendaraan tidak memutari bangunan, tetapi memutari jalan

khusus kendaraan didalam tapak. Lalu untuk sirkulasi servis menggunakan

pola sirkulasi linier lurus. Sedangkan sirkulasi manusia menerapkan pola

sirkulasi linier bercabang sehingga jalur pedestrian dapat mengakses ke

beberapa bangunan dalam tapak.

Page 10: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

35 

 

4.1.5 Analisis Zoning

Tapak dibagi dalam beberap wilayah zoning, yaitu publik, semi publik,

private, dan servis.

a. Publik merupakan area yang dapat diakses oleh siapa saja yang

menggunakan bangunan tersebut termasuk pengunjung. Terletak di bagian

depan.

b. Semi Publik merupakan area yang dapat diakses siapa saja – selain

penghuni – dengan izin yang diberikan. Terletak diantara zona publik dan

private.

c. Private merupakan area yang hanya dapat diakses oleh orang-orang

tertentu. Terletak di bagian yang lebih dalam agar privasi penghuni

terjaga.

d. Servis merupakan area yang dapat diakses oleh pengelola dan petugas

servis saja. Terletak di bagian belakang agar tidak menggangu kegiatan

penghuni, pengelola, dan pengunjung.

Gambar 4-10. Alternatif 1 Zoning dalam Tapak

Page 11: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

36 

 

Keterangan:

: zona publik

: zona semi publik

: zona private

: zona servis

Pada bagian sudut (pertigaan) terdapat zona publik dikarenakan zona ini

tidak memerlukan ketenangan dan zona servis diletakkan terpisah dari zona

lainnya.

Gambar 4-11. Alternatif 2 Zoning dalam Tapak

Zona publik menghadap ke arah timur (Jl. Rawa Belong) yang

merupakan jalan utama dan diasumsikan sirkulasi main entrance digabung

dengan servis.

Kesimpulan:

Area pertigaan yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi sebaiknya

digunakan untuk zona publik yang tidak memerlukan ketenangan.

Page 12: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

37 

 

4.1.6 Analisis Gubahan Massa

Terdapat beberapa alternatif perletakan gubahan massa bangunan dalam

tapak.

Tabel 4-3. Perletakan Massa Bangunan

Perletakan Karakteristik

1. Terpusat

Cocok untuk tapak yang memiliki satu bangunan utama dan dikelilingi bangunan pendukung.

2. Linier Cocok untuk tapak yang memanjang dimana bangunan tersebut dihubungkan dengan sirkulasi dalam tapak.

3. Radial

Cocok untuk tapak yang memiliki beberapa bangunan utama, dalam hal ini bangunan asrama (hunian pria dan wanita).

4. Cluster

Cocok untuk perletakan massa bangunan yang tidak memerlukan keteraturan.

5. Grid

Perletakan massa bangunan yang tertata dengan sangat rapi dan formal.

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

Berdasarkan peraturan bangunan di wilayah Jakarta Barat ini, ketentuan

tapak ini, sebagai berikut:

Page 13: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

38 

 

o Luas lahan : 9.227 m2

o GSB : 10 m

o KDB : 50 %

o KLB : 2

o Lapis max. : 4 lapis

Berkaitan dengan peraturan bangunan tersebut, maka perhitungan luas

lahan yang boleh dibangun, yaitu:

KDB = 50 % x 9.227 m2 = 4.613,5 m2

Total luas bangunan = 2 x 9.227 m2 = 18.454 m2

Tabel 4-4. Perbandingan Pola Massa Bangunan

Massa Tunggal Majemuk

Positif - Cocok untuk lahan yang terbatas - Pemeliharaan dan pengawasan

lebih mudah

- Dinamis - Pengelompokan area

jelas

Negatif - Tidak dinamis - Pengelompokan kurang jelas

- Memerlukan lahas luas - Pemeliharaan dan

pengawasan lebih sulit

Pola massa bangunan majemuk cocok untuk bangunan asrama

mahasiswa ini sehubungan dengan terdapat perbedaan massa bangunan antara

pria dan wanita.

Page 14: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

39 

 

Gambar 4-12. Skyline Tapak dengan Sekitar

Dengan ketinggian bangunan sekitar yang beragam, maka perletakan

massa bangunan asrama sebaiknya menyesuaikan dengan keadaan sekitar agar

perbedaan ketinggian tidak terlalu jauh.

Kesimpulan:

Dalam menentukan bentuk dan perletakan massa bangunan asrama,

terdapat beberapa pertimbangan:

a. Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar.

b. Efektivitas dan efesiensi ruang didalamnya, dalam hal ini ruang kamar

asrama.

c. Kegiatan yang akan berlangsung didalamnya.

d. Karakter bangunan (estetika façade) yang dapat mencerminkan fungsi

bangunan.

1

2 1

2

Page 15: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

40 

 

Gambar 4-13. Skematik Hubungan antar Fungsi Bangunan

Zona publik merupakan tempat yang dapat diakses oleh siapa saja dari

bangunan asrama ini, karena dapat digunakan sebagai tempat berkumpul dan

bersosialisasi dengan seluruh pengguna bangunan. Menggunakan pola

perletakan radial sehingga dapat menjangkau bangunan-bangunan lainnya

didalam tapak.

Bangunan asrama ini akan berorientasi ke atas (vertikal) sebanyak 4

lantai. Dimana massa bangunan pria dan wanita terpisah serta terdapat massa

untuk ruang komunal antara mahasiswa pria dan wanita.

Gambar 4-14. Gubahan Massa dalam Tapak

PRIA

WANITA PUBLIK

HALL UTAMA

HUNIAN HUNIAN

SERVIS

PENUNJANG (KANTIN, TOKO, DLL)

LAPANGAN, TAMAN

MAIN ENTRANCE SERVIS ENT.

PENGELOLA

Page 16: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

41 

 

4.1.7 Analisis Tata Ruang Luar

Penataan ruang luar dalam tapak memiliki beberapa fungsi, sebagai

berikut:

a. Dapat menghubungkan antar bangunan dalam tapak.

b. Membentuk ruang luar dan secara tidak langsung membantu mengarahkan

pengguna untuk menuju ke suatu bangunan.

c. Membentuk sirkulasi yang baik bagi pengguna kendaraan dan pejalan

kaki.

d. Elemen-elemen pembentuk ruang luar dapat berguna sebagai estetika,

peneduh terhadap sinar matahari, dan penyaring polusi suara dan udara.

Terdapat beberapa elemen pembentuk ruang luar, yaitu:

1. Elemen Lunak (Soft Material)

Berupa penghijauan atau vegetasi yang dapat berfungsi sebagai penghasil

O2, mengurangi tingkat kebisingan dan polusi udara, dan mengatur tata

air.

2. Elemen Keras (Hard Material)

Berupa perkerasan untuk parkir, plaza, jalur kendaraan, dan pedestrian.

Dapat terbuat dari aspal, paving block, batu (stone), dan kayu (wood).

Selain itu, juga dapat berupa elemen pengisi buatan seperti kolam, bangku

taman, lampu taman, sculpture, dll.

Page 17: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

42 

 

Kesimpulan:

Gambar 4-15. Perencanaan Tata Ruang Luar dalam Tapak

Ruang luar dapat dibedakan menjadi:

a. Ruang Luar Aktif: parkir kendaraan, plaza, pedestrian

b. Ruang Luar Pasif: taman sebagai penghijauan, resapan air hujan

Elemen lunak dapat menggunakan rumput dan pohon, hal ini dapat

membantu air hujan merembes ke dalam tanah dan berfungsi untuk

menurunkan suhu lingkungan sekitar. Sedangkan untuk elemen keras dapat

menggunakan aspal, paving block, dan batu.

4.2 Analisis Manusia

4.2.1 Analisis Pengguna

Mahasiswa yang melanjutkan pendidikannya di Universitas Bina

Nusantara selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya.

taman

Taman & per kerasan

Page 18: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

43 

 

Tabel 4-5. Jumlah Mahasiswa Daerah Aktif Universitas Bina Nusantara

Angkatan Jumlah Mahasiswa

2004 969 2005 1.854 2006 2.153 2007 2.440

Sumber: ATL Bina Nusantara

Berdasarkan tabel diatas, maka didapat persentase penambahan

mahasiswa daerah tiap tahunnya.

Tabel 4-6. Persentase Pertambahan Jumlah Mahasiswa Daerah

Angkatan Jumlah

Mahasiswa Persentase

Pertambahan 2004 969 - 2005 1.854 91.3 % 2006 2.153 16.1 % 2007 2.440 13.3 %

Rata-rata pertambahan jumlah mahasiswa daerah:

= (91.3 % + 16.1 % + 13.3 %) ÷ 3 = 120.7 % ÷ 3

= 40.2 %

Berdasarkan hasil angket (kuesioner) yang dilakukan pada 200

mahasiswa Bina Nusantara (107 pria dan 93 wanita) didapatkan 101

mahasiswa ingin tinggal di asrama, sedangkan 99 mahasiswa tidak ingin

tinggal di asrama.

Dengan hasil demikian, didapatkan persentase mahasiswa yang tertarik

tinggal di asrama adalah:

Page 19: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

44 

 

= (101 ÷ 200) x 100% = 0.5 x 100 % = 50 %

Dikarenakan ini merupakan Asrama Mahasiswa yang akan dibangun

pertama kali oleh Universitas Bina Nusantara, maka diasumsikan daya

tampung Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara sebanyak 10 %.

= {(40.2 % x 2.440) + 2.440} x 10 %

= {981 + 2.440} x 10 %

= 3.421 x 10 % = 342,1 ≈ 343 orang dibulatkan menjadi 400 orang

Pria sebanyak 60% (= 240 orang) dan wanita 40% (=160 orang).

Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dikhususkan untuk

mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat 1.

Pengguna di dalam kawasan Asrama Mahasiswa Universitas Bina

Nusantara adalah:

a. Penghuni

Yaitu mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat pertama.

b. Pengelola

Yaitu pihak yang mengelola semua kegiatan yang berlangsung di dalam

lingkungan asrama.

c. Pengunjung

Yaitu tamu baik dari pihak mahasiswa maupun pengelola.

4.2.2 Analisis Jenis Kegiatan

Page 20: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

45 

 

Terdapat beberapa aktivitas yang akan terjadi dalam bangunan Asrama

Mahasiswa ini, yaitu:

Table 4-7. Jenis Kegiatan Pengguna Gedung

Jenis Kegiatan

Kegiatan Pelaku Kebutuhan Ruang

Utama (Pribadi)

Datang Mahasiswa, pengelola, tamu

Hall / Lobby

Tidur Mahasiswa Ruang tidur Mandi Mahasiswa Kamar mandi Mencuci Mahasiswa Ruang cuci, laundry Setrika Mahasiswa Ruang setrika

Utama (Edukatif)

Belajar Mahasiswa Ruang belajar

Utama (Sosial)

Menerima tamu Mahasiswa, pengelola Ruang tamu Nonton TV Mahasiswa Ruang TV Makan Mahasiswa, pengelola Ruang makan /

kantin Masak Mahasiswa Pantry / dapur Olahraga Mahasiswa Ruang Olahraga /

Gymnasium

Pengelola

Mengelola asrama Kepala asrama Ruang Ka. Asrama Membantu pengelolaan

Wakil Ka. Asrama Ruang Wakil Ka.

Membantu pengelolaan

Sekretaris Ruang sekretaris

Administrasi Tata Usaha Ruang TU Buang air Karyawan Toilet Makan, minum Pengelola, tamu Ruang makan /

kantin Komersil Pengelola, mahasiswa Toko

Servis

Penyediaan air Pengelola Reservoir, Ruang pompa air

Pengolahan air Pengelola STP, sumur resapan, penampungan air

Listrik Pengelola Ruang genset, panel

4.3 Analisis Bangunan

Page 21: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

46 

 

4.3.1 Analisis Zoning Horizontal dan Vertikal

Berdasarkan jenis kegiatan yang berbeda-beda dari penghuni

(mahasiswa), pengelola, dan tamu; maka bangunan diklasifikasikan ke dalam

zona publik, semi publik, private, dan servis.

Gambar 4-16. Zoning Horizontal Bangunan Asrama

Gambar 4-17. Zoning Vertikal Bangunan Asrama

Kesimpulan:

Terdapat zona semi publik yang menjadi perantara antara zona publik

dan private. Zona private hanya diperuntukkan bagi penghuni asrama dan

pengelola yang berkepentingan. Sedangkan zona publik dapat diakses siapa

saja.

4.3.2 Analisis Kebutuhan dan Dimensi Ruang

Page 22: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

47 

 

Berdasarkan hasil angket (kuesioner), peminat untuk tinggal berdua

dalam satu kamar lebih banyak dibandingkan tiga / empat orang dalam satu

kamar. Dari 101 mahasiswa, sebanyak 58 orang memilih tinggal berdua satu

kamar. Diasumsikan kapasitas kamar untuk 2 orang sebanyak 60% dan 4

orang sebanyak 40%.

Tabel 4-8. Standar Ruang Kamar Double Asrama

Tipe Kamar Dengan ranjang tingkat Tanpa ranjang tingkat

Minimum

12,6 m2

16,2 m2

Optimum

14,4 m2

19,8 m2

Page 23: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

48 

 

Mewah

16,2 m2

21,6 m2

Sumber: Chiara, J. D. dan John H. C. (2001). Time-Saver Standards for Building Types.

Keterangan:

B = Bed; D = Desk; W = Wardrobe; SC = Soft Chair; BC = Book Cases

Beberapa kebutuhan ruang yang diperlukan dalam bangunan asrama:

Tabel 4-9. Dimensi Ruang Lobby

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

Lobby Pu 200 orang 1,4 m2 / orang DA 280 m2

R. TV Pu 100 orang 1,8 m2 / orang A 180 m2 R. Belajar Pv 100 orang 2,5 m2 / orang DA 250 m2

Tabel 4-10. Dimensi Ruang per Lantai (hunian)

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber

Luas

Kamar Pv 2 org = 30 kmr 4 org = 10 kmr

18 m2 / kamar 21 m2 / kamar

TS 540 m2

210 m2 Pantry + R. Makan S 2 unit 18 m2 / ruang DA 36 m2 Kamar Mandi S 2 unit 48 m2 / unit DA 96 m2 Laundry + R. Setrika S 2 unit 48 m2 / ruang DA 96 m2 Gudang S 2 unit 18 m2 / ruang DA 36 m2 Sirkulasi 20 % 202,8 m2 TOTAL 1.216,8 m2

Page 24: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

49 

 

Tabel 4-11. Dimensi Ruang Pengelola

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

R. Kepala Asrama Pv 1 orang 20 m2 / orang DA 20 m2 R. Wakil Ka. Asrama Pv 1 orang 16 m2 / orang DA 16 m2 R. Sekretaris Pv 1 orang 10 m2 / orang DA 10 m2 R. Rapat Pv 8 orang 2 m2 / orang DA 16 m2 R. Arsip Pv 12 m2 DA 12 m2 R. Tata Usaha Pv 5 orang 6 m2 / orang DA 30 m2 Pantry S 6 m2 DA 6 m2 Toilet S 2 unit 15 m2 / unit DA 30 m2 Sirkulasi 20 % 28 m2 TOTAL 168 m2

Tabel 4-12. Dimensi Ruang Makan / Kantin

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

R. Makan Pu 150 orang 2,5 m2 / orang DA 375 m2 Dapur S 100 m2 DA 100 m2 Gudang Penyimpanan S 50 m2 DA 50 m2 Toilet S 2 unit 24 m2 / unit DA 48 m2 Sirkulasi 20 % 114,6 m2 TOTAL 687,6 m2

Tabel 4-13. Dimensi Ruang Fitness

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

R. Fitness Pv 200 m2 DA 200 m2 Sirkulasi 20 % 40 m2 TOTAL 240 m2

Tabel 4-14. Dimensi Ruang Mini Market dan Toko

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

R. Penjualan Pu 20 – 30 orang 1,5 m2 / orang TS 45 m2 Kasir Pv 2 orang 2,5 m2 / orang TS 5 m2

Page 25: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

50 

 

Gudang Penyimpanan S 20 m2 DA 20 m2 Kios / toko Pu 5 unit 15 m2 / unit TS 75 m2 Sirkulasi 20 % 29 m2 TOTAL 174 m2

Tabel 4-15. Dimensi Ruang Servis

Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas

R. Pompa Air S 20 m2 / ruang A 20 m2 R. Genset S 45 m2 / ruang A 45 m2 R. Panel S 20 m2 / ruang A 20 m2 R. Trafo S 20 m2 / ruang A 20 m2 WWTP S 40 m2 / ruang A 40 m2 TPS S 10 m2 A 10 m2 Sirkulasi 20 % 31 m2 TOTAL 186 m2

Keterangan:

Pu = Publik; SP = Semi Publik; Pv = Private; S = Servis;

DA = Data Arsitek; A = Asumsi; TS = Time Saver

4.3.3 Analisis Hubungan Ruang dan Entrance

Berdasarkan kebutuhan ruang dalam bangunan asrama, dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

Gambar 4-18. Skematik Hubungan Hunian

LOBBY + R. TAMU + R. TV

FITNESS R. BELAJAR

KAMAR MANDI

PANTRY + R. MAKAN

LAUNDRY + R. SETRIKA

ENTRANCE HUNIAN

KAMAR

Page 26: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

51 

 

Gambar 4-19. Skematik Hubungan Pengelola

Gambar 4-20. Skematik Hubungan Penunjang

Gambar 4-21. Skematik Hubungan Servis

LOBBY + R. TUNGGU

R. TATA USAHA

R. KA. ASRAMA

R. WAKIL KA. TOILET

R. RAPAT

R. SEKRETARIS

R. ARSIP

MINI MARKET

TOKO

GUDANG R. MAKAN DAPUR

LOBBY

TOILET

LOBBY

R. POMPA

R. GENSET

R. PANEL

R. TRAFO

WWTP

PANTRY

Page 27: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

52 

 

Bangunan asrama pria dan wanita terletak pada massa bangunan yang

berbeda. Hal ini agar privasi pria dan wanita tetap terjaga serta keamanan juga

lebih terjaga.

Gambar 4-22. Entrance pada Bangunan

Bangunan asrama yang secara khusus diperuntukkan bagi penghuni

(mahasiswa) merupakan bangunan yang cukup private, karena itu untuk

menuju ke bangunan asrama, terlebih dahulu harus melewati areal publik dan

semi publik.

4.3.4 Analisis Sirkulasi Horizontal dan Vertikal

Sirkulasi Horizontal

Terdapat beberapa jenis jalur dan ruang sirkulasi horizontal dalam

bangunan, yaitu:

a. Jalur Sirkulasi

Page 28: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

53 

 

Tabel 4-16. Jenis Jalur Sirkulasi

Jenis Jalur Karakteristik

Melalui Ruang-ruang

- Kesatuan dari tiap-tiap ruang dipertahankan

- Konfigurasi jalan yang fleksibel

- Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya

Menembus Ruang-ruang

- Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya

- Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya

Berakhir dalam Ruang

- Lokasi ruang menentukan jalan

- Hubungan jalan-ruang ini digunakan untuk pendekatan dan jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan simbolis

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

b. Ruang Sirkulasi

Tabel 4-17. Jenis Ruang Sirkulasi

Jenis Ruang Karakteristik

Tertutup

Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding

Page 29: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

54 

 

Terbuka pada Salah Satu Sisinya

Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya

Terbuka pada Kedua Sisinya

Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

Sirkulasi Vertikal

Bangunan Asrama Mahasiswa bertingkat 4 ini menggunakan tangga

sebagai transportasi vertikal. Selain itu, juga terdapat fasilitas ramp.

Gambar 4-23. Alternatif Konfigurasi Tangga

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

Konfigurasi tangga menentukan arah langkah saat menaiki maupun

menuruni tangga, terdapat beberapa cara:

o Tangga langsung

o Tangga berbentuk ‘L’ dan ‘U’

o Tangga putar

Page 30: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

55 

 

o Tangga berbentuk spiral

Kesimpulan:

Berdasarkan jalur dan ruang sirkulasi tersebut, jika disesuaikan dengan

ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan asrama, dalam hal ini ruang-ruang

kamar, maka jalur yang melalui ruang-ruang akan lebih efektif dan privasi

tetap terjaga. Sedangkan dari segi ruang sirkulasi, bagian salah satu sisi yang

terbuka cocok diterapkan dalam kondisi di Jakarta, hal ini agar ruang sirkulasi

tidak gelap dan pengap.

Gambar 4-24. Sirkulasi Bangunan

4.3.5 Analisis Kebutuhan Parkir

Merupakan bangunan Asrama Mahasiswa, maka peruntukan lahan parkir

lebih sedikit, karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari daerah.

Tabel 4-18. Alternatif Parkir Mobil

Gambar Karakteristik

Parkir paralel pada jalur kendaraan Panjang: 6 m Lebar: 2 m

Tangga

Void

Single-loaded

Page 31: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

56 

 

Tiga pilihan kemiringan: 30º, 45º, 60º Panjang: 5 m Lebar: 2,3 m

Sudut 90º, keluar-masuk dari 2 arah Panjang: 5 m Lebar: 2,5 m

Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek.

Diasumsikan penghuni (mahasiswa) yang memiliki kendaraan sebanyak

2 % mobil dan 10 % motor.

Jumlah mobil = 2% x 400 = 8 mobil

Jumlah motor = 10% x 400 = 40 motor

Jumlah pengelola diasumsikan 15 orang, dengan perbandingan 30%

membawa mobil dan 70% membawa motor.

Jumlah mobil = 30% x 15 = 4,5 ≈ 5 mobil

Jumlah motor = 70% x 15 = 10,5 ≈ 10 motor

Tamu yang datang dan membawa kendaraan diasumsikan 20 orang,

dengan perbandingan 30% mobil dan 70% motor.

Jumlah mobil = 30% x 20 = 6 mobil

Jumlah motor = 70% x 20 = 14 motor

Page 32: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

57 

 

Total kebutuhan lahan parkir sebanyak 19 parkir mobil dan 64 parkir

motor, dengan luasan parkir mobil sebesar 2,5 m x 5 m dan motor sebesar 1 m

x 2 m.

Selain itu, juga terdapat parkir untuk servis. Diasumsikan dapat memuat

2 kendaraan.

4.3.6 Analisis Sistem Pencahayaan

Terdapat pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, dengan

memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal, maka penggunaan cahaya

buatan akan berkurang dan secara tidak langsung penggunaan listrik juga

berkurang.

Terletak di daerah beriklim tropis, cahaya matahari yang diterima sangat

berlimpah akan tetapi panas radiasi matahari dapat memanaskan ruangan

dalam bangunan, karena itu dengan memaks imalkan orientasi bukaan ke arah

U-S, cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam bangunan dan panas

radiasi matahari terhadap bangunan juga berkurang.

Tabel 4-19. Alternatif Pengontrol Radiasi Matahari

Gambar Penjelasan

(a) (b)

Dengan teritisan secara horizontal, baik tanpa celah (a) maupun terdapat celah (b)

Page 33: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

58 

 

Dengan penghalang secara vertikal

Gabungan antara penghalang horizontal dan vertikal

Tanaman (pohon) dapat dijadikan sebagai penghalang

Modifikasi pada jendela atau dinding

Sumber: Hayslett, G. (1995). Gambar dan Perencanaan Arsitektur.

Agar cahaya matahari dapat masuk pada bagian tengah bangunan, di

desain dengan skylight.

Gambar 4-25. Alternatif Skylight

Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.

Page 34: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

59 

 

Kesimpulan:

Semaksimal mungkin ruangan dalam bangunan memanfaatkan

pencahayaan alami, dengan bukaan yang dimodifikasi (teritis horizontal dan

vertikal), jendela, dan pada bagian atas terdapat skylight.

4.3.7 Analisis Sistem Pengudaraan

Terdapat 2 sistem pengudaraan, yaitu pengudaraan secara alami dan

buatan. Jika dapat memanfaatkan pengudaraan alami secara maksimal (cross

ventilation), maka pengudaraan buatan (kipas angin, AC) akan berkurang

penggunaannya.

Tabel 4-20. Perbandingan Bukaan

Gambar Perbandingan

Cross ventilation yang ideal karena angin mengalir dengan baik

Cukup baik, tetapi terdapat bagian yang tidak dialiri angin

Tidak baik, bagian dalam bangunan tidak mendapat aliran angin.

Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.

Page 35: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

60 

 

Dengan menanam tanaman (pohon) disekitar bangunan, juga dapat

menurunkan suhu disekitar bangunan.

Gambar 4-26. Penghijauan di Sekitar Bangunan

Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

Perletakan bangunan yang tegak lurus terhadap arah angin juga

menguntungkan aliran udara dalam bangunan.

Gambar 4-27. Letak Bangunan terhadap Arah Angin

Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf

4.3.8 Analisis Sistem Utilitas

Sistem utilitas bangunan mencakup dari segi plumbing, elektrikal, dan

proteksi kebakaran.

Page 36: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

61 

 

Plumbing

Terdapat dua sistem plumbing pada bangunan asrama, yaitu air bersih

dan air kotor.

a. Sistem Air Bersih

Digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, masak, menyiram tanaman,

dan proteksi kebakaran.

Gambar 4-28. Distribusi Air Bersih

b. Sistem Air Kotor

Terdapat dua jenis air kotor, yaitu:

o Air Kotor Cair

Berasal dari kamar mandi, dapur, dan cucian; diolah dengan STP

(Sewage Treatment Plant) / WWTP (WasteWater Treatment Plant).

Sedangkan air hujan diolah melalui sumur resapan.

Page 37: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

62 

 

o Air Kotor Padat

Kotoran padat yang berasal dari kotoran manusia akan diproses dengan

Septic Tank.

Gambar 4-29. Distribusi Air Kotor

Air kotor cair akan diolah terlebih dahulu di STP / WWTP sedangkan air

hujan dikumpulkan melalui talang air pada atap bangunan akan disalurkan

ke sumur resapan untuk diolah.

Untuk menghemat penggunaan air dalam bangunan, dapat dilakukan

dengan perubahan perilaku manusia dalam menggunakan air, pemilihan alat-

alat sanitasi, dan mengolah kembali air yang berasal dari air hujan maupun air

kotor.

Dalam kaitan dengan perilaku manusia, dapat diterapkan beberapa cara,

yaitu:

Page 38: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

63 

 

a. Di dapur, menggunakan mesin pencuci piring dalam keadaan penuh dapat

menghemat 38 – 76 liter air. Jika mencuci dengan tangan, tampung air

dalam baskom daripada mencuci di bawah air mengalir. Keran

konvensional mengeluarkan air 19 liter tiap 2 menit.

b. Di kamar mandi, matikan keran ketika sedang menggosok gigi. Mandi

dengan shower dalam waktu yang singkat daripada dengan bathtub dan

matikan air ketika menggunakan shampo atau sabun. Akan lebih hemat

jika menggunakan keran dan shower bertekanan rendah (low-flow), serta

toilet menggunakan air daur ulang.

c. Di ruang cuci, menggunakan mesin cuci yang sesuai antara penggunaan air

dengan banyaknya pakaian. Jika mencuci dengan tangan, tampung air

dalam ember (jangan membiarkan air mengalir terus menerus) dan

semaksimal mungkin menggunakan air untuk mencuci dan membilas

pakaian berulang-ulang.

d. Di luar ruangan, menyiram taman saat pagi-pagi (early morning) atau

sore-sore (late afternoon) dan saat udara sejuk, dengan tujuan untuk

mengurangi penguapan. Mencuci mobil menggunakan ember daripada

dengan air mengalir dari selang, dapat menghemat air. Serta

membersihkan sirkulasi dalam tapak dengan menyapu daripada menyiram

dengan air.

e. Memperbaiki kebocoran alat-alat sanitasi, pada keran dapat menghemat

hingga 11.400 liter / tahun dan untuk toilet menghemat 760 liter / hari.

Page 39: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

64 

 

Dalam memilih alat-alat sanitasi dalam bangunan, diperhatikan yang

hemat air, dengan cara:

a. Keran

Menggunakan low-flow faucet dan memasang aerator faucet pada mulut

keran, dapat menghemat air hingga 3,8 – 9,5 liter / menit (dari 9,5 – 19

liter / menit menjadi 5,7 – 9,5 liter / menit) dengan tetap mempertahankan

kenyamanan tekanan air.

b. Shower

Dengan menggunakan low-flow showerheads, pemakaian air menjadi 3,8

– 9,5 liter / menit dibandingkan dengan showerheads standar yang

memakai air hingga 60 – 130 liter / menit

c. Kloset

Kloset standar (conventional toilet) menggunakan 13,3 – 19 liter / flush

sedangkan dengan menggunakan dual-flush toilet yang terbagi dengan

penggunaan minimum 3,8 liter / flush dan penggunaan maksimum 6 liter /

flush, dapat menghemat penggunaan air.

d. Urinoir

Umumnya, urinoir menggunakan 7,6 – 11,4 liter / flush. Dengan

menggunakan low-flow urinals, penggunaan air dapat mencapai kurang

dari 3,8 liter / flush.

Terdapat beberapa cara untuk mengolah air agar dapat digunakan

kembali, yaitu:

Page 40: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

65 

 

a. Sumur Resapan

Gambar 4-30. Distribusi Sumur Resapan

Sumber: http://www.nubian.com.au/Rainwater-reuse.asp

Air olahan dari sumur resapan dapat digunakan untuk mandi, cuci pakaian,

dan dapur.

Gambar 4-31. Detail Sumur Resapan

Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/alt-1.htm

Page 41: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

66 

 

Umumnya air hujan yang melalui proses pengolahan sumur resapan

menghasilkan air yang cukup aman dan berkualitas baik untuk digunakan

kembali.

Gambar 4-32. Lapisan Tanah

 

Sumber: http://rovicky.wordpress.com/2006/08/24

Resapan air dari sumur resapan akan merembes ke dalam lapisan tanah

hingga menembus permukaan tanah (water table) yang dibawahnya

terdapat air tanah, dimana akan dikonsumsi oleh penduduk yang tinggal di

atasnya.

b. STP atau WWTP

Gambar 4-33. Sirkulasi Recycled Water

Sumber: www.recycledwater.com.au

Page 42: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

67 

 

Air kotor yang berasal dari hunian, industri akan diproses melalui STP /

WWTP agar kualitas air sebelum dibuang ke riol kota atau digunakan

kembali memenuhi standar.

Gambar 4-34. Distribusi STP / WWTP

Sumber: http://ga.water.usgs.gov/edu/wwvisit.html

Air kotor (cair dan padat) disaring terlebih dahulu agar benda-benda padat

terfilter, kemudian wastewater tersebut diproses. Dalam proses, butiran /

kotoran akan mengendap di bawah dan endapan tersebut dapat digunakan

untuk pupuk tanaman. Sedangkan air kotor tersebut akan terus melalui

proses pengolahan hingga akhirnya memenuhi standar agar dapat

digunakan kembali untuk toilet, menyiram tanaman, dan proteksi

kebakaran.

Untuk menghemat penggunaan air, maka dilakukan perhitungan

penggunaan air bangunan asrama.

Menurut buku ‘Panduan Sistem Bangunan Tinggi’, kebutuhan air bersih

per hari adalah 135 – 225 liter / orang dan air buangan sebanyak 189 liter /

orang.

Page 43: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

68 

 

Kebutuhan air penghuni = (400 + 15) x 135

= 415 x 135 = 56.025 liter

Kebutuhan air hidran = (18.454 x 2) ÷ 800

= 36.908 ÷ 800 = 46,1 ≈ 46 liter

Total air toilet dan urinoir = {(4,8 + 3,8) x 5} x 415

= 43,5 x 415 = 18.052,5 liter

Kebutuhan air bersih = 56.025 – 46 – 18.052,5 = 37.926,5 liter

Curah hujan Jakarta = 300 mm/bulan = 0,3 m/jam

Jumlah air hujan = (0,278) x 0,7 x 0,3 m/jam x 4000 m2

= 233,5 ≈ 234 m3/jam [48 sumur resapan]

Air olahan yang dapat dipakai kembali = (135 – 43,5) x 415

= 91,5 x 415 = 37.972,5 liter

Kesimpulan:

Dalam kaitan dengan hemat air, maka dalam desain bangunan Asrama

Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini, dapat menerapkan beberapa cara,

yaitu:

o Menanam tanaman yang memerlukan pengairan yang sedikit, dengan

demikian, jumlah pemakaian air akan berkurang.

o Menggunakan peralatan sanitar yang bertekanan rendah (low flow: faucet,

shower, and urinal) serta dual-flush toilet.

o Mencuci pakaian dengan mesin cuci sesuai antara banyaknya pakairan

dengan jumlah pemakaian air.

Page 44: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

69 

 

o Letak reservoir air dekat dengan kamar mandi, dapur agar penyaluran air

lebih efektif.

o Perilaku penghuni dan pengguna bangunan untuk melaksanakan

penghematan air.

o Melakukan konservasi air (dengan sumur resapan) dan mengolah air kotor

untuk digunakan kembali sehingga pemakaian air bersih (air PAM) akan

berkurang.

Elektrikal

Sumber daya listrik yang diperlukan untuk bangunan asrama, berasal

dari:

a. PLN

Merupakan pasokan listrik utama dalam menunjang kegiatan sehari-hari di

lingkungan asrama.

b. Genset

Berperan sebagai sumber listrik cadangan ketika sumber listrik dari PLN

terputus / mati.

Gambar 4-35. Diagram Tipikal Pasokan Listrik

PLN TRANSFORMATOR METER

PLN

GENSET

PANEL LAMPU DARURAT

PANEL KEBAKARAN

R. MESIN, POMPA

R. PANEL

RUANG / AREA

Page 45: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

70 

 

Kesimpulan:

Pasokan listrik utama Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

berasal dari PLN dengan genset sebagai cadangan listrik ketika listrik dari

PLN mati.

Proteksi Kebakaran

Sistem pencegahan dalam menghadapi bahaya kebakaran:

a. Pencegahan Aktif

o Detektor yang berfungsi untuk mendeteksi jika ada asap atau suhu

ruangan yang terlalu tinggi.

o Hidran bangunan (tiap jarak 35 m) dan hidran halaman (maksimal

jarak 200 m).

o Sprinkler, dimana kepala sprinkler akan pecah jika mencapai suhu

tertentu (umumnya 68º C).

Tabel 4-21. Penggunaan Sprinkler menurut Klasifikasi Bangunan

Klasifikasi Bangunan Tinggi / Jumlah Lantai Penggunaan Sprinkler

Tidak bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 1 lantai

Tidak diharuskan

Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 2 lantai

Tidak diharuskan

Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 lantai

Tidak diharuskan

Bertingkat tinggi Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 lantai

Diharuskan, mulai dari lantai 1

Bertingkat tinggi Ketinggian lebih dari 40 meter atau diatas 8 lantai

Diharuskan, mulai dari lantai 1

Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.

Page 46: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

71 

 

o Fire Extinguisher, pemadam yang berisi bahan kimia.

b. Pencegahan Pasif

o Konstruksi tahan api, misalnya dengan konstruksi beton, baja.

o Pintu darurat terbuat dari bahan tahan api (minimal 2 jam) sehingga api

tidak masuk ke dalam tangga darurat.

o Jarak dengan tangga darurat sesuai dengan standar.

Tabel 4-22. Jarak Tempuh

Fungsi Batasan

Lorong Buntu Jarak Tempuh Maksimal

Tanpa Sprinkler Dengan Sprinkler Hunian - Hotel - Apartemen - Asrama - Rumah Tinggal

10 10 0

TP

30 30 30 TP

45 45 45 TP

Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.

Keterangan: TP = Tidak Perlu

Selain proteksi kebakaran, juga perlu diperhatikan sistem proteksi

terhadap bahaya petir. Dalam bangunan asrama mahasiswa ini, menggunakan

tiang penangkap petir (lighting rods) dengan sistem kurungan Faraday.

Terdapat tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination)

pada bagian tertinggi bangunan, dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi

bangunan dan berakhir ke dalam tanah.

4.3.9 Analisis Wujud Dasar Bangunan

Terdapat beberapa wujud dasar bangunan yang dapat diterapkan dalam

bangunan Asrama Mahasiswa, sebagai berikut:

Page 47: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

72 

 

Tabel 4-23. Wujud Dasar Bangunan

Bentuk Karakteristik

2. Lingkaran Terpusat, berarah ke dalam; umumnya bersifat stabil dan menjadi pusat dari lingkungannya. Tidak cocok untuk asrama yang memerlukan perletakan perabot secara efisien.

3. Segitiga Menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil.

4. Bujur Sangkar Menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar – yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Cocok untuk perletakan perabot (tempat tidur, lemari, meja belajar) secara efisien.

Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.

Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu volume (panjang,

lebar, tinggi). Ditentukan oleh wujud dan hubungannya antar bidang-bidang

yang menggambarkan batas-batas dari volume tersebut.

Kesimpulan:

Bangunan asrama menggunakan bentuk bujur sangkar yang akan

divariasi, agar perletakan perabot dalam ruangan lebih efektif.

4.3.10 Analisis Sistem Struktur

Sub-Structure

Sub-structure merupakan bagian pondasi yang menahan seluruh berat

bangunan.

Page 48: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

73 

 

Tabel 4-24. Alternatif Sub-Structure

Pondasi Tiang Pancang Bored Pile

Gambar

Proses

Ditanam dengan cara dipancang menggunakan alat pancang khusus

Titik-titik pondasi dibor, kemudian dicor di tempat dengan tulangan besi / baja dan beton.

Keuntungan

- Kualitas tinggi - Pengerjaan relatif cepat - Cocok untuk kondisi tanah

yang luas

- Tidak ada getaran - Kebisingan rendah - Diameter relatif besar

sehingga daya dukung kuat

Kerugian

Saat pemancangan: - Getarannya dapat

menimbulkan resiko kerusakan pada bangunan sekitar

- Suaranya sangat keras, perlu alat penutup telinga.

- Relatif mahal - Memerlukan area yang

luas

Sumber: http://www.indopora.com

Asrama Mahasiswa Bina Nusantara yang terletak di kawasan padat

penduduk dan didukung dengan tapak yang relatif luas, sebaiknya

menggunakan pondasi bored-pile agar kawasan di sekitar tapak tidak

terganggu.

Upper-Structure

Upper-structure merupakan bagian kolom, balok, dan plat lantai; yang

berfungsi untuk mendukung dan menyalurkan beban bangunan ke bagian sub-

structure.

Page 49: WS BAB 4 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2008-2-0063 bab 4.pdf · matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan panas radiasi matahari terhadap

74 

 

Terdapat dua pilihan upper-structure yang berhubungan dengan kolom

dan balok:

a. Struktur Rangka

Terdiri dari rangka pembentuk kolom dan balok, dimana penutup

dindingnya merupakan elemen non-struktural.

b. Struktur Dinding Geser (Shear Wall)

Merupakan dinding (bidang masif) yang menerus hingga ke bagian teratas

bangunan, berfungsi sebagai elemen struktural yang menahan beban

bangunan dan lateral.

Tabel 4-25. Alternatif Bahan Konstruksi

Konstruksi Keuntungan Kerugian

Beton Bertulang

- Tahan api - Bebas korosi - Bahan struktur mudah

didapat

- Lemah terhadap gaya tarik

- Bentangan besar, dimensi bertambah

Baja

- Pemasangan cepat dan mudah

- ringan - Dapat dipakai kembali

- Tidak tahan api - Mudah berkarat - Kurang fleksibel

Baja Komposit

- Pemasangan relatif cepat - Kuat terhadap gaya tekan dan

tarik

- Struktur relatif berat - Relatif mahal

Sumber: http://www.ftsp1.uii.ac.id/twiki