ferdinandusnipa.files.wordpress.com… · Web view · 2012-11-24BAB 14. RANCANGAN PENELITIAN...
-
Upload
vuongkhuong -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of ferdinandusnipa.files.wordpress.com… · Web view · 2012-11-24BAB 14. RANCANGAN PENELITIAN...
BAB 14
RANCANGAN PENELITIAN TEORI GROUNDED
Teori grounded memungkinkan anda menghasilkan teori umum tentang fenomena
sentral yang grounded (bertumpu) pada data. Sebagai prosedur yang sistematis, ia menarik
minat bermacam ragam peneliti dalam bidang pendidikan. Bab ini mendefenisikan
penelitian teori grounded, mengidentifikasinya kalau ia digunakan, menilai karakteristik
kuncinya, dan mengusulkan langkah-langkah dalam melakukan dan mengevaluasi
rancangannya.
Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:
Mendefenisikan teori grounded dan mengidentifikasinya kalau ia digunakan
dalam sebuah penelitian,
Membedakan di antara tiga jenis rancangan teori gounded,
Mengidentifikasi proses yang diteliti dalam penelitian teori grounded,
Mengilustrasikan bagaimana pengambilan sampel teoritis dilakukan dalam
penelitian teori grounded,
Mendeskripsikan proses melakukan analisis data melalui perbandingan
berketerusan,
Mengidentifikasi kategori inti dalam model teori grounded,
Menyimpulkan teori yang dihasilkan oleh analisis data,
Menjelaskan pentingnya memoing (pembuatan memo) dalam penelitian teori
grounded,
Mendeskripsikan bagaimana melakukan penelitian teori grounded,
Mengevaluasi kualitas dari penelitian teori grounded,
Maria merancang penelitian teori grounded untuk proyek penelitiannya pada
program pasca sarjana. Pertanyaan penelitiannya adalah “Apa proses yang harus dilalui
untuk bisa memahami kepemilikan senjata oleh para siswa di sekolah menengah atas?”.
Untuk mengkaji pertanyaan ini, ia berencana menelusuri sebuah proses, yakni proses
pemahaman terhadap para siswa yang membawa senjata. Penelitian tentang proses ini akan
219
membantunya memahami salah satu aspek dari membawa senjata ke sekolah. Ia
mengidentifikasi 10 orang yang akan diwawancarai: 5 orang siswa yang tertangkap
membawa senjata dan 5 orang guru atau administrator sekolah yang ikut merasa prihatin.
Setelah mewawancarai individu-individu ini, Maria menganalisis data-data guna
menemukan tema-tema (atau kategori-kategori). Ia menyusun kategori-kategori ini menjadi
model dari proses tersebut secara visual. Ia kembangkan sebuah teori tentang proses
“pemahaman” terhadap kepemilikan senjata dengan harapan bahwa teori ini akan
memberikan sebuah penjelasan yang dapat digunakan oleh para pejabat sekolah untuk bisa
mengidenfikasi tanda-tanda sebagai “peringatan awal” dari para siswa yang cenderung
memilki senjata di sekolah. Maria membangun teori gounded melalui penelitian kualitatif.
Apa yang dimaksud dengan Penelitian Teori Grounded?
Rancangan penelitian grounded adalah prosedur kualitatif yang sistematik yang
digunakan untuk menghasilkan sebuah teori yang menjelaskan, pada tataran konsep,
sebuah proses, kegiatan, atau interaksi tentang sesuatu topik substantif. Dalam penelitian
teori grounded, yang dimaksud dengan teori adalah suatu penjelasan tentang “proses”—ia
menjelaskan proses dari suatu peristiwa, kegiatan, perbuatan, dan interaksi yang terjadi
pada suatu waktu tertentu. Penelitian teori grounded ini dilaksanakan melalui prosedur
pengumpulan data yang sistematis, pengidentifikasian kategori-kategori (sama maknanya
dengan tema-tema), mengaitkan kategori-kategori ini, dan membangun teori yang
menjelaskan suatu proses.
Kapan Teori Grounded Digunakan?
Anda menggunakan teori grounded ini apabila anda memerlukan suatu teori umum
atau suatu penjelasan tentang sebuah proses. Teori grounded melahirkan sebuah teori
apabila teori yang ada tidak mengena dengan masalah atau partisipan yang rencananya
akan anda teliti. Karena teori itu berakar dari data, maka ia bisa memberikan penjelasan
yang lebih baik dari teori yang diperoleh dari literatur, karena teori tersebut cocok dengan
situasi, wujud dalam praktek, sensitif terhadap individu-individu pada sebuah seting, dan
boleh jadi merepresentasikan semua kompleksitas yang sebenarnya ditemukan di dalam
proses. Contoh, dalam meneliti populasi pendidikan tertentu (anak-anak dengan gangguan
220
konsentrasi), teori yang ada boleh jadi sedikit sekali yang bisa diterapkan terhadap populasi
khusus seperti ini.
Anda juga bisa menggunakan penelitian teori grounded apabila anda ingin meneliti
sesuatu proses, seperti bagaimana anak-anak bisa mengembangkan kemampuannya
sebagai penulis (Neff, 1998) atau bagaimana anak-anak Afrika-Amerika yang berprestasi
tinggi atau wanita karir berketurunan Kaukasia bertumbuh dan berkembang (Richie,
Fassingers, Linn, & Johnson, 1997). Ia juga digunakan untuk menjelaskan perbuatan orang,
seperti proses partisipasi di dalam pendidikan orang dewasa (Courtney, Jha, & Babchuck,
1994), atau interaksi antara orang-orang, seperti dukungan yang diberikan oleh pembantu
dekan bidang ademik atau ketua jurusan di sebuah perguruan tinggi kepada para dosen-
peneliti (Creswll & Brown, 1992).
Untuk para peniliti kualitatif pemula, teori grounded menawarkan prosedur yang
sistematis, langkah demi langkah, dalam melakukan analisis data. Tersedianya prosedur
seperti ini akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa ketika mereka mempertahankan
penelitian kualitatif di hadapan panitia penguji. Sebagai proses yang sistematis, teori
grounded mempertontonkan keampuhan yang ingin dilihat oleh para peneliti kuantitatif
dalam penelitian pendidikan. Sebagai bahagian dari proses ini, teori grounded memiliki
karakteristik yang bisa melakukan self-correction. Berdasarkan pada analisis satu set data, si
peneliti mendapatkan arah dari hasil analisis tersebut untuk dapat dilanjutkan dengan set
data selanjutnya (Charmaz, 2000). Disamping itu, dalam analisis data, si peneliti
membangun kategori-kategori secara sistematis dari satu insiden ke insiden lainnya dan dari
insiden ke kategori. Dengan cara begini, si peneliti akan selalu “dekat” dengan data pada
setiap saat dalam analisis yang dilakukannya.
Bagaimana teori grounded berkembang?
Dua orang sosiolog, Barney G. Glaser dan almarhum Anselm L. Strauss,
mengembangkan teori grounded pada penghujung tahun 1962. Teori ini muncul dari karya
mereka di University of California di San Francisco, Medical Center dengan para pasien yang
yang sedang menderita sakit. Dalam meneliti pasien-pasien ini, Glaser dan Strauss merekam
dan mempublikasikan metoda penelitian mereka. Ini menyebabkan banyak individu yang
menghubungi mereka untuk mengetahui lebih banyak tentang metoda penelitian mereka
ini. Glaser dan Strauss menyusun buku perintis yang menguraikan secara rinci prosedur-
221
prosedur teori grounded, The Discovery of Grounded Theory (1967). Buku ini meletakkan
dasar-dasar dari gagasan utama tentang teori grounded (alas) yang digunakan saat ini, dan
menjadi petunjuk prosedural bagi bermacam ragam disertasi dan laporan-laporan
penelitian. Dalam buku tersebut, Glaser dan Strauss menyatakan bahwa teori yang ada saat
ini dalam sosiologi terlampau menekankan pada memverifikasi dan mengetes teori
ketimbang menemukan konsep-konsep (variabel-variabel) dan hipotesis berdasarkan data
aktual di lapangan dari para partisipan. Sebuah teori yang ditemukan selama pengumpulan
data akan “cocok dengan situasi yang sedang diteliti dan akan berfungsi apabila
dipraktekkan” (Glaser & Strauss, 1967, halaman 3) dan akan lebih baik dari teori yang sudah
diidentifikasi terlebih dahulu sebelum penelitian dimulai.
Ide-ide dalam buku tersebut mencerminkan latar belakang kedua pengarang.
Glaser memberikan pelatihan tentang penelitian kuantitatif di Columbia University, kepada
para peneliti kenamaan yang tertarik pada pengembangan teori secara induktif
menggunakan data-data kuantitatif dan kualitatif. Perspektif induktif inilah yang
menyebabkan beliau melihat pentingnya menghasilkan teori dari perspektif partisipan
dalam sebuah penelitian. Walaupun demikian, Strauss “memasuki” teori grounded ini dari
University of Chicago, dengan sejarah dan tradisi yang kuat dalam penelitian lapangan
kualitatif. Latar belakang ini menyebabkan Strauss memberi penekanan pada pentingnya
penelitian lapangan, yakni pergi menemui individu-individu dan mendengarkan secara
cermat gagasan-gagasan para partisipan.
Pada tahun-tahun setelah terbitnya buku Discovery itu, Glaser dan Strauss, secara
terpisah, mengarang beberapa buku yang menjernihkan dan menjelaskan metoda-metoda
awal mereka tersebut (Glaser, 1978, 1992; Strauss, 19987). Pada tahun 1990 dan kemudian
pada tahun 1998, Strauss bekerja dalam satu tim dengan peneliti perawatan kesehatan
masyarakat, Juliet Corbin, membawa teknik dan prosedur teori grounded ke tingkat-tingkat
yang lebih baru. Mereka memperkenalkan bentuk teori grounded yang lebih berperspektif
lagi, dengan kategori-kategori yang terlebih dahulu ditetapkan dan dengan memberi
perhatian terhadap masalah-masalah validitas dan reliabilitas.
Pendekatan mereka yang sistematis, walau dirangkul oleh para peneliti kualitatif
baru (Charmaz, 2000), memancing tanggapan kritis dari Glaser (1992), yang beliau rinci
dalam sebuah buku guna “mendorong para peneliti memakai teori grounded pada jalur yang
benar” (halaman 3). Glaser terutama sekali memberi perhatian pada bagaimana Strauss
222
menggunakan kategori-kateori dan kerangka-kerangka yang sudah ditentukan terlebih
dahulu yang tidak akan memungkinkan teori muncul selama penelitian berlangsung. Beliau
juga mengetengahkan isu berkaitan dengan apa yang beliau lihat sebagai penekanan
semata-mata pada pendeskripsian perbuatan-perbuatan ketimbang secara aktif
mengkonseptualisasikan pola-pola atau hubungan-hubungan yang terdapat di dalam data
yang mengarah pada sebuah teori.
“Dengan demikian, siapa yang memiliki teori grounded (alas) yang ril?” tanya
Charmaz (2000, halaman 513). Pertanyaannya lebih dari sekedar retorika; ia menjawabnya
dengan mengajukan pendekatannya sendiri terkait dengan teori grounded, metoda
“constructivist” (Charmaz, 2006). Charmaz merasa bahwa Glaser dan Strauss (dan Strauss
dan Corbin) terlampau sistematis dalam prosedur mereka. Para teoritisi teori grounded
perlu memberi penekanan pada strategi-strategi yang fleksibel, memberi penekanan pada
makna yang diberikan oleh para partisipan terhadap situasi, mengakui peranan peneliti dan
individu-individu yang diteliti, dan memperluas cakrawala filosofisnya melebihi orientasi
kuantitatif terhadap penelitian.
TIPE-TIPE RANCANGAN TEORI GROUNDED
Kita bisa lihat bahwa perspektif dalam pelaksanaan penelitian teori grounded
berbeda tergantung pada pengikut dari pendekatan tertentu. Walaupun demikian, tiga jenis
rancangan yang dominan dapat dibedakan: prosedur yang sistematis berada dibawah panji-
panji Strauss dan Corbin (1998); rancangan yang emerging (muncul secara alamiah) di
bawah panji-panji Glaser (1992); dan pendekatan constructivists dIdukung oleh Charmaz
(1990, 2000, 2006).
Rancangan Sistematis
Rancangan sistematis dari teori grounded digunakan secara meluas dalam
penelitian penddikan, dan ia terkait dengan prosedur yang rinci dan ketat sebagaimana
diidentifikasi oleh Strauss dan Corbin pada tahun 1990 dan dielaborasi lagi pada edisi kedua
tentang tekhnik dan prosedur mengembangkan teori grounded (1998). Prosedur tersebut
jauh lebih terbimbing dibandingkan dengan konseptualisasi awal tentang teori grounded
yang dikembangkan pada tahun 1967 (Glaser& Strauss, 1967). Rancangan yang sistematis
dari teori grounded memberi penekanan pada penggunaan langkah-langkah analisis data,
223
pengkodean terbuka, axial, dan selektif, serta pengembangan paradigma logis atau
gambaran visual dari teori yang dilahirkan. Dalam defenisi ini, tiga tahapan pengkodean
terjadi.
Pada tahap pertama, pengkodean terbuka, seorang pakar grounded membentuk
kategori-kategori awal dari informasi tentang fenomena yang diteliti melalui pemilahan
informasi. Si peneliti mendasari kategori-kategori itu pada semua data yang dikumpulkan,
seperti wawancara, observasi, dan memo serta catatan-catatan si peneliti. Biasanya, para
peneliti mengidentifikasi kategori-kategori dan sub-sub kategori, seperti terlihat dalam
penelitian teori grounded yang dilakukan oleh Knapp (1995). Ia meneliti pengembangan
karir dari 27 orang pelatih kependidikan. Dalam wawancara dengan tiga orang pelatih
tersebut, ia pelajari adaptabilitas dan fleksibilitas mereka. Satu halaman dari penelitiannya
itu, seperti terlihat pada Diagram 14.1, menggambarkan beberapa kategori yang
diidentifikasi oleh Knapp dari data-datanya, seperti spesialisasi, ketrampilan mengajar,
menemukan fokus, dan pembelajaran dalam jabatan. Dalam menyajikan pengkodean ini,
kita melihat bahwa Knapp juga mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang mendukung
kategori-kategori tersebut, seperti wawancara, wawancara kelompok terfokus, jurnal,
memo, dan observasi.
Untuk melihat contoh lain dari pengkodean terbuka ini, perhatikan Diagram 14.2,
yang memperlihatkan pengkodean penelitian tentang 33 orang pembantu dekan bidang
akademik di akademi dan universitas serta peranan mereka dalam meningkatkan
kemampuan para dosen meneliti (Creswell & Brown, 1992). Pengarang menyusun penyajian
mereka tentang pengkodean terbuka berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Knapp;
mereka memasukkan kategori-kategori umum, properties, dan contoh-contoh yang
dimensional, dan mengikuti prosedur sistematis dari Strauss dan Corbin (1998). Tajuk utama
dari tabel ini adalah tujuh kategori: provider, enabler, advocate, mentor, encourager,
collaborator, dan challenger. Walaupun demikian, pengarang memperkenalkan lagi dua
gagasan baru dalam pemahaman kita tentang pengkodean terbuka. Properties adalah sub-
sub kategori yang terdapat di dalam pengkodean terbuka yang fungsinya adalah memberi
keterangan yang lebih rinci tentang masing-masing kategori. Masing-masing sub-kategori,
sebaliknya, dalam teori grounded (alas), memiliki dimensi. Sub-kategori yang dimesional
bermakna bahwa si peneliti melihat sesuatu sub-kategori berada dalam sebuah kontinum
dan di dalam data berisikan contoh-contoh yang mewakili dua ujung ekstrim pada kontinum
224
ini. Contoh, dekan, sebagai seorang penyedia (sebuah kategori), terlibat dalam pemberian
dana kepada para dosen (sub-kategori), yang memiliki dua ujung kontinum yang ekstrim,
pemberian dana mulai dari yang berjangka panjang sampai pada uang jalan berjangka
pendek (sub-kategori yang dimensional).
Pada tahap kedua, pengkodean aksial (bersumbu), seorang pakar teori grounded
memilih satu buah kategori dalam pengkodean terbuka, meletakkannya pada posisi sentral
dari proses yang sedang dikaji (sebagai inti dari fenomena), dan kemudian mengaitkan
kategori-kategori yang lain dengan kategori tersebut. Kategori-kategori yang lain ini
merupakan kondisi penyebab (faktor-faktor yang mempengaruhi kategori inti), strategi (aksi
yang dilakukan dalam rangka memberikan respon terhadap kategori inti), kondisi-kondisi
kontekstual dan pengganggu (faktor-faktor spesifik dan umum yang berpengaruh terhadap
strategi), dan konsekuensi (hasil/akibat dari penggunaan strategi). Tahap ini mencakup
pembuatan diagram, yang disebut coding paradigm (paradigma pengkodean), yang
memggambarkan hubungan timbal balik antara kondisi-kondisi penyebab, strategi, kondisi-
kondisi kontekstual dan pengganggu, dan konseuensi-konsekuensi.
Untuk mengilustrasikan proses ini, mula-mula lihat Diagram 14.3. Dalam diagram
ini, kita dapati kategori-kategori pengkodean terbuka pada sisi sebelah kiri dan paradigma
pengkoden aksial pada sisi sebelah kanan. Peneliti teori grounded mengidentifikasi satu
kategori pengkodean terbuka sebagai kategori inti yang merupakan sentral dari teori yang
akan dikembangkan (nanti akan kita bicara kriteria yang digunakan untuk memilih kategori
inti). Kemudian, kategori inti ini menjadi titik pusat dari paradigma pengkodean aksial.
Perhatikan paradigma ini! Akan anda lihat ada enam kotak (kategori) informasi:
1. Kondisi penyebab – kategori-kategori kondisi yang berpengaruh terhadapkategori inti
2. Konteks __ kondisi-kondisi spesifik yang berpengaruh terhadap strategi3. Kategori inti __ fenomena sentral dari proses4. Kondisi-kondisi yang mengganggu __ kondisi-kondisi kontekstual umum yang
berpengaruh terhadap strategi5. Strategi __ Kegiatan khusus atau interaksi yang merupakan hasil dari fenomena
inti6. Konsekuensi __ hasil dari penggunaan strategi
Disamping itu, meninjau paradigma pengkodean dari kiri ke kanan, terlihat bahwa
kondisi-kondisi penyebab berpengaruh terhadap fenomena inti, fenomena inti dan konteks
225
serta kondisi-kondisi pengganggu berpengaruh terhadap strategi, dan strategi berpengaruh
terhadap konsekuensi.
Tahap ketiga, adalah pengkodean selektif. Di dalam selective coding (pengkodean
selektif), pakar grounded menyusun teori dari kesalinghubungan antara kategori-kategori di
dalam model pengkodean aksial. Pada tataran dasar, kategori ini memberikan penjelasan
abstak tentang proses yang sedang dikaji dalam sesuatu penelitian. Proses itu adalah proses
memadukan dan memperhalus teori (Strauss 7 Corbin, 1998) melalui teknik-teknik seperti
menuliskan alur cerita yang mengaikan kategori-kategori satu sama lainnya dan menyortir
memo-memo pribadi berkenaan dengan gagasan-gagasan teoritis (lihat pembicaraan
tentang memo pada bahagian lain dalam bab ini). Di dalam alur cerita, seorang peneliti
boleh jadi mengkaji bagaimana faktor-faktor tertentu berpengaruh terhadap fenomena
yang menyebabkan digunakannya strategi-strategi tertentu yang pada akhirnya membawa
suatu hasil atau konsekuenasi tertentu pula.
Penggunaan ketiga jenis prosedur pengkodean ini bermakna bahwa para pakar
teori grounded menggunakan satu set prosedur untuk mengembangkan teori mereka.
Mereka mengandalkan penganalisisan data untuk menemukan tipe-tipe kategori yang
spesifik pada pengkodean aksial dan penggunaan diagram-diagram untuk menyajikan teori
mereka. Teori grounded yang menggunakan pendekatan ini boleh jadi berakhir dengan
hipotesis (yang disebut proposisi oleh Strauss dan Corbin, 1998 ) yang membuat hubungan
diantara kategori-kategorri dalam paradigma pengkodean aksial itu menjadi eksplisit.
Penelitian tentang proses penanggulangan akibat-akibat kekerasan seksual yang
dialami oleh 11 orang wanita pada masa kanak-kanak mereka mengilustfasikan prosedur
sitematis ini (Morrow & Smith, 1995). Dalam penelitian ini kita mengetahui bahwa para
wanita tersebut merasa ketakutan, putus asa, dan tak berdaya, akan tetapi mereka selamat
dan mampu mengatasi semuanya itu dengan jalan “mengelola” perasaan mereka
(menjauhkan atau menghindari perasaan-perasaan, tidak mau mengingat-ngingat apa-apa
yang sudah dialami). Mereka juga mengatasi perasaan-perasaan keputusasaan dan
ketidakberdayaan dengan menggunakan strategi-strategi seperti mencari imbangannya
dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, membingkai kembali kekerasan seksual yang
mereka alami ke dalam suatu ilusi kendali, atau semata-mata menolak isu-isu berkaitan
dengan kekuasaan. Sebagai sebuah contoh dari prosedur sistematis yang dikembangkan
oleh Strauss dan Corbin (1990, 1998), peneliti mencantumkan proses pengkodean terbuka,
226
pengkodean aksial, dan pengembangan sebuah model teoritis. Mereka secara jelas
mengidentifikasi bahagian-bahagian di dalam penelitian mereka yang berbicara tentang
masing-masing komponen dari pengkodean aksial (seperti penyebab timbulnya perasaan-
perasaan dan ketidakberdayaan, strategi-strategi yang digunakan, dan konsekuensi-
konsekuensinya. Sebuah diagram yang mengilustrasikan “model teoritis” untuk bisa selamat
dan bertahan, dan mereka menjelaskan bahwa diagram ini adalah sebuah urutan dari
langkah-langkah di dalam proses pembentukan kemampuan untuk bisa selamat dan
bertahan tersebut.
Rancangan yang mencuat (secara alamiah)
Walaupun Glaser berpartisipasi dengan Strauss dalam buku tentang teori grounded
(Glaser & Strauss, 1967), Glaser semenjak itu telah menulis banyak sekali kritikan terhadap
pendekatan Strauss. Dalam kritikannya, Glaser (1992) merasa bahwa Strauss dan Corbin
(1990) terlampau banyak memberi penekanan pada aturan dan prosedur, kerangka yang
sudah ditetapkan sebelumnya untuk kategori-kategori, dan memverifikasi teori ketimbang
melahirkan teori. Babchuck (1996 dan 1997) melakukan tinjauan ulang terhadap sejarah
penggunaan teori grounded. Walaupun demikian, Glaser (1992) memberikan penekanan
pada pentingnya pemunculan teori dari data ketimbang menggunakan kategori-kategori
spesifik dan yang ditentukan sebelumnya seperti yang kita lihat dalam paradigma
pengkodean aksial (kondisi penyebab, konteks, kondisi pengganggu, strategi dan
konsekuensiI). Selanjutnya, bagi Glaser, tujuan dari penelitian teori grounded adalah agar
peneliti menjelaskan sebuah “proses sosial mendasar”. Penjelasan tersebut mencakup
prosedur pengkodean komparatif yang berketerusan dalam rangka membandingkan insiden
yang satu dengan insiden yang lain, insiden dengan kategori, dan kategori yang satu dengan
kategori yang lain. Fokusnya adalah pada pengaitan kategori-kategori dan pemunculan
teori, bukan semata-mata pendeskripsian kategori-kategori. Pada akhirnya, si peneliti
membangun sebuah teori dan memperlihatkan hubungan antara kategori-kategori tanpa
mengacu pada diagram atau gambar.
Penelitian teori grounded yang lebih fleksibel dan lebih longgar sebagaimana
diajukan oleh Glaser (1992) terdiri dari beberapa gagasan utama:
1. Teori grounded wujud pada tataran konseptual yang paling abstrak bukan pada
tataran yang kongkrit seperti paradigma pengkodean.
227
2. Sebuah teori berakar pada data dan tidak dipaksa-paksakan menjadi kategori-
kategori.
3. Sebuah teori gounded yang baik harus memenuhi empat kriteria pokok: fit
(tepat), workable (bisa dilaksanakan), relevan, dan bisa dimodifikasi.
Mendapatkan teori melalui proses induksi yang cermat dari bidang kajian
substantif tertentu, teori tersebut akan cocok dengan realitas menurut
pandangan para partisipan, praktisi, dan peneliti. Apabila teori grounded jalan,
tentulah ia akan relevan. Teori itu seharusnya “tidaklah ditulis di batu” (Glaser,
1992, halaman 15) dan seharusnya dimodifikasi ketika masuk data-data baru.
Penelitian Larson (1997) menggambarkan penelitian teori grounded yang sejalan
dengan pendekatan Glaser. Tujuan penelitian Larson adalah menuliskan sebuah “theory in
process” (halaman 118) berkenaan dengan konsepsi para guru IPS di sekolah menengah
tentang diskusi di dalam kelas mereka. Contoh dari emerging design (rancangan yang
mencuat) ini membawa para pembacanya melalui enam konsepsi yang muncul dari data:
diskusi sebagai bentuk hafalan, sebagai percakapan yang dibimbing guru, sebagai
percakapan yang terbuka, sebagai penyajian pertanyaan-pertanyaan yang menantang,
sebagai pemindahan pengetahuan yang terpimpin terhadap dunia di luar ruang kelas, dan
sebagai latihan interaksi verbal. Larson juga mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsepsi-konsepsi ini, seperi keberagaman siswa dan tujuan
pelajaran.
Di dalam pendekatan teori grounded dengan emerging design ini, perhatian Larson
difokuskan pada pengembangan penjelasan tentang diskusi di dalam kelas-kelas IPS di
sekolah menengah. Prosedurnya adalah untuk menghasilkan kategori-kategori melalui
pengkajian data-data, penyaringan kategori-kategori tersebut menjadi makin lama makin
sedikit jumlahnya, membandingkan data-data dengan kategori-kategori yang muncul, dan
merumuskan teori tentang proses-proses yang terjadi dalam diskusi-diskusi di dalam kelas.
Larson mengembangkan kategori-kategori, akan tetapi tidak menyajikan diagram untuk
teorinya tersebut.
Rancangan Constructivist
Rancangan constructivist didengungkan oleh Kathy Charmaz (1990, 2000, 2006)
sebagai suatu pandangan filosofis yang berada antara dua posisi, yakni pandangan yang
228
lebih positivist (lebih kuantitatif) dari Glaser dan Staruss & Corbin dengan para peneliti
postmodern (yakni mereka-mereka yang menantang pentingnya metoda). Secara
keseluruhan, fokusnya adalah pada makna yang diberikan oleh para partisipan penelitian. Ia
lebih tertarik pada pandangan, nilai, keyakinan, perasaan, asumsi, dan ideologi dari individu-
individu ketimbang mengumpulkan fakta-fakta dan mendeskripsikan perbuatan. Charmaz
(2000, 2006) menyatakan bahwa setiap aspek yang mengaburkan pengalaman, seperti
istilah-istilah yang rumit atau jargon-jargon, diagram-diagram, peta-peta konsep,
menyimpang dari teori grounded dan merupakan upaya untuk membuat penggunaan
istilah-istiah dan sebagainya itu menjadi lebih dominan. Menggunakan kode-kode yang aktif,
seperti “recasting life” (melakoni kembali kehidupan) menangkap lebih baik pengalaman-
pengalaman individu. Walupun demikian, prosedur teori grounded tidak mengecilkan
peranan si peneliti dalam proses tersebut. Si penelitilah yang membuat keputusan
berkenaan dengan kategori-kategori itu dalam keseluruhan proses dimaksud (Charmas,
1990). Si peneliti membawa pertanyaan-pertanyaan tertentu pada data, bersama-sama
dengan “ sejumlah konsep-sosiologis” (halaman 1165). Si peneliti juga membawa nilai-niai,
pengalaman-pengalaman, dan prioritas-prioritas. Setiap konklusi yang dikembangkan
semuanya bersifat sugesti, belum lengkap, dan belum konklusif.
Dalam menerapkan pendekatan ini, seorang pakar grounded menjelaskan
perasaan-perasaan individu ketika ia mengalami sebuah fenomena atau proses. Penelitian
dengan rancangan konstruktivist ini mengungkapkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai
yang dipegang oleh si peneliti dan menghindarkan diri dari penggunaan predetermined
categories (kategori-kategori yag sudah ditentukan sebelumnya), seperti yang ditemui
dalam pengkodean aksial. Narasinya dituliskan lebih eksplanatori, lebih discursive
(berkesinambungan), dan lebih memancing banyak asumsi dan makna dari sisi pandang
individu-individu dalam penelitian.
Charmaz mengilustrasikan unsur-unsur pokok dari pendekatan kontruktivist
terhadap teori grounded (teori alas) ini. Dalam sebuah penelitian tentang proses-proses
yang dialami oleh 20 orang pria dengan penyakit kronis (selerosis, gagal ginjal, diabetes)
mengkaji bagaimana dan dengan cara apa penyakit mereka tersebut mempercepat
timbulnya dilema terkait dengan identitas pribadi. Ia berpendapat bahwa penyakit kronis
mengancam identitas kejantanan seorang pria. Temuan-temuannya menelusuri beberapa
dilema, seperti kegiatan-kegiatan yang beresiko versus bersifat pasif tanpa daya, tetap
229
mandiri versus menjadi tergantung, menjaga dominasi versus menjadi subordinat, dan
memelihara pandangan publik terhadap diri versus memendam perasaan sendiri. Dilema-
dilema ini mengelompok dalam beberapa proses yang dialami oleh pria-pria itu – kesadaran
akan mati, menyesuaikan diri dengan ketidakpastian, pasrah dengan penyakit dan
ketidakmampuan, melindungi diri sendiri.
Untuk menggunakan pendekatan konstruktivist terhadap teori grounded,
Charmaz menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk memahami “apa maknanya menjadi
sakit” (1994, halaman 284). Ia melaporkan perasaan orang-orang tersebut, dengan
menggunakan label kode aktif, seperti “awakening” (kesadaran), “accomodating”
(penyesuaian), “defining” (kepasrahan), dan “preservng” (perlindungan). Kode-kode ini
melambangkan proses-proses yang dialami oleh pria-pria tersebut. Charmaz mengait-
ngaitkan pengalaman-pengalaman mereka, kondisi-kondisi mereka, konsekuensi-konsekunsi
yang mereka alami dalam suatu narasi pembicaraan tanpa penggunaan diagram atau
gambar untuk menyarikan proses-proses dimaksud. Ia mengakhirinya dengan pemikiran
seperti “Apa-apa saja kondisi yang berpengaruh terhadap sikap apakah seorang pria akan
membentuk identitas positif dalam dirinya atau akan tenggelam ke dalam depresi?”
(halaman 283 – 284), lebih bersifat sugesti dan mempertanyaan data ketimbang konklusif.
Memilih rancangan teori grounded
Memilih satu diantara tiga pendekatan ini memerlukan beberapa pertimbangan.
Ketika anda berencana akan menggunakan penelitian teori grounded, anda perlu
menimbang-nimbang sejauh mana anda akan memberikan penekanan pada prosedur,
menggunakan kategori-kategori yang pre-determined dalam analisis data, memposisikan diri
anda sebagai peneliti, dan menetapkan bagaimana penelitian akan diakhiri, apakah dengan
pertanyaan-pertanyaan tentatif atau hipotesis yang spesifik.
Seandainya anda Maria, yang berupaya melahirkan sebuah teori berkenaan dengan
proses pemahaman tentang kepemilikan senjata oleh para siswa, rancangan apa yang akan
anda gunakan? Karena Maria adalah seorang peneliti muda, pendekatan yang lebih
terstruktur (rancangan sistematis) merupakan pilihan yang ideal. Dengan prosedur yang
teridentifikasi dengan jelas dan model pengkodean aksial dengan tipe-tipe kategorinya yang
sudah ditentukan dan yang masing-masingnya harus dikait-kaitkan, maka prosedur yang
sistematis lagi-lagi merupakan prosedur yang ideal.
230
Dalam memiilih satu dari ketiga pendekatan ini, pertimbangkan pula bahwa
prosedur yang diajukan oleh Strauss dan Corbin (1998) boleh jadi menjurus pada komitmen
yang gegabah guna melahirkan kategori-kategori analitis (Robrecht, 1995) dan kurangnya
kedalaman konseptual (Becker, 1993). Disamping itu, dalam setiap tipenya, teori grounded
memiliki bahasa yang berbeda yang beberapa pendidik bisa jadi menganggapnya sebagai
jargon dan karenanya memerlukan defenisi yang cermat (seperti perbandingan
berkelanjutan, pengkodean terbuka, pengkodean aksial). Satu kritikan yang diajukan adalah
bahwa istilah-istilah ini tidak selalu didefenisikan secara jelas (Charmaz, 2000), walaupun
Strauss dan Corbin (1998) telah memberikan berbagai defenisi pada awal masing-masing
bab dalam buku mereka. Akhirnya, dengan beragam pendekatan dan terus bermunculannya
perspektif-perspektif baru, para pembaca menjadi bingung dan tidak tahu prosedur mana
yang paling mangkus melahirkan teori yang baik.
Apa-apa saja karakteristik dari Penelitian Teori Grounded?
Teori grounded bisa memadukan pendekatan yang sistematis, emerging design
yang fleksibel, dan penggunaan kode-kode aktif untuk memotret pengalaman-pengalaman
para partisipan. Dalam keenam karakteristik berikut, anda bisa menemukan unsur-unsur
dari pendekatan-pendekatan sistematis, emerging, dan konstruktivist. Karakteristik yang
digunakan oleh para peneliti teori grounded dalam rancangan penelitian mereka adalah:
Pendekatan proses
Sampel teoritis
Analisis data melalui perbandingan berkelanjutan
Kategori inti
Melahirkan teori
Memo
Pendekatan proses
Walaupun para pakar teori grounded mengkaji gagasan tunggal (seperti
ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan), mereka seringkali mengkaji sebuah proses karena
dunia sosial di mana kita hidup melibatkan interaksi antara orang dengan orang. Para pakar
grounded menghasilkan pemahaman tentang sebuah proses terkait dengan suatu substansi
dalam lingkup suatu topik. Proses dalam penelitian teori grounded adalah sebuah urutan
231
aksi dan interaksi diantara orang-orang dan peristiwa terkait dengan suatu topik (Strauss &
Corbin, 1998). Topik pendidikan bisa jadi pencegahan AIDS, penilaian prestasi, atau
konseling antara seorang konselor dan seorang siswa. Dalam kesemua topik ini, para
peneliti bisa mengisolasi dan mengidentifikasi aksi dan interaksi diantara orang-orang. Para
pakar grounded menyebut aspek-aspek yang diisolasi ini kategori. Kategori-kategri dalam
rancangan teori grounded adalah tema-tema dari informasi dasar yang diidenfikasi di dalam
data oleh si peneliti digunakan untuk memahami sebuah proses. Sebuah kategori dari
proses konseling antara konselor sekolah dengan seorang siswa, umpamanya, adalah
pemahaman siswa tentang apa maknanya “sukses” dalam sesi itu.
Seperti dibicarakan dalam Bab 9, beberapa jenis label atau judul digunakan untuk
tema-tema atau kategori-kategori. Di dalam penelitian teori grounded, bentuk yang sering
digunakan adalah kode in vivo. Kode-kode in vivo adalah label-label untuk kategori-kategori
(atau tema-tema) yang dinyatakan berupa kata-kata langsung dari partisipan, dan bukan
kata-kata si peneliti atau istilah-istilah dalam ilmu sosial atau ilmu pendidikan. Para peneliti
mengidentifikasi kata-kata ini dengan jalan membaca tulisan-tulisan yang terdapat pada
manuskrip-manuskrip atau catatan-catatan lapangan untuk menemukan ungkapan-
ungkapan yang secara langsung diutarakan oleh para partisipan. Dari situ akan tergambarlah
isi dari suatu kategori. Contoh, dari pada menggunakan konsep ilmu sosial “upward
mobility” (mobilitas ke atas), seorang partisipan boleh jadi menyebutnya “menaiki anak
tangga”. Dengan menggunakan pengkodean in vivo, si peneliti akan menggunakan ungkapan
“menaiki anak tangga” untuk mendeskripsikan kategori tersebut. Karena kategori
merupakan judul-judul utama dalam laporan penelitian, ungkapan ini akan menjadi judul
untuk pembicaraan tentang kategori kode terbuka “menaiki anak tangga”.
Kiranya akan bermanfaat apabila kita melihat bagaimana kedua konsep “proses”
dan “kategori” terkait dengan aktivitas-aktivitas yang secara khusus diterapkan oleh para
pakar teori grounded. Perhatikan aliran aktivitas sebagaimana diungkapkan oleh Diagram
14.4. Seorang peneliti mulai dengan sebuah masalah penelitian, seperti perlunya mengkaji
bagaimana para pembantu dekan bidang akaemik “menyeimbankan antara pekerjaan
dengan kehidupan pribadi”. Untuk meneliti fenomena sentral ini, peneliti teori grounded
mengerangkakannya sebagai sebuah proses, yakni “proses di mana para pembantu dekan
bidang akademiki menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi” (alternatifnya,
proses ketidakseimbangan boleh jadi akan ditelusuri). Apapun prosesnya, sebuah proses
232
tetap adalah sebuah urutan aktivitas , kegiatan yang dilakukan orang, dan interaksi-
interaksi antara orang-orang. Kegiatan dari para pembantu bidang akdemik bisa saja
mencakup latihan-latihan fisik (olah rga) pada pagi hari dan mengunjungi para dosen pada
pagi hari itu terkait dengan situasi di fakultas yang tegang. Di sini kita melihat ada beberapa
kegiatan, yang tersusun menjadi sebuah urutan, yang menggambarkan kegiatan yang
dilakukan oleh orang. Ketika seorang peneliti grounded meneliti para pembantu dekan
bidang akademik ini (misalnya melalui wawancara dan observasi), dan sebuah pemahaman
tentang proses menyeimbangkan pekerjaan dan khidupan pribadi ini akan secara berangsur-
angsur muncul. Si peneliti mengkategorikan informasi, mencari bukti-bukti guna mendukung
masing-masing kategori. Tahap ini disebut tahap pengkodean terbuka. Kemuian si penelii
mulai menyusun kategori-kategori menjadi sebuah model (pengkodean aksial), dan
mengait-ngaitkan kategori-kategori itu dalam rangka membangun sebuah teori yang
mampu menjelaskan proses menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Dalam
contoh ini, proses tersebut muncul dari masalah dan kebutuhan untuk mengkali fenomena
sentral, dan kategori-kategoripun dikembangkan dari data.
Ketika para peneliti teori grounded melakukan sebuah penelitian, mereka sering
menggunakan ungkapan untuk menyatakan proses ini dengan kata kerja (dalam B. Inggeris
kata kerja berakhiran _ING)(disarankan oleh Charmaz, 200). Sebagai sebuah ungkapan yang
terdapat di dalam judul dan rumusan tujuan, ia menandakan bahwa itu adalah aktivitas dari
sebuah penelitian. Di bawah ini adalah judul-judul dari penelitian teori grounded yang di
dalamnya bisa kita lihat penggunaan kata kerja dimaksud, sebuah kategori kunci yang
menjadi minat, dan topik yang lebih luas lingkupya yang akan diteliti.
“Mendidik Setiap Guru, Setiap Tahun: Sekolah-sekolah Negeri dan Orang Tua
Murid bekerja sama dengan ADHD” (Reid dkk., 1996) – proses mendidik para
guru, kategori-kategori yang tersirat antara para orang tua dan sekolah, topik
tentang anak-anak dengan ADHD
“Menemukan Penyakit Kronis: Penggunaan Teori Grounded” (Charmaz, 1990) –
proses yang dilalui oleh para pasien menemukan penyakit mereka, kategori
penyakit kronis, dan topik penyakit yang tersirat
Penyampelan Teoritis
233
Data-data yang dikumpulkan oleh peneliti teori grounded untuk mengembangkan
proses mencakup banyak sekali bentuk informasi kualitatif (lihat Bab 8). Para peneliti bisa
mengumpulkan data-data melalui observasi, percakapan, wawancara, rekaman-rekaman
publik, catatan-catatan harian dan jurnal para responden, dan refleksi pribadi si peneliti
sendiri (Charmaz, 2000). Walaupun demikian, banyak pakar teori grounded sangat
mengandalkan wawancara, barangkali sebagai cara yang paling mampu menangkap
pengalaman-pengalaman para partisipan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri,
merupakan suatu pendekatan yang sejalan dengan posisi yang dianut oleh para pengikut
konstruktivist (Charmaz, 2000; Creswell, 2007).
Dalam memilih individu-individu untuk wawancara atau observasi dengan
menggunakan pemilihan sampel bertujuan, para peneliti teori grounded menerapkan
perspektif yang unik yang membedakannya dengan pendekatan-pendekatan kualitatif yang
lain dalam hal pengmpulan data. Para peneliti teori grounded melakukan pemilihan sampel
secara teoritis dengan menggunakan proses pengumpulan dan analisis data secara
berurutan dan simultan. Penyampelan teoritis dalam teori grounded bermakna bahwa si
peneliti memilih bentuk-bentuk pengumpulan data yang akan menghasilkan teks dan
gambar yang berguna untuk menelurkan sebuah teori. Ini bermakna bahwa pemilihan
sampel memiliki tujuan dan terfokus pada melahirkan teori. Contoh, ketika si peneliti teori
grounded berkeinginan meneliti pilihan sekolah, para siswa dan orang tua mereka
merupakan calon-calon yang paling baik untuk diwawancarai karena mereka yang secara
aktif terlibat dalam proses pemilihan sekolah dan bisa berbicara dari pengalaman pertama.
Walaupun demikian, staf sekolah (misalnya kepala sekolah) boleh jadi memiliki informasi
yang berguna bagi proses ini, akan tetapi mereka kurang penting dibandingkan dengan para
siswa dan orang tua mereka, yang justru mereka itulah yang membuat pilihan-pilihan
tersebut. Dalam proyek ini, para peneliti teori grounded, akan mulai dengan para siswa dan
orang tua mereka, yang sebenarnya membuat plihan-pilihan itu.
Disebalik penyampelan data demi nilai teoritisnya, para peneliti teori grounded juga
menggunakan emerging design. Emerging design dalam penelitian teori grounded adalah
proses di mana si peneliti mengumpulkan data, kemudian langsung menganalisisnya
ketimbang menunggu semua data terkumpul, dan selanjutnya mendasarkan keputusan
tentang data apa yang harus dikumpulkan selanjutnya dalam analisis ini. Gambaran tentang
sebuah “liku-lekok” akan membantu kita memahami prosedur ini, seperti tergambar dalam
234
Diagram 14.5. Sebagaimana diliustrasikan dalam diagram tersebut, para pakar teori
grounded, terlibat dalam pengumpulan data awal (misalnya pengumpulan data wawancara
awal), menganalisisnya untuk mendapatkan kategori-kategori awal, dan kemudian mencari
rambu-rambu tentang data-data tambahan yang harus dikumpulkan. Rambu-rambu ini
boleh jadi berupa kategori-kategori yang masih mentah yang perlu dikembangkan lagi,
informasi-informasi yang terputus dalam urutan proses, atau individu-individu baru yang
bisa memberikan pemahaman tentang beberapa aspek dari proses dimaksud. Para peneliti
teori grounded kemudian kembali ke lapangan mengumpulkan informasi tambahan. Di
dalam prosedur ini, si peneliti menyempurnakan, mengembangkan, dan mengklarifikasi
makna-makna dari kategori-kategori tersebut dalam rangka melahirkan teori. Proses ini
berupaya merangkai secara ulang alik antara pengumpulan data dan analisis data, dan terus
berlanjut sampai si peneliti akhirnya mencapai titik jenuh (saturation) untuk kategori
tertentu. Saturation (penjenuhan) dalam penelitian teori grounded adalah suatu kondisi di
mana si peneliti membuat sebuah penentuan subjektif bahwa data-data baru tidak lagi
memberikan informasi atau pemahaman baru dalam rangka mengembangkan kategori-
kategori.
Mengidentifikasi proses ini dalam penelitian teori grounded yang sudah
dipublikasikan memerlukan pengujian yang cermat dalam hal proses pengumpulan dan
anlisis data untuk melihat apakah si peneliti sudah melakukan proses ulang-alik (recycling)
antara pengumpulan data dan analisis data tersebut. Contoh, dalam sebuah penelitian
tentang proses yang dialami oleh pria-pria yang menderita penyakit kronis, Charmaz (1990)
secara cermat mendokumentasikan bagaimana ia mewawancarai 7 dari 20 orang pria dalam
penelitiannya lebih dari satu kali guna memperbaiki kategori-kategori yang mencuat
(muncul(.
Analisis Data Melalui Perbandingan Berkelanjutan
Dalam penelitian teori grounded, si peneliti terlibat dalam sebuah proses
pengumpulan data, menyortirnya untuk mendapatkan kategori-kategori tertentu,
mengumpulkan informasi tambahan, dan membandingkan informasi baru tersebut dengan
kategori-kategori yang muncul. Proses pengembangan kategori-kategori informasi yang
dilakukan secara berangsur-angsur ini merupakan prosedur perbandingan berkelanjutan.
Constant comparison (perbandingan berkelanjutan) adalah prosedur analisis data secara
235
induktif (dari sesuatu yang spesifik ke sesuatu yang umum) dalam penelitian teori grounded
dalam rangka menghasilkan dan mengaitkan kategori-kategori dengan jalan
membandingkan insiden-insiden yang terdapat di dalam data dengan insiden-insiden
lainnya, insiden-insiden dengan kategori-kategori, dan kategori-kategori yang satu dengan
kategori-kategori lainnya. Tujuannya secara keseluruhan adalah untuk “to ground”
(membumikan) kategori-kategori itu di dalam data. Seperti terlihat dalam Diagram 14.6,
data-data mentah membentuk indikator-indikator (I; Glaer, 1978) – segment-segmen kecil
dari informasi yang bersumber dari orang yang berbeda, sumber yang berbeda, orang yang
sama pada waktu yang berbeda. Indikator-indikator ini, selanjutnya dikelompokkan ke
dalam beberapa kode (misalnya, Kode A, Kode B, Kode C), dan kemudian membentuk
kategori-kategori yang lebih abstrak (misalnya, Kategori 1, Kategori II). Di dalam keseluruhan
proses ini, si peneliti secara terus menerus melakukan perbandingan antara indikator yang
satu dengan indikator lainnya, kode yang satu dengan kode yang lainnya, dan kategori yang
satu dengan kategori lainnya. Proses ini akan mengeliminasi ketumpang
tindihan/keberulangan dan mengembangkan bukti-bukti dalam rangka mendukung
kategori-kategori. Tambahan lagi, para peneliti teori grounded membandingkan pola yang
mencuat (muncul) dengan data-data mentah dalam rangka membumikan kategori-kategori
informasi yang terkumpul selama penelitian.
Dalam proses ini, para peneliti teori grounded mempertanyakan data. Glaser
(1992), misalnya, menyarankan agar si peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apa data-data penelitian ini?
Kategori apa atau ciri-ciri kategori apa yang diindikasikan oleh insiden ini?
Apa yang sesungguhnya terjadi di dalam data?
Apa proses sosial psikologis yang mendasar atau proses sosial struktural yang
tercermin di dalam peristiwa tersebut? (halaman 51)
Di dalam penelitian teori grounded tentang proses menjadi seorang siswa dewasa
di New Zealand, Chocklin (1996) mengumpulkan data-data observasi, wawancara, kisah-
kisah keseharian partisipan, angket, dan bahan-bahan dokumen dari staf pengajar di sebuah
sekolah menengah atas. Dalam penelitian ini, Chocklin mendeskripsikan proses melakukan
perbaikan terhadap kategori-kategorinya (yang disebut tema-tema) dengan jalan kembali
pada data-datanya berkali-kali ketika tema-tema mencuat. Ia berkomentar
236
Sambil melakukan transkripsi dan pengorganisasian data, dan sebagai sebuah kegiatan yang saya lakukan pada akhir pekan, hari-hari libur resmi dan libur antar semester, saya terlibat dalam proses refleksi dan analisis yang terus menerus yang mencakup pemberian komentar-komentar interpretatif disamping data-data yang sudah ditranskripsikan (lihat Diagram 2). Komentar-komentar ini, erat kaitannya dengan pemunculan properties (ciri-ciri) dan hipotesis, saya juga menuruti analisis dan pengembangan berkelanjutan sejalan dengan berlalunya watu dan mencuatnya data ... (halaman 97)
Kategori Inti
Diantara kategori-kategori utama yang diperoleh dari data, para peneliti teori
grounded memilih kategori inti sebagai fenomena sentral dalam rangka pengembangan
teori. Setelah mengidentifikai beberapa kategori (misalnya 8 sampai 10 kategori) tergantung
pada besarnya data base, si peneliti memilih kategori inti sebagai basis perumusan teori.
Lihat Diagram 14.3 sebagai alat bantu visual dalam proses tersebut). Peneliti membuat
pilihan ini berdasarkan pada beberapa faktor, seperti kaitannya dengan kategori-kategori
lain, frekuensi kemunculannya, cepat dan mudahnya kategori tersebut menjadi jenuh, dan
implikasinya yang jelas untuk pengembangan teori (Glaser, 1978). Ia merupakan kategori
yang dapat “berproses”, dengan kata-kata lain, menjadi pusat atau tema utama dari proses
itu (Glaser, 1978). Di bawah ini dberikan kriteria yang diidentifikasi oleh Strauss dan Corbin
(1998) dalam memilih kategori inti (pusat):
1. Ia harus merupakan pusat; yakni, semua kategori utama terkait dengannya.
2. Ia harus sering muncul di dalam data. Ini bermakna bahwa di dalam atau hampir
di dalam semua kasus, ada indikasi yang mengacu pada konsep tersebut.
3. Penjelasan yang tercermin dari kaitannya dengan kategori-kategori lain logis dan
konsisten adanya. Tidak ada pemaksaan data.
4. Nama atau ungkapan yang digunakan untuk mendeskripsikan kategori sentral itu
harus cukup abstrak.
5. Ketika konsep tersebut disempurnakan, maka teori berkembang secara
mendalam dan memiliki kemampuan untuk menjelaskan.
6. Apabila kondisi berbeda, penjelasannya masih bisa berlaku, walaupun cara di
mana fenomena itu diungkapkan boleh jadi kelihatannya sedikit berbeda.
Kita bisa ilustrasikan kategori inti itu dengan jalan kembali ke penelitian teori
grounded yang aktual. Seperti diperlihatkan dalam Diagram 14.7, Mastera (1996)
mengembangkan model teoritis dari “tahap-tahap pengembangan kurikulum”. Dalam
237
penelitian ini, ia mengkaji tiga buah akademi dari tiga negara bahagian di Midwest yang
terlibat dalam proses perubahan kurikulum pendidikan umum mereka. Seperti digambarkan
dalam Diagram 14.7, yang berada pada pusat teori ini adalah fenomena (kategori inti)
“tahap pengembangan kurikulum”, yang terdiri dari beberapa properties : perlunya aksi,
memilih kepanitiaan, membuat ketentuan-ketentuan tentang kepanitiaan, menetapkan
arah dan tujuan, merancang kurikulum, mengesahkan rancangan kurikulum, dan
mengesahkan mata-mata kuiah yang akan ditawarkan. Model Mastera secara menyeluruh
memperlihatkan bagaimana tahap-tahap ini muencuat melalui perubahan-perubahan, yang
dibentuk oleh konteks kelembagaan, yang mengarah pada strategi-strategi untuk
mengungkit-ungkit wacana tentang kepanitiaan dan kontribusinya pada konsekuensi-
konsekuensi yang spesifik, seperti merevisi kurikulum pendidikan umum. Dalam proses ini,
Mastera mengidentifikasi sejak awal dalam pengkodean terbukanya pentingnya fenomena
atau kategori inti, “tahapan”, walaupun “pemilihan label yang bisa menangkap proses
bertahap ini terbukti cuma elusif” (59).
Pengembangan Teori
Untuk mengidentifikasi kategori inti dan kategori-kategori proses yang
menjelaskannya, para pakar teori grounded telah melahirkan midle-range- theory (teori
antara). Keseluruhan prosedur menuntun lahirnya teori yang bebasis data yang
dikumpulkan oleh si peneliti. Teori dalam teori grounded ini adalah penjelasan atau
pemahaman abstrak tentang proses yang berkaitan dengan topik substantif yang berakar di
dalam data. Karena teori dekat dengan data, ia tidak memiliki penerapan atau ruang lingkup
yang luas, seperti halnya “grand theories” (teori- teori besar) tentang motivasi manusia yang
dapat diterapkan kepada banyak orang dan situasi. Ia bukanlah “hipotesis kerja minor”
(Glaser & Strauss, 1967, halaman 33), seperti sebuah penjelasan tentang para siswa di
sebuah sekolah atau ruang kelas. Sebaliknya teori itu adalah “middle range” (teori antara)
(Charmaz, 2000), yang diperoleh dari beragam individu atau sumber-sumber data, yang
memberikan penjelasan tentang sebuah topik substantif.
Perhatikan bagaimana para pakar teori grounded menyajikan teori mereka dalam
tiga cara: sebagai paradigma pengkodean visual, sebagai serentetan proposisi (hipotesis),
atau sebagai sebuah kisah yang ditulis dalam bentuk narasi.
238
Teori tampil dalam penelitian-penelitian sebagai model pengkodean visual atau
paradigma pengkodean yang dibicarakan pada bahagian terdahulu saat membicarakan
prosedur sistematisnya Staruss dan Corbin (1998). Telah kita lihat beberapa diantara
paradigma pengkodean ini, akan tetapi versi yang sedikit berbeda terlihat dalam model yang
digunakan oleh Brown (1993) tentang proses pembentukan komunitas di lingkungan anak-
anak berlatar belakang etnik minoritas. Seperti terlihat dalam Diagram 14.8, Brown
menelusuri proses pembentukan komunitas diantara 23 orang mahasiswa tahun pertama
berkulit hitam dan Hispanik selama 6 sampai 10 minggu pertama di universitas swasta yang
didominasi oleh mereka yang berkulit putih di Midwest. Dalam penelitan ini, proses
pembentukan komuinitas kampus yang dikembangkan secara induktif dari data-data. Teori
atau model dari proses ini digambarkan dalam Diagram 14.8. Didasarkan pada kategori-
kategori sistematis dan sudah ditentukan sebelumnya terkait dengan kondisi-kondisi
pengganggu, strategi-strategi, kondisi-kondisi penyebab, dan fenomena, Brown
mengembangkan sebuah gambar tentang proses ini sebagai kunci dari deskripsi teoritis
tentang proses tersebut.
Penelitian Brown (1993) juga mengilustrasikan sebuah model visual dan
penggunaan proposisi (hipotesis) teoritis untuk mengkomunikasilkan sebuah teori. Proposisi
teorits dalam penelitian teori grounded adalah pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan hubungan antara kategori-kategori, seperti di dalam pendekatan
sistematis, sampai pada pengkodean aksial yang mncakup kondisi-kondisi penyebab,
kategori inti atau fenomena, konteks, kondisi-kondisi pengganggu, strategi-strategi, dan
konsekuensi-konsekuensi. Setelah menyajikan model visualnya, Brown mengidentifikasi
proposisi-proposisi dan sub-sub proposisi yang mengaitkan kategori-kategorinya di dalam
model tersebut:
1. Interaksi antara teman sejawat berpengaruh terhadap pembentukan komunitas
di lingkungan mahasiswa tahun pertama yang berkulit hitam dan Hispanik;
2. Makin banyak waktu yang dihabiskan bersama teman sejawat, akan makin besar
dirasakan rasa berkomunitas itu. Makin banyak waktu lowong dihabiskan
sendirian, makin besar dirasakan adanya perasaan ‘sunyi” dan “terpencil”;
3. Makin banyak waktu bebas dihabiskan oleh para mahasiswa di kampus
berinteraksi dengan teman_teman sejawat di ruang-ruang tunggu atau “hall” di
asrama, makin besar adanya rasa berkomunitas.
239
4. Keterlibatan secara aktif dalam kelompok-kelompok kecil dalam seting-seting
kelembagaan (seperti ruang-ruang bebas di asrama tempat tinggal, kelompok-
kelompok seminar diantara mahasiswa tahun pertama, tim-tim olah raga, klub-
klub) akan memfasilitasi perasaan berkomunitas tersebut.
Kembali lagi pada Diagram 14.8, kita bisa lihat bahwa Brown mencoba mengait-
ngaitkan kondisi-kondisi penyebab sehubungan dengan interaksi-interaksi dan teman-teman
dalam proposisi dan sub-sub proposisi. Pada proposisi-proposisi tambahan di dalam
penelitiannya, Brown terus mengidentifikasi proposisi-proposisi yang saling terkait dengan
aspek-aspek lain dari modelnya tersebut.
Walaupun “teori” boleh jadi mudah diidentifikasi di dalam sebuah penelitian teori
grounded apabila si peneliti menyajikannya sebagai paradigma pengkodean visual atau
sebagai serentetan proposisi, diskusi yang ditulis dalam bentuk kisah (Strauss & Corbin,
1998) boleh jadi kurang kentara bagi para pembaca. Dalam proses memadukan kategori-
kategori, para pakar teori grounded mengembangkan suatu pemahaman tentang apa yang
sebenarnya diteliti dan mulai menulis sebuah cerita deskriptif tentang proses tersebut.
Staruss dan Corbin (1998) menyarankan agar si peneliti:
... duduk dan menuliskan beberapa kalimat deskriptif tentang “apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini”. Ini boleh jadi memerlukan dua, tiga atau bahkan lebih banyak lagi upaya untuk memulai ini untuk dapat mengartikulasikan pemikiran sendiri secara tepat. Selanjutnya, teori akan muncul (halaman 148).
Setelah disempurnakan dan dikerjakan kembali, para pakar teori grounded memasukkan
cerita-cerita ini ke dalam laporan penelitian mereka sebagai alat untuk mendeskripsikan teori
mereka tentang proses dimaksud. Sebuah contoh yang baik dari tipe tulisan seperti ini adalah cerita
deskriptif tentang penggunaan narkoba oleh remaja yang dikutip oleh Strauss dan Corbin (1998):
Apa yang menyebabkannya menarik perhatian kami tentang wawancara adalah bahwa, walaupun banyak diantara para remaja menggunakan narkoba, beberapa diantaranya terus menggunakannnya sehingga menjadi pengguna-pengguna inti dan berat. Kelihatannya mereka menjadi semacam remaja yang bereksperimentasi , suatu fase perkembangan dalam hidup mereka yang menandai perubahan dari kanak kanak menjadi remaja dan dari remaja menjadi dewasa. Mereka belajar tentang narkoba, dan juga tentang diri mereka, diterima oleh teman sejawat mereka, dan menantang otoritas orang dewasa melalui penggunaan narkoba. Ini merupakan tingkah laku spesifik yang memisahan mereka dari keluarga mereka, akan tetapi, pada waktu yang sama, menjadikan mereka salah satu dari kelompok remaja (halaman 149).
Di dalam tulisan ini, para pengarang mengidentifikasi sebuah kondisi penyebab (yakni fase
perkembangan). Mereka juga menyebutkan akibatnya (yakni “menandai perubahan”) dan
240
menciptakan konteks (yakni “memisahkan mereka dari keluarga mereka”). Melalui cerita deskriptif
ini, para pengarang mengaitkan beberapa kategori dari pengkategorian aksial guna membangun
diskusi teoritis tentang proses penggunaan narkoba oleh remaja – bentuk ketiga dari penulisan teori
di dalam proyek penelitian teori grounded.
Memo
Dalam keseluruhan prosedur teori grounded, si peneliti membuat memo tentang data.
Penulisan memo merupakan sebuah alat dalam penelitian teori grounded yang memberikan peluang
kepada si peneliti untuk melakukan dialog terus menerus dengan dirinya sendiri berkenaan dengan
teori yang muncul (Charmaz, 1990). Memo adalah catatan-catatan yang ditulis oleh si peneliti di
sepanjang proses penelitian untuk mengelaborasi gagasan-gagasan tentang data dan kategori-
kategori yang sudah dikode. Dalam memo, si peneliti menelusuri prasangka , ide-ide, dan pemikiran-
pemikiran, dan kemudian memisah-misahkannya, terus mencari penjelasan yang lebih luas lagi yang
mengena tentang proses yang diteliti. Memo membantu mengarahkan si penelti pada sumber-
sumber data, menentukan ide-ide mana yang akan dikembangkan lebih lanjut, dan mencegah
lumpuhnya tumpukan data yang sudah ada. Walaupun demikian, para peneliti teori grounded sering
tidak melaporkan pembuatan memo, atau jika dilaporkan, ia tidak memberikan bukti bagaimana ia
digunakan (Babchuck, 1997).
Kita bisa mengilustrasikan pembuatan memo dalam sebuah penelitian tentang proses
kehilangan identitas yang dialami oleh individu-individu yang menderita penyakit Alzheimer. Orona
(1997) mendiskusikan bagaimana pembuatan memo membantunya untuk:
1. Bebas berhubungan dan menuliskan pemikiran-pemikiran apa saja yang muncul dalam
kesadarannya;
2. Pada waktu-waktu tertentu, ketika ia merasa ia tidak mampu mendeskripsikan dengan
kata-kata apa yang sedang terjadi pada data;
3. Mulai mengkonseptualisasikan dengan menelusuri ide-ide dari data-data mentah ke
pengkodean dan kemudian menjadi kategori-kategori.
Memo bisa panjang dan bisa juga pendek, bisa lebih rinci dan terkait dengan kode dan
kategori atau lebih luas dan lebih abstrak. Berikut adalah ilustrasi tentang memo singkat dan rinci
yang ditulis oleh Charmaz (1994) semasa penelitiannya berkenaan dengan para pasien yang
dinyatakan sakit, dan “momen-momen mengidentifikasi diri” di rumah sakit ketika si pasien
membangun pandangan terhadap diri mereka sendiri.
Sudah jelas bagi saya bahwa bagaimana pasien tertentu yang secara kronis sakit diidentiikasi oleh orang-orang lain kadang-kadang terbukti kepada mereka pada saat-saat bertemu atau berinteraksi. Momen-momen ini memberikan kepada individu yang sakit
241
refleksi baru tentang dirinya, sering membuktikan kepada mereka bahwa ia bukanlah orang yang ia pikir orang yang sakit... Momen identifikasi negatif adalah momen-momen yang terbungkus dalam rasa malu dan tak berguna ... Seorang wanita mendeskripsikan sebuah pertemuan dengan seorang agen pelayanan masyarakat yang merendahkan martabatnya ketika pada moment tersebut, ia mlihat dirinya sendiri sebagai seseorang yang didefenisikan sebagai seseorang yang tidak layak dibantu. Ia berkata, “Sesuatu yang dapat saya lakukan adalah larut dalam tangisan – tidak ada sesuatu yang dapat saya lakukan. Saya tidak bisa bergerak... (halaman 110 – 111).
Tulisan ini mengilustrasikan bagaimana peneliti teori grounded menuliskan memo,
menggunakannya di dalam penelitian, menggarisbawahi pemikiran-pemikiran reflektifnya sendiri
dengan cara-cara yang serasi dengan penelitian kualitatif, dan menggunakan memo itu untuk
menggarisbawahi kategori-kategori informasi (yakni “momen-momen identifikasi negatif”).
Apa-apa Langkah dalam Melaksanakan Penelitian Teori Gounded?
Dengan perbedaan tipe-tipe prosedur penelitian teori grounded – sistematik, mencuak
(uncul), dan konstruktivist – para peneliti boleh jadi terlibat dalam prosedur-prosedur alternatif
dalam melaksanakan penelitian teori grounded. Pendekatan yang diambil di sini adalah bentuk
sistematik karena ia terdiri dari langkah-langkah yang gampang diidentifikasi, sering digunakan
dalam penelitian teori grounded, dan menawarkan prosedur yang bagi peneliti muda ternyata
bermanfaat.
Langkah 1: Tetapkan apakah rancangan teori groundedyang paling mengena untuk masalah penelitian
Rancangan teori grounded tepat apabila anda ingin mengembangkan atau memodifikasi
sebuah teori, menjelaskan sebuah proses, dan mengembangkan abstraksi umum terkait dengan
interaksi dan kegiatan orang. Ia menawarkan sebuah gambaran makro tentang situasi-situasi
pendidikan ketimbang analisis mikro yang rinci. Karena melahirkan proses yang abstrak, rasanya
akan cocok untuk topik-topik yang sensitif, seperti proses penanggulangan kekerasan seksual yang
dialami oleh para wanita (Morrow & Smith, 1995), atau situasi masalah penelitian apapun di mana
para individu memerlukan agar privasi mereka diproteksi. Penelitian teori grounded rasanya juga
bagus untuk individu-individu yang terlatih dalam penelitian kuantitatif akan tetapi yang
berkeinginan menelusuri prosedur kualitatif yang mantap dan sistematis. Contoh, dalam bidang
pendidikan di mana penelitian kualitatif memiliki jalan yang lamban, seperti konseling dan psikologi
belajar, para peneliti kembali menggunakan teori grounded sebagai prosedur yang bermanfaat (lihat
satu dari sekian banyak contoh, seperti penelitian teori grunded oleh Frontman & Kunkel (1996)
tentang bagaimana konselor telah mengukir keberhasilan dengan klien.
242
Langkah 2: Identifikasi Proses yang akan Diteliti
Karena tujuan dari penelitan teori grounded adalah untuk menjelaskan sebuah poses, anda
perlu semenjak awal mengidenifikasi secara tentatfi proses yang akan dikaji di dalam penelitian teori
grounded anda. Poses tersebut boleh jadi berubah dan muncul ketika penelitian sedang
berlangsung, akan tetapi anda perlu memiliki gagasan tentang proses pada tahap ini. Proses ini
seharusnya secara wajar timbul dari masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ingin anda
jawab. Ia perlu melibatkan orang-orang yang sedang melakukan kegiatan atau berinteraksi dengan
langkah-langkah dan urutan yang dapat diidentifikasi dalam interaksi mereka. Proses ini agaknya
perlu dituliskan semenjak awal dalam rencana penelitian anda, seperti “Apa proses yang dilalui oleh
guru-guru tahun pertama untuk bisa tetap bertahan dan sukses?” atau “Apa proses di mana para
dosen berkembang menjadi para peneliti yang produktif?”.
Langkah 3: Mendapatkan Izin dan Akses
Sebagaimana hanya dengan penelitian-penelitian lainnya, anda perlu mendapatkan izin
dari suatu lembaga pemberi izin. Anda juga perlu mendapatkan akses terhadap individu-individu
yang dapat memberikan pendapat atau pandangan terhadap proses yang anda ingin teliti. Seperti
pada penelitian-penelitian lainnya, langkah ini mencakup mengupayakan izin untuk mengumpulkan
data, memberikan apresiasi terhadap individu-individu yang telah membantu anda dalam penelitian
anda, memberikan proteksi terhadap situs dan para partisipan ketika anda melakukan penelitian.
Jika anda berencana menggunakan pendekatan zigzag (berlika-liku) dalam pengumpulan
dan analisis data, akan sukar merencanakan dan mendapatkan izin untuk pengumpulan data.
Pendekatan ini banyak tergantung pada pengumpulan data, analisisnya, dan penggunaan informasi
ini unuk menentukan langkah berikutnya dalam pengumpulan data. Dengan demikian, ketika anda
berupaya mendapatkan izin untuk melakukan penelitian teori grounded, akan bermanfaat kiranya
bila anda memberitahukan kepada si pemberi izin (reviewer) tentang proses ini dan tentang hakekat
dari prosedur pengumpulan data pada awal penelitian tersebut.
Langkah 4: Lakukan Pengambilan Sampel Teoritis
Konsep kunci pengumpulan data dalam penelitian teori grounded adalah untuk menghimpun
informasi yang dapat membantu dalam pengembangan teori (seperti para individu telah mengalami
proses yang ingin anda teliti). Para peneliti teori grounded menggunakan banyak bentuk data
(seperti yang diutarakan pada bab 8), akan tetapi banyak diantara para peneliti tersebut
mengandalkan wawancara untuk menangkap pengalaman-pengalaman para individu dengan
menggunakan kata-kata mereka sendiri. Walaupun demikian, salah satu karakteristik dari penelitian
243
teori grounded adalah bahwa si peneliti mengumpulkan data-data lebih dari satu kali dan terus
menerus mendatangi sumber-sumber data untuk mendapatkan lebih banyak informasi selama
penelitiannya sampai akhirnya kategori-kategori menjadi jenuh dan teori berkembang secara utuh.
Tidak ada batas waktu yang pasti bagi proses ini, dan para peneliti perlu membuat keputusan
tentang kapan mereka merasa telah mengembangkan secara utuh kategori-kategori penelitian
mereka dan teori mereka. Satu kebiasaan umum pada program pasca sarjana terkait dengan
penelitian dan wawancara ini adalah mengumpulkan data dari sekurang-kurangnya 20 atau 30
wawancara selama pengumpulan data (Creswell, 1998). Tentu saja petunjuk umum ini boleh
berubah jika anda mengumpulkan data dari sumber yang bermacam ragam, seperti observasi,
dokumen, dan memo pribadi anda sendiri.
Langkah 5: Mengkode Data
Proses pengkodean data dilakukan selama masa pengumpulan data sehingga anda dapat
menentukan data apa lagi yang selanjutnya akan dikumpulkan. Biasanya ia dmulai dengan
mengidentifikasi kateri-kategori pengkodean terbuka dan menggunakan pendekatan perbandiangan
berkelanjutan untuk mencapai titik jenuh dengan jalan membandingkan data-data dengan insiden,
dan insiden dengan kategori. Masuk akallah kiranya bila sepuluh buah kategori sudah memadai
jumlahnya, walaupun jumlah ini tergantung pada data base anda dan kerumitan dari proses yang
anda teliti. McCaslin (1993), misalnya, melakukan penelitian teori grounded berkenaan dengan
pertanyaan yang rumit tentang kepemimpinan pada komunitas pedesaan. Dalam penelusurannya
tentang “Apakah itu kepemimpinan?” ia mengidentifikasi sebanyak 50 buah kategori melalui
observasi dan wawancara dengan inividu-individu yang berpartisipasi dalam program
pengembangan kepemimpinan pendidikan pada enam buah kabupaten.
Dari pengkodean terbuka, anda lanjutkan dengan pengkodean aksial dan pengembangan
paradigma pengkodean. Ini termasuk proses seperti diidentifikasi dalam Diagram 14.3, menseleksi
kategori inti dari kemungkinan-kemungkinan yang ada pada pengkodean terbuka dan
memposisikannya di pusat dari proses pengkodean aksial sebagai kategori inti. Dari sini anda
mungkin harus kembali lagi ke pengumpulan data atau menganalisis kembali data-data untuk
mengidentifikasi kondisi-kondisi penyebab, kategori-kategori pengganggu dan kontekstual, strategi-
strategi, dan konsekuensi-konsekuensi dalam rangka mengembangkan proses pengkodean aksial.
Anda bisa menghimpun informasi ini dalam bentuk paradigma pengkodean atau dalam bentuk
gambar visual tentang proses yang dalam hal ini anda bisa menggunakan anak-anak panah guna
memperlihatkan arah dari proses dimaksud.
244
Langkah 6: Gunaan Pengkodean Selektif dan Kembangkan Teori
Proses pengkodean terakhir adalah pengkodean secara selektif, dan ini sebenarnya
merupakan pengembangan terori anda sendiri. Prosedur ini mencakup pengaitan kategori-kategori
di dalam paradigma pengkodean. Ia mungkin melibatkan kegiatan memperbaiki paradigma
pengkodean aksial dan menyajikannya sebagai sebuah model atau teori tentang proses. Ia bisa jadi
juga berbentuk penulisan proposisi-proposisi yang menyuguhkan gagasan-gagasan yang dapat diuji
pada penelitian selanjutnya. Tahap ini boleh jadi juga mencakup penulisan sebuah cerita atau narasi
yang mendeskripsikan kesalinghubungan antara kategori-ketegori itu satu sama lainnya.
Langkah 7: Memvalidasi Teori
Sangat penting diingat bahwa apakah penjelasan teoritis tentang proses yang anda teliti itu
masuk akal bagi para partisipan dan merupakan terjemahan yang akurat dari peristiwa-peristiwa
serta urutan peristiwa-peristwa tersebut dalam keseluruhan proses. Dalam penelitian teori
grounded, validasi merupakan bahagian aktif dari proses penelitian (Creswell, 1998). Contohnya,
selama prosedur pengkodean terbuka dengan menggunan teknik perbandingan berkelanjutan, si
peneliti melakukan triangulasi data antara informasi dan kategori-kategori yang muncul. Proses yang
sama juga dilakukan antara pengecekan data terhadap kategori-kategori pada tahap pengkodean
aksial. Si peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan kategori-kategori, dan
kemudian kembali ke data lagi dan cari bukti-bukti, insiden-insiden, dan peristiwa-peristiwa – suatu
proses dalam penelitian teori grounded yang disebut discriminant sampling . Setelah
mengembangkan teori, peneliti teori grounded memvalidasi proses dengan jalan
membandingkannya dengan proses yang saat ini ditentukan di dalam literatur (kepustakaan).
Demikian juga, reviewer eksternal, seperti partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian, yang
menilai teori grounded dengan menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang baik boleh jadi
mendukung teori itu, termasuk validitas dan kredibilitas data (Strauss & Corbin, 1998).
Langkah 8: Menulis Laporan Penelitian Teori Grounded
Struktur dari laporan penelitian teori grounded bervariasi mulai dari struktur yang fleksibel
yang tergambar dari emerging dan constructivist design sampai pada struktur yang lebih
berorientasikan kuantitatif seperti tercermin dari rancangan sistematis. Dibandingkan dengan
rancangan-rancangan kualitatif yang lain, seperti penelitian etnografi dan penelitian naratif, struktur
dari penelitian teori grounded adalah ilmiah dan berisikan masalah, metoda, diskusi, dan hasil.
Disamping itu, sudut pandang si peneliti pada pendekatan sistemats kadang-kadang orang ketiga
tunggal dan bernuansa objektif. Walaupun demikian, semua penelitian teori grounded berujung
pada teori yang dihasilkan oleh peneliti melaporkan abstraksi dari proses yang dia teliti.
245
Bagaimana Mengevaluasi Penelitian Teori Grounded
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi penelitian teori grounded berandalkan pada
penilaian tentang teori (Glaser, 1978, 1992) begitupun prosedur menyeluruh yang digunakan untuk
menghasilkannya (Strauss & Corbin, 1990, 1998).
Ketika mengevaluasi kulitas sebuah penelitian teori grounded, ajukanlah pertanyaan terkait
dengan teori itu sendiri:
Apakah terdpat hubungan atau kecocokan yang nyata antara kategori-kategori dan
data-data mentah?
Aakah teori itu bermanfaat sebagai sebuah penjelasan konseptual terhadap proses yang
diteliti? Dengan kata-kata lain, apakah penjelasan itu mengena?
Apakah teori itu memberikan penjelasan yang relevan tentang masalah aktual dan
proses yang mendasar?
Apakah teori itu dimodifikasi ketika kondisi berubah atau si peneliti mengumpulkan
data-data tambahan?
Selanjutnya, ajukan pertanyaan berkenaan dengan proses penelitian:
Apakah sebuah model teoritis dikembangkan atau dihasilkan? Apakah tujuan dari model
tersebut adalah untuk mengkoseptualisasikan sebuah proses, kejadian, atau interaksi?
Apakah terdapat fenomena sentral (atau kategori inti) yang merupakan jantung model
tersebut?
Apakah model tersebut muncul melalui tahapan-tahapan pengkodean (seperti mulai
dari kode-kode awal sampai pada kode-kode yang berorientasikan teori, atau dari
pengkodean terbuka sampai pada pengkodean aksial dan terus ke pengkodean
selektif)?
Apakah si peneliti berupaya mengait-ngaitkan kategori-kategori (seperti membuat
proposisi-proposisi, melakukan diskusi, membuat model atau diagram)?
Apakah si peneliti mengumpulkan data-data secara ekstensif dalam rangka
mengembangkan teori konseptual melalui penjenuhan data secara benar?
Apakah penelitian itu memperlihatkan bahwa si peneliti telah memvalidasi teori yang
muncul dengan jalan membandingkannya dengan data, mengkaji bagaimana teori
mendukung atau menolak teori-teori yang ada seperti ditemukan dalam literatr, atau
mengecek teori kepada para partisipan?
Menerapkan Apa yang telah anda Ketahui: Penelitian Teori Grounded
246
Untuk bisa menerapkan gagasan-gagasan yang ada dalam bab ini, mula-mula bacalah
laporan penelitian teori grounded halaman 456 oleh Fen-Calligan (1999), dengan memperhatikan
anotasi yang terdapat dalam marjin yang mengidentifikasi karakteristik penelitian teori grounded
dan kualitatif. Penelitian ini dipilih karena ia memfokuskan diri pada proses (menjadi tercerahkan
selama penyembuhan). Ia juga memanfaatkan prosedur-prosedur teori grounded yang solid yang
sesuai dengan pendekatan Strauss dan Corbin (1998), dan ia mencoba “mendidik” para pembacanya
tentang teori grounded dengan tetap menjaga agar para pembacanya memperhatikan masing-
masing langkah dalam proses itu ketika langkah tersebut dilakukan. Artikel ini selanjutnya
menggunakan sebuah tabel yang mengilustrasikan secara jelas kategori-kategori awal , dan sebuah
diagram yang mepertunjukkan kesalinghubungan antara masing-masing kategori. Penelitian diakhiri
dengan proposisi atau hipotesis yang membuat kaitan-kaitan antara kategori-kategori sesamanya
dan emerging theory menjadi ekplisit. Peneliti tidak menyebutkan secara eksplisi pembuatan memo
akan tetapi ia boleh jadi telah melakukan prosedur tersebut di dalam kgiatan penelitiannya.
Ketika anda membaca artikel tersebut, perhatikan unsur-unsur dari proses penelitiannya:
Masalah penelitian dan penggunaan penelitan kualitatif
Penggunaan literatur (kepustakaan)
Rumusan tujuan penelitian dan pertanyaan-oertanyaan penelitian
Tipe-tipe dan prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian teori grounded
Tipe-tipe dan prosedur-prosedur analisis dan interpretasi data dalam penelitian teori
grounded
Keseluruhan struktur penulisan
Masalah Penelitian dan Penggunaan Penelitian Kualitatif
Masalah penelitian --- lihat Paragraf 02 – 04
Penggunaan penelitian kualitatif – lihat anotasi pada marjin di sisi kiri halaman
Setelah paragraf pembuka yang mengikhtisarkan aspek-aspek utama dari penelitian,
paragraf 2 memperkenalkan masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini: isu tentang kesehatan
publik di dalam masyarakat terkait dengan “chemical addictions” (kecanduan narkoba). Diantara
opsi-opsi pengobatan, satu pendekatan adalah terapi kesenian, dan si peneliti menyatakan bahwa
tidak ada terapi yang bisa menjelaskan peranan terapi kesenian dalam mengobati kecanduan
narkoba.
Artikel ini memiliki banyak sekali tanda-tanda penelitian kualitatif:
247
Ia mengkaji sebuah proses terkait dengan peranan terapi kesenian guna membantu
seseorang untuk menjadi tercerahkan (sadar) sebagai jawaban terhadap
keteragantungan pada narkoba paragraf 04).
Literatur yang digunakan difokuskan pada penanganan (pengobatan) terhadap
ketergantungan akan narkoba (paragraf 03)
Penulis menggunakan refleksi diri dengan memasukkan salah satu dari penelitiannya
(paragraf 03)
Tujuan penelitian diidentifikasi pada kalimat pertama (01)
Data-data dikumpulkan dari sejumlah individu (N=19; paragraf 06, 08)
Sebuah koleksi kata-kata dan kalimat-kalimat yang diperoleh dari wawancara
ditampilkan (paragraf 08—09) dan gambar-gambar digunakan (gambar-gambar pasien;
yakni Diagram 6.2 pada paragraf 27)
Peneliti menggunakan formulir dia sendiri ketimbang menggunakan instrumen yang
tersedia (paragraf 09)
Peneliti menganalisis teks melalui pengkodean (paragraf 11 – 20)
Peneliti memberikan interpretasi pada temuan-temuannya dengan mengacu pada nilai
yang lebh bersifat umum dan lebih abstrak berkenaan terapi kesenian dan refleksi diri
dan kesadaran diri (paragraf 56)
Struktur penuisan yang fleksibel digunakan untuk mengadakan refleksi terhadap topik-
topik yang diteli di dalam penelitian teri grounded (paragraf 11 tentang pengkodean
terbuka)
Penggunaan Literatur (Kepustakaan)
Lihat paragra 02
Dengan beberapa kekecualian kecil, keseluruhan literatur dalam penelitian ini dikutip pada
awal, di mana ia digunakan untuk mendeskripsikan pentingnya masalah (kecantuan dan perlunya
pengobatan). Sejalan dengan penelitian kualitatif, literatur memainkan peranan yang kecil saja dan
tidak berpengaruh terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sedang diteliti.
Tujuan penelitian dan Pertanyaan-pertanyaan Penelitian
Rumusan tujuan penlitian – lihat paragraf 01
Fenomena sentral – lihat paragraf 05
Pertantanyaan-pertanyaan wawancara –lihat paragraf 09
248
Penulis memulai dengan sebuah pernyataan tentang maksud penelitian: menelusuri
peranan terapi kesenian dalam upaya penyembuhan individu-individu dari kecanduan narkoba. Si
proses yang sedang diteliti terkait dengan penyembuhan atau penggunaan terapi kesenian.
Pertanyaan pokok dalam penelitian ini membantu menjelaskan beberapa diantara misteri
ini. Si penulis mengajukan pertanyaan,”Apa teori yang dapat menjelaskan proses terapi kesenian
dalam rangka mengobati kecanduan?” Pengembangan teori yang menjelaskan proses ini selanjutnya
didukung oleh pertanyaan-pertanyaan wawancara khusus yang ditujukan pada pemahaman tentang
peranan terapi kesenian, hasilnya, dan filsafat pengobatannya.
Tipe-tipe Prosedur Pengumpulan Data Penelitian Teopri Grounded
Lihat paragraf 06 – 10
Data kualitatif dikumpulkan dari sejumlah kecil individu (N=19), akan tetapi ini adalah
orang-orang yang dengan sengaja diilih karena mereka bisa memberikan informasi dalam rangka
pengembangan teori. Mereka telah mengalami terapi kesenian pada situai-situasi interaktif antara
terapist – klien. Tanpa terikat pada pendekatan berlika-liku (zigzag), maka si peneliti tidak melakukan
kunjungan berkali-kali ke lapangan untuk mengumpulkan data kecuali untuk kontak kedua dengan
para terapist guna mendapatkan rekomendasi tentang pasien yang bersedia berpartisipasi dalam
penelitian. Pengumpulan data terdiri dari mewawancarai dan mengumpulkan gambar-gambar seni
ketimbang menggunakan sumber-sumber informasi tambahan (seperti jurnal-jurnal pribadi oleh
para terapist dan para pasien).
Tipe-tipe Prosedur Analisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Teori Grounded
Analisis data –lihat paragraf 11 – 20
Interpretasi – lihat paragraf 56 – 57
Si peneliti melaporkan bahwa ia melakukan tiga bentuk pengkodean data: pengkodean
terbuka dalam rangka menghasilkan kategori-kategori awal, pengkodean aksial guna mencari kaitan-
kaitan antara kategori-kategori sesamanya, dan pengkodean selektif guna membantu
mengembangkan cerita yang mengaitkan kategori-kategori tersebut. Sejalan dengan prosedur-
prosedur penelitian teori grounded, ia mengidentifikasi kategori intinya (fenomena sentral) setelah
melakukan pengkodean awal. Secara khusus, dari keenam kategori yang diidentifikasi seperti terlihat
dalam Table 6.1, ia memilih “pengungkapan diri” dan “kesadaran diri” sebagai tema pokok dan,
dengan menggunakan kata-kata para partisipan dalam penelitian, ia sebuat kategori inti ini dengan
“enlightenment” (pencerahan). Ia kemudian mencari hubungan antara kategori ini dengan kategori-
kategri lainnya dan membuat diagram tentang proses tersebut (lihat Diagram 6.1, pengkodean
249
aksial). Ia jelaskan masing-masing kategori dalam diagram ini dan menjadikan kaitan-kaitan tersebut
eksplisit melalui enam buah hipotesis atau proposisi. Tambahan lagi, guna membantu para pembaca
memahami kategori inti, ia tampilkan kategri inti tersebut dalam judul penelitian dan
mencantumkannya dalam bahagian pendahuluan (paragraf 01). Tabel pengkodean terbuka yang
dibuat oleh Feen-Calligan dan diagram pengkodean aksial merupakan model yang bermanfaat guna
menyajikan temuan-temuan penelitian teori grounded.
Intrpretasi terhadap temuan-temuan disajikan dalam bahagian terakhir, di mana Feen-
Calligan mengaitkan temuan-temuannya tentang pencerahan dengan nilai dari terapi kesenian dan
kesadaran diri dan refleksi diri yaang membantu individu-individu dalam penyembuhan diri mereka.
Keseluruhan Struktur Penulisan
Lihat judul-judul yang digunakan dalam peneliian ini.
Dengan memperhatikan judul, anda bisa melihat bahwa artikel ini sangat mirip dengan
penelitian ilmiah. Ia mulai dengan literatur dan masalah, dan kemudian terus dengan pengumpulan
data dan temuan-temuan. Prosedur-prosedur sistematis dalam pengkodean yang didiskusikan
(terbuka, aksial, dan selektif) memperlihatkan bahwa penelitian cukup mantap dan kuat dari sisi
prosedurnya. Penggunaan diagram dan tabel juga menggarisbawahi bahwa penelitian ini dapat
dikatakan sebagai pendekatan yang lebih ilmiah.
250