Grounded Theory

39
 PENDAHULUAN Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan. Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory). Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data yang dikumpulkannya.

Transcript of Grounded Theory

Page 1: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 1/39

PENDAHULUAN 

Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian

kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori

dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser

dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu;

"The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative

Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory

Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded

Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara

cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya

signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti

ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.

Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah

teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi

tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku.

Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma

penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu,

yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan

teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory

Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory).

Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial,

namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang

ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki

pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format 

data yang dikumpulkannya.

Page 2: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 2/39

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN 

Seperti diketahui, paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan sosial

selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang

ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas

dalam Grounded Theory, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan

dengan fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum

terpahami atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi

seorang peneliti untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik  –seperti yang dituntut 

dalam metode kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi

rumusan masalah dalam pendekatan Grounded Theory masih bersifat umum, yaitu dalam

bentuk pertanyaan yang masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali

fenomena secara luas, dan belum sampai menegaskan mana saja variabel yang

berhubungan dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe

hubungan antarvariabelnya belum perlu dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang

dibuat.

Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah

dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal –sebelum pengumpulan

data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang

kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya

semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan.

Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih dari satu

kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan

dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya

dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut 

terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.

Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal

adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan.

Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a) berorientasi

pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang

Page 3: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 3/39

obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan

tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita

yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan

masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita

yang sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal

penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek 

materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan

kehamilan dalam kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan

tindakan si wanita dan jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.

PENGGUNAAN TEORI TERDAHULU 

Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan Grounded Theory sama

sekali tidak bermaksud untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-

variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan

Grounded Theory dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada, karena akan

menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian Grounded

Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas

dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam

pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan

tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin

ditemukan.

Dalam pendekatan Grounded Theory, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan

maksud penelitian yang dikerjakan:

Penelitian yang bermaksud menemukan teori dari dasar;

  Jika peneliti menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah,

membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-

Page 4: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 4/39

konsep yang digunakan oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara

sampai ditemukan konsep yang sebenarnya dari kancah.

  Jika penelitian dengan Grounded Theory menemukan teori yang memiliki hubungan

dengan teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan

baru untuk memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori

yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat 

dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu.

  Jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan,

maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika

ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain

tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang

bermaksud memperluas teori;

  Jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori yang telah ada, maka penelitian

dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan

kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi

dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang sekarang harus

dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan

demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga

memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.

  Jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat 

dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam

pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal.

  Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti

dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang

ada.

 ANALISIS DATA 

Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah

proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena

Page 5: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 5/39

itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat 

pengumpulan data sedang berlangsung.

Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding).

Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali

dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk;

(a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti

mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan

kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.

Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a)

pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of 

analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-

hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i)

relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan

(ii) posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu

tingkatan garis kontinum.

Pengkodean Terbuka (Open Coding) 

Pelabelan fenomena 

Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan

pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang

diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu

merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep tertentu.Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.

Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai

dapat diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak 

sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan kata-kata kunci sebagai

Page 6: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 6/39

ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan konsep baru terhadap

fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat 

sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-

masing menyampaikan pendapat secara bergantian di bawah kordinasi seorang yang

mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung dalam waktu yang

lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.

Penemuan dan penamaan kategori 

Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih

berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses

dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti itu. Untuk menyederhanakan

data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data itu

pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan

padat, kemudian membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi)

sesuai sifat dan substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada

tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.

Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian

nama kategori dilakukan proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di

mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan dikelompokkan dalam satu

kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya,

adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu

kategori dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-

anak sedang bermain, lalu ada yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan",

"menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu

kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya".

Intinya adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki

keserupaan—menjadi satu kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih

abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.

Page 7: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 7/39

Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang

sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat 

oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan dalam Grounded Theory.

Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan

menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang

disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian

kualitatif.

Penyusunan Kategori 

Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat 

di sini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah

ukuran, dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu

kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye, misalnya, berupa kaos,

jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan

"warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu

sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya,

maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna kuning"

tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya

dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu,

misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada

"kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa

ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi. Akibatnya,

setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat 

dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan

sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada.

Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau

kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari

Page 8: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 8/39

warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku

adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.

Pengkodean Terporos (Axial Coding) 

Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-

cara baru dengan membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan

jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau

antarsubkategori.

Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori

berikut; yaitu kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan

konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan model paradigma

Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap setiap

kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"?

Model paradigma inilah yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori

atau antarsubkategori.

Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat 

pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis

hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah; hubungan antara kondisi kausal

dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi,

hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara

strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak 

terhenti pada hubungan antara dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap

hubungan antara semua jenis kategori, yang dapat digambarkan ke dalam skema berikut:

Pengkodean Terpilih (Selective Coding) 

Page 9: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 9/39

Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin

sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan

antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat 

membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk 

menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara

sistematis.

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan

menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan

tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya.

Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep

pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan

teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah,

bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis dari semua kategori. Spirit teoritis itu

mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti.

Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;

Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.

Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau

data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah

yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?", atau "apa masalah utamanya".

Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti.

Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yangdapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan

berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai matahari yang

berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi

nama (konseptualisasi).

Page 10: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 10/39

Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori

inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai

kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.

Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada

penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap

penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal dalam Grounded Theory, tema

utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan masalah

utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan

hipotesis penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi

ke lapangan untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang

menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

4. Analisis Proses 

Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud

dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini

terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon (strategiaksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d)

penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.

Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan

kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada

pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu

ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai

cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi

untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk 

mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting

adalah untuk menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon,

Page 11: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 11/39

dan konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan

berputar mengikuti garis lingkaran.

Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat 

sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Proses sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif,

maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan.

Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi,

transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu

diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan

dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-

hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.

Proses sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi

secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat 

dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena

seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan

tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.

PENGUMPULAN DATA DAN PENYAMPELAN TEORITIK  

Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti

sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat 

digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview).Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi

dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.

Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory

dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan.

Page 12: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 12/39

Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang

sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk 

menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu

mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari

suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan

konsekwensi itu berlangsung"?.

Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah

populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik 

pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik 

adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan

secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel

peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung

menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning"

yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti

memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang

'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna,

bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-

benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudahdikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau

benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses

pengumpulan atau penggalian fenomena.

Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah

yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses pengumpulan data. Karena fenomena itu

melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai

tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir.

Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti

halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-

subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data

Page 13: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 13/39

berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai

snow bowl sampling.

Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory

diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga

pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan

data; (a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c)

penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (di mana penyampelan

terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan

dengan tingkat kedalaman fokus penelitian. Keterangan yang berkenaan dengan tiga pola

penyampelan ini dapat diringkas sebagai berikut:

Penyampelan Terbuka; Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak 

mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian.

Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara

teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum

dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian

dianalisis dengan pengkodean terbuka.

Penyampelan Relasional dan Variasional; Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan

pengkodean terporos adalah menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori

dengan sub-subkategorinya. Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan yang

berfokus pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan tersebut. Kegiatan itu

dinamakan penyampelan relasional dan variasional.

Pada penyampelan relasional dan variasional diupayakan untuk menemukan sebanyak 

mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan

perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan

di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk 

Page 14: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 14/39

memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian

dengan perubahan.

Penyampelan Pembeda: Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean

terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang

diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan

antarkategori.

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara

bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga

berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa

terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan

umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga pemenuhan

teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a)

tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c)

hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.

Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan dalam

penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada

spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk 

membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya

fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta

konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik 

sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi

keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan

hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.

PENUTUP 

Grounded Theory Approach adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang

berorientasi pada penemuan teori dari kancah. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik 

Page 15: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 15/39

yang digunakan, metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari

kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam

metode kuantitatif. Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang

dipinjam Grounded Theory;

Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa

dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di

alam ini tidak lepas dari hukum sebab-akibat.

Pengukuran fenomena. penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran

terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan

konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan Grounded Theory, di sini dilakukan

pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.

Penggunaan variabel; Secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel

dalam Grounded Theory. Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi

fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan

konsekwensi, serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan

pertanda bahwa di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan

variabel.

Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam Grounded Theory merupakan satu

perkembangan baru yang patut diberi apresiasi positif. Proses perkawinan itu sendiri

harus dimaklumi, tidak saja karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas

metode ini yang memiliki latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif),

melainkan juga karena tuntutan perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang.

Mau tak mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya

agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

Page 16: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 16/39

 

Page 17: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 17/39

PENELITIAN GROUNDED THEORY 

Parlindungan Pardede

Pendahluan 

Penelitian Grounded Theory (GT) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan

sejumlah prosedur sistematis yang diarahkan untuk mengembangkan teori berorientasi

tindakan, interaksi, atau proses dengan berlandaskan data yang diperoleh dari kancah

penelitian. Metode penelitian ini masih tergolong baru dan pada awalnya digunakan dalam

sosiologi. Namun metode ini berkembang pesat dan telah digunakan dalam berbagai

disiplin ilmu. Makalah ini membahas konsep-konsep pokok tentang Penelitian GT, yang

diawali dengan mengemukakan latar belakang, perkembangan dan pengertian tentang

penelitian GT sebagai pengantar. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan

tentang ciri-ciri pokok metode GT dan prosedur pelaksanaan sebuah penelitian GT.

Pembahasan ditutup dengan menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada

pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.

Latar Belakang GT

Penelitian GT dikembangkan pertama kali pada tahun 1960s oleh dua sosiologis, Barney

Glaser and Anselm Strauss berdasarkan penelitian yang mereka lakukan pada pasien-

pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San francisco. Catatan-

catatan dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan menarik minat banyak 

orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The

Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode GT secara

terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai peletetak konsep-konsep mendasar

GT. Dalam buku ini, Glaser dan Strauss mengkritisi pendekatan-pendekatan penelitian

sosiologi yang menekankan verifikasi dan pengujian teori-teori. Menurut mereka,

Page 18: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 18/39

penelitian seharusnya memunculkan konsep-konsep (variabel) dan hipotesis berdasarkan

data-data nyata yang ada di lapangan: “de-emphasis on the prior step of discovering what 

concepts and hypotheses are relevant for the area one wished to research. ...In social

research generating theory goes hand in hand with verifying it; but many sociologists have

diverted from this truism in their zeal to test either existing theories or a theory that they

have barely started to generate” (Glaser & Strauss, 1967: 1-2). Sebuah teori yang

ditemukan selama penjaringan data akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi. Jadi,

teori yang dibangun oleh GT sangat kontras dengan teori yang diturunkan secara deduktif 

dari grand theory, tanpa bantuan data dan sering kali tidak pas dengan data manapun.

Ide-ide yang terkandung dalam The Discovery of Grounded Theory merefleksikan latar

belakang keahlian kedua pengarang yang cukup berbeda. Glaser merupakan lulusan

Columbia University yang berafiliasi pada penelitian quantitatif, khususnya pengembangan

teori secara induktif berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif. Pengaruh perspektif 

induktif terlihat pada penekanan perumusan teori berdasarkan perspektif parisipan yang

diteliti. Strauss merupakan lulusan Universitas Chicago yang terkenal dengan tradisi

penelitian lapangan kualitaif. Latar belakang ini terungkap pada penekanan Strauss

terhadap peneltian lapangan yang dilakukan dengan cara menemui dan secara seksama

mendegarkan penuturan individu-individu yang diteliti.

Setelah penerbitan The Discovery of Grounded Theory, baik Glaser maupun Strauss

menulis berbagai buku masing-masing untuk mengembangkan metode GT. Bekerjasama

dengan Juliet Corbin, pada tahun 1990 dan 1998 Strauss mengembangkan prosedur dan

teknik GT yang kemudian dikenal dengan desain sistematik, dengan bentuk yang lebih

preskriptif, dengan kategori-kategori yang telah ditentukan dan penekanan pada validitas

dan reliabilitas data. Desain sistematik ini menekankan penggunaan tiga fase analisis data

yang dimulai dengan pengodean terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding),

dan pengodean selektif (selective coding) dan pengembangan suatu paradigma logis atau

gambaran visual dari teori yang diturunkan.

Meskipun desain sistematik diadopsi oleh para peneliti kualitatif, beberapa poin dalam

pendekatan ini mendapat kritikan. Glaser menyoroti penekanan yang berlebihan terhadap

Page 19: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 19/39

aturan dan prosedur, kerangka kerja yang kaku, dan kecenderungan verifikasi teori (bukan

penyusunan teori) yang terdapat dalam desain tersebut. Menurut Glaser, tujuan utama

peneliti GT adalah untuk menjelaskan “proses sosial dasar” dengan cara memunculkan

teori dari data, bukan hanya sekedar menggunakan kategori-kategori yang telah

ditentukan seperti tergambar pada desain sistematik, terutama pada langkah pengodean

poros. Sebagai alternatif, Glaser mengajukan desain emerging yang menekankan

penggunaan teknik pembandingan berkesinambungan (constant comparative) antara

kejadian dengan kejadian, kejadian dengan kategori, dan kategori dengan kategori sebagai

inti analisis data. Bagi Glaser, fokus utama GT adalah menghubungkan kategori-kategori

dan memunculkan teori, bukan hanya sekedar menggambarkan teori.pada tahap akhir,

peneliti membangun dan mendiskusikan hubungan antar seluruh kategori tanpa

menghubungkannya dengan diagram atau gambar (Creswel, 2008: 438)

Pengembang metode GT yang lain, Charmaz (dalam Creswel, 2008: 439), menyatakan

bahwa desain yang disusun Straus dan Glaser terlalu kaku dengan prosedur pengumpulan

fakta dan penjelasan tindakan sehingga makna yang dinyatakan oleh partisipan dalam

penelitian bisa terabaikan. Menurut Charmaz, peneliti GT perlu menggunakan strategi-

strategi yang lebih fleksibel dalam rangka ‘menangkap’ dan menjelaskan pandangan, nilai-

nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu sewaktu mereka menjalani

sebuah fenomena atau proses. Berdasarkan pandangan-pandangannya itu, Charmaz

menyusun desain konstruktivis yang memberi penekanan pada makna yang diungkapkan

oleh partisipan dalam penelitian. Desain ini dilakukan dengan cara menjelaskan perasaan-

perasaan masing-masing partisipan sewaktu mereka menjalani sebuah fenomena. Desain

ini juga menjelaskan keyakian dan nilai-nilai peneliti tapi mencegah kategori-

kategorinyang telah ditentukan, sebagaimana halnya terjadi dalam desain sistematik.

Laporan penelitian ditulis terutama dalam bentuk penjelasan yang logis serta, secara

mendalam, mengupas asumsi-asumsi dan makna yang diungkapkan masing-masing

partisipan yang diteliti.

Pengertian GT

Page 20: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 20/39

 

GT merupakan metodologi penelitian kualitatif yang berakar pada kontruktivisme, atau

paradigma keilmuan yang mencoba mengkontruksi atau merekontruksi teori atas suatu

fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan pada data empirik. Kontruksi atau rekontruksi

teori itu diperoleh melalui analisis induktif atas seperangkat data emik berbentuk korpus

yang diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan. Hal ini didukung Borgatti (1990)

dengan menjelaskan bahwa frasa "grounded theory", nama yang diberikan kepada GT,

merujuk pada “theory that is developed inductively from a corpus of data”. Data-data yang

dianalisis merupakan emik karena data-data itu diperoleh berdasarkan penuturan,

tindakan, dan pengalaman para partisipan. Data-data itu kemudian diidentifikasi, diberi

kode, dikategorikan, dan secara konstan dibandingkan satu dengan yang lain. Jika analisis

dilakukan dengan baik, teori yang diperoleh akan sangat sesuai dengan fenomena yang

diteliti (atau dijadikan sebagai sumber data). Dengan kata lain, ide pokok pendekatan GT

adalah analisis kualitatif data lapangan yang dilakukan dengan membaca seperangkat teks

(catatan lapangan, transkrip wawancara, atau dokumen-dokumen yang relevan) secara

seksama (bila perlu berulang-ulang) untuk menemukan konsep-konsep atau kategori-

kategori dan hubungan antar konsep maupun kategori tersebut.

Teori yang dihasilkan melalui GT merupakan teori substantif, bukan teori formal. Teori

substansi adalah teori yang dibangun dari data berdasarkan wilayah substansi penelitian.

Sedangkan teori formal menjangkau berbagai subtansi penelitian. Meskipun demikian,

penelitian GT bisa saja menghasilkan teori formal, tapi prosesnya dilakukan bertahap dan

membutuhkan analisis yang cermat. Jika suatu teori telah berlaku secara valid pada suatu

substansi, teori itu bisa dikembangkan pada substansi yang lebih luas atau substansi lain,

sampai menghasilkan teori formal.

Tujuan penelitian GT adalah merekonstruksi teori-teori yang digunakan untuk memahami

fenomena. Elliott dan Lazenbatt (2005) mengatakan: “With its origins in sociology,

grounded theory emphasises the importance of developing an understanding of human

behaviour through a process of discovery and induction rather than from the more

traditional quantitative research process of hypothesi testing and deduction.” Oleh karena

Page 21: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 21/39

itu, GT sesuai digunakan dalam rangka menjelaskan fenomena, proses atau merumuskan

teori yang umum tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang

ada. Haig (1995) mengatakan bahwa meskipun GT pada awalnya diterapkan dan

dikembangkan di bidang sosiologi, metode ini dapat dan telah digunakan dengan baik di

berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu politik, dan psikologi. Khusus

di bidang pendidikan, Creswell (2008: 432) mengatakan bahwa GT sangat sesuai

digunakan untuk meneliti proses pengembangan kemampuan menulis di kalangan siswa

atau proses pengembangan karir di kalangan wanita Amerika-Afrika dan Kaukasia yang

berprestatsi tinggi. GT juga sesuai digunakan untuk meneliti tindakan manusia, seperti

proses keikutsertaan para peserta yang mengikuti kelas-kelas pendidikan orang dewasa,

atau untuk meneliti interaksi antar individu, seperti dukungan yang diberikan para pejabat 

sebuah jurusan kepada para peneliti fakultas.

Ciri-Ciri Utama Penelitian Grounded Theory

Seperti terungkap dari paparan latar belakang di atas, penggunaan dan pengembangan di

berbagai disiplin ilmu membuat GT terbagi dalam tiga pendekatan. Meskipun demikian,

ketiga pendekatan itu, dan juga desain-desain yang diterapkan secara khusus dalam

berbagai bidang ilmu, tetap menggunakan konsep dasar dalam The Discovery of Grounded

Theory sebagai titik tolak (Goulding, 1999). Oleh sebab itu, untuk memahami GT secara

lebih komprehensif, elemen-elemen yang terkandung dalam setiap pendekatan perlu dikaji

secara seksama. Menurut Creswell (2008: 440), enam karakteristik berikut merupakan

elemen-elemen yang terdapat dalam berbagai pendekatan GT, termasuk desain sistematik,

'emerging' dan 'kostruktivis'.

1. Pendekatan Proses

Meskipun para peneliti GT dapat mengarahkan studi mereka pada sebuah ide, seperti

keahlian menerjemahkan novel atau kemahiran berpidato, mereka lebih mengarahkan

Page 22: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 22/39

penelitian terhadap proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif. Hal ini

dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap fenomena sosial merupakan hasil proses tindakan

atau interaksi antar individu. Dalam penelitian GT, proses merujuk pada urutan tindakan-

tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan

sebuah topik, seperti pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam bahasa Indonesia.

Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan yang

dilakukan pada partisipan, peneliti GT dapat mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-

tindakan dan interaksi antar manusia, seperti interaksi antara penerbit dan penterjemah

pada saat negoisasi, tindakan-tindakan yang dilakukan penterjemah selama proses

pengalihbahasaan, dan sebagainya. Aspek-paspek yang diisolasi ini disebut kategori-

kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi dasar dalam rangka memahami

suatu proses. Borgatti (1990) menekankan pemusatan perhatian GT terhadap dengan

mengatakan “…process is vital….” karena GT berhubungan dengan penggambaran dan

pengodean hal-hal yang dinamis—sedang berubah, sedang bergerak, dan sedang

berlangsung—di kancah penelitian.

Dalam penelitian GT, kategori-kategori atau tema-tema diberi label dalam bentuk kode in

vivo, yaitu label dari kategori-kategori yang diungkapkan dengan menggunakan kata-kata

asli partisipan bukan dalam bentuk ungkapan peneliti atau terminologi ilmiah yang baku.

Kata-kata itu diidentifikasi peneliti dengan mengkaji transkrip-transkrip wawancara atau

catatan lapangan dalam rangka melokalisir ungkapan partisipan yang berhubungan dengan

kategori yang dimaksud. Sebagai contoh, untuk menungkapkan bahwa buku hasil

terjemahannya sangat laris, partisipan mungkin menggunakan istilah 'meledak di pasaran'.

Dengan menggunakan kode in vivo, peneliti akan menggunakan label “meledak di pasaran”

untuk kategori tersebut.

2. Penyampelan Teoritik 

Sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian

GT adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat berbentuk transkrip

Page 23: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 23/39

wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen publik, buku harian dan

jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti (Charmaz, dalam Creswell, 2008: 442) .

Proses pengumpulan data itu dilaksaakan dengan mengunakan ada dua metode secara

simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Bentuk data yang

paling sering digunakan berbagai peneliti adalah hasil wawancara karena data seperti ini

lebih mampumengungkapkan pengalaman responden dalam kata-kata mereka sendiri. Hal

inilah yang mendorong Borgatti (1990) menyimpulkan bahwa GT sangat dipengaruhi dan

menekankan pemahaman dunia secara emik. Dia menyatakan: ”... grounded theorists are

concerned with or largely influenced by emic understandings of the world: they use

categories drawn from respondents themselves and tend to focus on making implicit belief 

systems explicit.” 

Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian GT dari

pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling

tidak, pada GT sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung

(life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang

bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan "Mengapa

suatu kondisi terjadi?", "Apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan

"Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung?” 

Dalam GT, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan

pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang dilakukan “… in

order to discover categories and their properties, and to suggest their interrelationship

into a theory” (Glaser and Strauss, 1980: 62). Dengan kata lain, penyampelan teoritik 

merupakan pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data

atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik 

teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang

menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah

penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "tingginya kecenderungan

penerbitan novel-novel horror terjemahan", penikmat (pembaca) novel-novel horor

merupakan kandidat yang paling sesuai untuk diwawancarai. Penterjemah, penerbit, dan

Page 24: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 24/39

kritisi sastra memang dapat dijadikan sumber informasi yang relevan, namun peran

mereka tidakbegitu sentral karena penerbitan bahan bacaan sangat ditentukanoleh

konsumen (pembaca).

Paparan ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya yang di sampel dalampenelitian GT

bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang

berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Akan tetapi, karena fenomena itu

melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga

ikut disampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena.

Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah

yang dicari atau digali oleh peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu

melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai

tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir.

Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian GT, seperti halnya penelitian

kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti

secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data berlangsung. Cara

penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.

Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam GT diarahkan

dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola

penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data;

(a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c)

penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (penyampelan terdahulu

menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan dengan

tingkat kedalaman fokus penelitian. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga

penyampelan tersebut.

(a) Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang

berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap

awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka

Page 25: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 25/39

obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data

yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan

pengkodean terbuka.

(b) Penyampelan relasional dan variasional berfokus pada pengungkapan dan pembuktian

hubungan-hubungan antara kategori dengan kategori dan kategori dengan sub-

subkategorinya. Pada kedua penyampelan ini diupayakan untuk menemukan sebanyak 

mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan

perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan

di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk 

memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian

dengan perubahan.

(c) Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Oleh karena itu

tujuan penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek yang diduga dapat memberi

peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian GT berlangsung secara bertahap dan dalam

rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara terus

menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan

dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan umum dalam GT adalah

melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai.

Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b)

penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah

ditetapkan dan dibuktikan.

Berdasarkan paparan tentang prinsip penyampelan di atas, jelaslah bahwa pengambilan

kesimpulan dalam penelitian GT tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada

spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian GT bermaksud untuk membuat 

spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b)

Page 26: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 26/39

tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-

konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil

akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk 

semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau

kondisi tersebut.

3. Analisis Data Perbandingan Konstan

Dalam penelitian GT, peneliti terlibat dalam roses pengumpulan data, pengelompokan data

ke dalam kategori-kategori, pengumpulan data tambahan, dan pembandingan informasi

yang baru itu dengan kategori-kategori yang muncul. Proses pengembangan kategori-

kategori informasi yang berlangsung secara perlahan-lahan ini dinamai prosedur

perbandingan konstan (constant comparative procedure). Perbandingan konstan ini

merupakan prosedur analisis data induktif yang digunakan untuk memunculkan dan

menghubungkan kategori-kategori dengan cara membandingkan satu peristiwa dengan

peristiwa lainnya, satu peristiwa dengan satu kategori, dan satu kategori dengan kategori

lainnya.

Dalam tahap pelaksanaan (Dick, 2005) menggambarkan analisis data perbandingan

konstan, dalam langkah-langkah berikut. Pada wawancara pertama, peneliti hanya

bertanya pada diri sendiri: “Apa yang sedang berlangsung?”, “Situasi apakah ini?”,

“Bagaimana partisipan ini menangani situasi tersebut? “, “Lalu, kategori-kategori apa yang

terungkap melalui pernyataan-pernyataan ini?” Setelah itu, peneliti mengodekan hasil-hasil

wawancara pertama dan kedua ke dalam kategori-kategori, seluruh kategori (termasuk 

yang diperoleh dari sumber data lainnya) dibandingkan satu dengan yang lain. Setelah itu,

seluruh kategori dihubungkan dengan teori yang muncul dipikiran penulis selama

melakukan perbandingan. Secara singkat, analisis data perbandingan konstan adalah ”...

initially comparing data set to data set; later comparing data set to theory.” Ilustrasi

prosedur analisis data perbandingan konstan dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 27: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 27/39

 

Page 28: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 28/39

 

4. Kategori Inti 

Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori

sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa

kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih

satu kategori inti sebagai basis penulisan teori (lihat gambar 2 sebagai visualisasi proses

ini). Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan kategori inti (Strauss and Corbin,

dalam Creswell, 2008: 444).

(a) Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama

lainnya dapat dihbungkan padanya.

(b) Kategori tersebut sering muncul dalam data, dengan pengertian bahwa dalam semua

kasus terdapat indikator-indikator yang merujuk pada kategori inti tersebut.

(c) Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan kategori-kategori berfifat logis, konsisten

dan tidak dipaksakan.

(d) Istilah atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan kategori inti harus abstrak.

(e) Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek kedalaman dan

kemampuan menjelaskan.

(f) Meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu menjelaskan seara akurat.

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa memilih kategori inti terlalu awal adalah sangat 

Page 29: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 29/39

riskan. Akan tetapi, bila terlihat bahwa salah satu kategori mucul dengan frekuensi tinggi

dan terhubung dengan jelas pada kategori-kategori lain, kategori itu dapat dipilih sebagai

kategori inti.

5. Perumusan Teori 

Dalam penelitian GT, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan atau pemahaman yang

abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik substantif yang didasarkan pada data.

Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu mengidentifikasi kategori inti dan kategori-kategori

proses yang menjelaskannya. Karena teori ini dilandaskan pada fenomena yang spesifik,

teori ini tidak dapat diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas pada fenomena lain.

Oleh karena itu, Charmaz (dalam Creswell, 2008: 446) mengatakan teori ini berfifat 

“middle range”, ditarik dari beberapa individual atau sumber data dan memberi penjelasan

yang akurat hanya pada sebuah topik yang substantif.

6. Penulisan Memo

Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat peneliti untuk 

mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori yang

dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya

sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang

hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan. Menurut Dick (2005),

penulisan memo harus harus diberikan prioritas utama karena ide tentang hubungan-

hubungan antara kategori-kategori bisa muncul kapan saja dan peneliti harus segera

mencatatnya. Dalam penelitiannya, Dick biasa menggunakan memo dengan sistem kartu-

kartu berukuran 125 mm x 75 mm yang tersedia dikantongnya kapan saja dia perlu

membuat memo. Kartu-kartu memo itu dibuat dengan format seperti pada gambar 2.

Gambar 2: Memo Grounded Theory

Page 30: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 30/39

 

Tahapan Pelaksanaan Penelitan GT

Penelitian GT diawali dengan pemusatan perhatian pada suatu wilayah kajian dan diikuti

oleh pengumpulan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik,

khususnya wawancara dan obserrvasi lapangan (field observation). Setelah terhimpun,

data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik 'coding' dan prosedur

penyampelan teoritis. Tahap berikutnya adalah menyusun teori (yang menjelaskan

fenomena yang diteliti) dengan menggunakan teknik interpretasi. Pada tahap akhir, hasil

penelitian disusun secara sistematis. Selaras dengan itu, Creswell (2008: 432) menjelaskan

GT dilakukan melalui sebuah prosedur penjaringan data yang sistematis,

pengidentifikasian kategori-kategori (tema-tema), penghubungan kategori-kategori

tersebut, dan pembentukan teori yang menjelaskan proses tersebut. Dengan demikian

teori-teori yang dihasilkan merupakan teori ‘proses’ yang menjelaskan fenomena (tahapan-

tahapan proses, tindakan, atau interaksi yang terjadi di kancah penelitian selama penelitian

terjadi).

Gambaran di atas hanyalah gambaran prosedur secara umum, sedangkan prosedur yang

spesifik sulit digambarkan mengingat bahwa penelitian GT diaplikasikan dalam berbagai

disiplin ilmu. Selain itu, terdapat paling tidak tiga desain yang lazim digunakan cukup

beragam, dengan disain yang teratur (sistematik dan emerging) maupun fleksibel

Page 31: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 31/39

(konstruktivis). Prosedur yang diuraikan di bawah ini merupakan tahapan desain

sistematis, mengingat langkah-langkahnya yang mudah diidentifikasi.

1. Perumusan Masalah Penelitian

Sebagai penelitian berparadigma kualitatif, GT mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan

sosial selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang

ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas

dalam GT, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan dengan

fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum terpahami

atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi seorang peneliti

untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik –seperti yang dituntut dalam metode

kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi rumusan

masalah dalam pendekatan GT masih bersifat umum, yaitu dalam bentuk pertanyaan yang

masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena secara luas, dan

belum sampai menegaskan mana saja variabel yang berhubungan dengan ruang lingkup

masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe hubungan antarvariabelnya belum perlu

dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang dibuat.

Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah

dalam GT disusun secara bertahap. Pada tahap awal–sebelum pengumpulan data,

dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang

kemudian nanti–setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya

semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan.

Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam GT disusun lebih dari satu kali. Rumusan

masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam

mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya

dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut 

terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.

Page 32: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 32/39

 

Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal

adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan.

Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam GT adalah; (a) berorientasi pada

pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang obyek 

(formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan tindakan.

Contoh rumusan masalah awal pada GT; "Bagaimanakah novel detektif Inggris

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan

masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam proses

penerjemahan sebuah novel detektif Inggris ke dalam bahasa Indonesia, (b) obyek formal

penelitian adalah penterjemah yang sedang menerjemahkan sebuah novel detektif Inggris

ke dalam bahasa Indonesia; sedangkan obyek materialnya adalah metode yang dilakukan

oleh penterjemah itu dalam menyelesaikan penerjemahan novel dimaksud, dan (c)

orientasi utama yang disoroti adalah tahapan dan teknik-teknik penterjemahan yang

dipilih.

Sebagai sebuah penelitian kualitatif, penelitian GT tidak bermaksud untuk menguji teori,

dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh

tidak relevan jika penelitian dengan GT dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada,

karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian

GT tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam

mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam

pendekatan GT, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang obyek 

yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan.

Dalam pendekatan GT, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud

penelitian yang dikerjakan, yaitu untuk menemukan teori dari dasar. Namun, jika peneliti

menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah, membangun

kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-konsep yang digunakan

oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara sampai ditemukan konsep yang

sebenarnya dari kancah.

Terdapat lima kemungkinan perlakuan peneliti terhadap teori yang sudah ada. Pertama,

Page 33: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 33/39

jika penelitian dengan GT menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang

sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori

yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori

yang sudah ada, maka teori yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan

baru itu. Kedua, jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang

dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada

sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh

peneliti lain tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang

bermaksud memperluas teori. Ketiga, jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori

yang telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk 

kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa

digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang

sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya.

Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan,

sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.

Keempat, jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka teori tersebut 

dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam

pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal. Kelima, jika temuan penelitian

sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana

dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada.

2. Penjaringan Data

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data utama dalam penelitian GT digali dari fenomena

atau perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta

ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Sampel penelitian tidak 

didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam

bentuknya. Teknik yang digunakan adalah penyampelan teoritik, atau penyampelan yang

Page 34: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 34/39

dilakukan dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan

dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah

mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran

yang secara langsung menjawab masalah penelitian.

3. Analisis Data

Pada dasarnya, kegiatan penjaringan dan analisis data dalam GT adalah proses yang saling

berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus), bahkan simultan. Karena itu

kegiatan analisis telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.

Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengodean (coding), yakni

proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan

pengkodean dalam penelitian GT adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan

ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru,

dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan

kepekaan untuk menghasilkan teori.

Terdapat dua prosedur analisis dasar dalam proses pengodean, yaitu; (a) pembuatan

perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan

(b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian GT, hal-hal yang diperbandingkan itu

cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang

ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari setiap fenomena

dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum. Analisis data

itu sendiri, seperti telah dijelaskan sebelumnya, dilaksaakan dalam tiga langkah:

pengodean terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding), dan pengodean selektif 

(selective coding). Setelah menganalisis data, peneliti menyusun suatu paradigma logis

atau gambaran visual dari teori yang diturunkan.

Tiga Tahap Analisis Data

Page 35: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 35/39

 

(a) Pada tahap pertama, pengodean terbuka (open coding), peneliti membentuk kategori-

kategori awal informasi tentang fenomena yang diteliti dengan memilah-milah data

(diperoleh dari wawancara, observasi, maupun catatan-catatan dan memo) ke dalam jenis-

jenis yang relevan. Jika fenomena yang diteliti adalah proses penterjemahan novel-novel

klasik di sebuah penerbitan, misalnya, informasi yang diperoleh melalui pengamatan

tentang proses pemberian 'job' oleh penerbit kepada sekelompok penterjemah dapat 

dikelompokkan kepada tahapan-tahapan pemberian kerja, pembuatan perjanjian kerja,

sistem pembayaran upah, dan hal lain yang berhubungan dengan proses tersebut.

Sedangkan iformasi yang diperoleh melalui wawancara terhadap para penterjemah dapat 

dipilah-pilah ke dalam kelompok pengalaman, keahlian, latar-belakang pendidikan, usia,

dan lain-lain. Kategori-kategori yang telah ada bisa saja berkembang sesuai dengan

penambahan data yang diperoleh, dan pada saat yang sama, sebagian atau seluruh kategori

akan diperkaya dengan properties (sub-subkategori), yaitu data yang berfungsi sebagai

detil pendukung kategori yang ada.

(b) Di tahap kedua, pengodean poros (axial coding), peneliti memilih salah satu dari

kategori yang ada dan memposisikannya sebagai inti fenomena yang sedang diteliti.

Seluruh kategori lainnya dihubungkan pada inti fenomena ini berdasarkan korelasi apa

adanya, seperti faktor-faktor penyebab (faktor-faktor yang memengaruhi inti), strategi

(tindakan yang diambil sebagai respon terhadap inti), kondisi yang memengaruhi dan

kontekstual (faktor-faktor situasional umum atau khusus yang memengaruhi strategi, dan

konsekuensi (dampak dari penggunaan strategi). Tahapan ini melibatkan pembuatan

sebuah diagram yang disebut pengkodean paradigma (coding paradigm), yang

menggambarkan kesalingterkaitan antara penyebab, strategi, kondisi yang memengaruhi

dan kontekstual, dan konsekuensi. Sebagai ilustrasi untuk proses ini, lihat gambar 1

berikut.

Page 36: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 36/39

 

(c) Di tahap ketiga, pengodean selektif (selective coding), peneliti menulis sebuah teori dari

kesalingterkaitan seluruh kategori dalam tahap axial coding. Pada aras dasar, teori ini

merupakan penjelasan abstrak atas proses yang diteliti Jadi, pengodean selektif merupakan

proses penyatuan dan penyempurnaan teori melalui tahapan penulisan alur cerita yang

membuat seluruh kategori saling terkait dan memilih melaui memo pribadi tentang ide-ide

teoritis. Di sepanjang alur cerita, peneliti bisa saja mengamati bagaimana faktor tertentu

memengaruhi fenomena yang membuat digunakannya strategi tertentu dengan dampak 

tertentu.

Dilihat dari jumlah aktivitas pengodean yang dilakukan, terlihat adanya pengurangan dari

tahap pengodean terbuka ke tahap penggolongan kategori-kategori, dan demikian halnya

dari tahap penggolongan kategori-kategori ke tahap pengodean poros. Aktivitas paling

minimal terdapat pada tahap penyusunan teori dari kategori-kategori yang sudah

dijenuhkan.

4. Penyusunan Teori 

Seperti dijelaskan di atas, teori dalam GT disusun pada saat melaksanakan pengodean

selektif (selective coding). Proses ini mencakup analisis atas kesalingterkaitan seluruh

kategori yang ditemukan. Perumusan teori juga bisa mencakup penyempurnaan paradigma

yang terdapat pada axial coding dan menyajikannya sebagai sebuah modelatau teori bagi

proses yang diteliti. Teori bisa disajikan sebagai proposisi-proposisi atau sub-sub proposisi

yang dapat digunakan sebagai ide-ide yang dapat diuji pada penelitian lanjutan. Teori juga

bisa dituliskan dalambentuk narasi yang menggambarkan kesalingterkaitan seluruh

kategori (Creswell, 2008: 450).

5. Validasi Teori

Page 37: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 37/39

 

Dalam GT, validasi teori merupakan bagian aktif dari proses penelitian. Sebagai contoh,

sewaktu melakukan perbandingan konstan dalam tahap pengodean terbuka, peneliti

melakukan pemeriksaan silang keabsahan hubungan antara data dan kategori-kategori

yang muncul melalui proses triangulasi. Proses pemeriksaan data seperti itu juga dilakukan

pada tahapan pengodean poros. Setelah teori dirumuskan, peneliti memvalidasi proses

penyusunannya dengan membandingkannya dengan proses–proses sejenis yang ada di

dalamkepustakaan. Bahkan penilai luar, seperti partisipan, juga bisa diminta untuk 

memeriksa keabsahan teori maupun validitas dan kredibilitas data (Creswell, 2008: 450).

6. Penulisan Laporan Penelitian

Sturuktur laporan penelitian GT sangat tergantung pada desain yang digunakan. Jika desain

yang digunakan adalah pendekatan sistematik, laporan penelitian relatif mirip dengan

struktur laporan penelitian kuantitatif, yang mencakup bagian-bagian perumusan masalah,

metode penelitian, analisis dan diskusi, dan hasil penelitian. Jika desain yang digunakan

adalah pendekatan ’emerging’ atau ’konstruktivis’, struktur laporan penelitian bersifat 

fleksibel (Creswell, 2008: 450).

Kesimpulan

Desain penelitian GT merupakan seperangkat prosedur yang digunakan untuk menyusun

sebuah teori yang menjelaskan sebuah proses mengenai sebuah topik substantif. Penelitian

GT cocok digunakan dalam rangka menjelaskan fenomena, proses atau merumuskan teori

yang umum tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang ada.

Pada awalnya, penelitian GT diterapkan dan dikembangkan di bidang sosiologi. Namun

saat ini GT juga banyak digunakan di berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan,

keperawatan, ilmu politik, dan psikologi.

Meskipun penelitian GT terdiri dari tiga bentuk desain—sistematik, ’emerging’ dan

’konstruktivis’—secara umum, metode ini memiliki enam karakteristik kunci. Pertama,

Page 38: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 38/39

fokus penelitian diarahkan pada proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif.

Kedua, penjaringan data (yang dilakukan secara simultan denagn analisis data) dilakukan

dengan menggunakan penyampelan teoritis. Ketiga, analisis data dilakukan dalam tiga

tahap—pengodean terbuka, pengodean poros, dan pengodean selektif —sambil

melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data yang

diperoleh. Keempat, sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-kategori,

sebuah kategori inti diidentifikasi. Keenam, kategori inti yang diidentifikasi kemudian

dikembangkan dan dirumuskan menjadi teori. Selama melakukan penelitian, peneliti

membuat catatan-catatan (memo) untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan

data dan kategori-kategori yang dikodekan.

Prosedur pelaksanaan penelitian GT yang komprehensif sulit dilakukan mengingat desain

GT yang cukup beragam. Meskipun demikian, sebagai gambaran, langkah-langkah

penelitian desain sistematis, dapat diurutkan dalam enam langkah: perumusan masalah,

penjaringan data, analisis data, penyusunan teori, validasi teori, dan penulisan laporan.

Daftar Pustaka 

Borgatti, Steve. "Introduction to Grounded Theory". Diunduh pada tanggal 18 Oktober

2008 http://www.analytictech.com/mb870/introtoGT.htm 

Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating

Quantitative and Qulitative Research. New Jersey: Prentice Hall.

Dick, Bob. 2005. “Grounded theory: a thumbnail sketch”. Diunduh pada tanggal 10

September 2008 dari http://www.scu.edu.au/schools/gcm/ar/arp/grounded.html 

Elliott, Naomi and Lazenbatt, Anne. 2005. “How to Recognise a ‘Quality’ Grounded Theory

Research Study” A scholarly paper, published in Australian Journal of Advanced Nursing

Volume 22 Number 3, 2005

Page 39: Grounded Theory

5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 39/39

 

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo Perkasa.

Glaser, B. & Straus A. 1980. The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative

Research. Chicago: Aldine.

Goulding, Christina. 1999. "Grounded Theory: Some Reflections on Paradigm, Procedures,

and Misconceptions" A Working Paper Series at Wolverhampton Business School.

Haig, Brian D. 1995. “GT as Scientific Method” in Philosophy of Education Society.

Diunduh pada tanggal 12 November 2008 dari http://www.GT as Scientific Method.htm

Introduction to coding terminology qrtips.com/faq/Coding%20Level%20Pyramid.jpg