Grounded Theory
-
Upload
syamsi-setiadi -
Category
Documents
-
view
376 -
download
0
Transcript of Grounded Theory
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 1/39
PENDAHULUAN
Pendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian
kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori
dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser
dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu;
"The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative
Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded
Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara
cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya
signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti
ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah
teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi
tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku.
Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma
penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu,
yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan
teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory
Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory).
Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial,
namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang
ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki
pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format
data yang dikumpulkannya.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 2/39
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seperti diketahui, paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan sosial
selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang
ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas
dalam Grounded Theory, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan
dengan fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum
terpahami atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi
seorang peneliti untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik –seperti yang dituntut
dalam metode kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi
rumusan masalah dalam pendekatan Grounded Theory masih bersifat umum, yaitu dalam
bentuk pertanyaan yang masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali
fenomena secara luas, dan belum sampai menegaskan mana saja variabel yang
berhubungan dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe
hubungan antarvariabelnya belum perlu dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang
dibuat.
Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah
dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal –sebelum pengumpulan
data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang
kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya
semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan.
Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih dari satu
kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan
dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya
dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut
terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.
Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal
adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan.
Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a) berorientasi
pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 3/39
obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan
tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita
yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita
yang sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal
penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek
materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan
kehamilan dalam kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan
tindakan si wanita dan jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.
PENGGUNAAN TEORI TERDAHULU
Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan Grounded Theory sama
sekali tidak bermaksud untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-
variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan
Grounded Theory dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada, karena akan
menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian Grounded
Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas
dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam
pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan
tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin
ditemukan.
Dalam pendekatan Grounded Theory, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan
maksud penelitian yang dikerjakan:
Penelitian yang bermaksud menemukan teori dari dasar;
Jika peneliti menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah,
membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 4/39
konsep yang digunakan oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara
sampai ditemukan konsep yang sebenarnya dari kancah.
Jika penelitian dengan Grounded Theory menemukan teori yang memiliki hubungan
dengan teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan
baru untuk memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori
yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat
dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu.
Jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan,
maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika
ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain
tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang
bermaksud memperluas teori;
Jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori yang telah ada, maka penelitian
dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan
kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi
dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang sekarang harus
dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan
demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga
memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.
Jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat
dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam
pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal.
Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti
dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang
ada.
ANALISIS DATA
Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah
proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 5/39
itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat
pengumpulan data sedang berlangsung.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding).
Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali
dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk;
(a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti
mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan
kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a)
pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of
analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-
hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i)
relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan
(ii) posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu
tingkatan garis kontinum.
Pengkodean Terbuka (Open Coding)
Pelabelan fenomena
Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan
pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu
merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep tertentu.Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.
Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai
dapat diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak
sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan kata-kata kunci sebagai
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 6/39
ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan konsep baru terhadap
fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat
sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-
masing menyampaikan pendapat secara bergantian di bawah kordinasi seorang yang
mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung dalam waktu yang
lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.
Penemuan dan penamaan kategori
Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih
berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses
dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti itu. Untuk menyederhanakan
data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data itu
pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan
padat, kemudian membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi)
sesuai sifat dan substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada
tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.
Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian
nama kategori dilakukan proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di
mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan dikelompokkan dalam satu
kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya,
adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu
kategori dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-
anak sedang bermain, lalu ada yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan",
"menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu
kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya".
Intinya adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki
keserupaan—menjadi satu kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih
abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 7/39
Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang
sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat
oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan dalam Grounded Theory.
Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan
menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang
disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian
kualitatif.
Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat
di sini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah
ukuran, dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu
kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye, misalnya, berupa kaos,
jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan
"warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu
sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya,
maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna kuning"
tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya
dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu,
misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada
"kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa
ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi. Akibatnya,
setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat
dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan
sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada.
Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau
kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 8/39
warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku
adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.
Pengkodean Terporos (Axial Coding)
Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-
cara baru dengan membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan
jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau
antarsubkategori.
Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori
berikut; yaitu kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan
konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan model paradigma
Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap setiap
kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"?
Model paradigma inilah yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori
atau antarsubkategori.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat
pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis
hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah; hubungan antara kondisi kausal
dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi,
hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara
strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak
terhenti pada hubungan antara dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap
hubungan antara semua jenis kategori, yang dapat digambarkan ke dalam skema berikut:
Pengkodean Terpilih (Selective Coding)
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 9/39
Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin
sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan
antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat
membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk
menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara
sistematis.
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan
menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan
tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya.
Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep
pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan
teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah,
bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis dari semua kategori. Spirit teoritis itu
mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti.
Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;
Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.
Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau
data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah
yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?", atau "apa masalah utamanya".
Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti.
Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yangdapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan
berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai matahari yang
berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi
nama (konseptualisasi).
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 10/39
Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori
inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai
kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.
Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada
penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap
penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal dalam Grounded Theory, tema
utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan masalah
utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan
hipotesis penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi
ke lapangan untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang
menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.
4. Analisis Proses
Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud
dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini
terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon (strategiaksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d)
penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.
Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan
kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada
pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu
ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai
cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi
untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk
mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting
adalah untuk menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon,
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 11/39
dan konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan
berputar mengikuti garis lingkaran.
Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat
sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Proses sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif,
maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan.
Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi,
transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu
diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan
dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-
hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.
Proses sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi
secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat
dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena
seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan
tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.
PENGUMPULAN DATA DAN PENYAMPELAN TEORITIK
Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti
sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat
digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview).Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi
dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory
dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 12/39
Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang
sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk
menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu
mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari
suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan
konsekwensi itu berlangsung"?.
Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah
populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik
adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan
secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel
peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung
menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning"
yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti
memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang
'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna,
bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-
benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudahdikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau
benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses
pengumpulan atau penggalian fenomena.
Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah
yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses pengumpulan data. Karena fenomena itu
melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai
tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir.
Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti
halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-
subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 13/39
berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai
snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory
diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga
pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan
data; (a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c)
penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (di mana penyampelan
terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan
dengan tingkat kedalaman fokus penelitian. Keterangan yang berkenaan dengan tiga pola
penyampelan ini dapat diringkas sebagai berikut:
Penyampelan Terbuka; Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak
mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian.
Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara
teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum
dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian
dianalisis dengan pengkodean terbuka.
Penyampelan Relasional dan Variasional; Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan
pengkodean terporos adalah menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori
dengan sub-subkategorinya. Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan yang
berfokus pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan tersebut. Kegiatan itu
dinamakan penyampelan relasional dan variasional.
Pada penyampelan relasional dan variasional diupayakan untuk menemukan sebanyak
mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan
perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan
di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 14/39
memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian
dengan perubahan.
Penyampelan Pembeda: Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean
terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang
diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan
antarkategori.
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara
bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga
berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa
terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan
umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga pemenuhan
teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a)
tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c)
hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.
Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan dalam
penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada
spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk
membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya
fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta
konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik
sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi
keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan
hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.
PENUTUP
Grounded Theory Approach adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang
berorientasi pada penemuan teori dari kancah. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 15/39
yang digunakan, metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari
kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam
metode kuantitatif. Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang
dipinjam Grounded Theory;
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa
dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di
alam ini tidak lepas dari hukum sebab-akibat.
Pengukuran fenomena. penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran
terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan
konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan Grounded Theory, di sini dilakukan
pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.
Penggunaan variabel; Secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel
dalam Grounded Theory. Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi
fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan
konsekwensi, serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan
pertanda bahwa di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan
variabel.
Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam Grounded Theory merupakan satu
perkembangan baru yang patut diberi apresiasi positif. Proses perkawinan itu sendiri
harus dimaklumi, tidak saja karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas
metode ini yang memiliki latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif),
melainkan juga karena tuntutan perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang.
Mau tak mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya
agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 16/39
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 17/39
PENELITIAN GROUNDED THEORY
Parlindungan Pardede
Pendahluan
Penelitian Grounded Theory (GT) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan
sejumlah prosedur sistematis yang diarahkan untuk mengembangkan teori berorientasi
tindakan, interaksi, atau proses dengan berlandaskan data yang diperoleh dari kancah
penelitian. Metode penelitian ini masih tergolong baru dan pada awalnya digunakan dalam
sosiologi. Namun metode ini berkembang pesat dan telah digunakan dalam berbagai
disiplin ilmu. Makalah ini membahas konsep-konsep pokok tentang Penelitian GT, yang
diawali dengan mengemukakan latar belakang, perkembangan dan pengertian tentang
penelitian GT sebagai pengantar. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan
tentang ciri-ciri pokok metode GT dan prosedur pelaksanaan sebuah penelitian GT.
Pembahasan ditutup dengan menarik beberapa kesimpulan yang didasarkan pada
pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.
Latar Belakang GT
Penelitian GT dikembangkan pertama kali pada tahun 1960s oleh dua sosiologis, Barney
Glaser and Anselm Strauss berdasarkan penelitian yang mereka lakukan pada pasien-
pasien berpenyakit akut di Rumah Sakit Universitas California, San francisco. Catatan-
catatan dan metode penelitian yang digunakan dipublikasikan dan menarik minat banyak
orang untuk mempelajarinya. Sebagai respon, Glaser dan Strauss menerbitkan The
Discovery of Grounded Theory (1967), buku yang menjelaskan prosedur metode GT secara
terperinci. Hingga saat ini, buku ini diterima sebagai peletetak konsep-konsep mendasar
GT. Dalam buku ini, Glaser dan Strauss mengkritisi pendekatan-pendekatan penelitian
sosiologi yang menekankan verifikasi dan pengujian teori-teori. Menurut mereka,
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 18/39
penelitian seharusnya memunculkan konsep-konsep (variabel) dan hipotesis berdasarkan
data-data nyata yang ada di lapangan: “de-emphasis on the prior step of discovering what
concepts and hypotheses are relevant for the area one wished to research. ...In social
research generating theory goes hand in hand with verifying it; but many sociologists have
diverted from this truism in their zeal to test either existing theories or a theory that they
have barely started to generate” (Glaser & Strauss, 1967: 1-2). Sebuah teori yang
ditemukan selama penjaringan data akan sangat sesuai dengan kumpulan data tadi. Jadi,
teori yang dibangun oleh GT sangat kontras dengan teori yang diturunkan secara deduktif
dari grand theory, tanpa bantuan data dan sering kali tidak pas dengan data manapun.
Ide-ide yang terkandung dalam The Discovery of Grounded Theory merefleksikan latar
belakang keahlian kedua pengarang yang cukup berbeda. Glaser merupakan lulusan
Columbia University yang berafiliasi pada penelitian quantitatif, khususnya pengembangan
teori secara induktif berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif. Pengaruh perspektif
induktif terlihat pada penekanan perumusan teori berdasarkan perspektif parisipan yang
diteliti. Strauss merupakan lulusan Universitas Chicago yang terkenal dengan tradisi
penelitian lapangan kualitaif. Latar belakang ini terungkap pada penekanan Strauss
terhadap peneltian lapangan yang dilakukan dengan cara menemui dan secara seksama
mendegarkan penuturan individu-individu yang diteliti.
Setelah penerbitan The Discovery of Grounded Theory, baik Glaser maupun Strauss
menulis berbagai buku masing-masing untuk mengembangkan metode GT. Bekerjasama
dengan Juliet Corbin, pada tahun 1990 dan 1998 Strauss mengembangkan prosedur dan
teknik GT yang kemudian dikenal dengan desain sistematik, dengan bentuk yang lebih
preskriptif, dengan kategori-kategori yang telah ditentukan dan penekanan pada validitas
dan reliabilitas data. Desain sistematik ini menekankan penggunaan tiga fase analisis data
yang dimulai dengan pengodean terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding),
dan pengodean selektif (selective coding) dan pengembangan suatu paradigma logis atau
gambaran visual dari teori yang diturunkan.
Meskipun desain sistematik diadopsi oleh para peneliti kualitatif, beberapa poin dalam
pendekatan ini mendapat kritikan. Glaser menyoroti penekanan yang berlebihan terhadap
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 19/39
aturan dan prosedur, kerangka kerja yang kaku, dan kecenderungan verifikasi teori (bukan
penyusunan teori) yang terdapat dalam desain tersebut. Menurut Glaser, tujuan utama
peneliti GT adalah untuk menjelaskan “proses sosial dasar” dengan cara memunculkan
teori dari data, bukan hanya sekedar menggunakan kategori-kategori yang telah
ditentukan seperti tergambar pada desain sistematik, terutama pada langkah pengodean
poros. Sebagai alternatif, Glaser mengajukan desain emerging yang menekankan
penggunaan teknik pembandingan berkesinambungan (constant comparative) antara
kejadian dengan kejadian, kejadian dengan kategori, dan kategori dengan kategori sebagai
inti analisis data. Bagi Glaser, fokus utama GT adalah menghubungkan kategori-kategori
dan memunculkan teori, bukan hanya sekedar menggambarkan teori.pada tahap akhir,
peneliti membangun dan mendiskusikan hubungan antar seluruh kategori tanpa
menghubungkannya dengan diagram atau gambar (Creswel, 2008: 438)
Pengembang metode GT yang lain, Charmaz (dalam Creswel, 2008: 439), menyatakan
bahwa desain yang disusun Straus dan Glaser terlalu kaku dengan prosedur pengumpulan
fakta dan penjelasan tindakan sehingga makna yang dinyatakan oleh partisipan dalam
penelitian bisa terabaikan. Menurut Charmaz, peneliti GT perlu menggunakan strategi-
strategi yang lebih fleksibel dalam rangka ‘menangkap’ dan menjelaskan pandangan, nilai-
nilai, kepercayaan, perasaan, asumsi, dan ideologi individu sewaktu mereka menjalani
sebuah fenomena atau proses. Berdasarkan pandangan-pandangannya itu, Charmaz
menyusun desain konstruktivis yang memberi penekanan pada makna yang diungkapkan
oleh partisipan dalam penelitian. Desain ini dilakukan dengan cara menjelaskan perasaan-
perasaan masing-masing partisipan sewaktu mereka menjalani sebuah fenomena. Desain
ini juga menjelaskan keyakian dan nilai-nilai peneliti tapi mencegah kategori-
kategorinyang telah ditentukan, sebagaimana halnya terjadi dalam desain sistematik.
Laporan penelitian ditulis terutama dalam bentuk penjelasan yang logis serta, secara
mendalam, mengupas asumsi-asumsi dan makna yang diungkapkan masing-masing
partisipan yang diteliti.
Pengertian GT
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 20/39
GT merupakan metodologi penelitian kualitatif yang berakar pada kontruktivisme, atau
paradigma keilmuan yang mencoba mengkontruksi atau merekontruksi teori atas suatu
fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan pada data empirik. Kontruksi atau rekontruksi
teori itu diperoleh melalui analisis induktif atas seperangkat data emik berbentuk korpus
yang diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan. Hal ini didukung Borgatti (1990)
dengan menjelaskan bahwa frasa "grounded theory", nama yang diberikan kepada GT,
merujuk pada “theory that is developed inductively from a corpus of data”. Data-data yang
dianalisis merupakan emik karena data-data itu diperoleh berdasarkan penuturan,
tindakan, dan pengalaman para partisipan. Data-data itu kemudian diidentifikasi, diberi
kode, dikategorikan, dan secara konstan dibandingkan satu dengan yang lain. Jika analisis
dilakukan dengan baik, teori yang diperoleh akan sangat sesuai dengan fenomena yang
diteliti (atau dijadikan sebagai sumber data). Dengan kata lain, ide pokok pendekatan GT
adalah analisis kualitatif data lapangan yang dilakukan dengan membaca seperangkat teks
(catatan lapangan, transkrip wawancara, atau dokumen-dokumen yang relevan) secara
seksama (bila perlu berulang-ulang) untuk menemukan konsep-konsep atau kategori-
kategori dan hubungan antar konsep maupun kategori tersebut.
Teori yang dihasilkan melalui GT merupakan teori substantif, bukan teori formal. Teori
substansi adalah teori yang dibangun dari data berdasarkan wilayah substansi penelitian.
Sedangkan teori formal menjangkau berbagai subtansi penelitian. Meskipun demikian,
penelitian GT bisa saja menghasilkan teori formal, tapi prosesnya dilakukan bertahap dan
membutuhkan analisis yang cermat. Jika suatu teori telah berlaku secara valid pada suatu
substansi, teori itu bisa dikembangkan pada substansi yang lebih luas atau substansi lain,
sampai menghasilkan teori formal.
Tujuan penelitian GT adalah merekonstruksi teori-teori yang digunakan untuk memahami
fenomena. Elliott dan Lazenbatt (2005) mengatakan: “With its origins in sociology,
grounded theory emphasises the importance of developing an understanding of human
behaviour through a process of discovery and induction rather than from the more
traditional quantitative research process of hypothesi testing and deduction.” Oleh karena
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 21/39
itu, GT sesuai digunakan dalam rangka menjelaskan fenomena, proses atau merumuskan
teori yang umum tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang
ada. Haig (1995) mengatakan bahwa meskipun GT pada awalnya diterapkan dan
dikembangkan di bidang sosiologi, metode ini dapat dan telah digunakan dengan baik di
berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu politik, dan psikologi. Khusus
di bidang pendidikan, Creswell (2008: 432) mengatakan bahwa GT sangat sesuai
digunakan untuk meneliti proses pengembangan kemampuan menulis di kalangan siswa
atau proses pengembangan karir di kalangan wanita Amerika-Afrika dan Kaukasia yang
berprestatsi tinggi. GT juga sesuai digunakan untuk meneliti tindakan manusia, seperti
proses keikutsertaan para peserta yang mengikuti kelas-kelas pendidikan orang dewasa,
atau untuk meneliti interaksi antar individu, seperti dukungan yang diberikan para pejabat
sebuah jurusan kepada para peneliti fakultas.
Ciri-Ciri Utama Penelitian Grounded Theory
Seperti terungkap dari paparan latar belakang di atas, penggunaan dan pengembangan di
berbagai disiplin ilmu membuat GT terbagi dalam tiga pendekatan. Meskipun demikian,
ketiga pendekatan itu, dan juga desain-desain yang diterapkan secara khusus dalam
berbagai bidang ilmu, tetap menggunakan konsep dasar dalam The Discovery of Grounded
Theory sebagai titik tolak (Goulding, 1999). Oleh sebab itu, untuk memahami GT secara
lebih komprehensif, elemen-elemen yang terkandung dalam setiap pendekatan perlu dikaji
secara seksama. Menurut Creswell (2008: 440), enam karakteristik berikut merupakan
elemen-elemen yang terdapat dalam berbagai pendekatan GT, termasuk desain sistematik,
'emerging' dan 'kostruktivis'.
1. Pendekatan Proses
Meskipun para peneliti GT dapat mengarahkan studi mereka pada sebuah ide, seperti
keahlian menerjemahkan novel atau kemahiran berpidato, mereka lebih mengarahkan
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 22/39
penelitian terhadap proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif. Hal ini
dilandasi oleh kenyataan bahwa setiap fenomena sosial merupakan hasil proses tindakan
atau interaksi antar individu. Dalam penelitian GT, proses merujuk pada urutan tindakan-
tindakan dan interaksi antar manusia dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan
sebuah topik, seperti pengalihbahsaan novel Animal Farm ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam topik seperti ini, berdasarkan transkrip wawancara atau catatan pengamatan yang
dilakukan pada partisipan, peneliti GT dapat mengidentifikasi dan mengisolasi tindakan-
tindakan dan interaksi antar manusia, seperti interaksi antara penerbit dan penterjemah
pada saat negoisasi, tindakan-tindakan yang dilakukan penterjemah selama proses
pengalihbahasaan, dan sebagainya. Aspek-paspek yang diisolasi ini disebut kategori-
kategori, yang digunakan sebagai tema-tema informasi dasar dalam rangka memahami
suatu proses. Borgatti (1990) menekankan pemusatan perhatian GT terhadap dengan
mengatakan “…process is vital….” karena GT berhubungan dengan penggambaran dan
pengodean hal-hal yang dinamis—sedang berubah, sedang bergerak, dan sedang
berlangsung—di kancah penelitian.
Dalam penelitian GT, kategori-kategori atau tema-tema diberi label dalam bentuk kode in
vivo, yaitu label dari kategori-kategori yang diungkapkan dengan menggunakan kata-kata
asli partisipan bukan dalam bentuk ungkapan peneliti atau terminologi ilmiah yang baku.
Kata-kata itu diidentifikasi peneliti dengan mengkaji transkrip-transkrip wawancara atau
catatan lapangan dalam rangka melokalisir ungkapan partisipan yang berhubungan dengan
kategori yang dimaksud. Sebagai contoh, untuk menungkapkan bahwa buku hasil
terjemahannya sangat laris, partisipan mungkin menggunakan istilah 'meledak di pasaran'.
Dengan menggunakan kode in vivo, peneliti akan menggunakan label “meledak di pasaran”
untuk kategori tersebut.
2. Penyampelan Teoritik
Sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif, instrumen pengumpul data penelitian
GT adalah peneliti sendiri. Data-data yang dikumpulkan dapat berbentuk transkrip
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 23/39
wawancara, percakapan, catatan wawancara, dokumen-dokumen publik, buku harian dan
jurnal responden, dan catatan reflektif peneliti (Charmaz, dalam Creswell, 2008: 442) .
Proses pengumpulan data itu dilaksaakan dengan mengunakan ada dua metode secara
simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Bentuk data yang
paling sering digunakan berbagai peneliti adalah hasil wawancara karena data seperti ini
lebih mampumengungkapkan pengalaman responden dalam kata-kata mereka sendiri. Hal
inilah yang mendorong Borgatti (1990) menyimpulkan bahwa GT sangat dipengaruhi dan
menekankan pemahaman dunia secara emik. Dia menyatakan: ”... grounded theorists are
concerned with or largely influenced by emic understandings of the world: they use
categories drawn from respondents themselves and tend to focus on making implicit belief
systems explicit.”
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian GT dari
pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling
tidak, pada GT sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung
(life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang
bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan "Mengapa
suatu kondisi terjadi?", "Apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan
"Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung?”
Dalam GT, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan
pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara penyampelan teoritik, yaitu penyampelan yang dilakukan “… in
order to discover categories and their properties, and to suggest their interrelationship
into a theory” (Glaser and Strauss, 1980: 62). Dengan kata lain, penyampelan teoritik
merupakan pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dengan cara memilih data-data
atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan dengan dan mendukung secara teoritik
teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang
menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah
penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "tingginya kecenderungan
penerbitan novel-novel horror terjemahan", penikmat (pembaca) novel-novel horor
merupakan kandidat yang paling sesuai untuk diwawancarai. Penterjemah, penerbit, dan
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 24/39
kritisi sastra memang dapat dijadikan sumber informasi yang relevan, namun peran
mereka tidakbegitu sentral karena penerbitan bahan bacaan sangat ditentukanoleh
konsumen (pembaca).
Paparan ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya yang di sampel dalampenelitian GT
bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang
berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Akan tetapi, karena fenomena itu
melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga
ikut disampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena.
Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah
yang dicari atau digali oleh peneliti selama mengumpulkan data. Karena fenomena itu
melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai
tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir.
Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian GT, seperti halnya penelitian
kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti
secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data berlangsung. Cara
penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam GT diarahkan
dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola
penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data;
(a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c)
penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (penyampelan terdahulu
menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan dengan
tingkat kedalaman fokus penelitian. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang ketiga
penyampelan tersebut.
(a) Penyampelan terbuka bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang
berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap
awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 25/39
obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data
yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan
pengkodean terbuka.
(b) Penyampelan relasional dan variasional berfokus pada pengungkapan dan pembuktian
hubungan-hubungan antara kategori dengan kategori dan kategori dengan sub-
subkategorinya. Pada kedua penyampelan ini diupayakan untuk menemukan sebanyak
mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan
perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan
di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian
dengan perubahan.
(c) Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Oleh karena itu
tujuan penyampelan pembeda adalah menetapkan subyek yang diduga dapat memberi
peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian GT berlangsung secara bertahap dan dalam
rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara terus
menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan
dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan umum dalam GT adalah
melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai.
Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b)
penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah
ditetapkan dan dibuktikan.
Berdasarkan paparan tentang prinsip penyampelan di atas, jelaslah bahwa pengambilan
kesimpulan dalam penelitian GT tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada
spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian GT bermaksud untuk membuat
spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b)
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 26/39
tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-
konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil
akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk
semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau
kondisi tersebut.
3. Analisis Data Perbandingan Konstan
Dalam penelitian GT, peneliti terlibat dalam roses pengumpulan data, pengelompokan data
ke dalam kategori-kategori, pengumpulan data tambahan, dan pembandingan informasi
yang baru itu dengan kategori-kategori yang muncul. Proses pengembangan kategori-
kategori informasi yang berlangsung secara perlahan-lahan ini dinamai prosedur
perbandingan konstan (constant comparative procedure). Perbandingan konstan ini
merupakan prosedur analisis data induktif yang digunakan untuk memunculkan dan
menghubungkan kategori-kategori dengan cara membandingkan satu peristiwa dengan
peristiwa lainnya, satu peristiwa dengan satu kategori, dan satu kategori dengan kategori
lainnya.
Dalam tahap pelaksanaan (Dick, 2005) menggambarkan analisis data perbandingan
konstan, dalam langkah-langkah berikut. Pada wawancara pertama, peneliti hanya
bertanya pada diri sendiri: “Apa yang sedang berlangsung?”, “Situasi apakah ini?”,
“Bagaimana partisipan ini menangani situasi tersebut? “, “Lalu, kategori-kategori apa yang
terungkap melalui pernyataan-pernyataan ini?” Setelah itu, peneliti mengodekan hasil-hasil
wawancara pertama dan kedua ke dalam kategori-kategori, seluruh kategori (termasuk
yang diperoleh dari sumber data lainnya) dibandingkan satu dengan yang lain. Setelah itu,
seluruh kategori dihubungkan dengan teori yang muncul dipikiran penulis selama
melakukan perbandingan. Secara singkat, analisis data perbandingan konstan adalah ”...
initially comparing data set to data set; later comparing data set to theory.” Ilustrasi
prosedur analisis data perbandingan konstan dapat dilihat pada gambar berikut.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 27/39
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 28/39
4. Kategori Inti
Dari seluruh kategori utama yang diperoleh dari data, peneliti memilih satu kategori
sebagai inti fenomena dalam rangka merumuskan teori. Setelah mengidentifikasi beberapa
kategori (misalnya, 8 hingga 10—tergantung pada besarnya database), peneliti memilih
satu kategori inti sebagai basis penulisan teori (lihat gambar 2 sebagai visualisasi proses
ini). Berikut ini adalah enam kriteria untuk menentukan kategori inti (Strauss and Corbin,
dalam Creswell, 2008: 444).
(a) Kategori tersebut harus merupakan sentral, dalam artian kategori-kategori utama
lainnya dapat dihbungkan padanya.
(b) Kategori tersebut sering muncul dalam data, dengan pengertian bahwa dalam semua
kasus terdapat indikator-indikator yang merujuk pada kategori inti tersebut.
(c) Penjelasan-penjelasan yang menghubungkan kategori-kategori berfifat logis, konsisten
dan tidak dipaksakan.
(d) Istilah atau frasa yang digunakan untuk menjelaskan kategori inti harus abstrak.
(e) Seiring dengan penyempurnaan konsep, teori berkembang dalam aspek kedalaman dan
kemampuan menjelaskan.
(f) Meskipun kondisi bervariasi, kategori inti masih mampu menjelaskan seara akurat.
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa memilih kategori inti terlalu awal adalah sangat
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 29/39
riskan. Akan tetapi, bila terlihat bahwa salah satu kategori mucul dengan frekuensi tinggi
dan terhubung dengan jelas pada kategori-kategori lain, kategori itu dapat dipilih sebagai
kategori inti.
5. Perumusan Teori
Dalam penelitian GT, yang dimaksud dengan teori adalah penjelasan atau pemahaman yang
abstrak tentang suatu proses mengenai sebuah topik substantif yang didasarkan pada data.
Teori ini disusun oleh peneliti sewaktu mengidentifikasi kategori inti dan kategori-kategori
proses yang menjelaskannya. Karena teori ini dilandaskan pada fenomena yang spesifik,
teori ini tidak dapat diaplikasikan digeneralisasikan secara meluas pada fenomena lain.
Oleh karena itu, Charmaz (dalam Creswell, 2008: 446) mengatakan teori ini berfifat
“middle range”, ditarik dari beberapa individual atau sumber data dan memberi penjelasan
yang akurat hanya pada sebuah topik yang substantif.
6. Penulisan Memo
Dalam penelitian GT, memo merupakan catatan-catatan yang dibuat peneliti untuk
mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori-kategori yang
dikodekan. Dengan kata lain, memo merupakan catatan yang dibuat peneliti bagi dirinya
sendiri dalam rangka menyusun hipotesis tentang sebuah kategori, kususnya tentang
hubungan-hubungan antara kategori-kategori yang ditemukan. Menurut Dick (2005),
penulisan memo harus harus diberikan prioritas utama karena ide tentang hubungan-
hubungan antara kategori-kategori bisa muncul kapan saja dan peneliti harus segera
mencatatnya. Dalam penelitiannya, Dick biasa menggunakan memo dengan sistem kartu-
kartu berukuran 125 mm x 75 mm yang tersedia dikantongnya kapan saja dia perlu
membuat memo. Kartu-kartu memo itu dibuat dengan format seperti pada gambar 2.
Gambar 2: Memo Grounded Theory
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 30/39
Tahapan Pelaksanaan Penelitan GT
Penelitian GT diawali dengan pemusatan perhatian pada suatu wilayah kajian dan diikuti
oleh pengumpulan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik,
khususnya wawancara dan obserrvasi lapangan (field observation). Setelah terhimpun,
data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik 'coding' dan prosedur
penyampelan teoritis. Tahap berikutnya adalah menyusun teori (yang menjelaskan
fenomena yang diteliti) dengan menggunakan teknik interpretasi. Pada tahap akhir, hasil
penelitian disusun secara sistematis. Selaras dengan itu, Creswell (2008: 432) menjelaskan
GT dilakukan melalui sebuah prosedur penjaringan data yang sistematis,
pengidentifikasian kategori-kategori (tema-tema), penghubungan kategori-kategori
tersebut, dan pembentukan teori yang menjelaskan proses tersebut. Dengan demikian
teori-teori yang dihasilkan merupakan teori ‘proses’ yang menjelaskan fenomena (tahapan-
tahapan proses, tindakan, atau interaksi yang terjadi di kancah penelitian selama penelitian
terjadi).
Gambaran di atas hanyalah gambaran prosedur secara umum, sedangkan prosedur yang
spesifik sulit digambarkan mengingat bahwa penelitian GT diaplikasikan dalam berbagai
disiplin ilmu. Selain itu, terdapat paling tidak tiga desain yang lazim digunakan cukup
beragam, dengan disain yang teratur (sistematik dan emerging) maupun fleksibel
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 31/39
(konstruktivis). Prosedur yang diuraikan di bawah ini merupakan tahapan desain
sistematis, mengingat langkah-langkahnya yang mudah diidentifikasi.
1. Perumusan Masalah Penelitian
Sebagai penelitian berparadigma kualitatif, GT mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan
sosial selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang
ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas
dalam GT, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan dengan
fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum terpahami
atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi seorang peneliti
untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik –seperti yang dituntut dalam metode
kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi rumusan
masalah dalam pendekatan GT masih bersifat umum, yaitu dalam bentuk pertanyaan yang
masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena secara luas, dan
belum sampai menegaskan mana saja variabel yang berhubungan dengan ruang lingkup
masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe hubungan antarvariabelnya belum perlu
dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang dibuat.
Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah
dalam GT disusun secara bertahap. Pada tahap awal–sebelum pengumpulan data,
dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang
kemudian nanti–setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya
semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan.
Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam GT disusun lebih dari satu kali. Rumusan
masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam
mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya
dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut
terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 32/39
Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal
adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan.
Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam GT adalah; (a) berorientasi pada
pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang obyek
(formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan tindakan.
Contoh rumusan masalah awal pada GT; "Bagaimanakah novel detektif Inggris
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam proses
penerjemahan sebuah novel detektif Inggris ke dalam bahasa Indonesia, (b) obyek formal
penelitian adalah penterjemah yang sedang menerjemahkan sebuah novel detektif Inggris
ke dalam bahasa Indonesia; sedangkan obyek materialnya adalah metode yang dilakukan
oleh penterjemah itu dalam menyelesaikan penerjemahan novel dimaksud, dan (c)
orientasi utama yang disoroti adalah tahapan dan teknik-teknik penterjemahan yang
dipilih.
Sebagai sebuah penelitian kualitatif, penelitian GT tidak bermaksud untuk menguji teori,
dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh
tidak relevan jika penelitian dengan GT dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada,
karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian
GT tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam
mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam
pendekatan GT, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang obyek
yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan.
Dalam pendekatan GT, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud
penelitian yang dikerjakan, yaitu untuk menemukan teori dari dasar. Namun, jika peneliti
menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah, membangun
kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-konsep yang digunakan
oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara sampai ditemukan konsep yang
sebenarnya dari kancah.
Terdapat lima kemungkinan perlakuan peneliti terhadap teori yang sudah ada. Pertama,
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 33/39
jika penelitian dengan GT menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang
sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori
yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori
yang sudah ada, maka teori yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan
baru itu. Kedua, jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang
dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada
sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh
peneliti lain tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang
bermaksud memperluas teori. Ketiga, jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori
yang telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk
kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa
digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang
sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya.
Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan,
sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.
Keempat, jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka teori tersebut
dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam
pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal. Kelima, jika temuan penelitian
sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana
dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada.
2. Penjaringan Data
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data utama dalam penelitian GT digali dari fenomena
atau perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta
ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Sampel penelitian tidak
didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam
bentuknya. Teknik yang digunakan adalah penyampelan teoritik, atau penyampelan yang
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 34/39
dilakukan dengan cara memilih data-data atau konsep-konsep yang terbukti berhubungan
dengan dan mendukung secara teoritik teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah
mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran
yang secara langsung menjawab masalah penelitian.
3. Analisis Data
Pada dasarnya, kegiatan penjaringan dan analisis data dalam GT adalah proses yang saling
berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus), bahkan simultan. Karena itu
kegiatan analisis telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.
Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengodean (coding), yakni
proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan
pengkodean dalam penelitian GT adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan
ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru,
dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan
kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis dasar dalam proses pengodean, yaitu; (a) pembuatan
perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan
(b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian GT, hal-hal yang diperbandingkan itu
cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang
ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari setiap fenomena
dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum. Analisis data
itu sendiri, seperti telah dijelaskan sebelumnya, dilaksaakan dalam tiga langkah:
pengodean terbuka (open coding), pengodean poros (axial coding), dan pengodean selektif
(selective coding). Setelah menganalisis data, peneliti menyusun suatu paradigma logis
atau gambaran visual dari teori yang diturunkan.
Tiga Tahap Analisis Data
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 35/39
(a) Pada tahap pertama, pengodean terbuka (open coding), peneliti membentuk kategori-
kategori awal informasi tentang fenomena yang diteliti dengan memilah-milah data
(diperoleh dari wawancara, observasi, maupun catatan-catatan dan memo) ke dalam jenis-
jenis yang relevan. Jika fenomena yang diteliti adalah proses penterjemahan novel-novel
klasik di sebuah penerbitan, misalnya, informasi yang diperoleh melalui pengamatan
tentang proses pemberian 'job' oleh penerbit kepada sekelompok penterjemah dapat
dikelompokkan kepada tahapan-tahapan pemberian kerja, pembuatan perjanjian kerja,
sistem pembayaran upah, dan hal lain yang berhubungan dengan proses tersebut.
Sedangkan iformasi yang diperoleh melalui wawancara terhadap para penterjemah dapat
dipilah-pilah ke dalam kelompok pengalaman, keahlian, latar-belakang pendidikan, usia,
dan lain-lain. Kategori-kategori yang telah ada bisa saja berkembang sesuai dengan
penambahan data yang diperoleh, dan pada saat yang sama, sebagian atau seluruh kategori
akan diperkaya dengan properties (sub-subkategori), yaitu data yang berfungsi sebagai
detil pendukung kategori yang ada.
(b) Di tahap kedua, pengodean poros (axial coding), peneliti memilih salah satu dari
kategori yang ada dan memposisikannya sebagai inti fenomena yang sedang diteliti.
Seluruh kategori lainnya dihubungkan pada inti fenomena ini berdasarkan korelasi apa
adanya, seperti faktor-faktor penyebab (faktor-faktor yang memengaruhi inti), strategi
(tindakan yang diambil sebagai respon terhadap inti), kondisi yang memengaruhi dan
kontekstual (faktor-faktor situasional umum atau khusus yang memengaruhi strategi, dan
konsekuensi (dampak dari penggunaan strategi). Tahapan ini melibatkan pembuatan
sebuah diagram yang disebut pengkodean paradigma (coding paradigm), yang
menggambarkan kesalingterkaitan antara penyebab, strategi, kondisi yang memengaruhi
dan kontekstual, dan konsekuensi. Sebagai ilustrasi untuk proses ini, lihat gambar 1
berikut.
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 36/39
(c) Di tahap ketiga, pengodean selektif (selective coding), peneliti menulis sebuah teori dari
kesalingterkaitan seluruh kategori dalam tahap axial coding. Pada aras dasar, teori ini
merupakan penjelasan abstrak atas proses yang diteliti Jadi, pengodean selektif merupakan
proses penyatuan dan penyempurnaan teori melalui tahapan penulisan alur cerita yang
membuat seluruh kategori saling terkait dan memilih melaui memo pribadi tentang ide-ide
teoritis. Di sepanjang alur cerita, peneliti bisa saja mengamati bagaimana faktor tertentu
memengaruhi fenomena yang membuat digunakannya strategi tertentu dengan dampak
tertentu.
Dilihat dari jumlah aktivitas pengodean yang dilakukan, terlihat adanya pengurangan dari
tahap pengodean terbuka ke tahap penggolongan kategori-kategori, dan demikian halnya
dari tahap penggolongan kategori-kategori ke tahap pengodean poros. Aktivitas paling
minimal terdapat pada tahap penyusunan teori dari kategori-kategori yang sudah
dijenuhkan.
4. Penyusunan Teori
Seperti dijelaskan di atas, teori dalam GT disusun pada saat melaksanakan pengodean
selektif (selective coding). Proses ini mencakup analisis atas kesalingterkaitan seluruh
kategori yang ditemukan. Perumusan teori juga bisa mencakup penyempurnaan paradigma
yang terdapat pada axial coding dan menyajikannya sebagai sebuah modelatau teori bagi
proses yang diteliti. Teori bisa disajikan sebagai proposisi-proposisi atau sub-sub proposisi
yang dapat digunakan sebagai ide-ide yang dapat diuji pada penelitian lanjutan. Teori juga
bisa dituliskan dalambentuk narasi yang menggambarkan kesalingterkaitan seluruh
kategori (Creswell, 2008: 450).
5. Validasi Teori
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 37/39
Dalam GT, validasi teori merupakan bagian aktif dari proses penelitian. Sebagai contoh,
sewaktu melakukan perbandingan konstan dalam tahap pengodean terbuka, peneliti
melakukan pemeriksaan silang keabsahan hubungan antara data dan kategori-kategori
yang muncul melalui proses triangulasi. Proses pemeriksaan data seperti itu juga dilakukan
pada tahapan pengodean poros. Setelah teori dirumuskan, peneliti memvalidasi proses
penyusunannya dengan membandingkannya dengan proses–proses sejenis yang ada di
dalamkepustakaan. Bahkan penilai luar, seperti partisipan, juga bisa diminta untuk
memeriksa keabsahan teori maupun validitas dan kredibilitas data (Creswell, 2008: 450).
6. Penulisan Laporan Penelitian
Sturuktur laporan penelitian GT sangat tergantung pada desain yang digunakan. Jika desain
yang digunakan adalah pendekatan sistematik, laporan penelitian relatif mirip dengan
struktur laporan penelitian kuantitatif, yang mencakup bagian-bagian perumusan masalah,
metode penelitian, analisis dan diskusi, dan hasil penelitian. Jika desain yang digunakan
adalah pendekatan ’emerging’ atau ’konstruktivis’, struktur laporan penelitian bersifat
fleksibel (Creswell, 2008: 450).
Kesimpulan
Desain penelitian GT merupakan seperangkat prosedur yang digunakan untuk menyusun
sebuah teori yang menjelaskan sebuah proses mengenai sebuah topik substantif. Penelitian
GT cocok digunakan dalam rangka menjelaskan fenomena, proses atau merumuskan teori
yang umum tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan dengan teori yang ada.
Pada awalnya, penelitian GT diterapkan dan dikembangkan di bidang sosiologi. Namun
saat ini GT juga banyak digunakan di berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan,
keperawatan, ilmu politik, dan psikologi.
Meskipun penelitian GT terdiri dari tiga bentuk desain—sistematik, ’emerging’ dan
’konstruktivis’—secara umum, metode ini memiliki enam karakteristik kunci. Pertama,
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 38/39
fokus penelitian diarahkan pada proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif.
Kedua, penjaringan data (yang dilakukan secara simultan denagn analisis data) dilakukan
dengan menggunakan penyampelan teoritis. Ketiga, analisis data dilakukan dalam tiga
tahap—pengodean terbuka, pengodean poros, dan pengodean selektif —sambil
melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data yang
diperoleh. Keempat, sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-kategori,
sebuah kategori inti diidentifikasi. Keenam, kategori inti yang diidentifikasi kemudian
dikembangkan dan dirumuskan menjadi teori. Selama melakukan penelitian, peneliti
membuat catatan-catatan (memo) untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan
data dan kategori-kategori yang dikodekan.
Prosedur pelaksanaan penelitian GT yang komprehensif sulit dilakukan mengingat desain
GT yang cukup beragam. Meskipun demikian, sebagai gambaran, langkah-langkah
penelitian desain sistematis, dapat diurutkan dalam enam langkah: perumusan masalah,
penjaringan data, analisis data, penyusunan teori, validasi teori, dan penulisan laporan.
Daftar Pustaka
Borgatti, Steve. "Introduction to Grounded Theory". Diunduh pada tanggal 18 Oktober
2008 http://www.analytictech.com/mb870/introtoGT.htm
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qulitative Research. New Jersey: Prentice Hall.
Dick, Bob. 2005. “Grounded theory: a thumbnail sketch”. Diunduh pada tanggal 10
September 2008 dari http://www.scu.edu.au/schools/gcm/ar/arp/grounded.html
Elliott, Naomi and Lazenbatt, Anne. 2005. “How to Recognise a ‘Quality’ Grounded Theory
Research Study” A scholarly paper, published in Australian Journal of Advanced Nursing
Volume 22 Number 3, 2005
5/12/2018 Grounded Theory - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/grounded-theory-55a35ae25f781 39/39
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Perkasa.
Glaser, B. & Straus A. 1980. The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative
Research. Chicago: Aldine.
Goulding, Christina. 1999. "Grounded Theory: Some Reflections on Paradigm, Procedures,
and Misconceptions" A Working Paper Series at Wolverhampton Business School.
Haig, Brian D. 1995. “GT as Scientific Method” in Philosophy of Education Society.
Diunduh pada tanggal 12 November 2008 dari http://www.GT as Scientific Method.htm
Introduction to coding terminology qrtips.com/faq/Coding%20Level%20Pyramid.jpg