Makalah Grounded Theory

27
BAB I PEMBAHASAN A. Pengertian Grounded Theory Istilah Grounded Theory pertama kali diperkenalkan oleh Glaser & Strauss pada tahun 1967. Glaser adalah seorang sosiolog sekaligus dosen di Colombia University dan University of California School of Nursing . Sedangkan Strauss juga seorang sosiolog yang bekerja sebagai Direktur Social Science Research, Institute for Psychiatric and Psychosomatic Research and Training . Inti dari pernyataan tersebut kurang lebih adalah: Kami meyakini bahwa penemuan teori dari data yang kami sebut grounded theory adalah tugas utama yang dihadapi ilmu sosiologi saat ini, untuk itu kami berusaha menunjukkan teori tersebut sesuai dengan situasi empiris dan dapat dimengerti oleh para sosiolog dan orang awam sekalipun. Ini merupakan pertama kali istilah grounded theory (GT) diperkenalkan. Menurut Glaser dan Strauss, Grounded Theory adalah teori umum dari metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi dari teori ilmu sosial. Menurut mereka penelitian Grounded Theory perlu menemukan aturan yang dapat diterima untuk membentuk ilmu pengetahuan (konsistensi, kemampuan reproduksi, kemampuan generalisasi dan lain-lain), walaupun 1

description

terkait pengertian, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan dari teori grounded

Transcript of Makalah Grounded Theory

Page 1: Makalah Grounded Theory

BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Grounded Theory

Istilah Grounded Theory pertama kali diperkenalkan oleh Glaser &

Strauss pada tahun 1967. Glaser adalah seorang sosiolog sekaligus dosen

di Colombia University dan University of California School of Nursing.

Sedangkan Strauss juga seorang sosiolog yang bekerja sebagai Direktur Social

Science Research, Institute for Psychiatric and Psychosomatic Research and

Training. Inti dari pernyataan tersebut kurang lebih adalah: “Kami meyakini

bahwa penemuan teori dari data yang kami sebut grounded theory adalah tugas

utama yang dihadapi ilmu sosiologi saat ini, untuk itu kami berusaha

menunjukkan teori tersebut sesuai dengan situasi empiris dan dapat dimengerti

oleh para sosiolog dan orang awam sekalipun. Ini merupakan pertama kali

istilah  grounded theory (GT) diperkenalkan. Menurut Glaser dan

Strauss, Grounded Theory  adalah teori umum dari metode ilmiah yang

berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi dari teori ilmu sosial.

Menurut mereka penelitian Grounded Theory perlu menemukan aturan yang

dapat diterima untuk membentuk ilmu pengetahuan (konsistensi, kemampuan

reproduksi, kemampuan generalisasi dan lain-lain), walaupun pemikiran

metodologis ini tidak untuk dipahami dalam suatu pengertian positivisme

(Herdiansyah, 2010).

Strauss dan Corbinpada tahun 1998 mendefinisikan grounded theory

(tori dasar) adalah teori yang diperoleh dari hasil pemikiran induktif dalam suatu

penelitian tentang fenomena yang ada. Grounded theory ini ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan data secara sistematis dan

analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu kumpulan

data, analisis dan teori saling mempengaruhi satu sama lain. Peneliti tidak mulai

dengan suatu teori kemudian membuktikannya, tetapi memulai dengan

melakukan penelitian dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan

bidang tersebut dianalisis. Grounded theory adalah prosedur penelitian kualitatif

1

Page 2: Makalah Grounded Theory

untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan pola-pola

bertingkah laku, berkeyakinan, dan berbahasa yang diyakini bersama oleh

sebuah kelompok kultural tertentu yang telah bertumbuh-kembang pada jangka

waku yang lama. Dalam penelitian ini, grounded theory memiliki prosedur

analisis data yang lebih rumit daripada jenis penelitian kualitatif lainnya. Karena

penelitian ini bersifat sitematis dan mengikuti format standar (Sugiyono, 2011).

Pada umumnya, tujuan grounded theory adalah membangun teori baru,

walaupun sering juga digunakan untuk memperluas atau memodifikasi teori

yang ada. Sebagai contoh, peneliti bisa mengembangkan grounded theory

peneliti sendiri, atau grounded peneliti lain dengan meninjau kembali data yang

sama dengan pertanyaan dan interprestasi yang berbeda. Tujuan umum dari

penelitian grounded theory adalah secara induktif memperoleh dari data, yang

diperlukan pengembangan teoritis, dan yang diputuskan secara memadai untuk

domainnya dengan memperhatikan sejumlah kriteria evaluatif. Walaupun

penelitian grounded theory dikembangkan dan digunakan dalam bidang ilmu

pengetahuan sosial, penelitian grouded theory dapat secara sukses diterapkan

dalam berbagai disiplin ilmu. Ini termasuk ilmu pendidikan, studi kesehatan,

ilmu politik dan psikologi. Glaser dan Strauss tidak memandang prosedur

grounded theory sebagai disiplin khusus, dan mereka mendorong para peneliti

untuk menggunakan prosedur ini untuk tujuan disiplin ilmu mereka (Zuriah,

2009).

B. Langkah-Langkah Penelitian Grounded Theory

Menurut Sugiyono (2014), kategori inti yang diidentifikasi kemudian

dikembangkan dan dirumuskan menjadi teori. Selama melakukan penelitian,

peneliti membuat catatan-catatan (memo) untuk mengelaborasi ide-ide yang

berhubungan dengan data dan kategori-kategori yang dikodekan.

1. Langkah Teoretisasi Penelitian Grounded

Tujuan akhir penelitian Grounded ialah untuk menghasilkan teori

berdasarkan data, maka terdapat tiga langkah penting untuk menghasilkan

teori tersebut, yaitu:

2

Page 3: Makalah Grounded Theory

a) Konseptualisasi

Konseptualisasi adalah langkah memahami data secara jeli untuk

melahirkan konsep. Caranya, semua data dibaca dengan cermat untuk

diperoleh kata-kata kunci. Dari kata-kata kunci akan diperoleh label

secara konseptual. Misalnya, konsep tentang “kepemimpinan”, “etos

kerja”, “idealisme”, “reward and punishment”  dan sebagainya.

b) Kategorisasi konsep.

Jika konsep berangkat dari pelabelan data dari kata-kata kunci, maka

kategorisasi adalah tahap mengumpulkan konsep-konsep secara lebih

abstrak. Langkah untuk memperoleh kategori adalah dengan cara

mencari perbedaan dan persamaan masing-masing konsep. Data dengan

ciri-ciri yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok kategori.

Yang berbeda untuk sementara disingkirkan sambil mencari jika ada data

yang memiliki ciri-ciri yang sama lagi dalam pembacaan data lebih

lanjut.

c) Melahirkan proposisi.

Proposisi adalah pernyataan yang mengandung hubungan antara dua atau

beberapa hal yang dapat dinilai atau benar atas sesuatu yang relevan

dengan keadaan di lapangan. Penyusunan konsep, kategori, dan proposisi

merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan teori, sebagai tujuan

akhir dari grounded research.

2. Pengumpulan Data dan Penyampelan Teoritik

Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory

adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2

(dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi

dan wawancara mendalam (depth interview). Metode observasi dan

wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi dan

wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya. Hal yang spesifik yang

membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari

pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang

dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk

menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat

3

Page 4: Makalah Grounded Theory

prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas.

Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan “mengapa suatu

kondisi terjadi?”, “apa konsekwensi yang timbul dari suatu

tindakan/reaksi?”, dan “seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan

konsekwensi itu berlangsung”?.

Sampel dalam Grounded Theory masalah sampel penelitian tidak

didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep

dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel

berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara teoritik

dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel

peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang

secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti

sedang meneliti “warna kuning” yang di dimensinya terdiri atas “intensitas

corak” dan “kecerahan”, maka peneliti memutuskan untuk mendalami

“intensitas corak” saja (tidak lagi membahas tentang ‘kecerahan”), berarti ia

sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada

dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau

benda-benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena

yang sudah dikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat

dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal

juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena.

Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang

telah terpilih itulah yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses

pengumpulan data. Karena fenomena itu melekat dengan subyek yang

diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak ditemukan

lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir.

Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded

Theory, seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat

direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti secara berproses

ditentukan di lapangan, ketika pengumpulan data berlangsung. Cara

4

Page 5: Makalah Grounded Theory

penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow

bowl sampling.

Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam

Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar

prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus

menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data yaitu penyampelan

terbuka, penyampelan relasional dan variasional, serta penyampelan

pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (dimana penyampelan

terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin

mengerucut sejalan dengan tingkat kedalaman fokus penelitian. Keterangan

yang berkenaan dengan tiga pola penyampelan ini dapat diringkas sebagai

berikut:

a) Penyampelan Terbuka

Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak

mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat

pada awal penelitian. Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin

tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek

pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum

dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal

inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka.

b) Penyampelan Relasional dan Variasional

Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan pengkodean terporos

adalah menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori dengan

sub-subkategorinya. Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan

yang berfokus pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan

tersebut. Kegiatan itu dinamakan penyampelan relasional dan

variasional. Pada penyampelan relasional dan variasional diupayakan

untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam

data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran

tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini

adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan

5

Page 6: Makalah Grounded Theory

peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran

kategori dan data yang bertalian dengan perubahan.

c) Penyampelan Pembeda

Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean

terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah

penetapan subyek yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti

untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.Kegiatan

pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung

secara bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses

pengambilan sampel juga berlangsung secara terus menerus ketika

kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan

dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan umum

dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga

pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai.

Penyampelan dihentikan apabila:

1) Tidak ada lagi data baru yang relevan

2) Penyusunan kategorinya telah terpenuhi

3) Hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.

Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan

kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada

generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini,

penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-

spesifikasi terhadap:

1) Kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena,

2) Tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu,

3) Konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/interaksi itu.

Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis

penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi,

seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau

kondisi tersebut.

6

Page 7: Makalah Grounded Theory

3. Analisis Data

Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded

Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara

bergantian (siklus). Karena itu, kegiatan analisis yang dibicarakan pada

bagian berikut telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang

berlangsung. Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk

pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data,

pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan

pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk menyusun

teori, memberikan ketepatan proses penelitian, membantu peneliti mengatasi

bias dan asumsi yang keliru, dan memberikan landasan, memberikan

kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.

Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses

pengkodean, yaitu: pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the

constant comparative methode of analysis) dan pengajuan pertanyaan.

Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan

itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar relevansi fenomena atau

data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian dan posisi dari

setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan

garis kontinum. Analisis data dilakukan dalam tiga tahap antara lain :

a. Pengkodean Terbuka (Open Coding)

1) Pelabelan fenomena (konseptualisasi data)

Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis.

Yang dimaksud dengan pelabelan fenomena adalah pemberian nama

terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui

pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu

merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan

konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah

satu kegiatan konseptualisasi data. Cara untuk melakukan pelabelan

ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai dapat

diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa.

Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara

7

Page 8: Makalah Grounded Theory

dengan kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang

panjang, melainkan memberikan konsep baru terhadap fenomena (atau

kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat

sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar,

di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara bergantian di

bawah koordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan,

maka fenomena yang berlangsung dalam waktu yang lama ini dapat

diberi label dengan diskusi atau rapat.

2) Penemuan dan penamaan kategori (kategorisasi konsep)

Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah

unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual manusia

tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses dan menganalisis

informasi yang jumlahnya besar seperti itu. Untuk menyederhanakan

data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok.

Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara

mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian

membagi-baginya kedalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi)

sesuai sifat dan substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya

tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada

rancangan penelitian.

Jika dalam  pelabelan fenomena dilakukan proses

konseptualisasi, maka dalam pemberian nama kategori dilakukan

proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di

mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan

dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih

abstrak. Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep

yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori

dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda

melihat anak-anak sedang bermain, lalu ada yang “merebut” mainan,

“menyembunyikan mainan”, “menjauhi teman”, “menangis”, maka

semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu kategori, yaitu sebagai

“strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya”. Intinya

8

Page 9: Makalah Grounded Theory

adalah memadukan konsep-konsep yang menurut tujuan penelitian

anda memiliki keserupaan menjadi satu kategori dan kemudian

memberi label (nama) yang lebih abstrak yang mencakup semua

konsep tersebut.

Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti

membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi

adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli

lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan dalam Grounded Theory.

Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah

dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti,

karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan emic

yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.

3)  Penyusunan Kategori

Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya.

Yang dimaksud dengan sifat di sini adalah karakteristik atau atribut

suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional

range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu

kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye,

misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul,

dan sebagainya, semua dikategorikan dengan “warna kuning”. “Warna

kuning” (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu

sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada perbedaan baik dari segi

intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak dan

kecerahan itulah sifat dari “warna kuning” tersebut. Masing-masing

sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat

ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas

corak warna itu, misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang “kuning

tebal” (orange) sampai pada “kuning tipis” (keputih-putihan).

Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana

saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi. Akibatnya,

setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa

profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil

9

Page 10: Makalah Grounded Theory

dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena

dalam kondisi-kondisi yang ada.

Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum

dari suatu fenomena atau kategori. Sifat umum dari setiap kategori

fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari warna, adalah intensisitas

corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah

frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.

b. Pengkodean Terporos (Axial Coding)

Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan

data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan

antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori

kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau

antarsubkategori. Dalam  Grounded Theory, setiap kategori harus

dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut yaitu kondisi kausal,

konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi.

Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan model

paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah

memberi kode terhadap setiap kategori data, dengan mengajukan

pertanyaan, “termasuk jenis kategori apa data ini”? Model paradigma

inilah yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori

atau antarsubkategori.

Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan

kategorinya. Sifat pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos

mengarah pada suatu jenis hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu

adalah hubungan antara kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi,

hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara

kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, dan hubungan antara

strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi.

c. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih

bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data

dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak

10

Page 11: Makalah Grounded Theory

dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena

datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk

menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau

seleksi secara sistematis.

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan

data adalah dengan menggabungkan semua kategori, sehingga

menghasilkan tema khusus. Penggabungan tidaklah banyak berbeda

dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya. Konsep-

konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep

pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling

sulit. Kepekaan teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses

penggabungan itu adalah bagaimana peneliti dapat menemukan spirit

teoritis dari semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak

secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti. Ada beberapa

tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;

Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.

Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang

berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti

terhadap dirinya sendiri, adalah “apakah yang tampak menonjol dari

wilayah penelitian ini?”, atau “apa masalah utamanya”.

Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat

sebagai kategori inti. Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah

bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua

fenomena/data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan

berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai

matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain.

Lalu kategori inti tersebut diberi nama (konseptualisasi). Menentukan

pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap “c” ada dua atau tiga

kategori inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti

lainnya dijadikan sebagai kategori tambahan yang tidak menjadi inti

pembahasan dalam penelitian ini.

11

Page 12: Makalah Grounded Theory

Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti

sebenarnya telah sampai pada penemuan tema pokok penelitian. Pada

umumnya metode kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada

penemuan tema ini. Lain hal dalam Grounded Theory, tema utama (yang

sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan masalah

utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan

masalah pokok dan hipotesis penelitiannya. Berdasarkan masalah dan

hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk

mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang

menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.

4. Analisis Proses

Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory

yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan

tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap

perubahan kondisi, respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan,

konsekuensi yang timbul dari respon, dan penjabaran posisi konsekwensi

sebagai bagian dari kondisi.

Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan

bagian dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis

dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean

terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan

laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai cara untuk

menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi

untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak

hanya untuk mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa,

melainkan yang lebih penting adalah untuk menemukan keterkaitan antara

stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon, dan konsekwensi harus dilihat

sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti

garis lingkaran. Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan

progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua

perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

12

Page 13: Makalah Grounded Theory

a. Proses sebagai pergerakan progresif.

Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat

mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan.

Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang

perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan

peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa

kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam

menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau

hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.

b. Proses sebagai pergerakan nonprogresif

Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena

tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan

sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk

fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian

atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas

perubahan kondisi.

Cara untuk menghasilkan teori dengan Grounded Theory terdiri dari lima

fase yang harus dii kuti yaitu: desain penelitian, pengumpulan data,

penyusunan data, analisis data, dan pembanding dengan literature. Dari

lima fase tersebut, ada 9 langkah yang harus diikuti, meliputi:

1) Tinjauan ulang literatur teknisi

2) Memilih kasus

3) Membuat protocol pengumpulan data yang kuat

4) Masuk ke lapangan

5) Penyusunan data

6) Percontohan teoritis

7) Mencapai akhir penelitian

8) Pembanding teori yang muncul dengan literature yang telah ada

13

Page 14: Makalah Grounded Theory

C. Kelemahan dan Kelebihan Penelitian Grounded Theory

Menurut Daymon dan Immy Holloway (2008), kelemahan penggunaan

model Grounded Theory terlalu memakan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan

adanya metodologi yang mengharuskan para peneliti untuk bersikap sangat teliti

dan rajin. Proses Grounded Theory selama ini dituduh kelewat kompleks dan

membingungkan. Banyak orang yang kesulitan mempraktikannya, kecuali dalam

kondisi yang longgar, tidak kakuk, dan tidak terlalu dispesifikasi. Sedangkan

kelebihan graouded theory yaitu kualiatas Grounded Theory sama seperti pada

penelitian lain, selain ditentukan validitas, reliabilitas, dan kredibilitas dari data.

Selain itu, juga ditentukan oleh proses penelitian di mana teori menghasilkan

serta berbalasan empiris dari temuan atau teori yang dihasilkan. Hal yang

spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitianGrounded

Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada penelitian fenomena yang

dikumpulkan. Paling tidak. Pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk

menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history)  untuk melihat

prosesnya serta ditunjukan untuk menangkap hal˗hal yang bersifat kausalitas

(perihal sebab akibat).

Ada tiga aspek yang membedakan Grounded Theory dengan pendekatan

penelitian yang lain adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengikuti prosedur analisis sistematik dalam sebagian besar

pendekatan. Grounded theory lebih terstruktur dalam proses pengumpulan

data dan analisisnya, dibanding model riset kualitatif lain. Meski strateginya

sama (misalnya analisis tematik terhadap transkip wawancara, observasi dan

dokumen tertulis).

2. Peneliti memasuki proses riset dengan membawa sedikit mungkin asumsi.

Ini berarti menjauhkan diri dari teori yang sudah ada.

3. Peneliti tidak semata-mata bertujuan untuk menguraikan atau menjelaskan,

tetapi juga mengonseptualisasikan dan berupaya keras untuk menghasilkan

dan mengembangkan teori.

Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada

penelitian Grounded Theory  dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada

pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory

14

Page 15: Makalah Grounded Theory

sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life

history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang

bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan

"Mengapa suatu kondisi terjadi?", "Apa konsekwensi yang timbul dari suatu

tindakan/reaksi?", dan "Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan

konsekwensi itu berlangsung?” "Apa konsekwensi yang timbul dari suatu

tindakan/reaksi?", dan "Seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan

konsekwensi itu berlangsung?”

15

Page 16: Makalah Grounded Theory

BAB II

PENUTUP

A. Simpulan

Glaser dan Strauss mendefinisikan Grounded Theory adalah teori umum

dari metode ilmiah yang berurusan dengan generalisasi, elaborasi, dan validasi

dari teori ilmu sosial. Menurut mereka penelitian Grounded Theory perlu

menemukan aturan yang dapat diterima untuk membentuk ilmu pengetahuan

(konsistensi, kemampuan reproduksi, kemampuan generalisasi dan lain-lain),

walaupun pemikiran metodologis ini tidak untuk dipahami dalam suatu

pengertian positivisme. Sedangkan Strauss dan Corbin pada tahun 1998

mendefinisikan grounded theory (tori dasar) adalah teori yang diperoleh dari

hasil pemikiran induktif dalam suatu penelitian tentang fenomena yang

ada. Grounded theory ini ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui

pengumpulan data secara sistematis dan analisis data yang terkait dengan

fenomena tersebut.

Langkah-langkah penelitian grounded theory yaitu langkah teoretisasi

penelitian grounded, pengumpulan data dan penyampelan teoritik, analisis data

dan analisis proses. Kelemahan penggunaan model Grounded Theory terlalu

memakan waktu yang lama. Sedangkan kelebihan graouded theory yaitu

kualiatas Grounded Theory sama seperti pada penelitian lain, selain ditentukan

validitas, reliabilitas, dan kredibilitas dari data.

B. Saran

Penelitian dengan grounded theory menuntut kualitas tertentu bagi

peneliti pemula. Maka peneliti harus memiliki rasa percaya diri karena memang

benar-benar mengerti. Keualitas dan kreatifitas serta wawasan yang luas harus

dimiliki oleh seorang peneli pemula. Adanya grounded theory ini membantu

peneliti untuk keluar dari stagnasi teori. Semoga makalah mengenai grounded

theory ini dapat bermanfaat segaimana mestinya.

16

Page 17: Makalah Grounded Theory

DAFTAR PUSTAKA

Daymon, Cristin dan Immy Holloway. 2008.  Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communication. Yogyakarta: Bentang.

Herdiansyah, Heri. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta.

Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

17