sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan...

15
TUGAS UJIAN BANGSAL 1. Test Perspirasi Prinsip : adanya keringat akan bereaksi dengan amilum/tepung yang diberi yosium, sehingga memberikan warna biru/ungu. Tujuan : menentukan letak topis lesi di medulla spinalis Cara pemeriksaan : a. Bagian depan tubuh (leher ke bawah) disapu dengan tepung yang mengandung yodium 2%. b. Kemudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya cepat berkeringat (bila perlu diberi obat antipiretik). c. Setelah 1-2 jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap putih (tidak ada produksi keringat). Tes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya Interpretasi: - Normal: terjadi perubahan warna tepung amilum menjadi warna ungu pada daerah yang diolesi yodium 2% dan ditaburi tepung amilum - Jika terjadi gangguan berkeringat, tidak terjadi perubahan warna. Perbatasan warna putih dan ungu merupakan topis lesi yang dicari. 1. Test

Transcript of sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan...

Page 1: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

TUGAS UJIAN BANGSAL

1. Test Perspirasi

Prinsip : adanya keringat akan bereaksi dengan amilum/tepung yang diberi

yosium, sehingga memberikan warna biru/ungu.

Tujuan : menentukan letak topis lesi di medulla spinalis

Cara pemeriksaan :

a. Bagian depan tubuh (leher ke bawah) disapu dengan tepung yang

mengandung yodium 2%.

b. Kemudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya cepat

berkeringat (bila perlu diberi obat antipiretik).

c. Setelah 1-2 jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap putih

(tidak ada produksi keringat).

Tes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk

menentukan batas lesinya

Interpretasi:

- Normal: terjadi perubahan warna tepung amilum menjadi warna ungu pada

daerah yang diolesi yodium 2% dan ditaburi tepung amilum

- Jika terjadi gangguan berkeringat, tidak terjadi perubahan warna. Perbatasan

warna putih dan ungu merupakan topis lesi yang dicari.

1. Test Perspirasi

Page 2: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

2. Pemeriksaan untuk Menentukan Tinggi Lesi

Pemeriksaan Motorik

a. Refleks Fisiologis

Jaw Jerk Reflex

Tingkat segmental : Pons (Trigeminal).

Cara : Tekankan ibu jari tangan pada dagu penderita dengan mulut setengah

sampai tiga perempat terbuka, dalam keadaan rileks.

Respon : akan terjadi kontraksi otot maseter (elevasi mulut)

Reflex Biceps

Tingkat segmental : C5-C6

Cara : Lengan penderita dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di

atas tendon m.biceps. Respon timbul gerakan fleksi lengan bawah.

Reflex Brachioradialis

Tingkat segmental : C5-C6

Cara : Penderita duduk dengan lengan difleksikan serta pronasi, lakukan

ketukan pada proc. Stiloideus radius. Respon : timbul gerakan lengan

bawah fleksi dan supinasi.

Reflex Triceps

Tingkat segmental : C6,C7,C8

Page 3: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

Cara : Pegang lengan bawah penderita yang disemifleksikan , kemudian

ketuklah tendon insersio m.triceps pada atas olecranon atau topang lengan

yang berada dalam keadaan abduksi dengan lengan bawah yang tergantung

bebas kemudian lakukan ketukan. Respon : terjadi gerakan ekstensi elbow.

Reflex Tendon Patella

Tingkat segmental : L2, L3, L4

Cara : tungkai difleksikan dan digantung di tepi tempat bed. Lakukan

ketukan pada tendon m. quadriceps femoris. Respon : gerakan ekstensi

knee joint.

Refleks Tendon Achilles (Achilles Pes Reflex)

Tingkat segmental : S1-S2.

Cara : tungkai bawah difleksikan sedikit kemudian kita pegang kaki pada

ujungnyauntuk memberikan sikap dorso fleksi ringan pada kaki. Lakukan

ketokan pada tendon achilles.

Respon : terjadinya kontraksi pada m.triceps surae sehingga terjadi gerakan

plantar fleksi pada kaki.

Pemeriksaan Sensorik

a. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari :

Rasa nyeri.

Rasa suhu

Rasa raba.

b. Sensibilitas proprioseptif.

Rasa sikap

Posisi dan gerak

c. Sensibilitas diskriminatif

daya untuk mengenal bentuk/ukuran.

daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.

Tujuan pemeriksaan sensorik

a. Menetapkan adanya gangguan sensorik.

b. Mengetahui modalitasnya.

c. Menetapkan polanya.

d. Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi yang mendasari gangguan sensorik yang

akhirnya dinilai bersama sama dengan pemeriksaan motorik , kesadaran dll.

Page 4: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

Tahap Pemeriksaan Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik.

a. Test untuk rasa raba halus.

Alat pemeriksa : kapas.

Cara pemeriksaan:

- Permukaan diraba dengan ujung – ujung kapas tersebut.

- Dari atas ke bawah/ sebaliknya.

- Dibandingkan kanan dan kiri.

Yang perlu diingat:

- Daerah lateral kurang peka dari medial.

- Ada daerah-daerah erotogenik : leher, sekitar mammae, genetalia.

b. Test untuk rasa nyeri superficial.

Alat pemeriksa : jarum bundel

Cara pemeriksaan :

jarum diletakkan tegak lurus dan sentuhkan pada lokasi yang akan diperiksa.

Test untuk mengetahui lokalisasi rasa nyeri :

Tindakan untuk mengetahui adanya kelainan di daerah tulang belakang servikal.

- Distraksi servikal.

- Kompresi servikal : tindakan Lhermitte.

- Tindakan valsava.

- Test menelan.

Page 5: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

Tindakan dari Tinel

Untuk mengetahui tanda kesemuten akibat lesi susunan saraf perifer.

Cara Pemeriksaan : Dengan melakukan penekanan pada saraf perifer

- Bila hasil ya: timbul rasa nyeri ini berarti terjadi lesi irritatif.

- Bila hasil nya timbul kesemuten ini berarti adanya regenerasi saraf perifer.

c. Test untuk rasa suhu.

Alat pemeriksa :

- Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.

- Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.

Cara pemeriksaan :

- Botol botol tersebut harus kering betul.

- Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh yang

terbuka.

Tahap Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif

a. Test untuk rasa sikap.

Alat pemeriksa : bagian tubuh pasien sendiri.

Cara pemeriksaan :

- Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien pada suatu posisi tertentu,

kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada lengan dan tungkai.

Page 6: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

- Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujung telunjuk kanan, ujung jari

kelingking kiri dsb.

b. Test untuk rasa gerak/posisi sendi.

Alat pemeriksan : sendi sendi/jari jari tangan kaki pasien

Cara pemeriksaan:

- Pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari telunjuk dan jempol jari

tangan pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun kesamping kanan dan

kiri

- Pasien diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada

diatas atau dibawah atau disamping kanan /kiri.

c. Test untuk rasa getar.

Alat pemeriksa : garpu tala

Cara pemeriksaan:

- Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda keras lalu letakkan

diatas ujung ibu jari kaki pasien

- Minta pasien menjawab untuk merasakan ada getaran atau tidak dari garputala

tersebut.

Tahap Pemeriksaan Sensibilitas Diskriminatif :

Page 7: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

Test untuk membedakan bentuk dan berat benda.

Alat pemeriksa : kunci, mata uang logam, kancing , jarum bundel.

Cara pemeriksaan :

a. Rasa stereognosis.

Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal benda – benda yang

disodorkan kepadanya.

b. Rasa Gramestesia.

Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit pasien,

misalnya ditelapak tangan pasien.

c. Rasa Barognosia.

Untuk mengenal berat suatu benda.

d. Rasa topognosia.

Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.

Pemeriksaan Otonom

a. Kelenjar Lakrimal

Lesi infranuklear pada ganglion geniculate menyebabkan penurunan

produksi air mata.

Tes Schirmer evaluasi sekresi airmata. Kertas lakmus steril lebar 0,5 cm

dipilin dan ditempatkan pada forniks konjungtiva dengan posisi mata

tertutup lembut. Setelah 5 menit, ukur panjang kelembapan kertas lakmus.

Normal : lebih dari 10 mm

b. Disfungsi Sfingter

Page 8: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

Gangguan pada medulla spinalis bagian bawah (kornu medularis atau

kauda equina) retensi urin. Vesica urinaria dapat teraba dan sering

infeksi.

Gangguan lesi inkomplit pada bagian lebih tinggi medulla spinalis

dinding vesika urinaria mudah terangsang sehingga terjadi inkontinensia

urgensi urin.

Pada gastrointestinal, terjadi konstipasi absolute, dan inkontinensia

overflow feses.

Pemeriksaan Koordinasi

a. Gait / Cara Berjalan

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien berjalan, perhatikan panjang langkahnya dan lebar

jarak kedua telapak kakinya.

b. Tandem Walking (Heel To Toe)

Prosedur pemeriksaan:

Perintahkan pasien berjalan pelan dengan ibu jari kaki yang satu berada

di belakang tumit kaki satunya secara bergantian, mengikuti garis lurus.

Pasien diminta melakukan dengan mata terbuka, kemudian melakukan

dengan mata tertutup.

Tes Positif bila pasien cenderung jatuh ke satu sisi. Pada lesi di

serebelum, pasien akan jatuh ke arah yang sama dengan lesi di

serebelum.

c. Tes Romberg

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien berdiri dengan sikap kedua tumit bertemu. Kedua

lengan berada disamping, atau disilangkan di dada. Mintalah pasien

melakukan dengan mata terbuka, kemudian mata tertutup. Perhatikan

adakah sikap berdiri yang terhuyung-huyung atau cenderung jatuh ke

salah satu sisi, pada saat mata terbuka maupun tertutup. Positif bila

pasien sangat terhuyung-huyung dan cenderung jatuh pada saat mata

tertutup.Tes Romberg positif menunjukkan adanya lesi pada jalur

proprioseptif.

Pada lesi di serebelum, pasien tidak akan bisa berdiri stabil dengan kaki

dirapatkan pada saat mata terbuka.

Page 9: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

d. Tes Romberg Dipertajam (Sharpened Romberg Test)

Prosedur pemeriksaan :

Pasien diminta untuk berdiri dengan menempatkan tumit satu kaki di

depan ibu jari kaki yang lain. Kedua lengan disilangkan di depan dada

atau terjulur di samping kanan kiri tubuh. Mintalah pasien mengerjakan

dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Perhatikan posisi

berdiri pasien, apakah ada kecenderungan untuk jatuh (terhuyung-

huyung) pada saat membuka mata dan menutup mata. Interpretasi sama

dengan tes Romberg

e. Disdiadokokinesia

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien menggerakkan tangannya pada posisi supinasi dan

pronasi secara bergantian dan cepat. Cara lain adalah meminta pasien

menepukkan satu tangan pada telapak tangan yang lain dengan posisi

pronasi dan supinasi secara bergantian, atau menepukkan kedua tangan

pada paha dengan posisi pronasi dan supinasi secara bergantian.

Perhatikan ritme, kecepatan dan ketepatan gerakan.

Positif bila gerakan lamban, ritme tidak teratur dan tidak tangkas.

f. Tes Telunjuk-Hidung

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke samping.

Kemudian mintalah pasien menyentuhkan ujung jari telunjuk ke ujung

hidung. Pertama dilakukan dengan mata terbuka, setelah beberapa kali

dilakukan, kemudian mintalah pasien melakukan dengan mata tertutup.

Selanjutnya dilakukan pada tangan yang lain dengan cara yang sama.

Perhatikan ketepatan gerakan pada saat ujung jari telunjuk menyentuh.

Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak mampu menyentuh

ujung hidung dengan tepat.

g. Tes Telunjuk-Telunjuk

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien merentangkan kedua lengannya ke samping.

Kemudian mintalah pasien mempertemukan ujung kedua jari

telunjuknya di tengah (depan dada). Pertama dengan mata terbuka dan

kedua dengan mata tertutup. Perhatikan ketepatan gerakan pada saat

Page 10: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewTes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus paraplegia untuk menentukan batas lesinya. Interpretasi: Normal: terjadi

kedua ujung jari telunjuk bertemu. Apabila terdapat lesi di serebelum,

pasien tidak mampu mempertemukan kedua ujung jari telunjuk dengan

tepat.

h. Tes Hidung-Telunjuk-Hidung

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien untuk menyentuhkan ujung jari telunjuk ke hidungnya

kemudian menyentuhkan ujung jari telunjuk ke ujung jari telunjuk

pemeriksa. Dilakukan berulang-ulang, dengan posisi jari telunjuk

pemeriksa berpindah-pindah. Perhatikan ketepatan gerakan saat ujung

jari menyentuh ujung hidung dan menyentuh ujung jari pemeriksa.

Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak mampu menyentuh

ujung hidung maupun ujung jari pemeriksa dengan tepat.

i. Tes Tumit-Lutut-Ibu Jari Kaki

Prosedur pemeriksaan :

Mintalah pasien menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai

lainnya, kemudian minta pasien menggerakkan tumit dari lutut ke

pergelangan kaki melalui tulang tibia dan akhirnya melewati dorsum

padis untuk menyentuh ibu jari kaki. Perhatikan ketepatan gerakan yang

dilakukan pasien. Apabila terdapat lesi di serebelum, pasien tidak

mampu melakukan gerakan dengan tepat.

j. Tes Rebound

Prosedur pemeriksaan :

Pemeriksa meminta pasien untuk memposisikan lengannya aduksi,

fleksi pada siku, tangan mengepal, tangan menghadap ke badan pasien.

Pemeriksa memberikan tahanan pada pergelangan tangan pasien,

mintalah pasien untuk mempertahankan posisi fleksi (seperti adu

kekuatan / panco). Kemudian secara mendadak pemeriksa melepaskan

tahanan, hendaknya tangan pemeriksa yang tidak digunakan untuk

memberikan tahanan ditempatkan di antara wajah pasien dengan tangan

pasien. Perhatikan lengan pasien pada saat tahanan yang diberikan

pemeriksa, mendadak dilepaskan.

Pada orang normal, lengan akan bisa mempertahankan posisi,

sedangkan apabila terdapat lesi di serebelum, tangan pasien tidak bisa

mempertahankan posisi, dan bisa memukul pada badannya sendiri.