sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewPRESENTASI KASUS “STROKE . NON . HEMORAGIC....
Transcript of sarafambarawa.files.wordpress.com · Web viewPRESENTASI KASUS “STROKE . NON . HEMORAGIC....
PRESENTASI KASUS
“STROKE NON HEMORAGIC REKUREN”
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen
Ilmu Bagian Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, SpS, Msc
Disusun Oleh :
Khansa Firhati H2A013022P
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BAGIAN SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Pensiunan polisi
Alamat : Kedusan Wirosari Ambarawa
No CM : 141xxx-20xx
Tanggal masuk RS : Pasien masuk tanggal 21 Januari 2018 di bangsal Dahlia
B. DATA DASAR
Diperoleh secara autoanamnesis dan aloanamnesis dari anak pasien, dilakukan pada tanggal
26 januari 2018, di bangsal Dahlia.
C. KELUHAN UTAMA:
Kelemahan anggota gerak kanan
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Tn. I usia 57 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan lemas, saat di cek
kadar gula darah sawaktu menunjukan angka 407 mg/dl, kemudian pasien di rawat inap oleh
dr. Sp.PD. 1 hari setelah masuk rumah sakit pasien mendengar kabar istri pasien meninggal
dunia. Tiba-tiba pasien merasa menjadi lebih lemas dan anggota gerak bagian kanan terasa
lemah serta bicara menjadi pelo. Mulut menjadi perot kearah kiri. Kemudian pasien
dikonsulkan pada dr.SP.S.
Keluhan Kelemahan anggota gerak bagian kanan tidak disertai mual, muntah, dan nyeri
kepala. Pandangan kabur dan pandangan double disangkal, BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak terdapat gangguan orientasi dan
ingatan.
2
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
1. Riwayat mengalami keluhan serupa sebelumnya : diakui, 3 tahun yang lalu pasien
mengalami kelemahan anggota gerak kanan, hingga tidak bisa berjalan. Pasien di
diagnosa stroke oleh dokter kemudian pasien melakukan perawatan rutin di RSUD
Salatiga. Setelah melakukan pengobatan rutin keluhan berangsur membaik dan bisa
jalan kembali.
2. Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
3. Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
4. Riwayat epilepsy : disangkal
5. Riwayat penyakit paru : disangkal
6. Riwayat penyakit jantung : disangkal
7. Riwayat penyakit ginjal :diakui, 1 minggu SMRS RSUD
Ambarawa pasien telah melakukan operasi batu ginjal di RSUP dr.Karyadi Semarang.
8. Riwayat hipertensi : diakui
9. Riwayat DM : diakui
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
1. Riwayat DM : disangkal
2. Riwayat HT : disangkal
3. Riwayat stroke pada keluarga : disangkal
4. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama : disangkal
G. RIWAYAT PRIBADI DAN SOSIALEKONOMI:
1. Riwayat merokok disangkal
2. Riwayat peminum alkohol disangkal
3. Pasien saat masih bekerja sering berolahraga, tetapi saat sudah pensiun pasien jarang
berolahraga.
4. Pasien selalu melakukan diet sehat karena pasien memiliki kencing manis. Pasien tidak
minum minuman atau makan makanan manis, pasien lebih sering makan sayur dan
menugurangi makan nasi. Pasien juga mengurangi makanan asin dan pasien tidak
makan makanan yang mengandung micin.
3
H. ANAMNESIS SISTEM :
Sistem cerebrospinal : Kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, tidak ada nyeri
kepala dan muntah.
Sistem kardiovascular : Riwayat hipertensi (+), riwayat sakit jantung (-)
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neuromuskuler : kelemahan anggota gerak kanan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Sistem integumen : tidak ada keluhan
I. RESUME ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis. Pasien laki-laki, 57
tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan lemas, pasien di konsulkan pada
dr.Sp.S karena mengalami kelemahan anggota gerak kanan bicara pelo, dan mulut perot
kearah kiri. Keluhan tidak disertai mual, muntah dan nyeri kepala. Pasien mengakui
mengalami keluhan yang sama 3 tahun yang lalu dan diagnosa stroke serta melakaukan
pengobatan rutin di RSUD Salatiga. Setelah melakukan pengobatan rutin 3 tahun yang lalu
keluhan pasien berangsur membaik. Satu minggu SMRS pasien melakukan operasi batu
ginjal di RSUP dr.Karyadi Semarang. Pasien memiliki riwayat DM dan Hipertensi.
J. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinik : kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, mulut perot ke kiri
Diagnosis topis : capsula eksterna Sn
Diagnosis etiologi : Stroke non hemoragic
K. DISKUSI PERTAMA
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak disertai bicara pelo, dan mulut perot kea rah kiri. Pada
penderita tidak didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa penurunan
kesadaran berupa kelemahan motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun
nyeri kepala kronik akibat dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan
gambaran umum pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa
nyeri kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga
tidak terdapat pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
4
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus yang
jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler karena
onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke.
Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak
akut akibat gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien mengalami stress psikis karena istrinya meninggal dunia. Stress dapat
meningkatkan kekentalan darah yang akan berakibat pada tidak stabilnya tekanan darah.
Darah menjadi kental karena kekurangan cairan darah atau trombosit (zat yang berperan
dalam pembekuan darah ) sehingga mudah lekat satu sama lain. Kekentalan darah terjadi
karena aliran darah ke seluruh tubuh menjadi tidak lancar, dan pasokan oksigen ke sel-sel
tubuh pun terhambat. Jika darah tersebut menuju pembuluh darah halus di otak untuk
memasok oksigen ke otak, dan pembuluh darah tidak lentur dan tersumbat maka hal ini
dapat mengakibatkan resiko terkena serangan stroke (Farida, 2009). Stress bersifat konstan
dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi
hormon adrenalin, tiroksin, dan kortisol. Sebagai hormon utama stress akan naik jumlahnya
dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostatis. Adrenalin yang bekerja secara
sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan
tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolisme Rate (BMR), juga
menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas, peningkatan denyut jantung inilah yang akan
memperberat aterosklerosis yang dapat memicu terjadinya stroke ( Handayani, 2012).
Stress dapat merangsang pelepasan hormone adrenalin dan memacu jantung untuk
berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Beberapa
peneliti menyebutkan adanya hubungan risiko penyakit jantung coroner dan stress dalam
kehidupan seseorang. Upaya menangani stress dapat memengaruhi hal lainnya, termasuk
risiko hipertensi, penyakit jantung dan stroke (American Heart Association, 2013). Stroke
terjadi karena dipicu oleh beberapa factor risiko, jika semakin banyak faktor risiko yang
dimiliki oleh penderita, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya stroke (Makmur,
5
2002). Hasil studi dari berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa stres merupakan salah
satu faktor utama pemicu hipertensi, yang merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya
serangan stroke (Herke, 2006).
1. DEFINISI STROKE
Stroke atau cerebrovascular disease menurut World Health Organization (WHO)
adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Klasifikasi penyakit
stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:
a. Berdasarkan patofisiologinya stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1) Stroke Non-hemmorrhagic
Stroke non-hemmorrhagic disebut juga stroke iskemik atau infark
disebabkan oleh penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang
sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis. Dapat terjadi karena
emboli yang lepas dari sumbernya, biasanya berasal dari jantung atau
pembuluh arteri otak baik intrakranial maupun ekstrakranial atau
trombolitik/arteriosklerotik fokal pada pembuluh arteri otak yang berangsur-
angsur menyempit dan akhirnya tersumbat. Berdasarkan kelainan patologis
stroke iskemik terdiri dari tiga macam yaitu:
a) Stroke emboli serebri
b) Stroke akibat trombosis serebri, terbagi menjadi 2 subtipe :
Trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media, dan
basilaris)
Trombosis pada arteri kecil yang masuk ke dalam korteks serebri
(misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) yang
menyebabkan stroke trombosis tipe lakuner
Stroke hipoperfusi.
2) Stroke Hemorrhagic
Stroke hemorrhagic merupakan kerusakan dari pembuluh darah di otak,
perdarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah tinggi dan aneurisma
6
otak. Berdasarkan kelainan patologis stroke hemorrhagic terdiri dari dua
macam, yaitu:
a) Intraserebral
b) Ekstraserebral (subarachnoid)
b. Berdasarkan waktu terjadinya :
1) Transient Ischemic Attack (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang
timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai kurang 24
jam.
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke : perjalanan stroke berlangsung
perlahan meskipun akut. Kondisi stroke di mana defisit neurologisnya terus
bertambah berat.
4) Completed stroke / serangan stroke iskemik irreversible : gangguan
neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Kondisi
stroke di mana defisit neurologisnya pada saat onset lebih berat, dan
kemudiannya dapat membaik/menetap.
c. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler :
1) Sistem karotis
a) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
b) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
c) Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks
d) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
2) Sistem vertebrobasiler
a) Motorik : hemiparese alternans, disartria
b) Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
c) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
7
d. Berdasarkan gejala klinisnya, yaitu :
1) Stroke hemmorrhagic :
a) Penurunan kesadaran (tidak selalu)
b) Rata-rata usia lebih muda
c) Terdapat hipertensi
d) Terjadi dalam keadaan aktif
e) Didahului nyeri kepala
2) Stroke non-hemmorrhagic:
a) Penurunan kesadaran (jarang)
b) Rata-rata usia lebih tua
c) Terjadi dalam keadaan istirahat
d) Teradapat dislipidemia (LDL tinggi), DM, disaritmia jantung
e) Nyeri kepala
Gambar 1: Stroke hemoragik (kiri) dan stroke iskemik (kanan)
8
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Perbedaan anamnesa antara perdarahan dan infark
ANAMNESA PERDARAHAN EMBOLI TROMBOSIS
Gejala terjadi Akut Akut Subakut
Waktu Aktif Aktif Bangun pagi
Peringatan (TIA) - + +
Nyeri kepala + - -
Muntah + - -
Kejang + - -
Diabetes Mellitus - + +
Gangguan katup - + -
Tabel 2. Perbedaan klinis stroke hemorraghic dengan stroke non-hemorraghic (infark)
KLINIS PERDARAHAN EMBOLI TROMBOSIS
Glasgow Coma
ScaleRendah Sedikit Sedikit
Hemi Plegi Parese Parese
Kaku kuduk + - -
Deviation
conjugree+ - -
Gangguan N. III,
IV, VI+ - -
Bradikardi + - hari ke-4
Papil edema + - -
9
2. FAKTOR RISIKO STROKE
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan:
a. Usia tua
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Genetik
e. Riwayat stroke
f. Arteri Vena Malformasi atau aneurisma berupa kelainan pembuluh darah otak di
mana stroke terjadi pada usia lebih muda (misalnya anak-anak dan atau remaja).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan:
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus
c. Hiperlipidemia
d. Obesitas
e. Hiperurisemia
f. Stress
g. Merokok
h. Alkohol
i. Pola hidup tidak sehat
3. SKORING STROKE
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau
perdarahan. Diagnosis gold standard dengan menggunakan CT scan atau MRI. Terdapat
beberapa sistem skoring yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
baik stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Skor yang dapat digunakan yaitu
Siriraj Score dan Gadjah Mada score.
10
Tabel 3. Siriraj Stroke Skore (SSS) dan aplikasi pada kasus
Gejala/tanda Penilaian Indeks Skor
1 Kesadaran (0) kompos mentis
(1)Mengantuk
(2)Semi
koma/koma
X 2.5 0
2 Muntah (0)Tidak
(1)Ya
X 2 0
3 Nyeri Kepala (0)Tidak
(1)Ya
X2 0
4 Tekanan darah Diastolik X 10% 11
5 Ateroma
a. DM
b. Angina pectoris
c. Klaudikasio
terminten
(0) Tidak
(1) Ya
X (-3) -3
6 Konstante -12
HASIL SSS -4
Rumus skor siriraj : (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x
tekanan darah diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.
Pada pasien ini didapatkan skor = -7 (stroke non hemoragik)
*Catatan : SSS>1 : Stroke Hemoragik SSS<-1 : Stroke non hemoragik
11
Algoritma Skor Gadjah Mada
Skor Gadjah Mada dapat digunakan sebagai diagnosis pengganti dalam menentukan
jenis patologi stroke dengan parameter penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks
babinski. Pada pasien ini tidak didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan
refleks babinski sehingga menurut Algoritma Skor Gadjah Mada pada pasien ini
didiagnosis stroke non-hemorraghic.
L. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 26 januari 2018
a. Status generalis :
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : compos mentis/ GCS = E4M6V5= 15
c. TD : 150/80 mmHg
d. Nadi : 86 x/menit,reguler
e. Pernapasan : 20 x/menit
f. Suhu : 36,4oC
g. SpO2 : 99 %
12
h. Kepala : normosefali, tidak ada kelainan
i. Mata : OS : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+),
Reflek kornea (+), Ptosis (-), Eksoftalmus (-)
OD : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+),
Reflek kornea (+), Ptosis (-), Eksoftalmus (-)
j. THT : rhinorea (-), otorhea (-)
k. Mulut : Mukosa tidak tampak hiperemis
l. Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar, trachea
ditengah, jejas atau benjolan di leher (-)
m. Thoraks : Cor :
1) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : kuat angkat, ictus cordis teraba 2 cm medial di ICS 5 linea
midclavikula sinistra,
3) Perkusi :
Kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS V, 2cm medial linea midclavicula sinistra
4) Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
n. Pulmo :
Depan DextraI:Simetris, retraksi dinding dada (-)
Pal :vocal fremitus kanan = kiriPer: sonorAus: suara dasar vesikuler, suara tambahan : wheezing (-), ronki (-)
SinistraI:Simetris, retraksi dinding dada (-)
Pal :vocal fremitus kanan = kiriPer: SonorAus: suara dasar vesikuler, suara tambahan : wheezing(-),ronki(-)
Belakang DextraI:Simetris, retraksi dinding dada (-)
Pal :vocal fremitus kanan = kiriPer: sonorAus: suara dasar vesikuler, suara tambahan : wheezing (-), ronki (-)
SinistraI:Simetris, retraksi dinding dada (-)
Pal :vocal fremitus kanan = kiriPer: SonorAus: suara dasar vesikuler, suara tambahan : wheezing(-),ronki(-)
13
o. Abdomen : datar, timpani, BU (+) normal, hepar & lien tidak teraba, nyeri
tekan epigastrik (-)
p. Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
q. Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-)
b. Status PsikiatrkusTingkah Laku : Normoaktif
Perasaan Hati : Normotimik
Orientasi : Baik
Kecerdasan : Normal
Daya Ingat : Normal
c. Status Neurologis
a. Sikap Tubuh : Lurus dan simetris
b. Gerakan Abnormal : Tidak ada
c. Cara berjalan : Tidak bisa dinilai
d. Ekstermitas : Lateralisasi Dekstra
e. Nervus Kranialis
N. I (OLFAKTORIUS) Lubang hidung
Kanan
Lubang hidung
Kiri
Daya Pembau Normal Normal
N. II (OPTIKUS) Mata Kanan Mata Kiri
Daya Penglihatan Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Perdarahan Arteri/Vena Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Fundus Okuli Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
14
pemeriksaan pemeriksaan
Retina Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak dilakukan
pemeriksaan
N.III
(OKULOMOTORIS)
Mata Kanan Mata Kiri
Ptosis - -
Gerak Mata Ke Atas + +
Gerak Mata Ke Bawah + +
Gerak Mata Ke Media + +
Ukuran Pupil 3mm 3mm
Bentuk Pupil Isokor Isokor
Reflek Cahaya
Langsung
+ +
Reflek Cahaya
Konsesuil
+ +
Reflek Akomodasi + +
Strabismus Divergen - -
Diplopia - -
N.IV
(TROKHLEARIS)
Mata Kanan Mata Kiri
Gerak Mata Lateral
Bawah
+ +
Strabismus Konvergen - -
Diplopia - -
N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri
Mengigit Normal Normal
Membuka Mulut Normal Normal
Sensibilitas Muka Atas Normal Normal
Sensibilitas Muka Normal Normal
15
Tengah
Sensibilitas Muka
Bawah
Normal Normal
Reflek Kornea + +
N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri
Gerak Mata Lateral Normal Normal
Starbismus Konvergen - -
Diplopia - -
N. VII (FASIALIS) Kanan Kiri
Kerutan Kulit Dahi Normal Normal
Kedipan Mata Dbn Dbn
Lipatan Nasolabial Asimetri Deviasi kekiri
Sudut Mulut Asimetris Deviasi kekiri
Mengerutkan Dahi Normal Normal
Mengangkat Alis Normal Normal
Menutup Mata + +
Meringis Normal Normal
Tik Fasial - -
Lakrimasi - -
Daya Kecap 2/3 Depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII (AKUSTIKUS) Kanan Kiri
Mendengar Suara
Berbisik
Normal Normal
Mendengar Detik Arloji Normal Normal
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16
N.IX
(GLOSSOFARINGEUS)
Keterangan
Arkus Faring Simetris
Daya Kecap 1/3 Belakang Tidak dinilai
Reflek Muntah (+)
Sengau (-)
Tersedak (-)
N. X (VAGUS) keterangan
Arkus faring Simetris
Reflek muntah (+)
Bersuara Pelo
Menelan Normal
N. XI (AKSESORIUS) Keterangan
Memalingkan Kepala Normal
Sikap Bahu Normal
Mengangkat Bahu Tidak dapat dinilai
Trofi Otot Bahu Eutrofi
N. XII (HIPOGLOSUS) Keterangan
Sikap lidah Deviasi ke kiri
Artikulasi Disartria
Tremor lidah (-)
Menjulurkan lidah Deviasi ke kanan
Trofi otot lidah (-)
Fasikulasi lidah (-)
f. Fungsi Motorik
17
Kanan Kiri
Gerakan Terbatas Bebas
Kekuatan 4 5
Tonus + +
Refleks Fisiologis
Refleks Biceps + +
Refleks Triceps + +
Refleks ulna dan radialis + +
Refleks Patella + +
Refleks Achilles + +
Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Mendel Bachterew - -
Rosollimo - -
Gonda - -
Hofman Trommer - -
g. Fungsi Sensorik
Kanan Kiri
Eksteroseptif Terasa Terasa
Rasa nyeri Terasa Terasa
Rasa raba Terasa Terasa
Rasa suhu Terasa Terasa
Propioseptif Terasa Terasa
Rasa gerak dan sikap Terasa Terasa
Rasa getar Terasa Terasa
18
Diskriminatif Terasa Terasa
Rasa gramestesia Terasa Terasa
Rasa barognosia Terasa Terasa
Rasa topognosia Terasa Terasa
h. Pemeriksaan Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kernig sign -
Pemeriksaan Brudzinski :
Brudzinski I -
Brudzinski II -
Brudzinski III -
Brudzinski IV -
i. Pemeriksaan Fungsi luhur dan Vegetatif
Fungsi luhur : baik
Fungsi Vegetatif : BAK lancar dengan pispot dibantu keluarga. Selama perawatan
belum BAB.
M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
DARAH RUTIN
Hemoglobin 13.5 13.2 – 17.3 gr/dl
Leukosit
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit %
Monosit %
Granulosit %
11.600 H 3.800 – 10.600/ul
1,2
0,8
9,6 H
10,3 L
5,7
83 H
1.0 – 4.5 x 103/ mikro
0.2 – 1.0 x 103/ mikro
2-4 x 103/ mikro
25 - 40 %
2-8%
50-80 %
Eritrosit 4.0 L 4.4 – 5.9 juta
19
Hematokrit 25.4 40-52 %
Trombosit 155.000 150.000 – 400.000/ul
MCV 84,7 82 - 96 fl
MCH 29,7 27 - 32 pg
MCHC 35,0 32 - 37 g/dl
PCT 0.268 0.2-0.6 %
HbsAg Non reaktif Non reaktif
Glukosa Puasa 306 H 74-106 mg/dl
SGOT 21 0-60
SGPT 13 0-50
Ureum 80.8 H 10-50
Kreatinin 2.15 H 0.62-1.1
Natrium 132 L 136-146
Kalium 4.6 3.5-5.1
Chlorida 100 98-106
2. ECG
20
Gambaran :
a. HR : 300 : 3 = 100
b. Irama sinus : sinus takikardi
c. Axis : lead I (+) dan AVF (+) : normal
d. Gelombang P : Tinggi : 1x 0,04 : 0,04 (N)
Lebar : 2 x 0,04 : 0,008 (N)
e. Gelombang QRS : lebar : 3 x 0,04 : 0,12 (N)
f. Interval PR : 4 x 0,04 : 0,16 (N)
g. Interval QT : 5 x 0,04 : 0,20 (N)
h. Segmen ST : lebar : 2,5 x 0,04 : 0,1 (N)
21
3. Ct Scan kepala tanpa kontras (30-12-2017)
Tampak lesi hypodens di daerah capsula eksterna Sn dengan HU : 21,6
Tak tampak masa pada parenkhim otak
Fissura sylvii Dx/Sn dan falk Cerebri sempit
Tak tampak kalsifikasi ganglion basalis Dx/Sn
Tak tampak midline schiffting
Ventrikel lateralis Dx/Sn Cornu anterior, posterior, 3 dan 4 dbn
Sulcus t dan gyrus dbn
Pons dan cerebelum dbn
Kesan:
Gambaran SNH di daerah Capsula Eksterna Sn
22
4. MRI Kepala tanpa kontras 13 januari 2018
23
Tampak multiple lesi bentuk relatif bulat tegas tepi sebagian irreguler pada
centrum semiovale kanan kiri, korona radiata kanan, kiri, periventrikel kanan
kiri dan pons paramedian kiri yang pada T1W1 tampak isointens, T2W1 dan
T2FLAIR tampak hiperintens
Sulcus corticalis dan fissura sylvii kanan kiri normal
Differensiasi white grey matter normal
Ventrikel lateral kanan kiri normal
Tak tampak midline shiftining
Pons dan cerebelum tmpak normal
Sella tursica normal
Tak tampak penebalan mukosa sinus paranasal
Struktur arteri cerebri media segmen M2, M3 dan M4 kanan tak tervisualisasi
24
Kesan :
infark pada centrum semiovale kanan kiri, corona radiata kanan kiri dan
pons paramedian kiri
gambaran demielinasi
tak tampak tanda peningkatan intrakranial
N. DIAGNOSA AKHIR
Diagnosa klinik : Kelemahan anggota gerak kanan, paresa N.VII dan N.XII
Diagnosis topik : Capsula eksterna Sn
Diagnosis etiologi : Stroke non Hemoragic rekuren
Diagnosis tambahan: DM, HT, post nefrolitiasis
DISKUSI IIPada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15. Tekanan darah pasien 150/ 80 mmHg,
masuk pada kategori hipertensi. nadi 86x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup,
pernafasan 20x/ menit, suhu 36,4oC secara aksiler. Pada pemeriksaan generalisata tidak
didapatkan kelainan. Hasil pemeriksaan neurologis saraf kranialis didapatkan sudut bibir
perot ke arah kiri, hal ini menunjukan terdapat paresa N.VII. Ditemukan lidah saat
dijulurkan deviasi ke arah kanan, hal ini menunjukam terdapat paresa N.XII.
Pada pemeriksaan fungsi motorik didapatkan adanya keterbatasan gerak dan
kelemahan anggota gerak kanan. Hal ini di sebabkan adanya lesi pada korteks motoric
yang mengatur pergerakan otot. Selanjutnya tidak ditemukan adanya kelainan sensoris
seperti berkurangnya kepekaan terhadap rangsang yang diberikan. Hal ini kemungkinan
korteks somatosensoris tidak ikut terlibat dalam proses infark.
Pada pemeriksaan pernunjang laboratorium didapatkan leukosit dan gula darah puasa
meningkat, ureum keratin juga meningkat sedangkan limfosit, eritrosit dan natrium
menurun. CT Scan didapatkan lesi hypodens di daerah capsula eksterna Sn dengan HU :
21,6. Kesan gambaran SNH di Capsula eksterna Sn.
1. STROKE INFARK
25
a. Definisi
Stroke iskemik ialah stroke yang disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah
servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti
aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang menimbulkan gejala
serebral fokal, terjadi mendadak, dan tidak menghilang dalam waktu 24 jam atau
lebih.
b. Etiologi Stroke Iskemik
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik
juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap
proses yang mengganggu aliran darah menuju ke otak akan menyebabkan timbulnya
kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis akan tetapi
dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal
dari “plaque atherosclerotic” yang berulserasi atau dari trombus yang
melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis
Fibrilasi atrium
Infarksio kordis akut
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endokardial, jantung
miksomatosus sistemik
c) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :
Emboli septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru
26
Embolisasi lemak dan udara atau gas
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right
sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli
kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis,
katup buatan, trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi,
kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3%
stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya terjadi
pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari
arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus
aterosklerosis atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle cell,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contoh: trauma, diseksi aorta torasik, arteritis).4-7
c. Patofisiologi
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan otak
sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Aliran darah otak orang
dewasa pada kondisi normal adalah 50 – 60 ml/100 gram otak/menit. Berat otak
normal rata-rata orang dewasa adalah 1300-1400 gram (± 2% dari berat badan orang
dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah
± 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap
menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen ±
3,5 ml/100 gr otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20 – 25 ml/100 gr
27
otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan
otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan. Glukosa merupakan
sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidasinya akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90% glukosa mengalami
metabolisme oksidatif secara lengkap, hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat
dan asam laktat melalui metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh
metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenosin Trifosfat (ATP)/mol
glukosa, sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol ATP/mol
glukosa. Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron- neuron otak ini digunakan
untuk keperluan :
a. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport dan
pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
b. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar sel
serta membuang produk toksis siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan patofisiologi
permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami trauma,
kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium
intraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan
kerusakan neuronal yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler,
sehingga kadar kalsium intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan
akan menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran.
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui aktivitas
reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan melalui sifat
farmakologi dan elektrofisiologinya : -amino-3-hidroksi-5-metil-4-isosaksol-
propionic acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA). Aktivasi
reseptor-reseptor tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi neuronal dan
depolarisasi. Glutamat yang menstimulasi reseptor NMDA akan mengaktifkan Nitric
Oxide Syntase (NOS). Sedangkan glutamat yang mengaktifkan reseptor AMPA akan
memproduksi superoksida.
28
Gambar 2: Patofisiologi stroke sehingga meningkatkan tekanan intracranial
d. Manifestasi Klinis Stroke
Gejala dan tanda stroke iskemik dapat berupa gangguan motorik, sensorik,
otonom, kognitif sesuai daerah pendarahan arteri yang mengalami penyumbatan.
Klasifikasi menurut The Oxfordshire Community Stroke Classification (atau
klasifikasi Bamford) mengelompokkan stroke iskemik dalam 4 kategori. Dari
kategori tersebut dapat diketahui volume infark (ukuran stroke), daerah teritorial
vaskuler yang mungkin terlibat dan mekanisme yang mendasarinya, serta
kemungkinan prognosis.
29
Tabel 4. Sindroma stroke
Sindroma TACS PACS LACS PACS15% 35% 25% 25%
Gambaran 1. Defisit 1. 2/3 gambaran 1. Defisit 1. Paresis sarafKlinis motoris/sensoris TACS motoris/ kranial dengan
meliputi 2/3 2. Disfungsi Sensoris defisit motorik/wajah, korteks saja meliputi 2/3 sensorikekstremitas atas 3. Defisit wajah, kontralateraldan bawah motoris/ Ekstremitas 2. Defisit
2. Disfungsi sensoris lebih atas dan motoris/sensoriskorteks (afasia, Terbatas Bawah bilateralapraksia,neglek) Daripada 2. Hemiparesis 3. Defisit lapang
3. Hemianopia LACS ataksik tanpa pandang terisolasiHemianopia 4. Gangguan gerakAtau mata terkonjugasi
3. disfungsi 5. GangguanKorteks serebeler tanpa
Deficitmotoris/sensorisipsilateral
Mekanisme Emboli 70-80% Emboli 70-80% Gangguan Trombosis in-situpembuluh darah 80%Kecil Emboli 20%
Prognosis 60% meninggal 15% meninggal 10% meninggal 20% meninggal(dalam 1 (40% dalam (5% dalam 30 (5% dalam 30 (<10% dalam 30tahun) 30hari) hari) hari) hari)
35% dependen 30% dependen 30% dependen 20% dependen<5% independen 55% independen 60% independen 60% independen
Keterangan :TACS: Total Anterior Circulation Syndromes LACS: Lacunar Syndromes PACS: Partial Anterior Circulation Syndromes POCS: Posterior Circulation Syndromes
Gejala defisit neurologik yang timbul tergantung pada daerah pembuluh darah
yang terkena. Terdapat beberapa sindroma sesuai dengan arteri yang terkena.
1) Sistem Pembuluh Darah Karotis
a) Sindroma arteri serebri media:
Hemiparese kontralateral. Kadang-kadang hanya mengenai otot wajah dan
lengan, tungkai tidak terkena atau lebih ringan
Hemihipestesia kontralateral
Afasia motorik, sensorik atau global bila mengenai hemisfer dominan
30
Gangguan penglihatan pada 1 mata (amaurosis fugaks) atau pada 2 belahan
mata (hemianopsia homonim)
Bila mengenai daerah subkortikal, gejala hanya gangguan motorik murni
b) Sindroma arteri serebri anterior
Monoparese tungkai kontralateral, kadang-kadang lengan bagian proksimal
dapat terkena
Inkontinensia urin
Grasp refleks (+)
Apraksia dan gangguan kognitif lainnya.
2) Sistem Pembuluh Darah Vertebrobasiler
a) Sindroma arteri serebri posterior
Gangguan penglihatan pada satu atau dua mata berupa sukar mengenal objek,
wajah, warna, simbol
Hemihipestesia, kadang-kadang disestesia atau nyeri spontan
b) Sindroma arteri vertebrobasiler
Hemiparese kontralateral
Kelumpuhan saraf otak ipsilateral
c) Gangguan fungsi serebellum (ataksia, hipotoni, vertigo, nistagmus, muntah)
Hemihipestesia
Tabel . Gambaran CT Scan stroke infark dan stroke hemoragik
Jenis Stroke Interval antara onset dan pemeriksaan CT Scan
Temuan pada CT Scan
Infark < 24 jam
24-48 jam
3-5 hari
- Efek masa dengan pendataran girus yang
ringan atau penurunan ringan densitas
substansia alba dan substansia grisea
- Didapatkan area hipoden (hitam ringan sampai
berat)
- Terlihat batas area hipoden yang menunjukkan
adanya cytotoxic edema dan mungkin
didapatkannya efek massa
- Daerah hipoden lebih homogen dengan batas
31
6-13 hari
14-21 hari
> 21 hari
yang tegas dan didapatkan penyangatan pada
pemberian kontras
- Didapatkan fogging effect (daerah infark
menjadi isoden seperti daerah sekelilingnya
tetapi dengan pemberian kontras didapatkan
penyangatan).
- Area hipodens lebih mengecil dengan batas
yang jelas dan mungkin pelebaran ventrikel
ipsilateral.
Hemoragik 7-10 hari pertama
11 hari – 2 bulan
> 2 bulan
- Lesi hiperdens (putih) tak beraturan dikelilingi
oleh area hipodens (edema)
- Menjadi hipodens dengan penyangatan
disekelilingnya (peripheral ring enhancement)
merupakan deposisi hemosiderin dan
pembesaran homolateral ventrikel
- Daerah isodens (hematoma yang besar dengan
defect hipodens)
Tabel . Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark
Tipe stroke infark / hemoragikMRI Signal Characteristic
T 1 weighted image T 2 weighted image
Stroke infark hipointens (hitam) hiperintens (putih)
Stroke hemoragik (hari antara onset dan
pemeriksaan MRI)
1-3 (akut), deoxyhemoglobine
3-7 intracellular methemoglobin
7-14 free methemoglobine
> 21 (kronis) hemosiderin
Isointens Hipointens
Hiperintens Isointens
Hiperintens Hiperintens
Hiperintens Sangat hipointens
32
O. TERAPI
Pada penderita ini diberikan terapi :
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicolin 2x 500 mg
Inj. Meticobalamin 1 x 1 amp
p/o Cilostazol 1x1
p/o Candesartan 1 x 8 mg
Rehabilitasi medik : Fisioterapi
Edukasi :
- Mengendalikan faktor resiko.
- Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur.
- Menjalani fisioterapi secara rutin sesuai jadwal.
- Edukasi keluarga.
Monitoring :
- Keadaan umum
- GCS
- Tanda vital
- Defisit neurologis
- Pemeriksaan penunjang
P. Prognosis
1. Death : Dubia
2. Disease : Dubia
3. Dissability : Dubia
4. Discomfort : Dubia
5. Dissatisfaction : Dubia
6. Distutition : Dubia
33
Diskusi III
Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui peningkatan
sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui potensiasi dari
produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu rehabilitasi memori pada pasien dengan luka
pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan darah ke otak. Studi klinis menunjukkan
peningkatan kemampuan kognitif dan motorik yang lebih baik pada pasien yang terluka di
kepala dan mendapatkanciticoline. Citicoline juga meningkatkan pemulihan ingatan pada pasien
yang mengalami gegar otak.
Meticobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim dalam proses
pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam pembentukan DNA, serta
pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada neuron susunan saraf melalui aksinya
terhadap reseptor NMDA dengan perantaraan S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah
apoptosis akibat glutamate-induced neurotoxicity. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan
peranan metilkobalamin pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson,
termasuk juga dapat dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi hipoglikemia
dan status epileptikus (Meliala & Barus, 2008).
Cilostazol adalah sebuah inhibitor phosphodiesterase tipe 3. Cilostazol bekerja dengan cara
memperlebar arteri yang menyuplai darah ke kaki. Obat ini juga mengurangi kemampuan
platelet (partikel dalam darah yang menyebabkan penggumpalan darah) untuk melekat.
Indikasi: Untuk mengobati gejala claudication intermiten (nyeri, kram, mati rasa, kelemahan di
kaki, pinggul, paha, atau bokong).
Candesartan adalah obat anti hipertensi yang berfungsi menurunkan tekanan darah, sehingga
menurunkan resiko kerusakan pembuluh darah, stroke, serangan jantung, dan masalah pada
ginjal. Obat dari jenis penghambat reseptor angiotensin II ini bekerja dengan cara merelaksasi
pembuluh darah sehingga darah dapat dialirkan dengan lebih mudah. Selain itu, obat ini juga
dapat digunakan untuk mengobati gagal jantung.
34
FOLLOW UP
24/01/2018 25/01/2018 26/01/2018
S Anggota gerak kanan lemah,
bicara pelo
Anggota gerak kanan lemah,
bicara pelo
Anggota gerak kanan lemah
<<, bicara pelo
O KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36,8o C, N: 80x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 150/90 mmHg
Pupil:Isokor,
Motorik 4 / 5
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36,5o C, N: 81x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 140/90 mmHg
Pupil:Isokor,
Motorik 4 / 5
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S : 36o C, N: x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 150/80 mmHg
Pupil:Isokor,
Motorik 4 / 5
A Stroke infark dd stroke III
rekuren
Stroke infark dd stroke IV
rekuren
Stroke infark dd stroke V
rekuren
P IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicolin 2x 500 mg
Inj. Meticobalamin 1 x 1
amp
p/o Cilostazol 1x1
p/o Candesartan 1 x 8 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicolin 2x 500 mg
Inj. Meticobalamin 1 x 1
amp
p/o Cilostazol 1x1
p/o Candesartan 1 x 8 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicolin 2x 500 mg
Inj. Meticobalamin 1 x 1
amp
p/o Cilostazol 1x1
p/o Candesartan 1 x 8
mg
.
DAFTAR PUSTAKA
35
1. Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
2. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
3. Hankey J.2002. Your Question answered Stroke. Australia : Harcourt Publisher Limited, p: 2
4. Tanto, Chris. et. all. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. jilid 2. 2014. hal : 975-80.
5. Adam HP, Del Zoppo GJ, Kummer RV. Management of stroke. 2nd Ed, Professional communications inc New York, 2002
6. Price S, Wilson L. 2013. Patofisiologi Volume 2. Jakart: EGC.
36