wawancara Psikiatri

29
BAB I PENDAHULUAN Ilmu kedokteran jiwa atau ilmu Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik di bidang ilmu kedokteran yang mempunyai kedudukan dan sifat yang khusus, dalam arti ilmu ini tidak seluruhnya terletak di bidang ilmu kedokteran fisik, tetapi secara primer mempunyai corak spesifik yaitu mempelajari kesatuan fungsional yang khas pada tiap diri manusia yang disebut kepribadian atau fungsi mental. 1,2 Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari segala segi kejiwaan dari manusia dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk meneliti proses terjadinya, menegakkan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan pengelolaan dan pengobatan dari segala macam gangguan dan penyakit jiwa termasuk segala tingkah laku manusia serta bertujuan untuk melakukan pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan, serta rehabilitasi dari penderita dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia. 1 Walaupun psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran di mana cara pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa berbeda dengan cara pemeriksaan pada ilmu kedokteran fisik pada umumnya karena adanya

Transcript of wawancara Psikiatri

Page 1: wawancara Psikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran jiwa atau ilmu Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik di

bidang ilmu kedokteran yang mempunyai kedudukan dan sifat yang khusus, dalam

arti ilmu ini tidak seluruhnya terletak di bidang ilmu kedokteran fisik, tetapi secara

primer mempunyai corak spesifik yaitu mempelajari kesatuan fungsional yang khas

pada tiap diri manusia yang disebut kepribadian atau fungsi mental.1,2

Psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari segala segi

kejiwaan dari manusia dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tujuan untuk

meneliti proses terjadinya, menegakkan diagnosa, merencanakan dan melaksanakan

pengelolaan dan pengobatan dari segala macam gangguan dan penyakit jiwa

termasuk segala tingkah laku manusia serta bertujuan untuk melakukan pencegahan,

diagnosa dini dan pengobatan, serta rehabilitasi dari penderita dengan tujuan untuk

meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia. 1

Walaupun psikiatri merupakan cabang dari ilmu kedokteran di mana cara

pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa berbeda dengan cara

pemeriksaan pada ilmu kedokteran fisik pada umumnya karena adanya penekanan

pada fungsi mental atau kepribadian tanpa mengacuhkan keadaan kesehatan fisik

dalam diri pribadi tersebut, sehingga diagnosa pada pasien psikiatri berbeda dalam

beberapa hal dengan diagnosa dari pasien-pasien dengan masalah kesehatan fisik.

Diagnosa dalam bidang psikiatri jarang sekali didasarkan pada etiologi melainkan

berpedoman pada teori-teori yang berusaha menjelaskan keluhan-keluhan

berdasarkan teori dasar dari perilaku-perilaku umum yang diterima oleh masyarakat.

Hal ini tentu saja berbeda dengan cara diagnosa dari kedokteran fisik yang

menekankan etiologi dari gangguan-gangguan fisik yang dialami oleh setiap manusia

serta tidak adanya patokan-patokan eksternal yang sah dalam diagnosa psikiatri,

sedangkan pada kedokteran fisik diagnosa didasarkan pada patokan-patokan yang

sah dan telah disepakati bersama oleh komunitas kedokteran di dunia.1

Page 2: wawancara Psikiatri

Tujuan dari pemeriksaan psikiatri adalah untuk memperoleh informasi yang

dapat digunakan oleh pemeriksa untuk menegakkan diagnosis pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pasien (autoanamnesis) maupun

dengan orang lain yang dekat dengan pasien (alloanamnesia) ataupun dengan

observasi terhadap keadaan, perilaku maupun tingkah lakunya di mana semuanya

memberikan makna yang penting dalam hal penegakan suatu diagnosis. Dengan

ditegakkannya suatu diagnosis maka seorang dokter dapat membuat suatu perkiraan

mengenai prognosis suatu penyakit dan tentu saja menentukan respon dokter tersebut

terhadap jenis dan macam pengobatan yang akan diberikan terhadap suatu pasien.2

Untuk mengobati seorang pasien psikiatri secara efektif maka seorang

psikiatri harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan untuk

menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar

mengenai pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan social

dan psikologis. Seorang psikiatri juga haruslah mampu untuk menyampaikan

keprihatinan, empati, rasa hormat, dan kemampuan kepada pasien untuk menciptakan

suatu hubungan (raport), kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk berbicara

jujur dan akrab. Dengan persiapan diatas maka seorang psikiatri dapat membuat

sebuah wawancara yang baik yang dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis

secara tepat.

1

Page 3: wawancara Psikiatri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEKNIK WAWANCARA DALAM PSIKIATI

2.1.1 Pengertian Teknik Wawancara

Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik, secara efektif, apakah dengan

medikasi, manipulasi lingkungan atau psikoterapi-psikodinamika, maka seorang

dokter psikiatrik harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat dipercaya. Dan

untuk menyusun sebuah diagnosis yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar

mengenai pengaruh-pengaruh genetika, temperamental, biologi, perkembangan

sosial, dan psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya mampu untuk

menyampaikan keprihatinan, empati, rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan

kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk berbicara secara jujur dan akrab.1

Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara yang dilakukan oleh seorang

dokter dan pasien psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penting

untuk menilai kondisi pasien dan membentuk hubungan terapetik antara dokter dan

pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya pasien mengungkapkan hal-hal yang

bersifat pribadi dan intim tentang penderitaan dan kehidupannya kepada dokter.

Wawancara ini dapat menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri secara

sukarela mencari pertolongan dokter, sehingga keinginan untuk bekerja sama

terganggu, misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar oleh polisi atau

keluarganya. Dengan demikian maka sebagian besar waktu dokter untuk

mendengarkan, pengamatan, dan interpretasi yang sangat penting untuk menegakkan

diagnosis yang tepat.2

Dokter psikiatrik harus mengembangkan keterampilan dan teknik wawancara

paling efektif yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan gejala yang

secara bersama-sama berperan dalam berbagai sindroma yang kemungkinan dapat

dijelaskan dan diobati. Pasien-pasien terentang dari mereka yang pandai berbicara

dengan jelas, dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang mengalami

gangguan berpikir, paranoid, berespon terhadap stimuli internal, dan mengalami

2

Page 4: wawancara Psikiatri

disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri mungkin bervariasi, tergantung pada

tantangan spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien. Beberapa teknik adalah

berlaku universal pada semua situasi, teknik lain terutama dapat diterapkan pada jenis

wawancara tertentu. 1

Nancy Anderson dan Donald Black telah menuliskan 11 teknik yang sering

pada sebagian besar situasi wawancara psikiatrik.1

1. Dapatkan rapport seawall mungkin pada wawancara

2. Tentukan keluhan utama pasien

3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara

4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostic dengan

menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terperinci

5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk

menentukan dengan akurat jawaban atas pertanyaan

6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana

kuatnya pikiran berkaitan

7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup

8. Jangan takut untuk menanyakan tentang topic yang anda atau pasien rasakan

sulit atau memalukan

9. Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri

10. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir

wawancara

11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan, dan jika

mungkin harapan.

Dengan persiapan-persiapan di atas maka seorang dokter psikiatri dapat

membuat sebuah wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari pasien, yang

dapat digunakan untuk membuat suatu diagnosis yang tepat.

3

Page 5: wawancara Psikiatri

2.1.2 Waktu Penatalaksanaan Wawancara

Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah suatu wawancara berkisar antara 30

menit hingga 1 jam, tergantung pada keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik

atau pada pasien dengan penyakit medis biasanya singkat, hal ini dikarenakan oleh

pasien yang mungkin merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal yang

menegangkan. Wawancara yang panjang mungkin diperlukan di ruang gawat darurat.

Kunjungan yang kedua maupun kunjungan selanjutnya beserta wawancara psikiatrik

yang terus menerus juga bervariasi dalam lamanya. 1

Penatalaksanaan waktu perjanjian juga mengungkapkan aspek penting dari

kepribadian dan penanganan. Seringkali, pasien datang lebih awal baik beberapa

menit maupun jam dan mungkin sangat awal. Dari sini kita menggali suatu

kesimpulan apakah pasien sedang mengalami suatu kecemasan ataupun suatu

kebutuhan yang mendesak (dalam hal ini dapat dianggap sebagai suatu petunjuk berat

ringannya suatu keluhan). Dan jika pasien terlambat atau bahkan absen maka dapat

pula ditanyakan penyebab keterlambatannya apakah karena lupa ataupun disebabkan

suatu keengganan untuk berkunjung dan berobat ke dokter.1

Bagi dokter psikiatrik itu sendiri waktu juga merupakan suatu hal yang

penting di dalam wawancara. Jika seorang dokter psikiatrik sungguh-sungguh tidak

dapat menghindarkan keterlambatan untuk suatu wawancara, sebaiknya dokter dapat

mengungkapkan penyesalannya. Hal ini berguna untuk menjaga sebuah hubungan

yang baik antara pasien dengan seorang dokter.

Pada umumnya setelah wawancara yang pertama, wawancara yang berikutnya

memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan informasi

yang telah diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu perlu untuk ditanyakan

apakah ia telah berpikir mengenai wawancara yang pertama. Pada umumnya, saat

rasa nyaman dan akrab pasien dengan dokter meningkat, mereka menjadi semakin

mampu untuk mengungkapkan perincian tentang kehidupan mereka.1

4

Page 6: wawancara Psikiatri

2.1.3 Susunan Tempat Duduk untuk Wawancara

Cara kursi disusun di tempat periksa dokter psikiatrik dapat mempengaruhi

wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada yang

melihat ke bawah untuk melihat lawan bicaranya. Sebagian besar dokter psikiatrik

berpikir bahwa lebih disukai untuk menyusun kursi tanpa adanya perabot lain di

antara dokter dan pasien. Jika terdapat beberapa kursi, maka dokter psikiatrik

menentukan kursinya sendiri dan selanjutnya membiarkan pasien memilih kursi di

mana ia akan merasa paling nyaman.1

Jika pasien yang sedang diwawancara adalah seorang yang kira-kira

berbahaya, maka pintu ruang wawancara harus dibiarkan terbuka, dokter psikiatrik

harus duduk di tempat yang paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu yang

menghalangi gerak dokter menuju pintu, dan jika diperlukan orang ketiga harus

diminta untuk berdiri di luar atau bahkan di dalam ruangan, untuk berjaga-jaga jika

terdapat masalah.1,4

2.1.4 Tempat Periksa Dokter Psikiatrik

Seorang dokter psikiatrik tidak boleh tidak dikenal sama sekali oleh

pasiennya. Oleh karena itu perlu bagi seorang dokter psikiatrik untuk membangun

sebuah image yang baik kepada pasien mengenai kepribadiannya. Hal ini dapat

dibangun antara lain melalui suasana tempat pemeriksaan. Sebagai contoh, kerapihan,

kebersihan ruangan, keserasian antara warna dinding ruangan, lukisan, perabotan dan

tanaman, foto pribadi serta diploma di dinding. Hal ini secara tidak langsung

menggambarkan sebagian mengenai diri dokter psikiatrik walaupun tidak

diungkapkan secara verbal.1,3

2.1.5 Membuat Catatan

Untuk alasan legalitas dan medis, suatu catatan tertulis yang adekuat tentang

tiap-tiap pasien harus dibuat. Catatan pasien juga membantu ingatan dokter psikiatrik

mengenai riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Tiap-tiap klinisi harus membuat

5

Page 7: wawancara Psikiatri

suatu sistem penyimpanan catatan dan memutuskan informasi mana yang akan

dicatat. 1,4

2.1.6 Situasi untuk Melakukan Wawancara

Wawancara dilakukan tergantung pada keadaan di mana wawancara

dilakukan, tujuan wawancara, kekuatan, kelemahan dan diagnosis pasien tertentu.

Pasien yang mempunyai diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah berbeda dalam

kemampuannya untuk berperan serta dalam wawancara dan berbeda dalam tantangan

yang diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara. Tema tertentu

yang konsisten seringkali terlihat dalam wawancara dengan pasien tertentu yang

mempunyai diagnosis yang sama, walaupun, bahkan dengan diagnosa yang sama,

pasien mungkin memerlukan strategi wawancara yang cukup berbeda. Contohnya

pada pasien dengan depresi dan kemungkinan bunuh diri tentu saja cara

penanganannya berbeda dengan pasien yang diduga menderita gangguan afek

maniakal ataupun skizofrenia. Teknik ini juga membutuhkan kepekaan hati dari

seorang psikiatri untuk menyelami hati seorang pasien dan melihat ke dasar hatinya

mengenai penderitaan yang dialaminya sehingga kita dapat membangun sebuah

hubungan yang baik dengan pasien dengan cara membangun kepercayaan dengan

pasien sehingga pasien dapat menceritakan dengan sejujurnya apa yang menjadi

bebannya, penderitaan dan ketidakmampuannya sehingga memudahkan bagi seorang

psikiatri untuk menemukan penyebab apa yang dikeluhkan oleh pasien tersebut.3,4

a. Pasien depresi dan kemungkinan bunuh diri

Pasien depresi seringkali tidak mampu untuk bercerita secara spontan

dan adekuat mengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti

retardasi psikomotor dan keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap untuk

bertanya secara spesifik pada seseorang yang mengalami depresi tentang

riwayat dan gejala yang berhubungan dengan depresi. termasuk pertanyaan

tentang ide bunuh diri, di mana pasien pada awalnya tidak sukarela. Alasan

lain untuk bersikap spesifik dalam bertanya kepada pasien depresi adalah

6

Page 8: wawancara Psikiatri

bahwa pasien mungkin tidak menyadari bahwa gejala tertentu seperti berjalan

selama malam atau meningkatnya keluhan somatik adalah berhubungan

dengan gangguan depresi. 1

Salah satu aspek yang paling sulit dalam menghadapi pasien depresi

adalah mengalami keputusasaannya. Banyak pasien yang mengalami depresi

berat percaya bahwa perasaanya yang sekarang akan terus tidak terbatas dan

tidak ada harapan. Dokter psikiatrik harus berhati-hati untuk tidak

menentramkan pasien tersebut secara prematur bahwa segala sesuatu akan

menjadi baik, karena pasien kemungkinan akan merasakan penentraman

tersebut sebagai suatu indikasi bahwa dokter psikiatrik tidak mengerti derajat

penderitaan yang mereka rasakan. Pendekatan yang tepat bagi dokter

psikiatrik adalah menyatakan bahwa ia merasakan betapa sulitnya perasaan

pasien, bantuan tersebut tentu dimungkinkan dan pada saat itu dapat

dimengerti bahwa pasien tidak percaya bahwa mereka akan ditolong. Selain

itu, dokter psikiatrik harus memperjelas bahwa ia memutuskan untuk

membantu pasien agar merasa lebih baik. Tiap orang yang mengalami depresi

berharap secara disadari maupun tidak disadari, bahwa dokter psikiatrik akan

secara ajaib dan segera menyembuhkan mereka, tetapi sebagian besar orang

yang mau mengikuti jalur terapetik bahkan jika sebagian dari mereka percaya

bahwa tidak ada harapan. Dokter psikiatrik yang melakukan wawancara harus

berhati-hati untuk tidak membuat janji bahwa pengobatan spesifik adalah

pemecahannya. Jika pengobatan tersebut ternyata tidak bekerja pada pasien,

kekecewaan akan menghilangkan harapan terakhir pasien.1

Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami

depresi adalah kemungkinan untuk bunuh diri. Ingatlah bahwa kemungkinan

bunuh diri adalah sangat penting, jika melakukan wawancara pada setiap

pasien depresi, bahkan jika tidak tampak resiko bunuh diri.

7

Page 9: wawancara Psikiatri

b. Pasien kasar

Pasien yang kasar tidak boleh diwawancarai sendirian. Sekurangnya

satu orang lainnya harus selalu ada. Di dalam situasi tertentu orang tersebut

harus dijaga oleh seorang petugas keamanan atau polisi. Tindakan berjaga-

jaga lainnya adalah dengan membiarkan pintu ruang wawancara terbuka dan

pewawancara duduk diantara pasien dan pintu, sehingga pewawancara

mempunyai jalan keluar yang tidak terhalangi jika diperlukan. Dokter harus

memperjelas dengan cara yang tegas tetapi tidak dengan dengan kemarahan,

bahwa pasien boleh mengatakan atau merasakan sesuatu tetapi tidak bebas

untuk bertindak dengan cara kekerasan.1

c. Pasien dengan waham

Waham dari seorang pasien tidak boleh ditentang secara langsung.

Waham mungkin merupakan pikiran sebagai suatu strategi pertahanan dan

perlindungan diri pasien, walaupun maladaptif yaitu untuk melawan ancaman

kecemasan, penurunan harga diri dan kebingungan.1

Menantang suatu waham dengan menegaskan bahwa hal tersebut tidak

benar atau tidak mungkin hanya meningkatkan kecemasan pasien dan

seringkali menyebabkan pasien yang terancam mempertahankan

keyakinannya bahkan secara mati-matian. Tidak dianjurkan untuk berpura-

pura mempercayai waham pasien.1,5

2.2 FORMULASI LAPORAN PSIKIATRIK

Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan / rangkaian laporan yang di

dalamnya termuat hal-hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik dari

wawancara maupun observasi terhadap pasien. Pemeriksaan psikiatri dan status

mental sangat berperan penting dalam hal penegakan diagnosa oleh karena itu kedua

bagian ini haruslah dibuat dan dilaporkan dengan sedetail dan seinformatif mungkin

agar memudahkan para dokter psikiatri untuk menarik kesimpulan dari hasil

pemeriksaan psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa pembanding sehingga

8

Page 10: wawancara Psikiatri

didapatkan suatu diagnosa yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan ataupun

terapi yang tepat agar pasien dapat menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.2

Dengan selesainya suatu wawancara dan observasi maka hasil dari pemeriksaan

tersebut dapat dituangkan dalam suatu laporan yang disebut laporan psikiatrik. Laporan ini

berisi riwayat psikiatrik dan hasil dari pemeriksaan mental dari pasien. Laporan ini mengikuti

garis besar dari riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental dasar. Di dalam laporan

psikiatrik ini pemeriksa melaporkan hal-hal sebagai berikut : 3

1. Pengungkapan pertanyaan penting, tentang pemeriksaan diagnosa lanjutan

yang harus dilakukan.

2. Penambahan suatu ringkasan tentang temuan positif dan negatif.

3. Membuat suatu diagnosis multiaksial sementara.

4. Memberikan prognosis.

5. Memberikan formulasi psikodinamika.

6. Memberikan suatu kumpulan anjuran penatalaksanaan.

Dalam penyusunan suatu laporan psikiatrik diperlukan suatu formulasi yang

baku yang telah disepakati oleh suatu komunitas kedokteran dunia sehingga

memudahkan para dokter psikiatri untuk mencari data dan mengumpulkan informasi

yang membantu dokter tersebut untuk dalam menegakkan diagnosis.

2.3 KOMPONEN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

2.3.1 Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri adalah suatu catatan mengenai kehidupan pasien. Catatan ini

memungkinkan seorang psikiater untuk memahami siapa pasiennya, dari mana pasien

berasal, dan kemana kemungkinan pasien pergi di masa yang akan datang. Riwayat

adalah suatu cerita kehidupan dari pasien yang diceritakannya kepada psikiater

dengan menggunakan bahasa dari pasien sendiri serta berdasarkan sudut pandang dari

pasien itu sendiri. Seringkali, riwayat ini juga mengandung informasi yang tidak

hanya diperoleh dari pasien sendiri tetapi juga berasal dari sumber-sumber yang lain,

seperti orang tua, pasangan hidup dari pasien, ataupun dari teman-teman pasien.

Memperoleh suatu cerita yang lengkap yang berasal dari pasien dan bila perlu berasal

9

Page 11: wawancara Psikiatri

dari sumber-sumber yang informative dan dapat dipercaya adalah amat sangat

penting untuk membuat diagnosis yang tepat dan menyusun rencana pengobatan yang

efektif dan spesifik. Seperti telah disebutkan diatas bahwa riwayat psikiatrik dengan

riwayat yang didapat pada kedokteran umum sedikit berbeda karena yang digali pada

riwayat kedokteran psikiatri adalah suatu keadaan yang menceritakan kebiasaan

hidup, perilaku sehari-hari dari pasien sampai pada keadaan saat dia sakit, sedangkan

riwayat pada kedokteran umum menceritakan mengenai keadaan fisik seorang pasien

serta perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik pada tubuh pasien yang

berhubungan dengan penyakit yang dideritanya. Riwayat psikiatrik memberikan

gambaran mengenai riwayat karakteristik kepribadian pasien secara individual

termasuk di dalamnya adalah kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan dari

pasien tersebut.1,2

Berikut adalah keterangan mengenai garis besar dari riwayat psikiatrik :

a. Data Identifikasi

Di dalam data identifikasi diberikan ringkasan demografi yang ringkas

mengenai nama pasien, usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, status

pendidikan, alamat, nomor telepon, pekerjaan dan sumber informasi. Data

identifikasi ini dapat memberikan suatu gambaran sekilas mengenai

karakteristik dari pasien yang mempunyai kemungkinan mempengaruhi

diagnosis, prognosis, perawatan dan komplikasinya.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien yang

menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan pertolongan.

Keluhan ini biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun jika

pasien tidak mampu untuk berbicara dengan baik maka gambaran tentang

orang yang memberikan informasi juga harus dimasukkan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didalamnya diceritakan secara lengkap mengenai kronologi peristiwa

yang menjadi penyebab ataupun memicu keadaan pasien menjadi seperti pada

saat ini. Bagian ini mungkin merupakan bagian dari riwayat psikiatri yang

10

Page 12: wawancara Psikiatri

paling penting dan menentukan dalam membuat suatu diagnosis. Di dalam

bagian ini diceritakan mengenai perkembangan gejala dari onset penyakit

sampai keadaan saat ini, hubungannya dengan kejadian-kejadian dalam

hidupnya, adanya stresor, penggunaan obat dan taraf-taraf perubahan dari

fungsi yang normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah suatu transisi dari riwayat penyakit

sekarang dan riwayat pribadi pasien. Di sini diceritakan keadaan / episode

sakit baik dalam hal psikiatri maupun kesehatan umum. Gejala-gejala pada

pasien baik adanya suatu inkapasitas, jenis pengobatan yang telah diterima,

tempat perawatan / berobat pasien sebelumnya dan derajat kepatuhan pasien

terhadap pengobatan sebelumnya harus dicatat dan digali secara kronologis.

Perhatian khusus pada bagian ini harus diberikan pada episode yang

menandakan onset dari suatu penyakit, karena episode tersebut sering

memberikan suatu data yang penting mengenai peristiwa-peristiwa pencetus,

kemungkinan-kemungkinan diagnosis dan kemampuan untuk mengatasi

penyakit tersebut. Mengingat pada riwayat medis, seorang psikiatri

seharusnya mendapatkan tinjauan medis mengenai gejala dan mencatat tiap

penyakit medis atau bedah dan trauma berat, khususnya yang memerlukan

perawatan di rumah sakit yang dialami oleh pasien.

e. Riwayat Pribadi

Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan situasi

kehidupan saat ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman yang

menyeluruh mengenai masa lalu dari pasien dan hubungannya dengan

masalah mental sekarang. Disini dicatat setiap perubahan emosi dari setiap

periode kehidupan. Riwayat pribadi terdiri dari saat :

e.i Riwayat Prenatal dan Perinatal

Seorang psikiatri harus memperhitungkan keadaan dan situasi rumah

di mana pasien dilahirkan dan apakah pasien adalah anak yang direncanakan

dan diinginkan untuk dilahirkan. Keadaan persalinan juga harus ditanyakan

11

Page 13: wawancara Psikiatri

apakah cukup bulan atau tidak, macam persalinan (spontan atau cesarian),

obat yang diminum selama kehamilan, ada / tidaknya komplikasi saat lahir

dan defek saat bayi lahir. Hal- hal di atas adalah pertanyaan yang harus

ditanyakan oleh psikiatri untuk mengetahui riwayat pribadi pasien pada saat

kelahiran.

e.ii Masa Anak-Anak Awal (sejak lahir sampai usia 3 tahun)

Periode ini merupakan masa anak-anak awal yang terdiri dari 3 tahun

pertama kehidupan pasien. Pada masa ini hal-hal yang perlu diamati adalah

mengenai hubungan antara ibu dan anak (interaksi melalui pemberian

makanan dan pengajaran ke toilet), ada / tidaknya gangguan dalam hal tidur

dan makan, bagaimana sifat anak tersebut (pemalu, overaktif, menarik diri,

senang belajar , takut-takut, senang bepergian, ramah / tidak), perilaku yang

aneh ada / tidak (membenturkan kepala ke tembok), ada / tidaknya pengasuh

yang lain selain ibu kandung, dan perkembangan awal baik dalam hal

berjalan, berbicara, berbahasa, perkembangan fisik, perkembangan motorik,

pola tidur, dan sebagainya.

e.iii Masa Anak-Anak Pertengahan (usia 3 tahun - 11 tahun)

Pada masa ini psikiater dapat memusatkan perhatian pada hal-hal

penting antara lain bagaimana cara pemberian hukuman pada pasien di rumah,

bagaimana proses identifikasi jenis kelamin, ada tidaknya riwayat sakit dan

trauma serta pengalaman tentang sekolah awal dari pasien, khususnya

bagaimana pasien pertama kali berpisah dengan ibunya. Hal penting lainnya

yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana cara dia bergaul dan

membawakan peran dalam pergaulannya, apakah dia sebagai seorang

pemimpin, pemalu, lebih gemar bermain sendirian, serta popularitasnya di

kalangan teman-teman sepermainannya. Perilaku anak tersebut juga harus

diperhatikan apakah suka menyiksa hewan, mimpi malam yang buruk, fobia,

ngompol, tindakan yang menimbulkan bahaya kebakaran, dan riwayat

masturbasi yang harus digali.

e.iv Masa Anak-Anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)

12

Page 14: wawancara Psikiatri

Selama masa ini, anak-anak cenderung untuk mengembangkan

kemandirian dari orang tua mereka (pemisahan diri) yang ditunjukkan dalam

hubungan dengan teman sebaya, dan di dalam aktivitas kelompok bermain.

Pada fase ini anak-anak biasanya mempunyai sosok figur yang diidolainya

dan hal ini perlu untuk diketahui oleh dokter. Hal-hal yang perlu diperhatikan

pada masa ini adalah onset dari pubertas, prestasi akademik, bagaimana

aktivitas diluar sekolah (olah raga dan klub), jenis kegiatan yang diminatinya,

keterlibatan hal-hal seksual, ketertarikannya pada lawan jenis dan pengalaman

seksual (masturbasi, berhubungan seks dan mimpi basah), pengalaman

bekerja, riwayat penggunaan alkohol dan penggunaan zat psikoaktif serta

ada / tidaknya gejala-gejala pada saat puber (mood, ketidakteraturan dalam

makan dan tidur, bagaimana dia bertengkar dan berargumentasi).

e.v Masa Dewasa

a. Riwayat pekerjaan

Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan

pekerjaan pasien, keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik yang

berhubungan dengan kerja, dan ambisi serta tujuan jangka panjang.

Psikiatri juga harus menggali perasaan pasien terhadap pekerjaan yang

dilakukannya sekarang apakah ia merasa senang, terpaksa, jenuh

ataupun tidak puas atas pilihan pekrjaannya tersebut. Disamping itu

perlu juga ditanyakan riwayat pekerjaannya , lama ia bekerja, apakah

pernah pindah kerja, bila ya tanyakan juga alasannya, frekuensinya

serta hubungannya dengan teman sekerjanya.

b. Riwayat perkawinan dan persahabatan.

Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status

pernikahan, sah /sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Hubungan

yang bermakna yang terjalin antara dokter dengan pasiennya juga

haruslah ditanyakan. Riwayat perkawinan atau hubungan jangka

panjang yang dideskripsikan haruslah memberikan gambaran tentang

13

Page 15: wawancara Psikiatri

perkembangan hubungan, dimulai saat pasien baru menikah sampai

keadaan pasien saat ini.

c. Riwayat agama

Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam

mengenai latar belakang agama kedua orang tua pasien, pasien sendiri

serta bagaimana pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap pasien dan

keluarganya tersebut apakah longgar, ketat, dan apakah terdapat

konflik keagamaan antara orang tua pasien dan pasien sendiri dan

bagaimana mereka mengatasinya.

d. Aktivitas sosial

Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial

pasien dan sifat persahabatan, dengan penekanan pada kualitas

kedalaman hubungan manusia. Jenis hubungan yang dimiliki pasien

bersama teman-temannya, apa kegiatan mereka selama ini dan apakah

terdapat saling perhatian diantara mereka.

f. Riwayat psikoseksual

Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari

pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari

perkembangan seksual pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual

infantil yang tidak diungkapkan pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh tidak

diperhatikannya riwayat tersebut, karena kesulitan mendapatkan informasi. Juga

perlu ditanyakan riwayat seksual contohnya pertama kali melakukan onani /

masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau tidak, frekuensinya, kualitas

hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau terdapat penyimpangan dari

perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu digali secara mendalam sebab

seringkali memberikan arti yang penting dalam hal pengumpulan data psikiatri dan

penyimpulan diagnosis dari suatu pasien.

g. Riwayat Keluarga

Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit psikiatrik,

perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota keluarga dekat pasien

14

Page 16: wawancara Psikiatri

harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga. Perlu ditanyakan juga ada

atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-zat yang lain ataupun perilaku

antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di samping itu riwayat keluarga juga

harus memberikan gambaran mengenai riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan

penyakit genetik pada ayah, ibu, dan kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan

mengenai sikap keluarga terhadap keadaan sakit pasien, apakah mereka

mendukung terhadap pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu ditanyakan

keadaan finansial keluarga, siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.

Semua penjelasan singkat tersebut diatas adalah hal-hal mengenai riwayat

psikiatri pasien yang perlu ditanyakan secara lengkap, detail sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai pasien dan keadaan kehidupannya serta

saat sakitnya. Hal ini akan membantu kita sebagai seorang psikiater untuk memahami

seorang pasien sebagai seorang manusia secara utuh baik jasmani maupun fisik.

Hal lain yang dapat membantu mengenai pemahaman kita akan keadaan sakit

pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan mental yang kemudian dicatat dalam

status pemeriksaan mental. Status pemeriksaan mental adalah bagian dari

pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan

atau impresi tentang pasien psikiatri saat wawancara. Pada status mental ini kita

melakukan pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri / fungsi mental / fungsi

kepribadian yaitu kesadaran, alam pikiran, alam perasaan dan perilaku pasien. Untuk

melakukannya dan mendapatkan hasil yang optimal diperlukan observasi secara

cermat dan menyeluruh mengenai pasien juga tidak dilupakan adalah teknik

wawancara yang digunakan untuk menemukan kelainan-kelainan dalam fungsi

mental pasien.3

15

Page 17: wawancara Psikiatri

BAB III

KESIMPULAN

Tujuan dilakukannya pemeriksaan psikiatrik dengan baik termasuk

wawancara psikiatrik adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien dan

keluarganya, sehingga dokter dapat mengetahui pasien secara keseluruhan, dan dapat

menentukan diagnosis serta pengobatan yang paling tepat kepada pasien.

Komponen utama dalam melakukan pemeriksaan psikiatri dengan baik adalah

dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemeriksaan status mental secara

benar. Hal ini perlu didukung oleh kemampuan dokter sebagai ahli psikiatri.

Menangani pasien secara holistik dapat memudahkan dokter untuk mendapat

gambaran pasien secara keseluruhan, sehingga dokter dapat mengetahui berbagai

riwayat kehidupan pasien, dapat menggali faktor pencetus untuk penyakitnya, dan

faktor-faktor lain yang berkaitan seperti lingkungan. Dengan adanya data yang

lengkap, akan sangat membantu dokter dalam menentukan langkah diagnosis dan

terapi yang tepat. Pengobatan yang lengkap meliputi pengobatan fisik, psikologis dan

sosiobudaya yang tidak hanya tertuju pada obat-obatan saja, namun juga terapi yang

memang dibutuhkan pasien, yang sesuai dengan penyebab timbulnya penyakit pada

pasien, sehingga kemungkinan untuk berulangnya penyakit akan semakin kecil.

16

Page 18: wawancara Psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. 2000. Behavioural

Sciences Clinical psychiatry, seven edition. Maryland, USA: William &

Wilkins.

2. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder, fourth edition. Washington DC: American Psychiatric

Association.

3. W.F Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit

Airlangga University Press.

4. Rusdi E. 2006. Buku Panduan Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta :

Rumah Sakit Jiwa Islam Kiender.

5. Bachtiar Lubis & Sylvia D. 2005. Penuntun wawancara psikodinamik dan

psikoterapi. Jakarta: FKUI.

17