WAWANCARA NASIONALISME

7
Pandji Pragiwaksono Memahami Nasionalisme Edisi 756 | 19 Sep 2010 | Cetak Artikel Ini Salam Perspektif Baru, Kita akan secara khusus berbincang mengenai gagasan-gagasan memajukan bangsa dan negara Indonesia. Kita juga akan secara khusus berbincang mengenai makna nasionalisme dalam perspektif anak muda. Tamu kita Pandji Pragiwaksono, seorang anak muda yang luar biasa, inspiratif dan juga memiliki motivasi sangat besar untuk mengembangkan Indonesia ke depan. Dia juga seorang presenter, penyiar radio, rapper, penulis, MC dan motivator. Pandji mengatakan ada dua jenis anak muda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan yang menciptakan perubahan. Di Indonesia, jarang ada untuk yang nomor dua. Kebanyakan demo saja, meminta pemerintah yang melakukan perubahan. Padahal kita juga bisa melakukan perubahan. Menurut Pandji, negara ini selalu ditentukan oleh anak muda. Sejarah mencatat bahwa Indonesia ditentukan oleh pemudanya. Sekarang kita telah melakukan banyak perubahan terhadap Indonesia. Kalau kita mau melakukan perubahan di dunia politik maka pemudanya harus peduli. Kita bisa menciptakan perubahan melalui karya, dan itu harus kita lakukan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, dan kalau bukan anak muda, siapa lagi. Berikut wawancara Ansy Lema dengan Pandji Pragiwaksono. Anda seorang yang multi talenta sebagai presenter, penyiar radio,rapper, penulis, master of ceremony (MC) dan motivator. Anda sebenarnya lebih suka disebut sebagai apa? Saya lebih suka disebut sebagai orang yang berkarya. Apa karyanya? Awalnya, karya saya hanya agar punya sesuatu yang milik saya sendiri. Kalau kita bekerja akan mendapatkan gaji, tapi stop sampai di situ. Kemudian lama- lama saya merasa sudah punya kesempatan menggunakan karya saya untuk menyampaikan kepedulian saya atau pesan yang selama ini menyangkut di kepala. Kalau kita perhatikan Anda sering sekali berbicara atau peduli pada bangsa Indonesia. Apa sesungguhnya arti bangsa Indonesia bagi seorang Pandji? Saya selalu menganggap Indonesia adalah anak orang kaya mendadak. Jadi bayangkan sosok anak muda, 65 tahun sebenarnya hitungannya muda, tiba-tiba kaya terus dia bingung ke mana uangnya harus digunakan? Saya cerdaskan dulu dengan pendidikan saya, saya sehatkan dulu dengan akses kesehatan yang bagus untuk saya, atau saya rapikan kondisi saya agar diri saya terlihat semakin bagus, atau saya ingin mendirikan fasilitas keamanan karena

description

wanas

Transcript of WAWANCARA NASIONALISME

Page 1: WAWANCARA NASIONALISME

Pandji Pragiwaksono

Memahami Nasionalisme

Edisi 756 | 19 Sep 2010 | Cetak Artikel Ini

Salam Perspektif Baru,

Kita akan secara khusus berbincang mengenai gagasan-gagasan memajukan bangsa dan negara Indonesia. Kita juga akan secara khusus berbincang mengenai makna nasionalisme dalam perspektif anak muda. Tamu kita Pandji Pragiwaksono, seorang anak muda yang luar biasa, inspiratif dan juga memiliki motivasi sangat besar untuk mengembangkan Indonesia ke depan. Dia juga seorang presenter, penyiar radio, rapper, penulis, MC dan motivator.

Pandji mengatakan ada dua jenis anak muda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan yang menciptakan perubahan. Di Indonesia, jarang ada untuk yang nomor dua. Kebanyakan demo saja, meminta pemerintah yang melakukan perubahan. Padahal kita juga bisa melakukan perubahan.

Menurut Pandji, negara ini selalu ditentukan oleh anak muda. Sejarah mencatat bahwa Indonesia ditentukan oleh pemudanya. Sekarang kita telah melakukan banyak perubahan terhadap Indonesia. Kalau kita mau melakukan perubahan di dunia politik maka pemudanya harus peduli. Kita bisa menciptakan perubahan melalui karya, dan itu harus kita lakukan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, dan kalau bukan anak muda, siapa lagi.

Berikut wawancara Ansy Lema dengan Pandji Pragiwaksono.

Anda seorang yang multi talenta sebagai presenter, penyiar radio,rapper, penulis, master of ceremony (MC) dan motivator. Anda sebenarnya lebih suka disebut sebagai apa?

Saya lebih suka disebut sebagai orang yang berkarya.

Apa karyanya?

Awalnya, karya saya hanya agar punya sesuatu yang milik saya sendiri. Kalau kita bekerja akan mendapatkan gaji, tapi stop sampai di situ. Kemudian lama-lama saya merasa sudah punya kesempatan menggunakan karya saya untuk menyampaikan kepedulian saya atau pesan yang selama ini menyangkut di kepala.

Kalau kita perhatikan Anda sering sekali berbicara atau peduli pada bangsa Indonesia. Apa sesungguhnya arti bangsa Indonesia bagi seorang Pandji?

Saya selalu menganggap Indonesia adalah anak orang kaya mendadak. Jadi bayangkan sosok anak muda, 65 tahun sebenarnya hitungannya muda, tiba-tiba kaya terus dia bingung ke mana uangnya harus digunakan? Saya cerdaskan dulu dengan pendidikan saya, saya sehatkan dulu dengan akses kesehatan yang bagus untuk saya, atau saya rapikan kondisi saya agar diri saya terlihat semakin bagus, atau saya ingin mendirikan fasilitas keamanan karena memiliki uang banyak. Secara umum, Indonesia sebuah negara muda yang memiliki banyak potensi. Dia sadar bahwa dia kaya. Pertanyaannya adalah dengan semua yang dia miliki apa yang harus dia lakukan.

Page 2: WAWANCARA NASIONALISME

Apa yang menggerakkan atau memotivasi Anda untuk terlibat atau peduli dengan hal-hal seperti tadi karena tidak banyak anak muda seperti Anda?

Sebenarnya banyak sih, cuma mereka tidak terangkat ke permukaan. Saya sendiri juga bingung dengan diri saya kenapa kok saya menjadi ‘aneh’ seperti ini? Begitu cinta dan peduli dengan Indonesia. Tapi ketika saya muncul ke permukaan dengan begitu vokal mengatakan bahwa saya cinta dan optimis dengan Indonesia, banyak orang yang mencemooh. Akhirnya saya menjadi bersemangat untuk menjadikan mereka salah karena Indonesia adalah negara yang hebat dan luar biasa.

Bagaimana Anda sendiri melihat sesungguhnya spirit nasionalisme anak-anak muda Indonesia saat ini?

Saat ini justru sedang bagus-bagusnya. Saya tidak tahu mengapa belakangan ini banyak media bertanya kepada saya yang semua pertanyaannya sama, yaitu apa pendapat Anda tentang nasionalisme anak muda yang sudah menghilang? Saya jawab, orang yang mengatakan demikian pasti tidak pernah membaca koran atau menonton televisi. Itu karena buktinya banyak.

Apa salah satunya?

Satu juta facebookers mendukung Bibit-Chandra. Kemudian Koin Peduli Prita untuk membayar denda dia Rp 124 juta tapi terkumpul Rp 1 miliar. Indonesia Unite! Itu semua melalui situs jejaring sosial. Apalagi kita tahu 80% pengguna internet di Indonesia berumur 15 - 30 tahun. Ada juga organisasi seperti Back for Life yang isinya anak muda membantu mencari donor darah untuk kasus-kasus tertentu. Ada juga Uni Change, kumpulan anak-anak muda yang bekerja mengumpulkan uang untuk pendidikan. Di Ambon ada gerakan Ambon Bergerak, di Papua juga ada, dan masih banyak lagi. Semua itu menunjukkan bahwa sekarang kecintaan atau nasionalisme mereka justru terlihat menguat. Itu contoh yang bagus.

Anda banyak melakukan berbagai hal, kalau tidak salah dengan kegiatan bernama Provokatif Proaktif, Indonesia Unite! Anda juga menyebut ini adalah Voice of Indonesia. Apa sebenarnya pesan yang hendak disampaikan kepada republik ini?

Saya begitu yakin bahwa ada sebuah silent majority di Indonesia yang tidak bersuara. Akhirnya minoritas yang tidak benar naik ke permukaan. Sebagai contoh kekerasan dengan membawa nama Islam. Mayoritas bangsa Indonesia tidak percaya dengan itu, tapi tidak ada yang berbicara. Semuanya diam. Akhirnya yang ‘ngaco-ngaco’ yang bersuara keras sekali. Jadi harus ada keseimbangan informasi. Sebenarnya tujuan saya hanya itu saja. Saya ingin informasi itu berimbang. Saya percaya silent majorityadalah orang-orang yang masih memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan bersuara. Kalau mereka membutuhkan perwakilan, setidaknya saya mau mewakili mereka.

Apa sesungguhnya yang menjadi tantangan ataupun ancaman bagi nasionalisme anak muda hari ini?

Ada dua, dari dalam dan luar. Dari diri kita sendiri bangsa Indonesia, kita mempunyai perasaan insecure yang cukup tinggi. Ada rasa minder yang berakibat banyak. Insecure membuat kita menjadi ragu, lebih cenderung skeptis terhadap diri

Page 3: WAWANCARA NASIONALISME

sendiri dan cenderung menilai diri kita buruk. Itu terjadi karena banyak sekali anak muda yang berhenti mencari makna Indonesia ketika sampai pada tahap kedua.

Teori saya adalah orang mengenal Indonesia melalui tiga tahap. Pertama, tahap di sekolah. Kedua, ketika beranjak dewasa dia mengenal Indonesia dari media seperti pemberitaan televisi dan koran. Kemudian pemberitaan yang ada di televisi dan koran itu buruk semua seperti mengenai korupsi, kebakaran, kerusuhan dan sebagainya. Pemahamannya menjadi buruk dan dia berhenti di situ. Padahal ada pemahaman ketiga. Pemahaman tentang Indonesia yang kita dapatkan. Jangan mengaku orang Indonesia kalau sebenarnya tidak pernah ke luar dari Jakarta, misalnya.

Apa kira-kira yang membuat Pandji bangga sekali dengan Indonesia?

Kita diajarkan bahwa Indonesia itu kaya. Namun berbeda apabila kita tidak melihat dengan mata kepala sendiri kekayaan tersebut. Saya hampir ke semua daerah di Indonesia, dan cukup optimis apalagi melihat anak-anak mudanya. Justru semakin banyak tahu dari Indonesia semakin bingung mengapa ada yang pesimis. Menurut saya itu aneh. Jadi pemahaman saya adalah orang tersebut tidak tahu terlalu banyak tentang Indonesia.

Itu dari sisi kita, sisi dalam. Lalu, bagaimana kalau dari sisi luar?

Dari sisi luar, saya merasa ada pihak-pihak yang jelas ingin memecah belah kita. Dari dulu Indonesia diadu domba. Kalau mau menghancurkan Indonesia dengan adu domba. Dulu kita mengenal devide et impera (politik pecah belah pada zaman penjajahan Belanda), jadi dari dulu memang sudah seperti itu. Itu strategi yang paling jitu.

Perhatikan baik-baik, setiap kali ada yang mempersatukan Indonesia pasti ada juga kejadian memecah belah. Dari zaman reformasi sampai kerusuhan setelahnya dan hingga hari ini bisa diperhatikan setiap kali bangsa Indonesia bersatu, maka dengan sendirinya tiba-tiba ada isu yang memecah belah. Belakangan ini adalah konteksnya agama dan segala macamnya. Saya tidak cukup pintar untuk tahu siapa yang memecah belah kita. Tapi yang saya tahu adalah kalau kita kuat, maka akan ada banyak yang dirugikan dari sisi keuangan negara lain. Juga keuntungan yang didapat negara lain dengan keadaan Indonesia seperti sekarang ini.

Darimana kita harus mulai untuk Membangun kembali kepercayaan anak-anak muda dan rasa memiliki Indonesia?

Dimulai dari berbagi. Orang yang merasa tahu tentang Indonesia, merasa optimis dengan Indonesia seperti saya sudah saatnya untuk berbagi. Berbagi yang paling gampang adalah dengan tulisan. Dari zaman dulu Indonesia bangkit melalui tulisan Ki Hajar Dewantara, Mohammad Hatta, R.A. Kartini, dan hari ini pun masih kontekstual. Selama masih ada yang menulis maka masih ada orang yang baca. Selama masih ada orang yang membaca, maka dia masih bisa belajar.

Kita tahu Indonesia memang didirikan oleh anak muda. Menariknya dari Pandji adalah bisa menyampaikan pesan dengan gaya komunikasi yang katakanlah bisa menjangkau anak muda. Apakah itu butuh kemampuan tersendiri?

Page 4: WAWANCARA NASIONALISME

Kebetulan saya memang latar belakangnya sebagai penyiar sejak 2001. Jadi sudah sembilan tahun siaran, dan waktu sembilan tahun cukup lama untuk belajar menyampaikan pesan. Dalam berkomunikasi biasanya masalah utamanya adalah persepsi yang salah (mispersepsi) dan semakin ke lama kemampuan saya untuk menyampaikan pesan sudah semakin baik. Saya rasa ini menjadi senjata yang baik untuk menyampaikan hal-hal yang baik di Indonesia.

Indonesia menjalin hubungan dengan banyak negara. Belakangan ini ada semacam "ketegangan" dengan Malaysia. Berbagai macam sikap ditampilkan, diperlihatkan oleh anak bangsa. Sebagai anak muda, apa sikap yang harus kita perlihatkan?

Di mata saya ada dua fokus utama. Pertama, pemerintahnya memang harus tegas. Menggertak sedikit. Kalau Malaysia menggertak, kita harus menggertak balik. Tapi di sisi lain masyarakatnya tidak harus bereaksi seperti itu. Terus terang banyak yang mengatakan bangsa kita diinjak-injak, saya menjawab memang negara Anda tidak sama dengan negara saya. Bagi saya, harga diri Indonesia sangat tinggi jadi tidak ada yang bisa menginjak-injak harga diri kita. Reaksi kita tersebut berangkat dariinsecure tadi. Kita seharusnya cuek saja karena kita lebih tinggi dari mereka.

Apakah itu artinya kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat kita tetapi pada sisi lain juga memberikan respon yang elegan?

Kalau mau dinilai baik maka jangan bereaksi dengan buruk.

Apakah Anda bisa ceritakan yang Anda sedang lakukan atau menjadi prioritas?

Sekarang saya banyak berhubungan dengan edukasi politik terutama untuk anak muda karena mereka selalu berteriak benci politik, mereka tidak suka berpolitik, tapi pada kenyataannya mereka berpolitik. Ketika pada penyontrengan mereka maju semuanya tetapi tanpa pemahaman yang benar. Akhirnya mereka menyontreng orang yang satu marga dengannya, jadi edukasi politik penting untuk anak muda.

Jadi, mereka memilih berdasarkan like and dislike bukan berdasarkan pertimbangan rasional, betulkah?

Iya, karena dia menginginkan menjadi pemimpin kita, bukan karena yang lain.

Anda menyatakan yang dilakukan saat ini adalah program mengedukasi masyarakat terutama anak muda, membangun pemahaman mereka. Tetapi banyak sekali anak muda ataupun masyarakat kita yang sebenarnya ‘alergi’ terhadap politik. Bagaimana Anda bisa membangun pemahaman kepada mereka sehingga lebih peduli dan lebih paham terhadap poltik?

Saya meyakini bahwa kita cenderung takut atau benci terhadap hal-hal yang kita tidak pahami. Misalnya, kita membicarakan atau mencela seseorang pasti karena kita tidak begitu mengenal dia. Kalau kita mengenalnya maka akan berbicara langsung kepada dia dan tidak akan mencela karena kita memahami dia. Jadi keliru kalau kita anti terhadap suatu hal sementara kita tidak begitu paham. Itu adalah kesalahan pertama yang coba kita sisihkan. Untuk menghilangkan semua itu maka harus dibuat supaya tahu tentang politik. Juga disadarkan bahwa dia teriak-teriak anti korupsi, apakah dia tahu atau tidak

Page 5: WAWANCARA NASIONALISME

bahwa kepedulian terhadap anti korupsi akan membuat koruptor berada di penjara terus?

Andaikan orang-orang tidak tahu gedung baru DPR yang mewah akan dibangun mungkin mereka akan menikmati ruangan 100 meter persegi dengan spa dan kolam renang. Pada sisi lain memang gedungnya tidak bagus dan harus diganti, tapi tidak harus lebay. Andaikan tidak ada yang tahu, mereka akan tetap menikmatinya.

Sering juga masyarakat kita mengambil jarak dengan dunia politik karena menurut mereka dunia politik itu kejam, politik itu berdarah-darah. Apakah politik bisa kita kemas secara santun dan elegan?

Mereka sebenarnya membenci politikusnya bukan politiknya karena pada dasarnya kita berpolitik. Di dunia politik ada yang baik dan ada yang buruk. Saya tidak percaya bahwa semua politisi yang ada itu busuk. Prinsipnya adalah anggaplah DPR sebagai gelas yang kotor. Kalau ingin bersih maka kita tuangkan air bersih terus sampai bersih semua, dan yang bersih itu adalah generasi muda. Sekarang kita harus peduli karena kita kelak yang akan menggantikan mereka. Kalau kita menggantikannya, mereka akan duduk di sana terus.

Jadi cara menyampaikan pesannya agar mereka mau tentu harus dengan cara mereka. Karena itu acara radio saya, album yang ketiga nanti, dan acara televisi saya, semuanya berusaha untuk mengantarkan politik tetapi dengan media yang mereka sukai.

Apakah segmentasi pesan yang akan Pandji sasar hanya kepada anak muda ataukah juga pada segmentasi yang lebih beragam?

Secara umum sasarannya 15 - 30 tahun. Saya juga baru tahu ternyata setengah dari jumlah orang Indonesia memiliki usia di bawah 30 tahun. Jadi menarik sekali bahwa anak muda memegang setengah badan Indonesia.

Apakah seharusnya mereka menjadi penentu negara ini?

Negara ini selalu ditentukan oleh anak muda. Sejarah mencatat bahwa Indonesia ditentukan oleh pemudanya. Sekarang kita telah melakukan banyak perubahan terhadap Indonesia. Kalau kita mau melakukan perubahan di dunia politik maka pemudanya harus peduli.

Bagi Anda secara pribadi, apakah ada seorang politikus di bangsa ini yang bisa dijadikan ukuran?

Kalau pegangan saya cukup menaruh banyak harapan kepada tokoh-tokoh seperti Anis Baswedan, figur muda. Saya menaruh perhatian besar kepada anak-anak muda seumuran saya dan yang tidak jauh dengan saya. Saya berpikir beberapa orang ini akan menjadi anggota DPR.

Tetapi problem bangsa kita yang sempat Anda singgung dengan istilah politik dinasti adalah ada anak muda tetapi karena memiliki darah biru membuat mereka lebih mudah dalam mencapai tampuk kekuasaan. Bagaimana Anda melihat hal tersebut?

Page 6: WAWANCARA NASIONALISME

Sepertinya sekarang sudah terasa tetapi masih diusahakan oleh mereka. Kita lihat saja nanti. Kita sudah mulai cerdas. Kita sudah mulai bisa mengatakan, "Ngapain sih muka-muka dia lagi ditempelin di situ. Sekarang tuh bukan dia." Juga kita sudah mulai melihat dalam suatu keorganisasian yang keturunannya sudah tidak laku lagi.

Jadi, apa prasyarat bagi pemimpin kita untuk ke depan?

Kalau syarat-syarat utama seperti bersih dan peduli terhadap Indonesia itu wajib harus dimiliki. Tapi ada satu hal lagi sebenarnya yang penting sekali yaitu mereka harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap massa. Itu sesuatu yang sangat penting karena kini era dimana setiap orang bisa berbicara dan didengar, serta semua orang akan saling memberikan informasi. Pemimpin yang kurang mampu dalam berkomunikasi dengan baik kepada massanya bukan pemimpin yang tepat untuk masa depan.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan untuk anak muda secara umumnya ke depan?

Pada intinya ada dua anak muda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan yang menciptakan perubahan. Di Indonesia, jarang ada untuk yang nomor dua. Kebanyakan demo saja, meminta pemerintah yang melakukan perubahan. Padahal kita juga bisa melakukan perubahan. Jangan pernah minder. Kita seharusnya malu karena pemuda kita dulu pada November 1945 di Surabaya, Jawa Timur berani menghadapi jumlah musuh yang banyak. Meski sudah tahu tidak akan menang, mereka tetap menyerang. Modal mereka adalah keyakinan dan semangat. Seharusnya itu yang menjadi modal kita juga. Kita bisa menciptakan perubahan melalui karya, dan itu harus kita lakukan. Kalau tidak sekarang kapan lagi, dan kalau bukan anak muda siapa lagi.