#01 - Nasionalisme

36
EPIK. Arh; “Sangkakala Jiwa Dalam Cerita” 01 NO. Agustus 2010. ] ] EPIK. Arh; (Nasionalisme.)

description

"Indonesia yang bukan hanya amanat para pendahulu, tapi juga titipan berjuta anak yang lahir kelak."

Transcript of #01 - Nasionalisme

Page 1: #01 - Nasionalisme

EPIK.Arh;“Sangkakala Jiwa Dalam Cerita”

01NO.Agustus 2010. ]]EPIK.Arh;

(Nasionalisme.)

Page 2: #01 - Nasionalisme

“Kita bersama-sama di sini,

untuk menegaskan kembali Indonesia tempat kita berdiri..”

“...Indonesia yang bukan hanya amanat para pendahulu,

tapi juga titipan berjuta anak yang akan lahir kelak.”

Seperti dikutip Bung Karno,

bagi sebuah bangsa yang berjuang, tak ada akhir perjalanan.”

kita bagian dari tanahair ini dan tanahair ini bagian dari hidup kita.”

Namun baik atau buruk keadaan kita,

.. sejarah tak berhenti, bahkan berjalan kian cepat.

Teknologi, pengetahuan ttg manusia + lingkungannya...berubah begitu tangkas”

sebelum jawaban buat persoalan lama ditemukan.”

...hingga persoalan baru timbul

“ ” .. Tak ada formula yang tunggal dan kekal bagi kini dan nanti.

dengan sumber-sumber kreatif yang beraneka.”

...Kita harus selalu bersedia mencoba cara yang berbeda,

Page 3: #01 - Nasionalisme

Epik bukan sekedar untaian kata

Ini adalah makna.

Sebuah cerita realita tentang buah pikir anak bangsa.

Usaha amalkan sebuah mahakarya seorang pewarta pencipta lagu bangsa.

Hanya untukmu, Indonesia.

***

“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”

Agustus 2010,

Tim Redaksi

Epik

Page 4: #01 - Nasionalisme
Page 5: #01 - Nasionalisme
Page 6: #01 - Nasionalisme
Page 7: #01 - Nasionalisme
Page 8: #01 - Nasionalisme

jangka panjang seperti pembangunan fasilitas-fasilitas publik daripada

program '1 waktu' yang hanya memberikan euforia dan existensi semata.

Sehingga sekarang banyak yang melihat SI adalah suatu alat yang dipuji

dari luar dan membentuk opini publik yang baik, namun kurang optimal

pada kontribusi sesungguhnya.

Disini kami ingin mengangkat problematika sosial dimana ada pihak yang

memiliki niat mulia diawal tentang kontribusinya pada suatu hal, namun

kontribusinya semakin klise dan bermakna eksplisit jika dilihat dari dalam.

SI adalah contoh organisasi yang menurut kami wacana awalnya sangat

baik dan mulia namun tidak sejalan dengan kondisi riil sekarang. Tidak

semua hal yang pembaca ketahui itu bagus terlihat dari luar, juga seperti

itu didalam. Sekarang pembentukan opini publik adalah modal utama dari

ketenaran. Siapa yang lebih bisa membentuk opini publik, dialah yang

lebih mendapatkan ketenaran. Karena itu, jangan mudah kagum dan

bangga akan sesuatu yang tampak bagus dari luar, cari tahu terlebih

dahulu apa yang mereka perbuat sebenarnya, barulah tentukan sikap.

Yang perlu diingat, dalam sebuah sistem organisasi, publik tidak akan

melihat keras atau beratnya sebuah sistem itu dijalankan, namun mereka

hanya melihat output apa yang keluar dari organisasi tersebut. Karena itu

silahkan anda menentukan apakah sikap itu bagus atau tidak. Kritik dan

saran adalah pembangun yang sempurna dan sekarang adalah saatnya

untuk membuktikan.

***

Satoe

Indonesia“Sebuah Contoh”

http://www.satoeindonesia.org/

ahasiswa adalah suatu jenjang pendidikan dimana kita

tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun Mkita juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada

masyarakat. Untuk itu SBM ITB mendirikan sebuah organisasi yang

bergerak di bidang sosial kemasyarakatan bernama Satoe Indonesia.

Satoe Indonesia (SI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan

oleh mahasiswa SBM ITB pada tahun 2006. Organisasi ini memiliki tujuan

untuk memberdayakan mahasiswa Indonesia untuk memimpin

masyarakat dalam menyebarkan nilai sosial dengan inti membantu

sesama. Dari tahun 2006 hingga sekarang SI memiliki beberapa program

pengembangan desa yang dipusatkan di desa Ciwidey, Jawa Barat.

Beberapa bentuk perwujudan bakti SI kepada masyarakat yang telah

direalisasikan salah satunya adalah pengadaan Mopin (Mobil Pintar).

Mopin merupakan sarana belajar yang akan berkeliling di beberapa desa

di Ciwidey dengan jadwal tertentu. Di dalam mobil ini terdapat koleksi

buku, komputer, education game, dan entertainment centre yang

digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat desa terutama

anak-anak. Program lain dari SI adalah Rumah Pintar (Rupin) yang

merupakan rumah pusat pendidikan dengan kurikulum dan program

tertentu. Rupin telah dibangun di 2 desa di Ciwidey yaitu desa Gambung

dan Papakmanggu dengan tujuan memberikan edukasi kepada anak-anak

setempat sehingga mendapatkan berbagai keterampilan dan

pengetahuan yang lebih luas lagi. SI juga memfasilitasi usaha kecil dan

menengah khususnya pada masyarakat remaja dan dewasa untuk

mendapatkan akses yang lebih baik ke sumber-sumber dana dan

pasar. Program yang telah dilakukan adalah pemberian beberapa

pelatihan seperti lokakarya bantuan untuk meningkatkan kemampuan

bisnis khususnya di bidang ternak ayam, kambing, yoghurt, alat tulis

kantor, dan berbagai rencana bisinis yang berpusat di Rupin. Tidak hanya

itu, SI juga memfasilitasi sektor swasta untuk mengelola program-

program khusus di bidang pengembangan masyarakat dengan

memberikan 'link distribusi' dan 'link pemasaran'.

Semua hal itu mengangkat nama SBM ITB sebagai pendiri organisasi

yang berhasil melakukan gebrakan baru dalam bentuk pergerakan

mahasiswa. 'Satoe Indonesia' mulai dikenal sebagai organisasi rintisan

mahasiswa yang tidak lagi anarkis dan omong kosong belaka, namun

langsung turun ke masyarakat sebagai bentuk social responsibility

dengan memberikan sumbangsih untuk pengembangan masyarakat desa.

Bahkan secara tidak langsung SI telah mengangkat derajat mahasiswa

SBM ITB dimata mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat umum

karena merupakan sebuah karya yang nyata. Karya yang mulia dan

membanggakan, karya yang mengangkat citra.

Namun setelah kurang lebih 4 tahun berjalan, mulai banyak pihak-pihak

yang mempertanyakan keberhasilan program-program SI. Setelah 4 tahun,

terasa kinerja dan efektifitas SI semakin lama semakin mandek dan

bahkan menurun. Perkembangan program pemberdayaan masyarakat

dengan tujuan memandirikan masyarakat desa bisa dibilang lambat

perkembangannya. Jika melihat kondisi Rupin dan Mopin secara riil,

sangat jauh dari harapan dan fungsinya yang seharusnya bisa lebih

dioptimalkan. Rupin yang kurang terawat seharusnya bisa menjadi pusat

pendidikan desa. Mopin yang lebih sering parkir daripada berkeliling juga

seolah hanya euforia semata dari awal pengadaannya SI. Berbagai bisnis

pernah dicoba, namun semuanya selalu jatuh bangun dan tidak kontinyu

karena berbagai masalah yang bersumber pada ketidak konsistenan

kinerja SI dalam membangun bisnis mandiri. Kegiatan kegiatan yang

sudah dilakukan pun berkutat pada kegiatan 'momentum' atau kegiatan

'1 waktu'. Acara pengobatan massal, nonton bola bareng warga desa, dan

kegiatan-kegiatan '1 waktu' seperti itu sangat disayangkan karena hanya

memberikan 1 euforia sesaat dan tidak berdampak positif pada

kemandirian desa di masa depan. Sangat jauh dari tujuannya yaitu

membuat desa mandiri, yang bahkan mulai terasa seperti proyek

memanjakan desa.

Beberapa waktu lalu, Bpk.presiden SBY sempat singgah di Rumah Pintar

Ciwidey didampingi oleh Ibu Yudhoyono yang merupakan anggota SIKIB

yang notabene adalah pencetus Rumah Pintar. Bpk.presiden memberikan

apresiasi yang baik kepada usaha dari para mahasiswa didalam SI untuk

memberikan sumbangsih dan bakti masyarakat desa yang real dan

menyentuh langsung ke kegiatan kegiatan masyarakat. Kunjungan ini

disatu sisi merupakan prestasi dari SI yang akan memberikan dorongan

moril kepada anggota SI dan masyarakat Ciwidey untuk bekerja lebih baik

lagi. Namun disisi lain kunjungan ini menimbulkan persepsi berbeda

untuk beberapa pihak. Seperti muatan politis dari kunjungan SBY. karena

yang perlu diingat, Mopin dan Rupin adalah program dari SIKIB

(Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) yang mungkin saja waktu itu

sedang mencari tempat untuk menyalurkan kepedulian sosial dari suatu

pihak. Di sisi lain, SI dan Ciwidey serta semua institusi yang akan 'dilihat

orang luar', tentunya hanya akan menunjukkan segala sisi positif mereka,

dengan segala cara, untuk membuat image yang baik. Kunjungan yang

juga merupakan salah satu kegiatan '1 waktu' menimbulkan pertanyaan.

Sebenarnya, apakah kunjungan SBY merupakan pencapaian dari prestasi

prestasi SI ataukah karena memang terdapat hubungan 'komensalisme-

opini publik' yang terjadi antara SI dan SIKIB?

Jika ingin berkaca sendiri, SI dan SBM ITB belum memberikan perubahan

yang berarti bagi masyarakat desa dalam 4 tahun ini dari apa yang

seharusnya mereka bisa lakukan. Seiring berjalannya waktu dirasakan

bahwa SI hanya sebagai perwujudan eksistensi dan euforia politis yang

berkembang di mata publik tidak sama dengan kondisi riil di lapangan.

Wacana 'mahasiswa turun langsung ke desa' seolah sebagai usaha yang

bagus dan mulia jika dilihat dari kacamata publik awam, namun bagi

beberapa pihak, SI belum menunjukkan kontribusinya secara optimal. Hal

tersebut dapat dilihat dari belum mandirinya desa binaan SI dikarenakan

program-program kerja yang dilakukan SI terlalu berorientasi pada

kegiatan jangka pendek atau kegiatan '1 waktu'. Semua sumber daya

yang dimiliki SI seharusnya bisa lebih menekankan kepada program

“...kita tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun kita

juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada masyarakat.”

Oleh Adryan Hafizh

Page 9: #01 - Nasionalisme

jangka panjang seperti pembangunan fasilitas-fasilitas publik daripada

program '1 waktu' yang hanya memberikan euforia dan existensi semata.

Sehingga sekarang banyak yang melihat SI adalah suatu alat yang dipuji

dari luar dan membentuk opini publik yang baik, namun kurang optimal

pada kontribusi sesungguhnya.

Disini kami ingin mengangkat problematika sosial dimana ada pihak yang

memiliki niat mulia diawal tentang kontribusinya pada suatu hal, namun

kontribusinya semakin klise dan bermakna eksplisit jika dilihat dari dalam.

SI adalah contoh organisasi yang menurut kami wacana awalnya sangat

baik dan mulia namun tidak sejalan dengan kondisi riil sekarang. Tidak

semua hal yang pembaca ketahui itu bagus terlihat dari luar, juga seperti

itu didalam. Sekarang pembentukan opini publik adalah modal utama dari

ketenaran. Siapa yang lebih bisa membentuk opini publik, dialah yang

lebih mendapatkan ketenaran. Karena itu, jangan mudah kagum dan

bangga akan sesuatu yang tampak bagus dari luar, cari tahu terlebih

dahulu apa yang mereka perbuat sebenarnya, barulah tentukan sikap.

Yang perlu diingat, dalam sebuah sistem organisasi, publik tidak akan

melihat keras atau beratnya sebuah sistem itu dijalankan, namun mereka

hanya melihat output apa yang keluar dari organisasi tersebut. Karena itu

silahkan anda menentukan apakah sikap itu bagus atau tidak. Kritik dan

saran adalah pembangun yang sempurna dan sekarang adalah saatnya

untuk membuktikan.

***

Satoe

Indonesia“Sebuah Contoh”

http://www.satoeindonesia.org/

ahasiswa adalah suatu jenjang pendidikan dimana kita

tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun Mkita juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada

masyarakat. Untuk itu SBM ITB mendirikan sebuah organisasi yang

bergerak di bidang sosial kemasyarakatan bernama Satoe Indonesia.

Satoe Indonesia (SI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan

oleh mahasiswa SBM ITB pada tahun 2006. Organisasi ini memiliki tujuan

untuk memberdayakan mahasiswa Indonesia untuk memimpin

masyarakat dalam menyebarkan nilai sosial dengan inti membantu

sesama. Dari tahun 2006 hingga sekarang SI memiliki beberapa program

pengembangan desa yang dipusatkan di desa Ciwidey, Jawa Barat.

Beberapa bentuk perwujudan bakti SI kepada masyarakat yang telah

direalisasikan salah satunya adalah pengadaan Mopin (Mobil Pintar).

Mopin merupakan sarana belajar yang akan berkeliling di beberapa desa

di Ciwidey dengan jadwal tertentu. Di dalam mobil ini terdapat koleksi

buku, komputer, education game, dan entertainment centre yang

digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat desa terutama

anak-anak. Program lain dari SI adalah Rumah Pintar (Rupin) yang

merupakan rumah pusat pendidikan dengan kurikulum dan program

tertentu. Rupin telah dibangun di 2 desa di Ciwidey yaitu desa Gambung

dan Papakmanggu dengan tujuan memberikan edukasi kepada anak-anak

setempat sehingga mendapatkan berbagai keterampilan dan

pengetahuan yang lebih luas lagi. SI juga memfasilitasi usaha kecil dan

menengah khususnya pada masyarakat remaja dan dewasa untuk

mendapatkan akses yang lebih baik ke sumber-sumber dana dan

pasar. Program yang telah dilakukan adalah pemberian beberapa

pelatihan seperti lokakarya bantuan untuk meningkatkan kemampuan

bisnis khususnya di bidang ternak ayam, kambing, yoghurt, alat tulis

kantor, dan berbagai rencana bisinis yang berpusat di Rupin. Tidak hanya

itu, SI juga memfasilitasi sektor swasta untuk mengelola program-

program khusus di bidang pengembangan masyarakat dengan

memberikan 'link distribusi' dan 'link pemasaran'.

Semua hal itu mengangkat nama SBM ITB sebagai pendiri organisasi

yang berhasil melakukan gebrakan baru dalam bentuk pergerakan

mahasiswa. 'Satoe Indonesia' mulai dikenal sebagai organisasi rintisan

mahasiswa yang tidak lagi anarkis dan omong kosong belaka, namun

langsung turun ke masyarakat sebagai bentuk social responsibility

dengan memberikan sumbangsih untuk pengembangan masyarakat desa.

Bahkan secara tidak langsung SI telah mengangkat derajat mahasiswa

SBM ITB dimata mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat umum

karena merupakan sebuah karya yang nyata. Karya yang mulia dan

membanggakan, karya yang mengangkat citra.

Namun setelah kurang lebih 4 tahun berjalan, mulai banyak pihak-pihak

yang mempertanyakan keberhasilan program-program SI. Setelah 4 tahun,

terasa kinerja dan efektifitas SI semakin lama semakin mandek dan

bahkan menurun. Perkembangan program pemberdayaan masyarakat

dengan tujuan memandirikan masyarakat desa bisa dibilang lambat

perkembangannya. Jika melihat kondisi Rupin dan Mopin secara riil,

sangat jauh dari harapan dan fungsinya yang seharusnya bisa lebih

dioptimalkan. Rupin yang kurang terawat seharusnya bisa menjadi pusat

pendidikan desa. Mopin yang lebih sering parkir daripada berkeliling juga

seolah hanya euforia semata dari awal pengadaannya SI. Berbagai bisnis

pernah dicoba, namun semuanya selalu jatuh bangun dan tidak kontinyu

karena berbagai masalah yang bersumber pada ketidak konsistenan

kinerja SI dalam membangun bisnis mandiri. Kegiatan kegiatan yang

sudah dilakukan pun berkutat pada kegiatan 'momentum' atau kegiatan

'1 waktu'. Acara pengobatan massal, nonton bola bareng warga desa, dan

kegiatan-kegiatan '1 waktu' seperti itu sangat disayangkan karena hanya

memberikan 1 euforia sesaat dan tidak berdampak positif pada

kemandirian desa di masa depan. Sangat jauh dari tujuannya yaitu

membuat desa mandiri, yang bahkan mulai terasa seperti proyek

memanjakan desa.

Beberapa waktu lalu, Bpk.presiden SBY sempat singgah di Rumah Pintar

Ciwidey didampingi oleh Ibu Yudhoyono yang merupakan anggota SIKIB

yang notabene adalah pencetus Rumah Pintar. Bpk.presiden memberikan

apresiasi yang baik kepada usaha dari para mahasiswa didalam SI untuk

memberikan sumbangsih dan bakti masyarakat desa yang real dan

menyentuh langsung ke kegiatan kegiatan masyarakat. Kunjungan ini

disatu sisi merupakan prestasi dari SI yang akan memberikan dorongan

moril kepada anggota SI dan masyarakat Ciwidey untuk bekerja lebih baik

lagi. Namun disisi lain kunjungan ini menimbulkan persepsi berbeda

untuk beberapa pihak. Seperti muatan politis dari kunjungan SBY. karena

yang perlu diingat, Mopin dan Rupin adalah program dari SIKIB

(Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) yang mungkin saja waktu itu

sedang mencari tempat untuk menyalurkan kepedulian sosial dari suatu

pihak. Di sisi lain, SI dan Ciwidey serta semua institusi yang akan 'dilihat

orang luar', tentunya hanya akan menunjukkan segala sisi positif mereka,

dengan segala cara, untuk membuat image yang baik. Kunjungan yang

juga merupakan salah satu kegiatan '1 waktu' menimbulkan pertanyaan.

Sebenarnya, apakah kunjungan SBY merupakan pencapaian dari prestasi

prestasi SI ataukah karena memang terdapat hubungan 'komensalisme-

opini publik' yang terjadi antara SI dan SIKIB?

Jika ingin berkaca sendiri, SI dan SBM ITB belum memberikan perubahan

yang berarti bagi masyarakat desa dalam 4 tahun ini dari apa yang

seharusnya mereka bisa lakukan. Seiring berjalannya waktu dirasakan

bahwa SI hanya sebagai perwujudan eksistensi dan euforia politis yang

berkembang di mata publik tidak sama dengan kondisi riil di lapangan.

Wacana 'mahasiswa turun langsung ke desa' seolah sebagai usaha yang

bagus dan mulia jika dilihat dari kacamata publik awam, namun bagi

beberapa pihak, SI belum menunjukkan kontribusinya secara optimal. Hal

tersebut dapat dilihat dari belum mandirinya desa binaan SI dikarenakan

program-program kerja yang dilakukan SI terlalu berorientasi pada

kegiatan jangka pendek atau kegiatan '1 waktu'. Semua sumber daya

yang dimiliki SI seharusnya bisa lebih menekankan kepada program

“...kita tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun kita

juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada masyarakat.”

Oleh Adryan Hafizh

Page 10: #01 - Nasionalisme
Page 11: #01 - Nasionalisme
Page 12: #01 - Nasionalisme

Ernesto  Che  Guevara,   seorang pahlawan evolusi Marxis Argentina  dan seorang pemimpin  gerilya Kuba 

yang berjuang melawan kediktatoran dalam pantomim busuk parlemen. Bekelana dengan sepeda motor 

untuk berkeliling negara Argentina untuk dapat bersentuhan dengan orang miskin dan sisa suku Indian. 

Rachel  Corrie,  seorang  aktivis  wanita  asal  Washington  yang  yang  berjuang  keras  membebaskan 

cengkraman  zionis  Israel  di  Gaza.  Meninggal  di  usia  23  tahun  dengan dilindas  buldozer  Israel  karena 

bersikukuh memasang  badan  saat  penggusuran  rumah  warga  Gaza  secara  paksa.  Jenderal  Sudirman, 

Panglima  Besar  perjuangan  Indonesisa  melawan  penjajahan  Belanda.  Penyakit  paru‐paru  yang 

menggerogoti tubuhnya  tidak menghilangkan semangat  juangnya untuk   memimpin perjuangan gerilya 

walaupun dengan cara ditandu. 

Che Guevara,  Rachel  Corrie,  dan  Jenderal Sudirman  yang berjuang di  tempat dan masa  yang  berbeda 

jauh ternyata memiliki  sebuah persamaan besar. Mereka berjuang sebagai “pemuda”. Menjadi seorang 

pahlawan  dan  tokoh  berperan,  ternyata  bisa  dimulai  kapanpun  tanpa  harus  menunggu  usia  kita 

mencapai  setengah  abad.  Mereka  telah  membuktikan  bahwa  peran,  pemikiran,  bahkan  tingat 

kedewasaan  mereka  telah  setara  dengan  tokoh‐tokoh  dunia  lainnya  seperti  Mahatma  Gandhi  atau 

Abraham Lincoln yang puncak perjuangannya di saat mereka telah berusia tua.

Beruntunglah “kita” termasuk dalam 63  juta jiwa “pemuda” negeri ini. Jumlah yang setara dengan 3  kali 

populasi Australia dan 15  kali populasi Singapura. Jumlah yang terlalu besar jika hanya  ingin berdiam diri 

dan  kekuatan  yang  terlalu  besar  jika  hanya  digunakan  untuk  menonton  televisi.  Diperlukan  sebuah 

wadah  khusus  untuk  menampung  potensi  dan  aspirasi  untuk  dikolaborasikan  menjadi  aksi  nyata 

membangun negeri.

IYCSaatnya Parlemen Muda Bersuara

Oleh Teuku Faris Riandi

Page 13: #01 - Nasionalisme

Alanda Kariza, seorang mahasiswi yang menjadi duta Indonesia untuk jaringan aktivis internasional  Global 

Changemakers  menyadari  belum  maksimalnya  peran  anak  muda  negeri  ini.  “Dengan  berpartisipasi  di 

berbagai konferensi dan forum diskusi pemuda tingkat internasional, saya mendengar berbagai cerita dari 

pemuda  dari  seluruh  dunia  mengenai  pemberdayaan  pemuda  di  negaranya  masing‐masing.  Mereka 

memiliki  wadah  untuk  didengar,  mulai  dari  forum  tahunan  maupun  parlemen  pemuda.  Saya  percaya 

bahwa pemuda Indonesia memiliki potensi besar untuk  itu. Suara pemuda harus didengar dan ditanggapi 

dengan serius,” ujar Alanda. 

Pemikiran  dan  keprihatinan  Alanda,  membuatnya  untuk  memprakarsai  Indonesian  Youth  Conference 

(IYC),  yang  telah diselenggarakan  1  –  4  Juli  lalu    .  Memiliki  tagline “saatnya  suara  kita  didengar”,  IYC 

adalah sebuah forum yang mempertemukan 33 pemuda  terpilih dari seluruh provinsi untuk bersuara dan 

meningkatkan  kepedulian mengenai  isu‐isu  nasional  dan  internasional.    IYC  juga  mengadakan  sebuah 

konferensi  nasional yang dibuka secara  umum  bagi seluruh pemuda  dengan melibatkan ahli profesional 

seperti  Sandiaga  Uno, Mira Lesmana, dan Dinopati  Djalal untuk membicarakan masalah‐masalah seperti 

lingkungan,  pendidikan,  politik,  seni,  dll.  Antusiasme  besar  tidak  hanya  datang  dari  kalangan  pemuda 

namun  juga  pemerintah. Prestasi  ini membuat  Indonesian Youth Conference sebagai konferensi  remaja 

nasional  pertama  di  Indonesia.  IYC  juga  berhasil menyelaraskan berbagai  pemikiran dan  corak  budaya 

anak bangsa untuk tidak hanya bersuara namun juga berperan untuk daerah dan lingkungannya.

Indonesia telah mencatat sejarah generasi muda  terdahulunya dengan tinta emas, Sumpah Pemuda 1928 

dan  Gerakan  Reformasi  1998.  “Perubahan  apa  yang  bisa  generasi  muda  kita  buat?”  Jadikan  kalimat 

tersebut bukan sebagai pertanyaan namun sebuah pembuktian.

Page 14: #01 - Nasionalisme

Politik VersiAnak Muda

Para mahasiswa delegasi Indonesia yang tim EPIK temui mengaku puas dan

mendapat pengetahuan sekaligus pengalaman politik yang sangat berharga. Dalam

sidang konferensi ini, seluruh delegasi benar-benar serius dalam membahas setiap

isu. Di akhir sidang, setiap komite diharuskan membuat working paper yang berisikan

kesimpulan sidang. Namun, working paper tersebut ternyata cukup sulit diwujudkan

karena setiap negara memiliki pendapat dan pandangan berbeda mengenai suatu

masalah. Apalagi, jika masalah tersebut sangat berbau politis contohnya isu nuklir

yang membuat sidang ini cukup panas. Timbul pandangan yang sangat berbeda dan

ekstrem antara delegasi USA, Iran, dan Korea Utara dimana mereka sangat sensitif

untuk masalah ini. Untuk itu para delegasi diharuskan melakukan lobbying untuk

menyatukan pendapat. Suasana tegang, serius dan atmosfir protokoler sangat kental

dalam kegiatan ini. Sehingga seluruh delegasi benar-benar tahu bagaimana suasana

sidang PBB yang sebenarnya.

Uniknya, agenda kegiatan ini tidak hanya berisikan aktifitas formal yang berbau politis

saja. Para panitia yang seluruhnya adalah anak muda juga mengadakan kegiatan fun

setiap malamnya. Cocktail Hour, merupakan malam kebudayaan dimana para

delegasi diharuskan memakai busana tradisional dan memamerkan sedikit

kebuadayaan khas mereka. Delegates Dance¸merupakan puncak kegiatan karena

acara ini diadakan tepat di malam terakhir. Seluruh delegasi akan berkumpul di

ballroom hotel dan berpesta ala amerika dengan hingar bingar musik dan dansa.

Saat ini HNMUN merupakan kegiatan PBB untuk pemuda dunia terbesar dan tertua

yang pernah diadakan. HNMUN sukses untuk membentuk pola pikir para mahasiswa

untuk mengerti apa politik itu sebenarnya dan bagaimana menyikapinya secara

dewasa. Dalam kegiatan ini mereka tidak hanya berdebat satu sama lain, namun

mereka juga berdiskusi bersama untuK memecahkan suatu isu. Di akhir sesi kegiatan

ini mereka juga membuat sebuah kesimpulan yang berisikan poin-poin jelas

mengenai solusi berbagai masalah yang pada akhirnya akan diberikan kepada PBB

pusat sebagai bahan pertimbangan. Nilai berharga yang para delegasi dapatkan

adalah mereka menyelesaikan berbagai macam masalah politik ini tidak lagi sebagai

individu setiap negara tapi mereka mengangkat satu bendera sebagai kesatuan

masyarakat dunia.

Pendidikan politik seperti inilah yang kita perlukan. Pendidikan yang asyik dan

berharga untuk bangsa. Dengan pendidikan seperti ini, kita akan lebih peduli dan

dewasa dalam menyikapi politik. Energi kita tidak akan sia-sia terbuang karena

demonstrasi-demonstrasi panjang. Semangat kita juga tidak akan habis karena pesta

dan hura-hura. Karena kita bisa buktikan dengan aksi nyata bahwa generasi muda

patut dan harus diperhitungkan untuk kemajuan peradaban dunia. Nama harum

Indonesia bagi putra-putri bangsa.

***

erdapat banyak pemuda kita yang mendewakan kata ini. Itu

terlihat karena keseharian mereka yang selalu disibukkan Toleh long march dan demonstrasi. Buku pelajaran yang

seharusnya melekat di tangan mereka berubah menjadi poster dan

spanduk politis berisi kritikan dan cacian kepada pemerintah.

Kampus yang seharusnya menjadi tempat mereka berkreasi justru

mereka tinggalkan, mereka lebih memilih jalanan untuk berekspresi.

Namun, tidak sedikit pula pemuda yang justru acuh dengan dunia

politik. Di benak mereka, politik hanyalah omong kosong belaka yang

bukan urusan mereka. Mereka sudah terlalu nyaman dengan

kehidupan metropolis yang penuh kesenangan dan hura-hura. Politik

hanyalah pekerjaan orang tua yang sama sekali tidak seru untuk

dibahas, apalagi terjun kedalamnya. Itulah keadaan kita, para

pemuda sekarang. Sebagian dari kita tidak tahu apa itu politik dan

sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.

Kita, anak muda, memerlukan informasi dan pendidikan yang dapat

mengajarkan bagaimana menyikapi politik dengan cara yang cool.

Untuk itu, saat ini PBB bekerjasama dengan berbagai universitas di

dunia membuat sebuah kegiatan internasional yaitu Model United

Nations. Beberapa universitas terbaik di dunia telah mengadakan

kegiatan ini sebagai event tahunan mereka, salah satunya adalah

HNMUN (Harvard National Model United Nations). HNMUN adalah

“Politik adalah sebuah kata yang diintepretasikan secara berbeda

oleh para pemuda kita.”

Oleh Teuku Faris Riandi

sebuah simulasi sidang PBB yang diikuti lebih dari 3000 mahasiswa

dari seluruh penjuru dunia. Dalam kegiatan ini para mahasiwa akan

mewakili negara mereka untuk menjadi delegasi sidang konferensi

PBB. Para panitia yang merupakan mahasiswa Harvard University

benar-benar mengadopsi prosedur sidang PBB yang asli sehingga

para mahasiswa akan dibagi ke dalam komite-komite khusus seperti

bidang pengembangan sosial, kesehatan, emansipasi wanita,

hingga bidang persenjataan militer. Di dalam sidang ini para

mahasiwa akan berdiplomasi, berdiskusi, bahkan berdebat

mengenai isu – isu internasional yang diangkat. Sebelum mengikuti

sidang simulasi PBB, para delegasi telah diberikan materi khusus

berisikan isu-isu politik yang harus dipelajari. Mereka juga diharuskan

untuk melakukan research untuk mencari informasi yang lebih detil

mengenai masalah dan solusi yang harus diberikan untuk isu-isu

tertentu. Materi dan research yang mereka lakukan membuat mereka

matang dalam menyikapi suatu isu. Kurang lebih 100 delegasi

mahasiwa yang berasal dari 6 universitas yaitu ITB, UI, UGM, UNPAD,

UNDIP, dan Universitas Parahyangan telah mewakili Indonesia untuk

mengikuti HNMUN ke 56 di Boston, USA pada februari 2010

kemarin.

“Sebagian dari kita tidak tahu apa itu

politik dan sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.”

Page 15: #01 - Nasionalisme

Politik VersiAnak Muda

Para mahasiswa delegasi Indonesia yang tim EPIK temui mengaku puas dan

mendapat pengetahuan sekaligus pengalaman politik yang sangat berharga. Dalam

sidang konferensi ini, seluruh delegasi benar-benar serius dalam membahas setiap

isu. Di akhir sidang, setiap komite diharuskan membuat working paper yang berisikan

kesimpulan sidang. Namun, working paper tersebut ternyata cukup sulit diwujudkan

karena setiap negara memiliki pendapat dan pandangan berbeda mengenai suatu

masalah. Apalagi, jika masalah tersebut sangat berbau politis contohnya isu nuklir

yang membuat sidang ini cukup panas. Timbul pandangan yang sangat berbeda dan

ekstrem antara delegasi USA, Iran, dan Korea Utara dimana mereka sangat sensitif

untuk masalah ini. Untuk itu para delegasi diharuskan melakukan lobbying untuk

menyatukan pendapat. Suasana tegang, serius dan atmosfir protokoler sangat kental

dalam kegiatan ini. Sehingga seluruh delegasi benar-benar tahu bagaimana suasana

sidang PBB yang sebenarnya.

Uniknya, agenda kegiatan ini tidak hanya berisikan aktifitas formal yang berbau politis

saja. Para panitia yang seluruhnya adalah anak muda juga mengadakan kegiatan fun

setiap malamnya. Cocktail Hour, merupakan malam kebudayaan dimana para

delegasi diharuskan memakai busana tradisional dan memamerkan sedikit

kebuadayaan khas mereka. Delegates Dance¸merupakan puncak kegiatan karena

acara ini diadakan tepat di malam terakhir. Seluruh delegasi akan berkumpul di

ballroom hotel dan berpesta ala amerika dengan hingar bingar musik dan dansa.

Saat ini HNMUN merupakan kegiatan PBB untuk pemuda dunia terbesar dan tertua

yang pernah diadakan. HNMUN sukses untuk membentuk pola pikir para mahasiswa

untuk mengerti apa politik itu sebenarnya dan bagaimana menyikapinya secara

dewasa. Dalam kegiatan ini mereka tidak hanya berdebat satu sama lain, namun

mereka juga berdiskusi bersama untuK memecahkan suatu isu. Di akhir sesi kegiatan

ini mereka juga membuat sebuah kesimpulan yang berisikan poin-poin jelas

mengenai solusi berbagai masalah yang pada akhirnya akan diberikan kepada PBB

pusat sebagai bahan pertimbangan. Nilai berharga yang para delegasi dapatkan

adalah mereka menyelesaikan berbagai macam masalah politik ini tidak lagi sebagai

individu setiap negara tapi mereka mengangkat satu bendera sebagai kesatuan

masyarakat dunia.

Pendidikan politik seperti inilah yang kita perlukan. Pendidikan yang asyik dan

berharga untuk bangsa. Dengan pendidikan seperti ini, kita akan lebih peduli dan

dewasa dalam menyikapi politik. Energi kita tidak akan sia-sia terbuang karena

demonstrasi-demonstrasi panjang. Semangat kita juga tidak akan habis karena pesta

dan hura-hura. Karena kita bisa buktikan dengan aksi nyata bahwa generasi muda

patut dan harus diperhitungkan untuk kemajuan peradaban dunia. Nama harum

Indonesia bagi putra-putri bangsa.

***

erdapat banyak pemuda kita yang mendewakan kata ini. Itu

terlihat karena keseharian mereka yang selalu disibukkan Toleh long march dan demonstrasi. Buku pelajaran yang

seharusnya melekat di tangan mereka berubah menjadi poster dan

spanduk politis berisi kritikan dan cacian kepada pemerintah.

Kampus yang seharusnya menjadi tempat mereka berkreasi justru

mereka tinggalkan, mereka lebih memilih jalanan untuk berekspresi.

Namun, tidak sedikit pula pemuda yang justru acuh dengan dunia

politik. Di benak mereka, politik hanyalah omong kosong belaka yang

bukan urusan mereka. Mereka sudah terlalu nyaman dengan

kehidupan metropolis yang penuh kesenangan dan hura-hura. Politik

hanyalah pekerjaan orang tua yang sama sekali tidak seru untuk

dibahas, apalagi terjun kedalamnya. Itulah keadaan kita, para

pemuda sekarang. Sebagian dari kita tidak tahu apa itu politik dan

sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.

Kita, anak muda, memerlukan informasi dan pendidikan yang dapat

mengajarkan bagaimana menyikapi politik dengan cara yang cool.

Untuk itu, saat ini PBB bekerjasama dengan berbagai universitas di

dunia membuat sebuah kegiatan internasional yaitu Model United

Nations. Beberapa universitas terbaik di dunia telah mengadakan

kegiatan ini sebagai event tahunan mereka, salah satunya adalah

HNMUN (Harvard National Model United Nations). HNMUN adalah

“Politik adalah sebuah kata yang diintepretasikan secara berbeda

oleh para pemuda kita.”

Oleh Teuku Faris Riandi

sebuah simulasi sidang PBB yang diikuti lebih dari 3000 mahasiswa

dari seluruh penjuru dunia. Dalam kegiatan ini para mahasiwa akan

mewakili negara mereka untuk menjadi delegasi sidang konferensi

PBB. Para panitia yang merupakan mahasiswa Harvard University

benar-benar mengadopsi prosedur sidang PBB yang asli sehingga

para mahasiswa akan dibagi ke dalam komite-komite khusus seperti

bidang pengembangan sosial, kesehatan, emansipasi wanita,

hingga bidang persenjataan militer. Di dalam sidang ini para

mahasiwa akan berdiplomasi, berdiskusi, bahkan berdebat

mengenai isu – isu internasional yang diangkat. Sebelum mengikuti

sidang simulasi PBB, para delegasi telah diberikan materi khusus

berisikan isu-isu politik yang harus dipelajari. Mereka juga diharuskan

untuk melakukan research untuk mencari informasi yang lebih detil

mengenai masalah dan solusi yang harus diberikan untuk isu-isu

tertentu. Materi dan research yang mereka lakukan membuat mereka

matang dalam menyikapi suatu isu. Kurang lebih 100 delegasi

mahasiwa yang berasal dari 6 universitas yaitu ITB, UI, UGM, UNPAD,

UNDIP, dan Universitas Parahyangan telah mewakili Indonesia untuk

mengikuti HNMUN ke 56 di Boston, USA pada februari 2010

kemarin.

“Sebagian dari kita tidak tahu apa itu

politik dan sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.”

Page 16: #01 - Nasionalisme
Page 17: #01 - Nasionalisme
Page 18: #01 - Nasionalisme
Page 19: #01 - Nasionalisme

Nasional-is-meOleh Tri Adi Pasha

“Jangan padamkan semangat nasionalisme karena nasional–is–me.”

sangat kompleks. Lingkungan yang akan terus

berubah seiring dengan majunya pemikiran-

pemikiran manusia. Pemikiran yang

terakumulasi hingga timbul suatu peradaban.

Kita coba ambil contoh yang cukup sederhana,

Blackberry. Blackberry adalah salah satu bentuk

budaya yang sedang hangat di waktu ini. Nilai

budayanya adalah komunikasi, kebutuhan yang

ingin dipenuhi adalah kebutuhan sosial. Dengan

kondisi lingkungan yang semakin canggih,

tenggat waktu semakin mengikat, kebutuhan

komunikasi semakin tinggi, Blackberry

menawarkan sebuah solusi dalam berinteraksi.

Blackberry lebih diminati ketimbang bentuk

budaya yang lain (alat komunikasi lain – red)

karena lebih pas dengan kondisi lingkungan yang

terjadi.

Begitulah kondisi kalimat Pandji, kalimat

tersebut tetap mempertahankan nilai budaya

yang ingin dilestarikan namun bentuknya

disesuaian dengan kondisi lingkungan yang ada.

Jadi, cukup lucu apabila banyak yang berkata

'Lestarikan Budaya'. Jika ingin melestarikan

budaya, tinggal lestarikan saja otak para

manusia. Kurung saja otaknya biar tidak

digunakan. Mereka lupa bahwa manusia akan

terus berpikir. Bentuk budaya akan terus

berubah. Itu semua adalah hal yang wajar dalam

progresi hidup manusia. Bentuk budaya adalah

aplikasi nilai sebagai bentuk interpretasi

lingkungan. Lingkungan akan terus berubah

seiring manusia berpikir.

Jadi, sangat lumrah apabila bentuk dari nilai

nasionalisme yang kini kerap diusung kian

berubah. Hal yang idealis – salah satu kebutuhan

psikologis manusia – tetap perlu penyesuaian

dengan kondisi lingkungan yang ada, bila tidak,

tidak akan ditanggapi sama sekali oleh

lingkungan. Terkadang memang bentuk budaya

yang hadir kerap mengikis takaran idealis dari

nasionalisme yang ada. Hal itu tidak dapat kita

pungkiri. Suatu hal yang sangat wajar. Apabila

arah dari nasionalisme yang berkurang

mengarah pada globalisme perdamaian dunia,

itu hal yang sangat luar biasa. Sangat pas dengan

kalimat pembukaan UUD 45 kebanggaan

bangsa, penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan. Namun, itu akan lain cerita, apabila

nasionalisme kita yang berkurang malah

menjadi celah untuk disusupi kembali oleh

antek-antek asing untuk melakukan

penghisapan sumber daya Indonesia, itu hal

yang kurang ajar. Di kala itu kita harus bangkit.

Bersatu di bawah tumpah darah. Kemerdekaan

adalah hak segala bangsa.

Jika ingin bercermin pada kondisi saat ini,

walaupun kita merdeka tapi kita belum cukup

perkasa melawan para penguasa dunia. Jadi ayo,

kita bersama saling peka antar saudara satu

bangsa. Tukang soto, pedagang ekspor, pemasok

impor, guru, tentara, dan segala elemen

Indonesia, mari kita bersama majukan bangsa

bukan malah membuatnya binasa. Inilah

saatnya sekali lagi kita teriakkan satu kata :

Merdeka!

***

ebuah kata yang cukup lucu, kata yang

menjadi judul buku karya Pandji SPragiwaksono. Sebuah kata bentuk

penegasan agar rasa nasionalisme dimiliki oleh

tiap individu. Sadarkah bahwa penyampaian

pesan tersebut dilakukan dalam campuran

antara Bahasa Persatuan dan Bahasa Inggris.

Pesan peningkatkan rasa nasionalisme tapi

disampaikan dalam cara yang kontras – cara

yang sama sekali tidak nasionalisme. Tentu hal

ini sangat berlawanan dengan makna

nasionalisme itu sendiri tapi inilah progresi

manusia. Terjadinya pergeseran antara nilai dan

bentuk budaya.

Semua orang saat ini selalu ingin menggembar-

gemborkan mengenai nasionalisme dengan

cara yang cukup sama dengan cara masa lalu,

cara yang kolot. Cara ini tentu tidak akan

berdampak banyak. Coba kita lihat dengan cara

Pandji, dia tetap menjaga nilai budaya –

nasionalisme—tetapi dia sampaikan dengan

cara yang lebih mengena, melalui pemenggalan

kata dan dengan cara penyampaian Bahasa

Inggris. Mengapa cara Pandji lebih mengena?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin

mencoba memaparkan beberapa hal mengenai

nilai dan budaya.

Budaya adalah bentuk aplikasi nilai, sebagai hasil

interpretasi manusia terhadap lingkungan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar

manusia. Kebutuhan yang menjadi poin disini,

tentu adalah kebutuhan hakiki seorang insan

manusia yaitu, sosial, biologi, psikologi.

Lingkungan pada konteks ini pun sudah barang

tentu lingkungan kehidupan manusia yang

Page 20: #01 - Nasionalisme
Page 21: #01 - Nasionalisme
Page 22: #01 - Nasionalisme

Twit  ini  saya  mulai  dengan  satu  kalimat  “Saya  kuliah  di Institut  Teknologi  Bandung,  dengan  jurusan  Manajemen.”, kalimat  kedua  adalah “Teknologi  shrsnya  beradaptasi dengan    manusia,  bukan  manuasia  beradaptasi dengan teknologi.”

1.  Institut  adalah  istilah bagi perguruan tinggi yang mewadahi satu rumpun  ilmu.  ITB,  adalah  Institut  yang  mewadahi  rumpun  ilmu teknologi.

2.  Jadi semua bidang yang  ada  di ITB harusnya  teknologi? Bagaimana dgn  SBM  &  FSRD?  Harusnya  mreka  bukan  ITB,  tapi  mungkin  ada tujuannya.

3.  Teknologi  adalah  seperangkat  alat  guna memudahkan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Misal, bajak sawah bagi petani.

4.  Cth  lain mslnya  twitter,  dan alat peramal  cuaca  adlh  teknologi.  Tp kenapa alat peramal cuaca tidak semeledak twitter? Tidak humanis.

5. Apakah ad yg pernah bertanya? Kenapa sih katanya 

ITB sering mengadakan acara pameran inovasi 

teknologi, tp adakah produknya dipasar? 

dimasyarakat?

6.  Teknologi  yang  dihasilkan  sebagian  besar masih  tidak  bersifat  humanis.  Hanya  sekedar inovasi tanpa motivasi. Sebuah aksi tanpa solusi.

7. Apa maksudnya humanis? Intinya dekat dengan segala  kegiatan  kemanusiaan.  Suatu  temuan  yg dibutuhkan.  Sebuah  aksi  dengan  tawaran solusi.

8.  Ya,  hanya  sesimpel  itu.  Mau  contoh  yang gampang? Twitter adalah sebuah teknologi yang sangat humanis.

9.  Twitter,  mengambil  yang  essensial  dari facebook.  Status.  Itulah  yang  menjadi  sumber informasi utama.

10.  Contoh  yang  tidak  humanis?  Ingat  IBM? awalnya IBM bangga akan inovasi. Sygnya produk mrk  hanya  mengandalkan  kehebatan,  bukan kebutuhan.

11. Kembali ke ITB, FSRD dan SBM pntas brnaung di bwh pyung ITB, bkn Universitas Bandung.  Bukan sekedar pantas, tp memang dibutuhkan.

12.  Dengan  perkembangan  humanitas  secepat  saat ini.  Peran  FSRD  bukan  mendesain  kerjaan  anak teknik. Itu adalah pemikiran yang salah besar!

13.  Pun  begitu  SBM.  SBM  bukan  untuk  menjual barang  teknik.  Sebagai  anak  SBM,  sy  lbh  rela  jual pisang goreng drpd menjual inovasi tnp solusi.

14. Dengan setting kurikulum seperti sekarang, SBM dan  FSRD  justru menjadi  ujung tombak  dalam  segi humanitas. Pencarian sisi kemanusiaan.

16.  Tapi  tidak  menutup  kemungkinan  jika  anak  teknik  memang berinovasi  yg  bersolusi.  Asal  sering  interaksi,  bukan  malah keranjingan meneliti.

17.  Mengapa  harus  seperti  itu sih? Karena  kita  hidup  dalam  ekonomi. Sebuah syarat mati yang hakiki 

18.  Itulah  langkah,  agar  manusia  tidak  berusaha  mengadaptasi teknologi. Justru teknologi harus beradaptasi dgn kebutuhan manusia.

Jadi sebagai salam perpisahan, “Kuliahlah biar pinter, bukan biar lulus cumlaude!”

15. SBM dan FSRD sudah sepatutnya mengerti mengenai “Need”, “Wants”, “Demand”.  Karena  itu  titik  akhir dari pendekatan sisi humanitas.

follow @azuzubulahtap

Page 23: #01 - Nasionalisme

Tembikar YangBerubah

2

Oleh Sutansyah Bangku taman yang selalu kududuki itu sekarang telah penuh karat, namun yang mungkin kurasakan bukanlah hanya sekedar besi yang mencoklat itu, tapi setiap detik yang terjadi selama aku pernah mendudukinya Taman ini letaknya tepat di depan gang rumahku. Bukan taman yang elit, juga bukan taman bermain modern. Taman ini sekarang justru dilestarikan sebagai taman yang ‘klasik’. Semua bagian taman ini tetap seperti sedia kala, hijau, tanpa tersentuh teknologi. Hanya satu bagian dari taman ini yang diubah, lambang pandangan masyarakat sekarang kata mereka Ada kalanya dimana taman ini adalah tempat yang berkonstruksikan modern, namun semua modernisme itu akhirnya digerogoti putaran waktu. Tapi perasaan akan sebuah ingatan tidak pernah bisa dikalahkan oleh waktu. Aku masih tetap ingat, ketika 40 tahun yang lalu, aku mengata-kan sesuatu pada dirinya, dan ia menangis tersedu mendengar kata kataku. Tentu aku kaget, mendengar isak tangisnya yang begitu dalam. Aku pun begitu bingung, melihat reaksinya yang tak seperti aku harapkan, dalam hatiku, rasanya kuingin tetap diam, menunggu ia puas meneteskan air matanya. Namun ketika kulihat sekeliling, kusadar orang orang sekitar melihatku dengan tatapan tajam, seolah bertanya pria macam apa yang berani melukai wanita secantik itu.

Tatapan tajam itu sebenarnya bukan kekhawatiran utamaku, karena yang begitu berat kurasa-kan, adalah suara tangisnya yang lembut dan seolah ia tahan. Maka di tengah tengah kebingungan ini ku pengang tangannya, dan kucoba menunduk melihat wajahnya yang ia turunkan kebawah. Aku melihat senyum, senyum yang begitu manis namun dibasahi air matanya, air mata tanda haru dari dirinya. Maka kuangkat tinggi tinggi dirinya, kupeluk dia lebih erat dari sebelumnya.

Ia yang sekarang menjadi istriku, di hari aku memintanya untuk menikah denganku.

“Tembikar yang berubah, dunia yang berkata”

1

Benda yang sekarang tak ada lagi di taman itu pun menjadi saksi, di hari yang begitu kuingat, dan berhasil mengubah hidupku. Aku duduk di bangku panjang yang belum berkarat pada waktu itu, bersama ia yang masih tetap kucintai, tanpa kurang sedikitpun. Ada kesedihan pada masa itu, tapi kami menunggu harapan, harapan akan masa depan, harapan akan warna hidup kami, dan harapan itu datang dalam sebuah deringan telepon genggam. Ia melihat nomor di layar telepon yang telah ditandai dengan sebuah nama. Kulihat matanya terbelalak, lalu spontan menyerahkan telepon itu padaku. Aku terdiam sejenak, menatap matanya yang penuh ketakutan, lalu memandangi layar telepon yang bercahaya hijau. Berkelip kelip, seolah menggambarkan potret masa depan kami saat itu, bergantian padam dan menyala dalam tempo yang cepat, tak tentu bentuknya. Dan di masa seperti itu, perasaanku meneriak-kan keberanian.

Kuangkat telepon itu, kudengar setiap kata dari sisi lain teleponku, lalu kupencet tombol tutup berwarna merah. Yang kuingat setelah itu, adalah kami berdua menari di bawah pohon besar, lalu menceburkan diri ke kolam taman yang kotor, namun kami tetap tertawa di tengah tengah siraman air mancur kecoklatan itu.

Kami, yang telah lama divonis tak mampu menghasilkan buah hati, telah dikaruniai anak malam itu

Benda yang sekarang digantikan benda baru itu pun kembali menatap kami, ketika kami sekarang menunggu orang yang paling berharga bagi kami. Karat di kursi ini sekarang kian menjalar, namun masih cukup kuat untuk menahan berat badan dua lansia yang berharap cemas. Bukan telepon genggam yang sekarang kami lihat, namun sebuah laptop dan lambang koneksi berkedip di ujung layarnya. Berkali kali kutekan tombol ‘refresh’ dan mencoba membuka program yang telah diajarkan olehnya. Beberapa menit kami menunggu, lalu terbuka sebuah layar, dan aku bisa melihat wajahnya, wajah tampan putra angkat kami.

‘ayaaahhh’, ia berteriak gembira dengan senyumnya. aku tak kuasa menahan air mata. Kami amat khawatir, dan senyum di wajahnya berarti begitu banyak bagi kami. Kami mengobrol cukup lama, setengah takjub pada teknologi ini. ‘ini namanya video call ayah, mulai sekarang ayah bisa hubungi eri setiap hari, dan ngobrol langsung kayak gini’. Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya ucapan terima kasih yang mampu keluar. Melihat anak tunggal kami yang mengejar mimpi, dan setiap hari semakin dekat dengan impiannya. Ada rasa bahagia, namun ada juga kehilangan. Akankah ia mengingat kami ketika ia berhasil meraih apa yang ia mau?

Page 24: #01 - Nasionalisme

Tembikar YangBerubah

2

Oleh Sutansyah Bangku taman yang selalu kududuki itu sekarang telah penuh karat, namun yang mungkin kurasakan bukanlah hanya sekedar besi yang mencoklat itu, tapi setiap detik yang terjadi selama aku pernah mendudukinya Taman ini letaknya tepat di depan gang rumahku. Bukan taman yang elit, juga bukan taman bermain modern. Taman ini sekarang justru dilestarikan sebagai taman yang ‘klasik’. Semua bagian taman ini tetap seperti sedia kala, hijau, tanpa tersentuh teknologi. Hanya satu bagian dari taman ini yang diubah, lambang pandangan masyarakat sekarang kata mereka Ada kalanya dimana taman ini adalah tempat yang berkonstruksikan modern, namun semua modernisme itu akhirnya digerogoti putaran waktu. Tapi perasaan akan sebuah ingatan tidak pernah bisa dikalahkan oleh waktu. Aku masih tetap ingat, ketika 40 tahun yang lalu, aku mengata-kan sesuatu pada dirinya, dan ia menangis tersedu mendengar kata kataku. Tentu aku kaget, mendengar isak tangisnya yang begitu dalam. Aku pun begitu bingung, melihat reaksinya yang tak seperti aku harapkan, dalam hatiku, rasanya kuingin tetap diam, menunggu ia puas meneteskan air matanya. Namun ketika kulihat sekeliling, kusadar orang orang sekitar melihatku dengan tatapan tajam, seolah bertanya pria macam apa yang berani melukai wanita secantik itu.

Tatapan tajam itu sebenarnya bukan kekhawatiran utamaku, karena yang begitu berat kurasa-kan, adalah suara tangisnya yang lembut dan seolah ia tahan. Maka di tengah tengah kebingungan ini ku pengang tangannya, dan kucoba menunduk melihat wajahnya yang ia turunkan kebawah. Aku melihat senyum, senyum yang begitu manis namun dibasahi air matanya, air mata tanda haru dari dirinya. Maka kuangkat tinggi tinggi dirinya, kupeluk dia lebih erat dari sebelumnya.

Ia yang sekarang menjadi istriku, di hari aku memintanya untuk menikah denganku.

“Tembikar yang berubah, dunia yang berkata”

1

Benda yang sekarang tak ada lagi di taman itu pun menjadi saksi, di hari yang begitu kuingat, dan berhasil mengubah hidupku. Aku duduk di bangku panjang yang belum berkarat pada waktu itu, bersama ia yang masih tetap kucintai, tanpa kurang sedikitpun. Ada kesedihan pada masa itu, tapi kami menunggu harapan, harapan akan masa depan, harapan akan warna hidup kami, dan harapan itu datang dalam sebuah deringan telepon genggam. Ia melihat nomor di layar telepon yang telah ditandai dengan sebuah nama. Kulihat matanya terbelalak, lalu spontan menyerahkan telepon itu padaku. Aku terdiam sejenak, menatap matanya yang penuh ketakutan, lalu memandangi layar telepon yang bercahaya hijau. Berkelip kelip, seolah menggambarkan potret masa depan kami saat itu, bergantian padam dan menyala dalam tempo yang cepat, tak tentu bentuknya. Dan di masa seperti itu, perasaanku meneriak-kan keberanian.

Kuangkat telepon itu, kudengar setiap kata dari sisi lain teleponku, lalu kupencet tombol tutup berwarna merah. Yang kuingat setelah itu, adalah kami berdua menari di bawah pohon besar, lalu menceburkan diri ke kolam taman yang kotor, namun kami tetap tertawa di tengah tengah siraman air mancur kecoklatan itu.

Kami, yang telah lama divonis tak mampu menghasilkan buah hati, telah dikaruniai anak malam itu

Benda yang sekarang digantikan benda baru itu pun kembali menatap kami, ketika kami sekarang menunggu orang yang paling berharga bagi kami. Karat di kursi ini sekarang kian menjalar, namun masih cukup kuat untuk menahan berat badan dua lansia yang berharap cemas. Bukan telepon genggam yang sekarang kami lihat, namun sebuah laptop dan lambang koneksi berkedip di ujung layarnya. Berkali kali kutekan tombol ‘refresh’ dan mencoba membuka program yang telah diajarkan olehnya. Beberapa menit kami menunggu, lalu terbuka sebuah layar, dan aku bisa melihat wajahnya, wajah tampan putra angkat kami.

‘ayaaahhh’, ia berteriak gembira dengan senyumnya. aku tak kuasa menahan air mata. Kami amat khawatir, dan senyum di wajahnya berarti begitu banyak bagi kami. Kami mengobrol cukup lama, setengah takjub pada teknologi ini. ‘ini namanya video call ayah, mulai sekarang ayah bisa hubungi eri setiap hari, dan ngobrol langsung kayak gini’. Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya ucapan terima kasih yang mampu keluar. Melihat anak tunggal kami yang mengejar mimpi, dan setiap hari semakin dekat dengan impiannya. Ada rasa bahagia, namun ada juga kehilangan. Akankah ia mengingat kami ketika ia berhasil meraih apa yang ia mau?

Page 25: #01 - Nasionalisme

Benda itu telah melihat lebih banyak lagi bagian hidup kami, saksi bisu yang sekarang telah diubah, demi kesesuaian pandangan masyarakat. Kali ini aku hanya duduk sendiri, ditemani lagu yang kuputar dari radio portabel kuning oval, yang biasanya selalu ia bawa kemanapun ia pergi. ‘Fill my heart with song… and let me sing for ever more…’ lagu favoritnya secara tidak sengaja dimainkan, aku pun teringat saat pertama ia berkata bahwa ia sangat menyukai lagu ini. senyumnya begitu manis, betapa ku ingin menci-umnya. ‘You are all I long for, all I worship, and adore…’ Tapi aku tak mau merusak senyum itu, maka kukecup dahinya, dan ia tertawa kecil. Tawa yang sekarang terus terulang dan terulang di benakkku, menjadikan alunan lagu ini seolah berjalan diiringi oleh tawanya. ‘In other words… please be true…’. Lagi lagi air mata berlarian menyeruak. namun air mata kali ini berbeda. tak ada rasa haru di tiap tetesnya. ‘In other words… I love you…’ ia selalu berkata ini adalah bagian favoritnya. kejujuran. Itulah yang selalu ia rasa-kan dan menjadi alasan mengapa ia menyukai bagian ini. namun kata kata maupun nyanyian itu tak dapat lagi kudengar, hanya akan terucap dalam angan, wujud potongan ingatan dalam pikiran. karena sekarang ia telah tiada. Di bangku taman itu aku duduk, bukan diantara kerumunan kerabat yang juga meneteskan airmata, bukan di samping tempat peristirahatan terakhir istriku.

Tapi di bangku taman itu, istriku yang amat kucintai, telah meninggalkanku lebih dulu.

Kehidupanku berjalan di depan sepasang mata itu, mata yang sudah tak lagi menatap dengan sama, meski mata itu bukanlah mata manusia. Hanya sebuah benda, namun itu adalah simbol dari wajah masyarakat kami. Patung yang berdiri tegak tanpa pakaian, gambaran kesempurnaan fisik seorang manusia. Ada kalanya masyarakat berpikir bahwa begitulah figur manusia yang seharusnya, kondisi prima tubuh seorang pria, yang otot-otonya terbentuk dengan imbang, dan keindahan tubuhnya tak diragukan. Bahwa semua manusia seharusnya sempurna bak replika patung Daud itu.

Namun apa itu sebenarnya wajah kesempur-naan? Setelah 110 tahun taman ini dibangun, setelah karat itu telah memenuhi seluruh bagian kursi taman yang kududuki. setelah taman ini dilestarikan dan dianggap sebagai wajah klasik sebuah kota, justru satu satunya benda yang masyarakat tolak adalah patung indah itu.

Tak ada yang sempurna dari hidupku, begitu juga orang orang tercintaku, namun aku selalu tersenyum setiap kali mengingatnya, dan aku sadar, bahwa nilai suatu kejadian, jauh melebihi bentuk fisik apapun di dalamnya.

Sekarang benda itu telah digantikan, dengan patung seorang kakek, yang tak lagi memiliki otot, dengan perut buncit, dan punggung yang mem-bungkuk. Pandangan masyarakat yang berubah, mereka yang mulai menyadari, bahwa lambang kesempurnaan adalah perasaan bahagia, perasaan bangga, serta senyum ketika melihat apa yang telah kita dapat di masa lampau. Inilah taman klasik, simbol penghargaan bagi ingatan masa lampau, juga penghargaan kesempurnaan bagi mereka yang percaya bahwa kata ‘sempurna’ sama sekali tidak dapat digambarkan oleh bentuk fisik, namun kebahagiaan dan rasa percaya di dalam hati. Karena itulah, di wajah kakek bungkuk renta itu, terpahat sebuah senyum indah. Senyum yang memancarkan seluruh kebahagiaan, meski ia tak lagi muda

Kali ini, dengan seorang saksi bisu yang baru, aku duduk di bangku penuh karat itu, melihat kolam yang tak lagi kotor, ditemani pohon yang sekarang begitu besar. Kemudian kututup laptop ini, dengan perasaan bangga karena putraku sekarang telah menjadi orang besar, itu yang kutangkap dari kata katanya di video call tadi. Sekarang semua begitu damai, taman ini telah mengerti apa yang ada di pikiranku, dan menyam-paikannya dengan baik pada masyarakat. Maka aku menyandarkan diriku di bangku, menggengam erat tongkat kayu ku, dan bersiap menemui dirinya.

Fin3

Page 26: #01 - Nasionalisme

Clothes MakeThe Man

2

oleh Faza AdigunoCara paling mudah untuk mengidentifikasi gaya hidup, demografi, tingkat pendidikan serta status ekonomi seseorang adalah dengan melihat, serta menilai cara dia berpakaian. Clothes make the man. Sebuah kalimat pendek, terkesan arogan (bahkan disaat tertentu, kejam) namun painfully, benar.

j

Kemeja Oxford berwarna putih, dikalungi dasi berwarna merah atau terkadang hitam, dan dibaluti oleh Mantel Tweed berwarna beige, yang somehow goes well dengan peci hitam dan tongkat kenegaraan, memberi kesan “jantan” yang proporsional (bukan jantan seperti Goliath, namun jantan yang ter-compress).

Namun untungnya, situasi ini sudah mulai berubah. Dengan meningkatnya jumlah label paka-ian lokal yang berbasis Youth Culture di Kota-kota besar di Indonesia, angkatan muda negeri ini mulai belajar kembali cara berpakaian yang baik dan benar, enak dilihat serta yang paling penting, proporsional dan terkoordinasi dengan baik.

Aliansi vertical dua arah antara pekerja kreatif di Bandung dan Jakarta mulai membuahkan hasil nyata. Hal ini ditandai dengan membaiknya kualitas label pakaian local yang tadinya terkesan selengean, sekarang sudah mulai tumbuh dan membuat pakaian yang memiliki kesan lebih dewasa.

Di Jakarta, setiap 3-4 bulan sekali digelar sebuah acara yang memperkenalkan tendensi baru industri apparel lokal kita. Acara tersebut dinamakan BrightSpot, dan diadakan atas kesadaran kolektif para pekerja kreatif di Jakarta dan Bandung, dan setiap merek yang ingin masuk ke acara tersebut dikurasi dengan ketat untuk mengantisipasi degradasi kualitas.

Intinya, Indonesia sedang berada di ruang ganti, bersiap mengikat sepatu oxfordnya menuju versi Indonesia yang lebih elegan.

Di kota-kota besar di Indonesia, yang sering kali kita lihat menempel ditubuh remaja serta orang dewasa-muda di jalanan adalah sebuah hibrida dari gaya hidup menengah, clothing label (saya juga heran kenapa mereka berani mena-makan diri mereka sendiri clothing label ) berkualitas rendah dengan desain yang medio-cre, ditambah pula dengan selera berpakaian yang tidak sinergis, tidak mempedulikan potongan, serta koordinasi warna yang buruk.

Sebuah hal yang sangat disayangkan namun harus diakui, Indonesia adalah salah-satu bangsa yang paling buruk di wilayah Asia Tenggara ketika mereka harus mengapresiasi estetika modern, baik desain bangunan, produk, musik, dan dalam hal ini, fashion.

Menurut saya, hal ini buruk dan tidak boleh dibiarkan bergulir ke generasi selanjutnya. Indonesia dahulu dikenal sebagai produsen kain tradisional premium terbaik di wilayah Asia (selain Cina) dan bangsa kita memiliki selera berpakaian yang menurut hemat saya, cukup baik.

Dapat diukur dari cara berpakaian Bapak Bangsa kita, Ir. Soekarno. Ir. Soekarno dimasa kepresidenannya selalu tampil didepan umum dengan sebuah gambaran yang sangat luar biasa. Beliau selalu terlihat gagah, superior, cerdas, dan bahkan terkadang dapat terlihat sedikit intimidatif apabila beliau sedang dalam kunjungan kenegaraan, membuat siapapun yang bertemu dengannya segan serta melihat citra Indonesia yang “perkasa”.

“Clothes make the man. Naked people have little

or no influence on society.”Mark Twain

US humorist, novelist, short story author, & wit �1835 � 1910�

“Supaya disegani dan ditakuti orang�orang bangsat negeri ini,

seharusnya Pak Susilo berpakaian seperti Ir. Soekarno.”

Page 27: #01 - Nasionalisme

Clothes MakeThe Man

2

oleh Faza AdigunoCara paling mudah untuk mengidentifikasi gaya hidup, demografi, tingkat pendidikan serta status ekonomi seseorang adalah dengan melihat, serta menilai cara dia berpakaian. Clothes make the man. Sebuah kalimat pendek, terkesan arogan (bahkan disaat tertentu, kejam) namun painfully, benar.

j

Kemeja Oxford berwarna putih, dikalungi dasi berwarna merah atau terkadang hitam, dan dibaluti oleh Mantel Tweed berwarna beige, yang somehow goes well dengan peci hitam dan tongkat kenegaraan, memberi kesan “jantan” yang proporsional (bukan jantan seperti Goliath, namun jantan yang ter-compress).

Namun untungnya, situasi ini sudah mulai berubah. Dengan meningkatnya jumlah label paka-ian lokal yang berbasis Youth Culture di Kota-kota besar di Indonesia, angkatan muda negeri ini mulai belajar kembali cara berpakaian yang baik dan benar, enak dilihat serta yang paling penting, proporsional dan terkoordinasi dengan baik.

Aliansi vertical dua arah antara pekerja kreatif di Bandung dan Jakarta mulai membuahkan hasil nyata. Hal ini ditandai dengan membaiknya kualitas label pakaian local yang tadinya terkesan selengean, sekarang sudah mulai tumbuh dan membuat pakaian yang memiliki kesan lebih dewasa.

Di Jakarta, setiap 3-4 bulan sekali digelar sebuah acara yang memperkenalkan tendensi baru industri apparel lokal kita. Acara tersebut dinamakan BrightSpot, dan diadakan atas kesadaran kolektif para pekerja kreatif di Jakarta dan Bandung, dan setiap merek yang ingin masuk ke acara tersebut dikurasi dengan ketat untuk mengantisipasi degradasi kualitas.

Intinya, Indonesia sedang berada di ruang ganti, bersiap mengikat sepatu oxfordnya menuju versi Indonesia yang lebih elegan.

Di kota-kota besar di Indonesia, yang sering kali kita lihat menempel ditubuh remaja serta orang dewasa-muda di jalanan adalah sebuah hibrida dari gaya hidup menengah, clothing label (saya juga heran kenapa mereka berani mena-makan diri mereka sendiri clothing label ) berkualitas rendah dengan desain yang medio-cre, ditambah pula dengan selera berpakaian yang tidak sinergis, tidak mempedulikan potongan, serta koordinasi warna yang buruk.

Sebuah hal yang sangat disayangkan namun harus diakui, Indonesia adalah salah-satu bangsa yang paling buruk di wilayah Asia Tenggara ketika mereka harus mengapresiasi estetika modern, baik desain bangunan, produk, musik, dan dalam hal ini, fashion.

Menurut saya, hal ini buruk dan tidak boleh dibiarkan bergulir ke generasi selanjutnya. Indonesia dahulu dikenal sebagai produsen kain tradisional premium terbaik di wilayah Asia (selain Cina) dan bangsa kita memiliki selera berpakaian yang menurut hemat saya, cukup baik.

Dapat diukur dari cara berpakaian Bapak Bangsa kita, Ir. Soekarno. Ir. Soekarno dimasa kepresidenannya selalu tampil didepan umum dengan sebuah gambaran yang sangat luar biasa. Beliau selalu terlihat gagah, superior, cerdas, dan bahkan terkadang dapat terlihat sedikit intimidatif apabila beliau sedang dalam kunjungan kenegaraan, membuat siapapun yang bertemu dengannya segan serta melihat citra Indonesia yang “perkasa”.

“Clothes make the man. Naked people have little

or no influence on society.”Mark Twain

US humorist, novelist, short story author, & wit �1835 � 1910�

“Supaya disegani dan ditakuti orang�orang bangsat negeri ini,

seharusnya Pak Susilo berpakaian seperti Ir. Soekarno.”

Page 28: #01 - Nasionalisme

High Frequency Active Auroral Research Program[ [

AARP (High Frequency Active Auroral Research Program) adalah suatu riset yang dilakukan oleh HAngkatan Laut Militer Amerika yang bekerjasama

dengan universitas-universitas terkemuka serta ahli sains dunia dengan tujuan untuk lebih maju dalam mempelajari properti fisik dan elektrik di bumi. Tujuan jangka panjang research ini adalah untuk dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi (militer), juga untuk menangkal rudal (ancaman nuklir) yang mengarah ke tujuan tertentu dengan mengganggu komunikasi radarnya, sehingga dapat membuat rudal meleset dari sasaran.

Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan masih banyak yang belum diketahui. Dikatakan bahwa proyek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki bagian besar diagnostik instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman ilmiah yg berkenaan dengan ionosfir dinamika. Walaupun ditakutkan akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal, ilmuwan yang terlibat

dalam aeronomy, ruang sains, atau fisika plasma mengabaikan ketakutan ini sebagai teori yang tak berdasar.

HAARP sendiri terletak di Alaska, Amerika Serikat. Lebih tepatnya lagi HAARP berada di Gakona, Alaska yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias.

Apakah Ionosphere itu?

Adalah bagian teratas dan terpenting dalam atmosfer bumi kita. Ionosphere sangat penting karena dapat menyaring radiasi cahaya matahari agar tidak langsung jatuh ke bumi. Ionosphere berperan dalam mengatur kadar kelistrikan dalam atmosfer dan membentuk inti dari tepi magnetosphere. Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, yaitu mempengaruhi gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.

Cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain. Caranya dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfer juga akan

naik. Maka tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream (arus jet).

Tapi HAARP belum sempurna dan masih dalam tahap pengetesan (di seluruh dunia). Dicurigai HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh alam. Jika satu tahun batas maksimal badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali. Bukti lain adalah ketidakstabilan cuaca ekstrim, yang telah rusak di setiap wilayah utama di Dunia selama beberapa tahun terakhir. Badai dan badai tropis telah melanda Karibia.Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah badai di Karibia, pulau Grenada benar-benar hancur mengakibatkan 37 orang meninggal dan sekitar dua pertiga dari pulau ini 100.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal.

Presiden Venezuela, Hugo Chavez menyatakan gempa yang terjadi di Haiti adalah upaya uji coba senjata tektonik Amerika Serikat. Gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang menghancurkan Haiti dan merenggut ratusan ribu korban itu dicurigai merupakan hasil manipulasi lapisan ionosphere. Dikutip dari Koran ABC Spanyol. Inilah kutipan aslinya pernyataan Hugo Chavez. "President Chavez said the US was 'playing God' by testing devices capable of creating eco-type catastrophes in Haiti.” Namun demikian Hugo Chaves tidak menunjukkan sumber atau alasan yang membuktikan pernyataan tersebut. Jikalau benar demikian, agenda ini pasti berkaitan dengan proyek HAARP

Mengapa ilmuwan Amerika mengizinkan kerusakan dan kehilangan nyawa akibat bencana baru-baru ini dan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika mereka memiliki kemampuan untuk menjaga agar bencana ini tidak terjadi? Bukankah Pemerintah Amerika juga memiliki kepentingan yang sama dengan apa yang ada di pikiran kita? Singkirkan segera pikiran itu karena masih banyak aspek lain dari teknologi HAARP ini. Teknologi ini dapat digunakan sebagai senjata yang sangat efektif menghancurkan dengan berbagai skala kehancuran, dengan mayoritas penduduk di dunia sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada mereka. Selain

itu, sebagian besar orang saat ini masih percaya bahwa kontrol terhadap cuaca planet ini berada di luar kendali umat manusia.

Semua manusia masih percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat mengendalikan cuaca, dan kita mengambil kenyamanan besar dalam kepercayaan ini. Bagaimanapun, kita tahu bahwa bumi adalah planet kecil yang meluncur melalui ruangan yang kosong, dingin, dan tidak ramah pada kecepatan lebih dari 60.000 mil per jam. Sebagian besar dari kita secara naluriah tahu bahwa kita hanya dapat mempercayai adanya kekuatan Tuhan yang mengendalikan sistem operasi dasar dari planet bumi. Jika kita sempat berpikir bahwa manusia, dengan segala kejahatannya yang melekat, bisa memegang kendali dari sistem operasi dasar bumi, dan seluruh bumi bisa hancur oleh kejahatan manusia tersehut baik secara disengaja maupun oleh kurangnya pemahaman tentang kekuatan sekarang ada pada tangannya, kita akan melihat suatu kepanikan yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya! Jangan salah paham, bumi bisa dihancurkan, dibuat tidak layak untuk tempat tinggal manusia, dengan kesalahan yang sengaja diciptakan. Itulah salah satu contoh teknologi yang penuh misteri konspirasi.

***

Oleh Adryan Hafizh

Page 29: #01 - Nasionalisme

High Frequency Active Auroral Research Program[ [

AARP (High Frequency Active Auroral Research Program) adalah suatu riset yang dilakukan oleh HAngkatan Laut Militer Amerika yang bekerjasama

dengan universitas-universitas terkemuka serta ahli sains dunia dengan tujuan untuk lebih maju dalam mempelajari properti fisik dan elektrik di bumi. Tujuan jangka panjang research ini adalah untuk dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi (militer), juga untuk menangkal rudal (ancaman nuklir) yang mengarah ke tujuan tertentu dengan mengganggu komunikasi radarnya, sehingga dapat membuat rudal meleset dari sasaran.

Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan masih banyak yang belum diketahui. Dikatakan bahwa proyek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki bagian besar diagnostik instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman ilmiah yg berkenaan dengan ionosfir dinamika. Walaupun ditakutkan akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal, ilmuwan yang terlibat

dalam aeronomy, ruang sains, atau fisika plasma mengabaikan ketakutan ini sebagai teori yang tak berdasar.

HAARP sendiri terletak di Alaska, Amerika Serikat. Lebih tepatnya lagi HAARP berada di Gakona, Alaska yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias.

Apakah Ionosphere itu?

Adalah bagian teratas dan terpenting dalam atmosfer bumi kita. Ionosphere sangat penting karena dapat menyaring radiasi cahaya matahari agar tidak langsung jatuh ke bumi. Ionosphere berperan dalam mengatur kadar kelistrikan dalam atmosfer dan membentuk inti dari tepi magnetosphere. Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, yaitu mempengaruhi gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.

Cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain. Caranya dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfer juga akan

naik. Maka tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream (arus jet).

Tapi HAARP belum sempurna dan masih dalam tahap pengetesan (di seluruh dunia). Dicurigai HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh alam. Jika satu tahun batas maksimal badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali. Bukti lain adalah ketidakstabilan cuaca ekstrim, yang telah rusak di setiap wilayah utama di Dunia selama beberapa tahun terakhir. Badai dan badai tropis telah melanda Karibia.Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah badai di Karibia, pulau Grenada benar-benar hancur mengakibatkan 37 orang meninggal dan sekitar dua pertiga dari pulau ini 100.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal.

Presiden Venezuela, Hugo Chavez menyatakan gempa yang terjadi di Haiti adalah upaya uji coba senjata tektonik Amerika Serikat. Gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang menghancurkan Haiti dan merenggut ratusan ribu korban itu dicurigai merupakan hasil manipulasi lapisan ionosphere. Dikutip dari Koran ABC Spanyol. Inilah kutipan aslinya pernyataan Hugo Chavez. "President Chavez said the US was 'playing God' by testing devices capable of creating eco-type catastrophes in Haiti.” Namun demikian Hugo Chaves tidak menunjukkan sumber atau alasan yang membuktikan pernyataan tersebut. Jikalau benar demikian, agenda ini pasti berkaitan dengan proyek HAARP

Mengapa ilmuwan Amerika mengizinkan kerusakan dan kehilangan nyawa akibat bencana baru-baru ini dan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika mereka memiliki kemampuan untuk menjaga agar bencana ini tidak terjadi? Bukankah Pemerintah Amerika juga memiliki kepentingan yang sama dengan apa yang ada di pikiran kita? Singkirkan segera pikiran itu karena masih banyak aspek lain dari teknologi HAARP ini. Teknologi ini dapat digunakan sebagai senjata yang sangat efektif menghancurkan dengan berbagai skala kehancuran, dengan mayoritas penduduk di dunia sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada mereka. Selain

itu, sebagian besar orang saat ini masih percaya bahwa kontrol terhadap cuaca planet ini berada di luar kendali umat manusia.

Semua manusia masih percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat mengendalikan cuaca, dan kita mengambil kenyamanan besar dalam kepercayaan ini. Bagaimanapun, kita tahu bahwa bumi adalah planet kecil yang meluncur melalui ruangan yang kosong, dingin, dan tidak ramah pada kecepatan lebih dari 60.000 mil per jam. Sebagian besar dari kita secara naluriah tahu bahwa kita hanya dapat mempercayai adanya kekuatan Tuhan yang mengendalikan sistem operasi dasar dari planet bumi. Jika kita sempat berpikir bahwa manusia, dengan segala kejahatannya yang melekat, bisa memegang kendali dari sistem operasi dasar bumi, dan seluruh bumi bisa hancur oleh kejahatan manusia tersehut baik secara disengaja maupun oleh kurangnya pemahaman tentang kekuatan sekarang ada pada tangannya, kita akan melihat suatu kepanikan yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya! Jangan salah paham, bumi bisa dihancurkan, dibuat tidak layak untuk tempat tinggal manusia, dengan kesalahan yang sengaja diciptakan. Itulah salah satu contoh teknologi yang penuh misteri konspirasi.

***

Oleh Adryan Hafizh

Page 30: #01 - Nasionalisme
Page 31: #01 - Nasionalisme
Page 32: #01 - Nasionalisme
Page 33: #01 - Nasionalisme
Page 34: #01 - Nasionalisme

kalau saja saya bisa menyimpan pilihandan memilihnya di masa depan,di waktu yang saya anggap tepat,rasanya saya tidak punya alasanuntuk merasa ragu lagi.

ya betul,aku hanya berilusi.

karena, kita ada di ruang yang berbeda.

kamu bukan pilihan.Oleh Nindya Kusuma Wardhani

Page 35: #01 - Nasionalisme

“Sebab Indonesia... 17 ribu pulau yg berjajar dari barat sampai ke Timur,

adalah sumber kreatif yg tumbuh dalam kebhinekaan.”

“Para ibu & bapak pendiri republik dgn arif menyadari hal itu.

Itulah sebabnya Pancasila digali, dilahirkan, disepakati...”

“Tidak, Pancasila bukanlah wahyu dari langit.

Ia lahir dari jerih payah dalam sejarah”

“Ia (Pancasila) tumbuh dari benturan kepentingan, sumbang-menyumbang gagasan,

saling mendengar dalam bersaing dan berembug”

“Dgn demikian ia (Pancasila) mengakui perbedaan manusia

dan ketidak-sempurnaannya. Ia tak menganggap diri doktrin yg maha benar.”

“Maka Indonesia tak menganggap Pancasila sebagai agama”

“– sebagaimana Indonesia tidak pernah

dan tidak hendak mendasarkan dirinya pada satu agama apapun.”

Page 36: #01 - Nasionalisme

EPIK.Arh;Hubungi Kami :

[email protected]+628122021343

Tri Adi Pasha