#01 - Nasionalisme
-
Upload
epik-majalah -
Category
Documents
-
view
247 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of #01 - Nasionalisme

EPIK.Arh;“Sangkakala Jiwa Dalam Cerita”
01NO.Agustus 2010. ]]EPIK.Arh;
(Nasionalisme.)

“Kita bersama-sama di sini,
untuk menegaskan kembali Indonesia tempat kita berdiri..”
“...Indonesia yang bukan hanya amanat para pendahulu,
tapi juga titipan berjuta anak yang akan lahir kelak.”
Seperti dikutip Bung Karno,
bagi sebuah bangsa yang berjuang, tak ada akhir perjalanan.”
“
“
kita bagian dari tanahair ini dan tanahair ini bagian dari hidup kita.”
Namun baik atau buruk keadaan kita,
.. sejarah tak berhenti, bahkan berjalan kian cepat.
Teknologi, pengetahuan ttg manusia + lingkungannya...berubah begitu tangkas”
“
“
sebelum jawaban buat persoalan lama ditemukan.”
...hingga persoalan baru timbul
“ ” .. Tak ada formula yang tunggal dan kekal bagi kini dan nanti.
“
dengan sumber-sumber kreatif yang beraneka.”
...Kita harus selalu bersedia mencoba cara yang berbeda,

Epik bukan sekedar untaian kata
Ini adalah makna.
Sebuah cerita realita tentang buah pikir anak bangsa.
Usaha amalkan sebuah mahakarya seorang pewarta pencipta lagu bangsa.
Hanya untukmu, Indonesia.
***
“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”
Agustus 2010,
Tim Redaksi
Epik





jangka panjang seperti pembangunan fasilitas-fasilitas publik daripada
program '1 waktu' yang hanya memberikan euforia dan existensi semata.
Sehingga sekarang banyak yang melihat SI adalah suatu alat yang dipuji
dari luar dan membentuk opini publik yang baik, namun kurang optimal
pada kontribusi sesungguhnya.
Disini kami ingin mengangkat problematika sosial dimana ada pihak yang
memiliki niat mulia diawal tentang kontribusinya pada suatu hal, namun
kontribusinya semakin klise dan bermakna eksplisit jika dilihat dari dalam.
SI adalah contoh organisasi yang menurut kami wacana awalnya sangat
baik dan mulia namun tidak sejalan dengan kondisi riil sekarang. Tidak
semua hal yang pembaca ketahui itu bagus terlihat dari luar, juga seperti
itu didalam. Sekarang pembentukan opini publik adalah modal utama dari
ketenaran. Siapa yang lebih bisa membentuk opini publik, dialah yang
lebih mendapatkan ketenaran. Karena itu, jangan mudah kagum dan
bangga akan sesuatu yang tampak bagus dari luar, cari tahu terlebih
dahulu apa yang mereka perbuat sebenarnya, barulah tentukan sikap.
Yang perlu diingat, dalam sebuah sistem organisasi, publik tidak akan
melihat keras atau beratnya sebuah sistem itu dijalankan, namun mereka
hanya melihat output apa yang keluar dari organisasi tersebut. Karena itu
silahkan anda menentukan apakah sikap itu bagus atau tidak. Kritik dan
saran adalah pembangun yang sempurna dan sekarang adalah saatnya
untuk membuktikan.
***
Satoe
Indonesia“Sebuah Contoh”
http://www.satoeindonesia.org/
ahasiswa adalah suatu jenjang pendidikan dimana kita
tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun Mkita juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada
masyarakat. Untuk itu SBM ITB mendirikan sebuah organisasi yang
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan bernama Satoe Indonesia.
Satoe Indonesia (SI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan
oleh mahasiswa SBM ITB pada tahun 2006. Organisasi ini memiliki tujuan
untuk memberdayakan mahasiswa Indonesia untuk memimpin
masyarakat dalam menyebarkan nilai sosial dengan inti membantu
sesama. Dari tahun 2006 hingga sekarang SI memiliki beberapa program
pengembangan desa yang dipusatkan di desa Ciwidey, Jawa Barat.
Beberapa bentuk perwujudan bakti SI kepada masyarakat yang telah
direalisasikan salah satunya adalah pengadaan Mopin (Mobil Pintar).
Mopin merupakan sarana belajar yang akan berkeliling di beberapa desa
di Ciwidey dengan jadwal tertentu. Di dalam mobil ini terdapat koleksi
buku, komputer, education game, dan entertainment centre yang
digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat desa terutama
anak-anak. Program lain dari SI adalah Rumah Pintar (Rupin) yang
merupakan rumah pusat pendidikan dengan kurikulum dan program
tertentu. Rupin telah dibangun di 2 desa di Ciwidey yaitu desa Gambung
dan Papakmanggu dengan tujuan memberikan edukasi kepada anak-anak
setempat sehingga mendapatkan berbagai keterampilan dan
pengetahuan yang lebih luas lagi. SI juga memfasilitasi usaha kecil dan
menengah khususnya pada masyarakat remaja dan dewasa untuk
mendapatkan akses yang lebih baik ke sumber-sumber dana dan
pasar. Program yang telah dilakukan adalah pemberian beberapa
pelatihan seperti lokakarya bantuan untuk meningkatkan kemampuan
bisnis khususnya di bidang ternak ayam, kambing, yoghurt, alat tulis
kantor, dan berbagai rencana bisinis yang berpusat di Rupin. Tidak hanya
itu, SI juga memfasilitasi sektor swasta untuk mengelola program-
program khusus di bidang pengembangan masyarakat dengan
memberikan 'link distribusi' dan 'link pemasaran'.
Semua hal itu mengangkat nama SBM ITB sebagai pendiri organisasi
yang berhasil melakukan gebrakan baru dalam bentuk pergerakan
mahasiswa. 'Satoe Indonesia' mulai dikenal sebagai organisasi rintisan
mahasiswa yang tidak lagi anarkis dan omong kosong belaka, namun
langsung turun ke masyarakat sebagai bentuk social responsibility
dengan memberikan sumbangsih untuk pengembangan masyarakat desa.
Bahkan secara tidak langsung SI telah mengangkat derajat mahasiswa
SBM ITB dimata mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat umum
karena merupakan sebuah karya yang nyata. Karya yang mulia dan
membanggakan, karya yang mengangkat citra.
Namun setelah kurang lebih 4 tahun berjalan, mulai banyak pihak-pihak
yang mempertanyakan keberhasilan program-program SI. Setelah 4 tahun,
terasa kinerja dan efektifitas SI semakin lama semakin mandek dan
bahkan menurun. Perkembangan program pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan memandirikan masyarakat desa bisa dibilang lambat
perkembangannya. Jika melihat kondisi Rupin dan Mopin secara riil,
sangat jauh dari harapan dan fungsinya yang seharusnya bisa lebih
dioptimalkan. Rupin yang kurang terawat seharusnya bisa menjadi pusat
pendidikan desa. Mopin yang lebih sering parkir daripada berkeliling juga
seolah hanya euforia semata dari awal pengadaannya SI. Berbagai bisnis
pernah dicoba, namun semuanya selalu jatuh bangun dan tidak kontinyu
karena berbagai masalah yang bersumber pada ketidak konsistenan
kinerja SI dalam membangun bisnis mandiri. Kegiatan kegiatan yang
sudah dilakukan pun berkutat pada kegiatan 'momentum' atau kegiatan
'1 waktu'. Acara pengobatan massal, nonton bola bareng warga desa, dan
kegiatan-kegiatan '1 waktu' seperti itu sangat disayangkan karena hanya
memberikan 1 euforia sesaat dan tidak berdampak positif pada
kemandirian desa di masa depan. Sangat jauh dari tujuannya yaitu
membuat desa mandiri, yang bahkan mulai terasa seperti proyek
memanjakan desa.
Beberapa waktu lalu, Bpk.presiden SBY sempat singgah di Rumah Pintar
Ciwidey didampingi oleh Ibu Yudhoyono yang merupakan anggota SIKIB
yang notabene adalah pencetus Rumah Pintar. Bpk.presiden memberikan
apresiasi yang baik kepada usaha dari para mahasiswa didalam SI untuk
memberikan sumbangsih dan bakti masyarakat desa yang real dan
menyentuh langsung ke kegiatan kegiatan masyarakat. Kunjungan ini
disatu sisi merupakan prestasi dari SI yang akan memberikan dorongan
moril kepada anggota SI dan masyarakat Ciwidey untuk bekerja lebih baik
lagi. Namun disisi lain kunjungan ini menimbulkan persepsi berbeda
untuk beberapa pihak. Seperti muatan politis dari kunjungan SBY. karena
yang perlu diingat, Mopin dan Rupin adalah program dari SIKIB
(Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) yang mungkin saja waktu itu
sedang mencari tempat untuk menyalurkan kepedulian sosial dari suatu
pihak. Di sisi lain, SI dan Ciwidey serta semua institusi yang akan 'dilihat
orang luar', tentunya hanya akan menunjukkan segala sisi positif mereka,
dengan segala cara, untuk membuat image yang baik. Kunjungan yang
juga merupakan salah satu kegiatan '1 waktu' menimbulkan pertanyaan.
Sebenarnya, apakah kunjungan SBY merupakan pencapaian dari prestasi
prestasi SI ataukah karena memang terdapat hubungan 'komensalisme-
opini publik' yang terjadi antara SI dan SIKIB?
Jika ingin berkaca sendiri, SI dan SBM ITB belum memberikan perubahan
yang berarti bagi masyarakat desa dalam 4 tahun ini dari apa yang
seharusnya mereka bisa lakukan. Seiring berjalannya waktu dirasakan
bahwa SI hanya sebagai perwujudan eksistensi dan euforia politis yang
berkembang di mata publik tidak sama dengan kondisi riil di lapangan.
Wacana 'mahasiswa turun langsung ke desa' seolah sebagai usaha yang
bagus dan mulia jika dilihat dari kacamata publik awam, namun bagi
beberapa pihak, SI belum menunjukkan kontribusinya secara optimal. Hal
tersebut dapat dilihat dari belum mandirinya desa binaan SI dikarenakan
program-program kerja yang dilakukan SI terlalu berorientasi pada
kegiatan jangka pendek atau kegiatan '1 waktu'. Semua sumber daya
yang dimiliki SI seharusnya bisa lebih menekankan kepada program
“...kita tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun kita
juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada masyarakat.”
Oleh Adryan Hafizh

jangka panjang seperti pembangunan fasilitas-fasilitas publik daripada
program '1 waktu' yang hanya memberikan euforia dan existensi semata.
Sehingga sekarang banyak yang melihat SI adalah suatu alat yang dipuji
dari luar dan membentuk opini publik yang baik, namun kurang optimal
pada kontribusi sesungguhnya.
Disini kami ingin mengangkat problematika sosial dimana ada pihak yang
memiliki niat mulia diawal tentang kontribusinya pada suatu hal, namun
kontribusinya semakin klise dan bermakna eksplisit jika dilihat dari dalam.
SI adalah contoh organisasi yang menurut kami wacana awalnya sangat
baik dan mulia namun tidak sejalan dengan kondisi riil sekarang. Tidak
semua hal yang pembaca ketahui itu bagus terlihat dari luar, juga seperti
itu didalam. Sekarang pembentukan opini publik adalah modal utama dari
ketenaran. Siapa yang lebih bisa membentuk opini publik, dialah yang
lebih mendapatkan ketenaran. Karena itu, jangan mudah kagum dan
bangga akan sesuatu yang tampak bagus dari luar, cari tahu terlebih
dahulu apa yang mereka perbuat sebenarnya, barulah tentukan sikap.
Yang perlu diingat, dalam sebuah sistem organisasi, publik tidak akan
melihat keras atau beratnya sebuah sistem itu dijalankan, namun mereka
hanya melihat output apa yang keluar dari organisasi tersebut. Karena itu
silahkan anda menentukan apakah sikap itu bagus atau tidak. Kritik dan
saran adalah pembangun yang sempurna dan sekarang adalah saatnya
untuk membuktikan.
***
Satoe
Indonesia“Sebuah Contoh”
http://www.satoeindonesia.org/
ahasiswa adalah suatu jenjang pendidikan dimana kita
tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun Mkita juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada
masyarakat. Untuk itu SBM ITB mendirikan sebuah organisasi yang
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan bernama Satoe Indonesia.
Satoe Indonesia (SI) adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan
oleh mahasiswa SBM ITB pada tahun 2006. Organisasi ini memiliki tujuan
untuk memberdayakan mahasiswa Indonesia untuk memimpin
masyarakat dalam menyebarkan nilai sosial dengan inti membantu
sesama. Dari tahun 2006 hingga sekarang SI memiliki beberapa program
pengembangan desa yang dipusatkan di desa Ciwidey, Jawa Barat.
Beberapa bentuk perwujudan bakti SI kepada masyarakat yang telah
direalisasikan salah satunya adalah pengadaan Mopin (Mobil Pintar).
Mopin merupakan sarana belajar yang akan berkeliling di beberapa desa
di Ciwidey dengan jadwal tertentu. Di dalam mobil ini terdapat koleksi
buku, komputer, education game, dan entertainment centre yang
digunakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat desa terutama
anak-anak. Program lain dari SI adalah Rumah Pintar (Rupin) yang
merupakan rumah pusat pendidikan dengan kurikulum dan program
tertentu. Rupin telah dibangun di 2 desa di Ciwidey yaitu desa Gambung
dan Papakmanggu dengan tujuan memberikan edukasi kepada anak-anak
setempat sehingga mendapatkan berbagai keterampilan dan
pengetahuan yang lebih luas lagi. SI juga memfasilitasi usaha kecil dan
menengah khususnya pada masyarakat remaja dan dewasa untuk
mendapatkan akses yang lebih baik ke sumber-sumber dana dan
pasar. Program yang telah dilakukan adalah pemberian beberapa
pelatihan seperti lokakarya bantuan untuk meningkatkan kemampuan
bisnis khususnya di bidang ternak ayam, kambing, yoghurt, alat tulis
kantor, dan berbagai rencana bisinis yang berpusat di Rupin. Tidak hanya
itu, SI juga memfasilitasi sektor swasta untuk mengelola program-
program khusus di bidang pengembangan masyarakat dengan
memberikan 'link distribusi' dan 'link pemasaran'.
Semua hal itu mengangkat nama SBM ITB sebagai pendiri organisasi
yang berhasil melakukan gebrakan baru dalam bentuk pergerakan
mahasiswa. 'Satoe Indonesia' mulai dikenal sebagai organisasi rintisan
mahasiswa yang tidak lagi anarkis dan omong kosong belaka, namun
langsung turun ke masyarakat sebagai bentuk social responsibility
dengan memberikan sumbangsih untuk pengembangan masyarakat desa.
Bahkan secara tidak langsung SI telah mengangkat derajat mahasiswa
SBM ITB dimata mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat umum
karena merupakan sebuah karya yang nyata. Karya yang mulia dan
membanggakan, karya yang mengangkat citra.
Namun setelah kurang lebih 4 tahun berjalan, mulai banyak pihak-pihak
yang mempertanyakan keberhasilan program-program SI. Setelah 4 tahun,
terasa kinerja dan efektifitas SI semakin lama semakin mandek dan
bahkan menurun. Perkembangan program pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan memandirikan masyarakat desa bisa dibilang lambat
perkembangannya. Jika melihat kondisi Rupin dan Mopin secara riil,
sangat jauh dari harapan dan fungsinya yang seharusnya bisa lebih
dioptimalkan. Rupin yang kurang terawat seharusnya bisa menjadi pusat
pendidikan desa. Mopin yang lebih sering parkir daripada berkeliling juga
seolah hanya euforia semata dari awal pengadaannya SI. Berbagai bisnis
pernah dicoba, namun semuanya selalu jatuh bangun dan tidak kontinyu
karena berbagai masalah yang bersumber pada ketidak konsistenan
kinerja SI dalam membangun bisnis mandiri. Kegiatan kegiatan yang
sudah dilakukan pun berkutat pada kegiatan 'momentum' atau kegiatan
'1 waktu'. Acara pengobatan massal, nonton bola bareng warga desa, dan
kegiatan-kegiatan '1 waktu' seperti itu sangat disayangkan karena hanya
memberikan 1 euforia sesaat dan tidak berdampak positif pada
kemandirian desa di masa depan. Sangat jauh dari tujuannya yaitu
membuat desa mandiri, yang bahkan mulai terasa seperti proyek
memanjakan desa.
Beberapa waktu lalu, Bpk.presiden SBY sempat singgah di Rumah Pintar
Ciwidey didampingi oleh Ibu Yudhoyono yang merupakan anggota SIKIB
yang notabene adalah pencetus Rumah Pintar. Bpk.presiden memberikan
apresiasi yang baik kepada usaha dari para mahasiswa didalam SI untuk
memberikan sumbangsih dan bakti masyarakat desa yang real dan
menyentuh langsung ke kegiatan kegiatan masyarakat. Kunjungan ini
disatu sisi merupakan prestasi dari SI yang akan memberikan dorongan
moril kepada anggota SI dan masyarakat Ciwidey untuk bekerja lebih baik
lagi. Namun disisi lain kunjungan ini menimbulkan persepsi berbeda
untuk beberapa pihak. Seperti muatan politis dari kunjungan SBY. karena
yang perlu diingat, Mopin dan Rupin adalah program dari SIKIB
(Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) yang mungkin saja waktu itu
sedang mencari tempat untuk menyalurkan kepedulian sosial dari suatu
pihak. Di sisi lain, SI dan Ciwidey serta semua institusi yang akan 'dilihat
orang luar', tentunya hanya akan menunjukkan segala sisi positif mereka,
dengan segala cara, untuk membuat image yang baik. Kunjungan yang
juga merupakan salah satu kegiatan '1 waktu' menimbulkan pertanyaan.
Sebenarnya, apakah kunjungan SBY merupakan pencapaian dari prestasi
prestasi SI ataukah karena memang terdapat hubungan 'komensalisme-
opini publik' yang terjadi antara SI dan SIKIB?
Jika ingin berkaca sendiri, SI dan SBM ITB belum memberikan perubahan
yang berarti bagi masyarakat desa dalam 4 tahun ini dari apa yang
seharusnya mereka bisa lakukan. Seiring berjalannya waktu dirasakan
bahwa SI hanya sebagai perwujudan eksistensi dan euforia politis yang
berkembang di mata publik tidak sama dengan kondisi riil di lapangan.
Wacana 'mahasiswa turun langsung ke desa' seolah sebagai usaha yang
bagus dan mulia jika dilihat dari kacamata publik awam, namun bagi
beberapa pihak, SI belum menunjukkan kontribusinya secara optimal. Hal
tersebut dapat dilihat dari belum mandirinya desa binaan SI dikarenakan
program-program kerja yang dilakukan SI terlalu berorientasi pada
kegiatan jangka pendek atau kegiatan '1 waktu'. Semua sumber daya
yang dimiliki SI seharusnya bisa lebih menekankan kepada program
“...kita tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, namun kita
juga harus menunjukkan sumbangsih nyata kepada masyarakat.”
Oleh Adryan Hafizh



Ernesto Che Guevara, seorang pahlawan evolusi Marxis Argentina dan seorang pemimpin gerilya Kuba
yang berjuang melawan kediktatoran dalam pantomim busuk parlemen. Bekelana dengan sepeda motor
untuk berkeliling negara Argentina untuk dapat bersentuhan dengan orang miskin dan sisa suku Indian.
Rachel Corrie, seorang aktivis wanita asal Washington yang yang berjuang keras membebaskan
cengkraman zionis Israel di Gaza. Meninggal di usia 23 tahun dengan dilindas buldozer Israel karena
bersikukuh memasang badan saat penggusuran rumah warga Gaza secara paksa. Jenderal Sudirman,
Panglima Besar perjuangan Indonesisa melawan penjajahan Belanda. Penyakit paru‐paru yang
menggerogoti tubuhnya tidak menghilangkan semangat juangnya untuk memimpin perjuangan gerilya
walaupun dengan cara ditandu.
Che Guevara, Rachel Corrie, dan Jenderal Sudirman yang berjuang di tempat dan masa yang berbeda
jauh ternyata memiliki sebuah persamaan besar. Mereka berjuang sebagai “pemuda”. Menjadi seorang
pahlawan dan tokoh berperan, ternyata bisa dimulai kapanpun tanpa harus menunggu usia kita
mencapai setengah abad. Mereka telah membuktikan bahwa peran, pemikiran, bahkan tingat
kedewasaan mereka telah setara dengan tokoh‐tokoh dunia lainnya seperti Mahatma Gandhi atau
Abraham Lincoln yang puncak perjuangannya di saat mereka telah berusia tua.
Beruntunglah “kita” termasuk dalam 63 juta jiwa “pemuda” negeri ini. Jumlah yang setara dengan 3 kali
populasi Australia dan 15 kali populasi Singapura. Jumlah yang terlalu besar jika hanya ingin berdiam diri
dan kekuatan yang terlalu besar jika hanya digunakan untuk menonton televisi. Diperlukan sebuah
wadah khusus untuk menampung potensi dan aspirasi untuk dikolaborasikan menjadi aksi nyata
membangun negeri.
IYCSaatnya Parlemen Muda Bersuara
Oleh Teuku Faris Riandi

Alanda Kariza, seorang mahasiswi yang menjadi duta Indonesia untuk jaringan aktivis internasional Global
Changemakers menyadari belum maksimalnya peran anak muda negeri ini. “Dengan berpartisipasi di
berbagai konferensi dan forum diskusi pemuda tingkat internasional, saya mendengar berbagai cerita dari
pemuda dari seluruh dunia mengenai pemberdayaan pemuda di negaranya masing‐masing. Mereka
memiliki wadah untuk didengar, mulai dari forum tahunan maupun parlemen pemuda. Saya percaya
bahwa pemuda Indonesia memiliki potensi besar untuk itu. Suara pemuda harus didengar dan ditanggapi
dengan serius,” ujar Alanda.
Pemikiran dan keprihatinan Alanda, membuatnya untuk memprakarsai Indonesian Youth Conference
(IYC), yang telah diselenggarakan 1 – 4 Juli lalu . Memiliki tagline “saatnya suara kita didengar”, IYC
adalah sebuah forum yang mempertemukan 33 pemuda terpilih dari seluruh provinsi untuk bersuara dan
meningkatkan kepedulian mengenai isu‐isu nasional dan internasional. IYC juga mengadakan sebuah
konferensi nasional yang dibuka secara umum bagi seluruh pemuda dengan melibatkan ahli profesional
seperti Sandiaga Uno, Mira Lesmana, dan Dinopati Djalal untuk membicarakan masalah‐masalah seperti
lingkungan, pendidikan, politik, seni, dll. Antusiasme besar tidak hanya datang dari kalangan pemuda
namun juga pemerintah. Prestasi ini membuat Indonesian Youth Conference sebagai konferensi remaja
nasional pertama di Indonesia. IYC juga berhasil menyelaraskan berbagai pemikiran dan corak budaya
anak bangsa untuk tidak hanya bersuara namun juga berperan untuk daerah dan lingkungannya.
Indonesia telah mencatat sejarah generasi muda terdahulunya dengan tinta emas, Sumpah Pemuda 1928
dan Gerakan Reformasi 1998. “Perubahan apa yang bisa generasi muda kita buat?” Jadikan kalimat
tersebut bukan sebagai pertanyaan namun sebuah pembuktian.

Politik VersiAnak Muda
Para mahasiswa delegasi Indonesia yang tim EPIK temui mengaku puas dan
mendapat pengetahuan sekaligus pengalaman politik yang sangat berharga. Dalam
sidang konferensi ini, seluruh delegasi benar-benar serius dalam membahas setiap
isu. Di akhir sidang, setiap komite diharuskan membuat working paper yang berisikan
kesimpulan sidang. Namun, working paper tersebut ternyata cukup sulit diwujudkan
karena setiap negara memiliki pendapat dan pandangan berbeda mengenai suatu
masalah. Apalagi, jika masalah tersebut sangat berbau politis contohnya isu nuklir
yang membuat sidang ini cukup panas. Timbul pandangan yang sangat berbeda dan
ekstrem antara delegasi USA, Iran, dan Korea Utara dimana mereka sangat sensitif
untuk masalah ini. Untuk itu para delegasi diharuskan melakukan lobbying untuk
menyatukan pendapat. Suasana tegang, serius dan atmosfir protokoler sangat kental
dalam kegiatan ini. Sehingga seluruh delegasi benar-benar tahu bagaimana suasana
sidang PBB yang sebenarnya.
Uniknya, agenda kegiatan ini tidak hanya berisikan aktifitas formal yang berbau politis
saja. Para panitia yang seluruhnya adalah anak muda juga mengadakan kegiatan fun
setiap malamnya. Cocktail Hour, merupakan malam kebudayaan dimana para
delegasi diharuskan memakai busana tradisional dan memamerkan sedikit
kebuadayaan khas mereka. Delegates Dance¸merupakan puncak kegiatan karena
acara ini diadakan tepat di malam terakhir. Seluruh delegasi akan berkumpul di
ballroom hotel dan berpesta ala amerika dengan hingar bingar musik dan dansa.
Saat ini HNMUN merupakan kegiatan PBB untuk pemuda dunia terbesar dan tertua
yang pernah diadakan. HNMUN sukses untuk membentuk pola pikir para mahasiswa
untuk mengerti apa politik itu sebenarnya dan bagaimana menyikapinya secara
dewasa. Dalam kegiatan ini mereka tidak hanya berdebat satu sama lain, namun
mereka juga berdiskusi bersama untuK memecahkan suatu isu. Di akhir sesi kegiatan
ini mereka juga membuat sebuah kesimpulan yang berisikan poin-poin jelas
mengenai solusi berbagai masalah yang pada akhirnya akan diberikan kepada PBB
pusat sebagai bahan pertimbangan. Nilai berharga yang para delegasi dapatkan
adalah mereka menyelesaikan berbagai macam masalah politik ini tidak lagi sebagai
individu setiap negara tapi mereka mengangkat satu bendera sebagai kesatuan
masyarakat dunia.
Pendidikan politik seperti inilah yang kita perlukan. Pendidikan yang asyik dan
berharga untuk bangsa. Dengan pendidikan seperti ini, kita akan lebih peduli dan
dewasa dalam menyikapi politik. Energi kita tidak akan sia-sia terbuang karena
demonstrasi-demonstrasi panjang. Semangat kita juga tidak akan habis karena pesta
dan hura-hura. Karena kita bisa buktikan dengan aksi nyata bahwa generasi muda
patut dan harus diperhitungkan untuk kemajuan peradaban dunia. Nama harum
Indonesia bagi putra-putri bangsa.
***
erdapat banyak pemuda kita yang mendewakan kata ini. Itu
terlihat karena keseharian mereka yang selalu disibukkan Toleh long march dan demonstrasi. Buku pelajaran yang
seharusnya melekat di tangan mereka berubah menjadi poster dan
spanduk politis berisi kritikan dan cacian kepada pemerintah.
Kampus yang seharusnya menjadi tempat mereka berkreasi justru
mereka tinggalkan, mereka lebih memilih jalanan untuk berekspresi.
Namun, tidak sedikit pula pemuda yang justru acuh dengan dunia
politik. Di benak mereka, politik hanyalah omong kosong belaka yang
bukan urusan mereka. Mereka sudah terlalu nyaman dengan
kehidupan metropolis yang penuh kesenangan dan hura-hura. Politik
hanyalah pekerjaan orang tua yang sama sekali tidak seru untuk
dibahas, apalagi terjun kedalamnya. Itulah keadaan kita, para
pemuda sekarang. Sebagian dari kita tidak tahu apa itu politik dan
sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.
Kita, anak muda, memerlukan informasi dan pendidikan yang dapat
mengajarkan bagaimana menyikapi politik dengan cara yang cool.
Untuk itu, saat ini PBB bekerjasama dengan berbagai universitas di
dunia membuat sebuah kegiatan internasional yaitu Model United
Nations. Beberapa universitas terbaik di dunia telah mengadakan
kegiatan ini sebagai event tahunan mereka, salah satunya adalah
HNMUN (Harvard National Model United Nations). HNMUN adalah
“Politik adalah sebuah kata yang diintepretasikan secara berbeda
oleh para pemuda kita.”
Oleh Teuku Faris Riandi
sebuah simulasi sidang PBB yang diikuti lebih dari 3000 mahasiswa
dari seluruh penjuru dunia. Dalam kegiatan ini para mahasiwa akan
mewakili negara mereka untuk menjadi delegasi sidang konferensi
PBB. Para panitia yang merupakan mahasiswa Harvard University
benar-benar mengadopsi prosedur sidang PBB yang asli sehingga
para mahasiswa akan dibagi ke dalam komite-komite khusus seperti
bidang pengembangan sosial, kesehatan, emansipasi wanita,
hingga bidang persenjataan militer. Di dalam sidang ini para
mahasiwa akan berdiplomasi, berdiskusi, bahkan berdebat
mengenai isu – isu internasional yang diangkat. Sebelum mengikuti
sidang simulasi PBB, para delegasi telah diberikan materi khusus
berisikan isu-isu politik yang harus dipelajari. Mereka juga diharuskan
untuk melakukan research untuk mencari informasi yang lebih detil
mengenai masalah dan solusi yang harus diberikan untuk isu-isu
tertentu. Materi dan research yang mereka lakukan membuat mereka
matang dalam menyikapi suatu isu. Kurang lebih 100 delegasi
mahasiwa yang berasal dari 6 universitas yaitu ITB, UI, UGM, UNPAD,
UNDIP, dan Universitas Parahyangan telah mewakili Indonesia untuk
mengikuti HNMUN ke 56 di Boston, USA pada februari 2010
kemarin.
“Sebagian dari kita tidak tahu apa itu
politik dan sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.”

Politik VersiAnak Muda
Para mahasiswa delegasi Indonesia yang tim EPIK temui mengaku puas dan
mendapat pengetahuan sekaligus pengalaman politik yang sangat berharga. Dalam
sidang konferensi ini, seluruh delegasi benar-benar serius dalam membahas setiap
isu. Di akhir sidang, setiap komite diharuskan membuat working paper yang berisikan
kesimpulan sidang. Namun, working paper tersebut ternyata cukup sulit diwujudkan
karena setiap negara memiliki pendapat dan pandangan berbeda mengenai suatu
masalah. Apalagi, jika masalah tersebut sangat berbau politis contohnya isu nuklir
yang membuat sidang ini cukup panas. Timbul pandangan yang sangat berbeda dan
ekstrem antara delegasi USA, Iran, dan Korea Utara dimana mereka sangat sensitif
untuk masalah ini. Untuk itu para delegasi diharuskan melakukan lobbying untuk
menyatukan pendapat. Suasana tegang, serius dan atmosfir protokoler sangat kental
dalam kegiatan ini. Sehingga seluruh delegasi benar-benar tahu bagaimana suasana
sidang PBB yang sebenarnya.
Uniknya, agenda kegiatan ini tidak hanya berisikan aktifitas formal yang berbau politis
saja. Para panitia yang seluruhnya adalah anak muda juga mengadakan kegiatan fun
setiap malamnya. Cocktail Hour, merupakan malam kebudayaan dimana para
delegasi diharuskan memakai busana tradisional dan memamerkan sedikit
kebuadayaan khas mereka. Delegates Dance¸merupakan puncak kegiatan karena
acara ini diadakan tepat di malam terakhir. Seluruh delegasi akan berkumpul di
ballroom hotel dan berpesta ala amerika dengan hingar bingar musik dan dansa.
Saat ini HNMUN merupakan kegiatan PBB untuk pemuda dunia terbesar dan tertua
yang pernah diadakan. HNMUN sukses untuk membentuk pola pikir para mahasiswa
untuk mengerti apa politik itu sebenarnya dan bagaimana menyikapinya secara
dewasa. Dalam kegiatan ini mereka tidak hanya berdebat satu sama lain, namun
mereka juga berdiskusi bersama untuK memecahkan suatu isu. Di akhir sesi kegiatan
ini mereka juga membuat sebuah kesimpulan yang berisikan poin-poin jelas
mengenai solusi berbagai masalah yang pada akhirnya akan diberikan kepada PBB
pusat sebagai bahan pertimbangan. Nilai berharga yang para delegasi dapatkan
adalah mereka menyelesaikan berbagai macam masalah politik ini tidak lagi sebagai
individu setiap negara tapi mereka mengangkat satu bendera sebagai kesatuan
masyarakat dunia.
Pendidikan politik seperti inilah yang kita perlukan. Pendidikan yang asyik dan
berharga untuk bangsa. Dengan pendidikan seperti ini, kita akan lebih peduli dan
dewasa dalam menyikapi politik. Energi kita tidak akan sia-sia terbuang karena
demonstrasi-demonstrasi panjang. Semangat kita juga tidak akan habis karena pesta
dan hura-hura. Karena kita bisa buktikan dengan aksi nyata bahwa generasi muda
patut dan harus diperhitungkan untuk kemajuan peradaban dunia. Nama harum
Indonesia bagi putra-putri bangsa.
***
erdapat banyak pemuda kita yang mendewakan kata ini. Itu
terlihat karena keseharian mereka yang selalu disibukkan Toleh long march dan demonstrasi. Buku pelajaran yang
seharusnya melekat di tangan mereka berubah menjadi poster dan
spanduk politis berisi kritikan dan cacian kepada pemerintah.
Kampus yang seharusnya menjadi tempat mereka berkreasi justru
mereka tinggalkan, mereka lebih memilih jalanan untuk berekspresi.
Namun, tidak sedikit pula pemuda yang justru acuh dengan dunia
politik. Di benak mereka, politik hanyalah omong kosong belaka yang
bukan urusan mereka. Mereka sudah terlalu nyaman dengan
kehidupan metropolis yang penuh kesenangan dan hura-hura. Politik
hanyalah pekerjaan orang tua yang sama sekali tidak seru untuk
dibahas, apalagi terjun kedalamnya. Itulah keadaan kita, para
pemuda sekarang. Sebagian dari kita tidak tahu apa itu politik dan
sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.
Kita, anak muda, memerlukan informasi dan pendidikan yang dapat
mengajarkan bagaimana menyikapi politik dengan cara yang cool.
Untuk itu, saat ini PBB bekerjasama dengan berbagai universitas di
dunia membuat sebuah kegiatan internasional yaitu Model United
Nations. Beberapa universitas terbaik di dunia telah mengadakan
kegiatan ini sebagai event tahunan mereka, salah satunya adalah
HNMUN (Harvard National Model United Nations). HNMUN adalah
“Politik adalah sebuah kata yang diintepretasikan secara berbeda
oleh para pemuda kita.”
Oleh Teuku Faris Riandi
sebuah simulasi sidang PBB yang diikuti lebih dari 3000 mahasiswa
dari seluruh penjuru dunia. Dalam kegiatan ini para mahasiwa akan
mewakili negara mereka untuk menjadi delegasi sidang konferensi
PBB. Para panitia yang merupakan mahasiswa Harvard University
benar-benar mengadopsi prosedur sidang PBB yang asli sehingga
para mahasiswa akan dibagi ke dalam komite-komite khusus seperti
bidang pengembangan sosial, kesehatan, emansipasi wanita,
hingga bidang persenjataan militer. Di dalam sidang ini para
mahasiwa akan berdiplomasi, berdiskusi, bahkan berdebat
mengenai isu – isu internasional yang diangkat. Sebelum mengikuti
sidang simulasi PBB, para delegasi telah diberikan materi khusus
berisikan isu-isu politik yang harus dipelajari. Mereka juga diharuskan
untuk melakukan research untuk mencari informasi yang lebih detil
mengenai masalah dan solusi yang harus diberikan untuk isu-isu
tertentu. Materi dan research yang mereka lakukan membuat mereka
matang dalam menyikapi suatu isu. Kurang lebih 100 delegasi
mahasiwa yang berasal dari 6 universitas yaitu ITB, UI, UGM, UNPAD,
UNDIP, dan Universitas Parahyangan telah mewakili Indonesia untuk
mengikuti HNMUN ke 56 di Boston, USA pada februari 2010
kemarin.
“Sebagian dari kita tidak tahu apa itu
politik dan sebagiannya lagi tahu namun belum dewasa dalam menyikapinya.”




Nasional-is-meOleh Tri Adi Pasha
“Jangan padamkan semangat nasionalisme karena nasional–is–me.”
sangat kompleks. Lingkungan yang akan terus
berubah seiring dengan majunya pemikiran-
pemikiran manusia. Pemikiran yang
terakumulasi hingga timbul suatu peradaban.
Kita coba ambil contoh yang cukup sederhana,
Blackberry. Blackberry adalah salah satu bentuk
budaya yang sedang hangat di waktu ini. Nilai
budayanya adalah komunikasi, kebutuhan yang
ingin dipenuhi adalah kebutuhan sosial. Dengan
kondisi lingkungan yang semakin canggih,
tenggat waktu semakin mengikat, kebutuhan
komunikasi semakin tinggi, Blackberry
menawarkan sebuah solusi dalam berinteraksi.
Blackberry lebih diminati ketimbang bentuk
budaya yang lain (alat komunikasi lain – red)
karena lebih pas dengan kondisi lingkungan yang
terjadi.
Begitulah kondisi kalimat Pandji, kalimat
tersebut tetap mempertahankan nilai budaya
yang ingin dilestarikan namun bentuknya
disesuaian dengan kondisi lingkungan yang ada.
Jadi, cukup lucu apabila banyak yang berkata
'Lestarikan Budaya'. Jika ingin melestarikan
budaya, tinggal lestarikan saja otak para
manusia. Kurung saja otaknya biar tidak
digunakan. Mereka lupa bahwa manusia akan
terus berpikir. Bentuk budaya akan terus
berubah. Itu semua adalah hal yang wajar dalam
progresi hidup manusia. Bentuk budaya adalah
aplikasi nilai sebagai bentuk interpretasi
lingkungan. Lingkungan akan terus berubah
seiring manusia berpikir.
Jadi, sangat lumrah apabila bentuk dari nilai
nasionalisme yang kini kerap diusung kian
berubah. Hal yang idealis – salah satu kebutuhan
psikologis manusia – tetap perlu penyesuaian
dengan kondisi lingkungan yang ada, bila tidak,
tidak akan ditanggapi sama sekali oleh
lingkungan. Terkadang memang bentuk budaya
yang hadir kerap mengikis takaran idealis dari
nasionalisme yang ada. Hal itu tidak dapat kita
pungkiri. Suatu hal yang sangat wajar. Apabila
arah dari nasionalisme yang berkurang
mengarah pada globalisme perdamaian dunia,
itu hal yang sangat luar biasa. Sangat pas dengan
kalimat pembukaan UUD 45 kebanggaan
bangsa, penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan. Namun, itu akan lain cerita, apabila
nasionalisme kita yang berkurang malah
menjadi celah untuk disusupi kembali oleh
antek-antek asing untuk melakukan
penghisapan sumber daya Indonesia, itu hal
yang kurang ajar. Di kala itu kita harus bangkit.
Bersatu di bawah tumpah darah. Kemerdekaan
adalah hak segala bangsa.
Jika ingin bercermin pada kondisi saat ini,
walaupun kita merdeka tapi kita belum cukup
perkasa melawan para penguasa dunia. Jadi ayo,
kita bersama saling peka antar saudara satu
bangsa. Tukang soto, pedagang ekspor, pemasok
impor, guru, tentara, dan segala elemen
Indonesia, mari kita bersama majukan bangsa
bukan malah membuatnya binasa. Inilah
saatnya sekali lagi kita teriakkan satu kata :
Merdeka!
***
ebuah kata yang cukup lucu, kata yang
menjadi judul buku karya Pandji SPragiwaksono. Sebuah kata bentuk
penegasan agar rasa nasionalisme dimiliki oleh
tiap individu. Sadarkah bahwa penyampaian
pesan tersebut dilakukan dalam campuran
antara Bahasa Persatuan dan Bahasa Inggris.
Pesan peningkatkan rasa nasionalisme tapi
disampaikan dalam cara yang kontras – cara
yang sama sekali tidak nasionalisme. Tentu hal
ini sangat berlawanan dengan makna
nasionalisme itu sendiri tapi inilah progresi
manusia. Terjadinya pergeseran antara nilai dan
bentuk budaya.
Semua orang saat ini selalu ingin menggembar-
gemborkan mengenai nasionalisme dengan
cara yang cukup sama dengan cara masa lalu,
cara yang kolot. Cara ini tentu tidak akan
berdampak banyak. Coba kita lihat dengan cara
Pandji, dia tetap menjaga nilai budaya –
nasionalisme—tetapi dia sampaikan dengan
cara yang lebih mengena, melalui pemenggalan
kata dan dengan cara penyampaian Bahasa
Inggris. Mengapa cara Pandji lebih mengena?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin
mencoba memaparkan beberapa hal mengenai
nilai dan budaya.
Budaya adalah bentuk aplikasi nilai, sebagai hasil
interpretasi manusia terhadap lingkungan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Kebutuhan yang menjadi poin disini,
tentu adalah kebutuhan hakiki seorang insan
manusia yaitu, sosial, biologi, psikologi.
Lingkungan pada konteks ini pun sudah barang
tentu lingkungan kehidupan manusia yang



Twit ini saya mulai dengan satu kalimat “Saya kuliah di Institut Teknologi Bandung, dengan jurusan Manajemen.”, kalimat kedua adalah “Teknologi shrsnya beradaptasi dengan manusia, bukan manuasia beradaptasi dengan teknologi.”
1. Institut adalah istilah bagi perguruan tinggi yang mewadahi satu rumpun ilmu. ITB, adalah Institut yang mewadahi rumpun ilmu teknologi.
2. Jadi semua bidang yang ada di ITB harusnya teknologi? Bagaimana dgn SBM & FSRD? Harusnya mreka bukan ITB, tapi mungkin ada tujuannya.
3. Teknologi adalah seperangkat alat guna memudahkan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Misal, bajak sawah bagi petani.
4. Cth lain mslnya twitter, dan alat peramal cuaca adlh teknologi. Tp kenapa alat peramal cuaca tidak semeledak twitter? Tidak humanis.
5. Apakah ad yg pernah bertanya? Kenapa sih katanya
ITB sering mengadakan acara pameran inovasi
teknologi, tp adakah produknya dipasar?
dimasyarakat?
6. Teknologi yang dihasilkan sebagian besar masih tidak bersifat humanis. Hanya sekedar inovasi tanpa motivasi. Sebuah aksi tanpa solusi.
7. Apa maksudnya humanis? Intinya dekat dengan segala kegiatan kemanusiaan. Suatu temuan yg dibutuhkan. Sebuah aksi dengan tawaran solusi.
8. Ya, hanya sesimpel itu. Mau contoh yang gampang? Twitter adalah sebuah teknologi yang sangat humanis.
9. Twitter, mengambil yang essensial dari facebook. Status. Itulah yang menjadi sumber informasi utama.
10. Contoh yang tidak humanis? Ingat IBM? awalnya IBM bangga akan inovasi. Sygnya produk mrk hanya mengandalkan kehebatan, bukan kebutuhan.
11. Kembali ke ITB, FSRD dan SBM pntas brnaung di bwh pyung ITB, bkn Universitas Bandung. Bukan sekedar pantas, tp memang dibutuhkan.
12. Dengan perkembangan humanitas secepat saat ini. Peran FSRD bukan mendesain kerjaan anak teknik. Itu adalah pemikiran yang salah besar!
13. Pun begitu SBM. SBM bukan untuk menjual barang teknik. Sebagai anak SBM, sy lbh rela jual pisang goreng drpd menjual inovasi tnp solusi.
14. Dengan setting kurikulum seperti sekarang, SBM dan FSRD justru menjadi ujung tombak dalam segi humanitas. Pencarian sisi kemanusiaan.
16. Tapi tidak menutup kemungkinan jika anak teknik memang berinovasi yg bersolusi. Asal sering interaksi, bukan malah keranjingan meneliti.
17. Mengapa harus seperti itu sih? Karena kita hidup dalam ekonomi. Sebuah syarat mati yang hakiki
18. Itulah langkah, agar manusia tidak berusaha mengadaptasi teknologi. Justru teknologi harus beradaptasi dgn kebutuhan manusia.
Jadi sebagai salam perpisahan, “Kuliahlah biar pinter, bukan biar lulus cumlaude!”
15. SBM dan FSRD sudah sepatutnya mengerti mengenai “Need”, “Wants”, “Demand”. Karena itu titik akhir dari pendekatan sisi humanitas.
follow @azuzubulahtap

Tembikar YangBerubah
2
Oleh Sutansyah Bangku taman yang selalu kududuki itu sekarang telah penuh karat, namun yang mungkin kurasakan bukanlah hanya sekedar besi yang mencoklat itu, tapi setiap detik yang terjadi selama aku pernah mendudukinya Taman ini letaknya tepat di depan gang rumahku. Bukan taman yang elit, juga bukan taman bermain modern. Taman ini sekarang justru dilestarikan sebagai taman yang ‘klasik’. Semua bagian taman ini tetap seperti sedia kala, hijau, tanpa tersentuh teknologi. Hanya satu bagian dari taman ini yang diubah, lambang pandangan masyarakat sekarang kata mereka Ada kalanya dimana taman ini adalah tempat yang berkonstruksikan modern, namun semua modernisme itu akhirnya digerogoti putaran waktu. Tapi perasaan akan sebuah ingatan tidak pernah bisa dikalahkan oleh waktu. Aku masih tetap ingat, ketika 40 tahun yang lalu, aku mengata-kan sesuatu pada dirinya, dan ia menangis tersedu mendengar kata kataku. Tentu aku kaget, mendengar isak tangisnya yang begitu dalam. Aku pun begitu bingung, melihat reaksinya yang tak seperti aku harapkan, dalam hatiku, rasanya kuingin tetap diam, menunggu ia puas meneteskan air matanya. Namun ketika kulihat sekeliling, kusadar orang orang sekitar melihatku dengan tatapan tajam, seolah bertanya pria macam apa yang berani melukai wanita secantik itu.
Tatapan tajam itu sebenarnya bukan kekhawatiran utamaku, karena yang begitu berat kurasa-kan, adalah suara tangisnya yang lembut dan seolah ia tahan. Maka di tengah tengah kebingungan ini ku pengang tangannya, dan kucoba menunduk melihat wajahnya yang ia turunkan kebawah. Aku melihat senyum, senyum yang begitu manis namun dibasahi air matanya, air mata tanda haru dari dirinya. Maka kuangkat tinggi tinggi dirinya, kupeluk dia lebih erat dari sebelumnya.
Ia yang sekarang menjadi istriku, di hari aku memintanya untuk menikah denganku.
“Tembikar yang berubah, dunia yang berkata”
1
Benda yang sekarang tak ada lagi di taman itu pun menjadi saksi, di hari yang begitu kuingat, dan berhasil mengubah hidupku. Aku duduk di bangku panjang yang belum berkarat pada waktu itu, bersama ia yang masih tetap kucintai, tanpa kurang sedikitpun. Ada kesedihan pada masa itu, tapi kami menunggu harapan, harapan akan masa depan, harapan akan warna hidup kami, dan harapan itu datang dalam sebuah deringan telepon genggam. Ia melihat nomor di layar telepon yang telah ditandai dengan sebuah nama. Kulihat matanya terbelalak, lalu spontan menyerahkan telepon itu padaku. Aku terdiam sejenak, menatap matanya yang penuh ketakutan, lalu memandangi layar telepon yang bercahaya hijau. Berkelip kelip, seolah menggambarkan potret masa depan kami saat itu, bergantian padam dan menyala dalam tempo yang cepat, tak tentu bentuknya. Dan di masa seperti itu, perasaanku meneriak-kan keberanian.
Kuangkat telepon itu, kudengar setiap kata dari sisi lain teleponku, lalu kupencet tombol tutup berwarna merah. Yang kuingat setelah itu, adalah kami berdua menari di bawah pohon besar, lalu menceburkan diri ke kolam taman yang kotor, namun kami tetap tertawa di tengah tengah siraman air mancur kecoklatan itu.
Kami, yang telah lama divonis tak mampu menghasilkan buah hati, telah dikaruniai anak malam itu
Benda yang sekarang digantikan benda baru itu pun kembali menatap kami, ketika kami sekarang menunggu orang yang paling berharga bagi kami. Karat di kursi ini sekarang kian menjalar, namun masih cukup kuat untuk menahan berat badan dua lansia yang berharap cemas. Bukan telepon genggam yang sekarang kami lihat, namun sebuah laptop dan lambang koneksi berkedip di ujung layarnya. Berkali kali kutekan tombol ‘refresh’ dan mencoba membuka program yang telah diajarkan olehnya. Beberapa menit kami menunggu, lalu terbuka sebuah layar, dan aku bisa melihat wajahnya, wajah tampan putra angkat kami.
‘ayaaahhh’, ia berteriak gembira dengan senyumnya. aku tak kuasa menahan air mata. Kami amat khawatir, dan senyum di wajahnya berarti begitu banyak bagi kami. Kami mengobrol cukup lama, setengah takjub pada teknologi ini. ‘ini namanya video call ayah, mulai sekarang ayah bisa hubungi eri setiap hari, dan ngobrol langsung kayak gini’. Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya ucapan terima kasih yang mampu keluar. Melihat anak tunggal kami yang mengejar mimpi, dan setiap hari semakin dekat dengan impiannya. Ada rasa bahagia, namun ada juga kehilangan. Akankah ia mengingat kami ketika ia berhasil meraih apa yang ia mau?

Tembikar YangBerubah
2
Oleh Sutansyah Bangku taman yang selalu kududuki itu sekarang telah penuh karat, namun yang mungkin kurasakan bukanlah hanya sekedar besi yang mencoklat itu, tapi setiap detik yang terjadi selama aku pernah mendudukinya Taman ini letaknya tepat di depan gang rumahku. Bukan taman yang elit, juga bukan taman bermain modern. Taman ini sekarang justru dilestarikan sebagai taman yang ‘klasik’. Semua bagian taman ini tetap seperti sedia kala, hijau, tanpa tersentuh teknologi. Hanya satu bagian dari taman ini yang diubah, lambang pandangan masyarakat sekarang kata mereka Ada kalanya dimana taman ini adalah tempat yang berkonstruksikan modern, namun semua modernisme itu akhirnya digerogoti putaran waktu. Tapi perasaan akan sebuah ingatan tidak pernah bisa dikalahkan oleh waktu. Aku masih tetap ingat, ketika 40 tahun yang lalu, aku mengata-kan sesuatu pada dirinya, dan ia menangis tersedu mendengar kata kataku. Tentu aku kaget, mendengar isak tangisnya yang begitu dalam. Aku pun begitu bingung, melihat reaksinya yang tak seperti aku harapkan, dalam hatiku, rasanya kuingin tetap diam, menunggu ia puas meneteskan air matanya. Namun ketika kulihat sekeliling, kusadar orang orang sekitar melihatku dengan tatapan tajam, seolah bertanya pria macam apa yang berani melukai wanita secantik itu.
Tatapan tajam itu sebenarnya bukan kekhawatiran utamaku, karena yang begitu berat kurasa-kan, adalah suara tangisnya yang lembut dan seolah ia tahan. Maka di tengah tengah kebingungan ini ku pengang tangannya, dan kucoba menunduk melihat wajahnya yang ia turunkan kebawah. Aku melihat senyum, senyum yang begitu manis namun dibasahi air matanya, air mata tanda haru dari dirinya. Maka kuangkat tinggi tinggi dirinya, kupeluk dia lebih erat dari sebelumnya.
Ia yang sekarang menjadi istriku, di hari aku memintanya untuk menikah denganku.
“Tembikar yang berubah, dunia yang berkata”
1
Benda yang sekarang tak ada lagi di taman itu pun menjadi saksi, di hari yang begitu kuingat, dan berhasil mengubah hidupku. Aku duduk di bangku panjang yang belum berkarat pada waktu itu, bersama ia yang masih tetap kucintai, tanpa kurang sedikitpun. Ada kesedihan pada masa itu, tapi kami menunggu harapan, harapan akan masa depan, harapan akan warna hidup kami, dan harapan itu datang dalam sebuah deringan telepon genggam. Ia melihat nomor di layar telepon yang telah ditandai dengan sebuah nama. Kulihat matanya terbelalak, lalu spontan menyerahkan telepon itu padaku. Aku terdiam sejenak, menatap matanya yang penuh ketakutan, lalu memandangi layar telepon yang bercahaya hijau. Berkelip kelip, seolah menggambarkan potret masa depan kami saat itu, bergantian padam dan menyala dalam tempo yang cepat, tak tentu bentuknya. Dan di masa seperti itu, perasaanku meneriak-kan keberanian.
Kuangkat telepon itu, kudengar setiap kata dari sisi lain teleponku, lalu kupencet tombol tutup berwarna merah. Yang kuingat setelah itu, adalah kami berdua menari di bawah pohon besar, lalu menceburkan diri ke kolam taman yang kotor, namun kami tetap tertawa di tengah tengah siraman air mancur kecoklatan itu.
Kami, yang telah lama divonis tak mampu menghasilkan buah hati, telah dikaruniai anak malam itu
Benda yang sekarang digantikan benda baru itu pun kembali menatap kami, ketika kami sekarang menunggu orang yang paling berharga bagi kami. Karat di kursi ini sekarang kian menjalar, namun masih cukup kuat untuk menahan berat badan dua lansia yang berharap cemas. Bukan telepon genggam yang sekarang kami lihat, namun sebuah laptop dan lambang koneksi berkedip di ujung layarnya. Berkali kali kutekan tombol ‘refresh’ dan mencoba membuka program yang telah diajarkan olehnya. Beberapa menit kami menunggu, lalu terbuka sebuah layar, dan aku bisa melihat wajahnya, wajah tampan putra angkat kami.
‘ayaaahhh’, ia berteriak gembira dengan senyumnya. aku tak kuasa menahan air mata. Kami amat khawatir, dan senyum di wajahnya berarti begitu banyak bagi kami. Kami mengobrol cukup lama, setengah takjub pada teknologi ini. ‘ini namanya video call ayah, mulai sekarang ayah bisa hubungi eri setiap hari, dan ngobrol langsung kayak gini’. Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya ucapan terima kasih yang mampu keluar. Melihat anak tunggal kami yang mengejar mimpi, dan setiap hari semakin dekat dengan impiannya. Ada rasa bahagia, namun ada juga kehilangan. Akankah ia mengingat kami ketika ia berhasil meraih apa yang ia mau?

Benda itu telah melihat lebih banyak lagi bagian hidup kami, saksi bisu yang sekarang telah diubah, demi kesesuaian pandangan masyarakat. Kali ini aku hanya duduk sendiri, ditemani lagu yang kuputar dari radio portabel kuning oval, yang biasanya selalu ia bawa kemanapun ia pergi. ‘Fill my heart with song… and let me sing for ever more…’ lagu favoritnya secara tidak sengaja dimainkan, aku pun teringat saat pertama ia berkata bahwa ia sangat menyukai lagu ini. senyumnya begitu manis, betapa ku ingin menci-umnya. ‘You are all I long for, all I worship, and adore…’ Tapi aku tak mau merusak senyum itu, maka kukecup dahinya, dan ia tertawa kecil. Tawa yang sekarang terus terulang dan terulang di benakkku, menjadikan alunan lagu ini seolah berjalan diiringi oleh tawanya. ‘In other words… please be true…’. Lagi lagi air mata berlarian menyeruak. namun air mata kali ini berbeda. tak ada rasa haru di tiap tetesnya. ‘In other words… I love you…’ ia selalu berkata ini adalah bagian favoritnya. kejujuran. Itulah yang selalu ia rasa-kan dan menjadi alasan mengapa ia menyukai bagian ini. namun kata kata maupun nyanyian itu tak dapat lagi kudengar, hanya akan terucap dalam angan, wujud potongan ingatan dalam pikiran. karena sekarang ia telah tiada. Di bangku taman itu aku duduk, bukan diantara kerumunan kerabat yang juga meneteskan airmata, bukan di samping tempat peristirahatan terakhir istriku.
Tapi di bangku taman itu, istriku yang amat kucintai, telah meninggalkanku lebih dulu.
Kehidupanku berjalan di depan sepasang mata itu, mata yang sudah tak lagi menatap dengan sama, meski mata itu bukanlah mata manusia. Hanya sebuah benda, namun itu adalah simbol dari wajah masyarakat kami. Patung yang berdiri tegak tanpa pakaian, gambaran kesempurnaan fisik seorang manusia. Ada kalanya masyarakat berpikir bahwa begitulah figur manusia yang seharusnya, kondisi prima tubuh seorang pria, yang otot-otonya terbentuk dengan imbang, dan keindahan tubuhnya tak diragukan. Bahwa semua manusia seharusnya sempurna bak replika patung Daud itu.
Namun apa itu sebenarnya wajah kesempur-naan? Setelah 110 tahun taman ini dibangun, setelah karat itu telah memenuhi seluruh bagian kursi taman yang kududuki. setelah taman ini dilestarikan dan dianggap sebagai wajah klasik sebuah kota, justru satu satunya benda yang masyarakat tolak adalah patung indah itu.
Tak ada yang sempurna dari hidupku, begitu juga orang orang tercintaku, namun aku selalu tersenyum setiap kali mengingatnya, dan aku sadar, bahwa nilai suatu kejadian, jauh melebihi bentuk fisik apapun di dalamnya.
Sekarang benda itu telah digantikan, dengan patung seorang kakek, yang tak lagi memiliki otot, dengan perut buncit, dan punggung yang mem-bungkuk. Pandangan masyarakat yang berubah, mereka yang mulai menyadari, bahwa lambang kesempurnaan adalah perasaan bahagia, perasaan bangga, serta senyum ketika melihat apa yang telah kita dapat di masa lampau. Inilah taman klasik, simbol penghargaan bagi ingatan masa lampau, juga penghargaan kesempurnaan bagi mereka yang percaya bahwa kata ‘sempurna’ sama sekali tidak dapat digambarkan oleh bentuk fisik, namun kebahagiaan dan rasa percaya di dalam hati. Karena itulah, di wajah kakek bungkuk renta itu, terpahat sebuah senyum indah. Senyum yang memancarkan seluruh kebahagiaan, meski ia tak lagi muda
Kali ini, dengan seorang saksi bisu yang baru, aku duduk di bangku penuh karat itu, melihat kolam yang tak lagi kotor, ditemani pohon yang sekarang begitu besar. Kemudian kututup laptop ini, dengan perasaan bangga karena putraku sekarang telah menjadi orang besar, itu yang kutangkap dari kata katanya di video call tadi. Sekarang semua begitu damai, taman ini telah mengerti apa yang ada di pikiranku, dan menyam-paikannya dengan baik pada masyarakat. Maka aku menyandarkan diriku di bangku, menggengam erat tongkat kayu ku, dan bersiap menemui dirinya.
Fin3

Clothes MakeThe Man
2
oleh Faza AdigunoCara paling mudah untuk mengidentifikasi gaya hidup, demografi, tingkat pendidikan serta status ekonomi seseorang adalah dengan melihat, serta menilai cara dia berpakaian. Clothes make the man. Sebuah kalimat pendek, terkesan arogan (bahkan disaat tertentu, kejam) namun painfully, benar.
j
Kemeja Oxford berwarna putih, dikalungi dasi berwarna merah atau terkadang hitam, dan dibaluti oleh Mantel Tweed berwarna beige, yang somehow goes well dengan peci hitam dan tongkat kenegaraan, memberi kesan “jantan” yang proporsional (bukan jantan seperti Goliath, namun jantan yang ter-compress).
Namun untungnya, situasi ini sudah mulai berubah. Dengan meningkatnya jumlah label paka-ian lokal yang berbasis Youth Culture di Kota-kota besar di Indonesia, angkatan muda negeri ini mulai belajar kembali cara berpakaian yang baik dan benar, enak dilihat serta yang paling penting, proporsional dan terkoordinasi dengan baik.
Aliansi vertical dua arah antara pekerja kreatif di Bandung dan Jakarta mulai membuahkan hasil nyata. Hal ini ditandai dengan membaiknya kualitas label pakaian local yang tadinya terkesan selengean, sekarang sudah mulai tumbuh dan membuat pakaian yang memiliki kesan lebih dewasa.
Di Jakarta, setiap 3-4 bulan sekali digelar sebuah acara yang memperkenalkan tendensi baru industri apparel lokal kita. Acara tersebut dinamakan BrightSpot, dan diadakan atas kesadaran kolektif para pekerja kreatif di Jakarta dan Bandung, dan setiap merek yang ingin masuk ke acara tersebut dikurasi dengan ketat untuk mengantisipasi degradasi kualitas.
Intinya, Indonesia sedang berada di ruang ganti, bersiap mengikat sepatu oxfordnya menuju versi Indonesia yang lebih elegan.
Di kota-kota besar di Indonesia, yang sering kali kita lihat menempel ditubuh remaja serta orang dewasa-muda di jalanan adalah sebuah hibrida dari gaya hidup menengah, clothing label (saya juga heran kenapa mereka berani mena-makan diri mereka sendiri clothing label ) berkualitas rendah dengan desain yang medio-cre, ditambah pula dengan selera berpakaian yang tidak sinergis, tidak mempedulikan potongan, serta koordinasi warna yang buruk.
Sebuah hal yang sangat disayangkan namun harus diakui, Indonesia adalah salah-satu bangsa yang paling buruk di wilayah Asia Tenggara ketika mereka harus mengapresiasi estetika modern, baik desain bangunan, produk, musik, dan dalam hal ini, fashion.
Menurut saya, hal ini buruk dan tidak boleh dibiarkan bergulir ke generasi selanjutnya. Indonesia dahulu dikenal sebagai produsen kain tradisional premium terbaik di wilayah Asia (selain Cina) dan bangsa kita memiliki selera berpakaian yang menurut hemat saya, cukup baik.
Dapat diukur dari cara berpakaian Bapak Bangsa kita, Ir. Soekarno. Ir. Soekarno dimasa kepresidenannya selalu tampil didepan umum dengan sebuah gambaran yang sangat luar biasa. Beliau selalu terlihat gagah, superior, cerdas, dan bahkan terkadang dapat terlihat sedikit intimidatif apabila beliau sedang dalam kunjungan kenegaraan, membuat siapapun yang bertemu dengannya segan serta melihat citra Indonesia yang “perkasa”.
“Clothes make the man. Naked people have little
or no influence on society.”Mark Twain
US humorist, novelist, short story author, & wit �1835 � 1910�
“Supaya disegani dan ditakuti orang�orang bangsat negeri ini,
seharusnya Pak Susilo berpakaian seperti Ir. Soekarno.”

Clothes MakeThe Man
2
oleh Faza AdigunoCara paling mudah untuk mengidentifikasi gaya hidup, demografi, tingkat pendidikan serta status ekonomi seseorang adalah dengan melihat, serta menilai cara dia berpakaian. Clothes make the man. Sebuah kalimat pendek, terkesan arogan (bahkan disaat tertentu, kejam) namun painfully, benar.
j
Kemeja Oxford berwarna putih, dikalungi dasi berwarna merah atau terkadang hitam, dan dibaluti oleh Mantel Tweed berwarna beige, yang somehow goes well dengan peci hitam dan tongkat kenegaraan, memberi kesan “jantan” yang proporsional (bukan jantan seperti Goliath, namun jantan yang ter-compress).
Namun untungnya, situasi ini sudah mulai berubah. Dengan meningkatnya jumlah label paka-ian lokal yang berbasis Youth Culture di Kota-kota besar di Indonesia, angkatan muda negeri ini mulai belajar kembali cara berpakaian yang baik dan benar, enak dilihat serta yang paling penting, proporsional dan terkoordinasi dengan baik.
Aliansi vertical dua arah antara pekerja kreatif di Bandung dan Jakarta mulai membuahkan hasil nyata. Hal ini ditandai dengan membaiknya kualitas label pakaian local yang tadinya terkesan selengean, sekarang sudah mulai tumbuh dan membuat pakaian yang memiliki kesan lebih dewasa.
Di Jakarta, setiap 3-4 bulan sekali digelar sebuah acara yang memperkenalkan tendensi baru industri apparel lokal kita. Acara tersebut dinamakan BrightSpot, dan diadakan atas kesadaran kolektif para pekerja kreatif di Jakarta dan Bandung, dan setiap merek yang ingin masuk ke acara tersebut dikurasi dengan ketat untuk mengantisipasi degradasi kualitas.
Intinya, Indonesia sedang berada di ruang ganti, bersiap mengikat sepatu oxfordnya menuju versi Indonesia yang lebih elegan.
Di kota-kota besar di Indonesia, yang sering kali kita lihat menempel ditubuh remaja serta orang dewasa-muda di jalanan adalah sebuah hibrida dari gaya hidup menengah, clothing label (saya juga heran kenapa mereka berani mena-makan diri mereka sendiri clothing label ) berkualitas rendah dengan desain yang medio-cre, ditambah pula dengan selera berpakaian yang tidak sinergis, tidak mempedulikan potongan, serta koordinasi warna yang buruk.
Sebuah hal yang sangat disayangkan namun harus diakui, Indonesia adalah salah-satu bangsa yang paling buruk di wilayah Asia Tenggara ketika mereka harus mengapresiasi estetika modern, baik desain bangunan, produk, musik, dan dalam hal ini, fashion.
Menurut saya, hal ini buruk dan tidak boleh dibiarkan bergulir ke generasi selanjutnya. Indonesia dahulu dikenal sebagai produsen kain tradisional premium terbaik di wilayah Asia (selain Cina) dan bangsa kita memiliki selera berpakaian yang menurut hemat saya, cukup baik.
Dapat diukur dari cara berpakaian Bapak Bangsa kita, Ir. Soekarno. Ir. Soekarno dimasa kepresidenannya selalu tampil didepan umum dengan sebuah gambaran yang sangat luar biasa. Beliau selalu terlihat gagah, superior, cerdas, dan bahkan terkadang dapat terlihat sedikit intimidatif apabila beliau sedang dalam kunjungan kenegaraan, membuat siapapun yang bertemu dengannya segan serta melihat citra Indonesia yang “perkasa”.
“Clothes make the man. Naked people have little
or no influence on society.”Mark Twain
US humorist, novelist, short story author, & wit �1835 � 1910�
“Supaya disegani dan ditakuti orang�orang bangsat negeri ini,
seharusnya Pak Susilo berpakaian seperti Ir. Soekarno.”

High Frequency Active Auroral Research Program[ [
AARP (High Frequency Active Auroral Research Program) adalah suatu riset yang dilakukan oleh HAngkatan Laut Militer Amerika yang bekerjasama
dengan universitas-universitas terkemuka serta ahli sains dunia dengan tujuan untuk lebih maju dalam mempelajari properti fisik dan elektrik di bumi. Tujuan jangka panjang research ini adalah untuk dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi (militer), juga untuk menangkal rudal (ancaman nuklir) yang mengarah ke tujuan tertentu dengan mengganggu komunikasi radarnya, sehingga dapat membuat rudal meleset dari sasaran.
Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan masih banyak yang belum diketahui. Dikatakan bahwa proyek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki bagian besar diagnostik instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman ilmiah yg berkenaan dengan ionosfir dinamika. Walaupun ditakutkan akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal, ilmuwan yang terlibat
dalam aeronomy, ruang sains, atau fisika plasma mengabaikan ketakutan ini sebagai teori yang tak berdasar.
HAARP sendiri terletak di Alaska, Amerika Serikat. Lebih tepatnya lagi HAARP berada di Gakona, Alaska yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias.
Apakah Ionosphere itu?
Adalah bagian teratas dan terpenting dalam atmosfer bumi kita. Ionosphere sangat penting karena dapat menyaring radiasi cahaya matahari agar tidak langsung jatuh ke bumi. Ionosphere berperan dalam mengatur kadar kelistrikan dalam atmosfer dan membentuk inti dari tepi magnetosphere. Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, yaitu mempengaruhi gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.
Cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain. Caranya dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfer juga akan
naik. Maka tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream (arus jet).
Tapi HAARP belum sempurna dan masih dalam tahap pengetesan (di seluruh dunia). Dicurigai HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh alam. Jika satu tahun batas maksimal badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali. Bukti lain adalah ketidakstabilan cuaca ekstrim, yang telah rusak di setiap wilayah utama di Dunia selama beberapa tahun terakhir. Badai dan badai tropis telah melanda Karibia.Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah badai di Karibia, pulau Grenada benar-benar hancur mengakibatkan 37 orang meninggal dan sekitar dua pertiga dari pulau ini 100.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
Presiden Venezuela, Hugo Chavez menyatakan gempa yang terjadi di Haiti adalah upaya uji coba senjata tektonik Amerika Serikat. Gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang menghancurkan Haiti dan merenggut ratusan ribu korban itu dicurigai merupakan hasil manipulasi lapisan ionosphere. Dikutip dari Koran ABC Spanyol. Inilah kutipan aslinya pernyataan Hugo Chavez. "President Chavez said the US was 'playing God' by testing devices capable of creating eco-type catastrophes in Haiti.” Namun demikian Hugo Chaves tidak menunjukkan sumber atau alasan yang membuktikan pernyataan tersebut. Jikalau benar demikian, agenda ini pasti berkaitan dengan proyek HAARP
Mengapa ilmuwan Amerika mengizinkan kerusakan dan kehilangan nyawa akibat bencana baru-baru ini dan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika mereka memiliki kemampuan untuk menjaga agar bencana ini tidak terjadi? Bukankah Pemerintah Amerika juga memiliki kepentingan yang sama dengan apa yang ada di pikiran kita? Singkirkan segera pikiran itu karena masih banyak aspek lain dari teknologi HAARP ini. Teknologi ini dapat digunakan sebagai senjata yang sangat efektif menghancurkan dengan berbagai skala kehancuran, dengan mayoritas penduduk di dunia sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada mereka. Selain
itu, sebagian besar orang saat ini masih percaya bahwa kontrol terhadap cuaca planet ini berada di luar kendali umat manusia.
Semua manusia masih percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat mengendalikan cuaca, dan kita mengambil kenyamanan besar dalam kepercayaan ini. Bagaimanapun, kita tahu bahwa bumi adalah planet kecil yang meluncur melalui ruangan yang kosong, dingin, dan tidak ramah pada kecepatan lebih dari 60.000 mil per jam. Sebagian besar dari kita secara naluriah tahu bahwa kita hanya dapat mempercayai adanya kekuatan Tuhan yang mengendalikan sistem operasi dasar dari planet bumi. Jika kita sempat berpikir bahwa manusia, dengan segala kejahatannya yang melekat, bisa memegang kendali dari sistem operasi dasar bumi, dan seluruh bumi bisa hancur oleh kejahatan manusia tersehut baik secara disengaja maupun oleh kurangnya pemahaman tentang kekuatan sekarang ada pada tangannya, kita akan melihat suatu kepanikan yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya! Jangan salah paham, bumi bisa dihancurkan, dibuat tidak layak untuk tempat tinggal manusia, dengan kesalahan yang sengaja diciptakan. Itulah salah satu contoh teknologi yang penuh misteri konspirasi.
***
Oleh Adryan Hafizh

High Frequency Active Auroral Research Program[ [
AARP (High Frequency Active Auroral Research Program) adalah suatu riset yang dilakukan oleh HAngkatan Laut Militer Amerika yang bekerjasama
dengan universitas-universitas terkemuka serta ahli sains dunia dengan tujuan untuk lebih maju dalam mempelajari properti fisik dan elektrik di bumi. Tujuan jangka panjang research ini adalah untuk dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi (militer), juga untuk menangkal rudal (ancaman nuklir) yang mengarah ke tujuan tertentu dengan mengganggu komunikasi radarnya, sehingga dapat membuat rudal meleset dari sasaran.
Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan masih banyak yang belum diketahui. Dikatakan bahwa proyek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki bagian besar diagnostik instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman ilmiah yg berkenaan dengan ionosfir dinamika. Walaupun ditakutkan akan digunakan sebagai senjata pemusnah massal, ilmuwan yang terlibat
dalam aeronomy, ruang sains, atau fisika plasma mengabaikan ketakutan ini sebagai teori yang tak berdasar.
HAARP sendiri terletak di Alaska, Amerika Serikat. Lebih tepatnya lagi HAARP berada di Gakona, Alaska yang terletak di barat Taman Nasional Wrangell-Saint Elias.
Apakah Ionosphere itu?
Adalah bagian teratas dan terpenting dalam atmosfer bumi kita. Ionosphere sangat penting karena dapat menyaring radiasi cahaya matahari agar tidak langsung jatuh ke bumi. Ionosphere berperan dalam mengatur kadar kelistrikan dalam atmosfer dan membentuk inti dari tepi magnetosphere. Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, yaitu mempengaruhi gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.
Cara kerja HAARP adalah dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit. Hal ini dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya, sehingga pada masa percobaan dapat terjadi suatu hal yang tidak diinginkan misalnya terjadi badai, gempa bumi, gangguan sinyal dan lain-lain. Caranya dengan menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu tekanan yang berada di atmosfer juga akan
naik. Maka tekanan yang terbentuk dikumpulkan di satu titik dan terbentuklah manipulasi jetstream (arus jet).
Tapi HAARP belum sempurna dan masih dalam tahap pengetesan (di seluruh dunia). Dicurigai HAARP sudah dalam tahap beta pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi dalam satu tahun dilanggar oleh alam. Jika satu tahun batas maksimal badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali. Bukti lain adalah ketidakstabilan cuaca ekstrim, yang telah rusak di setiap wilayah utama di Dunia selama beberapa tahun terakhir. Badai dan badai tropis telah melanda Karibia.Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah badai di Karibia, pulau Grenada benar-benar hancur mengakibatkan 37 orang meninggal dan sekitar dua pertiga dari pulau ini 100.000 jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
Presiden Venezuela, Hugo Chavez menyatakan gempa yang terjadi di Haiti adalah upaya uji coba senjata tektonik Amerika Serikat. Gempa berkekuatan 7.0 skala richter yang menghancurkan Haiti dan merenggut ratusan ribu korban itu dicurigai merupakan hasil manipulasi lapisan ionosphere. Dikutip dari Koran ABC Spanyol. Inilah kutipan aslinya pernyataan Hugo Chavez. "President Chavez said the US was 'playing God' by testing devices capable of creating eco-type catastrophes in Haiti.” Namun demikian Hugo Chaves tidak menunjukkan sumber atau alasan yang membuktikan pernyataan tersebut. Jikalau benar demikian, agenda ini pasti berkaitan dengan proyek HAARP
Mengapa ilmuwan Amerika mengizinkan kerusakan dan kehilangan nyawa akibat bencana baru-baru ini dan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika mereka memiliki kemampuan untuk menjaga agar bencana ini tidak terjadi? Bukankah Pemerintah Amerika juga memiliki kepentingan yang sama dengan apa yang ada di pikiran kita? Singkirkan segera pikiran itu karena masih banyak aspek lain dari teknologi HAARP ini. Teknologi ini dapat digunakan sebagai senjata yang sangat efektif menghancurkan dengan berbagai skala kehancuran, dengan mayoritas penduduk di dunia sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi pada mereka. Selain
itu, sebagian besar orang saat ini masih percaya bahwa kontrol terhadap cuaca planet ini berada di luar kendali umat manusia.
Semua manusia masih percaya bahwa hanya Tuhan yang dapat mengendalikan cuaca, dan kita mengambil kenyamanan besar dalam kepercayaan ini. Bagaimanapun, kita tahu bahwa bumi adalah planet kecil yang meluncur melalui ruangan yang kosong, dingin, dan tidak ramah pada kecepatan lebih dari 60.000 mil per jam. Sebagian besar dari kita secara naluriah tahu bahwa kita hanya dapat mempercayai adanya kekuatan Tuhan yang mengendalikan sistem operasi dasar dari planet bumi. Jika kita sempat berpikir bahwa manusia, dengan segala kejahatannya yang melekat, bisa memegang kendali dari sistem operasi dasar bumi, dan seluruh bumi bisa hancur oleh kejahatan manusia tersehut baik secara disengaja maupun oleh kurangnya pemahaman tentang kekuatan sekarang ada pada tangannya, kita akan melihat suatu kepanikan yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya! Jangan salah paham, bumi bisa dihancurkan, dibuat tidak layak untuk tempat tinggal manusia, dengan kesalahan yang sengaja diciptakan. Itulah salah satu contoh teknologi yang penuh misteri konspirasi.
***
Oleh Adryan Hafizh





kalau saja saya bisa menyimpan pilihandan memilihnya di masa depan,di waktu yang saya anggap tepat,rasanya saya tidak punya alasanuntuk merasa ragu lagi.
ya betul,aku hanya berilusi.
karena, kita ada di ruang yang berbeda.
kamu bukan pilihan.Oleh Nindya Kusuma Wardhani

“Sebab Indonesia... 17 ribu pulau yg berjajar dari barat sampai ke Timur,
adalah sumber kreatif yg tumbuh dalam kebhinekaan.”
“Para ibu & bapak pendiri republik dgn arif menyadari hal itu.
Itulah sebabnya Pancasila digali, dilahirkan, disepakati...”
“Tidak, Pancasila bukanlah wahyu dari langit.
Ia lahir dari jerih payah dalam sejarah”
“Ia (Pancasila) tumbuh dari benturan kepentingan, sumbang-menyumbang gagasan,
saling mendengar dalam bersaing dan berembug”
“Dgn demikian ia (Pancasila) mengakui perbedaan manusia
dan ketidak-sempurnaannya. Ia tak menganggap diri doktrin yg maha benar.”
“Maka Indonesia tak menganggap Pancasila sebagai agama”
“– sebagaimana Indonesia tidak pernah
dan tidak hendak mendasarkan dirinya pada satu agama apapun.”