Wawancara and Anamnesis
Click here to load reader
-
Upload
marhaban-wien -
Category
Documents
-
view
723 -
download
0
Transcript of Wawancara and Anamnesis
Pengertian wawancara
Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk
meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Wawancara dapat dilakukan oleh direksi
kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak lainnya.
Teknik Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk
memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya. Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya
dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar
pertanyaan. Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang
diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.
Wawancara dapat dilakukan oleh direksi kepada pelamar pekerjaan, pelanggan atau pihak
lainnya.Teknik Wawancara, adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk
memperoleh keterangan, informasi dan sejenisnya. Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya
dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
Tujuan dan Manfaat
Untuk memperoleh infomasi tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan hal-hal
subyektif lainnya dari berbagai sumber informan, yang berkaitan dengan pendidikan politik.
Pengertian Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya.
Tujuan Anamnesis
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan
yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat
maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak
jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara
umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan
anamnesis yang benar.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara
seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu
dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup.
Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah
pintu pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.
Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis
atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu
anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik
karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia
rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada
pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada
pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang
didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang
dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.
Persiapan untuk anamnesis
Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila dokter yang melakukan anamnesis
tersebut menguasai dengan baik teori atau pengetahuan kedokteran. Tidak mungkin seorang
dokter akan dapat mengarahkan pertanyaan-pertanyaannya dan akhirnya mengambil kesimpulan
dari anamnesis yang dilakukan bila dia tidak menguasai dengan baik ilmu kedokteran. Seorang
dokter akan kebingungan atau kehilangan akal apabila dalam melakukan anamnesis tidak tahu
atau tidak mempunyai gambaran penyakit apa saja yang dapat menimbulkan keluhan atau gejala
tersebut, bagaimana hubungan antara keluhan-keluhan tersebut dengan organ-organ tubuh dan
fungsinya. Umumnya setelah selesai melakukan anamnesis seorang dokter sudah harus mampu
membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang paling mungkin untuk
kasus yang dihadapinya. Kesimpulan ini hanya dapat dibuat bila seorang dokter telah
mempersiapkan diri dan membekali diri dengan kemampuan teori atau ilmu pengetahuan
kedokteran yang memadai.
Meskipun demikian harus disadari bahwa tidak ada seorang dokterpun yang dapat dengan
yakin menyatakan bahwa dia pasti selalu siap dan mampu mendiagosis setiap keluhan pasiennya.
Bahkan seorang dokter senior yang sudah berpengalaman sekalipun pasti pernah mengalami
kebingungan ketika menghadapi pasien dengan keluhan yang sulit dianalisa.
Cara melakukan anamnesis
Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter,
antara lain :
1. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman
bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana
diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan
kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari
pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai
akan lebih mudah melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien
dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang
terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A
tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama
persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya.
Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan
saat ini.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan
leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya
sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur.
Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk
minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai
terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana.
5. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat
dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia
atau sulit dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter
melakukan anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.
7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik
pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi
bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak
sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah
tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
8. Gunakan metode yang sistematis Anamnesis
yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang baku.
Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewat. Tantangan dalam
Anamnesis Pasien yang tertutup Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa
cemas atau tertekan, tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang
demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya kadang
perlu orang lain (keluarga atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab
pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali
pasien dan dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada
hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2. Pasien yang terlalu banyak keluhan Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter
dengan begitu banyak keluhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk
memilah-milah keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh
kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang
sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien
mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu
penyakit atau kebetulan pada saat tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
3. Hambatan bahasa dan atau intelektual Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas
disuatu daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita
kuasai. Keadaan semacam ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter
harus segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu
dapat meminta bantuan perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan
membantu menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika
menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan
atau penjelasan dokternya. Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau
memberikan penjelasan dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.
4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila
seorang dokter berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja
anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di
dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan
diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung dan kehilangan kendali dalam melakukan
anamnesis pada kasus-kasus ini.
5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah
dan cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah
memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang
dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan
diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing
dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter
juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan
menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.
Sistematika Anamnesis Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode
atau sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan
anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang
terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa
saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari :
1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kebiasaan/social
7. Anamnesis sistem
1. Data umum pasien
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
b. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
d. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya.
Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-
pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan)
seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien datang
dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat untuk
menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang
dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan
dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan pertanyaan-
pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan
diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis
riwayat penyakit sekarang, yakni :
(1) Kronologi atau perjalanan penyakit,
(2) Gambaran atau deskripsi keluhan utama,
(3) Keluhan atau gejala penyerta, dan
(4) Usaha berobat. Selama melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara
detail dan lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan
munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan
penyakitnya apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat
sampai akhirnya datang mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala
tersebut bersifat akut atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang
mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan
atau gejala tersebut bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya
serangan dan durasi atau lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang menyertai
keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha berobat yang sudah
dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah
dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah diminum.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu
secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini
merupakan kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak cukup
hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek,
paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan
dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang
mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama.
6 Riwayat Kebiasaan/Sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah pasien
mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa
banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia
remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-
obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
7. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara singkat dan
sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan belum disebutkan oleh
pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi
mungkin juga merupakan informasi berharga yang terlewatkan.
Kesimpulan Anamnesis
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis
yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis
tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis
dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit dengan banyak
keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah
atau keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat
suatu diagosis kerja yang lebih terarah.
http://razimaulana.wordpress.com/2008/12/02/anamnesis/