Volume V Nomor 9, Februari 2015

68
Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah Selama Tahun 2009 - 2013 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kota Palangka Raya Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Instalasi Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan Di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya Volume V Nomor 9, Februari 2015 ISSN : 2087 - 9105

description

Jurnal Forum Kesehatan - Volume V Nomor 9, Februari 2015

Transcript of Volume V Nomor 9, Februari 2015

Page 1: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif

Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah Selama Tahun 2009 - 2013

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Di Kelurahan Kota Palangka Raya

Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa

Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi

Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya

Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Instalasi

Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan

Di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya

Volume V Nomor 9, Februari 2015

ISSN : 2087 - 9105

Page 2: Volume V Nomor 9, Februari 2015

TIM REDAKSIJurnal Forum Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Tim Penyunting :

Penanggung Jawab : Dhini, M.Kes

Redaktur : Iis Wahyuningsih, S.Sos

Editor : Vissia Didin Ardiyani, SKM, MKM

Tim Pembantu Penyunting :

Penyunting Pelaksana : 1. Dwirina Hervilia, SKM, MKM

2. Munifa, SKM, MPH

Pelaksana TU : 1. Deddy Eko Heryanto, ST

2. Daniel, A.Md.Kom

3. Arizal, A.Md

Tim Mitra Bestari :

1. Dr. Djazuli Chalidyanto, SKM., M.ARS (Dosen FKM UNAIR)

2. Dr. Demsa Simbolon, SKM, MKM (Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu)

3. Dr. Budi Wahyuni, MM, MA (PKBI)

Alamat Redaksi :

Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya

Jalan George Obos No. 32 Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah

Telepon/Fax : 0536 – 3221768

Email : [email protected], [email protected]

Website : www.poltekkes-palangkaraya.ac.id

Terbit 2 (dua) kali setahun.

Page 3: Volume V Nomor 9, Februari 2015

PENGANTAR REDAKSI

Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalamTri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian dankarya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik KesehatanKemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, makadiperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan.

Jurnal Forum Kesehatan merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yangmenyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupuninformasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnyabidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanyaberkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiahPoliteknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama Jurnal Forum KesehatanVolume V Nomor 9, Februari 2015 ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh,kami akan terus lebih memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akanmuncul pada penerbitan – penerbitan selanjutnya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan KemenkesPalangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikankepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya Jurnal Forum KesehatanVolume V Nomor 9, Februari 2015 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan jugadisampaikan kepada Dewan Redaksi dan Tim Mitra Bestari yang telah meluangkanwaktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil penelitian/karya ilmiahyang telah disampaikan kepada redaksi.

Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikanpenghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkannaskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan JurnalForum Kesehatan ini selanjutnya.

Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam Jurnal Forum KesehatanVolume V Nomor 9, Februari 2015 ini dapat menambah wawasan dan memberikanpencerahan bagai lentera yang tak kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifatmembangun sangat diharapkan demi penyempurnaan penerbitan selanjutnya.

Tim Redaksi

Page 4: Volume V Nomor 9, Februari 2015

DAFTAR ISI

Hal.

Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu

Suryaningsih, Rodiyatun, Uswatun Hasanah, Fitriah.............................................................. 1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif

Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014

Ajeng Galuh Wuryandari.......................................................................................................... 9

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

Di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah Selama Tahun 2009 - 2013

Yongwan Nyamin, Natalansyah, Vissia Didin.A. ..................................................................... 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

di Kelurahan Kota Palangka Raya

Yongwan Nyamin, Natalansyah, Reny Sulistyowati ................................................................ 28

Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam

Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi

Esyuananik, Kharisma K, Sri Wayanti, M. Choirin ................................................................ 37

Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya

Maria Julin Rarome, Yeni Lucin ............................................................................................. 44

Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Instalasi

Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Noordiati .................................................................................................................................. 51

Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan Di Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Palangka Raya

Mars Khendra Kusfriyadi, Nang Randu Utama, Lamia Diang Mahalia ................................ 57

Jurnal Forum Kesehatan Volume V Nomor 9, Februari 2015

Page 5: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 1

Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu

Impact of Infant Characteristics on maternal role adaptation

Suryaningsih, Rodiyatun, Uswatun Hasanah, Fitriah

Abstrak. Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) merupakan proses yang bersifat interaktif dan

berkembang yang terjadi sepanjang waktu, selama ibu melekat dengan bayinya, memperoleh kecakapan

dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan mengungkapkan rasa senang dan

puas pada peran tersebut. Apabila peran ibu tidak tercapai maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan bayi, seperti perkembangan mental bayi, tingkah laku bayi, status kesehatan bayi,

kemampuan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Juga meningkatnya jumlah penganiayaan dan

pengabaian terhadap anak. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya dampak infant characteristic dalam

meningkatkan adaptasi pelaksanaan peran ibu. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik

menggunakan desain cross sectional. Populasi yang digunakan adalah ibu nifas 3-32 hari postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Kabupaten Bangkalan yaitu ± 48 ibu nifas diambil secara

insidental. Data diambil menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan korelasi Pearson dan

regresi linier. Hasil analisa menunjukkan bahwa temperamen, penampilan dan status kesehatan

mempunyai korelasi positif terhadap pencapaian peran ibu (R=0,553, R=0,473 dan R=0,773).

Karakteristik bayi dapat menjelaskan 63,3% pencaaian peran ibu dan status kesehatan bayi mempunyai

risiko terbesar dalam pencapain peran ibu. Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai adaptasi

pelaksanaan peran ibu secara optimal, diupayakan untuk menjaga agar bayi selalu berada dalam kondisi

sehat dan terpenuhi kebutuhannya

Kata kunci: karakteristik bayi. Pencapaian peran ibu

Abstrak. Maternal role attainment is a process that is interactive and evolving happens all the time, as

long as the mother is attached to the baby, acquire skills in performing the tasks required in the role, and

expresses a sense of happy and satisfied in that role. If the mother's role is not reached it will affect the

baby's growth and development, such as mental development of infants, infant behavior, infant health

status, social skills to interact with others, and the growing number of abuse and neglect of children.The

aim was to analyze risk of infant characteristics on maternal role attainment. This research used a cross

sectional design. The subject which used consecutive sampling technique consisted of 48 postpartum

mother aged 3-32 days. Data were collected by quesioners and analysis by pearson correlation and linier

regression. Pearson analysis showed that temperament, appereance and health status was positively

correlated to maternal role attainment (R=0,553, R=0,473 and R=0,773). Infant characteristic can explain

63,8% maternal role attainment and health status is the bigger risk. In conclusion, to implementation of

optimal maternal role attainment, sought to keep the baby is always in good condition and unmet needs.

Key word : infant characteristics, maternal role attainment

Pendahuluan

Menjadi seorang ibu berarti memperoleh

identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan

penguraian yang lengkap tentang diri sendiri.

Selain itu menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi

perempuan saja yang menjadi ibu, tetapi terdapat

kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam

melaksanakan peran ibu.1

Pencapaian peran ibu

(maternal role attainment) merupakan proses yang

bersifat interaktif dan berkembang yang terjadi

sepanjang waktu, selama ibu melekat dengan

bayinya, memperoleh kecakapan dalam melakukan

tugas-tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan

mengungkapkan rasa senang dan puas pada peran

tersebut. Penerimaan peran meliputi interaksi aktif

penerima peran dan pasangan peran, setiap respon

untuk memberi isyarat dari orang lain dan

mengubah tingkah laku sesuai dengan respon orang

lain.2

Untuk mencapai peran seorang ibu, idealnya

seorang ibu mampu melaksanakan proses yang

mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran, yaitu

tahap anticipatory dimana ibu mampu melakukan

penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran

barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang

dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu, seperti ibu

belajar tentang ASI, belajar tentang perawatan

anak, latihan memasak, dan sebagainya. Tahap

formal ibu mampu memerankan peran

sesungguhnya sebagai seorang ibu dengan

memperoleh bimbingan peran secara formal dan

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem

Page 6: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 2

perempuan dari wanita seperti orang tua (ibu)

mengajarkan cara perawatan bayi pada anaknya

(ibu muda). Tahap informal adalah tahap dimana

perempuan telah mampu menemukan jalan yang

unik dalam melaksanakan peran barunya, dan tahap

personal merupakan tahap pencapaian peran ibu.

Dengan mampu melaksanakan tahapan tersebut,

seorang ibu akan mencapai perannya sebagai

seorang ibu dengan baik.3

Apabila peran ibu tidak tercapai maka akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

bayi, seperti perkembangan mental bayi, tingkah

laku bayi, status kesehatan bayi, kemampuan sosial

untuk berinteraksi dengan orang lain4 Juga

meningkatnya jumlah penganiayaan dan

pengabaian terhadap anak2. Seorang wanita dalam

pencapaian perannya sebagai seorang ibu

membutuhkan reaksi dan interaksi yang dilakukan

dengan orang-orang di lingkungannya, misalnya:

pasangannya, bayi, keluarga dan orang lain2. Oleh

karena itu, peran atau partisipasi suami, bayi,

keluarga dan orang lain sangat penting untuk

meyakinkan dan memberikan penghargaan

terhadap peran baru ini1. Asumsi Mercer berkaitan

dengan pengembangan model maternal role

attainment ini diantaranya adalah bayi baru lahir

diyakini sebagai partner yang aktif dalam proses

pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan

dan bayinya akan mereflesikan kompetensi ibu

dalam menjalankan perannya sehingga dapat

tumbuh dan berkembang. Salah satu pengaruh bayi

terhadap pencapaian peran ibu adalah karaktersitik

bayi (infant characteristics) meliputi temperamen

bayi, penampilan bayi, dan status kesehatan bayi.5

Peran bidan juga sangat diperlukan dengan

membantu ibu melalui kerja yang dibutuhkan untuk

menyesuaikan diri dengan peran maternal,

mengidentifikasi, dan mengintervensi apakah ada

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian

peran maternal atau menyebabkan stress antenatal2

Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak

Infant Characterictics terhadap pencapaian peran

ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan

Kabupaten Bangkalan.

Bahan dan Cara Kerja

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik

dengan menggunakan desain cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu

nifas usia 3 – 32 hari yang melahirkan pada bulan

September – Oktober 2014 sejumlah 60 orang.

Sampel diambil secara Nonprobability Sampling

dengan teknik consecutive sampling dimana

pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang

memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga

jumlah responden dapat terpenuhi sebanyak 48

orang. Dari keseluruhan responden, semua data

terisi lengkap sehingga semua subjek dapat

dilakukan analisis data. Penelitian ini

menggunakan variabel independen karakteristik

bayi yang meliputi temperamen, penampilan dan

kesehatan bayi dan variabel dependen adaptasi ibu

nifas dalam pelaksanaan peran ibu.

Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode kuesioner yang diisi

langsung oleh responden. Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan analisis univariate yang

dilakukan terhadap satu variabel dengan

persentase. Kemudian dilanjutkan dengan analisis

bivariate menggunakan Korelasi Pearson karena

data tersedia dalam bentuk interval selanjutnya

setelah diuji normalitas menggunakan Kolmogrov

Smirnov test, data yang ada terdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan analisis multivariate

menggunakan regresi linier berganda.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Bangkalan pada Bulan September -

Oktober 2014 dan telah mendapatkan ethical

clearance dari komisi etik Poltekkes Kemenkes

Surabaya.

Hasil Dan Pembahasan Karakteristik

Temperamen Bayi

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

dari 9 indikator temperamen bayi, 4 indikator

mempunyai nilai rata-rata mudah yaitu antara 2,6

sampai dengan 3,25. Dari tabel 1 juga dapat

diketahui temperamen bayi nilai tertinggi ada pada

indikator ritmisitas dengan nilai rata-rata tertinggi

yaitu 3,56. Sedangkan nilai paling rendah ada pada

indikator intensitas reaksi dengan nilai rata-rata

yaitu 2,35.

Seorang bayi mulai menunjukkan

temperamennya sejak dia lahir. Bayi yang

memiliki temperamen mudah adalah bayi yang

mampu menggenggam tangan ibu untuk periode

yang lama, bayi menyusu setiap 2 jam dari hari ke

hari, bayi tidak merasa malu (tidak memalingkan

muka/melekat pada ibu) pada saat bertemu dengan

individu baru, bayi menerima adanya perubahan

apapun baik pada tempat, posisi, pemberian makan

atau individu yang memberikannya, bayi merengek

terhadap perilaku pemijatan bayi, bayi

menunjukkan ketidaknyamanan (merengek) bila

popok kotor oleh feses/basah, bayi tidak rewel

pada saat bangun tidur dan akan tidur, bayi mampu

memandang wajah orang tua secara terus menerus

meskipun ada seseorang yang mengalihkan

perhatiannya, serta tangisan lapar bayi dapat

dihentikan selama lebih dari satu menit dengan

menggendong, memasang dot, dll.

Kategori bayi bertemperamen mudah (the

easy baby) adalah bayi yang memiliki tingkat

Page 7: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 3

aktivitas sedang, ritmisitas tinggi, mendekatkan

diri, kemampuan adaptasi yang tinggi, intensitas

rendah, alam perasaan positif, ambang tinggi,

perhatian yang lama sangat menetap, dan

distraksibilitas tinggi. Bayi yang memiliki

temperamen ini sekitar 40%. Sedangkan bayi

dengan tipe temperamen sulit (the difficult

baby) memiliki tingkat aktivitas tinggi,

ritmisitas rendah, menarik diri, kemampuan

adaptasi yang rendah, intensitas tinggi, alam

perasaan negatif, ambang rendah, perhatian

yang singkat kurang menetap, dan

distraksibilitas rendah. Bayi yang memiliki

temperamen ini sekitar 10%6.

Tabel 1. Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan Temperamen bayi

di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)

Sub Variabel

Temperamen Bayi

Sulit Lambat Mudah Sangat

Mudah

Total Mean

n % n % n % n % n %

Tingkat Aktivitas

Ritmisitas

Mendekat atau menarik diri

Kemampuan adaptasi

Intensitas Reaksi

Ambang Responsivitas

Alam Perasaan (Mood)

Perhatian

Distraksibilitas

4

0

4

5

11

11

4

6

7

8.3

0

8.3

10.4

22.9

22.9

8.3

12.5

14.6

13

6

16

21

14

8

7

13

8

27.1

12.5

33.3

43.8

29.2

16.7

14.6

27.1

16.7

24

9

20

14

18

21

27

28

22

50

68.8

41.7

29.2

37.5

43.8

56.3

58.3

45.8

7

33

8

8

5

8

10

1

11

14.6

68.8

16.7

16.7

10.4

16.7

20.8

2.1

22.9

48

48

48

48

48

48

48

48

48

100

100

100

100

100

100

100

100

100

2.71

3.56

2.67

2.52

2.35

2.54

2.90

2.50

2.77

Karakteristik Penampilan Bayi

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa

dari 3 indikator penampilan bayi, sebagian besar

mempunyai kategori sangat menarik baik pada

kategori bentuk wajah, keadaan postur tubuh

maupun kebersihan diri bayi. Dari tabel tersebut

juga dapat diketahui bahwa nilai tertinggi

karakteristik penampilan bayi pada indikator

kebersihan bayi dengan nilai rata-rata tertinggi

yaitu 3,77. Sedangkan nilai paling rendah ada pada

indikator bentuk wajah bayi dengan nilai rata-rata

yaitu 3.00.

Penampilan fisik bayi seperti bentuk wajah

yang sesuai dengan keinginan orang tua, postur

tubuh normal tanpa terdapat kecacatan dengan

mampu menengadahkan kepala, tangan dan kaki

secara sempurna, mampu menoleh ke kanan dan

ke kiri, mampu menekuk tangan dan kaki dengan

sempurna serta kebersihan diri bayi terjaga dengan

baik dengan bayi dimandikan setiap hari dan

mengganti pakaian bayi 2x sehari merupakan

penampilan menarik dari seorang bayi.

Penampilan adalah kesan subjektif dan

kumulatif penampilan fisik bayi, status nutrisi,

perilaku, kepribadian, interaksi dengan orang tua

dan perawat (juga saudara kandung jika ada),

postur tubuh, perkembangan dan kemampuan

bicara. Bentuk wajah normal adalah bentuk wajah

yang simetris tanpa ada kecacatan dan sesuai

dengan apa yang diharapkan. Normal postur tubuh

bayi adalah fleksi kepala dan ekstremitas, dengan

istirahat terlentang atau telungkup. Tanda potensi

kegawatan atau abnormalitas adalah postur

timpang yaitu ekstensi ekstremitas. Kebersihan

diri bayi akan memberikan petunjuk yang sangat

baik tentang kemungkinan adanya pengabaian,

sumber finansial yang tidak adekuat, kesulitan

dalam perumahan (tidak ada air yang mengalir)

atau kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan

bayi7

Tabel 2 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan Penampilan bayi

di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)

Variabel

Penampilan Bayi

Kurang Menarik Menarik Sangat Menarik Total Mean

n % n % n % n %

Bentuk Wajah

Keadaan Postur tubuh

Kebersihan bayi

15

13

0

31.3

27.1

0

10

8

16

20.8

16.7

33.3

23

27

32

47.9

56.3

66.7

48

48

48

100

100

100

3.00

3.12

3.77

Page 8: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 4

Karakteristik Kesehatan Bayi

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa

dari 4 indikator kesehatan bayi, Sebagian besar

responden berada dalam kategori sehat pada setiap

indikator kesehatan bayi baik pada indikator

menyusu dengan baik, tidur, imunisasi maupun

pada indikator reflek. Dari tabel 3 juga dapat

diketahui kesehatan bayi nilai tertinggi pada

indikator imunisasi dengan nilai rata-rata tertinggi

yaitu 1.90. Sedangkan nilai paling rendah ada pada

indikator tidur dengan nilai rata-rata yaitu 1,70.

Bayi yang memiliki kesehatan yang baik

adalah bayi yang merasa relaks dan puas setelah

menyusu dan melepaskan puting susunya sendiri,

bayi menyusu setidaknya 10-12 kali dalam sehari,

berat badan bayi bertambah dari berat badan lahir,

bayi BAK setidaknya 6 kali dalam sehari warna

jernih/kuning muda dan BAB 2x/ lebih dalam

sehari dengan warna kekuningan ”berbiji”, bayi

hanya tidur terus menerus dan bangun diantara

waktu menyusu, mendapatkan imunisasi Hb dan

memiliki refleks yang baik seperti mampu

memegang sesuatu dan bertambah kuat ketika

memegangnya ketika sesuatu itu diambil, mampu

mencari puting susu ibu sendiri, mampu

menghisap ASI dengan baik tanpa mengalami

kesulitan.

Kesehatan bayi diidentifikasi sebagai

pengembangan pathologi kombinasi dengan

pandangan orang tua akan kesehatan bayi secara

umum1. Tanda-tanda bayi cukup ASI adalah bayi

BAK setidaknya 6x dalam 24 jam warnanya jernih

sampai kuning muda, bayi BAB berwarna

kekuningan “berbiji” 2x atau lebih dalam sehari,

bayi relaks dan puas setelah minum dan bayi

melepaskan puting susu sendiri, bayi menyusu

setidaknya 10-12 kali dalam 24 jam, serta berat

badan bayi bertambah. Dalam 10 hari pertama

setelah kelahiran bayi normal terjadi penurunan

berat badan bayi maksimal 10%. Akan tetapi

selanjutnya berat badan bayi akan terus meningkat

apabila kebutuhannya terpenuhi8. Aktivitas untuk

bayi baru lahir usia 1 bulan yaitu hanya melakukan

aktivitas tidur hampir sepanjang waktu dan hanya

bangun diantara waktu menyusu/eliminasi.

Imunisasi yang diberikan pada bayi usia 0-7 hari

adalah imunisasi Hb, BCG, dan polio 1. Refleks

merupakan bawaan bayi ketika lahir untuk

bertahan hidup di luar. Refleks-refleks pada bayi

yaitu refleks startle, refleks tonic neck, refleks

stepping, refleks placing, refleks grapsing, refleks

babinski, refleks rooting, refleks sucking, refleks

swimming, dan refleks papillary9

Tabel 3 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan kesehatan bayi

di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)

Variabel

Kesehatan Bayi

Kurang Sehat Sehat Total Mean

n % n % n %

Menyusu dengan baik

Tidur

Imunisasi

Reflek

15

19

13

15

31.3

39.6

27.1

31.3

33

29

35

33

68.8

60.4

72.9

68.8

48

48

48

48

100

100

100

100

1.73

1.70

1.90

1.76

Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa

dari 3 indikator adaptasi pelaksanaan peran ibu,

secara keseluruhan indikator mempunyai nilai rata-

rata baik yaitu antara 2,6 sampai dengan 3,25. Dari

tabel 4 juga dapat diketahui adaptasi pelaksanaan

peran ibu nilai tertinggi pada indikator kepuasan

dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,19.

Sedangkan nilai paling rendah ada pada indikator

kompetensi/ kepercayaan diri dalam melaksanakan

peran dengan nilai rata-rata yaitu 2,95.

Pada indikator kompetensi/ Kepercayaan

diri dalam peran sebagian besar ibu berada dalam

kategori cukup sebesar 47.9%, pada indikator

kepuasan sebagian besar berada pada kategori baik

sebesar 45.8% sedangkan pada indikator

keterikatan pada anak sebagian besar pada kategori

baik sebesar 43.8%.

Menjadi seorang ibu memperoleh identitas

baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian

yang lengkap tentang diri sendiri. Adaptasi

diperoleh karena belajar dari pengalaman serta cara

penyesuaian yang berorientasi pada tugas. Adaptasi

pelaksanaan peran ibu dikatakan baik jika mampu

melaksanakan empat tahap penguasaan peran

seperti pada tahap anticipatory, ibu merasa senang

ketika dinyatakan hamil, tahap formal seperti ibu

muda diajari ibunya tentang melakukan perawatan

bayi baru lahir, tahap informal ibu sering menatap

mata bayinya dan menyentuh kulitnya dengan

lembut setiap berinteraksi dengan bayinya. Dan

tahap personal dimana ibu merasa telah mampu

Page 9: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 5

untuk menjadi seorang ibu dengan mahir

melakukan semua tugas-tugas seorang ibu.

Pencapaian peran ibu adalah proses

interaksional dan perkembangan yang terjadi dari

waktu ke waktu di mana ibu menjadi melekat pada

bayinya, memperoleh kompetensi dalam

melakukan tugas-tugas perawatan bayi, serta

terlibat dalam peran. Dan mengekspresikan

kesenangan dan kepuasan dalam peran.10

Pencapaian peran ibu merupakan empat

tahap akuisisi peran yaitu tahap anticipatory

dimana perempuan mulai melakukan penyesuaian

social dan psikologis dengan mempelajari segala

sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang

ibu. Tahap formal merupakan tahap peran ibu yang

sesungguhnya. Tahap informal dimana perempuan

sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam

melaksanakan peran barunya nanti dan tahap

personal adalah tahap di mana perempuan sudah

mahir melakukan perannya sebagai seorang ibu

dan orang lain umumnya menerina pernyataan itu1.

Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi

sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang

lain yang dicerminkan dalam peran primer,

sekunder dan tersier. fokusnya dimana seseorang

dapat memerankan dirinya. Dan mode

interdependensi keseimbangan antara

ketergantungan dan kemandirian dimana

ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan

untuk afiliasi dengan orang lain dan kemandirian

ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk

melakukan tindakan bagi dirinya11

.

Tabel 4 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan Adaptasi Pelaksanaan

Peran Ibu di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)

Variabel

Adaptasi Pelaksanaan Peran

Kurang Cukup Baik Total Mean

n % n % n % n %

Kompetensi/ Kepercayaan

diri dalam peran

Kepuasan

Keterikatan pada anak

8

7

11

16.7

14.6

22.9

23

19

16

47.9

39.6

33.3

17

22

21

35.4

45.8

43.8

48

48

48

100

100

100

2.95

3.19

3.05

Korelasi Temperamen Bayi dengan Adaptasi

Pelaksanaan Peran Ibu

Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa

temperamen bayi berkorelasi positif dengan peran

ibu dan memiliki kekuatan korelasi sedang dengan

nilai R=0,553. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan yang signifikan antara temperamen bayi

dengan pencapaian peran ibu (p<0.001). Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa bayi yang peka

terhadap rangsang dan tidak dapat beradaptasi

dapat menyebabkan ibu ragu terhadap kompetensi

mereka sebagai seorang ibu. Dan penelitian

tentang hubungan antara temperamen dan

kemampuan melakukan tugas dengan baik

(motivasi penguasaan) menemukan bahwa bayi

dengan penguasaan yang tinggi cenderung lebih

kooperatif dan lebih mudah sehingga kemampuan

adaptasi ibu dalam melakukan tugas atau peran

seorang ibu dapat berjalan dengan baik pula7.

Salah satu konsep pencapaian peran ibu

adalah temperamen bayi dimana temperamen

mudah versus temperamen sulit, ini berhubungan

apakah bayi mengirimkan isyarat yang sulit dibaca

sehingga menyebabkan ketidakmampuan dan

frustasi pada ibu10

. Sejak lahir bayi menunjukkan

perbedaan individu yang nyata pada cara mereka

berespons terhadap lingkungan dan cara orang lain

terutama orang tua, berespons terhadap mereka

dan kebutuhannya. Bayi yang memiliki

temperamen yang mudah dengan kriteria memiliki

tingkat aktivitas sedang, ritmisitas tinggi,

mendekatkan diri, kemampuan adaptasi yang

tinggi, intensitas rendah, alam perasaan positif,

ambang tinggi, perhatian lama sangat menetap dan

distraksibilitas tinggi akan menimbulkan

kemampuan beradaptasi ibu yang baik dalam

melaksanakan perannya sebagai seorang ibu,

sedangkan bayi yang bertemperamen sulit akan

membuat seorang ibu kurang dapat beradaptasi

terhadap pelaksanaan peran ibunya karena rasa

ketidakmampuan dan frustasi pada ibu. Hal ini

disebabkan karena persepsi ibu tentang

pengalaman melahirkan yang mudah dan paritas

ibu.

Korelasi Penampilan Bayi dengan Adaptasi

Pelaksanaan Peran Ibu

Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa

penampilan bayi berkorelasi positif dengan peran

ibu dan memiliki kekuatan korelasi sedang dengan

nilai R=0,473. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan yang signifikan antara temperamen bayi

dengan pencapaian peran ibu (p<0.005).

Penampilan adalah kesan subjektif maupun kesan

Page 10: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 6

kumulatif yang meliputi penampilan fisik, status

nutrisi, perilaku, kepribadian, interaksi dengan

orang tua dan perawat (juga saudara kandung jika

ada), postur tubuh, perkembangan dan kemampuan

bicara. Penampilan fisik seperti bentuk wajah yang

normal dan sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh keluarga akan membuat keluarga merasa

senang dalam melakukan perawatan bayi baru

lahir. Postur tubuh yang abnormal seperti postur

timpang akan menyebabkan kekecewaan terhadap

diri keluarga. Kebersihan diri bayi akan

memberikan petunjuk yang sangat baik tentang

kemungkinan adanya pengabaian, sumber

financial yang tidak adekuat, kesulitan dalam

perumahan atau kurangnya pengetahuan tentang

perawatan bayi baru lahir7

Pada umumnya setiap orang tua memiliki

khayalan dan impian tentang figure anak idealnya.

Penampilan bayi yang menarik membuat adaptasi

pelaksanaan peran ibu baik. Ini disebabkan karena

bentuk wajah bayi sesuai dengan yang diharapkan,

postur tubuh bayi baik tanpa mengalami kecacatan

atau kelainan dan kebersihan diri bayi terjaga

dengan baik. Sehingga ibu merasa senang dalam

melakukan perawatan bayi baru lahir. Sedangkan

penampilan bayi yang kurang menarik

menyebabkan adaptasi pelaksanaan peran ibu yang

kurang karena ibu merasa bentuk wajah bayi tidak

sesuai dengan yang diharapkan, dan bayi belum

mampu melakukan gerakan fleksi dengan

sempurna sehingga ibu masih membutuhkan

waktu untuk bisa menerima keadaan tersebut. Bayi

yang memiliki penampilan yang kurang dengan

adaptasi pelaksanaan peran ibu yang baik, hal ini

disebabkan karena sikap mengasuh anak yang

merupakan kecenderungan bertindak dari individu

berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun

objek tertentu.

Korelasi Kesehatan Bayi dengan adaptasi

Pelaksanaan Peran Ibu

Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa

kesehatan bayi berkorelasi positif dengan peran

ibu dan memiliki kekuatan korelasi kuat dengan

nilai R=0,773. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan yang signifikan antara temperamen bayi

dengan pencapaian peran ibu (p<0.001). Status

kesehatan bayi merupakan penyakit yang

disebabkan oleh pemisahan ibu-bayi yang

mengganggu proses kasih sayang. Bayi dianggap

sebagai partner aktif dalam proses pengambilan

peran ibu, akan mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh peran dan perkembangan respon bayi yang

berinteraksi dengan ibu dalam mengembangkan

identitas ibu adalah seperti kontak mata, refleks

menggenggam, refleks tersenyum, sikap tenang

dalam perawatan, perilaku interaksi yang

konsisiten dengan ibu. Kalau bayi menderita

kelainan atau keabnormalan sikap orang tua akan

diwarnai oleh kekecewaan dan kegelisahan

mengenai normal tidaknya bayi di masa yang akan

datang serta kemampuan untuk merawat bayinya12

Kondisi yang mempengaruhi adaptasi

pelaksanaan peran ibu salah satunya adalah

kesehatan bayi. Kesehatan bayi yang sehat dengan

kriteria bayi mampu meyusu dengan baik (bayi

relaks setelah menyusu, menyusu 10-12 kali dalam

sehari, BB bertambah, BAB 2 kali/lebih dalam

sehari berwarna kekuningan “berbiji”, BAK

setidaknya 6 kali dalam 24 jam berwarna

jernih/kuning muda), bayi tidur terus menerus dan

bangun jika ingin menyusu, mendapatkan

imunisasi (Hb), dan refleks bayi baik meliputi

refleks tonic neck, grapsing, babinski, rooting,

sucking, dan papillary menyebabkan ibu tidak

khawatir dan cemas terhadap kondisi kesehatan

bayinya sehingga ibu mampu beradaptasi dalam

melaksanakan peran ibunya dengan baik.

Sedangkan kesehatan bayi yang kurang sehat

menyebabkan adaptasi pelaksanaan peran ibu yang

kurang karena bayi tidak dapat menyusu dengan

baik sehingga berat badannya turun, dan

kemampuan refleks bayi kurang baik seperti bayi

tidak mampu memegang sesuatu dan tidak

bertambah kuat memegangnya jika sesuatu itu

diambil sehingga ibu merasa khawatir dan gelisah

serta menyebabkan ibu tidak merasa percaya diri

dalam melakukan perawatan bayi baru lahir

akibatnya adaptasi pelaksanaan peran ibunya

kurang

Korelasi Temperamen, Penampilan, dan

kesehatan Bayi (Karakteristik Bayi) secara

bersama - sama dengan Adaptasi Pelaksanaan

Peran Ibu

Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa

temperamen, penampilan dan kesehatan bayi

(karakteristik bayi) berkorelasi secara bersama -

sama dengan adaptasi pelaksanaan peran ibu

dengan nilai R Square =0,638 dan p< 0,001.

Karakteristik bayi menjelaskan adaptasi

pelaksanaan peran ibu sebesar 63,8% sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah

pencapaian peran ibu yang merupakan variabel

numerik, sehingga untuk mengetahui dampak

karakteristik bayi (temperamen, penampilan dan

kesehatan) menggunakan analisis regresi linier

berganda.

Page 11: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 7

Tabel 5 Korelasi Temperamen, Penampilan dan Kesehatan Bayi

dengan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu

Variabel Peran Ibu

R Nilai p n

Karakteristik Bayi

Temperamen 0,553 0,000* 48

Penampilan 0,473 0,001* 48

Kesehatan 0,773 0,000* 48

R Square (0.638) p=0.000** *Diuji menggunakan Korelasi Product Moment (Pearson) **Diuji menggunakan Regresi Linier

Tabel 6 Dampak temperamen, penampilan dan kesehatan bayi (karakteristik bayi) terhadap

peningkatan pencapaian peran ibu.

Variabel B SE RR (IK 95%)

Karakteristik

Temperamen 0,223 0,102 2,18 (-0,16 - 0,23)

Penampilan 0,038 0,097 0,40 (1,13 - 2,58)

Kesehatan 1,853 0,361 5,13 (0,02 - 0,43)

Konstanta -0,910

P<0,001

Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel yang

berhubungan bermakna dengan peningkatan

adaptasi peran ibu adalah variabel temperamen,

penampilan dan kesehatan. Berdasarkan

standardized coificiency terlihat bahwa aspek

kesehatan bayi lebih besar pengaruhnya

dibandingkan temperamen maupun penampilan.

Bayi yang mempunyai kesehatan yang baik akan

meningkatkan adaptasi pencapaian peran ibu.

Pencapaian peran ibu membutuhkan

dukungan dari macrosystem, mesosystem maupun

microsystem. Salah satu faktor yang berpengaruh

adalah karakteristik bayi yang terdiri dari

temperamen, penampilan dan kesehatan bayi.

Faktor karakteristik bayi ternyata dapat

menjelaskan 63,8% dari adaptasi pencapaian peran

ibu, sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh

faktor yang lain. Dari ketiga karakteristik yang

terdapat pada bayi, faktor kesehatan merupakan

faktor terbesar yang mempengaruhi pencapaian

adaptasi peran ibu.

Pencapaian peran ibu adalah proses

interaksional dan perkembangan yang terjadi dari

waktu ke waktu di mana ibu menjadi melekat pada

bayinya, memperoleh kompetensi dalam

melakukan tugas-tugas perawatan bayi, serta

terlibat dalam peran. Dan mengekspresikan

kesenangan dan kepuasan dalam peran.10

Pencapaian peran ibu (maternal role

attainment) merupakan proses yang bersifat

interaktif dan berkembang yang terjadi sepanjang

waktu, selama ibu melekat dengan bayinya,

memperoleh kecakapan dalam melakukan tugas-

tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan

mengungkapkan rasa senang dan puas pada peran

tersebut. Penerimaan peran meliputi interaksi aktif

penerima peran dan pasangan peran, setiap respon

untuk memberi isyarat dari orang lain dan

mengubah tingkah laku sesuai dengan respon

orang lain2.

Untuk mencapai peran seorang ibu,

idealnya seorang ibu mampu melaksanakan proses

yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran,

yaitu tahap anticipatory dimana ibu mampu

melakukan penyesuaian sosial dan psikologi

terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari

apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang

ibu, seperti ibu belajar tentang ASI, belajar tentang

perawatan anak, latihan memasak, dan sebagainya.

Tahap formal ibu mampu memerankan peran

sesungguhnya sebagai seorang ibu dengan

memperoleh bimbingan peran secara formal dan

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem

perempuan dari wanita seperti orang tua (ibu)

mengajarkan cara perawatan bayi pada anaknya

(ibu muda). Tahap informal adalah tahap dimana

perempuan telah mampu menemukan jalan yang

unik dalam melaksanakan peran barunya, dan

tahap personal merupakan tahap pencapaian peran

ibu. Dengan mampu melaksanakan tahapan

tersebut, seorang ibu akan mencapai perannya

sebagai seorang ibu dengan baik3

Page 12: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 8

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik bayi

mempunyai korelasi positif terhadap pencapaian

peran ibu baik dalam aspek temperamen,

penampilan maupun kesehatan. Kesehatan bayi

memberikan dampak terbesar terhadap pencapaian

peran ibu.

Saran

Peran bidan sangat diperlukan dengan

membantu ibu melakukan interaksi dengan

bayinya yang dapat dimulai dari masa kehamilan

dengan melibatkan ibu untuk bisa memegang

tubuh janinya dari luar pada saat palpasi,

mendengarkan detak jantung janin dan pada saat

setelah persalinan dapat melakukan Bounding

Attachment. Untuk mencapai adaptasi pelaksanaan

peran ibu secara optimal, diupayakan untuk

menjaga agar bayi selalu berada dalam kondisi

sehat dan terpenuhi kebutuhannya

Daftar Pustaka

1. Sari, Rury.N. 2012. Konsep Kebidanan.

Yogyakarta: Graha ilmu.

2. Bryar, Rosamund.M. 2008. Teori Praktik

Kebidanan. Jakarta: EGC.

3. Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

4. Tomey, Ann.M. 2006. Nursing Theorist and

Their Work Seventh Edition. United States of

America: Elsevier

5. Andaners. 2011. Teori Ramona T. Mercer.

Bersumber dari

http://andaners.wordpress.com/2011/04/15/te

ori-ramona-t-mercer/ (diakses tanggal 15

Juni 2014).

6. Wong, L.D. 2003. Pedoman Klinis

Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

7. Wong, L.D.2008. Pedoman Klinis

Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta:

EGC.

8. Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa

Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

9. Chomaria, Nurul. 2011. Panduan Terlengkap

Pasca Melahirkan. Solo: Ziyad Visi Media.

10. Tomey, Ann.M. 2006. Nursing Theorist and

Their Work Seventh Edition. United PStates

of America: Elsevier

11. Permana, Tatat, at al. 2013. Konseptual

Keperawatan Calista Roy. Bersumber dari

http://www.scribd.com/doc/32526748/Konse

ptual-Keperawatan-Calista-Roy (diakses

tanggal 10 Juli 2014).

12. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada

Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Page 13: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif

Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014

Risk Factors of Breastfeeding Behaviour in Sungai Putri, Jambi, 2014

Ajeng Galuh Wuryandari

Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Jambi

Abstrak. Kota Jambi Tahun 2012 berjumlah 3.700 bayi hanya 1.497 yang mendapatkan ASI eksklusif dan

data tahun 2014 dari bayi 4000 hanya 1.800 yang mendapatkan ASI eksklusif. Data Kelurahan Sungai Putri

Tahun 2014 dari 76 bayi hanya 40 yang diberikan ASI eksklusif. Tidak diberikannya ASI eksklusif

disebabkan masih kurangnya pengetahuan ibu, adanya kebiasaan adat istiadat dan peran petugas yang belum

maksimal. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Tahun 2014 Tahun 2014. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, populasi adalah keseluruhan ibu yang

memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, sedangkan tehnik Sampel

adalah Proposive sampling sebanyak 76 orang. Pengumpulan dilakukan dengan cara pengisian kuesioner.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian kecil

berpengetahuan baik, sebagian besar responden bersikap positif, berpersepsi baik, bermotivasi baik, menilai

keluarga memberikan peran dalam pemberian ASI eksklusif, dan menilai petugas kesehatan memberikan

peran dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014. Berdasarkan hasil

penelitian ini disarankan bagi tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan

dengan lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif.

Kata kunci : menyusui, faktor yang mempengaruhi menyusui

Abstract. This research is descriptive research with cross sectional planning to know all of factors relation

with exclusive breastfed Kelurahan Sungai Putri, Jambi in 2014. The data is collected by questioners;

population is all of woman who had babies born in Jambi Sungai Putri In 2014 as many as 76 people, while

the sample is total sampling. Collecting is done by filling out the questionnaire. Analysis of data using

univariate and bivariate analyzes. Result of this research depicts only few of them has good knowledge, most

of correspondence being positive, good perception, good motivation, valuate role of family and role of officer

in giving breastfed in kelurahan sungai putri in 2014. Based on this research, it is suggested to health worker

to implement all of policy to increase counseling on exclusive breastfeeding.

Keyword : breastfeeding, determinant of breastfeeding

Pendahuluan

Pemberian ASI sejak dini (eksklusif)

merupakan asuhan essensial neonatal, pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran

bayi, pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan

bayi dalam sehari semalam sebanyak 8 kali atau

selama bayi menginginkan. Lebih sering bayi

menyusu akan lebih cepat merangsang prodiksi ASI

dan larangan pemberian makanan dan minuman

selama ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan,

kecuali jika ada indikasi medis.(1)

ASI merupakan

makanan terbaik untuk bayi dan anak. Tetapi

menjadi masalah bila anak tidak dapat

mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai

kondisi dan keadaan. Penggunaan pengganti air

susu ibu (PASI) menjadi alternatif yang tidak dapat

dihindari sehingga pemilihan susu terbaik bagi

anak harus dilakukan secara cermat dan teliti. Susu

merupakan makanan bayi dan anak yang

dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dan

jangka panjang. Bila susu tersebut tidak cocok bisa

menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang

terjadi terus menerus dalam jangka panjang (2)

.

Data Propinsi Jambi tahun 2011 dari 70.655

jumlah bayi hanya 18.649 (26,39%) bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif. Data Kota Jambi tahun

2012 berjumlah 3.700 bayi hanya 1.497 yang

mendapatkan ASI eksklusif dan data tahun 2014 dari

9

Page 14: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

bayi 4000 hanya 1.800 yang mendapatkan ASI

eksklusif, Data Kelurahan Sungai Putri Tahun 2014

dari 76 bayi hanya 40 yang diberikan ASI eksklusif

yang berarti capaian ASI eksklusif hanya sekitar 52,

6%.

Bayi yang tidak mendapakan ASI eksklusif akan

berdampak pada kekebalan tubuh, yaitu alergi, diare

karena usus bayi yang belum mampu mencernakan

makanan yang belum sesuai dengan kebutuhannya,

dan kecerdasan bayi yang kurag dibandingkan

dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

sampai usia 6 bulan (3)

Berdasarkan hasil pengamatan di Kelurahan

Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 tidak diberikan

ASI eksklusif kepada bayi karena masih banyak

orang tua yang beranggapan bayi baru lahir sebelum

ASI keluar banyak harus diberi makan /minum

selain ASI karena bayi laper, rewel, menangis terus,

akhirnya orangtua akan menyikapi dengan memberi

makanan atau minuman selain ASI pada bayi baru

lahir terutama dalam tiga hari pertama, misalnya

madu, susu formula,air teh, air putih, pisang dan

lain-lain. Sebagian juga beranggapan bahwa sebelum

6 bulan selain ASI bayi harus diberi

makanan/minuman pendamping ASI seperti bubur

susu, pisang makanan yang dibuat dari tepung

dengan alasan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi

sampai 6 bulan. ASI yang banyak dan memuaskan

bayi hanya 3-4 bulan. Dari latar belakang diatas

diperoleh permasalah penelitian yaitu masih

rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0

– 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, keluarga dan

petugas kesehatan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode Analitik dengan rancangan studi cross

sectional yaitu suatu penelitian bertujuan untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi yang

sedang terjadi (4)

. Penelitian ini dilakukan di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014,

pada bulan Mei - Desember 2014.

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi

adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 1 tahun

(0-12 bulan) di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Tahun 2014, untuk menghindari Recall bias yang

terlalu lama, karena ibu akan menjawab Recall

Dependant Question yang ada di kuesioner

mengenai riwayat pemberian ASI, peran keluarga

dan peran petugas saat bayi usia 0-6 bulan, Sampel

pada penelitian ini adalah dipilih dengan

menggunakan metode proposive sampling dengan

kriteria inklusi yaitu ibu yang memiliki bayi usia 6

bulan lebih 1 hari sampai usia 12 bulan (usia bayi

tidak lagi ASI eksklusif), bayi yang telah tercatat di

puskesmas Putri Ayu atau di kantor kelurahan, ibu

bersedia menjadi responden, dan ibu tidak buta

huruf. Sedangkan kriteria eksklusi yang ditetapkan

ibu yang tidak mampu melengkapi pengisian

kuesioner secara lengkap dengan alasan apapun.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

adalah data primer yaitu data yang didapat langsung

saat penelitian dari responden dengan cara pengisian

kuesioner yang diadptasi dari kueisioner penelitian

terdahulu, kemudian di uji kembali dengan uji

validitas dan reliabilitas, hasil uji nilai Cronbach’s

alpha lebih dari 0,6. Kuesioner sesuai dengan

variabel yang telah ditetapkan yaitu Pemberian Asia

Eksklusif satu pertanyaan (diperjelas dengan adanya

penekanan dan cross check untuk memastikan ibu

yakin tidak pernah memberikan bayi hingga usia 6

bulan 0 hari selain ASI). Variabel pengetahuan

terdiri dari 14 pertanyaan yang terdiri dari

pengertian, keuntungan, waktu pemberian ASI, dan

tehnik pemberian.Variabel sikap ibu mengenai ASI

terdiri dari 15 pertanyaan mengenai sikap ibu

terhadap pemberian ASI, kuesioner persepsi,

motivasi, peran keluarga dan peran tenaga kesehatan

terhadap dukungan pemberian ASI terdiri dari 10

item pertanyaan(5-7).

Analisa data dengan

menggunakan data univariat melihat gambaran dan

bivariat untuk melihat hubungan antara variabel.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel

dan diagram.

Hasil Dan Pembahasan

Pengumpulan data dalam penelitian diperoleh

melalui pengisian kuesioner yang telah dilakukan uji

validitas, untuk menjaga kualitas data penelitian,

peneliti melakukan penjelasan tentang maksud

pertanyaan tersebut dengan bahasa yang mudah

dipahami responden.

10

Page 15: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015

Tabel 1. Gambaran Distribusi Determinan Pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Variabel N f

Pemberian Asi Eksklusif

Memberikan 21 32

Tidak memberikan 55 68

Pengetahuan Ibu

Baik 17 22,4

Kurang Baik 59 77,6

Sikap Ibu

Positif 40 52,6

Negatif 36 47,4

Presepsi Ibu

Baik 43 56,6

Kurang Baik 33 43,4

Motivasi Ibu

Baik 39 51,3

Kurang Baik 37 48,7

Peran Keluarga

Baik 67 88,2

Kurang Baik 9 11,8

Peran Petugas kesehatan

Berperan 60 78,9

Tidak berperan 16 21,1

Dari hasil analisis Univariat, diperoleh hasil

sebagian besar 55 responden (68%) tidak

memberikan ASI eksklusif, bila lihat dari target

provinsi Jambi Tahun 2011 mentargetkan 86%

pencapaian masih jauh dari target yang telah

ditetapkan. Hasil penelitian ini sependapat dengan

Ratih IK (8)

pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan

komposisinya sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi meskipun tanpa

makanan/minuman pendamping ASI, kebijakan ini

berdasarkan pada beberapa hasil penelitian yang

menemukan bahwa pemberian makanan

pendamping ASI justru akan menyebabkan

pengurangan kapasitas lambung bayi dalam

menampung asupan cairan ASI sehingga

pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal

telah tergantikan oleh makanan pendamping.

Menurut Perinasia (9)

ASI sebaiknya

diberikan sedini mungkin dan atau tanpa jadwal, hal

inu akan menjamin bahwa bayi akan memperoleh

segala keuntungan yang beraal dari kolostrum.

Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari

pertama sampai hari kelima atau ketujuh memang

jernih dan kuning-kuning cairan inn mengandung

zat putih telur atau protein yag kadar tinggi dan zat

ini anti infeksi/kekebalan, kolostrum sangat sesuai

kondisi bayi di hari-hari pertama kelahiran karena

menerima beban yang akan memberatkan kerja

ginjal. Terhambatnya pemberian ASI Eksklusif

diasumsikan karena kebiasaan masyarakat yang

langsung memberi makan/minum pada bayi baru

lahir, kurangnya promosi kesehatan tentang manfaat

ASI Eksklusif serta ketidak tahuan dampak dari

pemberian makan pada bayi kurang dari 6 bulan.

Hasil penelitian berdasarkan data distribusi

jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi, pengetahuan

responden tentang pemberian ASI ekslusif

dikategorikan menjadi 2 berdasarkan cut off point

76 %. Kategori pengetahuan baik 17 (22,4%)

responden diperoleh bila skor ≥ 76% dan

dikategorikan pengetahuan kurang baik 59 (77,6%)

responden bila < 76%, didapatkan yang

berpengetahuan baik (22,4%) dan berpengetahuan

kurang baik (77,6%).

Hasil penelitian ini didapatkan sebagian

kecil responden berpengetahuan baik. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nana (10)

tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan

kepercayaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di

wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten

Bone menyatakan tingkat pengetahuan ibu sebagian

kecil kategori kurang (34,4%). Menurut

Notoatmodjo (4)

Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

11

Page 16: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over

behavior).

Sebagian kecil responden mengetahui

pengertian ASI Eksklusif, namun masih ada juga

responden menjawab ASI yang diberikan tanpa

makan dan minum pendamping ASI yang dimulai

sejak bayi baru lahir sampai 6 bulan. Menurut

Roesli (11)

ASI adalah makanan yang terbaik bagi

bayi yang sudah disediakan Tuhan, mengandung

zat-zat gizi yang diperlukan bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi, memberikan

perlindungan terhadap infeksi dan alergi juga

merangsang sistem kekebalan. Penelitian ini dukung

oleh pendapat ASI Eksklusif adalah pemberian ASI

secara murni kepada bayi tanpa cairan lain, seperti

susu formula atau air putih. Pemberian ASI

Eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal

hingga bayi berumur enam bulan.

Sebagian responden mengetahui bahwa untuk

memperbanyak ASI antara lain dengan makan dan

minum dengan gizi seimbang dan dengan teknik

menyusui yang benar. Sesuai dengan Perinasia (9)

bahwa menyusui bayi 2 jam siang sampai dengan

malam lama menyusui 10 sampai 15 menit disetiap

payudara, bangunkan bayi, lepaskan baju yang

menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama

menyusui, pastikan bayi menyusui dalam posisi

menempel yang baik dan dengarkan suara menelan

yang aktif, susukan bayi ditempat yang tenang dan

nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui ,

dan tidurlah bersebelahan dengan bayi dan ibu harus

meningkatkan istirahat dan minum.

Sebagaian responden mengetahui apa saja

tanda bayi cukup ASI, sebagian responden

mengetahui mengapa sebagian bayi diberikan ASI

Eksklusif yaitu karena kandungan gizi dalam ASI

cukup memenuhi kebutuhan bayi sampai enam

bulan dan memperkuat ikatan bayi antara ibu dan

bayi. Sesuai pendapat Perinasia (9)

bayi kencing

setidaknya enam kali dan warnanya jernih sampai

kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna

kekuningan berbiji, bayi tampak puas, sewaktu-

waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup,

payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali

selesai menyusui, bayi bertambah berat badannya.

Tingginya persentase yang tidak memberikan ASI

Eksklusif disebabkan responden memang benar-

benar tidak tahu arti pentingnya ASI Eksklusif bagi

kesehatan bayi sehingga tidak termotivasi untuk

memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Hasil penelitian berdasarkan data distribusi

jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi sikap responden

tentang pemberian ASI ekslusif dikategorikan

menjadi 2 berdasarkan median (26,00). Kategori

sikap baik 40 (52,6%) responden diperoleh bila skor

≥ median (26,00) dan dikategorikan sikap kurang

baik 36 (47,4%) responden bila < median (26,00

Menurut Notoatmodjo (4)

sikap merupakan

reaksi atau responden seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan

diatas dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dapat

dilangsung dilihat tetapi hanya menunjukan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus teretentu

sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Berdasarkan hasil yang

telah didapatkan di Kelurahan Sungai Putri Kota

Jambi, sebagian responden setuju bahwa bayi baru

lahir harus diberikan ASI segera setelah lahir, dapat

menjalin ikatan batin antara ibu dan anak, setuju

bahwa ASI merupakan hak bayi yang sangat penting

dan wajib seorang ibu memberikan kepada bayi.

Sebagian responden bersikap positif karena adanya

reaksi responden dari peran/perilaku petugas

kesehatan yang sudah melakukan kegiatan

peningkatan penggunaan air susu ibu. Sehingga

responden dapat menerima, menghargai terhadap

objek (tindakan petugas kesehatan).

Menurut Perinasia (9)

ASI sebaiknya

diberikan sedini mungkin dan atau tanpa jadwal, hal

ini akan menjamin bahwa bayi akan memperoleh

segala keuntungan yang berasal dari kolostrum.

Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari

pertama sampai hari kelima atau ketujuh memang

jernih dan kekuning-kuningan cairan ini

mengandung zat putih telur atau protein yang

kadarnya tinggi dan zat ini anti infeksi/ kekebalan,

kolostrum sangat sesuai kondisi bayi di hari-hari

pertama kelahiran karena menerima beban yang

akan memberatkan kerja ginjal. Sementara

responden yang memiliki sikap negatif antara lain

sebagian tidak setuju menyusui yang baik adalah

sesuai kebutuhan, secara alamiah bayi akan

mengatur kebutuhan sendiri, sebagian kecil

responden tidak setuju pemberian ASI Eksklusif

sejak bayi baru lahir termasuk pemberian ASI

sampai berusia 6 bulan, sebagian kecil responden

ASI tidak meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Sebagian responden setuju bahwa memberikan ASI

sampai enam bulan akan meningkatkan kecerdasan

anak dan mencegah berbagai penyakit dan akan

12

Page 17: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015

tenang. Menurut Sunar (12)

pemberian ASI Eksklusif,

dimana ibu harus menyusui bayi secara murni dalam

jangka waktu minimal bayi berumur 0 sampai 6

bulan, karena ASI itu sendiri merupakan nutrisi

yang berkualitas, bisa meningkatkan daya tahan

tubuh, meningkatkan kecerdasan dan menjalin kasih

sayang antara ibu dan bayi. Masih ada responden

yang sangat tidak setuju bahwa kolostrum itu sangat

baik untuk bayi. Menurut Yuliarti (3)

, pemberian ASI

dapat membantu bayi memulai kehidupan dengan

baik, kolostrum mengandung anti bodi yang kuat

untuk mencegah infeksi dan membantu bayi

menjadi kuat. Perilaku menyusui yang kurang

mendukung seperti membuang kolustrum ini

disebabkan masih adanya kepercayaan atau mitos

bahwa ASI yang keluar pertama kali adalah susu

basi, rusak, dan kotor sehingga pada hari-hari

pertama para ibu tidak memberikan ASI pada

bayinya. Adanya anggapan bahwa kolustrum adalah

susu basi yang harus dibuang perlu dihilangkan

dengan memberikan pengertian dan pemahaman

kepada ibu-ibu tentang manfaat zat -zat yang

terkandung dalam kolustrum bagi bayi yang baru

lahir. Kolustrum, atau biasa disebut susu jolong,

sudah terbukti mengandung berbagai zat gizi yang

dibutuhkan oleh bayi sejak lahir. Berdasarkan hasil

penelitian ditemukan sebagian responden memiliki

sikap positif dalam pemberian ASI eksklusif dapat

dilihat dari pertanyaan yang diajukan dan responden

memilih pernyataan yang benar dengan jawaban

sangat setuju dan setuju.

Hasil penelitian berdasarkan data distribusi

jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi persepsi

responden tentang pemberian ASI ekslusif

dikategorikan menjadi 2 berdasarkan median (1,00).

Kategori persepsi baik ≥ median (26,00) dan

dikategorikan persepsi kurang baik < median (1,00).

Berdasarkan data distribusi jawaban dari 76

responden yang telah diteliti di Kelurahan Sungai

Putri Kota Jambi Tahun 2014 didapatkan persepsi

bai adalah (52,6%) dan persepsi kurang baik

(47,4%).

Menurut Danuatmaja and Mila (1)

, bahwa

pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan merupakan

cara dalam pemberian makanan pada bayi. Setelah 6

bulan biasanya bayi membutuhkan banyak zat besi

dan seng. Nutrisi tambahan biasa diperoleh dari

makanan padat dengan porsi yang sedikit. Bayi

dapat meminum ASI sampai usia 12 bulan atau

lebih jika terus menerus tumbuh dan berkembang,

berarti ASI bisa memenuhi kebutuhannya dengan

baik. ASI memberikan perlindungan terhadap

berbagai penyakit. ASI memberikan perlindungan

terhadap berbagai penyakit terutama infeksi,

menyusui selama enam bulan dapat juga mencegah

alergi pada bayi misalnya alergi terhadap makanan

atau pun alergi pernapasan

Sementara responden memiliki persepsi

kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif

antara lain pemberian ASI Eksklusif sampai usia

bayi berumur enam bulan, respendon yang tidak

setuju memberikan ASI menyempurnakan

pertumbuhan bayi yang sehat dan cerdas,

selanjutnya responden yang tidak setuju bahwa ASI

adalah makan terbaik untuk bayi, dan responden

akan memberikan makanan selain ASI pada bayi

usia dibawah enam bulan. Menurut Farrer (13)

Asi

merupakan makanan yang paling cocok untuk

kemampuan bayi karena bayi dapat menyerap

dengan baik dan bayi merasa puas. Pemberian ASI

akan memenuhi semua kebutuhan bayi baik dari

seginutrisi, kehangatan, perasaan, nyaman dan aman

dengan cara yang paling mudah dan efektif.

Berdasarkan hasil jawaban responden

mengenai variabel motivasi, 50 responden (65,8%)

memberikan ASI secara eksklusif pada bayi agar

bayi tidak mudah sakit, 46 (60,5%) responden ingin

menyusui bayi nya jika mendengar bayi nya

menangis, 45 (59,2%) bahwa responden

mendapatkan informasi tentang ASI Esklusif dari

petugas kesehatan dan 44 responden (55,7%)

menginginkan untuk memberikan ASI ekslusif pada

bayinya. Sebanyak 63 responden (82,9%) tidak

mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga

untuk memberikan ASI ekslusif, 35 responden

(46,1%) tidak memiliki motivasi untuk memberikan

ASI saja karena mudah dan tidak mahal, 34

responden (44,7%) tidak mau untuk memberikan

ASI yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi, 33

responden (43,4%) tidak memberikan ASI pada bayi

karena tahu ASI sangat murah dan tidak merepotkan

dan 32 (42,1%) responden tidak mempunyai

keinginan untuk memberikan ASI secara ekslusif

pada bayi. Hasil penelitian berdasarkan data

distribusi jawaban dikategorikan menjadi 2

berdasarkan median (8,00). Kategori motivasi baik

skor ≥ median (8,00) dan dikategorikan motivasi

kurang baik < median (8,00). didapatkan motivasi

baik (52,6%) dan motivasi kurang baik (47,4%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Ratih IK (8)

, tentang hubungan antara motivasi dengan

pemberian ASI Eksklusif Di Desa Balun Kecamatan

Turi Kabupaten Lamongan yang menunjukkan

motivasi pemberian ASI Eksklusif yang dimiliki

oleh responden adalah sebagian besar dalam

kategori rendah (53,6%). Data yang diperoleh dari

hasil penelitian yang bermotivasi baik sebagian

13

Page 18: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

besar responden memberikan ASI saja pada bayi

sampai usia enam bulan, sebagian responden

bermotivasi untuk memberikan ASI secara Eksklusif

agar bayi tidak mudah sakit dan responden

mempunyai keinginan untuk memberikan ASI

secara Eksklusif pada bayi. ASI Eksklusif adalah

pemberian ASI saja, tanpa diberi tambahan cairan

lain seperti susu formula, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang dan bubur

nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk

jangka waktu minimal hingga bayi berumur enam

bulan. Menurut WHO (World Health Organization),

ASI adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Berdasarkan hasil penelitian,

bahwa pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan

merupakan cara dalam pemberian makanan pada

bayi. Setelah 6 bulan biasanya bayi membutuhkan

banyak zat besi dan seng (14)

.

Sementara responden yang memiliki motivasi

yang kurang baik antara lain tidak mendapatkan

dukungan dari suami dan keluarga untuk

memberikan ASI Eksklusif, ada juga responden

yang tidak termotivasi untuk memberikan ASI saja

karena mudah dan tidak mahal, namun ada juga

responden tidak bermotivasi mau menyusui bayi

karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

Menurut Yuliarti (3)

Air Susu Ibu (ASI) bukan

minuman. Namun, ASI merupakan satu-satunya

makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga

berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat

gizi yang dibutuhkan bayi. Keberhasilan pemberian

ASI secara Eksklusif pun ditentukan oleh peran

keluarga, terutama ayah atau suami. Selama proses

ini berlangsung, peran ayah sama pentingnya

dengan peran ibu. Peran ayah yang paling utama

adalah menciptakan suasana dan situasi dan

kondusif yang memungkinkan pemberian ASI

berjalan dengan lancar. Peran lainnya, selain

memenuhi kebutuhan ibu (terutama kebutuhan gizi

yang selama menyusui), dapat berperan sebagai

penghubung dalam menyusui dengan membawa

bayi kepada sang ibu saat ia lapar. Dengan

demikian, bayi akan tahu bahwa sang ayah menjadi

jembatan baginya dalam memperoleh makanan.(15)

Menurut Notoatmodjo (4)

, secara umum

mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang

menggerakan kita untuk berprilaku tertentu. oleh

karena itu, dalam mempelajari motivasi kita akan

berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan

dan tujuan. Selanjutnya bahwan motivasi adalah

dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak

atau berprilaku, motivasi tidak terlepas dari kata

kebutuhan, need atau want, kebutuhan adalah suatu

potensi dari diri manusia yang ditanggapi atau

diresponden.

Hasil penelitian ini didapat sebagian besar

responden memiliki peran keluarga baik. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ratih IK (8)

, tentang Hubungan

Antara Motivasi Dengan Pemberian Asi

Eksklusif Di Desa Balun Kecamatan Turi

Kabupaten Lamongan yaitu rendahnya dukungan

keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif

(41,81%). Berdasarkan analisis sebagian kecil

responden mendapatkan peran keluarga dalam

pemberian ASI Eksklusif yaitu responden menjawab

keluarga tidak mengetahui tentang pengertian ASI

Eksklusif, selanjutnya responden menjawab

keluarga tidak mengetahui tentang kerugian dalam

pemberian ASI Eksklusif dan ressponden menjawab

bahwa pada saat bayi lahir keluarga pernah

memberikan madu.

Menurut Fatimah (16)

, dukungan suami

merupakan salah satu sumber dukungan dari

keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan

memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui.

Keberhasilan pemberian ASI pada bayi ditentukan

oleh peran keluarga, terutama ayah atau suami.

Selama proses ini berlangsung, peran ayah sama

pentingnya dengan peran ibu. Sebagian kecil

responden mendapatkan peran keluarga dalam

pemberian ASI Eksklusif yaitu responden menjawab

mendapatkan dukungan dari keluarga tentang cara

menyusui bayi yang benar, selanjutnya responden

menjawab bahwa keluarga memberikan dukungan

untuk memberikan ASI Eksklusif dan keluarga

mengetahui keuntungan pemberian ASI Eksklusif

selanjutnya responden menjawab bahwa keluarga

memberikan informasi tentang ASI Eksklusif.

Menurut Roesli (11)

hal lain yang bisa

dilakukan ayah adalah meringankan tugas ibu yang

lain, seperti mengganti popok atau menyendawakan

bayi serta memberi dukungan kepada saat menyusui

dengan cara memijatnya secara lembut. Dalam

proses menyusui, keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif menjadi keberhasilan bersama antara ibu

dan ayah. Sekitar 50% keberhasilan menyusui turut

ditentukan oleh peran ayah. Pengertian peran yang

penting ini merupakan langkah pertama bagi

seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar ibu

berhasil menyusui secara Eksklusif. Peran keluarga

merupakan suatu bentuk dorongan atau semangat

yang diberikan baik berupa bentuk fisik maupun

mental yang diberikan oleh orang-orang terdekat

seperti suami dan keluarga dalam upaya untuk

memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah

yang dihadapi.

14

Page 19: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015

Peran petugas kesehatan tentang pemberian

ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2 berdasarkan

median (8,00). Kategori peran petugas kesehatan

baik ≥ median (8,00) dan peran petugas kesehatan

kurang baik 21,1% responden bila < median (8,00).

Berdasarkan data distribusi jawaban dari 76

responden yang telah didapatkan petugas kesehatan

yang baik adalah (78,9%) dan yang kurang baik

(21,1%).

Hasil penelitian ini didapat sebagian besar

responden memiliki peran petugas kesehatan baik.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Aisyaroh (17)

tentang dukungan

Bidan dalam pemberian ASI Eksklusif Di Desa

Sumber Sari Kecamatan Ngampel Kabupaten

Kendal, masih rendahnya peran petugas tentang

pemberian ASI eksklusif 80% yang harus dicapai

didesa sari hanya (27%).

Berdasarkann analisis sebagian responden

menjawab bahwa petugas kesehatan pernah

memberitahu manfaat atau kegunaan ASI,

selanjutnya sebagian responden (76,3%) menjawab

setiap bidan selesai menolong persalinan langsung

membimbing untuk menyusui bayi, sebagian

responden mengatakan petugas pernah mengajarkan

dan melakukan upaya-upaya untuk memperbanyak

ASI, sebagian responden menjawab bahwa petugas

kesehatan tidak menganjurkan memberi susu

formula/susu botol. Sebagian responden menjawab

bahwa petugas kesehatan tidak menyarankan

memberi ASI Eksklusif, hal ini kemungkinan

petugas kesehatan selalu sibuk bekerja dari pagi

hingga siang sehingga hal ini terabaikan. Sebagian

responden menjawab bahwa petugas kesehatan tidak

pernah memberitahu cara-cara berhasil menyusui

Eksklusif.

Dorongan dari petugas (bidan) sangat penting

dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan, karena

keberhasilan menyusui salah satunya adalah

dorongan dari petugas. Bila hal ini tidak diketahui

baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka

akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal

ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan

susu formula yang mengakibatkan produk ASI

berkurang..(18)

Kurangnya pengertian dari dan keterampilan

petugas kesehatan tentang keunggulan ASI dan

manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah

terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering

dinyatakan sebagai pengganti Air susu ibu (PASI),

sehingga saat ini semakin banyak ibu bersalin

memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan

mereka (14)

. Berdasarkan hasil yang telah didapat di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi yaitu petugas

kesehatan yang melakukan kegiatan peningkatan

penggunaan ASI Eksklusif adalah sebagian

responden dan petugas kesehatan yang tidak

melakukan kegiatan peningkatan pemberian ASI

Eksklusif sebagian kecil responden.Sudah

meningkatkan kesadaran rasa tanggung jawab

petugas kesehatan seiring dengan meningkatnya

pendidikan yang sangat berpengaruh pada

pengetahuan yang mempengaruhi perilaku petugas

kesehatan yang terealisasi dalam tindakan sehari-

hari.

Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemberian

ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri Kota

Jambi

Dari tabel 1 menunjukkan responden yang

memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 70,6%

memberikan Asi Eksklusif dan yang berpengetahuan

kurang baik hanya 23,17% yang memberikan Asi

eklusif. Secara statistik terdapat hubungan bermakna

antara pengetahuan ibu dengan pemberian Asi

eksklusif, dan responden yang memiliki

pengetahuan yang baik mempunyai kemungkinan

(odds) 13,30 kali untuk memberikan asi eksklusif

kepada bayinya.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Danuatmaja and Mila (1)

Rendahnya pemberian ASI

Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia

disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap

ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya

dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan

maupun pemerintah, gencarnya promosi susu

formula, faktor sosial budaya serta kurangnya

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan

anak.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nana (10)

tentang hubungan antara

pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu dengan

pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas

Bonto Cani Kabupaten Bone menyatakan tidak ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

pemberian ASI Eksklusif.

Pengetahuan kurang baik sangat berhubungan

dengan pemberian ASI Eksklusif, hal ini dapat

dilihat dari pertanyaan yang diberikan. Umumnya

responden dapat mengerti keuntungan pemberian

ASI, upaya memperbanyak ASI tapi sebagian

responden masih belum mengetahui pengertian ASI

Eksklusif langkah-langkah agar berhasil menyusui,

serta kerugian PASI.Pengetahuan kurang baik

sangat berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif, hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang

15

Page 20: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

diberikan. Umumnya responden dapat mengerti

keuntungan pemberian ASI, upaya memperbanyak

ASI tapi sebagian responden masih belum

mengetahui penegrtian ASI Eksklusif langkah-

langkah agar berhasil menyusui, serta kerugian

PASI.

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di

Kelurahan Sungai Putri, Jambi

Pengetahuan

Pemberian ASI Nilai P OR

(95% CI) Eksklusif Tidak Ekslusif

f % f %

0,000 13,3

(3,78-47,09)

Baik 12 70,6 5 29,4

Kurang baik 9 23,17 50 84,7

Total 21 27,6 50 72,4 *uji Fisher

Hubungan Sikap Ibu dalam pemberian ASI

Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Tabel 2 menunjukkan responden yang

memiliki sikap yang negatif sebanyak 70,7% tidakn

memberikan Asi Eksklusif dan yang sikap negatif

74,3% yang tidak memberikan Asi eklusif. Secara

statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara

sikap ibu dengan pemberian Asi eksklusif. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (5)

tentang Hubungan Pengetahuan Sikap Dan

Perilaku Ibu Dengan Pertumbuhan Balita Di

Posyandu Putri Mayang Wilayah Kerja Puskesmas

Rawasari Kota Jambi Tahun 2012 menyatakan tidak

ada hubungan sikap dengan pemberian ASI

Eksklusif.

Menurut Notoatmodjo (4)

sikap tidak dapat

langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukan konotasi adanya

kesesuaian reaksi tentanh stimulus tertentu. Dalam

kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang

bersifat emosional tentang stimulus sosial. Sikap

merupakan predisposisi tindakan atau perilaku,

sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas

melainkan merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku, sikap merupakan reaksi tentang objek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

suatu objek.

Dalam penelitian ini sebagian besar responden

memiliki sikap positif dengan berpengetahuan baik

memberikan ASI Eksklusif, sedangkan responden

yang bersikap positif namn berpengetahuan kurang

baik menyebabkan responden tidak memberikan

ASI Eksklusif, disamping itu juga disebabkan

karena faktor budaya, pengalaman, kebiasaan, yang

diwariskan turun temurun dari orang tua. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa responden dengan

berpengetahuan baik akan mempengaruhi sikap

positif untuk memberikan ASI Eksklusif.

Tabel 2. Hubungan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif

di Kelurahan Sungai Putri, Jambi

Sikap

ASI Eksklusif Nilai p OR

(IK 95%) Eksklusif Tidak ekslusif

f % f %

0,930

1,20

(0,43-3,30) Positif 12 29,3 29 70,7

Negatif 9 38,9 26 74,3

Total 21 27,9 55 72,4 *uji Chi Square dengan Koreksi Yates

Hubungan Persepsi Ibu dalam pemberian ASI

Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Tabel 3 menunjukkan responsden yang

memiliki persepsi yang baik hanya 35% yang

memberikan asi eksklusif, dan yang memiliki

presepsi kurang baik 19,4% yang memberikan asi

eksklusif. Secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermkana antara persepsi ibu dengan

pemberian asi eksklusif.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Kurniawan (19)

, tentang Determinan

Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di

lamongan menyatakan motivasi ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif masih rendah (35%).

16

Page 21: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif

yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami

informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan

penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah

terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap

situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar

terhadap situasi, hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo (4)

karakteristik nilai atau internalisasi

nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang

dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan

nilai dan karakteristiknya.

Tabel 3. Hubungan Persepsi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi

Persepsi

ASI Eksklusif Nilai p OR

(95% CI) Eksklusif Tidak ekslusif

f % f %

1,581

2,23

(0,78-6,38)

Baik 14 35,0 26 65,0

Kurang baik 7 19,4 24 66.7

Total 21 27,6 55 72,4 *uji Chi Square dengan Koreksi Yates

Hubungan Motivasi Ibu dalam pemberian ASI

Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang

memiliki motivasi baik 39% memberikan asi secara

eksklusif, sedangkan yang memiliki motivasi kurang

baik hanya 14,3% yang memberikan asi eksklusif,

secara statistik tidak terdapat hubungan antara

motivasi ibu dengan pemberian asi eksklusif

Menurut pendapat Yuliarti (3)

bahwa motivasi

mendorong seseorang untuk berprilaku dan

beraktifitas dalam pencapaian tujuan serta terjadi

karena adanya kebutuhan seseorang yang harus

segera dipenuhi. Menurut Notoatmodjo (4)

, motivasi

berasal dari bahasa Latin yang berarti to move.

Secara umum mengacu pada adanya kekuatan

dorongan yang menggerakkan kita untuk

Selanjutnya bahwa motivasi adalah dorongan dari

dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku,

motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan, need

atau want, kebutuhan adalah suatu potensi dari diri

manusia yang berprilaku tertentu. Oleh karena itu,

dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan

dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan.

ditanggapi atau diresponden.

Rendah nya pemberian asi eksklusif pada ibu

yang memiliki motivasi yang baik di Kelurahan

Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, diasumsikan

karena kebiasaan masyarakat yang langsung

memberikan makan/minum pada bayi baru lahir,

kurangnya promosi kesehatan tentang manfaat ASI

Eksklusif serta ketidak tahuan dampak dari

pemberian makan pada bayi kurang dari 6 bulan.

Tabel 4. Hubungan Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi

Motivasi

ASI Eksklusif Nilai P OR

(95% CI)

Eksklusif Tidak ekslusif

f % f %

4,608

3,84

(1,23-11,96) Baik 16 39,0 25 61,0

Kurang baik 5 14,3 30 85,7

Total 21 27,6 55 72,4 *uji Chi Square dengan Koreksi Yates

Tabel 5. Hubungan Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi

Peran Keluarga

ASI Eksklusif Nilai p OR

(95% CI)

Eksklusif Tidak ekslusif

f % f %

0,141

0,333

(0,75-1,48) Baik 17 25,0 51 75,0

Kurang baik 4 50,0 30 50

Total 21 27,6 55 72,4

*uji Fisher

17

Page 22: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015

Hubungan Peran Keluarga dalam pemberian

ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota

Jambi

Hasil penelitian ini menunjukkan yang peran

keluarga baik dalam mendukung pemberian asi

eksklusif 25% memberikan asi secara eksklusif,

sedangkan perang keluarga yang kurang baik dalam

pemberian asi eksklusif 50% memberikan asi

eksklusif, secara statistik tidak ada hubungan yang

bermakna antara peran keluarga dengan pemberian

ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sunar (12)

,

rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan salah

satunya karena rendahnya dukungan keluarga

terhadap pemberian ASI eksklusif.

Keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif

pun ditentukan oleh peran keluarga, terutama ayah

atau suami. Selama proses ini berlansung, peran

ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran

ayah yang paling utama adalah menciptakan

suasana dan situasi dan kondusif yang

memungkinkan pemberian ASI berjalan dengan

lancar. Peran lainnya, selain memenuhi kebutuhan

ibu (terutama kebutuhan gizi yang selama

menyusui), dapat berperan sebagai penghubung

dalam menyusui dengan membawa bayi kepada

sang ibu saat ia lapar. Dengan demikian, bayi akan

tahu bahwa sang ayah menjadi jembatan baginya

dalam memperoleh makanan (15)

.

Dukungan keluarga adalah dorongan atau perhatian

yang diberikan atau perhatian yang diberikan dua

atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, perkawinan atau adopsi,

berinteraksi satu sama lain dalam peran dan

menciptakan dan memperhatikan suatu

kebudayaan. Dalam penelitian ini sebagian besar

responden tidak memiliki dukungan dari keluarga

untuk memberikan ASI Eksklusif. Disamping itu

pemberian ASI ekslusif juga disebabkan karena

faktor budaya, pengalaman yang didapatkan dari

turun temurun orang tua. Peran keluarga dalam

pemberian ASI eksklusif sangatlah berpengaruh

untuk mendukung ibu memberikan ASI eksklusif.

Umumnya dengan dukungan keluarga bayi dapat

mendapatkan hak nya untuk mendpatkan ASI

Eksklusif.

Hubungan Peran Petugas Kesehatan dalam

pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai

Putri Kota Jambi

Hasil penelitian ini menunjukkan Petugas

kesehatan yang menjalankan perannya dalam

mendukung asi eksklusif 3,33% kliennya atau

responden memberikan asi eksklusif, sedangkan

petugas yang tidak melakukan peran nya hanya

sebesar 26,7% klien atau responden menyusui

eksklusif. Secara statistik tidak ada hubungan yang

bermakna antara peran petugas kesehatan dengan

pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aisyaroh (17)

masih rendahnya peran petugas

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yang

masih rendah. Peran petugas adalah suatu bentuk

kepedulian petugas dalam pelaksanaan upaya-

upaya kesehatan masyarakat menanggulangi suatu

penyakit merupakan salah satu bentuk dari upaya

pemeliharaan kesehatan masyarakat. Hal ini

sependapat Depkes.RI (14)

pemberian ASI Eksklusif

tidak lepas dari kesadaran dari ibu dengan bantuan

petugas kesehatan. Hal ini merupakan upaya yang

harus dilakukan sedini mungkin untuk

mempertahankan klostrum pada ASI, karena sangat

besar manfaatnya untuk antibodi.

Kurangnya penyuluhan promosi ASI

eksklusif, keterampilan dan pengetahun petugas

kesehatan tentang ASI eksklusif, manfaat,

keunggulan ASI dan kerugian PASI, kurangnya

dorongan dari petugas kesehatan akan

menyebabkan responden tidak memberikan ASI

eksklusif.

Tabel 6. Hubungan peran petugas kesehatan dalam Pemberian ASI Ekslusif di

Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi

Peran Tenaga

kesehatan

ASI Eksklusif Nilai p OR

(95% CI) Eksklusif Tidak ekslusif

f % f %

0,581

1,406

(0,42-4,74) Berperan 5 33,3 10 66,7

Tidak Berperan 16 26,7 45 73,8

Total 21 27,6 55 72,4

*uji Fisher

18

Page 23: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Keluarahan Sungai Putri, Jambi

Kesimpulan Dan Saran

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian

hanya variebel pengetahuan yang terbukti secara

statistik yang berhubungan secara bermakna,

sedangkan variabel sikap ibu, persepsi, motivasi,

peran keluarga dan peran petugas kesehatan tidak

terbukti secara statistik berhubungan secara

bermakna dalam pemberian asi eksklusif

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat

dikemukakan beberapa saran yaitu Bagi Tenaga

Kesehatan/Bidan, Agar dapat menjalankan

kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan oleh

dinas kesehatan, serta Meningkatkan penyuluhan

ASI eksklusif setiap kunjungan Anc ibu hamil yang

lebih ditekankan pada trimester tiga, dan kunjungan

neonatal/nifas, dan juga dapat Membentuk kelas

ibu menyusui eksklusif pada setiap desa yang

memiliki puskesmas pembantun di desa tersebut

Bagi peneliti lainnya Sebagai bahan informasi

untuk melanjutkan penelitian dengan metode dan

variabel yang berbeda-beda untuk melihat dampak

anak yang diberi ASI eksklusif dengan anak yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif yang dapat dilihat

dari tingkat kecerdasan, status gizi dan psikososial.

Daftar Pustaka 1. Danuatmaja B, Mila. 40 Hari Pasca Persalinan

Masalah dan Solusinya Jakarta: Puspa Swarna;

2006.

2. Judarwanto W. Kesulitan Makan Pada Anak

2007 [24 November 2013]. Available from:

www.childrenfamily.com.

3. Yuliarti N. Keajaiban ASI : Makanan Terbaik

untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan si

Kecil Andi Publisher 2010

4. Notoatmodjo s. Metedologi penelitian kesehatan.

Jakarta Rineka Cipta 2003.

5. Fitri A. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan

Perilaku Ibu Dengan Pertumbuhan Balita Di

Posyandu Putri Mayang Wilayah Kerja

Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2012

[Skripsi]. Jambi: Politeknik Kesehatan

Kemenkes Jambi; 2012.

6. Rakasiwi TW. Gambaran Pengetahuan Sikap

Dan Motivasi Ibu Tentang Pemberian ASI pada

Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2013. Jambi:

Poltekkes Kemenkes Jambi; 2013.

7. Ulfa ER. Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa

Marga Mulya Kabupaten Tanjab Timur Tahun

2013 [Skripsi]. Jambi: Politeknik Kesehatan

Kemenkes Jambi; 2013.

8. Ratih IK. Hubungan Antara Motivasi Dengan

Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Surya.

2009;1(2).

9. Perinasia. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi.

Perinasia. 2003.

10. Nana. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap

Dan Kepercayaan Ibu Dengan Pemberian ASI

eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto

Cani Kabupaten Bone Tahun 2013 2013.

11. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta:

Trubus Agriwidya; 2005.

12. Sunar PD. ASI Eksklusif. yogyakarta: diva

press; 2009.

13. Farrer H. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC;

2002.

14. Depkes.RI. Pedoman Umum Gizi. Seimbang.

(Panduan untuk petugas). Jakarta: Depkes RI;

2002.

15. Riksani E. Mensikapi ASI Eksklusif pada Ibu

Bekerja. Jakarta: Salemba Medika; 2012.

16. Fatimah S. Hubungan Dukungan Suami dengan

Kejadian Postpartum Blues pada Ibu Primipara

di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang

[Skrips]. Semarang: Universitas Diponegoro;

2009.

17. Aisyaroh N. Dukungan Bidan Dalam Pemberian

Asi Eksklusif Di Desa Sumbersari Kecamatan

Ngampel Kabupaten Kendal. Majalah Ilmiah

Sultan Agung. 2013; L(130):47-57.

18. Bahiyatun. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas

Normal. Jakarta: EGC; 2009.

19. Kurniawan B. Determinan Keberhasilan

Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif Jurnal

Kedokteran Brawijaya. 2013;27:4.

19

Page 24: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 20

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah DengueDi Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Selama Tahun 2009 - 2013

Climate Change Impacts on Dengue Fever Incidence in Palangka Raya Municipality,Central Kalimantan

Yongwan Nyamin, Natalansyah , Vissia Didin.A.

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cenderungsemakin meluas wilayah penyebarannya, sejalan dengan semakin padatnya pemukinan dan meningkatnyamobilitas penduduk. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit menular dan seiringmeningkatnya penularan penyakit. Penyakit DBD telah menjadi endemis di di kota-kota besar diIndonesia. Di duga bahwa keadaan luar biasa (KLB) demam berdarah dengue yang terjadi hampir setiaptahun di seluruh Indonesia terkait dengan perubahan cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan iklim ( curah hujan, suhu udara dan kelembapan) dengan kejadian DBD di kotaPalangka Raya selama tahun 2009-2013. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi .Penelitian ini dilakukan pada bulan –Oktober - November 2014 dan terletak di kota Palangka Rayadengan menggunakan data sekunder. Data jumlah kasus diperoleh dari Dinkes Kota Palangka Raya. Dataiklim yang digunakan adalah data curah hujan, suhu udara, kelembapan diperoleh dari Badan MateriologiKlimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Udara Cilik Riwut Palangka Raya. Kesimpulan daripenelitian ini adalah bahwa curah hujan yang meningkat dan kelembapan mempengaruhi meningkatnyakejadian demam berdarah dengue (76,3%). Oleh karena itu memerlukan kerjasama antara DinasKesehatan kota Palangka Raya dan BMKG dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan programP2DBD.Kata Kunci: DBD, KLB, P2DBD

Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cenderungsemakin meluas wilayah penyebarannya, sejalan dengan semakin padatnya pemukinan dan meningkatnyamobilitas penduduk. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit menular dan seiringmeningkatnya penularan penyakit. Penyakit DBD telah menjadi endemis di di kota-kota besar diIndonesia. Di duga bahwa keadaan luar biasa (KLB) demam berdarah dengue yang terjadi hampir setiaptahun di seluruh Indonesia terkait dengan perubahan cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan iklim ( curah hujan, suhu udara dan kelembapan) dengan kejadian DBD di kotaPalangka Raya selama tahun 2009-2013. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi .Penelitian ini dilakukan pada bulan –Oktober - November 2014 dan terletak di kota Palangka Rayadengan menggunakan data sekunder. Data jumlah kasus diperoleh dari Dinkes Kota Palangka Raya. Dataiklim yang digunakan adalah data curah hujan, suhu udara, kelembapan diperoleh dari Badan MateriologiKlimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Udara Cilik Riwut Palangka Raya. Kesimpulan daripenelitian ini adalah bahwa curah hujan yang meningkat dan kelembapan mempengaruhi meningkatnyakejadian demam berdarah dengue (76,3%). Oleh karena itu memerlukan kerjasama antara DinasKesehatan kota Palangka Raya dan BMKG dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan programP2DBD.Keywords: Dengue Fever, outbreak, P2DBD

Page 25: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 21

PendahuluanPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

adalah salah satu penyakit menular yangdisebabkan oleh virus dengue dan ditularkanmelalui nyamuk Aedes aegypti. WHO (2007)1

mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakitdemam berdarah setiap tahunnya.Penyakit inihanya dapat dikendalikan dengan pemberantasanvektor dan vaksin penyakit ini masih belum ada.DBD menyerang banyak penduduk negara-negaradidunia seperti Aprika, Timur Tengah, PasipikBarat, Asia tenggara termasuk Indonesia.3

Pertama kali dilaporkan penyakit DBDmenyerang Indonesia pada tahun 1968, yaitu diJakarta dan

Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang(incidence Rate/IR=0,1 per 100.000) dan 24 orangdiantaranya meninggal (case FatalityRate/CFR=41,3%) . DBD telah tersebar ke seluruhprovinsi Indonesia. Data hingga tahun 2007memperlihatkan peningkatan IR dan jumlahkabupaten terinfeksi khususnya setelah beberapatahun El Nino (1973, 1983, 1998, dan 2005).Variasi iklim menyebabkan vektor penyakit DBDakan mudah berkembang biak baik diaderah tropismaupun subtropis. Variasi iklim yang dimaksudmeliputi curah hujan, suhu, dan kelembaban udara, dimana ketiga faktor tersebut merupakan faktorpendukung tinggi rendahnya populasi vektorpenyakit.

Secara administrasi Kota Palangka Rayayang ada di provinsi Kalimantan Tengah terdiridari 30 kelurahan yang tersebar 5 kecamatan danterdapat 7 kelurahan berstatus daerah endemisDBB. Berdasarkan data pada Pengelola ProgramPenanggulangan Penyakit Demam Berdarah(P2DBD) Dinas Kesehatan Kota Palangka Rayaselama tahun 2009-2013 terjadi peningkatankasus dan KLB (keadaan Luar Biasa) dengan 478kasus tahun 2010 dan 2012 terdapat 548 kasusdengan kematian sebanyak 3 orang.

Upaya pemberantasan vektor DBD melaluipemberantasan sarang nyamuk belum juga berhasilmeningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) masihdibawah standar Depkes (<95%)

Peningkatan kasus dan penyebaran penyakitDBD dipengaruhi kepadatan vektor Aedes aegyptiyang tersebar luas di daerah tropis, perbedaan antarwilayah dalam hal perkembangan ekonomi,kepadatan penduduk, transfortasi, dan budaya akanterus mempercepat transmisi penularan penyakittersebut. Peningkatan kasus DBD juga terjadikarena kurangnya peran serta masyarakat dalampenanggungan DBD, kurangnya kerjasama dankomitmen lintas program dalam pengendalianDBD sertadan perubahan iklim letak geografis

Indonesia didaerah tropis mendukungperkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus(Untung 7)

Iklim adalah salah satu komponen pokoklingkungan fisik yang terdiri atas suhu,kelembaban ,curah hujan, cahaya dan angin.Menurut Depkes (2001)5 terdapat dua macamiklim, yaitu iklim Iklim makro merupakankeadaan cuaca rata-rata disuatu daerah, dan iklimmikro adalah modifikasi sampai pada suatutingkat tertentu dari keadaan-keadaan iklim makro.Perbedaan suhu dan kembaban udara dalambeberapa derajat dapat terjadi diantara iklim makrodan iklim mikro. Faktor iklim mempengaruhikejadian dan penyebaran penyakit infeksi secaralangsung dan tidak langsung baik terhadapmikroorganisme patogennya, vektor, reservoir danpenjamu, seperti Malaria, dan DBD. Dalampenyebaran penyakit DBD, perubahan iklim akanmempengaruhi distribusi dari vektor Ae,aegyptydan tingkat infeksi dari penyakit itu sendiri.

Kondisi Palangka Raya yang selalumengalami peningkatan jumlah kasus penyakitDBD dan kurangnya pengkajian tentang hubunganiklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban)menyebabkan penelitian lebih lanjut pengaruhiklim terhadap terhadap kejadian DBD sanganpenting artinya dalam dalam rangka pencegahandan upaya kewaspadaan dini penyakit DBD.Tujuan penelitian ini yaitu mengalisis hubunganIklim (curah hujan, suhu udara, kelembapan)terhadap kasus kejadian DBD di Palangka Rayaselama tahun 2009-2013

MetodologiJenis penelitian ini bersifat kuantitatif danmerupakan penelitian deskriptif dengan rancangbangun penelitian yang digunakan adalah studiekologi time trend untuk meneliti hubungancurah hujan, kelembapan dan suhu udara terhadapkejadian DBD tahun 2009-2013 di Kota PalangkaRaya.Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah datakasus DBD di kota Palangka Raya selama tahun2009-2013. Variabel yang diteliti dalam penelitianini meliputi variabel bebas (meliputi data curahhujan, suhu udara dan kelembaban) dan variabelterikat (data kasus DBD). Pengumpulan datadilakukan dengan observasi dokumen dari laporanyang ada pada Dinas kesehatan Palangka Raya,Badan Mateorologi Klimatologi danGeofisika(BMKG) Bandara Cilik Riwut PalangkaRaya.Analisis besar pengaruh iklim terhadap kasus DBDdilakukan analisis univariat untuk memberikangambaran tentang distribusi kasus DBD sertafluktuasi curah hujan, kelembaban dan suhu udara

Page 26: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 22

yang bersifat numerik, maka digunakan ukurannilai maksimum dan nilai mnimum. untukmenjelaskan mekanisme hubungan kausal antaracurah hujan, suhu udara dan kelembaban udaraterhadap kasus DBD dilakukan analisis jalur (pathanalysis)

.Hasil PenelitianAnalisis UnivariatKeseluruhan kasus penyakit DBD di KotaPalangka Raya selama periode 2009-2013 adalahsebanyak 673 kasus. Jumlah kasus tertinggiditemukan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 235

kasus, sedangkan kasus terendah pada tahun 2011yaitu sebanyak 22 kasus (tabel.1).

Kondisi curah hujan di Kota Palangka Rayaselama kurun waktu 2009-2013, dapat dilihat padatabel 2. Curah hujan di Kota palangka Raya yangbervariasi dalam setiap bulannya menunjukanbahwa rata-rata curah hujan di Kota PalangkaRaya sepanjang periode 2009-2013 berkisar antara230,9 mm – 286,2 mm (<500mm) merupakancurah hujan yang tergolong sedang.

Tabel 1. Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Palangka Raya Tahun 2009-2013

No. Tahun JumlahPenderita(Orang)

IncidenceRate

(IR/100.000pdkk)

JumlahKematian(Orang)

Case Fatality Rate(CFR/100 pddk)

1 2009 123 61.2 3 2,42 2010 235 106.4 5 2,13 2011 22 9.8 1 4,54 2012 200 87.1 2 1,05 2013 93 40.5 1 1,1

Jumlah 673 60.9 1.8Sumber: Dinkes Kota Palangka Raya, 2014

Tabel.2. Curah Hujan per Bulan di Kota Palangka Raya pada Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Januari 251.6 313.2 317.3 434.6 427.2

Februari 380.9 353.4 280.3 255.9 522.4

Maret 512 368.4 511.1 339.5 253.4

April 272.1 405 356.2 269.1 251.9

Mei 267.6 346.1 376.6 229.3 284.5

Juni 41 291.4 36.1 136.4 135.8

Juli 27.1 318.8 122.9 244.3 242.9

Agustus 11.8 302.9 26.6 51.8 146.0

September 30.9 428.8 176.5 72.3 159.0

Oktober 203.1 729.1 414.9 72.3 121.2

November 217.6 328.6 427.2 243.5 319.1

Desember 555.6 299.3 388.9 475.5 396.1Rerata 230.9 373.8 286.2 235.4 271.6Terendah 11.8 291.4 26.6 51.8 121.2Tertinggi 555.6 729.1 511.1 475.5 522.4

Curah HujanCurah Hujan

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Palangka Raya, 2014

Page 27: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 23

Tabel 3. Kelembaban per Bulan di Kota Palangka Raya pada Tahun 2009-2013

Kelembaban 2009 2010 2011 2012 2013

Januari 85,1 83,9 84,5 85,4 85

Februari 82,6 81,9 85,6 87,6 85,4

Maret 84,7 83,9 85,3 85,4 86,8

April 83,5 85 86 84,8 86,2

Mei 82,8 83,6 84,5 83,6 86,8

Juni 80,2 85 82,8 83 84,3

Juli 82 85,3 82 85,7 85,7

Agustus 78,2 84,5 79,1 81,7 83

September 76,3 83,6 82 79,8 83,3

Oktober 79,8 83,3 81,1 81,1 80,1

November 82 83,5 84,8 85 84,7

Desember 83,2 84 89 86,2 84,3

Rerata 81,70 83,96 83,89 84,11 84,63

Terendah 76,30 81,90 79,10 79,80 80,10

Tertinggi 85,10 85,30 89,00 87,60 86,80

Kelembaban(%)

Kelembaban udara selama kurun waktu waktu2009-2013 dapat dilihat pada tabel.3. kelembaban udaraterlihat yaitu rerata tidak berbeda jauh, reratakelembaban terendah pada tahun 2009 sebesar 81,7% .Sedangkan kelembaban tertinggi tahun 2011yaitusebesar 89,00 %, ini merupakan ini merupakankelembaban yang cukup ekstrem yang pernah terjadiKota Palangka Raya Selama periode 2009-2013.

Suhu udara selama kurun waktu 2009-2013 yaiturerata tidak berbeda jauh antar tahun, dengan variasisuhu udara tertinggi 28,7oC dan terendah 26oC(tabel.4)

Selanjutnya untuk melihat kenornalan datapenelitin pada variabel independen dan dependen,maka dilakukan uji normalitas data dengan UjiKolmogorov Smirnov, dan hasil didapat bahwa semuavariabel penelitian berdistribusi normal (P>0,05)sehingga semua variabe dapat diikutkan dalam ujibivariat (tabel.5).

Tabel 4. Temperatur per Bulan di Kota Palangka Raya pada Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Januari 26.9 27.1 27.1 26.8 27

Februari 27.2 28.1 28.1 26.8 27.4

Maret 26.8 27.8 27.8 27.1 27.3

April 28.1 27.9 27.9 27.7 27.7

Mei 28.1 28.7 28.7 27.7 27.5

Juni 28 27.7 27.7 27.4 28

Juli 27 27.2 27.2 26.5 26.8

Agustus 28 27.3 27.3 27.1 27

September 28.6 27.5 27.5 27.7 27.4

Oktober 28 27.7 27.7 27.7 28

November 28 27.5 27.5 27.7 27.3

Desember 27.6 26 26 27.3 27.2

Rerata 27.69 27.54 27.54 27.29 27.38

Terendah 26.8 26 26 26.5 26.8

Tertinggi 28.6 28.7 28.7 27.7 28

TemperaturTemperatur

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Palangka Raya, 2014.

Page 28: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 24

Tabel 5. Uji Normalitas Data dengan Menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov

CurahHujan Temperatur Kelembaban DBD

Kolmogorov-Smirnov Z 0.857 0.501 0.862 0.996

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.455a 0.963a 0.448a 0.275a

a. Test distribution is Normal.

Analisis BivariatPada analisa bivariat dilakukan uji kolineritas antaravariabel yang bertujuan untuk melihat ada atau tidakadanya kolineriatas yang ditunjukan dengan r Pearson

correlations, jika r >0,80 maka diduga ada kolinieritasantar variabel independent sehingga salah satu daripasangan harus dibuang. Berdasarkan tabel5.menunjukan tidak ada kolinieritas (r<0,80).

Tabel 5. Uji Kolinieritas antar Variabel

Curah hujan Temperatur Kelembaban DBD

Curah hujan Pearson Correlation 1 -0.210 0.691* 0.594*

Sig. (2-tailed) 0.512 0.013 0.042

Temperatur Pearson Correlation -0.210 1 -0.335 -0.419

Sig. (2-tailed) 0.512 0.288 0.176

Kelembaban Pearson Correlation 0.691* -0.335 1 0.521

Sig. (2-tailed) 0.013 0.288 0.082

DBD Pearson Correlation 0.594* -0.419 0.521 1

Sig. (2-tailed) 0.042 0.176 0.082

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

AnalisisMultivariateBerdasarkan hasil uji linier ganda pada tabel

coefficient (tabel.6) variabel curah hujan (p=0,000) dankelembaban (p=0,000), sehingga kedua variabel inimasuk ke dalam analisis jalur (path model) sedangkantemperatur (0,243) tidak masuk (p>0,05). Selanjutnyauntuk mengetahui besar pengaruh antara perubahaniklim yang meliputi curah hujan, kelembaban udara,dengan kejadian DBD, digunakan analisis jalur (path

analysis) . analisis jalur ini digunakan untukmenjelaskan mekanisme hubungan kausal antara curahhujan (X 2), kelembaban ( X1 ), terhadap kejadianpenyakit DBD (Y1). Berdasarkan hasil tabel 7, tampakbahwa besarnya pengaruh lansung antar variabel dapatdilihatdari koefisiensi Standardized Coefficient Beta.Dari hasil tabel.7, maka diperoleh diagram jalur dengannilai pengaruh variabel X1, X2 Y1 (gambar.7).

Gambar 1. Model Path

Kelembaban Udara (X1)

Curah Hujan (X2)Kasus DBD (Y1)

0,691

0,293

0,763

Page 29: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 25

PembahasanHubungan curah hujan dengan kejadianpenyakit DBD

Hasil analisis pada tabel 4.7 menunjukanbahwa ada hubungan yang bermakna antara curahhujan dengan kejadian DBD di Kota PalangkaRaya selama tahun 2009 – 2013 (p=0,000;r=0,594). Variabel curah hujan memiliki pengaruhefek langsung yang paling besar sebesar(76,3,0%) Hasil penilitian ini tidak berbedapenelitian yang dilakukan Andrian (2001)menyatakan terdapat hubungan hubungan yangbermakna antara faktor iklim hujan dan angkakejadian DBD tahun 1997 – 2000 di DKI Jakarta10.

Sementara itu hasil penelitian lain yangmenunjukan adanya korelasi antara curah hujandengan kejadian DBD dengan wilayah yang lebihluas dan waktu yang panjang pernah dilakukan diThailand, oleh Thammapalo et.al (2000), diketahuibahwa kejadian DBD berbanding terbalik dengancurah hujan di 9 propinsi dari 73 propinsi selamatahun 1978 – 1997 (240 bulan). Demikian jugapenelitian yang dilakukan oleh Loh dan Song diSingapura (2001) dengan menggunakan data iklimmingguan yang dikorelasikan dengan kasus DBDukuran klaster (2-29 kasus) hanya curah hujanyang mempunyai hubungan signifikan (p=0,0015;R2 =0,102). Menurut penelitian Tien Zubaidah(2012) bahwa variabel yang berpengaruh terhadapkejadian DBD di Kota Banjar Baru tahun 2005 –2010 yaitu variabel curah hujan memilikipengaruh yang paling besar sebesar (27,0%)diikuti kelembaban (25,0%).

Berdasarkan data Incidence Rate (IR) kasusDBD di Kota Palangka Raya tahun 2009-2013berfluktuasi. IR yang tertinggi yaitu di tahun 2010sebesar 106,4 per 100.000 penduduk. Tahun 2012IR DBD termasuk yang tertinggi kedua diikutidengan tahun 2009 yaitu sebesar 87,1/100.000 dan61,2/100.000 penduduk. Sementara itu, IR DBDyang terendah yaitu di tahun 2011 sebesar9,8/100.000 penduduk. IR total untuk KotaPalangka Raya sebesar 60,9/100.000 penduduk.Sedanngkan menurut indicator kematian akibatDBD (CFR), angka kematian kasus DBD tertinggidi tahun 2011 yaitu sebesar 4,5/100 penduduk.Sedangkan yang terendah yaitu di tahun 2012sebesar 1/100 penduduk. CFR total untuk kotaPalangka Raya tahun 2009-2013 sebesar 1,8/100penduduk. (Tabel 4.2.).

Kejadian penyakit DBD biasanya meningkatbeberapa waktu sebelum musim hujan lebat atausetelah hujan lebat. Pengaruh hujan berbeda-beadamenurut banyak hujan dan keadaan fisik daerah.Terlalu banyak hujan akan menyebabkan banjirdan terlalu kurang hujan akan menyebabkankekeringan dan mengakibatkan berpindahnya

tempat pembiakan nyamuk Ae aegypti secaratemporer, sehingga perkembangbiakan nyamukakan berkurang, tetapi keadaan ini akan segerapulih bila keadaan kembali normal. Curah hujanyang cukup tinggi dengan jangka waktu waktulama akan memperbesar kesempatan nyamuk Aeaegypti untuk berkembangbiak secara optimal. Halini juga merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan peningkatan penularan virus dengue.Populasi nyamuk Ae aegypti akan berkembangpesat pada musim hujan dan perkembangna vektorini akan berdampak pada peningkatan kejadianDBD.

Kennet F. Kipel dalam Sejati (2001),menyatakan bahwa curah hujan bulanan yangmelampaui 300 mm akan meningkatkan kejadianDBD sebesar 120% dan letusan kejadian DBDakan terjadi kira-kira 2 – 3 bulan setelah setalahmusim hujan. Jika dilhat rata-rata curah hujanbulanan dihubungkan dengan dua puncak kejadianDBD (tahun 2010 dan 2012) tabel.2. di KotaPalangka Raya terlihat ada korelasi bahwa curahhujan tinggi diatas rata-rata 300 mm dan terjadipeningkatan kejadian penyakit DBD (tabel 4.3)

Hubungan temperatur dengan kejadian DBDHasil analisis pada tabel 4.7 menunjukan

bahwa tidak adanya hubungan yang bermaknaantara curah hujan dengan kejadian DBD di KotaPalangka Raya selama tahun 2009 – 2013(p=0,243; r=0,-419). Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Sungono (2004) di Jakarta Utaratahun 1999 – 2003 yang menyatakan bahwa tidakada hubungan bermakna antara suhu dengan angkainsiden DBD.11 Begitu juga dengan penelitianpenelitian Rohaedi (2008) di Jakarta Barat tahun2007.12 dan penelitian Tien Zubaidah (2012)menyatakan bahwa suhu udara tidak memberikanpengaruh terhadap terjadinya kasus DBD di KotaBanjar Baru. Tidak terdapat hubungan yangbermakna antara suhu dengan angka insiden DBDmungkin disebabkan karena suhu rata-rata perbulan kota Palangka Raya yang berkisar 27.54 –27.69oC kurang mendukung dalam prosesperkembangbiakan nyamuk Ae aegypty dan untukpenulaan virus dengue. Waktu yang dibutuhkanuntuk setiap stadium vektor DBD dari mulai telur,larva dan pupa serta bentuk dewasanya sangatbergantung keadaan lingkungan suhu sepertisuhu14.vektor DBD tinggal pada lingkungandengan rata-rata suhu 25-27oC yang merupakansuhu optimal perkembangan larva dari vektorDBD. Kecepatan perkembangan nyamuktergantung dari kecepatan proses metabolismeyang sebagian diatur suhu. Suhu yang tetap lebihdari 27 – 30o C akan mengurang rata-rata umurpopulasi nyamuk Ae.aegypti (Depkes, 2005). Pada

Page 30: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 26

suhu 28-32oC dengan kelembaban tinggi nyamukAe aegypty akan bertahan hidup untuk jangkawaktu lama. Di Indonesia , karena suhu udara dankelembaban tidak sama di setiap tempat, makapola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuksetiap tempat. Di Jawa umumnya infeksi virusdengue terjadi diawal Januari dan terus meningkatsampai kasus tertinggi sekitar bulan April sampaiMei setiap tahunnya

Hubungan kelembaban dengan kejadian DBDHasil analisis pada tabel 4.7 menunjukan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara curahhujan dengan kejadian DBD di Kota PalangkaRaya selama tahun 2009 – 2013 (p=0,000;r=0,521) Variabel kelembaban memiliki pengaruhefek langsung(Simple Path) sebesar (29,3,0%)hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan Andriani (2001) disimpulkan bahwaterdapat hubungan yang bermakna antara faktoriklim kelembaban dan angka insiden DBD selamatahun 1997-2000. 10 Begitu juga dengan penelitiansungono (2004) di Jakarta Utara tahun 1999-2003yang menyatakan bahwa ada hubungan yangbermakna antara kelembaban dengan insidenDBD.11 Demikian pula dengan penelitian TienZubaidah (2012) bahwa kelembaban udaraberpengaruh terhadap kejadian DBD di KotaBanjar Baru selama periode 2005-2010. Penelitianlainnya oleh Tri Yunis M.dkk (2010) bahwa tidakada hubungan yang bermakna antara kelembabandengan kejadian DBD selama 5 tahun diKecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Kelembaban udara mempengaruhi umurdan kemampuan terbang nyamuk Ae Aegypty.Badan nyamuk kecil memiliki permukaan yangbesar oleh karena system pernapasan dengantrachea, dan keadaan ini menyebabkan penguapanair dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untukmepertahankan cadangan air dalam tubuh daripenguapan , maka jarak terbang nyamuk terbatas.Kelembaban udara optimal akan menyebabkandaya tahan hidup nyamuk akan bertambah. Hal inidapat terjadi jika curah hujan dan suhu udara jugatinggi. Pada kelembaban 85% umur nyamuk betinaakan mencapai 104 hari tanpa mengisap darah, dan122 hari jika mengisap darah serta padakelembapan kurang dari 60% umur nyamuk akanmenjadi pendek sehingga tidak cukup untuk sikluspertumbuhan virus di dalam tubuh nyamuk(Depkes, 2001a).

Kelembaban udara rata-rata perbulan diKota Palangka Raya selama tahun 2009 – 2013sebesar 81,70% – 84,64%, menunjukan bahwakelembaban udara di Kota Palangka Raya yangcukup kondusif bagi aktifitas nyamuk Ae Aegyptyuntuk melakukan siklus gonotropik (siklus

pergerakan nyamuk betina dari tempatperkembanganbiak-menuju hospes untuk mengisapdarah-istirahat-ketempat berkembangbiak danseterusnya). Siklus gonotropik akan diikuti olehmasa inkubasi virus yang pendek dalam tubuhnyamuk seiring dengan meningkatkannya suhuudara. Keadaan ini merupakan keadaan kondusifuntuk nyamuk berkembangbiak dan mempercepatreplikasi virus, sehingga transmisi penularanmenjadi lebih tinggi ( Hales et al, 2002).Hubungan iklim (curah hujan, kelembaban)dengan Kejadian DBD.

Berdasarkan hasil penelitian menurut ujilinier diperoleh hasil yaitu nilai koefisien pathuntuk curah hujan diperoleh 0,763 artinya curahhujan searah dengan DBD sedangkan nilaikoefisien path untuk kelembaban diperoleh 0,293artinya kelembaban searah dengan kenaikan curahhujan akan menaikan kelembaban. Sedangkanpada table coefficients, kelembaban mempunyainilai P < 0,05 sehingga variabel ini masuk kedalam path model, nilai koefisien path untuk curahhujan = 0,691 artinya hubungan curah hujan searahdengan kelembaban dengan kata lain kenaikancurah hujan akan menaikan kelembaban.Selanjutnya berdasarkan perhitungan efeklangsung dan tidak langsung, maka dapatdisimpulkan bahwa jalur yang mempunyai efekterkuat (RR) adalah jalur langsung dari DBDterhadap Curah Hujan. Hasil penelitian ini sejalanpenelitian yang dilakukan Minanda dkk (2012)bahwa kejadian DBD di Kota Semarang tahun2002-2011 berhubungan dengan curah hujan dankelembaban. Hasil penelitian ini mendukun hasilyang dilaksanakan Tien Zubaidah(2012) bahwavariabel curah hujan memiliki pengaruh yangpaling besar sebesar 27,0% diikuti dengankelembaban udara sebesar 25 % dengan kejadianDBD di Kota Banjar Baru tahun 2005-2010.Sementara penelitian lain Sari, Liana (2011)menyimpulkan perubahan suhu, kelembaban dandan kecepatan angin berhubungan dengankejadian DBD di Kabupaten Cilacap tahun 1998 –2010.

Kesimpulan Dan Saran1. Variabel curah hujan memiliki pengaruhyang

dominan dan dikuti kelembaban uadarterhadap kejadian DBD di Kota PalangkaRaya selama tahun selam periode 2009-2013.

2. Dapat diperkirakan bahwa pada saat curahhujan berkisar antara 299,3 mm – 434,6 mmdan kelembaban udara berkisar antara 84% –86,2% merupakan warning yang dapatmemberikan sinyal akan terjadinyapeningkatan kasus penyakit DBD (KLB)

Page 31: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 27

3. Pentingnya meningkatkan hubungan kerjasama lintas sektor antara Dinas KesehatanKota Palangka Raya dengan BadanMateorologi dan Geofisika (BMKG) cilikRiwut Palangka Raya dalam memanfaatkandata iklim untuk mendukung keberhasilanpelaksanaan P2DBD.

4. Perlunya penelitian yang lebih mendalamterhadap faktor-faktor lain seperti ; faktorindividu, perilaku dan partisipasimasyarakat, lingkungan rumah, pelaksananprogram, yang mungkin memberikankontribusi pada penyebaran vektor dankejadian DBD.

Daftar Pustaka1. WHO, 2007, Dengue in the WHO Western

Pasific Region. Weekly EpidemiologyRecord. 2007

2. Depkes RI., 2005. Pemberantasan danPencegahan Demam Berdarah di Indonesia.Diejend. P2M & LP Jakarta

3. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya 2011,Dokumentasi laporan tahunan Subdin P2P,Dinkes Kota Palangka Raya.

4. Achmadi, U.F. 2001. Manajemen KesehatanBerbasis Wilayah (pemberantasan PenyakitBerbasis Lingkungan), Materi Perkluliahan

Programa Pascasarjana UI) EpidemiologiKesehatan Lingkungan, UI Depok.

5. Depkes 2001, Pedoman Ekologi dan AspekPerilaku Vektor, Direktorat PPM & PL,Depkes RI, Jakarta

6. WHO, 1998, Dengue in the WHO WesternPasific Region. Weekly EpidemiologyRecord. 1998 73:273

7. Reksososoebroto, S. 1991. SanitasiPerhotelan, Himpunan Ahli KesehatanLingkungan (Hakli) , Jakarta

8. Profil Kesehatan Kota Palangka Raya (2009,2010, 2011), Dinkes Kota Palangka Raya

9. Lemeshow, Sampling pada PenelitianKesehatan , Gajah Mada University Press,2004

10. Depkes RI (1997), Survei EntomologiDemam Berdarah Dirjend PPM-PLP DepkesRI

11. Zaenudin (2003), Analisis Spasial KejadianPenyakit DBD di Kota Bekasi

12. Loh, Basil and Ren Jing Song (2001),Modeling Dengue Cluster as of Aedesaegypti Population and Climate in SingapuraDengue Bulletin Vol 25 Desember 2001.

13. Sejati, (2001) Hubungan variasi iklimdengan kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) di Kota Padang tahun 1995 – 1999,Thesis Pascasarjana IKM UI Depok.

Page 32: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 28

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Denguedi Kelurahan Kota Palangka Raya

Risk Factors of Dengue Fever in Palangka Raya District, Central Kalimantan

Yongwan Nyamin * Natalansyah * Reny Sulistyowati.*

Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan infeksi yang menjadi masalah-masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Pada tahun 2005 di Indonesia dilaporkan 19.000 kasus demamberdarah. Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini di negara berkembang berkisar 1-2,5%. Palangka Rayamerupakan kota pusat Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah yang mengalami peningkatan danperluasan kasus secara bermakna sejak tahun 2010. faktor-faktor yang dapat menimbulkan kasuspenyakit DBD adalah faktor host, perilaku dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di kotaPalangka Raya selama tahun Oktober 2011- September 2013. Desain penelitian yang digunakan adalahstudi case control dengan 116 subyek. Analisa data menggunakan Chi Square dengan perhitungan oddsratio dan regresi logistik . Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk(PSN) berhubungan dan mempengaruhi meningkatnya kejadian demam berdarah dengue. disaran agarfaktor perilaku PSN perlu diperhatikan dalam memprediksi kejadian DBD. Untuk meningkatkankeperdulian dan peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan penyuluhan PSN-3M danpenyebarluasan leaflet dan kegiatan tersebut perlu diperhatikan dan berkesimbungan.Kata Kunci: PSN, DBD

Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan infeksi yang menjadi masalah-masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Pada tahun 2005 di Indonesia dilaporkan 19.000 kasus demamberdarah. Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini di negara berkembang berkisar 1-2,5%. Palangka Rayamerupakan kota pusat Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah yang mengalami peningkatan danperluasan kasus secara bermakna sejak tahun 2010. faktor-faktor yang dapat menimbulkan kasuspenyakit DBD adalah faktor host, perilaku dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di kotaPalangka Raya selama tahun Oktober 2011- September 2013. Desain penelitian yang digunakan adalahstudi case control dengan 116 subyek. Analisa data menggunakan Chi Square dengan perhitungan oddsratio dan regresi logistik . Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk(PSN) berhubungan dan mempengaruhi meningkatnya kejadian demam berdarah dengue. disaran agarfaktor perilaku PSN perlu diperhatikan dalam memprediksi kejadian DBD. Untuk meningkatkankeperdulian dan peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan penyuluhan PSN-3M danpenyebarluasan leaflet dan kegiatan tersebut perlu diperhatikan dan berkesimbungan.Kata Kunci: Dengue Fever

PendahuluanPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

adalah salah satu penyakit menular yangdisebabkan oleh virus dengue dan ditularkanmelalui nyamuk Aedes aegypti. WHO (2007)1

mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakitdemam berdarah setiap tahunnya.Penyakit inihanya dapat dikendalikan dengan pemberantasanvektor dan vaksin penyakit ini masih belum ada.

Kota Palangka Raya merupakan kota yangmenjadi Pusat Pemerintahan Provinsi KalimantanTengah terdiri dari 30 kelurahan yang tersebar 5kecamatan dan terdapat 8 kelurahan berstatusdaerah endemis DBB. Berdasarkan data pada

Pengelola Program Penanggulangan PenyakitDemam Berdarah (P2DBD) Dinas Kesehatan KotaPalangka Raya selama tahun 2012 terdapat 548kasus dengan kematian sebanyaka 3 orang..2a

Penelitian-penelitian tentang demamberdarah telah banyak dilakukan, baik yangberhubungan faktor etiologik, diagnostik daripenyakit tersebut. Beberapa faktor etiologik yangditemukan berhubungan dengan penyakit demamberdarah adalah faktor host (umur, jenis kelamin,mobilitas), faktor lingkungan ( kepadatan rumah ,adanya tempat perindukan nyamuk, tempatperistrihatan nyamuk, kepadatan nyamuk, angka

Page 33: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 29

bebas jentik, curah hujan, faktor perilaku (Polatidur , kegiatan pemberantasan sarang nyamuk) TriYunis .M. dkk. 2010..3

Pada faktor diagnostik juga telahdikembangkan beberapa diagnostik selainmenggunakan diagnostik yang selama inidigunakan (complement fixation danhemaglutination inhibition test) Pada faktorprognostik juga telah diteliti hal-hal yangberhubungan dengan invasi virus kedalam seltubuh manusia. serta telah dikembangkan beberapacara pengobatan terhadap penyakiit tersebut (CDC,2007). Berbagai program sepertipenyelidikan epidemiologi, pemantauan jentikberkala, penyuluhan, foging fokus, abatisasi,pemberantasan sarang nyamuk, namun kejadiandemam berdarah terus meningkat terutama padabulan Desember - Januari setiap tahunnya (DinkesKota, 2012).2b

Dari seluruh faktor tersebut diatas, upayakontrol dan pencegahan terhadap penyakit DemamBerdarah Dengue (DBD), baik melalui faktordiagnostik, prognostik, etiologik menjadi pentingguna menurunkan kejadian penyakit tersebut dipopulasi. Untuk itu dilihat dari seluruh faktor yangberhubungan dengan kasus kejadian DBD diPalangka Raya

MetodologiJenis penelitian ini adalah observasional

yang menggunakan metode Retrospective studydengan pendekatan case control yaitumembandingkan antara kelompok orang yangmendrita penyakit demam berdarah (kasus) dengankelompok orang yang tidak menderita penyakitdemam berdarah (kontrol), kemudian dicaripenyabab timbulnya penyakit tersebut.

Faktor resiko yang diuji dalam penelitianini adalah, karakteristik individu ( jenis kelamin,umur, pendidikan dan pekerjaan), perilakuPerilaku PSN (kebiasaan menghalau nyamuk,kebiasaan 3M) karakteristik lingkungan rumah (jenis rumah, atap, dinding, lantai, ventilasi,keberadaan kontainer dan tanaman lebat diluarrumah) Program penanggulangan DBD(penyuluhan, media dan kunjungan petugas)

Penelitian ini dilaksanakan pada beberapakelurahan endemis DBD di Kota Palangka Rayadengan waktu penelitian selama 3 bulan , yaitudari bulan Oktober sampai dengan Desember2013. Data kasus dan control diperoleh data kasusdari periode tahun Oktober 2011 – September2013. Populasi kasus dalam penelitian ini adalahsemua penduduk di Kelurahan Kota PalangkaRaya yang menderita DBD berdasarkan hasil Ujitourniquet (+), pemeriksaan trombosit ( ≤100.000) dan dilaporkan pihak Puskesmas ke P2PDBD Dinkes Kota Palangka Raya, sedangkan

populasi kontrol dalam penelitian ini semuapenduduk di kelurahan Kota Palangka Raya yangtidak menderita DBD tetapi dilaporkan puskesmaske Dinkes Kota Palangka Raya, misalnya luka -luka, batuk, filek dengan demikian maka besarsampel dalam penelitian ini adalah sebesar 116responden terpilih yang terdiri dari 58 kasus dan58 kontrol dengan kriteri inklusif yang sama.

Instrumen dalam penelitian ini yangdigunakan untuk mengumpulkan data adalahkuesioner, dan chek list yang digunakan untukmengumpulkan data. Pengumpulan data penelitiandilaksanakan oleh enumerator, dimana sebelumnyaterlebih dahulu dilakukan pelatihan selama 3 hari.

Data yang diperoleh dikumpulkan untukdilakukan pemeriksaan/validasi data, pengkodeanrekapitulasi, kemudian dilakukan analisa statistik(Analysis Univarite, Analysis bivariate, danAnalysisis Multivariat) dengan menggunakanSPSS versi 18.0.

Hasil Penelitian Karakteristik RespondenJenis kelamin responden laki-laki

kelompok kasus dan kontrol hampir sama yaitu25,9% dan 27,6%. Sementara respondenperempuan kelompok kasus dan kontrol jugahampir sama yaitu 74,1% dan 72,4%. Demikianpula dengan pendidikan responden antarakelompok kasus dan kontrol tidak terlalu berbedajauh proporsinya. Bila dilihat dari distribusipendidikan responden baik kasus maupun kontrolpaling banyak yang berpendidikan perguruantinggi 51,7% diikuti dengan SMA (30,2%), SMP(12,9%). Distribusi pekerjaan responden tidakterlalu berbeda jauh kecuali di pegawai pemerintahantara kelompok kasus dan kontrol persentasenyaberbeda. Responden yang bekerja sebagai pegawaipemerintah lebih banyak di kelompok kasusdaripada dikelompok kontrol. Sedangkan dariumur responden lebih banyak yang berumur 26-45tahun. Rerata umur responden untuk kelompokkasus 35±10 tahun dan kelompok kontrol 39±9tahun (Tabel.1.).

Perilaku Responden terhadap DBDPerilaku perlindungan responden terhadap

nyamuk DBD, responden paling banyakmenyatakan menggunakan semprotan nyamuk68,1%, menggunakan obat nyamuk bakar, danmengolesi dengan autan 44% (Tabel .2.). Biladilihat berdasarkan responden kasus dan kontroldidapatkan hasil responden yang menggunakanobat nyamuk elektri, menyemprot nyamuk, danmengolesi autan lebih banyak terdapat padakelompok kasus daripada kelompok kontrol.Sedangkan responden yang menggunakan obatnyamuk bakar lebih banyak pada respondenkontrol. Sedangkan Perilaku PSN pada

Page 34: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 30

responden kasus didapat hasil sebagai berikutresponden paling banyak banyak menjawab(90,5%) melakukan pengumpulan/membakarsampah. Jawaban paling banyak kedua adalahresponden (88,8%) melakukan pengurasan bakmandi. Bila dilihat berdasarkan kelompok kasuskontrol perilaku menguras bakmandi lebih banyakdilakukan oleh responden kontrol (91,4%)

daripada responden kasus (86,2%). Jawabanperilaku PSN pada responden tentang menutuptempat penampungan air sebesar (64,7%) denganproporsi yang tidak berbeda jauh antara kelompokkasus dan kontrol. Responden yang menguburkaleng bekas, gelas/plastik bekas sebanyak 22,9%,sedangkan yang menyimpan ban bekas danmenutup drum sebanyak 4,3% (Tabel 2.).

Tabel.1. Distribusi Karakteristik Responden Kasus-Kontrol DBD,Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Kasus Kontrol TotalN % N % n %

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan

1543

25,974,1

1642

27,672,4

3185

26,773,3

PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAPerguruan Tinggi

017

1733

01,7

12,129,356,9

238

1827

3,45,2

13,831,046,6

24153560

1,73,4

12,930,251,7

PekerjaanPegawai PemerintahPegawai swastaWiraswastaPelajarIRT

295978

508,6

22,43,4

29,3

215

132

17

36,28,6

22,43,4

29,3

501022925

43,18,6

19,07,8

21,6Umur

≤ 25 tahun26-45 tahun≥ 45 tahun

123610

20,762,117,2

63616

10,362,127,6

187226

15,562,117,2

58 100 58 100 116 100

Tabel.2. Distribusi Perilaku PSN DBD pada Responden Kasus-Kontrol terhadapDBD, Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Kasus Kontrol TotalN % n % n %

KelambuSemprot nyamuk

1144

1975,9

935

15,560,3

2079

17,268,1

Mengolesi dengan autan 29 50 22 37,9 51 44,0Menggunakan obat nyamuk bakar 30 51,7 35 60,3 65 56Menggunakan obat nyamuk elektrik 5 83,3 1 16,7 6 5,2Menguras bak mandi 50 86,2 53 91,4 103 88,8Menutup tempat penampungan airMengubur kaleng bekas, gelas/plastikbekasMenyimpan ban bekas, menutup drumMembersihkan saluran airMengumpulkan/membakar sampahyang berserakanMengganti air vas bunga

3915

4

2358

67,225,9

6,9

39,7100

3611

1

2547

62,119,0

1,7

43,181

7526

5

48105

64,722,9

4,3

41,490,5

4 6,9 2 3,4 6 5,2

Page 35: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 31

Karakteristik Lingkungan rumah.Berdasarkan karakteristik lingkungan rumah

sebanyak 15,5% responden menempati rumah nonpermanen. Dari kelompok kasus lebih banyakmenempati rumah permanen dan semi permanendaripada kelompok kontrol. Jenis genteng lebihbanyak yang terbuat dari multiroof (39,7%). Jenislantai lebih banyak yang 71,6% terbuat dari lantaikeramik. Jeni tembok lebih banyak yang terbuatdari tembok (81%). Dilihat dari luas ventilasi<10% lebih banyak pada kasus (58,6%) daripadakontrol (37,9%). Bila dilihat dari pakaian yang

bergelantung ada sebanyak 83,6% menyatakanbahwa di rumah responden terdapat pakaian yangbergelantung.Area tempat tinggal yang kumuhterdapat 56,9%. Kondisi rumah yang terdapatkontainer hanya 48,3% dimana kelompok kasuslebih banyak terdapat kontainer (60,3%) daripadakelompok kontrol (36,2%). Keberadaan tanamanlebat di halaman sebanyak 43,1% dimanakelompok kasus lebih banyak terdapat tanamanyang lebat di halaman (46,6%) daripada kelompokkontrol (39,7%) (Tabel.3.).

Tabel.3 Distribusi Karakteristik Lingkungan Rumah Responden Kasus-Kontrolterhadap DBD, Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Kasus Kontrol TotalN % N % n %

Jenis RumahPermanenSemi permanenNon Permanen

4684

79,313,86,9

41314

70,75,2

24,1

871118

759,5

15,5Jenis Atap

GentengSirapMultiroofSeng

Jenis LantaiKeramikSemen PlesteranPapan

Jenis DindingTembokKayu/papan/triplek

Ventilasi di Kamar TidurAda, >10% luas lantaiAda, <10% luas lantaiTidak ada

Terlihat pakaianbergelantungan

YaTidak

Rumah di daerah padat/kumuhYaTidak

Terdapat kontainerYaTidak

Tanaman lebatYaTidak

115

2814

4774

526

22342

517

2038

3523

2731

198,6

48,324,1

8112,16,9

89,710,3

37,958,63,4

87,912,1

34,565,5

60,339,7

46,653,4

1271821

36814

4216

33223

4612

3028

2137

2335

20,712,131,036,2

62,113,824,1

72,427,6

56,937,95,2

79,320,7

51,748,3

36,263,8

39,760,3

23124635

831518

9422

55565

9719

5066

5660

5066

19,810,339,730,2

71,612,915,5

8119

47,448,34,3

83,616,4

43,156,9

48,351,7

43,156,9

Page 36: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 32

Program penanggulangan DBDProgram penanggulangan DBD di Palangka

Raya tidak berjalan dengan baik. Terlihat daripersentase responden yang mendapatkanpenyuluhan hanya 20,7% saja. Sedangkan yangtidak sebanyak 79,3% dengan kelompok kasuslebih banyak tidak mendapatkan penyuluhan 81%daripada kelompok kontrol 77,6%. Pemberi

penyuluhan paling banyak dilakukan oleh tenagakesehatan 79,2%. Media yang paling banyakdisenangi adalah penyuluhan langsung (44%) danMedia Cetak (42,2%). Delapan puluh sembilankoma tujuh persen menyatakan tidak mendapatkankunjungan dari nakes sebelum sebelum sakit DBD.(Tabel 4.).

Tabel 4. Program Penanggulangan DBD pada Responden Kasus-Kontrol,Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Kasus Kontrol TotalN % N % n %

Mendapat penyuluhanYaTidak

1147

1981

1345

22,477,6

2492

20,779,3

Pemberi penyuluhanNakesKader/PKKToma

830

72,727,3

0

1111

84,67,77,7

1941

79,216,74,2

Media Info DBD yang palingdisenangi

TVMedia cetakPenyuluhan langsung

Kunjungan petugas sebelumsakit

YaTidak

92722

553

15,546,637,9

8,691,4

72229

751

12,137,950

12,187,9

164951

12104

13,842,244

10,389,7

Kunjungan petugas sesudahsakit

YaTidak

Frekuensi kunjunganSekali2 kali3 kali>3 kali

2929

18641

5050

62,120,713,83,4

058

5110

0100

71,414,314,3

0

2987

23751

2575

63,919,413,92,8

Analisis BivariatHubungan PSN, Kesling, Higiene, dan Programdengan Kejadian DBD akan dianalisis dengan ujiChi Square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05.Berdasarkan uji chi square hanya PSN yangmempunyai nilai α<0,05. Responden yang tidakmelakukan PSN lebih banyak pada respondenkasus (62,1%) daripada responden kontrol(43,1%). Sedangkan yang melakukan PSN lebihbanyak di konrol (55,2%) daripada kasus (41,4%).Didapatkan nilai P = 0,041 lebih kecil dari α 0,05yang artinya ada perbedaan bermakna antara PSNdengan Kejadian DBD. Nilai OR 2,2 (95% CI 1,0-4,5) artinya responden yang tidak melakukan PSNberisiko terkena DBD 2,2 kali dibandingkandengan responden yang melakukan PSN (Tabel.5).

Analisis MultivariatModel yang dipilih adalah model dengan

nilai R2 tertinggi sebagai bahan pertimbanganuntuk melakukan intervensi. (Tabel 6). Sehinggadari pemodelan regresi logistik ini dapat diambilmodel 1 dimana nilai R2 adalah yang paling besar.Dan terlihat juga hubungan yang bermakna antaraPSN dengan kejadian DBD dengan nilai OR=2,3;95% CI = 1,1-4,8, sehingga dapat dibuatpernyataan bahwa untuk responden yang tidakmelakukan PSN mempunyai peluang 2,3 kali lebihbesar mengalami DBD dibandingkan denganressponden yang melakukan PSN, apalagi denganadanya pekerjaan sebagai PNS, dan perilaku yangtidak higienis.

Page 37: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 33

Tabel 5. Hubungan PSN, Kesling, Higiene, dan Program dengan Kejadian DBDpada Responden Kasus-Kontrol, Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Kelompok

Total

Nilai P OR

Kasus Kontrol

Pekerjaan Tidak PNS 24 32 56 0,137 1,7

41.4% 55.2% 48.3% (0,8-3,6)

PNS 34 26 60

58.6% 44.8% 51.7%

PSN PSN 22 33 55 0,041 2,2

37.9% 56.9% 47.4% (1,0-4,5)

Tidak PSN 36 25 61

62.1% 43.1% 52.6%

Kesling Baik 30 36 66 0,261 1,5

51.7% 62.1% 56.9% (0,7-3,2)

Buruk 28 22 50

48.3% 37.9% 43.1%

Higiene Baik 12 18 30 0,203 1,7

20.7% 31.0% 25.9% (0,7-4,0)

Buruk 46 40 86

79.3% 69.0% 74.1%

Program Ada 12 14 26 0,656 1,2

20.7% 24.1% 22.4% (0,5-2,9)

Tidak Ada 46 44 90

79.3% 75.9% 77.6%

Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel Pekerjaan, PSN, dan Higiene denganKejadian DBD dengan mengontrol variabel luar, Palangka Raya, 2013 (n=116)

Variabel Model 1 Model 2 Model 3OR OR OR

95% CI 95% CI 95% CIPSN

PSNTidak PSN

2,3(1,1-4,8)

2,3(1,1-4,9)

2,2(1,0-4,5)

PekerjaanBukan PNSPNS

1,8(0,8-3,8)

1,9(0,9-3,9)

HigieneHigienisTidak Higienis

1,6(0,7-3,8)

N 116 116 116R2 0,088 0,077 0,048Deviance 152,88 153,93 156,60

Page 38: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 34

Pembahasan Hubungan variabel pekerjaandengan kejadian DBD

Pada analisa bivariat pekerjaan respondendibagi dua yaitu sebagai PNS dan bukan PNS.Responden yang bekerja sebagai PNS lebih banyakpada kelompok kasus (58,6%) daripada kelompokkontrol (44,8%). Sedangkan yang tidak PNS lebihbanyak pada kelompok kontrol (55,2%) daripadakelompok kasus (41,4%). Selanjutnya dari hasil ujichi square didapatkan nilai P = 0,137 lebih besardari α 0,05 artinya tidak ada perbedaan yangbermakna antara pekerjaan dengan kejadian DBD.Nilai OR 1,7 (95% CI 0,8-3,6) artinya respondendengan pekerjaan PNS mempunyai risiko terkenaDBD sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan yangbukan PNS (Tabel 6). Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian Ahmad .H ( Depkes 1997).4

bahwa jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadappartisipasi ibu dalam rumah tangga dalamkegiatan PSN DBD.

Pekerjaan menurut Notoadmodjo (2007).5

adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseoranguntuk memperoleh penghasilan guna kebutuhanhidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakanpengalaman individu yang akan menentukanpertumbuhan dalam pekerjaan. salah satu alasanmengapa pekerjaaan sebagai PNS beresiko terkenaDBD, karena PNS lebih banyak beraktifitas beradadiluar rumah dan berinteraksi dengan tempat-tempat umum. Menurut Reksosoebroto (1991).6

adalah tempat-tempat yang diperuntukan bagimasyarakat umum (TTU) dan didalam tempattersebut dilakukan kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas yang dapat menimbulkan terjadinyapenyakit menular, penyakit akibat kerja dankecelakaan, dengan demikian sekolah dan TTUlainya merupakan tempat yang sangat potensialuntuk terjadi penularan penyakit DBD

Hubungan Variabel PSN dengan kejadianDBD

Hasil analisa hubungan antara variabel PSNdengan kejadian DBD di kelurahan Kota PalangkaRaya pada grafik 4.6, menunjukan bahwa terdapatperbedaan yang yang bermakna yaitu didapatkannilai P = 0,041 lebih kecil dari α 0,05. Nilai OR2,2 (95% CI 1,0-4,5) artinya responden yang tidakmelakukan PSN berisiko terkena DBD 2,2 kalidibandingkan dengan responden yang melakukanPSN. Hasil penelitian sesuai penelitian Hasyimidan Wiku dalam Tri Yunis Miko W dkk (2010).3b

bahwa dengan melaksnakan 3 M (PSN) di wilayahintervensi berbeda dengan wilayah kontrol. DeniAbdul R (2012) bahwa praktek menguras bakpenampungan air, berhubungan dengan kejadianDBD (P=0,029) hal ini sejalan pernyataan Depkes(2005).7 yaitu cara yang paling tepat untukmemberantas vektor (nyamuk Aedes aegypsi)

adalah dengan pemberantasan sarang nyamukdemam berdarah dengue (PSN DBD). Mengingatnyamuk ini telah tersebar luar tanah air, baikdirumah-rumah maupun di tempat-tempat umummaka upaya pemberantasan tidak hanya tugaspemerintah (tenaga kesehatan) saja tetapi harusdidukung peran serta masyarakat. Apabila kegiatanPSN DBD ini dapat dilaksanakan dengan intensif,maka populasi nyamuk Aedes aegypsi dapatdikendalikan sehingga penularan demam berdarahdengue dapat dicegah dan dikurangi.

Hubungan Variabel Kesling dengan KejadianDBD

Berdasarkan hasil uji chi square padagrafik 5, didapatkan nilai P = 0,261 yang artinyatidak ada hubungan antara kesling dengan kejadanDBD. Nilai ORnya 1,5 (95% CI 0,7-3,2) artinyaresponden yang keslingnya buruk berisiko 1,5 kaliterkena DBD dibandingkan responden yangkeslingnya baik. Hasil penelitian berbeda denganpenelitian Tri Yudis W dkk (2010).3c bahwa faktorkesehatan lingkungan rumah (pencahayaan,ventilasi) berhubungan dengan kejadian DBD diKecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.Menurut Jurnal Epidemiologi 1997.8a salah satufaktor resiko yang mempengaruhi terjadinya DBDfaktor lingkungan yang meliputi: 1) sumber airyang ditampung dan tidak berhubungan dengantanah merupakan tempat perindukan yangpotensial bagi vektor DBD, 2) kualitas tempatpenampungan air ; tempat penampungan air yangberjentik lebih besar kemungkinan terjadinya DBDdibandingkan dengan tempat penampungan airyang tidak berjentik, 3) kebersihan lingkunganseperti kebesihan halaman dari kaleng/ban bekas,tempurung dll juga merupakan faktor resiko terjadiDBD

Hubungan Variabel Higiene dengan KejadianDBD

Variabel higiene merupakan kompositdari nilai-nilai pertanyaan tentang perilaku higieneseperti baju yang bergelantungan, tanaman lebat dihalaman rumah, area rumah di daerah padat,terdapat kontainer. Hasil komposit dirata-ratakankemudian dibuat kelompok lebih kecil dari medianadalah kelompok higiene buruk dan lebih besardari median adalah kelompok higiene baik.Higiene baik lebih banyak pada kontrol (31,0%)daripada kasus (20,7%) sedangkan higiene buruklebih banyak pada kasus (79,3%) daripada kontrol(69,0%). Dari hasil uji chi square (tabel 5)didapatkan hasil nilai P = 0,203 artinya tidak adahubungan yang signifikan antara higiene dengankejadian DBD. Nilai OR-nya 1,7 (95% CI 0,7-4,0)artinya responden yang memiliki perilaku higieneburuk lebih berisiko 1,7 kali dibandingkan dengan

Page 39: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 35

responden yang memiliki perilaku higiene baik.Perilaku dan sosial budaya masyarakat (JurnalEpid 1997)8b kebiasaan menggantung pakaiandidalam rumah merupakan habitat kesenangannyamuk Aedes aegypsi. Sedangkan kebiasaan tidursiang mempunyai resiko untuk terjadi DBD.Higiene perumahan sangat penting untukdiperhatikan karena biasanya nyamuk betinamencari mangsa pada siang hari. Aktivitasmenggigit mulai pagi hari sampai petang hari,dengan puncak aktivitas antara pukul 09.00 –11.00 dan 16.00 – 17.00, tidak seperti nyamuklain, Aedes aegypsi mempunyai kebiasaanmengisap darah berulang kali (Multiple bites)dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhilambungnya dengan darah dengan demikiannyamuk ini sangat efektif sebagai penularpenyakit. Menurut (Depkes 2005)7b setelahmengisap darah, nyamuk ini hingga (beristirahat)didalam atau kadang-kadang diluar rumahberdekatan dengan tempat perkembangbiakannya,biasanya ditempat yang agak gelap dan lembabdan ditempat ini nyamuk menunggu prosespematangan telurnya.

Hubungan Program penanggulangan dengnkejadian DBD

Berdasarkan hasil analisa statistik denganuji chi square diadapatkan nilai P = 0,656 artinyatidak ada hubungan yang signifikan antaraprogram dengan kejadian DBD. Nilai OR-nya 1,2(95% CI 0,5-2,9) artinya responden yang tidakmendapatkan program penyuluhan lebih berisikoterkena DBD 1,2 kali dibandingkan denganresponden yang mendapatkan penyuluhan (tabel5.) hal ini didukung oleh analisa univariat bahwapada responden yang mendapatkan programpenyuluhan DBD ada lebih banyak sedikit padakontrol (24,1%) daripada kasus (20,7%).sedangkan pada responden yang programpenyuluhannya tidak ada, lebih banyak papdakontrol (79,3%) dari pada kasus (75,9%). Hasilpenelitian ini sejalan dengan hakekat Penyuluhankesehatan adalah penambahan dan kemampuanseseorang melalui praktek belajar atau instruksidengan tujuan mengubah atau mempengaruhiperilaku manusia baik secara individu, kelompokmaupun masyarakat untuk dapat lebih mendiridalam mencapai hidup sehat (Herawani,2001).Menurut Depkes (2005)7c langkah-langkah dalampenanggulangan dan penyelidikan epidemiologi(PE) : penyuluhan, PSN/kerja bakti masal,abatetisasi yang dilakukan bersamaan denganfogging masal dengan tujuan untuk segeramemutuskan rantai penularan, dan mempertahanagar populasi tetap rendah dalam beberapa waktu(± 3 bulan). Ahmadi (2008).9 memperkenalkanmanajemen demam dengue yang berbasis pada

masyarakat. Konsep ini menggabungkanpengendalian penyakit pada sumbernya yaknipenderita awal yang memiliki potensi sebagaisumber penularan, pengendalian pada nyamukyakni pengendalian sarang nyamuk, sertapenyuluhan masyarakat untuk mendukunggerakan brantas (secara) tuntas penyakit demamberdarah (Getas DBD).

Page 40: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 36

Kesimpulan dan SaranKesimpulan1. Responden yang bekerja sebagai Pegawai

Pemerintah (PNS) lebih banyak padakelompok kasus (29 orang) daripadakelompok kontrol (21orang).

2. Higiene buruk lebih banyak pada kasus(79,3%) daripada kontrol (69,0%).

3. Variabel : pekerjaan, kesehatan lingkungan,Higiene dan program penanggulangan tidakmempunyai berhubungan dengan kejadianDBD (p:0,139, P:0,261, P:203 dan P:0,566)

4. Variabel PSN memiliki hubungan yangbermakna dengan kejadian DBD dengannilai OR=2,3; 95% CI = 1,1-4,8, sehinggadapat dibuat pernyataan bahwa untukresponden yang tidak melakukan PSNmempunyai peluang 2,3 kali lebih besarmengalami DBD dibandingkan denganressponden yang melakukan PSN, apalagidengan adanya pekerjaan sebagai PNS, danmempunyai perilaku yang tidak higienis.

Saran1. Bagi Puskesmas

Kiranya dapat meningkatkan kegiatanpenyuluhan tentang PSND DBD baik dalamdan luar gedung Puskesmas melaluipemasangan spanduk poster, leaplet danmedia elektronik

2. Bagi Dinas kesehatan Kota Palangka RayaKiranya dapat merevitalisasi kemitraandengan wadah kelompok kerja operasional(POKJANAL) DBD di tingkat Kelurahan(RW/RT) dan, menganggarkan biayapelatihan dan insentif bagi petugaslapangan/jumantik pada kelurahan-kelurahandengan endemis DBD.

3. Bagi Poltekkes kemenkes Kota PalangkaRayaHendaknya dapat menjalin kerja samadengan pihak Puskesmas / Dinkes kota dalammendukung gerakan PSN DBD danpemeriksaan jentik berkala (PJK) denganmelibat dosen dan mahasiswa dalam kegiatanPengabdian masyarakat, PKL dan Home care.

4. Disaran untuk penelitian selanjutnyaPenelitian pada dua (2) kelompok masyarakat

(RW/kelurahan) dengan status endemis danstatus Potensial DBD dengan intervensi :Pelatihan Jumantik dan kegiatan penyuluhanPSN DBD

Daftar Pustaka

1. WHO, 2007, Dengue in the WHO WesternPasific Region. Weekly EpidemiologyRecord. 2007

2. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya 2011,Dokumentasi laporan tahunan Subdin P2P,Dinkes Kota Palangka Raya.

3. Tri Yunis M dkk “Faktor-faktornyangberhubungan dengan Kejadian DBD danUpaya Penanggulanganyandi diKec.Cimanggis Depok Jawa barat. BuletinJendela Epidemiologi Kemenkes Volume 2Agustus 2010

4. Depkes RI (1997), Survei EntomologiDemam Berdarah Dirjend PPM-PLP DepkesRI

5. Notoatmodjo,S. ( 2007). Promosi Kesehatandan Ilmu Perilaku Rineka Cipta Jakarta

6. Reksososoebroto, S. 1991. SanitasiPerhotelan, Himpunan Ahli KesehatanLingkungan (Hakli) , Jakarta

7. Depkes RI., 2005. Pemberantasan danPencegahan Demam Berdarah di Indonesia.Diejend. P2M & LP Jakarta

8. Jurnal Epidemilogi 19979. Achmadi, U.F. 2001. Manajemen Kesehatan

Berbasis Wilayah (pemberantasan PenyakitBerbasis Lingkungan), Materi PerkluliahanPrograma Pascasarjana UI) EpidemiologiKesehatan Lingkungan, UI Depok.

10. Depkes 2001, Pedoman Ekologi dan AspekPerilaku Vektor, Direktorat PPM & PL,Depkes RI, Jakarta

11. WHO, 1998, Dengue in the WHO WesternPasific Region. Weekly EpidemiologyRecord. 1998 73:273

12. Lemeshow, Sampling pada PenelitianKesehatan , Gajah Mada University Press,2004

13. Zaenudin (2003), Analisis Spasial KejadianPenyakit DBD di Kota Bekasi

Page 41: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 37

Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam PelaksanaanProgram Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi

The effect of the financial and non financial about motivation of the midwife with the birth planningand prevention of complications Program

Esyuananik, Kharisma K, Sri Wayanti, M. Choirin

Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstrak. Salah satu upaya penting yang sedang ditempuh oleh pemerintah untuk mempercepat penurunanAKI (angka kematian ibu) di Indonesia dengan mendekatkan pelayanan kesehatan melalui P4K (programperencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi). Pelaksanaan P4K sangat dipengaruhi finansial dannon finansial dengan motivasi yang dimiliki bidan desa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisispengaruh finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Penelitiandilakukan terhadap 48 bidan desa mulai tanggal 22 Oktober -22 November 2014 di Kab. Bangkalan, yangterpilih melalui alokasi multi stage cluster sampling serta simple random sampling, dari 5 wilayahKecamatan, dengan menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yangdihasilkan dianalisis dengan korelasi Pearson dan regresi ganda multiple. Hasil dalam penelitianmemperlihatkan bahwa finansial berpengaruh signifikan terhadap motivasi bidan (0.000), non finansialberpengaruh significan terhadap motivasi bidan (0.01). Dengan analisis regresi ganda terdapat pengaruhyang signifikan antara finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa sebesar (0.000). Dengandemikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh finansial dan non finansial terhadap motivasi bidandesa dalam P4K di Kab. Bangkalan. Diharapkan kepada setiap bidan desa dapat memberikan pelatihan dansupervisi secara berkala kapada masyarakat atau melakukan kunjungan rumah ibu hamil, dan dinas terkaitdapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana bidan desa dalam kegiatan P4K.Kata kunci: finansial, non finansial, motivasi, P4K

Abstract. One of the important efforts being taken by the goverment to accelerate the reduction score ofmaternal mortality in indonesia with make closer the health care by P4K (birth planning and prevention ofcomplications). P4K is more Influenced by financial and non financial motivation of midwives in theregion. The research aimed to analyze the effect of the financial and non financial about motivation of themidwife with the program. Reseacrh conducted on 48 midwives from 22nd october until 22nd november2014 in bangkalan district. Selected through multi stage cluster sampling allocation as well as the samplerandom sampling, of 5 sub-district ,using a questionnaire that has proven validity and reability. The datagenerated were analyzed by pearson correlation and double regression multiple. Result of the researchshowed if financial significant influence on the motivation of midwives (0,000), non financial significantInfluence on the motivation of midwives (0,01). with analyze multiple regression had the significantinfluence between financial and non financial with motivation of midwive for (0,000). It is said that thereare significant financial and non financial motivation to midwife of the program in the district Bangkalan.Expected to each midwife can provide training and periodic supervision to public or home visits ofpregnant women, and relate agencies to provide infrastructure facilities for the midwive on every P4KactivityKeyword : financial, non financial, motivation, P4K

Page 42: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam PelaksanaanP4K

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 38

PendahuluanSeorang ibu mempunyai peran sangat besar di

dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibuyang sedang hamil menganggu kesehatan janindalam kandungannya hingga kelahiran dan masapertumbuhannya1. Bayi baru lahir yang ibunyatidak dapat diselamatkan dari kematian akanmempunyai risiko kematian 3-5 kali lebih besardari bayi baru lahir yang mempunyai ibu. AKIyang tinggi menggambarkan besarnya risiko yangdihadapi ibu hamil dan bersalin, juga mempunyaihubungan erat dengan kualitas bayi yangdilahirkan. Kondisi kesehatan ibu sangatmempengaruhi proses kehamilan dan persalinanpada akhirnya menentukan baik buruknya kondisibayi yang dilahirkan3.

Sebagian besar komplikasi tidak dapatdiramalkan sebelumnya sehingga persiapanterhadap kemungkinan ini harus diantisipasi sedinimungkin. Diagnosis dini dan intervensi yangterbukti efektif terhadap berbagai komplikasi ataugawatdarurat obstetrik yang dapat mengancamkeselamatan jiwa ibu memerlukan pengetahuandan keterampilan yang lengkap, pengalamanmelahirkan, tenaga penolong dan seberapa cepatibu dapat dirujukfasilitas rujukan merupakan kondisi yang sangatkrusial dalam menentukan keberhasilan upayapenyelamatan ibu.2 Paket penyelamatan kematianibu pada kesehatan maternal dan neonatal adalahkombinasi antara penolong persalinan terlatih,asuhan obstetri emergensi dan sistem rujukanemergensi.3

Dalam profil kesehatan Bangkalan tahun 2013didapatkan cakupan persalinan yang ditolongtenaga kesehatan mencapai 6696, tahun 2014sampai semester 1 bulan Juni 2731. Sedangkanangka kematian ibu cenderung mengalamipeningkatan, pada tahun 2012 AKI 6 orang, tahun2013 AKI 11 orang, tahun 2014 AKI 9 sampaibulan September, ibu meninggal akibatkomplikasi kehamilan dan persalinan terbanyakkarena Pre Eklampsi Berat dan Eklampsi. 6

Penyebab kematian ibu adalah komplikasi yangterjadi saat hamil, melahirkan dan nifas terbanyakkarena hipertensi kehamilan dan perdarahan.4

Sedangkan target cakupan komplikasi kebidananyang ditangani pada tahun 2015 adalah 80%.5

Hasil pencapaian P4K di KabupatenBangkalan tahun 2013 semester I dan II didapatkansasaran 12.232 dan yang didata ibu hamil denganP4K sejumlah 6638. Pada tahun 2014 padasemester I sasaran 9186 dan didapatkan data ibuhamil dengan P4K sejumlah 2939. Komplikasikebidanan yang tertangani tahun 2014 cakupannya65,88%. Berdasarkan hasil survei lapangan di

Puskesmas Kota Bangkalan pada bulan Juni 2014Bidan di desa mengatakan bahwa stiker P4K bukanbidan dan maayarakat yang menempelkan tetapistiker itu diberikan kepada ibu hamil saatkunjungan pertama. Bidan memberikan penjelasantentang pentingnya stiker P4K kepada ibu hamildan diharapkan menempelkan sendiri di rumahnya.Disini dapat dilihat pelaksanaan P4K kurangberjalan dan tidak ada kerjasama antara bidan,dukun, kader dan tokoh masyarakat.6

Berbagai upaya peningkatan mutu pelayanandan pengelolaan manajemen, program KIAbersama dengan program terkait dan lembagainternasional telah dilaksanakan, namun masihperlu adanya peningkatan keterlibatan masyarakatdalam perhatian dan pemeliharaan kesehatan ibu,bayi baru lahir. Pada tahun 2007 MenteriKesehatan mencanangkan Program PerencanaanPersalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)dengan stiker yang merupakan upaya terobosandalam percepatan penurunan angka kematian ibudan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatanakses dan kualitas pelayanan yang sekaliguskegiatan yang membangun potensi masyarakat,khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapandan bertindak dalam menyelematkan ibu dan bayibaru lahir.7 Hal terpenting dalam pengembanganmekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasamaantara bidan, dukun, kader, forum peduli KIA agarsemua pihak berperan aktif dalam melakukanpenggalian informasi yang dibutuhkan pada stikerdari ibu hamil yang ada di wilayahnya dan peranmenempelkan stiker yang telah diisi bidan bergunasebagai notifikasi (penanda) rumah ibu hamil.Serta pemantauan kepada setiap ibu hamil yangtelah berstiker untuk mendapatkan pelayanansesuai standar.7

Dalam usaha mendukung pencapaian tenagakesehatan yang tinggi, yaitu dengan caramemenuhi kebutuhan-kebutuhannya untukmelangsungkan kehidupannya. Sistem kompensasijuga berpotensi sebagai salah satu saranaterpenting dalam membentuk perilaku danmempengaruhi kinerja atau peran seorang bidandesa yang bekerja di masyarakat yang mempunyaibeban kerja berat karena diharuskan 24 jam ada ditengah masyarakat untuk melayani kebutuhanmasyarakat. Faktor pendorong penting yangmenyebabkan manusia bekerja sebagai seorangbidan adalah adanya kebutuhan dalam diri manusiayang harus dipenuhi. Dengan kata lain, berangkatdari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup,seorang bidan bekerja dengan menjual tenaga,pikiran dan juga waktu yang dimilikinya kepadamasyrakat dengan harapan mendapatkankompensasi (imbalan) dari pemerintah setempat.Banyaknya program pemerintah untuk membuat

Page 43: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 39

masyarakat mampu mengenali masalahnya sendirimembuat bidan merasa beban kerja cukup berat.Adanya anggapan cakupan pelayanan kebidanantidak memenuhi indikator seringkali dikaitkandengan peran bidan yang masih kurang kompetenpadahal masih banyak faktor yang mempengaruhi.Pemenuhan kebutuhan finansial diharapkanmemenuhi kebutuhan dasar bidan dan kebutuhannon finansial diharapkam bidan merasa dihargaiatas pelayanan yang telah diberikan kepadamasyarakat ataupun pemerintah. Tujuan daripenelitian ini adalah mengetahui pengaruhfinansial dan non finansial terhadap motivasi bidandesa dalam pelaksanaan P4K di KabupatenBangkalan. Hipotesis dalam penelitian ini adalahKompensasi Finansial berpengaruh positif denganmotivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K.Kompensasi non finansial berpengaruh positifterhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaanP4K. Kompensasi finansial dan non finansialberpengaruh positif terhadap motivasi bidan desadalam pelaksanaan P4K.

Bahan Dan Cara PenelitianDesain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode survey eksplanatoris. Datadikumpulkan secara cross sectional yaitupengambilan data seluruh objek penelitian yangdikumpulkan secara langsung dari responden.Populasi Dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruhbidan yang ada di Kabupaten Bangkalan. Populasiterjangkau pada penelitian ini seluruh bidan di desadan kelurahan di Kabupaten Bangkalan pada tahun2014 sebanyak 273 desa serta 8 kelurahan yangmempumyai tempat pelayanan Poskesdes.

Peneliti menetapkan jumlah sampel yangditeliti menggunakan rumus besar sampel untukpenelitian analitik korelatif. Besar sampel untukpenelitian ini sebesar menjadi 50 bidan di desa.Alokasi sampel dilakukan dengan teknikmultistage sampling, di Kabupaten Bangkalanterdapat 18 kecamatan dan 22 Puskesmas denganjumlah desa 273 dan 8 kelurahan. Dengan jumlahsampel 50 bidan maka diambil kecamatan dengancluster pantai, kota dan pegunungan. Jumlah tiapbidan di desa selanjutnya di random samplingsesuai dengan jumlah sampel yang perlukankemudian nama desa wilayah kerja bidan terpilihyang keluar dijadikan sampel penelitian.Diharapkan setiap bidan di desa mendapatkesempatan yang sama untuk menjadi respondenpenelitian.

Kriteria Inklusi dan EksklusiKriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bidandi desa / kelurahan tersebut mempunyai tempatpelayanan PoskesdesKriteria eksklusi dalam penelitian ini adalahsedang tidak ada di Poskesdes (cuti)VariabelVariabel yang diteliti dalam penelitian ini adalahsebagai berikut :Variabel bebas (X) :X1: Kompensasi finansialX2: Kompensasi non finansialVariabel terikat (Y) :Y1: motivasi bidanInstrumen Dan Cara Pengumpulan Data.Jenis data yang dipergunakan adalah data primer.Instrumen pengumpulan data menggunakankuesioner yang diisi langsung oleh respondensetelah diberi penjelasan oleh peneliti tentang carapengisian. Jenis pertanyaan kuesioner adalahkuesioner tertutup. Responden diminta memilihsalah satu item pernyataan yang sesuai dengankeadaan responden. Dalam kuesioner ini terdapat15 item pernyataan tentang kompensasi finansial,15 item pernyataan kompensasi non finansial dan18 item pernyataan motivasi bidan dalampelaksanaan P4K. Sebelum alat ukur digunakandalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan ujivaliditas dan reliabilitas.Pengumpulan data.Jenis data yang diperlukan dalam penelitian iniadalah data primer. Data primer diperoleh melaluipenyebaran kuesioner pada bidan di desa.Manajemen Dan Analisis Data.Analisis data dalam penelitian ini dilakukanmelalui analisis statistik yaitu:Analisis univariabelUntuk melihat distribusi frekuensi serta persentasedari berbagai variabel yang diteliti, baik variabelbebas ( finansial dan non finansial) maupunvariabel terikat (motivasi bidan di desa dalampelaksanaan P4K) digunakan analisis deskriptif.Analisis bivariabelUntuk mengetahui hubungan antara satu variabeldengan variabel lainnya yang mempunyai skaladata ordinal yang telah di ubah dengan MSI,digunakan prosedur dengan korelasi Pearson.Analisis multivariabel dengan regresi ganda(multiple). Analisis regresi ganda digunakan olehpeneliti bila peneliti bermaksud meramalkanbagaimana keadaan (naik turunnya) variabeldependen, bila dua atau lebih variabel independensebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya) dan bila jumlah variabelindependennya minimal 2 (Sugiono, 2011).Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhvariabel X (X1, X2) terhadap variabel Y dihitung

Page 44: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam PelaksanaanP4K

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 40

dengan koefisien jalur. Arah hubungan adalahpositif dan negatif, sedangkan kuat besarnyahubungan ditunjukkan besar kecilnya angkakorelasi.

Pertimbangan ijin penelitianPenelitian akan dilaksanakan setelah mendapatpersetujuan/ijin dari atasan dan BanskesbangpolKab Bangkalan mulai tanggal 22 Oktober sampaidengan 22 November 2014.

Tabel 1 Tabulasi Silang antara kompensasi Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa DalamPelaksanaan P4K

Finansial MotivasiTidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Total

Tidak Baik 13 (68.4%) 5 (26.3) 1 (5.3%) 0 19Cukup Baik 4 (22.2%) 13(72.2) 1(5.6%) 0 18Baik 3 (30%) 1 (10.0) 3(30%) 3(30%) 10Sangat Baik - - 0 1(100%) 1Total 20 (41.7%) 19 (39.6%) 5(10.4%) 4(8.3%) 48

p 0.513α 0.00

Hasil PenelitianAnalisi BivariatDari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagianbesar responden yang memiliki kompensasifinansial tidak baik sebesar 13 (68.4%), memiliki

motivasi yang cukup baik sebesar 13 (72.2%).Berdasarkan uji statistik Pearson’s R antararesponden yang memiliki kompensasi finansial danmotivasi didapatkan nilai p value 0.00 < 0.05 makaterdapat pengaruh yang signifikan.

Tabel 2 Tabulasi Silang antara Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa DalamPelaksanaan P4K

Non Finansial MotivasiTidak Baik Cukup

BaikBaik Sangat

BaikTotal

Cukup Baik 15 (51.7%) 12 (41.4%) 2 (6.9%) - 29Baik 5 (29.4%) 7 (41.2%) 2 (11.8%) 3 (17.6%) 17Sangat Baik - - 1 (50%) 1 (50%) 2Total 20 (41.7%) 19 (39.6%) 5 (10.4%) 4 (8.3%) 49(100%)

Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagianbesar responden yang memiliki kompensasi nonfinansial cukup baik sebesar 15 (51.7%), memilikimotivasi yang cukup baik sebesar 12 (72.2%).Berdasarkan uji statistik Pearson’s R antararesponden yang memiliki finansial dan motivasididapatkan nilai p value 0.00 < 0.05 maka terdapatpengaruh yang signifikan.

Analisis Multivariat.Adapun hasil penelitian yang didapatmenunjukkan terdapat pengaruh yang significanantara pemberian kompensasi finansial dan nonfinansial terhadap motivasi bidan desa dalampelaksanaan P4K. Selanjutnya dapat di lihat ditabel berikut ini:

Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Pengaruh Kompensasi Finansial dan Non FinansialTerhadap Motivasi Bidan Desa

Variabel UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

T Sig

B Std. error BetaConstant .787 .630 1.250 .218

Finansial .493 .164 .474 3.011 .004Non Finansial 2.204 .237 .136 .862 .393

Dependent Variable: Motivasi Bidan

Page 45: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 41

Persamaan regresi tersebut mempunyai arti sebagaiberikut:Koefisien regresi kompensasi finansial (b1)bernilai positif sebesar 0,474, hal ini menunjukkankompensasi berpengaruh positif dan signifikanterhadap motivasi, sehingga adanya peningkatanpemberian kompensasi akan meningkatkanmotivasi bidan desa.Koefisien regresi kompensasi non finansial (b2)bernilai positif sebesar 0.136, hal ini akanmenunjukkan kompensasi non finansialberpengaruh positif terhadap motivasi bidan desa,

sehingga adanya peningkatan kompensasi nonfinansial akan meningkatkan motivasi.Uji ModelUji model yang dilakukan untuk melihat fit atautidaknya model regresi dilakukan denganmenggunakan uji - F dan koefesien determinasi.Koefesien Determinasi .Koefesien Determinasi Kompensasi finansial dannon finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa. Hasilkoefesien determinasi antara kompensasi finansialdan non finansial terhadap motivasi bidan desadapat dilihat hasilnya pada tabel berikut:

Tabel 4 Hasil Koefesiensi Determinasi Kompensasi finansial dan non finansialTerhadap Motivasi Bidan Desa

Model R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error of theEstimate Durbin-Watson

1 .569a .323 .293 .53678 1.538a. Predictors: (Constant), Non Finansial, Finansialb. Dependent Variable: Motivasi Bidan

Berdasarkan dari nilai Adjusted R Square dapatdiartikan pula kompensasi finansial dan nonfinansial mampu mempengaruhi motivasi kerjabidan desa dalam pelaksanaan P4K sebesar 32%.

Uji - FNilai F hitung dapat dilihat pada hasil regresi dannilai F tabel didapat melalui sig. α = 0,05 dengandf1=k dan df 2 = n-k-1.

Tabel 5 Hasil Uji F Kompensasi finansial dan non finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.194 2 3.097 10.748 .000a

Residual 12.966 45 .288

Total 19.159 47

a. Predictors: (Constant), Non Finansial, Finansial

b. Dependent Variable: Motivasi Bidan

Nilai F hitung lebih besar dibanding F tabeldengan demikian model regresi antara kompensasifinanasial dan non finansial terhadap motivasi

kerja bidan desa dalam pelaksanaan P4Kdinyatakan fit atau baik atau nilai ρ= 0.000 < α=0.05.

PembahasanPengaruh Finansial terhadap motivasi bidandesa terhadap pelaksanaan P4K

Ada pengaruh yang bermakna antarakompensasi finansial dengan motivasi bidan desa.Setiap karyawan yang telah bekerja denganmemberikan waktu dan tenaganya kepada suatuorganisasi berhak menerima imbalan ataukompensasi. Kompensasi finansial merupakansalah faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan(Simamora, 2005). Dalam melaksanakan P4K diwilayah kerja bidan desa pemberian finansial tidak

harus uang langsung namun juga bisa dalambentuk tunjangan lain, selain itu membutuhkanwaktu diluar jam kerja.

Hal ini didukung oleh pendapat Nawawi(2008) bahwa kompensasi dapat digunakan untukmemotivasi pekerja, dengan cacatan bahwakompensasi harus dinilai oleh orang yangbersangkutan dan kompensasi berkaitan dengantingkat prestasi kerja yang akan dimotivasi sertamampu mencukupi kebutuhan keluarganya hidupminimal. Menurut teori Lawrence Green bahwasetiap perilaku memiliki faktor predisposing,faktor pemungkin dan faktor penguat. Kompensasifinansial termasuk ke dalam faktor pemungkinyang mendukung atau mempengaruhi munculnyakinerja. Bidan desa yang tidak memperoleh

Page 46: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam PelaksanaanP4K

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 42

kompensasi finansial yang sesuai akan mendorongketidakpuasan dalam dirinya sehingga dalammelakukan pekerjaan akan menjadi kurang baikdan begitu pula sebaliknya. Hal ini pun dapatmenjadi acuan bahwa tidak semua permasalahmotivasi akan dapat diselesaikan denganpenambahan kompensasi finansial, melainkanfaktor-faktor lain yang mempengaruhi darimotivasi tersebut juga harus diperhatikan.Kompensasi merupakan penghargaan yangberwujud finansial dan gaji dipertimbangkandalam pemilihan karir karena memang tujuanutama seseorang bekerja adalah memperoleh gajiuntuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan saranauntuk menciptakan peran masyarakat untuk dapatpeka terhadap lingkungan sekitar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesisbahwa semakin kompensasi finansial berpengaruhpositif dengan motivasi bidan desa dalampelaksanaan P4K.

Pengaruh Non Finansial terhadap MotivasiBidan Desa Dalam Pelaksanaan P4K

Kompensasi non finansial berpengaruhterhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaanP4K (0.001), hal ini sesuai pendapat Hezberg yangmenyatakan bahwa kompensasi non finansialseperti pujian, penerimaan pengakuan atau yanglainnya dapat meningkatkan prestasi kerja ataumotivasi kerja seseorang. Pemberian kompensasinon finansial adalah suatu kompensasi dalambentuk promosi jabatan (kenaikanpangkat/jabatan), keramahan karyawan dilingkungan tempat bekerja, pemberian pengakuanberupa sertifikat atau piagam penghargaan. Bilapekerja mendapatkan kompensasi non finansialsesuai dengan hasil kerjanya, maka karyawantersebut akan bersemangat dalam bekerja danberusaha sebaik-baiknya untuk mencapai prestasikerja yang maksimal. Dan sebaliknya apabilapemberian kompensasi non finansial semakinberkurang maka akan menyebabkan karyawantidak bekerja maksimal dan tidak berusaha untukmemberikan yang terbaik bagi perusahaansehingga prestasi juga akan menurun. Kompensasinon finansial terdiri dari kepuasan yang diterimakaryawan seperti tanggung jawab, peluang akanpengakuan, peluang adanya promosi atau darilingkungan psikologis dan fisik dimana orangtersebut berada seperti kerja yang menyenangkan,kebijakan-kebijakan yang sehat, adanyaketentraman, sharing pekerjaan dan sebagainya.Kompensasi non finansial merupakan bayaranyang diberikan perusahaan yang dimaksudkanuntuk mempertahankan karyawan dalam jangkapanjang. Indikator dari kompensasi non finansialterdiri atas promosi jabatan dan lingkungan kerja.

(Hasibuan, Nawawi, 2005). Hasil penelitian inisesuai dengan hipotesis bahwa semakinkompensasi non finansial berpengaruh positifdengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaanP4K.

Pengaruh Finansial Dan Non Finansialterhadap Motivasi Bidan Desa DalamPelaksanaan P4K

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secarabersama-sama variabel pemberian kompensasifinansial dan non finansial berpengaruh signifikanterhadap variablel motivasi bidan desa dalampelaksanaan P4K. Penelitian ini sesuai denganpenelitian Karel A.L, (2005) di Yapen Waropen,Papua menyatakan hasil kompensasi finansial dannon finansial sama-sama berpengaruh terhadapkepuasan, tetapi kompensasi finansial memberikanpengaruh lebih besar terhadap pencapaiankepuasan kerja karyawan perusahaan air minum.(Leklikwati, 2005). Penelitian Marjolein dkktahun 2003 di Vietnam dengan metode kualitatifdengan subjek tenaga kesehatan di dua profinsi didapat hasil: bahwa motivasi dipengaruhi olehinsentif finansial dan non finansial. Faktor-faktormotivasi utama untuk bekerja dipengaruhi olehteman sejawat, masyarakat, pekerjaan yang stabil,pendapatan dan pelatihan. Merekamengesampingkan faktor utama terkait dengangaji rendah dan kondisi kerja yang sulit.(Dieleman, 2003). Dengan demikian untukmenghasilkan prestasi kerja yang maksimalpemberian kompensasi baik finansial maupun nonfinansial harus ditingkatkan sesuai denganmotivasi serta hasil kerja bidan desa masing-masing. Dengan pemberian kompensasi,diharapkan seorang bidan dapat produktif danmempunyai tanggung jawab penuh terhadaptugasnya dan bidan akan berusaha untukmeningkatkan kinerjanya. Ada dua hal yang perludiingat oleh atasan dalam pemberian kompensasi.Pertama kompensasi yang diberikan instansi/atasanharus dapat dirasakan adil oleh bidan dan kedua,besarnya kompensasi tidak jauh berbeda denganyang diharapkan oleh bidan. Apabila kedua hal inidapat dipenuhi, maka bidan akan merasa puas dankepuasan akan memotivasi bidan untukmeningkatkan prestasi kerja sehingga kebutuhanbidan dan tujuan pemerintah terutama dinaskesehatan akan tercapai secara bersama. Samahalnya dengan komitmen organisasi dalampenelitian ini sangat diperlukan karena melaluikomitmen tersebut akan tercipta iklim kerja yangprofesional. Secara garis besar terdapat pengaruhkompensasi finansial dan non finansial.Kompensasi finansial meliputi kompensasilangsung (insentif, bonus, tunjangan) dan

Page 47: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 43

kompensasi tidak langsung (pelatihan, jaminansosial, pensiun, cuti kerja, dll). Kompensasi nonfinancial meliputi imbalan karir dan imbalansosial. Menurut Pierre et all, ketidakseimbanganantara usaha dengan reward merupakan sumberstress karyawan. Lebih lanjut terdapat 3 gejalayang mungkin muncul ketika upaya tinggi tetapiimbalannya rendah yaitu tidak adanya perasaan(emosi) untuk melakukan pekerjaan, penarikan diridari hubungan, pekerja melepaskan diri, pekerjamerasa gagal atas apa yang telah mereka kerjakan(rendahnya prestasi di tempat kerja atau motivasidalam bekerja). (Handoko, 2011) Hasil penelitianini sesuai dengan hipotesis bahwa kompensasifinansial dan non finansial berpengaruh positifdengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaanP4K.

Kesimpulan Dan SaranSimpulan

Kompensasi finansial memiliki pengaruhyang signifikan terhadap motivasi bidan desadalam pelaksanaan P4K. Kompensasi non finansialmemiliki pengaruh yang signifikan terhadapmotivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K.Kompensasi finansial dan kompensasi non-finansial secara bersama - sama memiliki pengaruhyang signifikan terhadap motivasi bidan desadalam pelaksanaan P4K.Saran

Kepada bidan desa, sebaiknya melakukankunjungan rumah secara berkala untuk memantaukesehatan ibu hamil dan janin. Kepada Instansiterkait sedapatnya memberikan sarana danprasarana yang diperlukan oleh bidan desasehingga bidan dapat melakukan stiker dapatterpasang dengan baik. Kepada masyarakatdesa/kelurahan dapatnya menggerakan peran sertamasyarakat dapat secara mandiri melaksanaanP4K.Daftar Pustaka

1. ------. Kepmenkes No:1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Ijin DanPenyelenggaraan Praktek Bidan. Jakarta.Kemenkes RI. 2010.

2. George A. Periode Kritis Rentang Kehamilan,Persalinan Dan Nifas Dan PenyediaanBerbagai Jenjang Pelayanan Bagi UpayaPenurunan Kematian Ibu, Bayi Dan Anak.Artikel. 2010:3-4.

3. Sastrawinata US. Optimalisasi Persalinan NonKonstitusional Untuk Menurunkan AngkaKematian Ibu Era Millineum DevelopmentGoals. MKB. 2009.41:213.

4. ------. Kepmenkes RI No828/Menkes/SK/IX/2008 tentang PetunjukTeknis Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta.Kemenkes RI. 2008.

5. Dinkes Bangkalan, Profil KesehatanBangkalan, 2014.

6. ------. Petunjuk Teknis Bantuan OperasionalKesehatan. Jakarta.Kemenkes RI. 2011.

7. Nawawi N. Manajemen Sumber DayaManusia. 7 ed. Yogyakarta. Gadjah MadaUniversity Press. 2008.

8. Leklikwati KA. Analisis pengaruh kompensasifinansial dan non finansial terhadap kepuasankerja karyawan perusahaan daerah air minumkab. Yapen Waropen, Papua. Jurnal aplikasimanajemen. 2005.8(2):114-5.

9. Dieleman M, Cuong VP, Anh VL, MartineauT. Identifying factor for job motivation ofrural health workers in North Viet Nam.Human Resources for Health. 2003;1:10:1.

10. Hasibuan M. Manajemen Sumber DayaManusia. 11 ed. Jakarta: Bumi Aksara 2010.

11. Handoko H. Manajemen Personalia DanSumber Daya Manusia. 2 ed. Yogyakarta.BPFE 2011.

12. Simamora H. Manajemen Sumber DayaManusia. 3 ed. Yogyakarta. STIE YKPN2006.

Page 48: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Maria Julin, Yeni Lucin. Determinan Pemberian ASI di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 44

Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya

Determinants of Breastfeeding In Palangka Raya

Maria Julin Rarome dan Yeni Lucin

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstrak. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami bagi bayi dan memiliki kandungan ideal nutrisi.selama enam bulan pertama serta memberi perlindungan imunologis. Di Kalimantan Tengah jumlahpemberian ASI Ekslusif tahun 2011 hanya 17,1 % dimana terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar29,2% dari jumlah bayi 47.015 , sedangkan data yang diperoleh dari bagian Gizi Dinas KotaPalangka Raya capaian ASI ekslusif untuk tahun 2011 sebesar 23,23% dan tahun 2012 mengalamipeningkatan namun masih jauh dari target yang diharapkan yaitu sebesar 24, 31%. Penelitian ini inginmengetahui i gambaran pemberian ASI pada bayi berumur 0-6 bulan di kota Palangka Raya.Menggunakan desain kuantitatif dengan rancangan potong lintang, sampel yang dipilih 135 orang ibumempunyai bayi berumur 6- 12 bulan. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat , analisisbivariat menggunakan uji Chi-square dan Kolmogorov smirnov, juga dilakukan Analisis Regresi Logistik.Persentase ibu yang memberi ASI ekslusif 28 %. Analisis Regresi Logistik memprediksi hubunganpekerjaan, pengetahuan, jenis persalinan dengan pemberian ASI eklusif sebesar 0,16 %. Kader danpenolong persalinanpun perlu diberi pengetahuan tentang konseling menyusui.Kata kunci: Air Susu Ibu (ASI), ASI ekslusif, konseling laktasi.

Abstract. Mother's Milk (ASI) is a natural food for babies and have an ideal content of nutrients. duringthe first six months as well as provide immunological protection, In Central Kalimantan number ofexclusive breastfeeding in 2011 only 17.1%, which decreased from the year 2010 amounted to 29.2% ofthe 47 015 infants, whereas the data obtained from the Nutrition Department of Palangkarayaachievements of exclusive breastfeeding for the year 2011 amounted to 23, 23% and in 2012 hadincreased but was still far from the expected target is equal to 24, 31%. This study investigates the picturei breastfeeding in infants aged 0-6 months in the city of Palangkaraya. Using a quantitative design withcross-sectional design, the sample was 135 mothers had infants aged 6- 12 months. Data analysis wasperformed through univariate, bivariate analysis using Chi-square test d an Kolmogorov Smirnov, andbivariatnya generate value P value <0.25, also performed multivariate analysis using logistic regressionequation models. The percentage of mothers who exclusively breastfed 28%. Mothers who do not work oronly as a Housewife (IRT) has a value of OR 2.4, good knowledge of exclusive breastfeeding OR 5.3,vaginal delivery OR 4.5 times to provide exclusive breastfeeding than women giving birth by Caesareanway caesarea, mother which has the support of health professionals OR 2. Logistic Regression Analysispredicts the relationship work, knowledge, kind of labor with exclusive breast feeding of 0.16%. Kaderand helper persalinanpun need to be knowledgeable about breastfeeding counseling.Keywords: Mother's Milk (ASI), exclusive breastfeeding, lactation counseling.

PendahuluanPemberian makanan yang benar merupakan

dasar yang penting untuk kelangsungan hidup,pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayidan anak balita dimana menyusui merupakan halyang mendasar bagi kesehatan dan perkembangananak serta penting untuk kesehatan ibu mereka.World Health Organization/ United NationChildren`s Fund (WHO/ UNICEF), pada tahun2003 melaporkan bahwa 60% kematian Balitabaik langsung maupun tidak langsung disebabkanoleh kurang gizi, dua pertiga dari kematiantersebut terkait dengan praktek pemberianmakanan yang kurang tepat pada bayi dan anak.1

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alamibagi bayi dan memiliki kandungan ideal nutrisiselama enam bulan pertama serta memberiperlindungan imunologis.3

Sejak pemeriksaan kehamilan melalui kelasIbu hamil sebenarnya ibu yang periksa kePuskesmas telah terpapar tentang pemberianmakanan pada bayi yaitu materi tentang ASIekslusif namun kenyataannya di KalimantanTengah jumlah pemberian ASI Ekslusif tahun2011 hanya 17,1 % dimana terjadi penurunan daritahun 2010 sebesar 29,2% dari jumlah bayi47.0155, sedangkan data yang diperoleh daribagian Gizi Dinas Kota Palangka Raya capaian

Page 49: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 45

ASI ekslusif untuk tahun 2011 sebesar 23,23%dan tahun 2012 mengalami peningkatan namunmasih jauh dari target yang diharapkan yaitusebesar 24, 31 %. Tujuan penelitian ini untukmengetahui gambaran pemberian ASI pada bayiberumur 0-6 bulan di kota Palangka Raya

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan disain penelitian

potong lintang (cross sectional) . subjek penelitianadalah ibu yang mempunyai bayi berumur 6 – 12bulan yang berdomisili di kota Palangka Rayayang membawa bayinya untuk ditimbang danmendapatkan Imunisasi serta pemberian vitamin Apada tempat bidan yang melakukan praktek di 7(tujuh) wilayah kerja Puskesmmas di kotaPalangka Raya dengan jumlah responden sebanyak135 orang.

Analisis data dilakukan melalui analisiskuantitatif yaitu analisis univariat yangmenghasilkan distribusi dan persentasi dari setiapvariabel, analisis bivariat untuk melihat hubunganantara variabel dependen dan variabel independenmenggunakan uji Chi-square dan Kolmogorovsmirnov. Dari hasil analisis bivariatnyamenghasilkan nilai P value < 0,25, maka variabeltersebut langsung masuk tahap multivariat , danvariabel independen yang hasil bivariatnyamenghasilkan P value > 0,25 namun secarasubstansi penting juga dilakukan Analisismultivariat menggunakan model persamaanRegresi Logistik

Hasil Dan PembahasanResponden yang memberikan asi eksklusif

sebesar 28% dan yang tidak memberikan sebesar72%. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahunsebesar 2,2% sedangkan yang berumur lebih darisama dengan 20 tahun sebesar 97,8%. Ibu yangmemiliki pendidikan tinggi sebesar 60,7% danyang memiliki pendidikan dasar sebesar 39,3%.Sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumahtangga (73,3%), yang bekerja di sektor swastasebesar 16,3%, dan yang PNS sebesar 10,4%.Lima puluh enam koma tiga persen ibu memilikipengetahuan yang kurang baik mengenai asieksklusif sedangkan 43,7% memilki pengetahuanbaik tentang asi eksklusif. Jenis persalinan yangdialami sebagian besar ibu adalah persalinanpervaginam (85,9%) dan persalinan sesar hanya14,1%. Berat lahir bayi 94,8% lahir dengan beratnormal, hanya 5,2% yang lahir dengan berat dibawah lahir normal. (Tabel 1.).

Sebanyak 57,8% responden memperolehdukungan dari tenaga kesehatan dan 42,2%responden tidak memperoleh dukungan dari tenagakesehatan. Sebanyak 83% responden memperolehdukungan keluarga sedangkan 17% respondentidak memperoleh dukungan keluarga. Sebanyak62,2% responden memperoleh penyuluhan padasaat pemeriksaan kehamilan (ANC) sedangkansebanyak 37,8% responden tidak memperolehpenyuluhan saat ANC. Responden yang mendapatpenyuluhan pada saat kunjungan pasca melahirkan(PNC) sebanyak 76,3% sedangkan yang tidakmemperoleh PNC sebanyak 23,7%. (Tabel 2.).

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Determinan Pemberian ASI di KotaPalangka Raya, 2014 (n=135)

Variabel n %ASI

YaTidakJumlah

42108135

2872

100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Determinan Pemberian ASI di KotaPalangka Raya, 2014 (n=135)

Variabel n %Umur Ibu

<20 tahun≥20 tahunJumlah

3132135

2,297,8100

Pendidikan IbuPendidikan dasarPendidikan tinggiJumlah

5382

135

39,360,7100

Page 50: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Maria Julin, Yeni Lucin. Determinan Pemberian ASI di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 46

Variabel n %Pekerjaan Ibu

IRTSwastaPNSJumlah

992214

135

73,316,310,4100

Pengetahuan ASIKurang BaikBaikJumlah

7659

135

56,343,7100

Jenis SalinSesarPer vaginamJumlah

19116135

14,185,9100

Berat Lahir BayiBBLRNormalJumlah

7128135

5,294,8100

Dukungan NakesTidak adaAdaJumlah

5778

135

42,257,8100

Dukungan KeluargaTidak AdaAdaJumlah

23112135

1783

100Penyuluhan ANC

Tidak AdaAdaJumlah

5184

135

37,862,2100

Penyuluhan PNCTidak AdaAdaJumlah

32103135

23,776,3100

Hubungan Pekerjaan dengan pemberian ASIekslusif

Hasil penelitian menunjukkan dari pekerjaanibu ternyata pada ibu yang tidak bekerja diluarrumah atau hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) mempunyai nilai OR 2,4 yang berarti ibuyang tidak bekerja diluar rumah selama masamenyusui mempunyai peluang 2,4 kali lebih besardari ibu yang bekerja diluar rumah

Supartini,2003 dalam Hatini (2011)mengatakan pekerjaan anggota keluarga adalahsumber penghasilan bagi keluarga yang dapatmemenuhi kebutuhan fisik, psikologi, danspiritual.Namun seorang ibu yang bekerjamemiliki peran ganda seringkali diperhadapkan

pada konflik antara kepentingan pekerjaan dankeberadaannya dalam keluarga sebagai seorangibu. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan menyitawaktu seringkali membuat seorang ibu lupamemberikan ASI pada bayinya. Hal ini terutamadialami oleh mereka yang tinggal dikota besaryang waktu kerja lebih dari 7 jam, bahkanseringkali ibu yang bekerja dikota besar sepertiJakarta harus meningggalkan rumah sampai 12 jamdalam sehari.hal ini merupakan tantangan bagiseorang ibu untuk menyikapinya dengan bijaksanakarena keseimbangan antara pekerjaan dan waktuuntuk keluarga dalam hal ini memberikan ASIsebagai makanan yang sehat bagi bayinya adalahhal yang utama dan harus dipenuhi.

Page 51: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 47

Tabel 3. Analisis Bivariate Determinan Pemberian ASI di Kota Palangka Raya, 2014 (n=135)

Variabel ASI Eksklusif Total NilaiP

OR 95%CI

Ya Tidakn % n % n %

Umur Ibu<20 tahun≥ 20 tahunJumlah

12930

33,322,022,2

2103105

66,778,077,8

3132135

100100100

0,533 1,8 0,2 -20,3

Pendidikan IbuPendidikandasarPendidikantinggiJumlah

111930

20,823,222,2

4263

105

79,276,877,8

5382

135

100100100

0,742 1,2 0,5 - 2,7

Pekerjaan IbuIRTKerjaJumlah

25530

25,313,922,2

7431

105

74,486,177,8

9936

135

100100100

0,160 2,1 0,7 – 5,9

PengetahuanKurangBaikJumlah

82230

10,537,322,2

6837

105

89,562,777,8

7659

135

100100100

0,000* 5,1 2,1 – 12,5

Berat LahirBBLRNormalJumlah

03030

023,422,2

798

105

798

105

7128135

100100100

0,348 1,3 1,2 – 1,4

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuanJumlah

141630

21,223,222,2

5253

105

78,876,877,8

6669

135

100100100

0,782 1,1 0,5 – 2,5

Jenis salinSesarNormalJumlah

12930

5,325,022,2

1887

105

94,775,077,8

19116135

100100100

0,073 6 0,8 – 46,9

Dukungan NakesTidak AdaAdaJumlah

72330

12,329,522,2

5055

105

87,770,577,8

5778

135

100100100

0,018* 2,9 1,2 – 7,6

DukunganKeluarga

Tidak AdaAdaJumlah

12930

4,325,922,2

2283

105

95,774,177,8

23112135

100100100

0,024* 7,7 1,0 – 59 6

Penyuluhan ANCTidakYaJumlah

102030

19,623,822,2

4164

105

80,476.277,8

5184

135

100100100

0,671 1,3 0,5 – 3,01

Penyuluhan PNCTidakYaJumlah

92130

28,120,422,2

2382

105

71,979,677,8

32103135

100100100

0,358 1,5 0,6 – 3,8

Page 52: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Maria Julin, Yeni Lucin. Determinan Pemberian ASI di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 48

Tabel 4. Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel pekerjaan ibu, pengetahuan, jenispersalinan, dukungan nakes, dan dukungan keluarga dengan Pemberian Asi Eklusif, Palangka

Raya, 2014 (n=135)

Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5OR OR OR OR OR

95% CI 95% CI 95% CI 95% CI 95% CIPekerjaan Ibu

IRTKerja

2,2(0,7-6,9)

2(0,6-6,2)

-- 2,4(0,8-7,6)

2,4(0,7-7,6)

PengetahuanBaikKurang

4,8(1,9-12,5)

4,9(1,9-12,8)

4,5(1,8-11,6)

4,7(1,8-12,2)

5,3(2,1-13,7)

Jenis salinNormalSesar

4,6(0,5-40,9)

6,7(0,8-55,6)

5,1(0,6-44,7)

-- 4,5(0,5-39,8)

Dukungan NakesAdaTidak Ada

1,9(0,7-5,6)

-- 1,8(0,6-5,0)

2,6(0,9-7,2)

2,0(0,7-5,6)

DukunganKeluarga

AdaTidak Ada

5,1(0,6-42,9)

5,3(0,6-43,2)

5,7(0,7-47,0)

5,1(0,6-42,8)

--

N 135 135 135 135 135R2 0,18 0,17 0,17 0,16 0,16-2loglikelihood 116,3 117,8 118,0 118,8 119,6

Hubungan Pengetahuan ibu tentang ASIekslusif

Hasil penelitian menunjukkan pada ibu yangmemiliki pengetahuan yang baik tentang ASIekslusif mempunyai nilai OR 5,3 yang berarti ibuyang memiliki pengetahuan baik tentang ASIekslusif mempunyai peluang 5,3 kali lebih besardari ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASIekslusif yang kurang.

Pengetahuan merupakanhasil “tahu” terjadisetelah orang melakukan penginderaan terhadapobjek tertentu. Selain itu pengetahuan merupakandomain yang sangat penting untuk terbentuknyatindakan seseorang . perilaku akan lebih langgengbila didasari oleh pengetahuan dibandingkanperilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan,walaupun ternyata pengetahuan yang mendasarisikap seseorang tersebut masih dipengaruhi olehbeberapa faktor yang sangat kompleks untuksampai terbentuk perilaku yang nyata15.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuanibu dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikapdan bertindak dimana segala sesuatu yangdiketahui ibu tentang ASI meliputi pengertian,manfaat Asi, colostrum serta manajemen laktasiyang dapat menunjang keberhasilan pemberianASI ekslusif sehingga pengetahuan sangat

berperan penting salam melakukan pemberian AirSusu Ibu (ASI) pada bayi.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasilpenelitian Aswa Rahmawati (2010), jugamengatakan ada hubungan antara pengetahuandengan pemberian ASI ekslusif ( P=0,006), artinyapengetahuan yang baik tentang ASI ekslusifmerupakan salah satu pendorong ibu untukmemberikan ASI ekslusif, sehingga perlupeningkatan pengetahuan ibu hamil sendiri jugaperlu penngkatan pengetahuan petugas kesehatan(bidan) yang melayani ANC dan PNC.

Hubungan Jenis Persalinan tentang ASIekslusif

Hasil penelitian menunjukkan pada ibu yangbersalin pervaginam mempunyai nilai OR 4,5 yangberarti ibu yang melahirkan secara normal ataupervaginam mempunyai peluang 4,5 kali lebihbesar dari ibu yang melahirkan dengan cara sectioCaesaria

Jenis persalinan juga berpengaruh terhadappemberian ASI pada bayi karena pada kala IV daripersalinan pervaginam merupakan masapengawasan dimana satu jam setelah kelahiranplasenta lahir dimanfaatkan untuk melakukan IMD(inisiasi menyusui dini), mengamati ibu dan bayi,memulai menjalin kasih sayang (bonding) antara

Page 53: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 49

ibu dan bayi serta dimulaiya proses pengisapanpada puting susu yang menentukan keberhasilanmenyusui.

Di Indonesia bayi yang dilahirkan denganmetode persalinan seksio caesarea pada umumnyatidak difasilitasi untuk IMD padahal IMDmerupakan rekomendasi internasional dariUNICEF -WHO pada tahun 1992, yang isinyatelah dikembangkan oleh Departemen KesehatanRI. Rekomendasi tersebut menyatakan agar semuasarana pelayanan ksehatan menerapkan 10Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM/Ten Step to successfull breastfiding yang salahsatu isinya menganjurkan untuk membantu ibudalam melaksanakan IMD setelah melahirkan, baikyang melahirkan dengan metode persalinanpevaginam maupun dengan seksio caesarea(Soetjiningsih, 1997)

Dukungan Tenaga Kesehatan (penolongpersalinan)

Hasil penelitian menunjukkan pada ibu yangmendapat dukungan dari tenaga kesehatan(penolong persalinan) mempunyai nilai OR 2,0yang berarti ibu yang mendapatkan dukunganuntuk memberikan ASI ekslusif dari penolongpersalinan mempunyai peluang untuk memberikanASI ekslusif 2 kali lebih besar dari ibu yang tidakmendapat dukungan.Hasil penelitian inisesuaidengan hasil penelitian Aswa Rahmawati (2010),peran petugas kesehatan mempunyai hubungandengan pemberian ASI ekslusif (P = 0,039).

Memilih metode pemberian makanan padabayi merupakan keputusan penting yang harusdibuat orang tua. Pilihan tersebut dipengaruhi olehfaktor-faktor fisik, psikologis dan sosial budaya.Seringkali bila ASI belum keluar bayi diberikanmakanan prelakteal yang berupa air gula atau susuformula. Hal ini sangat merugikan karenamenghilangkan rasa haus sehingga bayi malasmenyusu (Perinasia, 2010 dalam Wulandari 2011).Petugas dan kader kesehatan merupakan sumberinformasi tentang kesehatan yang ditujukan padaibu dalam perawatan antepertum yaitu setiap ibuhamil sejak dari bulan pertama sampai akhirkehamilan harus memeriksakan diri secara teraturke BKIA ( Roesli, 2000).

Berdasarkan pengamatan dilapangan setiapibu datang periksa kehamilannya selalu diberinasehat untuk memberikan ASI saja pada bayinyasampai umur 6 bulan ( ekslusif), namun untukmempersiapkan ibu untuk menyusui hanya terbataspada bagaimana perawatan payudara dan makananbergizi untuk persiapan menyusui, kemudiansetelah lahirdilakukan IMD bagi bayi yang lahirditolong bidan, diajarkan cara menyusui yangbenar sedangkan bagaimana memeras dan

penyimpanan ASI jarang diajarkan sehingga ibuyang bekerja sering gagal memberikan ASIekslusif

KesimpulanDari 135 responden hanya 28% ibu yang

mempunyai bayi berumur 6 – 12 bulan di kotaPalangka Raya memberikan ASI ekslusif,sedangkan 72% belum memberikan ASI ekslusf1. Ibu yang tidak bekerja diluar rumah (IRT) lebih

besar 2,4 kali memberikan ASI eslusif daripadaibu yang bekerja .

2. Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentangASI ekslusif lebih besar 5,3 kali untukmemberikan ASI ekslusif daripada ibu yangpengetahuannya tidak baik.

3. Ibu yang jenis persalinannya pervaginam lebihbesar 4,5 kali untuk memberikan ASI ekslusifdaripada ibu yang melahirkan dengan caraseksio caesarea

4. Ibu yang mendapat dukungan dari tenagakesehatan lebih besar 2 kali memberikan ASIekslusif. daripada ibu yang tidak mendapatkandukungan dari tenaga kesehatan.

5. Untuk merobah persepsi masyarakat untuktidak memberikan cairan apapun selain ASIsetelah lahir sampai umur 6 bulan perlukonseling tidak hanya pada ibu saja tapikeluarga.

6. Kader dan penolong persalinanpun perlu diberipengetahuan tentang konseling menyusui.

Saran1. Bagi Bidan dan tenaga kesehatan

a. Perlu meningkatkan pengetahuan tentangkonseling menyusui karena untukmerobah pola pikir masyarakat yang tidakpercaya bahwa ASI cukup untuk makananbayi umur 0-6 bulan perlu pengetahuanandan keyakinan diri dari penolong untukmemberi motivasi pada ibu menyusuibeserta keluarganya.

b. Tidak menganjurkan pemberian cairan/susu formula atau makanan tambahanapapun kepada bayi sampai usia 6 bulan.

2. Bagi Dinas Kesehatana. Perlu penyegaran kembali bagi seluruh

bidan sebagai penolong persalinan tentangkonseling menyusui

b. Untuk merobah kepercayaan masyarakatterhadap ASI ekslusif memerlukan tahap-tahapan khusus mulai mengenal,memahami, percaya sampai menerima,sehingga perlu waktu khusus untukpemberian materi ASI ekslusif saatantenatal.

Page 54: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Maria Julin, Yeni Lucin. Determinan Pemberian ASI di Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 50

c. Dalam pemberian materi pada bukupanduan kelas ibu hamil dapatdipertimbangkan agarpemberian materiASI ekslusif tidak sekaligus pada saatpertemuan yang membahas tentangpersalinan dan nifas yang memakan waktu75 menit untuk seluruh materi.

3. Bagi studi selanjutnya perlu penelitian lebihlanjut dengan perlakuan konseling menyusuiyang melibatkan penolong persalinan, ibuhamil, terutama keluarga untuk merobah polapikir masyarakat terhadap pemerian ASIekslusif.

Daftar Acuan1. Aswa Rahmawati (2010),Faktor yang

berhubungan dengan pemberian ASIekslusif di wilayah kerja PuskesmasBonto Perak kabupaten Pangkaep tahun2010, skripsi FK. Unhas Makasar

2. BPS, 2007. Survei Demografi DanKesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta.

3. Baston,H. Hall, J. 2011. MidwiferyEssentias : Post Natal Volume 4. Jakarta :

4. Trubus Agriwijaya.5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah. 2012. Profil Kesehatan 20116. Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka

Raya.7. Eka , P. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak

(KIA) Dalam Millenium DevelomenGOALS (MDGs). Yogyakarta : NuhaMedika

8. Ekstrom, Ann. 2003. Duration ofBreastfeeding in Swedish Primiparousand Multiparous Women. InternationalLaction Consutant Association.

9. Fitriani Sinta 2010, Promosi Kesehatan,Yogyakarta, Graha Ilmu,

10. Hatini ,EE.2011. Pengaruh Onset LaktasiTerhadap Praktik Pemberian ASI

11. Pada Neonatus Di Kota Palangka Raya.Yogyakarta : UGM

12. Kurniawan Bayu (2011) Determinankeberhasilan pemberian ASI ekslusif,jurnal Kedokteran brawijaya,http://jkb.ub.ac.id.

13. Kiki Annggrita (2010), hubungankarakteristik ibu menyusui terhadappemberian ASI ekslusif di wilayah kerjaPuskesmas Medan Amplas tahun 2009,skripsi FK USU Medan.

14. Lailiyana , 2011. Buku Ajar AsuhanKebidanan Persalinan. Jakarta : EGC

15. Notoatmodjo Soekidjo (2005)Metodologi Penelitian Kesehatan,Jakarta, Rineka Cipta

16. ____________________(2007).Pendidikan Dan Ilmu PerilakuKesehatan.,Jakarta Rineka Cipta

17. Nolan,M. 2003. Kehamilan danMelahirkan. Jakarta : Arcan

18. Megawati . 2002. Faktor – Faktor YangBerhubungan dengan Pemberian

19. Makanan Pralaktal pada Bayi Usia 0 – 6Bulan di Wilayah Kerja PuskesmasBogor Selatan Kota Bogor Provinsi JawaBarat. Skripsi FKM UI. Depok

20. Ogah, AO, Ajayi, AM,Akib,S,SN. 2012.A Cross- Sectional Study of Pre-LactealFeeding Practice among womenAttending Kampala InternationalUniversity Teaching Hospital MaternalAnd Child Health Clinic, Bushenyi,Western Uganda. Asian Journal ofMedical Science 4 (3) : 79 - 85

21. Wulandari , 2011. Faktor – Faktor YangBerhubungan Dengan Pemberian

22. Makanan Prelakteal Pada Bayi Barulahir Di Desa Supat Timur KabupatenMusi Banyu Asin Sumatera SelatanTahun 2011. Skripsi FK UINH. Jakarta

23. Purwanti .2004. Kosep Penerapan ASIEksklusif. Jakarta : EGC.

24. Prawiroharjo. 2005. Ilmu BedahKebidanan. Jakarta : Yayasan BinaPustaka.

25. Reeder , Sharon. 2011. KeperawatanMaternitas Kesehatan Wanita, Bayi Dan

26. Keluarga. Jakarta : EGC.27. Riyanto, A. 2011.Aplikasi Metode

Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Nuha28. medika.29. Roesli U, 2001, Bayi sehat berkat ASI

ekslusif , Jakarta , Elex MediaKomputindo

30. _______ , 2005. Mengenal ASI Eksklusif.Jakarta, Trubus Agriwijaya

31. -----------, 2008, Inisiasi menyusui Diniplus ASI ekslusif, Jakarta, Pustaka Bunda

32. Soetjiningsih . 1997. ASI : PetunjukUntuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

33. Srivastava SP,Sharma, Vk & Kumar V(1994). Breast Feeding Pattern InNeonates. Journal India Pediatrics, vol 31(1079-1082).

Page 55: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 51

Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Instalasi

Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Teen Pregnancy and Preterm Birth in Maternity Ward Doris Sylvanus Hospital

Noordiati

Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstrak. Kelahiran preterm merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian perinatal. Dibeberapa negara maju proporsi bayi yang dilahirkan preterm telah meningkat dalam 20 tahun terakhir. DiIndonesia angka kelahiran preterm berkisar antara 10-20%, sedangkan di RS dr. Doris Sylvanus PalangkaRaya insidennya berkisar antara 10-13%. Sekita 50% penyebab kelahiran preterm tidak diketahui secarapasti. Beberapa faktor risiko yang diduga meningkatkan insiden kelahiran preterm adalah kehamilanremaja. Diketahuinya hubungan antara kehamilan remaja dengan kejadiaan kelahiran preterm. Jenispenelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian adalah semua ibu yangmelahirkan di RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2012-2013. Jumlah sampel pada penelitian inisebanyak 161 ibu yang melahirkan pada usia kehamilan<37 minggu (kasus) dan 161 ibu yang melahirkanpada usia kehamilan 37-42 minggu (kontrol). Data dikumpulkan dari data sekunder yang tercatat padarekam medik. Uji hipotesis menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan odds ratio (OR) dengan95% confidence interval (CI). Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis determinankehamilan preterm. Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antarakehamilan usia remaja dan kelahiran preterm setelah mempertimbangkan variabel status gizi dan anemiadengan OR: 2,3 (95%CI: 1,01-5,28). Kehamilan usia remajameningkatkan risiko kehamilan pretermsebesar 2,3 kali.Kata kunci: kelahiran preterm, kehamilan usia remaja

Abstract. Preterm birth is one of leading causes of perinatal morbidity and mortality. In some developedcountries the population of preterm birth has been increasing in the past 20 years. In Indonesia the rate ofpreterm birth ranges from 10-20%, while at dr. Doris Sylvanus Hospital the prevalence rearches 10-13%.Around 50% of preterm birth causes are still unknow. Some of risk factors assumed to increase theprevalence of preterm birth is adolescent pregnancy. To study the relationship between adolescentpregnancy and preterm birth. An observational study with a case-control study design. Subjects were allwomen delivering at dr. Doris Sylvanus Hospital in the periode 2012-2013. Sampel size in this study was161 womwn delivering at <37 week of gestational age as case and 161 women delivering at 37-42 weekof gestational age as control. Data were gathered from the secondary data in medical record. Hypothesistest used chi-square test with p=0,05 an OR with 95%CI.Analysis of multiple logistic regressions wasused to analyze the determinant of preterm birth. The results of multivariable analysis showed thah therewas a significant relationship between adolescent pregnancy and preterm birth after adjusted variables ofnutritional status and anemia with OR: 2,3 (95%CI: 1,01-5,28). Adolescent pregnancy increased the riskof preterm birth 2,3 times greater.Keywords:.preterm birth, adolescent pregnancy

PendahuluanKelahiran preterm merupakan salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian perinatal.Di beberapa negara maju proporsi kelahiranpreterm telahmeningkat dalam 20 tahun terakhir.Peningkatan kelahiran preterm ini dikaitkandengan perubahan pada frekuensi kelahiran ganda,peningkatan intervensi obstetri dan semakinbanyaknya penggunaan alat ultrasonografi untukmemperkirakan usia kehamilan. Insiden kelahiran

preterm di Amerika Serikat dari tahun 1990-2003semakin meningkat, yaitu 10,6% pada tahun 1990;12,1% pada tahun 2002 dan 12,3% pada tahun20031.

Di Indonesia tercatat pada tahun 2009memiliki angka kelahiran prematur berkisar antara10 - 20 % dan termasuk dalam peringkat kelimanegara terbesar dari kelahiran prematur, jugamerupakan penyebab utama kematian dibidangperinatologi2. Berdasarkan studi pendahuluan

Page 56: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 52

angka kelahiran preterm di Rumah Sakit dr. DorisSylvanus Palangka Raya cenderung meningkatdalam beberapa tahun terakhir. Pada Tahun 2012insiden kelahiran preterm sebesar 10% dan padatahun 2013 meningkat menjadi 13%.

Sekitar 50% dari penyebab kelahiran pretermtidak diketahui secara pasti. Dari sudut pandangepidemiologi dan demografi, ada banyak faktoryang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinyakelahiran preterm. Kehamilan usia remajamerupakan salah satu faktor risiko terjadinyakelahiran preterm (Lo et al., 2007). Pada beberapatahun terakhir ini, angka kehamilan remajasemakin meningkat karena adanya perubahansosial dan budaya. Phupong dan Suebnukarn(2007) menemukan bahwa insiden kehamilanremaja di Thailand, mengalami peningkatan dari104,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000menjadi 117,6 per 1000 kelahiran hidup padatahun 2001. Faktor risiko lain yang turut berperanyaitu: faktor sosial ekonomi, ras, pendidikan ibu,pekerjaan ibu, usia ibu, status perkawinan, indeksmassa tubuh (IMT), riwayat antenatal care (ANC),stres, kebiasaan merokok, minum alkohol danpenggunaan obat-obatan berbahaya. Faktor obstetridan medis yang diduga dapat meningkatkan risikokelahiran preterm adalah riwayat abortus, riwayatpersalinan preterm, kehamilan ganda, diabetesmelitus (DM) dalam kehamilan, anemia,preeklamsia/eklamsia, serviks inkompeten, infeksisaluran kencing (ISK), ketuban pecah dini (KPD),oligohidramnion, polihidramnion dan plasentaprevia3,4.

Penelitian lain mengemukanan bahwakelahiran prematur terjadi pada 4,1% vaginaldouching secara signifikan terkait dengan bakterivaginosis berisiko pada usia kehamilan 32-34minggu. Faktor sosial ekonomi terkait dengannutrisi ibu selama kehamilan adalah faktorlingkungan yang paling penting yangmempengaruhi hasil kehamilan. Kekurangan gizipada ibu dapat berkontribusi pada peningkataninsidensi kelahiran prematur dan pertumbuhanretardasi janin serta peningkatan resiko kematianibu dan morbiditas. Faktor gaya hidup yaitu, ibuhamil perokok memiliki peluang mengalamikelahiran prematur lebih besar5.

Tujuan umum penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan antara kehamilan usiaremaja dengan kejadian kelahiran preterm, dansecara khusus juga bertujuan untuk faktor-faktorlain yang berhubungan dengan kelahiran pretermyaitu: pendidikan ibu, riwayat ANC, status gizidan anemia.

Hasil penelitian ini juga dapat digunakanoleh pemegang kebijakan untuk mengambil suatukebijakan yang terkait dengan pencegahan

kelahiran preterm. Upaya yang dapat dilakukanuntuk mencegah kelahiran preterm adalah promosikesehatan reproduksi pada remaja,mengidentifikasi dan mengelola ibu hamil yangberisiko serta menyediakan pelayanan resusitasiuntuk bayi sehingga dapat meningkatkan kualitaspelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.

Metode PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian

observasional dengan rancangan kasus kontrolyang tidak disetarakan (unmatched case-controlstudy) melalui pendekatan kuantitatif. Penelitianini dilakukan untuk mengkaji hubungan antaraefek tertentu terhadap faktor tertentu. Studi kasuskontrol adalah rancangan penelitian epidemiologiyang mempelajari hubungan antara suatu kasusdengan paparan tertentu. Penelitian ini dimulaidengan mengidentifikasi outcome yaitu kelompokkasus (kelompok ibu melahirkan preterm) dankelompok kontrol (kelompok ibu melahirkanaterm) kemudian dilihat secara retrospektifbesarnya paparan di masa lalu (kehamilan usiaremaja) terhadap outcome yang akan diteliti saatini6.

Lokasi penelitian di RSUD dr. DorisSylvanus Palangka Raya di ruang instalasikebidanan. Polpulasi adalah seluruh ibu yangmelahirkan Tahun 2012-2013. Kasus adalah semuaibu yang melahirkan pada umur kehamilan <37minggu di dr. Doris Sylvanus Palangka Raya padaperiode Tahun 2012-2013 yang memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi. Kontrol adalah semua ibuyang melahirkan pada umur kehamilan 37-42minggu di RS dr. Doris Sylvanus Palangka Rayaperiode Tahun 2012-2013 yang memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi.

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukandengan menggunakan Power Analysis and SampleSize (PASS)7. Penghitungan tersebut dilakukandengan mengetahui P2 yaitu proporsi kehamilanremaja pada kelompok kelahiran aterm sebesar0,28 dan odds ratio (OR) sebesar 1,88. Jika αsebesar 0,05 dan power sebesar 0,80 maka besarsampel pada masingmasing kelompok adalah 161orang (1:1).

Uji statistik yang digunakan adalah chi-square test, karena variabel yang diuji bersifatkategori. Hasil yang diperoleh adalah nilai χ2, pvalue. Khusus pada analisis hubungan variabelbebas jarak antar kehamilan dan variabel terikatabortus spontan, dihitung nilai Odds Ration (OR)dengan Interval Kepercayaan (ConfidenceInterval/CI) 95%. Analisis multivariat untukmengetahui pengaruh variabel bebas terhadapvariabel terikat dengan mengontrol variabel-variabel yang lain. Uji statistik yang digunakan

Page 57: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 53

adalah multiple logistic regression analysis. Padauji ini diperoleh nilai Odds Rasio (OR) sebagaipendekatan untuk mengetahui besarnya risiko.

Hasil PenelitianAnalisis UnivariabelAnalisis data univariabel bertujuan untukmenggambarkan distribusi frekuensi kelahiranpreterm (kasus) dan yang tidak mengalamikelahiran preterm (kontrol).

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik subjekpenelitian

Kasus Kontrol Totaln % n % n %

Kehamilan usia remaja Ya Tidak

23138

14,385,7

9152

5,694,4

32290

9,990,1

Pendidikan Rendah Tinggi

26135

16,183,9

17144

10,689,4

43279

13,486,6

ANC <4x ≥4x

30131

18,681,4

17144

10,689,4

47275

14,685,4

Status Gizi Kurang Baik

24137

14,985,1

9152

5,694,4

33289

10,389,7

Anemia Anemia Tidak Anemia

6299

38,561,5

35126

21,778,3

97225

30,169,9

Dari seluruh subjek penelitian, prevalensikehamilan usia remaja sebesar 9,9%. Prevalensikehamilan usia remaja pada kelompok kelahiranpreterm lebih tinggi daripada kelompok kelahiranaterm. Mayoritas dari ibu mempunyai tingkatpendidikan tinggi. Prevalensi kunjungan ANCkurang dari 4 kali sebesar 14,6 %. Sebagian besar(89,7%) dari subjek penelitian mempunyai statusgizi baik dan 10,3% mempunyai status gizi kurang.Prevalensi status gizi kurang pada kelompokkelahiran preterm lebih tinggi daripada kelompokkelahiran aterm. Mayoritas dari ibu tidakmengalami anemia, tetapi ibu yang mengalamianemia juga cukup tinggi yaitu 30,1%. Kelompokkelahiranpreterm yang mengalami anemia lebihtinggi daripada kelompok kelahiran aterm.

Analisis BivariaribelBerdasarkan Tabel. 2 menunjukkan bahwa

proporsi ibu yang mengalami kelahiran pretermpada kehamilan usia remaja sebanyak (14,3%) danbukan kehamilan usia remaja terdapat (85,7%)yang mengalami kelahiran preterm. Hasil analisisbivariabel didapatkan ibu dengan kehamilan usiaremaja diperoleh nlai OR=2,8 (95% CI: 1,29-6,13), dari hasil tersebut variabel usia kehamilanremaja merupakan faktor risiko yang berkontribusiterhadap kejadian persalinan preterm. Dapatdisimpulkan bahwa ada hubungan yang bermaknaantara usia kehamilan remaja dengan kelahiranpreterm. Nilai OR dapat diartikan bahwa ibu yanghamil di usia remaja mempunyai risiko 2,8 kalilebih banyak mengalami persalinan pretermdibandingkan yang tidak mengalami persalinanpreterm.

Tabel 2. Hubungan kelahiran preterm dengan kehamilan usia remaja

Variabel penelitian Kasus Kontrol OR 95%CIn % n %

Kehamilan usia remaja Ya Tidak

23138

14,385,7

9152

5,694,4

2,8 1,29-6,13

Keterangan:² = chi-square,OR = odds rasio95%CI = 95% Confidence Interval

Page 58: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 54

Tabel. 3 Hubungan variabel luar dengan kejadian preterm

Variabel penelitian Kasus Kontrol OR 95%CIn % n %

Pendidikan Rendah Tinggi

26135

16,183,9

17144

10,689,4

1,6 0,85-3,12

ANC <4x ≥4x

30131

18,681,4

17144

10,689,4

1,9 1,04-3,43

Status Gizi Kurang Baik

24137

14,985,1

9152

5,694,4

2,9 1,37-6,41

Anemia Anemia Tidak Anemia

6299

38,561,5

35126

21,778,3

2,3 1,38-3,67

Pendidikan secara statistik tidak memilikihubungan yang bermakna dengan kelahiranpreterm, yang dapat dilihat dari rentang nilai 95%CI melewati angka satu. Variabel ANC, status gizidan anemia memiliki hubungan yang bermaknasecara statistik dengan kelahiran preterm denganOR masing-masing sebesar 1,9 (95% CI: 1,04-3,43), 2,9 (95% CI: 1,37-6,41) dan 2,3 (95%CI:1,38-3,67). Hal ini berarti bahwa kemungkinanmenemukan ketidak teraturan ANC hampir 2 kalilipat, status gizi kurang hampir 3 kali lipat dan

anemia 2 kali lipat pada kelompok kelahiranpreterm.

Analisis MultivariabelDari hasil analisis regresi logistik ganda

dapat disimpulkan bahwa model 4 sebagai modelyang dianggap paling sederhana, efektif danefisien jika dibandingkan dengan model 1, 2 dan 3,karena model 4 mempunyai nilai R2 yang lebihtinggi, nilai deviance yang lebih rendah dan semuavariabel yang dimasukkan masih bermakna.

Tabel 4. Analisis multivariabel

Variabel Model1OR

95%CI

Model2OR

95%CI

Model3OR

95%CI

Model4OR

95%CI

Model5OR

95%CI

Kehamilan usiaremaja Ya

Tidak

2,8(1,26-6,29)

1

2,5(1,12-5,74)

1

2,4(1,04-3,59)

1

2,3(1,01-5,28)

2,2(0,93-4,99)

ANC <4x

≥4x

1,7(0,89-3,30)

1

1,6(0,80-3,06)

1Status Gizi Kurang

Baik

2,4(1,03-3,56)

1

2,3(1,01-5,33)

1Anemia Anemia

Tidak Anemia

2,1(1,26-3,41)

1

1,9(1,12-3,12)

1

1,8(1,09-3,06)

1Devance 439,4 436,7 431,1 426,7 425R2 0,016 0,022 0,034 0,044 0,048

Page 59: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 55

PembahasanDari penelitian ini diperoleh prevalensi

kehamilan usia remaja yang melahirkan di RS dr.Doris Sylvanus Palangka Raya sebesar 9,9%.Prevalensi ini hampir sama dibandingkan denganprevalensi kehamilan usia remaja yang melahirkandi Indonesia sebesar 10% (SDKI 2012).

Hasil penelitian ini mempunyai nilai ORyang lebih rendah dari hasil penelitian lain yangmengungkapkan bahwa ibu hamil pada usia kurangdari 20 tahun mempunyai risiko melahirkanpreterm 3,5 kali lebih tinggi dari ibu hamil padausia 20-34 tahun4. Seorang wanita pada usiaremaja secara biologi dapat hamil tetapi secaraobstetri dan psikologis belum siap karenakematangan organ reproduksi belum mendukungterjadinya persalinan normal. Uterus dan panggulibu belum tumbuh secara optimal mencapai ukurandewasa, sehingga kehamilan usia remaja dapatmeningkatkan risiko terhadap kesehatan dankeselamatan ibu dan janin 9.

Kondisi yang dapat meningkatkan risikokelahiran preterm pada kehamilan usia

remaja adalah ketidakmatangan biologis danemosional. Pada usia remaja, pertumbuhan fisikyang belum optimal, usia alat reproduksi yangrendah dan ketidakmatangan uterus dapatmempengaruhi kehamilannya. Suplai darah keservik dan uterus belum berkembangsepenunuhnya pada beberapa remaja sehinggasuplai nutrisi untuk perkembangan janin sangatrendah. Kurangnya suplai darah ke alat genitaliajuga dapat meningkatkan terjadinya infeksi danpeningkatan produksi prostaglandin yang dapatmerangsang terjadinya kelahiran preterm10.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapathubungan yangbermakna secara praktis danstatistik antara ANC dengan kelahiran preterm.Mekanisme biologi pengaruh ANC secaralangsung terhadap kelahiran preterm tidakdiketahui dengan pasti. Beberapa penelitianmenunjukkan bahwa pelayanan ANC sangatefektif untuk menurunkan kejadian kelahiranpreterm karena pelayanan ANC

menyediakan program untuk menilai faktor-faktor risiko yangberhubungan dengan kehamilan,konseling dan pengelolaan lebih lanjut11.

Ibu yang tidak memanfaatkan pelayananANC tidak dapat mendeteksi secara dini masalahkesehatan yang terjadi selama kehamilan, tidakmengetahui perkembangan janin dalamkandungan, serta tidak mendapatkan infomasipenting yang berhubungan dengan kehamilannyaterutama upaya pencegahan stress ibu, yang akanberdampak terhadap kelahiran prematur10.

Penelitian lain juga mengungkapkan bahwarisiko kelahiran preterm meningkat 2,4 kali

diantara ibu yang melakukan perawatan kehamilan<4 kunjungan daripada ibu yang melakukanperawatan kehamilan ≥4 kunjungan selama periodekehamilan12. Sebaliknya, penelitian ini bertolakbelakang dengan penelitian lain yangmembuktikan bahwa risiko kelahiran preterm tidakmeningkat pada ibu hamil yang tidak melakukanANC. Peneliti berpendapat bahwa perbedaantersebut dapat terjadi karena faktor lain ikutmemberikan pengaruh untuk terjadinya kelahiranpreterm seperti stres, ras, etnik, faktor medik danfaktor lain yang belum diketahui8.

Status gizi ibu sebelum hamil dalampenelitian ini menunjukkan bahwa ada hubunganyang bermakna antara status gizi dengankelahiranpreterm. Faktor nutrisi merupakan faktor pentingyang mempengaruhi terjadinya kelahiran preterm.Kekurangan nutrisi dapat dilihat dari ukuran IMTdan lingkar lengan atas. Kekurangan nutrisi padawanita saat konsepsi akan menyebabkankematangankortisol janin yang terlalu cepat dankelahiran preterm. Seorang ibu hamil denganstatus gizi kurang mempunyai risiko 1,82 kalikelahiran preterm daripada ibu hamil dengan statusgizi baik13. malnutrisi pada ibu ditemukanberpengaruh terhadap pertumbuhan dan fungsiplasenta, ukuran plasenta yang kecil dankandungan DNA yang tereduksi. Hal inimenunjukkan bahwa ukuran plasenta kecil makatransfer zat gizi untuk janin rendah akibatnyapertumbuhan janin terhambat sehinggamengakibatkan kelahiran prematur dan berat badanlahir rendah14.

Penelitian ini menunjukkan bahwa anemiamempunyai hubungan yang bermakna dengankelahiran preterm. Anemia pada ibu hamil dapatmenyebabkan terjadinya hipoksia danmeningkatnya konsentrasi serum norepinephrineyang dapat merangsang terjadinya stres pada ibudan janin sehingga dapat menstimulasi sintesisCRH. Konsentrasi hormon CRH yang tinggi dapatmerangsang peningkatan produksi hormon kortisoljanin sehingga dapat menghambat pertumbuhanjanin dan kelahiran preterm. Ibu hamil yangmengalami anemia juga sangat berisiko mengalamiinfeksi. Infeksi yang terjadi pada ibu hamil jugadapat merangsang produksi CRH danprostaglandin sehingga dapat meningkatkan risikokelahiran preterm15. Hal ini sejalan denganpenelitian lain bahwa ibu dengan anemiamemperlihatkan adanya hubungan yang signifikandengan kelahiran prematur p = 0.0216.

Anemia berkembang di duniakarenapemenuhan kebutuhan gizi yang salah. Prevalensianemia lebih banyak terjadi pada wanita hamilterutama di negara berkembang. Anemiamempunyai efek yang signifikan terhadap

Page 60: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 56

kesehatan ibu dan janin khususnya ibu hamil yangmenderita anemia berat17.

Kesimpulan Dan SaranKehamilan usia remaja, status gizi dan

anemia meningkatkan risiko kelahiran preterm.Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulanpenelitian tentang determinan kelahiran preterm,beberapa saran yang diajukan sebagai bahanpertimbangan adalah: Meningkatkan kegiatanpendidikan kesehatan reproduksi remajakhususnya tentang pencegahan terjadinyakehamilan usia remaja dengan menggunakan alatkontrasepsi dan risiko kelahiran preterm pada usiakehamilan remaja yang dilaksanakan secara rutindi sekolah-sekolah dan karang taruna.

Bagi petugas kesehatan agar lebihmeningkatkan kualitas pelayanan pada ibu hamildengan standar pelayanan ANC seperti memantaustatus gizi dan meningkatkan skrining anemiaselama kehamilan sehingga faktor risiko terjadikelahiran preterm dapat dideteksi lebih dini.

Daftar Pustaka1. Martin, J.A., Kochanek, KD., Strobino, D.M.,

Guyer, B & Mac Dorman M.F. AnnualSummary of Vital Statistic. 2005. Pediatrics,115(3): 619–633.

2. Wijayanegara, Hidayat. Prematuritas.Bandung: PT. Refika Aditama. 2009.

3. Covarriabus, L.O., Aguirre, G.E., Chapuz,J.R., May, A.I., Velazquez, J.D & Eguiluz,M.E. Maternal factors associated toprematurity. Ginecol Obtet Mex, 2008,76(9):526-536.

4. Lo, C., Hsu, J., Hsieh, C., Hsieh, T. & Hung.Risk factors for spontaneous preterm deliverybefore 34 weeks of gestation amongTaiwanese women. Taiwan J Obstet Gynecol,2007. 46(4): 389-394.

5. Depkes. Pedoman Pelayanan Ante Natal.2007. Jakarta:Depkes.

6. Gordis,L. Epidemiolgy. 3rd ed. Philadelpia:W.B. Saunder. Company. 2004.

7. Da Silva, A.A.M., simoes, V.F.M, Barbieri,M.A., Lamy-Filho, F., Coimbra, LC & alves,M.T.S.B. Young maternal age and pretermbitrh. Paediatr Perinat Epidemiol. 2003.17(4):332-229

8. Hintze, J.L.& NCCS. Power analysis andsampel size. Kaysville: Utah. 2008.

9. Phupong, V & Suebnukarn K. Obstetricoutcomes in nulliparous young adolescent.Southeast Asian j trop Med Public Health.2007. 38(1):141-145.

10. Koniyo Mira Astri, Hakim Buraerah & Arsin,A.Arsunan. Determinan kejadian kelahiranbayi prematur di RSUD Prof.DR.H.AloeiSaboe Kota Gorontalo.2011.

11. Shah, p & Ohlsson, A. Literature review oflow birth weight, including small forgestational age and preterm birth. 2002.Toronto Public Health.

12. Hamad, K.h., Abed, y & Hamad, b.A. Riskfactor associated with preterm birth in theGaza strip: hospital-based-case-control study.2007. East Med Health J. 13(50:1132-1141.

13. Feresu, S.A., Harlow, S.D & Woelk, G.B.Risk factor for prematurity at HarareMaternity Hospital, Zimbabwe. 2004. Int JEpidemiol. 33(6):1194-1201.

14. Amirudin Ridwan. Risiko asap rokok danobat-obatan terhadap kelahiran prematur diRS ST. Fatimah Maksassar. 2006. JurnalMedika Nusantara, FK.Unhas.

15. Allen, L.H (2001) Biological mechanismsthat might underline iron's effect on fetalgrowth and preterm birth. 2001. J.Nutr.131:581S-589S.

16. Graham, A.D.M. Persalinan kurang bulan danketuban pecah dini. 2001. Jakarta: hipokrates.

17. Kodanto, H.L,., Morge, I., Lindmark, G.,Massawe, s & Nystrom, L. Risk for pretermdelivery and low birth weight areindependently increased by severity ofmaternal anemia. 2009. s.Afr Med J.99(2):98-102

Page 61: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 57

Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan PendidikanDi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya

Student Satisfaction Analysis To The Educational Services on Health Polytechnic Palangka Raya

Mars Khendra Kusfriyadi; Nang Randu Utama; Lamia Diang Mahalia

Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Abstrak. Kualitas layanan pendidikan dapat diamati dengan cara mengukur sejauh mana institusipendidikan sebagai pemberi layanan (provider) dapat memberikan jaminan mutu kepada penerimalayanan2. Pemerintah melalui Kepmenpan Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 telah membuat pedomanpenilaian kepuasan pelanggan bagi setiap institusi pelayanan termasuk institusi pendidikan. PoltekkesKemenkes Palangka Raya sebagai institusi yang memberikan layanan pendidikan perlu untuk mengukurkepuasan pelanggan yang dalam hal ini mahasiswa. Indeks kepuasan mahasiswa dapat dijadikan bahanpenilaian terhadap unsur pelayanan yang masih perlu perbaikan dan menjadi pendorong institusi untukmeningkatkan kualitas pelayanannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasanmahasiswa, mutu dan kinerja layanan serta mengetahui tingkat kesesuaian harapan dan persepsi darimahasiswa yang memperoleh layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. Metode yangdigunakan adalah survey dengan alat bantu kuesioner. Yang menjadi responden dalam penelitian inisebanyak 161 orang mahasiswa yang tersebar di 3 jurusan keperawatan, kebidanan dan gizi. pengambilansampel dilakukan secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks kepuasan mahasiswasebesar 71,25 dengan angka mutu B dan kategori kinerja Baik. Sedangkan tingkat kesesuaian harapandan persepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan diperoleh nilai 80,2 yang berarti kategori baik.Semakin besar gap (< -1) antara harapan dan persepsi maka dimensi tersebut perlu diprioritaskan untukdiperbaiki. Berdasarkan analisis menggunakan diagram kartesius, dimensi tangible, comunication danaccess menjadi prioritas untuk segera ditingkatkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secaraumum layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dapat memberikan kepuasan kepadamahasiswanya.Keyword : indeks kepuasan mahasiswa, layanan pendidikan, mutu dan kinerja layanan pendidikan.

Abstract. The quality of education service can observe with how the institution give a quality asurance4.The goverment pass through Kepmenpan No : KEP/25/M.PAN/2/2004 have made guideline to assess ofcostumers satisfaction for every institution belonging to educational institution. Health PolytechnicPalangka Raya as an educational institution have given education serve need to measure about studentstatisfaction. Student satisfaction index (SSI) can be a matter of appraisal which one of the educationalservice need to repair and motivating the institution to rise their service. The objective of the research wasto knew student satisfaction index, educational service quality, educational service performance and toknew ratio between hope and perception student satisfaction. Survey have been a method on this researchwith a quesioner as the instrument. More than 150 student have been a responden (161 responden) on thisresearch from the nurses study program, midwifery study program and nutrition study program. They pickrandom. The result of the research have shown student satisfaction index about 71,25. That valuebelonging to B category of the educational service quality and a good actual performance. Whereas thelevel of ratio between hope and perception student satisfaction was about 80,2 (good category). More andmore gap between hope and perception (< -1) that mean a dimention need a priority to repair. Base on theresult of the research, cartesian diagram have shown tangible (physical matter), communication (betweenintitution and student parents) and access (to be a student at Health Polytechnic Palangka Raya) as apriority to repair soon. Thereby, it is generally that educational services on Health Polytechnic PalangkaRaya was gave satisfaction to the students.Keyword : student satisfaction index,educational services, educatitonal service quality, and educatitonalservice performance.

Page 62: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Mars, Nang, Lamia. Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 58

PendahuluanParadigma baru penyelenggaraan pendidikandewasa ini dituntut adanya pengelolaan layananpendidikan yang dapat memuaskan pelanggannya.Kepuasan pelanggan pendidikan akan berpengaruhbesar terhadap keberlangsungan dan majumundurnya suatu lembaga pendidikan. Lembagapendidikan bermutu yang dapat memuaskanpelanggan akan diburu masyarakat meskipunterpencil dan mahal. Sebaliknya, lembagapendidikan yang mengecewakan pelanggan akanditinggalkan masyarakat dan seleksi alam akanmenentukan kebangkrutannya1. (Cahir, 2007).Pendidikan yang bermutu diindikasikan sebagailayanan pendidikan yang mampu menghasilkanoutput yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.Tuntunan masyarakat dalam institusi pendidikansering diartikan dengan mutu layanan layanan yangdiberikan oleh institusi pendidikan tersebut2.

Mutu pendidikan yang berorientasi pada kliendidefinisikan sebagai ukuran sejauh mana programdan hasil output perguruan tinggi tersebut telahmemenuhi kebutuhan dan harapan klien. Dalam halini, ada tiga hal yang perlu dipahami oleh lembagapenyelenggara pendidikan untuk memenuhikebutuhan dan harapan klien, yaitu: (1) apakebutuhan klien; (2) bagaimana mengetahuikebutuhan klien; dan (3) apa yang membuat merekapuas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwaindikator kualitas layanan pendidikan yang bermutuharus diorientasikan pada kebutuhan klien ataupihak-pihak penerima layanan tersebut (Sukamto,1998)2.Kualitas layanan pendidikan dapat diamati dengancara mengukur sejauh mana institusi pendidikansebagai pemberi layanan (provider) dapatmemberikan jaminan mutu kepada penerimalayanan2. Pengukuran tentang sejauh mana institusipendidikan mampu memenuhi harapanpelanggannya, dapat dijadikan titik tolak untukmenentukan mutu pelayanan pendidikan suatuinstitusi pendidikan. Hal ini direalisasikan melaluipengukuran tingkat kepuasan pemakai/pelangganjasa pendidikan.

Pemerintah yang dalam hal ini adalahKementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telahmengatur pengukuran kualitas layanan tersebutsecara komprehensif melalui Surat KeputusanMenteri PAN Nomor. KEP/25/M.PAN/2/2004tentang pedoman umum penyusunan IndeksKepuasan Masyarakat di unit pelayanan instansipemerintah.

Politeknik Kesehatan Kementerian PalangkaRaya berdasarkan Surat Keputusan Kepala BadanPPSDM Kesehatan RI Tahun 2001 yang lalumerupakan salah satu institusi pendidikan kesehatanyang dipercaya untuk melaksanakan tugas tri

dharma perguruan tinggi guna membantuKementerian Kesehatan dalam hal penyedia tenagakesehatan yang profesional dibidang kesehatan.Poltekkes Kemenkes Palangka Raya mempunyaivisi menghasilkan tenaga kesehatan yangprofesional, kompetitif dan bermartabat. Visitersebut tidaklah dapat diwujudkan jika tidakdidukung oleh kualitas layanan pendidikan.

Satu hal yang sangat mendasari penelitian iniadalah bahwa sejak berdiri Tahun 2001 hinggasekarang, Poltekkes Kemenkes Palangka Rayabelum pernah melakukan analisis kepuasanpelanggan baik secara internal maupun eksternal.Namun karena pelanggan terbesar dari institusipendidikan ini adalah mahasiswa maka selanjutnyayang disebut sebagai pelanggan dalam penelitian iniadalah mahasiswa. Oleh karena itu peneliti inibermaksud untuk melakukan analisis tentangkepuasan pelanggan (mahasiswa) terhadap layananpendidikan yang diberikan di Poltekkes KemenkesPalangka Raya berdasarkan Surat KeputusanMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :KEP/25/M.PAN/2/20043. Namun untukmemperdalam analasis, peneliti juga melakukananalisis kepuasan mahasiswa dengan metodeServQual yang dikembangkan oleh Zeithaml danParasuraman4.

Metode PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian surveydengan alat bantu kuesioner. Kuesioner dibuatberdasarkan Pedoman Penilaian Indeks KepuasanMasyarakat yang dikeluarkan oleh Menteri PANtahun 20043. Selain itu peneliti juga menambahkananalisis dengan metode ServQual4. Lokasipenelitian adalah di Poltekkes Kemenkes PalangkaRaya pada Jurusan Keperawatan, Kebidanan danGizi. mahasiswa yang masih aktif. Untukmemenuhi akurasi hasil penyusunan indeks,responden terpilih ditetapkan minimal 150 orangdari jumlah populasi penerima layanan, dengandasar ("Jumlah unsur" + 1) x 10 = jumlah responden(14 +1) x 10 = 150 responden3. Pengambilansampel dilakukan secara acak dengan jumlahresponden yang mengembalikan kuesionersebanyak 161.Data yang diambil dalam penelitian ini berupapersepsi mahasiswa per unsur layanan (14 unsurlayanan)3 serta data harapan dan persepsimahasiswa terhadap 9 dimensi yang berpengaruhpada layanan pendidikan2. Data persepsi mahasiswaterhadap 14 unsur layanan dianalisis sesuai denganpedoman yang telah ada hingga diperoleh nilaiIndeks Kepuasan Mahasiswa (IKM), mutu dankinerja layanan3. Sedangkan data harapan danpersepsi kepuasan mahasiswa terhadap 9 dimensiyang berpengaruh pada layanan pendidikan

Page 63: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 59

dianalisis menggunakan metode ServQual4, untukmenentukan tingkat kesesuaian harapan danpersepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan diPoltekkes Kemenkes Palangka Raya. Selanjutnyauntuk mengetahui dimensi mana yang menjadiprioritas untuk diperbaiki dan ditingkatkandilakukan dengan membuat digaram kartesius4.

Hasil dan PembahasanPenelitian ini dimulai sejak awal bulan

Nopember 2014. Penyebaran kuesioner di 3 Jurusanyang ada di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya,yaitu jurusan keperawatan, jurusan kebidanan danjurusan gizi. Sesuai dengan definisi operasional,bahwa yang dinamakan sebagai pelanggan dalampenelitian ini adalah mahasiswa aktif di PoltekkesKemenkes Palangka Raya. Dari tiga ratus (200)eksemplar kuesioner yang telah disebarkan secaraacak, yang kembali dan telah terisi sebanyak 161kuesioner. Distribusi responden mahasiswaberdasarkan jurusan dan jenis dapat dilihat padaTabel 2 dan Tabel 3.

Indeks Kepuasan MahasiswaUntuk menghitung nilai Indeks Kepuasan

Mahasiswa dibutuhkan nilai persepsi kepuasan perunsur layanan pendidikan. Terdapat 14 unsurlayanan pendidikan yang ada dalam pedoman dantelah dimodifikasi sehingga berkaitan langsungdengan layanan pendidikan yang telah dilaksanakanoleh Politeknik Kesehatan Kementerian KesehatanPalangka Raya. Nilai rata-rata persepsi/kepuasanmahasiswa per unsur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkanJurusan

Jurusan N %Keperawatan 58 36,02Kebidanan 61 37,89Gizi 42 26,09Total 161 100,00

Tabel 3. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin

JenisKelamin

N %

Laki-laki 93 57,76Perempuan 68 42,24Total 161 100,00

Tabel 4. Nilai Persepsi Per Unsur Layanan

No Unsur Pelayanan

NilaiRata-rataPer

unsur

NilaiRata-rataTertimba

ngPerunsur

(1) (2) (3)(4) = (3) x

0,0711 Prosedur layanan

pendidikan2,67 0,19

2 Persyaratan layananpendidikan

2,81 0,20

3 Kejelasandosen/petugas dalammemberikan layananpendidikan

2,81 0,20

4 Kedisiplinandosen/petugas layananpendidikan

2,88 0,20

5 Tanggung jawabdosen/petugas layananpendidikan

2,93 0,21

6 Kemampuandosen/petugas layananpendidikan

3,17 0,22

7 Kecepatandosen/petugas dalammemberikan layananpendidikan

2,66 0,19

8 Keadilan mendapatkanlayanan pendidikan

2,86 0,20

9 Kesopanan dankeramahandosen/petugas dalammemberikan layananpendidikan

3,08 0,22

10 Kewajaran biayalayanan pendidikan

3,00 0,21

11 Kepastian biayalayanan pendidikan

2,84 0,20

12 Kepastian jadwallayanan pendidikan

2,65 0,19

13 Kenyamananlingkungan pendidikan

2,84 0,20

14 Kenyamanan layananpendidikan

2,96 0,19

Total Nilai IKM 2,85

Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata persepsikepuasan mahasiswa berkisar antara nilai 2,50hingga 3,20. Jika merujuk pada pengkategoriandalam skala likert maka nilai ini termasuk dalamkategori kurang baik hingga baik. Dari seluruhunsur yang pertanyakan kepada responden tentangpersepsi kepuasan mahasiswa maka hanya 3 unsursaja yang mendapatkan kategori baik yaitu unsurkemampuan dosen/petugas dalam memberikanlayanan pendidikan (3,17), unsur kesopanan dankeramahan dosen/petugas dalam memberikanlayanan pendidikan (3,08), dan unsur kewajaran

Page 64: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Mars, Nang, Lamia. Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 60

biaya layanan pendidikan (3,00). Dengan kata lain,hanya 21,43% unsur layanan pendidikan yangdiberikan oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Rayadengan kategori baik (menurut skala likert, nilai ≥3,00). Unsur-unsur seperti Prosedur layananpendidikan, Kecepatan dosen/petugas dalammemberikan layanan pendidikan, dan Kepastianjadwal layanan pendidikan merupakan unsurlayanan yang perlu mendapat perhatian khususkarena berada pada batas bawah dalam kategorikurang baik. Sedangkan unsur yang lain mendekatikategori baik (dalam skala likert). Tujuh puluhdepalan koma lima tujuh persen (78,57 %) unsurlayanan pendidikan masih dalam kategori kurangbaik (dalam skala likert). Hal ini dapat menjadiacuan bagi Poltekkes Kemenkes Palangka Rayadalam memprioritaskan unsur-unsur layananpendidikan yang perlu ditingkatkan. Meskipundemikian, menurut pedoman pemerintah untukmengetahui nilai indeks kepuasan mahasiswa(IKM), setiap nilai unsur pelayanan dikalikandengan bobot nilai rata-rata tertimbang (0,071)3,sehingga berdasarkan Tabel 4 nilai indeks kepuasanmahasiswa terhadap layanan pendidikan diPoltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesar 2,85.

Mutu dan Kinerja Layanan PendidikanUntuk mendapatkan kategori mutu dan kinerja

layanan, nilai Indeks kepuasan mahasiswa (IKM)terhadap layanan pendidikan harus dikonversi3

dengan nilai dasar yaitu 25 sehingga menjadi 71,25.Nilai Indeks Kepuasan Mahasiswa terhadapLayanan Pendidikan di Poltekkes KemenkesPalangka Raya termasuk dalam kategori mutu B dankinerja layanan dengan kategori Baik3. Untuk lebihjelas dapat dilihat pada Tabel 5.

Prioritas Peningkatan Mutu dan KinerjaLayanan

Dalam peningkatan kualitas pelayanan, unsuryang mempunyai nilai paling rendah perlumendapat perhatian dan diprioritaskan, sedangkanunsur yang mempunyai nilai cukup tinggi harustetap dipertahankan. Berdasarkan Tabel 4, terdapatsebelas 11 unsur dengan kategori kurang baik (skalalikert) diantaranya unsur prosedur pelayanan,kecepatan petugas dalam memberikan layananpendidikan, kepastian jadwal layanan pendidikan,unsur persyaratan layanan pendidikan, unsurkejelasan dosen/petugas dalam memberikanlayanan pendidikan, unsur kedisiplinandosen/petugas layanan pendidikan, unsur tanggungjawab dosen/petugas layanan pendidikan, unsurkecepatan dosen/petugas dalam memberikanlayanan pendidikan, unsur keadilan mendapatkanlayanan pendidikan, unsur kepastian biaya layananpendidikan, unsur kepastian jadwal layanan

pendidikan, unsur kenyamanan lingkunganpendidikan, unsur kenyamanan layanan pendidikan.

Analisis Kepuasan Mahasiswa Metode ServQual4

Sebagai data tambahan untuk memperdalamanalisis kepuasan mahasiswa, peneliti jugamenggunakan metode ServQual yang dikembangkanoleh Zeithaml and Parasuraman4. Metode inimenggunakan 5 indikator utama yaitu keandalan(reliability), daya tanggap (responsiveness),kepastian (assurance), empati (emphaty) danberwujud (tangible). Bobot dari kelima dimensi iniadalah 100 % sehingga masing-masing dimensidiberi bobot 20%4.

Kelima dimensi tersebut dijabarkan lagikedalam 9 dimensi dengan bobot 1% kecuali (1)tangibles atau kondisi fisik gedung kuliah diPoltekkes dengan bobot 20%; (2) reliability ataupelaksanaan kedisiplinan di Poltekkes; (3)competence atau keyakinan terhadap kompetensidosen; (4) understanding the customer atauhubungan dosen dengan mahasiswa; (5)communication atau komunikasi yang terjadi antaraPoltekkes dengan orangtua/wali mahasiswa; (6)responsiveness atau daya tanggap Poltekkes; (7)courtesy atau pelaksanaan aturan sopan santun diPoltekkes; (8) security atau rasa aman di Poltekkes;dan (9) access atau kemudahan mencapai lokasi danmenjadi peserta didik di Poltekkes4. Tabel 6.Menunjukkan nilai rata-rata harapan dan persepsimahasiswa terhadap layanan pendidikan diPoltekkes Kemenkes Palangka Raya.

Page 65: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 61

Tabel 5. Nilai Indeks Kepuasan Mahasiswa, Mutu dan Kinerja Layanan Pendidikan

PoltekkesKemenkes Palangka Raya

NilaiIndeks

KepuasanMahasiswa

NilaiKonversi

IndeksKepuasan

Mahasiswa

KategoriMutu

KategoriKinerja

Layanan Pendidikan(Pendidikan/Pengajaran,Administrasi Akademik danKemahasiswaan)

2,85 71,25 B Baik

Tabel 6. Nilai Rata-rata Harapan dan Persepsi Mahasiswa TerhadapLayanan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

No Dimensi(Y) (X) Gap

(X-Y)Bobot x

GapTKi

(Xi/Yi x 100%)1 Tangible 3,84 2,60 - 1,24 - 0,248 67,72 Reliability 3,78 2,98 - 0,80 - 0,080 79,73 Competence 4,00 3,36 - 0,64 - 0,064 84,04 Understanding

the costumers3,78 3,36 - 0,42 - 0,042 88,9

5 Comunication 3,86 2,38 - 1,48 - 0,148 61,76 Responsivenes

s3,96 3,08 - 0,88 - 0,088 77,7

7 Courtesy 3,74 3,64 - 0,10 - 0,010 97,38 Security 3,40 3,04 - 0,36 - 0,036 89,49 Access 4,00 3,02 - 0,98 - 0,098 75,5

Rata-rata 3,81 3,05 - 0,814 80,2Keterangan : Y : Harapan; X : Persepsi; Tki : Tingkat kesesuaian

Secara keseluruhan tingkat kesesuaian harapandan persepsi mahasiswa terhadap layananpendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Rayasebesar 80,2 dengan kategori baik. Akan tetapimasih terdapat 2 dimensi dengan gap yang besaryaitu tangible (-1,24) dan comunication (-1,48). Jikadihitung tingkat kesesuaian antara harapan denganpersepsi kepuasan pada kedua dimensi tersebut,maka hasilnya kategorikan pada tingkat kesesuaiansedang (50-70%)2. Tangible diartikan sebagaipenampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagaimateri komunikasi4, misalnya gedung dankebersihan serta penataan ruangan yang rapi. Sejaktahun 2012 hingga selesainya penelitian ini, prosesgedung perkuliahan (jurusan keperawatan dankebidanan) di Poltekkes Kemenkes Palangka Rayamengalami hambatan sehingga kemungkinan besarmasih dirasakan dampaknya oleh mahasiswa.Namun berbagai upaya telah dilakukan sepertiperbaikan dan pemeliharaan fasilitas, kegiatanbelajar mengajar serta layanan pendidikan lainnyaseperti administrasi akademik dan kemahasiswaanmasih tetap dapat dilaksanakan.

Salah satu hal penting dalam memberikanpelayanan khususnya layanan pendidikan adalahkomunikasi. Komunikasi dalam penelitian inidiartikan sebagai komunikasi antara institusipendidikan dengan orang tua/wali mahasiswa.komunikasi bertujuan untuk menyampaikan suatupesan atau informasi hingga pesan tersebut dapatditerima oleh si penerima setepat mungkin, apapunbentuk dan cara penyampaiannya. Penggunaanmedia untuk menyampaikan pesan dapat mengalamigangguan yang dapat menghambat atau mengurangikemampuan dalam mengirim dan menerima pesan.Situasi ketika komunikasi disampaikan, isi pesan,dan cara penyampaian dapat mempengaruhijalannya komunikasi5. Oleh karena itu, untukmeningkatkan kepuasan mahasiswa terhadappelayanan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya,dibutuhkan situasi yang kondusif, materi maupuncara penyampaian yang lebih baik kepadamahasiswa dan orang tua mahasiswa4.

Beberapa hal yang mungkin dapat dijadikanalasan mengapa komunikasi institusi pendidikandengan orang tua mahasiswa masih belum

Page 66: Volume V Nomor 9, Februari 2015

Mars, Nang, Lamia. Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 62

memberikan kepuasan dianataranya adalah tidakadanya komite perguruan tinggi yang merupakanorganisasi orang tua/wali yang dibentuk sebagaipenghubung antara institusi dengan orang tua,sebagai pengawas eksternal institusi dalammenjalankan tufoksinya, serta sebagai mitra dalampengembangan institusi pendidikan. Dengandemikian tidak ada jadwal pertemuan rutin antarainstitusi pendidikan dengan orang tua mahasiswasesuai dengan tujuan komite.

Komunikasi antara institusi pendidikan denganorang tua/wali hanya terjadi ketika calon mahasiswaditerima sebagai mahasiswa Poltekkes KemenkesPalangka Raya melalui suatu seleksi wawancara(proses sipenmaru), acara seremoni caping day,serta acara wisuda yang notabene bukan kegiatankomunikasi intensif demi kemajuan institusipendidikan. Selain itu komunikasi dapat terjadi jikamahasiswa yang bersangkutan terkena masalah yangserius dan melanggar aturan akademik (administrasimapun norma yang berlaku) yang sudah disepakatibersama.Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa secarakeseluruhan kepuasan mahasiswa terhadap layananpendidikan yang diberikan oleh PoltekkesKemenkes Palangka Raya memberikan makna Baik(-0,814). Jika penjumlahan rata-rata dari gap yangdikalikan dengan bobot dimensi memberikan hasil >-1 berarti baik, sedangkan jika hasilnya < - 1 berarti

hasil kurang baik. Dengan demikian semakin besarnilainya maka tingkat kepuasan semakin baik4.Namun hasil ini tidak pernah 1 (+) atau lebih.Apabila gap positif, hal ini menggambarkan bahwamasyarakat/pelanggan dianggap sangat puas, namunkemungkinan terjadinya gap positif sangat kecil4.Untuk mendapatkan gambaran apa yang harusdilakukan oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Rayauntuk memperbaiki keadaan digunakan diagramkartesius, yaitu digaram yang dibagi atas empatbagian yang dibatasi oleh dua buah garis yangberpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y),dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skorpersepsi/kepuasan pelanggan. Sedangkan Y adalahrata-rata dari rata-rata skor harapan yangmempengaruhi kepuasan pelanggan. Bagianpertama (A), disebut dengan daerah prioritas utamayang harus dibenahi karena harapan tinggisedangkan persepsi rendah. Bagian kedua, (B),disebut dengan daerah yang harus dipertahankan,karena harapan tinggi dan persepsi juga tinggi.Bagian ketiga, (C), disebut sebagai prioritas rendah,karena daerah ini menunjukkan harapan rendah danpersepsi rendah. Bagaian keempat (D),dikategorikan sebagai daerah berlebihan, karenaharapan rendah namun persepsi tinggi, jadi bukanprioritas untuk dibenahi4. Berdasarkan data hasilpenelitian ini dapat dibuat diagram kartesius sepertipada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Kartesius Harapan dan Persepsi Kepuasan Mahasiswa

Gambar 1. Diagram Kartesius Harapan dan Persepsi Kepuasan Mahasiswa (lanjutan)

3,84

3,78

4

3,78

3,86 3,96

3,74

3,4

4

3,81

3,33,43,53,63,73,83,944,1

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Hara

pan

(Y)

Kepuasan (X)

Page 67: Volume V Nomor 9, Februari 2015

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015 63

Berdasarkan Gambar 1, dimensi yangmenjadi prioritas utama untuk diperbaiki (zona A)adalah tangible, comunication dan access. Hal inikarena harapan yang tinggi dari mahasiswa sedangkanpersepsi rendah sehingga gap cukup besar (< -1).Dimensi yang dapat dipertahankan (zona B) adalahcompetence dan responsiveness. Sedangkan dimensidengan prioritas rendah (harapan dan persepsi sama-sama rendah) adalah reliability (keandalan) dansecurity (keamanan). Dan dimensi yang pada zona D(berlebihan) adalah understanding the customers (dayatanggap) dan courtesy (sopan santun).

KesimpulanIndeks Kepuasan Mahasiswa terhadap layananpendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Rayasebesar 2,85 atau 71,25. Mutu dan Kinerja layananpendidikan yang dilakukan oleh Poltekkes KemenkesPalangka Raya termasuk dalam kategori mutu Bdengan kinerja Baik. Tingkat kesesuaian harapan danpersepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan diPoltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesar 80,2dengan kategori baik. Dua dimensi yang perlumendapat perhatian untuk ditingkatkan adalah tangible(berwujud) dan communication (komunikasi).Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwaPoltekkes Kemenkes Palangka Raya perlu melakukan

pembenahan dan peningkatan sarana dan prasaranaterutama gedung perkuliahan dan komunikasi yangbaik antara institusi pendidikan dengan orang tua/walimahasiswa. Perlu kontinuitas dalam melakukanevaluasi terhadap kepuasan pelanggan sehingga setiapdimensi kepuasan dapat diamati dan disesuaikandengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Daftar Pustaka1. Cahir. Analisis Kepuasan Pelanggan Pendidikan,

Studi Kasus di SMP Negeri 2 Brebes. TesisProram Studi Manajemen Pendidikan, ProgramPascasarjana Universitas Negeri Semarang. 2007.

2. Jaedun A. Survei Tingkat Kepuasan KonsumenTerhadap Kualitas Pelayanan Publik BidangPendidikan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2005.

3. Kepmenpan Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004tentang pedoman umum penyusunan IndeksKepuasan Masyarakat di unit pelayanan instansipemerintah. 2004.

4. Rubaman.M. U. Mengukur Kepuasan MasyarakatTerhadap Layanan Pendidikan. Jurnal Madani.Edisi I. Mei 2008. 2008.

5. Hasan. N dan Lina. Efektivitas Komunikasi DalamOrganisasi. Jurnal Manajemen, Vol. 7 No.4 Mei2009.

Page 68: Volume V Nomor 9, Februari 2015

1. Jurnal ini memuat naskah di bidang kesehatan.2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang

ditujukan kepada Forum Kesehatan, belumdipublikasikan di tempat lain.

3. Komponen naskah: Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf

dan spasi. Teks naskah ditulis dengan huruf Times New Roman

size 11pt. Identitas peneliti ditulis dicatatan kaki di halaman

pertama. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

maksimal 200 kata, dalam satu alenia mencakupmasalah, tujuan, metoda, hasil, disertai dengan 3-5kata kunci. Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang,

sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian. Metode dijelaskan secara rinci, desain, populasi,

sampel, sumber data, teknik/instrumen pengumpuldata, prosedur analisa data. Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif

hasil penelitian, temuan dengan teori yang relevan,bahasa dialog yang logis, sistematik, dan mengalir. Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam

teks. Jumlah maksimal 6 tabel dengan judul singkat. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian

tidak melampaui kapasitas temuan, pernyataan tegas.Saran logis, tepat guna, dan tidak mengada-ada.

4. Rujukan sesuai dengan aturan Vancouver, urut sesuaidengan pemunculan dalam keseluruhan teks, dibatasi25 rujukan dan 80% merupakan publikasi 10 tahunterakhir.Cantumkan nama belakang penulis dan inisial namadepan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (etal)”.Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaanorang, tempat dan waktu. Judul tidak boleh digarisbawah dan ditebalkan hurufnya.Artikel Jurnal Penulis Individu:Rivera JA, Sotres-Alvares D, Habicht JP, Shamah T,Villalpando S. Impact of the Mexican Program forEducation, Health, and Nutrition on Rates of Growthand Anemia in infants and young children arandomized effectiveness study. JAMA. 2004;291(21):2463-70.Artikel Jurnal Penulis OrganisasiDiabetes Prevention Program Research Group.Hypertension, insulin, and prosulin in participants withimpaired glucose tolerance. Hypertension.2002;40(5):679-86.

Buku yang ditulis Individu:Price, SA, Koch, MW, Basset, S. Health Care ResourceManagement: Present and Future Challenges. St. Louis:Mosby;1998.Buku yang ditulis Organisasi dan Penerbit:Royal Adelaide Hospital; University of Adelaide,Departement of Clinical Nursing. Compendium ofnursing research and practice development, 1999-2000.Adelaide (Australia): Adelaide University; 2001.Bab dalam Buku:Soentoro. Penyerapan Tenaga Kerja Luar SektorPertanian di Pedesaan. Dalam Faisal Kasryno, editor.Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia.Jakarta:Yayasan Obor; 1984. p.202-262.Artikel Koran:Tynan T. Medical improvements lower homicide rate:study sees drop in assault rate. The Washington Post.2002 Aug 12; Sect. A:2 (col.4).CD-ROM:Women and HIV/AIDS: Reproductive and SexualHealth[CD ROM], London: Reproductive HealthMatters;2005.Artikel Jurnal di Internet:Griffith, AI. Cordinating Family and School:Mothering for Schooling, Education Policy AnalysisArchives [Online]. 1997 Jan [Cited 1997 February12] ;102 (3): [about 3 p.]. Available from:http://olam.ed.asu.edu/epaa/.Buku di Internet:Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliativecare for cancer [monograph on the internet].Washington: National Academy Press; 2001 [cited2002 Jul 9]. Available from:http://www.nap.edu/books/0309074029/html/.Situs Internet:Canadian Cancer Society [homepage on the internet].Toronto: The Society; 2006 [update 2006 May 12;cited 2006 Oct 17]. Available from:http://www.cancer.ca/.

5. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda,ditulis dengan program komputer Microsoft Word,dalam softcopy dan 2 (dua) eksemplar copy dokumentertulis.

6. Naskah harus disertai surat pengantar yangditandatangani penulis dan akan dikembalikan jika adapermintaan tertulis.

7. Naskah dikirimkan kepada: Redaksi Jurnal ‘ForumKesehatan’, Perpustakaan Gedung B Lantai 2Politeknik Kesehatan Palangka Raya, Jalan GeorgeObos No.32 Palangka Raya, Telp : 0536-3221768 atauemail: [email protected].

PEDOMAN PENULISAN NASKAH