VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019 ARTIKEL
Transcript of VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019 ARTIKEL
BALABA
ARTIKEL
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat/Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia
Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti/Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi
Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua Barat/Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto
Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber montanum Rhizome Extract against Aedes aegypti Larvae/Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto
Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta/Novyan Lusiyana
Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota Mataram/Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie Maguin
Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur/Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay
Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)/Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu
Knowledge Level of Community Participant on Dengue Fever Symptoms and Early Treatment in Bandung City/Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani
Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies Pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah/Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati
JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA
VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019
ISSN 1858-0882E-ISSN 2338-9982
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN(BALAI LITBANGKES) - BANJARNEGARA
Jl. Selamanik No. 16 A Banjarnegara [email protected]
E-ISSN 2338-9982
BA
LA
BA
, VO
LU
ME
15 NO
. 1 JUN
I 2019BALABA berasal dari kata Anopheles balabacensis. Nyamuk tersebut merupakan salah satu
vektor malaria yang telah terkonfirmasi di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Banjarnegara.
Anopheles balabacensis hampir selalu ditemukan keberadaannya di wilayah dengan kasus
malaria di Kabupaten Banjarnegara. Salah satu ciri khas An. balabacensis yaitu pada
persambungan tibia dan tarsus kaki belakang terdapat gelang pucat yang lebar.
Terakreditasi Peringkat 2 Kemenristek Dikti Nomor 30/E/KPT/2018
PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL
BALABA memuat artikel hasil penelitian, telaah pustaka dan tinjauan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengendalian penyakit bersumber binatang, seperti malaria, DBD, filariasis, chikungunya, leptospirosis, dll.
Petunjuk Umum1. Data yang ditulis maksimal 5 tahun, kecuali penelitian time series. 2. Artikel dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan dikirim ke website OJS Jurnal
BALABA:http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/about/submissions#onlineSubmissions
3. Artikel diketik pada kertas A4 dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan 25 mm.4. Judul, abstrak dan kata kunci ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
- Judul tidak lebih dari 18 kata, cetak tebal, Times New Roman 12, spasi 1.- Abstrak tidak lebih dari 200 kata, kata kunci terdiri dari 3-5 kata, Times New Roman 10, spasi 1.
5. Isi artikel ditulis dalam bentuk 2 kolom, Times New Roman 11, spasi 1,156. Gambar dan tabel dituliskan judul dan sumbernya. Foto dipilih dengan tekstur dan kontras yang
jelas (paling rendah 72 dpi). 7. Daftar pustaka disusun menurut sistem Vancouver (International Commitee of Medical Journal
Editors), diberi nomor urut dengan format superscript, diketik 1 spasi. Wikipedia, blog, dan website tidak ilmiah tidak boleh dijadikan rujukan. Sumber acuan 80% terbitan 5 tahun terakhir dan rujukan primer minimal 80%. Penulisan daftar pustaka menggunakan aplikasi referensi End Note, Mendeley, dll. Contoh penulisan daftar pustaka tercantum dalam Sample References.
Sistematika Artikel Hasil PenelitianJudul, nama penulis dan instansi, abstrak (masalah, tujuan, metode, hasil, kesimpulan), pendahuluan (latar belakang, teori/hasil penelitian terdahulu, pernyataan kebaruan penelitian, tujuan penelitian), metode (lokasi dan waktu penelitian, jenis/desain penelitian, prosedur pengumpulan data, dan analisis data), hasil (termasuk gambar, tabel, grafik, dll), pembahasan (tidak mengulang hasil, dibandingkan dengan hasil penelitian lain dan teori), kesimpulan (naratif), saran, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka (minimal 15).
Sistematika Artikel Telaah Pustaka dan Tinjauan Hasil-Hasil PenelitianJudul, nama penulis dan instansi, abstrak (ringkasan masalah yang mau dikaji), pendahuluan (pernyataan kebaruan dan masalah utama, deskripsi singkat latar belakang topik yang dibahas), metode, pembahasan (sub judul-sub judul sesuai keperluan), kesimpulan (naratif), daftar pustaka (minimal 25).
Pemimpin Redaksi (Editor In Chief):Dwi Priyanto, S.Si, M.Sc
Anggota Dewan Redaksi (Editors):Sunaryo, SKM, M.Sc (Geografi Kesehatan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Asyhar Tunissea, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Bina Ikawati, SKM, M.Kes (Kesehatan Lingkungan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Tri Isnani, S.Sos (Perilaku Kesehatan, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Dyah Widiastuti, S.Si, M.Sc (Biologi Molekuler, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Dewi Marbawati, S.Si, M.Sc (Biologi Molekuler, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Zumrotus Sholichah, SKM, M.Sc (Epidemiologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)Santoso, SKM, M.Sc (Epidemiologi dan Biostatistik Balai Litbang Kesehatan Baturaja, Indonesia)Endang Pujiastuti, SKM, M.Si (Epidemiologi dan Biostatistik, Loka Litbang Kesehatan Pangandaran, Indonesia)Hayani Anastasia, SKM, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang Kesehatan Donggala, Indonesia)Tri Wijayanti, SKM, M.Sc (Parasitologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)
Redaksi Pelaksana (Management Board):Nova Pramestuti, SKM, M.ScPuji Astuti, A.MdSomsiah, A.MdNovia Tri Astuti, SKM
Mitra Bestari (Scientific Editorial Board):Prof (Riset) dr. Emiliana Tjitra, DTM&H, M.Sc, Ph.D (Biomedik, Badan Litbang Kesehatan, Indonesia)Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, M.Phill (Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)Prof. drh. Setyawan Budiharta, MPH, Ph.D (Epizoologi)Dr. dr. Bagoes Widjanarko, MPH, MA (Promosi Kesehatan, Universitas Diponegoro, Indonesia)Dr. M. Sakundarno Adi, M.Sc, Ph.D (Epidemiologi Penyakit Menular, Universitas Diponegoro, Indonesia)Prof. Upik Kesumawati Hadi, MS., Ph.D (Epidemiologi Kesehatan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia)dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc., Ph.D (Epidemiologi Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia)Siwi Pramatama Mars Wijayanti, S.Si., M.Kes., Ph.D (Epidemiologi Molekuler, Unsoed, Indonesia)Dr. Tri Ramadhani, M.Sc (Entomologi, Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara, Indonesia)
Perwajahan (Layout):Nur Sholihatin, S.SosRatih Sulistiyanti, A.Md
Sekretariat (Secretariat):Bondan Fajar Wahyudi, SKMEndang Setiyani, SKMRahmawati, S.Si, MPHVina Yuliana, A.Md, KL
Diterbitkan oleh (Published by):Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara
Alamat Redaksi:Jl. Selamanik No 16 A Banjarnegara 53415, Telp/Fax (0286) 594972
Jurnal BALABA memuat artikel hasil penelitian, telaah pustaka dan tinjauan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pengendalian penyakit bersumber binatang, diterbitkan dua kali dalam setahun (Juni dan Desember). Jurnal ini terbit sejak Juni 2005 SK No. KH.00.04.196 Tanggal 19 April 2005. Jurnal ini telah Terakreditasi Peringkat 2 Kemenristek Dikti Nomor 30/E/KPT/2018
BALABAJURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
BANJARNEGARA
VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019
ISSN 1858-0882E-ISSN 2338-9982
JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT
BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA
VOLUME 15 NOMOR 1 JUNI 2019
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua
Barat
Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana, Evi Iriani Natalia………......................................... 1-12
Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti
Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi……...............………..... 13-22
Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi Papua
Barat
Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur Hidayati, Muhidin, Ristiyanto............................................ 23-32
Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber montanum Rhizome Extract against Aedes aegypti
Larvae
Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars Wijayanti, Kuswanto............................................. 33-40
Survei Entomologis dan Status Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida
Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta
Novyan Lusiyana............................................................................................................................ 41-48
Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika Penularan Penyakit DBD di Kota
Mataram
Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos, Sylvie
Maguin.................................................................................................................................
49-60
Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor Filariasis dan
Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay.................................................................................. 61-68
Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji Semi Lapang untuk Pengendalian
Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana, Bagoes
Widjanarko, Ali Rahayu..................................................................................................................
Knowledge Level of Community Participant on Dengue Fever Symptoms and Early Treatment
in Bandung City
69-74
Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani…....................................................................... 75-82
Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies pada Santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan
Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah
Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti Rahmah Umniyati ................................................ 83-90
PENGANTAR REDAKSI
BALABA Volume 15 Nomor 1, Juni 2019 memuat 10 artikel. Edisi ini mengulas beberapa
topik yaitu kejadian taeniasis dan sistiserkosis, potensi repelen dan larvasida untuk Aedes aegypti dari
ekstrak tanaman, Leptospira pada tikus, kerentanan vektor terhadap insektisida, dampak potensial
perubahan iklim terhadap DBD, siklus hidup nyamuk di laboratorium, pengetahuan masyarakat
tentang demam dengue, teknik serangga mandul Aedes albopictus, dan faktor risiko skabies di pondok
pesantren. Artikel pertama yang berjudul “Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua Barat” membahas faktor determinan taeniasis dan sistiserkosis.
Artikel kedua dengan judul “Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai
Repelen Nyamuk Aedes aegypti” melaporkan potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai repelen
nyamuk Ae. aegypti. Artikel ketiga berjudul “Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira Patogenik dan
Jenis Habitatnya di Provinsi Papua Barat” membahas tentang pola pengelompokkan dari tikus positif
Leptospira dan melihat jenis habitat dari tikus yang positif Leptospira.
Artikel keempat berjudul “Aktivitas Larvasida Ekstrak Rimpang Bangle (Zingiber montanum)
terhadap Larva Aedes aegypti” melaporkan tentang daya bunuh larvasida ekstrak rimpang bangle
terhadap larva Ae. aegypti. Artikel kelima dengan judul “Survei Entomologis dan Status Kerentanan
Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida Organofosfat di Desa Banguntapan Yogyakarta” membahas
tempat perkembangbiakan Ae. aegypti dan status kerentanan vektor tersebut terhadap insektisida
organofosfat.
Artikel keenam dengan judul “Dampak Potensial Perubahan Iklim Terhadap Dinamika
Penularan Penyakit DBD di Kota Mataram” menganalisis tentang dampak dari perubahan suhu,
kelembaban, curah hujan dan kecepatan angin terhadap dinamika penularan DBD di Kota Mataram.
Artikel ketujuh dengan judul “Studi Laboratorium Siklus Hidup Anopheles vagus Pradewasa sebagai
Vektor Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur” mengulas siklus kehidupan
pradewasa An. Vagus di laboratorium.
Artikel kedelapan yang berjudul “Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes albopictus: Uji
Semi Lapang untuk Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD).” mengulas kemampuan
daya saing kawin jantan mandul Ae. albopictus dengan uji semi lapang. Artikel kesembilan berjudul
“Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Gejala Demam Dengue dan Pengobatan Dini di Kota
Bandung” mengukur pengetahuan masyarakat Kota Bandung mengenai gejala demam dengue dan
menentukan prediktor utama dalam mendapatkan skor pengetahuan dengue yang tinggi. Artikel
terakhir yang menutup edisi ini berjudul “Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies pada Santri di
Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah”
mengidentifikasi faktor risiko penularan skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan.
Semoga tulisan-tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir
kata, redaksi Jurnal BALABA mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim, penulis, reviewer dan
mitra bestari, serta seluruh pihak yang mendukung dan membantu penerbitan BALABA Volume 15
No. 1 Juni 2019.
Salam,
Redaksi
LEMBAR ABSTRAK Lembar abstrak ini boleh diperbanyak/dicopy tanpa izin
Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana,
Evi Iriani Natalia
(Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Papua)
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Taeniasis dan Sistiserkosis
di Papua Barat
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 1-12
Taeniasis dan sistiserkosis adalah penyakit
zoonosis hewan babi dan merupakan
permasalahan kesehatan di Papua Barat. Tahun
2003-2004 prevalensi taeniasis sebesar 4,1%
dan sistiserkosis 2,3%. Tujuan penelitian
mengetahui prevalensi dan faktor-faktor
determinan penularan penyakit tersebut.
Penelitian disain potong lintang dilaksanakan
bulan Maret-Desember 2016 dengan jumlah
responden 1.489 orang. Pengumpulan data
melalui pengambilan darah ujung jari dan
wawancara untuk faktor determinan penularan
taeniasis dan sistiserkosis. Pemeriksaan sampel
darah menggunakan immunoassay magnetic
microparticle. Hasil penelitian proporsi
taeniasis sebesar 3,0 % (n=1.489) dan faktor-
faktor determinan taeniasis yaitu pendidikan
[RR=1,3; CI 95% (0,695-2,418); p=0,047],
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
[RR=12,3; CI 95% (5,857-25,853); p=0,0001],
kebiasaan mencuci tangan setelah BAB
(p=0,0001), konsumsi sayur lalapan
(p=0,0001), sayuran dicuci di sungai [RR=0,3;
CI 95% (0,153-0,674); p=0,002] dan konsumsi
daging panggang [RR=0,3; CI 95% (0,166-
0,570) ; p=0,0001]. Proporsi sistiserkosis 3,2
% (n = 1.489) dan faktor-faktor determinan
sistiserkosis yaitu pendidikan [RR = 0,3; CI
95% (0,162-0,819); p=0,011], kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan [RR=2,4; CI
95% (1,344-4,351); p=0,002], kebiasaan
mencuci tangan setelah BAB [RR=3,2; CI 95%
(1,787-5,809); p=0,0001], kebersihan kuku
[RR=2,8 CI 95% (1,415-5,546); p=0,002],
konsumsi sayur lalapan [RR= 0,3; CI 95%
(0,179-0,577) ; p=0,0001], sayuran dicuci di
sungai [RR=0,4; CI 95% (0,222-0,837);
p=0,012]. Faktor-faktor determinan taeniasis
dan sistiserkosis yaitu tingkat pendidikan,
mencuci tangan, kebersihan kuku, konsumsi
lalapan, mencuci sayuran di sungai dan
konsumsi daging panggang, diperlukan
edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, dan
konsumsi daging yang matang.
Kata kunci: taeniasis, sistiserkosis, Papua
Barat
---------------------------------------------------------
Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil
Ustiawan, Dian Indra Dewi
(Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Banjarnegara)
Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang
(Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk
Aedes aegypti
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 13-22
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Kasus DBD di Indonesia tahun
2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian
sebanyak 493 orang. Angka kesakitan DBD
tahun 2017 adalah 26,10 per 100.000
penduduk. DBD disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti.
Beberapa jenis tanaman baik batang, daun
maupun bunganya dapat digunakan sebagai
bahan alami pengusir nyamuk Ae. aegypti.
Bunga lawang (Illicium verum) mempunyai
kandungan senyawa kimia yang dapat
digunakan sebagai penolak nyamuk. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui potensi
minyak atsiri bunga lawang sebagai repelen
nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan penelitian post test only with control
group design. Pengujian daya tolak minyak
atsiri bunga lawang dengan konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% dan 50% diujikan terhadap
nyamuk Ae. aegypti betina dengan umur 3-5
hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase
daya tolak minyak atsiri bunga lawang
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
selama 6 jam pengamatan adalah 58,1%;
63,51%; 59,95%; 49,45%; dan 65,32%.
Minyak atsiri bunga lawang pada konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40% dan 50% mampu
memberikan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk Ae. aegypti selama 1 sampai 2 jam.
Kata kunci: repelen, bunga lawang (Illicium
verum), Aedes aegypti, minyak atsiri, Demam
Berdarah Dengue
---------------------------------------------------------
Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur
Hidayati, Muhidin, Ristiyanto
(Balai Besar Penelitian Pengembangan Vektor
dan Reservoir Penyakit Salatiga)
Analisis Spasial Tikus Positif Leptospira
Patogenik dan Jenis Habitatnya di Provinsi
Papua Barat
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 23-32
Leptospirosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Leptospira patogenik
dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Provinsi Papua Barat hingga kini belum pernah
dilaporkan adanya kejadian kasus
leptospirosis. Penelitian ini bertujuan menguji
apakah ada pola pengelompokkan dari tikus
positif Leptospira serta melihat jenis habitat
dari tikus yang positif Leptospira. Penelitian
ini merupakan penelitian observasional
deskriptif dengan menggunakan pendekatan
potong lintang. Lokasi penelitian di Kabupaten
Manokwari, Kabupaten Fakfak, dan Kabupaten
Raja Ampat di Provinsi Papua Barat.
Penangkapan tikus dilakukan di lokasi
meliputi: ekosistem hutan jauh pemukiman,
hutan dekat pemukiman, nonhutan jauh
pemukiman, nonhutan dekat pemukiman,
pantai jauh pemukiman, dan pantai dekat
pemukiman. Leptospira pada tikus dideteksi
dengan pemeriksaan Polimerase Chain
Reaction (PCR) dan Microscopic Aglutination
Test (MAT). Hasil penelitian menunjukkan
jumlah tikus tertangkap sebanyak 278 ekor.
Jumlah tikus yang positif Leptospira di tiga
kabupaten secara PCR sebanyak 34 ekor
(12,2%) dan MAT sebanyak 13 ekor (4,7%).
Jenis habitat positif Leptospira adalah
pemukiman, pekarangan, dan hutan sekunder.
Hasil SaTScan diperoleh 6 klaster tikus positif
Leptospira. Secara statistik tidak menunjukkan
hasil signifikan yang berarti penyebaran
Leptospira tidak dalam klaster tersebut.
Adanya tikus positif Leptospira perlu
diwaspadai adanya penularan leptospirosis di
lokasi penelitian.
Kata kunci: leptospirosis, Leptospira, habitat,
analisis spasial
---------------------------------------------------------
Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars
Wijayanti, Kuswanto
(Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal
Soedirman)
Aktivitas Larvasida Ekstrak Rimpang
Bangle (Zingiber montanum) terhadap
Larva Aedes aegypti
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 33-40
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor
utama pembawa virus Dengue penyebab
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pengendalian kimiawi terhadap nyamuk Ae.
aegypti menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan manusia, serta membutuhkan
biaya yang cukup tinggi. Upaya untuk
mengurangi dampak negatif tersebut dapat
digunakan insektisida nabati sebagai larvasida
alternatif, salah satunya adalah ekstrak
rimpang bangle (Zingiber montanum). Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui daya
bunuh larvasida ekstrak rimpang bangle
terhadap larva Ae. aegypti. Jenis penelitian ini
merupakan quasi experimental dengan
menggunakan rancangan penelitian post test
only control group design. Konsentrasi ekstrak
rimpang bangle yang digunakan sebesar 0%;
0,125%; 0,25%; 0,5%; 0,75% dan 1%. Sampel
berupa larva Ae. aegypti instar III berjumlah
600 larva. Analisis data secara univariat dan
bivariat (uji probit dan uji kruskal wallis).
Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh konsentrasi ekstrak rimpang bangle
terhadap kematian larva Ae. aegypti p = 0,002
(p<0,05). Ekstrak rimpang bangle mampu
membunuh larva Ae. aegypti dengan LC50
sebesar 0,148% dan LC90 sebesar 0,338%, dan
konsentrasi paling efektif pada 1%. Ekstrak
rimpang bangle memiliki daya bunuh terhadap
larva Ae. aegypti, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif pengganti larvasida kimia
yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat.
Kata kunci: dengue, Aedes aegypti, Zingiber,
biolarvasida
---------------------------------------------------------
Novyan Lusiyana
(Departemen Parasitologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia)
Survei Entomologis dan Status Kerentanan
Larva Aedes aegypti terhadap Insektisida
Organofosfat di Desa Banguntapan
Yogyakarta
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 41-48
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor dari
banyak arbovirus. Informasi mengenai tempat
perkembangbiakan vektor adalah penting
untuk mencegah berbagai penyakit dan untuk
merencanakan program intervensi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tempat
perkembangbiakan Ae. aegypti, jenis
kontainer, survei entomologis dan status
kerentanan terhadap insektisida Organofosfat
di Desa Banguntapan. Desain penelitian ini
adalah cross sectional yang dilaksanakan di
Desa Banguntapan mulai Bulan November
2016 sampai Januari 2017 pada 400 rumah.
Semua jenis kontainer baik di dalam maupun
luar rumah yang berisi air dan dapat dijadikan
tempat perkembangbiakan nyamuk dilakukan
pemeriksaan dengan metode single larvae. Uji
kerentanan menggunakan metode hayati dan
biokemis terhadap larva F1. Indikator risiko
dari status entomologis dianalisis
menggunakan angka bebas jentik: house index,
container index dan Breteau index. Sebanyak
696 kontainer yang diinspeksi terdapat 149
kontainer positif Ae. aegypti, dengan ABJ
73%, HI 27%, BI 33% dan CI 18,14% dan PI
17,5%. Tempat perkembangbiakan yang paling
banyak ditemukan larva adalah bak mandi,
ember, pot tanaman dan tempat minum burung.
Status kerentanan larva Ae. aegypti terhadap
temefos adalah rentan, sedangkan secara
biokemis insektisida organofosfat bersifat
resisten sedang. Desa Banguntapan masuk
dalam kategori potensial untuk transmisi virus
dengue dari vektor ke manusia dan tempat
perkembangbiakan Aedes aegypti yang paling
potensial adalah bak mandi.
Kata kunci: status entomologis, kerentanan,
temefos, Aedes aegypti
---------------------------------------------------------
Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul
Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos,
Sylvie
Maguin
(Epidemiologi, FIKES, Universitas Respati
Yogyakarta)
Dampak Potensial Perubahan Iklim
Terhadap Dinamika Penularan Penyakit
DBD di Kota Mataram
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 49-60
Kota Mataram merupakan daerah endemis
DBD karena selalu ditemukan kasus dalam 3
tahun berturut-turut dengan jumlah kasus yang
berfluktuasi dan cenderung meningkat.
Penyakit DBD berkaitan dengan faktor iklim
karena kehidupan vektor, patogen, perilaku
dan fisiologi tubuh manusia dipengaruhi oleh
iklim. Dampak dari perubahan iklim terhadap
dinamika penularan DBD di Kota Mataram
sangat penting untuk diteliti karena dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
pola terjadinya kasus DBD yang berhubungan
dengan suhu, kelembaban, curah hujan dan
kecepatan angin. Penelitian ini menggunakan
desain kohor retrospektif dari data sekunder
iklim BMKG Kota Mataram dan kasus DBD di
Dinas Kesehatan Kota Mataram pada 5 tahun
terakhir (2013-2017). Data dianalisis
berdasarkan pola bulanan dan tahunan dengan
asumsi distribusi data normal untuk dilakukan
uji korelasi dan regresi dengan α=0,05. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa unsur iklim
seperti: kelembaban, curah hujan, dan suhu
berpengaruh cukup kuat terhadap kejadian
DBD, namun kecepatan angin tidak
berhubungan dengan kejadian DBD di Kota
Mataram. Model persamaan regresi linier yang
ditemukan adalah kasus DBD =
-39,403+5,809*kelembaban (R2 = 18,9%)
dengan asumsi semua regresi linier terpenuhi.
Model ini dapat digunakan untuk membantu
upaya mitigasi penularan DBD melalui
penentuan waktu pelaksanaan pencegahan dan
penyediaan sarana prasarana untuk pengobatan
penyakit DBD.
Kata kunci: DBD, perubahan iklim,
kelembaban, Kota Mataram
---------------------------------------------------------
Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay
(Loka Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Waikabubak)
Studi Laboratorium Siklus Hidup
Anopheles vagus Pradewasa sebagai Vektor
Filariasis dan Malaria di Provinsi Nusa
Tenggara Timur
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 61-68
Anopheles vagus merupakan vektor penting
dalam penularan malaria dan filariasis di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tingginya
kepadatan nyamuk selain oleh pengaruh
lingkungan juga adanya dinamika populasi.
Kelimpahan populasi nyamuk berfluktuasi
mengikuti laju kelahiran dan kematian dalam
siklus hidupnya. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi siklus kehidupan pradewasa
An. vagus. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan desain cross sectional.
Sampel penelitian adalah An. vagus dari
Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten
Kupang. Nyamuk ditangkap pada pukul 18.00-
24.00 di sekitar kandang ternak (sapi dan
kerbau) yang telah menghisap darah. Nyamuk
dibawa ke Laboratorium Loka Litbangkes
Waikabubak untuk diidentifikasi dan
dikolonisasi. Data dikumpulkan melalui
pengamatan perkembangan kehidupan nyamuk
setiap jam menggunakan formulir pengamatan
dan dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa An. vagus
mampu menghasilkan telur 42-184 butir sekali
bertelur dengan angka penetasan 79%. Hasil
pengamatan rentang waktu siklus hidup di
laboratorium, telur 1-4 hari, larva 9-19 hari,
dan pupa 1-8 hari. Anopheles vagus
membutuhkan waktu rata-rata 57,2 menit
untuk kawin dan rata-rata 13 jam untuk
menghisap darah setelah proses perkawinan.
Presentase kematian tertinggi pada tahap larva
instar IV yaitu 28,05%. Perkembangan siklus
hidup An. vagus pradewasa membutuhkan
waktu 11-31 hari pada suhu 21,1°C dan
kelembaban 74,3%. Larva instar IV paling
banyak mengalami kematian.
Kata kunci: siklus hidup, Anopheles vagus,
vektor
--------------------------------------------------------
Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal
Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana,
Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Diponegoro)
Daya Saing Kawin Jantan Mandul Aedes
albopictus: Uji Semi Lapang untuk
Pengendalian Vektor Demam Berdarah
Dengue (DBD)
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 69-74
Aedes albopictus merupakan vektor kedua
penular Demam Berdarah Dengue. Diperlukan
metode pengendalian vektor yang tepat seperti
Teknik Serangga Mandul (TSM). Penelitian
sebelumnya mengkaji dosis radiasi dalam
menghasilkan jantan mandul Ae. albopictus,
yaitu dosis 60 Gy. Sebelum diaplikasi di
lapangan diperlukan tahap uji coba semi
lapang. Penelitian ini bertujuan mengetahui
kemampuan daya saing kawin jantan mandul
Ae. albopictus dengan uji semi lapang.
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semi lapang dengan menggunakan
subyek jantan yang diradiasi sehingga bersifat
steril atau mandul. Subyek dikawinkan dengan
betina fertil, dalam 3 kelompok, masing
masing kelompok kontrol (10 jantan normal
dan 10 betina normal), kelompok uji (10 jantan
steril dan 10 betina normal) dan kelompok
kombinasi (10 jantan normal, 30 jantan steril
dan 10 betina normal). Perlakuan diulang
sebanyak 3 kali. Nyamuk uji ditempatkan
dalam tenda khusus serangga (bugdoom)
dengan memberikan kondisi yang disukai
nyamuk Ae. albopictus. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa persentase sterilitas
telur pada ketiga kombinasi perkawinan
berbeda antar kelompok (p<0,0001).
Kelompok serangga uji menghasilkan telur
yang steril tertinggi sebesar 100% dibanding
kelompok lainnya. Nilai Daya Saing Kawin (C
indeks) Nyamuk Jantan Mandul Ae. albopictus
sebesar 0,34. Hal ini menunjukkan
pengaplikasi TSM membutuhkan populasi 3
kali lipat jantan mandul dari populasi jantan
normal di lapangan.
Kata kunci: daya saing kawin, teknik
serangga mandul, Aedes albopictus, demam
berdarah dengue
---------------------------------------------------------
Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani
(Divisi Parasitologi, Departemen Ilmu
Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran)
Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Terhadap Gejala Demam Dengue dan
Pengobatan Dini di Kota Bandung
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 75-82
Di negara tropis, gejala demam dengue sangat
mirip dengan gejala infeksi tropis umum
lainnya. Tidak ada terapi khusus untuk infeksi
dengue, kunci keberhasilan manajemen infeksi
dengue ialah perawatan suportif yang tepat
waktu dan bijaksana. Pengetahuan masyarakat
mengenai demam dengue dan penanganan
pertama demam di rumah, terutama untuk
anak-anak, sangat penting guna mengurangi
beban infeksi demam dengue. Studi tentang
pengetahuan masyarakat mengenai demam
dengue masih sangat terbatas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur pengetahuan
masyarakat Kota Bandung mengenai gejala
demam dengue dan menentukan prediktor
utama dalam mendapatkan skor pengetahuan
dengue yang tinggi di kota Bandung.
Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara pada responden dari tiap-tiap
rumah tangga. Analisis multivariat dengan
regresi logistik digunakan untuk menentukan
odds-ratio faktor-faktor demografis yang
mencapai indeks tinggi. Sebagian besar
responden (lebih dari 70%) memiliki tingkat
pengetahuan menengah sampai tinggi
mengenai gejala demam dengue dan
pertolongan pertama. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat korelasi antara tingkat
pengetahuan dengan skor tinggi wanita, tingkat
pendidikan sarjana, dan pengusaha.
Kata kunci: komunitas, demam dengue,
pengetahuan, tata laksana
---------------------------------------------------------
Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti
Rahmah Umniyati
(Fakultas Kesehatan, Universitas Jenderal
Achmad Yani)
Faktor Risiko Penularan Penyakit Skabies
pada Santri di Pondok Pesantren An
Nawawi Berjan Kecamatan Gebang
Kabupaten Purworejo Jawa Tengah
BALABA
Vol. 15 No. 1, Juni 2019, Hal. 83-90
Jumlah penghuni yang padat dan kebersihan
lingkungan yang kurang terjaga di Pondok
Pesantren An Nawawi Purworejo berpengaruh
terhadap kesehatan para santri. Skabies
merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi pada pondok pesantren. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi faktor risiko
penularan skabies pada santri di Pondok
Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan
Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Jenis penelitian observasional analitik dengan
rancangan kasus kontrol. Variabel yang diteliti
meliputi kebersihan lingkungan, kepadatan
hunian, perilaku kebersihan diri, ada kontak
dengan penderita, pengetahuan, jenis kelamin,
umur dan ada tidaknya tungau debu rumah
(TDR). Jumlah sampel penelitian sebanyak
104 orang. Data diperoleh dari observasi
kebersihan lingkungan, kuesioner, diagnosis
dokter, pengambilan sampel swab kulit dan
pengambilan sampel debu rumah. Data
dianalisis dengan uji Chi-Square (α = 0,05).
Hasil diagnosis dokter menunjukkan sebanyak
115 santri dari 116 santri yang diperiksa
terkena skabies, 34 orang diantaranya positif
Sarcoptes scabiei. Faktor kebersihan
lingkungan (p=0,000; OR= 9,490), kontak
dengan penderita (p=0,040; OR=2,912), jenis
kelamin (p=0,000; OR=5,083), dan umur santri
berhubungan dengan penularan skabies
(p=0,000). Tungau debu rumah
Dermatophagoides sp. ditemukan di Pondok
Pesantren An Nawawi. Kebersihan lingkungan
adalah faktor paling dominan yang
berpengaruh terhadap penularan penyakit
skabies di Pondok Pesantren An Nawawi.
Kata kunci: faktor risiko, skabies, santri,
pondok pesantren
-------------------------------------------------------
ABSTRACT SHEET This abstract sheet may reproduced/copied without permission
Semuel Sandy, Iman HS Sasto, Eva Fitriana,
Evi Iriani Natalia
(Health Research and Development Unit of
Papua)
Risk Factors Associated with Taeniasis and
Cysticercosis in West Papua
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 1-12
Taeniasis and cysticercosis are zoonotic
diseases pigs and still become a health
problem in West Papua. In 2003-2004, the
prevalence of taeniasis was 4.1% and
cysticercosis 2.3%. The aim of the study was to
determine the prevalence and determinants of
transmission of the disease. A cross-sectional
design was carried out in March-December
2016, with 1,489 of respondents. Data was
collected through fingertip blood collection
and interviews for determinant factors of
taeniasis transmission and cysticercosis.
Examination of blood samples was carried out
using magnetic microparticle immunoassay.
The results of the study on taeniasis proportion
were 3.0% (n=1.489) and taeniasis
determinant factors were education [RR=1.3;
CI 95% (0.695-2.418); p=0.047], hand
washing habits before eating [RR=12.3; CI
95% (5.857-25.853); p=0.0001], habit of
washing hands after defecate (p=0.0001),
consuming vegetables (p=0.0001), vegetables
being washed in the river [RR=0.3; CI 95%
(0.153-0.674); p=0.002] and consumption of
roast meat [RR=0.3; CI 95% (0.166-0.570);
p=0.0001]. The proportion of cysticercosis is
3.2% (n=1,489). and cysticercosis determinant
factors are education [RR=0.3; CI 95%
(0.162-0.819); p=0.011], hand washing habits
before eating [RR=2.4; CI 95% (1.344-4.351);
p=0.002], the habit of washing hands after
defecate [RR=3.2; 95% CI (1.787-5.809);
p=0.0001], nail hygiene [RR=2.8 CI 95%
(1.415-5.546); p=0.002], consumption of
vegetables [RR=0.3; CI 95% (0.179-0.577);
p=0,0001], vegetables are washed in the river
[RR=0.4; CI 95% (0.222-0.837); p=0.012].
Determinant factors of Taeniasis and
cysticercosis were education level, hand
washing, nail hygiene, consumption of
vegetables, washing vegetables in the river and
consumption of roasted meat. It is crucial to
provide education to community about
clean,healthy behavior, and consumption of
cooked meat.
Keywords: taeniasis, cysticercosis, West
Papua
---------------------------------------------------------
Eva Lestari, Bondan Fajar Wahyudi, Adil
Ustiawan, Dian Indra Dewi
(Health Research and Development Unit of
Banjarnegara)
Potency of Star Anise (Illicium verum)
Essential Oil as Aedes aegypti Mosquito
Repellent
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 13-22
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a
become public health problem in the world. In
2017, there were 68,407 cases with 493 deaths
DHF cases in Indonesia . The incidence rate of
DHF in 2017 was 26,10/100,000 population.
DHF was caused by dengue virus which was
transmitted through the bites of Aedes aegypti.
Several types of plants such as stems, leaves,
and flowers can be used as natural ingredients
for repelling Ae. aegypti, Star anise (Illicium
verum) has a chemical compound that can be
used as a mosquito repellent. The purpose of
this study was to know the potential of star
anise essential oil as repellents of Ae. aegypti.
This study was an experimental study with post
test only with control group design. The
experiment to test the repellency of star anise
essential oil was carried out using
concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and
50% on 3-5 days old female Ae. aegypti. The
result of this study showed that repellency
index of star anise essential oil at
concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50%
during 6 hours were 58.1%; 63.51%; 59.95%;
49.45% and 65.32%. Star anise essential oil at
concentration 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%
can provide protection against the bites of Ae.
aegypti for 1 until 2 hours.
Keywords: repellent, star anise (Illicium
verum), Aedes aegypti, essential oil, Dengue
Hemorrhagic Fever
---------------------------------------------------------
Arief Nugroho, Ika Martiningsih, Nur
Hidayati, Muhidin, Ristiyanto
(Center for Research and Development of
Disease Vectors and Reservoir Salatiga)
Spatial Analysis of Positive Pathogenic
Leptospira Rats and their Habitat Types in
West Papua Province
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 23-32
Indonesia was reported as endemic area of
Leptospirosis is a disease caused by
pathogenic Leptospira and is still a health
problem in the community. Until now, West
Papua Province has not reported any cases of
leptospirosis. This study aims to examine
whether there is a grouping pattern of
Leptospira harboring rats and identify the
habitat types of positive rat Leptospira. This
research was descriptive observational
research using a cross-sectional approach.
Research locations are in Manokwari, Fakfak,
and Raja Ampat districts in West Papua
Province. The catching of rats was carried out
in locations of forest ecosystem settlements,
near forest settlements, non-forested far from
settlements, non-forests near settlements,
coastal remote settlements, and beaches near
settlements. Leptospira in rats was detected by
examination of Polymerase Chain Reaction
(PCR) and Microscopic Agglutination Test
(MAT). The results showed 278 rats were
caught. The number of Leptospira positive rats
in three districts by PCR was 34 (12.2%) and
MAT were 13 (4.7%). Leptospira positive
habitat types were settlements, yards, and
secondary forests. The SaTScan results were
obtained by six positive Leptospira rat clusters.
There were no significant results which
showed that no spread of Leptospira in the
clusters. The presence of Leptospira in rats
should be a warning for leptospirosis
transmission risk at the study site.
Keywords: leptospirosis, Leptospira, habitat,
spatial analysis ---------------------------------------------------------
Dwi Sulistia Ningrum, Siwi Pramatama Mars
Wijayanti, Kuswanto
(Department of Public Health, Faculty of
Health Sciences, Jenderal Soedirman
University)
Mosquito Larvacidal Activity of Zingiber
montanum Rhizome Extract against Aedes
aegypti Larvae
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 33-40
Aedes aegypti is the main vector which
transmits Dengue virus as causing agent of
Dengue Haemmorhagic Fever (DHF).
Chemical control of Ae. aegypti have an
impact on the environment and humans, also
burden a high cost. One of the efforts to reduce
the negative impact of synthetic insecticide,
which is to find out alternative natural
insecticide from plant-based insecticides. The
purpose of this research is to determine the
killing power of the rhizome bangle extract to
Ae. aegypti larvae. This research was a quasi-
experimental design with post test only control
group design. The concentration of extract
rhizome bangle used were 0%; 0.125%;
0.25%; 0.5%; 0.75% and 1%. The mosquito
sample used in this study were instar III of Ae.
aegypti larvae as many as 600 larvae. Data
analysis used univariate and bivariate (probit
and Kruskal Wallis test). The results showed
that there was an effect of the concentration of
extract rhizome bangle against the mortality of
Ae. aegypti larvae with p=0,002 (p<0,05).
Extract rhizome bangle effectively killed Ae.
aegypti larvae with LC50 and LC90 were 0.148
% and 0.338 %, with the most effective
concentration is 1%. Based on this research,
extract rhizome bangle has a larvicidal effect
on Ae. aegypti, so it can be used as an
alternative method to minimize the usage of
chemical larvicides that easily applied by the
community.
Keywords: Dengue, Aedes aegypti, Zingiber,
biolarvacide
---------------------------------------------------------
Novyan Lusiyana
(Department of Parasitology, Faculty of
Medicine, Islamic University of Indonesia)
Entomological Survey and Susceptibility
Status of Aedes aegypti Larvae to
Organophospate Insecticide in Banguntapan
Village Yogyakarta
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 41-48
Aedes aegypti is a vector of many arboviruses.
Information of the breeding site of this vector
is important for preventing many diseases and
for design intervention programs. This study
was to determine the breeding place of Ae.
aegypti, type of water-holding container,
entomological survey and susceptibility status
for organophosphate insecticide in
Banguntapan village. Design of this research
was cross-sectional study that located in
Banguntapan village from November 2016
until January 2017 on 400 houses. All water
holding container that present in and around
houses were inspected for the presence of Ae.
aegypti with single larvae method.
Susceptibility test using bioassay and
biochemist test was applied on F1 generation
larvae. Risk indicator of the entomological
survey was the free larvae index (FLI), house
index, container index and breteau index. A
total 696 container were inspected, of which
149 containers were positive Ae. aegypti, with
FLI 73%, HI 27%, BI of 33%, CI 18.14% and
PI of 17.5%. The most common breeding
habitats for larvae were bathtub, bucket,
plant’s pot, birds drinking pot. Susceptibility
status to temephos was susceptible, whiles for
organophosphate insecticide was medium
resistance. Banguntapan village was a high
potential for arbovirus transmission and
bathtub is the most potential breeding place
for Ae. aegypti mosquitoes.
Keywords: entomological status, susceptibility,
temephos, Aedes aegypti
---------------------------------------------------------
Nur Alvira Pascawati, Tri Baskoro Tunggul
Satoto, Tri Wibawa, Roger Frutos,
Sylvie
Maguin
(Epidemiology, Faculty of Health Sciences,
Respati University of Yogyakarta)
Potential Impact of Climate Change on DHF
Dynamics Transmission in Mataram City
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 49-60
Mataram City is an endemic area of DHF
because cases are always found in 3
consecutive years with the number of cases
that fluctuated and tended to increase. DHF is
related to climate factors because of vector
life, pathogen, behavior and the physiology of
the human body is influenced by climate. The
impact of climate change on the dynamics of
dengue transmission in the city of Mataram is
very important to study because it can be used
as a basis for knowing the pattern of the
occurrence of dengue cases related to
temperature, humidity, rainfall and wind
speed. This study used a retrospective cohort
design from BMKG secondary climate data
and dengue cases at the Mataram City Health
Office in the last 5 years (2013-2017). Data
were analyzed based on monthly and annual
patterns assuming normal data distribution to
be carried out correlation and regression tests
with α = 0.05. The results showed that climatic
elements such as: humidity, rainfall, and
temperature had a strong enough influence on
the incidence of DHF, but the wind speed was
not related to the incidence of DHF in the city
of Mataram. The linear regression equation
model found was DBD Case = -439.403 +
5.809 * humidity (R2 = 18.9%) assuming all
linear regression was fulfilled.This model can
be used to assist in efforts to mitigate dengue
transmission through the determination of the
timing of implementation of prevention and the
provision of infrastructure facilities for the
DHF treatment.
Keywords: DHF, climate change, humidity,
Mataram City
---------------------------------------------------------
Varry Lobo, Hanani Melangwala Laumalay
(Health Research and Development Unit of
Waikabubak)
A laboratory Study of the Pre-Adult
Filaria and Malaria Vector, Anopheles
vagus in East Nusa Tenggara Province
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 61-68
Anopheles vagus is one of the vectors that
plays an essential role in malaria infection in
East Nusa Tenggara, Indonesia. This vector’s
density is related to population dynamics and
the environment. The high population density
is fluctuated according to the birth and death
rate of the mosquitos on their life cycle. This is
an observational study that employed a cross-
sectional design aimed to identify the life cycle
of pre-adult An. vagus mosquitoes. The sample
was collected from Manggarai Barat and
Kupang regions. Sample was taken from
around cattle’s cages between 6.00pm-
12.00am and were the ones that have sucked
cattle’s blood. Identification and colonization
were conducted in Loka Litbangkes
Waikabubak Laboratory. Data was collected
through an hourly observation form and then
analyzed descriptively. The results indicated
that an adult An.vagus could produce 42-184
eggs each time it laid eggs with 79% hatching
rate succeed. The life cycle of an An.vagus
under a controlled environment in the
laboratory was as following phases: egg (1-4
days), larvae (9-19 days), pupa (1-8 days).
Anopheles vagus needed an average of 57.2
minutes to mate and 13 hours to suck blood
after the mating process. The highest death
rate (28.05%) occurred in instar IVof larvae
stage. Pre-adult of An. vagus needed 11-31
days in with the environment that conditioned
at 21.1°C and 74.3% humidity for their
development,while the highest death rate
observed at instar IV.
Keywords: life cycle, Anopheles vagus, vector
---------------------------------------------------------
Retno Hestiningsih, Muhammad Iqbal
Kurniawan, Martini Martini, Nissa Kusariana,
Bagoes Widjanarko, Ali Rahayu
(Faculty of Public Health, Diponegoro
University)
Mating Competitiveness on Steril Insect
Technique Aedes albopictus: Semi-Field
Trial for Vector Control Method of Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF)
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 69-74
Aedes albopictus is the secondary vector that
played an important role in the transmission of
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Previous
research has examined the exact radiation
dose in producing Ae. albopictus sterile males,
which is a dose of 60 Gy. Before being applied
in the field, a semi-field trial phase is actually
needed. This study aims to determine the
competitiveness of Ae. albopictus sterile male
mating with a semi-field test. This study is a
field experiment and used males radiated until
becoming a sterile mosquito. Subject mated to
fertile female and divided into 3 groups of
samples, the control group (10 normal males
and 10 normal females), the test group (10
sterile males and 10 normal females) and the
combination group (10 normal males, 30
sterile males, and 10 normal females).
Treatment was performed with 3 replications.
Tested mosquitoes were placed into the special
tent of bugs (bugdoom) with condusive
environmental conditions of Ae. albopictus
mosquitoes. The results of study showed that
there was significant differences (p ≤ 0.0001)
the level of sterility of eggs. The test insect
group produced the highest sterile eggs 100%
compared to the other groups. Value of Mating
Competitiveness (C index) Male Sterile
Mosquito Ae. albopictus of 0.34. This showed
that for TSM applications in actual conditions,
it is required 3 times of the population size of
sterile males from the normal male population
in the field.
Keywords: mating competitiveness, sterile
insect technique, Aedes albopictus, dengue
haemorrhagic fever
---------------------------------------------------------
Lia Faridah, Nisa Fauziah, Savira Ekawardhani
(Division of Parasitology, Department of
Biomedical Science, Faculty of Medicine
Universitas Padjajaran)
Knowledge Level of Community Participant
on Dengue Fever Symptoms and Early
Treatment in Bandung City
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 75-82
In tropical countries, dengue fever is often
confused with other common tropical
infections. There are no specific therapeutic
treatment for dengue infections, and the key of
successful dengue case management are a
timely and judicious supportive care.
Community knowledge about dengue fever and
treatment at home, particularly for children is
crucial to reduce the burden of dengue
infection. Unfortunately, studies on
community's knowledge of dengue fever are
still very limited. The aims of this study are to
measure people's knowledge about dengue
fever and to determine the main predictors of a
high index on dengue knowledge, in Bandung
City. Data collection was carried out by
interviewing respondents from each household.
Multivariate analysis with logistic regression
was used to determine the odds-ratio
demographic factors that reached a high
index. Study participants generally showed
medium-to-high level of knowledge regarding
Dengue fever symptoms and its first aid. This
group accounts for more than 70% of all
respondents. This study also showed that the
likeliness of having high-score of knowledge
was correlated with being a female, having at
least an undergraduate level of education, and
being an entrepreneur.
Keywords: community, dengue fever,
knowledge, treatment ---------------------------------------------------------
Suci Ihtiaringtyas, Budi Mulyaningsih, Sitti
Rahmah Umniyati
(Faculty of Health Science, Jenderal Achmad
Yani University)
Risk Factor of Scabies on Students of An
Nawawi Islamic Boarding School in Berjan
Gebang Subdistrict Purworejo District of
Central Java
BALABA
Vol. 15 No. 1, 2019 June, p. 83-90
The high density of occupancy and poor
environmental hygiene in An Nawawi Islamic
Boarding School, Purworejo could effect on
the health status of students. Scabies is one of
health problem that often occurs in Islamic
boarding schools. The aims of this study was to
determine risk factors of scabies transmission
on students at An Nawawi Boarding School
Berjan Gebang subdistrict, Purworejo District
of Central Java. This study used observational
analytic methods using case-control design.
The measured variables were environmental
hygiene, residential density, personal hygiene,
contact with patient, knowledge, sex, age and
the presence or absence of house dust mites
(TDR). The population in this study were
students at Boarding School An Nawawi with
the sample size is 104 students. Data obtained
from environmental hygiene observational,
questionnaires, physician diagnosis, skin swab
sampling and sampling of house dust. Data
were analyzed with Chi-Square (α=0.05). The
result of this study showed that 115 of 161
students were diagnosed with scabies and S.
scabiei was founded from 34 slide of skin
swab. Environmental hygiene factors
(p=0.000; OR=9.490), contact with patients
(p=0.040; OR=2.912), sex (p=0.000;
OR=5.083), and age of santri related to
scabies transmission (p=0.000). House dust
mites Dermatophagoides sp. found at An
Nawawi Islamic Boarding School.
Environmental cleanliness is the most
dominant factor that influences the
transmission of scabies at An Nawawi Islamic
Boarding School.
Keywords: risk factor, scabies, students,
Islamic boarding school
---------------------------------------------------------