Vol 1 Laporan ARPLS

download Vol 1 Laporan ARPLS

of 106

Transcript of Vol 1 Laporan ARPLS

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

1.

Tinjauan Umum Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS).

1.1

UMUM

Dokumen ini disusun berdasarkan rekomendasi lingkungan dan sosial yang dikembangkan selama Studi Persiapan Proyek Strategic Roads Infrastruture Project (SRIP). Dokumen ini juga berdasarkan pada hasil Perencanaan Pengelolaan Lingkungan (EMP) yang telah diselesaikan pada bulan Mei 2004 dan disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia untuk digunakan pada Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP-2) untuk tujuan keperluan yang sama. Secara umum, dokumen ARPLS (ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 1.1) terdiri atas: Jenis sub proyek yang diusulkan Gambaran umum aspek lingkungan dan sosial di wilayah proyek Penyaringan lingkungan Konsultasi masyarakat Pemukiman kembali dan penanganan masyarakat terkena dampak Pengadaan tanah serta ganti rugi tanah dan bangunan Pemantauan Rencana kerja pelaksanaan Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS) Dalam dokumen ini disertakan pula gambaran umum mengenai : Peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia Rekomendasi dari Bank Dunia mengenai proses, pedoman dan prosedur pelaksanaan. Pendekatan yang digunakan pada Proyek Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dan Strengthening Environmental and Social Impact Management Project (SESIM) berbantuan Bank Dunia; Pendekatan yang digunakan pada Proyek Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP) dan Sumatera Region Road Project (SRRP) berbantuan Bank Dunia. Beberapa isu isu utama telah didefinisikan dan suatu kerangka dasar penanganan kemudian dirumuskan agar dapat mengakomodasi beberapa pendekatan penanganan berbeda yang dapat dilakukan. Rekomendasi penanganan kemudian disusun, yang berupa perbaikan dan penyempurnaan dari pendekatan penanganan sebelumnya agar sesuai dengan kebutuhan proyek dan kemampuan yang ada saat ini.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

1

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Tabel 1.1

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS) awalnya disiapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dan tim konsultan Studi Persiapan SRIP, ARPLS merupakan perpaduan antara peraturan perundangan Pemerintah Indonesia yang berlaku dan pedoman-pedoman dari Bank Dunia. ARPLS menyediakan seperangkat prosedur untuk hal-hal berikut: Penyaringan Lingkungan: Terdiri atas proses penyaringan lingkungan yang telah ditetapkan untuk menjamin bahwa semua sub proyek yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan sosial memiliki mekanisme penanganan lingkungan yang tepat : SOPs (Standard Operating Procedures / Prosedur Operasi Standar) UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ANDAS (Analisis Dampak Sosial, pada program SRIP tidak diperlukan studi ANDAS) LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali) Tracer (Studi Penelusuran Kembali)

Konsultasi Masyarakat: Menetapkan prinsip-prinsip Konsultasi Masyarakat untuk menjamin bahwa semua warga yang terkena dampak proyek memiliki informasi sedini mungkin mengenai proyek jalan di daerahnya. Konsultasi dilakukan terhadap rumah tangga yang terkena dampak langsung, dan dilaksanakan survey yang tepat untuk menentukan potensi dampak. Proses konsultasi harus bersifat transparan kepada semua pihak yang terkena proyek. LSM dan pihak lain yang terkait juga akan dilibatkan dalam proses konsultasi. Pembebasan dan Ganti Rugi Tanah dan Bangunan: Pada prinsipnya, seluruh tanah dan bangunan yang terkena proyek pembangunan jalan (termasuk rumija) yang dimiliki oleh Warga yang Terkena Proyek (WTP), akan diberikan ganti rugi (kompensasi) berdasarkan harga pasar atau harga penggantian atas tanah dan bangunan. WTP dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Warga yang mempunyai sertifikat yang sah, girik, atau hak adat (perorangan atau kelompok); 2. Warga yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah; 3. Warga yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan fasilitas umum seperti: di atas sungai, jalan, taman atau fasilitas umum lainnya di daerah proyek; dan 4. Warga yang berstatus sebagai penyewa Penanganan Pemukiman Kembali: Bagian ini menjamin bahwa semua penduduk yang secara langsung terkena dampak oleh usulan proyek jalan akan diberi kesempatan untuk dimukimkan kembali oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Jika WTP lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang secara fisik terpindahkan harus dilengkapi LARAP lengkap untuk menjamin bahwa semua warga terkena proyek diberikan kompensasi dan perlakuan yang wajar. Bila WTP kurang dari 200 orang atau 40 KK dan jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka disiapkan LARAP sederhana.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

2

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Pemantauan (Monitoring): Suatu sistem pemantauan berkala terhadap seluruh proses dan kegiatan yang tercakup dalam ARPLS, akan disusun berdasarkan hasil konsultasi dengan semua pihak yang berkepentingan. Rencana Tindak Pelaksanaan: Institusi pemerintahan yang memiliki peranan kunci di bidang lingkungan di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota adalah Bapedalda, dan institusi tersebut memiliki tanggungjawab dalam beberapa aktivitas terkait dengan pelaksanaan ARPLS.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

3

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

1.2

Latar Belakang Proyek

Transportasi jalan merupakan moda transportasi dominan di Indonesia, melayani meliputi hampir 90% total pergerakan lalu lintas. Sebagian besar pergerakan tersebut dilayani oleh jaringan jalan nasional strategis. Sebagai akibatnya, sering terjadi penumpukkan kendaraan (bottle neck) pada jaringan jalan perkotaan strategis dan jalan antar kota (interurban), dimana akan berpengaruh serius terhadap pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar dan di sepanjang koridor pengembangan utama.

Oleh karena itu, sasaran utama perencanaan Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) adalah untuk memperkuat sistem jaringan jalan nasional yang strategis di wilayah penting di pulau Jawa dan Sumatera melalui program prioritas investasi jalan. Sasaran kedua adalah untuk meningkatkan mekanisme bantuan terhadap Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota dan Pemerintah Propinsi) dalam merencanakan dan mengelola jalanjalan dibawah kewenangannya secara efisien.

Pemilihan ruas jalan prioritas SRIP dan sub proyek didasarkan pada kriteria yang telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, meliputi: Layak secara ekonomi (sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengembalian/EIRR 15%); Status proyek-proyek, khususnya dalam hal isu pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali; Jadwal mulai untuk persiapan pinjaman dan kebutuhan proyek Kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan ekonomi nasional dan/atau regional; Merupakan bagian dari program investasi rute strategis secara keseluruhan.

Peta-peta lokasi proyek disajikan pada Gambar 1.1 1.22. Ringkasan detil sub-proyek SRIP disajikan dalam Lampiran C.

1.3

Ringkasan Usulan Program SRIP

Sesuai usulan, SRIP akan meliputi program prioritas investasi sub-proyek jalan perkotaan dan jalan antar kota. Sub-proyek jalan dikategorikan sebagai jalan perkotaan dan atau antar kota sesuai dengan standar-standar yang diterapkan di Indonesia, yang berdasarkan pada wilayah administrasi dimana sub-proyek dilaksanakan, dan bukan berdasarkan pada kepadatan penduduk relatif. Pelaksanaan pekerjaan fisik yang saat ini sedang diusulkan dalam SRIP, meliputi: 1) 2) Peningkatan jalan (betterment) sepanjang 199,.65 km, berupa 33,85 km jalan perkotaan dan 165,80 km jalan antar kota. Peningkatan kapasitas jalan (capex) sepanjang kurang lebih 190.,06 km, berupa 63,55 km jalan perkotaan dan 126, 51 km jalan antar kota.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

4

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

3) 4)

Pembangunan jalan baru dalam rumija sepanjang 75,.80 km, berupa 64.,33 km jalan perkotaan dan 11,47 km jalan antar kota. Pembangunan jembatan sepanjang kurang lebih 800 meter pada jalan antar kota

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

5

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Pelaksanaan sub-proyek dalam program kerja tahunan pertama (AWP1) SRIP akan dimulai setelah pinjaman proyek ditandatangani. Sub tahapan AWP akan disiapkan dan diserahkan untuk ditinjau / dikaji dan disetujui oleh Bank, berdasarkan jadwal umum seperti dapat dilihat pada Gambar 1.23.

Gambar 1.23 Jadwal UmumUsulan Proyek Prasarana Jalan Strategis/Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) Jadwal Umum Tahapan Proyek per Program Kerja Tahunan/Annual Work Program (AWP)

2003Konsep Rencana SRIP/ Persiapan Tim Pengadaan dengan PPDA

2004LINGK/ SOSIAL

2005RUMIJA

2006PENGA DAAN

2007

2008AWP 1

2009

AWPLINGK/ SOSIAL RUMIJA PENGA DAAN

LINGK/ SOSIAL RUMIJA PENGA DAAN

AWP 2

AWP 3

Loan Agreement SRIP

Penyerahan Pengaturan AWP and Studi Lingkungan

Studi Dampak Lingkungan dan Sosial dan Konsultasi di Tingkatn Lokal Penyelesaian Studi Detail Menyeluruh dan Pembebasan Pengadaan Lahan Tanah rRumija (jika ada) Pengadaan/Periode Konstruksi dengan Pelaksanaan dan Pemantauan dampak Dampak akan dDikoordinasikan dDengan Pemerintah Daerah

Seleksi dan evaluasi usulan sub-proyek SRIP didukung oleh sejumlah sistem perencanaan dan pengelolaan infrastruktur yang berlaku di Indonesia yang sebagian besar berbantuan Bank Dunia, antara lain: Integrated Urban Infrastructure Development Program (IUIDP), Highway Development and Management Manual IV (HDM 4), Integrated Road Management System (IRMS), Urban Road Management System (URMS), dan Java Arterial Roads Network Study (JARNS).

Usulan pekerjaan fisik dan perencanaan sub-proyek, evaluasi dan proses seleksi akan disusun berkesinambungan dengan proyek-proyek lain yang terkait, antara lain: Strategic Urban Road Infrastructure Project (SURIP; 1995 -2003), berbantuan Bank Dunia Sumatera Region Roads Project (SRRP; 2000 2005), berbantuan Bank Dunia Indonesia Region Transport Project (EIRTP; 2002 2007), berbantuan Bank Dunia56

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

North Java Road Improvement Project (NJRIP; 1996 2003), berbantuan ADB Heavy Loaded Road Improvement Project (HLRIP; 1995 sekarang), berbantuan JBIC

Sebagai tambahan dari pekerjaan fisik, sejumlah kegiatan Bantuan Teknis / Technical Assistance (TA) telah diusulkan dalam SRIP, diantaranya: Strategic and Cumulative Impact Assessment (SaCIA) North Java Corridor Plan Indonesian Highways Design Manual Traffic Policy Development Project Performance Based Contracting: Design and Trial Indonesia Highway Capacity Manual Update Bridge Management System Quality Control

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP)

57

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

2 2.1

Kerangka Kebijakan, Dasar Hukum dan Administrasi Usulan Organisasi SRIP dan Pengaturan Pelaksanaan

Pengaturan institusional pelaksanaan dan pengelolaan SRIP didasarkan pada struktur organisasi yang telah terbukti efektif di dalam proyek-proyek sejenis yang berbantuan Bank Dunia. Organisasi proyek secara menyeluruh disajikan pada Gambar 2.1 SRIP menangani jalan dan jembatan nasional yang berada dalam kewenangan administrasi pemerintah, oleh sebab itu Executing Agency dan Lead Implementing Agency proyek berada di Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan proyek secara keseluruhan. Pelaksanaan fisik proyek jalan dan jembatan kota (urban) dan antar kota (inter-urban), yang secara administratif berada dibawah yurisdiksi pemerintah kota, merupakan tanggung jawab langsung Ditjen Bina Marga . Pengelolaan harian proyek SRIP dilaksanakan oleh suatu Project Management Unit (PMU) yang dibentuk dibawah Ditjen Bina Marga. Tanggung jawab langsung pelaksanaan proyek berada dibawah Ditjen Bina Marga serta Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (Ka SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) di masing-masing propinsi. Peran dan Tanggung Jawab Proyek disajikan pada Tabel 2.1. Pelaksanaan dokumen ARPLS ini, beserta lampirannya, termasuk prosedur dan standar pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan dan sosial, akan dimonitor oleh SubDirektorat Teknik Lingkungan, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga. Tanggung jawab ini akan dilaksanakan melalui konsultasi dan koordinasi bersama Bank Dunia dan lembaga Bapedalda di masing-masing Propinsi serta Kabupaten/Kota.

2.2

Pengelolaan Proyek dan Dukungan Pelaksanaan

Pengelolaan proyek akan dilaksanakan oleh Proyek Management Unit (PMU) yang dibentuk dibawah Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga. PMU diketuai oleh Direktur Bina Program dan akan dibantu oleh staf yang bekerja secara penuh..PMU dibantu oleh Core Team Consultant (CTC) serta Regional Design and Supervision Consultant (RDSC). Kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) untuk Tim Konsultan Pelaksana tersebut dapat dilihat dalam Project Implementation Plan (PIP) lampiran 2 (untuk CTC) dan lampiran 3 (untuk RSDC). PMU dan Tim Konsultan akan bertanggung jawab dalam menyiapkan Program Kerja Tahunan atau Annual Work Plan (AWP), yang memuat pertimbangan-pertimbangan teknis, ekonomi, lingkungan dan sosial untuk setiap sub-proyek yang diusulkan melalui pendanaan SRIP. Setiap sub proyek dalam AWP harus dikaji dan mendapat persetujuan oleh Bank Dunia untuk mendapatkan No Objection Letter (NOL), untuk kemudian dilanjutkan dengan persiapan sub proyek secara detail. Selain penyiapan AWP, PMU bertanggungjawab dalam pemantauan dan pembuatan laporan kemajuan proyek, pengadaan, serta pengelolaan keuangan proyek. PMU juga bertanggung jawab dalam penyiapan laporan serta menyerahkan laporan bulanan dan laporan kemajuan tahunan pelaksanaan proyek secara keseluruhan kepada Bank Dunia dan Steering Committe termasuk kesesuaian pelaksanaan proyek dengan ARPLS dan dengan kebijakan lingkungan dan sosial Bank Dunia serta Loan Agreement.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

58

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Gambar 2.1PANITIA PENGARAH : Bappenas Dir Jen Bina Marga , Departemen Keuangan Polisi Lalu Lintas, POLRI Republik Indonesia Dir Gen Perhubungan Darat

Struktur Organisasi SRIP

BANK DUNIA

BANTUAN TEKNIS LAINNYA : Dir Jen Perhubungan Darat . , POLRI (Direktur Lalu Lintas) Deputi Prasarana, Bappenas

Gubernur

DIR JEN BINA MARGA

Dinas PU Propinsi / Bina Marga Propinsi

DIREKTUR JALAN KOTA & JALAN BEBAS HAMBATAN

DIREKTUR JALAN & JEMBATAN WIL. BARAT

DIREKTUR BINTEK

DIREKTUR BINA PROGRAM

PROJECT MANAGEMENT UNIT (PMU ) *) KA SATKER SEMENTARA JALAN KOTA KA SATKER SEMENTARA JALAN PANTURA KA SATKER SEMENTARA JALAN & JEMBATAN

*) PMU

Pejabat Pelaksana

KA SATKER

KA SATKER PERENCANA

PERENCANAAN & PENGAWASAN JALAN & JEMBATAN (P2JJ)

Ass 1

Ass 2

Ass 3

Ass 4

SUB PROJECT KASUBPROJECT SUB SATKER MANAGERS OF SEMENTARA MANAGERS WORKS TIAP SUB PROJECT

CTC TEAM LEADER

Catatan : :Proyek-proyek SRIP pada 4 kota metropolitan akan merupakan tanggung jawab langsung Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota antara lain Palembang, DKI Jaya, Bandung and Semarang .DSC TEAM LEADER

STAF PROPESIONAL LAINNYA

Keterangan : : Garis Komando Garis Koordinator Bantuan / Pembinaan Garis KontrakTIM PENGAWAS LAPANGAN TIM DESAIN

Abbreviations : BappenasCTC Dir Jen DSC MPW MOC P2JJ Ass 1 Ass 2 Ass 3 Ass 4 PMU Project Manager Sub Project Manager s

= = = = = = =

KONTRAKTOR

STRATEGIC ROAD INFRASTRUCTURE PROJECT (SRIP) - I B R D

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Core Team Consultant Direktur (at) Jenderal Design and Supervision Consultant Ministry of Public Works Ministry of Communication Perencanaan dan Pengawasan Teknik Jalan dan Jembatan = Perencanaan dan Pengawasan = Pelaksanaan = Keuangan dan Laporan = Monitoring dan Manajemen Lingkungan = Project Management Unit = Kepala Satuan Kerja Sementara = Pejabat Pembuat Komitmen /Commitment Makers

GAMABAR 7.1 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

59

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Tabel 2.1

Peran dan Tanggung Jawab Organisasi Pelaksanaan dan Tim Konsultan SRIPPeran Executing Agency Tanggung Jawab Anggota Steering Committee

Institusi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

Seluruh kegiatan manajemen, perencanaan, dan pemrograman proyek. Mengelola persiapan subproyek, pengadaan dan pelaksanaan fisik. Mengelola pelayanan jasa konsultansi

Membentuk, mengelola, mengarahkan, dan mengawasi PMU Memberikan arahan teknis dan pemantauan seluruh aspek dari proyek Menetapkan standar dan pedoman serta memeriksa disain untuk jalan dan jembatan Menetapkan pedoman lingkungan dan sosial untuk seluruh jaringan jalan. Membentuk badan Rencana Tindak Anti Korupsi yang disiapkan untuk kepentingan SRIP.

Dinas PU Propinsi , Kabupaten/Kota (Dinas PU, SNVT P2JJ)

Memfasilitasi perencanaan, persiapan subproyek, disain detail dan pelaksanaan subproyek di tingkat Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota.

Menjamin terlpenuhinya standard dan prosedur yang telah disepakati dalam subproyek termasuk pengelolaan lingkungan dan sosial. Mengadakan koordinasi erat dengan Pemerintah Daerah, Institusi terkait dan masyarakat untuk mendukung persiapan dan pelaksanaan proyek.

Core Team Consultants (CTC)

Mendukung peran dan tanggung jawab PMU.

Mengembangkan kerangka kerja operasional dan sistem pelaksanaan dan pemantauan proyek termasuk pengamanan sosial dan lingkungan. Menyiapkan pedoman dan kajian yang diperlukan mengenai studi lingkungan dan sosial. Mendukung koordinasi lokal dengan Bapedalda dan LSM.

Pemantauan dampak dalam kaitannya dengan ARPLS dan Loan Agreement.

Design and Supervision Consultants (DSC)

Memandu dan mengkaji disain rinci dan dokumen lelang. Melakukan pengawasan pelaksanaan fisik termasuk pemenuhan persyaratan lingkungan dan sosial.

Membantu Dinas PU setempat Menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai persyaratan kualitas yang ditetapkan termasuk pemenuhan persyaratan pengamanan lingkungan dan sosial dan standard prosedur operasi (SOP).

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

60

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

2.3

Peran Organisasi Terkait Lainnya

Sejumlah Institusi lainnya akan turut terlibat dan berpatisipasi dalam proyek. Peran dan tanggung jawabnya dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Peran dan Tanggung Jawab Organisasi Terkait LainnyaPerananKetua Steering Committee

InstitusiBadan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Tanggung JawabMenetapkan Strategi Investasi Nasional. Mengkoordinasikan kebijakan Pemerintah dalam kaitannya dengan proyek

Departemen Keuangan

Proses Pendanaan Proyek

Melakukan evaluasi proyek untuk memeriksa kelayakan dananya. Administrasi Rekening Khusus (Special Account) dan Rekening Pinjaman (Loan Account).

Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Bangda) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi dan Kota/Kabupaten

Mendukung koordinasi dengan pemerintah dan institusi di daerah. Mengatur Jasa Konsultansi terkait.

Anggota Steering Committee

Mengkoordinasikan pembangunan daerah dengan rencana tata ruang. Pengadaan tanah bagi rumija.

Memberikan saran dan arahan mengenai pemerintahan daerah Mendukung program konsultasi publik dan partisipasi masyarakat. Memastikan bahwa BAPPEDALDA dan Dinas PU Provinsi melaksanakan tugasnya. Memastikan bahwa pengadaan tanah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan ARPLS danLoan Agreement. Memastikan bahwa isu-isu lingkungan telah dipertimbangkan dan ditangani sesuai dengan ARPLS, dan Peraturan Daerah yang berlaku.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi, Kota/Kabupaten

Pengawasan dan persetujuan dalam aspek pengelolaan lingkungan. Pengawasan dan pengendalian subproyek.

Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Klasifikasi jaringan jalan. Pengawasan lalu lintas dan aspek keselamatan. Berpartisipasi dalam konsultasi serta dalam rencana tindak anti korupsi/ Anti-Corruption Action Plan (ACAP)

Anggota Steering Committee.

Perwakilan Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Menyampaikan aspirasi masyarakat. Membantu operasional dan pelaksanaan ACAP

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

61

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

2.4

Kebijakan dan Prosedur Safeguard Bank Dunia.

Sebagai persyaratan penilaian dan persetujuan pinjaman, Bank Dunia telah mengembangkan berbagai kebijakan dan prosedur safeguard sebagai pengamanan untuk menjamin bahwa setiap potensi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial dari proyek-proyek berbantuan Bank Dunia, diperhitungkan dan ditangani secara cermat dalam siklus proyek. Kebijakan dan prosedur safeguard dari Bank Dunia memiliki ruang lingkup yang bersifat luas sehingga ARPLS disusun dan dipersiapkan sebagai adaptasi serta penerapan safeguard dalam kerangka proyek SRIP. SRIP merupakan proyek yang termasuk dalam Kategori A yang memerlukan studi AMDAL, dimana sebagian besar sub proyek yang diusulkan merupakan kegiatan pembangunan jalan baru dan pengembangan kapasitas jalan (capex). Jika Bank Dunia menyetujui pinjaman ini, SRIP merupakan proyek pertama yang mewakili proyek Kategori A yang dibiayai oleh Bank dalam kurun tujuh tahun terakhir ini, atau sejak dilaksanakannya SURIP di Indonesia. Berdasarkan EA Operational Procedure 4.01 dari Bank Dunia, proyek yang termasuk Kategori A membutuhkan: Konsultan AMDAL independen; Konsultasi masyarakat dua tahap; Analisis alternatif non proyek; dan Analisis dampak tidak langsung dan kumulatif.

Selain itu, bagi proyek Kategori A, minimal 120 hari sebelum dilakukan presentasi usulan proyek dan paket pinjaman kepada Dewan Direktur Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan Bank, dokumen AMDAL proyek harus sudah diumumkan kepada publik untuk mendapatkan komentar dan tanggapan dari masyarakat. Ketentuan mengenai hal ini dapat dilihat dalam buku panduan Bank Dunia mengenai Public Disclosure (2002). Kebijakan dan prosedur safeguard serta langkah-langkah keterbukaan masyarakat (public disclosure) yang telah disepakati untuk diterapkan dalam proyek SRIP dapat dilihat ringkasannya dalam Tabel 2.3. Berdasarkan kajian tim Project Preparation Missions and Safeguard dari Bank Dunia, berikut ini safeguard yang penting bagi proyek SRIP, yaitu: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan/AMDAL (Environmental Assessment OP 4.01) Habitat Alami (Natural Habitats OP 4.04) Peninggalan Budaya (Cultural Property OP 4.11) Pemukiman kembali (Involuntary Resettlement OP 4.12 dan BP 4.12)

Ringkasan safeguard dari Bank dan usulan penerapannya dalam proyek SRIP disajikan dalam Tabel 2.4. Untuk membantu Bank Dunia selama persiapan SRIP, suatu tim konsultan kajian/review consultant (Pacific Consultants Int) ditugaskan untuk melaksanakan kajian persiapan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

62

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

proyek. Peran dari Konsultan Kajian ini meliputi seluruh aspek dari perencanaan, teknis, studi dampak lingkungan dan sosial, aspek ekonomi serta pelaksanaan. Table 2.3 Ringkasan Persyaratan Persetujuan Safeguard dan Keterbukaan SRIP

Dokumentasi

Sebelum Persetujuan Pinjaman

Sesudah Persetujuan Pinjaman

Persetujuan Pemerintah Indonesia / Bank Dunia Washington DC

Keterbukaan Infoshop Bank Dunia (www.worldbank.org): dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris)

Persetujuan Sebelum Persetujuan pinjaman

Keterbukaan Infoshop Dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris) dan Pemerintah Indonesia (dlm Bahasa Indonesia)

ARPLS Menyeluruh

Safeguard Sosial LARAP(s) Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Infoshop / Pusat Informasi Masyarakat (PIC): SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris) PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris) Infoshop / PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris) PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris) Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Lokal (Pemerintah Indonesia) Lokal (Pemerintah Indonesia) Lokal (Pemerintah Indonesia) Lokal (Pemerintah Indonesia)

LARAP Sederhana

Studi Full Tracer

Studi Tracer Sederhana

Safeguard Lingkungan AMDAL / EIA (Kategori A) AMDAL / UKL & UPL (Kategori B) UKL / UPL Bank Dunia Washington DC Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Infoshop / PIC: Dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris) PIC: Ringkasan (dalam Bahasa Inggris) PIC: Laporan UKL & UPL untuk inter-urban dan urban masing-masing 1 buah (dalam Bahasa Inggris) Bank Dunia Washington DC Perwakilan Bank Dunia Jakarta Perwakilan Bank Dunia Jakarta Lokal (Pemerintah Indonesia) Lokal (Pemerintah Indonesia) Lokal (Pemerintah Indonesia)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

63

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Percobaan Pilot Proyek Tambahan, Praktek Keterbukaan Masyarakat: Melalui sebuah program sukarela dengan Bank Dunia, Indonesia merupakan satu dari 13 negara yang sedang melaksanakan uji coba praktek peningkatan keterbukaan informasi. Program pilot ini merupakan perjanjian tingkat atas antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia yang memayungi seluruh kegiatan berbantuan Bank Dunia, dan bukan merupakan perjanjian proyek. Proyek percobaan yang saat ini sedang dilaksanakan dibawah EIRTP-2, akan melibatkan keterbukaan masyarakat melalui penggunaan wadah/media informasi proyek yaitu melalui websites yang berisikan dokumen-dokumen kunci proyek dalam Bahasa Indonesia, antara lain: 1. Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement), Dokumen Penilaian Proyek (Project Appraisal Document), dan Manual Pengelolaan Proyek (Project Management Manual/ PMM.); 2. Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS); 3. Program Kerja Tahunan (Annual Work Program/AWP); 4. Rencana Pengadaan Proyek (Project Procurement Plan /PPP); 5. Laporan resmi hasil audit oleh Pemeriksa Independen; 6. Pedoman Pengadaan dan Rencana Tindak Anti Korupsi (Anti-Corruption Action Plan/ACAP) 7. Laporan Kemajuan Bulanan (kontraktor, penyedia barang dan konsultan) 8. Ringkasan informasi dari konsultan, penyedia barang dan kontraktor yang memenangkan kontrak. Hasil percobaan pilot proyek keterbukaan masyarakat EIRTP 2 ini akan dievaluasi untuk diterapkan di SRIP.

2.4.1

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / Environmental Impact Assessment (OP 4.01)

Persiapan proyek mencakup dua tahapan proses penyaringan lingkungan untuk mengidentifikasi kebutuhan sub proyek terhadap analisis dampak lingkungan, meliputi: Setiap sub proyek yang termasuk dalam kategori A menurut Bank Dunia yang memerlukan penyusunan AMDAL dan harus mendapatkan kajian dan persetujuan dari Bapedalda dan Bank Dunia. Setiap sub proyek yang termasuk dalam kategori B menurut Bank Dunia, tetapi berdasarkan pengelompokan studi lingkungan di Indonesia saat ini memerlukan penyusunan UKL & UPL, dan harus mendapatkan kajian dari Bapedalda yang tembusannya dikirim ke Bank Dunia. Setiap sub proyek yang tidak memerlukan penyusunan AMDAL atau UKL & UPL berdasarkan kriteria penyaringan dari SRIP. Langkah yang tepat untuk mengelola dampak lingkungan dari sub proyek tersebut terdapat dalam SOP seperti telah dijelaskan dalam dokumen tender untuk setiap sub proyek SRIP, meliputi: - Aspek Lingkungan (Section V, Section 1.17), - Hasil Temuan di Lapangan (Section III, Conditions of Contract, Section 20.1), dan - Keselamatan jalan (Section III, Conditions of Contract, Section 19.1).Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

64

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

2.4.2

Habitat Alami (OP 4.04)

Identifikasi, persiapan, disain dan penyaringan lingkungan dari sub proyek dalam SRIP, harus menjamin bahwa proyek tidak akan menimbulkan perubahan terhadap habitat alami penting atau perubahan dalam skala besar terhadap habitat alami disekitar proyek. Bagi sub proyek yang melibatkan pengembangan kapasitas jalan atau pembangunan jalan baru akan memerlukan analisis lingkungan yang mendalam sebelum dapat didanai proyeknya. Sejumlah habitat alami yang sensitif serta penggunaan lahan yang sensitif telah secara spesifik disebutkan dalam kriteria penyaringan SRIP. Bagi sub proyek yang melibatkan hal-hal tersebut, diperlukan studi lapangan secara khusus, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau AMDAL serta upaya mitigasi untuk mencegah atau meminimalkan penurunan kualitas habitat alami. Semua usulan sub proyek yang memerlukan studi AMDAL memerlukan kajian terlebih dulu dan persetujuan Bank Dunia dalam rangka penerbitan NOL dari Bank Dunia.

2.4.3

Peninggalan Budaya (OP 4.11)

Proses persetujuan Program Kerja Tahunan (AWP) dan penyaringan lingkungan harus memperhatikan dan menjamin bahwa proyek tidak akan mengakibatkan kerusakan pada situs-situs yang memiliki nilai arkeologis, palaentologis, sejarah, keagamaan atau keunikan alam. Dalam dokumen pelelangan SRIP, Discoveries (Penemuan) dalam Book III, Condition of Contract A: General, page CC-6, Section 20.1 didefinisikan sebagai berikut: Setiap penemuan yang memiliki nilai sejarah atau nilai penting lain yang ditemukan di lapangan akan menjadi milik pemberi kerja (employer). Kontraktor harus memberitahukan kepada Kasatker (Kepala Satuan Kerja) penemuanpenemuan dimaksud dan melaksanakan intruksi Kasatker untuk menanganinya. Sebagai tambahan, beberapa Peraturan Daerah (Perda) dan peraturan pemerintah yang berlaku, mengatur mengenai dampak potensial proyek terhadap peninggalan budaya.

2.4.4

Pemukiman Kembali (OP 4.12 and BP 4.12) yang yang akan dan yang

Pendekatan penyaringan bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh sub proyek melibatkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali. Untuk sub proyek membutuhkan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, prosesnya dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Tanah Pemukiman Kembali/Land Acquisition and Resettlement Policy Framework digunakan oleh proyek dan dilampirkan dalam Loan Agreement.

Untuk setiap usulan sub proyek jika jumlah warga yang terkena proyek lebih dari 200 orang atau 40 KK maka perlu disusun dokumen Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (RK-PTPK)/Land Acquisition and Resettlement (LARAP lengkap) sesuai pedoman Bank Dunia OP 4.12 dan BP 4.12. Dokumen tersebut disahkan oleh Bank dan dilaksanakan hingga pembayaran kompensasi selesai untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan proses pelelangan untuk kontraktor bagi sub proyek tersebut.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

65

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Seluruh warga yang terkena proyek harus sudah mendapatkan ganti rugi atau disediakan lahan permukiman pengganti dan biaya pindah sebelum pengambilalihan aset mereka. Untuk subproyek dimana warga yang terkena proyek kurang dari 200 orang atau 40 KK atau jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan, maka dapat dilaksanakan LARAP Sederhana. Tambahan yang lebih rinci dan persyaratan yang ditetapkan dapat dilihat di lampiran Kerangka Kerja Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali. (Lampiran D).

2.4.5

Masyarakat Komunitas Adat (OD 4.20)

Seluruh usulan sub proyek SRIP berada pada sistem jaringan jalan utama nasional di wilayah berkembang di pulau Jawa dan di pulau Sumatera. Isu penting menyangkut masyarakat kominitas adat seperti telah ditetapkan melalui pedoman Bank Dunia OP 4.20 belum teridentifikasi sampai saat ini. Proses penyaringan lingkungan dan sosial secara khusus mencakup pertimbangan Masyarakat Komunitas Adat yang juga disebut sebagai masyarakat terasing/Isolated Vulnerable People (IVP). Proses penyaringan ini berdasarkan informasi yang tersedia, konsultasi dengan kelompok-kelompok terkait / masyarakat pemerhati termasuk LSM dan survey lapangan akan dilaksanakan untuk masing-masing AWP, dan apabila ditemukan kasus tersebut maka akan ditangani sesuai dengan kebijakan Bank Dunia.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

66

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Table 2.4 Ringkasan Pendekatan Untuk Penerapan Prosedur dan Petunjuk Pelaksanaan dari Bank Dunia (i) OP 4.01 (Environmental Assessment). Proyek mencakup penyaringan lingkungan untuk mengidentifikasi sub proyek yang masuk kedalam kategori A menurut Bank Dunia atau diperlukan studi AMDAL dan untuk mengidentifikasi bahwa sub proyek memerlukan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL) yang spesifik. Prosedur Operasi Standar / Standard Operating Procedures (SOPs) untuk pengelolaan lingkungan disebutkan dalam Dokumen Lelang SRIP untuk semua sub proyek (lihat Section V, Section 1.17, Aspek Lingkungan ).

(ii) OP 4.04 (Habitat Alami). Penyaringan lingkungan dan proses persetujuan Program Kerja Tahunan (AWP), akan menjamin bahwa proyek tidak akan menimbulkan perubahan terhadap habitat alami penting atau perubahan dalam skala besar terhadap habitat alami disekitar proyek. ARPLS bagi sub proyek yang berdekatan dengan habitat alami akan mencakup penanganan mitigasi untuk mencegah atau meminimalkan penurunan kualitas habitat alami. (iii) OP 4.11 (Peninggalan Budaya). Penyaringan lingkungan dan proses persetujuan AWP akan menjamin bahwa proyek tidak mengakibatkan kerusakan pada situs-situs yang memiliki nilai arkeologis, palaentologis, sejarah, keagamaan atau keunikan alam. Dokumen lelang standar SRIP mengatur Penemuan dalam Section III, Syarat Kontrak. (iv) OP 4.12 and BP 4.12 (Pemukiman kembali). Proyek akan mencakup pendekatan penyaringan untuk mengidentifikasi seluruh sub proyek yang melibatkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali. Untuk sub proyek yang membutuhkan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, prosesnya akan dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali/Land Acquisition and Resettlement Policy Framework yang digunakan oleh proyek. Untuk setiap usulan sub proyek dimana jumlah warga yang terkena proyek lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang terpindahkan maka perlu disusun dokumen sesuai pedoman Bank Dunia OP 4.12 dan BP 4.12. Dokumen tersebut disahkan oleh Bank dan dilaksanakan hingga pembayaran kompensasi selesai untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan proses pelelangan untuk kontraktor bagi sub proyek tersebut. Seluruh warga yang terkena proyek harus sudah mendapatkan ganti rugi atau disediakan lahan permukiman pengganti dan biaya pindah sebelum pengambilalihan asset mereka. (v) OD 4.20 (Masyarakat Komunitas Adat). Proses penyaringan lingkungan dan sosial khususnya mencakup pertimbangan Masyarakat Komunitas Adat yang juga disebut sebagai masyarakat terasing/Isolated Vulnerable People (IVP). Proses penyaringan ini berdasarkan informasi yang tersedia, konsultasi dengan kelompok-kelompok terkait / masyarakat pemerhati termasuk LSM dan survey lapangan akan dilaksanakan untuk masing-masing AWP, dan apabila ditemukan kasus tersebut maka akan ditangani sesuai dengan dengan kebijakan Bank Dunia..Kemungkinan kecil hal ini akan ditemukan dalam program SRIP, namun proses penyaringan akan tetap memperhatikan isu ini.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

67

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

2.5

Peraturan Pemerintah Lingkungan dan Sosial

yang

Relevan

untuk

Kebijakan

Pengelolaan

2.5.1

Kompensasi / Ganti Rugi yang Layak

Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan tentang proses pembebasan lahan termasuk kelayakan kompensasi / ganti rugi. Berdasarkan Undangundang Agraria No 5 tahun 1960, memuat prinsip kewenangan pemerintah dimana tanah milik pribadi dapat diambil alih oleh pemerintah demi kepentingan umum. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005 mensyaratkan penyelenggaraan Konsultasi Masyarakat dan persetujuan kesepakatan atas ganti rugi yang layak atas tanah dan hak milik tak bergerak lainnya yang diambil alih serta mengatur tarif kompensasi atas tanah hak milik pemerintah dalam hubungannya dengan Undang-undang Agraria tahun 1960. Pendekatan Pemerintah untuk kompensasi yang layak, secara rinci disajikan pada sub bab 8.2.

2.5.2

Pendekatan Pemerintah Indonesia untuk Pemukiman Kembali

Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005 memuat prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali pada proyek-proyek besar. Namun peraturan perundangan tersebut tidak mengatur prosedur yang rinci untuk pemukiman kembali bagi warga terkena proyek. Petunjuk Pelaksanaan No. 1 tahun 1994 (Peraturan Menteri Pertanahan) menetapkan prosedur untuk pengadaan tanah namun tidak untuk pemukiman kembali.

2.5.3

Baku Mutu Kualitas Udara, Kebisingan dan Kualitas Air

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) telah menetapkan baku mutu kualitas udara, tingkat kebisingan dan kualitas air sebagai parameter evaluasi dampak proyek pembangunan jalan atau proyek-proyek lainnya yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Baku mutu kualitas udara dan tingkat bising yang ditetapkan MENLH No 48 tahun 1996 disajikan pada Tabel 2.5 dan 2.6 sedangkan baku mutu kualitas air sumur (Menperkes No 416/IX/1990) serta baku mutu kualitas air permukaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2000, disajikan pada Tabel 2.7 dan 2.8.

Tabel 2.5 No1 2 3 4 5 6 7 8 9 SO2 CO NOx O3 Debu Pb H2S NH3 HC

Baku Mutu Kualitas Udara di Indonesia Parameter SatuanPpm Ppm Ppm Ppm mg/m3 mg/m3 Ppm Ppm Ppm

Baku Mutu0,1 20,0 0,05 0,10 0,26 0,06 0,03 2,0 0,24

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

68

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

No

Parameter

Satuan

Baku Mutu

0 C/% 11 Temperatur Basah 12 Kecepatan Angin Knot/ 13 Arah Angin Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) No. 48 / MENLH/ 11/ 1996

Table 2.6

Baku Mutu Tingkat Bising di Indonesia Baku Mutu Tingkat Bising dB (A)

Peruntukkan Lahan / Kegiatan

a. Peruntukkan Lahan 1. Perumahan dan Pemukiman 55 2. Perdagangan dan jasa 70 3. Perkantoran dan Perdagangan 65 4. Ruang Hijau Terbuka 50 5. Industri 70 6. Pemerintahan dan Fasilitas 60 Umum 70 7. Rekreasi 8. Khusus : 70 - Bandar Udara / Airport 70 - Stasiun Kereta Api 70 - Pelabuhan laut 60 - Perkebunan b. Kegiatan 55 1. Rumah Sakit 55 2. Sekolah 55 3. Tempat Ibadah Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) No. 48 / MENLH/ 11/ 1996

Tabel 2.7 Baku Mutu Kualitas Air Sumur No1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

ParameterI. FISIK Zat padat tersuspensi Kekeruhan Rasa Temperatur Warna Daya Hantar Listrik II. INORGANIC MATTER Merkuri Arsen Ion Fluorida Kadmium CaCO3

Satuanmg/l Scale NTU Visual 0 C TCU Umhos/cm mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Baku Mutu *)1500 25 No teste N3 50 1000 0.001 0.05 1 1.5 0.005 500

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

69

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

No7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Parameter

Satuan

Baku Mutu *)600 0.05 0.5 10 1 6,5 9,0 0.01 15 0.1 400 0.05 10 0.5

Klorida mg/l Kromium (VI) mg/l Mangan (Mn) mg/l Nitrat as N mg/l Nitrit, as N mg/l pH Selenium mg/l Zn / Seng mg/l Sianida mg/l Sulfat mg/l Timbal mg/l III. ORGANIC MATTER 1 Organik (KMn04) mg/l 2 Detergen mg/l Sumber : Menteri Kesehatan No.416/MEN/Kes/Per/IX/90.

Tabel 2.8 Baku Mutu Kualitas Air Permukaan / Sungai (Katagori II)

No.

Parameter I. Fisik Temperatur Total padatan tersuspensi (TDS) Total padatan terlarut (TSS) II. An Organik PH BOD COD DO Total Posfat as P NO3 as N NH3 N Arsen (As) Cobalt (Co) Barium (Br) Boron (B) Selenium (Se) Kadmium (Cd) Khrome (Cr) Kopper (Cu) Besi (Fe) Timbal (Pb) Mangan (Mn) Merkuri (Hg) Seng (Zn)

Satuan

Baku Mutu

1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

C mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Deviation 3 1000 50 69 3 26 4 0.2 10 1 0.2 1 0.05 0.01 0.05 0.02 0.03 0.002 0.0570

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

No. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 26.

Parameter

Satuan

Baku Mutu

Khlorida (Cl) mg/l Sianida (CN) mg/l 0.02 Fluorida (F) mg/l 1.5 Nitrit as N (NO2) mg/l 0.06 Sulfat (SO4) mg/l Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.03 H2S mg/l 1 III. ORGANIK 1. Minyak dan Oli mg/l 1000 2. Detergen mg/l 200 3. Fenol mg/l 1 4. BHC mg/l 210 5. Aldrin/Dieldrin mg/l 6. Klordane mg/l 7. DDT mg/l 2 Sumber: Baku Mutu air permukaan / sungai kcategors II berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82,tahun 2001

2.5.4

Katagori Kawasan Lindung (Hutan)

Berdasarkan Undang-Undang No 41 tahun 1999, definisi hutan adalah unit ekosistem dalam satu kesatuan dalam bentuk area yang mencakup didalamnya areal sumber daya alam biologi yang didominasi oleh pohon-pohon dengan lingkungan alaminya dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya. Hutan mempunyai 3 fungsi, sebagai berikut: Fungsi konservasi, untuk memelihara keanekaragaman spesies dan ekosistem Fungsi perlindungan, untuk menjaga sistem tata air dan kesuburan tanah Fungsi produksi, sebagai sumber hutan produksi kayu dan non kayu lainnya Berdasarkan fungsi tersebut, hutan diklasifikasi kedalam 3 jenis, yaitu: Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Khusus untuk hutan konservasi ditentukan berdasarkan spesies vegetasi yang mendiami hutan, jenis ekosistem eksisting, keunikan kawasan, keindahan kawasan dll. Sementara, hutan lindung dan hutan produksi ditentukan berdasarkan curah hujan, topografi lahan, serta jenis sensitifitas lahan terhadap erosi. Melalui metoda pembobotan, 3 parameter tersebut (curah hujan, topografi dan jenis sensitifitas lahan terhadap erosi) diberikan nilai.,dimana jika memiliki nilai lebih dari 175, maka hutan dikategorikan sebagai hutan lindung, tetapi apabila kurang dari 175 maka diklasifikasikan sebagai hutan produksi.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

71

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Hutan produksi sendiri diklasifikasikan sebagai hutan produksi terbatas (nilai 125 174) dan hutan produksi tetap (nilai kurang dari 125) Di negara lain, hutan tidak diklasifikasikan kedalam hutan lindung dan atau hutan produksi, karena kedua-duanya mempunyai kesamaan fungsi, tetapi dengan banyak pertimbangan lain seperti curah hujan, sensitifitas lahan dan terjaganya fungsi hutan, Pemerintah Indonesia mengklasifikasikan bahwa hutan lindung (hanya memproduksi sumber daya alam non kayu) sedangkan hutan produksi (mempunyai fungsi utama memproduksi sumber daya alam kayu disamping mempunyai fungsi lindung yang tidak dapat diabaikan). Kategori kawasan lindung, secara rinci, disajikan pada Gambar 2.2.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

72

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

73

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

74

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

75

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

76

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

3 3.1

Diskripsi Wilayah Sub-proyek Diskripsi Wilayah Sub-proyek

Berdasarkan sasaran dari SRIP yang telah disepakati serta kriteria seleksi dan evaluasi sub proyek, sejumlah 46 sub proyek menjadi prioritas usulan melalui kegiatan persiapan TA-SRIP sampai Desember 2004. Ringkasan diskripsi usulan sub proyek disajikan di Lampiran C. Sejumlah 22 sub-proyek dari seluruh sub-proyek SRIP saat ini (Kecuali Cut Meutia kemungkinan akan didanai JBIC & Daan Mogot yang direncanakan untuk jalur busway) diusulkan dibawah Program Kerja Tahunan ke 1 SRIP (AWP 1). Studi persiapan SRIP dan ARPLS ini difokuskan pada sub-proyek AWP-1, yang informasi dan persiapannya paling maju. Diskripsi usulan sub proyek AWP-1 juga disajikan di Lampiran C, didukung lembaran ringkasan data, peta umum lokasi, data lalu lintas, detil disain, photo-photo yang mewakili usulan alinyemen. Satu tim tenaga ahli mencakup Ahli Lingkungan dan Ahli Sosial, akan mengadakan kunjungan lapangan ke masing-masing sub proyek untuk mengidentifikasi area sensitif lingkungan meliputi sekolah, rumah sakit, daerah pemukiman padat, sungai, tambak, lahan basah, kawasan lindung dan cagar budaya. Hasil identifikasi disajikan pada Tabel 3.1 Sub-proyek AWP-1 berdasarkan jenis pekerjaan yang diusulkan dan klasifikasi (jalan perkotaan atau jalan antar kota) adalah sebagai berikut: Peningkatan Kapasitas / Capex Perbaikan jalan / Betterment Jalan Baru New Bypass Road Jembatan / Bridge : 9 sub-proyek : 8 sub-proyek : 4 sub-proyek : 1 sub-proyek perkotaan antar-kota : 11 sub-proyek : 11 sub-proyek

Semua pekerjaan fisik dari sub proyek yang diusulkan dalam SRIP terbatas pada jalan nasional, sebagai bagian dari jaringan jalan strategis nasional. Oleh sebab itu, ruas jalan yang disulkan dalam sub proyek biasanya memiliki tingkat kepadatan lalu lintas dan kemacetan yang tinggi. Nilai rata-rata volume lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (SMP) untuk sub-proyek AWP-1 berkisar antara 20,000 40,000 SMP per hari, dengan volume lalu lintas tertinggi rata-rata 1,000 3,000 SMP per jam. Komposisi lalu lintas bervariasi tetapi secara umum sepeda motor mempunyai proporsi antara 30 50 % dari lalu lintas yang tercatat. Ringkasan perkiraan dan komposisi lalu lintas untuk sub-proyek betterment AWP 1, disajikan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3, mewakili kondisi lalu lintas proyek.

3.2

Tambahan Pengadaan Lahan untuk Persimpangan (Intersection)

Sesuai permintaan Bank Dunia (dinyatakan dalam Addendum No. 4), Konsultan harus menyiapkan kajian disain untuk usulan sub-proyek AWP 1, termasuk perbaikan persimpangan jalan dan solusi rekayasa lalu lintas, yang mana tujuan utamanya untuk mengatasi masalah kapasitas, perbaikan lalu lintas dan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tim Konsultan melakukan survey terhadap seluruh persimpangan jalan dan mendapatkan bahwa terdapat kekurangan lahan untuk konstruksi persimpangan.Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

77

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Mengacu kepada pedoman Bank Dunia, proyek harus melaksanakan pengadaan tanah dan studi LARAP tambahan pada sebagian besar persimpangan dalam sub-proyek. Tabel 3.4 memperlihatkan sub proyek yang memerlukan tambahan pengadaan lahan untuk persimpangan. Studi LARAP akan dilaksanakan oleh Konsultan SRIP. Kegiatan utama dari jasa tambahan ini akan mencakup: 1. Survei, penyiapan studi dan sosialisasi terkait pengadaan lahan untuk persimpangan, putaran dan persimpangan utama. Hal ini mencakup tugas tugas sebagai berikut : Survei lapangan (persimpangan utama, putaran, persimpangan, lingkungan dan sosial); Menyiapkan laporan studi LARAP; Sosialisasi. 2. Melakukan sinkronisasi dengan disain ruas yang ada

3.3

Gambaran Wilayah Sub-proyek

Ringkasan lokasi wilayah sub-proyek yang diusulkan dan Pemerintah Daerah (Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota / Kabupaten) yang termasuk AWP-1 disajikan di Tabel 3.4. Usulan AWP-1 akan mencakup 8 propinsi dan 29 Kota atau Kabupaten.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

78

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Table 3.1 Ringkasan Untuk Dampak Hasil Penyaringan Pada Usulan Subproyek SRIP Program Kerja Tahunan (AWP 1-3)Jenis : (U = perkotaan I = antar kota AWP 1 1 RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTS Jl. Cut Meutia, Bekasi 3.05Lebar eksisting 7 m, pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar w/ median tengah& perbaikan junction Jalan existing naik lebih dari 600 mm, sepanjang 2.5 km section dengan rigid pavement Lebar eksisting 7 m pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar, w/ median tengah, perbaikan jembatan & junction Lebar eksisting 7 m pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar, w/ median tengah, dan 2 jembatan (430 m & 150 m long)

No.

Propinsi

Nama Sub-proyek

Pjg (km)

Kebutuhan Lahan Berada di Terdapat Terdapat Terdapat Diskripsi Kegiatan Usulan Sub- pembebasan Damija wilayah kawasan kawasan peninggalan proyek tanah untuk sudah pemukiman konservasi lindung cagar budaya Damija dibebaskan padat habitat alam

Terdapat sekolah dan rumah sakit

Terdapat sungai, tambak dan lahan basah

Dokumen Pengaman yang diperlukan

Alasan Rasional Hasil Penyaringan

Jawa Barat Capex (U)

Ya

95%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 Universitas)

Panjang jalan dari 200 orang, berdampak penting pada tahap prakonstruksi dan konstruksi jalan. Lahan produktif/sawah,diperlukan pembebasan tanah, panjang jalan >dari 10 km, jumlah masyarakat terkena proyek > dari 200 orang, berdampak penting pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi jalan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, Panjang jalan > 10 km, Jenis pekerjaan perbaikan jalan.

8

Lampung

Capex (U)

18.1

Tidak

95%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 sekolah)

Diperlukan pembebasan tanah < dari 10 ha, < dari 40 LARAP, UKL / KK akan terkena proyek, jenis pekerjaan peningkatan UPL kapasitas jalan. Diperlukan pembebasan tanah, > dari 40 KK akan LARAP, UKL / terkena proyek, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas UPL jalan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, jenis pekerjaan perbaikan jalan, tidak dijumpai isu lingkungan yang serius. Lahan Produktif,diperlukan pembebasan tanah,panjang < dari 10 km, banyak penduduk terkena proyek,ada dampak penting pada tahap konstruksi jalan baru,lahan Damija yang diperlukan sekitar 30 ha.

9

Riau

Capex (U)

15.07 standard w/ median tengah

Pelebaran jalan dari 7 m menjadi 14 m,

Ya

40%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

10

Sumatera Selatan

Betterment (U)

8.45

Pelapisan Struktur dengan perkerasan rigid/beton,dengan drainage &perbaikan bahu jalan

Tidak

100%

Ya (1)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya ( 2 sungai : Musi & Kemasah)Ya (6 sungai : Cibalu, Cianjur Leutik, Cianjur, Cikululu, Cikaret and Cisarua Gede)

SOP

11 Jawa Barat Jalan baru (U)

Jl. Lingkar Cianjur

7.5

Baru, pelebaran 7 m (Tahap I) dengan jembatan & gorong-gorong /box culverts

Ya

100%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Ya (3 kuburan)

Ya (1 sekolah)

LARAP, AMDAL

12 Banten

Betterment (I)

Cilegon - Pasauran - Sp Labuhan : Sect 1

17.1

Pelapisan perkerasan dan perkerasan bahu jalan sepanjang area industri Pelebaran jalan 8.5 m menjadi 14 m, standard sepanjang 6.35 km), tambahan drainase & jalur pejalan kaki,perluasan / culverts & jembatan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya ( sungai )

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain SOP / LARAP intersection,simpel LARAP disiapkan oleh TA SRIP, Sederhana jenis pekerjaan perbaikan /Betterment UKL / UPL / Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,simpel LARAP disiapkan oleh TA SRIP, LARAP Sederhana jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan. UKL / UPL Tidak diperlukan pembebasan tanah, jenis pekerjaan penggantian jembatan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan. Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan. Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan perbaikan jalan / Betterment. Sebelumnya tanah sudah dibebaskan Pemda,terkait survey intersection diperlukan pembebasan tanah, LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan Peningkatan kapasitas jalan.

13

Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah

Capex (I)

Boyolali - Kartosuro

15.4

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (dekat ke 15 Ya (sungai : sungai sekolah dan 4 Boyolali ) rumah sakit) Tidak TidakYa (6 sungai : K. Gede, Bancang, Jantur, Kabuyutan, dll.) Ya (6 sungai: K. Sragilama, Banger, Cocorbebek, Erbei, Randu, Unter)

14

Jembatan (I)

Kabuyutan (1 bridge)

0.05

Penggantian jembatan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

15

Betterment (I)

Pejagan - Losari. (Sec 1)

9.43

Pelapisan perkerasan 2 x 7 m (4 lajur) pembagian badan jalan dengan penggantian jembatan (Kabuyutan) Pelebaran 7.14m - 14m, Tambahan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

SOPs

16

Capex (I)

Pemalang - Pekalongan Semarang - Bawen (includes additional 5 km link to Toll)

19.88 drainage, jalur pejalan kaki,median,perluasan jembatan & culverts Pelebaran jalan 12 m - 14 m untuk pembagian2 x 7 m, lebar standar, dan perkerasan bahu jalan Pelebaran 10 m menjadi 14 m, standar untuk pembagian lebar badan jalan sepeda

Ya

60%

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 kuburan)

Ya (3 Sekolah)

UKL / UPL

17

Betterment (I)

22.55 perbaikan drainase, jalur pejalan kaki

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (5 sungai: K. Garong, Wonoboyo, dll.) Ya (3 sungai: K. Sayung, Dolog, Buyaran, )

SOP

Jawa 18 Tengah

Capex (I)

Semarang - Demak

20.11 dengan jalan depan atau jalur lambat

Ya

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (3 sekolah, 2 universitas, 2 Rumah Sakit)

UKL / UPL

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

79

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)Jenis : (U = perkotaan I = antar kota

ARPLSKebutuhan Berada di Terdapat Lahan Terdapat Terdapat Diskripsi Kegiatan Usulan Sub- pembebasan wilayah kawasan Damija kawasan peninggalan proyek tanah untuk sudah pemukiman konservasi lindung cagar budaya Damija padat habitat alam dibebaskanPerbaikan pelebaran badan jalan 7 m mencakup perkerasan bahu jalan, drainase.

No.

Propinsi

Nama Sub-proyek

Pjg (km)

Terdapat sekolah dan rumah sakit

Terdapat sungai, tambak dan lahan basahYa (9 sungai: K. Sepaser, Sidowayah, Bayeman, Lawean, Kedung, Lingkung, dll.)

Dokumen Pengaman yang diperlukan SOP

Alasan Rasional Hasil Penyaringan Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

19 Jawa Timur Betterment (I)

Pasuruan - Pilang

32.81 pelebaran area pasar dan pekerjaan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

20 Jawa Timur Capex (I)

Widang - Lamongan

5.5

Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, lebar standar,tambahan drainase dan jalur pejalan kaki dan perluasan culverts Pelapisan perkerasan,perbaikan

Ya

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 sekolah)

TidakYa (18 sungai: Kijing, Bondet, Winang, Katapangragas, Turatis, dll)

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain jalan raya Simple dan intersection, penduduk terkena proyek < dari 40 LARAP, Tracer, SOP orang.jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan. SOP Sebelumnya tanah sudah dibebaskan,terkait survey intersection diperlukan pembebasan tanah, LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP.

21 Jawa Barat Betterment (I)

Karangampel - Cirebon

28.51 struktur & perlakuan khusus untuk satujalur Jalan baru bypass New bypass dengan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

22 Jawa Barat Jalan Baru (I)

Karawang Bypass

11.47 1 fly over (termasuk dalam sub proyekBekasi-Karawang-Cikampek)

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 sekolah)

Tidak ada pembebasan tanah, ada dampak penting Ya (sungai : Tarum Tracer, UKL / pada pek. Konstruksi jalan baru, merupakan lahan UPL Utara) produktif.

Catatan : Daan Mogot akan masuk projek Busway DKI Cut Meutia akan masuk projek JBIC AWP-2 Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTSPelapisan perkerasan dan pekerjaan saluran drainase banjir

1

Betterment (I)

Semarang - Kendal

10.4

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

ND

Tidak ada data

SOP

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 30 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. peningkatan kapasitas jalan. Jenis pekerjaan pemeliharaan

2

Capex (I)

Batang - Weleri (Capex-6KM; Bett-3.8Km)

9.8

Perkerasan beton / Rigid pelebaran menjadi 4 jalur dengan tanggul / retaining wall

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

ND

Tidak ada data

SOP

3

Routine Maintenance (I)

Semarang - Pekalongan

100.0 pelaksanaannya berdasarkan kontrak

Pemeliharaan jalan rutin,

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

ND

Tidak ada data

None

4

Jawa Tengah

Flyover (I)

Kaligawe Flyover (on Semarang-Demak)

0.32

Masih dalam penyelidikan - Konsultan disain belum ditunjuk

Ya

100%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Panjang < dari 2 km, diperlukan pembebasan tanah, Ya (1 sekolah, Ya (2 sungai: K. LARAP, UKL / proyek berada di daerah pasang surut dan banjir. 1 universitas, 1 Tenggang and K. UPL Rumah sakit) Banjir Kanal Timur) Panjang < dari 2 km, diperlukan pembebasan tanah, LARAP, UKL / lokasi proyek berbatasan dengan kuburan Belanda. UPL Panjang < dari 10 km, diperlukan pembebasan tanah, Tracer, UKL / merupakan areal komersil, lalu lintas sangat sibuk. UPL

5

Jawa Tengah

Fly Over (U)

Kalibanteng Flyover

0.43

Jalan layang / Flyover baru

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Ya (kuburan)

Tidak

Tidak

6

Jawa Barat Capex (U)

Jl. Soekarno - Hatta, Bandung Pemalang Bypass (Sections 1 & 2) Brebes - Tegal Pemalang

3.8

Pelebaran dari 7 m menjadi 14 m

Ya

100%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

ND

Tidak ada data

7

Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah

Capex (U)

7.0

Pelebaran badan jalan dari 7 m menjadi 14m w/ median tengah

Ya

0%

Ya (1)

Tidak

Tidak

Ya

ND Ya (6 rumah sakit dan ada sekolah Ya

Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah, YES (6 sungai: K. LARAP, UKL / jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan Taman, K. Baros, UPL K. Elon, dll.)Ya (15 sungai: K. Medana, Cacaban, Ketiwon, Sibelis, Sibangkang, dll.)

8

Capex (I)

43.18

Pelebaran badan jalan dari 7 m to 14m

Tidak

100%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Tidak

SOP

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang 23 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. peningkatan kapasitas jalan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. Perbaikan jalan.

9

Betterment (I)

Demak - Trengguli

6.6

Eksisting sudah 4 lajur, w/median tengah, drainase kiri & kanan, terdapat saluran irigasi di kiri jalan Eksisting perkerasan 6 - 7 m, saluran irigasi di kiri dan kanan badan jalan, diperlukan pembebasan tanah 3 km (pasar Anyar) Ruas jalan ini akan menjadi koridor Jawa bagian selatan,lebar jalan 7 dan 12 m,usulan pelebaran dengan jembatan menjadi 14 m, diusulkan jembatan kembar disamping jembatan Kali Progo dgn rentang 150 m Pelebaran badan jalan 12 - 14 m untuk dibagi 2 x 7m standard dengan median perkerasan bahu jalan

Tidak

0%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (sungai)

SOP

10

Capex (I)

Trengguli - Jati

10.0

Ya

30%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (sekolah)

Ya (sungai)

Diperlukan pembebasan tanah di lokasi pasar Karang UKL & UPL Anyar,kiri kanan jalan berbatasan dengan saluran serta LARAP irigasi, belum disiapkan UKL & UPL. Tanah sudah dibebaskan, merupakan jalur Pantai Jawa Selatan, perlu penataan jalan berwawasan lingkungan, (tanpa PKL dan pasar tumpah)

11 Yogyakarta Capex (I)

Yogyakarta - Sentolo

13.8

Ya

Tidak ada data

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (sekolah)

Ya (sungai, kali progo)

UKL&UPL

12 Yogyakarta Betterment (I)

Tempel - Sleman Yogyakarta (Sec 1)

10.0

Tidak

100%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak ada data

SOP

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan. Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

13

Jawa Tengah

Betterment (I)

Buntu - Kebumen

30.0

Pelapisan ulang perkerasan

Tidak

100%

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak ada data

SOP

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

80

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

No.

Propinsi

Jenis : (U = perkotaan I = antar kota

Nama Sub-proyek

Pjg (km)

Kebutuhan Lahan Berada di Terdapat Terdapat Terdapat Diskripsi Kegiatan Usulan Sub- pembebasan Damija wilayah kawasan kawasan peninggalan proyek tanah untuk sudah pemukiman konservasi lindung cagar budaya Damija dibebaskan padat habitat alamPelebaran dari 7 - 14 m,usulan 2x7 m dengan median, 2x2 m perkerasan bahu jalan, ada pelebaran jembatan.

Terdapat sekolah dan rumah sakit

Terdapat sungai, tambak dan lahan basah

Dokumen Pengaman yang diperlukan

Alasan Rasional Hasil Penyaringan

14

Jawa Tengah

Capex (I)

Magelang - Keprekan

8.6

Ya

0%

Ya(3)

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya (sungai)

Diperlukan pembebasan lahan, banyak bangunan UKL& UPL & terkena proyek, sebagian rumah & utilitas akan LARAP dipindahkan,ada penebangan pohon&jalan KA. UKL & UPL LARAP Diperlukan pembebasan tanah, terdapat dampak besar & penting terhadap lingkungan&sosial, lokasi proyek melalui lahan produktif (sawah).

15 Jawa Barat New Road (U) AWP-3 Jawa Tengah

Jalan Lingkar Sukabumi

9.7

Pembangunan jalan baru

Ya

0%

Ya(1)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data Ya (sawah, tegalan)

RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTS Ya (5 sungai: K. Tidak ada data Soko, K. Carung, K. Gajahbarong, dll.) LARAP, AMDAL Panjang < dari 10 km, diperlukan pembebasan tanah, ada dampak penting pada saat konstruksi jalan baru.

1

Jalan baru (U)

Ambarawa Ring Road

7.3

Jalan baru, lebar 7 m

Ya

0%

Ya (1)

Tidak

Tidak

Ya

2

Yogyakarta Betterment (I)

Yogyakarta - Piyungan (Sec 1) Jl. Raya Cakung Cilincing

5.0

Pelebaran badan jalan 6 - 7 m standar,mencakup bahu jalan, drainase, jembatan &pekerjaan culvert.

Tidak

100%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak ada data

SOP

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

3

Jakarta

Capex (U)

9.1

Pelebaran dari 14 m menjadi 21 m

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (1 sungai: Cakung Drain)

Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan LARAP, UKL / tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan UPL Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan LARAP, UKL / tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan UPL LARAP, AMDAL Diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan, melewati lahan produktif, ada dampak penting terhadap lingkungan.

4

Jawa Timur Jalan baru (U)

Sidoarjo Eastern RR

5.1

Jalan baru, lebar 7 m

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak ada data

5

Jawa Timur Capex (U)

Probolinggo Bypass

9.53

Pelebaran jalan dari 8 m menjadi 14 m

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak ada data

6

Jawa Barat Capex (I)

Cileunyi - Nagreg

7.0

Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, standar dengan perbaikan kemiringan. Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, lebar standar.Sub proyek termasuk Karawang bypass Peningkatan kapasitas sudah selesai oleh proyek sebelumnya, diperlukan pembebasan tanah di beberapa bagian,lebar perkerasan antara 7 sp 15 m sebagian badan jalan sudah dibagi, usulan pelebaran menjadi 14 m

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak Ya (3 sungai: K. Sosakjarang, K. Jambe, dll.)

Diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan LARAP, UKL / peningkatan kapasitas jalan.,ada dampak penting UPL terhadap lingkungan. Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan LARAP, UKL / tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.,ada UPL dampak penting terhadap lingkungan. Kemacetan (Km34.00+Km60.00),diperlukan pembebasan bangunan,rumah, toko, pohon dan jalan AMDAL & merupakan jalan perkotaan dan diindikasikan ada LARAP (Full) pencemaran udara. Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan LARAP, Tracer, UKL / tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.,ada dampak penting terhadap lingkungan. UPL

7

Jawa Barat Capex (I)

Bekasi - Karawang

3.65

Ya

0%

Ya (3)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

8

Jawa Timur Capex (I)

Gempol - Pasuruan

12.8

Ya

75%

Ya(2)

Tidak

Tidak

Tidak

Ya (sekolah)

Ya (sungai)

9

Jawa Barat Capex (I)

Karawang - Cikampek

4.2

Pelebaran jalan eksisting

Ya

50%

Ya (2)

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak ada data

Tidak

AMDAL - Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Tracer - Laporan Penelusuran pembebasan tanah LARAP - Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Pemukiman

UKL / UPL - Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan AWP- Program Kerja tahunan SOPs - Standar Prosedur Operasi Populasi (A) - 1: Rendah; 2: Sedang: 3 : Padat/Tinggi ND - Tidak ada data

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

81

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Table 3.2

Komposisi Arus Lalu Lintas Harian, Seluruh Sub-Proyek Peningkatan/ Betterment Inter-urbanMotor cycles Vpd Vpd 13,547 11,140 24,687 Motor cycles Vpd Vpd 3,069 1,065 4,134 Motor cycles Vpd Vpd 1,611 1,044 2,655 Motor cycles Vpd Vpd 3,491 3,277 6,769 Motor cycles Vpd Vpd 4,953 4,191 9,144 Motor cycles Vpd Vpd 1,263 1,222 2,485 Car & Jeep 6,150 5,650 11,800 Car & Jeep 1,944 1,586 3,530 Car & Jeep 1,523 1,354 2,877 Car & Jeep 2,334 2,356 4,690 Car & Jeep 3,825 3,120 6,945 Car & Jeep 565 370 935 Mini bus 1,979 1,818 3,797 Mini bus 61 58 118 Mini bus 630 593 1,223 Mini bus 2,295 2,327 4,622 Mini bus 3,186 2,967 6,153 Mini bus 868 965 1,833 Pick Up 2,888 3,094 5,981 Pick Up 734 299 1,033 Pick Up 631 700 1,332 Pick Up 1,465 1,408 2,873 Pick Up 814 773 1,587 Pick Up 185 202 387 Small Bus 408 543 950 Small Bus 586 526 1,112 Small Bus 16 13 29 Small Bus 911 1,005 1,916 Small Bus 167 218 386 Small Bus 18 19 37 Large Bus 860 697 1,557 Large Bus 1,184 1,082 2,266 Large Bus 196 265 460 Large Bus 925 884 1,810 Large Bus 96 65 161 Large Bus 17 21 38 Truck 2 Truck 3 Artic Semi Total per Axle Axle Trailer Trailer day 2,888 2,880 5,767 722 546 1,268 103 217 321 208 298 506 29,752 26,882 56,634

Semarang to Bawen

To Semarang AADT 2004 To Bawen AADT 2004 Total Both Directions Losari to Pejagan

Truck 2 Truck 3 Artic Semi Total per Axle Axle Trailer Trailer day 2,798 1,918 4,716 Truk 2 Axle 869 889 1,758 773 1,213 1,987 Truk 3 Axle 215 347 562 480 518 998 477 331 807 12,106 8,597 20,703

To Pejagan AADT 2004 To Losari AADT 2004 Total Both Directions Karangampol to Cirebon

Artic Semi Total per Trailer Trailer day 73 92 165 39 76 114 5,803 5,373 11,175

To Karangampol AADT To Cirebon AADT 2004 Total Both Directions Pasuruan to Pilang

Truck 2 Truck 3 Artic Semi Total per Axle Axle Trailer Trailer day 882 981 1,863 582 546 1,128 662 432 1,094 331 329 659 13,878 13,545 27,423

To Pasuruan AADT 2004 To Pilang AADT 2004 Total Both Directions Cilegon to Pasauran Section 1

Truck 2 Truck 3 Artic Semi Total per Axle Axle Trailer Trailer day 565 553 1,118 521 442 963 81 59 140 175 240 416 14,382 12,629 27,011

To Cilegon AADT 2004 To Pasauran AADT Total Both Directions Cilegon to Pasauran

Truck 2 Truck 3 Artic Semi Total per Axle Axle Trailer Trailer day 181 174 355 15 12 26 0 0 0 1 0 1 3,112 2,984 6,096

To Cilegon AADT 2004 To Pasauran AADT Total Both Directions

Catatan: AADT Lalu Lintas harian rata rata tahunan / annual average daily traffic; VDP vehicles per day

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

82

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Tabel 3.3

Total Harian dan Arus Lalu Lintas Sibuk untuk Sub-proyek Perbaikan / Betterment Inter-urban (Tahun 2004, 2007 dan 2017)Year 2004 Harian LHR 56,634 20,703 67,278 39,202 39,262 11,175 2klloku 7,423 27,013 6,097 Harian SMP 47,012 22,307 49,649 31,752 27,519 10,796 28,958 25,315 5,279 Sibuk SMP/ jam 3515 1,453 3,511 2230 2344 747 1,731 1,780 509 Harian LHR 68614 24,220 80,980 47,421 47,272 13,764 33,966 34,927 8,175 2007 Harian SMP 55,676 26,418 58,799 37,603 32,590 12,786 34,295 30.579 6,252 Sibuk SMP/ jam 4137 1,710 4,132 2625 2,759 879 2,037 2,095 599 Harian LHR 122,123 41,891 2017 Harian SMP 97,841 46,425 Sibuk SMP/ jam 7338 3,034 7,330 4,657 4,894 1,559 3,614 3,716 1,063

Arus Lalu Lintas Satuan Semarang-Bawen Pejagan-Losari Tempel -Yogya Sec-1 Tempel-Yogya Sec-2 Yogya-Piyungan Karang Ampel-Cirebon Pasuruan-Pilang Cilegon-Pasuruan, Sec 1 Cilegon-Pasuuran, Sec 2

145,539 103,329 85,260 83,874 24,712 60,867 63,652 14,833 66,082 57,273 22,469 60,267 53,738 10,987

Catatan : LHR = Lalu L:intas Harian Rata-rata / VPD = Vihicle per Day SMP = Satuan Mobil Penumpang / PVC = Passenger Car Unit SMP/Jam = Saruan Mobil Penumpang per Jam = PCU/hr

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

83

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Table 3.4 Additional LARAP Services For Intersection

Additional LARAP No. Sub Project Number of Intersection No LARAP LARAP on Intersection Possible Acquisited on 2005 -April 2006

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Cilegon - Pasauran - Sp Labuan : Sect 1 Semarang - Bawen Boyolali - Kartosuro Semarang - Demak Pemalang - Pekalongan Kabuyutan Bridge-Brebes Pejagan - Losari Karang Ampel-Cirebon Karawang Bypass Pasuruan - Pilang Widang - Lamongan Jl. Soekarno - Hatta, Pekanbaru Cianjur Ring Road Ngawi Ring Road Semarang Northern Ring Road, Section 3 Package 2

7 18 10 6 6 0 2 3 2 7 1 6 2 6 1

YES YES YES YES YES

YES YES YES YES YES NO YES YES NO YES NO YES NO YES NO

YES NO NO NO NO NLA NO NO NLA NO YES YES YES YES NLA

16 17 18 19 20

Demak Bypass Bandar Lampung Bypass + 2 No. bridge Jl. Lingkar Barat, Palembang Palmerah (Ring Road I & II Jambi) Brebes - Tegal Northern Ring Road

8 11 3 6 6 111

YES YES

NO YES YES YES NO

NLA YES YES YES NLA

TotalRemarks :

NLA : No Land acquisition

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

84

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Sebagian besar wilayah sub proyek dalam AWP 1, telah terlibat dalam proyek jalan terkait, antara lain: Strategic Urban Road Infrastructure Project (SURIP; 1995 -2003), Berbantuan Bank Dunia Sumatera Region Roads Project (SRRP; 2000 2005), Berbantuan Bank Dunia North Java Road Improvement Project (NJRIP; 1996 2003), Berbantuan Bank Pengembangan Asia (ADB) Heavy Loaded Road Improvement Project (HLRIP; 1995 sekarang), Berbantuan JBIC

Gambar 3.1 menyajikan bagian/seksi lanjutan dari sub-proyek dan oleh lembaga mana bagian tersebut akan didanai. Gambar ini jelas menunjukkan bahwa dalam kegiatan capex atau pembangunan jalan baru sub-proyek SRIP, tidak ada keterkaitan antara sub-proyek tersebut dengan sub-proyek yang telah ada atau direncanakan melalui pendanaan ADB atau JBIC.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

85

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Table 3.5 Ringkasan Untuk Kandidat Sub Proyek AWP-1

No.

Sub Proyek/Jenis

Provinsi/(U/IU)

Awal Proyek dan Akhir Proyek (km dan km) Km 0+00 and Km 3+00*)

Panjang (km) 3.05 2.5 4.4

Damija (m) 20 - 30 27 - 35 30 40 - 60 30 - 35 18 24 - 30 30 - 65 40 22 - 25 40 9 - 10 22 18 - 20 18 - 20 24 22 - 24

Jumlah Jalur Kec.Disain Max. (km/hr) Exsisting Proyek Exsisting 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4/3/2 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 4 4 30,209 143,826 13,920 22,707 31,973 21,583 18,863 27,382 35,268 27,126 22,072 27,013 42,991 20,701 20,701 27,553 56,634

AADT Perkiraan pada 2008 32,598 155,119 14,928 24,407 34,375 23,295 20,410 29,557 38,265 29,343 29,404 28,673 45,552 21,856 21,856 29,127 60,023

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cut Meutia, Bekasi (C) Daan Mogot (B) Demak Bypass (C) Semarang NRR (C) Brebes-Tegal (N) Ngawi RR (N) Palmerah RR (B) Bandar Lampung Bpass (C) S-Hatta, Pekanbaru (C)

Jawa Barat/perkotaan Banten&DKI/perkotaan Jawa Tengah/perkotaan Jawa Tengah/perkotaan Jawa Tengah/perkotaan Jawa Timur/perkotaan Jambi/perkotaan Lampung/perkotaan Riau/perkotaan Sumsel/perkotaan Jawa Barat/perkotaan Banten/antar kota Jawa Tengah/antar kota Jawa Tengah/antar kota Jawa Tengah/antar kota Jawa Tengah/antar kota Jawa Tengah/antar kota

Km 0+00 and Km 2+500 Km 23+400 and Km 29+700 SMG Km 0+00 and Km 2+500 Km 182+600 and Km 164+650 SMG

*)

*)

2.23 17.05 10.75 22.9 18.1 15.07 8.45 7.5 17.1 15.4 0.05 9.43 19.88 22.55

Km 176+160 SBY and Km 0+00 and Km 22+900*)

Km 0+00 and Km 18+100 Km 0+00 and Km 15+900 Km 0+00 and Km 8+500 Km 0+00 and Km 7+500*) *)

10 Lingkar Barat, Palebang (B) 11 Cianjur RR (N) 12 Cilegon-Pasauran Sec1 (B) 13 Boyolali-Kartosuro (C) 14 Kabuyatan (Bridge) 15 Pejagan-Losari Sec 1 (B) 16 Pemalang-Pekalongan (C) 17 Semarang-Bawen (B)

Km 109+600 and Km 26+700 JKT Km 73+500 to Km 88+900 SMG Km 195+900 SMG Km 203+400 to 194+000 SMG Km 129+306 to 109+630 SMG Km 11+450 to 34+000 SMG

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

86

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

No.

Sub Proyek/Jenis

Provinsi/(U/IU)

Awal Proyek dan Akhir Proyek (km dan km) Km 3+100 and Km 23+400 SMG Km 62+080 to 94+700 SBY Km 56+654 to 51+147 SBY Km 32+133 to Km 3+668 CN Km 67+100 and Km 78+800 JKT

Panjang (km) 20.11 32.81 5.5 28.51 11.47

Damija (m) 24 - 38 14 - 18 24 18 - 20 28 - 36

Jumlah Jalur Kec.Disain Max. (km/hr) Exsisting Proyek Exsisting 80 80 80 80 80 2 2 2 4 2 8 2 2 4 4 63,222 27,424 26,774 11,175 38,319

AADT Perkiraan pada 2008 66,932 29,056 29,179 11,842 40,612

18 Semarang-Demak (C) 19 Pasuruan-Pilang (B) 20 Widang-Lamongan (C) 21 Karangampel-Cirebon (B) 22 Karawang Bypass (N)

Jawa Tengah/antar kota Jawa Timur/antar kota Jawa Timur/antar kota Jawa Barat/antar kota Jawa Barat/antar kota

Remarks *) : Ditetapkan oleh TA SRIP berdasarkan DED - Daan Mogot akan masuk projek Busway DKI - Cut Meutia akan masuk projek JBIC

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

87

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

88

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

3.4

Koridor Transportasi Pantai Utara Jawa (Pantura)

Fokus geografis dari sebagian besar sub proyek SRIP merupakan Koridor Transportasi Pantai Utara Jawa (Pantura), yang merupakan jaringan jalan yang paling sering dilalui kendaraan di Indonesia. Pantura terbentang sepanjang garis pantai utara Pulau Jawa yang meliputi empat provinsi: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain empat provinsi tersebut, di Pulau Jawa juga terdapat dua wilayah administratif khusus yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pantura secara umum merupakan dataran pantai yang relatif sempit dan terbentuk oleh kekuatan vulkanik. Pantura mempunyai sejarah sebagai pusat pemukiman, pengembangan budaya dan pertanian. Dengan hanya 6% areal lahan pedesaan, sekitar 60% dari jumlah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, sehingga menjadikan wilayah ini dipertimbangkan sebagai salah satu wilayah terpadat penduduknya didunia saat ini. Pantura merupakan wilayah yang kaya akan endapan tanah vulkanik dan menjadi basis pertanian bagi Indonesia, terutama dari lahan sawah irigasi. Namun kecenderungan dominan yang terjadi adalah transisi menuju urbanisasi dan industrialisasi yang semakin sering terjadi di Pulau Jawa dibandingkan di wilayah lainnya di Indonesia. Kecenderungan urbanisasi dan industrialisasi sepanjang Pantura diperkirakan akan berlanjut dan terkonsentrasi pada permukiman masyarakat yang mapan disepanjang rute transportasi utama meliputi jalan, rel kereta dan fasilitas pelabuhan. Sub proyek yang diusulkan dalam SRIP dirancang untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek-menengah bagi kapasitas dan kondisi jaringan jalan di Pantura.

3.5

Kondisi Umum Lingkungan Wilayah Sub Proyek AWP-1

Topografi / Tanah / Geologi: Secara umum usulan sub proyek SRIP (AWP-1) mempunyai kondisi tanah lunak, dengan elevasi proyek berkisar dari 1 sampai 10 m diatas permukaan laut (dpl). Jenis tanah dibentuk dari sisa alluvial questernary yang sangat pekat dalam karakteristik yang meluas. Pulau Jawa dan Sumatera mempunyai kondisi geologi dan vulkanik aktif. Lokasi proyek termasuk Zona Seismik 4 untuk dasar koefisien memotong disain standar. Hidrologi: Usulan alinyemen sub proyek akan memotong sejumlah sungai-sungai kecil, tambak ikan, saluran drainase dan saluran irigasi. Sebagian besar lokasi sub proyek berdekatan dengan pantai. Umumnya kualitas air tercemar limbah domestik dari pertanian dan buangan industri. Kemungkinan banjir perlu mendapat perhatian mengingat letaknya berada di daerah pasang surut yang rendah. Meteorologi dan Kualitas Udara: Pada umumnya daerah ini termasuk iklim tropis dan musim bulanan, dengan curah hujan yang rendah berkisar antara 1,200 sampai 2,000 mm. Umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Mei, meskipun hujan dapat terjadi di sepanjang tahun. Tipe kondisi angin termasuk ringan (< 5 meter/ detik). Sedangkan kondisi kualitas udara secara umum masih bagus. Dari studi-studi yang ada, penting untuk diperhatikan yaitu adanya indikasi pencemaran udara dan peningkatan kebisingan di lokasi kemacetan di pusat kota dan sepanjang jalan utama / primer. Kualitas udara di wilayah sub proyek sangat erat dipengaruhi oleh kondisi umum angin.Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

89

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

Sumber Daya Biologi: Berdasarkan survey lapangan, di lokasi usulan sub proyek tidak terdapat habitat ekologi sensitif atau teridentifikasi daerah yang mempunyai nilai keunikan biodiversity. Wilayah disepanjang alinyemen proyek ditemui banyak lahan pertanian intensif, pemukiman, areal komersil dan areal industri. Penggunaan lahan. di wilayah usulan sub proyek tidak ditemui kawasan lindung atau habitat alam seperti taman nasional. Penduduk dan pemukiman penduduk: Kepadatan penduduk di Jawa diperkirakan lebih dari 815 orang / km. Kepadatan penduduk tertinggi umumnya berada di Pantura berkisar lebih dari 1,110 orang / km di Kabupaten Pemalang, dan lebih dari 6.953 orang di kota Cirebon, Kepadatan penduduk terendah ditemukan di wilayah sub proyek di Pulau Sumatera, sebagai tambahan pola pemukiman tradisional disisi jalan berkembang seperti pita begitu pula kaki lima serta penghuni liar menjadi keadaan yang biasa ditemui.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

90

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

4 4.1

Prakiraan Dampak Lingkungan dan Sosial Kategori Lingkungan Menurut Bank Dunia

Sebagai acuan, definisi kategori lingkungan dari Bank Dunia adalah sebagai berikut : Kategori A; Proyek diklasifikan sebagai Kategori A jika kemungkinan besar memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan sosial yang bersifat sensitif, luas dan tidak terduga..Dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap wilayah yang lebih luas daripada di lokasi proyek, tempat dilaksanakannya pekerjaan fisik. Analisis dampak lingkungan untuk Kategori A menelaah dampak-dampak negatif dan positif penting dari proyek, dan membandingkannya dengan proyek lainnya yang mempunyai alternatif yang memungkinkan (termasuk pilihan untuk tidak melakukan apapun) serta memberikan rekomendasi tindakan-tindakan untuk pencegahan, minimalisasi, mitigasi, atau kompensasi untuk dampak-dampak yang merugikan serta meningkatkan kinerja lingkungan. Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori A meliputi: (a) (b) (c) Bendungan dan Waduk Hutan produksi Industri (skala besar) dan kawasan industri, termasuk perluasan utama, rehabilitasi, atau modifikasi (d) Irigasi, drainase dan penanggulangan banjir (skala besar) (e) Budidaya perairan dan kelautan (skala besar) (f) Pembersihan dan perataan tanah (g) Pengembangan pertambangan (termasuk minyak dan gas bumi) (h) Pembangunan pelabuhan dan dermaga (i) Reklamasi dan konsolidasi tanah (j) Pemukiman kembali (k) Pengembangan daerah aliran sungai (l) Pembangunan atau perluasan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau Panas Bumi (m) Pabrik, transportasi dan penggunaan pestisida atau bahan-bahan lainnya yang beracun atau berbahaya (n) Pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan raya atau jalan lokal (o) Pengelolaan limbah cair dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Proyek Kategori B ; Suatu proyek dapat diklasifikasikan Kategori B apabila potensi dampak penting yang merugikan terhadap masyarakat lebih ringan dari proyek-proyek dalam Kategori A. Lingkup dampak bersifat proyek spesifik, sebagian kecil memiliki dampak yang permanen dan, dalam sebagian besar kasus, mitigasi dapat direncanakan lebih awal dibandingkan proyek Kategori A. Studi lingkungan kemungkinan dibutuhkan untuk proyek yang termasuk Katagori B, tetapi umumnya berupa penyiapan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan tanpa studi detail. atau cukup dengan penerapan prosedur operasi standar (SOP) untuk menangani dampak-dampak lingkungan yang kemungkinan timbul. Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori B meliputi: (a) (b) (c) (d) (e) Agroindustri (skala kecil) Transmisi energi listrik Irigasi dan drainase (skala kecil) Energi yang dapat diperbaharui (diluar Dam PLTA) Elektrifikasi pedesaan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial(ARPLS / ESAMP)

91

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP)

ARPLS

(f) (g) (h) (i) (j) (k) (l)

Pariwisata Penyediaan air bersih pedesaan dan sanitasi Proyek-proyek DAS (manajemen atau rehabilitasi) Daerah suaka alam dan konservasi keragaman hayati Rehabilitasi atau pemeliharaan jalan raya dan jalan lokal Rehabilitasi atau modifikasi fasilitas industri yang ada (skala kecil) Penghematan energi dan konservasi energi

Proyek Kategori C; Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori C tidak membutuhkan analisis dampak lingkungan, antara lain: (a) (b) (c) (d) (e) (f) Pendidikan Keluarga berencana Kesehatan Peningkatan gizi Pengembangan kelembagaan Proyek-proyek peningkatan sumberdaya manusia

Pada SRIP untuk proyek pemeliharaan jalan dan penggantian jembatan sangat kecil kemungkinannya masuk ke dalam kategori A, kecuali jika proyek tersebut berada di wilayah lingkungan yang sensitif dan memerlukan pengadaan lahan yang luas serta pemukiman kembali. Faktor yang menentukan apakah proyek dimaksud termasuk ke dalam kategori A, adalah jenis dampak, sensitifitas lingkungan dan luasnya wilayah serta banyaknya penduduk yang terkena dampak.

4.2

Pendekatan Untuk Penyaringan Lingkungan

Proses penyaringan lingkungan proyek jalan dan jembatan di Departemen Pekerjaan Umum adalah untuk menentukan apakah dibutuhkan kajian studi lingkungan dan sosial (AMDAL, UKL&UPL ,LARAP dan Tracer) atau hanya cukup dengan penerapan SOP dengan menggunakan prosedur penyaringan lingkungan proyek jalan (Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan: 2004). Dokumen Pedoman ini merupakan produk dari ISEM (Institutional Strengthening in Environmental Management) yang telah digunaan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU) sebagai prosedur penyaringan yang direkomendasikan untuk semua proyek-proyek jalan. Prosedur tersebut dijadikan dasar metoda pendekatan di proyek ini. Pendekatan dengan sistem ISEM ini menyarankan proses penyaringan secara dua tahap: Penyaringan tahap awal untuk menentukan apakah diperlukan kajian lingkungan dan sosial, Penyaringan tahap kedua untuk menentukan tingkat kedalaman kajian lingkungan dan sosial (UKL/UPL atau AMDAL, LARAP dan atau Tracer ).

Penyaringan tahap awal adalah dengan memanfaatkan detail disain, data awal untuk Pemerintah Daerah , laporan kunjungan lapangan dan peta yang tersedia ketika sub proyek diusulkan untuk pertimbangan pembiayaan dalam Program Kerja Tahunan (AWP). Pertimbangan pokok yang dibutuhkan untuk proses penyaringan awal ini adalah sebagai berikut : Karakteristik penanganan perkerasan jalan Apakah ada proses pembebasan tanah di luar rumija Apakah ada upaya pemukiman kembali (resettlement) yang disebabkan oleh pembangunan sub proyek jalan dan jembatan. Apakah usulan sub proyek berada di dalam atau berdekatan dengan areal sensitif.92

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkun