VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

87
Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat S Sandi, Bambang Somantri Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada Program Corporate Social Responsibility Nur Asiah, Sri Haryanti, Z Zulkarnain Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian HP iPhone Sri Mulyati, Umban Adi Jaya Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham Melly Fuji Astuti, Z Zulkarnain Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online Agus Sobandi, Bambang Somantri Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di PT Glostar Indonesia Anisa Maharani, Mariati Tirta Wiyata Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size Terhadap Dividend Policy Elis Natasya, Z Zulkarnain Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara Online pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia Inggri Septianie, Mariati Tirta Wiyata VOL. 1, NO. 1, agustus 2020 ISSN 2723-8709

Transcript of VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

Page 1: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi,

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

S Sandi, Bambang Somantri

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada

Program Corporate Social Responsibility

Nur Asiah, Sri Haryanti, Z Zulkarnain

Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

HP iPhone

Sri Mulyati, Umban Adi Jaya

Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham

Melly Fuji Astuti, Z Zulkarnain

Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian

Secara Online

Agus Sobandi, Bambang Somantri

Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja

di PT Glostar Indonesia

Anisa Maharani, Mariati Tirta Wiyata

Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size

Terhadap Dividend Policy

Elis Natasya, Z Zulkarnain

Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian

Secara Online pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia

Inggri Septianie, Mariati Tirta Wiyata

VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

ISSN 2723-8709

Page 2: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

i

KATA PENGANTAR EDITOR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya tim editor dapat

menyelesaikan penulisan untuk Edisi Perdana Volume 1, Nomor 1, Tahun 2020 Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI) yang diberi nama Winter Journal:

IMWI Student Research Journal. Lahirnya jurnal ini sebagai media publikasi karya riset

mahasiswa IMWI yang berkolaborasi dengan dosen pembimbing di program studi, sebagai bentuk

pelaksanaan Tridharma penelitian di lingkungan Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Winter

Journal insya Allah akan rutin mempublikasikan karya riset mahasiswa IMWI seputar teknologi,

sains komunikasi, desain komunikasi visual, akuntansi, dan manajemen bisnis sebanyak tiga kali

dalam setahun, yaitu setiap bulan Agustus, Desember, dan April.

Ucapan terima kasih Kami sampaikan kepada para kontributor (penulis) yang telah

mengirimkan naskah untuk diterbitkan pada Edisi Perdana Winter Journal ini. Penerimaan naskah

baru akan berlangsung sepanjang tahun. Kami sangat terbuka untuk menerima naskah dari para

mahasiswa dan dosen. Diharapkan melalui media publikasi ini dapat memberi kontribusi pada

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, demi kemajuan bangsa dan Negara.

Sukabumi, Agustus 2020

Editor-in-Chief

Zulkarnain, S.E., M.Si.

Page 3: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

ii

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

WINTER JOURNAL

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL

PELINDUNG : Ketua Yayasan Wiyata Indonesia

PENANGGUNG JAWAB : Rektor Institut Manajemen Wiyata Indonesia

KETUA DEWAN REDAKSI : Zulkarnain (SINTA ID: 6692379)

ANGGOTA DEWAN REDAKSI : Umban Adi Jaya (SINTA ID: 6701991)

PRODUKSI : B.J. Zaenal Abidin

PEMASARAN : Nur Asiah

ANGGOTA REVIEWER : - Bambang Somantri Wijaya (Institut Manajemen

Wiyata Indonesia) (SINTA ID: 6703398)

- Mariati Tirta Wiyata (Institut Manajemen Wiyata

Indonesia) (SINTA ID: 6730190)

- Fahrurrazi (Institut Manajemen Wiyata Indonesia)

(SINTA ID: 6733246)

Page 4: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

iii

WINTER JOURNAL

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL

Volume 1, Nomor 1, Agustus 2020

Daftar Isi Halaman

Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi,

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

1 - 8

S Sandi, Bambang Somantri

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada Program

Corporate Social Responsibility

9 – 21

Nur Asiah, Sri Haryanti, Z Zulkarnain

Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

HP iPhone

22 – 30

Sri Mulyati, Umban Adi Jaya

Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham 31 – 40

Melly Fuji Astuti, Z Zulkarnain

Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Secara

Online

41 – 52

Agus Sobandi, Bambang Somantri

Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di

PT Glostar Indonesia

53 – 62

Anisa Maharani, Mariati Tirta Wiyata

Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size

Terhadap Dividend Policy

63 – 72

Elis Natasya, Z Zulkarnain

Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara

Online pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia

73 – 82

Inggri Septianie, Mariati Tirta Wiyata

ISSN 2723-8709

Page 5: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

1

Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten

Sambas, Kalimantan Barat

S Sandi1, Bambang Somantri2

1,2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This research discusses the rubber marketing channels in Tebing Batu

Village, where the Tebing Batu Village has a majority as farmers, one of

which is rubber farmers. The purposes of this research are: 1) to

analyze the rubber marketing channel, 2) to analyze farmer's share, 3)

to see the level of marketing efficiency in the rubber marketing channel

in Tebing Batu Village. The method used in this research is survey

research method with a sample of 72 rubber farmers from a population

of 257 rubber farmers. The results of the research are 1) there are two

marketing channels used, namely marketing channel I (farmers selling

directly to consumers) and marketing channel II (farmers selling rubber

to collectors and then to consumers), 2) The farmer's share is the same

for both marketing channels. , 3) the research results show that the two

existing marketing channels are efficient, seen from the level of

marketing efficiency below 33%, namely the I marketing channel with a

marketing efficiency level of 10.63% and the second marketing channel

with a marketing efficiency level of 9.18%.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 1-8

Institut Manajemen Wiyata

Indonesia,

Jl. Gudang No. 7-9,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

rubber, marketing channels,

farmer's share and marketing

efficiency.

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai saluran pemasaran karet yang

terdapat di Desa Tebing Batu, yang mana Desa Tebing Batu

masyarakatnya bermayoritas sebagai petani, salah satunya yaitu petani

karet. Tujuan penelitian ini adalah : 1) untuk menganalisis saluran

pemasaran karet, 2) untuk menganalisis farmer’s share, 3) untuk melihat

tingkat efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran karet yang terdapat

di Desa Tebing Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian survei dengan sampel 72 orang petani karet

dari populasi 257 orang petani karet. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani dan pedagang

sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang terkait

dengan penelitian. Hasil dari penelitian yaitu 1) terdapat dua saluran

pemasaran yang digunakan yaitu saluran pemasaran I (petani menjual

langsung kepada konsumen/pabrik) dan saluran pemasaran II (petani

menjual karet kepada pedagang pengumpul lalu ke konsumen/pabrik),

2) Adapun farmer’s share adalah sama untuk kedua saluran pemasaran,

3) hasil penelitian diketahui bahwa kedua saluran pemasaran yang ada

sudah efisien, dilihat dari tingkat efisiensi pemasaran dibawah 33%,

yaitu saluran pemasaran I dengan tingkat efisiensi pemasaran 10,63%

dan saluran pemasaran II dengan tingkat efisiensi pemasaran 9,18%.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 6: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

2

PENDAHULUAN

Tanaman karet memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Negara Indonesia, dimana luas

areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,6 juta heektar dan menempatkan Indonesia mengalahkan

Thailand dan Malaysia (Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam (Matondang et al., 2018). Hasil dari sadapan

karet mempunyai banyak kegunaan dan mempunyai nilai ekonomi sehingga komoditas ini dibudidayakan

dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri.

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang mempunyai lahan karet

yang luas. Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang

mempunyai perkebunan karet cukup luas. Luas total tanaman karet di Kabupaten Sambas yaitu 54.233 Ha

dan dengan jumlah produksi karetnya sebesar 17.755 Ton (BPS, 2016).

Tabel 1

Luas Area Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya di Kabupaten Sambas Tahun 2016

No Jenis Tanaman Petani (Orang) Luas Tanaman (Ha)

1 Cengkeh 25 6

2 Kakao 1.359 422

3 Kemiri 12 5

4 Kopi 3.795 2.027

5 Karet 39.966 54.278

6 Kelapa Dalam 12.234 22.483

7 Kelapa Hybrida 469 123

8 Kelapa Sawit 8.719 85.406

9 Lada 4.902 1.406

10 Sagu 2.320 879

11 Tebu 1.157 325

12 Pinang 363 56

Sumber: (BPS, 2016)

Kabupaten Sambas mempunyai beberapa kecamatan yang masyarakatnya mayoritas sebagai petani

karet, yang mana salah satu kecamatannya yaitu Kecamatan Sebawi yang memiliki luas kebun pada tahun

2016 yaitu 2.329 Ha, dan untuk produksinya adalah sebesar 752 Ton. Salah satu desa penghasil karet di

Kecamatan Sebawi yaitu Desa Tebing Batu disamping itu ada juga tanaman lainnya seperti kelapa sawit,

kopi, dan lada. Berdasarkan data dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sebawi Tahun 2016, luas area

dan produksi tanaman perkebunan di Desa Tebing Batu dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Luas Area Dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya Di Desa Tebing Batu

No. Jenis Tanaman Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton)

1 Karet 532 250

2 Kelapa Sawit 8 19,5

3 Kopi 7 1,5

4 Lada 3 0,5

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sebawi, 2016

Penelitian ini bertujuan antara lain: 1). Untuk menganalisis saluran pemasaran karet di Desa Tebing

Batu, Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas. 2). Untuk menganalisis farmer’s share, 3). Tingkat efisiensi

pemasaran pada saluran pemasaran karet yang terdapat di Desa Tebing Batu.

Page 7: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

3

TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas Karet

Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang yang lumayan besar yang mana

mengandung getah yang dinamakan lateks. Tinggi pohon karet dewasa hingga 15-25 m pohon tegak, kuat,

berdaun lebat, dan bisa mencapai umur 100 tahun. Pohon karet biasanya tumbuh lurus memiliki percabangan

yang tinggi diatas. Di beberapa kebun karet, arah tumbuh tanaman karet terdapat kecondongan agak miring

(Riati, 2017).

Karet juga mempunyai banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai bahan baku

industri yakni dalam pembuatan barang-barang seperti aneka ban kendaraan (sepeda, motor, mobil, traktor

hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak untuk mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel,

isolator, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membungkus logam (Riati, 2017).

Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses yang disertai dengan manajerial yang membuat individu yang terkait

atau suatu kelompok yang berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan cara

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang memiliki nilai jual kepada suatu pihak yang

lain atau segala sesuatu yang menyangkut penyampaian produk atau jasa dari produsen sampai konsumen

(Shinta, 2011).

Menurut Kotler dalam Riati (2017), pemasaran memiliki definisi secara sosial maupun secara

manajerial. Adapun secara sosial yaitu pemasaran merupakan suatu proses sosial yang mana melibatkan

individu maupun suatu kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menciptakan,

menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang memiliki nilai jual kepada pihak yang

lain. Sedangkan secara manajerial. Pemasaran digambarkan sebagai seni menjual produk, namun penjualan

bukan merupakan bagian paling penting dari pemasaran.

Menurut Asmarantaka dalam Riati (2017) menjelaskan untuk menganalisis suatu sistem dalam

pemasaran dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu sebagai berikut :

1. Pendekatan Fungsi

Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui berbagai fungsi pemasaran yang diterapkan

dalam suatu sistem pemasaran dalam upaya untuk menciptakan efisiensi pemasaran serta mencapai

suatu tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

2. Pendekatan Kelembagaan

Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui para pelaku serta pihak-pihak yang terlibat

dalam suatu sistem pemasaran, yang kemudian dikelompokkan dalam kelembagaan pemasaran yang

berarti berbagai organisasi bisnis atau kelompok bisnis yang melaksanakan aktivitas bisnis berupa

kegiatan-kegiatan produktif melalui pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran.

3. Pendekatan Sistem

Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui efisiensi serta kontinuitas dari pelaksanaan

suatu sistem pemasaran, yang terdiri dari input-output system, power system, communications system,

and the behavioral system for adapting to internal-external change.

Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk dilakukan dengan cara merencanakan,

mengimplementasikan (mengorganisasikan, mengarahkan, serta mengkoordinir suatu kegiatan) dan serta

mengawasi maupun mengendalikan kegiatan pemasaran yang terdapat dalam suatu organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi yang diinginkan secara efisien dan efektif (Shinta, 2011). Sedangkan menurut

Kotler & Keller dalam Shinta (2011), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan

Page 8: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

4

konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah sekelompok lembaga yang melakukan kerja sama untuk mencapai suatu

tujuan yang terdiri atas beberapa pedagang maupun agen yang melakukan kegiatan untuk mencapai pasar-

pasar tertentu yang menjadi tujuan akhir dari kegiatan saluran yang didalamnya terdapat kegiatan

penggolongan produk berdasarkan jenisnya dan juga pendistribusian produknya (Swasta, dalam Riati

(2017)). Ada juga yang menjelaskan bahwa saluran pemasaran adalah sebuah sistem individu dan organisasi

yang didukung oleh fasilitas, perlengkapan dan informasi untuk mengarahkan arah bergeraknya barang dan

jasa dari produsen agar sampai ke konsumen (Tjiptono & Chandra, dalam Widya et al. (2018)).

Menurut Kotler & Keller dalam Widya et al. (2018), tingkat saluran pemasaran terbagi atas beberapa

macam, yaitu:

1) Saluran nol-tingkat atau saluran pemasaran langsung (zero levels channel or direct marketing channel)

Merupakan saluran pemasaran yang paling pendek dan biasa disebut saluran pemasaran langsung.

Saluran pemasaran ini dipergunakan oleh produsen jika melakukan transaksi penjualan kepada pemakai

industri atau konsumen dalam relatif yang cukup besar cukup besar.

2) Saluran satu-tingkat (one level)

Saluran pemasaran ini digunakan oleh produsen dengan barang-barang jenis perlengkapan

aksesoris kecil yang mana memerlukan perantara seperti pedagang besar atau grosir untuk menyalurkan

produknya agar sampai ke tangan konsumen.

3) Saluran dua-tingkat (two leves)

Saluran pemasaran ini biasa digunakan oleh perusahaan selaku produsen hanya melayani

pembelian produk dalam jumlah yang besar dan hanya menjual kepada pedagang besar maupun grosir

dan tidak melayani penjualan kepada pengecer.

4) Saluran tiga-tingkat (three level)

Saluran pemasaran ini digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan bahwa unit penjualannya

terlalu kecil untuk dijual secara langsung, selain itu faktor penyimpangan pada saluran pemasaran perlu

dipertimbangkan juga, dalam hal ini cabang penjualan produsen sangatlah penting peranannya.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.

Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Tebing Batu

merupakan salah satu desa yang paling banyak kebun karet di Kecamatan Sebawi. Mata pencarian

masyarakat di daerah ini adalah petani karet sekitar 257 orang. Penelitian ini dilakukan Bulan Februari 2018

sampai Agustus 2018.

Metode Pengambilan Sampel dan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yang mana berarti suatu metode

yang menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan dan memperoleh informasi dari responden (Morissan,

2012). Sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin dengan tingkat error sebesar 10% dari jumlah

populasi (257 Orang) yaitu sebanyak 72 orang petani karet. Sedangkan untuk pedagang pengumpul

ditentukan dengan sengaja yaitu berjumlah 6 orang.

Data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui

wawancara langsung kepada petani dan pedagang sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan atau

kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang terkait dengan penelitian.

Page 9: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

5

Analisis Data

Data primer yang telah didapatkan akan ditabulasikan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan

dilanjutkan dengan analisa. Data analisa dengan biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, marjin pemasaran,

bagian yang diterima petani, efisiensi pemasaran. Tujuan dari penelitian ini dijawab menggunakan analisa

secara deskriptif. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Farmer’s share

Farmer’s share digunakan untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran dengan membandingkan

seberapa besar bagian yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

(Asmarantaka, dalam Iswahyudi & Sustiyana (2019)). Adapun rumus untuk menghitung tingkat farmer’s

share yaitu sebagai berikut (Kohls dan Uhl, dalam Iswahyudi & Sustiyana (2019)):

FS = pf

x 100% pk

Keterangan :

Fs = Persentase yang diterima petani karet (%)

Pf = Harga di tingkat petani (Rp)

Pk = Harga di tingkat konsumen akhir (Rp)

Efisiensi Pemasaran

Suatu saluran pemasaran dapat dikatakan efisien jika seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam

kegiatan tersebut memperoleh kepuasan (Limbong dan Sitorus, dalam Riati (2017)). Menurut Soekartawi

dalam Riati (2017) rumus untuk menghitung tingkat efisiensi saluran pemasaran dapat menggunakan rumus

sebagai berikut:

Epb = TBpb

x 100% TNpb

Keterangan :

Epb = Efisiensi Pemasaran Karet (%)

TBpb = Total Biaya Pemasaran Karet (Rp)

TNpb = Total Nilai Penjualan Karet (Rp)

Dengan asumsi :

1. 0 – 33% = Efisiensi

2. 34 – 67% = Kurang Efisien

3. 68 – 100% = Tidak Efisien

HASIL DAN PEMBAHASAN

Saluran Pemasaran Karet

Pemasaran karet di Desa Tebing Batu hanya melibatkan pedagang pengumpul, yang mana pedagang

pengumpul langsung menjual karet tersebut ke pabrik atau konsumen akhir dari saluran pemasaran. Adapun

pola pemasaran karet di Desa Tebing Batu dapat dilihat melalui saluran pemasaran karet pada gambar 1.

Saluran Pemasaran I

Saluran Pemasaran II

Gambar 1. Saluran Pemasaran Karet di Desa Tebing Batu

Petani Karet Konsumen /

Pabrik

Pedagang

Pengumpul

Page 10: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

6

Gambar 1 menunjukkan rantai pemasaran karet di Desa Tebing Batu terdiri dari 2 saluran pemasaran,

yaitu saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II. Petani responden 89% menggunakan saluran pemasaran

II dan ada juga petani responden tersebut sebanyak 11% juga menggunakan saluran pemasaran I dengan

alasan karena harga beli yang tinggi yang dilakukan oleh konsumen/pabrik. Adapun yang menggunakan

saluran pemasaran II ber alasan dapat menghemat waktu dan juga hasilnya cepat diperoleh yang mana hasil

tersebut akan digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Saluran Pemasaran 1

Pada saluran pemasaran ini petani menjual karet langsung ke konsumen/pabrik. Petani karet tidak

banyak yang menggunakan saluran pemasaran ini, hal ini dikarenakan jarak antara lokasi petani karet dengan

lokasi konsumen/pabrik lumayan jauh dan juga memerlukan waktu yang tidak sedikit. Petani yang menjual

karet ke konsumen/pabrik ini disebabkan oleh faktor ada perbedaan harga antara jual ke pedagang

pengumpul dengan menjual langsung ke konsumen/pabrik ketika menjual dalam jumlah yang banyak.

Saluran Pemasaran 2

Pada saluran pemasaran ini petani menjual karet ke pedagang pengumpul, dan pedagang pengumpul

menjual karet ke konsumen/pabrik. Petani lebih banyak menggunakan saluran pemasaran ini dikarenakan

beberapa faktor 1) lokasi cukup mudah dijangkau dan tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan

proses jual beli karet dengan pedagang pengumpul, 2) karena hasil dari penjualan karet akan digunakan

untuk membeli berbagai keperluan sehari-hari oleh karena itu petani sangat suka menjual karet kepada

pedagang pengumpul.

Farmer’s Share

Farmer’s Share atau bagian yang diterima oleh petani merupakan persentase perbandingan harga yang

diterima oleh petani dengan harga pada tingkat konsumen/pabrik. Pemasaran karet untuk kedua saluran

pemasaran karet yaitu saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II, dimana petani menjual karet dengan

harga Rp 7.000 /kg dan harga karet ditingkat pabrik adalah sebesar Rp 9.000 /kg. Dari data ini dapat

diketahui bahwa bagian harga yang diterima oleh petani adalah sebesar 77,78%. Dengan demikian untuk

kedua saluran pemasaran bagian harga yang diperoleh oleh petani adalah sama. Dari hasil perhitungan

menunjukkan bahwa petani karet adalah sebagai penerima harga.

Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran karet tergantung pada total biaya pemasaran dan total nilai produk. Menurut

Soekartawi dalam Riati (2017) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran dapat dinyatakan sebagai persentase

perbandingan total biaya pemasaran dengan nilai penjualan karet. Dengan asumsi 0 – 33% dikatakan efisien,

34 – 67% dikatakan kurang efisien, dan dengan 68 – 100% dikatakan tidak efisien. Untuk mengetahui

tingkat efisiensi saluran pemasaran karet dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Tingkat Efisiensi Pemasaran Karet Saluran Pemasaran I di Desa Tebing Batu

Uraian Keterangan Nilai

Petani Karet Harga Jual (Rp) 7.000

Biaya Pemasaran (Rp) 956,88

Keuntungan (Rp) 1.043,12

Efisiensi Pemasaran (%) 10,63

Konsumen Harga Beli (Rp) 9.000

Sumber : Data Primer

Page 11: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

7

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat keuntungan bila petani karet menjual langsung ke

konsumen/pabrik, dan keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 1.043,12 per kg. Adapun tingkat efisiensi

bila menjual langsung ke konsumen/pabrik yaitu sebesar 10,63% yang mana sudah termasuk efisien dalam

hal pemasaran.

Tabel 4

Tingkat Efisiensi Pemasaran Karet Saluran Pemasaran II di Desa Tebing Batu

Uraian Keterangan Nilai

Pedagang Pengumpul Harga Beli (Rp) 7.000

Harga Jual (Rp) 9.000

Biaya Pemasaran (Rp) 826,07

Keuntungan (Rp) 1.173,93

Efisiensi Pemasaran (%) 9,18

Konsumen Harga Beli (Rp) 9.000

Sumber : Data Primer

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul yaitu

sebesar Rp 1.173,93 per kg. Adapun tingkat efisiensi pemasaran yaitu sebesar 9,18% yang mana sudah

termasuk efisien dalam hal pemasaran dari saluran pemasaran I.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat dua saluran pemasaran karet di Desa Tebing Batu, yaitu :

a) Saluran Pemasaran I : Petani > Konsumen/pabrik

b) Saluran Pemasaran II : Petani > Pedagang Pengumpul > Konsumen/pabrik

2. Adapun farmer’s share adalah sama untuk kedua saluran pemasaran.

3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedua saluran pemasaran yang ada sudah efisien, dilihat

dari tingkat efisiensi pemasaran dibawah 33%, yaitu saluran pemasaran I dengan tingkat efisiensi

pemasaran 10,63% dan saluran pemasaran II dengan tingkat efisiensi pemasaran 9,18%.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya petani karet yang ada di Desa Tebing Batu

menjual karetnya ke konsumen/pabrik secara langsung apabila ingin mendapatkan keuntungan yang besar,

hal ini dikarenakan biaya pemasaran yang dikeluarkan akan berkurang dan sebaliknya mendapatkan

keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan menjual ke pedagang pengumpul.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2016). Kabupaten Sambas Dalam Angka 2016.

Iswahyudi, & Sustiyana. (2019). Pola Saluran Pemasaran dan Farmer’s Share jambu Air CV Camplong.

Jurnal Hexagro, 3(2), 33–38.

Matondang, N., Tatik, A., & Nusifera, S. (2018). Pengaruh Pemberian Stimulan Etefon dan Pemupukan

Terhadap Hasil Lateks Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Klon PB 260. J.Floratek, 13(1),

23–36.

Morissan, M. A. (2012). Metode Penelitian Survei (Vol. 426). Kencana.

Riati. (2017). Analisis Pemasaran Karet di Desa Bayas Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir.

Menara Ilmu, XI(78), 108–121.

Page 12: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

8

Shinta, A. (2011). Manajemen Pemasaran. UB Press.

Widya, A., Ananda, N., Yuzril, R., Mulya, R., Dianti, S. N., Dinniyah, T., Parquinda, L., Prastyo, B., &

Roziqin, K. (2018). Analisis Fungsi dan Saluran Pemasaran Komoditas Jeruk (Studi pada Petani Jeruk

Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang). Cakrawala Journal, 12(1), 1–11.

Page 13: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

9

Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada Program Corporate Social

Responsibility

Nur Asiah1, Sri Haryanti2, Z Zulkarnain3

1,2,3Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This research discusses the application of the principles of GCG through the

CSR program and tries to examine the various policies applied in various

countries in implementing CSR as an illustration for Indonesia in

implementing policies so that CSR can be focused and directed. The

research was conducted using a literature review approach. Literature

search through an online search engine from the Google Scholar database,

Directory of Open Access Journals (DOAJ), Elsevier, and Wiley Online

Library. The conclusion from the results of this study is that Indonesia is

right to use a mandatory system, if CSR is only based on voluntary

principles, this certainly cannot be carried out effectively and measurably

in the application of CSR. CSR should have binding legal force and legal

certainty as well as an obligation that must be carried out by the company.

The obligation that must be carried out by the company is in the form of an

obligation to issue the results of CSR activity reports to the public. In

addition, it needs an important first step in implementing GCG, the

Indonesian government can form a special agency or institution that is

tasked with implementing the concept of GCG and implementing CSR in

Indonesia. So, it is hoped that the implementation of CSR will be more

focused and focused.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 9-21

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Good Corporate

Governance, Corporate

Social Responsibility

Abstrak

Penelitian ini membahas penerapan prinsip-prinsip GCG melalui program

CSR dan mencoba menelaah berbagai kebijakan yang diterapkan di berbagai

negara dalam penerapan CSR sebagai gambaran bagi Indonesia dalam

menerapkan kebijakan agar CSR dapat fokus dan terarah. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kajian literatur. Penelusuran

literatur melalui mesin pencari online dari database Google Scholar,

Directory of Open Access Journals (DOAJ), Elsevier, dan Wiley Online

Library. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Indonesia tepat

menggunakan system mandatory, apabila CSR hanya didasarkan pada

prinsip sukarela, hal ini tentu tidak dapat dijalankan dengan efektif dan

terukur dalam penerapan CSR. CSR sebaiknya memiliki kekuatan hukum

yang mengikat dan kepastian legal serta menjadi sebuah kewajiban yang

harus dijalankan perusahaan. Kewajiban yang harus dijalankan perusahaan

berupa kewajiban dalam mengeluarkan hasil laporan kegiatan CSR kepada

masyarakat. Selain itu perlu langkah awal yang juga penting dalam

penerapan GCG, pemerintah Indonesia dapat membentuk badan ataupun

lembaga khusus yang bertugas dalam menjalankan konsep GCG dan

pengimplementasian CSR di Indonesia. Sehingga diharapkan penerapan

CSR akan lebih terfokus dan terarah.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 14: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

10

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia usaha abad 21 memerlukan penerapan Good Corporate Governance (GCG).

Istilah “corporate governance” mulai diperkenalkan pada tahun 1922 di Inggris oleh Cadbury Committee.

Penerapan konsep GCG penting untuk melihat dan mengukur praktik tata kelola perusahaan. Oleh karena itu,

GCG merupakan suatu yang mesti diterapkan dalam rangka menciptakan kondisi perusahaan yang resisten dan

konstan dalam menyikapi situasi persaingan global seperti ini (Agus & Ardana, 2009).

GCG yang baik dapat sangat memengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan. Beberapa perusahaan di

Indonesia tidak lagi meneruskan usahanya akibat mengimplementasikan praktik pengaturan dan penerapan

tatakelola perusahaan yang buruk atau bad corporate governance. Kasus PT Toba Pulp Lestari (PT

TPL/eks.PT Inti Indorayon Utama) yang mencuat adalah bukti kegagalan penerapan GCG. PT Indorayon

sendiri adalah perusahaan penggilingan kertas Indonesia yang didirikan pada tahun 1989, di Porsea, Sumatra,

Indonesia (Agus & Ardana, 2009).

Kebangkrutan PT Indorayon disebabkan oleh buruknya pengelolaan hutan pinus yang menjadi sumber

utama bahan baku kertas perusahaan ini. Pengelolaan hutan pinus yang buruk menimbulkan kerusakan

lingkungan hutan, mengganggu sistem tata air dan kualitas udara di sekitar Danau Toba. Permukaan air Sungai

Asahan sempat mengalami penurunan yang berdampak negatif terhadap pariwisata, pengusaha dan nelayan.

Hal ini mempengaruhi penghasilan masyarakat yang berprofesi sebagai peternak ikan di sekitar Danau Toba.

Masyarakat setempat berpendapat bahwa perusahaan telah mencemari daerah tersebut, melakukan deforestasi

besar-besaran dan perampasan tanah yang tidak adil. Masyarakat secara paksa menuntut perusahaan

menghentikan aktivitas di sekitar Danau Toba tersebut. Hubungan perusahaan dengan masyarakat yang tidak

baik menyebabkan PT Indorayon tidak bisa beroperasi kembali (Haboddin, 2008).

Hal yang sama juga terjadi pada kasus PT Lapindo Brantas. Perusahaan tersebut melakukan

kecerobohan dalam melakukan pencarian gas dan minyak di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tanggal 26 Mei 2006,

dari rekahan tanah terdapat semburan lumpur panas yang berjarak kurang lebih 200 m dari sumur Banjar Panji-

1 milik PT Lapindo Brantas. Semburan lumpur yang masih belum berhasil dihentikan sampai dengan bulan

Oktober 2006 telah menyebabkan kurang dari 10 pabrik tutup dan 90 hektare sawah serta pemukiman

penduduk tidak bisa digunakan dan ditempati lagi. Bukan saja telah mengakibatkan pencemaran dan merusak

lingkungan pada area yang sangat luas, tetapi juga mematikan sumber pencaharian sebagian masyarakat di

daerah yang tercemar tersebut. Hal ini mengancam keberadaan perusahaan tersebut (Haboddin, 2008). Kasus

PT Indorayon dan PT Lapindo Brantas, dalam hal ini, terjadi karena kegagalan tata kelola perusahaan tersebut.

GCG memiliki lima prinsip, sebagaimana yang dinyatakan oleh National Committee on Governance

(NCG, 2006) diantaranya: transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas

(responsibility), independensi (independency) dan kesetaraan (fairness). Salah satu implementasi prinsip

responsibilitas atau yang lebih dikenal dengan prinsip tanggung jawab, adalah prinsip di mana setiap pengelola

perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan dalam mengelola

perusahaan. Tanggung jawab ini memiliki lima dimensi yaitu: ekonomi, hukum, moral, sosial, dan spiritual

(Agus & Ardana, 2009).

Dalam dimensi sosial berkenaan dengan sejauhmana perusahaan telah melaksanakan CSR sebagai

kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di lingkungan perusahaan. John Elkington

(1997) mengemukakan konsep The Triple Bottom Line, yang menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan

tidak hanya berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan (financial) atau mengejar profit semata

melainkan tanggung jawab perusahaan harus berpedoman pada The Triple Bottom Line, yang dikenal dengan

istilah 3P yaitu profit, people, dan planet agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan (sustainable). Maka

GCG dalam prinsip responsibilitas dimensi sosial diterapkan dalam wujud tanggung jawab sosial perusahaan

yang disebut dengan CSR (Umarella, 2020).

Pelaksanaan CSR diharapkan agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan. Perusahaan sebelum

melakukan kegiatan usahanya, harus berdasarkan atas keputusan yang tidak hanya berorientasi pada aspek

ekonomi saja, tetapi harus memikirkan dampak sosial yang ditimbulkan oleh keputusan tersebut. Akan tetapi

Page 15: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

11

kenyataan di lapangan beberapa perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan CSR, dikarenakan CSR

berkaitan erat dengan moral dan etika bisnis. Maka dari itu, penerapan prinsip-prinsip GCG yang di dalamnya

terdapat prinsip responsibilitas atau tanggung jawab terhadap pemangku kepentingan agar dapat mewujudkan

Praktek CSR dengan baik, karena implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan tidaklah terlepas dari

penerapan GCG itu sendiri, yang akan mendorong manajemen agar dapat mengelola perusahaannya secara

baik termasuk mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya (Umarella, 2020). Oleh karena pentingnya

penerapan GCG dan CSR pada semua jenis badan usaha termasuk jasa menarik minat peneliti untuk

mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada program Corporate

Social Responsibility dan mencoba menelaah berbagai kebijakan yang diterapkan diberbagai negara dalam

penerapan CSR sebagai gambaran bagi Indonesia dalam menerapkan kebijakan agar CSR dapat fokus dan

terarah.

TINJAUAN PUSTAKA

Good Corporate Governance (GCG)

Stakeholders theory atau teori pemangku kepentingan pertama diperkenalkan oleh Freeman (1984),

mengemukakan bahwa perusahaan adalah organ yang saling terhubung dengan pihak lainnya yang

berkepentingan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Penjelasan lain mengenai teori pemangku

kepentingan yang mengatakan bahwa, perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun

harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentingannya. Tanggung Jawab perusahaan terhadap pemangku

kepentingan ditunjukkan dengan menerapkan GCG. Sukrisno Agoes (2006) mendefinisikan GCG adalah

sistem yang mengatur hubungan antara peran Dewan Komisaris, pemegang saham, direksi dan pemangku

kepentingan lainnya.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh National Committee on Governance (NCG, 2006) mengenai

Penerapan GCG, ada lima prinsip diantaranya:

a. Kewajaran (fairness) adalah prinsip agar para pengelola perusahaan memperlakukan pemangku

kepentingan dengan adil dan setara.

b. Prinsip Transparansi adalah kewajiban pengelola perusahaan untuk bersikap terbuka dalam pengambilan

keputusan dan penyampaian informasi kepada pemangku kepentingan. Informasi yang disampaikan harus

benar, lengkap dan tepat waktu, tidak ada yang ditutup-tutupi, dirahasiakan ataupun disembunyikan.

c. Prinsip Akuntabilitas yaitu pengelola perusahaan harus membina sistem akuntansi yang efektif dalam

menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

d. Prinsip Responsibilitas, dimana pengelola perusahaan harus memberikan pertanggungjawaban atas

tindakan dalam mengelola perusahaan tersebut. Tanggung jawab perusahaan ini memiliki 5 dimensi

diantaranya:

● Dimensi hukum, artinya tanggung jawab perusahaan harus diwujudkan dalam bentuk ketaatan

terhadap peraturan yang ada dan hukum yang berlaku.

● Dimensi moral, artinya perusahaan bertanggungjawab atas tindakan manajemen dan manajemen

bersikap adil kepada seluruh pemangku kepentingan.

● Dimensi social, artinya sejauh mana perusahaan telah melaksanakan CSR sebagai kepedulian terhadap

kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di lingkungan perusahaan

e. Kemandirian, prinsip ini sebagai tambahan dalam mengelola BUMN, artinya pengelola dalam mengambil

keputusan harus mandiri, bebas dari tekanan/pengaruh yang bertentangan dengan UU yang berlaku, bebas

dari konflik kepentingan dan professional.

Fenomena saat ini adanya tuntutan publik atas transparansi serta akuntabilitas perusahaan sebagai wujud

implementasi GCG. Salah satu implementasi dari penerapan GCG di perusahaan adalah penerapan prinsip

responsibilitas yang diimplementasikan dalam bentuk CSR.

Page 16: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

12

Corporate Social Responsibility

Munculnya kerusakan lingkungan, pencemaran air akibat limbah perusahaan yang beracun, pencemaran

udara, penipisan lapisan ozon, maupun isu pemanasan global adalah dampak negatif dari aktivitas bisnis yang

tidak bertanggung jawab, tanpa mempedulikan lingkungan masyarakat dan bumi ini, yang hanya berorientasi

pada keuntungan semata. Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

menggambarkan CSR sebagai komitmen dalam bisnis yang berkontribusi dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup bersama. Mardikanto (2014) juga berpendapat bahwa CSR

menyiratkan sikap publik terhadap sumber daya untuk manusia dan ekonomi yang tidak terbatas atas

kepentingan perusahaan maupun kepentingan pribadi, namun untuk tujuan sosial yang luas (Mardikanto,

2014). Konsep CSR muncul atas dasar tindakan perusahaan yang tidak bertanggung jawab sehingga merusak

alam juga merugikan masyarakat sekitar. Konsep CSR ini mengacu kepada konsep 3P yang dikemukakan oleh

John Elkington, yang memadukan 3 konsep fungsi perusahaan, yaitu:

a. Fungsi ekonomis adalah perusahaan menjalankan usahanya berorientasi untuk mendapatkan keuntungan

(profit);

b. Fungsi sosial adalah perusahaan menjalankan fungsi sosial ini untuk memberdayakan manusianya, dalam

hal ini para pemangku kepentingan perusahaan (stakeholder/people). Melalui fungsi sosial, perusahaan

harus ikut serta menjaga keadilan dalam membagi manfaat dan menanggung beban akibat aktivitas

perusahaan tersebut;

c. Fungsi alamiah adalah perusahaan harus ikut serta dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar

perusahaan (planet).

Lawrence, Weber dan Post (2005) mengemukakan 2 prinsip CSR yaitu: stewardship principles dan

charity principles atau bisa diartikan prinsip pelayanan dan prinsip amal. Prinsip pelayanan adalah tindakan

bisnis harus mempertimbangkan semua pemangku kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan dan

keputusan perusahaan, sedangkan prinsip amal adalah bisnis harus memberikan bantuan sukarela dan

memberikan banyak manfaat kepada sekitar.

METODE PENELITIAN

Gambar 1

Alur Penelitian

Indentifikasi

Literatur

Pencarian di Database

Artikel Jurnal (2009-2020)

Kata Kunci:

CSR, GCG

Seleksi Artikel

Review dan

Analisis Kesimpulan

Page 17: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

13

Jenis dan Sumber Data

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan studi literatur,

sebagaimana digambarkan pada Gambar 1. Melalui studi literatur ini diharapkan, pertama dapat

menggambarkan penerapan GCG melalui program CSR di berbagai negara, untuk selanjutnya dapat menjadi

pandangan untuk penerapan di Indonesia. Jenis data adalah artikel jurnal. Penelusuran artikel melalui mesin

pencari online yang didapatkan di Google Scolar, Directory of Open Access Journals-DOAJ (https://doaj.org/),

Scopus, Elsevier (https://www.elsevier.com/), Wiley Online Library (http://onlinrlibrary.wiley.com/) ataupun

Sinta. Untuk pencarian artikel menggunakan kata kunci GCG dan CSR.

HASIL

Penulis menemukan 13 (tiga belas) artikel jurnal yang membahas mengenai Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), artikel tersebut dipublikasikan

dalam kurun waktu 2009-2020, dari 13 (tiga belas) artikel sebanyak 7 (tujuh) artikel dipublikasikan

menggunakan Bahasa Inggris dan 6 (enam) artikel dipublikasikan dalam Bahasa Indonesia. Berikut adalah

klasifikasi artikel dalam jurnal dan tahun sebagai berikut:

Tabel 1

Klasifikasi Artikel dalam Tahun dan Nama Jurnal

No Nama Jurnal Tahun

2009 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Calyptra: Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas

Surabaya (Yapiter et al., 2013)

1

2 Jurnal Legesi Indonesia (Daniri

& Hakim, 2009)

1 1

3 Jurnal Hukum IUS QUIA

IUSTUM (Sefriani & Wartini,

2017)

1

4 Jurnal Ekonomi dan

Kewirausahaan (Wibowo,

2010)

1

5 e-Proceeding of Management

(Andriani & Arwiyah, 2019)

6 Jurnal Ilmu dan Riset

Akuntansi (Susanti & Riharjo,

2013)

7 Indonesian Journal of Business

and Entrepreneurship

(Listyaningsih et al., 2018)

1

8 UC Davis Business Law

Journal (Rana & Afsharipour,

2014)

1

9 Australasian Accounting,

Business and Finance Journal

(Worokinasih & Zaini, 2020)

1

10 International Journal of Social

Science and Business (Ilmi et

al., 2017)

1

Page 18: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

14

No Nama Jurnal Tahun

2009 2010 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

11 Accounting Analysis Journal

(Purbopangestu & Subowo,

2014)

1

12 Journal of Financial Economics

(Dyck et al., 2019)

1

13 Journal of Management and

Governance (Sahut et al., 2019)

1

PEMBAHASAN

Good Corporate Governance di Indonesia

Perusahaan di Indonesia memiliki tanggung jawab dalam menerapkan GCG, penerapan GCG

merupakan aspek utama dalam membangun fundamental perusahaan yang kokoh. Penerapan GCG di

Indonesia relatif tertinggal (Primadhyta, 2017), banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang terpaksa

menerapkan GCG karena dorongan regulasi dan semata untuk menghindari sanksi, bukan sebagai kultur yang

harus diterapkan suatu perusahaan. Pencapaian Indonesia dalam penerapan GCG masih tertinggal

dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN, berikut kondisi penerapan GCG pada perusahaan-

perusahaan di Indonesia:

a. Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA) pada tahun 2001 melakukan survei terhadap 495 perusahaan di 25

negara berkembang, dan menunjukan Indonesia memperoleh skor 36,81 dari skala 0,00-100,00. Skor

Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara di Kawasan Asia yang lain (Wibowo, 2010);

b. CLSA pada tahun 2002 berkolaborasi dengan Asian Corporate Governance Association (ACGA) dalam

melakukan survei terhadap penerapan GCG pada 380 perusahaan di 10 negara di Asia. Indonesia mendapat

skor 43,00 dari skala 0,00-100,00. Skor ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap saja

posisi Indonesia masih rendah dibanding negara di Asia yang lainnya lainnya (Wibowo, 2010);

c. Tahun 2004 CLSA kembali melakukan survey yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dengan

menggunakan 5 aspek penilaian yaitu: aspek hukum dan praktik, aspek penegakan hukum, aspek

lingkungan politik, aspek standar-standar akuntansi dan audit, serta aspek budaya corporate governance.

Hasil survei ini menunjukkan Indonesia memiliki skor 40,00. Hal ini masih rendah jika dibandingkan

negara-negara di Kawasan Asia yang lain, seperti Singapura 75,00 dan Hongkong dengan skor 67,00

lainnya (Wibowo, 2010);

d. CLSA dan ACGA pada tahun 2005 kembali melakukan survei, hasil survei ini menunjukan skor Indonesia

sebesar 37,00 dan masih menempati posisi yang terendah;

e. Hasil survei Asian Corporate Governance Association (ACGA) dalam bidang GCG pada tahun 2007

terhadap 582 perusahaan di 11 Negara di Asia, memberikan nilai rendah kepada perusahaan-perusahaan

di Indonesia dengan skor 37,00 dari hasil survey ini Indonesia menempati peringkat ke 11 setelah China

dan Filipina. (Worokinasih & Zaini, 2020);

f. Hasil survei ACGA pada tahun 2010 Indonesia mendapatkan persentase 3 poin, kinerja regulator Indonesia

semakin membaik sehingga mengalami peningkatan dari Filipina (Yapiter et al., 2013);

g. Namun, dalam survei ACGA pada tahun 2012 yang kembali merilis hasil survei dari berbagai negara, dan

Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2010 dengan persentase minus 3 poin dan

menempati peringkat terbawah (Yapiter et al., 2013);

h. Pada tahun 2013 dalam pemeringatan yang dilakukan oleh ASEAN Capital Market Forum (ACMF),

Indonesia menempati urutan ke-2 terendah sebelum Vienam, peringkat GCG perusahaan Indonesia ini

masih rendah di tingkat ASEAN, dan peringkat GCG tertinggi diraih oleh Thailand (Hasniawati & Cicilia,

2015);

Page 19: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

15

i. Pada ajang ASEAN Corporate Governance Awards 2015 yang digelar di Filipina, hanya dua perusahaan

dari Indonesia yang masuk dalam daftar 50 Emiten Terbaik dalam Praktik GCG di ASEAN. Pencapaian

Indonesia ini masih sangat jauh dengan negara-negara di Kawasan ASEAN yang lain, seperti Thailand

yang mampu menempatkan 23 perusahaan, Filipina 11 perusahaan, Singapura 8 perusahaan dan Malaysia

6 perusahaan (Primadhyta, 2017).

Dari hasil survei diatas, menunjukan rendahnya skor penerapan GCG di Indonesia, sebagian besar

perusahaan di Indonesia masih memiliki pemahaman yang rendah tentang pentingnya penerapan GCG

(Worokinasih & Zaini, 2020).

CSR sebagai Penerapan GCG di Indonesia

Pengungkapan CSR sebagai penerapan GCG penting diterapkan agar meningkatkan nilai perusahaan,

untuk mewujudkan fundamental perusahaan yang kokoh. Pengungkapan CSR bagi perusahaan yang telah go

public diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Pasal 66 ayat 2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan

perusahaan publik untuk mengungkapkan kegiatan CSR dalam laporan tahunan. Peraturan tersebut

menekankan bahwa perusahaan menerima respons positif dari manajer, sehingga jumlah perusahaan yang

melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya meningkat dan jumlah dan jenis

pengungkapan dalam kegiatan tanggung jawab sosial meningkat (Ilmi et al., 2017).

Tidak hanya itu pemerintah Indonesia juga mengeluarkan beberapa regulasi CSR di Indonesia

diantaranya: UU Dasar 1945, UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, UU No 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Selain regulasi, beberapa kementerian juga berperan dalam menyusun panduan pelaksanaan CSR di Indonesia

diantaranya: Kementerian Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang berupaya agar memperjelas pelaksanaan

program CSR di Indonesia.

Peraturan mengenai CSR ini memang sudah diatur dalam perundang-undangan, namun masih belum

memberikan kejelasan maupun kepastian hukum dalam penerapannya, karena tidak adanya sanksi dan

mekanisme pengawasan dalam penerapan CSR di Indonesia (Andriani & Arwiyah, 2019). Kurangnya

sinkronisasi, harmonisasi serta sinergi dari kementerian-kementerian, yang membuat kebijakan CSR ini

seolah-olah berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan pula sinkronisasi dan sinergi antara program pemerintah pusat

maupun daerah, para pelaku bisnis dan juga masyarakat.

Perusahaan tidak hanya fokus untuk memaksimalkan keuntungan, namun perlu memperhatikan berbagai

kepentingan internal maupun eksternal perusahaan, aspek kelestarian lingkungan perusahaan juga

pemberdayaan masyarakat. Mekanisme GCG dan pengungkapan CSR merupakan faktor penting dalam

meningkatkan nilai perusahaan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan internal

maupun eksternal perusahaan. (Worokinasih & Zaini, 2020).

Penerapan GCG melalui program CSR jika dilakukan secara berkelanjutan akan memberikan banyak

manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya

dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan, kinerja perusahaan pun akan meningkat,

mengurangi biaya operasi, meningkatkan citra dan reputasi, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, serta

meningkatkan produktivitas dan kualitas perusahaan (Susanti & Riharjo, 2013).

CSR di Indonesia memang sudah jelas diatur dalam perundang-undangan, namun tetap saja

memunculkan problematika penerapan CSR di Indonesia. Perundangan ini lebih menekankan pada kewajiban,

keamanan kepentingan bisnis, porsi dana dan sanksi. Tidak menyinggung mengenai nilai, makna dan cita-cita

dalam pembangunan berkelanjutan. Reaksi pihak perusahaan mengenai CSR seringkali menunjukan

penolakan dengan alasan masalah dana, dan berpikir CSR hanya tambahan pengeluaran anggaran perusahaan.

Page 20: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

16

Perusahaan meyakini bahwa peran dari pihak eksternal dapat mendukung eksistensi perusahaan dan survival

perusahaan. Namun, keseriusan perusahaan dalam penerapan GCG melalui program CSR ini tidak terjadi di

keseluruhan perusahaan, hanya sekitar 30 % yang meyakini orientasi terhadap pihak eksternal perusahaan

(pemangku kepentingan) dapat menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk dapat survive. Lainnya, masih

sebatas pemenuhan standar aturan, dan menghindari sanksi (Amerta, 2018).

Penyebab GCG dan CSR belum Berjalan secara Optimal di Indonesia

Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu sepenuhnya dalam melaksanakan GCG, hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman dari pelaku bisnis mengenai konsep GCG juga adanya kendala yang

dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut. Penerapan GCG di Indonesia para pelaku bisnis memandang hanya

sebuah regulasi, untuk menghindari sanksi bukan atas dasar kebutuhan perusahaan yang memang harus

menjalankan bisnis sesuai dengan konsep GCG. Pada saat perusahaan berupaya dalam menerapkan GCG,

perusahaan dihadapkan berbagai kendala, diantaranya kendala dari internal, eksternal maupun dari struktur

kepemilikan perusahaan itu sendiri, dalam (Wibowo, 2010).

a. Kendala internal, dalam penerapan GCG kendala yang muncul adalah dari internal perusahaan. Dimana

perusahaan dihadapkan pada rendahnya pemahaman pimpinan akan pentingnya GCG, kurangnya

komitmen dari pimpinan perusahaan dan karyawannya mengenai prinsip-prinsip GCG, memandang GCG

hanya sebatas regulasi dan untuk menghindari sanksi, pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di perusahaan

pun dianggap hal yang lumrah serta belum efektifnya pengendalian internal perusahaan tersebut;

b. Kendala eksternal yang terjadi dalam penerapan GCG terkait dengan seperangkat aturan dan penegakan

hukum di Indonesia. Di Negara Indonesia sudah jelas adanya ketentuan hukum yang mengatur GCG,

namun penegakan nya masih sangat lemah. Kendala internal dan eksternal penting untuk diatasi, jika

kendala internal perusahaan bisa diatasi, maka kendala eksternal akan mudah pula untuk diatasi;

c. Kendala yang berasal dari struktur kepemilikan perusahaan, akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat

mewujudkan prinsip keadilan. Kendala ini bisa diatasi dengan menerapkan pengendalian internal

perusahaan yang baik, seperti menjamin adanya keadilan dalam pendistribusian hak-hak dan tanggung

jawab di berbagai pemangku kepentingan, perusahaan dapat membentuk komisaris independen agar

mampu mendorong dan menciptakan iklim yang lebih independen, menempatkan keadilan yang

memperhatikan berbagai pemangku kepentingan dan objektif, agar dapat mendorong penerapan GCG.

CSR Dalam Upaya Perwujudan GCG di Berbagai Negara

GCG tidak hanya sebatas masalah ekonomi dan bisnis, namun terkait juga dengan aspek sosial dan

politik (aspek dalam CSR). GCG dan CSR memiliki keterkaitan satu sama lain oleh titik pusat tentang

tanggung jawab kepada pemangku kepentingan di perusahaan. Perbedaannya adalah GCG berfokus kepada

memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan, perusahaan harus berusaha untuk menciptakan nilai

tambah produk dan menjaga nilai tambah tersebut. Semakin baik perusahaan dalam menerapkan GCG, maka

akan semakin luas cakupan CSR perusahaan tersebut. Penerapan GCG akan memudahkan proses manajemen

dan juga membuat pemantauan proses menjadi lebih efektif. (Purbopangestu & Subowo, 2014) menyatakan

bahwa tingkat pengawasan manajemen dapat memaksa manajemen untuk mengungkapkan informasi sosial

oleh perusahaan. GCG dapat membuat CSR menjadi lebih terarah, focus, terstruktur, dan sebagai evaluasi

untuk perbaikan perusahaan agar menjadi lebih baik dari tahun ke tahunnya

Dalam (Dyck et al., 2019) Di 41 negara di dunia, menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Dimana perusahaan dimotivasi oleh

pengembalian finansial dan sosial. Investor meningkatkan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan setelah

adanya fakta yang mengungkapkan manfaat keuangan untuk peningkatan aspek sosial dan lingkungan

perusahaan. Investor meningkatkan kinerja sosial dan lingkungannya ini untuk memperoleh kepercayaan yang

kuat dari public. Berikut fenomena-fenomena perusahaan mengenai penerapan aspek sosial dan lingkungan

atau yang disebut CSR di berbagai Negara (Dyck et al., 2019).

Page 21: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

17

Inggris

Perusahaan-perusahaan di Inggris menerapkan CSR sebagaimana adanya pengaturan di Negara tersebut

yaitu dalam Companies Act 2006. Di Negara tersebut pemerintah mewajibkan setiap perusahaan di samping

melaporkan kinerja usaha, juga melaporkan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Laporan kinerja ini

sifatnya terbuka dan public dapat mengakses, mempertanyakan dan mengamati langsung realisasi kegiatan

CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Pemerintah Inggris juga memiliki bagian khusus dalam bidang CSR ini,

yaitu di bawah Departemen Perdagangan dan Perindustrian. Selain itu, ada tiga kementerian negara yang

bertanggung jawab dalam inovasi, bisnis dan lingkungan di Inggris yaitu: the Department for Business,

Innovation and Skills, the Department for Environment, Food and Rural Affairs, the Department for

Communities and Local government-community cohesion.

Pemerintah Inggris memiliki strategi yang digunakan dalam bidang CSR ini, diantaranya (Widjaja, G.,

& Yeremia, 2008):

1. Promote business activities that bring simultaneous economic, social and environmental benefits.

2. Work in partnership with the private sector, community bodies, unions, consumers and other stakeholders.

3. Encourage innovative approaches and continuing development and application of best practice

4. Ensure we have decent minimum levels of performance in areas such as healthy and safety, the

environment and equal opportunities.

5. Encourage increased awareness, open constructive dialogue and trust.

6. Create a policy framework which encourages and enables responsible behaviour by business.

Negara Inggris menerapkan model kebijakan CSR yaitu melalui pendekatan transparansi laporan

(Prinsip GCG). Perusahaan-perusahaan di negara ini diikat dengan etika/kode etik usaha. Meskipun Inggris

memiliki berbagai aturan ataupun kebijakan CSR, namun Inggris tidak memiliki UU khusus tentang penerapan

CSR. Dalam praktik bisnisnya, perusahaan di Inggris tidak lepas dari pengamatan public, public bisa

menyampaikan keberatannya kepada perusahaan yang merugikan sekitarnya. Pemerintah berupaya mendorong

adanya transparansi dan tanggung jawab perusahaan, maka dengan ini perusahaan perlu meningkatkan

kinerjanya, karena adanya persaingan usaha yang terjadi dapat memberikan disinsentif bagi perusahaan yang

kurang dalam penerapan CSR. Pemerintah juga memiliki kewenangan dalam memeriksa kebenaran laporan

yang disampaikan perusahaan, dan mengatur mengenai konsekuensi apabila dalam laporan kinerja yang

disampaikan perusahaan terdapat kebohongan yang dilakukan.

Perancis

Perusahaan di Perancis selama periode 2009-2014 yang terdaftar pada indeks SBF 120 menunjukkan

bahwa kualitas CSR di Perancis relatif rendah tetapi cenderung meningkat selama periode sampel. Mereka

juga menunjukkan bahwa keragaman gender dewan, audit lingkungan, dan kinerja lingkungan menjelaskan,

sebagian besar, kualitas pengungkapan CSR di Negara ini (Sahut et al., 2019).

Dalam penerapan CSR di Negara Perancis, pemerintah Perancis serius dalam menangani GCG dan

penerapan CSR, di Negara ini difokuskan kepada dua kementerian yang bertanggungjawab dalam bidang CSR,

yaitu Ministry of Solidarity and Social Cohesion dan the Ministry of Ecology, Sustainable Development,

Transports and Housing (Ionescu, 2012).

Pajak yang ditetapkan pemerintah Perancis terhadap perusahaan-perusahaan cukup besar, dan sebesar

40% dari pendapatan pajak tersebut difokuskan pemerintah untuk perlindungan sosial, Kesehatan dan dana

pensiun. Beberapa perusahaan di Perancis menganggarkan untuk pembayaran pajak cukup tinggi, yaitu Rhone

Poulenc, Elf Aquitaine dan Generale des Eaux. Tingginya pembayaran pajak yang Sebagian besar difokuskan

untuk kegiatan sosial, menyebabkan perusahaan beranggapan secara tidak langsung sudah melaksanakan CSR.

Sama halnya dengan Negara Inggris, di Perancis sistem transparansi laporan juga diterapkan Pemerintah

Perancis kepada perusahaan perusahaan di Perancis. Perusahaan harus melaporkan secara detail dampak dari

kegiatan perusahaan tersebut terhadap aspek lingkungan dan sosial, bagi perusahaan yang terdaftar di bursa

diharuskan membuat laporan tahunan CSR (Daniri & Hakim, 2009)

Page 22: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

18

Kanada

Penerapan CSR di Negara Kanada memiliki kesamaan dengan Negara Inggris, dimana pemerintah

Kanada tidak membuat undang-undang khusus mengenai CSR, namun pemerintah bertindak tegas dengan

berbagai kebijakan terkait aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Berbagai kebijakan atau regulasi khusus

dibuat oleh Pemerintah Kanada di bawah Bidang Departemen Perindustrian.

Pedoman yang digunakan di Kanada dalam pelaksanaan kegiatan CSR disusun melalui panduan umum

yang terperinci didalamnya memuat mulai dari konsep CSR, bagaimana mengembangkan dan menerapkan

CSR, menyusun suatu strategi penerapan CSR, hingga tahap evaluasi pelaksanaan CSR serta penyusunan

laporan kinerja perusahaan terkait CSR.

Praktik bisnis di berbagai perusahaan di Kanada yang menerapkan CSR seperti: perusahaan harus

menjunjung tinggi etika dan menerapkan prinsip-prinsip GCG, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat,

pengelolaan lingkungan perusahaan yang aman dan sehat, masalah HAM, perlindungan konsumen, antikorupsi

dan laporan kinerja perusahaan yang transparan serta bertanggung jawab. Pemerintah Kanada juga berupaya

dalam menggalakan pelaksanaan CSR oleh perusahaan dengan mensosialisasikan keuntungan yang diperoleh

perusahaan dari menerapkan kegiatan CSR (Widjaja, G., & Yeremia, 2008)

Belgia

Negara Belgia memiliki model kebijakan CSR dengan menyediakan label khusus bagi perusahaan yang

dalam praktik bisnisnya telah sesuai dengan delapan konvensi ILO. Di Negara Belgia cukup banyak

kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan CSR, yaitu: the Federal Public Service Economy,

Federal Public Service for Employment, SMEs, the Federal Public Service for Programming covering the

following areas: Social integration and Social Economy and Poverty reduction, Sustainable development,

Science policy, Labour and Social Dialogue, Middle Classes and Energy, and, finally Protection of consumers.

Amerika Serikat

Negara Eropa, Amerika, Australia dan Kanada telah mengadopsi code of conduct CSR yang meliputi

berbagai aspek diantaranya aspek lingkungan hidup, HAM, gender, hubungan industrial, dan korupsi. Negara

mengembangkan regulasi yang berbasis pada aspek-aspek tersebut. Di Negara Australia, pemerintah negara

tersebut mewajibkan setiap perusahaan mengatur berbagai standar lingkungan hidup, HAM dan juga hubungan

industrial serta membuat laporan tahunan CSR. Sementara pemerintah di Kanada mengatur CSR dalam aspek

hubungan industrial, penyelesaian masalah sosial, aspek Kesehatan dan proteksi lingkungan. Sementara di

Negara Uni Eropa, parlemen negara tersebut mengeluarkan resolusi dengan judul “Corporate Social

Responsibility: A new partnership” pada tanggal 13 Maret 2007, yang bertujuan untuk mendesak Komisi

Eropa agar meningkatkan akuntabilitas perusahaan, pelaporan kinerja perusahaan aspek lingkungan dan sosial.

Adanya pelaporan pelaksanaan CSR yang diwajibkan oleh berbagai negara, muncul kesulitan dalam

memperoleh kesepakatan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial maupun lingkungan, namun

tetap saja pelaporan tetap harus dilakukan oleh perusahaan. Merespon hal ini, beberapa perusahaan

menggunakan audit eksternal untuk memastikan kebenaran laporan tahunan tersebut yang didalamnya

mencakup kontribusi perusahaan dalam pengembangan dan pembangunan berkelanjutan.

Perusahaan di AS menunjukkan bahwa para investor sudah aktif dan berhasil mendorong perusahaan-

perusahaan AS untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam aspek sosial dan lingkungan perusahaan (Dyck

et al., 2019). Perusahaan di AS melakukan berbagai kegiatan CSR yang diperuntukan bagi para pekerjanya

seperti turut serta memperbaiki tempat hidup/perumahan, memperhatikan kesejahteraan, Kesehatan,

transportasi, Pendidikan serta rekreasi para pekerja nya. Bagi Perusahaan Amerika yang beroperasi di luar

Negara Amerika diharuskan menerapkan CSR dengan melaksanakan Sullivan Principal, yaitu: tidak ada

pemisahan ras dalam fasilitas kerja maupun bantuan hidup pekerja, sama dan adil dalam melaksanakan

pekerjaan, serta pembayaran upah yang sama untuk pekerjaan yang sebanding.

Page 23: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

19

China

Perusahaan di China telah menerapkan CSR sejak tahun 1994, dimana dalam pengaturan

pelaksanaannya telah mengalami banyak sekali perubahan. Tidak hanya memprioritaskan profit sebagai tujuan

utama perusahaan melainkan juga menekankan moral dan kesejahteraan. Hal tersebut merupakan peraturan

yang ada di Undang-undang baru China dalam Company Law 2006 yang mencakup larangan untuk

mempekerjakan anak dibawah umur dan tenaga kerja paksa, larangan pada diskriminasi, peraturan honoring

sesuai dengan jam kerja, perlindungan lingkungan, pelecehan dan penyalahgunaan, jaminan kesehatan dan

keselamatan kerja, menerapkan etika bisnis yang baik serta membantu pemerintah dalam mensejahterakan

masyarakat dan negara dimana perusahaan tersebut beroperasi. Model kebijakan hukum CSR di China bersifat

mandatory dan yang diharapkan dapat memperbaiki beberapa permasalahan di China yang cukup besar seperti

masalah kemiskinan, urbanisasi, kesenjangan penghasilan, perubahan demografi dan masalah kerusakan

lingkungan (Rana & Afsharipour, 2014).

India

CSR telah lama dipraktikkan oleh perusahaan besar di india dengan nama lain Corporate Philanthropy,

meskipun tidak diatur dalam Undang-undang secara khusus. Dalam pandangan India untuk mendapatkan

peluang menuju perubahan signifikan perusahaan kearah yang lebih baik, sangat penting bagi perusahaan di

india untuk memperkuat tata kelola perusahaan dan kesejahteraan sosial dan lingkungan melalui Company Act

2013. Model kebijakan hukum CSR di India sama halnya dengan China yang bersifat mandatory dan

menjadikan CSR sebagai bagian dari GCG perusahaan, serta besaran CSR di Negara ini sudah fix sebesar 2%

dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Aturan mengenai CSR tersebut sebelumnya telah mengalami

perubahan pada tahun 2009 dan 2011 dimana CSR hanyalah bersifat sukarela. Masalah tingginya angka

kemiskinan, pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan, kematian bayi dan ibu yang melahirkan, dan

tingginya kesenjangan sosial yang merupakan alasan India merubah aturan dalam pengaplikasian CSR di

perusahaan yang dianggap dapat membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pemerintah

India pada April 2013 memberlakukan Guidelines on Corporate Social Responsibility and Sustainability for

Central Public Sector Enterprises. Dengan adanya aturan ini pemerintah India menetapkan setiap Central

Public Sector Enterprises (CPSEs) harus memiliki minimal 1 proyek besar yang diperuntukan untuk

pengembangan wilayah yang terbelakang (Rana & Afsharipour, 2014).

Pengaturan CSR di berbagai negara masih sedikit yang sudah diatur dalam UU, beberapa negara seperti

Spanyol dan Belanda masih sebatas rancangan dan kegiatannya yang bersifat sukarela. Sebagai contoh Negara

Amerika Serikat, dimana pengaturan CSR masih bersifat sukarela, namun dapat berjalan dengan baik, karena

terdapat korelasi antara pasar dan perusahaan di negara tersebut. Apabila perusahaan tidak memiliki

kepedulian akan tanggung jawabnya terhadap publik, maka perusahaan tersebut otomatis dijauhi konsumen.

Di Indonesia meski pengaturan CSR sudah diatur dalam perundang-undangan, namun tetap saja

menimbulkan berbagai persoalan yang perlu diperhatikan, kurangnya sinkronisasi, sinergi dan harmonisasi

antara pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat menjadikan seolah-olah kebijakan CSR ini berjalan sendiri-

sendiri. Filosofi CSR yang masih belum dimaknai oleh para pelaku bisnis yang hanya menjalankan CSR

sebatas kewajiban dan menghindari sanksi, serta perusahaan di Indonesia juga dihadapkan pada berbagai

persoalan masyarakat yang berbeda di setiap wilayahnya. Diperlukan harmonisasi dan sinkronisasi agar CSR

dapat dijalankan dalam terwujudnya kesuksesan pelaksanaan program yang berkelanjutan dan memberikan

manfaat untuk sekitar (Sefriani & Wartini, 2017).

Perbedaan dalam penerapan CSR di negara maju maupun negara berkembang disebabkan pada

perbedaan latar belakang masing-masing negara tersebut. Di Negara yang sudah maju, hak-hak konsumen dan

penegakan hukum sudah diterapkan dengan baik. Namun di Negara-negara berkembang masih belum efektif

dan perlu terobosan dalam penerapan CSR agar perusahaan di Indonesia mampu bertanggungjawab akan

tanggung jawab sosial, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. (Sefriani & Wartini, 2017).

Page 24: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

20

SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan CSR merupakan salah satu implementasi GCG. Perusahaan sebagai entitas bisnis bukan

hanya berorientasi kepada keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab kepada lingkungan dan

masyarakat, sudah seharusnya perusahaan mengimplementasikan GCG berdasarkan atas lima prinsip GCG.

Perusahaan diharapkan komitmen dalam menjalankan prinsip GCG, karena sangat berkaitan dengan penerapan

CSR, dan diharapkan terwujudnya program-program yang berkelanjutan terkait pelaksanaan CSR.

Pengaturan GCG dalam penerapan CSR di setiap Negara berbeda-beda, dan pengaturan CSR ini

membutuhkan pengawasan dari negara maupun masyarakat. Dari penjelasan di atas mengenai berbagai

penerapan CSR di berbagai Negara, hal ini tentu dapat menjadi contoh bagi negara Indonesia dalam penerapan

CSR di Indonesia. Indonesia dapat mencontoh Negara maju seperti Negara Inggris dan Amerika agar negara

Indonesia dapat efektif dalam pengimplementasian GCG serta CSR. Menurut penulis system mandatory yang

tepat diterapkan di Indonesia, apabila CSR hanya didasarkan pada prinsip sukarela, hal ini tentu tidak dapat

dijalankan dengan efektif dan terukur dalam penerapan CSR.

CSR sebaiknya memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan kepastian legal serta menjadi sebuah

kewajiban yang harus dijalankan perusahaan. Kewajiban yang harus dijalankan perusahaan berupa kewajiban

dalam mengeluarkan hasil laporan kegiatan CSR kepada masyarakat. Selain itu perlu langkah awal yang juga

penting dalam penerapan GCG, pemerintah Indonesia dapat membentuk badan ataupun lembaga khusus yang

bertugas dalam menjalankan konsep GCG dan pengimplementasian CSR di Indonesia. Sehingga diharapkan

penerapan CSR akan lebih terfokus dan terarah. CSR tidak sebatas konsep untuk mendapatkan citra yang baik

bagi perusahaan, namun benar-benar kesadaran perusahaan dan bentuk realisasi niat baik perusahaan sebagai

bagian dari masyarakat.

Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mampu sepenuhnya dalam melaksanakan GCG, hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman dari pelaku bisnis mengenai konsep GCG juga adanya kendala yang

dihadapi perusahaan-perusahaan tersebut. Penerapan GCG di Indonesia para pelaku bisnis memandang hanya

sebuah regulasi, untuk menghindari sanksi bukan atas dasar kebutuhan perusahaan yang memang harus

menjalankan bisnis sesuai dengan konsep GCG. Dengan ini penulis menyarankan agar top manajemen

perusahaan memberikan kesempatan pada bawahan untuk terlibat dalam proses penyusunan anggaran guna

mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

Pemilik dan manajemen perusahaan hendaknya menumbuhkan budaya kuat yang mampu mendorong

karyawan untuk bersikap agresif, inovatif dan loyalitas tinggi pada perusahaan. Selain itu peran pemerintah

diperlukan dalam mensosialisasikan konsep GCG kepada seluruh lapisan masyarakat. Bentuk regulasi yang

ditetapkan pemerintah harus akomodatif dan dapat merespon kebutuhan publik. Publik belum memiliki

pemahaman yang sama terkait CSR, namun mereka sepakat bahwa CSR penting untuk diterapkan karena

sebagai wujud penerapan prinsip GCG dengan adanya akuntabilitas publik serta untuk menciptakan iklim

usaha yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya.

Salemba Empat. https://doi.org/10.20884/1.sar.2017.2.2.591

Amerta. (2018). Perkembangan CSR di Indonesia. https://www.amerta.id/2018/04/25/1304/perkembangan-

csr-di-indonesia.php

Andriani, S., & Arwiyah, M. Y. (2019). Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Mencapai

Good Corporate Governance (GCG) Studi di PT Kereta Api Indonesia (Persero). E-Proceeding of

Management : Vol.6, No.3 Desember 2019, 6(3), 5991–5998.

Daniri, M. A., & Hakim, M. (2009). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Legesi Indonesia, 6(2), 1–12.

Dyck, A., Lins, K. V., Roth, L., & Wagner, H. F. (2019). Do institutional investors drive corporate social

responsibility? International evidence. Journal of Financial Economics, 131(3), 693–714.

https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2018.08.013

Page 25: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

21

Haboddin, M. (2008). Perlawanan LSM Terhadap PT Indorayon. Jurnal 1lmu Sosial Dan Ilrnu Politik, 12(1),

79–100.

Hasniawati, A. P., & Cicilia, S. (2015). GCG rendah, OJK panggil 100 emiten.

https://investasi.kontan.co.id/news/gcg-rendah-ojk-panggil-100-emiten

Ilmi, M., Kustono, A. S., & Sayekti, Y. (2017). Effect of Good Corporate Governance, Corporate Social

Responsibility Disclosure and Managerial Ownership to the Corporate Value with Financial Performance

as Intervening Variables: Case on Indonesia Stock Exchange. International Journal of Social Science

and Business., 1(2), 75–88.

Ionescu, M. I. (2012). Corporate Social Responsibility: Optional or Regulatory. Challenges of the Knowledge

Society. Legal Sciences, 2, 561–574.

Listyaningsih, E., Dewi, R., & Baiti, N. (2018). The Effect of Good Corporate Governance on Corporate Social

Responsibility Disclosure on Jakarta Islamic Index. Indonesian Journal of Business and

Entrepreneurship, 4(3), 273–281. https://doi.org/10.17358/ijbe.4.3.273

Mardikanto, T. (2014). Tanggung Jawab Sosial Korporasi. Alfabeta.

Primadhyta, S. (2017). OJK: Praktik GCG Perusahaan Indonesia Masih Tertinggal.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170920070153-78-242846/ojk-praktik-gcg-perusahaan-

indonesia-masih-tertinggal

Purbopangestu, H. W., & Subowo, S. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening. Accounting Analysis

Journal, 3(3), 321–333.

Rana, S., & Afsharipour, A. (2014). The Emergence of New Corporate Social Responsibility Regimes in China

and India. UC Davis Business Law Journal, 14, 175–230.

Sahut, J. M., Peris-Ortiz, M., & Teulon, F. (2019). Corporate Social Responsibility and Governance. Journal

of Management and Governance, 23(4), 901–912. https://doi.org/10.1007/s10997-019-09472-2

Sefriani, & Wartini, S. (2017). Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia.

Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 24(1), 1–28. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss1.art1

Susanti, S., & Riharjo, I. B. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Corporate Social

Responsibility pada Perusahaan Cosmetics and Household. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 1(1), 152–

167.

Umarella, B. (2020). Implementasi Tata Kelola Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility

Pada Bank Btn Cabang Ambon. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora Implementasi, 1(6), 72–78.

Wibowo, E. (2010). Implementasi Good Corporate Governance. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 10,

129–138.

Widjaja, G., & Yeremia, A. P. (2008). Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Forum Sahabat.

Worokinasih, S., & Zaini, M. L. Z. B. M. (2020). The mediating role of corporate social responsibility (CSR)

disclosure on good corporate governance (GCG) and firm value. Australasian Accounting, Business and

Finance Journal, 14(1), 88–96. https://doi.org/10.14453/aabfj.v14i1.9

Yapiter, M. P., Sugiati, Y., & Eriandani, R. (2013). Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

pada Program Corporate Social Responsibility Hotel X Kupang. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabayaniversitas Surabaya, 2(2), 1–17.

Page 26: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

22

Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian HP iPhone

Sri Mulyati1, Umban Adi Jaya2

1,2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This study aims to examine the effect of product quality and price on

purchasing decisions for iPhone brand HP products in Sukabumi City.

This type of research is categorized as a descriptive study using a

quantitative approach. The population of this research is iPhone users in

Sukabumi City. The research sample consisted of 100 respondents. Data

collection using a questionnaire. Testing the quality of the instrument

using the validity test and reliability test. The next test is testing the

fulfillment of classical assumptions and multiple linear regression

analysis, including t statistical testing and F statistics. The results of the

study found that partially and simultaneously product quality and price

variables have a positive and significant effect on purchasing decision

variables. Respondents view the performance of the HP iPhone brand is

very good, the price is in accordance with the quality and benefits

provided.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 22-30

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Product Quality, Price,

Purchasing Decision.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas produk dan

harga terhadap keputusan pembelian produk HP merek iPhone di Kota

Sukabumi. Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang

bersifat deskriftif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi

penelitian ini adalah pengguna HP merek iPhone di Kota Sukabumi.

Sampel penelitian berjumlah 100 orang responden. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Pengujian kualitas instrumen menggunakan uji

validitas dan uji reliabilitas. Pengujian berikutnya adalah pengujian

pemenuhan asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda, mencakup

pengujian statistik t dan statistik F. Hasil penelitian menemukan bahwa

secara parsial dan simultan variabel kualitas produk dan harga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan

pembelian. Responden memandang kinerja HP merek iPhone sangat baik,

harga telah sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diberikan.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 27: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

23

PENDAHULUAN

Saat ini perkembangan teknologi handphone semakin hari semakin pesat, baik kehandalan, fasilitas serta

fitur-fiturnya terus ditingkatkan untuk memajukan pemiliknya. Sebagai sebuah produk teknologi maka setiap

produsen handphone tidak akan pernah berhenti untuk terus meningkatkan kemampuannya, karena berhenti

berinovasi berarti mati dan pasar akan direbut oleh produsen merek lain.

Kualitas produk, harga dan citra merek merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dan sering

dievaluasi terlebih dahulu oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Keputusan

pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli

(Kotler & Armstrong, 2016). Menurut Kotler et al. (2018) proses pengambilan keputusan pembelian melalui

lima tahap, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan

perilaku pasca pembelian.

Dalam hal untuk memengaruhi keputusan pembelian konsumen banyak faktor-faktor yang perlu dikaji

dalam pemasaran. Faktor-faktor yang dimaksud disini adalah produk dan harga. Apple IPhone merupakan

merek ternama yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan kualitas produk yang telah dipercaya dan

sebagai produk yang paling diminati masyarakat baik dari segi kualitas produk, desain produk maupun harga.

Saat ini IPhone merupakan smartphone terlaris di dunia, salah satunya Indonesia yang menjadikan IPhone

produk andalan yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia.

Apple IPhone terus berinovasi dalam menciptakan produk-produk smartphone yang berkualitas dan

canggih yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern saat ini. Di antara inovasi yang dilakukan yaitu

menyangkut layar, daya tahan baterai, teknologi kamera, dan chipset. Perlombaan inovasi dilakukan bersama

merek pesaing, yaitu Samsung (Patrick, 2020). Apple terus menyasar supaya IPhone dapat semakin diminati

oleh masyarakat Indonesia baik dari kalangan masyarakat ekonomi atas maupun ekonomi menengah. Di satu

sisi produk merek IPhone memang tergolong lebih mahal dibanding merek lain. Namun kemudian murah atau

mahalnya harga suatu produk menawarkan spesifikasi, keunggulan dan kualitas masing-masing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk dan harga berpengaruh secara

signifikan atau tidak terhadap keputusan pembelian. Penelitian oleh Budianti & Anjarwati (2017) menemukan

bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Konsumen

memperhatikan indikator kualitas produk dari daya tahan dan keandalan produk, serta indikator harga dari

kesesuaian harga dengan manfaat yang diberikan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Kualitas Produk (X1)

Kotler et al. (2018) mendefinisikan kualitas produk sebagai kemampuan produk untuk memenuhi atau

melebihi ekspektasi dari pelanggan, sehingga menimbulkan keputusan untuk membeli. Ekspektasi dari

pelanggan tentu bermacam-macam. Perhatian pelanggan terhadap kualitas produk juga bermacam-macam.

Maka kemudian pihak produsen menyiasati dengan menyediakan produk dalam berbagai model dan versi.

Indikator dari variabel kualitas produk, diantaranya (Triwahyuni, 2017):

1. Kesesuaian dengan spesifikasi

2. Variasi produk banyak

3. Rancangan produk sesuai dengan trend pasar

Konsep Harga (X2)

Menurut Kotler & Armstrong (2016), harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu

barang atau jasa atau jumlah dari nilai uang yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki

atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga dikatakan murah atau mahal bersifat relatif. Penghargaan

yang berbeda-beda diantara beberapa orang terhadap nilai suatu barang atau jasa akan membuat relatifnya

kadar murah atau mahal harga suatu produk atau jasa.

Page 28: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

24

Indikator dari variabel harga, diantaranya (Triwahyuni, 2017):

1. Harga yang sesuai dengan kualitas produk

2. Keterjangkauan harga

3. Perbandingan tingkat harga dengan produk lain.

Keputusan Pembelian (Y)

Menurut Kotler & Armstrong (2016), keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pembelian

dimana konsumen benar-benar membeli. Keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan yang penting,

karena di dalam proses keputusan pembelian tersebut memuat berbagai langkah yang terjadi secara berurutan

sebelum konsumen mengambil keputusan lebih lanjut (Somantri et al., 2020).

Indikator dari variabel keputusan pembelian, diantaranya (Triwahyuni, 2017):

1. Keyakinan dalam membeli

2. Sesuai dengan keinginan

3. Merekomendasikan kepada orang lain

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independen) yaitu kualitas produk (X1) dan harga

(X2), serta satu variabel terikat (dependen) yaitu keputusan pembelian (Y). Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Dalam penelitian survei, informasi yang dikumpulkan dari

responden dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Subjek

penelitian adalah pengguna aktif smartphone merek iPhone. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 100 orang

responden.

Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya digolongkan dalam penelitian asosiatif dan jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuesioner yang diperoleh dari para responden

diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana

pengaruh variabel kualitas produk dan harga (independen) terhadap variabel keputusan pembelian (dependen)

dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan pengujian

pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai estimator atas variabel

dependen tidak mengalami bias.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya kuesioner. Pengujian signifikan dilakukan

dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikan 0,05 dengan uji 1 sisi. Hasil uji validitas variabel

kualitas produk disajikan pada tabel 1, variabel harga pada tabel 2, dan variabel keputusan pembelian pada

tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 1

Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk

Item r hitung r tabel Keterangan

X1_1 0,544 0,165 Valid

X1_2 0,718 0,165 Valid

X1_3 0,629 0,165 Valid

X1_4 0,263 0,165 Valid

X1_5 0,733 0,165 Valid

X1_6 0,528 0,165 Valid

X1_7 0,573 0,165 Valid

X1_8 0,303 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Page 29: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

25

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel kualitas produk dengan seluruh pernyataan

dikatakan valid (r hitung > r tabel).

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Variabel Harga

Item r hitung r tabel Keterangan

X2_1 0,902 0,165 Valid

X2_2 0,864 0,165 Valid

X2_3 0,910 0,165 Valid

X2_4 0,877 0,165 Valid

X2_5 0,356 0,165 Valid

X2_6 0,573 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel harga dengan seluruh pernyataan dikatakan valid

(r hitung > r tabel).

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian

Item r hitung r tabel Keterangan

Y_1 0,715 0,165 Valid

Y_2 0,762 0,165 Valid

Y_3 0,547 0,165 Valid

Y_4 0,684 0,165 Valid

Y_5 0,816 0,165 Valid

Y_6 0,762 0,165 Valid

Y_7 0,773 0,165 Valid

Y_8 0,820 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel keputusan pembelian dengan seluruh pernyataan

dikatakan valid (r hitung > r tabel).

Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dikatakan reliabel jika

hasilnya a > 0,06. Berikut ini disajikan tabel hasil uji reliabilitas:

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha

Cronbach’s Alpha

yang disyaratkan

Keterangan

Kualitas Produk 0,635 >0,600 Reliabel

Harga 0,850 >0,600 Reliabel

Keputusan Pembelian 0,878 >0,600 Reliabel

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil uji reliabilitas dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha atas kualitas produk

sebesar 0,635, variabel harga 0,850 dan variabel keputusan pembelian 0,878. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa semua item pernyataan setiap variabel ini reliabel karena mempunyai nilai Cronbach’s

Alpha lebih dari 0,6.

Page 30: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

26

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov dan grafik normal pp-plot, disajikan sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.02321759

Most Extreme Differences Absolute .063

Positive .039

Negative -.063

Test Statistic .063

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Dari hasil tabel di atas menunjukkan bahwa hasil dari Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,200 > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.

Gambar 1 Grafik P-P Plot

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Dapat dilihat bahwa hasil grafik p-p plot di atas titik titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi

layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

Page 31: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

27

Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolonieritas

adalah nilai toleran ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.

Tabel 6

Hasil Uji Multikolonieritas

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel bebas/independen,

yaitu variabel X1 (Kualitas Produk) dan variabel X2 (Harga) mempunyai nilai output VIF yang sama yaitu

sebesar 1.918 dan nilai output tolerance masing-masing variabel menunjukkan angka yang sama pula yaitu

0,521. Setiap variabel bebas mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi multikolonieritas antara variabel bebas dalam model regresi ini.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain atau tidak.

Gambar 2 Grafik P-P Plot

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant

)

.945 2.975

.318 .751

Total_X1 .464 .145 .323 3.205 .002 .521 1.918

Total_X2 .647 .150 .435 4.322 .000 .521 1.918

a. Dependent Variable: Total_Y

Page 32: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

28

Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kaidah keputusan statistik:

1. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak.

2. Jika t hitung ≤ t tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

Terdapat dua hipotesis alternatif pada penelitian ini, yaitu Ha1: Kualitas produk berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian, dan Ha2: Harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hasil

pengujian statistik t disajikan pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant

)

.945 2.975

.318 .751

Total_X1 .464 .145 .323 3.205 .002

Total_X2 .647 .150 .435 4.322 .000

a. Dependent Variable: Total_Y

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Model regresi linier ini adalah: Y= 0,945 + 0,465 (X1) + 0,647 (X2), dimana:

• Konstanta: 0,945 besarnya variabel keputusan pembelian yang tidak dipengaruhi variabel kualitas

produk dan harga, atau variabel bebas = 0, maka nilai keputusan pembelian sebesar 0,945.

• Koefisien kualitas produk sebesar 0,464 menunjukkan bahwa jika variabel kualitas produk

ditingkatkan makan akan meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,464 dengan asumsi variabel

lain konstan.

• Koefisien harga sebesar 0,647 menunjukkan bahwa jika variabel harga ditingkatkan maka akan

meningkatkan keputusan pembelian sebesar 0,647 dengan asumsi variabel lain konstan.

Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 7 diperoleh hasil sebagai berikut:

• Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kualitas produk memiliki

tingkat signifikan 0,002 atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung 3.205 > t tabel 1.660. Hal ini

menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel

dependen. Sehingga Ha1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh

positif signifikan terhadap keputusan pembelian.

• Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel Harga memiliki tingkat

signifikan sebesar 0,000 atau lebih besar dari 0,05, dan nilai t hitung 4.322 > t tabel 1.660. Hal ini

menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel

dependen. Sehingga Ha2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel harga berpengaruh positif

signifikan terhadap keputusan pembelian.

Page 33: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

29

Hasil Uji F

Sebagai tambahan, pengujian statistik F untuk menguji pengaruh simultan kualitas produk dan harga

terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Apabila nilai probabilitas lebih kecil

dari 0,05 maka kedua variabel independen dinyatakan berpengaruh secara simultan terhadap variabel

dependen, begitupun sebaliknya apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel

independen dinyatakan tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Tabel 8

Hasil Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1524.798 2 762.399 46.150 .000b

Residual 1602.442 97 16.520

Total 3127.240 99

a. Dependent Variable: Total_Y

b. Predictors: (Constant), Total_X2, Total_X1

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar

46,150 > F tabel sebesar 3.09 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil

dari 0,05 maka menerima bahwa kualitas produk dan harga berpengaruh secara simultan (bersama-sama)

terhadap keputusan pembelian.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian

Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk HP merek

iPhone di Kota Sukabumi. Semakin tinggi kualitas yang dimiliki produk iPhone tersebut, maka semakin baik

atau tinggi pula keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner,

responden mempertimbangkan indikator kualitas produk paling tinggi pada kesesuaian dengan spesifikasi,

yaitu pada pernyataan “Saya tertarik membeli smartphone merek iPhone karena keandalan produk yang sudah

menggunakan perangkat berbasis iOS” dan pernyataan “Saya membeli smartphone merek iPhone karena

kinerja perangkat yang berbasis iOS, pemakaian aktif dibandingkan smartphone merek lain”.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Budianti & Anjarwati, 2017; Triwahyuni, 2017;

Utami & Ratna, 2019) yang menemukan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian. Kualitas produk yang baik dapat memberikan rasa puas bagi konsumen, baik dalam

pemakaian, maupun pengalaman, sehingga di masa akan datang diharapkan dapat melakukan pembelian ulang.

Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian

Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk HP merek iPhone di Kota

Sukabumi. Semakin baik, terjangkau, atau sesuai harga produk iPhone tersebut, maka semakin baik atau tinggi

pula keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden

mempertimbangkan indikator harga paling tinggi pada kesesuaian harga dengan kualitas produk, yaitu pada

pernyataan “Saya membeli smartphone merek iPhone karena harga sesuai dengan kualitas produk yang

dimiliki” dan pernyataan “Saya membeli smartphone merek iPhone karena harga yang ditawarkan sesuai

dengan manfaat produk yang saya terima”.

Page 34: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

30

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Budianti & Anjarwati, 2017; Triwahyuni, 2017; Jaya

& Sriningsih, 2018) yang menemukan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Harga yang ditawarkan untuk smartphone merek iPhone memang relatif lebih mahal dibanding

smartphone merek lain, namun kelebihan pada kualitas dan manfaat menjadi modal produk tersebut dapat

diterima dengan baik di masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai pengaruh kualitas produk dan harga terhadap

keputusan pembelian HP merek iPhone di Kota Sukabumi, dapat diambil simpulan bahwa pertama, kualitas

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian HP merek iPhone di Kota Sukabumi.

Responden mempertimbangkan indikator kualitas produk paling tinggi pada kesesuaian dengan spesifikasi.

Kedua, harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian hp merek iPhone di Kota Sukabumi. Responden

mempertimbangkan indikator harga paling tinggi pada kesesuaian harga dengan kualitas produk.

Saran diberikan untuk kepentingan penelitian di masa mendatang, yaitu dapat mempertimbangkan untuk

mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat memengaruhi keputusan pembelian, diantaranya lifestyle (Jaya &

Sriningsih, 2018), kepercayaan merek (Wiyata & Awaliah, 2019), citra merek (Somantri et al., 2020), dan

customer experience (Wiyata et al., 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Budianti, A. C., & Anjarwati, A. L. (2017). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Keputusan

Pembelian Smartphone Xiaomi Redmi 1s (Studi Pada Pengunjung Wtc Surabaya). Jurnal Ilmu

Manajemen, 5(1), 1–9.

Jaya, U. A., & Sriningsih, W. (2018). Pengaruh Lifestyle dan Price Terhadap Buying Intention Produk

Smartphone Samsung pada Pelajar di Kota Sukabumi. Cakrawala, 1(2), 15–27.

Kotler, P., & Armstrong, G. (2016). Principle of Marketing. 15tℎ edition. New Jersay. Pearson Prentice Hall.

Kotler, P., Keller, K. L., Ang, S. H., Tan, C. T., & Leong, S. M. (2018). Marketing Management: An Asian

Perspective. Pearson.

Patrick, J. (2020). Lomba Kasta Teratas Teknologi Apple dan Samsung.

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200320155726-185-485392/lomba-kasta-teratas-teknologi-

apple-dan-samsung

Somantri, B., Afrianka, R., & Fahrurrazi, F. (2020). Pengaruh Gaya Hidup dan Citra Merek Terhadap

Keputusan Pembelian Produk iPhone. Cakrawala, 3(1), 1–10.

Triwahyuni, N. (2017). Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian HP

OPPO pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UN PGRI Kediri. Jurnal. Program Studi Manajemen.

Fakultas Ekonomi. Universitas Nusantar PGRI Kediri.

Utami, S. A. R., & Ratna, N. W. (2019). Pengaruh Brand Image dan Product Quality terhadap Purchasing

Decision Produk Lipstik Wardah di Kota Sukabum. Cakrawala, 2(2), 40–49.

Wiyata, M. T., & Awaliah, N. N. (2019). Pengaruh Budaya dan Kepercayaan Merek Terhadap Pengambilan

Keputusan Mahasiswa Memilih Kuliah di Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Cakrawala, 2(1), 32–

46.

Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan Customer

Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala, 3(1), 11–

21.

Page 35: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

31

Kemampuan ROA dan NPM dalam Memengaruhi Return Saham

Melly Fuji Astuti1, Z Zulkarnain2

1,2Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

Return is what investors who invest their capital expect. ROA is used to

determine company performance based on the company's ability to utilize

its assets, this can lead to appreciation and depreciation of stock prices.

NPM calculates the extent to which the company's ability to generate net

income at a certain sales level. A high ratio gives confidence to investors

to own company shares which can increase stock returns in the future.

This study aims to determine: (1) the effect of return on assets (ROA) on

stock returns, (2) the effect of net profit margin (NPM) on stock returns,

and (3) the effect of return on assets (ROA) and net profit margin ( NPM)

on stock returns simultaneously. The research subjects were

manufacturing companies in the food and beverage sub-sector on the IDX

2012-2016. The data used are secondary data. The data analysis

technique used in this study is Multiple Linear Regression Analysis. The

results showed that (1) return on assets (ROA) has no effect on stock

returns. (2) net profit margin (NPM) has no effect on stock returns. 3)

simultaneous return on assets (ROA) and net profit margin (NPM) has no

effect on stock returns.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 31-40

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Return on Assets (ROA),

Net Profit Margin (NPM),

Stock Return.

Abstrak

Return merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan

modalnya. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan

berdasarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang

dimiliki, hal ini dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham.

NPM menghitung sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio yang tinggi memberikan

keyakinan kepada para investor untuk memiliki saham perusahaan yang

nantinya dapat meningkatkan return saham di masa yang akan datang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh return on asset

(ROA) terhadap return saham, (2) pengaruh net profit margin (NPM)

terhadap return saham, dan (3) pengaruh return on asset (ROA) and net

profit margin (NPM) terhadap return saham secara simultan. Subyek

penelitian adalah perusahaan manufaktur subsektor makanan dan

minuman di BEI periode 2012-2016. Data yang digunakan adalah data

sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(1) return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap return saham. (2)

net profit margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap return saham. 3)

return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM) secara simultan tidak

berpengaruh terhadap return saham.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 36: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

32

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi di negara berkembang dapat dilihat dari kondisi pasar modalnya. Pasar modal

menjadi sarana efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui

mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor produktif.

Pengumpulan dana tersebut dalam berbagai bentuk sekuritas. Bagi pemegang sekuritas (investor), memiliki

harapan untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atau peningkatan atas nilai investasi awal (modal) dan

bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) di masa mendatang (Anoraga & Pakarti, 2001).

Seorang investor akan memilih produk sekuritas seperti saham yang memberikan return yang tinggi

karena tujuan mereka untuk mendapatkan return yang maksimal dengan risiko yang rendah (Arisandi, 2014).

Return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Return dapat dihitung

dari selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang

diinvestasikan.

Banyak faktor yang memengaruhi return saham, diantaranya adalah informasi yang bersifat

fundamental maupun teknikal. Penggunaan model menjadi sangat penting untuk menilai harga saham dan

membantu investor dalam merencanakan dan memutuskan investasi secara efektif (Sudiyatno, 2011). Para

investor menggunakan teknik analisis fundamental untuk menilai kinerja perusahaan untuk mengestimasi

return, pendekatan tersebut terutama ditujukan pada faktor yang pada umumnya berada di luar pasar modal.

Faktor fundamental dari perusahaan yang dapat menjelaskan kekuatan dan kelemahan kinerja keuangan

perusahaan diantaranya adalah rasio-rasio keuangan. Rasio yang digunakan salah satunya yaitu rasio

profitabilitas. Rasio profitabilitas yang berfungsi untuk memprediksi harga saham atau return saham adalah

Return on Asset (ROA), dan Net Profit Margin (NPM). ROA dan NPM dinyatakan dapat memengaruhi dengan

arah positif terhadap return saham. ROA menggambarkan seberapa besar laba yang dapat diperoleh

perusahaan dengan menggunakan seluruh asetnya. NPM menggambarkan rasio perbandingan jumlah laba

bersih setelah pajak terhadap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan (Raharjaputra, 2011).

Berikut ini informasi 3 (tiga) perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman di BEI, beserta

fenomena data yang terjadi:

Tabel 1

Informasi Return saham, ROA dan NPM

Beberapa Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016

2012 0,27 8,5% 3,06%

2013 0,12 5,0% 2,11%

2014 0,02 6,3% 2,87%

2015 -0,2 4,2% 2,91%

2016 0,53 6,1% 3,79%

2012 0,4 9,0% 2,05%

2013 0,3 10,0% 2,85%

2014 -0,19 4,0% 0,84%

2015 0,45 11,0% 2,63%

2016 -0,94 11,0% 2,49%

2012 1,18 6,6% 2,58%

2013 0,32 6,9% 2,53%

2014 0,46 5,1% 2,07%

2015 -0,42 4,1% 2,05%

2016 0,6 7,8% 3,29%

TAHUNRETURN

SAHAMROA NPM

1

2

3

NAMA PERUSAHAAN

Indofood Sukses

Makmur Tbk.

(INDF)

Mayora Indah Tbk.

(MYOR)

Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk.

(AISA)

NO.

Sumber: www.idx.co.id (2018)

Page 37: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

33

Tabel 1 di atas menunjukkan fluktuatifnya pergerakan ROA dan NPM terhadap return saham. Sekilas

diperhatikan pergerakan naik-turun ROA dan NPM tidak selaras dengan pergerakan naik-turun return saham.

Apakah ini menunjukkan ROA dan NPM tidak memiliki kemampuan memengaruhi return saham? Beberapa

penelitian terdahulu menghasilkan simpulan yang berbeda-beda dalam menyatakan kemampuan ROA dan

NPM memengaruhi return saham (Ginting, 2013; Putra & Kindangen, 2016; Zalmi & Yani, 2014). Penelitian

ini kembali dilakukan untuk menyajikan bukti apakah ROA dan NPM memiliki/tidak memiliki kemampuan

memengaruhi return saham?

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Pasar Modal

Istilah pasar modal bagi orang awam mungkin kurang memahaminya, namun bagi mereka yang bergelut

dalam industri keuangan bukanlah hal yang asing. Apa sebenarnya pasar modal itu? Pasar modal adalah tempat

dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan

tersebut nantinya dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan (Fahmi, 2012).

Pasar modal berperan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pertumbuhan dan stabilitas ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.

Selain memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, pasar modal juga menjalankan dua

fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan

dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada

instrumen keuangan (Martalena & Malinda, 2011). Instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek

yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti right, dan warrant.

Saham

Pada saat ini banyak orang berburu saham untuk berinvestasi keuangan, yang disebabkan bahwa

investasi pada saham dapat memberikan pasive income. Saham didefinisikan menurut Fahmi (2012) sebagai:

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.

b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan

kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual.

Saham pada umumnya dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang

biasa yang disebut emiten. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki

perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen tersebut dibayarkan (Fahmi, 2012).

Return Saham

Return merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan modalnya, maka return

merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor

berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang

dilakukannya (Eduardus, 2010). Untuk mengetahui secara pasti besarnya return saham yang dapat diperoleh

dari suatu investasi saham di masa yang akan datang tidaklah mudah. Arti pentingnya memahami risiko dalam

investasi adalah untuk menghindari atau mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya kerugian dalam

investasi (Didit, 2013).

Ada 2 (dua) return yaitu return yang telah terjadi (realized return) dan return yang diharapkan (expected

return). Ketika investor menginvestasikan dananya, investor akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan

jika periode investasi telah berlalu investor akan dihadapkan dengan tingkat return yang sesungguhnya yang

diterima. Mungkin saja berbeda antara return yang diharapkan dengan return realisasi. Perbedaan tersebut

merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan investor dalam proses investasi (Didit, 2013).

Page 38: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

34

Return on Assets (ROA)

ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat aset tertentu (Hanafi &

Halim, 2012). ROA dapat digunakan sebagai alat ukur tingkat kesehatan dari kinerja keuangan sebuah

perusahaan (Eduardus, 2010). ROA dapat dihitung dengan cara menghitung laba sebelum pajak dibagi total

aset dan dikalikan 100%. ROA menjadi daya tarik investor untuk membeli saham perusahaan sehingga

berdampak pada peningkatan harga saham dan pada akhirnya diikuti oleh peningkatan return saham.

Net Profit Margin (NPM)

NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional

pokok perusahaan. NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian laba bersih terhadap penjualan bersih.

Nilai yang dihasilkan mengindikasikan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan biaya operasional

karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi

efisiensi perusahaan dalam mengendalikan beban yang berkaitan dengan penjualan (Gitman et al., 2015).

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh ROA terhadap Return Saham

Investor memiliki orientasi sangat ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi dari investasi yang

ditanamnya (Zulkarnain et al., 2020). ROA menunjukkan kemampuan keuangan perusahan dalam

menghasilkan laba bersih dari aset yang salah satunya terbentuk dari investasi investor dan digunakan dalam

operasional perusahaan. ROA yang tinggi menjadi sinyal positif bagi investor karena menunjukkan kinerja

yang baik dari perusahaan (Zulkarnain & Farida, 2018).

ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aset yang dimiliki, hal ini dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Kinerja

keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan akan berdampak kepada

pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja keuangan perusahaan

yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh

Watung & Ilat (2016) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan

uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian pertama sebagai berikut:

H01 : ROA tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

Ha1 : ROA berpengaruh positif terhadap Return Saham.

Pengaruh NPM terhadap Return Saham

NPM menghitung sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. NPM yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat

penjualan tertentu. NPM yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu.

Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidak-efisienan manajemen. Artinya semakin besar rasio

akan semakin baik, karena dianggap perusahaan mendapatkan laba bersih yang tinggi. Hal tersebut

memberikan keyakinan terhadap para investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut yang nantinya dapat

meningkatkan return saham di masa yang akan datang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016)

menemukan bahwa NPM berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian tersebut,

dikembangkan hipotesis penelitian kedua sebagai berikut:

H02 : NPM tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

Ha2 : NPM berpengaruh positif terhadap Return Saham.

METODOLOGI

Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan

berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan oleh penulis diperoleh dari hasil studi kepustakaaan yang

Page 39: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

35

meliputi buku-buku dan data lain yang relevan dengan subjek penelitian. Tentu saja data yang utama untuk

dianalisis adalah data Laporan Keuangan dari Bursa Efek Indonesia pada perusahaan Manufaktur Subsektor

Makanan dan Minuman periode 2012-2016.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sektor

Manufaktur subsektor Makanan dan Minuman periode 2012-2016. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan

metode purposive sampling. Adapun kriteria dalam pertimbangan pengambilan sampel sebagai berikut:

a. Perusahaan terdaftar secara penuh di BEI periode 2012-2016 dan tidak pernah delisted.

b. Perusahaan tersebut secara periodik mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya dan memiliki

kelengkapan data selama periode pengamatan.

Berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud, terdapat 13 perusahaan yang menjadi sampel dalam

penelitian ini, diantaranya:

Tabel 2

Daftar Nama Perusahaan yang Digunakan Sebagai Sampel Penelitian

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

1. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

2. ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.

3. DLTA Delta Djakarta Tbk.

4. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

5. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

6. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.

7. MYOR Mayora Indah Tbk.

8. PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk.

9. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.

10. SKBM Sekar Bumi Tbk.

11. SKLT Sekar Laut Tbk.

12. STTP Siantar Top Tbk.

13. ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.

Sumber: www.idx.ac.id (2018)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Return Saham

Return saham merupakan hal yang diharapkan para investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk

saham. Return saham dapat dihitung dari selisih harga saham sekarang dengan harga saham periode

sebelumnya, dengan rumus sebagai berikut (Hartono, 2015):

Keterangan:

Pt = Harga saham sekarang

Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Return on Assets (ROA)

ROA merupakan proksi yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. ROA diukur

dengan membandingkan laba bersih dengan total aset (Eduardus, 2010). ROA menggunakan skala rasio.

Rumus menghitung ROA sebagai berikut:

ROA = Net Income/Total Assets

Return Saham = 𝑃𝑡−𝑃𝑡−1

𝑃𝑡−1

Page 40: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

36

Net Profit Margin (NPM)

NPM mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional

pokok perusahaan. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan

beban-beban yang berkaitan dengan penjualan (Gitman et al., 2015). NPM dapat hitung sebagai berikut:

NPM = Net Income/Sales

Metode Analisis Data

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai arah hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen, dalam hal ini antara varibel ROA dan NPM terhadap varibel return

saham. Sebelum melakukan uji regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi

klasik guna mendapatkan hasil terbaik (Ghozali, 2016). Dalam penggunaan regresi berganda, pengujian

hipotesis harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Tujuan pemenuhan

asumsi klasik ini dimaksud agar variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak

mengalami bias.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Pada Tabel 3 di bawah ini disajikan ringkasan hasil uji

statistik deskriptif dari variabel penelitian yang terdiri dari variabel dependen Return Saham, dan variabel

independen ROA dan NPM.

Tabel 3

Statistik Deskriptif

N Mean Std. Dev Min Max

Return Saham 61 0,1315 0,3210 -0,4224 1,0208

ROA 61 0,1425 0,1577 -0,0532 0,8850

NPM 61 0,1115 0,1086 -0,1291 0,4427

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Dalam proses pengumpulan data menjadi sampel penelitian ditemukan bahwa dari rencana 65 sampel

penelitian terdapat 4 sampel outlier, sehingga pengujian dilanjutkan dengan menguji 61 sampel penelitian. Tabel

3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata return saham dari seluruh sampel yang diuji menunjukkan nilai yang

rendah yaitu diangka 13,15%. Standar deviasi yang lebih tinggi dari nilai rata-rata menandakan bahwa terdapat

perbedaan yang cukup tinggi perolehan return saham diantara sampel penelitian. Pada saat terdapat

perusahaan yang mencapai nilai maksimum return saham sebesar 102,08%, terdapat perusahaan dengan nilai

minimum return saham sebesar minus 42,24%.

Rata-rata ROA juga menunjukkan nilai yang rendah sebesar 14,25%. Nilai standar deviasi 15,77% yang

tidak terlalu tinggi melebihi nilai rata-rata ROA menunjukkan penyimpangan atau perbedaan yang tidak terlalu

tinggi diantara sampel penelitian. Nilai minimum ROA sebesar minus 5,32% terjadi pada Prasidha Aneka

Niaga Tbk. di tahun 2015 dan nilai maksimum ROA sebesar 88,50% terjadi pada Multi Bintang Indonesia

Tbk. di tahun 2013.

Rata-rata NPM juga menunjukkan nilai yang rendah sebesar 11,15%. Nilai standar deviasi menunjukkan

nilai yang lebih rendah dari nilai rata-rata yaitu sebesar 10,86% yang menunjukkan tidak terjadi penyimpangan

atau perbedaan yang tinggi diantara sampel penelitian. Nilai minimun NPM sebesar minus 12,91% terjadi pada

Tri Banyan Tirta Tbk. di tahun 2015 dan nilai maksimum NPM sebesar 44,27% terjadi pada Multi Bintang

Indonesia Tbk. di tahun 2013.

Page 41: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

37

Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi liner berganda, data penelitian perlu dilakukan uji asumsi klasik

yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi untuk

memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan uji asumsi klasik yang

telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan. Oleh

karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat pula untuk digunakan dalam analisis regresi linear

berganda.

Hasil Uji Hipotesis

Pada Tabel 4 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda:

Tabel 4

Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Β Sig.

(Constant) 0,096 0,126

ROA 0,129 0,875

NPM 0,266 0,811

Nilai F 0,456 0,636

Dependent Variable: Return Saham

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Berdasarkan hasil uji regresi berganda pada tabel 4 di atas dapat disusun persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut:

Return Saham = 0,096 + 0,129 ROA + 0,266 NPM + ε

Dalam persamaan di atas ditunjukkan pengaruh ROA dan NPM terhadap return saham. Pada parameter

koefisien β ROA dengan tanda (+) menunjukkan pengaruh searah antara ROA dan return saham. Apabila ROA

meningkat 1 satuan maka akan mengakibatkan return saham meningkat pula sebesar 0,129, dengan asumsi

konstanta dan koefisien regresi variabel lainnya sama dengan nol. Pada parameter koefisien β NPM dengan

tanda (+) juga menunjukkan pengaruh searah antara NPM dan return saham. Apabila NPM meningkat 1 satuan

maka akan mengakibatkan return saham meningkat sebesar 0,266.

Berikut ini seperangkat hasil uji hipotesis, dimulai dari hasil uji koefisien determinasi, hasil uji t Parsial,

dan hasil uji F Simultan:

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Berikut ini tabel hasil uji

koefisien determinasi (R2):

Tabel 5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .124a .015 -.018 .3258078

a. Predictors: (Constant), NPM, ROA

b. Dependent Variable: ReturnSaham

Pada tabel 5 di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,015 atau 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa

variabel return saham yang terjadi pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia sub sektor makanan dan minuman

di tahun 2012-2016 dapat dijelaskan oleh variabel independen ROA dan NPM sebesar 1,5%, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain di luar model penelitian ini.

Page 42: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

38

2. Hasil Uji t Parsial

Dari hasil uji t Parsial pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari kedua variabel independen keduanya

memiliki nilai sig di atas 0,050 yang dapat diartikan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memenuhi kriteria

memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Variabel ROA memiliki nilai sig sebesar 0,875, dan

variabel NPM memiliki nilai sig sebesar 0,811. Keduanya jauh di atas syarat signifikansi 0,050, yang dapat

diartikan bahwa variabel ROA secara parsial dan variabel NPM secara parsial tidak memenuhi kriteria

memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.

3. Hasil Uji F Simultan

Dari hasil uji F simultan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig F-nya. Besaran nilai sig

F nya 0,636b (0,636>0,05) yang dapat disimpulkan bahwa variabel ROA dan NPM secara simultan tidak

berpengaruh terhadap return saham.

Kedua hasil uji t Parsial dan uji F simultan ini menjawab hipotesis penelitian yang disajikan dalam Tabel

6 sebagai berikut:

Tabel 6

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Penelitian Hasil

Ha1 ROA berpengaruh positif terhadap return saham Ditolak

Ha2 NPM berpengaruh positif terhadap return saham Ditolak

Pembahasan

Ha1: ROA berpengaruh positif terhadap return saham

Berdasarkan hasil uji t Parsial pengaruh ROA terhadap return saham menghasilkan nilai sig sebesar

0,875 (0,875>0,05) dengan nilai β sebesar 0,129. Dengan hasil uji t Parsial ini dapat disimpulkan bahwa

hipotesis penelitian pertama ditolak, yaitu ROA tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini

membantah pendapat bahwa semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula return saham.

Hasil ini tidak konsisten dengan teori Modigliani & Miller (1958) yang menyatakan bahwa nilai

perusahaan yang tercermin dari harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari aset yang dimiliki. Trend fluktuasi ROA pada perusahaan-perusahaan di sub sektor makanan dan minuman

pada periode 2012-2016 ini tidak menentukan minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan,

sehingga tidak berdampak pada naiknya permintaan dan meningkatnya harga saham. Jika sekali lagi dilihat

dari hasil uji koefisien determinasi (R2) dapat dikatakan bahwa memang lebih banyak faktor lain yang

mempengaruhi minat investor untuk bertransaksi membeli saham sehingga dapat meningkatkan harga saham

sekaligus return saham .

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa & Mulyani (2013) dan Susilowati &

Turyanto (2011) bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh terhadap return saham.

Hasil statistik memberikan makna bahwa informasi profitabilitas yang digambarkan oleh ROA yang

dipublikasikan dalam laporan keuangan kurang informatif bagi investor dalam mengestimasi return. Rasio

ROA belum menggambarkan laba operasional yang sesungguhnya, karena perhitungan ROA menggunakan

laba hasil pencatatan akrual basis (Kurnia & Isynuwardhana, 2015).

Ha2: NPM berpengaruh positif terhadap return saham

Berdasarkan hasil uji t Parsial pengaruh NPM terhadap return saham menghasilkan nilai sig sebesar

0,811 (0,811>0,05) dengan nilai β sebesar 0,266. Dengan hasil uji t Parsial ini dapat disimpulkan bahwa

hipotesis penelitian kedua juga ditolak, yaitu NPM tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Dapat

disimpulkan bahwa peningkatan NPM tidak dapat digunakan untuk mencerminkan peningkatan pada return

saham.

Page 43: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

39

Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa para pemegang saham cenderung tidak memperhatikan

besar kecilnya NPM dalam keputusan investasi dalam saham. Fenomena ini bisa terjadi karena besar laba

bersih suatu perusahaan tidak sepenuhnya menjadi indikator bahwa suatu perusahaan telah memiliki kinerja

yang baik selama periode tertentu (Khoir, 2013). NPM hanya memberikan informasi mengenai besarnya

keuntungan atas setiap penjualan, tidak seperti earning per share yang memberikan gambaran secara langsung

mengenai proporsi keuntungan atas setiap lembar saham (Saputro & Astuti, 2018). Investor masih melihat

banyak faktor lain dalam menentukan keputusan investasi pembelian saham.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Aryanti & Mawardi, 2016) yang

menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sehingga NPM tidak

dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi investasi para investor dalam menanamkan

sahamnya di pasar modal. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Susilowati & Turyanto (2011) yang

menyatakan bahwa NPM tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uji hipotesis dan analisis yang dilakukan disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a) Secara parsial variabel ROA tidak berpengaruh terhadap return saham. Fluktuasi pada ROA tidak

mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan melalui pembelian saham,

yang seharusnya dapat meningkatkan permintaan dan meningkatkan harga saham, serta seharusnya

dapat memberikan return berupa gain dari selisih harga saham bagi pemegang saham.

b) Secara parsial variabel NPM tidak berpengaruh terhadap return saham. Naik/turunnya NPM tidak

menjadi perhatian utama investor dalam melakukan keputusan investasi pada saham. Investor tidak

hanya melihat laba bersih sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. NPM

tidak dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi investasi para investor dalam

menanamkan sahamnya di pasar modal.

c) Secara simultan variabel ROA dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil ini

bisa mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi return saham.

Perhatian investor pada faktor-faktor selain ROA dan NPM sangat besar dalam pengembalian

keputusan investasi pada saham.

Saran

Sejumlah saran disampaikan oleh penulis untuk kepentingan pengembangan penelitian pada masa-masa

yang akan datang, diantaranya:

a) Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan rendahnya kemampuan variabel ROA dan NPM

dalam mempengaruhi variabel return saham. Penelitian berikutnya dapat menggunakan variabel-

variabel lain untuk mengukur pengaruhnya terhadap return saham.

b) Investor dalam melakukan keputusan investasi pada saham dapat berdasar pada keinginan untuk

mendapatkan return dari investasi saham ataupun berdasar pada harapan untuk mendapatkan

kepemilikan atau fungsi kontrol pada perusahaan sesuai besaran investasi yang dilakukan. Harapan

untuk mendapatkan kepemilikan atau fungsi kontrol dapat muncul dari investor-investor pribadi,

perusahaan, ataupun manajerial perusahaan. Penelitian berikutnya dapat memperhatikan faktor-faktor

ini selain faktor kinerja keuangan berupa ROA dan NPM.

c) Besarnya return saham dapat dilihat dari besarnya gain dari selisih harga saham dalam periode waktu

tertentu. Besarnya return saham dapat pula dilihat dari besarnya pembagian dividen yang dilakukan

perusahaan. Penelitian ini mengukur besarnya return saham dari gain dari selisih harga saham.

Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan penggunaan informasi pembagian dividen sebagai alat

ukur/indikator return saham.

Page 44: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

40

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P., & Pakarti, P. (2001). Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta.

Arisandi, M. (2014). Pengaruh ROA, DER, CR, Inflasi dan Kurs terhadap Return Saham (Studi Kasus Industri

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012). Jurnal Dinamika Manajemen, 2(1),

34–46.

Aryanti, A., & Mawardi, M. (2016). Pengaruh ROA, ROE, NPM dan CR terhadap Return Saham pada

perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). I-Finance: A Research Journal on Islamic

Finance, 2(2), 54–71.

Didit, H. (2013). Manajemen Investasi Plus Jurus Mendeteksi Investasi Bodong. Gosyen Publishing.

Eduardus, T. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Kanisius.

Fahmi, I. (2012). Pengantar Pasar Modal. Alfabeta.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Ginting, S. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil: JWEM, 3(2), 61–70.

Gitman, L. J., Juchau, R., & Flanagan, J. (2015). Principles of Managerial Finance. Pearson Higher Education.

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2012). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat. UPP STIM YKPN.

Hartono, J. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesepuluh. BPFE.

Khoir, V. B. (2013). Pengaruh Earning per Share, Return on Assets, Net Profit Margin, Debt to Assets Ratio

dan Long Term Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Subsektor

Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis,

5(1).

Kurnia, A., & Isynuwardhana, D. (2015). Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan

Size Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Property dan Real Estate yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014). EProceedings of Management, 2(3).

Martalena, & Malinda, M. (2011). Pengantar Pasar Modal. Edisi Pertama. Penerbit Andi.

Modigliani, F., & Miller, M. H. (1958). The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of

Investment. The American Economic Review, 48(3), 261–297.

Putra, F. E. P. E., & Kindangen, P. (2016). Pengaruh Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan

Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (Periode 2010-2014). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis

Dan Akuntansi, 4(3).

Raharjaputra, H. (2011). Buku Panduan Praktis: Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Salemba Empat.

Rosa, M., & Mulyani, E. (2013). Pengaruh Profitabilitas, OCF, dan EVA Terhadap Return Saham Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Wahana Riset Akuntansi, 1(2).

Saputro, D. D., & Astuti, S. (2018). Pengaruh Cash Flow dan NPM Terhadap Stock Price (Studi Empiris pada

Perusahaan LQ 45 di BEI). Cakrawala, 1(2), 42–52.

Sari, L. R. (2016). Pengaruh NPM, ROE, dan EPS terhadap Return Saham pada Perusahaan Farmasi di BEI.

Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen (JIRM), 5(12).

Sudiyatno, B. (2011). Menguji Model Tiga Faktor Fama dan French dalam Mempengaruhi Return Saham Studi

pada Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 18(2).

Susilowati, Y., & Turyanto, T. (2011). Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas Terhadap

Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan Dan Perbankan, 3(1), 17–37.

Watung, R. W., & Ilat, V. (2016). Pengaruh Return on Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), dan Earning

Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode

2011-2015. Jurnal EMBA, 4(2), 518–529.

Zalmi, Z., & Yani, F. Y. (2014). Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Return on Assets (ROA) dan Net

Profit Margin (NPM) Terhadap Return Saham Pada PT Bpr Swadaya Anak Nagari. Jurnal Apresiasi

Ekonomi, 2(3), 171–182.

Zulkarnain, Z., & Farida, R. (2018). Peran Profitability dan Capital Structure dalam Memengaruhi Firm Value.

Cakrawala, 1(2), 89–99.

Zulkarnain, Z., Syahara, R., & Novitasari, Y. (2020). Pengaruh ROA dan DER Terhadap Stock Price pada

Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2017. Cakrawala, 3(1), 22–32.

Page 45: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

41

Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online

Agus Sobandi1, Bambang Somantri2

1Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia 2Program Studi Manajemen, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

Trust is the main capital for the success of online buying and selling

transactions because buyers have limitations to directly reach the physical

conditions of the goods being traded and cannot meet face to face with the

seller directly. This research was conducted to dig deeper and present

empirical data, whether consumer trust affects online purchasing

decisions. The research method used in this research is quantitative, by

conducting explanatory research to determine the causal relationship

between the variables studied. Data collection was carried out by survey

techniques through a research instrument in the form of a questionnaire

and addressed to 100 UMMI student respondents. Testing the quality of

the instrument was carried out through validity and reliability tests.

Hypothesis testing is done using regression analysis test tools. The test

results show that consumer trust has a positive and significant effect on

students' online purchasing decisions. The dimension of integrity

underlies respondents' trust in e-commerce transactions or online buying

and selling.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 41-52

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Purchasing Decision,

Customer Trust, E-

Commerce.

Abstrak

Kepercayaan menjadi modal utama untuk berhasilnya transaksi jual-beli

secara online dikarenakan pembeli memiliki keterbatasan untuk

menjangkau langsung kondisi fisik barang yang diperjualbelikan dan tidak

dapat bertatap muka secara langsung dengan penjual. Penelitian ini

dilakukan untuk menggali lebih dalam dan menyajikan data empiris,

apakah kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap keputusan

pembelian secara online. Metode penelitian yang digunakan pada

penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan melakukan penelitian eksplanatori

untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey melalui instrumen

penelitian berupa kuesioner dan ditujukan kepada 100 orang responden

mahasiswa UMMI. Pengujian kualitas instrumen dilakukan melalui uji

validitas dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan alat uji analisis regresi. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian secara online mahasiswa. Dimensi integritas

mendasari kepercayaan responden akan transaksi e-commerce atau jual

beli secara online.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 46: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

42

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dari yang bersifat sederhana menjadi lebih modern dan serba cepat

berdampak pada perubahan perilaku informasi pada segala bidang. Informasi yang disajikan dapat dengan

cepat dan mudah diperoleh konsumen. Dinamika persaingan bisnis gaya baru pun terjadi dalam

perkembangan dunia teknologi informasi yang semakin maju. Industri perdagangan beralih dari yang

tertumpu oleh interaksi fisik menjadi tak terbatas dan dapat dilakukan secara maya atau daring.

Penggunaan internet yang marak melahirkan electronic commerce (e-commerce). E-commerce dapat

terjadi antara organisasi bisnis dengan konsumen menggunakan layanan world wide web. Konsumen tidak

perlu berkunjung langsung ke toko (display) untuk memilih produk yang dapat dibeli dan bagi toko

(perusahaan) dapat melakukan transaksi selama full 24 jam. Dari segi keuangan, konsumen dapat

memperoleh penghematan biaya dalam upaya memperoleh barang, dan bagi toko (pengusaha) dapat

melakukan penghematan pada biaya promosi, termasuk dapat memasarkan ke wilayah yang lebih luas

(Maulana et al., 2015).

Bentuk e-commerce dengan istilah yang lebih popular adalah online shop atau toko online. Di

kalangan masyarakat secara umum saat ini sudah sangat dikenal, apalagi mahasiswa. Banyaknya beragam

kemudahan berbelanja dan bermacam produk atau jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat Indonesia

menjadikan toko online sebagai tempat berbelanja baru selain pusat perbelanjaan yang ada. Hal ini membuat

para penjual toko online berlomba-lomba menawarkan produk dengan berbagai cara dalam menarik

konsumen berbelanja, dengan memanfaatkan keadaan di mana online shop sedang sangat digandrungi atau

diminati oleh masyarakat dan telah mendapatkan kepercayaan sebagai sarana berbelanja yang aman

(Rosdiana & Haris, 2018).

Kepercayaan memang menjadi modal utama untuk berhasilnya transaksi jual-beli secara online

dikarenakan pembeli memiliki keterbatasan untuk menjangkau langsung kondisi fisik barang yang

diperjualbelikan dan tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan penjual. Termasuk pula terkait

layanan logistik atau pengiriman barang. Survei iPrice Group dan Parcel Perform menunjukkan, 35%

konsumen masih melihat pengiriman sebagai masalah paling besar dalam e-commerce. Selain itu, lebih dari

90% tanggapan negatif dan keluhan dari pelanggan, biasanya terkait dengan keterlambatan proses

pengiriman atau terkait kurangnya komunikasi mengenai status pengiriman (Rachmatunnisa, 2019).

Kepercayaan konsumen adalah keyakinan konsumen bahwa individu tertentu memiliki integritas,

dapat dipercaya, dan orang yang dipercayai akan memenuhi semua kewajiban dalam melakukan transaksi

sebagaimana yang diharapkan (Khotimah & Febriansyah, 2018). Kepercayaan konsumen terhadap suatu

produk dapat dibentuk dengan memberikan atau menyampaikan produk sebagaimana spesifikasi yang

diiklankan pada situs/website perusahaan. Minimnya kepercayaan konsumen pada situs/website

mengakibatkan konsumen takut untuk melakukan pembelian secara online.

Observasi awal penulis yang dilakukan terhadap sepuluh orang mahasiswa yang pernah berbelanja

secara online menemukan bahwa sebagian besar mengeluhkan ketidaksesuaian antara barang yang dilihat di

iklan website perusahaan dengan barang yang diterima. Lalu tiga dari sepuluh orang mahasiswa tersebut juga

mengeluhkan terkait lama pengiriman barang, yang pada awalnya dijanjikan lama pengiriman hanya

membutuhkan waktu tiga hari, namun pada kenyataannya sampai berminggu-minggu. Hal ini menyebabkan

rasa kekecawaan yang mendalam dari para mahasiswa tersebut, trauma, hingga akan berpikir berkali-kali

bila harus melakukan belanja online kembali.

Penelitian ini dilakukan untuk menggali lebih dalam dan menyajikan data empiris, apakah

kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian secara online? Beberapa penelitian

menemukan terdapat pengaruh tersebut (Hamdani & Mawardi, 2018; Kurniawan et al., 2018; Pratama &

Santoso, 2018; Zulfa & Hidayati, 2018). Penelitian ini berupaya untuk kembali menguji dengan subjek

penelitian berbeda, yaitu mahasiswa di Kota Sukabumi. Pada bagian selanjutnya akan disampaikan landasan

teoritis atau tinjauan pustaka, metode, hasil, dan pembahasan, serta simpulan sebagai rangkuman dari hasil

penelitian, dan saran untuk penelitian di masa mendatang.

Page 47: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

43

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tahapan evaluasi dari konsumen terhadap suatu preferensi atau pilihan

sehingga membentuk maksud untuk membeli barang/jasa (Kotler, 2018). Keputusan konsumen merupakan

suatu kegiatan yang penting, karena di dalam proses keputusan konsumen tersebut memuat berbagai langkah

yang terjadi secara berurutan sebelum konsumen mengambil keputusan lebih lanjut (Somantri et al., 2020).

Elemen keputusan pembelian pada umumnya terdiri dari beberapa dimensi, antara lain (Kotler, 2018):

1) Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai pada saat pembeli menyadari suatu kebutuhan dipicu oleh rangsangan baik

internal atau eksternal. Dengan rangsangan internal, seseorang dalam membeli sebuah produk tentunya

memikirkan kebutuhannya terlebih dahulu, sedangkan rangsangan eksternal seseorang dalam membeli

produk hanya keinginannya saja yang dibutuhkan bukan kebutuhannya dalam pembelian produk.

2) Pencarian informasi

Ternyata konsumen mencari jumlah informasi yang sifatnya terbatas. Pencarian ini dapat membedakan

diantara dua tingkat keterlibatan pencarian. Kondisi pencarian yang lebih rendah disebut pencarian

tajam. Pada tingkat berikutnya seseorang dapat melakukan pencarian informasi aktif.

3) Evaluasi alternatif

Beberapa konsep dasar dapat membantu memahami proses evaluasi, pertama konsumen berusaha

mencapai pemuasan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen berupaya mencari manfaat tertentu dari

produk. Ketiga, konsumen melihat produk dengan kemampuan mengantarkan manfaat yang

diperlukan dalam pemuasan kebutuhan.

4) Keputusan Pembelian

Pada tahap evaluasi, konsumen mempertimbangkan preferensi antar merek pada merek yang paling

disuka. Dalam tahapan melaksanakan maksud pembelian, membentuk lima subkeputusan di antaranya,

merek, kuantitas, penyalur, waktu, dan metode pembayaran.

5) Perilaku pasca pembelian

Pasca pembelian, konsumen dapat mengalami konflik pada saat melihat fitur tertentu atau mendengar

sesuatu yang lebih baik tentang merek lain. Komunikasi pemasaran memastikan untuk memperkuat

pilihan konsumen, merasa nyaman terhadap merek yang telah dibeli. Pemasar bertugas tidak berakhir

sampai dengan pembelian. Pengamatan pasca pembelian harus dilakukan untuk memastikan kepuasan

pasca pembelian, upaya tindakan pasca pembelian, serta penggunaan produk pasca pembelian.

Konsep Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan konsumen adalah keyakinan konsumen bahwa individu tertentu memiliki integritas,

dapat dipercaya, dan orang yang dipercayai akan memenuhi semua kewajiban dalam melakukan transaksi

sebagaimana yang diharapkan (Khotimah & Febriansyah, 2018). Kepercayaan melibatkan kesediaan

individu bertingkah laku dengan keyakinan bahwa mitra dapat memberikan yang diharapkan. Kata, janji,

atau pernyataan orang tersebut dapat diperlihatkan sehingga membentuk sebuah kepercayaan. Kesediaan

yang berlandaskan pada kepercayaan akan berlanjut pada kemauan membayar lebih, melakukan pembelian

ulang, memiliki komitmen dan rasa yang tinggi terhadap produk/jasa (Jaya et al., 2020).

Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk dapat dibentuk dengan memberikan atau

menyampaikan produk sebagaimana spesifikasi yang diiklankan pada situs/website perusahaan. Minimnya

kepercayaan konsumen pada situs/website mengakibatkan konsumen takut untuk melakukan pembelian

secara online. Saat konsumen menerima barang atau jasa yang sesuai dengan iklan perusahaan di website,

maka akan menumbuhkan rasa percaya konsumen pada perusahaan. Selain rasa percaya, termasuk pula

motivasi untuk melakukan atau menyelesaikan transaksi pembelian secara online (Wiyata et al., 2020).

Page 48: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

44

Kepercayaan konsumen dapat juga dibentuk dengan kejujuran pemasar atau produsen menyampaikan

karakteristik produk yang dijual secara detail kepada konsumen. Pemberian jaminan dari perusahaan atau

garansi dari pemasar kepada konsumen paska pembelian akan berkontribusi membangun kepercayaan

konsumen (Rosdiana & Haris, 2018).

Indikator kepercayaan konsumen terdiri dari tiga komponen (Mayer et al., 1995; Yu et al., 2018),

yaitu:

1) Integritas (Integrity)

Adalah persepsi konsumen dan keyakinan bahwa perusahaan mengikuti prinsip seperti menepati janji,

jujur, dan berperilaku sesuai etika. Integritas perusahaan dapat dilihat dari konsistensi perusahaan pada

masa lalu, bagaimana komunikasi kredibel atau tidak kredibel perusahaan kepada suatu kelompok, dan

apakah tindakan perusahaan selalu sesuai janjinya atau kata-kata atau iklan yang diucapkan.

2) Kebaikan (Benevolence)

Didasarkan pada kepercayaan kemitraan yang mempunyai tujuan dan motivasi untuk menjadi

kelebihan organisasi tersebut, pada suatu saat kondisi baru muncul, yaitu sebuah kondisi dimana

komitmen belum terbentuk.

3) Kompetensi (Competence)

Adalah kemampuan memecahkan permasalahan konsumen, dan untuk memenuhi segala keperluannya.

Kemampuan ini mengacu pada keahlian atau karakteristik yang memungkinkan memiliki pengaruh

yang dominan.

Pengembangan Hipotesis

Kepercayaan konsumen atas produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan harus dijaga dan

senantiasa dibina dengan baik. Kepercayaan atas produk tersebut dapat menjadi faktor yang kemudian akan

mendorong konsumen melakukan keputusan pembelian pada produk atau layanan yang dipercaya tersebut.

Setiap pengambilan keputusan, konsumen akan dihadapkan dengan mempertimbangkan layak atau tidaknya

suatu produk/jasa berdasarkan informasi-informasi yang mereka dapatkan atau terima, dan proses

pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta beberapa pilihan alternatif yang ada (Munhiar & Jalillah, 2018).

Keputusan pembelian menyangkut tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana

konsumen benar-benar membeli (Kotler & Armstrong, 2008; Utami & Ratna, 2019). Tahapan tersebut

mencakup terbentuknya kepercayaan oleh konsumen. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa

terdapat pengaruh kepercayaan konsumen terhadap keputusan pembelian (Hamdani & Mawardi, 2018;

Kurniawan et al., 2018; Pratama & Santoso, 2018; Zulfa & Hidayati, 2018). Atas dasar tersebut diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0: Kepercayaan Konsumen tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.

Ha: Kepercayaan Konsumen berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Suatu penelitian harus disusun

berdasarkan metode penelitian agar tujuan dalam penelitian tersebut bisa tercapai. Sugiyono (2017)

berpendapat bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017).

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif, dengan melakukan penelitian

eksplanatori untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti. Pengumpulan data

dilakukan dengan teknik survey melalui instrumen penelitian berupa kuesioner, untuk kemudian dilakukan

penafsiran atas data tersebut. Penyajian di dalam paper akan berbentuk tabel-tabel dengan kandungan angka-

angka di dalamnya (Arikunto, 2017).

Page 49: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

45

Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian, Populasi, dan Sampel

Lokasi penelitian adalah di perguruan tinggi (PT) Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI)

yang beralamatkan di Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Subjek penelitian adalah mahasiswa PT tersebut. Populasi mahasiswa yang terdapat di PT tersebut yaitu

sebanyak 4.600 orang mahasiswa. Sampel diambil dari 100 orang mahasiswa sebagai responden.

Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah suatu konsep atau proses yang menjelaskan spesifikasi atau ciri-ciri

variabel secara tegas dalam suatu penelitian. Operasionalisasi variabel memiliki tujuan untuk menjelaskan

kepada peneliti tentang bagaimana cara mengukur variabel independen dan variabel dependen.

Operasionalisasi variabel juga bisa memberikan petunjuk untuk mengembangkan operasionalisasi variabel

yang diperlukan dalam penelitian guna untuk mendefinisikan variabel, menentukan dimensi variabel,

menentukan jenis indikator dan skala dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Arikunto,

2017). Di bawah ini disajikan tabel operasionalisasi variabel, sebagai berikut:

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel

Variabel dan Konsep Dimensi Indikator Skala

Keputusan Pembelian:

adalah tahapan evaluasi

dari konsumen terhadap

suatu preferensi atau

pilihan sehingga

membentuk maksud

untuk membeli produk

atau jasa (Kotler, 2018).

1. Pengenalan

Masalah

a. Informasi dalam ingatan terhadap produk

b. Pemahaman perusahaan akan kebutuhan

produk

Ordinal

2. Pencarian

Informasi a. Sumber Pribadi yang dimiliki produsen

b. Sumber Komersil yang dimiliki produsen

3. Evaluasi

Alternatif a. Kepercayaan terhadap produk

b. Tindakan evaluasi alternatif konsumen

terhadap produk

4. Keputusan

Pembelian a. Pilihan produk konsumen sesuai yang

diinginkan

b. Tenggang Waktu pembelian konsumen

5. Perilaku

Pasca

Pembelian

a. Kepuasan setelah melakukan pembelian

b. Bersedia merekomendasikan pasca pembelian

produk

Kepercayaan Konsumen:

adalah keyakinan

konsumen bahwa individu

tertentu memiliki

integritas, dapat

dipercaya, dan orang yang

dipercayai akan

memenuhi semua

kewajiban dalam

melakukan transaksi

sebagaimana yang

diharapkan (Khotimah &

Febriansyah, 2018).

1. Integritas

(Integrity) a. memenuhi apa yang diharapkan pelanggannya

b. selalu menjaga reputasinya.

Ordinal

2. Kebaikan

(Benevolence) a. memberikan pelayanan terbaik bagi

pelanggannya

b. memiliki itikad baik untuk memberikan

kepuasan kepada pelanggannya.

3. Kompetensi

(Competence)

a. menyediakan barang yang berkualitas bagi

pelanggan

b. mampu mengirim barang tepat pada waktunya

Sumber: (Kotler, 2018), (Khotimah & Febriansyah, 2018).

Page 50: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

46

Metode Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menyederhanakan data yang sudah

terkumpul ke dalam bentuk lain agar data tersebut bisa lebih mudah dimengerti. Cara yang digunakan dalam

analisis data diantaranya, mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, melakukan

tabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2017).

Data kuesioner yang didapatkan dari sampel responden harus terbukti valid dan reliabel, maka

kemudian dilakukan uji kualitas instrumen, diantaranya yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya

untuk menguji bagaimana pengaruh variabel kepercayaan konsumen (independen) terhadap variabel

keputusan pembelian (dependen) dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi, dimana

sebelumnya dilakukan pengujian pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel

independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Penelitian dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa UMMI. Peneliti memperoleh gambaran tentang

profil responden penelitian yang dideskripsikan berdasarkan usia dan gender sebagai berikut:

a. Usia

Tabel 2 dan gambar 1 di bawah ini menunjukkan pengelompokan kategori usia dan jumlah responden

pada masing-masing kategori usia, sebagai berikut:

Tabel 2

Usia Responden

Umur Jumlah (Orang) Persentase

18-22 80 80,0%

22-27 20 20,0%

Total 100 100%

Gambar 1

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Usia

Sumber: Hasil Olah Data

80%

20%

Usia

18-22

22-27

Page 51: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

47

b. Gender

Tabel 3 dan gambar 2 di bawah ini menunjukkan pengelompokan kategori gender dan jumlah

responden pada masing-masing kategori gender. Ditemukan bahwa jumlah responden mahasiswa perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah mahasiswa laki-laki, sebagai berikut:

Tabel 3

Gender Responden

Gender Jumlah Persentase

Laki-laki 27 27,0%

Perempuan 73 73,0%

Total 100 100%

Gambar 2

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Gender

Sumber: Hasil Olah Data

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Ghozali (2016) mengemukakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas item di sini

menggunakan korelasi Pearson yaitu dengan cara mengorelasikan skor item dengan skor total item,

kemudian pengujian sigifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat sigifikansi 0,05

dengan uji 2 sisi. Jika nilai positif r hitung ≥ r tabel maka dapat dinyatakan valid, dan jika r hitung ≤ r tabel

maka item dinyatakan tidak valid.

Variabel kepercayaan konsumen terdiri dari 6 item pernyataan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

seluruh item pernyataan yang dijadikan sebagai indikator adalah valid dan mampu untuk mengukur variabel

kepercayaan konsumen. Selanjutnya variabel keputusan pembelian terdiri dari 10 item pernyataan. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan yang dijadikan sebagai indikator menunjukkan data

yang valid. Seluruh indikator tersebut mampu mengukur variabel keputusan pembelian. Nilai korelasi

seluruh indikator terhadap nilai totalnya lebih besar dari 0,361 (nilai r hitung > r tabel).

Ghozali (2016) mendefinisikan uji realibilitas sebagai alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hasil uji reliabilitas dengan

memperhatikan nilai Cronbach Alpha menemukan bahwa semua nilai Cronbach Alpha dari kedua variabel

sudah memasuki kondisi reliabel.

73%

27%

Gender

Page 52: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

48

Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kepercayaan Konsumen

Gambaran penilaian responden terhadap kepercayaan konsumen merupakan pemaparan hubungan

antara indikator–indikator dalam kuesioner dengan bobot penilaian responden. Variabel kepercayaan

konsumen ini diwakili oleh 6 (enam) pernyataan yang bernilai positif. Tanggapan responden terhadap

masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Penilaian Responden Terhadap Kepercayaan Konsumen

Indikator

Penilaian renponden

Jml STS=

1

TS=2 N=3 S=4 SS=5

a. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

memiliki kemampuan untuk menyediakan barang

yang berkualitas bagi pelanggan.

1 6 0 77 16 100

b. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

mempunyai pengalaman sehingga mampu mengirim

barang tepat pada waktunya.

2 1 0 57 40 100

c. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

memiliki perhatian untuk memberikan pelayanan

terbaik bagi pelanggannya.

0 6 0

54 40 100

d. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

memiliki itikad baik untuk memberikan kepuasan

kepada pelanggannya.

1 7 0 71 21 100

e. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

akan memenuhi apa yang diharapkan oleh

pelanggannya.

0 4 0 55 41 100

f. Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce

akan selalu menjaga reputasinya.

1 8 0 54 37 100

Jumlah 5 32 0 368 195 600

Persentase (%) 1 5 0 61 33 100

Sumber: Hasil Olah Data

Tabel di atas menunjukkan bahwa 33% responden menyatakan sangat setuju dengan indikator-

indikator yang memengaruhi kepercayaan konsumen. Responden yang menyatakan setuju sebanyak 61%,

responden yang menyatakan netral sebanyak 0% dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 5%

sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1%. Peneliti juga melakukan penelitian untuk

menemukan sub-variabel mana yang paling memengaruhi kepercayaan konsumen. Hasil perhitungan

tersebut dapat dilihat dalam gambar histogram berikut ini:

Gambar 3

Grafik Histogram Kepercayaan Konsumen

Sumber: Hasil Olah Data

83% 83%

85%

82%

83%

83%

84%

84%

85%

85%

86%

KEMAMPUAN KEBAIKAN INTEGRITAS

KEMAMPUAN

KEBAIKAN

INTEGRITAS

Page 53: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

49

Hasil data grafik di atas menunjukkan bahwa persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 85%

mewakili jumlah dimensi integritas dengan pernyataan yang diajukan kepada responden, sebagai berikut:

“Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan barang yang

berkualitas bagi pelanggan” dan “Saya merasa bahwa vendor penyedia e-commerce mempunyai pengalaman

sehingga mampu mengirim barang tepat pada waktunya”. Kedua pernyataan tersebut merupakan faktor yang

paling memengaruhi kepercayaan konsumen mahasiswa UMMI. Integritas bahwa vendor penyedia e-

commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan barang yang berkualitas bagi pelanggan dan vendor

penyedia e-commerce mempunyai pengalaman sehingga mampu mengirim barang tepat pada waktunya yang

memengaruhi para mahasiswa dalam kepercayaan konsumen. Integritas merupakan sub variabel yang paling

memengaruhi variabel kepercayaan konsumen dibandingkan dengan sub kebaikan dan kemampuan.

Deskripsi Penilaian Responden terhadap Keputusan Pembelian

Gambaran penilaian responden terhadap keputusan pembelian merupakan pemaparan hubungan antara

indikator–indikator dalam kuesioner dengan bobot penilaian responden. Variabel keputusan pembelian ini

diwakili oleh 10 (sepuluh) pernyataan yang bernilai positif. Tanggapan responden terhadap masing-masing

pernyataan dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Penilaian Responden Terhadap Keputusan Pembelian

Indikator

Penilaian renponden

Jml STS=

1

TS=2 N=3 S=4 SS=5

a. Memiliki informasi dalam ingatan terhadap produk 4 3 16 63 14 100

b. Memiliki pemahaman perusahaan akan kebutuhan

konsumen

4 1 24 54 17 100

c. Akan mencari sumber pribadi yang dimiliki produsen 2 5 29

51 13 100

d. Akan mencari sumber komersil yang dimiliki

produsen

2 4 27 55 12 100

e. Selalu memberikan kepercayaan terhadap produk 2 3 22 59 14 100

f. Memberikan tindakan evaluasi alternatif konsumen

terhadap produk

2 3 19 62 14 100

g. Dengan pilihan produk konsumen sesuai yang

diinginkan

2 3 16 55 24 100

h. Ada tenggang waktu pembelian produk 4 7 19 59 11 100

i. Anda puas setelah melakukan pembelian 3 2 17 62 16 100

j. Bersedia merekomendasikan pasca pembelian produk 3 2 21 60 14 100

Jumlah 28 33 210 580 149 100

0

Persentase (%) 3 3 21 58 15 100

Sumber: Hasil Olah Data

Hasil olah data di atas menunjukkan bahwa sebanyak 58% responden memberikan tanggapan setuju

dengan pernyataan yang menjadi indikator yang memengaruhi keputusan pembelian, sedangkan responden

yang memberikan tanggapan sangat setuju mempunyai persentase sebesar 15%, untuk tanggapan netral

sebanyak 21% dan responden yang memilih tanggapan tidak setuju hanya sebanyak 3% sedangkan yang

memilih tanggapan sangat tidak setuju sebanyak 3%. Histogram di bawah ini menunjukkan sub-variabel

mana yang paling memengaruhi keputusan pembelian:

Page 54: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

50

Gambar 4

Grafik Histogram Keputusan Pembelian

Sumber: Hasil Olah Data

Hasil grafik di atas menunjukkan bahwa dimensi perilaku pasca pembelian dengan pernyataan “Anda

puas setelah melakukan pembelian” dan “Bersedia merekomendasikan pasca pembelian produk” yang

diajukan kepada responden memberikan pengaruh yang paling tinggi yang berpotensi untuk menghasilkan

keputusan pembelian yang baik. Hasil persentase perilaku pasca pembelian sebesar 77%.

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, data penelitian perlu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk

memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan pengujian asumsi

klasik diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan. Oleh karena itu

data yang tersedia telah memenuhi syarat pula digunakan dalam analisis regresi.

Hasil Pengujian Hipotesis

Pada Tabel 6 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan alat uji analisis regresi,

sebagai berikut:

Tabel 6

Hasil Uji Analisis Regresi

Variabel Β Sig.

(Constant) ,217 ,380

Kepercayaan Konsumen ,219 ,049

Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Dari hasil uji pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari variabel independen kepercayaan konsumen

memiliki nilai sig di bawah 0,050 (0,049<0,050) yang dapat diartikan bahwa variabel tersebut memenuhi

kriteria memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, dalam hal ini dengan arah pengaruh

positif.

Pembahasan

Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian

Diketahui nilai signifikansi dari hasil uji analisis regresi untuk variabel kepercayaan konsumen adalah

sebesar 0,049<0,05, dan nilai B positif, yang memiliki arti menerima Ha dan menolak H0 atau dengan kata

76% 74% 76% 76% 77%

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

PENGENALANMASALAH

PENCARIANINFORMASI

EVALUASIALTERNATIF

KEPUTUSANPEMBELIAN

PERILAKUPASCA

PEMBELIAN

Page 55: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

51

lain hasil pengujian menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian secara online. Apabila konsumen (dalam hal ini konsumen mahasiswa) semakin percaya dengan

transaksi jual-beli secara online, maka akan meningkatkan keputusan untuk melakukan pembelian secara

online. Begitu pun sebaliknya, bisa tidak ada kepercayaan, maka tidak ada keputusan pembelian.

Dimensi dari variabel kepercayaan konsumen yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah dimensi

integritas. Responden merasa bahwa vendor penyedia e-commerce memiliki kemampuan untuk menyediakan

barang yang berkualitas bagi pelanggan dan vendor penyedia e-commerce mempunyai pengalaman sehingga

mampu mengirim barang tepat pada waktunya. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Hamdani & Mawardi

(2018), Kurniawan et al. (2018), Pratama & Santoso (2018), dan Zulfa & Hidayati (2018).

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan konsumen terhadap keputusan

pembelian secara online mahasiswa di Kota Sukabumi, dalam hal ini mahasiswa UMMI. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian secara online mahasiswa. Dimensi integritas mendasari kepercayaan responden akan transaksi e-

commerce atau jual beli secara online.

Penelitian ini tidak mengkhususkan pada platform e-commerce tertentu dalam pengujiannya, termasuk

pada kelompok produk/jasa tertentu pula. Penelitian berikutnya disarankan dapat lebih spesifik menguji pada

platform e-commerce lokal misalnya, dengan kelompok produk/jasa yang dekat dengan keseharian

mahasiswa. Selain pengujian pengaruh faktor kepercayaan konsumen, dapat juga menambahkan faktor lain

seperti lifestyle (Somantri et al., 2020), kepercayaan merek (Wiyata & Awaliah, 2019), dan seterusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hamdani, M. Y., & Mawardi, M. K. (2018). Pengaruh Viral Marketing Terhadap Kepercayaan Konsumen

Serta Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawiijaya Angkatan 2015/2016 yang pernah Melakukan Pembelian Online melalui Media

Sosial Ins. Jurnal Administrasi Bisnis, 60(1), 163–171.

Jaya, U. A., Bagja, S. I., & Somantri, B. (2020). Pengaruh Price dan Product Quality Terhadap Costumer

Loyalty Internet Indosat Ooredo di Sukabumi. Cakrawala, 3(1), 33–42.

Khotimah, K., & Febriansyah, F. (2018). Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan Konsumen dan

Kreativitas Iklan terhadap Minat Beli Konsumen Online-Shop. Jurnal Manajemen Strategi Dan

Aplikasi Bisnis, 1(1), 19–26.

Kotler, P. (2018). Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1. Erlangga.

Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga.

Kurniawan, R., Kusumawati, A., & Priambada, S. (2018). Pengaruh Kualitas Website (Webqual 4.0)

Terhadap Kepercayaan Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Pada Website E-Commerce (Studi

pada Konsumen PT. B). Jurnal Administrasi Bisnis, 62(1), 198–206.

Maulana, S. M., Susilo, H., & Susilo, H. (2015). Implementasi E-commerce sebagai Media Penjualan Online

(Studi Kasus pada Toko Pastbrik Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 29(1), 1–9.

Mayer, R. C., Davis, J. H., & Schoorman, F. D. (1995). An integrative model of organizational trust.

Academy of Management Review, 20(3), 709–734.

Munhiar, A., & Jalillah, Z. (2018). Pengaruh Retailing Mix dan Service Quality Terhadap Purchase Decision

Pada PT Akur Pratama (Toserba Yogya) Sukabumi. Cakrawala, 1(2), 1–15.

Pratama, D. W., & Santoso, S. B. (2018). Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian melalui Kepercayaan Konsumen pada Produk Stuck Original. Diponegoro

Journal of Management, 7(2), 139–149.

Rachmatunnisa. (2019). Keluhan Pelanggan e-Commerce: 90% Soal Status Pengiriman Barang.

Inet.Detik.Com. https://inet.detik.com/business/d-4611659/keluhan-pelanggan-e-commerce-90-soal-

status-pengiriman-barang

Page 56: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

52

Rosdiana, R., & Haris, I. A. (2018). Pengaruh Kepercayaan Konsumen Terhadap Minat Beli Produk Pakaian

Secara Online. International Journal of Social Science and Business, 2(3), 169–175.

Somantri, B., Afrianka, R., & Fahrurrazi, F. (2020). Pengaruh Gaya Hidup dan Citra Merek Terhadap

Keputusan Pembelian Produk iPhone. Cakrawala, 3(1), 1–10.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cetakan ke-25. Alfabeta.

Utami, S. A. R., & Ratna, N. W. (2019). Pengaruh Brand Image dan Product Quality terhadap Purchasing

Decision Produk Lipstik Wardah di Kota Sukabum. Cakrawala, 2(2), 40–49.

Wiyata, M. T., & Awaliah, N. N. (2019). Pengaruh Budaya dan Kepercayaan Merek Terhadap Pengambilan

Keputusan Mahasiswa Memilih Kuliah di Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Cakrawala, 2(1), 32–

46.

Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan

Customer Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala,

3(1), 11–21.

Yu, M.-C., Mai, Q., Tsai, S.-B., & Dai, Y. (2018). An empirical study on the organizational trust, employee-

organization relationship and innovative behavior from the integrated perspective of social exchange

and organizational sustainability. Sustainability, 10(3), 864.

Zulfa, L., & Hidayati, R. (2018). Analisis Pengaruh Persepsi Risiko, Kualitas Situs Web, dan Kepercayaan

Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen E-commerce Shopee di Kota Semarang.

Diponegoro Journal of Management, 7(3), 1–11.

Page 57: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

53

Pengaruh Kedisiplinan Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di PT Glostar

Indonesia

Anisa Maharani1, Mariati Tirta Wiyata2

1,2Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This study aims to examine the effect of employee discipline on work

productivity at PT Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi. The

research method used is a survey method with a quantitative approach.

Data collection methods to obtain primary data in the field using a

questionnaire. The quality of the questionnaire data obtained from the

respondents was tested to prove its validity and reliability. Furthermore,

to test how the influence of employee discipline variables (independent)

on work productivity variables (dependent) was carried out using

regression analysis test tools. Respondents in this study were 50

employees in the B3 Building (Automation Floor) PT Glostar Indonesia

1 Cikembar Sukabumi. Based on the results of data processing and

analysis, the authors found that there was a positive influence between

employee discipline and work productivity at PT Glostar Indonesia 1

Cikembar Sukabumi. To be able to increase employee discipline, it is

necessary to consider the provision of a comfortable and conducive

workspace, not too many rules for employees, and the application of a

fair reward and punishment scheme. Meanwhile, to increase work

productivity, in addition to building employee discipline, it can also

provide a good work environment and provide training or training to

employees.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 53-62

Institut Manajemen Wiyata

Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Employee Discipline, Work Productivity.

Abstrak

Penelitian berbertujuan untuk menguji pengaruh kedisiplinan karyawan

terhadap produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar

Sukabumi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey

dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data untuk

mendapatkan data primer di lapangan dengan menggunakan kuesioner.

Data kuesioner yang diperoleh dari para responden diuji kualitasnya

untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji

bagaimana pengaruh variabel disiplin karyawan (independen) terhadap

variabel produktivitas kerja (dependen) dilakukan dengan menggunakan

alat uji analisis regresi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 50

orang karyawan di Gedung B3 (Automation Floor) PT Glostar Indonesia

1 Cikembar Sukabumi. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data,

penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kedisiplinan

karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1

Cikembar Sukabumi. Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan karyawan

perlu mempertimbangkan penyediaan ruang kerja yang nyaman dan

kondusif, tidak terlalu banyak aturan kepada karyawan, dan penerapan

skema reward dan punishment yang fair. Sedangkan untuk

meningkatkan produktivitas kerja, selain membangun kedisiplinan

karyawan, juga dapat memberikan lingkungan kerja yang baik, dan

memberikan pelatihan atau training kepada karyawan.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 58: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

54

PENDAHULUAN

Era modern ini merupakan suatu hasil dari perkembangan zaman yang di mana persaingan di dalam

dunia usaha khususnya didunia industri semakin ketat. Suatu perusahaan atau industri didirikan dengan

maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, yang pada umumnya adalah

bertahan hidup, berkembang dan menghasilkan laba. Pihak manajemen perusahaan harus mampu mengelola

dan mengoptimalkan faktor yang dimiliki perusahaan seperti sumber daya manusia, karena manusia

merupakan sumber daya yang sangat penting bagi perusahaan. Perkembangan terbaru memandang pegawai

atau karyawan bukan hanya sebagai sumber daya, melainkan berupa aset bagi perusahaan atau organisasi. Oleh

karena itu muncul istilah baru setelah HR (Human Resources), yaitu HC (Human Capital). SDM dapat dilihat

sebagai aset utama yang bernilai dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan, bahkan dilipatgandakan,

dan bukan sebagai liability (cost, beban). SDM yang berkembang merupakan investasi bagi perusahaan atau

organisasi untuk lebih maju.

SDM atau bisa disebut karyawan pada hakikatnya sebagai perencana, pemikir, dan faktor penggerak

untuk mencapai tujuan perusahaan. Agar karyawan yang handal dan berkualitas maka perusahaan perlu

menerapkan manajemen SDM secara efektif dan efisien. Dengan adanya manajemen SDM salah satunya yaitu

untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan guna mencapai hasil produksi yang lebih baik, sesuai

harapan perusahaan. Produktivitas merupakan sikap mental untuk selalu berusaha dan memiliki pandangan

bahwa kualitas kehidupan hari ini seharusnya lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok seharusnya lebih

baik daripada hari ini (Pasolong, 2015). Fungsi produksi adalah terkait dengan pertanggungjawaban dalam

pengolahan atau pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa produk atau jasa yang

dapat memberi hasil pada pendapatan perusahaan (Assauri, 2018).

Tujuan utama dari peningkatan produktivitas kerja adalah menjadikan karyawan yang efektif, efisien

dan produktif. Karyawan yang produktif adalah yang terampil, dan mampu menghasilkan produk atau jasa

sebagaimana mutu yang ditetapkan dalam waktu yang singkat, sehingga mencapai produktivitas kerja yang

tinggi. Dalam peningkatan produktivitas kerja dipengaruhi oleh fungsi-fungsi manajemen SDM yang salah

satunya adalah kedisiplinan.

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan individu menaati peraturan di perusahaan serta norma

sosial yang berlaku. Kedisiplinan perlu ditegakkan di perusahaan. Perusahaan akan sulit mewujudkan

tujuannya apabila karyawan tidak memiliki kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan dikatakan sebagai kunci

menuju keberhasilan pada perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya (Hasibuan, 2016). Kedisplinan juga

sangat mempengaruhi tenaga kerja dalam hal itu diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk lebih

meningkatkan produktivitas kerja para karyawan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan. Pernyataan

yang dikemukakan oleh Sinungan (2018) bahwa disiplin mendorong produktivitas atau disiplin merupakan

sarana penting untuk mencapai produktivitas (Sinungan, 2018).

Tujuan perusahaan tidak akan tercapai tanpa peran aktif dari karyawan yang terampil dan disiplin,

meskipun alat yang berada di perusahaan begitu canggih, namun untuk mengatur karyawan sangat sulit dan

kompleks karena manusia itu mempunyai pemikiran, perasaan, status, keraguan dan latar belakang heterogen

(Sinungan, 2018). Sehingga tenaga kerja tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin,

maka dari itu pihak manajemen harus mengatur berbagai strategi dalam meningkatkan produktivitas kerja

sehingga output yang dihasilkan juga tinggi.

PT Glostar Indonesia (GSI) merupakan perusahaan Industri Manufaktur yang bergerak dibidang

produksi sepatu olahraga dan kasual untuk pemegang merek asli seperti Adidas. PT Glostar Indonesia berdiri

sejak tahun 2007 pada lahan seluas 20 Ha dan memilik 14.000 karyawan. Perusahan ini merupakan salah satu

cabang dari kelompok perusahaan raksasa yang berpusat di Taiwan yang bernama Pou Chen Group.

Perusahaan ini berperan aktif dalam mensukseskan program pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan

berupaya untuk memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan serta berusaha untuk memasuki peluang

pasar ditengah-tengah persaingan dengan menonjolkan nilai tambah kualitas produk di mata pesaing.

Page 59: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

55

Terdapat permasalahan produktivitas pada karyawan PT Glostar Indonesia. Sebagai gambaran ditunjuk-

kan pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Data Produktivitas Kerja

NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL SEP

Target C2B PPH 1.78 2.15 1.98 1.80 2.25 2.11 1.80 1.85 2.30 2.35 2.03

C2B Actual PPH 1.55 1.97 1.65 1.75 2.15 1.87 1.40 1.47 1.78 1.98 1.75

C2B Target

Achievement87% 91% 83% 97% 95% 88% 55% 79% 77% 84% 86%

Sumber: PT Glostar Indonesia (GSI)

KPIBULAN Rata-

rata

Top manajemen dari PT Glostar Indonesia menargetkan pencapain output yang relatif tinggi yaitu

sebesar 2,03. Salah satu upaya dan strategi untuk mencapai target ouput tersebut adalah dengan meningkatkan

produktivitas kerja para karyawan. Namun data di atas menunjukan target yang tidak tercapai. Salah satu

masalah yang timbul di PT Glostar Indonesia khususnya di ADIDAS Factory adalah absensi karyawan yang

sulit untuk diminimalisir sehingga berpengaruh terhadap pencapain target produksi.

Banyak karyawan yang tidak disiplin terhadap absensi bahkan secara sengaja dilanggar yang dapat

menimbulkan penurunan target produksi, khususnya bagi pihak perusahaan serta kerugian begitupun bagi

karyawan tersebut. Contohnya masih banyak karyawan yang sering datang terlambat, pulang lebih awal, tidak

masuk kerja tanpa alasan yang jelas, tidak masuk kerja dengan alasan sakit yang dibuat-buat dengan cara

memalsukan surat keterangan sakit atau surat dokter. Terkait dengan hal itu berikut disampaikan data absensi

karyawan pada PT. Glostar Indonesia pada salah satu departemen yang berada di gedung B3 (Automation

Floor), sebagai berikut:

Tabel 2

Data Absensi

Uraian

Absen NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL SEP

A 3.9% 4.0% 2.7% 3.0% 5.0% 3.0% 3.1% 4.9% 2.5% 3.0% 3.5%

I 0.5% 0.5% 0.6% 0.7% 0.7% 0.6% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.6%

CT 0.8% 0.8% 0.8% 0.8% 0.8% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.5% 0.8%

S 0.8% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.7% 0.7% 0.8% 0.8% 0.7% 0.8%

SD 4.1% 3.9% 4.0% 4.0% 4.0% 4.0% 3.9% 3.9% 4.0% 4.0% 4.0%

TL 3.5% 3.4% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.6% 3.5% 3.6% 3.6%

PC 0.1% 0.1% 0.2% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1%

Sumber: Absensi Gedung B3 (Automation Floor) PT.Glostar Indonesia

BULAN Rata-

rata

Berdasarkan data di atas terkait absensi karyawan terjadi masalah sebagai berikut:

1. A (Alpa) rata-rata mencapai 3,51%.

2. I (Ijin) rata-rata mencapai 0,56%.

3. CT (Cuti Tahunan) rata-rata mencapai 0,76%.

4. S (Sakit Tanpa Surat Dokter) rata-rata mencapai 0,76%.

5. SD (Surat Dokter) rata-rata mencapai 3,99%.

6. TL (Terlambat) rata-rata mencapai 3,56%.

7. PC (Pulang Cepat) rata-rata mencapai 0,08%.

Page 60: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

56

Merujuk pada masalah di atas dapat dilihat bahwa permasalahan berkaitan dengan kedisiplinan yang

dominan diantaranya ada pada masalah Alpa (3.51%) dan Terlambat (3.56%), sehingga total summary

permasalahan indisipliner di atas sebesar 7.07%. Disiplin kerja yang kurang bertanggung jawab dan nantinya

akan sangat berpengaruh bagi perusahaan. Menyadari bahwa betapa pentingnya kedisiplinan karyawan bagi

suatu perusahaan, dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas kerja, maka dalam hal inilah membuat

peneliti tertarik untuk melakukan studi dan penelitian di perusahaan ini. Penelitian dimaksud bertujuan untuk

menguji pengaruh kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar

Sukabumi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Kedisiplinan

Disiplin adalah sikap mental individu yang tercermin baik dalam perbuatan maupun tingkah laku

individu tersebut, kelompok, atau masyarakat yang berupa perkataan (obedience) terhadap peraturan yang

ditetapkan atau etika, norma serta kaidah yang terdapat di masyarakat (Sinungan, 2018). Kedisiplinan adalah

kesadaran dan kesediaan individu dalam menaati peraturan perusahaan atau organisasi dan norma sosial yang

ada (Abdurrahmat, 2013).

Seseorang dikatakan disiplin apabila bersedia memenuhi peraturan yang ada, serta melaksanakan tugas-

tugasnya, baik secara sukarela ataupun terpaksa (wajib). Kedisiplinan dapat digambarkan ketia karyawan

selalu datang tepat waktu, tidak pulang sebelum waktunya, melaksanakan pekerjaannya dengan baik, menaati

semua peraturan norma yang berlaku. Disiplin yang baik dapat mencerminkan rasa tanggungjawab individu

terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya. Kedisiplinan kemudian mendorong gairah dan semangat kerja,

terwujudnya tujuan perusahaan, serta beriringan terwujudnya tujuan karyawan dan masyarakat. Oleh karena

itu, para pimpinan senantiasa berupaya jajarannya memiliki disiplin yang baik (Hasibuan, 2016).

Indikator kedisiplinan sebagaimana menurut Hasibuan (2016) antara lain:

a) Tujuan dan kemampuan

Hal ini ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Apa yang menjadi tujuan yang akan diraih

harus jelas, serta ditetapkan dengan ideal, dan cukup menantang kemampuan karyawan. Tujuan

(pekerjaan) yang dilimpahkan pada karyawan mempertimbangkan kemampuan karyawan, agar dapat

bekerja dengan kesungguhan dan muncul kedisiplinan dalam melaksanakan tugas.

b) Teladan Pimpinan

Pimpinan memberikan contoh yang baik, berlaku disiplin, jujur, adil, berbuat sesuai perkataan. Melalui

teladan pimpinan, diharapkan kedisiplinan bawahan dapat mengikuti. Pimpinan tidak dapat

mengharapkan kedisiplinan karyawan baik apabila pimpinan sendiri tidak disiplin. Perilaku pimpinan

akan dicontoh oleh bawahan. Pimpinan harus menjadi yang pertama mengaplikasikan kedisiplinan yang

baik.

c) Balas Jasa (Gaji dan Kesejahteraan)

Hal ini dapat pula mempengaruhi kedisiplinan karyawan, terkait kepuasan dan rasa cinta karyawan

terhadap pekerjaannya. Apabila kecintaaan semakin baik pada pekerjaan, maka kedisiplinan diharapkan

semakin baik pula. Dalam upaya mewujudkan kedisiplinan karyawan, perusahaan harus menyediakan

balas jasa yang baik. Kedisiplinan karyawan dalam beberapa kasus tidak dapat dicapai pada saat balas

jasa yang diterima kurang memuaskan. Karyawan sulit disiplin pada saat kebutuhan primer mereka tidak

terpenuhi sebagaimana mestinya.

d) Keadilan

Hal ini ikut mendorong kedisiplinan karyawan. Ego dan sifat individu selalu merasa dirinya adalah

penting dan hendak diperlakukan sama dengan individu lainnya. Manajer atau pimpinan yang cakap

memimpin akan selalu berusaha berlaku adil kepada semua bawahannya. Diharapkan kedisiplinan dapat

tercapai dengan terpenuhinya prinsip keadilan tersebut.

Page 61: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

57

e) Waskat (pengawasan melekat)

Melalui waskat, pimpinan harus aktif, langsung mengawasi perilaku, sikap, moral, dan gairah kerja,

serta prestasi kerja bawahannya. Pimpinan harus selalu hadir di tempat kerja supaya dapat mengawasi

dan memberi petunjuk, apabila bawahan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Waskat

efektif merangsang disiplin dan moral kerja. Karyawan merasa memperoleh perhatian, petunjuk,

bimbingan, dan pengarahan, serta pengawasan dari pimpinannya.

f) Sanksi Hukuman

Hal ini dapat berperan pula dalam memelihara kedisiplinan. Melalui sanksi yang berat, karyawan akan

takut untuk melanggar peraturan perusahaan. Perilaku, sikap, dan tindakan indisipliner dapat berkurang.

Namun sanksi hukuman ditetapkan melalui pertimbangan logis, diinformasikan dengan jelas kepada

karyawan. Sanksi dapat diskemakan tidak terlalu berat atau terlalu ringan supaya sanksi tersebut tetap

mendidik karyawan mengubah perilaku. Sanksi hendaknya cukup wajar dan dapat menjadi alat motivasi

dalam memelihara kedisiplinan di perusahaan.

g) Ketegasan

Pimpinan harus tegas dan berani melakukan tindakan hukumam bagi karyawan yang melakukan

tindakan indisipliner sesuai yang telah ditetapkan. Pimpinan yang tidak mampu bersikap tegas dalam

menindak atau menghukum kepada yang melanggar, sebaiknya tidak perlu membuat aturan atau tata

tertib di perusahaan.

h) Hubungan kemanusiaan

Dalam hal ini yang harmonis di antara karyawan yang dapat menciptakan budaya kedisiplinan di

perusahaan. Hubungan kemanusiaan ini dapat bersifat vertikal ataupun horizontal, dalam bentuk direct

single relationship, direct group relationship, maupun cross relationship. Pimpinan berupaya

membangun suasana yang serasi, mengikat, baik vertikal ataupun horizontal diantara karyawan. Human

relationship yang serasi mewujudkan lingkungan kerja dan suasana yang lebih nyaman, berdampak

dalam memotivasi kedisiplinan di perusahaan.

Konsep Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja pada dasarnya adalah konsep universal, berlaku pada semua sistem, dimana setiap

kegiatan atau aktivitas memerlukan produktivitas. Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara

capaian hasil dengan total/keseluruhan sumberdaya yang digunakan. Produktivitas memiliki dua dimensi, yaitu

(Hasibuan, 2016):

1) Efektivitas, merupakan ukuran yang memberi gambaran seberapa jauh output (target) dapat dicapai.

2) Efisiensi, merupakan suatu ukuran perbandingan antara input yang direncanakan terhadap input yang

sebenarnya.

Sedangkan indikator produktivitas kerja menurut Gomes (2013) diantaranya sebagai berikut:

1) Pengetahuan (Knowledge), merupakan kemampuan individu yang dinilai dari pengetahuan terkait suatu

hal berhubungan dengan tugas/pekerjaan, kemampuan teknis, dan penggunaan alat kerja atas

pekerjaannya.

2) Ketrampilan (Skills), merupakan kecakapan secara spesifik yang dimiliki individu berkenaan dengan

kemampuan menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat.

3) Kemampuan (Abilities), merupakan kapasitas atau sifat individu, dibawa sedari lahir ataupun dipelajari

yang memungkinkan individu tersebut melakukan atau menyelesaikan berbagai tugas atau pekerjaan.

4) Sikap (Attitudes), merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang bertindak

pada aspek-aspek di lingkungannya.

5) Perilaku (Behaviors), merupakan keteraturan perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang bertindak

pada aspek-aspek di lingkungannya.

Page 62: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

58

Pengembangan Hipotesis

Disiplin kerja merupakan salahsatu faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja. Keberadaan

disiplin kerja diperlukan, karena dalam suasana disiplin, karyawan mampu melaksanakan program kerja dalam

upaya mencapai target sasaran. Dalam kenyataannya disiplin kerja karyawan masih rendah, dimana masih

terdapat karyawan yang datang terlambat, sering absen, dan pulang lebih awal.

Disiplin kerja adalah salahsatu syarat untuk dapat membantu karyawan bekerja produktif yang akan

membantu meningkatkan produktivitas kerja. Disiplin kerja karyawan dapat terwujud apabila karyawan

bersikap sadar atau memiliki kerelaan dalam melaksanakan tugas dan aturan di perusahaaan, mematuhi norma-

norma yang berlaku tentang peraturan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para karyawan

selama dalam perusahaan dan sebagai acuan dalam bersikap, dan bertanggungjawab kemampuan menjalankan

tugas dan aturan dalam perusahaan (Hasibuan, 2016). Seseorang akan melaksanakan tugas dengan baik,

memiliki rasa tanggung jawab jika memiliki kedisiplinan yang tinggi. Demi terbinanya sikap kedisiplinan yang

tinggi, diperlukan aturan dan hukuman yang tepat di dalam perusahaan.

Beberapa penelitian sebelumnya menemukan pengaruh disiplin karyawan terhadap produktivitas kerja,

diantaranya Aspiyah & Martono (2016) yang menemukan variabel disiplin karyawan sebagai variabel yang

paling dominan memengaruhi produktivitas kerja. Perilaku disiplin dapat tercermin dalam kepatuhan terhadap

jam kerja, kepatuhan berpakaian seragam, taat peraturan dan perintah, serta bekerja sesuai prosedur. Penelitian

oleh Agustini & Dewi (2019) juga menemukan hasil serupa bahwa banyaknya tuntutan konsumen dapat

membuat karyawan bekerja lebih tepat waktu, tidak boleh bekerja semena-mena, selalu fokus dan serius,

datang ke tempat kerja sesuai jam kerja, serta istirahat sesuai jam istirahat. Atas dasar tersebut diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.

Ha: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Kegiatan

penelitian ini dapat dikatakan merupakan upaya untuk menggambarkan variabel yang menyangkut hubungan

yang berkaitan antara disiplin karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar

Sukabumi. Metode pengumpulan data untuk mendapatkan data primer di lapangan dengan menggunakan

kuesioner. Dalam kuesioner tersusun butir pernyataan yang berkaitan dengan variabel dan indikator variabel.

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel yang berupa urarian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih

memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian (Arikunto, 2017). Penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu variabel Kedisiplinan Karyawan (X), dan Produktivitas Kerja (Y). Operasionalisasi variabel disajikan

pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Indikator Item

1 Kedisiplinan

Karyawan

(Hasibuan, 2016)

1. Tujuan dan Kemampuan

2. Teladan Pimpinan

3. Balas jasa

4. Keadilan

5. Waskat

6. Sanksi Hukuman

7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusiaan

1,2,3,

4,5,

6,7

8,9

10,11

12

13

14,15

Page 63: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

59

No Variabel Indikator Item

2 Produktivitas Kerja

(Gomes, 2013)

1. Pengetahuan (Knowledge)

2. Ketrampilan (Skills)

3. Kemampuan (Abilities)

4. Sikap (Attitudes)

5. Perilaku (Behaviors)

1,2,3,4

5,6,7

8,9,10,

11,12,13

14,15

Metode Analisis Data

Data kuesioner yang diperoleh dari para responden diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan

reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana pengaruh variabel disiplin karyawan (independen) terhadap

variabel produktivitas kerja (dependen) dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi. Sebelumnya

dilakukan pengujian pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai

estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang karyawan di Gedung B3 (Automation Floor) PT

Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Usia

responden berkisar antara 20 tahun sampai dengan 30 Tahun. Tingkat pendidikan para responden adalah SMP

berjumlah 5 orang dan SMA berjumlah 45 orang.

Pengujian Kualitas Instrumen Pengukuran

Butir-butir pernyataan diuji validitas dan reliabilitas. Butir pernyataan dikatakan valid bila r hitung> rtabel.

Pada output (SPSS) Statistical Package for the Sosial Sciences akan tampak bahwa pada analisis validitas

nilai rhitung adalah nilai yang terdapat pada kolom Corrected Total-Item Correlation. Pengujian validitas

menunjukkan bahwa semua butir pernyataan dinyatakan valid.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah skala yang dibuat pada kuesioner sudah konsisten

atau belum, untuk itu dilakukan pengujian konsistensi skala dengan menggunakan uji reliabilitas dengan

menggunakan rumus lalu dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

Pengujian Hipotesis

Pada Tabel 4 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan alat uji analisis regresi,

sebagai berikut:

Tabel 4

Hasil Analisis Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.719 2.354 2.430 .019

Kedisiplinan Karyawan .736 .067 .845 10.956 .000

a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara kedisiplinan karyawan dengan

produktivitas kerja diuji dengan analisis regresi sederhana. Perhitungan analisis regresi sederhana diperoleh

persamaan regresi Ŷ=5.719+0. 736X dengan arah koefisien regresi sebesar 0.736 dan konstanta sebesar 5.719.

Page 64: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

60

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi (uji t) bahwa t hitung > t tabel (2.430 > 2.000) dan nilai sig. lebih kecil

dari 0,05 (0,00<0,05). Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini menyatakan terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara kedisiplinan karyawan terhadap produktivitas kerja.

Pada Tabel 5 berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .845a .714 .708 3.349

a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan Karyawan

b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Koefisien determinan R Square (r2y) sebesar 0,714 yang berarti faktor kedisiplinan karyawan (X) berperan

atau memberikan kontribusi sebesar 71,4 % terhadap produktivitas kerja (Y), sedangkan sisanya 28,6 %

dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian.

Pembahasan

Dari hasil analisa data diperoleh kenyataan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kedisiplinan

karyawan terhadap produktivitas kerja. Kedisiplinan karyawan mengandung arti tanggungjawab terhadap apa

yang menjadi kewajiban sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam memajukan perusahaan. Karyawan perlu

menjaga berinteraksi dengan yang lain senantiasa menjaga hubungan agar tetap berlangsung dalam suasana

yang kondusif. Interaksi yang dilakukan karyawan bertujuan agar karyawan dan perusahaan mampu bertahan

hidup (survive) dan berkembang (growth). Selanjutnya dalam meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya

usaha dari perusahan agar dapat menjaga suasana kerja yang nyaman, agar karyawan tidak mudah stress dalam

menerima beban pekerjaan yang diberikan perusahaan.

Hasil temuan yang positif juga menuntut tercapainya peningkatan kedisiplinan karyawan untuk

menghasilkan produktivitas kerja, yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan Kedisiplinan karyawan.

Kedisiplinan karyawan merupakan salah satu penentu pendukung kemajuan suatu perusahaan.

Oleh karena itu harus ada upaya dalam meningkatkan kedisiplinan, diantaranya sebagai berikut:

a. Ruang kerja yang nyaman dan kondusif

Salah satu mimpi karyawan dalam bekerja bukan hanya sekedar mendapatkan gaji yang besar,

namun juga menginginkan ruang kerja yang nyaman dan kondusif untuk mereka bekerja. Ruang

kerja ramah dapat memberikan kesempatan karyawan untuk bekerja secara nyaman. Oleh karena

itu setiap ruang kerja alangkah lebih baik memperhatikan hal tersebut.

b. Tidak terlalu banyak membuat aturan kepada karyawan

Kebijakan memperbanyak aturan bukan cara baik dalam meningkatkan kedisiplinan karyawan,

dikhawatirkan justru memperburuk kondisi karyawan. Aturan yang tidak terlalu banyak dapat

membantu karyawan membangun kreativitas kerja. Aturan dapat ditetapkan secukupnya.

c. Reward dan Punishment

Dalam beberapa kondisi, karyawan berupaya mencapai target tertentu agar mendapatkan bonus

atau reward, dan cenderung berupaya menghindari punishment walaupun sifatnya ringan. Hal

terpenting dalam menjalankan skema reward dan punishment adalah diupayakan reward tidak

membuat karyawan melaksanakan tugas dengan tergesa-gesa, dan hanya berorientasi

mendapatkan hadiah. Jangan pula punishment ditetapkan terlalu berat. Punishment terlalu berat

dapat menjatuhkan mental kerja karyawan. Punishment yang ringan dapat ditetapkan, bertujuan

untuk membangun.

Page 65: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

61

2. Upaya meningkatkan Produktivitas Kerja

Agar karyawan memiliki produktivitas kerja yang tinggi, upaya-upaya yang dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Memberikan lingkungan kerja yang baik

Strategi ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas para karyawan

dalam perusahaan. Lingkungan kerja tersebut dapat berupa suasana kerja, fasilitas kerja, interaksi

sesama karyawan, keselamatan, dan keamanan kerja. Dengan begitu karyawan merasa optimis

dan nyaman dalam bekerja.

b. Memberikan pelatihan

Pelatihan atau training dapat berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya

pelatihan mampu menambah pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam bekerja selain itu

juga untuk meningkatkan pola pikir dari karyawan tersebut. Cara meningkatkan produktivitas

karyawan dengan pelatihan sangat penting supaya dapat bekerja secara profesional, terutama pada

karyawan baru.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari pengolahan dan analisis data, penulis menemukan bahwa terdapat pengaruh positif

antara kedisiplinan karyawan dengan produktivitas kerja di PT Glostar Indonesia 1 Cikembar Sukabumi.

Semakin tinggi kedisiplinan karyawan, maka akan semakin tinggi pula produktivitas kerja. Untuk dapat

meningkatkan kedisiplinan karyawan perlu mempertimbangkan penyediaan ruang kerja yang nyaman dan

kondusif, tidak terlalu banyak aturan kepada karyawan, dan penerapan skema reward dan punishment yang

fair. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas kerja, selain membangun kedisiplinan karyawan, juga dapat

memberikan lingkungan kerja yang baik, dan memberikan pelatihan atau training kepada karyawan.

Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan untuk mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat

memengaruhi produktivitas kerja, diantaranya kompensasi (Aziz & Aglesia, 2020; Wiyata & Haryanto, 2018),

motivasi (Somantri & Aga, 2018), budaya organisasi (Chrisulianti & Hanifah, 2019; Noer & Dahyanti, 2018),

quality of work life (Gunawan & Fauzianingsih, 2018), kepuasan kerja (Maulana & Munandar, 2019),

financial dan non-financial incentive (Wiyata et al., 2019), dan transformational leadership (Abdurahman &

Septiana, 2018).

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, F. I., & Septiana, I. (2018). Pengaruh Transformational Leadership dan Motivation terhadap

Employee Performance (Studi Kasus pada PT. Glostar Indonesia 1 Cikembar). Cakrawala, 1(1), 30–41.

Abdurrahmat, F. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.

Agustini, N. K. I., & Dewi, A. (2019). Pengaruh Kompensasi, Disiplin Kerja dan Motivasi Terhadap

Produktivitas Karyawan. E-Jurnal Manajemen Unud, 8(1), 7191–7219.

Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Aspiyah, M., & Martono, S. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja dan Pelatihan pada

Produktivitas Kerja. Management Analysis Journal, 5(4).

Assauri, S. (2018). Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Aziz, A., & Aglesia, F. R. (2020). Pengaruh Compensation dan Motivation Terhadap Employee Performance

PTPN VIII Parakan Salak. Cakrawala, 3(1), 43–52.

Chrisulianti, R., & Hanifah, R. U. (2019). Pengaruh Organizational Culture dan Motivation Terhadap

Employee Performance pada RSUD Soreang Kabupaten Bandung. Cakrawala, 2(2), 17–25.

Gomes, F. C. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi.

Gunawan, W. I., & Fauzianingsih, L. (2018). Pengaruh Quality of Work Life dan Motivation terhadap

Employee Performance (Studi Kasus Pegawai Desa Cidahu Kabupaten Sukabumi). Cakrawala.

Page 66: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

62

Hasibuan, M. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.

Maulana, M. A., & Munandar, A. T. (2019). Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT

Glostar Indonesia 2 Departemen Gudang. Cakrawala, 2(1), 47–65.

Noer, A. M., & Dahyanti, A. (2018). Pengaruh Organizational Culture dan Job Involvement Terhadap

Employee Commitment di Perum Perhutani KPH Sukabumi. Cakrawala, 1(1), 1–14.

Pasolong, H. (2015). Kepemimpinan Birokrasi, Cetakan Keempat. Alfabeta.

Sinungan, M. (2018). Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara.

Somantri, B., & Aga, A. S. (2018). Pengaruh Motivation dan Job Satisfaction terhadap Employee Performance

Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Bersama (KSP-SB) di Kota Sukabumi. Cakrawala, 1(1), 15–29.

Wiyata, M. T., & Haryanto, F. (2018). Pengaruh Compensation dan Motivation terhadap Employee

Performance (Studi Kasus pada CV Sumber Milik Farm). Cakrawala, 1(1), 42–57.

Wiyata, M. T., Nuraeni, N., & Somantri, B. (2019). Work Motivation: Peran Financial Incentive dan Non-

Financial Incentive. Cakrawala, 2(2), 1–16.

Page 67: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

63

Pengaruh Net Income, Cash Flow from Operations, dan Company Size Terhadap

Dividend Policy

Elis Natasya1, Z Zulkarnain2

1,2Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This study was conducted to determine the effect of net income, cash flow

from operations, and company size on dividend policy on basic and

chemical sub-sector manufacturing companies listed on the Indonesia

Stock Exchange for the period 2012-2016. The test was carried out using

multiplle linear regression test with SPSS version 21. The study was

conducted on 35 observations from annual reports of 7 companies

samples from the selection by purposive sampling. Independent net

income (X1), cash flow from operations (X2), and company size (X3) to

dividend policy (Y). Companies that earn profits do not directly distribute

dividends but are used for reinvestment. Companies with a limited amount

of cash can distribute dividends in the from of stock dividends and large

companies do not always distribute dividends because the economy is not

stable so that the management of company funds is not effective. This

situation makes the company prioritize the company’s growth.

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 63-72

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Dividend Policy, Net

Income, Cash Flow from

Operations, Company Size.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh net income,

cash flow from operations, dan company size terhadap dividend policy

pada perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Pengujian

dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda dengan alat bantu

SPSS versi 21. Penelitian dilakukan pada 35 observasi dari laporan

tahunan dari 7 perusahaan sampel hasil dari pemilihan secara purposive

sampling. Dalam pengujian signifikansi secara parsial (Uji-t) menunjukan

tidak terdapatnya pengaruh masing-masing variabel independen net

income (X1), cash flow from operations (X2), dan company size (X3)

terhadap dividend policy (Y). Perusahaan yang memperoleh laba tidak

langsung membagikan dividend namun digunakan untuk reinvestasi.

Perusahaan dengan jumlah kas terbatas dapat membagikan dividend dalam

bentuk stock dividend. Dan perusahaan besar tidak selalu membagikan

dividend dikarenakan perekonomian yang belum stabil sehingga

mengakibatkan pengelolaan dana perusahaan tidak efektif. Keadaan

tersebut membuat perusahaan lebih memprioritaskan pada pertumbuhan

perusahaan.

Corresponding Author:

[email protected]

Page 68: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

64

PENDAHULUAN

Pasar modal dalam sebuah negara merupakan salah satu dari beberapa sarana bagi perusahaan untuk

mendapatkan modal dalam menjalankan operasi usahanya. Dengan adanya pasar modal masyarakat diajak

untuk ikut andil sebagai investor, ikut berkontribusi dalam pengembangan perusahaan dan pertumbuhan

ekonomi negara secara umum. Bagi para investor akan disediakan pembagian atau pembayaran di saat

perusahaan memperoleh laba atau keuntungan.

Pembayaran dimaksud dapat berupa dividend. Pembayaran devidend dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu cash dan stock . Cash yaitu dividend yang dibayarkan dalam bentuk kas, sedangkan Stock merupakan

pembayaran dalam bentuk lembar saham (Khanal & Mishra, 2017).

Hak untuk mendapatkan dividend melekat pada diri seorang investor tetapi tidak semua laba yang

dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu dapat dibagikan seluruhnya sebagai dividend karena

perusahaan dapat mempertimbangkan untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan (Puspitaningtyas,

2017). Selain itu ketika perusahaan memutuskan untuk membagikan laba yang diperolehnya sebagai

dividend maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya akan mengurangi

sebagian sumber dana yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan (Bahri, 2017). Untuk dapat

memastikan bahwa perusahaan akan membagikan sebagian labanya itu dapat dilihat dari posisi kas, semakin

kuat posisi kas maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend (S. Ginting, 2018).

Beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya dividend yang akan dibayarkan oleh perusahaan

(disebut sebagai kebijakan dividend) kepada pemegang saham diantaranya: posisi solvabilitas perusahaan,

posisi likuiditas perusahaan, dividend payout ratio, pertumbuhan pendapatan perusahaan, stabilitas

pendapatan perusahaan, tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi, ketersediaan sumber dana dan biaya

alternatif, kebutuhan untuk melunasi utang, rencana perluasan, kesempatan investasi, preferensi pemegang

saham, stabilitas pendapatan, harapan mengenai kondisi bisnis umumnya, pembatasan yang diberikan

kreditur, pengawasan terhadap perusahaan (Bahri, 2017). Selain itu, faktor laba bersih, kas bersih dari

aktivitas operasi, dan ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap kebijakan dividend.

Berikut ini informasi laba bersih, arus kas bersih dari aktivitas operasi, dan dividend yang dibagikan

dari tiga perusahaan manufaktur sub sektor bahan dasar dan kimia dalam laporan keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016:

Tabel 1

Informasi Laba Bersih Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia 2012-2016

(Yang Disajikan dalam Satuan Miliar Rupiah)

NoKode

Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016

1 SMCB Profit for the Year 1,350.79 952.31 668.87 175.13 -284.58

Cash from Operations 1,692.11 2,262.25 1,709.44 533.79 983.56

Dividends 490.43 651.23 666.67 237.55 114.94

2 KIAS Profit for the Year 71.04 75.36 92.24 -144.64 -252.50

Cash from Operations 131.13 195.02 53.81 -56.75 25.24

Dividends 3.58 3.58 22.64 23.14 0.00

3 LION Profit for the Year 85.37 64.76 49.00 46.02 42.35

Cash from Operations 66.61 52.56 61.83 49.51 53.30

Dividends 15.60 20.81 20.81 20.81 20.81

Sumber: Laporan Tahunan, 2012-2016 Dalam Tabel 1 pada subsektor semen yaitu PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada tahun 2012

memiliki laba bersih sebesar Rp1.350,79 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp1.692,11 M

membagikan dividend sebesar Rp490,43 M. Pada tahun 2013 memiliki laba bersih yang menurun menjadi

Rp952,31 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi meningkat menjadi Rp2.262,25 M membagikan

dividend meningkat menjadi Rp651,23 M. Lalu pada tahun 2014 memiliki laba bersih yang kembali

Page 69: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

65

menurun menjadi Rp668,87 M dan arus kas bersih dari aktivitas operasi juga menurun menjadi Rp1.709,44

M membagikan dividend masih meningkat menjadi Rp666,67 M. Di tahun 2015 baik laba bersih, arus kas

bersih dari aktivitas operasi, dan dividend yang dibagikan semuanya menurun.

Pada sektor keramik, porselen & kaca yaitu perusahaan Keramik Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS)

pada tahun 2012-2014 laba bersih berturut-turut mengalami kenaikan, arus kas bersih dari aktivitas operasi

meningkat dari tahun 2012 ke 2013 lalu menurun di tahun 2014, membagikan dividend yang sama untuk dua

tahun pertama, lalu meningkat di tahun ketiga. Pada tahun 2015 mengalami kerugian dan arus kas bersih dari

aktivitas operasi yang minus, tetap membagikan dividend dengan jumlah yang meningkat dari tahun

sebelumnya. Hingga di tahun 2016 kerugian kembali meningkat, arus kas bersih dari aktivitas operasi sudah

kembali positif, namun tidak membagikan dividend. Sedangkan yang ketiga pada Lion Metal Works Tbk

(LION), laba bersih dalam lima tahun (2012-2016) cenderung mengalami penurunan, arus kas bersih dari

aktivitas operasi fluktuatif, membagikan dividend pada empat tahun terakhir (2013-2016) relatif sama.

Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi

memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividend (Masrifah, 2014; Mulyaningsih &

Rahayu, 2016; Sari & Budiasih, 2016; Wenas et al., 2017; Wulandari & Suardana, 2017). Peningkatan laba

bersih dan arus kas dari aktivitas operasi dikatakan dapat meningkatkan dividend yang dibagikan. Namun

informasi dari tiga perusahaan tersebut di atas memunculkan fenomena yang berbeda. Ada kalanya laba

bersih menurun, namun dividend yang dibagikan meningkat. Ataupun arus kas bersih dari aktivitas operasi

fluktuatif, namun dividend yang dibagikan tetap.

Penelitian ini bertujuan untuk kembali menguji pengaruh laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi

terhadap kebijakan dividend, termasuk pula pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividend, pada perusahaan manufaktur subsektor dasar dan kimia tahun 2012-2016.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Kebijakan Dividend

Dividend merupakan hasil dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham (penanam

modal). Tidak setiap laba bersih dibagikan kepada para pemegang saham, adakalanya perusahaan

menginvestasikan kembali laba tersebut sebagai laba ditahan yang akan perusahaan gunakan untuk

membiaya operasi di tahun selanjutnya. Perusahaan akan menetapkan mengenai laba yang akan dibagikan

kepada para pemegang saham sebagai dividend atau sebagai laba ditahan (Hasnawati, 2017).

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi besar kecilnya dividend yang akan dibayarkan oleh

perusahaan kepada pemegang saham (dinamakan Kebijakan Dividend), diantaranya (Tangkilisan, 2003):

a. Posisi solvabilitas perusahaan: Apabila perusahaan mengalami kondisi kurang menguntungkan, maka

perusahaan tidak akan membagikan laba.

b. Posisi likuiditas perusahaan: Cash merupakan dana segar yang diperlukan untuk operasional

perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividend dengan cash maka harus ada uang

cadangan sebagai penggantinya.

c. Dividend payout ratio: Rasio ini akan menunjukan presentase dari setiap keuntungan yang diperoleh

yang akan didistribusikan pada pemegang saham.

d. Pertumbuhan pendapatan perusahaan: Ketika pendapatan perusahaan tumbuh, maka secara umum laba

perusahaan juga bertambah. Hal ini dapat berpotensi meningkatkan pembayaran dividend.

e. Stabilitas pendapatan perusahaan: Apabila stabilitas perusahaan sedang dalam kondisi tidak stabil,

maka perusahaan sangat berhati-hati dalam memberikan sejumlah pembayaran dividend pada para

pemegang saham.

f. Tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi: Apabila perusahaan diperkirakan akan mendapatkan laba

tinggi, maka para pemegang saham rela untuk mendapatkan pembayaran rendah karena diharapkan

akan mendapatkan capital gain di masa depan dengan kenaikan harga saham.

Page 70: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

66

g. Ketersediaan sumber dana dan biaya alternatif: Hal ini akan timbul apabila pinjaman perusahaan

tinggi.

h. Kebutuhan untuk melunasi uutang: Salah satu sumber dana dalam perusahaan adalah dari kreditor

yaitu berupa utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Dalam melunasi utang-utangnya tersebut

maka dibutuhkan persediaan dana yang memadai, ini akan mengakibatkan berkurangnya potensi yang

akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

i. Rencana perluasan: Semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, maka dibutuhkan suatu perluasan dan

ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar bahkan pemilik seringkali menambahkan modalnya.

j. Kesempatan investasi: Semakin banyaknya peluang investasi maka semakin kecil potensi dividend

yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk kesempatan berinvestasi.

k. Pembatasan yang diberikan kreditur: Dalam hal ini biasanya para kreditur memberikan batasan pada

perusahaan untuk membayarkan dividend. Tujuannya agar perusahaan dapat membayar sebagian

utangnya.

Laba Bersih

Laba bersih didapatkan dari kelebihan penjualan terhadap harga pokok penjualan dipotong beban

operasi dan pajak penghasilan dalam periode tertentu. Laba bersih yang dihasilkan dapat memperbesar

kepemilikan aset perusahaan dan ekuitas para pemegang saham. Apabila laporan laba rugi perusahaan

disediakan dengan baik maka akan mampu menarik minat para investor baru untuk menanamkan modalnya

dengan tujuan untuk mendapatkan dividend di masa mendatang. Tujuan pelaporan laba menurut Suwardjono

(2005):

a. Merupakan suatu pengukuran prestasi kinerja manajemen;

b. Sebagai alat pengendali untuk debitur dalam kontrak utang;

c. Dasar penentuan penilaian kelayakan perusahaan di mata publik;

d. Dasar penentuan besarnya pajak yang harus dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode;

e. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan; dan

f. Dasar pembagian dividend.

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan yang di dalamnya

menjelaskan aliran kas masuk dan keluar untuk kebutuhan operasi perusahaan. Arus kas dari aktivitas

operasi dipengaruhi oleh berbagai transaksi di antaranya, penerimaan kas dari bunga dan dividend,

penerimaan utang dari pelanggan dan semua transaksi yang dihasilkan bukan dari kegiatan investasi (Brealey

et al., 2017). Penerimaan kas dari aktivitas operasi dapat digunakan untuk melunasi pinjaman, memelihara

kemampuan operasi perusahaan, membayar dividend dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan

pada sumber pendanaan dari luar (IAI, 2016).

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dilihat dari seberapa besar aset perusahaan. Apabila perusahaan memiliki total aset

yang cukup besar itu artinya perusahaan sudah ada pada tahap kedewasaan, karena dalam tahap ini

perusahaan sudah mempunyai prospek yang cukup baik dalam jangka waktu yang relatif lama dan

menunjukan bahwa perusahaan itu cukup stabil dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan

dengan aset kecil (Berry, 2016).

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Net Income Terhadap Dividend Policy

Pembagian dividend sangat mengacu pada hasil laba bersih (net income) (Masrifah, 2014;

Mulyaningsih & Rahayu, 2016; Wenas et al., 2017). Dari informasi/sinyal perolehan laba bersih, para

Page 71: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

67

penanam modal dapat mengetahui seberapa besar atau seberapa kecil atau mengestimasikan berapa besar

dividend yang akan didapatkan (Kurniawan et al., 2013). Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan

hipotesis penelitian pertama sebagai berikut:

H01 : Net Income tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.

Ha1 : Net Income berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.

Pengaruh Cash Flow from Operations Terhadap Dividend Policy

Arus kas dari aktivitas operasi yang diperoleh pada tiap periode oleh perusahaan dapat menunjukkan

sinyal positif bagi para investor dengan keyakinan bahwa perusahaan mampu untuk tumbuh dan

berkembang, mampu menunaikan kewajiban (utang) baik jangka pendek maupun panjang, dan mampu

memberikan return berupa dividend (Wulandari & Suardana, 2017). Perusahaan diyakini akan membayarkan

dividend apabila terdapat kelebihan kas dari aktivitas operasi yang tinggi (Sari & Budiasih, 2016).

Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian kedua sebagai berikut:

H02 : Cash flow from Operations tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.

Ha2 : Cash flow from Operations berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.

Pengaruh Company Size Terhadap Dividend Policy

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan dinilai berukuran

besar dianggap memiliki prospek kemajuan yang melebihi perusahaan berukuran kecil dan dianggap mampu

membayarkan dividend dengan jumlah relatif besar pada para pemegang sahamnya (Dhira et al., 2014).

Perusahaan berukuran besar juga dianggap dapat dengan mudah mengakses pasar modal untuk mendapatkan

dana demi menunjang operasional perusahaan. Hal tersebut berpotensi memberikan kesempatan perusahaan

menghasilkan laba yang lebih besar sehingga mampu untuk membayar dividend yang lebih tinggi dibanding

perusahaan kecil (Nerviana, 2016). Berdasarkan uraian tersebut, dikembangkan hipotesis penelitian ketiga

sebagai berikut:

H03 : Company Size tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy.

Ha3 : Company Size berpengaruh positif terhadap Dividend Policy.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada sub sektor Dasar dan Kimia, dan data yang penulis peroleh adalah data yang

diambil dari berbagai sumber yang mendukung. Adapun data yang menjadi fokus dalam objek penelitian ini

adalah laba bersih, arus kas bersih dari aktifitas operasi, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividend.

Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini penulis mengambil populasi yang dapat dihitung jumlahnya dan populasi yang

diambil dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2012 sampai 2016. Sampel ditetapkan

dengan menggunakan metode purposive sampling. Berikut ini merupakan kriteria yang ditetapkan dalam

penelitian ini:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mempublikasikan laporan

keuangan selama lima tahun yaitu dari tahun 2012 sampai 2016.

Page 72: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

68

2. Perusahaan manufaktur yang telah membayarkan dividend nya selama periode pengamatan yaitu dari

tahun 2012 sampai 2016.

3. Perusahaan manufaktur yang tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu

dari tahun 2012 sampai 2016.

4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2012 sampai

2016.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia tercatat ada 29 perusahaan manufaktur sub

sektor dasar dan kimia, namun yang memenuhi kriteria sebagaimana di atas hanya tujuh perusahaan. Ketujuh

perusahaan tersebut diantaranya, Indocement Tunggal Prakasa Tbk, Semen Batu Raja (Persero) Tbk, Holcim

Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, Wijaya Karya Beton Tbk, Lion Metal Works Tbk, dan

Lionmesh Prima Tbk. Total keseluruhan data yang menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 35 data laporan

keuangan perusahaan manufaktur sub sektor dasar dan kimia periode tahun 2012-2016.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Kebijakan Dividend

Dividend merupakan return yang diperoleh pemegang saham dalam kegiatan menanam modal di

sebuah perusahaan. Pembagian dividend dilakukan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham

yang dipegang oleh masing-masing dan jumlah yang dibagikan tergantung dari kebijakan dividend masing-

masing perusahaan yang ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam penelitian ini

variabel kebijakan dividend diukur dengan rumus dividend payout ratio sebagai berikut (Fahmi, 2012):

𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝑃𝑅) =𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

Laba Bersih

Pemegang saham mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan

peningkatan laba bersih karena peningkatan laba bersih akan meningkatkan return kepada pemegang saham.

Dengan mengetahui pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan, pemakai laporan keuangan akan

mengetahui terjadi peningkatan atau penurunan kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini variabel

laba bersih diukur dengan rumus pertumbuhan laba sebagai berikut (Harahap, 2013):

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 =Laba Bersih Tahun ini − Laba Bersih Tahun Lalu

Laba Bersih Tahun Lalu

Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi dapat dilihat dari laporan arus kas perusahaan. Laporan arus kas

digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan

merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga

digunakan oleh kreditur dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam

menghasilkan laba. Dalam penelitian ini variabel arus kas dari aktivitas operasi diukur dengan rasio

kemampuan kas dari aktivitas operasi membiayai kewajiban lancar, dengan rumus sebagai berikut (Ashari &

Darsono, 2010):

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝐴𝐾𝑂) =𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Keterangan:

Jika AKO >1= Baik

Jika AKO <1= Tidak Baik

Page 73: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

69

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk dipergunakan

dalam kegiatan operasi perusahaan. Perusahaan yang besar lebih diminati dibanding perusahaan kecil. Jika

perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang

ada di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini variabel ukuran perusahaan diukur dengan log natural dari

total aset (Sartono, 2010).

Metode Analisis Data

Untuk menguji bagaimana pengaruh laba bersih, arus kas dari aktifitas operasi, ukuran perusahaan

terhadap kebijakan dividend yang laporan keuangannya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

tahun 2012 sampai 2016 yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan uji

regresi linier berganda, metode ini mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil

terbaik (Ghozali, 2016). Dalam penggunaan regresi berganda, pengujian hipotesis harus menghindari adanya

kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik. Tujuan pemenuhan asumsi klasik ini dimaksud agar

variabel independen sebagai estimator atas variabel dependen tidak mengalami bias.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi liner berganda, data penelitian perlu dilakukan uji asumsi klasik

yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi untuk

memastikan bahwa model regresi layak untuk digunakan dalam penelitian. Berdasarkan uji asumsi klasik

yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian telah lolos dari semua uji yang dipersyaratkan.

Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat pula untuk digunakan dalam analisis regresi linear

berganda.

Hasil Uji Hipotesis

Berikut ini seperangkat hasil uji hipotesis, yaitu hasil uji koefisien determinasi dan hasil uji t Parsial:

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Berikut ini tabel hasil

uji koefisien determinasi (R2):

Tabel 2

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .205a .042 -.051 .7115821

a. Predictors: (Constant), Company Size, Cash Flow from Operations,

Net Income.

b. Dependent Variable: Dividend Policy

Pada tabel 2 di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,042 atau 4,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa

variabel kebijakan dividend dapat dijelaskan oleh variabel independen laba bersih, arus kas dari operasi,

ukuran perusahaan sebesar 4,2%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain di luar

model penelitian ini.

Page 74: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

70

2. Hasil Uji t Parsial

Pada Tabel 3 berikut ini disajikan hasil uji hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda:

Tabel 3

Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Β Sig.

(Constant) ,015

Net Income -,093 ,530

Cash Flow from Operations ,044 ,834

Company Size ,156 ,294

Nilai F ,452 ,718

Dependent Variable: Dividend Policy

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Dari hasil uji t Parsial pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel independen ketiganya

memiliki nilai sig di atas 0,050 yang dapat diartikan bahwa variabel-variabel tersebut tidak memenuhi

kriteria memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividend.

3. Hasil Uji F Simultan

Dari hasil uji F simultan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai sig F-nya. Besaran nilai

sig F nya 0,718b (0,718>0,05) yang dapat disimpulkan bahwa variabel laba bersih, arus kas dari operasi, dan

ukuran perusahaan secara simultan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend.

Pembahasan

Pengaruh Net Income Terhadap Dividend Policy

Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Net Income (X1) adalah sebesar 0,530 > 0,05 sehingga

menolak Ha1 yang berarti Net Income (X1) tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy (Y). Apabila

perusahaan menerima laba bersih yang tinggi pada suatu periode tidak serta dividend dapat dibagikan pada

periode tersebut. Ada kemungkinan laba ditahan terlebih dahulu untuk dibayarkan pada periode berikutnya

(Rachmah & Riduwan, 2019).

Laba bersih yang tinggi pula tidak langsung mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kas yang

cukup untuk membayar dividend, mengingat perusahaan bisa saja memiliki laba bersih namun laba bersih

tersebut diperoleh dari transaksi non kas (W. A. Ginting & Munawarah, 2019). Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Masrifah (2014), Mulyaningsih & Rahayu (2016), dan Wenas et al. (2017)

dimana hasilnya menunjukan bahwa laba bersih berpengaruh terhadap kebijakan dividend.

Pengaruh Cash Flow from Operations Terhadap Dividend Policy

Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Cash Flow from Operations (X2) terhadap Y adalah

sebesar 0.838 > 0,05 sehingga menolak Ha2 yang berarti Cash Flow from Operations (X2) tidak berpengaruh

terhadap Dividend Policy (Y). Stice et al. (2010) dalam Wahjudi (2019) memberikan sebuah pernyataan

bahwa arus kas yang positif mengindikasikan bahwa bisnis perusahaan dapat terus berjalan untuk saat ini.

Namun, jika arus kas yang dimiliki oleh perusahaan tidak memadai dan pada waktu tertentu perusahaan tidak

memiliki alternatif pembiayaan dalam waktu yang sangat cepat, maka pada saat itulah perusahaan tidak

dapat leluasa memanfaatkan kas sebagai dasar untuk membayar dividend.

Dengan demikian tidak semua perusahaan yang menghasilkan arus kas dari aktivitas operasi yang baik

dapat membayarkan dividend kepada para pemegang saham pada setiap tahunnya. Hasil dari penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Budiasih (2016) yang menemukan bahwa

variabel arus kas dari aktivitas operasi operasi berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividend.

Page 75: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

71

Pengaruh Company Size Terhadap Dividend Policy

Diketahui nilai signifikansi untuk pengaruh Company Size (X3) terhadap Y adalah sebesar 0.249 >

0,05 sehingga menolak Ha3 yang berarti Company Size (X3) tidak berpengaruh terhadap Dividend Policy (Y).

Perusahaan yang berukuran besar dari segi kepemilikan aset belum tentu dapat dengan mudah membayar

dividend. Pada suatu kondisi perusahaan manufaktur yang berukuran besar cenderung jarang membayar

dividend, karena akan digunakan untuk investasi proyek. Sedangkan perusahaan kecil, di lain sisi,

cenderung tetap membayar dividend dalam rangka menarik minat investor (Darmayanti & Mustanda, 2016).

Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dhira et al., 2014) dan (Nerviana,

2016) yang menemukan bahwa variabel Company Size berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan

dividend. Seharusnya perusahaan yang berukuran besar dengan kelebihan lebih mudah mendapatkan akses

untuk mendapatkan dana demi menunjang operasional perusahaan, lebih berkesempatan menghasilkan laba

yang lebih besar sehingga mampu membayar dividend yang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, analisis, dan pembahasan disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Variabel laba bersih (X1) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Semakin besar laba bersih

yang dihasilkan oleh perusahaan, tidak berarti dividend yang dibagikan juga semakin besar, mengingat

bisa saja perusahaan memiliki laba bersih namun laba bersih tersebut diperoleh dari transaksi non-kas.

2. Variabel arus kas dari aktivitas operasi (X2) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Apabila

perusahaan pada suatu kondisi tidak memiliki alternatif pembiayaan dalam waktu yang sangat cepat,

maka pada saat itulah perusahaan tidak dapat dengan leluasa memanfaatkan kas sebagai dasar untuk

membayar dividend.

3. Variabel ukuran perusahaan (X3) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividend. Perusahaan yang

berukuran besar yang seharusnya lebih besar dalam membayarkan dividend, justru memanfaatkan laba

bersih periode berjalan untuk investasi proyek. Sedangkan perusahaan kecil, di lain sisi, cenderung

tetap membayar dividend dalam rangka menarik minat investor.

Saran

Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan untuk dapat digeneralisir secara umum oleh keterbatasan

jumlah sampel perusahaan yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Penelitian berikutnya dapat

mempertimbangkan untuk memperluas cakupan dari segi jumlah, jenis industri, maupun jumlah angka tahun.

Penggunaan definisi operasional dan pengukuran variabel yang lain dapat memperkaya khasanah keilmuan

pengujian variabel.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, & Darsono. (2010). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi

dan Pemegang Saham). Penerbit Andi.

Bahri, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. JRAK: Jurnal Riset Akuntansi Dan

Komputerisasi Akuntansi, 8(1), 63–84.

Berry, Y. (2016). Hubungan Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan pada Tahap Mature dan Growth.

JRAK: Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi, 7(1), 65–73.

Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2017). Fundamentals of Corporate Finance. McGraw-Hill

Education.

Darmayanti, N. K. D., & Mustanda, I. K. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Jaminan Aset, dan

Ukuran Perusahaan terhadap KebijakanDdividen pada Sektor Industri Barang Konsumsi. E-Jurnal

Manajemen Universitas Udayana, 5(8).

Dhira, N. S. O., Wulandari, N., & Wahyuni, N. I. (2014). Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Listed Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi Akuntansi Dan Manajemen, 13(2).

Page 76: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

72

Fahmi, I. (2012). Pengantar Pasar Modal. Alfabeta.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Ginting, S. (2018). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas. Dan Leverage Terhadap Kebijakan Deviden Pada

Perusahaan Lq45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. Jurnal Wira Ekonomi

Mikroskil: JWEM, 8(2), 195–204.

Ginting, W. A., & Munawarah, M. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Kajian

Akuntansi, 20(2), 147–158.

Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 11. Rajawali Pers.

Hasnawati, S. (2017). Kebijakan Dividen Di Bursa Efek Indonesia Pada Perusahaan Kelompok Lq 45.

Jurnal Manajemen, 21(01), 132–145.

IAI. (2016). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 2: Laporan Arus Kas. Ikatan Akuntan

Indonesia.

Khanal, A. R., & Mishra, A. K. (2017). Stock Price Reactions to Stock Dividend Announcements: A Case

from a Sluggish Economic Period. The North American Journal of Economics and Finance, 42, 338–

345.

Kurniawan, J., Tan, Y., & Linuwih, S. (2013). Prediksi Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap

Dividen Badan Usaha Sektor Manufaktur Di BEI Periode 2008-2011. Calyptra, 2(1), 1–16.

Masrifah, I. (2014). Analisis Hubungan Laba Bersih, Arus kas Operasi dan RUPS dengan Dividen Tunai

Pada Industri Manufaktur. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 10(2), 113–123.

Mulyaningsih, N., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan

Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dharma

Ekonomi, 23(43).

Nerviana, R. (2016). The Effect of Financial Ratios and Company Size on Dividend Policy. The Indonesian

Accounting Review, 5(1), 23–32.

Puspitaningtyas, Z. (2017). Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai

Perusahaan. JURNAL AKUNTANSI, EKONOMI Dan MANAJEMEN BISNIS| e-ISSN: 2548-9836, 5(2),

173–180.

Rachmah, O. S., & Riduwan, A. (2019). Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Free Cash Flow Terhadap

Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 8(1).

Sari, N. K. A., & Budiasih, I. G. A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional,

Free Cash Flow Dan Profitabilitas Pada Kebijakan Dividen. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,

15(3), 2439–2466.

Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat. BPFE.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, cetakan ke-25. Alfabeta.

Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE.

Tangkilisan, H. N. S. (2003). Good Corporate Governance. Balairung.

Wahjudi, E. (2019). Factors Affecting Dividend Policy in Manufacturing Companies in Indonesia Stock

Exchange. Journal of Management Development.

Wenas, D. D., Manossoh, H., & Tirayoh, V. Z. (2017). Analisis pengaruh arus kas operasi dan laba bersih

terhadap dividen kas pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal

EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(1).

Wulandari, D. U., & Suardana, K. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan Investasi, Free Cash Flow

dan Debt Policy Pada Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana, 20(1), 202–230.

Page 77: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

73

Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara Online

pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia

Inggri Septianie1, Mariati Tirta Wiyata2

1,2Program Studi Administrasi Bisnis, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

Article Information Abstract

IMWI STUDENT RESEARCH

JOURNAL

This study aims to examine the effect of ease of use and customer trust

on online purchase intentions on the Lazada Indonesia e-commerce

platform. The research method used is quantitative. Data collection

techniques through surveys. The research location is in Sukabumi City,

West Java. Research respondents consisted of 100 visitors to the Lazada

Indonesia e-commerce platform. Information was collected from

respondents using a questionnaire. Testing the quality of the instrument

(questionnaire) using the validity test and reliability test. Hypothesis

testing used multiple linear regression analysis, consisting of t test and F

test. The results showed that partially and simultaneously the ease of use

and customer trust variables had a positive and significant effect on the

purchase intention variable. Respondents stated that Lazada Indonesia's

e-commerce platform is easy to use. Respondents also stated that Lazada

Indonesia is able to provide the products needed and Lazada Indonesia

will always protect its reputation (integrity).

Volume 1, Nomor 1

Agustus – Nopember 2020

Hlm.: 73-83

Institut Manajemen

Wiyata Indonesia,

Jl. Gudang No. 7,

Kota Sukabumi,

Jawa Barat.

Keywords:

Ease of Use, Customer

Trust, Purchase Intention.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemudahan dan

kepercayaan terhadap niat pembelian secara online pada platform e-

commerce Lazada Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui survei.

Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Responden

penelitian terdiri dari 100 orang pengunjung platform e-commerce

Lazada Indonesia. Informasi dikumpulkan dari responden dengan

menggunakan kuesioner. Pengujian kualitas instrumen (kuesioner)

menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis

menggunakan analisis regresi linier berganda, terdiri dari uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan

variabel kemudahan dan kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel niat pembelian. Responden menyatakan bahwa

platform e-commerce Lazada Indonesia mudah digunakan. Responden

juga menyatakan bahwa Lazada Indonesia mampu menyediakan produk

yang dibutuhkan dan Lazada Indonesia akan selalu melindungi

reputasinya (berintegritas).

Corresponding Author:

septianieinggri @gmail.com

Page 78: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

74

PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun semakin berkembang pesat. Hal ini membuat dunia

perdagangan khususnya jual beli mengalami kemajuan. Teknologi yang membantu kemajuan dalam dunia

perdagangan ini salah satunya adalah internet. Internet dapat diakses oleh siapapun baik melalui handphone,

gadget atau laptop, tentunya dapat berpartisipasi dalam kegiatan jual beli online ini baik sebagai penjual atau

sebagai pembeli.

Banyaknya perusahaan e-commerce yang ada di Indonesia menyebabkan kompetisi yang ketat untuk

menarik niat seseorang untuk berkunjung dan melakukan pembelian melalui platform e-commerce miliknya.

Banyaknya perusahaan e-commerce yang muncul beberapa tahun ke belakang menunjukan bahwa pasar

Indonesia sangat potensial. Hal ini disebabkan karena masyarakat di Indonesia semakin tertarik

menggunakan layanan e-commerce yang ada (Damar, 2020).

Berbelanja online memiliki kelebihan akan kepraktisannya (Nasution & Raharjo, 2019). E-commerce

dikatakan pada saat ini semakin memberikan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk berbelanja secara

online (Kumalasari, 2020). Kemudahan berimplikasi pada perilaku. Perilaku pembelian dapat meningkat

apabila didukung oleh kemudahan dalam melakukan transaksi pembelian. Sebagai pengusaha e-commerce

harus mempertimbangkan terkait kemudahan ini dalam upaya untuk menarik niat pembelian konsumen.

Selain kemudahan, faktor lainnya yang dapat pula memengaruhi niat pembelian konsumen adalah

kepercayaan. Kepercayaan konsumen akan e-commerce merupakan salah satu faktor kunci melakukan

kegiatan jual beli secara online (Imari et al., 2017; Istanti, 2017; Utama & Yuniarwati, 2017). Kepercayaan

merupakan salah satu pondasi dari bisnis apapun, suatu transaksi bisnis antara dua belah pihak atau lebih

akan terjadi apabila masing-masing pihak saling mempercayai.

Penelitian ini dilakukan pada platform e-commerce Lazada Indonesia, yang didirikan pada tahun 2012

dan merupakan salah satu cabang dari jaringan retail online Lazada di Asia Tenggara. Lazada Asia Tenggara

merupakan cabang anak perusahaan jaringan Rocket Internet, perusahaan asal Jerman. Semenjak tahun 2012

tersebut, Lazada mampu merebut perhatian sebagian besar masyarakat internet (netizen) Indonesia. Dalam

beberapa tahun setelahnya, terjadi fluktuatif jumlah orang yang berkunjung maupun berbelanja melalui

platform e-commerce Lazada Indonesia. Grafik di bawah ini dapat menunjukkan fluktuatif pengunjung

Lazada dari tahun 2017-2019:

Gambar 1

Grafik Jumlah Pengunjung Platform E-Commerce Lazada Indonesia Tahun 2017-2019

Sumber: databoks.katadata.co.id (2019)

0

20

40

60

80

100

120

140

TahunMar 2017

Tahun Jun2017

TahunSep 2017

TahunDes 2017

TahunMar 2018

TahunJun 2018

TahunSep 2018

Tahun2019

Pengunjung Lazada Indonesia Tahun TW 1 2017 - 2019 (dalam juta)

51,1

58,3

96,3131,8

117,6

50 36,4

28

Page 79: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

75

Berdasarkan grafik pada gambar 1 di atas menunjukan penurunan pengunjung platform e-commerce

Lazada Indonesia dari tahun 2017-2019. Hal tersebut menjadi permasalahan dalam perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kemudahan dan Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian Secara Online

pada Platform E-Commerce Lazada Indonesia”.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kemudahan (X1)

Kemudahan (Easy of Use) adalah suatu tingkatan anggapan seseorang bahwa sebuah teknologi dapat

digunakan dengan mudah. Kemudahan menggunakan teknologi dapat menentukan keputusan seseorang

untuk melakukan keputusan pembelian (Istanti, 2017). Sebuah sistem online yang sering digunakan dapat

menunjukkan bahwa sistem online tersebut lebih mudah dikenal, lebih mudah dioperasikan serta lebih

mudah digunakan oleh penggunanya (Istanti, 2017).

Beberapa indikator kemudahan diantaranya (Istanti, 2017; Wiyata et al., 2020):

1. Teknologi Informasi (IT) mudah dipelajari.

2. Teknologi informasi mengerjakan dengan mudah apa yang diiinginkan oleh pengguna.

3. Keterampilan pengguna akan bertambah ketika menggunakan teknologi informasi.

4. Teknologi informasi mudah untuk dioperasikan.

5. Seseorang tidak harus membuang banyak waktu.

Konsep Kepercayaan (X2)

Kepercayaan (Customer Trust) adalah komponen sentral dalam melakukan pembelian melalui media

online. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang berani melakukan transaksi pembelian melalui

media online (Istanti, 2017).

Beberapa indikator kepercayaan diantaranya (Istanti, 2017; Wiyata et al., 2020):

1. Kemampuan (Ability)

2. Kebaikan Hati (Benevolence)

3. Integritas (Integrity).

Konsep Niat Pembelian (Y)

Dalam proses pembelian, niat beli atau niat pembelian ulang konsumen berkaitan erat dengan motif

yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu (Kotler & Keller, 2016). (Abdullah &

Tantri, 2016) menyatakan niat pembelian merupakan komponen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan

responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Niat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut (Kotler & Keller, 2016):

1. Niat transaksional

2. Niat referensial

3. Niat preferensial

4. Niat preferensial

5. Niat eksploratif

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independen) yaitu kemudahan (X1) dan

kepercayaan (X2), serta satu variabel terikat (dependen) yaitu niat pembelian (Y). Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Dalam penelitian survei, informasi yang dikumpulkan

dari responden dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian adalah di Kota Sukabumi, Jawa Barat.

Subjek penelitian adalah pengunjung e-commerce Lazada. Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 100 orang

responden.

Page 80: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

76

Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya digolongkan dalam penelitian asosiatif dan jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data kuesioner yang diperoleh dari para responden

diuji kualitasnya untuk membuktikan validitas dan reliabilitas. Selanjutnya untuk menguji bagaimana

pengaruh variabel kemudahan dan kepercayaan (independen) terhadap variabel niat pembelian (dependen)

dilakukan dengan menggunakan alat uji analisis regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan pengujian

pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan pengujian variabel independen sebagai estimator atas variabel

dependen tidak mengalami bias.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya kuesioner. Pengujian signifikan dilakukan

dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikan 0,05 dengan uji 1 sisi. Hasil uji validitas ketiga

variabel secara berturut-turut yaitu variabel kemudahan disajikan pada tabel 1, variabel kepercayaan pada

tabel 2, dan variabel niat pembelian pada tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 1

Hasil Uji Validitas Variabel Kemudahan (X1)

Kode Item r hitung r tabel Keterangan

X1_1 0,824 0,165 Valid

X1_2 0,876 0,165 Valid

X1_3 0,825 0,165 Valid

X1_4 0,758 0,165 Valid

X1_5 0,861 0,165 Valid

X1_6 0,854 0,165 Valid

X1_7 0,825 0,165 Valid

X1_8 0,908 0,165 Valid

X1_9 0,911 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel kemudahan dengan seluruh pernyataan dikatakan

valid (r hitung > r tabel).

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Variabel Kepercayaan (X2)

Kode Item r hitung r tabel Keterangan

X1_1 0,584 0,165 Valid

X1_2 0,801 0,165 Valid

X1_3 0,768 0,165 Valid

X1_4 0,807 0,165 Valid

X1_5 0,778 0,165 Valid

X1_6 0,840 0,165 Valid

X1_7 0,835 0,165 Valid

X1_8 0,748 0,165 Valid

X1_9 0,708 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Page 81: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

77

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel kualitas kepercayaan dengan seluruh pernyataan

dikatakan valid (r hitung > r tabel).

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Variabel Niat Pembelian (Y)

Kode Item r hitung r tabel Keterangan

Y1 0,450 0,165 Valid

Y2 0,746 0,165 Valid

Y3 0,514 0,165 Valid

Y4 0,827 0,165 Valid

Y5 0,822 0,165 Valid

Y6 0,837 0,165 Valid

Y7 0,687 0,165 Valid

Y8 0,735 0,165 Valid

Y9 0,801 0,165 Valid

Y10 0,815 0,165 Valid

Y11 0,668 0,165 Valid

Y12 0,704 0,165 Valid

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa untk variabel niat pembelian dengan seluruh pernyataan

dikatakan valid (r hitung > r tabel).

Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dikatakan reliabel jika

hasilnya a > 0,06. Berikut ini disajikan tabel hasil uji reliabilitas:

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha

Cronbach’s Alpha

yang disyaratkan

Keterangan

Kemudahan 0,955 >0,600 Reliabel

Kepercayaan 0,910 >0,600 Reliabel

Niat Pembelian 0,915 >0,600 Reliabel

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil uji reliabilitas dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha atas variabel

kemudahan sebesar 0,910, variabel kepercayaan 0,955 dan variabel niat pembelian sebesar 0,915. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa semua item pernyataan setiap variabel ini reliabel karena mempunyai nilai

Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6.

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov dan grafik normal pp-plot, yang disajikan sebagai berikut:

Page 82: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

78

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.05853977

Most Extreme

Differences

Absolute .039

Positive .039

Negative -.035

Test Statistic .039

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Dari hasil tabel di atas menunjukkan bahwa hasil dari Asymp. Sig. (2-tailed) bernilai 0,200 > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.

Gambar 2 Grafik P-P Plot

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Dapat dilihat bahwa hasil grafik p-p plot di atas titik titik menyebar disekitar garis diagonal, serta

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas.

Page 83: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

79

Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai toleran ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.

Tabel 6

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.359 3.628 .375 .709

kepercayaan 1.042 .074 .810 14.102 .000 1.000 1.000

kemudahan .185 .063 .169 2.947 .004 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai korelasi antar variabel

bebas/independen, yaitu variabel X1 (kemudahan) dan variabel X2 (kepercayaan) mempunyai nilai output

VIF yang sama yaitu sebesar 1.000 dan nilai output tolerance masing-masing variabel menunjukkan angka

yang sama pula yaitu 1.000. Setiap variabel bebas mempunyai nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0,1. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antara variabel bebas dalam model regresi ini.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain atau tidak. Di bawah ini

disajikan hasil uji heteroskedastisitas:

Gambar 3 Grafik Scatterplot

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Page 84: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

80

Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan kaidah keputusan statistik:

1. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak.

2. Jika t hitung ≤ t tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

Terdapat dua hipotesis alternatif pada penelitian ini, yaitu Ha1: Kemudahan berpengaruh positif

terhadap niat pembelian, dan Ha2: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap niat pembelian. Hasil pengujian

statistik t disajikan pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.359 3.628 .375 .709

Kepercayaan 1.042 .074 .810 14.102 .000

Kemudahan .185 .063 .169 2.947 .004

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Dari hasil di atas, model regresi linier dapat disusun sebagai berikut:

Y= 1,359 + 1,042 (X1) + 0,185 (X2), dimana:

• Konstanta: 1,359 besarnya variabel niat pembelian yang dipengaruhi variabel kemudahan dan

kepercayaan, atau variabel bebas = 0, maka nilai niat pembelian sebesar 1,359.

• Koefisien kemudahan sebesar 1,042 menunjukkan bahwa jika variabel kemudahan ditingkatkan

maka akan meningkatkan niat pembelian sebesar 1,042 dengan asumsi variabel lain konstan.

• Koefisien kepercayaan sebesar 0,185 menunjukkan bahwa jika variabel kepercayaan ditingkatkan

maka akan meningkatkan niat pembelian sebesar 0,185 dengan asumsi variabel lain konstan.

Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 7 dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Kemudahan Terhadap Niat Pembelian

Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kemudahan memiliki

tingkat signifikan 0,002 atau lebih kecil dari 0,05, dan nilai t hitung 14.102> t tabel 1.660. Hal ini

menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel

dependen. Sehingga Ha1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel kemudahan berpengaruh

positif signifikan terhadap niat pembelian.

• Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian

Hasil pengujian yang terdapat pada tabel 7 menunjukkan bahwa variabel kepercayaan memiliki

tingkat signifikan sebesar 0,000 atau lebih besar dari 0,05, dan nilai t hitung 2.947> t tabel 1.660.

Hal ini menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap

variabel dependen. Sehingga Ha2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa variabel harga

berpengaruh positif signifikan terhadap niat pembelian.

Page 85: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

81

Hasil Uji F

Selanjutnya, uji F dilakukan untuk menguji pengaruh simultan variabel kemudahan dan kepercayaan

terhadap niat pembelian, yang dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Apabila nilai probabilitas lebih kecil

dari 0,05 maka kedua variabel independen dinyatakan berpengaruh secara simultan terhadap variabel

dependen, begitupun sebaliknya apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka kedua variabel

independen dinyatakan tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Tabel 8

Hasil Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3461.257 2 1730.629 102.944 .000b

Residual 1630.703 97 16.811

Total 5091.960 99

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Hasil Olah Data (2020)

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar

102.944 > F tabel sebesar 3.09 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil

dari 0,05 maka menerima bahwa variabel kemudahan dan kepercayaan berpengaruh secara simultan

(bersama-sama) terhadap niat pembelian.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kemudahan Terhadap Niat Pembelian

Dari hasil uji t memperlihatkan bahwa variabel kemudahan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat pembelian. Kemudahan berkaitan dengan kemudahan dalam konsumen ketika melakukan

pembelian di situs web. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden menyatakan

bahwa aplikasi Lazada mudah digunakan, melakukan transaksi juga mudah, dan kemudahan–kemudahan lain

yang tidak menyulitkan konsumen ketika akan melakukan pembelian di platform e-commerce Lazada

Indonesia ini.

Indikator kemudahan apabila dirata-rata sesuai kriteria (sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang

setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5)) sebagaimana di bawah ini:

• Jumlah item pertanyaan kuesioner : 10

• Jumlah responden : 100

• Nilai Minimum : 1.000

• Nilai Maksimum : 5.000

• Range : 4.000

• Rentang : (Range/5) 800

• Skor Ideal Kemudahan : 5.000

• Skor Aktual Kemudahan : 4.068

Page 86: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

82

Rentang Interval Penilaian Aspek Kemudahan

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju

50001000 1800 2600 3400 4200

Tanggapan responden terhadap indikator kemudahan mendapat nilai 4.068. Nilai tersebut berada pada

rentang inverval 3.400 – 4.200. Hasil tersebut menunjukkan para responden berada pada level setuju akan

kemudahan dalam penggunaan aplikasi/platform e-commerce Lazada Indonesia.

Pengaruh Kepercayaan Terhadap Niat Pembelian

Dari hasil uji t memperlihatkan bahwa variabel kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat pembelian. Kepercayaan berkaitan dengan kemauan konsumen mempercayai merek dengan

segala risikonya karena adanya harapan yang dijanjikan oleh merek dalam memberikan hasil yang positif

bagi konsumen. Berdasarkan analisis pada butir pernyataan di kuesioner, responden menyatakan Lazada

Indonesia mampu menyediakan produk yang dibutuhkan dan Lazada akan selalu melindungi reputasinya

(berintegritas).

Indikator kepercayaan apabila dirata-rata sesuai kriteria (sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),

kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5)) sebagaimana di bawah ini:

• Jumlah item pertanyaan kuesioner : 9

• Jumlah responden : 100

• Nilai Minimum : 900

• Nilai Maksimum : 4.500

• Range : 3.600

• Rentang : (Range/5) 720

• Skor Ideal Kepercayaan : 4.500

• Skor Aktual Kepercayaan : 3.372

Rentang Interval Penilaian Aspek Kepercayaan

4500900 1620 2340 3060 3780

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju

Tanggapan responden terhadap indikator kepercayaan mendapat nilai 3.372. Nilai tersebut berada

pada rentang inverval 3.060 – 3.780. Hasil tersebut menunjukkan para responden berada pada level setuju

akan kepercayaan dalam penggunaan aplikasi/platform e-commerce Lazada Indonesia.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai pengaruh kemudahan dan kepercayaan terhadap

niat pembelian secara online pada platform e-commerce Lazada Indonesia, dapat diambil simpulan bahwa

pertama, kemudahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian secara online pada platform

Page 87: VOL. 1, NO. 1, agustus 2020

WINTER JOURNAL VOL. 1, NO. 1, AGUSTUS 2020

IMWI STUDENT RESEARCH JOURNAL ISSN 2723-8709

83

e-commerce Lazada Indonesia. Responden menyatakan bahwa platform e-commerce Lazada Indonesia

mudah digunakan. Kedua, kepercayaan berpengaruh terhadap niat pembelian secara online pada platform e-

commerce Lazada Indonesia. Responden menyatakan bahwa Lazada Indonesia mampu menyediakan produk

yang dibutuhkan dan Lazada Indonesia akan selalu melindungi reputasinya (berintegritas).

Saran diberikan untuk kepentingan penelitian di masa mendatang, yaitu dapat mempertimbangkan

untuk mengkaji pengaruh variabel lain yang dapat memengaruhi niat pembelian, diantaranya customer

experience (Wiyata et al., 2020), dan customer satisfaction (Fahrurrazi et al., 2019), dalam hal ini dalam

penggunaan platform e-commerce Lazada Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T., & Tantri, F. (2016). Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada.

Damar, A. M. (2020). Riset: Masyarakat Indonesia Makin Percaya Bertransaksi di E-commerce.

https://www.liputan6.com/tekno/read/4322456/riset-masyarakat-indonesia-makin-percaya-bertransaksi-

di-e-commerce

Fahrurrazi, F., Khoirunnisa, S., & Somantri, B. (2019). Pengaruh Marketing Mix Terhadap Customer

Loyalty Melalui Customer Satisfaction Kerudung di Outlet Rabbani. Cakrawala, 2(2), 26–39.

Imari, S., Lubis, P. H., & Chan, S. (2017). Pengaruh Orientasi Belanja, Kepercayaan Online dan Pengalaman

Pembelian Sebelumnya Terhadap Niat Pembelian Konsumen secara Online dengan Perbedaan Gender

Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Perspektif Manajemen Dan Perbankan, 8(3).

Istanti, F. (2017). Pengaruh Harga, Kepercayaan, Kemudahan Berbelanja dan E-Promosi Terhadap

Keputusan Pembelian Belanja Online di Kota Surabaya. Jurnal Bisnis Teknologi, 4(1), 14–22.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management (15th global ed.). Pearson.

Kumalasari, D. A. (2020). Minat Belanja Online Meningkat di Tengah Pandemi.

https://www.suara.com/yoursay/2020/04/18/110712/minat-belanja-online-meningkat-di-tengah-

pandemi?page=all

Nasution, D. D., & Raharjo, B. (2019). Belanja Online Dinilai Lebih Cepat dan Praktis.

https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/19/01/15/plddd9415-belanja-online-dinilai-lebih-cepat-

dan-praktis

Utama, L., & Yuniarwati, Y. (2017). Pengaruh Merek, Kepercayaan dan Pengalaman Terhadap Niat

Konsumen Dalam Melakukan Transaksi Secara Online. Jurnal Ekonomi, 21(3), 420–435.

Wiyata, M. T., Putri, E. P., & Gunawan, C. (2020). Pengaruh Customer Experience, Ease of Use, dan

Customer Trust Terhadap Repurchase Intention Konsumen Situs Jual Beli Online Shopee. Cakrawala,

3(1), 11–21.