Vol 1 Laporan ARPLS

106
Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS 1. Tinjauan Umum Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS). 1.1 UMUM Dokumen ini disusun berdasarkan rekomendasi lingkungan dan sosial yang dikembangkan selama Studi Persiapan Proyek Strategic Roads Infrastruture Project (SRIP). Dokumen ini juga berdasarkan pada hasil Perencanaan Pengelolaan Lingkungan (EMP) yang telah diselesaikan pada bulan Mei 2004 dan disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia untuk digunakan pada Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP-2) untuk tujuan keperluan yang sama. Secara umum, dokumen ARPLS (ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 1.1) terdiri atas: Jenis sub proyek yang diusulkan Gambaran umum aspek lingkungan dan sosial di wilayah proyek Penyaringan lingkungan Konsultasi masyarakat Pemukiman kembali dan penanganan masyarakat terkena dampak Pengadaan tanah serta ganti rugi tanah dan bangunan Pemantauan Rencana kerja pelaksanaan Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS) Dalam dokumen ini disertakan pula gambaran umum mengenai : Peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia Rekomendasi dari Bank Dunia mengenai proses, pedoman dan prosedur pelaksanaan. Pendekatan yang digunakan pada Proyek Institutional Strengthening in Environmental Management (ISEM) dan Strengthening Environmental and Social Impact Management Project (SESIM) berbantuan Bank Dunia; Pendekatan yang digunakan pada Proyek Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP) dan Sumatera Region Road Project (SRRP) berbantuan Bank Dunia. Beberapa isu isu utama telah didefinisikan dan suatu kerangka dasar penanganan kemudian dirumuskan agar dapat mengakomodasi beberapa pendekatan penanganan berbeda yang dapat dilakukan. Rekomendasi penanganan kemudian disusun, yang berupa perbaikan dan penyempurnaan dari pendekatan penanganan sebelumnya agar sesuai dengan kebutuhan proyek dan kemampuan yang ada saat ini. Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 1

description

materi

Transcript of Vol 1 Laporan ARPLS

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

1. Tinjauan Umum Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan

Sosial (ARPLS). 1.1 UMUM Dokumen ini disusun berdasarkan rekomendasi lingkungan dan sosial yang dikembangkan selama Studi Persiapan Proyek Strategic Roads Infrastruture Project (SRIP). Dokumen ini juga berdasarkan pada hasil Perencanaan Pengelolaan Lingkungan (EMP) yang telah diselesaikan pada bulan Mei 2004 dan disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia untuk digunakan pada Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP-2) untuk tujuan keperluan yang sama.

Secara umum, dokumen ARPLS (ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 1.1) terdiri atas:

Jenis sub proyek yang diusulkan Gambaran umum aspek lingkungan dan sosial di wilayah proyek Penyaringan lingkungan Konsultasi masyarakat Pemukiman kembali dan penanganan masyarakat terkena dampak Pengadaan tanah serta ganti rugi tanah dan bangunan Pemantauan Rencana kerja pelaksanaan Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan

Sosial (ARPLS)

Dalam dokumen ini disertakan pula gambaran umum mengenai :

Peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia Rekomendasi dari Bank Dunia mengenai proses, pedoman dan prosedur

pelaksanaan. Pendekatan yang digunakan pada Proyek Institutional Strengthening in Environmental

Management (ISEM) dan Strengthening Environmental and Social Impact Management Project (SESIM) berbantuan Bank Dunia;

Pendekatan yang digunakan pada Proyek Eastern Indonesia Region Transport Project (EIRTP) dan Sumatera Region Road Project (SRRP) berbantuan Bank Dunia.

Beberapa isu isu utama telah didefinisikan dan suatu kerangka dasar penanganan kemudian dirumuskan agar dapat mengakomodasi beberapa pendekatan penanganan berbeda yang dapat dilakukan. Rekomendasi penanganan kemudian disusun, yang berupa perbaikan dan penyempurnaan dari pendekatan penanganan sebelumnya agar sesuai dengan kebutuhan proyek dan kemampuan yang ada saat ini.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 1

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 1.1 Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS) awalnya disiapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dan tim konsultan Studi Persiapan SRIP, ARPLS merupakan perpaduan antara peraturan perundangan Pemerintah Indonesia yang berlaku dan pedoman-pedoman dari Bank Dunia. “ARPLS” menyediakan seperangkat prosedur untuk hal-hal berikut: Penyaringan Lingkungan: Terdiri atas proses penyaringan lingkungan yang telah ditetapkan untuk menjamin bahwa semua sub proyek yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan sosial memiliki mekanisme penanganan lingkungan yang tepat : • SOPs (Standard Operating Procedures / Prosedur Operasi Standar) • UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) • AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) • ANDAS (Analisis Dampak Sosial, pada program SRIP tidak diperlukan studi ANDAS) • LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan – Rencana Tindak

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali) • Tracer (Studi Penelusuran Kembali) Konsultasi Masyarakat: Menetapkan prinsip-prinsip Konsultasi Masyarakat untuk menjamin bahwa semua warga yang terkena dampak proyek memiliki informasi sedini mungkin mengenai proyek jalan di daerahnya. Konsultasi dilakukan terhadap rumah tangga yang terkena dampak langsung, dan dilaksanakan survey yang tepat untuk menentukan potensi dampak. Proses konsultasi harus bersifat transparan kepada semua pihak yang terkena proyek. LSM dan pihak lain yang terkait juga akan dilibatkan dalam proses konsultasi. Pembebasan dan Ganti Rugi Tanah dan Bangunan: Pada prinsipnya, seluruh tanah dan bangunan yang terkena proyek pembangunan jalan (termasuk rumija) yang dimiliki oleh Warga yang Terkena Proyek (WTP), akan diberikan ganti rugi (kompensasi) berdasarkan harga pasar atau harga penggantian atas tanah dan bangunan. WTP dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Warga yang mempunyai sertifikat yang sah, girik, atau hak adat (perorangan atau kelompok);

2. Warga yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah;

3. Warga yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan fasilitas umum seperti: di atas sungai, jalan, taman atau fasilitas umum lainnya di daerah proyek; dan

4. Warga yang berstatus sebagai penyewa Penanganan Pemukiman Kembali: Bagian ini menjamin bahwa semua penduduk yang secara langsung terkena dampak oleh usulan proyek jalan akan diberi kesempatan untuk dimukimkan kembali oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Jika WTP lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang secara fisik terpindahkan harus dilengkapi LARAP lengkap untuk menjamin bahwa semua warga terkena proyek diberikan kompensasi dan perlakuan yang wajar. Bila WTP kurang dari 200 orang atau 40 KK dan jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka disiapkan LARAP sederhana.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 2

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Pemantauan (Monitoring): Suatu sistem pemantauan berkala terhadap seluruh proses dan kegiatan yang tercakup dalam ARPLS, akan disusun berdasarkan hasil konsultasi dengan semua pihak yang berkepentingan. Rencana Tindak Pelaksanaan: Institusi pemerintahan yang memiliki peranan kunci di bidang lingkungan di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota adalah Bapedalda, dan institusi tersebut memiliki tanggungjawab dalam beberapa aktivitas terkait dengan pelaksanaan ARPLS.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 3

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

1.2 Latar Belakang Proyek Transportasi jalan merupakan moda transportasi dominan di Indonesia, melayani meliputi hampir 90% total pergerakan lalu lintas. Sebagian besar pergerakan tersebut dilayani oleh jaringan jalan nasional strategis. Sebagai akibatnya, sering terjadi penumpukkan kendaraan (bottle neck) pada jaringan jalan perkotaan strategis dan jalan antar kota (inter-urban), dimana akan berpengaruh serius terhadap pertumbuhan ekonomi di kota-kota besar dan di sepanjang koridor pengembangan utama. Oleh karena itu, sasaran utama perencanaan Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) adalah untuk memperkuat sistem jaringan jalan nasional yang strategis di wilayah penting di pulau Jawa dan Sumatera melalui program prioritas investasi jalan. Sasaran kedua adalah untuk meningkatkan mekanisme bantuan terhadap Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota dan Pemerintah Propinsi) dalam merencanakan dan mengelola jalan-jalan dibawah kewenangannya secara efisien. Pemilihan ruas jalan prioritas SRIP dan sub proyek didasarkan pada kriteria yang telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, meliputi:

Layak secara ekonomi (sekurang-kurangnya memiliki tingkat pengembalian/EIRR 15%);

Status proyek-proyek, khususnya dalam hal isu pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali;

Jadwal mulai untuk persiapan pinjaman dan kebutuhan proyek Kesesuaian dengan kebutuhan pengembangan ekonomi nasional dan/atau regional; Merupakan bagian dari program investasi rute strategis secara keseluruhan.

Peta-peta lokasi proyek disajikan pada Gambar 1.1 – 1.22. Ringkasan detil sub-proyek SRIP disajikan dalam Lampiran C. 1.3 Ringkasan Usulan Program SRIP Sesuai usulan, SRIP akan meliputi program prioritas investasi sub-proyek jalan perkotaan dan jalan antar kota. Sub-proyek jalan dikategorikan sebagai jalan perkotaan dan atau antar kota sesuai dengan standar-standar yang diterapkan di Indonesia, yang berdasarkan pada wilayah administrasi dimana sub-proyek dilaksanakan, dan bukan berdasarkan pada kepadatan penduduk relatif. Pelaksanaan pekerjaan fisik yang saat ini sedang diusulkan dalam SRIP, meliputi: 1) Peningkatan jalan (betterment) sepanjang 199,.65 km, berupa 33,85 km jalan

perkotaan dan 165,80 km jalan antar kota. 2) Peningkatan kapasitas jalan (capex) sepanjang kurang lebih 190.,06 km, berupa

63,55 km jalan perkotaan dan 126, 51 km jalan antar kota.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 4

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

3) Pembangunan jalan baru dalam rumija sepanjang 75,.80 km, berupa 64.,33 km jalan

perkotaan dan 11,47 km jalan antar kota. 4) Pembangunan jembatan sepanjang kurang lebih 800 meter pada jalan antar kota

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 5

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Pelaksanaan sub-proyek dalam program kerja tahunan pertama (AWP–1) SRIP akan dimulai setelah pinjaman proyek ditandatangani. Sub tahapan AWP akan disiapkan dan diserahkan untuk ditinjau / dikaji dan disetujui oleh Bank, berdasarkan jadwal umum seperti dapat dilihat pada Gambar 1.23. Gambar 1.23 Jadwal Umum

Usulan Proyek Prasarana Jalan Strategis/Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) Jadwal Umum Tahapan Proyek per Program Kerja Tahunan/Annual Work Program (AWP)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Konsep Rencana SRIP/ Persiapan Tim Pengadaan dengan PPDA

LINGK/

SOSIAL RUMIJA

AWP

PENGA DAAN AWP 1

LINGK/

SOSIAL RUMIJA

PENGA DAAN AWP 2

LINGK/ SOSIAL RUMIJA ▲

PENGA DAAN AWP 3

▲ Loan Agreement SRIP

▲ Penyerahan Pengaturan AWP and Studi Lingkungan

Studi Dampak Lingkungan dan Sosial dan Konsultasi di Tingkatn Lokal

Penyelesaian Studi Detail Menyeluruh dan Pembebasan Pengadaan Lahan Tanah rRumija (jika ada)

Pengadaan/Periode Konstruksi dengan Pelaksanaan dan Pemantauan dampak Dampak akan dDikoordinasikan dDengan Pemerintah Daerah

Seleksi dan evaluasi usulan sub-proyek SRIP didukung oleh sejumlah sistem perencanaan dan pengelolaan infrastruktur yang berlaku di Indonesia yang sebagian besar berbantuan Bank Dunia, antara lain: • Integrated Urban Infrastructure Development Program (IUIDP), • Highway Development and Management Manual – IV (HDM – 4), • Integrated Road Management System (IRMS), • Urban Road Management System (URMS), dan • Java Arterial Roads Network Study (JARNS). Usulan pekerjaan fisik dan perencanaan sub-proyek, evaluasi dan proses seleksi akan disusun berkesinambungan dengan proyek-proyek lain yang terkait, antara lain: • Strategic Urban Road Infrastructure Project (SURIP; 1995 -2003), berbantuan Bank

Dunia • Sumatera Region Roads Project (SRRP; 2000 – 2005), berbantuan Bank Dunia • Indonesia Region Transport Project (EIRTP; 2002 – 2007), berbantuan Bank Dunia

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 56

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

• North Java Road Improvement Project (NJRIP; 1996 – 2003), berbantuan ADB • Heavy Loaded Road Improvement Project (HLRIP; 1995 – sekarang), berbantuan

JBIC Sebagai tambahan dari pekerjaan fisik, sejumlah kegiatan Bantuan Teknis / Technical Assistance (TA) telah diusulkan dalam SRIP, diantaranya: • Strategic and Cumulative Impact Assessment (SaCIA) • North Java Corridor Plan • Indonesian Highways Design Manual • Traffic Policy Development Project • Performance Based Contracting: Design and Trial • Indonesia Highway Capacity Manual Update • Bridge Management System • Quality Control

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS/ ESAMP) 57

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2 Kerangka Kebijakan, Dasar Hukum dan Administrasi 2.1 Usulan Organisasi SRIP dan Pengaturan Pelaksanaan Pengaturan institusional pelaksanaan dan pengelolaan SRIP didasarkan pada struktur organisasi yang telah terbukti efektif di dalam proyek-proyek sejenis yang berbantuan Bank Dunia. Organisasi proyek secara menyeluruh disajikan pada Gambar 2.1 SRIP menangani jalan dan jembatan nasional yang berada dalam kewenangan administrasi pemerintah, oleh sebab itu Executing Agency dan Lead Implementing Agency proyek berada di Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga akan bertanggungjawab terhadap pengelolaan proyek secara keseluruhan. Pelaksanaan fisik proyek jalan dan jembatan kota (urban) dan antar kota (inter-urban), yang secara administratif berada dibawah yurisdiksi pemerintah kota, merupakan tanggung jawab langsung Ditjen Bina Marga . Pengelolaan harian proyek SRIP dilaksanakan oleh suatu Project Management Unit (PMU) yang dibentuk dibawah Ditjen Bina Marga. Tanggung jawab langsung pelaksanaan proyek berada dibawah Ditjen Bina Marga serta Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (Ka SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) di masing-masing propinsi. Peran dan Tanggung Jawab Proyek disajikan pada Tabel 2.1. Pelaksanaan dokumen ARPLS ini, beserta lampirannya, termasuk prosedur dan standar pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan dan sosial, akan dimonitor oleh Sub-Direktorat Teknik Lingkungan, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga. Tanggung jawab ini akan dilaksanakan melalui konsultasi dan koordinasi bersama Bank Dunia dan lembaga Bapedalda di masing-masing Propinsi serta Kabupaten/Kota. 2.2 Pengelolaan Proyek dan Dukungan Pelaksanaan Pengelolaan proyek akan dilaksanakan oleh Proyek Management Unit (PMU) yang dibentuk dibawah Direktorat Bina Program, Ditjen Bina Marga. PMU diketuai oleh Direktur Bina Program dan akan dibantu oleh staf yang bekerja secara penuh..PMU dibantu oleh Core Team Consultant (CTC) serta Regional Design and Supervision Consultant (RDSC). Kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) untuk Tim Konsultan Pelaksana tersebut dapat dilihat dalam Project Implementation Plan (PIP) lampiran 2 (untuk CTC) dan lampiran 3 (untuk RSDC). PMU dan Tim Konsultan akan bertanggung jawab dalam menyiapkan Program Kerja Tahunan atau Annual Work Plan (AWP), yang memuat pertimbangan-pertimbangan teknis, ekonomi, lingkungan dan sosial untuk setiap sub-proyek yang diusulkan melalui pendanaan SRIP. Setiap sub proyek dalam AWP harus dikaji dan mendapat persetujuan oleh Bank Dunia untuk mendapatkan No Objection Letter (NOL), untuk kemudian dilanjutkan dengan persiapan sub proyek secara detail. Selain penyiapan AWP, PMU bertanggungjawab dalam pemantauan dan pembuatan laporan kemajuan proyek, pengadaan, serta pengelolaan keuangan proyek. PMU juga bertanggung jawab dalam penyiapan laporan serta menyerahkan laporan bulanan dan laporan kemajuan tahunan pelaksanaan proyek secara keseluruhan kepada Bank Dunia dan Steering Committe termasuk kesesuaian pelaksanaan proyek dengan ARPLS dan dengan kebijakan lingkungan dan sosial Bank Dunia serta Loan Agreement.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 58

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SRIP

BANK DUNIA

KA SATKERPERENCANA

PROJECT MANAGEMENT UNIT

(PMU ) *)

BANTUAN TEKNIS LAINNYA :Dir Jen Perhubungan Darat.

, POLRI (Direktur Lalu Lintas) Deputi Prasarana, Bappenas

PANITIA PENGARAH :BappenasDir Jen Bina Marga, Departemen KeuanganPolisi Lalu Lintas, POLRI Republik IndonesiaDir Gen Perhubungan Darat

STRATEGIC ROAD INFRASTRUCTURE PROJECT (SRIP) - I B R D

GAMABAR 7.1 STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

CTC

TEAM LEADER

STAFPROPESIONAL

LAINNYA

Catatan ::Proyek-proyek SRIP pada 4 kota metropolitanakan merupakan tanggung jawab langsung DirektoratJalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota antara lainPalembang, DKI Jaya, Bandung and Semarang.

PERENCANAAN & PENGAWASAN

JALAN & JEMBATAN(P2JJ)

Gubernur

Dinas PU Propinsi /Bina Marga Propinsi

KONTRAKTOR

KA SATKER SEMENTARAJALAN KOTA

DSCTEAM

LEADER

TIM PENGAWAS LAPANGAN

TIM DESAIN

SUB PROJECTMANAGERS

SUB PROJECTMANAGERS OF

WORKS

KASUB SATKERSEMENTARA

*) PMU Pejabat Pelaksana

Ass 1 Ass 2 Ass 4Ass 3

DIR JENBINA MARGA

DIREKTUR BINA PROGRAM

DIREKTUR BINTEK

DIREKTUR JALAN KOTA & JALAN

Abbreviations : Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan NasionalCTC = Core Team ConsultantDir Jen = Direktur (at) JenderalDSC = Design and Supervision ConsultantMPW = Ministry of Public WorksMOC = Ministry of CommunicationP2JJ = Perencanaan dan Pengawasan Teknik Jalan

dan JembatanAss 1 = Perencanaan dan PengawasanAss 2 = PelaksanaanAss 3 = Keuangan dan LaporanAss 4 = Monitoring dan Manajemen LingkunganPMU = Project Management UnitProject Manager = Kepala Satuan Kerja SementaraSub Project Manager s = Pejabat Pembuat Komitmen /Commitment Makers

Keterangan ::

Garis KomandoGaris KoordinatorBantuan / PembinaanGaris Kontrak

KA SATKER

BEBAS HAMBATAN

DIREKTUR JALAN & JEMBATANWIL. BARAT

KA SATKER SEMENTARA

JALAN PANTURA

KA SATKER SEMENTARA

JALAN & JEMBATAN

TIAP SUB PROJECT

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 59

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 2.1 Peran dan Tanggung Jawab Organisasi Pelaksanaan dan Tim Konsultan SRIP

Institusi Peran Tanggung Jawab

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

Executing Agency Seluruh kegiatan manajemen, perencanaan, dan pemrograman proyek. Mengelola persiapan subproyek, pengadaan dan pelaksanaan fisik. Mengelola pelayanan jasa konsultansi

Anggota Steering Committee Membentuk, mengelola, mengarahkan, dan mengawasi PMU Memberikan arahan teknis dan pemantauan seluruh aspek dari proyek Menetapkan standar dan pedoman serta memeriksa disain untuk jalan dan jembatan Menetapkan pedoman lingkungan dan sosial untuk seluruh jaringan jalan. Membentuk badan Rencana Tindak Anti Korupsi yang disiapkan untuk kepentingan SRIP.

Dinas PU Propinsi , Kabupaten/Kota (Dinas PU, SNVT P2JJ)

Memfasilitasi perencanaan, persiapan subproyek, disain detail dan pelaksanaan subproyek di tingkat Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota.

Menjamin terlpenuhinya standard dan prosedur yang telah disepakati dalam subproyek termasuk pengelolaan lingkungan dan sosial. Mengadakan koordinasi erat dengan Pemerintah Daerah, Institusi terkait dan masyarakat untuk mendukung persiapan dan pelaksanaan proyek.

Core Team Consultants (CTC)

Mendukung peran dan tanggung jawab PMU. Pemantauan dampak dalam kaitannya dengan ARPLS dan Loan Agreement.

Mengembangkan kerangka kerja operasional dan sistem pelaksanaan dan pemantauan proyek termasuk pengamanan sosial dan lingkungan. Menyiapkan pedoman dan kajian yang diperlukan mengenai studi lingkungan dan sosial. Mendukung koordinasi lokal dengan Bapedalda dan LSM.

Design and Supervision Consultants (DSC)

Memandu dan mengkaji disain rinci dan dokumen lelang. Melakukan pengawasan pelaksanaan fisik termasuk pemenuhan persyaratan lingkungan dan sosial.

Membantu Dinas PU setempat Menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai persyaratan kualitas yang ditetapkan termasuk pemenuhan persyaratan pengamanan lingkungan dan sosial dan standard prosedur operasi (SOP).

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 60

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2.3 Peran Organisasi Terkait Lainnya Sejumlah Institusi lainnya akan turut terlibat dan berpatisipasi dalam proyek. Peran dan tanggung jawabnya dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Peran dan Tanggung Jawab Organisasi Terkait Lainnya

Institusi Peranan Tanggung Jawab Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Ketua Steering Committee

Menetapkan Strategi Investasi Nasional. Mengkoordinasikan kebijakan Pemerintah dalam kaitannya dengan proyek

Departemen Keuangan Proses Pendanaan Proyek Melakukan evaluasi proyek untuk memeriksa kelayakan dananya. Administrasi Rekening Khusus (Special Account) dan Rekening Pinjaman (Loan Account).

Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Bangda)

Mendukung koordinasi dengan pemerintah dan institusi di daerah. Mengatur Jasa Konsultansi terkait.

Anggota Steering Committee Memberikan saran dan arahan mengenai pemerintahan daerah Mendukung program konsultasi publik dan partisipasi masyarakat.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi dan Kota/Kabupaten

Mengkoordinasikan pembangunan daerah dengan rencana tata ruang. Pengadaan tanah bagi rumija.

Memastikan bahwa BAPPEDALDA dan Dinas PU Provinsi melaksanakan tugasnya. Memastikan bahwa pengadaan tanah dilaksanakan sesuai dengan persyaratan ARPLS danLoan Agreement.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi, Kota/Kabupaten

Pengawasan dan persetujuan dalam aspek pengelolaan lingkungan. Pengawasan dan pengendalian subproyek.

Memastikan bahwa isu-isu lingkungan telah dipertimbangkan dan ditangani sesuai dengan ARPLS, dan Peraturan Daerah yang berlaku.

Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Klasifikasi jaringan jalan. Pengawasan lalu lintas dan aspek keselamatan.

Anggota Steering Committee.

Perwakilan Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Berpartisipasi dalam konsultasi serta dalam rencana tindak anti korupsi/ Anti-Corruption Action Plan (ACAP)

Menyampaikan aspirasi masyarakat. Membantu operasional dan pelaksanaan ACAP

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 61

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2.4 Kebijakan dan Prosedur ’Safeguard’ Bank Dunia. Sebagai persyaratan penilaian dan persetujuan pinjaman, Bank Dunia telah mengembangkan berbagai kebijakan dan prosedur safeguard sebagai ”pengamanan” untuk menjamin bahwa setiap potensi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial dari proyek-proyek berbantuan Bank Dunia, diperhitungkan dan ditangani secara cermat dalam siklus proyek. Kebijakan dan prosedur safeguard dari Bank Dunia memiliki ruang lingkup yang bersifat luas sehingga ARPLS disusun dan dipersiapkan sebagai adaptasi serta penerapan safeguard dalam kerangka proyek SRIP. SRIP merupakan proyek yang termasuk dalam “Kategori A” yang memerlukan studi AMDAL, dimana sebagian besar sub proyek yang diusulkan merupakan kegiatan pembangunan jalan baru dan pengembangan kapasitas jalan (capex). Jika Bank Dunia menyetujui pinjaman ini, SRIP merupakan proyek pertama yang mewakili proyek “Kategori A” yang dibiayai oleh Bank dalam kurun tujuh tahun terakhir ini, atau sejak dilaksanakannya SURIP di Indonesia. Berdasarkan EA Operational Procedure 4.01 dari Bank Dunia, proyek yang termasuk ”Kategori A” membutuhkan: • Konsultan AMDAL independen; • Konsultasi masyarakat dua tahap; • Analisis alternatif non proyek; dan • Analisis dampak tidak langsung dan kumulatif. Selain itu, bagi proyek “Kategori A”, minimal 120 hari sebelum dilakukan presentasi usulan proyek dan paket pinjaman kepada Dewan Direktur Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan Bank, dokumen AMDAL proyek harus sudah diumumkan kepada publik untuk mendapatkan komentar dan tanggapan dari masyarakat. Ketentuan mengenai hal ini dapat dilihat dalam buku panduan Bank Dunia mengenai “Public Disclosure” (2002). Kebijakan dan prosedur safeguard serta langkah-langkah keterbukaan masyarakat (public disclosure) yang telah disepakati untuk diterapkan dalam proyek SRIP dapat dilihat ringkasannya dalam Tabel 2.3. Berdasarkan kajian tim Project Preparation Missions and Safeguard dari Bank Dunia, berikut ini safeguard yang penting bagi proyek SRIP, yaitu: • Analisis Mengenai Dampak Lingkungan/AMDAL (Environmental Assessment OP 4.01) • Habitat Alami (Natural Habitats OP 4.04) • Peninggalan Budaya (Cultural Property OP 4.11) • Pemukiman kembali (Involuntary Resettlement OP 4.12 dan BP 4.12) Ringkasan safeguard dari Bank dan usulan penerapannya dalam proyek SRIP disajikan dalam Tabel 2.4. Untuk membantu Bank Dunia selama persiapan SRIP, suatu tim konsultan kajian/review consultant (Pacific Consultants Int) ditugaskan untuk melaksanakan kajian persiapan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 62

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

proyek. Peran dari Konsultan Kajian ini meliputi seluruh aspek dari perencanaan, teknis, studi dampak lingkungan dan sosial, aspek ekonomi serta pelaksanaan. Table 2.3 Ringkasan Persyaratan Persetujuan Safeguard dan Keterbukaan SRIP

Dokumentasi

Sebelum Persetujuan Pinjaman

Sesudah Persetujuan Pinjaman

Persetujuan

Keterbukaan

Persetujuan

Keterbukaan

ARPLS Menyeluruh

Pemerintah Indonesia / Bank Dunia Washington DC

“Infoshop” Bank Dunia (www.worldbank.org): dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris)

Sebelum Persetujuan pinjaman

“Infoshop” Dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris) dan Pemerintah Indonesia (dlm Bahasa Indonesia)

Safeguard Sosial LARAP(s) Perwakilan

Bank Dunia Jakarta

Infoshop / Pusat Informasi Masyarakat (PIC): SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

LARAP Sederhana

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

Studi Full Tracer

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Infoshop / PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

Studi Tracer Sederhana

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

PIC: 1 contoh SK Bupati / Walikota (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

Safeguard Lingkungan AMDAL / EIA (Kategori A)

Bank Dunia Washington DC

Infoshop / PIC: Dokumen lengkap (dalam Bahasa Inggris)

Bank Dunia Washington DC

Lokal (Pemerintah Indonesia)

AMDAL / UKL & UPL (Kategori B)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

PIC: Ringkasan (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

UKL / UPL Perwakilan Bank Dunia Jakarta

PIC: Laporan UKL & UPL untuk inter-urban dan urban masing-masing 1 buah (dalam Bahasa Inggris)

Perwakilan Bank Dunia Jakarta

Lokal (Pemerintah Indonesia)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 63

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Percobaan Pilot Proyek Tambahan, Praktek Keterbukaan Masyarakat: Melalui sebuah program sukarela dengan Bank Dunia, Indonesia merupakan satu dari 13 negara yang sedang melaksanakan uji coba praktek peningkatan keterbukaan informasi. Program pilot ini merupakan perjanjian tingkat atas antara Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia yang memayungi seluruh kegiatan berbantuan Bank Dunia, dan bukan merupakan perjanjian proyek. Proyek percobaan yang saat ini sedang dilaksanakan dibawah EIRTP-2, akan melibatkan keterbukaan masyarakat melalui penggunaan wadah/media informasi proyek yaitu melalui websites yang berisikan dokumen-dokumen kunci proyek dalam Bahasa Indonesia, antara lain: 1. Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement), Dokumen Penilaian Proyek (Project Appraisal

Document), dan Manual Pengelolaan Proyek (Project Management Manual/ PMM.); 2. Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS); 3. Program Kerja Tahunan (Annual Work Program/AWP); 4. Rencana Pengadaan Proyek (Project Procurement Plan /PPP); 5. Laporan resmi hasil audit oleh Pemeriksa Independen; 6. Pedoman Pengadaan dan Rencana Tindak Anti Korupsi (Anti-Corruption Action

Plan/ACAP) 7. Laporan Kemajuan Bulanan (kontraktor, penyedia barang dan konsultan) 8. Ringkasan informasi dari konsultan, penyedia barang dan kontraktor yang

memenangkan kontrak. Hasil percobaan pilot proyek keterbukaan masyarakat EIRTP 2 ini akan dievaluasi untuk diterapkan di SRIP. 2.4.1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan / Environmental Impact Assessment

(OP 4.01) Persiapan proyek mencakup dua tahapan proses penyaringan lingkungan untuk mengidentifikasi kebutuhan sub proyek terhadap analisis dampak lingkungan, meliputi: • Setiap sub proyek yang termasuk dalam kategori A menurut Bank Dunia yang

memerlukan penyusunan AMDAL dan harus mendapatkan kajian dan persetujuan dari Bapedalda dan Bank Dunia.

• Setiap sub proyek yang termasuk dalam kategori B menurut Bank Dunia, tetapi

berdasarkan pengelompokan studi lingkungan di Indonesia saat ini memerlukan penyusunan UKL & UPL, dan harus mendapatkan kajian dari Bapedalda yang tembusannya dikirim ke Bank Dunia.

• Setiap sub proyek yang tidak memerlukan penyusunan AMDAL atau UKL & UPL

berdasarkan kriteria penyaringan dari SRIP. Langkah yang tepat untuk mengelola dampak lingkungan dari sub proyek tersebut terdapat dalam SOP seperti telah dijelaskan dalam dokumen tender untuk setiap sub proyek SRIP, meliputi:

- Aspek Lingkungan (Section V, Section 1.17), - Hasil Temuan di Lapangan (Section III, Conditions of Contract, Section 20.1), dan - Keselamatan jalan (Section III, Conditions of Contract, Section 19.1).

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 64

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2.4.2 Habitat Alami (OP 4.04) Identifikasi, persiapan, disain dan penyaringan lingkungan dari sub proyek dalam SRIP, harus menjamin bahwa proyek tidak akan menimbulkan perubahan terhadap habitat alami penting atau perubahan dalam skala besar terhadap habitat alami disekitar proyek. Bagi sub proyek yang melibatkan pengembangan kapasitas jalan atau pembangunan jalan baru akan memerlukan analisis lingkungan yang mendalam sebelum dapat didanai proyeknya. Sejumlah habitat alami yang sensitif serta penggunaan lahan yang sensitif telah secara spesifik disebutkan dalam kriteria penyaringan SRIP. Bagi sub proyek yang melibatkan hal-hal tersebut, diperlukan studi lapangan secara khusus, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau AMDAL serta upaya mitigasi untuk mencegah atau meminimalkan penurunan kualitas habitat alami. Semua usulan sub proyek yang memerlukan studi AMDAL memerlukan kajian terlebih dulu dan persetujuan Bank Dunia dalam rangka penerbitan NOL dari Bank Dunia. 2.4.3 Peninggalan Budaya (OP 4.11) Proses persetujuan Program Kerja Tahunan (AWP) dan penyaringan lingkungan harus memperhatikan dan menjamin bahwa proyek tidak akan mengakibatkan kerusakan pada situs-situs yang memiliki nilai arkeologis, palaentologis, sejarah, keagamaan atau keunikan alam. Dalam dokumen pelelangan SRIP, ”Discoveries” (Penemuan) dalam Book III, Condition of Contract A: General, page CC-6, Section 20.1 didefinisikan sebagai berikut:

Setiap penemuan yang memiliki nilai sejarah atau nilai penting lain yang ditemukan di lapangan akan menjadi milik pemberi kerja (employer). Kontraktor harus memberitahukan kepada Kasatker (Kepala Satuan Kerja) penemuan-penemuan dimaksud dan melaksanakan intruksi Kasatker untuk menanganinya.

Sebagai tambahan, beberapa Peraturan Daerah (Perda) dan peraturan pemerintah yang berlaku, mengatur mengenai dampak potensial proyek terhadap peninggalan budaya. 2.4.4 Pemukiman Kembali (OP 4.12 and BP 4.12) Pendekatan penyaringan bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh sub proyek yang melibatkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali. Untuk sub proyek yang membutuhkan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, prosesnya akan dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali/Land Acquisition and Resettlement Policy Framework yang digunakan oleh proyek dan dilampirkan dalam Loan Agreement. Untuk setiap usulan sub proyek jika jumlah warga yang terkena proyek lebih dari 200 orang atau 40 KK maka perlu disusun dokumen Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (RK-PTPK)/Land Acquisition and Resettlement (LARAP lengkap) sesuai pedoman Bank Dunia OP 4.12 dan BP 4.12. Dokumen tersebut disahkan oleh Bank dan dilaksanakan hingga pembayaran kompensasi selesai untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan proses pelelangan untuk kontraktor bagi sub proyek tersebut.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 65

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Seluruh warga yang terkena proyek harus sudah mendapatkan ganti rugi atau disediakan lahan permukiman pengganti dan biaya pindah sebelum pengambilalihan aset mereka. Untuk subproyek dimana warga yang terkena proyek kurang dari 200 orang atau 40 KK atau jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan, maka dapat dilaksanakan LARAP Sederhana. Tambahan yang lebih rinci dan persyaratan yang ditetapkan dapat dilihat di lampiran Kerangka Kerja Kebijakan Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali. (Lampiran D). 2.4.5 Masyarakat Komunitas Adat (OD 4.20) Seluruh usulan sub proyek SRIP berada pada sistem jaringan jalan utama nasional di wilayah berkembang di pulau Jawa dan di pulau Sumatera. Isu penting menyangkut masyarakat kominitas adat seperti telah ditetapkan melalui pedoman Bank Dunia OP 4.20 belum teridentifikasi sampai saat ini. Proses penyaringan lingkungan dan sosial secara khusus mencakup pertimbangan Masyarakat Komunitas Adat yang juga disebut sebagai masyarakat terasing/Isolated Vulnerable People (IVP). Proses penyaringan ini berdasarkan informasi yang tersedia, konsultasi dengan kelompok-kelompok terkait / masyarakat pemerhati termasuk LSM dan survey lapangan akan dilaksanakan untuk masing-masing AWP, dan apabila ditemukan kasus tersebut maka akan ditangani sesuai dengan kebijakan Bank Dunia.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 66

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Table 2.4 Ringkasan Pendekatan Untuk Penerapan Prosedur dan Petunjuk Pelaksanaan dari Bank Dunia

(i) OP 4.01 (Environmental Assessment). Proyek mencakup penyaringan lingkungan

untuk mengidentifikasi sub proyek yang masuk kedalam kategori A menurut Bank Dunia atau diperlukan studi AMDAL dan untuk mengidentifikasi bahwa sub proyek memerlukan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL) yang spesifik. Prosedur Operasi Standar / Standard Operating Procedures (SOPs) untuk pengelolaan lingkungan disebutkan dalam Dokumen Lelang SRIP untuk semua sub proyek (lihat Section V, Section 1.17, Aspek Lingkungan ).

(ii) OP 4.04 (Habitat Alami). Penyaringan lingkungan dan proses persetujuan Program

Kerja Tahunan (AWP), akan menjamin bahwa proyek tidak akan menimbulkan perubahan terhadap habitat alami penting atau perubahan dalam skala besar terhadap habitat alami disekitar proyek. ARPLS bagi sub proyek yang berdekatan dengan habitat alami akan mencakup penanganan mitigasi untuk mencegah atau meminimalkan penurunan kualitas habitat alami.

(iii) OP 4.11 (Peninggalan Budaya). Penyaringan lingkungan dan proses persetujuan

AWP akan menjamin bahwa proyek tidak mengakibatkan kerusakan pada situs-situs yang memiliki nilai arkeologis, palaentologis, sejarah, keagamaan atau keunikan alam. Dokumen lelang standar SRIP mengatur “Penemuan” dalam Section III, Syarat Kontrak.

(iv) OP 4.12 and BP 4.12 (Pemukiman kembali). Proyek akan mencakup pendekatan

penyaringan untuk mengidentifikasi seluruh sub proyek yang melibatkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali. Untuk sub proyek yang membutuhkan kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, prosesnya akan dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali/Land Acquisition and Resettlement Policy Framework yang digunakan oleh proyek. Untuk setiap usulan sub proyek dimana jumlah warga yang terkena proyek lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang terpindahkan maka perlu disusun dokumen sesuai pedoman Bank Dunia OP 4.12 dan BP 4.12. Dokumen tersebut disahkan oleh Bank dan dilaksanakan hingga pembayaran kompensasi selesai untuk kemudian dapat dilanjutkan dengan proses pelelangan untuk kontraktor bagi sub proyek tersebut. Seluruh warga yang terkena proyek harus sudah mendapatkan ganti rugi atau disediakan lahan permukiman pengganti dan biaya pindah sebelum pengambilalihan asset mereka.

(v) OD 4.20 (Masyarakat Komunitas Adat). Proses penyaringan lingkungan dan sosial

khususnya mencakup pertimbangan Masyarakat Komunitas Adat yang juga disebut sebagai masyarakat terasing/Isolated Vulnerable People (IVP). Proses penyaringan ini berdasarkan informasi yang tersedia, konsultasi dengan kelompok-kelompok terkait / masyarakat pemerhati termasuk LSM dan survey lapangan akan dilaksanakan untuk masing-masing AWP, dan apabila ditemukan kasus tersebut maka akan ditangani sesuai dengan dengan kebijakan Bank Dunia..Kemungkinan kecil hal ini akan ditemukan dalam program SRIP, namun proses penyaringan akan tetap memperhatikan isu ini.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 67

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2.5 Peraturan Pemerintah yang Relevan untuk Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dan Sosial

2.5.1 Kompensasi / Ganti Rugi yang Layak Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa peraturan tentang proses pembebasan lahan termasuk kelayakan kompensasi / ganti rugi. Berdasarkan Undang-undang Agraria No 5 tahun 1960, memuat prinsip ”kewenangan pemerintah” dimana tanah milik pribadi dapat diambil alih oleh pemerintah demi ”kepentingan umum”. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005 mensyaratkan penyelenggaraan Konsultasi Masyarakat dan persetujuan kesepakatan atas ganti rugi yang layak atas tanah dan hak milik tak bergerak lainnya yang diambil alih serta mengatur tarif kompensasi atas tanah hak milik pemerintah dalam hubungannya dengan Undang-undang Agraria tahun 1960. Pendekatan Pemerintah untuk kompensasi yang layak, secara rinci disajikan pada sub bab 8.2. 2.5.2 Pendekatan Pemerintah Indonesia untuk Pemukiman Kembali Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005 memuat prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali pada proyek-proyek besar. Namun peraturan perundangan tersebut tidak mengatur prosedur yang rinci untuk pemukiman kembali bagi warga terkena proyek. Petunjuk Pelaksanaan No. 1 tahun 1994 (Peraturan Menteri Pertanahan) menetapkan prosedur untuk pengadaan tanah namun tidak untuk pemukiman kembali. 2.5.3 Baku Mutu Kualitas Udara, Kebisingan dan Kualitas Air Pemerintah Indonesia melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) telah menetapkan baku mutu kualitas udara, tingkat kebisingan dan kualitas air sebagai parameter evaluasi dampak proyek pembangunan jalan atau proyek-proyek lainnya yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Baku mutu kualitas udara dan tingkat bising yang ditetapkan MENLH No 48 tahun 1996 disajikan pada Tabel 2.5 dan 2.6 sedangkan baku mutu kualitas air sumur (Menperkes No 416/IX/1990) serta baku mutu kualitas air permukaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2000, disajikan pada Tabel 2.7 dan 2.8. Tabel 2.5 Baku Mutu Kualitas Udara di Indonesia

No Parameter Satuan Baku Mutu

1 SO2 Ppm 0,1 2 CO Ppm 20,0 3 NOx Ppm 0,05 4 O3 Ppm 0,10 5 Debu mg/m3 0,26 6 Pb mg/m3 0,06 7 H2S Ppm 0,03 8 NH3 Ppm 2,0 9 HC Ppm 0,24

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 68

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

No Parameter Satuan Baku Mutu

11

Temperatur Basah

0C / % -

12 Kecepatan Angin Knot/ - - 13 Arah Angin - -

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) No. 48 / MENLH/ 11/ 1996 Table 2.6 Baku Mutu Tingkat Bising di Indonesia

Peruntukkan Lahan / Kegiatan

Baku Mutu Tingkat Bising dB (A)

a. Peruntukkan Lahan 1. Perumahan dan Pemukiman 2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran dan Perdagangan 4. Ruang Hijau Terbuka 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas

Umum 7. Rekreasi 8. Khusus :

- Bandar Udara / Airport - Stasiun Kereta Api - Pelabuhan laut - Perkebunan

b. Kegiatan 1. Rumah Sakit 2. Sekolah 3. Tempat Ibadah

55 70 65 50 70 60 70

70 70 70 60

55 55 55

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH) No. 48 / MENLH/ 11/ 1996 Tabel 2.7 Baku Mutu Kualitas Air Sumur

No Parameter Satuan Baku Mutu *)

I. FISIK 1 Zat padat tersuspensi mg/l 1500 2 Kekeruhan Scale NTU 25 3 Rasa Visual No teste 4 Temperatur 0C N ± 3 5 Warna TCU 50 6 Daya Hantar Listrik Umhos/cm 1000

II. INORGANIC MATTER 1 Merkuri mg/l 0.001 2 Arsen mg/l 0.05 3 Ion mg/l 1 4 Fluorida mg/l 1.5 5 Kadmium mg/l 0.005 6 CaCO3 mg/l 500

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 69

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

No Parameter Satuan Baku Mutu *)

7 Klorida mg/l 600 8 Kromium (VI) mg/l 0.05 9 Mangan (Mn) mg/l 0.5 10 Nitrat as N mg/l 10 11 Nitrit, as N mg/l 1 12 pH - 6,5 – 9,0 13 Selenium mg/l 0.01 14 Zn / Seng mg/l 15 15 Sianida mg/l 0.1 16 Sulfat mg/l 400 17 Timbal mg/l 0.05

III. ORGANIC MATTER 1 Organik (KMn04) mg/l 10 2 Detergen mg/l 0.5

Sumber : Menteri Kesehatan No.416/MEN/Kes/Per/IX/90. Tabel 2.8 Baku Mutu Kualitas Air Permukaan / Sungai (Katagori II)

No.

Parameter

Satuan

Baku Mutu

I. Fisik 1. Temperatur °C Deviation 3 2. Total padatan tersuspensi

(TDS) mg/l 1000

3. Total padatan terlarut (TSS) mg/l 50 II. An Organik

1. PH - 6 – 9 2. BOD mg/l 3 3. COD mg/l 26 4. DO mg/l 4 5. Total Posfat as P mg/l 0.2 6. NO3 as N mg/l 10 7. NH3 – N mg/l - 8. Arsen (As) mg/l 1 9. Cobalt (Co) mg/l 0.2 10. Barium (Br) mg/l - 11. Boron (B) mg/l 1 12. Selenium (Se) mg/l 0.05 13. Kadmium (Cd) mg/l 0.01 14. Khrome (Cr) mg/l 0.05 15. Kopper (Cu) mg/l 0.02 16. Besi (Fe) mg/l - 17. Timbal (Pb) mg/l 0.03 18. Mangan (Mn) mg/l - 19. Merkuri (Hg) mg/l 0.002 20. Seng (Zn) mg/l 0.05

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 70

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

No.

Parameter

Satuan

Baku Mutu

21. Khlorida (Cl) mg/l - 22. Sianida (CN) mg/l 0.02 23. Fluorida (F) mg/l 1.5 24. Nitrit as N (NO2) mg/l 0.06 25. Sulfat (SO4) mg/l - 26. Klorin bebas (Cl2) mg/l 0.03 26. H2S mg/l 1

III. ORGANIK 1. Minyak dan Oli mg/l 1000 2. Detergen mg/l 200 3. Fenol mg/l 1 4. BHC mg/l 210 5. Aldrin/Dieldrin mg/l - 6. Klordane mg/l - 7. DDT mg/l 2

Sumber: Baku Mutu air permukaan / sungai kcategors II berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82,tahun 2001

2.5.4 Katagori Kawasan Lindung (Hutan) Berdasarkan Undang-Undang No 41 tahun 1999, definisi hutan adalah unit ekosistem dalam satu kesatuan dalam bentuk area yang mencakup didalamnya areal sumber daya alam biologi yang didominasi oleh pohon-pohon dengan lingkungan alaminya dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya. Hutan mempunyai 3 fungsi, sebagai berikut: • Fungsi konservasi, untuk memelihara keanekaragaman spesies dan ekosistem • Fungsi perlindungan, untuk menjaga sistem tata air dan kesuburan tanah • Fungsi produksi, sebagai sumber hutan produksi kayu dan non kayu lainnya Berdasarkan fungsi tersebut, hutan diklasifikasi kedalam 3 jenis, yaitu: • Hutan Konservasi • Hutan Lindung • Hutan Produksi Khusus untuk hutan konservasi ditentukan berdasarkan spesies vegetasi yang mendiami hutan, jenis ekosistem eksisting, keunikan kawasan, keindahan kawasan dll. Sementara, hutan lindung dan hutan produksi ditentukan berdasarkan curah hujan, topografi lahan, serta jenis sensitifitas lahan terhadap erosi. Melalui metoda pembobotan, 3 parameter tersebut (curah hujan, topografi dan jenis sensitifitas lahan terhadap erosi) diberikan nilai.,dimana jika memiliki nilai lebih dari 175, maka hutan dikategorikan sebagai hutan lindung, tetapi apabila kurang dari 175 maka diklasifikasikan sebagai hutan produksi.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 71

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Hutan produksi sendiri diklasifikasikan sebagai hutan produksi terbatas (nilai 125 – 174) dan hutan produksi tetap (nilai kurang dari 125) Di negara lain, hutan tidak diklasifikasikan kedalam hutan lindung dan atau hutan produksi, karena kedua-duanya mempunyai kesamaan fungsi, tetapi dengan banyak pertimbangan lain seperti curah hujan, sensitifitas lahan dan terjaganya fungsi hutan, Pemerintah Indonesia mengklasifikasikan bahwa hutan lindung (hanya memproduksi sumber daya alam non kayu) sedangkan hutan produksi (mempunyai fungsi utama memproduksi sumber daya alam kayu disamping mempunyai fungsi lindung yang tidak dapat diabaikan). Kategori kawasan lindung, secara rinci, disajikan pada Gambar 2.2.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 72

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

73 Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

74 Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

75 Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

76 Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

3 Diskripsi Wilayah Sub-proyek 3.1 Diskripsi Wilayah Sub-proyek Berdasarkan sasaran dari SRIP yang telah disepakati serta kriteria seleksi dan evaluasi sub proyek, sejumlah 46 sub proyek menjadi prioritas usulan melalui kegiatan persiapan TA-SRIP sampai Desember 2004. Ringkasan diskripsi usulan sub proyek disajikan di Lampiran C. Sejumlah 22 sub-proyek dari seluruh sub-proyek SRIP saat ini (Kecuali Cut Meutia kemungkinan akan didanai JBIC & Daan Mogot yang direncanakan untuk jalur busway) diusulkan dibawah Program Kerja Tahunan ke 1 SRIP (AWP 1). Studi persiapan SRIP dan ARPLS ini difokuskan pada sub-proyek AWP-1, yang informasi dan persiapannya paling maju. Diskripsi usulan sub proyek AWP-1 juga disajikan di Lampiran C, didukung lembaran ringkasan data, peta umum lokasi, data lalu lintas, detil disain, photo-photo yang mewakili usulan alinyemen. Satu tim tenaga ahli mencakup Ahli Lingkungan dan Ahli Sosial, akan mengadakan kunjungan lapangan ke masing-masing sub proyek untuk mengidentifikasi area sensitif lingkungan meliputi sekolah, rumah sakit, daerah pemukiman padat, sungai, tambak, lahan basah, kawasan lindung dan cagar budaya. Hasil identifikasi disajikan pada Tabel 3.1 Sub-proyek AWP-1 berdasarkan jenis pekerjaan yang diusulkan dan klasifikasi (jalan perkotaan atau jalan antar kota) adalah sebagai berikut:

Peningkatan Kapasitas / Capex : 9 sub-proyek perkotaan : 11 sub-proyek Perbaikan jalan / Betterment : 8 sub-proyek antar-kota : 11 sub-proyek Jalan Baru New Bypass Road : 4 sub-proyek Jembatan / Bridge : 1 sub-proyek

Semua pekerjaan fisik dari sub proyek yang diusulkan dalam SRIP terbatas pada jalan nasional, sebagai bagian dari jaringan jalan strategis nasional. Oleh sebab itu, ruas jalan yang disulkan dalam sub proyek biasanya memiliki tingkat kepadatan lalu lintas dan kemacetan yang tinggi. Nilai rata-rata volume lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (SMP) untuk sub-proyek AWP-1 berkisar antara 20,000 – 40,000 SMP per hari, dengan volume lalu lintas tertinggi rata-rata 1,000 – 3,000 SMP per jam. Komposisi lalu lintas bervariasi tetapi secara umum sepeda motor mempunyai proporsi antara 30 – 50 % dari lalu lintas yang tercatat. Ringkasan perkiraan dan komposisi lalu lintas untuk sub-proyek betterment AWP – 1, disajikan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3, mewakili kondisi lalu lintas proyek. 3.2 Tambahan Pengadaan Lahan untuk Persimpangan (Intersection) Sesuai permintaan Bank Dunia (dinyatakan dalam Addendum No. 4), Konsultan harus menyiapkan kajian disain untuk usulan sub-proyek AWP – 1, termasuk perbaikan persimpangan jalan dan solusi rekayasa lalu lintas, yang mana tujuan utamanya untuk mengatasi masalah kapasitas, perbaikan lalu lintas dan meningkatkan keselamatan lalu lintas. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tim Konsultan melakukan survey terhadap seluruh persimpangan jalan dan mendapatkan bahwa terdapat kekurangan lahan untuk konstruksi persimpangan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

77

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Mengacu kepada pedoman Bank Dunia, proyek harus melaksanakan pengadaan tanah dan studi LARAP tambahan pada sebagian besar persimpangan dalam sub-proyek. Tabel 3.4 memperlihatkan sub proyek yang memerlukan tambahan pengadaan lahan untuk persimpangan. Studi LARAP akan dilaksanakan oleh Konsultan SRIP. Kegiatan utama dari jasa tambahan ini akan mencakup: 1. Survei, penyiapan studi dan sosialisasi terkait pengadaan lahan untuk persimpangan,

putaran dan persimpangan utama. Hal ini mencakup tugas – tugas sebagai berikut : Survei lapangan (persimpangan utama, putaran, persimpangan, lingkungan dan

sosial); Menyiapkan laporan studi LARAP; Sosialisasi.

2. Melakukan sinkronisasi dengan disain ruas yang ada 3.3 Gambaran Wilayah Sub-proyek Ringkasan lokasi wilayah sub-proyek yang diusulkan dan Pemerintah Daerah (Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kota / Kabupaten) yang termasuk AWP-1 disajikan di Tabel 3.4. Usulan AWP-1 akan mencakup 8 propinsi dan 29 Kota atau Kabupaten.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

78

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

79

Jenis :U = perkotaan Terdapat Terdapat sungai, Pjg Diskripsi Kegiatan Usulan Sub-

Kebutuhan pembebasan

Table 3.1 Ringkasan Untuk Dampak Hasil Penyaringan Pada Usulan Subproyek SRIP Program Kerja Tahunan (AWP 1-3)

Lahan Damija

Berada di wilayah

Terdapat kawasan Terdapat Terdapat Dokumen

Pengaman (

I = antar kota

AWP 1 RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTS

1 Jawa Barat Capex (U) Jl. Cut Meutia, Bekasi 3.05Lebar eksisting 7 m, pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar w/ median tengah& perbaikan junction

Ya 95% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Ya (1 Universitas)

Ya (1 sungai : Kali Malang)

Panjang jalan<10 km, diperlukan pembebasan tanah<10 Ha,Jumlah KK terkena proyek < 40 KK, jenis pekerjaan Peningkatan jalan.

2 Banten / Jakarta Betterment (U) Jl. Daan Mogot (incl.

Batas DKI - Tangerang) 2.5Jalan existing naik lebih dari 600 mm, sepanjang 2.5 km section dengan rigid pavement

Tidak 100% Ya (1) Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (1 sungai Cengkareng Drain)

Panjang jalan < dari 5 km, jenis pekerjaan pemeliharaan.

3 Jawa Tengah Capex (U) Demak Bypass 4.4

Lebar eksisting 7 m pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar, w/ median tengah, perbaikan jembatan & junction

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (3 sekolah)

Ya (4 sungai: K. Tuntang, K. Lajar,

dll.)

Panjang jalan < dari 10 km,termasuk jalan perkotaan tidak diperlukan pembebasan tanah.

4 Jawa Tengah Capex (U) Semarang Northern Ring

Road, III P-2 2.23Lebar eksisting 7 m pelebaran jalan menjadi 14 m, lebar standar, w/ median tengah, dan 2 jembatan (430 m & 150 m long)

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak TidakYa (2 sungai : Kali Banjir Kanal Timur dan Kali Tenggang)

Panjang jalan < dari 10 km, Jenis pekerjaan Peningkatan jalan.

5 Jawa Tengah Jalan baru (U) Brebes - Tegal Bypass 17.05 Pelebaran jalan 7 m, baru (Tahap 1) Ya 100% Ya (1) Tidak Tidak Tidak Ya

(2 sekolah)

Ya (10 sungai: Kaligangsa,

Wangandalam, Kemiri, Sibelis, Siderpa, dll.)

Lahan produktif,diperlukan pembebasan tanah, panjang jalan >dari 10 km, jumlah masyarakat terkena proyek > dari 200 orang, berdampak penting pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi jalan.

6 Jawa Timur Jalan baru (U) Ngawi Ring Road 10.75Pelebaran baru 7 m dan jembatan,perbaikan dengan realignmen drainage& perbaikan simpang jalan existing.

Tidak 100% Ya (1) Tidak Tidak Ya (1 kuburan)

Ya (3 sekolah)

Ya (1 sungai : sungai Madiun )

Lahan produktif/sawah,diperlukan pembebasan tanah, panjang jalan >dari 10 km, jumlah masyarakat terkena proyek > dari 200 orang, berdampak penting pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi jalan.

7 Jambi Betterment (U) Palmerah ( Ring Road I & II Jambi) 22.9

Realignment dan pelebaran, dengan drainage, perbaikan struktur,pelapisan ulang &perbaikan simpang

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (2 sungai )Tidak diperlukan pembebasan tanah, Panjang jalan > 10 km, Jenis pekerjaan perbaikan jalan.

8 Lampung Capex (U) Bandar Lampung Bypass + 2 No. bridge 18.1

Pelebaran jalan dari 9 m menjadi 14 m, standard w/ median tengah dan 2 jalan Kereta Api

Tidak 95% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (1 sekolah)

Ya (2 sungai : Panjang dan Campang)

Diperlukan pembebasan tanah < dari 10 ha, < dari 40 KK akan terkena proyek, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.

9 Riau Capex (U) JL. Soekarno - Hatta, Pekanbaru 15.07 Pelebaran jalan dari 7 m menjadi 14 m,

standard w/ median tengah Ya 40% Ya (2) Tidak Tidak Tidak Tidak TidakDiperlukan pembebasan tanah, > dari 40 KK akan terkena proyek, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.

10 Sumatera Selatan Betterment (U) Jl. Lingkar Barat,

Palembang 8.45Pelapisan Struktur dengan perkerasan rigid/beton,dengan drainage &perbaikan bahu jalan

Tidak 100% Ya (1) Tidak Tidak Tidak Tidak Ya ( 2 sungai : Musi & Kemasah)

Tidak diperlukan pembebasan tanah, jenis pekerjaan perbaikan jalan, tidak dijumpai isu lingkungan yang serius.

11 Jawa Barat Jalan baru (U) Jl. Lingkar Cianjur 7.5 Baru, pelebaran 7 m (Tahap I) dengan jembatan & gorong-gorong /box culverts Ya 100% Ya (2) Tidak Tidak Ya (3

kuburan)Ya

(1 sekolah)

Ya (6 sungai : Cibalu, Cianjur Leutik, Cianjur, Cikululu, Cikaret and

Cisarua Gede)

Lahan Produktif,diperlukan pembebasan tanah,panjang < dari 10 km, banyak penduduk terkena proyek,ada dampak penting pada tahap konstruksi jalan baru,lahan Damija yang diperlukan sekitar 30 ha.

12 Banten Betterment (I) Cilegon - Pasauran - Sp Labuhan : Sect 1 17.1 Pelapisan perkerasan dan perkerasan

bahu jalan sepanjang area industri Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya ( sungai )Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,simpel LARAP disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan perbaikan /Betterment

13 Jawa Tengah Capex (I) Boyolali - Kartosuro 15.4

Pelebaran jalan 8.5 m menjadi 14 m, standard sepanjang 6.35 km), tambahan drainase & jalur pejalan kaki,perluasan / culverts & jembatan

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak TidakYa (dekat ke 15 sekolah dan 4 rumah sakit)

Ya (sungai : sungai Boyolali )

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,simpel LARAP disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.

14 Jawa Tengah Jembatan (I) Kabuyutan (1 bridge) 0.05 Penggantian jembatan Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak diperlukan pembebasan tanah, jenis pekerjaan penggantian jembatan.

15 Jawa Tengah Betterment (I) Pejagan - Losari. (Sec 1) 9.43

Pelapisan perkerasan 2 x 7 m (4 lajur) pembagian badan jalan dengan penggantian jembatan (Kabuyutan)

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak TidakYa (6 sungai : K. Gede,

Bancang, Jantur, Kabuyutan, dll.)

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

16 Jawa Tengah Capex (I) Pemalang - Pekalongan 19.88

Pelebaran 7.14m - 14m, Tambahan drainage, jalur pejalan kaki,median, perluasan jembatan & culverts

Ya 60% Tidak Tidak Tidak Ya (1 kuburan)

Ya (3 Sekolah)

Ya (6 sungai: K. Sragilama, Banger, Cocorbebek, Erbei,

Randu, Unter)

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.

17 Jawa Tengah Betterment (I)

Semarang - Bawen (includes additional 5 km link to Toll)

22.55Pelebaran jalan 12 m - 14 m untuk pembagian2 x 7 m, lebar standar, perbaikan drainase, jalur pejalan kaki dan perkerasan bahu jalan

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak TidakYa (5 sungai: K.

Garong, Wonoboyo, dll.)

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain intersection,LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan perbaikan jalan / Betterment.

18 Jawa Tengah Capex (I) Semarang - Demak 20.11

Pelebaran 10 m menjadi 14 m, standar untuk pembagian lebar badan jalan dengan jalan depan atau jalur lambat sepeda

Ya 100% Tidak Tidak Tidak TidakYa (3 sekolah, 2 universitas, 2 Rumah Sakit)

Ya (3 sungai: K. Sayung, Dolog,

Buyaran, )

Sebelumnya tanah sudah dibebaskan Pemda,terkait survey intersection diperlukan pembebasan tanah, LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP, jenis pekerjaan Peningkatan kapasitas jalan.

Alasan Rasional Hasil Penyaringan

SOP / LARAP Sederhana

UKL / UPL / LARAP

Sederhana

UKL / UPL

SOPs

UKL / UPL

SOP

UKL / UPL

LARAP, UKL / UPL

LARAP, UKL / UPL

SOP

LARAP, AMDAL

Tracer, UKL / UPL

LARAP, Tracer, AMDAL

Tracer, AMDAL

UKL / UPL

SOP

sekolah dan rumah sakit

tambak dan lahan basah

SOP

Simple LARAP, UKL /

UPL

(km) proyek tanah untuk Damija

Propinsi Nama Sub-proyek sudah dibebaskan

pemukiman padat

konservasi habitat alam

kawasan lindung

peninggalan cagar budaya yang

diperlukan

No.

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

80

Jenis :(U = perkotaan

I = antar kotaAlasan Rasional Hasil Penyaringan

Terdapat peninggalan

cagar budaya

Dokumen Pengaman

yang diperlukan

No.Terdapat

sekolah dan rumah sakit

Terdapat sungai, tambak dan lahan

basah

Pjg (km)

Diskripsi Kegiatan Usulan Sub-proyek

Kebutuhan pembebasan tanah untuk

Damija

Propinsi Nama Sub-proyek

Lahan Damija sudah

dibebaskan

Berada di wilayah

pemukiman padat

Terdapat kawasan

konservasi habitat alam

Terdapat kawasan lindung

19 Jawa Timur Betterment (I) Pasuruan - Pilang 32.81Perbaikan pelebaran badan jalan 7 m mencakup perkerasan bahu jalan, pelebaran area pasar dan pekerjaan drainase.

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak TidakYa (9 sungai: K.

Sepaser, Sidowayah, Bayeman, Lawean,

Kedung, Lingkung, dll.)

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

20 Jawa Timur Capex (I) Widang - Lamongan 5.5Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, lebar standar,tambahan drainase dan jalur pejalan kaki dan perluasan culverts

Ya 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (1 sekolah) Tidak

Diperlukan pembebasan tanah untuk disain jalan raya dan intersection, penduduk terkena proyek < dari 40 orang.jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.

21 Jawa Barat Betterment (I) Karangampel - Cirebon 28.51Pelapisan perkerasan,perbaikan struktur & perlakuan khusus untuk satu jalur

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak TidakYa (18 sungai: Kijing,

Bondet, Winang, Katapangragas, Turatis,

dll)

Sebelumnya tanah sudah dibebaskan,terkait survey intersection diperlukan pembebasan tanah, LARAP sederhana disiapkan oleh TA SRIP.

22 Jawa Barat Jalan Baru (I) Karawang Bypass 11.47Jalan baru bypass New bypass dengan 1 fly over (termasuk dalam sub proyek Bekasi-Karawang-Cikampek)

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (1 sekolah)

Ya (sungai : Tarum Utara)

Tidak ada pembebasan tanah, ada dampak penting pada pek. Konstruksi jalan baru, merupakan lahan produktif.

1 Jawa Tengah Betterment (I) Semarang - Kendal 10.4 Pelapisan perkerasan dan pekerjaan

saluran drainase banjir Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak ND Tidak ada dataTidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

2 Jawa Tengah Capex (I) Batang - Weleri

(Capex-6KM; Bett-3.8Km) 9.8Perkerasan beton / Rigid pelebaran menjadi 4 jalur dengan tanggul / retaining wall

Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak ND Tidak ada dataTidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 30 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. peningkatan kapasitas jalan.

3 Jawa Tengah

Routine Maintenance (I) Semarang - Pekalongan 100.0 Pemeliharaan jalan rutin,

pelaksanaannya berdasarkan kontrak Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak ND Tidak ada dataJenis pekerjaan pemeliharaan

4 Jawa Tengah Flyover (I) Kaligawe Flyover (on

Semarang-Demak) 0.32 Masih dalam penyelidikan - Konsultan disain belum ditunjuk Ya 100% Ya (3) Tidak Tidak Tidak

Ya (1 sekolah, 1 universitas, 1 Rumah sakit)

Ya (2 sungai: K. Tenggang and K.

Banjir Kanal Timur)

Panjang < dari 2 km, diperlukan pembebasan tanah, proyek berada di daerah pasang surut dan banjir.

5 Jawa Tengah Fly Over (U) Kalibanteng Flyover 0.43 Jalan layang / Flyover baru Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Ya (kuburan) Tidak Tidak

Panjang < dari 2 km, diperlukan pembebasan tanah, lokasi proyek berbatasan dengan kuburan Belanda.

6 Jawa Barat Capex (U) Jl. Soekarno - Hatta, Bandung 3.8 Pelebaran dari 7 m menjadi 14 m Ya 100% Ya (3) Tidak Tidak Tidak ND Tidak ada data

Panjang < dari 10 km, diperlukan pembebasan tanah, merupakan areal komersil, lalu lintas sangat sibuk.

7 Jawa Tengah Capex (U) Pemalang Bypass

(Sections 1 & 2) 7.0 Pelebaran badan jalan dari 7 m menjadi 14m w/ median tengah Ya 0% Ya (1) Tidak Tidak Ya ND

YES (6 sungai: K. Taman, K. Baros,

K. Elon, dll.)

Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah, jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan

8 Jawa Tengah Capex (I) Brebes - Tegal -

Pemalang 43.18 Pelebaran badan jalan dari 7 m to 14m Tidak 100% Ya (2) Tidak Tidak TidakYa (6 rumah sakit dan ada

sekolah

Ya (15 sungai: K. Medana, Cacaban, Ketiwon, Sibelis, Sibangkang, dll.)

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang 23 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. peningkatan kapasitas jalan.

9 Jawa Tengah Betterment (I) Demak - Trengguli 6.6

Eksisting sudah 4 lajur, w/median tengah, drainase kiri & kanan, terdapat saluran irigasi di kiri jalan

Tidak 0% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya (sungai) SOPTidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting pada lingkungan.jenis pek. Perbaikan jalan.

10 Jawa Tengah Capex (I) Trengguli - Jati 10.0

Eksisting perkerasan 6 - 7 m, saluran irigasi di kiri dan kanan badan jalan, diperlukan pembebasan tanah ±3 km (pasar Anyar)

Ya 30% Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (sekolah) Ya (sungai) UKL & UPL serta LARAP

Diperlukan pembebasan tanah di lokasi pasar Karang Anyar,kiri kanan jalan berbatasan dengan saluran irigasi, belum disiapkan UKL & UPL.

11 Yogyakarta Capex (I) Yogyakarta - Sentolo 13.8

Ruas jalan ini akan menjadi koridor Jawa bagian selatan,lebar jalan 7 dan 12 m,usulan pelebaran dengan jembatan menjadi 14 m, diusulkan jembatan kembar disamping jembatan Kali Progo dgn rentang 150 m

Ya Tidak ada data Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (sekolah) Ya (sungai, kali

progo) UKL&UPL

Tanah sudah dibebaskan, merupakan jalur Pantai Jawa Selatan, perlu penataan jalan berwawasan lingkungan, (tanpa PKL dan pasar tumpah)

12 Yogyakarta Betterment (I) Tempel - Sleman - Yogyakarta (Sec 1) 10.0

Pelebaran badan jalan 12 - 14 m untuk dibagi 2 x 7m standard dengan median perkerasan bahu jalan

Tidak 100% Ya (2) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Tidak ada dataTidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

13 Jawa Tengah Betterment (I) Buntu - Kebumen 30.0 Pelapisan ulang perkerasan Tidak 100% Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Tidak ada data

Tidak diperlukan pembebasan tanah, panjang > dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

Catatan : Daan Mogot akan masuk projek Busway DKI

Cut Meutia akan masuk projek JBIC

LARAP, UKL / UPL

Simple LARAP,

Tracer, SOP

SOP

LARAP, UKL / UPL

AWP-2 RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTS

SOP

SOP

None

SOP

SOP

SOP

Tracer, UKL / UPL

Tracer, UKL / UPL

LARAP, UKL / UPL

SOP

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Jenis :

(U = perkotaan

I = antar kota

14 Jawa Tengah Capex (I) Magelang - Keprekan 8.6

Pelebaran dari 7 - 14 m,usulan 2x7 m dengan median, 2x2 m perkerasan bahu jalan, ada pelebaran jembatan.

Ya 0% Ya(3) Tidak Tidak Tidak Ya Ya (sungai)Diperlukan pembebasan lahan, banyak bangunan terkena proyek, sebagian rumah & utilitas akan dipindahkan,ada penebangan pohon&jalan KA.

15 Jawa Barat New Road (U) Jalan Lingkar Sukabumi 9.7 Pembangunan jalan baru Ya 0% Ya(1) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Ya (sawah, tegalan)Diperlukan pembebasan tanah, terdapat dampak besar & penting terhadap lingkungan&sosial, lokasi proyek melalui lahan produktif (sawah).

1 Jawa Tengah Jalan baru (U) Ambarawa Ring Road 7.3 Jalan baru, lebar 7 m Ya 0% Ya (1) Tidak Tidak Ya Tidak ada data

Ya (5 sungai: K. Soko, K. Carung, K. Gajahbarong, dll.)

Panjang < dari 10 km, diperlukan pembebasan tanah, ada dampak penting pada saat konstruksi jalan baru.

2 Yogyakarta Betterment (I) Yogyakarta - Piyungan (Sec 1) 5.0

Pelebaran badan jalan 6 - 7 m standar,mencakup bahu jalan, drainase, jembatan &pekerjaan culvert.

Tidak 100% Ya (2) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Tidak ada dataTidak diperlukan pembebasan tanah, panjang < dari 10 km, tidak ditemui dampak besar dan penting terhadap lingkungan.

3 Jakarta Capex (U) Jl. Raya Cakung - Cilincing 9.1 Pelebaran dari 14 m menjadi 21 m Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (1 sungai:

Cakung Drain)

Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan

4 Jawa Timur Jalan baru (U) Sidoarjo Eastern RR 5.1 Jalan baru, lebar 7 m Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Tidak ada dataPanjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan

5 Jawa Timur Capex (U) Probolinggo Bypass 9.53 Pelebaran jalan dari 8 m menjadi 14 m Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data Tidak ada dataDiperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan, melewati lahan produktif, ada dampak penting terhadap lingkungan.

6 Jawa Barat Capex (I) Cileunyi - Nagreg 7.0Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, standar dengan perbaikan kemiringan.

Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data TidakDiperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.,ada dampak penting terhadap lingkungan.

7 Jawa Barat Capex (I) Bekasi - Karawang 3.65Pelebaran badan jalan dari 7m menjadi 14 m, lebar standar.Sub proyek termasuk Karawang bypass

Ya 0% Ya (3) Tidak Tidak Tidak Tidak ada dataYa (3 sungai: K. Sosakjarang, K.

Jambe, dll.)

Panjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.,ada dampak penting terhadap lingkungan.

8 Jawa Timur Capex (I) Gempol - Pasuruan 12.8

Peningkatan kapasitas sudah selesai oleh proyek sebelumnya, diperlukan pembebasan tanah di beberapa bagian,lebar perkerasan antara 7 sp 15 m sebagian badan jalan sudah dibagi, usulan pelebaran menjadi 14 m

Ya 75% Ya(2) Tidak Tidak Tidak Ya (sekolah) Ya (sungai) AMDAL & LARAP (Full)

Kemacetan (Km34.00+Km60.00),diperlukan pembebasan bangunan,rumah, toko, pohon dan jalan merupakan jalan perkotaan dan diindikasikan ada pencemaran udara.

9 Jawa Barat Capex (I) Karawang - Cikampek 4.2 Pelebaran jalan eksisting Ya 50% Ya (2) Tidak Tidak Tidak Tidak ada data TidakPanjang < dari 10 km,diperlukan pembebasan tanah,jenis pekerjaan peningkatan kapasitas jalan.,ada dampak penting terhadap lingkungan.

SOPs - Standar Prosedur OperasiPopulasi (A) - 1: Rendah; 2: Sedang: 3 : Padat/Tinggi ND - Tidak ada data

Alasan Rasional Hasil Penyaringan

AMDAL - Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

UKL & UPL LARAP

LARAP, AMDAL

SOP

LARAP, UKL / UPL

LARAP, UKL / UPL

LARAP, AMDAL

AWP- Program Kerja tahunan LARAP - Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Pemukiman

LARAP, UKL / UPL

LARAP, UKL / UPL

LARAP, Tracer, UKL /

UPL

UKL / UPL - Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan LingkunganTracer - Laporan Penelusuran pembebasan tanah

AWP-3 RECOMMENDED CANDIDATE PROJECTS

UKL& UPL & LARAP

Terdapat sekolah dan rumah sakit

Terdapat sungai, tambak dan lahan

basah

Pjg (km)

Diskripsi Kegiatan Usulan Sub-proyek

Kebutuhan pembebasan tanah untuk

Damija

Propinsi Nama Sub-proyek

Lahan Damija sudah

dibebaskan

Berada di wilayah

pemukiman padat

Terdapat kawasan

konservasi habitat alam

Terdapat kawasan lindung

Terdapat peninggalan

cagar budaya

Dokumen Pengaman

yang diperlukan

No.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

81

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

82

Table 3.2 Komposisi Arus Lalu Lintas Harian, Seluruh Sub-Proyek Peningkatan/ Betterment Inter-urban

Semarang to Bawen

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truck 2 Axle

Truck 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Semarang AADT 2004 Vpd 13,547 6,150 1,979 2,888 408 860 2,888 722 103 208 29,752

To Bawen AADT 2004 Vpd 11,140 5,650 1,818 3,094 543 697 2,880 546 217 298 26,882

Total Both Directions 24,687 11,800 3,797 5,981 950 1,557 5,767 1,268 321 506 56,634 Losari to Pejagan

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truck 2 Axle

Truck 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Pejagan AADT 2004 Vpd 3,069 1,944 61 734 586 1,184 2,798 773 480 477 12,106

To Losari AADT 2004 Vpd 1,065 1,586 58 299 526 1,082 1,918 1,213 518 331 8,597

Total Both Directions 4,134 3,530 118 1,033 1,112 2,266 4,716 1,987 998 807 20,703 Karangampol to Cirebon

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truk 2 Axle

Truk 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Karangampol AADT Vpd 1,611 1,523 630 631 16 196 869 215 73 39 5,803

To Cirebon AADT 2004 Vpd 1,044 1,354 593 700 13 265 889 347 92 76 5,373

Total Both Directions 2,655 2,877 1,223 1,332 29 460 1,758 562 165 114 11,175 Pasuruan to Pilang

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truck 2 Axle

Truck 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Pasuruan AADT 2004 Vpd 3,491 2,334 2,295 1,465 911 925 882 582 662 331 13,878

To Pilang AADT 2004 Vpd 3,277 2,356 2,327 1,408 1,005 884 981 546 432 329 13,545

Total Both Directions 6,769 4,690 4,622 2,873 1,916 1,810 1,863 1,128 1,094 659 27,423 Cilegon to Pasauran Section 1

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truck 2 Axle

Truck 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Cilegon AADT 2004 Vpd 4,953 3,825 3,186 814 167 96 565 521 81 175 14,382

To Pasauran AADT Vpd 4,191 3,120 2,967 773 218 65 553 442 59 240 12,629

Total Both Directions 9,144 6,945 6,153 1,587 386 161 1,118 963 140 416 27,011 Cilegon to Pasauran

Motor cycles

Car & Jeep

Mini bus

Pick Up

Small Bus

Large Bus

Truck 2 Axle

Truck 3 Axle

Artic Trailer

Semi Trailer

Total per day

To Cilegon AADT 2004 Vpd 1,263 565 868 185 18 17 181 15 0 1 3,112

To Pasauran AADT Vpd 1,222 370 965 202 19 21 174 12 0 0 2,984

Total Both Directions 2,485 935 1,833 387 37 38 355 26 0 1 6,096 Catatan: AADT – Lalu Lintas harian rata –rata tahunan / annual average daily traffic; VDP – vehicles

per day

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

83

Tabel 3.3 Total Harian dan Arus Lalu Lintas Sibuk untuk Sub-proyek Perbaikan / Betterment Inter-urban (Tahun 2004, 2007 dan 2017)

Year 2004 2007 2017

Arus Lalu Lintas Harian Harian Sibuk Harian Harian Sibuk Harian Harian Sibuk

Satuan LHR SMP SMP/ jam

LHR SMP SMP/ jam

LHR SMP SMP/ jam

Semarang-Bawen 56,634 47,012 3515 68614 55,676 4137 122,123 97,841 7338

Pejagan-Losari 20,703 22,307 1,453 24,220 26,418 1,710 41,891 46,425 3,034

Tempel -Yogya Sec-1 67,278 49,649 3,511 80,980 58,799 4,132 145,539 103,329 7,330

Tempel-Yogya Sec-2 39,202 31,752 2230 47,421 37,603 2625 85,260 66,082 4,657

Yogya-Piyungan 39,262 27,519 2344 47,272 32,590 2,759 83,874 57,273 4,894

Karang Ampel-Cirebon 11,175 10,796 747 13,764 12,786 879 24,712 22,469 1,559

Pasuruan-Pilang 2klloku7,423

28,958 1,731 33,966 34,295 2,037 60,867 60,267 3,614

Cilegon-Pasuruan, Sec 1 27,013 25,315 1,780 34,927 30.579 2,095 63,652 53,738 3,716

Cilegon-Pasuuran, Sec 2 6,097 5,279 509 8,175 6,252 599 14,833 10,987 1,063

Catatan : LHR = Lalu L:intas Harian Rata-rata / VPD = Vihicle per Day SMP = Satuan Mobil Penumpang / PVC = Passenger Car Unit SMP/Jam = Saruan Mobil Penumpang per Jam = PCU/hr

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

No LARAP LARAP on Intersection

Possible Acquisited on 2005 -April 2006

1 Cilegon - Pasauran - Sp Labuan : Sect 1 7 - YES YES

2 Semarang - Bawen 18 - YES NO

3 Boyolali - Kartosuro 10 - YES NO

4 Semarang - Demak 6 - YES NO

5 Pemalang - Pekalongan 6 - YES NO

6 Kabuyutan Bridge-Brebes 0 YES NO NLA

7 Pejagan - Losari 2 - YES NO

8 Karang Ampel-Cirebon 3 - YES NO

9 Karawang Bypass 2 YES NO NLA

10 Pasuruan - Pilang 7 - YES NO

11 Widang - Lamongan 1 YES NO YES

12 Jl. Soekarno - Hatta, Pekanbaru 6 - YES YES

13 Cianjur Ring Road 2 YES NO YES

14 Ngawi Ring Road 6 - YES YES

16 Demak Bypass 8 YES NO NLA

17 Bandar Lampung Bypass + 2 No. bridge 11 - YES YES

18 Jl. Lingkar Barat, Palembang 3 - YES YES

19 Palmerah (Ring Road I & II Jambi) 6 - YES YES

20 Brebes - Tegal Northern Ring Road 6 YES NO NLA

Total 111

Remarks :

Number of IntersectionSub ProjectNo.

NOSemarang Northern Ring Road, Section 3 Package 215 1 NLAYES

Table 3.4

Additional LARAP

Additional LARAP Services For Intersection

NLA : No Land acquisition

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

84

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

85

Sebagian besar wilayah sub proyek dalam AWP – 1, telah terlibat dalam proyek jalan terkait, antara lain: • Strategic Urban Road Infrastructure Project (SURIP; 1995 -2003), Berbantuan Bank Dunia • Sumatera Region Roads Project (SRRP; 2000 – 2005), Berbantuan Bank Dunia • North Java Road Improvement Project (NJRIP; 1996 – 2003), Berbantuan Bank

Pengembangan Asia (ADB) • Heavy Loaded Road Improvement Project (HLRIP; 1995 – sekarang), Berbantuan JBIC Gambar 3.1 menyajikan bagian/seksi lanjutan dari sub-proyek dan oleh lembaga mana bagian tersebut akan didanai. Gambar ini jelas menunjukkan bahwa dalam kegiatan capex atau pembangunan jalan baru sub-proyek SRIP, tidak ada keterkaitan antara sub-proyek tersebut dengan sub-proyek yang telah ada atau direncanakan melalui pendanaan ADB atau JBIC.

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

Exsisting Proyek Exsisting Perkiraan pada 2008

1 Cut Meutia, Bekasi (C) Jawa Barat/perkotaan Km 0+00 and Km 3+00*) 3.05 20 - 30 80 2 4 30,209 32,598

2 Daan Mogot (B) Banten&DKI/perkotaan Km 0+00 and Km 2+500*) 2.5 27 - 35 80 4 4 143,826 155,119

3 Demak Bypass (C) Jawa Tengah/perkotaan Km 23+400 and Km 29+700 SMG 4.4 30 80 2 4 13,920 14,928

4 Semarang NRR (C) Jawa Tengah/perkotaan Km 0+00 and Km 2+500*) 2.23 40 - 60 80 2 4 22,707 24,407

5 Brebes-Tegal (N) Jawa Tengah/perkotaan Km 182+600 and Km 164+650 SMG 17.05 30 - 35 80 - 2 31,973 34,375

6 Ngawi RR (N) Jawa Timur/perkotaan Km 176+160 SBY and … 10.75 18 80 - 2 21,583 23,295

7 Palmerah RR (B) Jambi/perkotaan Km 0+00 and Km 22+900*) 22.9 24 - 30 80 2 2 18,863 20,410

8 Bandar Lampung Bpass (C) Lampung/perkotaan Km 0+00 and Km 18+100 18.1 30 - 65 80 2 4 27,382 29,557

9 S-Hatta, Pekanbaru (C) Riau/perkotaan Km 0+00 and Km 15+900*) 15.07 40 80 2 4 35,268 38,265

10 Lingkar Barat, Palebang (B) Sumsel/perkotaan Km 0+00 and Km 8+500 8.45 22 - 25 80 2 2 27,126 29,343

11 Cianjur RR (N) Jawa Barat/perkotaan Km 0+00 and Km 7+500*) 7.5 40 80 - 2 22,072 29,404

12 Cilegon-Pasauran Sec1 (B) Banten/antar kota Km 109+600 and Km 26+700 JKT 17.1 9 - 10 80 2 2 27,013 28,673

13 Boyolali-Kartosuro (C) Jawa Tengah/antar kota Km 73+500 to Km 88+900 SMG 15.4 22 80 4/3/2 4 42,991 45,552

14 Kabuyatan (Bridge) Jawa Tengah/antar kota Km 195+900 SMG 0.05 18 - 20 80 2 2 20,701 21,856

15 Pejagan-Losari Sec 1 (B) Jawa Tengah/antar kota Km 203+400 to 194+000 SMG 9.43 18 - 20 80 2 2 20,701 21,856

16 Pemalang-Pekalongan (C) Jawa Tengah/antar kota Km 129+306 to 109+630 SMG 19.88 24 80 2 4 27,553 29,127

17 Semarang-Bawen (B) Jawa Tengah/antar kota Km 11+450 to 34+000 SMG 22.55 22 - 24 80 4 4 56,634 60,023

Table 3.5 Ringkasan Untuk Kandidat Sub Proyek AWP-1

Awal Proyek dan Akhir Proyek (km… dan km…)Provinsi/(U/IU)Sub Proyek/JenisNo.

AADTKec.Disain Max. (km/hr)

Damija (m)

Jumlah JalurPanjang (km)

86

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Exsisting Proyek Exsisting Perkiraan pada 2008

18 Semarang-Demak (C) Jawa Tengah/antar kota Km 3+100 and Km 23+400 SMG 20.11 24 - 38 80 2 8 63,222 66,932

19 Pasuruan-Pilang (B) Jawa Timur/antar kota Km 62+080 to 94+700 SBY 32.81 14 - 18 80 2 2 27,424 29,056

20 Widang-Lamongan (C) Jawa Timur/antar kota Km 56+654 to 51+147 SBY 5.5 24 80 2 2 26,774 29,179

21 Karangampel-Cirebon (B) Jawa Barat/antar kota Km 32+133 to Km 3+668 CN 28.51 18 - 20 80 4 4 11,175 11,842

22 Karawang Bypass (N) Jawa Barat/antar kota Km 67+100 and Km 78+800 JKT 11.47 28 - 36 80 2 4 38,319 40,612

Awal Proyek dan Akhir Proyek (km… dan km…)Provinsi/(U/IU)Sub Proyek/JenisNo.

AADTKec.Disain Max. (km/hr)

Damija (m)

Jumlah Jalur

- Daan Mogot akan masuk projek Busway DKI - Cut Meutia akan masuk projek JBIC

Panjang (km)

Remarks *) : Ditetapkan oleh TA SRIP berdasarkan DED

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

87

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

88

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

89

3.4 Koridor Transportasi Pantai Utara Jawa (Pantura)

Fokus geografis dari sebagian besar sub proyek SRIP merupakan Koridor Transportasi Pantai Utara Jawa (Pantura), yang merupakan jaringan jalan yang paling sering dilalui kendaraan di Indonesia. Pantura terbentang sepanjang garis pantai utara Pulau Jawa yang meliputi empat provinsi: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain empat provinsi tersebut, di Pulau Jawa juga terdapat dua wilayah administratif khusus yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pantura secara umum merupakan dataran pantai yang relatif sempit dan terbentuk oleh kekuatan vulkanik. Pantura mempunyai sejarah sebagai pusat pemukiman, pengembangan budaya dan pertanian. Dengan hanya 6% areal lahan pedesaan, sekitar 60% dari jumlah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, sehingga menjadikan wilayah ini dipertimbangkan sebagai salah satu wilayah terpadat penduduknya didunia saat ini. Pantura merupakan wilayah yang kaya akan endapan tanah vulkanik dan menjadi basis pertanian bagi Indonesia, terutama dari lahan sawah irigasi. Namun kecenderungan dominan yang terjadi adalah transisi menuju urbanisasi dan industrialisasi yang semakin sering terjadi di Pulau Jawa dibandingkan di wilayah lainnya di Indonesia. Kecenderungan urbanisasi dan industrialisasi sepanjang Pantura diperkirakan akan berlanjut dan terkonsentrasi pada permukiman masyarakat yang mapan disepanjang rute transportasi utama meliputi jalan, rel kereta dan fasilitas pelabuhan. Sub proyek yang diusulkan dalam SRIP dirancang untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek-menengah bagi kapasitas dan kondisi jaringan jalan di Pantura. 3.5 Kondisi Umum Lingkungan Wilayah Sub Proyek AWP-1

Topografi / Tanah / Geologi: Secara umum usulan sub proyek SRIP (AWP-1) mempunyai kondisi tanah lunak, dengan elevasi proyek berkisar dari 1 sampai 10 m diatas permukaan laut (dpl). Jenis tanah dibentuk dari sisa alluvial questernary yang sangat pekat dalam karakteristik yang meluas. Pulau Jawa dan Sumatera mempunyai kondisi geologi dan vulkanik aktif. Lokasi proyek termasuk Zona Seismik 4 untuk dasar koefisien memotong disain standar. Hidrologi: Usulan alinyemen sub proyek akan memotong sejumlah sungai-sungai kecil, tambak ikan, saluran drainase dan saluran irigasi. Sebagian besar lokasi sub proyek berdekatan dengan pantai. Umumnya kualitas air tercemar limbah domestik dari pertanian dan buangan industri. Kemungkinan banjir perlu mendapat perhatian mengingat letaknya berada di daerah pasang surut yang rendah. Meteorologi dan Kualitas Udara: Pada umumnya daerah ini termasuk iklim tropis dan musim bulanan, dengan curah hujan yang rendah berkisar antara 1,200 sampai 2,000 mm. Umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai Mei, meskipun hujan dapat terjadi di sepanjang tahun. Tipe kondisi angin termasuk ringan (< 5 meter/ detik). Sedangkan kondisi kualitas udara secara umum masih bagus. Dari studi-studi yang ada, penting untuk diperhatikan yaitu adanya indikasi pencemaran udara dan peningkatan kebisingan di lokasi kemacetan di pusat kota dan sepanjang jalan utama / primer. Kualitas udara di wilayah sub proyek sangat erat dipengaruhi oleh kondisi umum angin.

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

90

Sumber Daya Biologi: Berdasarkan survey lapangan, di lokasi usulan sub proyek tidak terdapat habitat ekologi sensitif atau teridentifikasi daerah yang mempunyai nilai keunikan biodiversity. Wilayah disepanjang alinyemen proyek ditemui banyak lahan pertanian intensif, pemukiman, areal komersil dan areal industri. Penggunaan lahan. di wilayah usulan sub proyek tidak ditemui kawasan lindung atau habitat alam seperti taman nasional. Penduduk dan pemukiman penduduk: Kepadatan penduduk di Jawa diperkirakan lebih dari 815 orang / km. Kepadatan penduduk tertinggi umumnya berada di Pantura berkisar lebih dari 1,110 orang / km di Kabupaten Pemalang, dan lebih dari 6.953 orang di kota Cirebon, Kepadatan penduduk terendah ditemukan di wilayah sub proyek di Pulau Sumatera, sebagai tambahan pola pemukiman tradisional disisi jalan berkembang seperti pita begitu pula kaki lima serta penghuni liar menjadi keadaan yang biasa ditemui.

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

4 Prakiraan Dampak Lingkungan dan Sosial 4.1 Kategori Lingkungan Menurut Bank Dunia Sebagai acuan, definisi kategori lingkungan dari Bank Dunia adalah sebagai berikut :

Kategori A; Proyek diklasifikan sebagai “Kategori A” jika kemungkinan besar memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan sosial yang bersifat sensitif, luas dan tidak terduga..Dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap wilayah yang lebih luas daripada di lokasi proyek, tempat dilaksanakannya pekerjaan fisik. Analisis dampak lingkungan untuk Kategori A menelaah dampak-dampak negatif dan positif penting dari proyek, dan membandingkannya dengan proyek lainnya yang mempunyai alternatif yang memungkinkan (termasuk pilihan untuk tidak melakukan apapun) serta memberikan rekomendasi tindakan-tindakan untuk pencegahan, minimalisasi, mitigasi, atau kompensasi untuk dampak-dampak yang merugikan serta meningkatkan kinerja lingkungan. Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori A meliputi:

(a) Bendungan dan Waduk (b) Hutan produksi (c) Industri (skala besar) dan kawasan industri, termasuk perluasan utama, rehabilitasi,

atau modifikasi (d) Irigasi, drainase dan penanggulangan banjir (skala besar) (e) Budidaya perairan dan kelautan (skala besar) (f) Pembersihan dan perataan tanah (g) Pengembangan pertambangan (termasuk minyak dan gas bumi) (h) Pembangunan pelabuhan dan dermaga (i) Reklamasi dan konsolidasi tanah (j) Pemukiman kembali (k) Pengembangan daerah aliran sungai (l) Pembangunan atau perluasan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau Panas Bumi (m) Pabrik, transportasi dan penggunaan pestisida atau bahan-bahan lainnya yang

beracun atau berbahaya (n) Pembangunan jalan baru atau peningkatan jalan raya atau jalan lokal (o) Pengelolaan limbah cair dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Proyek Kategori B ; Suatu proyek dapat diklasifikasikan Kategori B apabila potensi dampak penting yang merugikan terhadap masyarakat lebih ringan dari proyek-proyek dalam Kategori A. Lingkup dampak bersifat proyek spesifik, sebagian kecil memiliki dampak yang permanen dan, dalam sebagian besar kasus, mitigasi dapat direncanakan lebih awal dibandingkan proyek Kategori A. Studi lingkungan kemungkinan dibutuhkan untuk proyek yang termasuk Katagori B, tetapi umumnya berupa penyiapan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan tanpa studi detail. atau cukup dengan penerapan prosedur operasi standar (SOP) untuk menangani dampak-dampak lingkungan yang kemungkinan timbul.

Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori B meliputi:

(a) Agroindustri (skala kecil) (b) Transmisi energi listrik (c) Irigasi dan drainase (skala kecil) (d) Energi yang dapat diperbaharui (diluar Dam PLTA) (e) Elektrifikasi pedesaan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial(ARPLS / ESAMP)

91

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

(f) Pariwisata (g) Penyediaan air bersih pedesaan dan sanitasi (h) Proyek-proyek DAS (manajemen atau rehabilitasi) (i) Daerah suaka alam dan konservasi keragaman hayati (j) Rehabilitasi atau pemeliharaan jalan raya dan jalan lokal (k) Rehabilitasi atau modifikasi fasilitas industri yang ada (skala kecil) (l) Penghematan energi dan konservasi energi Proyek Kategori C; Proyek atau komponen proyek yang termasuk Kategori C tidak membutuhkan analisis dampak lingkungan, antara lain: (a) Pendidikan (b) Keluarga berencana (c) Kesehatan (d) Peningkatan gizi (e) Pengembangan kelembagaan (f) Proyek-proyek peningkatan sumberdaya manusia Pada SRIP untuk proyek pemeliharaan jalan dan penggantian jembatan sangat kecil kemungkinannya masuk ke dalam kategori A, kecuali jika proyek tersebut berada di wilayah lingkungan yang sensitif dan memerlukan pengadaan lahan yang luas serta pemukiman kembali. Faktor yang menentukan apakah proyek dimaksud termasuk ke dalam kategori A, adalah jenis dampak, sensitifitas lingkungan dan luasnya wilayah serta banyaknya penduduk yang terkena dampak. 4.2 Pendekatan Untuk Penyaringan Lingkungan Proses penyaringan lingkungan proyek jalan dan jembatan di Departemen Pekerjaan Umum adalah untuk menentukan apakah dibutuhkan kajian studi lingkungan dan sosial (AMDAL, UKL&UPL ,LARAP dan Tracer) atau hanya cukup dengan penerapan SOP dengan menggunakan prosedur penyaringan lingkungan proyek jalan (Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Bidang Jalan: 2004). Dokumen Pedoman ini merupakan produk dari ISEM (Institutional Strengthening in Environmental Management) yang telah digunaan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU) sebagai prosedur penyaringan yang direkomendasikan untuk semua proyek-proyek jalan. Prosedur tersebut dijadikan dasar metoda pendekatan di proyek ini. Pendekatan dengan sistem ISEM ini menyarankan proses penyaringan secara dua tahap: • Penyaringan tahap awal untuk menentukan apakah diperlukan kajian lingkungan dan

sosial, • Penyaringan tahap kedua untuk menentukan tingkat kedalaman kajian lingkungan

dan sosial (UKL/UPL atau AMDAL, LARAP dan atau Tracer ). Penyaringan tahap awal adalah dengan memanfaatkan detail disain, data awal untuk Pemerintah Daerah , laporan kunjungan lapangan dan peta yang tersedia ketika sub proyek diusulkan untuk pertimbangan pembiayaan dalam Program Kerja Tahunan (AWP). Pertimbangan pokok yang dibutuhkan untuk proses penyaringan awal ini adalah sebagai berikut : • Karakteristik penanganan perkerasan jalan • Apakah ada proses pembebasan tanah di luar rumija • Apakah ada upaya pemukiman kembali (resettlement) yang disebabkan oleh

pembangunan sub proyek jalan dan jembatan. • Apakah usulan sub proyek berada di dalam atau berdekatan dengan areal sensitif.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial(ARPLS / ESAMP)

92

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Berdasarkan hasil penyaringan awal ini dan konfirmasi dari Bapedalda dan Pemda, diperlukan kajian penyaringan tahap kedua. Penyaringan tahap kedua memerlukan kajian lebih rinci tentang karakteristik proyek, detil disain dan tingkat potensi dampak. Kunjungan lapangan, konsultasi, konfirmasi dan pedoman dari Bapedalda serta Instansi Daerah terkait akan diperlukan untuk menyusun data spesifik yang lebih rinci. Hasil semua kegiatan penyaringan sub proyek dari masing-masing AWP akan dipaparkan ke Bank Dunia untuk dikaji dan disetujui. Proses penyaringan ini digunakan untuk menentukan apakah proyek termasuk dalam Kategori A menurut Klasifikasi Bank Dunia. Pada dasarnya proyek-proyek wajib AMDAL termasuk Kategori A. Proyek-proyek yang memerlukan UKL/UPL karena penanganannya tidak begitu intensif dikelompokkan dalam Kategori B. Pengecualian dari ketentuan untuk memutuskan Kategori A atau B akan menjadi kasus khusus yang memerlukan pembicaraan para pakar lingkungan di Departemen Pekerjaan Umum dan pihak Bank Dunia. Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 mengilustrasikan proses dan kriteria penyaringan lingkungan untuk diterapkan dalam SRIP, termasuk kriteria pelaksanaan studi analisis dampak lingkungan yang lebih rinci.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial(ARPLS / ESAMP)

93

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Sosial(ARPLS / ESAMP)

Gambar 4.1 : Bagan Proses Penyaringan Lingkungan

Apakah proyek akan melewati salah satu atau lebih daerah sensitive berikut :

1. Daerah Pemukiman, Komersial 2. Lahan Produktif 3. Bangunan monumental, Adat, Ibadah 4. Cagar Alam (Usulan yang ada) 5. Suaka Marga Satwa 6. Hutan Konservasi 7. Daerah Perlindungan Plasma Muftah 8. Daerah Pengungsian Satwa 9. Kawasan Bergambut / Lahan Basah 10. Kawasan Resapan Air 11. Sempadan Pantai / Sungai 12. Kawasan Sekitar Danau / Waduk 13. Kawasan Sekitar Mata Air 14. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lain 15. Kawasan Pantai berhutan Bakau 16. Taman Nasional 17. Taman Hutan Raya 18. Taman Wisata Alam 19. Kawasan Cagar Alam Budaya & Ilmu Pengetahuan 20. Kawasan Rawan Bencana Alam 21. Tanah dengan Kemiringan > 40% 22. Komunitas Adat Terpencil

Kepmen Kimpraswil No. 17 Tahun 2003: Jalan Raya : - Bangunan baru / peningkatan jalan dengan pelebaran diluar

Rumija: a.1 Kota Besar / Metropolitan

- Panjang 1 km s/d < 5 km atau luas 2 Ha s/d < 5 Ha a.2 Kota Sedang

- Panjang 3 km s/d < 10 km atau luas 5 Ha s/d 10 Haa.3 Pedesaaan - Panjang 5 km s/d < 30 km

- Peningkatan dengan pelebaran di dalam Rumija: b-1. Kota Besar / Metropolitan - Arteri / kolektor (panjang) > 10 km - Jembatan (Pembangunan Baru)

a. Kota Besar (Panjang) > 20 m b. Kota sedang kebawah (panjang) > 60 m

Standar Pelaksanaan Pekerja (SOP)

Berbatasan Langsung dengan Kawasan Lindung

Sesuai Kepmen LH 17/2001

Berdampak Penting ?

AMDAL

UKL / UPL

Sesuai Kepmen LH No. 17 Tahun 2001:Pembangunan baru jalan Tol untuk semua besaran Pembangunan jalan layang / sub-way à > 2 km Pembangunan baru/peningkatan jalan diluar Rumija : •Kota Besar dengan panjang ¡Ã 5 km, atau luas à > 5 Ha •Kota Sedang, panjang à > 10 km, atau luas à >10 Ha •Pedesaan, panjang > 30 km

Tidak

Tidak

Tidak

Kepmen Kimpraswil 17/KPTS/M/2003

Ya

Ya

Ya

94

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 4.1 : Kriteria Penyaringan Usulan Proyek Jalan dan Jembatan Yang Memerlukan Studi UKL / UPL

Tipe dari Aktivitas Proyek

Membutuhkan AMDAL1

Membutuhkan UKL/ UPL2

1. Jalan Tol dan Jalan Layang a. Pembangunan Jalan Tol Semua panjang proyek -

b. Pembangunan Jalan Layang atau

Subway Panjang > 2 Km Panjang < 2 km

c. Peningkatan Jalan Tol dgn pembebasan

lahan untuk Rumija - Semua panjang proyek

c. Peningkatan Jalan Tol tanpa pembebasan - Panjang < 5 Km

Lahan untuk Rumija 2. Jalan Raya a. Pembangunan/Peningkatan Jalan dengan pelebaran di luar Rumija - Kota Besar/Metropolitan Panjang atau Panjang > 5 Km 1 < Panjang < 5 km Luas > 5 Ha 2 Ha s/d < 5 Ha - Kota Sedang Panjang atau Panjang > 10 Km 3 < Panjang < 10 Km Luas > 10 Ha 5 Ha s/d 10 Ha - Desa / Antar Kota Panjang Panjang > 30 Km 5 < Panjang < 30 Km b. Peningkatan Jalan dengan pelebaran pada Rumija yang ada : - Kota Besar/Metropolitan - Panjang > 10 Km (Jalan Arteri atau Jalan Kolektor)

3. Jembatan a. Pembangunan Jembatan di :

- Kota Besar/Metropolitan - Panjang > 20 m - Kota Menengah atau Kota Kecil - Panjang > 60 m 1 KepMen LH No. 17 / 2001 2 KepMen Kimpraswil No. 17 / KPTS/M/ 2003

Cat : Daerah Metropolitan Populasi > 1,000,000 jiwa

Kota Besar Populasi 500,000 – 1,000,000 jiwa

Kota Sedang Populasi 200,000 - 500,000 jiwa

Kota Kecil Populasi 20,000 - 200,000 jiwa

Kota di pedesaan/Municipality Populasi 3,000 - 20,000 jiwa

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

95

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

4.3 Ringkasan Proyek SRIP didesain sebagai program penanganan jaringan jalan yang terintegrasi antara jalan nasional dalam kota dan antar kota, dengan tujuan mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi biaya transportasi. Sasaran utama dari proyek SRIP adalah peningkatan jaringan jalan strategis melalui program prioritas investasi jalan, didesain untuk menjawab kebutuhan saat ini dan kendala kapasitas (bottlenecks) pada jaringan transportasi jalan nasional strategis di wilayah utama di Pulau Jawa dan Sumatera.

Ringkasan rinci dan dampak penting seluruh sub proyek yang saat ini diusulkan di tiga program kerja tahunan (AWP) disajikan di Lampiran C.

Usulan sub proyek SRIP terutama mencakup jenis pekerjaan fisik sebagai berikut:

• Peningkatan jalan (Betterment): khususnya meliputi perbaikan pelapisan ulang dan

atau penguatan perkerasan jalan eksisting serta jenis peningkatan terkait lainnya jalan nasional eksisting, dan

• Pelebaran jalan (Capex): khususnya meliputi pelebaran perkerasan dan penambahan lajur pada jalan nasional eksisting, dan

• Pembangunan jalan baru (New Road), by pass, khususnya melibatkan pembangunan jalan lingkar luar pada kawasan terbangun/kota-kota yang dilintasi jaringan jalan nasional, dimana jalan nasional yang dimaksud tidak layak ditingkatkan dikarenakan dampak penting sosial yang terjadi serta biaya pengadaan tanah yang tinggi untuk keperluan rumija di wilayah perkotaan. Walaupun jalan lingkar yang dimaksud dinamakan sebagai jalan ”kota” karena berada di wilayah yuridiksi kota yang bersangkutan, namun seluruh sub proyek jalan lingkar yang diusulkan direncanakan sedapat mungkin menghindari kawasan terbangun dan umumnya melalui areal pertanian di luar kota.

Pendekatan kunci yang diterapkan dalam menilai dan memprediksi dampak penting proyek, terdiri dari: • Studi kasus dari proyek lainnya yang terkait;

• Dokumentasi hasil dan rekomendasi pelaksanaan konsultasi masyarakat dua tahap untuk proyek Kategori A. (Lampiran B);

• Studi lingkungan seperti AMDAL dan/atau UKL & UPL serta studi sosial berupa LARAP dan Tracer pada masing-masing sub proyek yang telah selesai dan mendapat rekomendasi dan persetujuan dari masing-masing Pemerintah Propinsi, Kabupaten atau Kota. (Lampiran B),

• Temuan dan rekomendasi Misi Persiapan Proyek dari Bank Dunia yang dilaporkan dalam aide-mémoire Bank Dunia, dan

• Hasil penyaringan dampak sub-proyek dan rekomendasi tim penyiapan dokumen ARPLS (disajikan di Tabel 3.1 dan Lampiran C).

4.4 Target Penduduk dan Manfaat

Target penduduk adalah pengguna jalan yang berada di wilayah pelayanan sub proyek di Jawa dan Sumatera. Manfaat penting proyek dan dampak positif dari target penduduk ini

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

96

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

diharapkan dapat tercermin dari tingginya tingkat pemulihan ekonomi dari sub proyek SRIP akibat volume lalu lintas yang tinggi saat ini. Perkiraan Manfaat Sub Proyek dan Dampak Positif yang diharapkan, meliputi: • Memperkuat jaringan transportasi jalan di wilayah sub proyek di Jawa dan Sumatera; • Meningkatkan kualitas jalan dan kondisi keamanan publik, • Mengurangi waktu tempuh perjalanan dan biaya transportasi untuk penumpang dan

barang yang akan bermanfaat langsung untuk pertumbuhan ekonomi lokal dan regional, aksesibilitas dan penyediaan fasilitas umum;

• Meningkatkan kondisi umum lingkungan, seperti kualitas udara, kebisingan, sepanjang sub proyek dan mengurangi kemacetan lalu lintas untuk jangka pendek hingga menengah;

• Dalam kasus jalan baru by pass, mengurangi dampak lalu lintas terusan di pusat kota yang selaras dengan perencanaan pembangunan daerah.

• Mendukung secara subtansial tingkat penyerapan tenaga kerja setempat serta manfaat ekonomi selama tahap konstruksi, yang dilaksanakan sekitar 1 – 2 tahun pada sebagian besar sub proyek, dan

• Memperkuat partisipasi Pemerintah Daerah melalui pendekatan disentralisasi proyek dan menitikberatkan pada pengurangan dampak lingkungan dan sosial serta pencegahan korupsi sesuai Rencana Tindak Anti Korupsi (ACAP).

4.5 Penilaian Dampak Spesifik Sub-proyek

Berdasarkan persyaratan safeguard lingkungan dan sosial untuk persiapan proyek kategori A dari Bank Dunia dan penilaian pinjaman dan persyaratan Pemerintah Indonesia, dokumen-dokumen analisis dampak lingkungan dan sosial sub proyek spesifik telah diselesaikan bagi sub proyek yang diusulkan dalam AWP-1 seperti dapat dilihat pada Lampiran C. Lampiran ini juga terdiri atas lembaran data, peta lokasi dan foto-foto yang mewakili untuk usulan sub proyek AWP-1. Setelah selesai, dokumen tersebut perlu dikaji dan disetujui oleh Bapepalda dan Bank Dunia. Proses ini merupakan langkah yang perlu dilaksanakan sesuai denganpendekatan yang diterapkan Ditjen Bina Marga dan Bank Dunia dibawah proyek SRIP. Copy dari dokumen laporan tersebut kemudian dikirimkan ke Bank untuk mendapatkan No Objection Letter (NOL). Berikut ini jenis studi dampak lingkungan dan sosial yang telah diselesaikan: • Sub proyek perbaikan jalan / Betterment: dilengkapi dokumen Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) • Sub proyek peningkatan jalan / Capacity expansion: dilengkapi studi detail lingkungan

(AMDAL) dan studi LARAP serta Tracer. • Sub proyek jalan baru by pass; harus dilengkapi studi AMDAL dan studi LARAP serta

Tracer. Studi AMDAL memuat hasil dan perkiraan berdasarkan evaluasi dampak terhadap parameter kunci, termasuk hasil survey kualitas udara dan tingkat kebisingan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

97

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Berdasarkan studi sub proyek spesifik dan studi kasus dari proyek sejenis saat ini, ringkasan dari parameter lingkungan yang relatif penting, disajikan di Tabel 4.2. Table 4.2 Relatif Evalusi Parameter Lingkungan Penting

Lingkungan Fisik – Kimia

Parameter Kumulatif AWP-1 Sub-proyek

Topograpi Tidak penting Tidak penting

Tanah Penting – proyek spesifik Penting

Kualitas Air Tidak penting Tidak penting

Banjir Penting - proyek spesifik Penting

Ekologi Penting - proyek spesifik Tidak penting

Kualitas Udara Penting - proyek spesifik Penting

Kebisingan Penting - proyek spesifik Penting

Lingkungan

Jumlah Penduduk Penting – kumulatif Penting

Tata Guna Lahan Penting -kumulatif dan proyek spesifik Penting

Ekonomi Penting -kumulatif dan proyek spesifik Penting

Pengadaan Lahan Penting dan proyek spesifik Penting

Pemukiman Kembali

Penting dan proyek spesifik Tidak Penting

Dampak Sosial Penting dan proyek spesifik Penting

Cagar Budaya Penting dan proyek spesifik Tidak Penting Ringkasan garis besar dampak lingkungan dan pencegahannya dari tiap Sub-Proyek yang dikategorikan sebagai AMDAL atau UKL/UPL digambarkan sebagai berikut: 1. Jl. Cut Meutia Bekasi, Capex (U) (merupakan bagian dari proyek JBIC)

Kondisi rona lingkungan eksisting disepanjang Jalan Cut Meutia didominasi oleh kegiatan manusia. Potensi dampak antara lain: polusi udara, pencemaran badan air, kebisingan, pengaturan generator, kantor dan lokasi toilet bagi kontraktor, pembuangan limbah padat, cair dan berbahaya, pemeliharan generator, pengadaan tanah, pengambilalihan lahan sementara, pengambilan air untuk konstruksi, keselamatan dan kesehatan pekerja, pengaturan lalu lintas, dll,. Dampak tersebut dapat ditangani antara lain dengan penyiraman berkala sumber-sumber debu, operasi kendaraan berat diluar jam puncak, pemeliharan kendaraan pengangkut material dan lainnya, penggunaan kendaraan yang kondisinya baik dan dengan saringan pembuangan (exhaust filter) untuk mengurangi kebisingan, penggunaan sound barrier untuk mengurangi kebisingan, pembuatan penyangga tepi sungai untuk menghindari tanah jatuh ke sungai dan menghindari erosi lahan, dll.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

98

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

2. Semarang Northern Ring Road (SNRR), Capex (U)

Dampak yang mungkin timbul sebagai konsekuensi dari peningkatan kapasitas SNRR adalah: • Pengoperasian Base camp dan gas buang dari peralatan kendaraan yang

beroperasi sehingga menyebabkan penurunan kualitas udara • Mobilisasi peralatan dan material menyebabkan penurunan kualitas udara,

khususnya debu selama kegiatan pengangkutan berlangsung. • Pembersihan lahan mengakibatkan dampak visual yang disebabkan ceceran

tanah material di sepanjang jalan. • Pengoperasian peralatan menyebabkan penurunan kualitas udara dan

peningkatan kebisingan, serta penurunan kecepatan kendaraan dan pengurangan arus lalu lintas umum.

• Konstruksi sub base memungkinkan terjadinya peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara dan mempengaruhi keselamatan pengguna jalan.

• Pelaksanaan pekerjaan aspal berdampak terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta keselamatan pengguna jalan.

• Manajemen pengalihan lalu lintas, pengalihan drainase menyebabkan kemacetan dan pencemaran air.

Untuk mengurangi dampak-dampak diatas, perlu dilakukan penanganan berkala: penjadwalan pengangkutan material dan alat alat berat dilaksanakan diluar jam-jam sibuk, mengunakan peralatan berat yang mempunyai tingkat kebisingan rendah, seluruh material diangkut dengan truk yang menggunakan terpal, menggunakan rambu-rambu lalu lintas sementara di lokasi kegiatan konstruksi dsb.

3. Brebes – Tegal Bypass, Jalan Baru (U)

Berdasarkan studi lingkungan, dampak penting yang diperkirakan terjadi akibat sub proyek ini dapat dikelompokkan dalam 3 tahap: pra konstruksi, konstruksi dan paska konstruksi. Pada tahap pra konstruksi kegiatan-kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting berhubungan erat dengan lokasi dan alinyemen. Dampak ini antara lain: keresahan sosial karena ketidak sesuaian ganti rugi dan perubahan gaya hidup yang terjadi pada warga setempat di lokasi proyek. Mitigasi yang dapat dilakukan antara lain: sosialisasi yang berkelanjutan tehadap warga terkena proyek, termasuk dalam menetapkan kompensasi yang layak, dan melaksanakan koordinasi teknis dengan lembaga terkait. Selama tahap konstruksi, kegiatan yang menimbulkan dampak penting yaitu kegiatan fisik yang berhubungan dengan konstruksi jalan. Dampak yang diperkirakan akan timbul adalah penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, masalah-masalah yang berhubungan dengan pengangkutan material dari lokasi quarry ke lokasi proyek, perubahan pola aliran air, kesempatan kerja, gangguan kesehatan masyarakat, pencemaran badan air, perubahan tata guna lahan dll. Mitigasi yang dapat dilakukan antara lain: penyiraman secara berkala di sekitar kawasan permukiman, pembatasan akses langsung ke sumber air, penjadwalan angkutan material di luar jam-jam sibuk, penggunaan rambu-rambu lalu lintas dll. Pada tahap paska-konstruksi, dampak yang mungkin timbul meliputi masalah peningkatan arus lalu lintas, penyediaan tempat parkir untuk kendaraan berat, perubahan tata guna lahan, dll. Mitigasi yang dapat dilakukan antara lain: penerapan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

99

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

peraturan mengenai batas kecepatan kendaraan, Pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang sesuai, serta program penanaman pohon peneduh/pelindung jalan, dll.

4. Ngawi Ring Road, Jalan Baru (U) Dampak potensial Ngawi Ring Road dapat dikelompokkan dalam tiga tahap: pra konstruksi, konstruksi dan paska konstruksi. Dampak yang diperkirakan terjadi antara lain perubahan penggunaan lahan, penurunan kualitas udara, penurunan jenis flora dan fauna, peningkatan kebisingan, dampak terhadap fasilitas dan utilitas umum, terbukanya kesempatan kerja, pencemaran tanah dan air, penurunan tingkat kesehatan masyarakat, penurunan tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, terganggunya kegiatan fasilitas umum, gangguan stabilitas lereng yang menyebabkan erosi permukaan tanah, perubahan pola aliran air eksisting, meningkatnya konsentrasi lalu lintas dilokasi kegiatan, meningkatnya aktivitas ekonomi dll. Penanganan dampak negatif diatas antara lain, melalui: penyediaan air di sekitar proyek secara berkala, penjadwalan kegiatan pengangkutan material dan mobilisasi kendaraan diluar jam sibuk, penggunaan terpal pada truk material yang diangkut dari lokasi quarry / ke lokasi proyek, prosedur pengaturan manajemen lalu lintas yang tepat, penentuan lokasi penyimpanan material dan peralatan di lapangan yang dapat mengurangi gangguan pada arus lalu lintas eksisting, penebangan pohon-pohon pelindung jalan yang mempunyai fungsi ekologis dan juga berfungsi sebagai barier untuk menyerap pencemaran udara dan peredam kebisingan serta membuat sistem drainase sementara selama tahap konstruksi.

5. Bandar Lampung, Bypass, Capex (U)

Pada ruas Jalan Sukarno Hatta sampai ke simpang Pelabuhan Panjang terdapat kawasan industri, baik industri menengah maupun industri berat. Panjang efektif pelebaran ruas jalan ini meliputi 18,1 km. Menunjuk SK Menteri Kimpraswil No 17/KPTS/M/2003 perlu dilakukan UKL dan UPL sebelum kegiatan fisik dilaksanakan. Dampak penting pada kegiatan tahap konstruksi, antara lain meliputi kegiatan struktural penyiapan konstruksi bawah/atas struktur jembatan, pengangkutan material dari lokasi quarry ke lokasi proyek, kegiatan yang berhubungan dengan pemancangan atau pondasi pekerjaan dasar badan jalan, perkerasan dll, walaupun dampak tersebut diatas diperkirakan secara umum relatif kecil namun akan menimbulkan pencemaran udara berupa peningkatan kandungan debu. Penanganannya dilakukan dengan penggunaan alat berat yang mempunyai tingkat bising rendah, penggunaan truk penggangkut material yang tertutup terpal dan beroperasi diluar jam sibuk serta menggunakan peredam suara sementara yang mudah dipindahkan.

6. Jl. Soekarno – Hatta Pekanbaru, Capek (U)

Dampak penting yang diperkirakan timbul pada proyek pelebaran jalan Soekarno – Hatta diperkirakan pada tahap pra – konstruksi yaitu kegiatan pengadaan lahan yang berdampak terhadap keresahan masyarakat. Sedangkan kemungkinan dampak yang terjadi pada tahap konstruksi berhubungan erat dengan pengoperasian Base camp menyebabkan kemungkinan pencemaran badan air dan kemungkinan pencemaran udara (sebaran debu), kegiatan pengangkutan material dan peralatan juga

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

100

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

berpotensi menimbulkan pencemaran udara (debu) yang berasal dari angkutan tanah, pembersihan lahan akan menimbulkan dampak visual berupa timbunan material yang berada di kanan kiri jalan. Penanganan dampak negatif tersebut diatas dilakukan antara lain dengan penyediaan air secara berkala untuk area proyek, penjadwalan penggunaan kendaraan pada jam-jam sibuk, memasang penutup material (terpal) pada truk pengangkut material dari / ke lokasi proyek, penerapan prosedur manajemen lalu lintas yang tepat, penetapan penyimpanan material untuk mengurangi gangguan arus lalu lintas saat ini, penanaman pohon pelindung jalan yang berfungsi ekologis dan sebagai barier peredam kebisingan dan penyerap polusi udara serta membuat sistem drainase sementara sepanjang jalan selama konstruksi.

7. Cianjur Ring Road, Jalan Baru (U)

Dampak lingkungan yang timbul dari pembangunan jalan baru /Bypass ini terkait dengan tata guna lahan, penurunan kualitas udara, penurunan populasi flora dan fauna, peningkatan kebisingan, gangguan terhadap fasilitas dan ulititas umum, terbukanya kesempatan kerja, penurunan kualitas air permukaan dan air sumur, penurunan kesehatan masyarakat, penurunan kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan, gangguan kegiatan fasilitas umum dll. Namun demikian dampak terhadap pengaturan tata guna lahan yang tepat pada saat kegiatan konstruksi berlangsung diperkirakan merupakan satu-satunya dampak lingkungan yang menonjol dilokasi proyek, hal ini dapat ditangani melalui LARAP. Dampak lainnya pada masa pra konstruksi yang menimbulkan dampak sosial yang terendah adalah kesempatan kerja, kemudian dampak menengah dari segi persepsi sosial ekonomi. Selain dari pada pengaturan lahan dampak-dampak lainnya mungkin terjadi selama masa konstruksi, tetapi dalam tingkatan rendah atau menengah. Isu-isu dampak negatif lebih mengarah dan dapat dihindari melalui SOP Pada masa paska konstruksi diperkirakan terdapat beberapa dampak menengah baik positif maupun negatif, masalah-masalah dampak negatif akan ditanggulangi melalui pelaksanaan RKL/RPL.

8. Boyolali – Kartosuro, Capex (IU) Boyolali – Kartosuro terletak di Propinsi Jawa Tengah dengan panjang efektif sebesar 17,65 km. Walaupun begitu diperkirakan proyek ini, tidak mempunyai dampak besar terhadap lingkungan.

Setiap dampak penting yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat kegiatan selama masa konstruksi. Dampak negatif ini berhubungan dengan menurunnya kualitas udara akibat dari mobilisasi material dan peralatan, pembersihan lahan, meningkatnya kebisingan akibat mobilisasi material dan peralatan seperi halnya perataan tanah dan pembangunan jembatan, terganggunya air permukaan disebabkan pekerjaan tanah, menurunnya tingkatan selama masa mobilisasi material dan peralatan. Satu-satunya dampak positif adalah kesempatan kerja pada proyek untuk masyarakat setempat.

Untuk mengurangi dampak negatif dilakukan penyiraman lokasi proyek secara berkala, penjadwalan pergerakan kendaraan dari lokasi quarry ke lokasi proyek, penggunaan penutup material (terpal) di kendaraan, mengatur lokasi yang cocok untuk penyimpanan material sehingga akan mengurangi gangguan yang disebabkan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

101

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

arus lalu lintas angkutan. Menyediakan system drainase berkala sepanjang ruas jalan yang dapat meningkatkan kondisi lingkungan selama masa konstruksi.

9. Pengantian Jembatan Kabuyutan (IU) Terletak di Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah mempunyai bentang 520 m. Diperkirakan pembangunan jembatan ini tidak berpengaruh terhadap dampak lingkungan disekitarnya. Namun demikian sebagai bagian dari proyek jalan, maka diperlukan mitigasi terutama masa konstruksi. Termasuk diantaranya dampak polusi udara, meningkatnya kebisingan, pencemaran badan air, pemulihan daerah galian, penyaringan air untuk konstruksi, kesehatan dan keselamatan pekerja serta pengaturan lalu lintas diantara lokasi tersebut.

Untuk mengurangi dampak negatif dilakukan penyiraman lokasi proyek secara berkala, penjadwalan pergerakan kendaraan dari/ke lokasi proyek dan lokasi quarry, penggunaan penutup material (terpal) di kendaraan, mengatur lokasi yang cocok untuk penyimpanan material sehingga akan mengurangi gangguan yang disebabkan arus lalu lintas angkutan. Menyediakan system drainase berkala sepanjang ruas jalan yang dapat meningkatkan kondisi lingkungan selama masa konstruksi.

10. Pemalang – Pekalongan, Capex (IU)

Pada ruas Pemalang – Pekalongan kemungkinan timbulnya dampak adalah pada tahap konstruksi, antara lain menurunnya kualitas udara (meningkatnya kandungan debu), peningkatan tingkat kebisingan, penurunan kualitas air permukaan dan terganggunya arus lalu lintas.

Dampak-dampak tersebut dapat diatasi melalui penyiraman secara berkala sumber-sumber debu, pengoperasian kendaraan diluar jam-jam sibuk, pemeliharaan kendaraan, penggunaan kendaraan yang kondisinya baik dilengkapi dengan penyaring gas buang untuk meredam kebisingan, menutup material yang diangkut dari/ke lokasi proyek dan lokasi quarry, penggunaan peredam suara, membuat barier daerah aliran sungai untuk menjaga erosi tanah ke sungai dan menjaga erosi dari pembukaan lahan. Penentuan lokasi pengalihan arus lalu lintas sementara, penanganan seperti tersebut diatas akan memperbaiki kondisi lingkungan selama konstruksi.

11. Semarang – Demak, Capex (IU)

Penentuan lokasi pengalihan arus lalu lintas yang tepat sehingga diharapkan tidak terjadi kemacetan pada saat konstruksi. Dampak penting yang timbul pada ruas Semarang – Demak, terutama dampak penting pada tahap pra konstruksi dan tahap konstruksi. Pada tahap kosntruksi dampak yang timbul diantaranya meningkatnya arus air permukaan terkait lokasi proyek merupakan daerah pasang surut, kesempatan kerja dan usaha (perdagangan), penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, gangguan kesehatan masyarakat dan kecelakaan lalu lintas.

Penanganan dampak-dampak yang timbul, antara lain dengan melakukan penyiraman secara berkala sumber-sumber debu, pengoperasian kendaraan diluar jam-jam sibuk, pemeliharaan kendaraan, penggunaan kendaraan yang kondisinya

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

102

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

baik dilengkapi dengan penyaring gas buang sebagai peredam kebisingan, menutup material yang diangkut dari/ke lokasi proyek dan quarry. Penentuan lokasi pengalihan arus lalu lintas yang tepat sehingga diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas selama konstruksi.

12. Pembanguan Jalan Baru Karawang Bypass (IU)

Dampak-dampak penting yang diperkirakan timbul dari pembangunan jalan karawang bypass terutama pada tahap konstruksi dan paska konstruksi, potensi dampak tersebut diantaranya gangguan aliran air permukaan, kesempatan kerja dan peluang berusaha, peenerimaan tenaga kerja lokal, meningkatnya kandungan debu dan polusi dari emisi kendaraan, kemacetan lalu lintas dan peningkatan kebisingan.

Penanganan dampak negatif tersebut diantaranya dengan penyiraman lokasi proyek secara berkala, penjadwalan pergerakan kendaraan dari/ke lokasi proyek dan quarry, penggunaan penutup material (terpal) di kendaraan, pengaturan prosedur manajemen lalu lintas, Penentuan lokasi penyimpanan material yang tepat akan mengurangi kemacetan arus lalu lintas, penanaman pohon pelindung yang dapat memberikan interaksi yang baik diantara kehidupan binatang dan mengurangi polusi udara dan berfungsi sebagai peredam kebisingan serta membuat sistem drainase sementara selama masa konstruksi.

4.6 Penilaian Dampak Kumulatif dan Strategis

Usulan sub proyek SRIP dapat digambarkan sebagai kegiatan yang berskala kecil, dan secara geografis tersebar sepanjang jaringan transportasi jalan nasional eksisting dan diusulkan dilaksanakan dalam minimal tiga tahap program kerja tahunan (AWP). Oleh sebab itu, dampak kumulatif dari seluruh sub proyek diperkirakan kecil, namun diperlukan studi lanjutan untuk menyatukan keterkaitan inisiatif dari seluruh sub proyek di koridor transportasi ini. Disamping pekerjaan fisik, SRIP juga mencakup beberapa usulan bantuan teknis (TA). Bantuan teknis ini ditujukan untuk mengembangkan pedoman pelaksanaan metodologi penilaian dampak lingkungan strategis pada proyek pembangunan jalan. Sebagai tambahan, akan dilaksanakan satu kasus studi penerapan pedoman tersebut dalam pelaksanaan SRIP. Penilaian dampak kumulatif dan strategis/Stategic and Cumulative Impact Assesment (SCIA) adalah penerapan dari analisis dampak lingkungan pada tingkat pengambilan keputusan strategis dan bukan pada tingkat proyek atau skema individu. Sasaran utama SCIA adalah untuk memasukkan isu lingkungan dan keberlanjutan kedalam pengambilan keputusan strategis. Sasaran kedua adalah untuk memperbaiki tindakan strategis dengan prinsip transparansi dan konsistensi; melibatkan masyarakat umum dan wakil-wakil mereka dalam pengambilan keputusan; dan, pendidikan dan penginformasian para pengambil keputusan mengenai dampak lingkungan dan konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil.

4.7 Ringkasan Dampak dan Studi Kasus dari Proyek Terkait

Dari pengalaman proyek sebelumnya, biasanya jenis usulan sub- proyek tidak menimbulkan dampak besar berjangka panjang, tetapi hanya bersifat lokal dan berjangka

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

103

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

pendek yang perlu untuk ditangani dan dipantau sesuai ARPLS, Peraturan Daerah (Perda) dan Undang-undang yang berlaku. Ringkasan studi kasus jenis dampak lingkungan dan sosial saat ini terkait proyek, disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Ringkasan Studi Kasus dari SURIP dan NJRIP yang Relevan dengan

Pengelolaan Dampak Sosial dan Lingkungan pada SRIP. Perencanaan Sub Proyek Persiapan sub proyek harus terintegrasi lebih baik antara isu lingkungan dan sosial

dengan kegiatan lain Konsultasi Masyarakat harus lebih diperhatikan dalam proses persiapan proyek. Dengan desentralisasi, pemerintah daerah memiliki peran dan tanggung jawab

proyek yang lebih besar sehingga perlu lebih dilibatkan dalam siklus proyek. Perhatian yang lebih besar harus diberikan pada isu-isu perencanaan berkaitan

dengan pengamanan rumija dan pengembangan pembangunan ke arah yang tepat. Pelaksanaan Sub Proyek Pendefinisian yang baik terhadap struktur dan unit pada setiap tingkatan

pemerintahan yang terlibat langsung menangani isu lingkungan dan lahan dalam proyek

Keterlibatan yang terus menerus dari spesialis lingkungan dan sosial serta dukungan pendanaan bagi studi khusus, akan sangat membantu dalam penyelenggaraan proyek.

Pengadaan Tanah Rumija Penyelesaian serta dokumentasi pengadaan tanah sebelum dimulainya kegiatan

konstruksi akan menghindarkan permasalahan potensial rumija selama pelaksanaan. Seluruh KK yang terkena proyek SURIP dan NJRIP menerima kompensasi

berdasarkan proses yang dijanjikan. Hampir seluruh WTP yang disurvai melaporkan bahwa mereka merasa puas dan diuntungkan dari proses pengadaan tanah dan kompensasi yang diterapkan.

Permukiman fisik dan atau pemindahan penduduk jarang dibutuhkan dalam SURIP dan NJRIP yang mana kegiatan pengadaan tanah hanya memerlukan sebagian kecil dari properti yang terkena dampak.

Sebagai contoh, dari total 17,527 KK dan 2,529,854 ha lahan yang terkena kegiatan pengadaan tanah NJRIP, hanya 150 KK (kurang dari 1%) diperlukan pemindahan dikarenakan kegiatan proyek. KK tersebut pindah dengan sendirinya namun masih dalam dalam lingkungan hunian yang sama, umumnya ke properti yang telah dimiliki mereka sebelumnya. Jalan Baru By Pass Dampak penting selama pembangunan jalan baru bypass, sangat terkait dengan isu

lahan dan sosial walaupun terdapat juga dampak lingkungan. Lemahnya penegakan peraturan daerah untuk pembatasan akses ke jalan baru

bypass, seringkali menyebabkan terjadinya pengembangan pita/ribbon yang tidak terencana (pengembangan kegiatan sepanjang tepi jalan).

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

104

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Pertimbangan sebaiknya diberikan bagi: pendanaan bagi pembangunan jalan akses atau jalur melambat (frontage), peningkatan jaringan jalan lokal dan pemutakhiran perencaanaan lokal.

Upaya perlu dilakukan untuk menyediakan akses lokal menuju jalan bypass yang

baru untuk mengurangi akses yang tidak diinginkan. Kualitas udara meningkat dan tingkat kebisingan di kawasan perkotaan mengalami

penurunan sejalan dengan peralihan lalu lintas akibat pembangunan jalan bypass. Sebagai contoh, pemantauan kualitas udara dan kebisingan yang dilakukan

disepanjang jalan baru by pass serta rute eksisting, sebelum (1995) dan setelah (2003) proyek SURIP berjalan, mengindikasikan adanya penurunan secara umum (antara 5 – 13%) pada seluruh parameter yang diperhitungkan, antara lain:

- Kebisingan - Debu - Hidrokarbon (HC) - Karbon monoksida CO) - Karbon dioksida (CO2) - Nitrit oksida (NO2) - Sulfur dioksida (SO2) - Oksidan dan - Timbal Sumber Informasi Studi Kasus:

1. Laporan Evaluasi Final NJRIP dan SURIP (Tim Konsultan) 2. Laporan Draft Penyelesaian Pelaksanaan Proyek SURIP (Bank Dunia) 3. Wawancara dan diskusi dengan Ketua Tim dan anggota tim NJRIP dan

SURIP. 4. Pengalaman langsung dari persiapan dan pelaksanaan NJRIP dan SURIP

SURIP – Strategic Urban Road Infrastructure Project, berbantuan Bank Dunia NJRIP – North Java Road Improvement Project, berbantuan Bank Dunia Berdasarkan survey lapangan Bapedalda dan tim konsultan DSC (yang terlibat dalam proyek EIRTP-1) pada Oktober 2004, berikut ini jenis dampak penting yang teridentifikasi dan menjadi perhatian serius selama pelaksanaan sub proyek: • Isu pengadaan tanah untuk areal Rumija baru; • Isu kompensasi untuk aset tak terpindahkan dalam areal Rumija. • Keresahan sosial yang disebabkan kegiatan sub proyek; • Lalu lintas dan masalah keselamatan umum yang terkait dengan proyek Peningkatan keterlibatan dan tanggung jawab Bapedalda dan lembaga lokal lainnya adalah salah satu pencapaian yang penting dalam EIRTP-1. Partisipasi aktif mereka selama persiapan proyek SRIP dan pada kegiatan konsultasi masyarakat, didukung oleh pengalaman terkait sebelumnya, telah membantu penilaian sub proyek SRIP dan desain ARPLS ini..

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

105

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

4.8 Prakiraan Untuk Jenis Dampak Lingkungan Dan Sosial

4.8.1 Ringkasan Prakiraan Jenis Dampak pada Tahap Konstruksi

Pekerjaan fisik yang diusulkan umumnya menimbulkan dampak lingkungn dan sosial yang berbeda dalam tiga tahapan kegiatan proyek berikut: Tahap Pra- Konstruksi: Isu pokok yang perlu diperhatikan adalah usulan jenis pekerjaan fisik dan area sub proyek, mencakup; • Identifikasi isu dan permasalahan lokal selama perencanaan dan konsultasi sub

proyek. • Integrasi isu dan permasalahan lokal dalam detailed engineering design (DED). • Pengadaan tanah untuk keperluan Rumija (ROW) dalam kasus pembangunan jalan

baru bypass, peningkatan kapasitas (capex) jalan dan, dalam kasus tertentu, pada sub proyek perkerasan jalan.

Tahap Konstruksi: Tergantung pada ukuran dan jenis sub proyek, diharapkan bahwa periode konstruksi umumnya berlangsung dalam satu hingga dua tahun, termasuk satu tahun periode ‘garansi’ kontrak, yang mana kontraktor bertanggung jawab untuk memperbaiki kekurangan dalam penyelesaian pekerjaan. Beberapa dampak lingkungan dapat terjadi selama masa konstruksi sehingga memerlukan pemantauan dan pengelolaan. Potensi dampak tersebut antara lain: • Polusi udara dan/atau peningkatan kebisingan yang dihasilkan oleh kegiatan

pencampuran aspal/asphalt mixing plant (AMP), debu selama kegiatan konstruksi, dan emisi kendaraan dan peralatan,

• Pencemaran air yang disebabkan oleh kekurangan fasilitas pembuangan limbah

berminyak dan limbah kimia, pembuangan material galian, sampah dan sisa material, peralatan yang tak tergunakan, atau penyimpanan material dan peralatan yang tidak pada tempatnya.

• Dampak terhadap system saluran drainase atau irigasi yang disebabkan oleh

kegiatan galian, penyimpanan material atau kegiatan penambangan/quarry. • Peningkatan erosi dan sedimentasi selama kegiatan pemotongan dan penimbunan

(cut and fill) dan kegiatan quarry serta kesalahan penyimpanan tanah galian atau material timbunan.

• Potensi gangguan arus lalu lintas dan peningkatan resiko keamanan selama

konstruksi jalan dan pengangkutan material.

Potensi permasalahan tahap konstruksi tersebut dapat dicegah melalui kegiatan pemantauan berkala dan dengan penegakan peraturan yang berlaku dan pelaksanaan prosedur operasi standar (SOPs), yang disajikan dalam Lampiran E. Standar dokumen kontrak usulan SRIP mencantumkan ketentuan kontraktual yang umum dan khusus untuk meminimalkan dampak lingkungan potensial selama tahap konstruksi. Ketentuan ini mensyaratkan kontraktor untuk menyiapkan dan mengajukan rencana serta jadwal untuk mobilisasi, manajemen keselamatan lalu lintas, dan manajemen lingkungan, sebelum dimulainya konstruksi. Dalam hal ini Tenaga Ahli rekayasa (Unit Pelaksana Proyek Pemerintah Daerah) memiliki peranan penting dalam

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

106

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

menjamin kesesuaian pelaksanaan dengan rencana dan kegiatan konstruksi yang disetujui. Tahap Pasca - Konstrusi: Dampak penting yang perlu diperhatikan antara lain: • Peningkatan volume lalu lintas dan masalah yang berkaitan dengan udara,

kebisingan dan kemanan masyarakat. • Perubahan dalam penggunaan lahan dan pola pengembangan terutama disepanjang

jalan bypass baru.. Tanpa memperhitungkan akibat pembangunan jalan baru bypass, perhitungan lalu lintas menggunakan skenario ’dengan’ dan ’tanpa’ proyek, menghasilkan perkiraan peningkatan volume lalu lintas yang sama untuk kedua jenis skenario, meskipun arus lalu lintas akan sangat meningkat akibat proyek. Untuk jalan bypass, diperkirakan bahwa peralihan pergerakan menuju jalan bypass tersebut akan mengurangi kendaraan yang melalui kawasan perkotaan sejumlah 30-80%. Hal tersebut sejalan dengan tujuan keseluruhan proyek dan inisiatif lokal. 4.9 Prakiraan Jenis Dampak pada Lingkungan Fisik

4.9.1 Tanah

Selama konstruksi jalan, jenis kegiatan pekerjaan tanah dan dampak yang perlu diperhatikan termasuk kebutuhan material pondasi atau kebutuhan pembuangan galian. Sebagian besar usulan sub proyek berlokasi di daerah dataran pantai, batas jumlah kebutuhan pekerjaan tanah. Berdasarkan peraturan Pemerintah Indonesia seluruh material pondasi, pemilihan agregat dan timbunan harus mendapat izin dari pengusaha lokasi quarry yang mana berdasarkan batas penguasaan Pemerintah Daerah. Kontraktor proyek bertanggung jawab langsung untuk memilih lokasi yang diizinkan yang digunakan untuk keperluan rehabilitasi lokasi proyek. Usulan sub proyek jalan baru bypass yang akan dibangun tanggul yang diperlukan digunakan material pondasi. Keperluan jenis quantitas untuk sub proyek AWP-1 berkisar dari 150,000 sampai 200.000 m3 tanggul biasa dan 50.000 sampai 100.000 m3 pemilihan material tanggul. Quantitas ini merupakan pertimbangan relative sedang dan kebanyakan supplier ketersediaan area, terkait dampak lingkungan dapat diterapkan dengan SOP saat ini. (Lampiran E). Di banyak tempat, asal tanah dari drainase dan timbunan biasa tidak sesuai untuk konstruksi jalan (seperti tanah liat/lempung) akan sesuai untuk pembuangan, sebagai quantitas umumnya kecil (berkisar antara 10.000 sampai 40.000 m3), Dampak diperkirakan tidak penting sehingga diusulkan untuk penerapan prosedur operasi standar (SOPs). 4.9.2 Banjir

Secara umum wilayah sub proyek, terutama Pantura mempunyai sejarah rawan banjir. Pembangunan jalan menggunakan pondasi layang bisa membatasi arus debit air dan menaikkan level banjir di hulu. Daerah permukaan yang kedap air pada penyelesaian konstruksi jalan juga akan memberikan kontribusi meningkatkan runn off selama kondisi banjir. Cukup mempertimbangkan untuk menyeberangi saluran drainase dan arus air banjir yang diperlukan selama detailed engineering design (DED) dan kajian disain.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

107

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

4.9.3 Ekologi dan Habitat Alam

Usulan wilayah sub proyek merupakan wilayah yang berdekatan dengan jalan nasional utama dan secara historis sebagai peruntukkan lahan pertanian, pemukiman dan wilayah komersil. Mengingat lokasi sub proyek berdekatan dengan jalan lintas yang melewati wilayah perkotaan, dipertimbangkan bahwa pada lokasi sub proyek tidak diharapkan adanya dampak terhadap ekosistem sensitif dan habitat alam, dan mengancam spesies langka, areal hutan atau penetapan kawasan lindung, hal ini untuk mendukung proses penyaringan AMDAL yang akan dilaksanakan pada semua sub proyek (Lampiran C) Untuk menjamin bahwa tidak terdapat dampak penting terhadap habitat alam. 4.9.4 Kualitas Udara dan Kebisingan

Isu pokok dengan memperhatikan kajian dampak proyek jalan terhadap tinjauan atas tingkat volume lalu lintas sebelum adanya proyek dan sesudah proyek jalan / operasi, dan bagaimana volume lalu lintas ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan sesuai dengan yang direkomendasikan bagi kenyamanan masyarakat. Untuk detilnya dalam mendukung kelayakan SRIP dan studi persiapan proyek, dengan catatan kekecualian pada jalan baru (bypass), usulan sub proyek tidak bisa diprediksi untuk mengalihkan lalu lintas baru tapi akan mengakomodasi volume lalu lintas saat ini. Kesimpulannya peningkatan volume lalu lintas dan dampak penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dan, penyelesaian sub proyek perbaikan jalan (betterment) dan peningkatan jalan (Capex) adalah mengikuti prakiraan pola pertumbuhan ekonomi regional. Emisi dari kendaraan merupakan sumber utama pencemaran udara, lalu lintas kendaraan memberikan kontribusi dengan proporsi tertinggi untuk pencemaran karbon monoxida, nitrogen oksida dan debu, emisi karbon monoksida dan hidrokarbon umumnya menurun sejalan dengan peningkatan kecepatan kendaraan. Kemacetan lalu lintas menghasilkan tingkat emisi tertinggi. Peningkatan jalan seperti usulan sub proyek SRIP, akan membolehkan lalu lintas di arus bebas hambatan akan menurunkan polutan udara emisi kendaraan. Studi kumulatif yang dilaksanakan SRIP akan berdampak positif terhadap kualitas udara, dikarenakan perbaikan arus lalu lintas, peningkatan kualitas udara hanya bisa dicapai dengan melaksanakan secara efektif pengendalian standar emisi, penggunaan bahan bakar tanpa timbal dan membatasi polusi dari jenis kendaraan berat, seperti motor 2-yang biasa digunakan sebagai transportasi lokal di Indonesia. Tidak ditemui arti efektif proyek disain SRIP untuk menjamin tercapainya standar kualitas udara ambien, Dimana fasilitas eksisting seperti sekolah, rumah sakit yang berlokasi dekat dengan usulan sub proyek pertimbangannya fasilitas dan utilitas umum akan dipindahkan berdasarkan kesimpulan konsultan lokal. Kebisingan merupakan parameter penting untuk mengevaluasi dampak sub proyek jalan, terutama dalam membangun area atau berdekatan fasilitas sensitif seperti rumah sakit, sekolah, masjid, gereja dll. Sedangkan toleransi untuk kebisingan seringkali merupakan isu budaya, pengalaman di tempat lain diindikasikan seperti toleransi adalah penurunan tingkat kebisingan sesuai standar untuk pemukiman. Baku mutu tingkat kebisingan telah ditetapkan di Indonesia namun pelaksanaan dan penegakan hukum masih rendah. Kesimpulan proyek sebelumnya NJRIP, studi model kebisingan diketahui bahwa peningkatan jalan Pantura dari 2 lajur ke 4 lajur akan memberi kontribusi peningkatan kebisingan 20 meter dari lajur tengah antara .,2 sampai 3,2 dB (A) di tahun 2004, tidak signifikan meningkatkan tingkat ambien. Dari studi ini tercatat bahwa tingkat kebisingan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

108

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

akan menjadi tinggi di malam hari disebabkan tingginya volume bus dan diindikasikan bahwa pemukiman atau receptor / penghantar sensitif. • Berdekatan dengan eksisting 2 lajur yang akan dilebarkan menjadi 4 lajur tidak akan

menjadi pokok peningkatan penting kebisingan namun akan dilanjutkan menjadi penderita dari tingginya tingkat kebisingan.

• Sepanjang sisi jalan area perkotaan dimana volume lalu lintas menjadi berkurang

sesuai kesimpulan proyek akan menguntungkan namun tidak menurun penting dalam tingkat kebisingan saat ini.

• Berdekatan jalan baru bypass akan menderita dampak penting dari kebisingan yang

dihasilkan jalan. Macam-macam penanganannya telah dipertimbangkan seperti membangun barier kebisingan sepanjang area sensitif atau memindahkan sensitif fasilitas umum sepanjang jalan. Namun khusus untuk area proyek, penanganan untuk mengendalikan kebisingan selama masa konstruksi dapat dilakukan seperti dibawah ini: Melaksanakan peraturan dan menjadwal beroperasinya kendaraan berat. Mengatur jadwal konstruksi, khususnya pada pemukiman terdekat. Sangat bisingnya mesin konstruksi akan ditempatkan jauh dari area pemukiman dan

fasilitas umum (rumah sakit, sekolah dll). Evaluasi ini dan alternatif penanganan dampak di masa depan seharusnya berdasarkan studi kebisingan yang sebenarnya, sebagai contoh penurunan tingkat kebisingan maksimum (melemahkan) bahwa bisa tercapai sesuai sepantasnya disain barier kebisingan adalah berkisar antara 15 – 18 dB (A) dan kesimpulannya tingkat kebisingan masih diperbolehkan untuk tipe fasilitas berdasarkan pada standar internasional. Berdasarkan konsultasi saat ini usulan konstruksi seperti barier kebisingan tidak bisa diterima setempat disebabkan terbatasnya peraturan daerah tingginya dinding jalan depan untuk memblok akses sirkulasi udara. 4.10 Prakiraan Jenis Dampak Pada Lingkungan Manusia.

4.10.1 Population Kumulatif proyek SRIP bertujuan untuk menunjukkan penyempitan transportasi di jalan eksisting, yang mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah ini dan di seluruh Indonesia. Usulan jalan bypass akan mengikuti inisiatif pemerintah daerah untuk mengalihkan kendaraan berat melewati lalu lintas luar area kemacetan perkotaan. 4.10.2 Tata Guna Lahan dan Tata Ruang Sepanjang Jalan Baru By Pass

Usulan AWP-1 meliputi usulan pembangunan 3 (tiga) jalan baru by pass atau lingkar luar yang sedang direncanakan untuk beberapa tahun. Pembangunan jalan baru by pass mempunyai dampak penting pada masyarakat di akses eksisting terkait pola pertumbuhan ekonomi dan tata guna lahan di masa depan, dampak penting yang harus diperhatikan termasuk mempercepat perubahan penggunaan lahan yang berdekatan dengan lahan pertanian dan dorongan pertumbuhan pita sepanjang jalan baru bypass tanpa perencanaan sepantasnya seperti pengembangan sekunder dan tanpa

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

109

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

pengendalian akses dapat juga berdampak pada fungsi transportasi dan arus lalu lintas penyelesaian sub proyek. Perpanjangan kedua, akan terjadi dampak pengembangan perluasan, dimana terkait pada besarnya pengambilan penanganan oleh pemerintah daerah masing-masing, efektifitas pengendalian perencanaan tata guna lahan dan keefektipan pelaksanaan peraturan daerah dilalui oleh proses Izin Mendirikan Bangunan, Pelaksanaan peraturan yang sesuai peraturan perencanaan dan penggunaan proses IMB akan menjadi krusial untuk melindungi Rumija dan membatasi akses langsung ke jalan baru bypass. 4.10.3 Pembebasan Tanah

Kebutuhan pembebasan tanah untuk Rumija jalan berdampak penting terhadap sosial dan ekonomi masyarakat pada pemindahan pemukiman dan tempat bisnis. Perhatian sebelumnya selama penilaian masing-masing sub proyek potensial untuk dampak sosial dari kebutuhan area Rumija. Pembebasan lahan untuk sub proyek AWP-1 Rumija sebagian besar sudah selesai dan dampak sosial (sesuai langkah jumlah pemindahan pemukiman) yang merupakan prakiraan, dapat diterima untuk jenis proyek yang berada di area pengembangan wilayah tinggi . Ringkasan kebutuhan pembebasan tanah Rumija dan terkait dampak sosial untuk sub proyek AWP-1 disajikan di Tabel 4.4. dari total 22 subproyek usulan AWP-1, hanya satu diperlukan tambahan pembebasan tanah untuk lahan rumija yaitu jalan Soekarno – Hatta Pekanbaru. Yang akan datang semua kebutuhan pembebasan tanah Rumija usulan sub proyek AWP-2 dan AWP-3 akan disiapkan sesuai Peraturan Pemerintah Indonesia yang berlaku, Prosedur operasi Bank Dunia dan Persetujuan Pinjaman SRIP. Kerangka Kerja Pembebasan Lahan dan Pemukiman akan disetujui menjadi pedoman kegiatan SRIP, termasuk prosedur untuk konsultasi masyarakat dan nilai ganti rugi. Draft Framework akan disajikan disajikan di Lampiran D. Tabel 4.4 (i) Kebutuhan Lahan Rumija AWP-1 Perbaikan Jalan / Betterment Jalan Antar Kota

Struktur yang Terdapat di Lahan Rumija

Struktur yang Terdapat di Perkerasan Jalan Proyek Perbaikan

Jalan AWP1 Permanen Informal Permanen Informal

Cilegon - Pasauran Tidak Tidak Tidak Tidak

Pejagan – Losari Tidak Tidak Tidak Tidak

Semarang – Bawen Tidak Tidak Tidak Tidak

Pasuruan – Pilang Tidak Tidak Tidak Tidak

Karangampel - Cirebon Tidak Ya (warung) Tidak Tidak

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

110

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Perbaikan Jalan Perkotaan / Urban Betterment

Struktur yang Terdapat di Lahan Rumija

Struktur yang Terdapat di Perkerasan Jalan No Proyek Perbaikan

Jalan AWP1 Permanen Informal Permanen Informal

6 Palmerah Ring Road, Jambi Tidak Ya Tidak Tidak

7 Lingkar Barat, Palembang Tidak Ya (warung buah2 an) Tidak Tidak

8 Dann Mogot, Jakarta Tidak Tidak Tidak Tidak

Catatan : Daan Mogot akan masuk projek Busway DKI

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

111

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Terkena Dipindahkan Terkena Dipindahkan Terkena Dipindahkan

1 Karawang Bypass Selesai / dibebaskan th 2001 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Cianjur Ring Road Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Cut Meutia BekasiSelesai/dibebaskan th

1976,&sebagian kecil areal dibebaskan th 2004

1.025 20 5 303 19 5 Tdk ada data Tdk ada data

4 Pemalang-Pekalongan Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Brebes-Tegal Bypass Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Semarang NRR, III P-2 Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0 0 0

7 Widang - Lamongan Selesai th 1996-Juni 2004 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Ngawi Eastern RR Selesai th 2001/02 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Bandar Lampung Bypass + 2 Bridges Selesai th 1985 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Jl. Soekarno-Hatta, Pekanbaru Akan dibebaskan pd th 2005 Tdk ada data 478 Tdk ada data Tdk ada data Tdk ada data Tdk ada data 0 0

11 Boyoli-Kartosuro Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0Masih disiapkan (dalam proses)

oleh Pemda

Masih disiapkan (dalam proses)

oleh Pemda

12 Demak Bypass Selesai / dibebaskan th 1998 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Semarang - Demak Selesai / dibebaskan th 2004 0 0 0 0 0 0 83 83

14 Kabuyutan Bridge Selesai / dibebaskan th 2002 0 0 0 0 0 0 0 0

ROW Building Areas

Jumlah bangunan liar akan :

Catatan : Cut Meutia akan masuk projek JBIC

Damija pemilik bangunan liar

Jumlah KK pemilik bangunan liar/bangunan liar akan;

No. Nama Usulan Sub Proyek Status Pembebasan Tanah Jumlah KK dan kekayaan akan :

Areal Damija yang

dibebaskan (sqm)

Areal Tanah Damija

Luas(square) bangunan

akan dibebaskan

Tabel 4.4 (ii): Ringkasan Kebutuhan Pembebasan Lahan Damija Terkait Dampak Sosial, SRIP AWP-1

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

112

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

4.10.4 Relokasi dan Pemukiman Kembali

Salah satu dasar pertimbangan dalam pemilihan sub proyek AWP-1 adalah tidak adanya atau kebutuhan minimal untuk pemindahan atau pemukiman kembali warga yang terkena proyek di area rumija yang dibutuhkan. Oleh karena itu, sub proyek AWP-1 yang diusulkan tidak menyangkut isu penting relokasi dan pemukiman kembali, seperti dapat dilihat pada Lampiran C. Berdasarkan pengalaman dan hasil survey sosial ekonomi, sebagian besar kegiatan bisnis dan permukiman yang terkena proyek akan lebih memilih untuk “mundur” dan membangun kembali bangunan dan kegiatan komersil mereka diluar Rumija yang baru. Perhatian yang utama dititikberatkan pada nilai ganti rugi bagi tanah dan bangunan dan aset tak terpindahkan lainnya yang layak dan sesuai dengan harga pasar dan biaya penggantian yang berlaku. Penilaian harga tanah dan bangunan yang kompleks biasanya terjadi pada proyek-proyek by pass dengan memperhitungkan keuntungan ekonomi dari pemilik tanah. 4.10.5 Dampak Sosial

Sub proyek SRIP diharapkan dapat menangani tekanan kebutuhan sosial akan jaringan jalan yang layak. Analisis ekonomi yang dilakukan pada masing-masing sub proyek mendukung kesimpulan bahwa dampak positif kegiatan ini sesuai dengan yang diharapkan. Usulan pembangunan beberapa jalan baru by pass dapat menimbulkan pemisahan sosial dalam masyarakat. Hal ini dapat dihindari dengan menyediakan penyeberangan dan akses kendaraan yang mencukupi dan aman, dengan memperhatikan ruas jalan yang sudah ada serta kebiasaan masyarakat lokal. 4.10.6 Keamanan Masyarakat

Penyediaan by pass hampir dapat dipastikan memberikan kontribusi dalam mengurangi angka kecelakaan di pusat kota. Masyarakat akan mendapat manfaat dalam hal keselamatan jiwa dan dari luka-luka, menurunkan biaya kerusakan kendaraan dan properti, dan mengurangi biaya rumah sakit serta biaya polisi. Dari data dapat dilihat bahwa jumlah kecelakaan di Indonesia mengikuti kenaikan jumlah kendaraan. Data statistik kecelakaan lalu lintas di Pantura menunjukkan bahwa sekitar 30% kecelakaan yang terjadi berupa tabrakan head-on antar kendaraan. Jenis kecelakaan ini dapat dikurangi dengan menyediakan media pemisah jalan yang terintegrasi dalam desain sub proyek. Manajemen lalu lintas dan pengalihan sementara arus lalu lintas selama kegiatan konstruksi berlangsung, ditetapkan melalui SOP dalam dokumen kontrak. 4.10.7 Cagar Budaya

Cagar budaya mencakup situs, bangunan dan adat istiadat yang mempunyai keunikan nilai arkeologi, sejarah, keagamaan atau sosial. Berdasarkan disain proyek dan survey lapangan, serta informasi yang tersedia, tidak teridentifikasi dampak penting terhadap cagar budaya pada usulan sub proyek SRIP, diluar dari lokasi permakaman yang teridentifikasi pada tiga sub proyek dalam AWP-1 dan satu lokasi permakaman masing-masing pada AWP-2 dan 3. Diantara tujuh lokasi permakaman yang teridentifikasi, tiga diantaranya akan direlokasi dansisanya akan dibiarkan sesuai kondisi semula dan diperlakukan semestinya pada saat konstruksi. Prosedur yang mengatur kemungkinan

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

113

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

ditemukannya benda/perkakas dan situs cagar budaya selama kegiatan galian proyek ditetapkan dalam UU No. 5/1992 dan termasuk dalam SOP proyek.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

114

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

5. Analisis Alternatif Selama studi persiapan SRIP, berbagai alternatif akan dipertimbangkan dan dianalisis dalam proses pembangunan dan prioritas sub proyek yang diusulkan saat ini dan keseluruhan program investasi. Beberapa pertimbangan penting dalam mengevaluasi alternatif, adalah: • Transportasi jalan adalah moda transportasi utama di Indonesia dan memiliki

permasalahan yang serius terutama pada jaringan jalan nasional strategis di Pulau Jawa dan Sumatera, yang perlu ditangani oleh proyek SRIP.

Laporan-laporan terbaru Bank Dunia, diantaranya Averting the Infrastructure Crisis (2003) menyimpulkan bahwa berkurangnya investasi dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun terakhir merupakan ancaman utama bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan studi menyeluruh tersebut, kendala kapasitas jalan, “bottlenecks” dan masalah transportasi lainnya yang telah ada sebelum krisis moneter tahun 1997, kembali muncul dan harus ditangani agar pertumbuhan ekonomi tidak terhambat dan kualitas hidup dapat terjaga. Volume lalu lintas keseluruhan pada jaringan jalan nasional telah meningkat dan saat ini nilainya diatas tingkat volume lalu lintas sebelum tahun 1997. Bahkan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah saat ini (4%), pertumbuhan lalu lintas diperkirakan mencapai 5 – 10% per tahun hingga beberapa tahun kedepan berdasarkan studi tersebut.

• Tingkat pertumbuhan dan permukiman penduduk tertinggi berada di Pulau Jawa

dimana 60% populasi penduduk Indonesia tinggal di pulau yang luasnya hanya sekitar 6% dari total luas wilayah daratan Indonesia. Kepadatan populasi dan tingkat pembangunan tertinggi terdapat di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, dimana sebagian besar sub proyek SRIP dilaksanakan. Tingkat pembangunan dan populasi yang tinggi membatasi pilihan alternatif pengembangan dan peningkatan kapasitas jalan.

• Alternatif moda transportasi yang terdapat di sepanjang pantai utara Jawa terdiri atas

jaringan jalan baja, moda transportasi udara, jalan tol dan transportasi laut, dimana hasil studi terkait menunjukkan bahwa investasi di sektor jalan akan memperkuat moda-moda transport lainnya tersebut.

• Sasaran proyek adalah membantu memecahkan permasalahan dan kebutuhan jangka

pendek hingga menengah di sepanjang ruas strategis yang merupakan bagian dari jaringan jalan nasional. Secara umum, sebagian besar sub proyek telah diidentifikasi dan diusulkan dalam proyek sebelumnya dan banyak rumija yang telah dibebaskan tanahnya namun pelaksanaannya tertunda akibat kendala pembiayaan akibat krisis moneter yang melanda Asia tahun 1997.

Proyek SRIP dapat dikatakan sebagai program untuk proyek jalan kota dan jalan antar kota, dengan komponen dan tujuan yang sama dengan proyek SURIP dan EIRTP namun dengan setiap sub proyek direncanakan untuk menjawab permasalahan khusus dalam wilayah dan skala kota yang berbeda. Komponen jalan diharapkan dapat menjawab kebutuhan jangka pendek dan menengah di sepanjang ruas jalan dan wilayah yang diusulkan dan juga akan dikaitkan dengan pengentasan kemacetan serta peningkatan ruas jalan penghubung jaringan jalan nasional strategis.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

115

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

5.1 Latar Belakang untuk Komponen Jalan Berdasarkan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), Pemerintah Indonesia malanjutkan komitmennya untuk: • Pengalihan tanggung jawab dan sumberdaya untuk pengelolaan prasarana kota dari

pusat kepada pemerintah daerah. • Mengintegrasikan program dan perencanaan seluruh prasarana utama. Dalam kerangka kerja pembangunan ini, terdapat kebutuhan mendasar untuk mempertahankan sistem transportasi berbasis jalan yang memadai yang dapat memenuhi kebutuhan baik bagi wilayah maupun perkotaan. Hal ini memerlukan koordinasi investasi prasarana wilayah dan investasi di daerah perkotaan. 5.2 Jalan Raya Trans-Jawa (Jalan Tol) Pemerintah Indonesia akan memperbaharui rencana jangka panjang untuk meneruskan inisiatif pembangunan jalan tol baru yang menghubungkan Jakarta ke Surabaya kemudian ke Banyuwangi. Indikasinya adalah peraturan yang akan dibuat segera untuk mendorong investor swasta dalam proyek ini. Rencana pembangunan jaringan jalan Tol trans jawa disajikan di Gambar 5.1. Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan pada awal 2015. Studi awal yang didanai Bank Dunia Java Arterial Roads Network Project (JARNS) dan Studi Kelayakan SURIP Phase 1B, menilai dampak pembangunan jalan tol baru terhadap tingkat investasi di koridor Pantura dan volume lalu lintas di masa depan pada jaringan jalan eksisting koridor Pantura. Studi ini sudah dikaji kembali dan dapat disimpulkan bahwa pembangunan jalan tol baru akan menyebabkan hilangnya sekitar 30% keuntungan dari pembangunan jaringan jalan umum, seperti yang diusulkan dalam SRIP. Perkiraan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: a) Jumlah lalu lintas yang beralih ke jalan tol akan dipengaruhi tarif tol. Agar jalan tol

dapat layak secara ekonomi, maka besarnya tarif tol harus jauh lebih tinggi dari yang telah ditetapkan saat ini.

b) Kebanyakan arus lalu lintas yang melalui koridor Pantura adalah pergerakan jarak

pendek – menengah dimana jalan tol hanya akan digunakan bila lalu lintas di koridor Pantura mencapai titik jenuh.

Berdasarkan perkiraan tingkat pertumbuhan kapasitas saat ini, sebagian besar ruas jalan di koridor Pantura akan mengalami tingkat kejenuhan relatif pada waktu puncak pada tahun 2015 kedepan, yang menyebabkan banyak kendaraan akan mengambil keuntungan dari singkatnya waktu tempuh dengan beralih ke jalan tol.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

116

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Merak

SERANG

Pandeglang

RangkasbitungLabuhan

SerpongTangerang

Bts. DKIBekasi

DKI JAKARTA

CileungsiKerawang

Cikampek

Purwakarta SubangCipeo

Dawuan

Bojonegara

Bogor Ciawi

Cianjur

Sukabumi

Palimanan

CileunyiSumedang Majalengka

Cilegon

BANDUNG

Cirebon

Nagreg

GarutTasikmalaya Ciamis

Kuningan

Indramayu

Jatibarang

Pamanukan

LohbenerJangga

Karangampel

Losari PejaganBrebes

TegalPemalang

PekalonganBatang

Weleri

Kendal SEMARANGDemakTrengguli

Jepara

Kudus Pati Rembang

Blora

PurwodadiSlawi

PurwokertoBaturaden

Purbalingga

Cilacap

BanjarnegaraWonosobo Tumenggung

Salatiga

BawenUngaran

Magelang

KebumenBoyolali

Kartosuro

Surakarta Kr. AnyerSukoharjo

KlatenYOGYAKARTABantul

Wonosari

Wonogiri

MagetanMadiun

Sragen

SlemanPurworejo

Ponorogo

Pacitan

Trenggalek

MantanginNgawi

CarubanNganjuk Kertasono

Jombang

Kediri

BlitarTulungagung

Bojonegoro

Tuban

WidangBabat Lamongan

GresikSURABAYA

Malang

MojokertoMojosari Sidoarjo

PasuruanPilang Probolinggo

Pamanukan

Bondowoso

Jember KetapangBanyuwangi

Lumajang GirimanukP. BALI

BangkalanKamal

SampanPamekasan

Sumenep

GempolPandaan

Tretes Kejayan

Cibinong Citerup

DepokParung

Padalarang

Ke Sumatera

DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

L A U T I N D O N E S I A

SELA

T SUN

DA

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAHDIREKTORAT JENDERAL TATA PERKOTAAN DAN TATA PERDESAAN

FIGURE 5.1

S:\ESAMP and Public Consultation\ Fig 5.1 Jaringan Tol di Jawa

PLANNED TRANS JAVA HIGHWAY ( TOLL ROAD )

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

117

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

5.3 Evaluasi Alternatif Sub-proyek Spesifik Beberapa alternatif sub proyek-spesifik telah dipertimbangkan selama persiapan dan proses evaluasi SRIP. Evaluasi ini memanfaatkan Highway Design Model - 4 (HDM-4; dikembangkan oleh World Bank) dan khususnya termasuk analisis alternatif berikut: • Alternatif “do-nothing”/“do-minimum”, dibatasi untuk penambalan retakan dan lubang

pada perkerasan jalan; • “Business as usual” melibatkan pemeliharaan periodik berkala seperti penambalan

ulang perkerasan setiap 3 tahun dan pemeliharaan lapisan perkerasan setiap 5 tahun; • Proposal sub proyek, mulai dari peningkatan lapisan perkerasan dan perkuatan,

pelebaran dan peningkatan kapasitas, hingga alternatif pembangunan jalan baru di wilayah perkotaan yang padat. Berbagai kemungkinan desain alternatif penampang melintang juga akan dievaluasi untuk masing-masing sub proyek berdasarkan perhitungan dan perkiraan volume lalu lintas serta perhitungan cost-benefits investasi.

Dasar pertimbangan dalam mengevaluasi dan memprioritaskan sub proyek AWP-1 adalah bahwa sub proyek mencakup peningkatan dan pelebaran alinyemen jalan eksisting atau penyelesaian proyek yang sudah direncanakan dan Rumija sudah dibebaskan. Pada prinsipnya pilihan antara skenario “dengan’ dan ‘tanpa” proyek pada alinyemen eksisting. Alternatif ”tanpa” proyek dan “do-minimum” akan menyebabkan peningkatan kemacetan lalu lintas dan penurunan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan yang dilewati rute jalan tersebut, sampai saat proyek yang diusulkan dapat diselesaikan dengan menggunakan dana lokal (APBN dan/atau APBD). Dari sudut pandang dampak lingkungan dan sosial, kriteria seleksi penting untuk sub proyek AWP-1 terdiri dari: • Konsistensi usulan kegiatan dengan rencana pembangunan daerah dan regional; • Sejauh mana pengadaan tanah untuk rumija telah diselesaikan; dan • Tidak ditemukan dampak penting lingkungan; tapi • Ditemukan dampak penting sosial Dalam evaluasi kelayakan sub proyek AWP-2 dan AWP-3 ke depan, isu lingkungan dan sosial diperkirakan memainkan peranan penting dalam analisis alternatif akibat pertimbangan penjadwalan, biaya dan administratif dalam penanganan dampak penting proyek dibawah prosedur yang berlaku. Semua sub proyek SRIP yang akan datang akan menjadi subjek bagi proses ARPLS yang meliputi beberapa langkah kajian dan persetujuan Bank. Apabila ditemukan isu penting lingkungan dan sosial, maka proyek tersebut memerlukan AMDAL dan/atau LARAP, serta studi yang lebih detail yang mempertimbangkan alternatif proyek spesifik melalui proses konsultasi lokal. Ringkasan pilihan rute sub proyek SRIP disajikan pada Table 5.1.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

118

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

NO. SUB PROYEK Panjang Jenis Pilihan Rute Panjang IRR Arahan Rasional / Keterangan

km km %1 Soekarno - Hatta, Pekanbaru 15.07 Capex kiri -

lajur tengah 1.85 81 √ Posisi lajur tengah sama dengan exsistingPeningkatan pada kiri dan kanan jalan

kanan 13.224 81 √ Lajur tengah pindah ke bagian kanan jalan Peningkatan ke bagian kanan jalan

2 Bandar Lampung Bypass 18.1 Capex kirilajur tengah 18.1 80 √ Posisi lajur tengah sama dengan exsisting

Peningkatan ke bagian kanan dan kiri jalankanan

3 Jl. Cut Meutia, Bekasi 3.05 Capex kirilajur tengah 3.05 68 √ Posisi lajur tengah sama dengan exsisting

Peningkatan pada kiri dan kanan jalankanan

4 Pemalang - Pekalongan 19.88 Capex kiri -lajur tengah -kanan 19.876 62 √ Lajur tengah pindah ke bagian kanan jalan

Peningkatan ke bagian kanan jalan5 Semarang NRR 2.23 Capex kiri -

lajur tengah -kanan 2.225 20 √ Lajur tengah pindah ke bagian kanan jalan

Peningkatan ke bagian kanan jalan6 Semarang - Demak 20.11 Capex kiri

lajur tengah 20.11 68 √ Posisi lajur tengah sama dengan exsistingPeningkatan ke bagian kanan dan kiri jalan

kanan7 Demak Bypass 4.4 Capex kiri -

lajur tengah -kanan 4.4 49 √ Lajur tengah pindah ke bagian kanan jalan

Peningkatan ke bagian kanan jalan8 Widang Lamongan 5.5 Capex kiri 5.5 38 √ Jaringan pipa gas ditemui di bagian kanan jalan

lajur tengah -kanan -

9 Boyolali - Kartosuro 15.4 Capex kiri 1.7 √ Peningkatan ke bagian kiri jalan sepanjang 1,7 kmlajur kanan 9.8 √ Peningkatan ke bagian kanan dan kiri jalan = 9.8 kmkanan 3.9 √ Peningkatan ke bagian kanan jalan, sepanjang 3,9 km

10 Karawang Bypass 11.47 Jalan baru tidak ada pilihan 11.47 18 Lahan tersedia, sudah dibebaskan pada proyek ADB programme

11 Cianjur RR 7.5 Jalan baru rute nasional 7.9 Populasi tinggi berada di areal pemukiman padatAlternatif 2 7.5 29 √ Areal sawah, jarak pendek Alternatif 3 8.7 Areal sawah, jarak panjang Jl. Lingkar utara 4 Kawasan konservasi

12 Brebes - Tegal Bypass 17.05 Jalan baru Bypass pendek 9 31 Kawasan pemukiman pendudukBypass panjang 18.4 15 √ Kawasan terbuka (sawah dan tambak)

13 Ngawi Ring Road 10.75 Jalan baru tidak ada pilihan 10.73 31 Lahan tersedia, Jembatan sudah terbangun

Catatan : Cut Meutia akan masuk projek JBIC

PILIHAN RUTE Dari Studi Kelayakan

77

Terpilih

Tabel 5.1 RINGKASAN PILIHAN RUTE AWP 1 USULAN SRIP

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

119

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

5.4 Alternatif Disain dan Pertimbangan Konstruksi Sedapat mungkin, pertimbangan desain sub proyek AWP-1 ini meminimalkan dampak dengan menghindari kawasan perkotaan yang padat. Berbagai alternatif konstruksi dan desain lainnya dipertimbangkan dalam proses evaluasi masing-masing sub proyek AWP-1, termasuk: • Jumlah lajur perjalanan • Alternatif penampang melintang; • Kontrol jalan akses; • Penyediaan tempat pejalan kaki dan kendaraan tanpa mesin; • Alternatif konfigurasi simpang; dan • Tahapan pelaksanaan proyek

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

120

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

6 Penyaringan dan Pengelolaan Lingkungan Tujuan penyaringan lingkungan ini yaitu: 1. Menentukan kemungkinan adanya dampak penting dari setiap sub-proyek yang

akan ditangani; 2. Menentukan pendekatan pengelolaan lingkungan yang sesuai termasuk penerapan

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berdasarkan Keputusan MENLH No. 17 tahun 2001;

3. Menentukkan studi sosial yang diperlukan seperti LARAP dan Tracer sesuai ketentuan Bank Dunia.

4. Khususnya, melaksanakan penyaringan bagi seluruh sub proyek SRIP untuk menjamin bahwa persyaratan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi dan dipergunakan sebagai cara yang efektif dalam mengurangi atau menanggulangi dampak negatif.

6.1 Ringkasan Hasil dan Rekomendasi Ringkasan hasil dan rekomendasi proses penyaringan lingkungan yang telah selesai disajikan di Lampiran C untuk seluruh usulan subproyek SRIP. Berdasarkan pelaksanaan proses penyaringan dan kajian oleh Departemen PU, Bapedalda dan Misi Persiapan Proyek Bank Dunia, studi pendukung yang diperlukan adalah sebagai berikut: Program Proyek Tahunan 1 (AWP-1): Studi Kelayakan : Diperlukan untuk 14 sub proyek Studi LARAP : Diperlukan untuk 1 sub proyek Studi Tracer : Diperlukan untuk 10 sub proyek Studi AMDAL : Diperlukan untuk 3 sub proyek UKL & UPL : Diperlukan untuk 10 sub proyek Program Proyek Tahunan 2 dan 3 (AWP-2 dan 3): Studi Kelayakan : Diperlukan untuk 10 sub proyek Studi LARAP : Diperlukan untuk 15 sub proyek Studi Tracer : Diperlukan untuk 2 sub proyek Studi AMDAL : Diperlukan untuk 3 sub proyek UKL & UPL : Diperlukan untuk 13 sub proyek Salinan seluruh studi yang telah selesai dikirimkan kepada Bank Dunia dan Instansi Pemerintah Daerah terkait untuk dikaji dan disetujui sebelum persetujuan akhir pendanaan sub proyek dan penerbitan No Objection Letter oleh Bank. 6.2 Rekomendasi Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan informasi yang ada dan hasil penyaringan, beberapa sub-proyek yang diusulkan dalam SRIP akan membutuhkan UKL/UPL dan/atau studi AMDAL dan/atau LARAP atau studi Tracer. Seluruh sub proyek yang membutuhkan studi detail tersebut

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 121

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

akan dilengkapi dengan pedoman dan rencana aksi pengelolaan dampak lingkungan dan sosial spesifik, yang perlu dikaji dan disetujui oleh Bank sebelum dikeluarkannya No Objection Letter (NOL) oleh Bank sehingga proses tender dan konstruksi dapat dilaksanakan. Langkah-langkah pengelolaan lingkungan untuk sebagian besar sub-proyek SRIP yang tidak membutuhkan studi yang lebih detail akan dilengkapi dengan dokumen terkait sebagai bagian dari Dokumen Standar Pelelangan SRIP untuk lelang internasional dan lelang nasional. Dokumen tersebut disiapkan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dan mengacu pada standar FIDIC dengan bagian khusus mengenai langkah pengelolaan lingkungan yang dikembangkan oleh Bank Dunia dibawah proyek ISEM. Sebagai hasilnya, dokumen standar pelelangan SRIP menyediakan langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang menyeluruh yang dapat menjawab kebutuhan khusus untuk setiap sub-proyek. Ringkasan dari bagian tentang pengelolaan lingkungan yang terdapat pada dokumen standar pelelangan SRIP disajikan di Lampiran E. Penting untuk dicatat bahwa persyaratan-persyaratan ini merupakan bagian dari kontrak yang telah disetujui dan ditandatangani, dan karenanya mempunyai konsekuensi hukum terhadap kontraktor dan tenaga ahli. Rekomendasi pendekatan diterapkan pada semua sub proyek AWP 1, namun untuk kandidat sub proyek AWP 2 dan 3 belum diterapkan, selama belum ada penetapan prioritas sub proyek. Proses rekomendasi pendekatan disajikan pada Gambar 6.1. 6.3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengelolaan Lingkungan Keefektifan pelaksanaan ARPLS akan menjadi tanggung jawab Instansi Pemerintah terkait di tingkat Propinsi, Kota dan Kabupaten. Pengawasan dan bantuan pelaksanaan ARPLS akan disediakan oleh Unit Pengelolaan Proyek (PMU) SRIP, yang didukung oleh Konsultan Core Team (CTC) dan Konsultan Supervisi dan Disain di Daerah (DSC). Team CTC akan terdiri dari Ahli Lingkungan yang akan terlibat langsung dalam proses penyaringan lingkungan sub proyek untuk mengidentifikasi dampak potensial dan melaksanakan pemantauan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 122

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Gambar 6.1 Usulan Proses untuk Penilaian Progresive, Pemeriksaan dan

Dokumentasi Dampak dan Pengukuran Pengelolaan Sub-proyek SRIP

Daftar panjang Sub proyek potensial

CTC melaksanakan

penyaringan awal Kelayakan dan

safeguard

1. Masukan DSC / detil disain 2. Pemeriksaan dan evaluasi

CTC 3. Konfirmasi hasil penyaringan

dengan Bapedalda dan lainnya

4. Kunjungan lapangan & Rapat

Program Kerja Tahunan (AWP) Persiapan dan

pengiriman untuk No Objection Letter (NOL)

PMU / pemeriksaan bank dan persetujuan

Pelaksanaan studi detil (AMDAL, UKL&UPL, LARAP&Tracer) dengan pedoman dari SubDit Lingkungan dan CTC

SubDit Pemeriksaan

CTC Pemeriksaan

Penyiapan Studi oleh Pemerintah Daerah / dengan dukungan dan pedoman CTC

World Bank reviews

Isu NOL ?

Persetujuan studi

termasuk Dokumen Tender

Ka-SNVT / Kasatker P2JJ / Kontraktor melaksanakan Sub proyek dengan Laporan Pemantauan yang disiapkan oleh DSC / Bapedalda. Pemantauan CTC dan laporan pada semua proyek, meliputi kebutuhan

Dinas PU / Bapedalda / Bupati Pemeriksaan / Input / isu Surat Rekomendasi

Daftar pendek usulan sub proyek

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 123

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

RDSC akan bertanggung jawab dalam mendukung penyiapan disain, supervisi konstruksi dan pemantauan di lapangan sesuai dengan persyaratan kontrak dalam dokumen tender SRIP yang mencakup langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang umum sebagai standar ketentuan operasi (SOP). Bagian khusus dokumen tender SRIP ini disiapkan di lampiran ARPLS sebagai referensi. Isu utama kegiatan dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan selama siklus konstruksi disajikan dalam Gambar 6.2. Berdasarkan jenis kegiatan dan wilayah sub proyek yang diusulkan, diperkirakan sebagian sub proyek akan melibatkan kegiatan pengadaan tanah dan bangunan atau pemukiman kembali untuk kebutuhan ruang milik jalan (rumija). Kerangka kerja proyek dan proses khusus untuk kegiatan tersebut disiapkan secara detail. Isi dokumen ARPLS ini termasuk didalamnya pengadaan tanah yang disusun berdasarkan Kerangka Kerja Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali yang akan menjadi bagian dari Loan Agreement SRIP dan dapat dilihat dalam Lampiran D. Selanjutnya ARPLS yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan didistribusikan ke Instansi Pelaksana dan Tim Konsultan sebagai bagian dari Petunjuk / Manual Pengelolaan Proyek (PMM). Salinan akan ditembuskan ke Bapedalda dan stakeholder untuk mendukung kebijakan pengelolaan lingkungan di daerah. Dalam rangka mendukung semua pelaksanaan proyek, salinan ARPLS final akan tersedia di Website (www.worldbank.org) dan didistribusikan pula pada pusat informasi umum (PIC) yang dibentuk oleh Bank Dunia di Jakarta. Untuk mendukung pelaksanaan ARPLS ini, telah diusulkan program pelatihan di tingkat daerah yang bertujuan untuk melakukan diseminasi kebijakan safeguard Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia, yang berisi tentang kebutuhan studi sosial dan lingkungan seperti AMDAL, UKL & UPL, LARAP dan Tracer, kerangka kerja dan prosedur pembebasan lahan dan pemukiman kembali, serta dokumen lainnya yang dibutuhkan proyek. Peserta pelatihan adalah Pemerintah Propinsi, Kabupaten / Kota seperti Bapedalda, Dinas PU, Bappeda dan Stakeholder lainnya yang terkait.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 124

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

1.1 Pelaksanaan Penyaringan 2.1 Pemeriksaan Rencana Kontraktor 3.1 Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan 4.1 Kelengkapan Dokumen 1.2 Pelaksanaan Konsultasi 2.2 Informasi untuk Umum 3.2 Memantau pelaksanaan hasil kesepakatan konsultasi & studi 4.2 Evaluasi1.3 Pelaksanaan Studi Detil 2.3 Pelaksanaan Konsultasi 3.3 Melaksanakan pemantauan lapangan berkala & konsultasi yang diperlukan1.4 Penyelesain Pembebasan Lahan 2.4 Pelaksanaan studi-studi & SOPs 3.4 Kegiatan dokumen dalam laporan kemajuan bulanan

RDSC, RTC

PERIODE KONTRAK

Gambar 6.2 Keterkaitan Umum Kegiatan Lingkungan dan Jenis Tahapan Pekerjaan Sipil

Tanggung Jawab Pelaksanaan CTC, RDCS, BAPEDALDA

Tanggung Jawab PelaksanaDunas PU / RDSC

Tanggung Jawab PelaksanaDinas PU/DSC, Kontraktor, BAPEDALDA, RDSC, CTC

1. Periode Pra Konstruksi

PERIODE PENGADAAN

4. Pasca Konstruksi3. Periode Pelaksanaan Konstruksi Fisik

PERIODE PEMELIHARAAN RUTIN

PERIODE KONTRUKSI

2. Periode Pra Konstruksi

RUANG LINGKUP DAN PENTAHAPAN

Tanggung Jawab

PERIODE MOBILISASI PENYERAHAN HASIL PELAKSANAAN

PENGAMBIL ALIHAN

CATATANPROSES

Catatan : 1. Contoh dilampirkan pd semua jenis kontrak 2. Digram tidak berskala 3. Waktu dan tahap pelaksanaan akan ditentukan oleh tenaga ahli berdasarkan lingkup pekerjaan masing-masing kontrak

Kegiatan Umum : Mobilisasi alat dan personil Survai lapangan : - drainase - perkerasan - struktur Pemeriksaan dan perbaikan desain oleh tenaga ahli

Kegiatan Pekerjaan Minor & Penetapan : Perkerasan Bahu jalan Sarana drainase galian dan timbulan Saluran pendukung jalan Jembatan Kegiatan Pekerjaan Mayor/Utama : Pekerjaan tanah Drainase Lapis pondasi Bahu jalan Permukaan Struktur Pekerjaan tambahan jika ada

Kegiatan Peleliharaan Rutin : Perkerasan bahu jalan, selokan, saluran drainase, galian & timbunan, sarana pendukung jalan, jembatan, arus lalu lintas

Kelengkapan Laboratorium

Penyelesain survai lapangan

Mobilisasi lengkap

Isu konsultasis dan disain konstruksi

Penyelesaian pekerjaan minor

Penyelesaian sistim drainase

Penyelesain subtansi konstruksi

Periode pemeliharaan rutin/intensif Pemeliharaan rutin bulanan/berkala Pemeliharaan rutin (diperlukan)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 125

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

7. Konsultasi Masyarakat 7.1 Pedoman Bank Dunia Bank Dunia menggambarkan bermacam proses konsultasi yang dibutuhkan bagi Analisis Dampak Lingkungan dan Pemukiman Kembali. Pada dasarnya Bank menginginkan adanya konsultasi dan partisipasi pada setiap tahapan proses perencanaan dan desain serta merekomendasikan dilaksanakan konsultasi sedini mungkin: Untuk Analisis Lingkungan, Bank mensyaratkan bahwa peminjam (dalam hal ini Pemerintah Indonesia) melakukan konsultasi kepada warga yang terkena proyek dan LSM terpilih mengenai aspek lingkungan sub proyek dan bahwa tanggapan mereka dipertimbangkan. Konsultasi sebaiknya dilaksanakan sedini mungkin. Untuk proyek Kategori A, konsultasi harus dilaksanakan sekurangnya dua kali: pertama setelah penyaringan lingkungan dan sebelum KAK penyusunan AMDAL diselesaikan; dan kedua setelah draft AMDAL disiapkan. Sebagai tambahan, konsultasi dapat dilaksanakan sesuai keperluan selama masa pelaksanaan proyek untuk menangani masalah yang terkait dengan AMDAL.. Agar konsultasi dapat berjalan efektif, harus disiapkan materi yang relevan dalam waktu yang mencukupi sebelum dilaksanakan konsultasi serta dalam bentuk dan bahasa yang mudah dimengerti oleh kelompok masyarakat peserta konsultasi. Untuk proyek kategori A, agar dibuat ringkasan usulan proyek, tujuan, uraian dampak-dampak yang potensial; untuk konsultasi. Setelah draft laporan AMDAL disusun, perlu disiapkan pula ringkasan kesimpulannya. Draft AMDAL juga harus tersedia untuk dipelajari oleh LSM dan warga yang terkena dampak. Untuk seluruh hal yang berkaitan dengan pengadaan dan kompensasi tanah, Bank mensyaratkan bahwa seluruh rumah tangga yang terkena proyek diberikan informasi yang lengkap mengenai peraturan yang berkaitan dengan jumlah ganti rugi terhadap hak milik serta informasi mengenai kompensasi khusus sedini mungkin.. Dalam menghadapi kegiatan pemukiman kembali (involuntary resettlement), Bank mensyaratkan bahwa warga yang terpindahkan diinformasikan sedini mungkin. Warga yang terpindahkan harus diinformasikan dan dilakukan konsultasi selama masa penyiapan dokumen rencana pemukiman kembali mengenai pilihan dan hak mereka. Mereka harus dapat memilih dari beberapa alternatif yang layak. Konsultasi dapat dilakukan terhadap pemimpin serta perwakilan resmi atau tidak resmi dari masyarakat atau LSM. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok masyarakat yang sensitive seperti masyarakat terasing, etnik minoritas, warga yang bukan pemilik lahan serta kaum perempuan. Warga penerima juga harus diinformasikan pada setiap tahap pelaksanaan. . 7.2 Ringkasan Proses Konsultasi Masyarakat oleh Pemerintah Pemerintah Indonesia mempunyai berbagai proses konsultasi masyarakat yang relevan dengan perencanaan dan desain proyek jalan yaitu:

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 126

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

1. Konsultasi pada saat persiapan suatu program jalan daerah dan pada perencanaan dan desain setiap ruas jalan;

2. Konsultasi untuk pengadaan tanah dan kompensasi untuk lahan, bangunan dan hak milik yang tidak bergerak lainnya;

3. Konsultasi untuk pemukiman kembali; 4. Konsultasi untuk rehabilitasi; 5. Konsultasi untuk penyusunan AMDAL. 7.3. Konsultasi untuk Penyusunan AMDAL Keputusan Kepala Bapedal No. 09 Tahun 2000 mengatur prosedur umum tentang penyusunan dokumen AMDAL, sedangkan Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 mengatur tentang prosedur konsultasi (Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses penyusunan AMDAL). Untuk penyusunan AMDAL, masyarakat dan seluruh stakeholder diajak berkonsultasi pada berbagai tahapan proses AMDAL, seperti yang diuraikan sebagai berikut: • Pemrakarsa harus mengumumkan proposal penyusunan AMDAL kepada

masyarakat dan melakukan konsultasi dengan Bapedalda. Pemrakarsa kemudian menyusun Kerangka Acuan Andal dan menginformasikannya kepada masyarakat dan Bapedalda.

• Masyarakat memberikan berbagai tanggapan kepada Bapedalda dan Pemrakarsa • Pimpinan proyek harus memperoleh data dan kemudian menyiapkan Kerangka

Acuan - Andal. Kerangka Acuan - Andal kemudian diserahkan kepada Komisi Penilai (yang terdiri dari Bapedalda, Departemen PU dan instansi lainnya yang terkait) untuk dinilai. Konsultasi sebaiknya diselenggarakan bersama stakeholder dan LSM. Dalam 75 hari, Komisi Penilai akan mengumumkan hasil penilaiannya sehingga Pemrakarsa bisa mempersiapkan tim untuk penyusunan Andal, RKL dan RPL.

• Komisi Penilai akan mengevaluasi hasil lengkap Andal, RKL & RPL dalam periode 75 hari. Selama proses evaluasi sebaiknya diadakan konsultasi dengan masyarakat dan LSM.

• Setelah penyempurnaan ANDAL, RKL & RPL Komisi Penilai akan menetapkan bahwa dokumen ANDAL, RKL & RPL telah selesai disusun dan akan ditandatangani oleh Kepala Bapedalda/ Gubernur atau Bapedalda.

Konsultasi terhadap seluruh stakeholder yang telah dilaksanakan pada setiap sub proyek dalam AWP 1, disajikan pada Tabel 7.1 dibawah ini.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

127

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

TOR ANDAL LSM Pemda1 Jl. Cut Meutia,

Bekasi13 February 2004, Ruang Rapat Bappeda

√ 4 12 Konstruksi akan mempertimbangkan pemukiman sekitarnya

Pemda melalui Bappedalda akan memonitor pelaksanaan konstruksi dan ARPLS / ESAMP, bahwa konstruksi akan berdampak terhadap pengurangan pemukiman.

2 Semua Sub Proyek di Jawa

1 September 2004, Pondok Serata, Semarang

18 66 Konsultasi masyarakat dalam Anti Korupsi, keluhan, mekanisme dan isu sosial.

Masyarakat dapat berpartisifasi dalam pemantauan dan pengawasan Anti Korupsi dengan menjadi anggota Komite Anti Korupsi atau tidak. Pemda akan membentuk suatu Badan independen yang akan menangani keluhan masyarakat. Isu sosial akan ditangani dengan sosialisasi untuk menampung persepsi masyarakat.

3 Semarang Northern Ring Road

13 April 2004, Tata Ruang Rapat Wakil Walikota, Semarang City

√ 4 20 Pemilik bangunan liar dalam Damija, Pengelolaan lingkungan selama tahap konstruksi.

Disarankan bahwa Pemda memberikan semacam kompensasi kepada pemilik bangunan liar dalam Damija, tetapi jumlahnya tergantung kebijakan Pemda. Pengelolaan lingkungan berupa penerapan UKL & UPL selama masa konstruksi dan diawasi Bapedalda.

4 Bandar Lampung Bypass

25 Maret 2004, Kantor Kecamatan Kedaton Bandar Lampung

√ 7 13 Pemilik bangunan liar ilegal

Pemda akan memberi semacam kompensasi kepada pemilik bangunan liar dalam Damija berdasarkan SK Walikota bandar lampung dan pemilikbangunan liar harus pindah sebelum pelaksanaan konstruksi.

5 Semua Sub Proyek di Sumatera

12 October 2004, Ibis Hotel Pekanbaru

10 25 Pembebasan tanah, mekanisme keluhan

Land acquisition will be conducted appropriate with World Bank and GOI procedures and there will be a recalculation for PAP numbers in Soekarno-Hatta Pekanbaru. Public can directly or indirectly complain to project manager and it will be followed up with appropriate UKL/UPL docs.

6 Jl. Soekarno-Hatta, Pekanbaru

10 October 2003, Aula Kantor Camat Tampan

√ 5 14 Pembebasan tanah Pembebasan tanah akan dilaksanakan dengan prosedur tepat dari Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia, dan kompensasi akan diberikan berdasarkan persetujuan masyarakat terkena proyek dan panitia pengadaan tanah.

7 Cianjur Ring Road

16 March 2004, Aula Kantor Andal Kab. Cianjur

√ 2 22 Kualitas air Penanganan pencemaran kualitas air yang disebutkan di dokumen RKL & RPL dan ini akan dilaksanakan dibawah pengawasan Bapedalda. Jika ini tidak dilaksanakan,masyarakat dapat langsung menyampaikan keluhan ke Bapedalda.

19 May 2004, Hotel Sanggabuana, Cipanas

√ 4 19 Jaringan irigasi dan pemindahan sekolah

Pemindahan sekolah yang terkena proyek sudah direncanakan dan Pemda telah menyiapkan lahan penggantinya.konstruksi akan dilaksanakan pada th 2005,gangguan terhadap saluran irigasi akan di kurangi dan akan dibangun kembali disesuaikan dengan alinyemen jalan.

Sub Proyek

Tabel 7.1 RINGKASAN KONSULTASI MASYARAKAT UNTUK SUB PROYEK SRIP

No. UKL/ UPL Isu Utama Komentar

AMDAL Dihadiri (Orang)Tanggal & Tempat

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 128

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

TOR ANDAL LSM Pemda8 Brebes - Tegal

Bypass14 January 2004, Kantor Kecamatan Brebes

√ - 16 Pelaksanaan Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS)

ARPLS / ESAMP akan dilaksanakan oleh Konsultan independen dibawah pengawasan Bapedalda dan Pemda akan membentuk Badan independen untuk menangani setiap keluhan masyarakat terkait pelaksanaan ARPLS / ESAMP

15 January 2004, Kantor Kecamatan Wanasari

√ - 22 Sistem drainase Perencanaan Detil Disain (DED) bypass termasuk sistem drainase dan tidak akan mengalihkan arus aliran sistem drainase,artinya sawah-sawah yang ada masih akan mengambil air dari sistem yang akan dibangun di masa depan.

9 Pemalang - Pekalongan

11 May 2004, Kec. Kauman

√ Pembebasan tanah Pembebasan tanah sudah dilaksanakan pada th 2001 - 2003, tapi masih ada sebagian kecil penduduk terkena proyek belum dibebaskan. Prosesnya akan dilakukan dengan peraturan Pemerintah yang tepat dan kesepakatan dengan penduduk terkena proyek.

10 Semarang-Demak

12 February 2004, Kec. Sayung Kota Semarang

√ Pelaksanaan proyek, penurunan kecelakaan lalu lintas.

Pelaksanaan perkiraan konstruksi proyek adalah pada awal 2006, tapi masih tentatif. Kecelakaan lalu lintas akan dikurangi dengan penambahan traffic signal dan traffic managemen.

13 January 2004 √ 1 Mengganggu jaringan irigasi.

Proyek akan membangun kembali jaringan irigasi dan tidak akan menyebabkan gangguan terhadap sawah eksisting.

24 April 2004 √ Perubahan fungsi lahan setelah pengoperasian jalan.

Dampak yang timbul dikarenakan adanya perubahan fungsi lahan, penanganannya dengan menetapkan perencanaan baru kota dan pengendalian tata ruang.

12 Palmerah Ring Road, Jambi

22 June 2004 √ - 11 Dampak kegiatan konstruksi terhadap pengoperasian utilitas umum.

Pimpinan proyek berjanji untuk menjaga beroperasinya utilitas umum sesuai biasanya selama tahap konstruksi dan tidak akan membuat kerugian dikarenakan gangguan operasional utilitas umum. Dampak penting konstruksi akan ditangani berdasarkan dokumen UKL & UPL.

13 Widang-Gresik 29 Desember 2003 √ 6 26 Penghijauan, kecelakaan lalu lintas, drainase untuk sawah.

Pemda meyakinkan bahwa konstruksi tidak akan mengganggu jaringan irigasi dan kecelakaan lalu lintas dan akan dikurangi oleh perbaikan managemen lalu lintas.

No. UKL/ UPL Isu Utama Komentar

AMDAL Dihadiri (Orang)

Ngawi Ring Road

Tanggal & TempatSub Proyek

11

Caatan : Cut Meutia akan masuk projek JBIC

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 129

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

7.4 Keterbukaan Masyarakat Laporan ARPLS menetapkan prosedur umum yang disepakati dan akan menjadi acuan untuk seluruh sub-proyek jalan dan jembatan pada SRIP. Sesuai dengan prosedur Bank Dunia, dokumen ini menjadi dokumen publik dan akan tersedia dalam internet ataupun hard copy untuk umum. Dokumen ini dijadikan sebagai acuan utama yang dipublikasikan di Indonesia baik di tingkat nasional, daerah maupun masyarakat, sehingga dapat diketahui secara luas (khususnya bagi LSM dan kelompok masyarakat serta seluruh tingkat pemerintahan). Pemerintah Indonesia akan mengambil langkah yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh kelompok dan institusi mengetahui isi dari ARPLS serta implikasinya secara nasional dan khususnya pada pembangunan jalan. Balai kerja proyek akan menyediakan langkah awal dalam proses keterbukaan masyarakat namun masih akan diadakan konsultasi dan kegiatan penyebaran informasi dan diseminasi mengenai seluruh isi ARPLS sebagai bagian dari petunjuk /manual pengelolaan proyek SRIP. 7.5 Rekomendasi Untuk Konsultasi Masyarakat Proyek ISEM (Institutional Strengthening Environmental Management) telah menyiapkan satu set prosedur, proses dan pedoman yang berhubungan dengan konsultasi masyarakat. Pedoman tersebut merupakan gabungan persyaratan antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia dan telah diterima oleh kedua belah pihak sebagai pendekatan bagi pelaksanaan konsultasi di masa mendatang. Pendekatan yang dibuat ISEM telah disempurnakan dan disederhanakan sebagai dasar pembentukan ARPLS. Pokok Pokok proses konsultasi tersebut adalah: • Konsultasi dengan seluruh stakeholder yang terkena dampak pada seluruh tahapan

proses pembangunan jalan. • Konsultasi dengan seluruh stakeholder tersebut termasuk menginformasikan seluruh

perundang-undangan dan peraturan. • Konsultasi dapat dilakukan melalui berbagai rapat, survey dari rumah ke rumah,

publikasi melalui brosur, koran daerah, radio, dan lain-lain. • Melibatkan seluruh tingkatan Pemerintahan dalam proses konsultasi mulai dari

lembaga-lembaga di tingkat Propinsi (khususnya Dinas PU), sampai lembaga-lembaga di Pemda.

• Penyediaan waktu yang cukup untuk proses konsultasi termasuk waktu untuk menyelesaikan masalah dan perselisihan-perselisihan.

• Konsultasi akan dilakukan secara terbuka, seluruh stakeholder diberi informasi lengkap mengenai proyek disertai penjelasan tentang hak-hak stakeholder.

• Melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok stakeholder lainnya dalam seluruh tahapan konsultasi di tingkat bawah, dan koordinasi Bapedalda Propinsi / Kabupaten / Kota melalui rapat-rapat berkala.

• Melibatkan secara aktif unsur-unsur Universitas / Perguruan Tinggi yang berdekatan dengan lokasi proyek dan diharapkan dapat membantu proses konsultasi, serta menyediakan dukungan teknik bilamana diperlukan

• Pemda akan melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada warga terkena proyek (WTP) untuk memberikan informasi tentang aktifitas sub proyek yang direncanakan, manfaat dan kemungkinan dampak yang timbul akibat sub proyek.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 130

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

• Sosialisasi dan konsultasi akan dilaksanakan bersamaan dengan survey sosial ekonomi bagi seluruh warga terkena proyek (WTP) dan pihak terkait. Kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui diskusi terbuka, diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion), dialog atau metode lainnya sesuai dengan kondisi masyarakat.

• Konsultasi dimaksudkan untuk mengakomodasi pendapat / aspirasi dan usul warga terkena proyek (WTP) dan pihak terkait, mengenai strategi dan kebijakan pengadaan lahan dan pemukiman kembali.

Gambar 7.1 menunjukkan rekomendasi pendekatan untuk Prosedur Konsultasi Masyarakat sesuai dengan tahapan proyek.

1). Hasil Pra Kelayakan

KONSULTASI MASYARAKAT PADA TAHAP STUDI KELAYAKANGAMBAR 7.1

2) Sesuai dengan pedoman yang berlaku

3), 4), 5), 6) Melalui media rapat teknis yang diselenggarakan oleh pemrakarsa

KETERANGAN

7),8),9),10),11) Mengikuti bagan pelaksanaan penyusunan ANDAL

STAKEHOLDER LAINYAPEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT

Mempelajari koridor Jalan terpilah ……(1)

Membuat studi kelayakan terhadap alternatif rute jalan ……(2)

Melakukan konsulasi kelayakan terhadap alternatif rute jalan……(3)

Melakukan studi lingkungan (apabila diperlukan) misal : studi ANDAL dan mengajukan ke komisi penilai untuk dinilai ….(7)

Menetapkan rute terpilih ……(12)

Menilai hasil studi ANDAL, RKL, RPL ……(8)

Memberikan masukan tentang keserasian program dan kepentingan spesifik daerah... ……(4)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL……(9)

Memberi masukan tentang areal sensitif, nilai lahan dll……(5)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilaian AMDAL……(10)

Memberikan masukan sesuai keterkaitannya misal : BPN/KEHUTANAN?DLL memeriksa kesesuaian Tata Guna Lahan……(6)

Memberikan tanggapan dan masukan dalam proses penilai AMDAL ……(11)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 131

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

13) Dengan instansi terkait

2). Mengacu pada perencanaan jalan yang

3),4),5),6) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena

1). Dokumen yang telah ditetapkan Komisi Penilai

14) Legalisasi dokumen LARAP

7). Sesuai pedomanpenyusunan LARAP

8),9),10),11) Melalui forum rapat yang dihadiri para wakil instansi terkait, dan wakil masyarakat terkena

12) Disertai konsep SK untuk ditanda tangani oleh

`

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT STAKEHOLDER LAINYA KETERANGAN

Melakukan penjabaran rekomendasi studi lingk. Mis: RKL, RPL dlm Perencanaan Teknis Jalan …..(1)

Melakukan konsultasi Konsep perencanaan Teknis Jalan ……….(3)

Membuat Konsep LARAP apabila diperlukan …..(7)

Finalisasi dokumen LARAP proyek Jalan ………….(12)

Menetapkan Desain Jalan ………(15)

Memberikan masukan tentang tata cara dan evaluasi monitoring ……(8)

Memberikan masukann tentang pengendalian pemanfaatan ruang dll……(4)

Memberikan masukan tentang keterpaduan program implementasi LARAP …….(9)

Koordinasi Rencana Pelaksanaan ….(13)

Memberikan informasi detail tentang area sensitif misal: makam dll……..(5)

Memberikan masukan tentang cara pelepasan hak, apabila lahan yang diperlukan milik suatu instansi ….(11)

Memberi masukan sesuai keterkaitannya misal: pengadaan tanah daerah pariwisata …..(6)

Memberi masukan tentang data asset dan kondisi sicial ekonomi……….(10)

Bupati/Walikota mengesahkan Dokumen LARAP….. (14)

3).

4).

5).

11) Sesuai dengan pedoman pelaporan konstruksi

STAKEHOLDER LAINYA KETERANGAN

1). Termasuk jadwal pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan bangunan

2). Terutama kegiatan kegiatan yang dapat menggangu kegiatan umum sehingga perlu diumumkan kepada masyarakat luas

KONSULTASI MASYARAKAT PADA TAHAP KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

7), 8), 9) Dijabarkan dari dokumen

RPL dan LARAP

6). Melaksanakan kegiatan sesuai kesepakatan dengan masyarakat. Termasuk penyulukan terhadap para pekerja

10) Penyiapan terhadap hal-hal yang telah disepakati

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT

Mempelajari rencana dan jadwal konstruksi ….(1)

Menyiapkan rencana detail pelaksanaan pekerjaan konstruksi ….(2)

Konsk

ultasi rencana egiatan konstruksi ermasuk

beritahuan hal-hal abu dilokasi ….(3)

Menyepakati cara pelaksanaan pekerjaan termasuk kepada para pekerja/buruh….(4)

Menyepakai cara pelaksanaan pekerjaan….(5)

tpemt

Melakk

sanakan kegiatan onstruksi dan tindakan

pak Melakukan monitoring….(7)

Melakukan monitoring ….(8)

Memberi masukan apabila ada penyimpangan dari rencana dan koordinasi pelaksanaan proyek ….(10)

Memberi masukan apabila ada gangguan….(9)

Evaluasi pelaksanaan egiatan konstruksi .(11)

oenanganan dam….(6)

k…

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 132

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

3),4). Menyetujui dan mengesahkan

9). Sesuai ketentuan LARAP

KONSULTASI MASYARAKAT PADA TAHAP PENGADAAN TANAH

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT

5). Pelajari detailnya pada pedoman pelaksanaan LARAP

6), 7) Lihat pedoman pelaksanaan monitoring

10). Pelajri pedoman evaluasi pelaksanaan LARAP

STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

2). Dilakukan Forum musyawarah yang dikoordinasi oleh Paniatia Pengadaan Tanah dan dihadiri oleh para wakil instansi terkait, aparat desa atau kelurahan, LSM dan penduduk terkena dampak.

8). Mencakup konpensasi untuk lahan dan bangunan, bantuan pindahan, bantuan pelestarian

1). Termasuk Detailed Disain dan Laporan Paniatia Pembebasan Mempelajari Dokumen

AP….(1)LAR

Melakukan Konsultasi siapan

mplementasi LARAP forum

usyawarah….(2)

PerI Menyepakati jadwal

kompensasi dan cara pengosongan lahan serta alih kepemilikan dalam forum musyawarah….(3)

Mensepakati jadwal dan rencana cara pelaksanaan pengosomham lahan mis : tanah instansi lain, listrik, PDAM, telpon….(4)

dalamm

Pelaksanaan LARAP…...(5) Melakukan

monitoring & evaluasi pelaksanaan LARAP….(16)

Melakukan monitoring & evaluasi pelaksanaan LARAP….(7)

Menerima kompensasi lahan dan hak/kewajiban lainya sesuai LARAP…(8)

Panitia pengadaan tanah melakukan proses implementasi….(9)

MPelakLAR

elakukan Evaluasi sanaan

AP….(10)

STAKEHOLDER LAINNYA KETERANGAN

KONSULTASI MASYARAKAT PADA TAHAP KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PEMRAKARSA BAPPEDALDA BAPPEDA MASYARAKAT

Mempelajari laporan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan lahan….(1)

Melterhad

akukan monitoring ap tertib

anfaatan jalan dan han sekitarnya….(2)

pemla

Melakukan konsultasi tentang pemanfaatan

Melakukan koordinasi antar instansi agar

Melakukan monitoring lingkungan sesuai RPL/UPL…...(4)

Berpartisipasi dalam mencegah penyimpangan pemnafaatan

jalan dan j

Memberi masukan dan mengupayakan pencegahan penyimpangan sesuai keterkaitannya mis : adanya penyerobotan lahan damija, berkembangnya lahan sekitar jalan yang tidak sesuai tata ruang….(7)

embatan…...(3)jalan dimanfaatkan sesuai fungsinya, pengunaan lahan sekitar jalan sesuai tata ruang dsb….(5)

jalan…..(6)

Bekerja sama dengan instansi terkait agar bagian-bagian jalan/jbt dipergunakan sesuai ungsinya.….(8)f

Tertib pemanfaatan jalan ….(9)

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 133

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

8. Pengadaan dan Ganti Rugi Untuk Tanah dan Bangunan 8.1 Pedoman Bank Dunia

Prinsip umum untuk pengadaan lahan, penilaian aset dan ganti rugi untuk lahan dan bangunan pada proyek pembangunan dimuat dalam Kebijakan Operasional (OP) 4.12 dan Prosedur Bank (BP) 4.12. Prinsip dasarnya adalah bahwa penetapan nilai tanah dan bangunan harus sesuai dengan biaya penggantiannya.

Perhatian khusus diberikan bagi aturan hukum mengenai hak milik atas tanah, pendaftaran tanah dan pendudukan lahan. Seluruh warga yang terpindahkan agar diberi informasi lengkap tentang Undang-Undang dan Peraturan penilaian tanah dan ganti ruginya. Beberapa jenis kerugian tidak mudah dievaluasi dan diganti kerugiannya seperti: akses menuju tempat-tempat pelayanan umum, akses pedagang dan konsumen, kawasan hutan dan lain-lain, namun perlu dibuat upaya penggantiannya yang sesuai dan dapat diterima masyarakat.

Unutk kasus pengadaan tanah dengan status kepemilikan yang berbeda, adalah kebijakan Bank Dunia untuk memberlakukan hak-hak yang berlaku umum dan hak-hak formal secara setara mungkin dalam peraturan dan mekanisme pemberian ganti rugi. 8.2 Pendekatan Peraturan Pemerintah untuk Ganti Rugi Peningkatan kapasitas jaringan jalan serta pengembangan jaringan memerlukan dilakukannya pengadaan tanah untuk rumija. Sehubungan dengan otonomi daerah, Pemerintah Daerah (Pemda) dimana terdapat lokasi proyek, bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses pengadaan tanah dan pemberian ganti rugi untuk keperluan rumija. Undang-undang Agraria No. 5, tahun 1960 memuat prinsip kewenangan penuh Pemerintah (eminent domain), dimana tanah milik perorangan / swasta dapat digunakan oleh Pemerintah “untuk kepentingan umum”. Namun sebelum Keppres No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005, tidak ada mekanisme formal bagi pengadaan tanah. Sebelumnya, pengadaan tanah untuk kepentingan umum, seperti untuk pembangunan fisik infrastruktur, dapat dilakukan melalui pembebasan atas dasar hukum. Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005 menyatakan bahwa diperlukan konsultasi masyarakat dan mufakat mengenai ganti rugi yang “wajar” untuk tanah dan hak milik tak bergerak lainnya. Sebagai pelaksanaan Keppres No. 55 tahun 1993 dan Perpres No 36 tahun 2005 adalah Kepmen Agraria No. 1 tahun 1994. Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005 mencabut Keputusan Menteri sebelumnya dan prosesnya telah diperluas dalam petunjuk pelaksanaan Kepmen Agraria/Kepala BPN No. 1/1994. Hanya jika kebutuhan tanah kurang dari 1 hektar, maka lembaga pelaksana dapat melakukan pembebasan lahan secara langsung. Dasar prosedurnya adalah sebagai berikut:

Instansi Pemrakarsa mengirimkan permohonan kepada Gubernur / Bupati / Walikota mengenai kebutuhan pengadaan tanah. Pengumuman resmi (berupa SK) diumumkan bahwa tanah akan digunakan untuk proyek, dan menginstruksikan Panitia Pengadaan Tanah, melalui Bupati atau Walikota, untuk menyiapkan inventarisasi tanah, bangunan dan pohon dan aset lainnya yang akan terkena proyek. Panitia yang telah dibentuk perlu menginventarisasi tanah, bangunan, tanaman, status surat kepemilikan, menilai dan menyarankan besarnya ganti rugi, memberikan data

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

134

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

pemegang hak milik tanah dan badan pengembang untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk / besarnya ganti rugi, serta merekomendasikan nilai ganti rugi berbagai kelas tanah kepada Gubernur. Nilai ganti rugi tersebut harus disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku.

Gubernur mengeluarkan Keputusan lainnya yang menyatakan besarnya ganti rugi untuk berbagai kelas tanah dan aset lainnya. Proporsi jumlah yang dibayarkan disesuaikan dengan hak atas tanah yang dimilikinya. Kepada pemilik tanah ditawarkan ganti rugi, walaupun mereka mungkin menolak nilai yang ditawarkan. Untuk itu ada suatu prosedur penyampaian keluhan. Jika pemilik lahan menerima tawaran, mereka diberikan waktu untuk mengosongkan lahan. Petani agar diperbolehkan melanjutkan menggarap lahan sampai lahan tersebut digunakan untuk pelaksanaan proyek.

Dalam suatu proyek besar, prosedur yang dilaksanakan memakan waktu yang cukup lama. Diperkirakan akan membutuhkan waktu enam hingga tujuh bulan untuk membebaskan lahan rumija bagi North Java Road Improvement Project. Jangka waktu yang hampir sama dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pengadaan tanah dalam proyek-proyek SURIP, SRRP dan EIRTP. Keppres 55 /1993 dan Perpres 36/2005 menetapkan besaran ganti rugi disesuaikan dengan status hak penguasaan resmi yang tertuang dalam Undang-undang Agraria tahun 1960 dengan ketentuan sebagai berikut:

1). Hak Milik - Dinilai 100% - dilengkapi sertifikat - Dinilai 90% - tanpa sertifikat

2). Hak Guna Usaha - Dinilai 80% - jika haknya masih berlaku dan dikelola dengan baik - Dinilai 60% - jika haknya kadaluarsa tapi masih dikelola

3). Hak Guna Bangunan - Dinilai 80% - jika haknya masih berlaku - Dinilai 60% - jika haknya kadaluarsa tapi lahan masih digunakan oleh

pemegang hak

4). Hak Pakai - Dinilai 100% - jika masa berlaku tidak terbatas dan lahan digunakan - Dinilai 70% - jika hak pakai sampai 10 tahun - Dinilai 50% - jika haknya kadaluarsa tapi lahan masih digunakan

pemegang

5). Wakaf - Dinilai 100% - dengan ketentuan bahwa ganti rugi akan diberikan dalam

bentuk tanah, bangunan dan peralatan.

Kompensasi gati rugi tanah untuk kepemilikan karena hukum adat tidak tertuang dalam Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005, begitu juga dalam hukum Dasar Agraria tahun 1960. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 tahun 1992 tentang Pengembangan Penduduk dan Membangun Keluarga Sejahtera disebutkan adanya jaminan pengembangan wilayah adat yang dilindungi berdasarkan hukum adat tetapi

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 135

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

sampai sekarang belum ada acuan yang spesifik untuk menjamin kelangsungan atau warisan hak atas tanah menurut hukum adat.

Banyak persil di wilayah pedesaan yang belum pernah disurvai secara formal dan dibuat sertifikat kepemilikannya (Sertifikat Hak Milik) atau hak atas tanah dalam bentuk lain yang dikeluarkan Negara. Sehingga sangat diperlukan suatu mekanisme yang lebih komprensif yang bisa menampung aspirasi ganti rugi tanah adat, seperti halnya tanah Negara yang diperlukan untuk pembangunan jalan. Hal ini diperlukan konsultasi dengan masyarakat adat di wilayah lahan yang terkena proyek untuk menyusun suatu prosedur yang bisa diterima serta menetapkan nilai-nilai tanah adat yang akan di beri ganti rugi berdasarkan harga pasar dan sesuai dengan yang tertera pada Keppres 55/1993 serta Perpres 36/2005 untuk tanah yang dikuasai oleh pemerintah.

Melalui Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005, terdapat suatu sistem umum dalam menentukan nilai tanah, bangunan dan harta tidak bergerak lainnya, seperti pohon-pohon yang masih produktif. Masing-masing pemerintah daerah akan membentuk Panitia Sembilan yang dipimpin oleh Bupati atau Walikota yang bertugas untuk menentukan harga dasar tanah di wilayahnya. Harga dasar tersebut ditetapkan secara periodik berdasarkan harga yang berlaku untuk 42 jenis penggunaan tanah dan lokasi yang berbeda (Peraturan Menteri Dalam Negeri 1/1975) yang dihitung menurut perkembangan harga selama 3 bulan. Berdasarkan hal ini, Pemda menyiapkan daftar harga tanah resmi untuk lahan-lahan di wilayahnya.

Penentuan dari harga dasar tanah belum berubah secara signifikan menurut Keppres 55/1993 dan Perpres 36/2005, yang menetapkan bahwa nilai tanah secara nyata harus dihitung dengan mempertimbangkan nilai jual terakhir untuk menentukan Nilai Jual Objek Pajak atau NJOP. Namun demikian harga yang muncul, baik di wilayah pedesaan atau perkotaan pada umumnya nilainnya di bawah harga pasar sedangkan di pusat-pusat kota, terutama kawasan perdagangan dan kawasan industri, nilai NJOP dapat lebih tinggi dibanding harga pasar. Diperkirakan pada pelaksanaan proyek-proyek di pulau Jawa ada perbedaan harga dimana harga pasar biasanya minimal 50% lebih tinggi dari harga NJOP terkait dengan upaya Pemda untuk mencapai target pendapatan daerah.

Pengalaman dari proyek pembangunan infrastruktur di perkotaan menunjukkan adanya kecenderungan dalam memberikan nilai ganti rugi lahan yang semakin realistis. Jumlah yang dibayar dimodifikasi lebih lanjut berdasarkan status kepemilikan tanah (lihat di atas), dan juga berdasarkan proporsi kepemilikan tanah yang akan dibebaskan. Bagaimanapun, pengawasan yang ketat terhadap UU No. 24/1992 tentang Tata Ruang harus menjamin bahwa tidak ada kelompok yang tidak akan diberi ganti rugi.

Ganti rugi untuk bangunan didasarkan pada nilai resmi pembangunan gedung dengan penyusutan 2% tiap tahun mulai dari tanggal konstruksi. Penentuan proses ganti rugi secara parsial sangat kompleks dan juga bervariasi antar daerah dan lokasi proyek yang berbeda.

8.3 Rekomendasi Pendekatan Untuk Pengadaan Tanah dan Ganti Rugi

Proyek ISEM (Institutional Sthrengthening in Environmental Management) telah mempersiapkan satu set prosedur, proses dan pedoman yang berhubungan dengan pengadaan dan ganti rugi tanah. Namun demikian prosedur terbaru yang diperkenalkan oleh proyek SESIM (Strengthening Environmental and Social Impacts Management) lebih sesuai untuk diadopsi. Prosedur tersebut telah menggabungkan persyaratan Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia sehingga bisa diterima oleh kedua belah pihak sebagai pendekatan untuk ganti rugi dimasa depan. Disamping itu kerangka kebijakan tentang

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

136

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

pengadaan lahan dan pemukiman kembali telah disiapkan dalam Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.12 (Lampiran D).

Petunjuk ISEM telah disempurnakan dan disederhanakan sebagai dasar ARPLS. Tabel 8.1 menunjukkan rekomendasi untuk Pengadaan Lahan (dan Pemukiman Kembali).

Tabel 8.1 : Pendekatan Umum untuk Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

Tahapan Projek Lingkup Kegiatan

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

Kegiatan Utama

1.

Perencanaan Umum

Pertimbangan Pengadaan Tanah

Menghindari lahan budidaya dan yang dilin-dungi berdasarkan kriteria pada pasal 6 UU No. 24 / 1992 tentang perencanaan tata ruang.

2. Pra-Studi Kelayakan

Kegiatan Awal Pengadaan Tanah

a. Meninjau keadaan lahan dan sosial khususnya identifikasi masyarakat.

b. Memperkirakan luas tanah yang diadakan serta potensi dampak dan resikonya.

3.

Studi Kelayakan Identifikasi Tanah yang dibebaskan dan Pemukiman Kembali.

a. Identifikasi potensi dampak/kerugian termasuk penilaian tipe pemukiman kembali melalui survey tata guna lahan dan sosial ekonomi (secara acak), survey aset masyarakat yang terkena proyek dan konsultasi masyarakat.

b. Identifikasi lokasi alternatif untuk pemukiman kembali.

c. Perumusan kebijakan tentang pemukiman kembali

d. Perumusan kelembagaan pembina masyarakat yang dimukimkan kembali.

e. Penyiapan kerangka dan strategi untuk pelaksanaan

f. Peniapan anggaran biaya dan sumber pendanaan.

4. Desain Teknis Persiapan Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

a. Survey sosial-ekonomi dan konsultasi masyarakat.

b. Kaji ulang kebijakan pengadaan lahan, pemukiman kembali termasuk pengaturan kelembagaan dan rehabilitasi pendapatan.

c. Merencanakan program pelaksanaan pengadaan lahan dan pemukiman kembali (komponen kegiatan, program & prosedur kerja, jadwal dan pendanaan).

5.

Pra-Konstruksi Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

a. Persiapan administrasi b. Pelaksanaan pengadaan tanah

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 137

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tahapan Projek Lingkup Kegiatan

Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali

Kegiatan Utama

c. Pelaksanaan pemukiman kembali

6. Konstruksi

Rehabilitasi Ekonomi Masyarakat Setempat

a. Sosialisasi program pemulihan pendapatan

b. Mempertimbangkan sasaran kelompok sensitif dan rentan.

7. Pasca Konstruksi

Pemantauan & Evaluasi a. Pemantauan dan evaluasi proses khususnya dalam pembangunan lokasi pemukiman kembali

b. Memperbaiki proses dan memperhatikan kondisi pembangunan.

8. Evaluasi Akhir yang Independen

Evaluasi Pasca Proyek a. Evaluasi akhir yang independen b. Mengevaluasi perbaikan kebijaksanaan

dan rencana masa depan.

Ketentuan pokok untuk pengadaan lahan dan ganti rugi adalah sebagai berikut:

Seluruh warga yang terkena proyek yang memiliki hak atas tanah yang sah akan menerima ganti rugi untuk seluruh tanah dan bangunan berdasarkan nilai penggantian. Nilai penggantian untuk tanah akan ditentukan berdasarkan harga pasar. Perlu dipertimbangkan juga nilai pajak atas tanah dan bangunan serta aspirasi warga yang terkena proyek.

Dana ganti rugi tanah dan bangunan serta pemukiman kembali pendanaannya harus tersedia di tingkat Pemerintah Kabupaten / Kota agar prosesnya cepat dan lancar.

Pemantauan yang efektif diperlukan untuk menjamin dilaksanakannya pembayaran yang benar dan adil bagi stakeholders / warga terkena proyek.

Melakukan konsultasi dengan seluruh warga terkena proyek yang akan diselenggarakan pada seluruh tahapan proses pengadaan lahan dan ganti rugi.

Melakukan konsultasi dengan seluruh warga terkena proyek yang akan menginformasikan seluruh perundang-undangan dan peraturan yang berhubungan dengan penaksiran dan ganti rugi.

Warga yang mempunyai bukti surat kepemilikan secara tradisional atau lainnya akan mendapat ganti rugi sesuai persetujuan dan prosesnya dilakukan secara terbuka.

8.4 Perumusan Terhadap Berbagai Pilihan Ganti-rugi dan Pengelompokan

Warga yang Terkena Proyek Warga terkena proyek akan menerima ganti-rugi yang layak berdasarkan perhitungan biaya ganti rugi riil (real replacement cost). Dalam menentukan biaya penggantian ini, penyusutan aset dan nilai sisa material tidak diperhitungkan, begitu pula dengan kerugian akibat pertambahan nilai aset sebagai akibat kegiatan proyek.

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

138

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Ganti rugi untuk pohon, tanaman dan aset lainnya akan dinegosiasi berdasarkan harga standar yang berlaku untuk berbagai jenis pohon dan komoditi perkebunan. Pemantauan dan evaluasi terhadap proses ganti rugi akan dilaksanakan untuk menjamin bahwa warga terkena proyek telah menerima ganti rugi sesuai dengan LARAP. Pemantauan akan dilaksanakan oleh lembaga independen setempat (misalnya Perguruan Tinggi) dan akan meliputi survei sensus atau sampling tergantung pada jumlah rumah tangga yang terkena proyek. Laporan mengenai hasil pemantauan dan rekomendasinya akan dipublikasikan. Pilihan ganti rugi untuk warga terkena proyek, adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan kesepakatan dalam negosiasi, WTP mempunyai pilihan atas

kompensasi berupa uang, tanah pengganti atau pemukiman kembali.

2. WTP yang secara fisik terpindahkan akan menerima biaya ganti rugi penuh atas aset yang dimiliki.

3. Kompensasi dalam bentuk pemukiman kembali sebagaimana dimaksud dengan butir 1 sub-bab ini dapat berupa alternatif pilihan, antara lain: kaveling siap bangun, pertukaran tanah, perumahan murah, rumah susun, permukiman dengan fasilitas KPR-BTN atau skema lainnya yang dapat diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

4. WTP dapat pula membentuk kelompok perumahan kooperatif melalui usaha bersama membangun perumahannya. Untuk ini Pemerintah Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Instansi terkait memberikan bantuan pelayanan dan pembinaan yang diperlukan.

5. Kompensasi atas bangunan tidak akan dibebani penyusutan (depresiasi) bangunan, pungutan atau pajak atas ganti rugi yang diterimanya.

6. WTP berhak mengambil dan membawa bekas bahan bangunan mereka ke lokasi permukiman yang baru.

7. Kompensasi dalam bentuk uang diberikan kepada WTP sebelum warga pindah ke lokasi baru atau sebelum bangunan lamanya dibongkar.

Penduduk terkena proyek dapat dikelompokan kedalam: 1. Warga yang mempunyai sertifikat yang sah, girik, atau hak adat (perorangan atau

kelompok); 2. Warga yang menguasai tanah pada lahan pemukiman, komersial, atau industri di

lokasi proyek, tetapi belum mempunyai sertifikat atau bukti pemilikan yang sah; 3. Warga yang menduduki tanah pada lahan prasarana dan fasilitas umum seperti: di

atas sungai, jalan, taman atau fasilitas umum lainnya di daerah proyek; 4. Warga yang berstatus sebagai penyewa. Tiap-tiap kelompok penduduk terkena proyek sebagaimana tersebut diatas akan diperlakukan berbeda sesuai dengan hak masing-masing seperti yang dijelaskan dalam Kerangka Kebijakan Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (Lampiran D)

Analisis Dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 139

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

9 Pemukiman Kembali dan Perlakuan Terhadap Warga yang Terpindahkan 9.1 Pedoman Bank Dunia Bank Dunia mempunyai perhatian khusus bagi warga yang terpindahkan akibat kegiatan pembangunan dan telah menetapkan kebijakan operasional (OP 4.12) mengenai pemukiman kembali rudapaksa (involuntary resettlement). Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan tanah harus dikaji kembali supaya memenuhi persyaratan pemukiman kembali. Untuk itu, setiap proyek jalan harus mengkaji kemungkinan adanya pemukiman kembali pada awal siklus proyek. Pedoman Bank Dunia OP 4.12 memuat prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Pemukiman kembali secara tidak sukarela harus sedapat mungkin dihindari atau

diminimalkan. melalui berbagai alternatif, termasuk merubah alinyemen jalan. 2. Dimana pemindahan warga tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali

harus dilaksanakan sedemikian rupa agar warga yang dipindahkan mendapat peluang menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk ganti rugi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan dalam membangun kembali kehidupannya di lokasi yang baru.

3. Diadakannya konsultasi masyarakat pada seluruh tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemukiman kembali.

4. Harus ada integrasi sosial dan ekonomi bagi warga yang dimukimkan dengan warga setempat.

5. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan ganti rugi lainnya bagi warga yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Apabila pembangunan jalan akan mencakup pemindahan warga di atas 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka harus disiapkan full LARAP namun jika warga terkena proyek kurang dari 200 orang atau 40 KK dan jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan maka disiapkan LARAP Sederhana hal ini untuk menjamin telah terpenuhinya persyaratan-persyaratan yang telah disepakati. Rencana pemukiman kembali harus dibuat dalam suatu strategi pembangunan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi WTP, atau sekurang-kurangnya mengembalikan kondisi sosial dan ekonomi WTP agar sama dengan kondisi sebelum dipindahkan. Penggantian uang saja seringkali tidak mencukupi. Oleh karenanya rencana pemindahan agar memuat suatu pernyataan kebijakan dan sasaran berikut: • • • • • • • • •

Tanggung jawab organisasi Partisipasi masyarakat dan integrasi dengan warga setempat Survai sosial ekonomi Kerangka hukum Alternatif lokasi dan pemilihannya. Penaksiran dan ganti rugi untuk kehilangan harta benda. Penguasaan lahan, pengadaan tanah dan pemindahan hak. Akses terhadap pelatihan, pekerjaan dan kredit. Pelayanan tempat tinggal, prasarana umum dan sosial.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 140

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

• • •

Perlindungan terhadap lingkungan dan pengelolaan lokasi pemukiman kembali. Jadwal pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Perencanaan harus mencakup perkiraan biaya supaya bisa dianggarkan dan dijadwalkan melalui koordinasi dengan pekerjaan fisik pembiayaan proyek.

Perbaikan jalan eksisting seperti peningkatan kapasitas jalan (Capex) dengan pelebaran, umumnya hanya memerlukan pengadaan sebidang lahan kecil untuk rumija baru. Berdasarkan pengalaman dari proyek sejenis di Indonesia seperti SURIP dan NJRIP, kegiatan tersebut biasanya memindahkan satu keluarga atau individu, dan bukan seluruh komunitas. Pada kasus seperti ini, pemukiman kembali secara resmi umumnya tidak diperlukan atau diminta oleh warga yang terpindahkan, namun ganti rugi harus memadai agar warga terpindahkan dapat memperoleh sendiri tempat tinggal dan lahan pengganti yang pantas.

Ganti-rugi yang pantas, disediakan agar keluarga yang terpindahkan mampu membangun atau membeli rumah atau lahan di dalam komunitas yang sama. Keluarga yang terpindahkan sebaiknya tidak dipaksa untuk pindah ke komunitas lainnya karena alasan lebih murah, Keluarga yang terpindahkan diperbolehkan memilih menggunakan ganti rugi yang diterima untuk pindah ke komunitas lain sesuai keinginan mereka.

Secara garis besar, penting bahwa semua warga yang terpindahkan diberi kesempatan untuk memilih alternatif bentuk ganti-rugi: tunai, penggantian kepemilikan, atau kombinasi antara tunai dan penggantian kepemilikan.

Prosedur Bank (BP) 4.12, serta OP 4.12, menyiapkan pedoman detil rinci untuk pembebasan lahan dan pemukiman kembali untuk proyek berbantuan Bank Dunia. 9.2 Pendekatan Pemerintah dalam Prosedur Pemukiman Kembali Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 dan Peraturan Presiden No 36 tahun 2005, mengatur prinsip-prinsip untuk pembebasan lahan dan pemindahan warga bagi proyek-proyek besar. Namun peraturan tersebut diatas, tidak mengatur prosedur secara rinci untuk pemindahan warga yang terkena proyek. Petunjuk operasional melalui Peraturan Menteri Agraria / Kepala BPN No. 1 tahun 1994 menetapkan prosedur untuk pengadaan lahan, tetapi tidak mencakup prosedur pemukiman kembali. Permasalahan pokok menyangkut pemukiman kembali dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi proyek adalah sebagai berikut: • Belum adanya PP atau pedoman yang mengatur secara khusus pemukiman kembali, • Belum ada lembaga yang khusus menangani pemukiman kembali, • Terbatasnya pengalaman pelaksanaan pemukiman kembali di Indonesia yang sesuai

dengan persyaratan internasional, • Pelaksanaan pemukiman kembali merupakan tanggung jawab pemerintah daerah

setempat yang memiliki sumber dana dan sumberdaya manusia yang terbatas, • Belum adanya prosedur yang efektif untuk memberikan alternatif akomodasi bagi

warga yang terpindahkan (selain dari prioritas penawaran perumahan Perumnas).

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 141

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

9.3 Rekomendasi Untuk Pemukiman Kembali Proyek ISEM telah menyiapkan seperangkat prosedur, proses dan pedoman yang berhubungan dengan pemukiman kembali. Prosedur tersebut adalah gabungan dari persyaratan Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sebagai pendekatan konsultasi dimasa yang akan datang. Petunjuk ISEM telah di sempurnakan dan disederhanakan ke dalam suatu format yang menjadi dasar ARPLS. Disamping itu, untuk keperluan SRIP sendiri telah dipersiapkan bentuk kerangka kebijaksanaan menyangkut pengadaan tanah dan pemukiman kembali sebagai bagian persetujuan bantuan (Lampiran D). Hal-hal pokok dalam kerangka kerja proses pemukiman kembali adalah sebagai berikut: • Mengadakan konsultansi secara luas selama proses pemukiman kembali terhadap

warga yang terkena proyek (juga dalam proses pengadaaan tanah). • Konsultansi termasuk mengadakan survey terhadap seluruh masyarakat terkena

proyek untuk mengetahui kebutuhan dan kondisinya, serta memantau masyarakat yang dipindahkan.

• LSM agar secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan konsultasi • Pembebasan lahan dan rencana kegiatan pemukiman kembali (LARAP) agar

disiapkan jika keluarga yang harus dimukimkan kembali / dipindahkan tersebut lebih dari 200 orang.

• Seluruh masyarakat terkena proyek akan diberi pilihan apakah menerima pembayaran ganti rugi uang tunai atau dimukimkan kembali

• Sebagai tambahan untuk ganti rugi lahan, bangunan dan aset yang tak terpindahkan, warga terkena proyek akan menerima bantuan pemukiman kembali, untuk membantu dalam mengatur lingkungan pemukiman baru mereka, bantuan dapat disiapkan sejalan dengan konstruksi dan pelaksanaan sub proyek.

• Dalam proses konsultasi, agar melibatkan warga setempat di lokasi pemukiman kembali.

• Jika warga terkena proyek dan Pemerintah Daerah tidak menyetujui rencana tindak pemukiman kembali setelah lebih dari 1 tahun, maka sub proyek akan dihapus dari SRIP.

• Terdapat banyak jenis bantuan, yang dapat dipilih oleh warga yang terkena proyek sesuai dengan pendapat dan kebutuhannya. Jenis bantuan secara rinci, dipaparkan di Kerangka Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali.

Tabel 9.1 menggambarkan rekomendasi pendekatan untuk pemukiman kembali.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 142

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 9.1 : Rekomendasi untuk Pemukiman Kembali Pada Pembangunan

Jalan dan Jembatan

Kegiatan Resettlement Tahapan Proyek pada Departemen Kimpraswil

1. Survai fisik dan sosial di desa atau di lokasi proyek . Rapat untuk diseminasi dan penyampaian informasi proyek di Kelurahan / Desa

Tahap Perencanaan Umum Tahap Studi Kelayakan

2. Rapat Desa Kedua Survai Baseline fisik dan sosial

3. Rapat Desa Ketiga dan Konsultasi dengan warga sekitar pemukiman kembali

4. Inventarisasi aset / penetapan tanah yang dibebaskan

5. Menyiapkan Rencana Kerja pemindahan warga (LARAP), dan Desain lokasi Resettlement, jika diperlukan.

Tahap Perencanaan Teknik

6. Konsultasi Masyarakat lebih lanjut dengan warga terkena proyek dan warga pemukiman setempat, serta penyuluhan dan mempertimbangkan sanggahan.

Tahap Pra-Konstruksi

7. Tahap pembebasan lahan dan pemindahan warga dan bantuan pemindahan

Tahap Pra–Konstruksi atau Tahap Konstruksi

8. Pemantauan partisipasi warga yang di pindahkan pada lokasi pemukiman baru

Tahap O & P

9. Evaluasi seluruh proses dan kesesuaian dengan safeguard dan ARPLS

Tahap Evaluasi

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 143

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

10. Pemantauan Pemantauan ARPLS merupakan salah satu unsur penting dari keseluruhan proses. Tujuan utama pemantauan dalam hal ini adalah: 1. Memastikan bahwa persyaratan-persyaratan Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia

diikuti secara keseluruhan selama proses pembangunan jalan dengan mempertimbangkan secara khusus proses penyaringan, konsultasi, penilaian dampak lingkungan, pengelolaan lingkungan, pengadaan tanah dan pemukiman kembali.

2. Ketepatan langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang diterapkan berdasarkan persyaratan terkait yang disusun dalam dokumen kontrak SRIP, atau prosedur pengelolaan dan pemantauan khusus yang disiapkan sebagai bagian dari studi UKL & UPL, AMDAL, ANDAS, LARAP dan Tracer untuk sub proyek yang sensitif.

3. Memastikan bahwa penduduk yang terkena dampak langsung oleh pembangunan jalan, menerima ganti rugi dan bantuan yang layak dalam proses pemukiman kembali sesuai kebijakan kerangka pembebasan lahan dan pemukiman kembali.

4. Adanya kekurangan dalam proses atau hasil kegiatan, akan dimitigasi dalam proyek yang akan datang melalui perubahan dan peningkatan proses pelaksanaan dan perbaikan lainnya.

Laporan pemantauan ini akan tercakup dalam persyaratan laporan proyek yang disiapkan oleh seluruh manajemen proyek dan tim konsultan dengan salinan lengkap diserahkan ke Bank Dunia; beberapa aspek kunci sistem pemantauan disajikan pada bagian berikut: 10.1 Tanggung Jawab Pemantauan Laporan Kemajuan Bulanan masing-masing sub proyek, akan: - Diserahkan oleh Unit Pelaksanaan Proyek (PIUs) di Propinsi. - Dikaji dan dikonsolidasikan oleh Konsultan Desain dan Supervisi (DSC) - Diperiksa dan dihimpun oleh tim konsultan inti (CTC) CTC dan DSC keduanya akan melibatkan staf lingkungan untuk mendukung pemantauan sub proyek Sub proyek spesifik yang memiliki dampak penting akan memerlukan pemantauan dan studi detail seperti UKL & UPL, AMDAL, ANDAS LARAP dan Tracer.Sebelum menyusun rencana pemantauan untuk studi detail tersebut, perlu ditetapkan terlebih dahulu tanggung jawab kelembagaannya. .Lembaga yang paling tepat adalah Bapedalda yang diharapkan mempunyai pemahaman yang luas terhadap keseluruhan proses dan dampak sosial ekonomi proyek..Untuk itu, perlu diupayakan agar Bapedalda yang terlibat memiliki pengetahuan terhadap persyaratan proyek dan tanggung jawab mereka.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

144

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

10.2 Waktu dan Pemantauan Berkala Sebagai tambahan atas laporan bulanan pelaksanaan sub proyek, pemantauan detail diperlukan bagi sub proyek sensitif yang memerlukan studi AMDAL,UKL&UPL, LARAP dan Tracer. Pemantauan terhadap subproyek tersebut harus dimulai sedini mungkin untuk menyusun sebuah informasi dasar/baseline sebelum pelaksanaan proyek. Dalam hal pemantauan keluarga yang terpindahkan, diperlukan pemantauan lebih dari satu kali untuk memungkinkan melakukan tinjauan jangka panjang terhadap kondisi keluarga. 10.3 Metoda Pemantauan Pemantauan bagi sub proyek yang berdasarkan penyaringan diketahui tidak terdapat dampak penting lingkungan dan sosial, dapat disertakan dalam sistem pelaporan bulanan proyek. Pengawasan, kajian dan rekomendasi terhadap laporan tersebut akan dilakukan oleh ahli lingkungan CTC, dan didukung dengan kunjungan lapangan jika diperlukan. Sampai batas yang memungkinkan, kajian dan rekomendasi tambahan terhadap hasil pemantauan dapat dimintakan kepada Bapedalda untuk sub proyek yang sensitif. Pemantauan dampak-dampak sosial akan membutuhkan dilaksanakannya wawancara dengan para pejabat pemerintah, organisasi terkait dan komunitas yang terkena dampak. Format standar wawancara atau kuesioner sederhana harus dipersiapkan. Survey-survey fisik juga akan diperlukan untuk mengkaji standar kompensasi tanah, bangunan dan aset lainnya, pemukiman kembali dan/atau bantuan penghidupan. 10.4 Laporan Pemantauan Pemantauan lingkungan yang sesuai akan disertakan dalam laporan proyek. Salinan seluruh laporan kemajuan pemantauan akan diserahkan ke Bank Dunia dan Instansi terkait lainnya. Laporan yang lebih detail akan diperlukan untuk sub proyek sensitif yang membutuhkan UKL & UPL, AMDAL, LARAP dan Tracer. Seluruh studi lingkungan dan sosial terlebih dahulu akan dikaji dan disetujui oleh Bank Dunia. Laporan studi lingkungan dan sosial akan dirinci dalam dokumen laporan studi lingkungan dan sosial yang dibutuhkan, dengan salinan yang dikirimkan ke Bank Dunia. Departemen PU akan melaporkan ke Bank Dunia tiga kali setahun untuk laporan pemantauan AMDAL dan dua kali setahun untuk laporan pemantauan UKL & UPL. Perhatian khusus akan diberikan pada sebagian besar sub proyek yang terkait isu ganti rugi pembebasan lahan untuk rumija dan pemukiman kembali. Indikator utama pemantauan terhadap sub proyek tersebut akan mencakup hal-hal sebagai berikut: • Penganggaran dan Penjadwalan: Apakah seluruh kegiatan telah dilaksanakan dalam

kerangka waktu dan dalam program dan anggaran biaya yang telah disepakati? • Kondisi Penanganan Pemukiman Kembali dan Pembebasan Lahan: Apakah seluruh

keluarga mengetahui pilihan-pilihan dalam hal pemukiman kembali, ganti rugi yang layak, dan pembinaan?

• Proses Konsultasi: Apakah telah ada keterbukaan, pertemuan dengan masyarakat, atau konsultasi perorangan yang mencukupi?

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 145

Strategic Roads Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

• Tingkat Kepuasan: Apakah setiap orang dalam komunitas merasa puas dengan keseluruhan proses perencanaan dan desain?

• Perbaikan Standar Hidup dan Mata Pencaharian: Apakah seluruh keluarga yang terkena dampak dapat diperbaiki standar hidup dan penghasilannya?

• Prosedur Tanggapan dan Keluhan: Apakah warga yang memiliki keluhan ditangani serta diberikan akses kepada pejabat senior?

• Dampak Sosial Ekonomi terhadap Masyarakat Luas: Apakah dampak yang memiliki pengaruh yang bersifat lama dan luas terhadap seluruh komunitas?

Pemantauan dan laporan menyeluruh terhadap proyek akan dilaksanakan sebagai bagian dari Indikator Kinerja Utama dari SRIP.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP)

146

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

11. Rencana Tindakan untuk Pelaksanaan Analisis Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ARPLS)

11.1 Gambaran Umum Secara singkat, keseluruhan tujuan ARPLS adalah untuk menetapkan proses dan tanggung jawab yang disetujui untuk kegiatan-kegiatan berikut: • Penyaringan: Untuk menetapkan dan memisahkan dampak-dampak penting sosial

dan lingkungan yang merugikan melalui penyaringan yang efektif. • Pengelolaan Dampak: Untuk mempersiapkan dan selanjutnya melaksanakan

langkah-langkah untuk menanggulangi atau menghilangkan dampak-dampak penting yang merugikan, melalui berbagai studi khusus lingkungan dan sosial (misalnya AMDAL, UKL & UPL, LARAP, Tracer) dan atau Prosedur Operasian Standar (SOP).

• Pemantauan: Untuk memantau berbagai langkah dalam menangani atau

menghilangkan dampak-dampak yang merugikan pada tahap desain dan kontruksi.

ARPLS menyoroti pentingnya menjamin suatu proses yang cermat dan metodis pada penyaringan, masukan desain, penyiapan laporan, penanganan dan pemantauan. Ringkasan usulan peran dan tanggungjawab pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada SRIP disajikan di Tabel 11.1. Dengan pendekatan terdesentralisasi berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, lembaga yang bertanggungjawab secara keseluruhan dalam mengawasi kegiatan-kegiatan lingkungan adalah Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) pada tingkat Propinsi / Kota dan Kabupaten. Kerangka kerja legal penting yang menetapkan peran utama Bapedalda dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan adalah UU No. 23 / 1997, PP No. 27 / 1999 dan Peraturan Bapedal No. 165 / 1997. Untuk membantu memudahkan dan mendukung tugas dan tanggungjawab masing-masing BAPEDALDA, SRIP akan melibatkan ahli-ahli lingkungan baik dalam konsultan pusat dan daerah. Ahli-ahli lingkungan yang didukung oleh sumber daya proyek, bertanggungjawab untuk menjamin kordinasi yang erat pada proyek serta keterlibatan masing-masing Bapedalda.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 147

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 11.1 Ringkasan Usulan Peranan dan Tanggungjawab Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan pada SRIP

Keseluruhan Tujuan Lingkungan Proyek: • Proyek akan dilaksanakan sesuai dengan Analisis Rencana Pengelolaan

Lingkungan dan Sosial (ARPLS) dan Loan Agreement. • Setiap BAPEDALDA dan Bappeda (hanya untuk kegiatan pembebasan lahan) harus

memiliki pemahaman ARPLS dan keterlibatan yang memadai dalam proyek. Sub-Direktorat Teknik Lingkungan, Ditjen Bina Marga • Menyiapkan pedoman dan pengawasan aspek-aspek lingkungan proyek. • Melakukan kordinasi dengan Pemkab/Kota/Propinsi/Pusat dan Bank Dunia dan

instansi pemerintah nasional dan daerah terkait. Core Team Consultant (CTC, yang ditugaskan oleh Direktorat Teknik, Dirjen Bina Marga): • Memberi bantuan serta menjamin kesesuaian dengan ketentuan-ketentuan ARPLS,

terutama selama perencanaan dan penilai subproyek. • Menjamin kordinasi yang erat dengan BAPEDALDA termasuk workshop konsultasi

dan kordinasi, dukungan training dan penyebaran informasi yang dibutuhkan. Design and Supervision Consultant (DSC, dibawah Dirjen Bina Marga): • Memimpin kajian desain subproyek, pemantauan dan pelaporan pelaksanaan

berkordinasi dengan CTC . • Memberikan dukungan lapangan selama pelaksanaan sub proyek. • Mendukung keperluan-keperluan bagi kunjungan pemantauan dan pertemuan-

pertemuan konsultasi. Ka-SNVT/Kasatker Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) • Memimpin perencanaan dan pengawasan proyek di tingkat propinsi. • Berperan sebagai ujung tombak dalam koordinasi dan komunikasi dengan

BAPEDALDA dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang terkait. BAPEDALDA (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, bertugas dibawah pemerintah Propinsi/Kota dan/atau Kabupaten): • Membimbing pengelolaan, pemantauan dan konsultasi lingkungan di masing-

masing wilayah administrasi pemerintahannya. • Konfirmasi proses penyaringan, menetapkan kebutuhan dan kaji-ulang/persetujuan

studi-studi selanjutnya (misalnya UKL & UPL, AMDAL, ANDAS, LARAP dan atau Tracer) untuk semua subproyek yang diusulkan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 148

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

11.2 Ruang Lingkup Kegiatan Lingkungan Aspek lingkungan proyek ini perlu dipertimbangkan sebagai elemen pokok dari proses perencanaan dan desain. Beberapa sub proyek jalan dan jembatan dapat menyebabkan dampak siginifikan setempat pada lingkungan alami dan manusia. Dengan manajemen yang cermat selama tahap perencanaan, desain dan konstruksi, banyak dampak yang merugikan dapat dikurangi dan pada beberapa kasus dapat dihilangkan. Sasaran utama kegiatan lingkungan secara singkat adalah sebagai berikut: • Penyaringan semua sub-proyek jalan dan jembatan untuk menjamin bahwa peraturan

dan persyaratan yang ditetapkan, yaitu RKL & RPL, UKL & UPL, LARAP dan Tracer dapat dipenuhi dan digunakan sebagai alat yang efektif untuk mengurangi dan menghilangkan berbagai dampak negatif yang merugikan;

• Memberikan masukan dalam proses desain untuk mengurangi atau mengurangi berbagai dampak lingkungan yang merugikan pada semua sub-proyek SRIP;

• Membangun dan memelihara hubungan dengan lembaga lingkungan penting seperti. Bapedalda untuk menjamin suatu pemantauan dan kajian yang efektif atas seluruh aspek program jalan;

• Memaksimalkan koordinasi berbagai proyek dan tim-tim konsultan untuk menjamin adanya pengelolaan lingkungan yang efektif selama pelaksanaan konstruksi seluruh sub-proyek.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, SRIP akan menyediakan bantuan teknis terhadap kegiatan berikut guna mendukung pengelolaan lingkungan dan peran Bapedalda dalam proyek: 1. Penyaringan sub-sub proyek SRIP; 2. Penyiapan laporan pemantauan dan pengelolaan pada sub proyek SRIP; 3. Masukan untuk proses desain seluruh sub-proyek; 4. Penyempurnaan atau pemutakhiran ARPLS sesuai keperluan; 5. Hubungan dengan Bapedalda untuk seluruh sub-proyek; 6. Hubungan dan bimbingan mengenai materi-materi lingkungan diantara

konsultan; 7. Partisipasi lingkungan dan sosial dalam studi kelayakan; 8. Penyiapan studi lanjutan SRIP;

Ringkasan dari pelaksanaan ARPLS yang didukung oleh SRIP ini akan disampaikan pada bagian selanjutnya. Disamping itu, Bagian 11.3 menggambarkan jenis dukungan yang akan disediakan oleh proyek dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang merupakan tanggung jawab Bapedalda. 11.3 Penyaringan Sub-proyek SRIP Tahap awal yang penting dalam proses pengelolaan dampak lingkungan dan sosial adalah menjamin bahwa setiap sub-proyek dilakukan penyaringan secara tepat berdasarkan tingkat besaran dampak. Berdasarkan proses penyaringan ini, sub proyek

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 149

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

yang menimbulkan dampak secara signifikan akan diidentifikasi dan akan diikutkan pada penyaringan tahap kedua atau studi detail selanjutnya. Sebagai tambahan dari langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan standar yang diatur dalam proyek dan dokumen kontrak, studi-studi berikut mungkin diperlukan bagi beberapa sub-proyek sensitif bedasarkan kriteria penyaringan yang disepakati: Laporan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL

dan UPL). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Rencana Tindakan Pembebasan Tanah dan Pemukiman (LARAP) Studi Penelusuran Kembali (Tracer)

Ringkasan hasil penyaringan lingkungan dan rekomendasi yang disiapkan oleh CTC disajikan pada Lampiran C. 11.4 Penyiapan Laporan Pengelolaan dan Pemantauan Sub-proyek SRIP Laporan Penyiapan dan Kemajuan Program Kerja Tahunan (AWP): Seluruh usulan sub-proyek dilakukan penyaringan oleh CTC berkenaan dengan dampak dan isu lingkungan dan sosial sebagai bagian dari proses persiapan, presentasi, pengkajian dan persetujuan AWP. Proses menyeluruh ini diperlukan sebelum masing-masing sub proyek dalam AWP disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia. Sedapat mungkin, proses penyaringan ini akan mempertimbangkan masukan dari Bapedalda setempat dan stakeholder terkait. Sebagai tindak lanjut persetujuan dari Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, peninjauan ulang dan kajian lingkungan lanjutan perlu dilaksanakan untuk final desain teknik seperti yang disiapkan pada setiap sub-proyek. Disamping laporan AWP, pemantauan seluruh sub-proyek disertakan dalam laporan-laporan kemajuan yang disiapkan oleh tim pengelola dan konsultan proyek. Penyiapan laporan ANDAL, RKL dan RPL: Beberapa subproyek SRIP saat ini diperkirakan membutuhkan penyiapan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL, yang perlu disusun sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001. Sebagaimana disepakati untuk proyek ini, semua studi AMDAL harus melalui kajian dan persetujuan World Bank sebelum penerbitan Surat Persetujuan (No Objection Letter) sebelum penerbitan kontrak subproyek. Sebelum melaksanakan studi tersebut, KA-ANDAL juga harus diserahkan kepada Bank untuk mendapatkan kajian dan komentar Bank. Standar garis besar ANDAL, RKL dan RPL disajikan pada Tabel 11.2.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 150

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 11.2 Standar Garis Besar Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (ANDAL) Bab I : Ringkasan Pendekatan Studi, Tujuan dan Kegunaan Bab II : Ringkasan Lingkup Studi Bab III : Komponen Metode Studi Bab IV : Ringkasan Rencana Kegiatan Bab V : Ringkasan Komponen Kondisi Rona Lingkungan Bab VI : Ringkasan Perkiraan Dampak Penting Bab VII : Evaluasi Dampak Penting Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Bab I : Ringkasan Kegiatan dan Tujuan Pengelolaan Lingkungan Bab II : Ringkasan Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Bab III : Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Bab I : Ringkasan Kegiatan dan Tujuan Pengelolaan Lingkungan Bab II : Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan

Penyusunan Laporan UKL & UPL: Berdasarkan kriteria penyaringan sesuai dengan Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17, tahun 2003 (KepMen Kimpraswil No. 17/2003), beberapa sub proyek perlu dilengkapi UKL & UPL. UKL & UPL yang diperlukan akan disiapkan berdasarkan peraturan yang ditetapkan dalam Kepmen Kimpraswil No. 17 Tahun 2003 dan Keputusan MenLH No. 86 Tahun 2002. Garis besar dokumen UKL & UPL disajikan di Tabel 11.3

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 151

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Tabel 11.3 Standar Garis Besar Laporan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dijabarkan dalam KepMen Kimpraswil 17/2003, studi UKL dan UPL diperlukan untuk semua proyek yang mungkin mempunyai dampak sosial dan lingkungan tapi tidak cukup signifikan untuk membutuhkan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Komponen Utama UKL & UPL mencakup: - Pendahuluan, Latar Belakang, Batas Wilayah Studi - Ringkasan Kondisi Lingkungan Awal - Usulan Rencana Kegiatan - Uraian Umum Perkiraan Dampak - Rencana Pengelolaan - Rencana Pemantauan Mengacu kepada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kep. MENLH No 86 Tahun 2002) Garis Besar UKL & UPL adalah sebagai berikut: A. Identitas Pemrakarsa

1. Nama Perusahaan 2. Nama Pemrakarsa 3. Alamat Kantor (No. Telp/Fax)

B. Rencana Kegiatan

1. Nama Rencana Kegiatan 2. Lokasi Kegiatan 3. Skala Kegiatan 4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan

- Pra – Konstruksi - Konstruksi - Paska Konstruksi

C. Dampak Lingkungan yang akan timbul D. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan E. Tanda Tangan dan Cap Pengadaan Lahan dan Rencana Tindak Pemukiman Kembali (LARAP) : Untuk sub proyek dimana WTP lebih dari 200 orang atau 40 KK dan terdapat warga yang secara fisik terpindahkan, maka harus dilengkapi dengan full LARAP. Penjabaran garis besar laporan LARAP disajikan di Tabel 11.3. Untuk sub proyek dimana WTP kurang dari 200 orang atau 40 KK dan jika aset produktif yang hilang kurang dari 10% dan tidak terdapat warga yang secara fisik terpindahkan, maka

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 152

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

perlu disiapkan LARAP Sederhana. Seperti yang disepakati, semua studi LARAP akan dikaji dan disetujui oleh Bank Dunia sebelum dikeluarkan No Objection Letter (NOL) untuk penyelenggaraan proses tender sub proyek. Untuk sub proyek yang kegiatan pengadaan tanahnya telah diselesaikan dalam 2 (dua) tahun terakhir, akan diperlukan studi Tracer untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut. Pedoman dan format studi sosial yang diusulkan, disajikan dalam Lampiran D.

Tabel 11.4 Standar Garis Besar Rencana Tindak Pengadaan Tanah

dan Pemukiman Kembali (LARAP) Unsur-unsur penting yang termasuk ke dalam LARAP adalah sebagai berikut: Tujuan-tujuan pengadaan tanah, pemukiman dan pembinaan Karakteristik dan aspirasi WTP berdasarkan hasil survey sosial-ekonomi

dan sumber-sumber lainnya. Kebijakan pemukiman kembali dan bantuan kepada warga yang

terpindahkan Kriteria penentuan warga yang terpindahkan Definisi jenis-jenis aset yang akan diberikan ganti rugi, metode penilaian

dan tingkat ganti rugi yang layak. Alternatif ganti rugi. Bantuan dan pelatihan untuk warga yang terpindahkan Prosedur-prosedur penyelesaian keluhan masyarakat. Lembaga dan tanggungjawab pelaksanaan. Mekanisme pemantauan dan evaluasi Anggaran dan sumber pendanaan Jadwal pelaksanaan

11.5 Masukan Lingkungan Bagi Proses Desain untuk Seluruh Sub-proyek Agar proses pengelolaan lingkungan dapat berjalan efektif, perlu adanya kesempatan dalam setiap tahapan pelaksanaan untuk mengkaji ulang desain serta memasukkan langkah-langkah untuk menghilangkan potensi dampak lingkungan. Untuk itu, penting bagi ahli-ahli lingkungan CTC dan RDSC untuk terlibat aktif dengan kajian desain dan proses pemeriksaan serta berhubungan erat dengan staf-staf perekayasa dalam berbagai tim konsultan, staf Ditjen Bina Marga dan staf Bapedalda. Beberapa aspek lingkungan yang dapat dipertimbangkan selama kajian ulang desain dan proses pemeriksaan adalah sebagai berikut: Kajian ulang terhadap usulan Ruang Milik Jalan (Rumija) berkaitan dengan

struktur bangunan yang ada dan/atau wilayah sensitif .

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 153

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

Kajian ulang terhadap kuantitas dan penanganan terhadap galian dan timbunan (embankment) untuk menilai dampak keperluan quarry dan transportasi dan juga memperhatikan kemungkinan erosi, tanah longsor, dan stabilitas areal penggalian dan penimbunan.

Menjamin bahwa pola aliran air, drainase dan habitat kawasan pantai dipertimbangkan secara tepat pada kegiatan yang diusulkan dan,

Menjamin ketersediaan akses pada area sekitarnya. Adalah penting bagi ahli lingkungan CTC/DSC untuk mengunjungi semua sub-proyek yang diidentifikasi memerlukan studi yang lebih rinci (UKL & UPL, AMDAL, LARAP dan atau Tracer) untuk mendukung persiapan kerangka acuan (TOR) berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan kepentingan setempat. Kunjungan lokasi ini harus dilaksanakan bersama tenaga ahli rekayasa (engineer) setempat yang sudah familiar dengan sub proyek yang diusulkan guna memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dan penjelasan aspek desain. 11.6 Bekerjasama dengan Bapedalda dalam seluruh Sub-proyek Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) adalah lembaga yang bertanggung jawab atas keseluruhan pengawasan semua aspek yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan di pemerintahan daerahnya masing-masing. Tanggungjawabnya meliputi evaluasi penyaringan dan pemantauan seluruh aspek lingkungan dalam sub proyek SRIP..Ahli-ahli lingkungan CTC dan DSC akan bertanggungjawab dalam mendukung dan memperkuat peran Bapedalda dalam SRIP. Melalui koordinasi erat dengan unit-unit pelaksana proyek (PIU), salah satu fungsi tim CTC/RDSC berkaitan dengan dukungan terhadap Bapedalda adalah sebagai berikut:

Memberikan arahan kepada Bapedalda tentang prosedur umum yang dijabarkan dalam ARPLS dan agar Bapedalda menyadari tanggung jawabnya sehubungan dengan SRIP.

Memberikan arahan kepada Bapedalda mengenai Program Kerja Tahunan (AWP), hasil penyaringan, status dan kemajuan masing-masing subproyek.

Mirip dengan proyek-proyek sebelumnya, kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara:

Melakukan diskusi dan penjelasan kepada Bapedalda Melakkukan workshop melibatkan kelompok Bapedalda (propinsi terkait) Workshop dengan seluruh Bapedalda.

Arahan dan penjelasan yang lebih rinci mengenai sub proyek spesifik dapat dilakukan secara khusus dengan Bapedalda dan anggota tim konsultan sesuai kebutuhan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 154

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

11.7 Kerjasama dan Bimbingan tentang Materi Lingkungan oleh Konsultan (CTC) CTC akan dilengkapi dengan spesialis untuk memberikan bimbingan dan pengawasan manajemen lingkungan dan sosial yang dibutuhkan dalam setiap tahapan proyek. Peranan penting CTC adalah dalam menjamin bahwa RDSC tanggap tentang ketentuan-ketentuan lingkungan selama tahap desain akhir dan pengawasan konstruksi. 11. 8 Partisipasi Lingkungan Dalam Studi-Studi Kelayakan Beberapa sub proyek khusus mungkin memerlukan studi kelayakan mendetail. CTC akan bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan dalam penyaringan dampak lingkungan dan sosial serta mengawasi tim studi kelayakan, kecuali jika tim tersebut memiliki ahli lingkungan didalamnya. Dianggap peting agar penyaringan lingkungan dilaksanakan secara tepat, adanya masukan lingkungan dan sosial kedalam kajian desain dan agar ketentuan-ketentuan dalam ARPLS dipenuhi. 11.9 Penyiapan Studi-Studi Lanjutan SRIP Jika untuk selanjutnya studi-studi yang lebih rinci diperlukan, seperti misalnya studi LARAP atau AMDAL, sumber pendanaan harus disediakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan keperluan proyek. Konsultansi eksternal tambahan mungkin diperlukan untuk melaksanakan studi tersebut. CTC akan bertanggung jawab atas penyiapan Kerangka Acuan Kerja untuk studi-studi tersebut dan konsultan lokal yang terpisah, dapat ditunjuk untuk melaksanakan studi atau memberikan bantuan teknis sesuai yang dibutuhkan dan disetujui oleh proyek. 11.10 Desentralisasi dan Kerjasama Antara Pemerintah Pusat dan Propinsi Kerangka dan proses menuju desentralisasi pemerintahan saat ini, memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk merencanakan dan mengelola program-program mereka. Juga memberikan kesempatan yang luas kepada pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota untuk menentukan prioritas dan secara langsung terlibat dalam aspek-aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Selama pelaksanaan proyek, mungkin perlu untuk menyediakan berbagai jenis bantuan kepada Bapedalda guna mendukung tugas mereka dalam pelaksanaan ARPLS. Beberapa kegiatan spesifik dimana Bapedalda mungkin memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan proyek dan ketentuan dalam ARPLS antara lain: • Meningkatkan kordinasi dan konsultasi dengan semua lembaga/instansi terkait di

tingkat pemerintahan di daerah, terutama Bappeda dan BPN (yang bertanggujawab dalam perencanaan, pendanaan dan pengadaan tanah).

• Menyelenggarakan pertemuan berkala dengan semua lembaga terkait di daerah untuk memperbaiki proses perencanaan dan kordinasi proyek.

• Meningkatkan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan stakeholder.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 155

Strategic Road Infrastructure Project (SRIP) ARPLS

• Melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan kepada masing-masing pemerintah daerah, beserta kesimpulan-kesimpulannya untuk mendukung perbaikan pelaksanaan proyek, manajemen lingkungan dan pemantauan.

Analisis dan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial (ARPLS / ESAMP) 156