jurnalunaonline.files.wordpress.com · Web viewMenurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar...

37
1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKE ( KUPON BICARA ) Bambang Gulyanto [email protected] Dosen Kopertis Wilayah I DPK pada Universitas Asahan Jl.Jendral Ahmad Yani Kisaran PENDAHULUAN Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terdiri dari empat aspek yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pada umumnya siswa menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang sulit, rumit, dan membosankan, karena terlalu banyak aspek yang harus mereka pahami. Di antara ke empat aspek tersebut, di SD Negeri Kabupaten Asahan, siswa sangat rendah pemahamannya pada aspek menulis dan berbicara. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada orang lain, sedangkan berbicara adalah kegiatan menyampaikan informasi secara lisan atau kegiatan mencari informasi yang dilakukan secara langsung oleh siswa seperti mengeluarkan pendapat, mengomentari fakta- fakta atau pun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

Transcript of jurnalunaonline.files.wordpress.com · Web viewMenurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar...

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKE

( KUPON BICARA )

Bambang [email protected]

Dosen Kopertis Wilayah I DPK pada Universitas AsahanJl.Jendral Ahmad Yani Kisaran

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terdiri

dari empat aspek yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pada

umumnya siswa menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sebagai pelajaran yang

sulit, rumit, dan membosankan, karena terlalu banyak aspek yang harus mereka

pahami.

Di antara ke empat aspek tersebut, di SD Negeri Kabupaten Asahan, siswa

sangat rendah pemahamannya pada aspek menulis dan berbicara. Menulis

merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis

kepada orang lain, sedangkan berbicara adalah kegiatan menyampaikan informasi

secara lisan atau kegiatan mencari informasi yang dilakukan secara langsung oleh

siswa seperti mengeluarkan pendapat, mengomentari fakta- fakta atau pun

menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

Dalam menulis siswa kurang memperhatikan kaedah-kaedah penulisan

yang benar, sehingga mereka kurang paham terhadap apa yang mereka tulis.

Dan ketika mereka mampu untuk menulis mereka tak mampu untuk

mengemukakan atau pun membacakan hal-hal yang mereka tulis karena

kurangnya rasa percaya diri siswa untuk mengemukakan hasil yang mereka

dapat, oleh karena itu ketika diadakan formatif untuk mata pelajaran Bahasa

Indonesia pada aspek menulis dan berbicara siswa mendapat nilainya rendah

sekali, yaitu di bawah KKM, dimana KKM yang telah ditentukan adalah 75.

Untuk mengatasi persoalan di atas, khususnya untuk memperbaiki kinerja

guru perlu mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri

2

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki diri dan tujuan untuk

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Dari berbagai masalah di atas, permasalahan yang sangat meresahkan guru

adalah rendahnya hasil belajar siswa untuk pelajaran Bahasa Indonesia dalam

aspek menulis dan berbicara ,untuk itu diambil satu materi pelajaran yang

dianggap dapat mewakili pencapaian hasil belajar dari aspek menulis dan

berbicara tersebut yaitu materi pelajaran Mengomentari Persoalan.

Dari penjelasan di atas pada kesempatan ini penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang permasalahan yang dihadapi guru di kelas V SD

Negeri Kabupaten Asahan dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

dalam menulis Dengan Model Pembelajaran Time Token (Kupon Bicara) di

Kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan”.

Meningkatkan hasil belajar siswa serta mencapai tujuan dari

pembelajaran dan merangsang siswa untuk dapat mengomentari sebuah

persoalan baik secara tertulis maupun lisan dan juga mengembangkan rasa

percaya diri siswa pada materi pelajaran Bahasa Indonesia melalui model

pembelajaran time token.

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang

dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil

belajar siswa di kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan melalui

penerapan model pembelajaran time token dapat meningkat ?

Tujuan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

materi pelajaran Mengomentari Persoalan melalui penerapan model pembelajaran

Time Token di kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan.

3

Menurut Bloom, dkk (dalam Hernawan, 2011) mengatakan tujuan dan

hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan

psikomotorik .

Gagne (dalam Hernawan, 2011) mengemukakan lima kategori hasil

belajar. Pertama Informasi Verbal (Verbal Information); kedua, Keterampilan

Intelektual ( Intelektual Skiil ); ketiga, Strategi Kognitif (Cognitive Strategies) ;

keempat, Sikap (Attitude); kelima Keterampilan Motorik (Motor Skill) .

Hasil belajar merupakan acuan pada segala sesuatu tujuan pembelajaran

yang dilakukan siswa dan guru. Hal ini berarti keberhasilan atau kegagalan

belajar mengajar ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. Hal

ini senada dengan pendapat Croncbach (dalam Djamarah, 1999) bahwa belajar

adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman. Howard (dalam Djamarah, 1999) mengatakan bahwa Belajar

adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

latihan .

Menurut Sudjana (2007) mengatakan hasil belajar adalah suatu akibat dari

proses belajar dengan menggunakan penggukuran yaitu tes yang disusun secara

terencana, tes lisan maupun tes perbuatan .

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari seorang individu yang

belajar. Salah satu tanda siswa yang mencapai hasil belajar yaitu, adanya

perubahan tingkah laku dalam diri yang belajar baik bersifat pengetahuan

(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan

sikap (afektif).

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang

optimal dapat dilihat pada ciri-ciri siswa sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri

individu siswa.

2. Siswa memiliki keyakinan yang positif pada kemampuan dirinya sendiri.

3. Hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih bermakna bagi diri individu

siswa.

4. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan soal latihan,

penilaian hasil belajar siswa dinilai dari cara siswa menjawab soal latihan

tersebut yaitu ketuntasan pengerjaan soal latihan.

4

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup yang menghasilkan perubahan tingkah laku

pada diri individu maupun siswa yang sedang belajar. Perubahan tingkah laku

yang diharapkan dari siswa seperti proses mental peserta didik yang mengarah

pada penguasaan materi. Sedangkan mengajar adalah penyampaian pengetahuan

kepada siswa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apersepsi

terhadap hasil karya kesastraan manusia indonesia.

Seperti pendapat Bredekamp (1987) menyatakan bahwa anak berkembang

dalam semua aspek perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, maupun

kognitif. Tidak ada jalan lain kecuali guru memiliki tanggungjawab dan perhatian

penuh bagi keutuhan perkembangan anak.

Googman (dalam Akhadiah, 1994) menyatakan bahwa (1) belajar bahasa

lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara holistik nyata, relevan,

bermakna serta fungsional jika bahasa itu disajikan dalam bentuk konteks dan

dipilih peserta didik untuk digunakan, (2) belajar bahasa adalah belajar

bbagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks lingkungan orang

tua, kerabat, dan kebudayaan terdapat interdependensi antara perkembangan

kognitif dan perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung

kepada bahasa dan bahasa bergantung pada pikiran.

Goodman, Suriasumantri (1995) menyatakan bahwa belajar Bahasa

Indonesia akan lebih mudah jika pembelarajan bersifat holistik, realistik, relevan,

bermakna, dan fungsional, serta tidak terlepas dari konteks pembicaraan.

Pendekatan pembelajaran terpadu pengajaran bahasa sebenarnya dilandasi oleh

pandangan bahsa holistik (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai

sesuatu yang bulat dan utuh, dan dalam proses belajar sesuai dengan

perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa holistik guru

menjadi model dalam berbahasa ( membaca dan menulis ) serta bertindak sebagai

fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif.

5

Model Pembelajaran Time Token

Joice dan Weil (dalam Anitah W, 2008) Mengatakan bahwa model –

model sosial dirancang untuk menilai keberhasilan dan tujuan akademik,

termasuk studi tentang nilai- nilai sosial, kebijakan publik, dan pemecahan

masalah. Dimana dalam berbagai rumpun model mengajar, rumpun model sosial

dipaparkan pertama kali karena perkembangan sosial pebelajar sangat penting

pada semua kegiatan pembelajaran. Salah satu modelnya adalah model

pembelajaran time token.

Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran berkelompok

yang berbentuk model berstruktur yang menggunakan kupon berbicara yang

setiap kupon diberi waktu tertentu sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin

dicapai dan kupon tersebut diberikan ke pada setiap siswa dalam kelompok.

Model pembelajaran time token merupakan model pembelajaran yang

bertujuan agar masing-masing anggota dalam kelompok diskusi mendapatkan

kesempatan untuk memberikan pendapat mereka dan mendengarkan pandangan

serta untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa

yang diam sama sekali.

Langkah –langkah pembelajaran time token:

a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi ( cooperative learning/ CL)

b. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu 30 detik

c. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan

d. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap

berbicara 1 kupon

e. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang

kupon harus bicara sampai kuponnya habis

Model pembelajaran time token ini memiliki kelebihan :

a. Semua siswa aktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan berpartisipasi

dalam diskusi.

b. Dapat menumbuhkan dan melatih keberanian siswa dalam berpendapat bagi

siswa yang pemalu dan sukar bicara.

c. Semua siswa mendapatkan waktu bicara yang sama sehingga tidak akan

terjadi pendominasian pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi.

6

Akan tetapi model pembelajaran time token juga memiliki kelemahan

yaitu siswa yang memiliki banyak pendapat akan sulit mengutarakan pendapatnya

karena waktu yang diberikan terbatas.

Untuk melakukan pengembangan rencana pembelajaran banyak model

yang dapat digunakan (Buku Materi Pokok Akta 8811 Desain Pembelajaran Oleh

Robinson Situmorong, Atwi Supermen, Rudi Susilana) yaitu:

1. Model Banathy adapun langkah-langkahnya yaitu:

Merumuskan tujuan

Mengembangkan tes

Menganalis kegiatan belajar

Mendesain sistem instruksional

Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil

Mengadakan perbaikan

2. Model Kemp adapun langkah-langkahnya yaitu:

Menentukan tujuan pembelajaran umum

Menentukan tujuan analisis tentang karakter siswa

Menentukan tujuan pembelajaran secara spesifik

Menentukan materi atau bahan pelajaran sesuai dengan PTK

Menentukan pengajaran awal.

3. Model Gerlacb dan Ely, adapun langkah-langkahnya yaitu:

Spesifikasi isi pokok bahasan

Spesifikasi tujaan pengajaran

Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa

Penentuan cara pendekatan, motode dan teknik mengajar

Pengelompokan siswa

Penyediaan waktu

Pengaturan ruang

Pemilihan media

Evaluasi

4. Model PPSI, adapun langkah-langkahnya yaitu:

Merumuskan tujuan

Menyusun alat evaluasi

Menentukan kegiatan belajar dan materi pelajaran

Merencanakan program kegiatan

7

Melaksanakan program

5. Picture And Picture, adapun langkah-langkahnya yaitu

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Menyajikan materi sebagai pengantar

Guru menunjukkan/memperlihatkan gambaran-gambaran kegiatan yang

berkaitan dengan materi

Guru menunjuk dan memanggil siswa secara bergantian

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menambahkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

Kesimpulan dan rangkuman

Dalam menerapkan model pembelajaran ini, karakteristik siswa juga harus

diperhatikan. Untuk lebih mengetahui karakteristik siswa kita harus mengetahui

fase perkembangan anak menurut usia, seperti pendapat Santok dan Yussen

(1992) membagi atas lima yaitu: fase pranata (saat dalam kandungan); fase bayi;

fase kanak – kanak awal, fase anak akhir, dan fase remaja.

Santok dan Yussen (dalam Sumantri, 2009) mengatakan perkiraan waktu

menurut fase yaitu fase pranata ( saat dalam kandungan ) ada waktu yang terletak

antara masa pembuahan dan masa kelahiran; fase bayi adalah saat anak

perkembangan yang berlangsung sajak lahir sampai 18 atau 24 bulan, masa ini

adalah masa yang sangat tergantung kepada orang tua. Banyak kegiatan –

kegiatan psikologi yang baru dimulai misalnya; bahasa, koordinasi sensori motor

dan sosialisasi; fase kanak – kanak awal adalah fase perkembangan yang

berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang – kadang

disebut masa pra sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri

banyak hal dan berkembang keterampilan – keterampilan yang berkaitan dengan

kesiapan untuk sekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk

bermain sendiri maupun dengan temannya. Memasuki kelas I menandai

berakhirnya fase ini; fase anak akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung

sejak kira – kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar.

Anak – anak menguasai keterampilan – keterampilan dasar membaca, menulis,

dan berhitung, secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas

dengan budaya, pencapain prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan

8

pengendalian diri sendiri bertambah pula; dan fase remaja adalah masa

perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa

awal, yaitu mulai kira – kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira – kira

umur 18 sampai 22 tahun remaja mengalami perubahan perubahan perbandingan

ukuran bagian –bagian badan, berkembangnya karakteristik seksual seperti

membesarnya payu darah, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu dan perubahan

suara. Pada fase ini dilakukan upaya – upaya untuk mandiri dan pencarian

identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idialis. Semangkin lama

waktu dimanfaatkan diluar keluarga.

Dengan diketahuinya model dan karakter dari fase perkembangan peserta

didik untuk membuat rencana pembelajaran perbaikan tiap siklus perlu juga

dipertimbangkan beberapa karakteristik rencana pembelajaran. Pertimbangan

takala menyusun rencana pembelajaran yaitu:

1. Ditujukan untuk siswa belajar

2. Memiliki tahapan-tahapan yaitu

a. Tahapan persiapan

b. Tahapan pelaksanaan

c. Tahapan evaluasi

d. Tahapan tindak lanjut

3. Sistematis

4. Pendekatan sistem

5. Didasarkan pada proses belajar manusia.

Rangkaian perencanaan tindakan kelas menurut Arikunto (2008)

Perencanaan

Refleksi Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan II

Pengamatan II

9

Gambar 2.1 Perencanaan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

A. Mengomentari Persoalan

Badudu (1999) mengatakan mengomentari adalah mengulas, memberikan

komentar, perbahasan, perdebatan, perbincangan, perkara, masalah, problem, hal

ini sependapat dengan Darsiman (2002) yang mengatakan mengomentari berarti

memberi alasan atau tanggapan yang disertai dengan alasan.

Mengomentari persoalan adalah memberikan alasan untuk suatu masalah

atau berita yang didengar atau dilihat baik secara lisan maupun tulisan.

Mengomentari merupakan sebuah keterampilan bahasa dalam aspek tertulis dan

berbicara, mendengar serta membaca.

Tujuan mengomentari untuk lebih menerangkan atau menjelaskan. Hal

yang bisa dikomentari antara lain adalah berita, pidato, cerita, dan suatu persoalan

baik yang dilihat, didengar, ataupun dibaca.

Refleksi Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II

?

SIKLUS III Pelaksanaan IIRefleksi II

10

Penelitian dilakukan di SD Negeri Kabupaten Asahan, terletak di

kecamatan Air Joman kabupaten Asahan. Subjek penelitian adalah siswa kelas

V SD Negeri Kabupaten Asahan sebanyak 18 orang siswa yang terdiri dari

laki-laki 8 orang siswa dan perempuan 10 orang siswa.

Siswa kelas V SD Negeri Kabupaten Asahan berjumlah 18 orang

memiliki karakteristik yang berbeda-beda, antara lain:

a. Tingkat konsentrasi dalam mengikuti pelajaran

b. Keaktifan siswa belajar

c. Keadaan tingkat sosial

d. Keadaan tingkat ekonomi

e. Watak dan sifat

Berdasarkan 3 siklus di atas dapat diuraikan langkah-langkah

pembelajaran sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa

b. Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan

c. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses

pembelajaran di kelas

d. Membuat evaluasi, untuk melihat hasil belajar siswa telah meningkat

atau belum setelah dilakukan penerapan pembelajaran time token

2. Pelaksanaan perbaikan

Pada tahap ini yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario

kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan membuat

kelompok secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok diminta untuk

berbicara sesuai jumlah kupon dan sesuai dengan waktu yang diberikan.

Selanjutnya pemberian kuis.

3. Pengamatan (observasi)

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan ( observasi ) terhadap

pelaksanaan perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang

11

telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Observasi

dilakukan oleh supervisor 2. Hasil diskusi selanjutnya didiskusikan

dengan supervisor 2 terutama untuk menentukan perbaikan pada siklus

selanjutnya.

4. Refleksi

Hasil yang didapat saat pelaksanaan siklus 1 yang didapat dari

pengamatan observasi yang telah dikumpulkan. Dari hasil observasi

peneliti menemukan bahwa pada siklus I hasil belajar yang dicapai

belum tuntas secara klasikal maka siklus dilanjutkan ke siklus II.

b. Siklus II

Tahapan-tahapan siklus II sebagai berikut.

1. Perencanaan

Dari hasil yang didapat dari siklus I maka dibuat kembali perencanaan

tindakan II. Sebagai upaya menimbulkan minat belajar siswa yang

belum tercapai pada siklus I. Perencanaan tindakan dilakukan seperti

pada siklus I, hanya saja pada siklus II ini ada pertukaran anggota pada

setiap kelompok .

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.

b) Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan

c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses

pembelajaran di kelas.

d) Membuat evaluasi, apakah hasil belajar siswa telah meningkat atau

belum setelah dilakukan penerapan model pembelajaran time token.

2. Pelaksanaan perbaikan II

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan

skenario kegiatan yang telah disusun pada perencanaan. Selama

pelaksanaan, penelitian dilaksanakan oleh peneliti dan diamati oleh

supervisor.

3. Pengamatan (observasi) II

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang

12

telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Pengamatan

dilakukan supervisor 2 dengan mengisi lembar observasi

4. Refleksi II

Dari hasil observasi dan pemberian kuis, dapat merefleksikan diri

dengan melihat hasil instrumen, apakah kegiatan yang dilakukan pada

siklus II ini telah berhasil atau belum. Jika hasil belajar yang didapat

telah tuntas secara klasikal maka siklus II menjadi siklus terakhir dan

jika, hasil belajar siswa yang didapat dari evaluasi masih rendah, maka

perlu diadakan siklus siklus selanjutnya. Dan dari uraian di atas pada

siklus II juga belum belum mencapai hasil yang optimal. Maka

dilanjutkan ke siklus III.

c. Siklus III

Tahapan-tahapan siklus III sebagai berikut. Pada siklus III ini dilakukan

perubahan anggota kelompok.

1. Perencanaan

Dari hasil yang didapat dari siklus II maka dibuat kembali perencanaan

tindakan III. Sebagai upaya menimbulkan minat belajar siswa yang

belum tercapai pada siklus I dan II. Perencanaan tindakan dilakukan

seperti pada siklus I dan II, hanya saja pada siklus III ini ada pertukaran

anggota pada setiap kelompok .

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.

b) Membuat skenario pelaksanaan pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari Persoalan

c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi proses

pembelajaran di kelas.

d) Membuat evaluasi, apakah hasil belajar siswa telah meningkat atau

belum setelah dilakukan penerapan model pembelajaran time token.

2. Pelaksanaan tindakan III

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan

skenario kegiatan yang telah disusun pada perencanaan. Selama

pelaksanaan, penelitian dilaksanakan oleh peneliti

13

3. Pengamatan (observasi) III

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan (observasi) terhadap

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dibuat dan mengumpulkan data yang diperlukan. Observasi

dilakukan oleh supervisor 2 , dengan mengisi lembar observasi.

4. Refleksi III

Dari hasil observasi dan pemberian kuis , dapat merefleksikan diri

dengan melihat hasil instrumen, apakah kegiatan yang dilakukan pada

siklus III ini telah berhasil atau belum. Jika, hasil belajar yang didapat

telah tuntas secara klasikal maka siklus III menjadi siklus terakhir dan

jika, hasil belajar siswa yang didapat dari evaluasi masih rendah, maka

perlu diadakan siklus siklus selanjutnya.

Hal ini dilakukan sesuai dengan Rangkaian perencanaan tindakan kelas

menurut Arikunto ( 2008 )

Perencanaan

Refleksi Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan II

Refleksi Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan II

Pengamatan II

?

SIKLUS III

Perencanaan III

Pelaksanaan II

Pengamatan II

Refleksi II

14

Gambar 3.1 Perencanaan Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

A. Teknik Analisis Data

Pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan hasil untuk

menentukan ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus

ketuntasan belajar siswa.

Hasil jawaban tes diberi nilai dengan cara sebagai berikut:

KB = Jumlah skor yang diperoleh

Jumlah skor total x 100 =

Keterangan:

KB = ketuntasan belajar siswa (Trianto, 2010 )

Setiap siswa dikatakan tuntas belajar jika, jawaban benar siswa 71

sesuai dengan KKM, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika

dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya

Depdikbut ( dalam Trianto, 2010 )

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dalam tiga siklus,

setiap siklus meliputi tahapan-tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi.

a. Hasil Penelitian Siklus I

1. Perencanaan Siklus I

a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.

Setelah diadakan identifikasi masalah di kelas, terdapat masalah yang

terjadi yaitu siswa terlihat tidak aktif saat proses belajar mengajar di

kelas, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa tidak maksimal.

b) Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran time token pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan

materi pembelajaran Mengomentari Persoalan.

15

c) Merancang kelompok siswa, kelas dibagi menjadi 4 kelompok diskusi

kecil, 2 kelompok beranggotakan 4 orang siswa dan 2 kelompok lagi

beranggotakan 5 orang siswa.

d) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar

observasi guru .

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 13 Mei 2013,

dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran 1 kali pertemuan yang memiliki waktu

70 menit. Pada pertemuan selama 2 x 35 menit dilaksanakan kegiatan

proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran time

token. Pelaksanaan kegiatan dapat dilihat sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan materi pelajaran yang telah direncanakan pada

perencanaan siklus I

b) Membagi siswa ke dalam kelompok diskusi, dan guru membagikan

kupon bicara yang berisi waktu 30 detik kepada setiap siswa.

c) Guru mengawasi kegiatan diskusi. Pada waktu siswa berdiskusi guru

meminta siswa untuk berpendapat tentang materi yang telah disampaikan

oleh guru.

d) Setelah selesai berdiskusi, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat

duduk mereka masing-masing.

e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari.

f) Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru mengadakan tes hasil belajar

sesuai dengan soal tes siklus I yang telah direncanakan.

3. Pengamatan (Observasi) Siklus I

Hasil dari pengamatan pada siklus I yaitu:

a) Proses belajar mengajar di kelas tidak berlangsung dengan efektif

b) Siswa tidak memberi respon yang baik terhadap meteri yang disajikan

oleh guru.

c) Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian

materi oleh guru kurang maksimal.

4. Refleksi Siklus I

Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran di kelas pada siklus I

hasil belajar yang didapat belum sesuai dengan yang diharapkan, banyak

16

kendala yang didapat pada saat pelaksanaan penelitian. Kendala muncul

tidak hanya dari guru, tetapi kendala juga datang dari siswa. Adapun

kendala-kendala yang muncul pada saat pelaksanaan penelitian adalah:

a. Kendala yang didapat pada Guru

Penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kurang optimal,

kebanyakan siswa ribut, ini disebabkan karena guru tidak menguasai

kelas dengan baik. Keadaan kelaspun tidak kondusif. Selain itu, masalah

yang muncul ialah pemanfaatan waktu oleh guru saat proses belajar

mengajar di kelas kurang optimal, ini disebabkan karena waktu banyak

pergunakan untuk mengenal karakteristik siswa.

b. Kendala yang didapat pada siswa

a) Pada saat proses belajar mengajar akan dimulai siswa belum

menyiapkan alat-alat untuk belajar. Siswa masih menunggu perintah

dari guru.

b) Pada waktu pembagian kelompok, siswa masih sulit dikondisikan.

c) Pada waktu penerapan model pembelajaran time token, siswa kurang

merespon guru. Kebanyakan siswa terlihat kebingungan dan ketakutan

untuk berbicara memberi pendapat atau memberi komentar.

d) Dalam menyelesaikan soal tes, terlihat siswa kurang serius dalam

menjawab soal tes.

e) Secara umum pelaksanaan siklus I dapat dikatakan kurang baik. Siswa

yang mampu menguasai materi hanya 4 siswa artinya 22,22 % siswa

yang memenuhi target KKM yang telah ditentukan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil lembar jawaban yang telah diisi siswa dan yang

mereka sampaikan di depan kelas, karena hasil persentase dari siklus I

tidak tuntas, maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus

II.

Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245

Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus I.

b. Hasil Penelitian Siklus II

1. Perencanaan tindakan siklus II

Pada perencanaan siklus II ini ada beberapa hal yang akan direncanakan.

a) Merencanakan keefesienan waktu pembelajaran.

b) Merencanakan materi yang akan disampaikan.

17

c) Merancang kelompok siswa. Untuk menghindari kebingungan siswa,

kelompok yang sudah ditentukan pada siklus I tidak diubah lagi.

d) Merancang proses pembelajaran dan soal tes seperti pada siklus I.

e) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar

observasi guru.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei

2013, 1 kali pertemuan 2 jam pelajaran dimana 1 jam pelajaran terdapat

waktu 35 menit, dalam waktu 2 x 35 menit yang terbagi menjadi 10 menit

untuk kegiatan awal pelajaran, 50 menit dipakai untuk menjelaskan materi

pelajaran dan mengerjakan soal tes siklus II yang telah direncanakan, dan 10

menit untuk kegiatan penutup.

a) Pada tahap ini guru meminta siswa untuk lebih serius pada saat proses

belajar mengajar berlangsung.

b) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok seperti pada siklus I.

c) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan langkah-

langkah pembelajaran time token.

d) Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru memberi himbauan

kepada siswa yang memegang kupon untuk mengerjakan soal latihan

dengan serius dan membacakan hasil kerja sementaranya

e) Selesai berdiskusi guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk

masing-masing.

f) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran.

3. Pengamatan (Observasi) Siklus II

Hasil dari pengamatan pada siklus II yaitu:

1. Proses belajar mengajar di kelas berlangsung cukup baik

2. Siswa memberi respon yang baik terhadap meteri yang disajikan oleh

guru.

3. Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian

materi oleh guru cukup maksimal.

4. Refleksi Siklus II

Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II. Hasil yang didapat

lebih baik dibandingkan pada siklus I. Masalah yang muncul pada

pelaksanaan siklus II ini tidak sebanyak pada pelaksanaan siklus I.

18

Kemampuan guru menguasai kelas dapat dikatakan optimal, walaupun ada

beberapa siswa belum bisa dikondisikan dengan baik. Hal ini membuat proses

belajar mengajar di kelas berjalan dengan baik. Selain kemampuan

penguasaan guru di kelas lebih optimal, respon siswa pun menjadi lebih baik,

hal ini dapat dilihat:

a) Pada saat pembentukan kelompok, siswa tidak terlalu sulit dikondisikan.

b) Pada saat proses belajar mengajar akan berlangsung, hampir semua siswa

menyiapkan alat-alat pembelajaran, namun ada beberapa siswa yang

belum siap untuk menerima pelajaran.

c) Pada saat penerapan model pembelajaran time token, siswa mulai

memahami langkah-langkah pembelajaran time token. Penggunaan waktu

pada saat penerapan model pembelajaran time token pada siklus II ini

lebih efektif.

d) Dalam mengerjakan soal tes siklus II, siswa terlihat lebih serius walaupun

ada beberapa siswa yang kurang serius.

e) Secara umum hasil pelaksanaan siklus II dapat dikatakan baik. Siswa yang

tuntas belajar berjumlah 10 orang siswa dan siswa yang tidak tuntas

belajar berjumlah 8 orang dengan persentase ketuntasan belajar adalah 55,

56 %, artinya pada siklus II ini keberhasilan naik 33,34 % dari hasil

siklus I, secara klasikal hasil belajar pada siklus II ini dikatakan belum

tuntas. Karena pada siklus II ini hasil yang didapat belum memuaskan,

maka diadakan siklus selanjutnya.

Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245

Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus II.

c. Hasil Penelitian Siklus III

1. Penerencanaan Tindakan Siklus III

a) Guru merancang keefesienan waktu yang digunakan untuk melakukan

proses belajar dan pengerjaan soal tes siklus III.

b) Merencanakan materi yang akan disampaikan.

c) Guru merancang kelompok diskusi yang baru.

d) Membuat RPP, lembar observasi belajar siswa, dan membuat lembar

observasi guru.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

19

Pelaksanaan tindakan pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei

2013 dalam waktu 2 x 35 menit yang terbagi 35 menit untuk menjelaskan

materi pelajaran dan 35 menit digunakan untuk mengerjakan soal tes siklus

III yang telah direncanakan.

a) Pada tahap ini guru lebih menekankan kepada siswa untuk lebih serius lagi

agar pada siklus III ini hasil yang didapat lebih memuaskan.

b) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

c) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan susunan

kelompok yang telah direncanakan pada perencanaan siklus III.

d) Pada saat proses belajar berlangsung, guru memberi himbauan kapada

siswa untuk berpendapat dan berkomentar tentang materi yang diajarkan.

e) Selesai berdiskusi guru meminta siswa unutk kembali ke tempat duduk

masing-masing.

f) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan.

g) Guru memberi soal tes siklus III. Hal ini dilakukan untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa.

3. Pengamatan Siklus III

Hasil dari pengamatan pada siklus I yaitu:

1. Proses belajar mengajar di kelas berlangsung sangat baik

2. Siswa memberi respon yang sangat baik terhadap meteri yang disajikan

oleh guru.

3. Keterampilan guru membuka pelajaran, perumusan materi dan penyajian

materi oleh guru sangat maksimal.

4. Refleksi Siklus III

Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan siklus III. Hasil yang didapat sangat

baik, penguasaan kelas dan penyampain materi oleh guru berjalan dengan

baik. Selain itu respon siswa pun pada pelaksanaan siklus III ini sangat baik,

hal ini dapat dilihat:

a) Pada saat proses belajar mengajar akan berlangsung, keseluruhan siswa

telah menyiapkan alat-alat untuk belajar tanpa ada himbauan dari guru.

b) Pada saat pembagian kelompok, siswa tidak sulit untuk dikondisikan dan

penggunaan waktu sangat efektif.

c) Pada saat penerapan model pembelajaran time token, siswa merespon

dengan baik. Banyak siswa yang bertanya, berpendapat dan memberi

20

komentar sesuai dengan materi pelajaran, dan cara penyampaian kalimat

siswa sangat baik.

d) Dalam menyelesaikan soal tes, seluruh siswa terlihat sangat serius,

penggunaan waktu sangat efesien.

e) Secara umum pelaksanaan dan pengamatan pada siklus III ini sangat

baik. Siswa yang tuntas belajar berjumlah 16 orang siswa dan siswa yang

tidak tuntas belajar berjumlah 2 orang siswa dengan persentase

ketuntasan belajara adalah 88,89 %, dari hasil ini dikatakan sangat baik.

Secara klasikal hasil belajar siswa pada siklus III ini dikatakan telah

tuntas. Persentase hasil belajar siswa pada siklus III didapat lebih besar

dibandingkan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu 89 %

85%.

Berikut ini tabel perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 010245

Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada Siklus III.

A. Pembahasan Dari Setiap Siklus

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan 3 kali pertemuan 6 jam pelajaran.

Dimana tiap 1 jam pelajaran terdapat waktu 35 menit. Pada siklus I sebanyak 1

kali pertemuan 2 x 35 menit, siklus II sebanyak 1 kali pertemuan 2 x 35

menit, dan pada siklus III sebanyak 1 kali pertemuan 2 x 35 menit. Pada siklus I

hasil yang didapat belum memuaskan, siswa masih terlihat kaku, kacau, bingung

dan tidak serius dalam belajar. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran

time token baru pertama kali diterapkan di kelas V. Pada siklus I siswa yang

tuntas dalam belajar hanya 4 orang siswa dari 18 orang siswa, yaitu 22,22 % dari

seluruh siswa, Setelah itu dilakukan penyusunan perencanaan untuk siklus II dan

berusaha memperbaiki cara pengajaran guru dan hasil yang didapat pada siklus II

lebih baik dari pada siklus I, seperti berikut 55,56 % 22,22 %. Setelah siklus II

selesai seperti yang telah diuraikan pada hasil penelitian, hasil belajar siswa belum

tuntas secara klasikal. Guru kembali membuat penyusunan rencana untuk

berlanjut ke siklus III. Pada siklus III setelah dilaksanakan pengamatan dan

refleksi hasil didapat sangat memuaskan. Hasil belajar siswa pada siklus III jauh

lebih baik dibandingkan siklus II, dapat dilihat 88,89 % 56 % dan siklus III,

dari pada ketuntasan secara klasikal, dapat dilihat 89 % 85%. Artinya

21

pembelajaran yang dilakukan tuntas dengan mengunakan model pembelajaran

time token.

Berikut ini disajikan rekapitulasi hasil belajar siswa pada mata

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Mengomentari Persoalan

menggunakan model pembelajaran time token dari siklus I, II, dan III.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia Dengan Materi Mengomentari Persoalan

Menggunakan Model Pembelajaran Time Token Dari Siklus I,

II, Dan III.

No Siklus Nilai rata-rata siswa

Persentase Siswa Tuntas

Persentase Siswa Yang

Tidak Tuntas1. I 68,00 22,22 % 77,78 %

2. II 72,17 55,56 % 44,44 %

3. III 75,50 88,89 % 11,11 %

GAMBAR 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia Dengan Materi Mengomentari Persoalan Menggunakan Model

Pembelajaran Time Token Dari Siklus I, II, Dan III.

22

SIKLUS I SIKLUS

II SIKLUS III

0102030405060708090

NILAI RATA - RATA PERSENTASE SISWA TUNTAS

PERSENTASE SISWA TIDAK ...

NILAI RATA - RATA

PERSENTASE SISWA TUNTAS

PERSENTASE SISWA TIDAK TUNTAS

23

A. Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemilihan strategi belajar yang tepat mampu membangkitkan motivasi

belajar siswa

2. Memberikan contoh – contoh latihan yang menyentuh sesuai dengan

pengalaman kehidupan sehari – hari siswa dapat mempermudah pemahaman

dan kemegertian siswa pada materi pelajaran

3. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa ternyata dapat

memudahkan guru dalam mengajarkan materi pelajaran

4. Penerapan model pembelajaran time token sesuai dengan langkah – langkah

pembelajaran telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri

010245 Pasar Lembu Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan, pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pelajaran Mengomentari

Persoalan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Alkhadiah, Sabarti. ( 1997 ). “ Menulis I: Buku Materi Pokok EPNS 2203 / 2 Sks /

Modul 1- 6 “ . Jakarta . Dirjen Dikdasmen, Depdikbud

Anitah, Sri W. ( 2008 ). “ Strategi Pembelajaran di SD “. Jakarta : Universitas

Terbuka

Arikunto, suharsimi. ( 2008 ). “ Penelitian tindakan kelas” . Jakarta. Bumi aksara

Arikunto, Suharsini. ( 2009 ). “ Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan ”. Jakarta :

Bumi Aksara

Badudu. ( 1999 ). “ Kamus Umum Bahasa Indonesia “. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan

Darsiman, Muh ( 2002 ). “ Mudah Belajar Bahasa Indonesia “. Jakarta: Yudistira

Djamarah, Syaiful Bahri. ( 1999 ). “ Psikologi Pendidikan ”. Jakarta. Reneke

Cipta

Gagne & R. Ibrahim. ( 2007 ). “ Strategi Belajar Mengajar “. Jakarta : Universitas

Terbuka

Hernawan, Asep Herry, dkk . ( 2011 ) . “ Pengembangan Kurikulum dan

Pembelajaran “ . Jakarta : Universitas Terbuka

Keraf . Groys. ( 1986 ). “ Tata Bahasa Indonesia “. Jakarta: Nusa Indah

PERMENDIKNAS Nomor 22. ( 2006 ). “ Standar Isi “. Jakarta : Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Samsuri. ( 1994 ). “ Analisa Wacana “. Malang: IKIP Malang

Sandrok , J.W., dan Yussen, S,R. ( 1992 ). “ Wm, C,Brown Pub “. Dubuque.

Sujana, Nana. ( 1987 ). “ Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar “.

Bandung. :Sinar Baru Algensindo

Sumantri, Mulyani & Syaodih Nana. ( 2009 ). “ Perkembangan Peserta Didik. ”.

Jakarta: Universitas Terbuka