farmasi.stikesalirsyadclp.ac.idfarmasi.stikesalirsyadclp.ac.id/.../01/keracunan-3a.docx · Web...

29
KERACUNAN DISUSUN OLEH: 1. Rosi Kentun Rahayu (106113020) 2. Tri Ginanjar Mulyaningsih (106113021) 3. Nining Fatmawati (106113022) 4. Fika Septiana Suwito (106113026) 5. Fiqih Tri Kurniawan (106113027) 6. Wiwi Sugiastuti (106113028) 7. Nofiana Ningrum (106113029) D-3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2015

Transcript of farmasi.stikesalirsyadclp.ac.idfarmasi.stikesalirsyadclp.ac.id/.../01/keracunan-3a.docx · Web...

KERACUNAN

DISUSUN OLEH:

1. Rosi Kentun Rahayu (106113020)

2. Tri Ginanjar Mulyaningsih (106113021)

3. Nining Fatmawati (106113022)

4. Fika Septiana Suwito (106113026)

5. Fiqih Tri Kurniawan (106113027)

6. Wiwi Sugiastuti (106113028)

7. Nofiana Ningrum (106113029)

D-3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah

dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan

justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun  merupakan usaha untuk mengetahui

bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan

penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi

peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana

dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga

mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara

yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan

kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan

atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang

dapat menyebabkan keracunan.

Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan

hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan

subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada

anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?

2. Apa saja yang menjadi penyebab keracunan?

3. Bagaimana pathway dari keracunan?

4. Bagaimana tanda dan gejala dari keracunan?

5. Bagaimana tata laksana terapi dari keracunan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang definisi dari keracunan.

2. Untuk mengetahui tentang penyebab dari keracunan.

3. Untuk mengetahui tentang pathways keracunan.

4. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala dari keracunan.

5. Untuk mengetahui tentang tata laksana terapi dari keracunan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,

atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari

tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik,

baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu

kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung

departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,

serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat

diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti

usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.

Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan

rumah tangga maupun lingkungan kerja.

B. PENYEBAB DAN JENIS KERACUNAN

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan

berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

1. Makanan

Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme

yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk

kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan

oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit,

bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.

Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan,

antara lain:

a. Keracunan botolinum

Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu

di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya

dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya

yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah

secara kurang sempurna.

Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah

memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang

kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf

mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita

mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat

diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk

botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.

Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan

kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.

b. Keracunan jamur

Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan

jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat,

muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.

c. Keracunan jengkol

Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam

saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya

keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan

penyerta lainnya.

Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,

nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih

nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.

d. Keracunan ikan laut

Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun

tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala

keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah

memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah

badan dan susah bernafas..

2. Baygon

Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada

dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur

lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin),

pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin,

miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi,

bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya

terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.

a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi,

lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual,

muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi

b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis,

ataksia, takikardi (hipertensi).

c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan

depresi pernafasan.

d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.

3. Bahan Kimia

Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa

seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk

industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya

adalah:

Bahan

Kimia

Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan

AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif.

Simpanlah dalam botol berwarna

dan ruang yang gelap serta jauhkan

dari bahan-bahan yang mudah

terbakar.

Dapat menyebabkan luka bakar

dan kulit melepuh. Gas/uapnya

juga menebabkan hal yang sama.

HCl Senyawa ini beracun dan bersifat

korosif terutama dengan kepekatan

tinggi.

Dapat menyebabkan luka bakar

dan kulit melepuh. Gas/uapnya

juga menebabkan hal yang sama.

H2S Senyawa ini mudah terbakar dan

beracun

Menghirup bahan ini dapat

menyebabkan pingsan, gangguan

pernafasan, bahkan kematian.

H2SO4 Senyawa ini sangat korosif,

higroskopis, bersifat membakar

bahan organik dan dapat merusak

jaringan tubuh

Gunakan ruang asam untuk proses

pengenceran dan hidupkan kipas

penghisapnya.

Jangan menghirup uap asam sulfat

pekat karena dapat menyebabkan

kerusakan paru-paru, kontak

dengan kulit menyebabkan

dermatitis, sedangkan kontak

dengan mata menyebabkan

kebutaan.

NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis

dan menyerap gas CO2.

Dapat merusak jaringan tubuh.

NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang

khas.

Menghirup senyawa ini pada

konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan pembengkakan

saluran pernafasan dan sesak

nafas. Terkena amonia pada

konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30

menit dapat menyebabkan

kebutaan.

HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.

Jangan menghirup gas ini karena

dapat menyebabkan pingsan dan

kematian.

HF Gas/uap maupun larutannya sangat

beracun.

Dapat menyebabkan iritasi kulit,

mata, dan saluran pernafasan.

HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,

menghirup uapnya dapat

menyebabkan kematian.

4. Asidosis metabolic

Disebabkan oleh:

a. peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau zatyang dapat

dikonversi menjadi asam

b. Hilangnya bikarbonat

c. Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup oksigen untuk

melakukan metabolism karbohidrat.

d. Kelainan metabolic

5. Gigitan ular berbisa

Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas gigitan

yang lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi taring yang

runcing dan lebih besar dari gigi lainnya.

Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa, biasanya akan

meninggalkan bekas gigitan berupa dua baris bekas gigi yang kecil-kecil, tetapi

tidak ada bekas gigi taring.

C. Pathway

D. Manifestasi Klinis

Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,

apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin

mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga

jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons

jaringan.

Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas

batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya

pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-

satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada

pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak

sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi,

dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan

Onset (Masa

Awitan)

Gejala Utama Jasad Renik/Toksin

Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan

< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim

di mulut, mulut terasa panas

Garam logam

1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit

kepala, pusing, sesak nafas,

gemetar, lemah, pingsan.

Nitrit

1-6 jam (rerata 2-

4)

Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan

enterotoksinnya

8-16 jam (2-4

muntah)

Muntah, kram perut, diare, rasa

mual.

Bacillus Cereus.

6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus,

pelebaran pupil, pingsan, koma.

Jamur berjenis Amanita.

Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas

12-72 jam Radang tengorokan, demam,

mual, muntah, pengeluaran secret

dari hidung, terkadang ruam kulit.

Streptococcus Pyogene

2-5 hari Radang tengorokan dan hidung,

eksudat berwarna keabuan,

demam, mengigil, nyeri

Corynebacterium

diphtheria

tengorokan, lemah, sulit menelan,

pembengkakan kelenjar getah

bening leher.

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan

2-36 jam (rerata 6-

12)

Kram perut, diare, diare yang

disebabkan Clostridium

perfringens, kadang-kadang rasa

mual dan muntah

C. perfringens; B. cereus;

S; faecalis; S.  faecium

12-72 jam (rerata

18-36)

Kram perut, diare, muntah,

demam, mengigil, lemah hebat,

mual, sakit kepala, kadang-kadang

diare berdarah dan berlendir, lesi

kulit yang disebabkan Vibrio

vulnificuis. Yersinia enterocolitica

menyebabkan gejala yang

menyerupai flu apendisitis akut.

Salmonella spp (termasuk

S. Arizonae), E. coli

enteropatogenik, dan

Enterobakteriacae, V.

cholera (01 dan non-01),

vulvinicus, V. fluvialis.

3-5 hari Diare, demam, muntah dengan

nyeri perut, gejala saluran nafas

Virus-virus enterik

1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak),

sakit perut, berat badan menurun

Giardia lamblia

1-beberapa

minggu

Sakit perut, diare, sembelit, sakit

kepala, mengantuk, kadang tanpa

gejala

Entamoeba hystolitica

3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan,

berat badan menurun, sakit perut,

kadang gastroenteritis

Taenia sanginata dan 

taenia solium

Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)

< 1 jam Gastroenteritis, cemas,

penglihatan kabur, nyeri dada,

sianosis, kedutan, kejang.

Salvias berlebihan, berkeringat,

Fosfat organic

gastroenteritis, nadi tak teraratur,

pupil mengecil, bernafas seperti

orang asma.

Jamur jenis muscaria

1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing,

pucat, pendarahan perut,

pengelupasan kulit, mata

terfiksasi, reflek hilang, kedutan,

paralisis otot.

Rasa baal atau gatal,

gastroenteritis, pusing, mulut

kering, otot nyeri, pupil melebar,

pandangan kabur, paralisis otot.

Tetrodotoxin

Ciguatoxin

2 jam-6 hari (12-

36 jam)

Rasa mual, muntah, rasa (geli)

seperti dikaruk, pusing, lemah, tak

ada nafsu makan, berat badan

menurun, bingung.

Vertigo, pandangan kabur atau

diplobia, reflek cahaya hilang,

sulit menelan, berbicara dan

bernafas; mulut kering, lemah,

paralisis pernafasan.

Chlorinated hydrocarbon

Clostridium botulinum dan

toksinnya.

>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis,

spastic, penglihatan berkurang,

buta, dan koma.

Gastroenteritis, nyeri pada kaki,

kaki dan tangan jatuh.

Air raksa organic

Triortrocresyl phosphate.

Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)

< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual,

muntah, rasa panas pada mulut,

tengorok terasa terbakar, muka

sembab dan merah, sakit perut,

Scombrotoxin (histamine)

gatal dikulit.

Rasa baal disekitar muluit, rasa

seperti digaruk (geli), kemerahan,

pusing, sakit  kepala, mual.

Kemerahan, rasa panas, gatal,

sakit perut, edema lutut dan

wajah.

Monosodium glutamate

(MSG)

Asam nikotinat

Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)

0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli),

terbakar, baal, mengantuk, bicara

inkoheren, paralisis pernafasan.

Saxitoxin (paralytic

shelifish poisoning: PSP)

2-5 menit sampai

3-4 jam

Sensasi panas dan dingin

bergantian, rasa geli; baal

disekitar bibir, lidah dan

tengorokan; nyeri otot, pusing,

diare, muntah.

Brevetoxin (neurotoxic

shelifish poisoning: NSP)

30 menit sampai

2-3 jam

Rasa mual, muntah, diare, sakit

perut, mengigil, demam.

Dinophysis toxin, okadaic

acid, pectenotoxin,

yessotoxin (Diarrheic

shelifish poisoning:DSP)

24 jam 

(gastrointestinal)

sampai 48 jam

(neurologis)

Muntah, diare, sakit perut,

bingung, hilang ingatan,

deisorientasi, kejang dan koma.

Domoic Acid (Amnestic

shelifish poisoning: ASP)

Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan

Kelenjar Limfe)

4-28 hari (rerata 9

hari)

Gastroenteritis, demam, edema

disekitar mata, berkeringat, nyeri

otot, mengigil, lemah, sulit

bernafas.

Trichinella spiralis

7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi

14 hari) sakit kepala, demam, batuk, mual,

muntah, sembelit, sakit perut,

mengigil, bintik merah dikulit,

tinja berdarah.

10-13 hari

10-50 hari (rerata

25-30)

Demam, sakit kepala, nyeri otot,

kemerahan.

Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu

makan, mual, sakit perut, kuning

(ikterus).

Toxoplasma gondii

Mungkin virus

Bervariasi,

bergantung pada

tipe penyakit

Demam, mengigil, sakit kepala

atau sendi, lemah-lesu, bengkak

dikelenjar getah bening, dan

gejala yang khas untuk penyakit

lain.

Bacillus anthracis,

brucella melitensis, B.

abortus, B. suis, coxiella

bernetti, francisella

tularensis, listeria

monocytogenes, M.

tuberculosis,

mycobacterium sp,

pasteurella multocida,

streptobacillus

moniliformis,

campylobacter jejuni,

leptospira SSP.

E. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan

1. Tujuan penatalaksanaan

Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun

sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara

sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan

memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan

umum kedaruratan keracunan antara lain :

a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak

ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada

keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.

b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,

gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.

c. Tangani syok yang tepat.

d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.

e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk

menurunkan efek toksin.

f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf

pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.

g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang

ditelan, yaitu :

1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal

2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan

cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi

darah dikembalikan ke pasien.

h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.

i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.

j. Menurunkan peningkatan suhu.

k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.

l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.

m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.

n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejan

o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan

gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

2. Terapi Farmakologis

a. Makanan

1) Oralit befungsi menggantikan glukosa, garam dan mineral penting lain yang

hilang akibat muntah dan diare.

b. Baygon

1) Spesifik terapi

a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif.

Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.

b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.

Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160

mg bila ronki basah basal muncul.

c. Asidosis metabolic

Pengobatan asidosis metabolic akan tergantung pada penyebab yang

mendasarinya. Jika pH darah turun hingga dibawah 7,1, pemberian bikarbonat

secara intravena mungkin diperlukan untuk menetralisir asam. Pada kasus berat

dialysis diperlukan untuk mengbati asidosis mtabolik.

d. Gigitan bisa ular

1) Penting menentukan diagnose patokan ular berbisa

2) Bila ragu observasi 24 jam

3) Kalau gejala keracunan bisa nyata perlu pemberian anti bisa

4) Pasang infuse, berikan ABU IV:

Bila alergi serum kuda:

a) adrenalin 0,5 mg SC

b) ABU IV pelan-pelan

5) Bila tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria hipotensi: adrenalin

0,5 mg IM, hydrokortison 100 mg IV.

3. Terapi Non Farmakologi

a. Makanan

1) Clostridium Botulinum

a) Dekontaminasi dengan memuntahkan isi lambung jika korban masih sadar

bisa juga dilakukan bilas lambung

b) Jika terdapt antitoksin botulinum pada keracunan simptomatik (perlu

dilakukan uji alergi sebelumnya)

2) Keracunan Jamur

Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita

dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer

kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur

susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.

3) Keracunan Jengkol

Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi

minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat

diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat,

penderita harus dirawat di rumah sakit.

4) Keracunan Ikan laut

Tindakan pertolongan:  usahakan agar dimuntahkan kembali makanan

yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan

pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu

tidak ada.

b. Baygon

1) General Management

a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.

b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi

c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.

4. Bahan Kimia

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk

pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama

Asam-asam korosif seperti asam sulfat

(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid

62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric

acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-

lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium

hidroksida atau milk of magnesia diikuti

dengan susu atau putih telur yang dikocok

dengan air.

Bila tertelan berilah bubur

aluminium hidroksida atau milk of

magnesia diikuti dengan susu atau

putih telur yang dikocok dengan air.

Jangan diberi dengan karbonat atau

soda kue.

Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium

hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida

Bila tertelan berilah asam asetat

encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat

(KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan

lain-lain.

(1%), atau air jeruk. Lanjutkan

dengan memberi susu atau putih

telur.

Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan

lain-lain

Berikan antidote umum, susu,

minum air kelapa, norit, suntikan

BAL, atau putih telur.

Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,

norit, suntikan PAM

Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan

dan berikan milk of magnesia.

5. Gigitan bisa ular

a. Tenangkan korban jangan gerakan bagian yang terkena gigitan

b. Balut tekan dibawah dan diatas dari gigitan untuk memperlambat aliran darah

c. Segera bawa ke dokter. Bila jauh dari fasilitas kesehatan/dokter, lakukn sayatan

pada luk gigitan baru dengan pisau yang telah bebas kuman, kemudian hisaplah

dan ludahkan secepatnya, lakukan beberapa kali.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,

atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari

tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi

toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang

mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan

kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,

untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,

menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan

untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

Ada tiga famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hydrophidae, dan Viperidae.

Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan perdarahan. Banyak

bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap di lokasi pada anggota badan yang

tergigit. Balutan yang kuat dapat dilakukan beberapa jam tanpa membahayakan

peredaran darah keseluruhan anggota tubuh. Balutan yang kuat membatasi perubahan

lokal di daerah gigitan dan juga untuk meningkatkan reaksi terhadap antibisa. Dalam

mengatasi gigitan ular berbisa, pemberian serum antibisa yang cukup dan pengaturan

ventilasi yang memadai merupakan tindakan yang utama. Sedangkan tindakan yang

bersifat supportif merupakan tindakan sekunder dan dilakukan sesuai dengan kondisi

penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:

http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/.

Diakses tanggal 4 Mei 2012.Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Luka Bakar (Combustio). Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-

keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012.

Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3.

Jakarta: EGC.

Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.