VI. PEMBAHASAN - · PDF fileTermasuk bakteri pembentuk spora, bersifat aerob sampai...
Transcript of VI. PEMBAHASAN - · PDF fileTermasuk bakteri pembentuk spora, bersifat aerob sampai...
Nova Nurfauziawati 240210100003
VI. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan tanggal 21 Maret 2011 ini mengenai
isolasi bakteri dan kapang dari bahan pangan. Praktikum ini dilaksakan
dengan tujuan agar praktikan dapat mengerjakan pewarnaan gram, dapat
mengerjakan preparat isolasi kapang dan dapat membedakan jenis-jenis
bakteri. Bahan pangan adalah sumber gizi selain bagi manusia, juga sebagai
sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme (Buckle dkk, 1987).
Populasi jasad renik yang terdapat pada setiap makanan, menyangkut jumlah
dan jenisnya, biasanya sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena pengaruh
selektif terhadap jumlah dan jenis jasad awal yang terdapat pada makanan.
Sumber-sumber mikroflora yang terdapat pada makanan dapat berasal dari
tanah, air permukaan, debu, kotoran hewan atau manusia, lingkungan, udara
dan sebagainya. Berbagai pengaruh selektif menyebabkan satu atau beberapa
jenis jasad renik menjadi dominan terhadap jasad renik lainnya (Fardiaz,
1992).
Isolasi berarti memisahkan bakteri dari kapang artinya memisahkan
satu jenis bakteriatau kapang dari satu kelompok atau campuran menjadi satu
biakan murni, yaitu biakan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme
(Sumanti, 2008).
Teknik dan metode isolasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Metode gores / gesek (strek plate method), yaitu sampel dibuat suspense,
kemudian di ambil dengan jarum inokulasi dan digoreskan pada medium
dalam cawan petri dengan pola tertentu sehingga koloni-koloni yang
tumbuh terpisah satu sama lainnya dapat diisolasi lebih lanjut.
2. Metode tuang (poures plate method), yaitu sampel dibuat suspense dulu
(biasanya melalui serangkaian pengenceran), kemudian suspensi dicampur
medium dan seterusnya dituangkan ke dalam cawan petri. Koloni yang
tumbuh selama masa inkubasi selanjutnya diambil dengan jarum inokulasi
dan digesekkan pada medium agar miring steril (Sumanti,2008).
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode tuang
(poures plate method). Kultur murni yang dibuat yaitu bakteri dan kapang
Nova Nurfauziawati 240210100003
dari tiap-tiap sampel. Sampel yang digunakan ialah rendang, ayam kecap,
sayur sam dan sayur nangka. Dengan pengisolasian ini, maka dapat diketahui
kandungan bakteri dan kapang dari tiap-tiap sampel serta keamanan dari
sampel tersebut. Sedangkan media yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah NA dan PDA. Media NA digunakan untuk mengisolasi bakteri.
Setelah inkubasi, dilakukan pewarnaan gram pada bakteri yang tumbuh untuk
mengetahui jenis bakteri yang diisolasi. Sedangkan media PDA digunakan
untuk mengisolasi kapang. Setelah isolasi selama dua hari, isolat atau kuoltur
murni yang didapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
A. Isolasi Bakteri
Bakteri terdapat secara luas di lingkungan alam yang berhubungan
dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan tanah. Pada
kenyataannya sangat sedikit sekali lingkungan yang bersih dari bakteri.
Adanya bakteri pada bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan
yang tidak diinginkan dan menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui
makanan atau dapat melangsungkan fermentasi yang menguntungkan
(Buckle dkk,1987).
Media yang digunakan untuk mengisolasi bakteri pada praktikum
kali ini adalah Nutrient Agar (NA). NA adalah media yang mengandung
3 gram beef extact, 5 gram pepton, 15 gram bacto agar yang memiliki
spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri dan dan 1 liter akuades.
Praktikum diawali dengan melakukan pengenceran hingga 10-4.
pengenceran yang digunakan untuk mengisolasi bakteri adalah
pengenceran 10-3 dan 10-4. Hasil dari kedua pengenceran tersebut di
tuangkan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml, kemudian media NA
dituangkan pada masing-masing cawan petri tersebut. Selanjutnya
dilakukan inkubasi. Inkubasi isolat bakteri dengan medium NA dilakukan
pada suhu 30C selama dua hari. Setelah selesai inkubasi, dilakukan
perhitungan koloni dengan metode SPC, pembuatan film, pewarnaan
gram, lalu pengamatan bakteri menggunakan mikroskop. Hasil dari
pengamatan bakteri tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Nova Nurfauziawati 240210100003
Tabel 1. Perhitungan koloni, SPC, dan Hasil Pewarnaan Gram
Sampel Jumlah Koloni
Perhitungan SPC Pewarnaan Gram 10-3 10-4
Rendang 3 3 < 3,0 x 104 ( 3,0 x 103) Basil, gram positif
Ayam Kecap 3 8 < 3,0 x 104 ( 3,0 x 103) Spiral, gram negatif
Sayur Asam - 5 < 3,0 x 105 ( 5,0 x 104 ) Terkontaminasi
Sayur Nangka 36 5 3,6 x 104 Coccus, gram positif
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis mikrobiologi dengan cara
hitungan cawan atau metode tuang dalam isolasi dilaporkan dalam suatu
bentuk standar yang disebut Standard Plate Counts (SPC) sebagai berikut:
1. Cawan yang dippilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah
koloni antara 30 dan 300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu
kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat
dihitung sebagai satu koloni.
3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
dihitung sebagai satu koloni (Fardiaz, 1992).
Cara pelaporan dan perhitungan koloni dalam SPC ditentukan
sebagai berikut:
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka
pertama (satuan) dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga
sama dengan atau lebih dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi
pada angka kedua. Sebagai contoh, 1,7 x 103 unit koloni/ml atau 2.0 x
106 unit koloni/gram.
2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada
cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh
karena itu, jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya
pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam
tanda kurung.
Nova Nurfauziawati 240210100003
3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada
cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh
karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang
dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan
faktor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan
di dalam tanda kurung.
4. Jika pada cawan adri dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni
dengan jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil
tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau
sama dengan dua, dilaporkan rata-rata kedua nilai tersebut dengan
memperhitungkan faktor pengencerannya. Jika perbandingan antara
hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya
hasil yang terkecil.
5. jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah
satu. Oleh karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang
menghasilkan kedua cawan duplo dengan koloni di antara 30 dan 300
(Fardiaz, 1992).
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 1, selain dilakukan
perhitungan SPC juga pengamatan pada bakteri. Hasil pengamatan bakteri
sebagai dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri dari Bahan Pangan
Sampe Media NA
Visual Bentuk
Rendang
-bakteri gram postif
-bentuk basil
-koloni berwarna putih
Nova Nurfauziawati 240210100003
Ayam Kecap -bakteri gram negatif
-bentuk spiral
Sayur Asam -
Sayur Nangka
-Koloni berwarna putih
tersebar tidak merata
-bakteri gram positif
-bentuk coccus
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Pada tabel kedua tabel di atas, dapat diketahui hasil dari isolasi
bakteri. Pada rendang ditemukan sedikit koloni pada cawan petri, jumlah
koloni bakteri pada pengenceran 10-3 (pengenceran rendah) sama dengan
pada pengenceran 10-4 (pengenceran tinggi) yakni hanya terdapat 3 koloni.
Sedikitnya bakteri yang tumbuh pada sampel mungkin disebabkan oleh
baiknya kualitas dari bahan pangan (rendang) tersebut, selain itu dapat
pula disebabkan oleh perlakuan yang aseptis saat praktikum. Jika dilihat
secara visual, koloni bakteri berwarna putih. Namun, setelah dilakukan
pewarnaan gram pada kultur murni, didapatkan warna merah yang berarti
bakteri ini merupakan bakteri gram negatif. Setelah dilakukan pewarnaan,
dilakukan pengamatan di bawah mikroskop dan terlihat bahwa bakteri
tersebut berbentuk basil (batang) dan berwarna ungu kebiruan yang berarti
bahwa bakterinya termasuk bakteri gram positif.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah diuraikan sebelumnya, di duga
bakteri yang terdapat pada rendang termasuk jenis Lactobacillus, Bacillus,
dan Clostridium. Lactobacillus biasa ditemukan pada permukaan sayuran,
bersifat anaerobik fakultatif, dan katalase negatif. Kelompok bakteri ini
dapat mensintesis vitamin sehingga banyak digunakan dalam analisis
vitamin, dan tahan terhadap suhu pasteurisasi (Fardiaz, 1992). Jenis
Nova Nurfauziawati 240210100003
Laktobasili heterofermentatif memproduksi gas dan senyawa volatil yang
penting sebagai pembentuk citarasa pada makanan fermentasi.
Bacillus tumbuh dalam makanan dan menghasilkan enterotoksin
yang menyebabkan keracunan makanan. Selain keracunan makanan dapat
juga menimbulkan penyakit dengan gangguan daya tahan tubuh.
B.antrachis adalah patogen utama dalam genus ini (Brooks, Geo.F.,dkk:
2001). Termasuk bakteri pembentuk spora, bersifat aerob sampai
anaerobik fakultatif, katalase positif dan kebanyakan bersifat gram positif,
hanya beberapa bersifat gram variabel (Fardiaz, 1992). Bacillus
merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada makanan dan lazim
terdapat dalam tanah, air, udara dan tanaman. Oleh karena itu,
keberadaannya dalam sampel rendang dimungkinkan karena air yang
terdapat pada rendang dan kontaminan dari udara.
Clostridium bersifat anaerobik sampai mikroaerifilik dan bersifat
katalase negatif. Beberapa spesies membentuk spora dengan sporangium
yang membengkak pada bagian tengah atau ujung sel. Beberapa spesies
Clostridium bersifat patogen dan dapat menyebabkan kebusukan dan
keracunan pada makanan. Contohnya adalah Clostridium perfinger yang
dapat memproduksi enteritoksin yang dapat menyerang saluran
pencernaan den menimbulakan gejala gastrointestinal (Fardiaz, 1992).
Sampel selanjutnya adalah Ayam kecap. Pada pengenceran 10-3
(pengenceran rendah) terdapat bakteri sebanyak 3 koloni sedangkan pada
pengenceran 10-4 (pengenceran tinggi) terdapat 8 koloni bakteri. Koloni
bakteri ini berwarna putih dan tersebar tidak merata jika dilihat secara
visual. Namum, setelah dilakukan pewarnaan gram, bakteri yang tumbuh
pada ayam kecap ini berwarna merah yang merupakan bakteri gram
negatif dan berbentuk spiral.
Sayur asam merupakan sampel yang ketiga pada praktikum kali ini,
pada pengenceran 10-4 (pengenceran tinggi) di temukan 5 koloni,
sedangkan pada pengenceran 10-3 (pengenceran rendah) tidak ditemukan
bakteri. Hasil isolasi pada sampel ini tidak tumbuh bakteri, melainkan
kapang. Kemungkinan kesalahan yang menyebabkan terjadiya hal ini
Nova Nurfauziawati 240210100003
adalah pada pengenceran 10-2 suspensi yang diambil dari 10-1 sebanyak 2
ml. Selain itu, praktikum dilakukan tidak secara aseptis sehingga
menyebabkan terkontaminasi dengan udara.
Sampel yang terakhir dari praktikum ini adalah sayur nangka. Pada
pengenceran 10-2 (pengenceran rendah) terdapat bakteri sebanyak 36
koloni sedangkan pada pengenceran 10-3 (pengenceran tinggi) terdapat 5
koloni bakteri. Bakteri yang tumbuh pada sampel ini berbentuk coccus dan
berwarna merah yang berarti bahwa bakteri ini bersifat gram positif.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka bakteri yang tumbuh
pada sayur nangka ini adalah Micrococcus, Staphylococcus,
Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Aerococcus. Bakteri
Micrococcus mempunyai suhu optimum pertumbuhan 25 – 300C, masih
dapat tumbuh pada suhu 100C, tetapi tidak dapat tumbuh pada suhu 460C.
Bakteri ini ditemukan tersebar di alam, dan banyak ditemukan dalam debu
dan air. Bakteri ini juga sering ditemukan pada berbagai bahan pangan
segar (Fardiaz, 1992). Kemungkinan ditemukannya bakteri ini dalam sayur
nangka adalah dari air yang terdapat dalam sayur nangka tersebut serta
kontaminan dari udara.
Staphylococcus membutuhkan nitrogen organik (asam amino) untuk
pertumbuhannya dan bersifat anaerob fakultatif. Kebanyakan galur
Staphylococcus aureus bersifat patogen dan memproduksi enterotoksin
yang tahan panas, dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya
(Fardiaz, 1992). Kemungkinan adanya bakteri ini di dalam sayur nangka
adalah karena bakteri ini tahan panas, maka bakteri ini tidak mati pada saat
proses pengolahan sayur nangka tersebut.
Streptococcus merupakan bateri bersifat homofermentatif, dan
beberapa spesies memproduksi asam laktat secara cepat pada kondisi
anaerobik. Leuconostoc merupakan jenis bakteri yang bersifat
heterofermentatif, yaitu memfermentasi gula menjadi asam laktat, CO2,
dan etanol atau asam asetat. Pediococcus bersifat katalase negatif dan
mikroaerofilik. Bakteri ini bersifat homofermentatif, sering digunakan
dalam fermentasi daging (sosis). Pediococcus cereviseae sering tumbuh
Nova Nurfauziawati 240210100003
pada pikel, dan menyebabkan kerusakan pada bir dengan memproduksi
diasetil dalam jumlah tinggi (Fardiaz, 1992).
B. Isolasi Kapang
Pertumbuhan kapang dapat berwarna hitam, putih atau berbagai
macam warna. Bahan pangan yang banyak mengandung kapang dapat
mengakibatkan keracunan apabila termakan oleh manusia. Hal ini
diakibatkan karena beberapa jenis kapang selama proses pembusukan
pangan atau pertumbuhannya dalam suatu bahan pangan dapat
memproduksi racun yang dikenal sebagai mitotoksin. Sebagai suatu
kelompok zat, mitotoksin dapat menyebabkan gangguan hati, ginjal dan
susunan syaraf pusat dari manusia maupun hewan (Buckle, 1987).
Media yang digunakan pada praktikum kali ini adalah PDA (Potato
Dextrose Agar) yang memiliki spesifikasi untuk isolasi kapang dan
khamir. PDA terdiri atas 200 gram kentang, 15 gram dekstrose dan 1 liter
akuades. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengisolasi kapang ini
tidak jauh berbeda seperti langkah-langkah untuk megisolasi bakteri yakni
praktikum diawali dengan melakukan pengenceran hingga 10-4.
Pengenceran yang digunakan untuk mengisolasi kapang adalah
pengenceran 10-3 dan 10-4. Hasil dari kedua pengenceran tersebut di
tuangkan kedalam cawan petri sebanyak 1 ml, kemudian media PDA
dituangkan pada masing-masing cawan petri tersebut. Selanjutnya
dilakukan inkubasi. Inkubasi isolat bakteri dengan medium NA dilakukan
pada suhu 30C selama dua hari. Setelah selesai inkubasi, dilakukan
perhitungan koloni dengan metode SPC, dan pengamatan di bawah
mikroskop. Hasil dari pengamatan kapang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan koloni dan SPC pada Kapang
Sampel Media Jumlah Koloni Perhitungan
SPC 10-3 10-4
Rendang PDA 0 0
-
Nova Nurfauziawati 240210100003
Ayam
Kecap PDA TBUD
3 -
Sayur
Asam PDA -
- -
Sayur
Nangka PDA 89
23 8,9 x 104
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat
mikroorganisme yang tumbuh pada sampel rendang sehingga tidak dapat
dihitung SPC-nya. Hal ini menandakan bahwa rendang tersebut memiliki
kualitas dan cara pengolahan yang baik. Selain itu, praktikum dilakukan
secara aseptis. Pada pengencaran 10-3 dari sampel ayam kecap ditemukan
banyak sekali mikroorganisme sehingga menyebabkan tidak dapat untuk
dihitung atau TBUD. Pada pengenceran 10-4 ditemukan kapang sebanyak
3 koloni. Sama halnya dengan sampel rendang, sampel ayam kecap pun
tidak dapat dihitung SPC-nya. Pada sample yang ke tiga yaitu sampel
sayur asam ditemukan banyak sekali kapang yang sangat banyak sekali
dan memenuhi semua ruang pada cawan petri sehingga nilai SPC dari
sampel ini pun tidak dapat dihitung. Selain itu, terjadinya hal ini
dimungkinkan karena pada saat pengenceran 10-2 suspensi yang diambil
dari 10-1 sebanyak 2 ml. Selain itu, praktikum dilakukan tidak secara
aseptis sehingga menyebabkan terkontaminasi dengan udara dan
pertumbuhan mikroorganisme pada media yang telah disediakan tidak
sesuai dengan harapan praktikan.
Sampel terkahir dari praktikum ini adalah sayur nangka. Pada
pengenceran 10-3 (pengenceran rendah) terdapat 89 koloni kapang
sedangkan pada pengenceran 10-4 (pengenceran tinggi) terdapat 23 koloni
kapang dan setelah perhitungan maka diperoleh nilai SPC sebesar 8,9 x
104 unit koloni/gram. Setelah dilakukan perhitungan SPC, kapang diamat
di bawah mikroskop. Hasil pengamatan kapang tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.
Nova Nurfauziawati 240210100003
Tabel 4. Hasil Pengamatan Isolasi Bakteri dari Bahan Pangan
Sampe Media PDA
Visual Bentuk
Rendang -
Ayam Kecap Miselium berwarna putih,
tersebar di pinggiran cawan
Sayur Asam
Warna spora hitam,
Miselium putih tersebar
merata
Sayur Nangka
Warna spora hitam, warna
miselium putih kecoklatan,
tersebar tidak merata,
tumbuh di pinggiran cawan.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Berdasarkan tabel di atas terlihat gambar kapang yang di amati di
bawah mikroskop. Secara visual, pengamatan pada sampel ayam kecap
ditemukan miselium kapang berwarna putih dan tersebar di bagian pinggir
dari cawan petri, sedangkan pada sayur asam miselium putih tersebar
secara merata dan pada sayur nangka miselium kapang berwarna putih
kecokelatan, tersebar tidak merata dan tumbuh di bagian pinggir cawan
serta spora berwarna hitam.
Dugaan kapang yang tumbuh pada ayam kecap adalah jenis
Sporotrichum, Thamnidium,dan Aspergillus. Salah satu dari jenis kapang
Sporotrichum yaitu Sporotrichum carnis sering ditemukan tumbuh pada
daging yang didinginkan dan menimbulkan bintik bintik putih. Selain itu,
Nova Nurfauziawati 240210100003
salah satu jenis dari kapang Thamnidium yaitu Thamnidium elegans sering
tumbuh pada daging yang disimpan pada ruangan pendingin. Aspergillus
tersebar luar di alam, dan kebanyakan spesies sering menyebabkan
kerukasakan makanan tetapi beberapa spesies digunakan dalam fermentasi
makanan. Kapang ini tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula
dan garam tinggi (Fardiaz, 1992). Kemungkinan ditemukannya kapang
janis ini pada ayam kecap karena konsentrasi gula yang tinggi dari ayam
kecap.
Dugaan kapang yang tumbuh pada sayur asam dan sayur nangka
adalah kapang jenis Penicillium. Kapang ini banyak tersebar di alam dan
penting dalam mikrobiologi pangan. Kapan ini sering menyebabkan
kerusakan pada sayuran, buha-buahan dan serealia (Fardiaz, 1992).
Kemungkinan adanya kapang ini pada sayur asam adalah karena dalam
sayur asam banyak terdapat berbagai macam jenis sayuran. Sedangkan
kemungkinan adanya kapang Penicillium ini dalam sayur nangka adalah
karena nangka merupakan buah-buahan sehingga kapang ini tumbuh dan
berkembang pada nangka tersebut.
Nova Nurfauziawati 240210100003
VII. KESIMPULAN
Bakteri yang terdapat pada rendang berbentuk basil dan merupakan bakteri
gram positif, sedangkan bakteri yang terdapat pada ayam kecap berbentuk
spiral dan merupakan bakteri gram negatif. Pada sampel sayur asam tidak
tumbuh bakteri karena terkontaminasi. Bakteri pada sayur nangka
berbentuk coccus dan merupakan bakteri gram positif.
Dugaan bakteri yang tumbuh pada rendang adalah bakteri jenis jenis
Lactobacillus, Bacillus, dan Clostridium.
Dugaan bakteri yang tumbuh pada sayur nangka adalah bakteri jenis
Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus,
dan Aerococcus.
Tidak terdapat kapang yang tumbuh pada rendang.
Dugaan kapang yang tumbuh pada ayam kecap adalah kapang jenis
Sporotrichum, Thamnidium,dan Aspergillus.
Dugaan kapang yang tumbuh pada sayur asam dan sayur nangka adalah
kapang jenis Penicillium.
Nova Nurfauziawati 240210100003
DAFTAR PUSTAKA
Brooks,geo.f. 2001. jawetz Melnick ,& adelbergs medical microbiology. San Francisco: international.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Sumanti, Debby M dkk. 2010. Mikrobiologi Pangan. Penerbit jurusan TIP (FTIP): Jatinangor.