VER ujian forensik abortus
description
Transcript of VER ujian forensik abortus
BAB II
RESUME KASUS
PRO JUSTITIA
Visum et Repertum No. KS 26/VR/1998
Surat permintaan visum
Surat permintaan Visum et Repertum No. B/27/I/2008/Reskrim, dari Kepolisian
Resort Kota Makassar Timur, AKP Muh. Nur Akbar SH, NRP. 75070948.
Tim kedokteran forensik
Dipimpin oleh dokter KK, Msi, SpPA, DFM, dengan konsulen
Dr.dr.RR,Msc,SpPA(K),DFM,SpF, dibantu oleh dr.ww, dr.jj dan beberapa dokter
muda.
Waktu dan tempat pemeriksaan bedah mayat (otopsi)
Tanggal tiga puluh Januari tahun dua ribu delapan, mulai jam empat belas lewat
lima belas menit sampai jam delapan belas waktu Indonesia bagian tengah, di
kamar bedah mayat Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar.
Identitas korban
Berdasarkan surat permintaan Visum et Repertum dari polisi, mayat perempuan
tersebut bernama Nyonya S, umur tidak diketahui, jenis kelamin perempuan,
agama Islam, alamat jalan P, Makassar, pekerjaan tidak ada, kebangsaan
Indonesia, dengan perkiraan kematian oleh pihak kepolisian adalah akibat
melakukan aborsi yang terjadi pada hari selasa tanggal dua puluh sembilan
Januari tahun dua ribu delapan.
1
Keterangan temuan korban
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan luar didapatkan kaku mayat seluruh tubuh, mudah dilawan,
lebam mayat pada belakang leher, punggung, paha dan betis, tidak hilang pada
penekanan, pembusukan belum ada.
Rambut kepala warna merah kehitaman, lurus, tidak mudah dicabut, terpanjang
dua puluh lima sentimeter terpendek tiga belas sentimeter, terdapat sisa muntahan
berwarna coklat dan sisa makanan di sisi kanan dekat telinga kanan. Mulut:
tampak muntahan sisa makanan. Kemaluan tampak keluar darah dan adanya sisa-
sisa bekuan darah, terdapat luka lecet pada semua labium dan robekan lama pada
hymen arah jam dua belas, tujuh dan lima.
Pemeriksaan Dalam
Lidah berwarna merah pucat, pada mukosa trakea tampak bintik-bintik
perdarahan hingga percabangan bronkus. Limpa warna merah pucat, permukaan
mengkerut, hati pucat dengan didapatkan lebam pada lobus kiri. Lambung berisi
sisa makanan, berbau minyak angin. Jantung dan paru-paru pucat.
Tampak keluar cairan encer warna merah dari mulut rahim. Di dalam rahim tidak
ditemukan janin. Terdapat hematom dan luka lecet pada mulut rahim.
2
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan
yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk
mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum
adalah illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana terdapat stigma
dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari
bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang menggunakan cara-cara
antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan
pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.1
I. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin dapat hidup di dunia luar
bila berat badannya telah mencapai >500 gr atau usia kehamilan >20 minggu.
Sedangkan menurut webster di Amerika abortus terbatas pada terminasi kehamilan
sebelum 20 minggu, didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir.
Definisi lain yang sering digunakan adalah pelahiran janin-neonatus yang beratnya
kurang dari 500g. 2,3
Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam
kalangan kedokteran dan hukum, yang artinya adalah dengan sengaja mengakhiri
kehidupan kandungan dalam rahim seorang wanita hamil. Berbeda dengan abortus
spontan yaitu kandungan seorang wanita hamil yang gugur secara spontan. Untuk itu
perlu dibedakan antara pengguguran kandungan dan keguguran. Pengguguran
kandungan dilakukan dengan sengaja, sedangkan keguguran terjadi tidak disengaja.
Untuk menunjukkan pengguguran kandungan, istilah yang sering digunakan sekarang
adalah aborsi. 4
3
Aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang – undangan di
Indonesia adalah tindakan mengugurkan atau mematikan kandungan yang dilakukan
dengan sengaja oleh seorang wanita atau orang yang disuruh melakukan untuk itu.
Wanita hamil dalam hal ini adalah wanita yang hamil atas kehendaknya ingin
mengugurkan kandungannya, sedangkan tindakan yang menurut KUHP dapat disuruh
untuk lakukan itu adalah tabib, bidan atau juru obat. Pengguguran kandungan atau
pembunuhan janin yang ada di dalam kandungan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya: dengan obat yang diminum atau dengan alat yang dimasukkan ke
dalam rahim wanita melalui lubang kemaluan wanita. 4,5,6
II. INSIDEN
Pada tahun 2000 di Indonesia diperkirakan bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi.
Angka ini dihasilkan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil
dari fasilitas-fasilitas kesehatan, dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak
diketahui jumlahnya walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil. Walaupun
demikian, estimasi aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi yang paling
komprehensif yang terdapat di Indonesia sampai saat ini. 1
Gambar 1. Diagram pelaku aborsi Tahun 2000. 1
4
Sedangkan praktek aborsi di Asia sedikit meningkat antara tahun 2003 dan
tahun 2008 yaitu dari 25.9 juta menjadi 27.3 juta, dimana pada tahun 2008 mayoritas
praktek aborsi berada pada Asia selatan (10.5 juta) termasuk India dan Asia bagian
timur (10,2 juta) termasuk China. 7
III. PEMBAGIAN ABORTUS MENURUT PROSES TERJADINYA
A) Abortus Spontan
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis. 3
B) Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja,
baik dengan memakai obat – obatan maupun alat – alat. Abortus provokatus
terbagi menjadi dua:
a. Abortus Provokatus Medicinalis (Abortus provocatus therapeutica)
Abortus provokatus medicinalis adalah abortus yang dilakukan dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). 3
b. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang sah atau dilakukan oleh yang tidak berwenang atau tidak
kompeten. Aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten biasanya
dengan cara seperti memijit-mijit perut bagian bawah, memasukan benda
asing atau jenis tumbuh-tumbuhan ke dalam jalan lahir sehingga terjadi
perdarahan dan infeksi berat. 3,8
IV. METODE PELAKSANAAN ABORTUS
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu
mengandung resiko kesehatan bagi si ibu atau janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai macam cara yang digunakan untuk
5
melakukan pengguguran criminal ini agar benar-benar dapat membantu secara
maksimal pihak penyidik.9
1. Kekeransan Mekanik lokal dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.
Kekerasan dari luar dapat dilakukan sendiri oleh si ibu atau orang lain seperti
melakukan gerakan fisik berlebihan; jatuh, pemijatan/pengurutan perut bagian
bawah, kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran listrik pada
serviks dan sebagainya. Kekerasan dapat pula dari dalam dengan
menggunakan manipulasi vagina atau uterus. Manipulasi vagina dan serviks
uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio,
aplikasi asam arsenic, kalium permanganat pekat, atau iodium tinktur, atau
manipulasi serviksdengan jari tangan. Manipulasi uterus dengan mlakukan
pemecahan selaput amnion atau dengan penyuntikan kedalam uterus. 9
2. Penggunaan obat/zat tertentu, racun umumnya digunakan dengan harapan
agar janin mati tetapi si ibu cukup kuat untuk bias selamat. 9
V. ASPEK MEDIKOLEGAL ABORTUS
1. KODEKI BAB II Pasal 7d
“Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani”.
Penjelasan mengenai hal ini adalah segala tindakan dan perbuatan dokter
bertujuan memelihara kesehatan pasien, karena itu kehidupan manusia harus
dipertahankan dengan segala daya. Namun kadangkala dokter harus mengorbankan
salah satu kehidupan untuk menyelamatkan kehidupan lain yang lebih penting,
misalnya terpaksa dilakukan abortus provocatus medisinalis, pada beberapa keadaan
dimana keselamatn dan kesehatan ibu mendapat prioritas, karena besarnya peran ibu
dalam keluarga. 10
2. Sumpah Hiprocates
6
“Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun
diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang sama,
saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan kandungan”. 11,12
3. Lafal Sumpah Kedokteran
“Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan”. 11
4. Deklarasi Oslo (1970)
Pada tahun 1970 asosiasi kedokteran sedunia (WMA) mengeluarkan maklumat
yang dikenal dengan deklarasi Oslo. Isinya membenarkan tindakan aborsi atas
indikasi medis, dengan syarat diizinkan oleh undang-undang negara bersangkutan,
diputuskan oleh sedikitnya dua orang dokter yang kompeten dalam bidangnya, dan
dilaksanakan oleh dokter yang kompeten pula untuk melakukannya. 13
5. UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit
berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan.
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan
pemerintah.
7
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
2. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri.
3. Dengan persetujuan ibu hamil.
4. Dengan persetujuan suami, kecuali korban perkosaan, dan
5. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
per- Undang-undangan. 14
6. KUHP
Pasal 299,
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh lima ribu
rupiah.
(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346
8
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun”.
Pasal 347
i. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
ii. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan”. 5,6,11
7. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Pasal 15
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya. Dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut.
9
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli.
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dalam
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 80
(1) Pelanggaran terhadap pasal 15 ayat (1) dan (2), pidana penjara selama 15
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000.
(2) Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan –
ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yakni harus memenuhi hal sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu. 15
BAB IV
PEMBAHASAN
10
Pada pemeriksaan luar mayat, hal pertama yang dapat dinilai adalah saat
kematian. Hasil pemeriksaan didapatkan kaku mayat pada seluruh tubuh, mudah
dilawan, lebam mayat pada seluruh tubuh bagian belakang mulai dari leher sampai
tungkai bawah, dan tidak hilang pada penekanan, tanda-tanda pembusukan belum
ada.
Baik lebam mayat maupun kaku mayat merupakan tanda pasti kematian.
Lebam mayat sendiri adalah hal yang terjadi setelah kematian dimana eritrosit
akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena
dan venula, membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah
tubuh, kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena
adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya
bertambah dan menjadi lengkap dan menetap selama 8-12 jam. Menetapnya lebam
mayat disebabkan oleh tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak
sehingga sulit berpindah lagi. Kaku mayat sendiri terjadi akibat kelenturan otot
yang menghilang setelah kematian karena metabolisme tingkat selular sudah tidak
ada lagi khususnya dalam pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan
energi untuk mengubah ADP menjadi ATP yang dipakai oleh serabut aktin dan
miosin agar tetap lentur. Pada orang yang telah mati, cadangan glikogen dalam
otot lama kelamaan akan habis dan energi tidak terbentuk lagi, sehingga aktin dan
miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat ini mulai tampak kira-
kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke
arah dalam (sentripetal). Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Dalam ilmu thanatologi, dapat disimpulkan bahwa kematian telah terjadi lebih
dari 12 jam karena didapatkannya lebam mayat yang tidak hilang dengan
penekanan serta adanya kaku mayat seluruh tubuh yang mudah dilawan. Tapi dari
pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan, sehingga dapat
11
disimpulkan kematian belum terjadi 24 jam atau lebih, sehingga rentang waktu
perkiraan kematian 12-24 jam kematian.
Terjadi perdarahan yang massif, hal ini terlihat dari temuan otopsi berupa
uterus yang masih mengeluarkan darah dan limpa yang berwarna pucat dan
mengkerut, dimana merupakan reservoir sel darah merah. Beberapa organ lain
seperti lidah, jantung, paru-paru, hati dan ginjal berwarna pucat akibat kurangnya
volume darah, selain itu terdapat tanda-tanda kekerasan pada serviks berupa
hematom dan luka lecet. Hal ini menunjukkan bahwa adanya usaha penghentian
kehamilan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
12
1. Guttmacher Institute. Abortion in Indonesia. New York. 2008 Series, no.2.
[cited October 2012] available from URL :
http://www.guttmacher.org/pubs/2008/10/15/IB_Abortion_Indonesia.pdf
2. Leveno. JK et al. Williams Manual Of Obstetrics, 21st ed, in Pendit. BU;
editor. Obstetri Williams : Panduan Ringkas Ed. 21. EGC : Jakarta ; 2004
3. Sastrawinata, S. Martaadisoebrata, D. Wirakusumah. FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi : Obstetri Patologi, Ed. 2. EGC : Jakarta ; 2003
4. Hardianto J. Tinjauan Terhadap Konstruksi Hukum Dakwaan dalam
Penuntutan Perkara Aborsi dan Implikasi Yuridis Terhadap Penjatuhan Sanksi
Pidana. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2010.
5. Iswanto, Sito, Hendy. Abortus. 2008. [cited October 2012] Availaible from
URL: http://www.aborsi.org/htm
6. Indonesian Law. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. [cited October 2012]
available from URL :
http://www.unmit.org/legal/IndonesianLaw/undang/kuhp.htm
7. Guttmacher Institute. Facts on Abortion in Asia. New York. 2012. [cited
October 2012] Available from URL :
http://www.guttmacher.org/pubs/IB_AWW-Asia.pdf
8. Hanafiah, MJ. Amir, A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed. 4. EGC
: Jakarta ; 2007
9. Anonym. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI.
10. Hanafiah, MJ. Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed. 3.
EGC : Jakarta; 1999
11. Hanafiah, MJ. Amir, A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed. 4. EGC
: Jakarta ; 2007
12. Fuady, Munir. Sumpah Hipocrates (Aspek Hukum Malpraktek Dokter). PT.
Citra Aditya Bakti : jakarta ; 2000
13
13. Affandi, B. Panduan Etika Profesi Obstetri dan Ginekologi di Indonesia.
Jakarta ; 2011. [cited October 2012] available from URL :
http://www.pogi.or.id
14. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
15. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Jakarta. 2007
14