VENNI AVIONITA 0109U035.pdf
-
Upload
dodyiskandar -
Category
Documents
-
view
29 -
download
6
Transcript of VENNI AVIONITA 0109U035.pdf
-
PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS
KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM
PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : Venni Avionita
NPM : 0109U035
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
BANDUNG
2013
-
PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS
KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM
PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama
Disusun oleh :
Nama : Venni Avionita
NPM : 0109U035
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak)
NIP: 111.11.91.021
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi S1
(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak) (Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak)
NIP: 195.512.181.986.011.001 NIP: 111.11.99.056
-
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Venni Avionita
NRP : 0109U035
Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang / 24 Maret 1992
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung).
Merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Bandung, Februari 2013
Venni Avionita
-
ABSTRAK
Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah
Adanya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan
langkah konkrit dalam merespon tuntutan reformasi yaitu dalam penerapan
anggaran berbasis kinerja dan membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk
pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dapat
dibilang sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aggaran berbasis
kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Bandung yang sedang mengalami
perkembangan yang pesat dalam pembangunannya.
Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu
dengan menyebarkan kuesioner dan menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari studi kepustakaan juga sumber lain yang berhubungan dengan topik yang
dibahas.
Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,875
dengan t tabel sebesar 1,71387 dan menunjukkan bahwa Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.
Selain itu, diperoleh korelasi antara implementasi anggaran berbasis
kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi
pemerintah daerah adalah sebesar R = 0,880, yang termasuk dalam kategori
hubungan sangat kuat. Dapat pula diketahui besarnya pengaruh implementasi
anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur
instansi pemerintah daerah yaitu sebesar 77,4%.
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bandung). Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi pada Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk
itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis.
Selama menyusun skripsi dan selama mengikuti perkuliahan, penulis
mendapatkan bimbingan, dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, berkah, rahmat, dan
karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis
2. Ayahku Ir. Jajang Sumantri dan mamahku tercinta Dra. Ida Farida Rostiana
yang selalu berdoa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan
yang telah diberikan kepada penulis.
-
3. Ibu Dini Arwaty S.E., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk,
pengetahuan, bimbingan, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel kadir, M.S., Ak., selaku Ketua Badan
Pengurus Yayasan Widyatama.
5. Bapak Dr. H. Mame S. Soetoko, Ir., DEA., selaku Rektor Universitas
Widyatama.
6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
7. Bapak H. Nuryaman, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
8. Ibu Erly Sherlita S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1.
9. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak selaku Sekertaris Program Studi
Akuntansi S1.
10. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., selaku Dosen Wali penulis.
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang telah
memberikan bekal pendidikan dan ilmu yang sangat berharga.
12. Bapak dan Ibu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
khususnya Drs. Amru Hizar, M.T., atas waktu dan kesempatan yang diberikan
selama penulis melakukan penelitian
13. Kakakku Rani Apriani, S.E., S.H., M.H., yang telah banyak membantu.
14. Keluarga Besar H. MA Sunarya dan Keluarga Besar H. Ucu Halimah yang
yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
-
15. Teman-temanku Ken, Natasya, Meidina, Rika, Sinta, Rikza, Devi dan seluruh
teman angkatan 2009 terima kasih semuanya.
16. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang terlibat, dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandung, Januari 2013
Penulis
-
DAFTAR ISI
ABSTRAK . i
KATA PENGANTAR . ii
DAFTAR ISI . v
DAFTAR TABEL . ix
DAFTAR GAMBAR . xi
DAFTAR LAMPIRAN . xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 8
1.4 Kegunaan Penelitian 9
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Konstruk, Variabel Penelitian . 11
2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik . 11
2.1.2 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja . 12
2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja . 16
2.1.4 Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja . 17
2.1.5 Siklus Anggaran Berbasis Kinerja . 18
2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan
-
Disiplin Aparatur 21
2.1.7 Pengukuran Kinerja ... 23
2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja ... 24
2.2 Kerangka Pemikiran ... 31
2.3 Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 35
3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung 35
3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bandung 37
3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung . 38
3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung .. 40
3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung . 41
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 44
3.3 Metode Penelitian .... 46
3.3.1 Tekhnik Pengumpulan Data 46
3.4 Operasional Variabel Penelitian . 47
3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data . 48
-
3.4.2 Pengujian Kualitas Data . 50
3.5 Metode Analisis Data . 55
3.5.1 Metode Successive Interval (MSI) . 56
3.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana . 57
3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier . 58
3.5.3.1 Uji Asumsi Normalitas .. 58
3.5.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas .. 58
3.5.4 Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana 59
3.5.4.1 Uji Model Regresi (Uji F) .. 59
3.5.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t) 60
3.5.5 Koefisien Korelasi . 61
3.5.6 Koefisien determinasi 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .... 62
4.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja . 62
4.1.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah ... 67
4.1.3 Analisis Validitas Alat Ukur 70
4.1.4 Analisis Reabilitas Alat Ukur 72
4.1.5 Perhitungan Methode of Successive Interval (MSI) .72
4.1.6 Model Regresi Sederhana .. 75
4.1.7 Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasis pada
Regresi Sederhana . 77
-
4.1.8 Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana.80
4.2 Pembahasan .. 82
4.2.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja ... 82
4.2.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah . 85
4.2.3 Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah . 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 48
Tabel 3.2 Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner 49
Tabel 3.3 Tingkat Realibilitas 55
Tabel 3.4 Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi 61
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan 63
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi 64
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi 65
Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluas .. 65
Tabel 4.5 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan
mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja 66
Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi 67
Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Mengenai Efektifitas 68
Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai 68
Tabel 4.9 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan
mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah ..... 69
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja 70
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur 71
-
Tabel 4.12 Hasil Uji Reabilitas pada Variabel Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja dan Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur .. 72
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan MSI 75
Tabel 4.14 Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur .. 76
Tabel 4.15 Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 77
Tabel 4.16 ANOVA ... 80
Tabel 4.17 Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien
Determinasi .. 81
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Histogram . 78
Gambar 4.2 Normal Probability Plot . 78
Gambar 4.3 Scatterplot 79
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Bandung
Lampiran 2. Surat Survey
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Kinerja BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011
Lampiran 5. Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011
Lampiran 6. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala
Ordinal
Lampiran 7. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala
Ordinal
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y)
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal
Menjadi Skala Interval Pada Data Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja (X) Melalui Metode Successive Interval.
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal
Menjadi Skala Interval Pada Data Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur (Y) Melalui Metode Successive Interval.
Lampiran 12. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala
Interval.
Lampiran 13. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala
Interval.
Lampiran 14. Kartu Bimbingan
Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan
dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah karena terkesan menghilangkan
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bergesernya
pemahaman antar tingkatan pemerintahan, tingginya kekuasaan legislatif daerah,
dan merebaknya korupsi di daerah. Maka dari itu Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 direvisi menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dengan tekanan pada
peningkatan pengawasan terhadap jalannya otonomi daerah.
Undang-undang tersebut merupakan kebijakan yang dipandang sangat
demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya.
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan desentralisasi menjadi
suatu fenomena global termasuk Indonesia. Desentralisasi melahirkan otonomi
daerah yang bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan dan lebih mendekatkan
fungsi pemerintahan kepada masyarakat dan diharapkan mampu meningkatkan
percepatan pembangunan dalam usaha pencapaian tujuan negara yaitu masyarakat
adil dan makmur.
-
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun
2004, membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas
pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.
Pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan
pada konsep dasar performance budgeting system (anggaran kinerja).
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari
uang publik. Anggaran digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
instansi pemerintah yang menunjukkan bagaimana tahap perencanaan
dilaksanakan. Anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena
memuat suatu set keluaran yang diinginkan.
Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan public goods and services merupakan bagian dari good governance.
Terselenggaranya suatu pemerintah daerah yang baik sebagai upaya good
governance ditunjukkan dengan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas suatu
instansi pemerintah yang merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan masalah
instansi yang bersangkutan.
Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat
diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan akan kebutuhan
masyarakat akan menjadikan landasan berpikir bagaimana mengoperasikan
-
otonomi sehingga betul-betul mencapai sasaran yaitu meningkatkan taraf dan
kualitas hidup masyarakat.
Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya
melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung
yang merupakan salah satu badan yang telah menerapkan anggaran berbasis
kinerja. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget.
Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan
yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih
dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung
jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan
secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan
dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika
anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang
diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan
dengan hasil. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud
dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan
dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat
mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.
Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini tidak hanya didasarkan pada apa
yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional,
tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu
-
disusun dan didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dengan penggunaan
biaya yang efisien dan efektif.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional,
penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.
Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan
perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan
antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran
seperti ini disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan
adalah:
1. Tinjauan Penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya Peningkatan
Kinerja Pemerintahan Indonesia oleh Afiah (2010). Penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan membangun suatu sistem anggaran
berbasis kinerja yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang
tersedia dengan hasil yang diharapkan.
2. Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas
Pengendalian oleh Asmoko (2006). Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas
pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan
efektivitas pengendalian kinerja pada pemerintah daerah. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa penganggaran berbasis kinerja
-
berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian
keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja.
Berhubungan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai anggaran
berbasis kinerja, penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai implementasi dari
anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi kinerja instansi pemerintah daerah.
Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.
Dicantumkan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011, dari hasil pengukuran kinerja
yang dilakukan, pencapaian sasaran BAPPEDA secara umum sudah mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pengukuran kinerja
BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011 terlihat prosentase pencapaian misi
BAPPEDA, yaitu meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan
daerah Kota Bandung yang professional 100%, meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana perencanaan pembangunan 100%, memantapkan
sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dan
transparan 100%, meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan antar
pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat 100%, dan meningkatkan
kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi dengan dunia usaha dalam
dan luar negeri 100%. Prosentase pencapaian misi berdasarkan pengukuran
kinerja BAPPEDA menunjukkan hasil yang sangat memuaskan yaitu mencapai
100%.
-
Selain itu, berdasarkan analisis terhadap rincian kinerja yang dihubungkan
dengan pembiayaan terhadap pencapaian sasaran kinerja BAPPEDA yang
tercantum dalam LAKIP, terdapat berbagai program dengan tingkat
pencapaiannya, yaitu program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan
pembangunan daerah 79,98%, program pelayanan administrasi 98,18%, program
peningkatan disiplin aparatur 99%, program peningkatan pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100%, program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur 80,44%, program perencanaan tata ruang 81,33%, program
pengembangan data informasi 87,51%, program perencanaan pengembangan kota
menengah dan besar 75,26%, program perencanaan pengembangan wilayah
85,55%, program perencanaan pembangunan daerah 86,65%, program
perencanaan pembangunan ekonomi 99,19%, program perencanaan sosial budaya
sumber daya pemerintahan 74,49%, program pengendalian pencemaran dan
perusakan 94,44%, program perencanaan pembangunan bidang fisik dan tata
ruang 76,26%, program optimalisasi pemanfaatan tekhnologi informasi 94%,
program peneltian dan pengembangan daerah 90,85%, program kerjasama
pembangunan 80.17%, program peningkatan iklim dan realisasi investasi 97,90%,
program peningkatan promosi dan kerjasama investasi 97,98%.
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan dapat dibilang
sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya. Salah satu program yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yaitu
program peningkatan disiplin aparatur. Program peningkatan disiplin aparatur
merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan disiplin aparatur.
-
Pencapaian sasaran program peningkatan disiplin aparatur BAPPEDA yaitu
mencapai 99%. Kedisiplinan aparatur akan sangat berpengaruh pada baik atau
buruknya kegiatan yang sedang dijalankan agar sesuai dengan harapan.
Adapun yang menjadi alasan diambilnya instansi pemerintah ini sebagai
objek penelitian karena penulis ingin mengetahui dan memahami sejauh mana
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA pada Kota Bandung yang
sedang mengalami perkembangan dalam pembangunannya dan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh terhadap kinerja program peningkatan disiplin
aparaturnya. Apakah telah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan sehingga dapat beroperasi secara efisien dan efektif.
Atas dasar uraian latar belakang penelitian penulis berminat untuk
melakukan penelitian dengan judul :
Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Studi kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
-
1) Bagaimana implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah
daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung.
2) Bagaimana kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi
pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.
3) Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap
kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan
disiplin aparatur di instansi pemerintah daerah. Sedangkan tujuan dari
diadakannya penelitian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah
daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung.
2) Mengetahui kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi
pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.
-
3) Mengetahui pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap
kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam masalah ini, yaitu:
a) Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pemahanan penulis dalam ilmu akuntansi khususnya penganggaran
berbasis kinerja.
b) Bagi instansi pemerintah daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah
daerah sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan kualitas kinerja
instansi pemerintah daerah.
c) Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan
dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik
yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
-
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan
penelitian pada instansi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Taman
Sari nomor 76 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2012
sampai dengan bulan Desember 2012.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian
2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu. Definisi anggaran menurut The National
Committee on Govermental Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi
Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Halim (2004:14) yaitu:
A budget is plan of financial operation embodying an estimated of
proposed expenditures for a given period of time and the proposed means
of financing them.
Jadi anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk
financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode
waktu serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut.
Sedangkan menurut Purnomo (2009:7) anggaran publik adalah sebagai
berikut:
Anggaran Publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi
mengenai pendapatan, biaya, dan aktivitas.
Selain itu, menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah
sebagai berikut:
-
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik.
Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan
perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan. Pada sektor swasta, anggaran
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
2.1.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, penganggaran daerah di
Indonesia disusun dengan pendekatan Kinerja. Pendekatan Kinerja disusun untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional,
khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik. Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:
Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam
kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
pengertian anggaran berbasis kinerja adalah:
-
(1) Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil
kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan; (2) Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.
Anggaran dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan; (3)
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan
efektivitas anggaran; dan (4) Anggaran kinerja merupakan sistem
yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.
Sedangkan menurut Darise (2008:146), penganggaran berbasis kinerja dapat
didefinisikan sebagaii berikut:
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggararan
yang dilakukan dengan memmperhatikan keterkaitan antara keluaran
dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk
efisiensi dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut.
Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit
kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada
anggaran berbasis kinerja didefinisikkan sebagai instrumen kebijakan yang berisi
satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau
lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran
atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan dan sasaran program. Dengan anggaran kinerja akan terlihat juga
hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome yang akan mendukung
terciptanya sistem pemerintahan yang baik.
-
Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh hasil
yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus selalu dalam
kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat mewujudkan
strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan didisain dan
disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksanaan aktivitas yang
akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam penyusunan anggaran berbasis
kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan seperti yang dikemukakan oleh
Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.
Adapun penjelasan mengenai beberapa tahap penyusunan anggaran berbasis
kinerja yang telah dikutip diatas adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang
memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu
organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :
a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai
b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis
d. Memiliki orientasi masa depan
e. Memerlukan seluruh unsur organisasi
-
f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
2. Pembuatan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun
atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional
merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan
operasional harus menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki,
mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment). Sebuah tujuan operasional yang baik harus
mempunyai karakteristik berikut ini :
a. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.
b. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah
dicapai.
c. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan
koreksi.
d. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk
menimbulkan interprestasi individu.
3. Penetapan Aktivitas
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional
yang telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau
peket keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap
aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan
bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi
komponen sebagai berikut :
-
a. Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan
yang diharapkan menjadi jelas.
b. Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan
alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.
c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
d. Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil
(outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan
dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar
baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria
dalam menentukan peringkat. Tekhnisnya, alternatif keputusan dari setiap
aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan
diurutkan berdasarkan priorotasnya.
2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja
Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan (2006:58)
adalah sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan
fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan
rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya
perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang
diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.
-
Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam
setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh
aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang
maksimal yang anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit
standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode
tersebut.
2.1.4 Kelebihan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public
Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana
anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik.
Meskipun demikian, anggaran kinerja di susun sebagai dasar
penyempurnaan anggaran tradicional. Menurut Nordiawan (2007) dijelaskan
bahwa kelebihan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
a. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh estimasi biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.
b. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.
c. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari
jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.
d. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
e. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
-
2.1.5 Siklus Anggaran berbasis Kinerja
Penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap
penyusunan seperti yang dikemukakan oleh Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.
Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa siklus anggaran
meliputi empat tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70) yang
terdiri atas:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Ratifikasi
3. Tahap Implementasi
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Adapun penjelasan mengenai siklus anggaran yang telah diutip diatas adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan
tujuan organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa
sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan
penaksiran pendapatan terlebih dahulu.
2. Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup
rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan
-
mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak
legislatif.
3. Tahap Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal
ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai
dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah
disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran
periode berikutnya.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi
terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung
dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui
banyak masalah.
Semua kegiatan penyusunan rencana anggaran menjadi tanggung jawab unit
kerja, yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk rencana anggaran satuan kerja
(RASK). Berkaitan dengan pertanggungjawaban publik, APBD tersebut secara
-
etis harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan secara legal harus
dipertanggungjawabkan kepada DPRD.
Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.
Jadi, apabila kita menyusun dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus
fokus pada apa yang ingin dicapai. Jika fokus ke output, berarti pemikiran
tentang tujuan keiatan harus tercakup di setiap langkah ketika menyusun
anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada penatalaksanaan sehingga selain
efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolak ukur
keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau
hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun
suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan.
Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus
disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara
obyektif melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan
masyarakat agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal
yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolak ukur kinerja dan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.
-
2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, maka penyusunan
APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing
satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang ditetapkan. Dengan demikian tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi
dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi
rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target
dengan hasil yang dicapai beradasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa kinerja adalah:
Keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau
telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas terukur.
Sedangkan menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah
sebagai berikut:
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
Selain itu, menurut TIM AKIP BPKP (2000:7) menjelaskan definisi kinerja
sebagai berikut:
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
-
organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu
kebijakan operasional yang diambil.
Jadi secara umum dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi atau
hasil yang telah dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Kinerja dapat
digunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai
efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di
ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.
Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat
kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata
tertib.
Bagi aparatur instansi pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,
kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban,
dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk
kepentingan negara dan masyarakat. Disiplin aparatur merupakan kesanggupan
aparatur untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan.
-
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin
aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan
yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap
peraturan atau tata tetib yang berlaku.
Program peningkatan disiplin aparatur bertujuan untuk peningkatan,
pengembangan dan disiplin dalam menjalankan tugas aparatur dalam
melaksanakan tugas. Selain itu, program tersebut mendorong dan memotivasi
aparatur dalam rangka peningkatan kinerja. Sasaran dalam program ini adalah
terwujudnya disiplin pegawai.
Program peningkatan disiplin pegawai termasuk dalam program rutin.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini berhubungan dengan absensi,
pembinaan kedisiplinan aparatur, pelatihan pegawai. Selain itu, kegiatan dalam
program peningkatan disiplin aparatur yaitu pengadaan pakaian dinas beserta
perlengkapannya dan pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu dengan tujuan
meningkatkan disiplin aparatur dalam berpakaian.
2.1.7 Pengukuran Kinerja
Menurut Lembaga Administrasi Negara RI, pengukuran kinerja
didefinisikan sebagai berikut:
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi instansi pemerintah.
-
Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Selanjutnya,
dikatakan bahwa pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan dan sasaran (goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:
(1) Perencanaan dan penetapan tujuan; (2) Pengembangan ukuran yang relevan;
(3) Pelaporan formal atas hasil; (4) Penggunaan informasi.
Menurut Mahmudi (2005:14), tujuan dilakukannya pengukuran kinerja
organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas public
2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja
Dalam melakukan pengukuran kinerja harus dilakukan penetapan
indikator kinerja, pengumpulan data kinerja, dan cara pengukuran kinerja.
Menurut Bastian (2001:337) mendefinisikan indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator kinerja adalah pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhitungkan elemen indikator kinerja
Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi
indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data informasi
untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan atau program. Dalam
-
pengukuran kinerja diperlukan juga penetapan capaian kinerja, yang dimaksud
untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan atau
program kebijakan yang telah ditetapkan.
Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, terlebih dahulu
perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja.
Syarat-syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja tersebut sebagai
berikut:
1. Spesifik dan jelas, sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara objektif baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,
yaitu dua atau lebih mengukur indikator kinerja yang berkesimpulan sama.
3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif relevan.
4. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan
keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.
5. Efektif, dan atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis dengan biaya yang
tersedia.
Elemen kinerja menurut Bastian (2001:337) adalah sebagai berikut:
1. Masukan (input)
2. Proses (process)
3. Keluaran (output)
4. Hasil (outcome)
5. Manfaat (benefits)
Adapun penjelasan dari elemen kinerja yang telah dikutip diatas adalah
sebagai berikut:
-
1. Masukan (input) mengukur jumlah sumber daya seperti dana, SDM,
peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan.
2. Proses (process), organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi
kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan
tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat
efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi.
3. Keluaran (output) digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan
dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluarn, instansi dapat
menganalisis apakah kegiatan terlaksanan sesuai dengan rencana.
4. Hasil (outcome) lebih utama dari pada sekedar output. Dengan outcome,
organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam
bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan
memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.
5. Manfaat (benefits) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator
hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian,
khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Manfaat
menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat
diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu dan lokasi).
Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik
seperti yang dijelaskan menurut Mahmudi (2005:97) antara lain:
1. Sederhana dan mudah dipahami
2. Dapat diukur
3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase
dan angka
-
4. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja
5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi
6. Dikaji secara teratur.
Menurut Asmoko (2006), mengatakan bahwa pencapaian target anggaran
memainkan peranan penting karena anggaran menggambarkan standar efektivitas
dan efisiensi. Selain itu, Mardiasmo (2009:70) mengatakan lemahnya
perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau
overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.
Efektivitas dan efisiensi didukung oleh konsep value for money yang merupakan
konsep dalam organisasi sektor public yang memiliki pengertian penghargaan
terhadap nilai uang.
Melihat pada konsep di atas, maka indikator kinerja yang dapat dipakai
untuk mengukur kinerja program dapat dilihat dari aspek-aspek:
1. Efektivitas
Efektivitas berkaitan erat dengan tindakan dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan agar dapat
tercapai sesuai dengan rencana.
Pengertian efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu:
Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
manjur dan membawa hasil dan merupakan keberhasilan suatu
usaha atau tindakan.
Selain itu, pengetian efektivitas menurut Syahrul (2000:326)
yaitu:
-
Tingkat dimana kinerja sesungguhnnya (aktual) sebanding
dengan kinerja yang ditargetkan.
2. Efisiensi
Kegiatan dikatakan efisien apabila hasil kerjanya dapat dengan
dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-
rendahnya.
Pengetian efesiensi menurut Mulyamah (1987:3) yaitu:
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan
rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang
direalisasikan.
Untuk melakukan pengukuran ini perlu mengaitkan dengan sumber
daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan
rencana yang disusun dan dilakukan evaluasi yang merupakan suatu proses
penilaian.
Selain efektivitas dan efisiensi, pertumbuhan pegawai akan berpengaruh
pada kinerja suatu program atau kegiatan seperti yang diungkapkan oleh
Tampubolon (2007), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia sebagai
salah satu faktor yang memegang peranan penting berhasil tidaknya suatu
organisasi dalam mencapai tujuan sehingga perlu diarahkan melalui manajemen
sumber daya manusia. Oleh karena itu, pertumbuhan pegawai merupakan salah
satu indikator dalam mencapai kinerja dan tujuan yang diharapkan.
Kinerja dan prestasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan dihasilkan
tidak hanya dari kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh
-
motivasi dan kesempatan berprestasi. Kemampuan, motivasi, dan kesempatan
berprestasi merupakan cara untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan memiliki kata dasar mampu
yang artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, oleh karena itu maka
kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan. Jadi, kemampuan adalah
kesanggupan seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan.
Kemampuan sering disamakan dengan bakat, William dan Micahel
(Suryabrata, 2004:160) menjelaskan bahwa:
Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu
tugas yang tergantung sedikit banyak latihan.
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai yang
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai
perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan pegawai
terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Wexley & Yuki
(Asad, 1987) menjelaskan bahwa motivasi merupakan pemberian dan
penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Oleh
karena itu, maka motivasi akan menimbulkan pengaruh dalam pencapaian tujuan
organisasi.
-
Dan yang terakhir, kesempatan berprestasi adalah suatu dorongan dalam
diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas secara berkualitas dengan
sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Hasil kerja
yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan karier setiap pegawai.
Mangkunegara (2004:68) berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara
motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Agar diperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan
konsisten, maka perlu dibangun atau dikembangkan sistem pengumpulan data
kinerja atau sistem informasi kinerja. Sistem informasi kinerja ini hendaknya
dibangun dan dikembangkan di atas prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan
manfaat. Untuk itu, sistem informasi kinerja yang dibangun dapat
mengintegrasikan data yang dibutuhkan dan unit-unit yang bertanggung jawa
dalam pencatatan, secara terpadu dengan sistem informasi yang ada. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memasukkan kewajiban membuat laporan secara regular
atas data kinerja.
Beberapa cara atau metode pengukuran kinerja adalah membandingkan
antara rencana dengan realisasinya, membandingkan antara realisasi tahun ini
dengan realisasi sebelumnya, membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis
dan dianggan terbaik dalam bidangnya, dan membandingkan antara realisasi
dengan standar. Cara atau metode pengukuran kinerja yang digunakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah dengan
membandingkan antara rencana dan realisasinya.
-
2.2 Kerangka Pemikiran
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi
suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini
menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam
pengelolaan pemerintah termasuk bidang pengelola negara. Agar dapat mengukur
hal tersebut, maka penggunaan anggaran merupakan titik fokus dalam proses
perencanaan dan pengendalian.
Menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah sebagai
berikut:
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik.
Penganggaran merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk dapat
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tanggung jawabnya
kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk
digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:
Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran
bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran
tersebut.
Pemerintah daerah menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai alat utama untuk menjalankan otonomi
-
daerah yang nyata dan bertanggung jawab dan merupakan rencana operasional
keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan pengeluaran untuk kegiatan
keseharian daerah dan proyek pembangunan daerah.
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil yang
diharapkan. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada
setiap unit kerja.
Menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah sebagai berikut:
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.
Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program dengan
diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.
Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di
ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.
Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat
kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata
tertib.
-
Disiplin aparatur merupakan kesanggupan aparatur untuk menaati kewajiban
dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin
aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan
yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap
peraturan atau tata tetib yang berlaku.
Anggaran harus didasarkan pada sasaran yang hendak dicapai pada tahun
tersebut. Setiap unit kerja harus bisa merencanakan anggaran berdasarkan tugas
pokok dan fungsi, tingkat prioritas, tujuan dan sasaran tertentu yang disertai
dengan penilaian yang jelas dan bisa diukur sehingga dapat dilihat efisiensi dan
efektivitasnya.
Dengan adanya Anggaran berbasis kinerja maka kinerja instansi pemerintah
daerah seharusnya lebih baik, karena anggaran berbasis kinerja dibuat berdasarkan
tujuan dan sasaran kinerja dengan memperhitungkan efisiensi dan efektifitas
anggaran yang mana efisiensi dan efektivitas adalah indikator kinerja dalam
pengukuran kinerja organisasi/instansi pemerintah.
Selain itu, motivasi, dan kesempatan berprestasi merupakan salah satu cara
penting untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi. Pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya agar dapat lebih
menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
-
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis menyajikan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Adanya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program
peningkatan disiplin aparatur.
-
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian skripsi ini adalah Pengaruh Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.
Tamansari Nomor 76, Bandung.
3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah
salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal mula
pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi Jawa
Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan Daerah
(Bappemda) Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan Perancang
Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang Pembangunan
Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan pertama di
Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan SK Gubernur
Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.
Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun 1974,
sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur. Baru kemudian
-
dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden tersebut, lahirlah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Bappeda Tingkat I dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Bappeda Tingkat II.
Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun 1980, yaitu:
1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan
adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan
pembangunan regional;
2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan
pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,
terarah, dan terpadu.
Dalam lingkup Kota Bandung sendiri, pembentukan Bappeda Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda
No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah mengalami penyesuaian sejalan dengan
perubahan paradigma pembangunan. Seiring dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Pemerintah Kota Bandung menata kembali
Struktur Organisasi Perangkat Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung.
Perubahan ini ditetapkan dengan Perda Kota Bandung No. 06 Tahun 2001
Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Tingkat
Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan fungsinya ditetapkan dengan Perda
No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.
-
3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral
dari Pemerintah Kota Bandung, yang memiliki peran dan fungsi perencanaan
pembangunan sangat strategis keberadaannya dalam kerangka pencapaian visi
Pemerintah Kota yaitu, Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa
Bermartabat sebagaimana tertuang dalam peraturan daerah nomor 09 tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Bandung tahun 2009-2013.
Rumusan visi yang ingin dicapai Bappeda pada masa mendatang adalah
Terwujudnya Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan yang
kredibel dalam Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa
Bermartabat.
Pengertian Visi Bappeda tersebut adalah sebagai lembaga teknis di
lingkungan Permerintah Kota Bandung yang memiliki kewenangan dalam
perencanaan dan pengendalian, harus kredibel artinya dapat dipercaya, sehingga
segala rumusan kebijakan yang akan ditetapkan dan dilaksanakan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan prosedural.
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan tersebut dengan bertumpu
kepada potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan
semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari
seluruh aparat Bappeda dan dukungan pemangku kepentingan, maka ditetapkan
Misi sebagai berikut :
-
1. Meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan daerah
kota Bandung yang profesional ;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perencanaan
pembangunan yang memadai;
3. Memantapkan sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah
yang terintegrasi dan transparan;
4. Meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan
internal daerah, antar Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat;
5. Meningkatkan kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi
dengan dunia usaha dalam dan luar negeri.
3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung
Berdasarkan visi dan misi Bappeda Kota Bandung, maka tujuan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Bappeda dari penjabaran misi, adalah:
MISI 1. Tujuan :
Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur perencana melalui
peningkatan keterampilan, profesionalisme, disiplin dan etos kerja
serta pembinaan mental spiritual.
Sasaran :
1. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan aparatur. Terwujudnya attitude (sikap) aparatur perencanaan yang baik untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan
MISI 2
Tujuan :
1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan memuaskan
2. Meningkatkan peran, fungsi dan kinerja kelembagaan perencanaan pembangunan (Bappeda) yang profesional.
3. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan kota yang baik (good governance)
-
Sasaran :
1. Terselenggaranya sistem pelayanan yang berazaskan pada transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, dan tidak
diskriminatif;
2. Terwujudnya pelayanan yang sederhana dalam prosedur, adanya kejelasan persyaratan teknis dan administratif, kepastian
waktu, akurasi produk pelayanan, kelengkapan sarana dan
prasarana termasuk penyediaan sarana teknologi informasi dan
komunikasi, keamanan, tanggungjawab, kemudahan akses,
kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan
3. Pembenahan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang mencakup pembaharuan sistem dan struktur pemerintahan yang berbasis
kinerja
MISI 3
Tujuan :
Meningkatkan kualitas mekanisme sistem perencanaan
pembangunan yang aspiratif, antisipatif, aplikatif dan akuntabel.
Sasaran :
1. Terumuskannya kebijakan umum pembangunan daerah yang integratif dan akuntabel
2. Meningkatnya aksesibilitas terhadap penyusunan dokumen perencanaan
3. Meningkatnya kualitas pelaksanaan penelitian dan pengembangan daerah
4. Meningkatnya kualitas dan intensitas pengendalian perencanaan pembangunan
MISI 4 Tujuan :
Terselenggaranya peningkatan sinergitas kebijakan dan
harmonisasi networking (jejaring) perencanaan antar Pemerintah
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Sasaran :
Meningkatnya koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor
skala Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
MISI 5 Tujuan :
Terciptanya partisipasi masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.
Sasaran:
1. Meningkatnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam proses perencanaan
2. Meningkatnya peran dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan.
-
3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Bandung
Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah
Kota Bandung diatur berdasarkan Peraturan Walikota No 474 Tahun 2008. Badan
Perencanaan Pembangun Daerah sebagai lembaga Teknis di lingkungan
Pemerintah Kota Bandung mempunyai Tugas pokok melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan Lingkup perencanaan pembangunan daerah. Rincian
Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda sesuai dengan peraturan dimaksud dimaksud,
adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan
daerah dan penanaman modal;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;
c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah di
bidang penanaman modal;
d. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan
penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik,
perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan social budaya
dan kesejahtraan rakyat, pemerintahan, penelitian pengembangan dan
statistik serta penanaman modal;
-
e. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative Badan; dan
f. Pelaksanaan tugas lain yang diterbitkan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung
Struktur organisasi adalah salah satu aspek yang penting dalam pencapaian
tujuan organisasi. Hal ini untuk mengganbarkan deskripsi tugas dan fungsi yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja atau personil.
Berikut ini gambaran umum tentang susunan organisasi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah :
1) Kepala Badan;
2) Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Program.
3) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
b. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana.
4) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;
b. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha
Daerah.
5) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,
membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya;
b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat.
-
6) Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan;
b. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah.
7) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :
a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;
b. Sub Bidang Statistik.
8) Bidang Penanaman Modal, membawahkan :
a. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal dan Promosi Daerah;
b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.
9) Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement,
membawahkan :
a. Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic
Procurement.
10) Kelompok Jabatan Fungsional.
Penentuan anggaran dan program dipengaruhi oleh kepala badan, kepala
bidang, maupun kepala sub bidang dan yang berpengaruh terhadap penulisannya
adalah sub bagian keuangan dan sub bagian program, selain itu yang berpengaruh
dalam penulisan program peningkatan disiplin aparatur adalah sub bagian umum
dan kepegawaian dengan rincian tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 10 tahun 2010 adalah sebagai
berikut :
(A) Sub Bagian Keuangan
1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas sekretariat lingkup keuangan.
-
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan
badan;
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi
penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian
keuangan, serta menyusun laporan keuangan badan;
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi keuangan
badan.
(B) Sub Bagian Program
1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup program.
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Program mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program
kerja badan;
b. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan
penyusunan rencana kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana
dan program dinas serta koordinasi pengendalian program;
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi program
kerja badan.
-
(C) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup umum dan kepegawaian.
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi umum dan
kepegawaian badan;
b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah
dinas, penataan kearsipan badan, penyelenggaraan kerumahtanggaan
badan, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;
c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan
penyiapan bahan penyusunan rencana mutasi, cuti, disiplin,
pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai;
d. Evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan
kepegawaian.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.
Sugiyono (2010:61) mendefinisikan populasi adalah sebagai berikut :
Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
-
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sub unit kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, yang terdiri dari :
1) 1 orang Kepala Badan,
2) 1 orang Sekertaris,
3) 6 orang Kepala Bagian,
4) 16 orang Kepala Sub Bidang,
5) 1 orang Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan, dan
6) 1 orang Kelompok Jabatan Fungsional
Sehingga apabila dihitung keseluruhan populasinya berjumlah 26 (dua
puluh enam) orang pemimpin. Dalam penelitian studi kasus, populasi yang
dijadikan penelitian sudah hampir memiliki karakter yang sama.
Pengertian sampel yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:62), yaitu :
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampling jenuh dikarenakan menurut Sugiyono (2010:85), sampling jenuh
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang
dari 30 orang. Maka berdasarkan pendapat Sugiyono, sampel penelitian yang
diambil pada instansi BAPPEDA adalah sampel yang memiliki karakteristik yang
dibutuhkan dalam penelitian yaitu yang berpengaruh dalam penentuan anggaran
dan mengetahui kedisiplinan para aparatur sebanyak 26 orang.
-
3.3 Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moh. Nazir (2003:63) metode
penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus adalah :
Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada
masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu
keadaan instansi secara sistematik, aktual, dan akurat dengan cara mengumpulkan
data berdasarkan fakta yang nampak dalam organisasi dimana fakta tersebut
dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis, sehingga dapat memberikan saran-saran
untuk masa yang akan datang. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok,
lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian studi kasus merupakan suatu
generalisasi dari pola studi kasus tang tipikal dari individu atau lembaga yang
diteliti.
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka diperlukan data
dan informasi yang mendukung. Berkaitan dengan keperluan tersebut, maka
penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu, penelitian secara langsung ke objek penelitian dengan cara :
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung objek yang diteliti.
-
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan dengan cara tanya jawab
dengan pejabat yang berwenang mengenai masalah yang diteliti.
c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis kepada kepala badan,
sekertariat, kepala bidang dan kepala sub bidang.
2) Penelitian Literatur (Literature Research)
Yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
literatur-literatur, catatan-catatan ilmiah yang dijadikan landasan
teoritis untuk menjawab identifikasi masalah.
3.4 Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Kinerja Program Instansi Pemerintah Daerah maka variabel
yang terkait, yaitu:
1) Anggaran berbasis kinerja (variabel X), yaitu suatu variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya.
2) Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah
daerah (variabel Y), yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen.
-
Untuk kepentingan pengujian hipotesis, kedua variabel tersebut dijabarkan
lebih lanjut sehingga diperoleh indikatornya. Lebih jelasnya operasionalisasi
variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi
Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
Instrumen
Anggaran
Berbasis Kinerja
(X)
Mardiasmo
(2010)
a. Persiapan b. Ratifikasi c. Implementasi d. Evaluasi dan
Pelaporan
Ordinal
Observasi
Wawancara
Kuesioner
Kinerja Program
Peningkatan
Disiplin Aparatur
Instansi
Pemerintah
Daerah (Y)
Asmoko (2006),
Tampubolon
(2007)
a. Efektifitas b. Efisiensi c. Pertumbuhan
Pegawai
(Kemampuan,
Motivasi,
kesempatan
berprestasi)
3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan dua metode analisis data, yaitu :
1) Analisis Kualitatif
Yaitu, suatu analisis di mana data yang diperoleh mengenai objek
penelitian yang merupakan data kualitatif dianalisis berdasarkan
perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh penulis
selama penelitian dilakukan di perusahaan.
-
2) Analisis Kuantitatif
Yaitu, suatu analisis data dengan menggunakan rumus statistika berupa
analisis koefisien regresi dan korelasi, koefisien determinasi, dan uji
hipotesis.
Untuk keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data
yang diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap
pertanyaan dengan menggunakan teknik skala Likert yang berskala ordinal.
Adapun kategori dan bobot penilaian jawaban dari kuesioner tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner
Notasi Nilai Keterangan
Sangat Setuju (SS) 5 Jawaban apabila responden sangat setuju
dengan pernyataan dalam kuesioner
Setuju (S) 4 Jawaban apabila responden setuju dengan
pernyataan dalam kuesioner
Ragu-ragu (RG) 3 Jawaban apabila responden ragu-ragu
dengan pernyataan dalam kuesioner
Tidak Setuju (TS) 2 Jawaban apabila responden tidak setuju
dengan pernyataan dalam kuesioner
Sangat Tidak Setuju
(STS)
1 Jawaban apabila responden sangat tidak
setuju dengan pernyataan dalam
kuesioner
Setelah diperoleh skor keseluruhan dari pernyataan mengenai implementasi
anggaran berbasis kinerja maupun mengenai program peningkatan disiplin
aparatur, maka dapat diketahui apakah implementasi anggaran berbasis kinerja
dan program peningkatan disiplin aparatur masuk dalam kategori sangat buruk,
buruk, netral, baik, atau sangat baik dengan dilakukannya perhitungan melalui
tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner).
-
3.4.2 Pengujian Kualitas Data
Dalam penelitian data memiliki kedudukan yang sangat penting karena data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis yang akan menjadi kesimpulan penelitian. Kesimpulan
penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian dibuat
berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan
dan analisis data. Oleh karena itu, hasil penelitian tergantung pada kualitas data.
Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti,
diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan agar
kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak akan memberikan gambar yang
jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, untuk itu perlu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas.
a. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono (2010:348)
mendefinisikan valid sebagai berikut :
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa saja yang seharusnya diukur.
Dengan demikian untuk mengukur sesuatu harus digunakan instrumen
atau alat ukur yang tepat. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis
item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total.
Adapun koefisien korelasi yang digunakan untuk menghitung korelasi
antara skor item dengan skor total dalam pengujian validitas alat ukur
-
penelitian ini adalah koefisien korelasi rank Spearman. Hal ini