VENNI AVIONITA 0109U035.pdf

125
PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh : Nama : Venni Avionita NPM : 0109U035 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 Tanggal 12 Juni 2009 BANDUNG 2013

Transcript of VENNI AVIONITA 0109U035.pdf

  • PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS

    KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM

    PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI

    PEMERINTAH DAERAH

    (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana

    Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas

    Widyatama

    Disusun Oleh :

    Nama : Venni Avionita

    NPM : 0109U035

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

    Terakreditasi (Accredited)

    SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

    Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009

    Tanggal 12 Juni 2009

    BANDUNG

    2013

  • PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS

    KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM

    PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI

    PEMERINTAH DAERAH

    (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana

    Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

    Widyatama

    Disusun oleh :

    Nama : Venni Avionita

    NPM : 0109U035

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    (Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak)

    NIP: 111.11.91.021

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi S1

    (Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak) (Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak)

    NIP: 195.512.181.986.011.001 NIP: 111.11.99.056

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Venni Avionita

    NRP : 0109U035

    Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang / 24 Maret 1992

    Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

    Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program

    Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung).

    Merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya

    bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

    Bandung, Februari 2013

    Venni Avionita

  • ABSTRAK

    Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja

    Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah

    Adanya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan

    langkah konkrit dalam merespon tuntutan reformasi yaitu dalam penerapan

    anggaran berbasis kinerja dan membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk

    pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang digunakan dengan cara yang

    efektif dan efisien. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dapat

    dibilang sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aggaran berbasis

    kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur pada Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Bandung yang sedang mengalami

    perkembangan yang pesat dalam pembangunannya.

    Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan

    pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu

    dengan menyebarkan kuesioner dan menggunakan data sekunder yang diperoleh

    dari studi kepustakaan juga sumber lain yang berhubungan dengan topik yang

    dibahas.

    Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,875

    dengan t tabel sebesar 1,71387 dan menunjukkan bahwa Implementasi Anggaran

    Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan

    Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.

    Selain itu, diperoleh korelasi antara implementasi anggaran berbasis

    kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi

    pemerintah daerah adalah sebesar R = 0,880, yang termasuk dalam kategori

    hubungan sangat kuat. Dapat pula diketahui besarnya pengaruh implementasi

    anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur

    instansi pemerintah daerah yaitu sebesar 77,4%.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

    Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

    Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Kota Bandung). Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

    syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi

    Akuntansi pada Universitas Widyatama.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna, dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk

    itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis.

    Selama menyusun skripsi dan selama mengikuti perkuliahan, penulis

    mendapatkan bimbingan, dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

    kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

    kepada:

    1. Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, berkah, rahmat, dan

    karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis

    2. Ayahku Ir. Jajang Sumantri dan mamahku tercinta Dra. Ida Farida Rostiana

    yang selalu berdoa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan

    yang telah diberikan kepada penulis.

  • 3. Ibu Dini Arwaty S.E., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah

    berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk,

    pengetahuan, bimbingan, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

    4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel kadir, M.S., Ak., selaku Ketua Badan

    Pengurus Yayasan Widyatama.

    5. Bapak Dr. H. Mame S. Soetoko, Ir., DEA., selaku Rektor Universitas

    Widyatama.

    6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Widyatama.

    7. Bapak H. Nuryaman, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Widyatama.

    8. Ibu Erly Sherlita S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1.

    9. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak selaku Sekertaris Program Studi

    Akuntansi S1.

    10. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., selaku Dosen Wali penulis.

    11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang telah

    memberikan bekal pendidikan dan ilmu yang sangat berharga.

    12. Bapak dan Ibu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

    khususnya Drs. Amru Hizar, M.T., atas waktu dan kesempatan yang diberikan

    selama penulis melakukan penelitian

    13. Kakakku Rani Apriani, S.E., S.H., M.H., yang telah banyak membantu.

    14. Keluarga Besar H. MA Sunarya dan Keluarga Besar H. Ucu Halimah yang

    yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

  • 15. Teman-temanku Ken, Natasya, Meidina, Rika, Sinta, Rikza, Devi dan seluruh

    teman angkatan 2009 terima kasih semuanya.

    16. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi

    ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

    untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang terlibat, dan semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Bandung, Januari 2013

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK . i

    KATA PENGANTAR . ii

    DAFTAR ISI . v

    DAFTAR TABEL . ix

    DAFTAR GAMBAR . xi

    DAFTAR LAMPIRAN . xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian 1

    1.2 Identifikasi Masalah 7

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 8

    1.4 Kegunaan Penelitian 9

    1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Konstruk, Variabel Penelitian . 11

    2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik . 11

    2.1.2 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja . 12

    2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja . 16

    2.1.4 Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja . 17

    2.1.5 Siklus Anggaran Berbasis Kinerja . 18

    2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan

  • Disiplin Aparatur 21

    2.1.7 Pengukuran Kinerja ... 23

    2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja ... 24

    2.2 Kerangka Pemikiran ... 31

    2.3 Hipotesis Penelitian ... 34

    BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian ... 35

    3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kota Bandung 35

    3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Kota Bandung 37

    3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kota Bandung . 38

    3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kota Bandung .. 40

    3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

    Bandung . 41

    3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 44

    3.3 Metode Penelitian .... 46

    3.3.1 Tekhnik Pengumpulan Data 46

    3.4 Operasional Variabel Penelitian . 47

    3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data . 48

  • 3.4.2 Pengujian Kualitas Data . 50

    3.5 Metode Analisis Data . 55

    3.5.1 Metode Successive Interval (MSI) . 56

    3.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana . 57

    3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier . 58

    3.5.3.1 Uji Asumsi Normalitas .. 58

    3.5.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas .. 58

    3.5.4 Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana 59

    3.5.4.1 Uji Model Regresi (Uji F) .. 59

    3.5.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t) 60

    3.5.5 Koefisien Korelasi . 61

    3.5.6 Koefisien determinasi 61

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian .... 62

    4.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja . 62

    4.1.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

    Instansi Pemerintah Daerah ... 67

    4.1.3 Analisis Validitas Alat Ukur 70

    4.1.4 Analisis Reabilitas Alat Ukur 72

    4.1.5 Perhitungan Methode of Successive Interval (MSI) .72

    4.1.6 Model Regresi Sederhana .. 75

    4.1.7 Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasis pada

    Regresi Sederhana . 77

  • 4.1.8 Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana.80

    4.2 Pembahasan .. 82

    4.2.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja ... 82

    4.2.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

    Instansi Pemerintah Daerah . 85

    4.2.3 Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

    Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan

    Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

    Daerah . 88

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan ... 91

    5.2 Saran 92

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 48

    Tabel 3.2 Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner 49

    Tabel 3.3 Tingkat Realibilitas 55

    Tabel 3.4 Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi 61

    Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan 63

    Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi 64

    Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi 65

    Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluas .. 65

    Tabel 4.5 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

    mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja 66

    Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi 67

    Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Mengenai Efektifitas 68

    Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai 68

    Tabel 4.9 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

    mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin

    Aparatur Instansi Pemerintah Daerah ..... 69

    Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi

    Anggaran Berbasis Kinerja 70

    Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program

    Peningkatan Disiplin Aparatur 71

  • Tabel 4.12 Hasil Uji Reabilitas pada Variabel Implementasi

    Anggaran Berbasis Kinerja dan Kinerja Program

    Peningkatan Disiplin Aparatur .. 72

    Tabel 4.13 Hasil Perhitungan MSI 75

    Tabel 4.14 Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran

    Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan

    Disiplin Aparatur .. 76

    Tabel 4.15 Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 77

    Tabel 4.16 ANOVA ... 80

    Tabel 4.17 Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien

    Determinasi .. 81

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Histogram . 78

    Gambar 4.2 Normal Probability Plot . 78

    Gambar 4.3 Scatterplot 79

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Kota Bandung

    Lampiran 2. Surat Survey

    Lampiran 3. Kuesioner

    Lampiran 4. Kinerja BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011

    Lampiran 5. Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011

    Lampiran 6. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala

    Ordinal

    Lampiran 7. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala

    Ordinal

    Lampiran 8. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator

    Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)

    Lampiran 9. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator Kinerja

    Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y)

    Lampiran 10. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal

    Menjadi Skala Interval Pada Data Implementasi Anggaran

    Berbasis Kinerja (X) Melalui Metode Successive Interval.

    Lampiran 11. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal

    Menjadi Skala Interval Pada Data Kinerja Program Peningkatan

    Disiplin Aparatur (Y) Melalui Metode Successive Interval.

    Lampiran 12. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala

    Interval.

    Lampiran 13. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala

    Interval.

    Lampiran 14. Kartu Bimbingan

    Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

    dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan

    dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah karena terkesan menghilangkan

    hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bergesernya

    pemahaman antar tingkatan pemerintahan, tingginya kekuasaan legislatif daerah,

    dan merebaknya korupsi di daerah. Maka dari itu Undang-Undang Nomor 22

    Tahun 1999 direvisi menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

    Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dengan tekanan pada

    peningkatan pengawasan terhadap jalannya otonomi daerah.

    Undang-undang tersebut merupakan kebijakan yang dipandang sangat

    demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya.

    Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan desentralisasi menjadi

    suatu fenomena global termasuk Indonesia. Desentralisasi melahirkan otonomi

    daerah yang bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan dan lebih mendekatkan

    fungsi pemerintahan kepada masyarakat dan diharapkan mampu meningkatkan

    percepatan pembangunan dalam usaha pencapaian tujuan negara yaitu masyarakat

    adil dan makmur.

  • Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun

    2004, membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas

    pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.

    Pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan

    pada konsep dasar performance budgeting system (anggaran kinerja).

    Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

    pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari

    uang publik. Anggaran digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan

    instansi pemerintah yang menunjukkan bagaimana tahap perencanaan

    dilaksanakan. Anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena

    memuat suatu set keluaran yang diinginkan.

    Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan

    penyediaan public goods and services merupakan bagian dari good governance.

    Terselenggaranya suatu pemerintah daerah yang baik sebagai upaya good

    governance ditunjukkan dengan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas suatu

    instansi pemerintah yang merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk

    mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan masalah

    instansi yang bersangkutan.

    Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat

    diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat

    berlangsung secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan akan kebutuhan

    masyarakat akan menjadikan landasan berpikir bagaimana mengoperasikan

  • otonomi sehingga betul-betul mencapai sasaran yaitu meningkatkan taraf dan

    kualitas hidup masyarakat.

    Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya

    melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung

    yang merupakan salah satu badan yang telah menerapkan anggaran berbasis

    kinerja. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode

    penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget.

    Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan

    yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih

    dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung

    jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan

    secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan

    dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika

    anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.

    Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang

    diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan

    dengan hasil. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud

    dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan

    dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat

    mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.

    Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini tidak hanya didasarkan pada apa

    yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional,

    tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu

  • disusun dan didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dengan penggunaan

    biaya yang efisien dan efektif.

    Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional,

    penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.

    Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan

    perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan

    antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran

    seperti ini disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

    Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan

    adalah:

    1. Tinjauan Penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya Peningkatan

    Kinerja Pemerintahan Indonesia oleh Afiah (2010). Penelitian ini

    menunjukkan bahwa dengan membangun suatu sistem anggaran

    berbasis kinerja yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan

    anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang

    tersedia dengan hasil yang diharapkan.

    2. Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas

    Pengendalian oleh Asmoko (2006). Penelitian ini bertujuan untuk

    menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas

    pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan

    efektivitas pengendalian kinerja pada pemerintah daerah. Hasil

    pengujian menunjukkan bahwa penganggaran berbasis kinerja

  • berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian

    keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja.

    Berhubungan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai anggaran

    berbasis kinerja, penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai implementasi dari

    anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi kinerja instansi pemerintah daerah.

    Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

    kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah

    ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

    Dicantumkan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

    (LAKIP) BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011, dari hasil pengukuran kinerja

    yang dilakukan, pencapaian sasaran BAPPEDA secara umum sudah mencapai

    sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pengukuran kinerja

    BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011 terlihat prosentase pencapaian misi

    BAPPEDA, yaitu meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan

    daerah Kota Bandung yang professional 100%, meningkatkan kualitas dan

    kuantitas sarana dan prasarana perencanaan pembangunan 100%, memantapkan

    sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dan

    transparan 100%, meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan antar

    pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat 100%, dan meningkatkan

    kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi dengan dunia usaha dalam

    dan luar negeri 100%. Prosentase pencapaian misi berdasarkan pengukuran

    kinerja BAPPEDA menunjukkan hasil yang sangat memuaskan yaitu mencapai

    100%.

  • Selain itu, berdasarkan analisis terhadap rincian kinerja yang dihubungkan

    dengan pembiayaan terhadap pencapaian sasaran kinerja BAPPEDA yang

    tercantum dalam LAKIP, terdapat berbagai program dengan tingkat

    pencapaiannya, yaitu program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan

    pembangunan daerah 79,98%, program pelayanan administrasi 98,18%, program

    peningkatan disiplin aparatur 99%, program peningkatan pengembangan sistem

    pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100%, program peningkatan sarana dan

    prasarana aparatur 80,44%, program perencanaan tata ruang 81,33%, program

    pengembangan data informasi 87,51%, program perencanaan pengembangan kota

    menengah dan besar 75,26%, program perencanaan pengembangan wilayah

    85,55%, program perencanaan pembangunan daerah 86,65%, program

    perencanaan pembangunan ekonomi 99,19%, program perencanaan sosial budaya

    sumber daya pemerintahan 74,49%, program pengendalian pencemaran dan

    perusakan 94,44%, program perencanaan pembangunan bidang fisik dan tata

    ruang 76,26%, program optimalisasi pemanfaatan tekhnologi informasi 94%,

    program peneltian dan pengembangan daerah 90,85%, program kerjasama

    pembangunan 80.17%, program peningkatan iklim dan realisasi investasi 97,90%,

    program peningkatan promosi dan kerjasama investasi 97,98%.

    Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan dapat dibilang

    sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya. Salah satu program yang

    dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yaitu

    program peningkatan disiplin aparatur. Program peningkatan disiplin aparatur

    merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan disiplin aparatur.

  • Pencapaian sasaran program peningkatan disiplin aparatur BAPPEDA yaitu

    mencapai 99%. Kedisiplinan aparatur akan sangat berpengaruh pada baik atau

    buruknya kegiatan yang sedang dijalankan agar sesuai dengan harapan.

    Adapun yang menjadi alasan diambilnya instansi pemerintah ini sebagai

    objek penelitian karena penulis ingin mengetahui dan memahami sejauh mana

    pelaksanaan anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA pada Kota Bandung yang

    sedang mengalami perkembangan dalam pembangunannya dan untuk mengetahui

    seberapa besar pengaruh terhadap kinerja program peningkatan disiplin

    aparaturnya. Apakah telah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah

    ditetapkan sehingga dapat beroperasi secara efisien dan efektif.

    Atas dasar uraian latar belakang penelitian penulis berminat untuk

    melakukan penelitian dengan judul :

    Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap

    Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

    Daerah (Studi kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA) Kota Bandung)

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah

    yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

  • 1) Bagaimana implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah

    daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA) Kota Bandung.

    2) Bagaimana kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi

    pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

    3) Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap

    kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

    dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

    Bandung.

    1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

    Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

    pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan

    disiplin aparatur di instansi pemerintah daerah. Sedangkan tujuan dari

    diadakannya penelitian antara lain adalah sebagai berikut :

    1) Mengetahui implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah

    daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA) Kota Bandung.

    2) Mengetahui kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi

    pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

  • 3) Mengetahui pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap

    kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

    dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

    Bandung.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan dalam masalah ini, yaitu:

    a) Bagi penulis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan

    pemahanan penulis dalam ilmu akuntansi khususnya penganggaran

    berbasis kinerja.

    b) Bagi instansi pemerintah daerah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah

    daerah sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan kualitas kinerja

    instansi pemerintah daerah.

    c) Bagi pihak lain

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan

    dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik

    yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

  • 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan

    penelitian pada instansi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Taman

    Sari nomor 76 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2012

    sampai dengan bulan Desember 2012.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian

    2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

    Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

    dicapai selama periode waktu tertentu. Definisi anggaran menurut The National

    Committee on Govermental Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi

    Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Halim (2004:14) yaitu:

    A budget is plan of financial operation embodying an estimated of

    proposed expenditures for a given period of time and the proposed means

    of financing them.

    Jadi anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk

    financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode

    waktu serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut.

    Sedangkan menurut Purnomo (2009:7) anggaran publik adalah sebagai

    berikut:

    Anggaran Publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan

    kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi

    mengenai pendapatan, biaya, dan aktivitas.

    Selain itu, menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah

    sebagai berikut:

  • Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

    pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang

    dibiayai dengan uang publik.

    Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan

    perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan. Pada sektor swasta, anggaran

    merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun

    sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik

    untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.

    2.1.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

    Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang

    Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, penganggaran daerah di

    Indonesia disusun dengan pendekatan Kinerja. Pendekatan Kinerja disusun untuk

    mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional,

    khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat

    digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran

    pelayanan publik. Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:

    Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam

    kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan

    termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

    Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

    pengertian anggaran berbasis kinerja adalah:

  • (1) Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil

    kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang

    ditetapkan; (2) Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.

    Anggaran dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan; (3)

    Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan

    efektivitas anggaran; dan (4) Anggaran kinerja merupakan sistem

    yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja

    sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

    Sedangkan menurut Darise (2008:146), penganggaran berbasis kinerja dapat

    didefinisikan sebagaii berikut:

    Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggararan

    yang dilakukan dengan memmperhatikan keterkaitan antara keluaran

    dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk

    efisiensi dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut.

    Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit

    kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti

    dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada

    anggaran berbasis kinerja didefinisikkan sebagai instrumen kebijakan yang berisi

    satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau

    lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran

    atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

    Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup

    kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk

    mencapai tujuan dan sasaran program. Dengan anggaran kinerja akan terlihat juga

    hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome yang akan mendukung

    terciptanya sistem pemerintahan yang baik.

  • Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh hasil

    yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus selalu dalam

    kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat mewujudkan

    strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan didisain dan

    disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksanaan aktivitas yang

    akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah

    ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam penyusunan anggaran berbasis

    kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan seperti yang dikemukakan oleh

    Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:

    1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

    2. Pembuatan Tujuan

    3. Penetapan Aktivitas

    4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

    Adapun penjelasan mengenai beberapa tahap penyusunan anggaran berbasis

    kinerja yang telah dikutip diatas adalah sebagai berikut :

    1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

    Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang

    memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu

    organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :

    a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai

    b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

    c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis

    d. Memiliki orientasi masa depan

    e. Memerlukan seluruh unsur organisasi

  • f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

    2. Pembuatan Tujuan

    Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun

    atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional

    merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan

    operasional harus menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki,

    mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan

    hukuman (punishment). Sebuah tujuan operasional yang baik harus

    mempunyai karakteristik berikut ini :

    a. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.

    b. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah

    dicapai.

    c. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan

    koreksi.

    d. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk

    menimbulkan interprestasi individu.

    3. Penetapan Aktivitas

    Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional

    yang telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau

    peket keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap

    aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan

    bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi

    komponen sebagai berikut :

  • a. Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan

    yang diharapkan menjadi jelas.

    b. Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan

    alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.

    c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.

    d. Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil

    (outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.

    4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan

    Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan

    dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar

    baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria

    dalam menentukan peringkat. Tekhnisnya, alternatif keputusan dari setiap

    aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan

    diurutkan berdasarkan priorotasnya.

    2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja

    Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan (2006:58)

    adalah sebagai berikut :

    1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan

    fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan

    rincian belanja.

    2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi

    maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.

    3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya

    perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang

    diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.

  • Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam

    setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh

    aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang

    maksimal yang anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit

    standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode

    tersebut.

    2.1.4 Kelebihan Anggaran Berbasis Kinerja

    Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public

    Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana

    anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai

    kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan

    untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik.

    Meskipun demikian, anggaran kinerja di susun sebagai dasar

    penyempurnaan anggaran tradicional. Menurut Nordiawan (2007) dijelaskan

    bahwa kelebihan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:

    1. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:

    a. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh estimasi biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.

    b. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.

    c. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari

    jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.

    d. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.

    e. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.

  • 2.1.5 Siklus Anggaran berbasis Kinerja

    Penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap

    penyusunan seperti yang dikemukakan oleh Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:

    1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

    2. Pembuatan Tujuan

    3. Penetapan Aktivitas

    4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

    Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa siklus anggaran

    meliputi empat tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70) yang

    terdiri atas:

    1. Tahap Persiapan

    2. Tahap Ratifikasi

    3. Tahap Implementasi

    4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

    Adapun penjelasan mengenai siklus anggaran yang telah diutip diatas adalah

    sebagai berikut :

    1. Tahap Persiapan

    Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar

    taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan

    tujuan organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa

    sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan

    penaksiran pendapatan terlebih dahulu.

    2. Tahap Ratifikasi

    Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup

    rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan

  • mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan

    eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan

    argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak

    legislatif.

    3. Tahap Implementasi

    Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan oleh

    manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi

    dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal

    ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai

    dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah

    disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran

    periode berikutnya.

    4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

    Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan

    aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi

    terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung

    dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,

    maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui

    banyak masalah.

    Semua kegiatan penyusunan rencana anggaran menjadi tanggung jawab unit

    kerja, yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk rencana anggaran satuan kerja

    (RASK). Berkaitan dengan pertanggungjawaban publik, APBD tersebut secara

  • etis harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan secara legal harus

    dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

    Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.

    Jadi, apabila kita menyusun dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus

    fokus pada apa yang ingin dicapai. Jika fokus ke output, berarti pemikiran

    tentang tujuan keiatan harus tercakup di setiap langkah ketika menyusun

    anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada penatalaksanaan sehingga selain

    efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolak ukur

    keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau

    hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun

    suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan

    anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia

    dengan hasil yang diharapkan.

    Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus

    disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara

    obyektif melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan

    masyarakat agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal

    yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolak ukur kinerja dan standar

    pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

    kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah

    ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

  • 2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, maka penyusunan

    APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing

    satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan

    yang ditetapkan. Dengan demikian tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi

    dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi

    rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target

    dengan hasil yang dicapai beradasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan

    Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa kinerja adalah:

    Keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau

    telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan

    kuantitas dan kualitas terukur.

    Sedangkan menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah

    sebagai berikut:

    Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

    suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

    tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan

    skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

    Selain itu, menurut TIM AKIP BPKP (2000:7) menjelaskan definisi kinerja

    sebagai berikut:

    Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

    kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian

    hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu

  • organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu

    kebijakan operasional yang diambil.

    Jadi secara umum dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi atau

    hasil yang telah dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Kinerja dapat

    digunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai

    efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria

    yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

    Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di

    ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.

    Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat

    kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap

    peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

    jawabnya.

    Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

    Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata

    tertib.

    Bagi aparatur instansi pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,

    kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban,

    dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk

    kepentingan negara dan masyarakat. Disiplin aparatur merupakan kesanggupan

    aparatur untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan

    dalam peraturan perundang-undangan.

  • Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin

    aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan

    yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap

    peraturan atau tata tetib yang berlaku.

    Program peningkatan disiplin aparatur bertujuan untuk peningkatan,

    pengembangan dan disiplin dalam menjalankan tugas aparatur dalam

    melaksanakan tugas. Selain itu, program tersebut mendorong dan memotivasi

    aparatur dalam rangka peningkatan kinerja. Sasaran dalam program ini adalah

    terwujudnya disiplin pegawai.

    Program peningkatan disiplin pegawai termasuk dalam program rutin.

    Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini berhubungan dengan absensi,

    pembinaan kedisiplinan aparatur, pelatihan pegawai. Selain itu, kegiatan dalam

    program peningkatan disiplin aparatur yaitu pengadaan pakaian dinas beserta

    perlengkapannya dan pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu dengan tujuan

    meningkatkan disiplin aparatur dalam berpakaian.

    2.1.7 Pengukuran Kinerja

    Menurut Lembaga Administrasi Negara RI, pengukuran kinerja

    didefinisikan sebagai berikut:

    Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai

    keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

    sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan

    visi dan misi instansi pemerintah.

  • Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk

    meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Selanjutnya,

    dikatakan bahwa pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

    tujuan dan sasaran (goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:

    (1) Perencanaan dan penetapan tujuan; (2) Pengembangan ukuran yang relevan;

    (3) Pelaporan formal atas hasil; (4) Penggunaan informasi.

    Menurut Mahmudi (2005:14), tujuan dilakukannya pengukuran kinerja

    organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

    2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

    3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

    4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

    keputusan pemberian reward dan punishment

    5. Memotivasi pegawai

    6. Menciptakan akuntabilitas public

    2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja

    Dalam melakukan pengukuran kinerja harus dilakukan penetapan

    indikator kinerja, pengumpulan data kinerja, dan cara pengukuran kinerja.

    Menurut Bastian (2001:337) mendefinisikan indikator kinerja sebagai berikut:

    Indikator kinerja adalah pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang

    menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah

    ditetapkan, dengan memperhitungkan elemen indikator kinerja

    Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi

    indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data informasi

    untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan atau program. Dalam

  • pengukuran kinerja diperlukan juga penetapan capaian kinerja, yang dimaksud

    untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan atau

    program kebijakan yang telah ditetapkan.

    Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, terlebih dahulu

    perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja.

    Syarat-syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja tersebut sebagai

    berikut:

    1. Spesifik dan jelas, sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

    2. Dapat diukur secara objektif baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,

    yaitu dua atau lebih mengukur indikator kinerja yang berkesimpulan sama.

    3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif relevan.

    4. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan

    keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.

    5. Efektif, dan atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang

    bersangkutan dapat dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis dengan biaya yang

    tersedia.

    Elemen kinerja menurut Bastian (2001:337) adalah sebagai berikut:

    1. Masukan (input)

    2. Proses (process)

    3. Keluaran (output)

    4. Hasil (outcome)

    5. Manfaat (benefits)

    Adapun penjelasan dari elemen kinerja yang telah dikutip diatas adalah

    sebagai berikut:

  • 1. Masukan (input) mengukur jumlah sumber daya seperti dana, SDM,

    peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk

    melaksanakan kegiatan.

    2. Proses (process), organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi

    kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan

    tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat

    efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi.

    3. Keluaran (output) digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan

    dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluarn, instansi dapat

    menganalisis apakah kegiatan terlaksanan sesuai dengan rencana.

    4. Hasil (outcome) lebih utama dari pada sekedar output. Dengan outcome,

    organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam

    bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan

    memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

    5. Manfaat (benefits) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator

    hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian,

    khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Manfaat

    menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat

    diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu dan lokasi).

    Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik

    seperti yang dijelaskan menurut Mahmudi (2005:97) antara lain:

    1. Sederhana dan mudah dipahami

    2. Dapat diukur

    3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase

    dan angka

  • 4. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja

    5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi

    6. Dikaji secara teratur.

    Menurut Asmoko (2006), mengatakan bahwa pencapaian target anggaran

    memainkan peranan penting karena anggaran menggambarkan standar efektivitas

    dan efisiensi. Selain itu, Mardiasmo (2009:70) mengatakan lemahnya

    perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau

    overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.

    Efektivitas dan efisiensi didukung oleh konsep value for money yang merupakan

    konsep dalam organisasi sektor public yang memiliki pengertian penghargaan

    terhadap nilai uang.

    Melihat pada konsep di atas, maka indikator kinerja yang dapat dipakai

    untuk mengukur kinerja program dapat dilihat dari aspek-aspek:

    1. Efektivitas

    Efektivitas berkaitan erat dengan tindakan dalam mencapai tujuan

    dan sasaran yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan agar dapat

    tercapai sesuai dengan rencana.

    Pengertian efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    yaitu:

    Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,

    manjur dan membawa hasil dan merupakan keberhasilan suatu

    usaha atau tindakan.

    Selain itu, pengetian efektivitas menurut Syahrul (2000:326)

    yaitu:

  • Tingkat dimana kinerja sesungguhnnya (aktual) sebanding

    dengan kinerja yang ditargetkan.

    2. Efisiensi

    Kegiatan dikatakan efisien apabila hasil kerjanya dapat dengan

    dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-

    rendahnya.

    Pengetian efesiensi menurut Mulyamah (1987:3) yaitu:

    Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan

    rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang

    direalisasikan.

    Untuk melakukan pengukuran ini perlu mengaitkan dengan sumber

    daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan

    rencana yang disusun dan dilakukan evaluasi yang merupakan suatu proses

    penilaian.

    Selain efektivitas dan efisiensi, pertumbuhan pegawai akan berpengaruh

    pada kinerja suatu program atau kegiatan seperti yang diungkapkan oleh

    Tampubolon (2007), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia sebagai

    salah satu faktor yang memegang peranan penting berhasil tidaknya suatu

    organisasi dalam mencapai tujuan sehingga perlu diarahkan melalui manajemen

    sumber daya manusia. Oleh karena itu, pertumbuhan pegawai merupakan salah

    satu indikator dalam mencapai kinerja dan tujuan yang diharapkan.

    Kinerja dan prestasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan dihasilkan

    tidak hanya dari kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh

  • motivasi dan kesempatan berprestasi. Kemampuan, motivasi, dan kesempatan

    berprestasi merupakan cara untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan memiliki kata dasar mampu

    yang artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, oleh karena itu maka

    kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan. Jadi, kemampuan adalah

    kesanggupan seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu

    pekerjaan.

    Kemampuan sering disamakan dengan bakat, William dan Micahel

    (Suryabrata, 2004:160) menjelaskan bahwa:

    Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu

    tugas yang tergantung sedikit banyak latihan.

    Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

    potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai yang

    memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai

    untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka

    akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai

    perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya.

    Sedangkan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan pegawai

    terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Wexley & Yuki

    (Asad, 1987) menjelaskan bahwa motivasi merupakan pemberian dan

    penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Oleh

    karena itu, maka motivasi akan menimbulkan pengaruh dalam pencapaian tujuan

    organisasi.

  • Dan yang terakhir, kesempatan berprestasi adalah suatu dorongan dalam

    diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas secara berkualitas dengan

    sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Hasil kerja

    yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan karier setiap pegawai.

    Mangkunegara (2004:68) berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara

    motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.

    Agar diperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan

    konsisten, maka perlu dibangun atau dikembangkan sistem pengumpulan data

    kinerja atau sistem informasi kinerja. Sistem informasi kinerja ini hendaknya

    dibangun dan dikembangkan di atas prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan

    manfaat. Untuk itu, sistem informasi kinerja yang dibangun dapat

    mengintegrasikan data yang dibutuhkan dan unit-unit yang bertanggung jawa

    dalam pencatatan, secara terpadu dengan sistem informasi yang ada. Hal tersebut

    dapat dilakukan dengan memasukkan kewajiban membuat laporan secara regular

    atas data kinerja.

    Beberapa cara atau metode pengukuran kinerja adalah membandingkan

    antara rencana dengan realisasinya, membandingkan antara realisasi tahun ini

    dengan realisasi sebelumnya, membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis

    dan dianggan terbaik dalam bidangnya, dan membandingkan antara realisasi

    dengan standar. Cara atau metode pengukuran kinerja yang digunakan oleh Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah dengan

    membandingkan antara rencana dan realisasinya.

  • 2.2 Kerangka Pemikiran

    Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi

    suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

    menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

    pengelolaan pemerintah termasuk bidang pengelola negara. Agar dapat mengukur

    hal tersebut, maka penggunaan anggaran merupakan titik fokus dalam proses

    perencanaan dan pengendalian.

    Menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah sebagai

    berikut:

    Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

    pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang

    dibiayai dengan uang publik.

    Penganggaran merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk dapat

    mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tanggung jawabnya

    kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk

    digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

    Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

    mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:

    Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran

    bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang

    dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang

    diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran

    tersebut.

    Pemerintah daerah menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai alat utama untuk menjalankan otonomi

  • daerah yang nyata dan bertanggung jawab dan merupakan rencana operasional

    keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan pengeluaran untuk kegiatan

    keseharian daerah dan proyek pembangunan daerah.

    Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang

    dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil yang

    diharapkan. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada

    setiap unit kerja.

    Menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah sebagai berikut:

    Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

    suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

    tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan

    skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

    Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program dengan

    diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.

    Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

    Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di

    ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.

    Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat

    kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap

    peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

    jawabnya.

    Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

    Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata

    tertib.

  • Disiplin aparatur merupakan kesanggupan aparatur untuk menaati kewajiban

    dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

    Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin

    aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan

    yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap

    peraturan atau tata tetib yang berlaku.

    Anggaran harus didasarkan pada sasaran yang hendak dicapai pada tahun

    tersebut. Setiap unit kerja harus bisa merencanakan anggaran berdasarkan tugas

    pokok dan fungsi, tingkat prioritas, tujuan dan sasaran tertentu yang disertai

    dengan penilaian yang jelas dan bisa diukur sehingga dapat dilihat efisiensi dan

    efektivitasnya.

    Dengan adanya Anggaran berbasis kinerja maka kinerja instansi pemerintah

    daerah seharusnya lebih baik, karena anggaran berbasis kinerja dibuat berdasarkan

    tujuan dan sasaran kinerja dengan memperhitungkan efisiensi dan efektifitas

    anggaran yang mana efisiensi dan efektivitas adalah indikator kinerja dalam

    pengukuran kinerja organisasi/instansi pemerintah.

    Selain itu, motivasi, dan kesempatan berprestasi merupakan salah satu cara

    penting untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi. Pegawai perlu

    ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya agar dapat lebih

    menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

  • 2.3 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis menyajikan

    hipotesis sebagai berikut :

    H1 : Adanya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program

    peningkatan disiplin aparatur.

  • BAB III

    OBJEK DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian

    Objek penelitian skripsi ini adalah Pengaruh Implementasi Anggaran

    Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur pada

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.

    Tamansari Nomor 76, Bandung.

    3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

    Bandung

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah

    salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal mula

    pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi Jawa

    Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan Daerah

    (Bappemda) Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan Perancang

    Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang Pembangunan

    Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan pertama di

    Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan SK Gubernur

    Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.

    Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun 1974,

    sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur. Baru kemudian

  • dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden tersebut, lahirlah

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Bappeda Tingkat I dan

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Bappeda Tingkat II.

    Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun 1980, yaitu:

    1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan

    adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan

    pembangunan regional;

    2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan

    pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,

    terarah, dan terpadu.

    Dalam lingkup Kota Bandung sendiri, pembentukan Bappeda Kotamadya

    Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda

    No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah mengalami penyesuaian sejalan dengan

    perubahan paradigma pembangunan. Seiring dengan diberlakukannya Undang-

    Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Pemerintah Kota Bandung menata kembali

    Struktur Organisasi Perangkat Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda

    Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung.

    Perubahan ini ditetapkan dengan Perda Kota Bandung No. 06 Tahun 2001

    Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Tingkat

    Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan fungsinya ditetapkan dengan Perda

    No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi

    Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

  • 3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

    Bandung

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral

    dari Pemerintah Kota Bandung, yang memiliki peran dan fungsi perencanaan

    pembangunan sangat strategis keberadaannya dalam kerangka pencapaian visi

    Pemerintah Kota yaitu, Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa

    Bermartabat sebagaimana tertuang dalam peraturan daerah nomor 09 tahun 2009

    tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

    Bandung tahun 2009-2013.

    Rumusan visi yang ingin dicapai Bappeda pada masa mendatang adalah

    Terwujudnya Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan yang

    kredibel dalam Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa

    Bermartabat.

    Pengertian Visi Bappeda tersebut adalah sebagai lembaga teknis di

    lingkungan Permerintah Kota Bandung yang memiliki kewenangan dalam

    perencanaan dan pengendalian, harus kredibel artinya dapat dipercaya, sehingga

    segala rumusan kebijakan yang akan ditetapkan dan dilaksanakan dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan prosedural.

    Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan tersebut dengan bertumpu

    kepada potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan

    semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari

    seluruh aparat Bappeda dan dukungan pemangku kepentingan, maka ditetapkan

    Misi sebagai berikut :

  • 1. Meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan daerah

    kota Bandung yang profesional ;

    2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perencanaan

    pembangunan yang memadai;

    3. Memantapkan sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah

    yang terintegrasi dan transparan;

    4. Meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan

    internal daerah, antar Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat;

    5. Meningkatkan kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi

    dengan dunia usaha dalam dan luar negeri.

    3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

    Bandung

    Berdasarkan visi dan misi Bappeda Kota Bandung, maka tujuan pelaksanaan

    tugas pokok dan fungsi Bappeda dari penjabaran misi, adalah:

    MISI 1. Tujuan :

    Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur perencana melalui

    peningkatan keterampilan, profesionalisme, disiplin dan etos kerja

    serta pembinaan mental spiritual.

    Sasaran :

    1. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan aparatur. Terwujudnya attitude (sikap) aparatur perencanaan yang baik untuk

    menghasilkan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan

    MISI 2

    Tujuan :

    1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan memuaskan

    2. Meningkatkan peran, fungsi dan kinerja kelembagaan perencanaan pembangunan (Bappeda) yang profesional.

    3. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan kota yang baik (good governance)

  • Sasaran :

    1. Terselenggaranya sistem pelayanan yang berazaskan pada transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, dan tidak

    diskriminatif;

    2. Terwujudnya pelayanan yang sederhana dalam prosedur, adanya kejelasan persyaratan teknis dan administratif, kepastian

    waktu, akurasi produk pelayanan, kelengkapan sarana dan

    prasarana termasuk penyediaan sarana teknologi informasi dan

    komunikasi, keamanan, tanggungjawab, kemudahan akses,

    kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan

    3. Pembenahan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang mencakup pembaharuan sistem dan struktur pemerintahan yang berbasis

    kinerja

    MISI 3

    Tujuan :

    Meningkatkan kualitas mekanisme sistem perencanaan

    pembangunan yang aspiratif, antisipatif, aplikatif dan akuntabel.

    Sasaran :

    1. Terumuskannya kebijakan umum pembangunan daerah yang integratif dan akuntabel

    2. Meningkatnya aksesibilitas terhadap penyusunan dokumen perencanaan

    3. Meningkatnya kualitas pelaksanaan penelitian dan pengembangan daerah

    4. Meningkatnya kualitas dan intensitas pengendalian perencanaan pembangunan

    MISI 4 Tujuan :

    Terselenggaranya peningkatan sinergitas kebijakan dan

    harmonisasi networking (jejaring) perencanaan antar Pemerintah

    Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

    Sasaran :

    Meningkatnya koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor

    skala Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

    MISI 5 Tujuan :

    Terciptanya partisipasi masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam

    perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

    Sasaran:

    1. Meningkatnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam proses perencanaan

    2. Meningkatnya peran dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan.

  • 3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Kota Bandung

    Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah

    Kota Bandung diatur berdasarkan Peraturan Walikota No 474 Tahun 2008. Badan

    Perencanaan Pembangun Daerah sebagai lembaga Teknis di lingkungan

    Pemerintah Kota Bandung mempunyai Tugas pokok melaksanakan penyusunan

    dan pelaksanaan kebijakan Lingkup perencanaan pembangunan daerah. Rincian

    Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda sesuai dengan peraturan dimaksud dimaksud,

    adalah sebagai berikut :

    1. Tugas Pokok

    Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

    perencanaan pembangunan daerah.

    2. Fungsi

    a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan

    daerah dan penanaman modal;

    b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;

    c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah di

    bidang penanaman modal;

    d. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan

    penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik,

    perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan social budaya

    dan kesejahtraan rakyat, pemerintahan, penelitian pengembangan dan

    statistik serta penanaman modal;

  • e. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative Badan; dan

    f. Pelaksanaan tugas lain yang diterbitkan oleh Walikota sesuai dengan

    tugas dan fungsinya.

    3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kota Bandung

    Struktur organisasi adalah salah satu aspek yang penting dalam pencapaian

    tujuan organisasi. Hal ini untuk mengganbarkan deskripsi tugas dan fungsi yang

    harus dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja atau personil.

    Berikut ini gambaran umum tentang susunan organisasi Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah :

    1) Kepala Badan;

    2) Sekretariat, membawahkan :

    a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

    b. Sub Bagian Keuangan;

    c. Sub Bagian Program.

    3) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan :

    a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;

    b. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana.

    4) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan :

    a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;

    b. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha

    Daerah.

    5) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,

    membawahkan :

    a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya;

    b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat.

  • 6) Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :

    a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan;

    b. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah.

    7) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :

    a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;

    b. Sub Bidang Statistik.

    8) Bidang Penanaman Modal, membawahkan :

    a. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal dan Promosi Daerah;

    b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.

    9) Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement,

    membawahkan :

    a. Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic

    Procurement.

    10) Kelompok Jabatan Fungsional.

    Penentuan anggaran dan program dipengaruhi oleh kepala badan, kepala

    bidang, maupun kepala sub bidang dan yang berpengaruh terhadap penulisannya

    adalah sub bagian keuangan dan sub bagian program, selain itu yang berpengaruh

    dalam penulisan program peningkatan disiplin aparatur adalah sub bagian umum

    dan kepegawaian dengan rincian tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan

    sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 10 tahun 2010 adalah sebagai

    berikut :

    (A) Sub Bagian Keuangan

    1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

    tugas sekretariat lingkup keuangan.

  • 2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan

    badan;

    b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

    penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi

    penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian

    keuangan, serta menyusun laporan keuangan badan;

    c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi keuangan

    badan.

    (B) Sub Bagian Program

    1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

    sekretariat lingkup program.

    2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    Sub Bagian Program mempunyai fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program

    kerja badan;

    b. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan

    penyusunan rencana kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana

    dan program dinas serta koordinasi pengendalian program;

    c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi program

    kerja badan.

  • (C) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

    1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

    melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup umum dan kepegawaian.

    2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi umum dan

    kepegawaian badan;

    b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah

    dinas, penataan kearsipan badan, penyelenggaraan kerumahtanggaan

    badan, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

    c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan

    penyiapan bahan penyusunan rencana mutasi, cuti, disiplin,

    pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai;

    d. Evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan

    kepegawaian.

    3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

    memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

    Sugiyono (2010:61) mendefinisikan populasi adalah sebagai berikut :

    Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

    kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

  • Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sub unit kerja

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, yang terdiri dari :

    1) 1 orang Kepala Badan,

    2) 1 orang Sekertaris,

    3) 6 orang Kepala Bagian,

    4) 16 orang Kepala Sub Bidang,

    5) 1 orang Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan, dan

    6) 1 orang Kelompok Jabatan Fungsional

    Sehingga apabila dihitung keseluruhan populasinya berjumlah 26 (dua

    puluh enam) orang pemimpin. Dalam penelitian studi kasus, populasi yang

    dijadikan penelitian sudah hampir memiliki karakter yang sama.

    Pengertian sampel yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:62), yaitu :

    Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimilki oleh

    populasi tersebut.

    Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    sampling jenuh dikarenakan menurut Sugiyono (2010:85), sampling jenuh

    merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

    sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang

    dari 30 orang. Maka berdasarkan pendapat Sugiyono, sampel penelitian yang

    diambil pada instansi BAPPEDA adalah sampel yang memiliki karakteristik yang

    dibutuhkan dalam penelitian yaitu yang berpengaruh dalam penentuan anggaran

    dan mengetahui kedisiplinan para aparatur sebanyak 26 orang.

  • 3.3 Metode Penelitian

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif

    analisis dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moh. Nazir (2003:63) metode

    penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus adalah :

    Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

    suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada

    masa sekarang.

    Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu

    keadaan instansi secara sistematik, aktual, dan akurat dengan cara mengumpulkan

    data berdasarkan fakta yang nampak dalam organisasi dimana fakta tersebut

    dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis, sehingga dapat memberikan saran-saran

    untuk masa yang akan datang. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok,

    lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian studi kasus merupakan suatu

    generalisasi dari pola studi kasus tang tipikal dari individu atau lembaga yang

    diteliti.

    3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka diperlukan data

    dan informasi yang mendukung. Berkaitan dengan keperluan tersebut, maka

    penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

    berikut:

    1) Penelitian Lapangan (Field Research)

    Yaitu, penelitian secara langsung ke objek penelitian dengan cara :

    a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

    secara langsung objek yang diteliti.

  • b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan dengan cara tanya jawab

    dengan pejabat yang berwenang mengenai masalah yang diteliti.

    c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat

    pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis kepada kepala badan,

    sekertariat, kepala bidang dan kepala sub bidang.

    2) Penelitian Literatur (Literature Research)

    Yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

    literatur-literatur, catatan-catatan ilmiah yang dijadikan landasan

    teoritis untuk menjawab identifikasi masalah.

    3.4 Operasional Variabel Penelitian

    Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang

    berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga

    diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

    Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

    Kinerja Terhadap Kinerja Program Instansi Pemerintah Daerah maka variabel

    yang terkait, yaitu:

    1) Anggaran berbasis kinerja (variabel X), yaitu suatu variabel yang

    mempengaruhi variabel lainnya.

    2) Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

    daerah (variabel Y), yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

    independen.

  • Untuk kepentingan pengujian hipotesis, kedua variabel tersebut dijabarkan

    lebih lanjut sehingga diperoleh indikatornya. Lebih jelasnya operasionalisasi

    variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 3.1

    Operasionalisasi Variabel Penelitian

    Operasionalisasi

    Variabel

    Indikator Skala

    Pengukuran

    Instrumen

    Anggaran

    Berbasis Kinerja

    (X)

    Mardiasmo

    (2010)

    a. Persiapan b. Ratifikasi c. Implementasi d. Evaluasi dan

    Pelaporan

    Ordinal

    Observasi

    Wawancara

    Kuesioner

    Kinerja Program

    Peningkatan

    Disiplin Aparatur

    Instansi

    Pemerintah

    Daerah (Y)

    Asmoko (2006),

    Tampubolon

    (2007)

    a. Efektifitas b. Efisiensi c. Pertumbuhan

    Pegawai

    (Kemampuan,

    Motivasi,

    kesempatan

    berprestasi)

    3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis

    menggunakan dua metode analisis data, yaitu :

    1) Analisis Kualitatif

    Yaitu, suatu analisis di mana data yang diperoleh mengenai objek

    penelitian yang merupakan data kualitatif dianalisis berdasarkan

    perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh penulis

    selama penelitian dilakukan di perusahaan.

  • 2) Analisis Kuantitatif

    Yaitu, suatu analisis data dengan menggunakan rumus statistika berupa

    analisis koefisien regresi dan korelasi, koefisien determinasi, dan uji

    hipotesis.

    Untuk keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data

    yang diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap

    pertanyaan dengan menggunakan teknik skala Likert yang berskala ordinal.

    Adapun kategori dan bobot penilaian jawaban dari kuesioner tersebut adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 3.2

    Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner

    Notasi Nilai Keterangan

    Sangat Setuju (SS) 5 Jawaban apabila responden sangat setuju

    dengan pernyataan dalam kuesioner

    Setuju (S) 4 Jawaban apabila responden setuju dengan

    pernyataan dalam kuesioner

    Ragu-ragu (RG) 3 Jawaban apabila responden ragu-ragu

    dengan pernyataan dalam kuesioner

    Tidak Setuju (TS) 2 Jawaban apabila responden tidak setuju

    dengan pernyataan dalam kuesioner

    Sangat Tidak Setuju

    (STS)

    1 Jawaban apabila responden sangat tidak

    setuju dengan pernyataan dalam

    kuesioner

    Setelah diperoleh skor keseluruhan dari pernyataan mengenai implementasi

    anggaran berbasis kinerja maupun mengenai program peningkatan disiplin

    aparatur, maka dapat diketahui apakah implementasi anggaran berbasis kinerja

    dan program peningkatan disiplin aparatur masuk dalam kategori sangat buruk,

    buruk, netral, baik, atau sangat baik dengan dilakukannya perhitungan melalui

    tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner).

  • 3.4.2 Pengujian Kualitas Data

    Dalam penelitian data memiliki kedudukan yang sangat penting karena data

    merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

    pembuktian hipotesis yang akan menjadi kesimpulan penelitian. Kesimpulan

    penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian dibuat

    berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan

    dan analisis data. Oleh karena itu, hasil penelitian tergantung pada kualitas data.

    Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti,

    diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan agar

    kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak akan memberikan gambar yang

    jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, untuk itu perlu dilakukan uji

    validitas dan uji reliabilitas.

    a. Pengujian Validitas Instrumen

    Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

    mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono (2010:348)

    mendefinisikan valid sebagai berikut :

    Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

    mengukur apa saja yang seharusnya diukur.

    Dengan demikian untuk mengukur sesuatu harus digunakan instrumen

    atau alat ukur yang tepat. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis

    item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total.

    Adapun koefisien korelasi yang digunakan untuk menghitung korelasi

    antara skor item dengan skor total dalam pengujian validitas alat ukur

  • penelitian ini adalah koefisien korelasi rank Spearman. Hal ini