VENNI AVIONITA 0109U035.pdf

125
PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh : Nama : Venni Avionita NPM : 0109U035 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 Tanggal 12 Juni 2009 BANDUNG 2013

Transcript of VENNI AVIONITA 0109U035.pdf

PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS

KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM

PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI

PEMERINTAH DAERAH

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana

Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas

Widyatama

Disusun Oleh :

Nama : Venni Avionita

NPM : 0109U035

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakreditasi (Accredited)

SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009

Tanggal 12 Juni 2009

BANDUNG

2013

PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS

KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM

PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI

PEMERINTAH DAERAH

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana

Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Widyatama

Disusun oleh :

Nama : Venni Avionita

NPM : 0109U035

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak)

NIP: 111.11.91.021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi S1

(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak) (Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak)

NIP: 195.512.181.986.011.001 NIP: 111.11.99.056

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Venni Avionita

NRP : 0109U035

Tempat / Tanggal Lahir : Ujung Pandang / 24 Maret 1992

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah” (Studi Kasus Pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung).

Merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya

bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Bandung, Februari 2013

Venni Avionita

ABSTRAK

Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah

Adanya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan

langkah konkrit dalam merespon tuntutan reformasi yaitu dalam penerapan

anggaran berbasis kinerja dan membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk

pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang digunakan dengan cara yang

efektif dan efisien. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dapat

dibilang sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aggaran berbasis

kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Bandung yang sedang mengalami

perkembangan yang pesat dalam pembangunannya.

Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan

pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu

dengan menyebarkan kuesioner dan menggunakan data sekunder yang diperoleh

dari studi kepustakaan juga sumber lain yang berhubungan dengan topik yang

dibahas.

Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,875

dengan t tabel sebesar 1,71387 dan menunjukkan bahwa Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan

Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.

Selain itu, diperoleh korelasi antara implementasi anggaran berbasis

kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi

pemerintah daerah adalah sebesar R = 0,880, yang termasuk dalam kategori

hubungan sangat kuat. Dapat pula diketahui besarnya pengaruh implementasi

anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur

instansi pemerintah daerah yaitu sebesar 77,4%.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah” (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Bandung). Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi pada Universitas Widyatama.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk

itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis.

Selama menyusun skripsi dan selama mengikuti perkuliahan, penulis

mendapatkan bimbingan, dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, berkah, rahmat, dan

karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis

2. Ayahku Ir. Jajang Sumantri dan mamahku tercinta Dra. Ida Farida Rostiana

yang selalu berdoa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan

yang telah diberikan kepada penulis.

3. Ibu Dini Arwaty S.E., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk,

pengetahuan, bimbingan, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel kadir, M.S., Ak., selaku Ketua Badan

Pengurus Yayasan Widyatama.

5. Bapak Dr. H. Mame S. Soetoko, Ir., DEA., selaku Rektor Universitas

Widyatama.

6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama.

7. Bapak H. Nuryaman, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama.

8. Ibu Erly Sherlita S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1.

9. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak selaku Sekertaris Program Studi

Akuntansi S1.

10. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., selaku Dosen Wali penulis.

11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang telah

memberikan bekal pendidikan dan ilmu yang sangat berharga.

12. Bapak dan Ibu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

khususnya Drs. Amru Hizar, M.T., atas waktu dan kesempatan yang diberikan

selama penulis melakukan penelitian

13. Kakakku Rani Apriani, S.E., S.H., M.H., yang telah banyak membantu.

14. Keluarga Besar H. MA Sunarya dan Keluarga Besar H. Ucu Halimah yang

yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

15. Teman-temanku Ken, Natasya, Meidina, Rika, Sinta, Rikza, Devi dan seluruh

teman angkatan 2009 terima kasih semuanya.

16. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang terlibat, dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………. v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian …………………… 1

1.2 Identifikasi Masalah …………………………… 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian …………… 8

1.4 Kegunaan Penelitian …………………………… 9

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian …………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Konstruk, Variabel Penelitian ….… 11

2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik ……. 11

2.1.2 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ……. 12

2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja ……. 16

2.1.4 Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja ……. 17

2.1.5 Siklus Anggaran Berbasis Kinerja ……………. 18

2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan

Disiplin Aparatur …………………………… 21

2.1.7 Pengukuran Kinerja …………….…….. 23

2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja …... 24

2.2 Kerangka Pemikiran …………………………... 31

2.3 Hipotesis Penelitian ………………………..…. 34

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian …………………………... 35

3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung …… 35

3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kota Bandung …………………… 37

3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung .……… 38

3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung ……….. 40

3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandung ……………………………….…… 41

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian …………… 44

3.3 Metode Penelitian ……………………..…….. 46

3.3.1 Tekhnik Pengumpulan Data …………… 46

3.4 Operasional Variabel Penelitian …….……… 47

3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……. 48

3.4.2 Pengujian Kualitas Data ……………………. 50

3.5 Metode Analisis Data ……………………. 55

3.5.1 Metode Successive Interval (MSI) ………….… 56

3.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ……….…… 57

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier …. 58

3.5.3.1 Uji Asumsi Normalitas …………..… 58

3.5.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas …….. 58

3.5.4 Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana … 59

3.5.4.1 Uji Model Regresi (Uji F) …………..… 59

3.5.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t) …………… 60

3.5.5 Koefisien Korelasi ………………………….… 61

3.5.6 Koefisien determinasi …………………………… 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………………………….... 62

4.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja ……. 62

4.1.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah ………..…………. 67

4.1.3 Analisis Validitas Alat Ukur …………… 70

4.1.4 Analisis Reabilitas Alat Ukur …………… 72

4.1.5 Perhitungan Methode of Successive Interval (MSI) .72

4.1.6 Model Regresi Sederhana …………………….. 75

4.1.7 Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasis pada

Regresi Sederhana ……………………………. 77

4.1.8 Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana.80

4.2 Pembahasan ………………………………….…. 82

4.2.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja …..…. 82

4.2.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah ……………………. 85

4.2.3 Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan

Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah ………………………………………. 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………………………………..…. 91

5.2 Saran …………………………………………… 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian …………… 48

Tabel 3.2 Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner …… 49

Tabel 3.3 Tingkat Realibilitas …………………………………… 55

Tabel 3.4 Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi …………… 61

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan …………… 63

Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi …………… 64

Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi …… 65

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluas .. 65

Tabel 4.5 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja …… 66

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi …………… 67

Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Mengenai Efektifitas …………… 68

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai …… 68

Tabel 4.9 Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah ……...…….. 69

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja …………………… 70

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur …………………… 71

Tabel 4.12 Hasil Uji Reabilitas pada Variabel Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja dan Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur ………………….. 72

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan MSI …………………………… 75

Tabel 4.14 Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan

Disiplin Aparatur ……………………………………….. 76

Tabel 4.15 Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test …... 77

Tabel 4.16 ANOVA ………………………………………..…. 80

Tabel 4.17 Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien

Determinasi ………………………………………….. 81

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram …………………………………………. 78

Gambar 4.2 Normal Probability Plot …………………………. 78

Gambar 4.3 Scatterplot ………………………………………… 79

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota Bandung

Lampiran 2. Surat Survey

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Kinerja BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011

Lampiran 5. Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011

Lampiran 6. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala

Ordinal

Lampiran 7. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala

Ordinal

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y)

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal

Menjadi Skala Interval Pada Data Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X) Melalui Metode Successive Interval.

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal

Menjadi Skala Interval Pada Data Kinerja Program Peningkatan

Disiplin Aparatur (Y) Melalui Metode Successive Interval.

Lampiran 12. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala

Interval.

Lampiran 13. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala

Interval.

Lampiran 14. Kartu Bimbingan

Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah

dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan

dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah karena terkesan menghilangkan

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bergesernya

pemahaman antar tingkatan pemerintahan, tingginya kekuasaan legislatif daerah,

dan merebaknya korupsi di daerah. Maka dari itu Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 direvisi menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dengan tekanan pada

peningkatan pengawasan terhadap jalannya otonomi daerah.

Undang-undang tersebut merupakan kebijakan yang dipandang sangat

demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya.

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan desentralisasi menjadi

suatu fenomena global termasuk Indonesia. Desentralisasi melahirkan otonomi

daerah yang bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan dan lebih mendekatkan

fungsi pemerintahan kepada masyarakat dan diharapkan mampu meningkatkan

percepatan pembangunan dalam usaha pencapaian tujuan negara yaitu masyarakat

adil dan makmur.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun

2004, membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas

pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.

Pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan

pada konsep dasar performance budgeting system (anggaran kinerja).

Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari

uang publik. Anggaran digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan

instansi pemerintah yang menunjukkan bagaimana tahap perencanaan

dilaksanakan. Anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena

memuat suatu set keluaran yang diinginkan.

Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan

penyediaan public goods and services merupakan bagian dari good governance.

Terselenggaranya suatu pemerintah daerah yang baik sebagai upaya good

governance ditunjukkan dengan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas suatu

instansi pemerintah yang merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan masalah

instansi yang bersangkutan.

Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat

diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat

berlangsung secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan akan kebutuhan

masyarakat akan menjadikan landasan berpikir bagaimana mengoperasikan

otonomi sehingga betul-betul mencapai sasaran yaitu meningkatkan taraf dan

kualitas hidup masyarakat.

Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya

melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung

yang merupakan salah satu badan yang telah menerapkan anggaran berbasis

kinerja. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode

penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget.

Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan

yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih

dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung

jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan

secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan

dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika

anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.

Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang

diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan

dengan hasil. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud

dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan

dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat

mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.

Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini tidak hanya didasarkan pada apa

yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional,

tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu

disusun dan didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dengan penggunaan

biaya yang efisien dan efektif.

Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional,

penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.

Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan

perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan

antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran

seperti ini disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan

adalah:

1. “Tinjauan Penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya Peningkatan

Kinerja Pemerintahan Indonesia” oleh Afiah (2010). Penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan membangun suatu sistem anggaran

berbasis kinerja yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan

anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang

tersedia dengan hasil yang diharapkan.

2. “Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas

Pengendalian” oleh Asmoko (2006). Penelitian ini bertujuan untuk

menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas

pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan

efektivitas pengendalian kinerja pada pemerintah daerah. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa penganggaran berbasis kinerja

berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian

keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja.

Berhubungan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai anggaran

berbasis kinerja, penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai implementasi dari

anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi kinerja instansi pemerintah daerah.

Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah

ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

Dicantumkan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011, dari hasil pengukuran kinerja

yang dilakukan, pencapaian sasaran BAPPEDA secara umum sudah mencapai

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pengukuran kinerja

BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011 terlihat prosentase pencapaian misi

BAPPEDA, yaitu meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan

daerah Kota Bandung yang professional 100%, meningkatkan kualitas dan

kuantitas sarana dan prasarana perencanaan pembangunan 100%, memantapkan

sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dan

transparan 100%, meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan antar

pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat 100%, dan meningkatkan

kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi dengan dunia usaha dalam

dan luar negeri 100%. Prosentase pencapaian misi berdasarkan pengukuran

kinerja BAPPEDA menunjukkan hasil yang sangat memuaskan yaitu mencapai

100%.

Selain itu, berdasarkan analisis terhadap rincian kinerja yang dihubungkan

dengan pembiayaan terhadap pencapaian sasaran kinerja BAPPEDA yang

tercantum dalam LAKIP, terdapat berbagai program dengan tingkat

pencapaiannya, yaitu program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan

pembangunan daerah 79,98%, program pelayanan administrasi 98,18%, program

peningkatan disiplin aparatur 99%, program peningkatan pengembangan sistem

pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100%, program peningkatan sarana dan

prasarana aparatur 80,44%, program perencanaan tata ruang 81,33%, program

pengembangan data informasi 87,51%, program perencanaan pengembangan kota

menengah dan besar 75,26%, program perencanaan pengembangan wilayah

85,55%, program perencanaan pembangunan daerah 86,65%, program

perencanaan pembangunan ekonomi 99,19%, program perencanaan sosial budaya

sumber daya pemerintahan 74,49%, program pengendalian pencemaran dan

perusakan 94,44%, program perencanaan pembangunan bidang fisik dan tata

ruang 76,26%, program optimalisasi pemanfaatan tekhnologi informasi 94%,

program peneltian dan pengembangan daerah 90,85%, program kerjasama

pembangunan 80.17%, program peningkatan iklim dan realisasi investasi 97,90%,

program peningkatan promosi dan kerjasama investasi 97,98%.

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan dapat dibilang

sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya. Salah satu program yang

dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yaitu

program peningkatan disiplin aparatur. Program peningkatan disiplin aparatur

merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan disiplin aparatur.

Pencapaian sasaran program peningkatan disiplin aparatur BAPPEDA yaitu

mencapai 99%. Kedisiplinan aparatur akan sangat berpengaruh pada baik atau

buruknya kegiatan yang sedang dijalankan agar sesuai dengan harapan.

Adapun yang menjadi alasan diambilnya instansi pemerintah ini sebagai

objek penelitian karena penulis ingin mengetahui dan memahami sejauh mana

pelaksanaan anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA pada Kota Bandung yang

sedang mengalami perkembangan dalam pembangunannya dan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh terhadap kinerja program peningkatan disiplin

aparaturnya. Apakah telah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah

ditetapkan sehingga dapat beroperasi secara efisien dan efektif.

Atas dasar uraian latar belakang penelitian penulis berminat untuk

melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap

Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah (Studi kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah

yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

1) Bagaimana implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah

daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung.

2) Bagaimana kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi

pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

3) Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan

disiplin aparatur di instansi pemerintah daerah. Sedangkan tujuan dari

diadakannya penelitian antara lain adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah

daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung.

2) Mengetahui kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi

pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

3) Mengetahui pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dalam masalah ini, yaitu:

a) Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan

pemahanan penulis dalam ilmu akuntansi khususnya penganggaran

berbasis kinerja.

b) Bagi instansi pemerintah daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah

daerah sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan kualitas kinerja

instansi pemerintah daerah.

c) Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan

dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik

yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan

penelitian pada instansi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Taman

Sari nomor 76 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2012

sampai dengan bulan Desember 2012.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian

2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

dicapai selama periode waktu tertentu. Definisi anggaran menurut The National

Committee on Govermental Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi

Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Halim (2004:14) yaitu:

“A budget is plan of financial operation embodying an estimated of

proposed expenditures for a given period of time and the proposed means

of financing them.”

Jadi anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk

financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode

waktu serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut.

Sedangkan menurut Purnomo (2009:7) anggaran publik adalah sebagai

berikut:

“Anggaran Publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan

kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi

mengenai pendapatan, biaya, dan aktivitas”.

Selain itu, menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah

sebagai berikut:

“Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang

dibiayai dengan uang publik”.

Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan

perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan. Pada sektor swasta, anggaran

merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun

sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik

untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.

2.1.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, penganggaran daerah di

Indonesia disusun dengan pendekatan Kinerja. Pendekatan Kinerja disusun untuk

mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional,

khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran

pelayanan publik. Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan

Keuangan Daerah mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:

”Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi

manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam

kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan

termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.”

Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

pengertian anggaran berbasis kinerja adalah:

”(1) Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil

kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang

ditetapkan; (2) Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.

Anggaran dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan; (3)

Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan

efektivitas anggaran; dan (4) Anggaran kinerja merupakan sistem

yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja

sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.”

Sedangkan menurut Darise (2008:146), penganggaran berbasis kinerja dapat

didefinisikan sebagaii berikut:

”Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggararan

yang dilakukan dengan memmperhatikan keterkaitan antara keluaran

dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk

efisiensi dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut.”

Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit

kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti

dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada

anggaran berbasis kinerja didefinisikkan sebagai instrumen kebijakan yang berisi

satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau

lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran

atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup

kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan dan sasaran program. Dengan anggaran kinerja akan terlihat juga

hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome yang akan mendukung

terciptanya sistem pemerintahan yang baik.

Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh hasil

yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus selalu dalam

kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat mewujudkan

strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan didisain dan

disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksanaan aktivitas yang

akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah

ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam penyusunan anggaran berbasis

kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan seperti yang dikemukakan oleh

Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:

“1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

2. Pembuatan Tujuan

3. Penetapan Aktivitas

4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.”

Adapun penjelasan mengenai beberapa tahap penyusunan anggaran berbasis

kinerja yang telah dikutip diatas adalah sebagai berikut :

1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang

memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu

organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :

a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai

b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis

d. Memiliki orientasi masa depan

e. Memerlukan seluruh unsur organisasi

f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

2. Pembuatan Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun

atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional

merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan

operasional harus menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki,

mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan

hukuman (punishment). Sebuah tujuan operasional yang baik harus

mempunyai karakteristik berikut ini :

a. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.

b. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah

dicapai.

c. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan

koreksi.

d. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk

menimbulkan interprestasi individu.

3. Penetapan Aktivitas

Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional

yang telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau

peket keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap

aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan

bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi

komponen sebagai berikut :

a. Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan

yang diharapkan menjadi jelas.

b. Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan

alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.

c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.

d. Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil

(outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.

4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan

Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan

dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar

baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria

dalam menentukan peringkat. Tekhnisnya, alternatif keputusan dari setiap

aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan

diurutkan berdasarkan priorotasnya.

2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja

Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan (2006:58)

adalah sebagai berikut :

“1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan

fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan

rincian belanja.

2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi

maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.

3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya

perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang

diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.”

Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam

setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh

aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang

maksimal yang anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit

standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode

tersebut.

2.1.4 Kelebihan Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public

Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana

anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai

kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan

untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik.

Meskipun demikian, anggaran kinerja di susun sebagai dasar

penyempurnaan anggaran tradicional. Menurut Nordiawan (2007) dijelaskan

bahwa kelebihan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:

“1. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:

a. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh

estimasi biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.

b. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan

input.

c. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja

memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari

jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.

d. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap

bawahannya.

e. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran

daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.”

2.1.5 Siklus Anggaran berbasis Kinerja

Penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap

penyusunan seperti yang dikemukakan oleh Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:

“1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)

2. Pembuatan Tujuan

3. Penetapan Aktivitas

4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.”

Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa siklus anggaran

meliputi empat tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70) yang

terdiri atas:

”1. Tahap Persiapan

2. Tahap Ratifikasi

3. Tahap Implementasi

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi”

Adapun penjelasan mengenai siklus anggaran yang telah diutip diatas adalah

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar

taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan

tujuan organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa

sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan

penaksiran pendapatan terlebih dahulu.

2. Tahap Ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup

rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan

mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan

eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan

argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak

legislatif.

3. Tahap Implementasi

Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan oleh

manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi

dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal

ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai

dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah

disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran

periode berikutnya.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan

aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi

terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung

dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,

maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui

banyak masalah.

Semua kegiatan penyusunan rencana anggaran menjadi tanggung jawab unit

kerja, yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk rencana anggaran satuan kerja

(RASK). Berkaitan dengan pertanggungjawaban publik, APBD tersebut secara

etis harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan secara legal harus

dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.

Jadi, apabila kita menyusun dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus

fokus pada ”apa yang ingin dicapai”. Jika fokus ke ”output”, berarti pemikiran

tentang ”tujuan” keiatan harus tercakup di setiap langkah ketika menyusun

anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada penatalaksanaan sehingga selain

efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolak ukur

keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau

hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun

suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan

anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia

dengan hasil yang diharapkan.

Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus

disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara

obyektif melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan

masyarakat agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal

yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolak ukur kinerja dan standar

pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah

ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, maka penyusunan

APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing

satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan

yang ditetapkan. Dengan demikian tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi

dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi

rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target

dengan hasil yang dicapai beradasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa kinerja adalah:

“Keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau

telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan

kuantitas dan kualitas terukur.”

Sedangkan menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah

sebagai berikut:

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan

skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”

Selain itu, menurut TIM AKIP BPKP (2000:7) menjelaskan definisi kinerja

sebagai berikut:

“Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan

kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian

hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu

organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu

kebijakan operasional yang diambil.”

Jadi secara umum dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi atau

hasil yang telah dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Kinerja dapat

digunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai

efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

“Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di

ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.”

Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat

kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap

peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya.

Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

“Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata

tertib.”

Bagi aparatur instansi pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,

kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban,

dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk

kepentingan negara dan masyarakat. Disiplin aparatur merupakan kesanggupan

aparatur untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin

aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan

yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap

peraturan atau tata tetib yang berlaku.

Program peningkatan disiplin aparatur bertujuan untuk peningkatan,

pengembangan dan disiplin dalam menjalankan tugas aparatur dalam

melaksanakan tugas. Selain itu, program tersebut mendorong dan memotivasi

aparatur dalam rangka peningkatan kinerja. Sasaran dalam program ini adalah

terwujudnya disiplin pegawai.

Program peningkatan disiplin pegawai termasuk dalam program rutin.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini berhubungan dengan absensi,

pembinaan kedisiplinan aparatur, pelatihan pegawai. Selain itu, kegiatan dalam

program peningkatan disiplin aparatur yaitu pengadaan pakaian dinas beserta

perlengkapannya dan pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu dengan tujuan

meningkatkan disiplin aparatur dalam berpakaian.

2.1.7 Pengukuran Kinerja

Menurut Lembaga Administrasi Negara RI, pengukuran kinerja

didefinisikan sebagai berikut:

“Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan

visi dan misi instansi pemerintah.”

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Selanjutnya,

dikatakan bahwa pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian

tujuan dan sasaran (goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:

(1) Perencanaan dan penetapan tujuan; (2) Pengembangan ukuran yang relevan;

(3) Pelaporan formal atas hasil; (4) Penggunaan informasi.

Menurut Mahmudi (2005:14), tujuan dilakukannya pengukuran kinerja

organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:

“1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian reward dan punishment

5. Memotivasi pegawai

6. Menciptakan akuntabilitas public”

2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja

Dalam melakukan pengukuran kinerja harus dilakukan penetapan

indikator kinerja, pengumpulan data kinerja, dan cara pengukuran kinerja.

Menurut Bastian (2001:337) mendefinisikan indikator kinerja sebagai berikut:

“Indikator kinerja adalah pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan, dengan memperhitungkan elemen indikator kinerja”

Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi

indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data informasi

untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan atau program. Dalam

pengukuran kinerja diperlukan juga penetapan capaian kinerja, yang dimaksud

untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan atau

program kebijakan yang telah ditetapkan.

Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, terlebih dahulu

perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja.

Syarat-syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja tersebut sebagai

berikut:

1. Spesifik dan jelas, sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

2. Dapat diukur secara objektif baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,

yaitu dua atau lebih mengukur indikator kinerja yang berkesimpulan sama.

3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif relevan.

4. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan

keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.

5. Efektif, dan atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang

bersangkutan dapat dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis dengan biaya yang

tersedia.

Elemen kinerja menurut Bastian (2001:337) adalah sebagai berikut:

“1. Masukan (input)

2. Proses (process)

3. Keluaran (output)

4. Hasil (outcome)

5. Manfaat (benefits)”

Adapun penjelasan dari elemen kinerja yang telah dikutip diatas adalah

sebagai berikut:

1. Masukan (input) mengukur jumlah sumber daya seperti dana, SDM,

peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk

melaksanakan kegiatan.

2. Proses (process), organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi

kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan

tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat

efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi.

3. Keluaran (output) digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan

dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluarn, instansi dapat

menganalisis apakah kegiatan terlaksanan sesuai dengan rencana.

4. Hasil (outcome) lebih utama dari pada sekedar output. Dengan outcome,

organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam

bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan

memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

5. Manfaat (benefits) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator

hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian,

khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Manfaat

menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat

diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu dan lokasi).

Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik

seperti yang dijelaskan menurut Mahmudi (2005:97) antara lain:

“1. Sederhana dan mudah dipahami

2. Dapat diukur

3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase

dan angka

4. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja

5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi

6. Dikaji secara teratur.”

Menurut Asmoko (2006), mengatakan bahwa pencapaian target anggaran

memainkan peranan penting karena anggaran menggambarkan standar efektivitas

dan efisiensi. Selain itu, Mardiasmo (2009:70) mengatakan lemahnya

perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau

overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.

Efektivitas dan efisiensi didukung oleh konsep value for money yang merupakan

konsep dalam organisasi sektor public yang memiliki pengertian penghargaan

terhadap nilai uang.

Melihat pada konsep di atas, maka indikator kinerja yang dapat dipakai

untuk mengukur kinerja program dapat dilihat dari aspek-aspek:

1. Efektivitas

Efektivitas berkaitan erat dengan tindakan dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan agar dapat

tercapai sesuai dengan rencana.

Pengertian efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

yaitu:

“Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,

manjur dan membawa hasil dan merupakan keberhasilan suatu

usaha atau tindakan.”

Selain itu, pengetian efektivitas menurut Syahrul (2000:326)

yaitu:

“Tingkat dimana kinerja sesungguhnnya (aktual) sebanding

dengan kinerja yang ditargetkan.”

2. Efisiensi

Kegiatan dikatakan efisien apabila hasil kerjanya dapat dengan

dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-

rendahnya.

Pengetian efesiensi menurut Mulyamah (1987:3) yaitu:

“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan

rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang

direalisasikan.”

Untuk melakukan pengukuran ini perlu mengaitkan dengan sumber

daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan

rencana yang disusun dan dilakukan evaluasi yang merupakan suatu proses

penilaian.

Selain efektivitas dan efisiensi, pertumbuhan pegawai akan berpengaruh

pada kinerja suatu program atau kegiatan seperti yang diungkapkan oleh

Tampubolon (2007), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia sebagai

salah satu faktor yang memegang peranan penting berhasil tidaknya suatu

organisasi dalam mencapai tujuan sehingga perlu diarahkan melalui manajemen

sumber daya manusia. Oleh karena itu, pertumbuhan pegawai merupakan salah

satu indikator dalam mencapai kinerja dan tujuan yang diharapkan.

Kinerja dan prestasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan dihasilkan

tidak hanya dari kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh

motivasi dan kesempatan berprestasi. Kemampuan, motivasi, dan kesempatan

berprestasi merupakan cara untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan memiliki kata dasar mampu

yang artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, oleh karena itu maka

kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan. Jadi, kemampuan adalah

kesanggupan seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan.

Kemampuan sering disamakan dengan bakat, William dan Micahel

(Suryabrata, 2004:160) menjelaskan bahwa:

“Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu

tugas yang tergantung sedikit banyak latihan.”

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai yang

memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai

perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya.

Sedangkan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan pegawai

terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Wexley & Yuki

(As’ad, 1987) menjelaskan bahwa motivasi merupakan pemberian dan

penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Oleh

karena itu, maka motivasi akan menimbulkan pengaruh dalam pencapaian tujuan

organisasi.

Dan yang terakhir, kesempatan berprestasi adalah suatu dorongan dalam

diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas secara berkualitas dengan

sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Hasil kerja

yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan karier setiap pegawai.

Mangkunegara (2004:68) berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara

motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.

Agar diperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan

konsisten, maka perlu dibangun atau dikembangkan sistem pengumpulan data

kinerja atau sistem informasi kinerja. Sistem informasi kinerja ini hendaknya

dibangun dan dikembangkan di atas prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan

manfaat. Untuk itu, sistem informasi kinerja yang dibangun dapat

mengintegrasikan data yang dibutuhkan dan unit-unit yang bertanggung jawa

dalam pencatatan, secara terpadu dengan sistem informasi yang ada. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan memasukkan kewajiban membuat laporan secara regular

atas data kinerja.

Beberapa cara atau metode pengukuran kinerja adalah membandingkan

antara rencana dengan realisasinya, membandingkan antara realisasi tahun ini

dengan realisasi sebelumnya, membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis

dan dianggan terbaik dalam bidangnya, dan membandingkan antara realisasi

dengan standar. Cara atau metode pengukuran kinerja yang digunakan oleh Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah dengan

membandingkan antara rencana dan realisasinya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi

suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

pengelolaan pemerintah termasuk bidang pengelola negara. Agar dapat mengukur

hal tersebut, maka penggunaan anggaran merupakan titik fokus dalam proses

perencanaan dan pengendalian.

Menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah sebagai

berikut:

“Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang

dibiayai dengan uang publik”.

Penganggaran merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk dapat

mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tanggung jawabnya

kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk

digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:

”Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran

bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang

dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang

diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran

tersebut.”

Pemerintah daerah menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai alat utama untuk menjalankan otonomi

daerah yang nyata dan bertanggung jawab dan merupakan rencana operasional

keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan pengeluaran untuk kegiatan

keseharian daerah dan proyek pembangunan daerah.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang

dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil yang

diharapkan. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada

setiap unit kerja.

Menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah sebagai berikut:

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan

skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.”

Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program dengan

diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.

Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

“Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di

ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.”

Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat

kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap

peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya.

Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:

“Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata

tertib.”

Disiplin aparatur merupakan kesanggupan aparatur untuk menaati kewajiban

dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin

aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan

yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap

peraturan atau tata tetib yang berlaku.

Anggaran harus didasarkan pada sasaran yang hendak dicapai pada tahun

tersebut. Setiap unit kerja harus bisa merencanakan anggaran berdasarkan tugas

pokok dan fungsi, tingkat prioritas, tujuan dan sasaran tertentu yang disertai

dengan penilaian yang jelas dan bisa diukur sehingga dapat dilihat efisiensi dan

efektivitasnya.

Dengan adanya Anggaran berbasis kinerja maka kinerja instansi pemerintah

daerah seharusnya lebih baik, karena anggaran berbasis kinerja dibuat berdasarkan

tujuan dan sasaran kinerja dengan memperhitungkan efisiensi dan efektifitas

anggaran yang mana efisiensi dan efektivitas adalah indikator kinerja dalam

pengukuran kinerja organisasi/instansi pemerintah.

Selain itu, motivasi, dan kesempatan berprestasi merupakan salah satu cara

penting untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi. Pegawai perlu

ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya agar dapat lebih

menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis menyajikan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Adanya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program

peningkatan disiplin aparatur.

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian skripsi ini adalah Pengaruh Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.

Tamansari Nomor 76, Bandung.

3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah

salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal mula

pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi Jawa

Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan Daerah

(Bappemda) Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan Perancang

Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang Pembangunan

Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan pertama di

Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan SK Gubernur

Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.

Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun 1974,

sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur. Baru kemudian

dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden tersebut, lahirlah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Bappeda Tingkat I dan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Bappeda Tingkat II.

Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun 1980, yaitu:

1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan

adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan

pembangunan regional;

2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan

pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,

terarah, dan terpadu.

Dalam lingkup Kota Bandung sendiri, pembentukan Bappeda Kotamadya

Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda

No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah mengalami penyesuaian sejalan dengan

perubahan paradigma pembangunan. Seiring dengan diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Pemerintah Kota Bandung menata kembali

Struktur Organisasi Perangkat Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda

Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung.

Perubahan ini ditetapkan dengan Perda Kota Bandung No. 06 Tahun 2001

Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Tingkat

Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan fungsinya ditetapkan dengan Perda

No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi

Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral

dari Pemerintah Kota Bandung, yang memiliki peran dan fungsi perencanaan

pembangunan sangat strategis keberadaannya dalam kerangka pencapaian visi

Pemerintah Kota yaitu, ”Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa

Bermartabat” sebagaimana tertuang dalam peraturan daerah nomor 09 tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

Bandung tahun 2009-2013.

Rumusan visi yang ingin dicapai Bappeda pada masa mendatang adalah

”Terwujudnya Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan yang

kredibel dalam Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa

Bermartabat”.

Pengertian Visi Bappeda tersebut adalah sebagai lembaga teknis di

lingkungan Permerintah Kota Bandung yang memiliki kewenangan dalam

perencanaan dan pengendalian, harus kredibel artinya dapat dipercaya, sehingga

segala rumusan kebijakan yang akan ditetapkan dan dilaksanakan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan prosedural.

Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan tersebut dengan bertumpu

kepada potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan

semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari

seluruh aparat Bappeda dan dukungan pemangku kepentingan, maka ditetapkan

Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan daerah

kota Bandung yang profesional ;

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perencanaan

pembangunan yang memadai;

3. Memantapkan sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah

yang terintegrasi dan transparan;

4. Meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan

internal daerah, antar Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat;

5. Meningkatkan kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi

dengan dunia usaha dalam dan luar negeri.

3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Bandung

Berdasarkan visi dan misi Bappeda Kota Bandung, maka tujuan pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi Bappeda dari penjabaran misi, adalah:

MISI 1. Tujuan :

Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur perencana melalui

peningkatan keterampilan, profesionalisme, disiplin dan etos kerja

serta pembinaan mental spiritual.

Sasaran :

1. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan aparatur.

Terwujudnya attitude (sikap) aparatur perencanaan yang baik untuk

menghasilkan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan

MISI 2

Tujuan :

1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan

memuaskan

2. Meningkatkan peran, fungsi dan kinerja kelembagaan

perencanaan pembangunan (Bappeda) yang profesional.

3. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan kota yang baik (good

governance)

Sasaran :

1. Terselenggaranya sistem pelayanan yang berazaskan pada

transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, dan tidak

diskriminatif;

2. Terwujudnya pelayanan yang sederhana dalam prosedur,

adanya kejelasan persyaratan teknis dan administratif, kepastian

waktu, akurasi produk pelayanan, kelengkapan sarana dan

prasarana termasuk penyediaan sarana teknologi informasi dan

komunikasi, keamanan, tanggungjawab, kemudahan akses,

kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan

3. Pembenahan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang mencakup

pembaharuan sistem dan struktur pemerintahan yang berbasis

kinerja

MISI 3

Tujuan :

Meningkatkan kualitas mekanisme sistem perencanaan

pembangunan yang aspiratif, antisipatif, aplikatif dan akuntabel.

Sasaran :

1. Terumuskannya kebijakan umum pembangunan daerah yang

integratif dan akuntabel

2. Meningkatnya aksesibilitas terhadap penyusunan dokumen

perencanaan

3. Meningkatnya kualitas pelaksanaan penelitian dan

pengembangan daerah

4. Meningkatnya kualitas dan intensitas pengendalian perencanaan

pembangunan

MISI 4 Tujuan :

Terselenggaranya peningkatan sinergitas kebijakan dan

harmonisasi networking (jejaring) perencanaan antar Pemerintah

Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

Sasaran :

Meningkatnya koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor

skala Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

MISI 5 Tujuan :

Terciptanya partisipasi masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

Sasaran:

1. Meningkatnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam proses

perencanaan

2. Meningkatnya peran dunia usaha dalam pelaksanaan

pembangunan.

3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kota Bandung

Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah

Kota Bandung diatur berdasarkan Peraturan Walikota No 474 Tahun 2008. Badan

Perencanaan Pembangun Daerah sebagai lembaga Teknis di lingkungan

Pemerintah Kota Bandung mempunyai Tugas pokok melaksanakan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan Lingkup perencanaan pembangunan daerah. Rincian

Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda sesuai dengan peraturan dimaksud dimaksud,

adalah sebagai berikut :

1. Tugas Pokok

Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

perencanaan pembangunan daerah.

2. Fungsi

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan

daerah dan penanaman modal;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;

c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah di

bidang penanaman modal;

d. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan

penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik,

perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan social budaya

dan kesejahtraan rakyat, pemerintahan, penelitian pengembangan dan

statistik serta penanaman modal;

e. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative Badan; dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diterbitkan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung

Struktur organisasi adalah salah satu aspek yang penting dalam pencapaian

tujuan organisasi. Hal ini untuk mengganbarkan deskripsi tugas dan fungsi yang

harus dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja atau personil.

Berikut ini gambaran umum tentang susunan organisasi Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah :

1) Kepala Badan;

2) Sekretariat, membawahkan :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

b. Sub Bagian Keuangan;

c. Sub Bagian Program.

3) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;

b. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana.

4) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;

b. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha

Daerah.

5) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,

membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya;

b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat.

6) Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan;

b. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah.

7) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :

a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;

b. Sub Bidang Statistik.

8) Bidang Penanaman Modal, membawahkan :

a. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal dan Promosi Daerah;

b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.

9) Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement,

membawahkan :

a. Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic

Procurement.

10) Kelompok Jabatan Fungsional.

Penentuan anggaran dan program dipengaruhi oleh kepala badan, kepala

bidang, maupun kepala sub bidang dan yang berpengaruh terhadap penulisannya

adalah sub bagian keuangan dan sub bagian program, selain itu yang berpengaruh

dalam penulisan program peningkatan disiplin aparatur adalah sub bagian umum

dan kepegawaian dengan rincian tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan

sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 10 tahun 2010 adalah sebagai

berikut :

(A) Sub Bagian Keuangan

1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas sekretariat lingkup keuangan.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan

badan;

b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi

penyusunan anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian

keuangan, serta menyusun laporan keuangan badan;

c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi keuangan

badan.

(B) Sub Bagian Program

1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

sekretariat lingkup program.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sub Bagian Program mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program

kerja badan;

b. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan

penyusunan rencana kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana

dan program dinas serta koordinasi pengendalian program;

c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi program

kerja badan.

(C) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup umum dan kepegawaian.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi umum dan

kepegawaian badan;

b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah

dinas, penataan kearsipan badan, penyelenggaraan kerumahtanggaan

badan, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan

penyiapan bahan penyusunan rencana mutasi, cuti, disiplin,

pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai;

d. Evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan

kepegawaian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.

Sugiyono (2010:61) mendefinisikan populasi adalah sebagai berikut :

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sub unit kerja

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, yang terdiri dari :

1) 1 orang Kepala Badan,

2) 1 orang Sekertaris,

3) 6 orang Kepala Bagian,

4) 16 orang Kepala Sub Bidang,

5) 1 orang Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan, dan

6) 1 orang Kelompok Jabatan Fungsional

Sehingga apabila dihitung keseluruhan populasinya berjumlah 26 (dua

puluh enam) orang pemimpin. Dalam penelitian studi kasus, populasi yang

dijadikan penelitian sudah hampir memiliki karakter yang sama.

Pengertian sampel yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:62), yaitu :

“Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimilki oleh

populasi tersebut”.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampling jenuh dikarenakan menurut Sugiyono (2010:85), sampling jenuh

merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang

dari 30 orang. Maka berdasarkan pendapat Sugiyono, sampel penelitian yang

diambil pada instansi BAPPEDA adalah sampel yang memiliki karakteristik yang

dibutuhkan dalam penelitian yaitu yang berpengaruh dalam penentuan anggaran

dan mengetahui kedisiplinan para aparatur sebanyak 26 orang.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moh. Nazir (2003:63) metode

penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus adalah :

“Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada

masa sekarang”.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu

keadaan instansi secara sistematik, aktual, dan akurat dengan cara mengumpulkan

data berdasarkan fakta yang nampak dalam organisasi dimana fakta tersebut

dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis, sehingga dapat memberikan saran-saran

untuk masa yang akan datang. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok,

lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian studi kasus merupakan suatu

generalisasi dari pola studi kasus tang tipikal dari individu atau lembaga yang

diteliti.

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka diperlukan data

dan informasi yang mendukung. Berkaitan dengan keperluan tersebut, maka

penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1) Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu, penelitian secara langsung ke objek penelitian dengan cara :

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

secara langsung objek yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan dengan cara tanya jawab

dengan pejabat yang berwenang mengenai masalah yang diteliti.

c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis kepada kepala badan,

sekertariat, kepala bidang dan kepala sub bidang.

2) Penelitian Literatur (Literature Research)

Yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

literatur-literatur, catatan-catatan ilmiah yang dijadikan landasan

teoritis untuk menjawab identifikasi masalah.

3.4 Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Sesuai dengan judul penelitian “Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja Terhadap Kinerja Program Instansi Pemerintah Daerah” maka variabel

yang terkait, yaitu:

1) Anggaran berbasis kinerja (variabel X), yaitu suatu variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya.

2) Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah (variabel Y), yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen.

Untuk kepentingan pengujian hipotesis, kedua variabel tersebut dijabarkan

lebih lanjut sehingga diperoleh indikatornya. Lebih jelasnya operasionalisasi

variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi

Variabel

Indikator Skala

Pengukuran

Instrumen

Anggaran

Berbasis Kinerja

(X)

Mardiasmo

(2010)

a. Persiapan

b. Ratifikasi

c. Implementasi

d. Evaluasi dan

Pelaporan

Ordinal

Observasi

Wawancara

Kuesioner

Kinerja Program

Peningkatan

Disiplin Aparatur

Instansi

Pemerintah

Daerah (Y)

Asmoko (2006),

Tampubolon

(2007)

a. Efektifitas

b. Efisiensi

c. Pertumbuhan

Pegawai

(Kemampuan,

Motivasi,

kesempatan

berprestasi)

3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan dua metode analisis data, yaitu :

1) Analisis Kualitatif

Yaitu, suatu analisis di mana data yang diperoleh mengenai objek

penelitian yang merupakan data kualitatif dianalisis berdasarkan

perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh penulis

selama penelitian dilakukan di perusahaan.

2) Analisis Kuantitatif

Yaitu, suatu analisis data dengan menggunakan rumus statistika berupa

analisis koefisien regresi dan korelasi, koefisien determinasi, dan uji

hipotesis.

Untuk keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data

yang diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap

pertanyaan dengan menggunakan teknik skala Likert yang berskala ordinal.

Adapun kategori dan bobot penilaian jawaban dari kuesioner tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.2

Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner

Notasi Nilai Keterangan

Sangat Setuju (SS) 5 Jawaban apabila responden sangat setuju

dengan pernyataan dalam kuesioner

Setuju (S) 4 Jawaban apabila responden setuju dengan

pernyataan dalam kuesioner

Ragu-ragu (RG) 3 Jawaban apabila responden ragu-ragu

dengan pernyataan dalam kuesioner

Tidak Setuju (TS) 2 Jawaban apabila responden tidak setuju

dengan pernyataan dalam kuesioner

Sangat Tidak Setuju

(STS)

1 Jawaban apabila responden sangat tidak

setuju dengan pernyataan dalam

kuesioner

Setelah diperoleh skor keseluruhan dari pernyataan mengenai implementasi

anggaran berbasis kinerja maupun mengenai program peningkatan disiplin

aparatur, maka dapat diketahui apakah implementasi anggaran berbasis kinerja

dan program peningkatan disiplin aparatur masuk dalam kategori sangat buruk,

buruk, netral, baik, atau sangat baik dengan dilakukannya perhitungan melalui

tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner).

3.4.2 Pengujian Kualitas Data

Dalam penelitian data memiliki kedudukan yang sangat penting karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis yang akan menjadi kesimpulan penelitian. Kesimpulan

penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian dibuat

berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan

dan analisis data. Oleh karena itu, hasil penelitian tergantung pada kualitas data.

Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti,

diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan agar

kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak akan memberikan gambar yang

jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, untuk itu perlu dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas.

a. Pengujian Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono (2010:348)

mendefinisikan valid sebagai berikut :

“Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa saja yang seharusnya diukur”.

Dengan demikian untuk mengukur sesuatu harus digunakan instrumen

atau alat ukur yang tepat. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis

item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total.

Adapun koefisien korelasi yang digunakan untuk menghitung korelasi

antara skor item dengan skor total dalam pengujian validitas alat ukur

penelitian ini adalah koefisien korelasi rank Spearman. Hal ini

dikarenakan skala pengukuran pada alat ukur penelitian adalah berskala

ordinal.

Rumus koefisien korelasi rank Spearman menurut Sitepu (1995:26)

adalah sebagai berikut :

2

2

2

2

2

2

1))((

2

1))((

2

1)()(

nnYR

nnXR

nnYRXR

rs

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor item)

R(Y) = Ranking variabel Y (skor total)

rs = koefisien korelasi rank Spearman

n = jumlah responden (banyaknya pasangan data

observasi)

Berdasarkan hasil korelasi antara skor tiap item dengan skor total item

(uji validitas), maka dapat diketahui item-item mana yang valid dan tidak

valid berdasarkan kriteria discriminating power test dari Daniel J. Mueller

(1986) dalam Al-Rasyid (2003:133), yaitu:

a. Jika rs > 0 dan signifikan (nyata), artinya item dapat dipergunakan

(valid)

b. Jika rs > 0 dan tidak signifikan (tidak nyata), artinya item tidak dapat

dipergunakan (tidak valid)

c. Jika rs = 0 artinya item tidak dapat dipergunakan (tidak valid)

d. Jika rs < 0 dan signifikan (nyata), artinya item harus diperiksa apakah

ada kekeliruan atau tidak dipergunakan (tidak valid)

e. Jika rs < 0 dan tidak signifikan (tidak nyata) artinya tidak dapat

dipergunakan (tidak valid)

Untuk menguji signifikan (nyata) atau tidaknya, perhatikan hal berikut:

a. Untuk data penelitian n < 30, maka dilakukan dengan membandingkan

rs dengan rs tabel. Jika rs > rs tabel, maka tolak H0 (signifikan).

b. Untuk data penelitian n > 30, maka dilakukan dengan membandingkan

t dengan t tabel. Jika t > t tabel, maka tolak H0 (signifikan), dengan

nilai

21

2

r

nrt

c. Selain itu dapat pula dengan melihat nilai p-value dari korelasinya.

Jika nilai p-value < α = 0,05 maka signifikan (nyata).

Item yang valid dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan

item yang tidak valid tidak dapat digunakan (dibuang) atau diperbaiki.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2010:348) mendefinisikan instrumen yang

reliabel sebagai berikut :

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama”.

Dengan demikian, suatu instrumen dikatakan reliabel bila digunakan

untuk mengukur berkali-kali data yang sama (konsisten). Pengujian

keandalan (reliabilitas) ditunjukan untuk menguji sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya, tinggi rendahnya keandalan digambarkan

melalui koefisien reliability dalam suatu angka tertentu. Dalam pengujian

keandalan ini digunakan tes internal consistency, yaitu sistem pengujian

terhadap kelompok yang kemudian dihitung skor dan diuji konsistensinya

terhadap berbagai item yang ada dalam kelompok tersebut. Sedangkan

teknik yang digunakan dalam analisis reliabilitas adalah Split Half (Belah

Dua). Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut Ancok

(1989:25) :

1. Membagi item-item valid menjadi dua belahan (kelompok), yaitu item

bernomor ganjil dan item bernomor genap. Item yang bernomor ganjil

dikelompokkan sebagai belahan pertama, sedangkan yang bernomor

genap dikelompokkan sebagai belahan kedua.

2. Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini

akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden,

yakni skor total belahan pertama dan skor belahan kedua.

3. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan skor total belahan

kedua dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman, dengan

rumus :

2

2

2

2

2

2

1))((

2

1))((

2

1)()(

nnYR

nnXR

nnYRXR

rs

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor total ganjil)

R(Y) = Ranking variabel Y (skor total genap)

rs = koefisien korelasi rank Spearman

n = jumlah responden (banyaknya pasangan data

observasi)

4. Oleh karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari

alat ukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih

rendah daripada angka korelasi yang didapat jika alat ukur tersebut

tidak dibelah. Oleh karena itu, harus dicari angka reliabilitas untuk

keseluruhan item tanpa dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk

keseluruhan item adalah dengan mengkorelasikan angka korelasi yang

diperoleh dengan memasukkan ke dalam rumus :

2( )

1

tttot

tt

rr

r

Keterangan :

rtot : angka reliabilitas keseluruhan item

rtt = rs : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Parameter untuk mengetahui derajat reliabilitas suatu alat ukur

melalui tabel Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tingkat Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2003:216)

3.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah

dengan menggunakan analisis statistik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

harus dianalisis dengan tepat, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau diinterprestasikan. Selain itu

penelitian ini juga menggunakan uji statistik atau teknik statistik. Metode

penelitian yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif.

Mengingat variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki skala

ordinal, sedangkan analisis regresi mensyaratkan data berskala interval, maka data

penelitian yang berskala ordinal akan dinaikkan terlebih dahulu menjadi data

berskala interval dengan menggunakan Metode Successive Interval (MSI).

3.5.1 Metode Successive Interval (MSI)

Metode Successive Interval (MSI) merupakan metoda untuk menaikkan

data penelitian berskala ordinal menjadi interval. Adapun langkah-langkah dari

MSI menurut Somantri & Sabas (2006) adalah sebagai berikut:

1. Tentukan alternatif jawaban dari alat ukur. Dalam penelitian ini terdapat tujuh

alternatif jawaban yang memiliki skor satu sampai lima.

2. Tentukan jumlah respinden yang menjawab dari setiap alternatif jawaban

yang sudah ditentukan (frekuensi= fi)

3. Menentukan proporsi, yaitu membagi setiap frekuensi (fi) pada responden

yang bersesuaian dengan responden yang dijawab dengan banyaknya respon

total (pi=fi/f)

4. Menghitung proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi (pi) secara

berurutan untuk setiap respon.

5. Proporsi kumulatof (pk) dianggap mengikuti distribusi normal baku.

6. Tentukan nilai Z dengan menggunakan tabel Z.

7. Tentukan nilai density untuk setiap Z yang diperoleh.

8. Hitung nilai skala (SV) dengan rumus:

SV = (Density at Lower limit) - (Density at Lower Limit)

(Area Below Upper Limit) - (Area Below Lower Limit)

9. Tentukan nilai transformasi dengan rumus

Y = SV + │1- │VSmin ││

Setelah data berskala interval, maka data tersebut digunakan dalam analisis regresi

linier sederhana

3.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel

independen mempengaruhi variabel dependen. Jika X adalah variabel independen

dan Y adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan antara variabel X dan

Y, di mana variasi dari X akan diiringi pula variasi dari Y. dengan kata lain,

variabel dari Y disebabkan oleh variasi dari variabel independen X dan oleh

variasi lainnya yang tidak diteliti. Persamaannya adalah sebagai berikut ini :

Y = 0 + 1 X +

Keterangan :

Y =Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi

X = Implementasi anggaran berbasis kinerja

Dengan analisis regresi ini, kita akan menguji apakah ada atau tidak

pengaruh antara variabel bebas (implementasi anggaran berbasis kinerja) dengan

variabel terikat (kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisis

data dengan menggunakan rumus statistika berupa analisis regresi, uji hipotesis,

koefisien korelasi, koefisien determinasi.

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier

Persamaan regresi linier memerlukan pemenuhan asumsi regresi linier

klasik untuk mendapatkan BLUE (best linear unbias estimation/estimasi linier

terbaik yang tidak bias). Pengujian asumsi regresi linier klasik diperlukan sebelum

melakukan pengujian terhadap keberartian koefisien regresi. Apabila asumsi

regresi linier klasik terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian keberartian

koefisien regresi, tetapi jika asumsi regresi linier klasik tidak terpenuhi, maka

pengujian keberartian koefisien regresi tidak perlu dilakukan karena tidak

memenuhi syarat BLUE (best linear unbias estimation).

3.5.3.1 Uji Asumsi Normalitas

Penggunaan model regresi untuk prediksi akan menghasilkan kesalahan

(disebut residu), yakni selisih antara data aktual dengan data hasil peramalan.

Residu yang ada seharusnya berdistribusi normal. Pengujian asumsi normalitas ini

dapat dilakukan melalui program SPSS dengan alat bantu histogram dan normal

probability plot atau melalui uji Kolmogorov-Smornov menurut Santoso

(2009:342), dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Data residu berdistribusi normal

Ha : Data residu tidak berdistribusi normal

3.5.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian residual dari suatu model

regresi. Uji heterokedastisitas ini untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu observasi dengan yang lain.

Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan program SPSS pada

fasilitas Scatterplot. Apabila tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terdapat

heteroskedastisitas, tetapi jika jika ada pola tertentu seperti gelombang, melebar

lalu menyempit maka terdapat heterokedastisitas pada model regresi tersebut

Santosa (2006:243).

3.5.4 Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana

3.5.4.1 Uji Model Regresi (Uji F)

Hipotresis Pengujian:

H0 : Model regresi tidak berarti

H1 : Model regresi berarti

Rumus pengujian untuk uji F :

F = R2. N (K + 1)

(1− R2)(K)

Keterangan :

R2 =

Koefisien determinasi

N = Banyaknya responden

K = Jumlah variabel bebas

Kriteria pengujian :

1. Taraf nyata sebesar 0,05

2. Apabila Fhitung > Ftabel atau p < = 0,05, maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya model regresi berarti.

3. Apabila Fhitung < Ftabel atau p > = 0,05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya model regresi tidak berarti.

F table (α = 0,05; k = 1, n – k -1) = F table (α = 0,05; 1, 25 – 1 – 1 = 23)

3.5.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t)

H0 : Koefisien regresi tidak berarti

H1 : Koefisien regresi berarti

Rumus pengujian untuk uji t :

t =r n − 2

1 − r2

Keterangan :

R = Koefisien

N = Banyaknya pengamatan

Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Taraf nyata sebesar 0,05

2. Apabila thitung > ttabel atau p < = 0,05, maka Ha diterima dan Ho

ditolak, artinya koefisien regresi berarti atau terdapat pengaruh positif

antara implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja

program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah..

3. Apabila thitung < ttabel atau p > = 0,05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya koefisien regresi tidak berarti atau tidak terdapat

pengaruh positif antara implementasi anggaran berbasis kinerja

terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi

pemerintah daerah.

4. Uji pihak kanan

t tabel (α = 0,05; n – 2)

3.5.5 Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui kuatnya hubungan/pengaruh antara kedua variabel yang

diteliti, maka perlu dihitung koefisien korelasi:

Tabel 3.4

Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2003:216)

3.5.6 Koefisien Determinasi

Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi (R²).

Nilai (R²) mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Semakin besar R²

(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin

mendekati 0, maka variabel independen tidak dapat menjelaskan variabel

dependen. Rumus koefisien determinasi adalah :

Kd = R² x 100%

Di mana :

Kd = Koefisien determinasi

R = Koefisien korelasi

Koefisien determinasi dapat digunakan untuk menunjukkan besarnya

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah (Y) pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung. Pelaksanaan penyebaran dan pengumpulan angket

dalam penelitian ini ditujukan pada seluruh pimpinan sub unit kerja pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang terpilih

sebagai responden (populasi) sejumlah 26 orang, dan kuesioner yang

dikembalikan adalah sebanyak 25 kuesioner dengan hasil dan informasi sebagai

berikut.

4.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, pendapat responden

mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja berdasarkan indikator-

indikator yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

A. Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dalam bentuk penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan BAPPEDA sebagai

pengguna anggaran, dan mengutamakan pencapaian hasil kerja dari pelaksanaan

alokasi biaya yang ditetapkan. Setiap kegiatan atau program dilaksanakan sesuai

dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi. Visi, misi, tujuan, dan sasaran menjadi tujuan tertinggi yang hendak

dicapai. Tahapan persiapan yang dilakukan BAPPEDA diperlukan sebagai bagian

dari upaya jangka panjang dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Pada tahap persiapan perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Anggaran disusun berdasarkan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan 0 0 3 12 3 12 13 52 6 24

Anggaran disusun berdasarkan tujuan organisasi 0 0 2 8 2 8 11 44 10 40

Dalam jangka waktu lebih dari satu tahun BAPPEDA memiliki tujuan yang sudah jelas, selaras dengan visi misi, dan menjadi dasar utama pembuatan target program 0 0 3 12 0 0 16 64 6 24

Informasi finansial tersedia dengan lengkap untuk dapat digunakan sebagai penyusunan anggaran 0 0 1 4 3 12 16 64 5 20

Rapat penyusunan rencana kinerja anggaran dilaksanakan sebelum penyusunan anggaran dinas 0 0 0 0 1 4 15 60 9 36

B. Ratifikasi

Setelah melaksanakan tahap persiapan, tahap selanjutnya yang dilakukan

adalah tahap ratifikasi atau pengesahan. Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA)

yang telah disusun pada tahap perencanaan disahkan oleh kepala BAPPEDA yang

kemudian dirangkum dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (RAPBD) dan disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

yang kemudian dibahas bersama untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada tahap ratifikasi perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Pimpinan telah memilki integritas yang tinggi dalam tahap ratifikas 0 0 4 16 4 16 12 48 5 20

Ketepatan waktu pengesahan telah sesuai dengan rencana implementasi anggaran 2 8 6 24 5 20 9 36 3 12

Alasan yang disampaikan dalam pengesahan anggaran telah sesuai dengan perencanaan pembuatan anggaran untuk pelaksanaan program 0 0 2 8 2 8 19 76 2 8

C. Implementasi

Dalam tahap implementasi, kegiatan dan program BAPPEDA secara nyata

mulai berjalan sesuai dengan komitmen atau kesepakatan bersama yang telah

ditetapkan dalan proses ratifikasi. Dalam tahap ini, terdapat sistem pengendalian

dan pelaporan keuangan dalam bentuk sistem informasi yang dinamakan sistem

informasi keuangan daerah yang dilakukan agar proses implementasi tidak

menyimpang dari kesepakatan yang telah ditetapkan.

Pada tahap implementasi perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Pada tahap pelaksanaan anggaran terdapat sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen 0 0 4 16 4 16 14 56 3 12

Pelaksanaan anggaran di BAPPEDA telah selaras dengan tujuan serta realistis (dapat dicapai) 0 0 2 8 3 12 18 72 2 8

Terdapat sistem akuntansi yang memadai untuk pengendalian anggaran 0 0 1 4 2 8 16 64 6 24

Sistem akuntansi diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran berikutnya 0 0 2 8 1 4 18 72 4 16

D. Pelaporan dan Evaluasi

Tahap pelaporan dan evaluasi yang dilakukan oleh BAPPEDA dilakukan

dengan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Laporan ini mencakup besarnya alokasi anggaran unit kerja, besarnya anggaran

yang telah dikeluarkan beserta pencapaian hasil kerja atau kegiatan dan program

kerja yang telah dilaksanakan, serta sisa dana yang belum terpakai dan kegiatan

atau program kerja yang belum dilaksanakan. Untuk selanjutnya laporan tersebut

akan dirangkum dalam laporan pertanggungjawaban tahunan.

Pada tahap pelaporan dan evaluasi perolehan skor setiap pertanyaan

kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Tahap pelaporan dan evaluasi sangat memperhatikan akuntabilitas suatu anggaran 0 0 0 0 2 8 19 76 4 16

Hasil pelaporan dan evaluasi sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen 0 0 1 4 2 8 19 76 3 12

Sistem anggaran kinerja telah berperan sebagai patokan dalam melaksanakan tujuan dan sasaran dinas 0 0 5 20 1 4 16 64 3 12

Dalam hal pelaporan anggaran telah sesuai dengan kerangka acuan program 0 0 1 4 2 8 20 80 2 8

Laporan realisasi anggaran BAPPEDA telah memberikan gambaran yang jelas atas tingkat keberhasilan, serta mendorong aparatur BAPPEDA untuk selalu meningkatkan kinerja 0 0 3 12 4 16 16 64 2 8

Secara keseluruhan hasil pernyataan 25 responden terhadap pernyataan

mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) yang terdiri dari 17

pertanyaan dengan 5 pernyataan dalam setiap pertanyaan, dapat disajikan melalui

tabel akumulatif berikut:

Tabel 4.5

Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)

Pernyataan Koding

(k) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Frekuensi

(f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2

Tidak Setuju 2 3 2 3 1 0 4 6 2 4 2 1 2 0 1 5 1 3 40 80

Ragu-ragu 3 3 2 0 3 1 4 5 2 4 3 2 1 2 2 1 2 4 41 123

Setuju 4 13 11 16 16 15 12 9 19 14 18 16 18 19 19 16 20 16 267 1068

Sangat Setuju 5 6 10 6 5 9 5 3 2 3 2 6 4 4 3 3 2 2 75 375

Jumlah 1648

Pengkategorian skor untuk anggaran berbasis kinerja pada Badan

Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA) dilakukan perhitungan melalui

tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner) sebagai

berikut:

- Skor terendah :

Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden

= 17 x 1 x 25 = 425

- Skor tertinggi :

Jumlah Pertanyaan x Skor Maksimum Pernyataan x Jumlah Responden

= 17 x 5 x 25 = 2125

- Selisih skor tertinggi – skor terendah : 2125 – 425 = 1700

- Rentang antar kategori : 1700 : 5 = 340

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total untuk implementasi

anggaran berbasis kinerja adalah 1648 yang terletak antara rentang 1445 dan

1784. Hal ini mengindikasikan implementasi anggaran berbasis kinerja

BAPPEDA Kota Bandung berada pada kategori baik.

4.1.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah

A. Efisiensi

Dilihat dari aspek efisiensi, perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 : Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Dalam melaksanakan program BAPPEDA selalu dengan kinerja yang optimal dengan penggunaan anggaran seminimal mungkin 0 0 5 20 6 24 12 48 2 8

Penggunaan anggaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun 0 0 1 4 3 12 16 64 5 20

Evaluasi dilakukan untuk menilai efisiensi suatu program 0 0 6 24 1 4 13 52 5 20

Dalam menjalankan kegiatan, BAPPEDA menggunakan sumber daya secara efisien 0 0 2 8 6 24 13 52 4 16

B. Efektivitas

Dilihat dari aspek efektivitas, perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 : Hasil Kuesioner Mengenai Efektivitas

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Anggaran telah memperhatikan pencapaian yang diharapkan 0 0 1 4 5 20 17 68 2 8

Pelaksanaan anggaran telah berhasil guna dalam mencapai tujuan dan sasaran 0 0 1 4 4 16 18 72 2 8

Anggaran di BAPPEDA telah memberikan informasi kinerja yang tepat sehingga dapat digunakan untuk melakukan efektivitas dalam implementasi anggaran 0 0 4 16 3 12 13 52 5 20

Program dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan 0 0 5 20 4 16 12 48 4 16

C. Pertumbuhan Pegawai

Dilihat dari aspek pertumbuhan pegawai, perolehan skor setiap pertanyaan

kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 : Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai

Pertanyaan

Pernyataan

STS TS RG S SS

F % F % F % F % F %

Penempatan pegawai telah sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki 0 0 9 36 8 32 5 20 3 12

Pendidikan kinerja pegawai yang meningkat mempengaruhi kemajuan instansi 0 0 6 24 9 36 10 40 0 0

Secara periodik diadakan pelatihan atau pembinaan untuk pegawai 1 4 5 20 4 16 14 56 1 4

Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun dan rajin 1 4 2 8 4 16 16 64 2 8

Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan baik agar memiliki karier yang terus meningkat 0 0 3 12 5 20 14 56 3 12

Evaluasi prestasi setiap pegawai dilakukan secara berkala 0 0 7 28 6 24 12 48 0 0

Prestasi pegawai akan berdampak pada kinerja BAPPEDA 0 0 2 8 1 4 15 60 7 28

Pengembangan kinerja program akan dipengaruhi dengan motivasi kerja pegawai 0 0 3 12 1 4 17 68 4 16

Fasilitas kerja yang disediakan kantor sudah mendukung kelancaran tugas pegawai 0 0 1 4 10 40 11 44 3 12

Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun, rajin, dan baik agar mendapatkan promosi jabatan 1 4 6 24 8 32 9 36 1 4

Secara keseluruhan hasil pernyataan 25 responden terhadap pernyataan

mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah (Y) yang terdiri dari 18 pertanyaan dengan 5 pernyataan dalam setiap

pertanyaan, dapat disajikan melalui tabel akumulatif berikut:

Tabel 4.9

Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan mengenai Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y)

Pernyataan Koding

(k) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Frekuensi

(f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3 3

Tidak Setuju 2 5 1 6 2 1 1 4 5 9 0 5 2 3 7 2 3 1 6 63 126

Ragu-ragu 3 6 3 1 6 5 4 3 4 8 6 4 4 5 6 1 1 10 8 85 255

Setuju 4 12 16 13 13 17 18 13 12 5 9 14 16 14 12 15 17 11 9 236 944

Sangat Setuju 5 2 5 5 4 2 2 5 4 3 10 1 2 3 0 7 4 3 1 63 315

Jumlah 1643

Pengkategorian skor untuk anggaran berbasis kinerja pada Badan

Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA) dilakukan perhitungan melalui

tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner) sebagai

berikut:

- Skor terendah :

Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden

= 18 x 1 x 25 = 450

- Skor tertinggi :

Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden

= 18 x 5 x 25 = 2250

- Selisih skor tertinggi – skor terendah : 2250 – 450 = 1800

- Rentang antar kategori : 1800 : 5 = 360

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total untuk Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah

1643 yang terletak antara rentang 1530 dan 1889. Hal ini mengindikasikan

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

berada pada kategori baik.

4.1.3 Analisis Validitas Alat Ukur

Setiap item dikatakan valid, apabila korelasi antara item dengan total item

yang dinyatakan melalui nilai koefisien korelasi rank Spearman lebih besar dari

nilai rs tabel ( = 0,05; n = 25) sebesar 0,3362. Hasil pengujian validitas alat ukur

penelitian ini diperoleh sebagai berikut

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

(X)

Variabel Item/Pertanyaan Rs rs tabel Kesimpulan

Implementasi

Anggaran

Berbasis

Kinerja (X)

1 0,796 0,3362 Valid

2 0,747 0,3362 Valid

3 0,796 0,3362 Valid

4 0,703 0,3362 Valid

5 0,445 0,3362 Valid

6 0,879 0,3362 Valid

7 0,869 0,3362 Valid

8 0,676 0,3362 Valid

Item/Pertanyaan rs rs tabel Kesimpulan

9 0,804 0,3362 Valid

10 0,757 0,3362 Valid

11 0,586 0,3362 Valid

12 0,751 0,3362 Valid

13 0,483 0,3362 Valid

14 0,576 0,3362 Valid

15 0,843 0,3362 Valid

16 0,577 0,3362 Valid

17 0,68 0,3362 Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa seluruh item alat ukur pada variabel

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) adalah valid. Hal ini berarti seluruh

item/pertanyaan benar-benar dapat mengukur variabel Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X).

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y)

Variabel Item rs rs tabel Kesimpulan

Program

Peningkatan

Disiplin

Aparatur

18 0,806 0,3362 Valid

19 0,802 0,3362 Valid

20 0,844 0,3362 Valid

21 0,836 0,3362 Valid

22 0,789 0,3362 Valid

23 0,721 0,3362 Valid

24 0,851 0,3362 Valid

25 0,912 0,3362 Valid

26 0,818 0,3362 Valid

27 0,569 0,3362 Valid

28 0,469 0,3362 Valid

29 0,613 0,3362 Valid

30 0,838 0,3362 Valid

31 0,911 0,3362 Valid

32 0,344 0,3362 Valid

33 0,468 0,3362 Valid

34 0,539 0,3362 Valid

35 0,791 0,3362 Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Tabel 4.11 menerangkan bahwa seluruh item alat ukur pada variabel Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah valid.

Hal ini berarti seluruh item/pertanyaan dapat digunakan untuk mengukur variabel

Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y).

4.1.4 Analisis Reliabilitas Alat Ukur

Hasil pengujian reliabilitas alat ukur penelitian ini diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja (X), dan Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah (Y)

Variabel

Korelasi

Antar

Belahan

Koefisien

Reliabilitas

Kriteria

Reliabilitas

Guilford

X 0,878 0,94 (0,80-1,00)

Reliabilitas Sangat Tinggi

Y 0,922 0,96 (0,80-1,00)

Reliabilitas Sangat Tinggi Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Dengan melihat tabel kriteria penentuan reliabilitas dan korelasi pada Bab III,

maka berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa alat ukur untuk variabel Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) dan Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat dikatakan reliabel (dapat dipercaya atau dapat

diandalkan).

4.1.5 Perhitungan Methode of Successive Interval

Metoda transformasi data ordinal menjadi interval yang digunakan adalah

Methode of Successive Interval (MSI). Berikut adalah perhitungan MSI untuk

item nomor 7 pada variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X):

1. Nilai ordinal yang muncul adalah 1, 2, 3, 4 dan 5, selanjutnya disimpan pada

kolom kategori.

2. Hitung frekuensi muncul masing-masing kategori

Frek (1) = 2

Frek (2) = 6

Frek (3) = 5

Frek (4) = 9

Frek (5) = 3

3. Hitung proporsi tiap frekuensi.

Prop (1) = 2/25 = 0,08

Prop (2) = 6/25 = 0,24

Prop (3) = 5/25 = 0,20

Prop (4) = 9/25 = 0,36

Prop (5) = 3/25 = 0,12

4. Hitung proporsi kumulatif.

Untuk kategori (1) = 0,08

Untuk kategori (2) = 0,08 + 0,24 = 0,32

Untuk kategori (3) = 0,32 + 0,20 = 0,52

Untuk kategori (4) = 0,52 + 0,36 = 0,88

Untuk kategori (5) = 0,88 + 0,12 = 1,00

5. Menentukan nilai Z. Dicari dari tabel distribusi nonnal standar dengan nilai

peluang pada kolom proporsi kumulatif.

Nilai Z untuk p = 0,08 → Z = -1,40507

Nilai Z untuk p = 0,32 → Z = -0,46770

Nilai Z untuk p = 0,53 → Z = 0,05015

Nilai Z untuk p = 0,88 → Z = 1,17499

6. Menghitung nilai fungsi densitas untuk masing-masing nilai Z

2

2

1)( Zezf

untuk Z = -1,40507 → 1,40507

2

1)( ezf

= 0,148666

untuk Z = -0,46770 → 0,46770

2

1)( ezf

= 0,357611

untuk Z = 0,05015 → 20,05015

2

1)( ezf

= 0,398441

untuk Z = 1,17499 → 21,17499

2

1)( ezf

= 0,200040

7. Menghitung nilai Nilai Skala (NS) untuk tiap kategori

)sebelumnya kelas kumulatif (Peluang-kelas) kumulatif (Peluang

kelas) (Densitas-)sebelumnya kelas (Densitas NS

1,85833- (0)-(0,08)

(0,148666)-(0)(1) NS

0,87060- (0,08)-(0,32)

(0,357611)-(0,148666)(2) NS

0,20415- (0,32)-(0,52)

(0,398441)-(0,357611)(3) NS

0,55111(0,52)-(0,88)

(0,200040)-(0,398441)(4) NS

1,66700(0,88)-) (1

(0)-(0,200040)(5) NS

8. Menghitung nilai transformasi interval dengan rumus:

Y = NS + [1+ |NSmin|]

NSmin = - 1,85833 |NSmin| = 1,85833

Y (1) = - 1,85833 + [ 1 + 1,85833] = 1,00000

Y (2) = - 0,87060 + [ 1 + 1,85833] = 1,98772

Y (3) = - 0,20415 + [ 1 + 1,85833] = 2,65418

Y (4) = 0,55111 + [ 1 + 1,85833] = 3,40944

Y (5) = 1,66700 + [ 1 + 1,85833] = 4,5253

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan MSI

No.

Item Kategori frek Prop prop-kum nilai-Z PDF-Z SV SCL

7

1 2 0,08 0,08 -1,40507 0,148666 -1,85833 1

2 6 0,24 0,32 -0,46770 0,357611 -0,87060 1,98772

3 5 0,20 0,52 0,05015 0,398441 -0,20415 2,65418

4 9 0,36 0,88 1,17499 0,200040 0,55111 3,40944

5 3 0,12 1 1,66700 4,52533

Dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil perhitungan MSI untuk

semua item pada variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) dan

variabel Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah (Y) seperti pada lampiran.

4.1.6 Model Regresi Sederhana

Berdasarkan hasil pengolahan data Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah (Y) diperoleh hasil koefisien regresi sebagai berikut.

Tabel 4.14

Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)

Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah (Y)

Model

Unstandardized Coefficients

T Sig. B

1 (Constant) 3.274 .616 .544

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) .951 8.875 .000

Sumber : Hasil Uji Data SPSS

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti diuraikan pada tabel di atas,

maka dapat diketahui persamaan regresi variabel Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah (Y) sebagai berikut.

Y = 3,274 + 0,951 X

Pada persamaan regresi di atas, dapat dilihat koefisien regresi dari variabel

independen X bertanda positif yang searah. Dengan kata lain, semakin baik

pimpinan melakukan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X), maka akan

semakin baik pula Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah (Y) atau semakin buruk pimpinan melakukan Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X), maka akan semakin buruk pula Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y), sehingga

berdasarkan persamaan regresi di atas, setiap terjadi peningkatan X sebesar 0,951

akan diikuti pula oleh peningkatan Y sebesar 0,951.

4.1.7 Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasik pada Regresi Sederhana

Persamaan regresi linier sederhana memerlukan pemenuhan asumsi regresi

linier klasik untuk mendapatkan BLUE (best linear unbias estimation/estimasi

linier terbaik yang tidak bias). Pengujian asumsi regresi linier klasik diperlukan

sebelum melakukan pengujian terhadap keberartian koefisien regresi.

A. Uji Asumsi Normalitas

Hasil perhitungan dan pengujian sebagai berikut:

Tabel 4.15

Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

Kolmogorov-Smirnov Z .605 Asymp. Sig. (2-tailed) .858

Pada tabel di atas diperoleh nilai statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z

sebesar 0,605 dengan nilai probabilitas (signifikansi) dari uji Kolmogorov-

Smirnov sebesar 0,858. Oleh karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-

Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0,05), maka disimpulkan

bahwa model regresi berdistribusi normal.

Selain itu, pemenuhan asumsi normalitas dapat dilihat dari histogram dan

normal probability plot sebagai berikut:

Gambar 4.1

Histogram

Berdasarkan gambar histogram di atas terlihat bahwa data distribusi nilai

residu (error) menunjukkan distribusi normal. Dengan demikian, model regresi

memenuhi asumsi normalitas atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi

normal.

Gambar 4.2

Normal Probability Plot

Berdasarkan gambar normal probability plot di atas terlihat bahwa sebaran

error (berupa dot) masih berada di sekitar garis lurus. Dengan demikian, model

regresi memenuhi asumsi normalitas atau residu dari model dapat dianggap

berdistribusi normal.

B. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan program SPSS

pada fasilitas Scatterplot. Dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.3

Scatterplot

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas

sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas

terpenuhi.

Berdasarkan hasil pengujian di atas, ada asumsi regresi klasik terpenuhi,

maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi model regresi Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) memenuhi syarat BLUE (best linear

unbias estimation). Dengan demikian, layak untuk dilanjutkan pada pengujian

hipotesis koefisien regresi.

4.1.8 Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana

Selanjutnya untuk menguji apakah pengaruh Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah (Y) signifikan secara statistik, maka dilakukan uji

keberartian model regresi dengan ANOVA atau Uji F dan uji keberartian

koefisien regresi dengan uji t, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16

ANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

1 Regression 2758.771 1 2758.771 78.772 .000a

Residual 805.508 23 35.022 Total 3564.279 24

Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat bahwa dari hasil pengujian model regresi

diperoleh statistik uji F sebesar 78,772 yang lebih besar dari F tabel (α = 0,05, k =

1, n-k-1 = 23) = 4,28 atau nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari

tingkat kekeliruan (α) = 0,05. Hal ini berarti tolak H0 artinya model regresi berarti.

Dan berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi hubungan

kausalitas antara variabel implementasi anggaran berbasis kinerja dengan kinerja

program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah.

Berdasarkan Tabel 4.14 di atas terlihat bahwa dari hasil pengujian

koefisien regresi diperoleh statistik uji t sebesar 8,875 yang lebih besar dari t tabel

(0,05, 23) = 1,71387 atau nilai probabilitas sebesar 0,000 yang lebih kecil dari

tingkat kekeliruan (α) = 0,05. Hal ini berarti tolak H0 artinya koefisien regresi 1

berarti, sehingga persamaan regresi berarti. Dengan kata lain, Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y).

Untuk mengetahui kuatnya hubungan (korelasi) antara Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat diketahui melalui koefisien

korelasi (R). Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat diketahui melalui koefisien

determinasi (KD = R2 x 100%). Nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.17

Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

R R Square

.880 .774

Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa korelasi antara

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah 0,880, yang

termasuk dalam kategori hubungan sangat kuat berdasarkan tabel Guilford. Selain

itu, dapat diketahui besarnya pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

(X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah (Y) melalui koefisien derterminasi, yaitu sebesar R2 x 100% = (0,880)

2 x

100% = 0,774 x 100% = 77,4%. Sedangkan besarnya pengaruh variabel lain

selain Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) yang tidak diteliti dalam

penelitian ini terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi

Pemerintah Daerah (Y) adalah sebesar 100% - 77,4% = 22,6%.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian statistik yang sesuai

serta dengan mempelajari buku-buku dan literatur yang berkaitan, maka dapat

dijelaskan bahwa implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif

terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

dalam hal ini BAPPEDA Kota Bandung, sebagai berikut:

4.2.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Berdasarkan Tabel 4.5 yang menyajikan akumulasi pernyataan responden

mengenai implementasi anggaran berbasis kinerja diperoleh skor sebesar 1648,

yang berada dalam kategori Baik (1445-1784). Hal ini menunjukkan bahwa

implementasi anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA Kota Bandung telah

dilaksanakan dengan baik dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Persiapan

Pada indikator persiapan, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

509. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (425 – 524). Hal ini ditunjukkan

oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap

pertanyaan. 76% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran

disusun berdasarkan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan. 84%

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran disusun

berdasarkan tujuan organisasi, salah satunya yaitu mengingkatkan kualitas

sumberdaya aparatur perencana melalui peningkatan keterampilan,

profesionalisme, disiplin dan etos kerja serta pembinaan. 88% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam jangka waktu lebih dari satu

tahun BAPPEDA memiliki tujuan yang sudah jelas, selaras dengan visi misi, dan

menjadi dasar utama pembuatan target program, dengan salah satu programnya

yaitu program peningkatan disiplin aparatur. 84% responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa informasi finansial tersedia dengan lengkap untuk dapat

digunakan sebagai penyusunan anggaran, dan 96% responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa rapat penyusunan rencana kinerja anggaran dilaksanakan

sebelum penyusunan anggaran dinas yaitu dimulai dari bulan Juli sampai dengan

bulan Agustus. Hal menggambarkan bahwa persiapan anggaran berbasis kinerja

BAPPEDA Kota Bandung telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dengan

didukung oleh ketersediaan informasi finansial yang lengkap, sehingga dapat

digunakan sebagai perencanaan anggaran.

b. Ratifikasi

Pada indikator ratifikasi, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

269. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (255 – 314). Hal ini ditunjukkan

oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap

pertanyaan. 68% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pimpinan

telah memiliki integritas yang tinggi dalam tahap ratifikasi. 48% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa ketepatan waktu pengesahan telah

sesuai dengan rencana implementasi anggaran dengan batas waktu pengesahan

yaitu 31 Desember. 84% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

alasan yang disampaikan dalam pengesahan anggaran telah sesuai dengan

perencanaan pembuatan anggaran untuk pelaksanaan program yaitu sesuai dengan

kebutuhan kapasitas dan standar kerja yang telah ditetapkan.

c. Implementasi

Pada indikator implementasi, skor pernyataan yang diperoleh adalah

sebesar 387. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (340 – 419). Hal ini

ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju

pada setiap pertanyaan. 68% responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa pada tahap pelaksanaan anggaran terdapat sistem informasi akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen, dimana sistem tersebut dinamakan sistem

informasi keuangan daerah yang merupakan suatu program atau aplikasi

komputer dengan total anggaran yang sudah tercatat dalam sistem, penarikan

keuangan setiap triwulan telah ditentukan besarannya, data pertanggungjawaban

keuangan yang dicairkan dimasukkan ke dalam sistem. 80% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pelaksanaan anggaran di BAPPEDA

telah selaras dengan tujuan serta realistis (dapat dicapai). 88% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa terdapat sistem akuntansi yang

memadai untuk pengendalian anggaran. 88% responden menyatakan sangat setuju

dan setuju bahwa sistem akuntansi diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran

berikutnya.

d. Laporan dan Evaluasi

Pada indikator laporan dan evaluasi, skor pernyataan yang diperoleh

adalah sebesar 483. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (425 – 524). Hal ini

ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju

pada setiap pertanyaan. 92% responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa tahap pelaporan dan evaluasi sangat memperhatikan akuntabilitas suatu

anggaran dengan laporan yaitu mengenai penyerapan anggaran. 88% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa hasil pelaporan dan evaluasi sangat

dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem akuntansi dan sistem pengendalian

manajemen, apabila sistem tersebut terlaksana dengan baik maka laporan yang

dihasilkan pula akan baik dan sesuai dengan rencana. 76% responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa sistem anggaran kinerja telah berperan sebagai

patokan dalam melaksanakan tujuan dan sasaran dinas. 88% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam hal pelaporan anggaran telah

sesuai dengan kerangka acuan setiap kegiatan. 72% responden menyatakan sangat

setuju dan setuju bahwa laporan realisasi anggaran BAPPEDA telah memberikan

gambaran yang jelas atas tingkat keberhasilan, serta mendorong aparatur

BAPPEDA untuk selalu meningkatkan kinerja.

4.2.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah

Berdasarkan Tabel 4.9 yang menyajikan akumulasi pernyataan responden

mengenai kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah diperoleh skor sebesar 1643, yang berada dalam kategori Baik (1530 –

1889). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja program peningkatan disiplin aparatur

instansi pemerintah daerah di BAPPEDA Kota Bandung telah dilaksanakan

dengan baik, dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Efisiensi

Pada indikator efisiensi, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

372. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (340 – 419). Hal ini ditunjukkan

oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap

pertanyaan. 56% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam

melaksanakan program peningkatan disiplin aparatur selalu dengan kinerja yang

optimal dengan penggunaan anggaran seminimal mungkin. 84% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa penggunaan anggaran sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun. 72% responden menyatakan sangat setuju dan

setuju bahwa evaluasi dilakukan untuk menilai efisiensi suatu program. 68%

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam menjalankan

kegiatan BAPPEDA menggunakan sumber daya secara efisien, yaitu dengan cara

membandingkan rencana dengan realisasinya.

b. Efektivitas

Pada indikator efektivitas, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

375. Skor tersebut berada dalam Baik (340 – 419). Hal ini ditunjukkan oleh

mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap

pertanyaan. 76% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran

telah memperhatikan pencapaian yang diharapkan. 80% responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa pelaksanaan anggaran telah berhasil guna dalam

mencapai tujuan. 72% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

anggaran di BAPPEDA telah memberikan informasi kinerja yang tepat sehingga

dapat digunakan untuk melakukan efektivitas dalam implementasi anggaran. 64%

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa program dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan.

c. Pertumbuhan pegawai

Pada indikator pertumbuhan pegawai terdapat tiga faktor yaitu faktor

kemampuan, kesempatan berprestasi, dan motivasi, skor pernyataan yang

diperoleh adalah sebesar 896. Skor tersebut berada dalam Baik (850 – 1049). Hal

ini ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan

setuju pada setiap pertanyaan. 36% responden menyatakan tidak setuju bahwa

penempatan pegawai telah sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan, ini

menunjukkan bahwa penempatan pegawai belum sesuai dengan pengetahuan dan

kemampuan. 40% responden menyatakan setuju bahwa pendidikan kinerja

pegawai yang meningkat mempengaruhi kemajuan instansi, dengan tingkat

pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 25 orang, S1 sebanyak 44 orang,

D3 sebanyak 6 orang, SMA sebanyak 11 orang. 60% responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa secara periodik diadakan pelatihan atau pembinaan

untuk pegawai. 72% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa setiap

pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun dan rajin. 68% responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa setiap pegawai BAPPEDA selalu berusaha untuk

meningkatkan prestasi dalam bekerja. 48% responden menyatakan setuju bahwa

evaluasi prestasi setiap pegawai dilakukan secara berkala. 88% responden

menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa prestasi pegawai akan berdampak

pada kinerja BAPPEDA. 84% responden menyatakan sangat setuju dan setuju

bahwa pengembangan kinerja program akan dipengaruhi dengan motivasi kerja

pegawai. 56% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa fasilitas

kerja yang disediakan kantor sudah mendukung kelancaran tugas pegawai. 40%

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa setiap pegawai BAPPEDA

bekerja dengan baik agar memiliki karier yang terus meningkat, yang berarti

seorang staf/pelaksana yang telah bekerja dengan baik dapat memperoleh

kesempatan untuknya menjadi pejabat struktural.

4.2.3 Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap

Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah

Berdasarkan hasil pengujian statistik pada Tabel 4.14 diperoleh nilai t

hitung sebesar 8,875 dengan nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,00 < nilai

tingkat kekeliruan = 0,05. Bahwa Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Instansi Pemerintah Daerah. Artinya, semakin baik Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja, maka semakin baik pula Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.

Kemudian berdasarkan Tabel 4.17 diperoleh korelasi antara Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin

Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah sebesar R = 0,880, yang

termasuk dalam kategori hubungan sangat kuat. Selain itu, berdasarkan Tabel 4.17

dapat pula diketahui besarnya pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

(X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah

Daerah (Y) yaitu sebesar r2 x 100% = (0,880)

2 x 100% = 0,774 x 100% = 77,4%.

Sedangkan besarnya pengaruh variabel lain selain Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X) yang tidak diteliti dalam penelitian ini terhadap Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah

sebesar 100% - 77,4% = 22,6%.

Berdasarkan hasil akumulasi pernyataan responden terhadap implementasi

anggaran berbasis kinerja dan kinerja program disiplin aparatur instansi

pemerintah daerah dapat dijelaskan bahwa implementasi anggaran berbasis

kinerja BAPPEDA Kota Bandung berada dalam kategori baik yaitu dengan

dijalankannya tahap persiapan, tahap ratifikasi, tahap implementasi, dan tahap

pelaporan serta evaluasi dengan skor jawaban responden sebagai berikut:

1. Pada tahap persiapan skor yang diperoleh adalah sebesar 509 dari skor

maksimal sebesar 625

2. Pada tahap ratifikasi skor yang diperoleh adalah sebesar 269 dari skor

maksimal sebesar 375

3. Pada tahap implementasi skor yang diperoleh adalah sebesar 387 dari skor

maksimal sebesar 500

4. Pada tahap pelaporan dan evaluasi skor yang diperoleh adalah sebesar 483

dari skor maksimal 625

Kinerja program peningkatan disiplin aparatur juga berada dalam kategori

baik yaitu dengan dijalankannya efisiensi, efektivitas, dan pertumbuhan pegawai

dengan skor jawaban responden sebagai berikut:

1. Pada indikator efisiensi skor yang diperoleh adalah sebesar 372 dari skor

maksimal 500

2. Pada indikator efektivitas skor yang diperoleh adalah sebesar 375 dari skor

maksimal 500

3. Pada indikator pertumbuhan pegawai skor yang diperoleh adalah sebesar

896 dari skor maksimal 1250

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis

dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah daerah

dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota

Bandung berada dalam kategori Baik. Berdasarkan pelaksanaan anggaran

berbasis kinerja melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, ratifikasi

atau pengesahan, implementasi, dan pelaporan serta evaluasi yang telah

dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari skor total jawaban

responden sebesar 1648 yang terletak pada rentang 1445 dan 1784 yang

mengindikasikan implementasi anggaran berbasis kinerja berada dalam

kategori baik.

2. Kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi pemerintah

daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung telah berjalan dengan baik. Berdasarkan

pengukuran kinerja yang menggunakan indikator efisiensi, efektivitas, dan

pertumbuhan pegawai menunjukkan bahwa kinerja program peningkatan

disiplin aparatur pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kota Bandung berada dalam kategori Baik. Hal ini dapat

dilihat dari skor total jawaban responden sebesar 1643 yang terletak pada

rentang 1530 dan 1889 yang mengindikasikan kinerja program

peningkatan disiplin aparatur berada dalam kategori baik.

3. Berdasarkan hasil pengujian koefisien regresi dalam analisis regresi,

Implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara positif

terhadap program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah. Hal ini berarti semakin baik implementasi anggaran berbasis

kinerja, maka semakin baik pula kinerja program peningkatan disiplin

aparatur instansi pemerintah daerah. Besarnya pengaruh implementasi

anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin

aparatur instansi pemerintah daerah adalah sebesar 77,4%. Sedangkan

besarnya pengaruh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

terhadap program peningkatan disiplin aparatur adalah sebesar 22,6%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang diharapkan dapat menjadi

masukkan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Meskipun implementasi anggaran berbasis kinerja BAPPEDA Kota

Bandung telah dilaksanakan dengan baik, hendaknya perlu ditingkatkan

kembali menjadi sangat baik seperti dengan peningkatan ketepatan waktu

pengesahan yang sesuai dengan rencana implementasi anggaran agar

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

dapat terlaksana lebih baik lagi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat terdapat pengaruh variabel lain di luar variabel penelitian

terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi

pemerintah daerah sebesar 22,6%, maka disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk meneliti pengaruh variabel lain di luar variabel

penelitian yang dapat mempengaruhi kinerja program peningkatan disiplin

aparatur instansi pemerintah daerah, contohnya pengendalian internal

untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang

penganggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, Harun. 2003. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala.

Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.

Ancok, Djamaludin. 1989. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

As’ad, Moh. 1987. Psikologi Industri (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Liberty.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2011. Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik).

Jakarta: PT INDEKS.

Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta:

UPP AMP YPKN.

Lembaga Administrasi Negara RI. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP

YPKN.

Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Bandung: Remaja Rosadakarya.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Moh, Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah

Purnomo, Budi S. 2009. Obligasi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Santosa, Purbayu Budi. Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excell

dan SPSS. Yogyakarta: Andi

Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sitepu, SK Nirwana. 1995. Program SPSS dan Aplikasi Penggunaannya. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Somantri, Ating. Sambas, Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Syahrul, & Afdinizar, Muhammad. 2000. Kamus Akuntansi. Jakarta: Citra Harta

Prima.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pusat dan Daerah.

Skirpsi dan Jurnal Penelitian

Afiah, Nunuy Nur. 2010. Tinjauan penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya

Peningkatan Kinerja Pemerintah Indonesia. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Vol. V No. 1.

Asmoko, Hindri. 2006. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas

Pengendalian. Jurnal Akuntansi Pemerintah Volume 2.

Tampubolon, Biatna Dulbert. 2007. Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan

Faktor Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi yang Telah

Menerapkan SNI 19-9001-2001. Jurnal Standarisasi Vol. 9.

Verasvera, Febrina Astria. 2012. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap

Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah, Studi Kasus Pada Dinas Sosial

Provinsi Jawa Barat. Bandung: Universitas Widyatama.

DATA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X)

BERSKALA ORDINAL

n PERTANYAAN

TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 73

2 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 67

3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 64

4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70

5 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67

6 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69

7 2 5 2 5 5 2 1 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 58

8 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 2 4 2 51

9 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 79

10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68

11 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 2 4 2 51

12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 84

13 2 2 2 2 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 50

14 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 61

15 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 64

16 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 62

17 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69

18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 85

19 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 66

20 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 73

21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68

22 4 3 4 3 4 2 2 2 2 2 5 2 5 4 2 2 2 50

23 2 4 2 4 5 2 1 4 2 4 4 4 4 4 2 3 4 55

24 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 73

25 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 71

Lampiran 6

DATA KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y)

BERSKALA ORDINAL

n PERTANYAAN

TOTAL 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 66

2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 4 3 3 69

3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 4 3 65

4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 5 4 3 4 3 3 2 66

5 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 62

6 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 70

7 4 4 2 4 4 4 4 2 2 5 2 2 2 2 5 5 5 1 59

8 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 2 51

9 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 76

10 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 5 5 5 4 71

11 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 2 39

12 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 81

13 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 2 4 4 2 3 54

14 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 3 5 5 3 5 70

15 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 5 4 4 3 72

16 3 3 2 2 3 3 4 3 2 5 3 3 3 2 4 4 4 2 55

17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 71

18 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 85

19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72

20 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 74

21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 69

22 2 4 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 46

23 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 45

24 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 78

25 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 77

Lampiran 7

HASIL PERHITUNGAN AKUMULASI JAWABAN DATA INDIKATOR IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X)

PERSIAPAN

Pernyataan Koding (k) 1 2 3 4 5 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0 0

Tidak Setuju 2 3 2 3 1 0 9 18

Ragu-ragu 3 3 2 0 3 1 9 27

Setuju 4 13 11 16 16 15 71 284

Sangat Setuju 5 6 10 6 5 9 36 180

Jumlah 509

Kriteria Baik

Jumlah Responden

: 25

Jumlah Pertanyaan

: 5

Skor Maksimum : 625

Skor Minimum : 125

Selisih (Rentang)

: 500

Banyak Kelas

: 5

Panjang Kelas

: 100

RATIFIKASI

Pernyataan Koding (k) 6 7 8 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 2 0 2 2

Tidak Setuju 2 4 6 2 12 24

Ragu-ragu 3 4 5 2 11 33

Setuju 4 12 9 19 40 160

Sangat Setuju 5 5 3 2 10 50

Jumlah 269

Kriteria Baik

Jumlah Responden

: 25

Jumlah Pertanyaan

: 3

Skor Maksimum : 375

Skor Minimum : 75

Selisih (Rentang)

: 300

Banyak Kelas

: 5

Panjang Kelas

: 60

IMPLEMENTASI

Pernyataan Koding (k) 9 10 11 12 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0

Tidak Setuju 2 4 2 1 2 9 18

Ragu-ragu 3 4 3 2 1 10 30

Setuju 4 14 18 16 18 66 264

Sangat Setuju 5 3 2 6 4 15 75

Lampiran 8

Jumlah 387

Kriteria Baik

Jumlah Responden

25 Jumlah Pertanyaan

4

Skor Maksimum

500

Skor Minimum

100

Selisih (Rentang)

400

Banyak Kelas

5

Panjang Kelas

80

PELAPORAN DAN EVALUASI

Pernyataan Koding (k) 13 14 15 16 17 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0 0

Tidak Setuju 2 0 1 5 1 3 10 20

Ragu-ragu 3 2 2 1 2 4 11 33

Setuju 4 19 19 16 20 16 90 360

Sangat Setuju 5 4 3 3 2 2 14 70

Jumlah 483

Kriteria Baik

Jumlah Responden

25

Jumlah Pertanyaan

5

Skor Maksimum

625

Skor Minimum

125

Selisih (Rentang)

500

Banyak Kelas

5

Panjang Kelas

100

HASIL PERHITUNGAN AKUMULASI JAWABAN DATA INDIKATOR KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y)

Efisien

Pernyataan Koding (k) 18 19 20 21 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0

Tidak Setuju 2 5 1 6 2 14 28

Ragu-ragu 3 6 3 1 6 16 48

Setuju 4 12 16 13 13 54 216

Sangat Setuju 5 2 5 5 4 16 80

Jumlah 372

Baik

Jumlah Responden : 25 Jumlah Pertanyaan : 4

Skor Maksimum : 500

Skor Minimum : 100

Selisih (Rentang) : 400

Banyak Kelas : 5

Panjang Kelas : 80

Efektif

Pernyataan Koding (k) 22 23 24 25 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 0 0 0 0

Tidak Setuju 2 1 1 4 5 11 22

Ragu-ragu 3 5 4 3 4 16 48

Setuju 4 17 18 13 12 60 240

Sangat Setuju 5 2 2 5 4 13 65

Jumlah 375

Kriteria Baik

Jumlah Responden

25

Jumlah Pertanyaan

4

Skor Maksimum

500

Skor Minimum

100

Selisih (Rentang)

400

Banyak Kelas

5

Panjang Kelas

80

Pertumbuhan Pegawai

Pernyataan Koding (k) 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3 3

Tidak Setuju 2 9 0 5 2 3 7 2 3 1 6 38 76

Ragu-ragu 3 8 6 4 4 5 6 1 1 10 8 53 159

Setuju 4 5 9 14 16 14 12 15 17 11 9 122 488

Sangat Setuju 5 3 10 1 2 3 0 7 4 3 1 34 170

Jumlah 896

Lampiran 9

Kriteria Baik

Jumlah Responden : 25 Jumlah Pertanyaan : 10

Skor Maksimum : 1250

Skor Minimum : 250

Selisih (Rentang) : 1000

Banyak Kelas : 5

Panjang Kelas : 200

Kemampuan

Pernyataan Koding (k) 26 27 28 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 1 1 1

Tidak Setuju 2 9 0 5 14 28

Ragu-ragu 3 8 6 4 18 54

Setuju 4 5 9 14 28 112

Sangat Setuju 5 3 10 1 14 70

Jumlah 265

Kriteria Baik

Jumlah Responden

25

Jumlah Pertanyaan

3

Skor Maksimum

375

Skor Minimum

75

Selisih (Rentang)

300

Banyak Kelas

5

Panjang Kelas

60

Kesempatan Berprestasi

Pernyataan Koding (k) 29 30 31 32 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 1 0 0 0 1 1

Tidak Setuju 2 2 3 7 2 14 28

Ragu-ragu 3 4 5 6 1 16 48

Setuju 4 16 14 12 15 57 228

Sangat Setuju 5 2 3 0 7 12 60

Jumlah 365

Kriteria Baik

Jumlah Responden

: 25

Jumlah Pertanyaan

: 4

Skor Maksimum : 500

Skor Minimum : 100

Selisih (Rentang)

: 400

Banyak Kelas

: 5

Panjang Kelas

: 80

Motivasi

Pernyataan Koding (k) 33 34 35 Frekuensi (f) f x k

Sangat Tidak Setuju 1 0 0 1 1 1

Tidak Setuju 2 3 1 6 10 20

Ragu-ragu 3 1 10 8 19 57

Setuju 4 17 11 9 37 148

Sangat Setuju 5 4 3 1 8 40

Jumlah 266

Kriteria Baik

Jumlah Responden

: 25 Jumlah Pertanyaan

: 3

Skor Maksimum : 375

Skor Minimum : 75

Selisih (Rentang)

: 300

Banyak Kelas

: 5

Panjang Kelas

: 60

HASIL PERHITUNGAN PROSES TRANSFORMASI DATA DARI SKALA ORDINAL MENJADI SKALA INTERVAL PADA DATA IMPLEMENTASI

ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X) MELALUI METODE SUCCESSIVE INTERVAL MENGGUNAKAN

PROGRAM MINITAB

Data Display 1

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 3 0.12 0.12 -1.17499 0.200040 -1.66700 1.00000

2 3 3 0.12 0.24 -0.70630 0.310873 -0.92361 1.74340

3 4 13 0.52 0.76 0.70630 0.310873 0.00000 2.66700

4 5 6 0.24 1.00 * * 1.29530 3.96231

Data Display 2

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 2 0.08 0.16 -0.99446 0.243312 -1.18307 1.67526

3 4 11 0.44 0.60 0.25335 0.386343 -0.32507 2.53326

4 5 10 0.40 1.00 * * 0.96586 3.82418

Data Display 3

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 3 0.12 0.12 -1.17499 0.200040 -1.66700 1.00000

2 4 16 0.64 0.76 0.70630 0.310873 -0.17318 2.49383

3 5 6 0.24 1.00 * * 1.29530 3.96231

Data Display 4

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 3 0.12 0.16 -0.99446 0.243312 -1.30948 1.84486

3 4 16 0.64 0.80 0.84162 0.279962 -0.05727 3.09708

4 5 5 0.20 1.00 * * 1.39981 4.55415

Data Display 5

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 3 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 4 15 0.60 0.64 0.35846 0.374118 -0.47991 2.67444

3 5 9 0.36 1.00 * * 1.03922 4.19356

Data Display 6

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 4 0.16 0.16 -0.994458 0.243312 -1.52070 1.00000

2 3 4 0.16 0.32 -0.467699 0.357611 -0.71437 1.80633

3 4 12 0.48 0.80 0.841621 0.279962 0.16177 2.68247

4 5 5 0.20 1.00 * * 1.39981 3.92051

Data Display 7

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 1 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 2 6 0.24 0.32 -0.46770 0.357611 -0.87060 1.98772

3 3 5 0.20 0.52 0.05015 0.398441 -0.20415 2.65418

4 4 9 0.36 0.88 1.17499 0.200040 0.55111 3.40944

5 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.52533

Data Display 8

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 2 0.08 0.16 -0.99446 0.243312 -1.18307 1.67526

3 4 19 0.76 0.92 1.40507 0.148666 0.12453 2.98286

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 4.71666

Lampiran 10

Data Display 9

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 4 0.16 0.16 -0.99446 0.243312 -1.52070 1.00000

2 3 4 0.16 0.32 -0.46770 0.357611 -0.71437 1.80633

3 4 14 0.56 0.88 1.17499 0.200040 0.28138 2.80207

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.18770

Data Display 10

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 3 0.12 0.20 -0.84162 0.279962 -1.09413 1.76420

3 4 18 0.72 0.92 1.40507 0.148666 0.18236 3.04068

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 4.71666

Data Display 11

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 2 0.08 0.12 -1.17499 0.200040 -1.42333 1.73101

3 4 16 0.64 0.76 0.70630 0.310873 -0.17318 2.98117

4 5 6 0.24 1.00 * * 1.29530 4.44965

Data Display 12

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 1 0.04 0.12 -1.17499 0.200040 -1.28436 1.57397

3 4 18 0.72 0.84 0.99446 0.243312 -0.06010 2.79823

4 5 4 0.16 1.00 * * 1.52070 4.37903

Data Display 13

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 3 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 4 19 0.76 0.84 0.99446 0.243312 -0.12453 2.73379

3 5 4 0.16 1.00 * * 1.52070 4.37903

Data Display 14

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 2 0.08 0.12 -1.17499 0.200040 -1.42333 1.73101

3 4 19 0.76 0.88 1.17499 0.200040 0.00000 3.15434

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.82135

Data Display 15

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 5 0.20 0.20 -0.84162 0.279962 -1.39981 1.00000

2 3 1 0.04 0.24 -0.70630 0.310873 -0.77278 1.62703

3 4 16 0.64 0.88 1.17499 0.200040 0.17318 2.57299

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.06681

Data Display 16

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 2 0.08 0.12 -1.17499 0.200040 -1.42333 1.73101

3 4 20 0.80 0.92 1.40507 0.148666 0.06422 3.21856

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 5.01267

Data Display 17

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 3 0.12 0.12 -1.17499 0.200040 -1.66700 1.00000

2 3 4 0.16 0.28 -0.58284 0.336623 -0.85364 1.81336

3 4 16 0.64 0.92 1.40507 0.148666 0.29368 2.96069

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 4.52533

HASIL PERHITUNGAN PROSES TRANSFORMASI DATA DARI SKALA

ORDINAL MENJADI SKALA INTERVAL PADA DATA KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y) MELALUI

METODE SUCCESSIVE INTERVAL MENGGUNAKAN PROGRAM MINITAB

Data Display 1

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 5 0.20 0.20 -0.84162 0.279962 -1.39981 1.00000

2 3 6 0.24 0.44 -0.15097 0.394422 -0.47692 1.92289

3 4 12 0.48 0.92 1.40507 0.148666 0.51199 2.91180

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 4.25814

Data Display 2

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 3 0.12 0.16 -0.99446 0.243312 -1.30948 1.84486

3 4 16 0.64 0.80 0.84162 0.279962 -0.05727 3.09708

4 5 5 0.20 1.00 * * 1.39981 4.55415

Data Display 3

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 6 0.24 0.24 -0.706303 0.310873 -1.29530 1.00000

2 3 1 0.04 0.28 -0.582842 0.336623 -0.64375 1.65155

3 4 13 0.52 0.80 0.841621 0.279962 0.10896 2.40427

4 5 5 0.20 1.00 * * 1.39981 3.69511

Data Display 4

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 6 0.24 0.32 -0.46770 0.357611 -0.87060 1.98772

3 4 13 0.52 0.84 0.99446 0.243312 0.21981 3.07813

4 5 4 0.16 1.00 * * 1.52070 4.37903

Data Display 5

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 5 0.20 0.24 -0.70630 0.310873 -1.12350 2.03085

3 4 17 0.68 0.92 1.40507 0.148666 0.23854 3.39288

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 5.01267

Data Display 6

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 4 0.16 0.20 -0.84162 0.279962 -1.21118 1.94317

3 4 18 0.72 0.92 1.40507 0.148666 0.18236 3.33670

4 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 5.01267

Data Display 7

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 4 0.16 0.16 -0.994458 0.243312 -1.52070 1.00000

2 3 3 0.12 0.28 -0.582842 0.336623 -0.77760 1.74310

3 4 13 0.52 0.80 0.841621 0.279962 0.10896 2.62966

4 5 5 0.20 1.00 * * 1.39981 3.92051

Data Display 8

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 5 0.20 0.20 -0.841621 0.279962 -1.39981 1.00000

2 3 4 0.16 0.36 -0.358459 0.374118 -0.58847 1.81134

3 4 12 0.48 0.84 0.994458 0.243312 0.27251 2.67232

4 5 4 0.16 1.00 * * 1.52070 3.92051

Lampiran 11

Data Display 9

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 9 0.36 0.36 -0.35846 0.374118 -1.03922 1.00000

2 3 8 0.32 0.68 0.46770 0.357611 0.05158 2.09080

3 4 5 0.20 0.88 1.17499 0.200040 0.78785 2.82707

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 3.70622

Data Display 10

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 3 6 0.24 0.24 -0.706303 0.310873 -1.29530 1.00000

2 4 9 0.36 0.60 0.253347 0.386343 -0.20964 2.08567

3 5 10 0.40 1.00 * * 0.96586 3.26116

Data Display 11

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 1 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 2 5 0.20 0.24 -0.70630 0.310873 -1.12350 2.03085

3 3 4 0.16 0.40 -0.25335 0.386343 -0.47168 2.68266

4 4 14 0.56 0.96 1.75069 0.086174 0.53602 3.69036

5 5 1 0.04 1.00 * * 2.15434 5.30869

Data Display 12

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 1 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 2 2 0.08 0.12 -1.17499 0.200040 -1.42333 1.73101

3 3 4 0.16 0.28 -0.58284 0.336623 -0.85364 2.30070

4 4 16 0.64 0.92 1.40507 0.148666 0.29368 3.44803

5 5 2 0.08 1.00 * * 1.85833 5.01267

Data Display 13

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 3 0.12 0.12 -1.17499 0.200040 -1.66700 1.00000

2 3 5 0.20 0.32 -0.46770 0.357611 -0.78785 1.87915

3 4 14 0.56 0.88 1.17499 0.200040 0.28138 2.94838

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.33401

Data Display 14

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 7 0.28 0.28 -0.582842 0.336623 -1.20223 1.00000

2 3 6 0.24 0.52 0.050154 0.398441 -0.25757 1.94465

3 4 12 0.48 1.00 * * 0.83009 3.03231

Data Display 15

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 2 0.08 0.08 -1.40507 0.148666 -1.85833 1.00000

2 3 1 0.04 0.12 -1.17499 0.200040 -1.28436 1.57397

3 4 15 0.60 0.72 0.58284 0.336623 -0.22764 2.63069

4 5 7 0.28 1.00 * * 1.20223 4.06055

Data Display 16

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 3 0.12 0.12 -1.17499 0.200040 -1.66700 1.00000

2 3 1 0.04 0.16 -0.99446 0.243312 -1.08178 1.58522

3 4 17 0.68 0.84 0.99446 0.243312 0.00000 2.66700

4 5 4 0.16 1.00 * * 1.52070 4.18770

Data Display 17

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 2 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 3 10 0.40 0.44 -0.15097 0.394422 -0.77062 2.38372

3 4 11 0.44 0.88 1.17499 0.200040 0.44178 3.59612

4 5 3 0.12 1.00 * * 1.66700 4.82135

Data Display 18

Row Ordinal frek prop prop_kum Z_val Z*_val SV Interval

1 1 1 0.04 0.04 -1.75069 0.086174 -2.15434 1.00000

2 2 6 0.24 0.28 -0.58284 0.336623 -1.04354 2.11080

3 3 8 0.32 0.60 0.25335 0.386343 -0.15537 2.99897

4 4 9 0.36 0.96 1.75069 0.086174 0.83380 3.98815

5 5 1 0.04 1.00 * * 2.15434 5.30869

DATA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X) BERSKALA INTERVAL

N PERTANYAAN

TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 3,96231 3,82418 3,96231 4,55415 4,19356 3,92051 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 1,81336 55,9245

2 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 4,19356 2,68247 2,65418 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 1,73101 2,57299 3,21856 2,96069 48,1434

3 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 1,80633 2,65418 2,98286 1,80633 3,04068 1,73101 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 44,9256

4 2,667 3,82418 2,49383 3,09708 2,67444 3,92051 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 51,3319

5 2,667 3,82418 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 1,98772 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 48,6721

6 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 4,19356 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 50,322

7 1 3,82418 1 4,55415 4,19356 1 1 2,98286 1 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 1 3,21856 2,96069 42,4422

8 2,667 2,53326 2,49383 1,84486 2,67444 1 1,98772 1 1 1 2,98117 1 2,73379 3,15434 1 3,21856 1 33,289

9 3,96231 3,82418 3,96231 4,55415 4,19356 3,92051 3,40944 2,98286 4,1877 3,04068 4,44965 2,79823 4,37903 3,15434 4,06681 3,21856 4,52533 64,6297

10 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 48,8029

11 2,667 1,67526 2,49383 1,84486 1 1,80633 2,65418 1,67526 1,80633 1,7642 1 2,79823 1 1 1 3,21856 1 30,404

12 3,96231 3,82418 3,96231 4,55415 4,19356 3,92051 4,52533 4,71666 4,1877 4,71666 4,44965 4,37903 4,37903 4,82135 4,06681 5,01267 2,96069 72,6326

13 1 1 1 1 2,67444 1,80633 1,98772 2,98286 2,80207 1,7642 1,73101 1,57397 1 1,73101 1,62703 3,21856 1,81336 30,7126

14 1,7434 1 2,49383 3,09708 2,67444 1,80633 1,98772 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 1,81336 42,9009

15 1,7434 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 2,65418 2,98286 1,80633 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 1,73101 2,96069 44,6408

16 1,7434 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 2,65418 1,67526 1,80633 1,7642 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 1,81336 42,3969

17 2,667 3,82418 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 50,0938

18 3,96231 3,82418 3,96231 4,55415 4,19356 3,92051 4,52533 4,71666 4,1877 4,71666 4,44965 4,37903 4,37903 4,82135 4,06681 5,01267 4,52533 74,1972

19 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 1,98772 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 47,3812

20 3,96231 3,82418 3,96231 3,09708 2,67444 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 4,44965 4,37903 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 55,9069

21 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 2,67444 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 48,8029

22 2,667 1,67526 2,49383 1,84486 2,67444 1 1,98772 1 1 1 4,44965 1 4,37903 3,15434 1 1 1 33,3261

23 1 2,53326 1 3,09708 4,19356 1 1 2,98286 1 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 3,15434 1 1,73101 2,96069 38,2067

24 3,96231 3,82418 3,96231 3,09708 2,67444 2,68247 3,40944 2,98286 2,80207 3,04068 4,44965 4,37903 2,73379 3,15434 2,57299 3,21856 2,96069 55,9069

25 2,667 2,53326 2,49383 3,09708 4,19356 2,68247 4,52533 2,98286 2,80207 3,04068 2,98117 2,79823 2,73379 4,82135 2,57299 3,21856 2,96069 53,1049

Lampiran 12

DATA KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y) BERSKALA INTERVAL

n PERTANYAAN

TOTAL 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,0908 1 2,68266 3,44803 2,94838 1,94465 2,63069 2,667 2,38372 2,99897 48,3177

2 2,9118 3,09708 2,40427 1,98772 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,0908 1 5,30869 3,44803 2,94838 3,03231 4,06055 2,667 2,38372 2,99897 52,3709

3 1,92289 3,09708 2,40427 1,98772 3,39288 3,3367 1,7431 1,81134 2,0908 2,08567 3,69036 3,44803 1,87915 1,94465 4,06055 2,667 3,59612 2,99897 48,1573

4 1,92289 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 1,81134 2,0908 3,26116 3,69036 5,01267 2,94838 1,94465 2,63069 1,58522 2,38372 2,1108 49,3314

5 1,92289 3,09708 1,65155 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,0908 1 3,69036 2,3007 1,87915 1,94465 1,57397 2,667 2,38372 2,99897 44,3105

6 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 1 2,08567 3,69036 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 52,6096

7 2,9118 3,09708 1 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 1 1 3,26116 2,03085 1,73101 1 1 4,06055 4,1877 4,82135 1 44,5389

8 1 3,09708 1 1 1 1 1 1 1 2,08567 3,69036 3,44803 2,94838 1 2,63069 2,667 2,38372 2,1108 34,0617

9 2,9118 4,55415 3,69511 4,37903 5,01267 5,01267 3,92051 2,67232 2,82707 2,08567 3,69036 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 2,38372 2,99897 60,8705

10 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 1 2,08567 2,03085 3,44803 2,94838 3,03231 4,06055 4,1877 4,82135 3,98815 55,1258

11 1 1 1 1,98772 2,03085 1,94317 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2,38372 2,1108 23,4563

12 4,25814 4,55415 3,69511 4,37903 3,39288 3,3367 3,92051 3,92051 3,70622 3,26116 3,69036 3,44803 4,33401 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 65,8111

13 1 1,84486 2,40427 1,98772 2,03085 1,94317 1,7431 1,81134 1 2,08567 2,03085 3,44803 1,87915 1 2,63069 2,667 1 2,99897 35,5057

14 1,92289 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 1,7431 2,67232 2,0908 3,26116 3,69036 2,3007 2,94838 1,94465 4,06055 4,1877 2,38372 5,30869 53,8241

15 1,92289 3,09708 3,69511 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 3,70622 3,26116 2,03085 3,44803 2,94838 3,03231 4,06055 2,667 3,59612 2,99897 55,5744

16 1,92289 1,84486 1 1 2,03085 1,94317 2,62966 1,81134 1 3,26116 2,68266 2,3007 1,87915 1 2,63069 2,667 3,59612 2,1108 37,3111

17 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,82707 2,08567 2,68266 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 53,4289

18 2,9118 4,55415 3,69511 4,37903 5,01267 5,01267 3,92051 3,92051 2,82707 3,26116 3,69036 5,01267 4,33401 3,03231 4,06055 4,1877 4,82135 3,98815 72,6218

19 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,82707 2,08567 3,69036 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 54,4366

20 2,9118 4,55415 3,69511 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,0908 3,26116 3,69036 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 57,6238

21 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 2,62966 2,67232 2,0908 2,08567 3,69036 3,44803 2,94838 1,94465 2,63069 2,667 3,59612 2,99897 51,6235

22 1 3,09708 1 1,98772 2,03085 3,3367 1 1 1 1 2,03085 1,73101 1 1 2,63069 1 2,38372 2,1108 30,3394

23 1 1,84486 1 1,98772 2,03085 1,94317 1 1 1 1 2,68266 2,3007 1,87915 1 1 1 2,38372 2,1108 28,1636

24 4,25814 4,55415 2,40427 4,37903 3,39288 3,3367 3,92051 3,92051 2,82707 3,26116 3,69036 3,44803 2,94838 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 62,2555

25 2,9118 3,09708 2,40427 3,07813 3,39288 3,3367 3,92051 3,92051 3,70622 3,26116 3,69036 3,44803 4,33401 3,03231 2,63069 2,667 3,59612 3,98815 60,4159

Lampiran 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama Lengkap : Venni Avionita

Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 24 Maret 1992

Jenis Kelamin : Wanita

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Terusan Tubagus Ismail Indah 5A RT. 001

RW. 015 Kel. Sekeloa Kec. Coblong Bandung

Telepon : 0856 9519 3392

Email : [email protected]

2. Pendidikan

1996-1997 : TK. Bunga Tanjong-Medan

1997-1999 : SD Negeri PTPN II Tanjung Morawa–Medan

2000 : SD Negeri Pujokusuman III-Yogyakarta

2001 : SD Negeri Lowokwaru VI-Malang

2002-2003 : SD Negeri Sukamandi IV-Subang

2003-2006 : SMP Negeri 1 Karawang

2006-2009 : SMA Negeri 1 Karawang

2009-sekarang : Universitas Widyatama

Bandung, Februari 2013

Venni Avionita

Lampiran 15