Skripsi PDF

112
SKRIPSI HUBUNGAN STATUS KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA SANDING WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 TAMPAKSIRING Oleh : RIA FITRIANI NIM : 10.321.0831 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI DENPASAR 2014

description

KEPERAWATAN

Transcript of Skripsi PDF

Page 1: Skripsi PDF

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA DI DESA SANDING WILAYAH KERJA

PUSKESMAS 1 TAMPAKSIRING

Oleh :

RIA FITRIANI

NIM : 10.321.0831

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

DENPASAR

2014

Page 2: Skripsi PDF

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP

LANSIA DI DESA SANDING WILAYAH KERJA

PUSKESMAS 1 TAMPAKSIRING

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali untuk

memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana

Keperawatan

Oleh :

RIA FITRIANI

NIM : 10.321.0831

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

DENPASAR

2014

Page 3: Skripsi PDF

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

Nama : Ria Fitriani

NIM : 10.321.0831

Judul : Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampak siring tahun 2014

Program Studi : Ilmu Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira

Medika PPNI Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti sidang skripsi.

Denpasar, 15 Agustus 2014

Page 4: Skripsi PDF

iv

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Nama : Ria Fitriani

NIM : 10.321.0831

Judul

Program Studi

:

:

Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di

Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring

Tahun 2014

Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira

Medika PPNI Bali

Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Keperawatan pada tanggal 18 Agustus

2014

Nama

Penguji I (Ketua) : Ns. Km. Ayu Henny Achjar,

SKM.,M.Kep.,Sp.Kom

Penguji II (Anggota) : Ns. I Wayan Suardana., S.Kep.,M.Kep

Penguji III (Anggota) : Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati.,S.Kep

Denpasar, 25 Agustus 2014

Page 5: Skripsi PDF

v

ABSTRAK

Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014

Ria Fitriani1, I Wayan Suardana S.Kep.,M.Kes

2, Ns.Luh Gede Intan

Saraswati.,S.Kep3

Perubahan status kognitif adalah salah satu dari beberapa masalah utama

yang sering terjadi pada lansia. Terganggunya status kognitif dapat mempengaruhi

kapasitas fungsional, psikologis, kesehatan sosial serta kualitas hidup individu. Masalah gangguan kognitif pada lansia sangat penting diketahui apa penyebab

terjadinya sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai dengan yang

dialami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status kognitif

dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring. Jenis penelitian ini deskriptif korelasional dengan rancangan cross-

sectional. Jumlah sampel sebanyak 67 orang yang dipilih secara non probability

sampling dengan jenis purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan status kognitif lansia sebagian besar

21,99 dalam kategori ringan. Kualitas hidup lansia sebagian besar 77,76 dalam

kategori cukup baik. Hasil analisis data dengan uji product moment didapatkan

hasil signifikansi p value sebesar 0,000 (< p = 0,05), menunjukkan ada hubungan

antara status kognitif dengan kualitas hidup lansia. Nilai koefisien korelasi sebesar

0,549 dapat diartikan hubungan variabel memiliki derajat hubungan yang sedang

dan arah hubungan yang positif antar variabel. Berdasarkan hasil penelitian ini

disarankan agar memberikan kegiatan - kegiatan kreatif yang memacu

peningkatkan fungsi kognitif sehingga kualitas hidup lanjut usia dapat meningkat.

Kata kunci : Status Kognitif, Kualitas Hidup, Lanjut Usia.

Page 6: Skripsi PDF

vi

ABSTRACT

The Relationship Cognitive Status With Quality of Life for Elderly in The Village

of Sanding Work Area Clinics I Tampaksiring 2014

Ria Fitriani1, I Wayan Suardana S.Kep.,M.Kes

2, Ns.Luh Gede Intan

Saraswati.,S.Kep3

Cognitive status changes is one of several major problems that often occur

in the elderly. Disruption of cognitive status may affect the capacity of the

functional, psychological, social and health and quality of life of the individual.

The problem of cognitive impairment in the elderly is very important to know

what causes the occurrence of a given intervention is so precise and corresponds

to the experienced. The purpose of this research was to determine the relationship

between cognitive status and quality of life of the elderly in the village of Sanding

work-area Clinics I Tampaksiring. Type of this research is a descriptive

corelasional with cross-sectional design. The number of samples as many as 67

people were selected by a non probability sampling with the kind of purposive

sampling. Data collection using the questionnaire. The results showed the

cognitive status of elderly most 21,99 in category light. Quality of life of the

elderly is largely 77,76 in the category quite nicely. The results of data analysis

with test results obtained by the significance of the moment product p value of

0.000 (< p = 0.05), indicating no relationship between cognitive status and quality

of life of the elderly. The value of the correlation coefficient of 0,549 constitute a

relationship variables have a degree of relationship that is a positive direction and

the relationship between the variables. Based on the results of this research

recommended that provide creative activities that spur increased cognitive

function so that the quality of life of seniors can be improved.

Keywords : Cognitive Status, Quality Of Life, Elderly

Page 7: Skripsi PDF

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring tahun 2014” tepat pada waktunya.

Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali. Keberhasilan

penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan yang begitu besar dari

banyak pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-

tulusnya kepada :

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana.,MM selaku Ketua STIKes Wira Medika

PPNI Bali.

2. Ni Wayan Trisnadewi.,S.Kep.,Ns.,M Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

3. Ns. I Wayan Suardana.,S.Kep.,M.Kep., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal penelitian ini

4. Ni Luh Gede Intan Saraswati.,S.Kep.,Ns., selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam penyelesaian proposal penelitian ini

5. Dr. Kadek Suryawan, selaku kepala puskesmas 1 tampaksiring yang telah

membantu saya dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

6. Kepala Desa Sanding Tampaksiring Gianyar yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Sanding Tampaksiring

7. Bpk Wayan Bronartha, selaku Pembina lansia desa sanding Tampaksiring

yang telah membantu saya selama melaksanakan penelitian.

8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam

penyelesaian usulan penelitian ini

Page 8: Skripsi PDF

viii

9. Teman-teman mahasiswa di STIKes Wira Medika PPNI Bali dan semua pihak

yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

penyusunan usulan penelitian ini

Peneliti mengharapkan kritik dan saran bersifat konstruktif dari para

pembaca demi kesempurnaan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Denpasar, Agustus 2014

Peneliti

( Ria Fitriani)

Page 9: Skripsi PDF

ix

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ria Fitriani

NIM : 10.321.0831

Program Studi : SI Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali

Jenis Karya : Skripsi

Menyetujui untuk memberikan kepada Lemba Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali Hak

Bebas Royalti Nonekslusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas tugas akhir

saya yang berjudul :

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

DIDESA SANDING WILAYAH KERJA PUSKESMAS I TAMPAKSIRING

KABUPATEN GIANYAR

Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini LP2M STIKes Wira Medika PPNI

berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk

pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir beserta

perangkat yang ada (jika diperlukan) saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Dibuat di Denpasar Tanggal : 1 September 2014

Yang Menyatakan

(Ria Fitriani)

Page 10: Skripsi PDF

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……………….………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… iii

ABSTRAK ………………………………………………………..................... iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ………..…………………………………………………………

DAFTAR TABEL…………….………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR ……….………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….…

viii

x

xi

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……..……………………………………………… 8

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………..

1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………………..

8

8

1.3.3 Tujuan Khusus ……………………………………………….. 8

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….

1.4.1 Teoritis ………………………………………………………..

1.4.2 Praktis …………………………………………………………

1.5 Keaslian Penelitian…………………………………………………….

9

9

10

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka….…………………………………………………..

2.1.1 Konsep Lanjut Usia …………………………………………….

2.1.2 Status Kognitif……………………..…………………………..

2.1.3 Kualitas Hidup ………………………………………………….

2.1.4 Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia…….

2.2 Kerangka Konsep …..……………….…………………………….......

2.3 Hipotesis Penelitian …………………………………………………..

12

12

16

23

30

33

35

Page 11: Skripsi PDF

xi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ………………………………………………………

3.2 Kerangka Kerja ………………………………………………………..

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………….

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ……………….

3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………………………

3.7 Pengolahan dan Analisis Data …………………………………….......

3.8 Etika Penelitian ……………..………………………………………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………………………………………………………...

4.2 Pembahasan ……………………………………………………………

4.3 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………..

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……………………………………………………………….

5.2 Saran …………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

36

37

38

38

41

42

47

50

52

60

72

73

43

74

Page 12: Skripsi PDF

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Definisi Operasional Hubungan Status Kognitif Dengan

Kualitas Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Sanding

Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun

2014.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun

2014.

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun

2014.

Status Kognitif Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014.

Hasil Sebaran Kuisioner Mini Mental State Examination di

Desa Sanding Wilaya Kerja Puskesmas I Tampaksiring

Tahun 2014

Kualitas Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014.

Hasil Sebaran Kuisioner WHOQoL-BREF di Desa Sanding

Wilaya Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014

Hasil Analisis Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas

Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Tahun 2014.

42

53

54

54

55

56

57

58

58

59

Page 13: Skripsi PDF

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas

hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Tahun 2014………

Kerangka Kerja Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas

Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Tahun 2014………

32

36

Page 14: Skripsi PDF

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2: Surat Rekomendasi Penelitian KESBANGLINMAS Provinsi Bali

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian KESBANGLINMAS Kabupaten Gianyar

Lampiran 4: Surat Ijin penelitian UPT.KESMAS Tampaksiring

Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian PERBEKEL SANDING

Lampiran 6: Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 7: Realisasi Anggaran Penelitian

Lampiran 8: Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9: Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10: Instrument Penelitian

Lampiran 11: Hasil Analisa Data

Lampiran 12: Master Tabel

Lampiran 13: Lembar Bimbingan Skripsi

Page 15: Skripsi PDF

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia (Lanjut Usia) Menurut WHO adalah orang yang berusia 60-74

tahun. Pernyataan ini sesuai dengan UU Nomor 13 tahun 1998, tentang

kesejahteraan lanjut usia di Indonesia yang menyatakan bahwa lansia adalah

orang yang berusia 60 tahun keatas. Keberhasilan pemerintah dalam

pembangunan nasional yang berkelanjutan membawa dampak positif bagi

kesejahteraan masyarakat, dalam bidang kesehatan dampak positif tersebut

terlihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Meningkatnya UHH

menyebabkan peningkatan jumlah penduduk lansia setiap tahunnya (Gitahafas,

2011).

Jumlah populasi Lansia di dunia diperkirakan hampir mencapai 2 juta orang

pada tahun 2005 dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050. Jumlah

lansia di Indonesia pada kurun waktu 1990-2025 sebesar 414%, dari 11.275.557

jiwa meningkat sebesar 46.680.806 jiwa (Darmono & Martono, 2010). Saat ini di

seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia

rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

(Siti Bandiyah, 2009). Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2010,

jumlah lansia tahun 2009 sejumlah 18.425.000 jiwa dan tahun 2010 sejumlah

19.036.600 jiwa dilihat dari jumlah tersebut terjadi peningkatan lansia di

Indonesia. Data jumlah lansia di Provinsi Bali tahun 2012 jumlah lansia di

Page 16: Skripsi PDF

2

Provinsi Bali sekitar 680.114 jiwa. Jumlah Lansia di Kabupaten Gianyar sekitar

23.053 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013). Jumlah lansia di Unit

Pelayanan Terpadu Kesehatan Masyarakat Tampaksiring I sebanyak 2939 jiwa.

Jumlah lansia laki-laki sebanyak 1412 dan jumlah lansia perempuan sebanyak

1527. Data lansia di desa Sanding sebanyak 457 jiwa dengan jumlah laki-laki

sebanyak 225 jiwa dan perempuan sebanyak 232 jiwa dengan jumlah terbanyak

di Desa Sanding. Lansia yang aktif mengikuti kegiatan sebanyak 81 orang

dengan jumlah laki-laki sebanyak 35 orang dan perempuan sebanyak 46 orang

(Data Puskesmas I Tampaksiring, 2014).

Menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah.

Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu,

akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi ini

disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis serta berkurangnya

aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi dan radikal bebas, hal tersebut

mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiyah, 2009). Perubahan tersebut

menyebabkan lansia mengalami perubahan fungsi kerja otak/ perubahan fungsi

kognitif. Perubahan fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness)

yang merupakan bentuk gangguan kognitif yang paling ringan. Gejala mudah

lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun,

meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini

seseorang masih bisa berfungsi normal walaupun mulai sulit mengingat kembali

Page 17: Skripsi PDF

3

informasi yang telah dipelajari. Jika penduduk berusia lebih dari 60 tahun di

Indonesia berjumlah 7% dari seluruh penduduk, maka keluhan mudah lupa

tersebut diderita oleh setidaknya 3% populasi di Indonesia. Mudah lupa ini bisa

berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI)

sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat (Wreksoatmodjo,

2012).

World Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi krisis kesehatan

terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus bertambah. Data WHO tahun

2010 menunjukkan, di tahun 2010 jumlah penduduk dunia yang terkena demensia

sebanyak 36 juta orang. Jumlah penderitanya diprediksi akan melonjak dua kali

lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Jumlah penyandang demensia di

Indonesia hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Wreksoatmodjo, 2012).

Perubahan fungsi kognitif ini tentunya membawa dampak tersendiri bagi

kehidupan lansia. Studi oleh Comijs et al. (2004) dalam surprenant & Neath

(2007) menunjukkan bahwa perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi

secara signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap

kualitas hidup seorang lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan

fungsi kognitif lebih banyak kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan

dengan keluarganya sendiri (Aartsen, van Tilburg, Smits & Knipscheer, 2004

dalam Surprenant & Neath, 2007). Hal ini akan membawa dampak pada

melambatnya proses sentral dan waktu reaksi sehingga fungsi sosial dan

okupasional akan mengalami perubahan yang signifikan pada kemampuan

Page 18: Skripsi PDF

4

sebelumnya (McGilton 2007). Studi lain menunjukkan adanya hubungan yang

kuat antara kesehatan kognitif, fisik, sosial dan emosional dan semuanya saling

bergantung satu sama lain sampai tingkat tertentu (Baltes & Lindenberger, 1997,

Colcombe & Kramer, 2003, Gallo, Rebok, Tensted, Wadley, & Horgas, 2003

dalam Suprenant & Neath, 2007).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan kognitif yaitu

dengan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik. Pendekatan secara individu

dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat

penting untuk mencapai kesembuhan pasien. Berdasarkan hal tersebut masalah

gangguan kognitif pada lansia sangat penting diketahui apa penyebab terjadinya

sehingga intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah

pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi

kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang membahayakan

keselamatannya (Saidah, 2003).

Tergangguanya fungsi kognitif lansia dapat mempengaruhi kapasitas

fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta kesejahteraannya yang

didefenisikan sebagai kualitas hidup (Quality of Life/QOL). Menurut WHO

kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan

dan konteks budaya serta sistem nilai dimana mereka hidup dan dalam

hubungannya dengan tujuan individu, harapan, standar dan perhatian. Kualitas

hidup mempengaruhi kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat ketergantungan,

Page 19: Skripsi PDF

5

hubungan sosial dan hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya (WHO,

2008).

Menurut World Health Organization Quality of Life yang sudah

diterjemahan ke dalam bahasa Indonesia dimensi kualitas hidup mencakup empat

domain meliputi kesehatan fisik, kesehatan psikologik, hubungan sosial, dan

lingkungan (Salim, 2007). Keempat domain tersebut meliputi domain kesehatan

fisik yaitu berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada

perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas

kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja. Domain kesehatan psikologik

berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran

pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta

penghargaan terhadap diri sendiri. Domain hubungan sosial terdiri dari hubungan

personal, aktifitas seksual dan hubungan sosial. Domain lingkungan terdiri dari

keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan,

kesempatan memperoleh informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan

kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang. Penelitian yang

dilakukan oleh Baiyewu (2006) terhadap 51 lansia, bertujuan untuk mengkaji

kualitas hidup lansia dan untuk membandingkan faktor sosiodemografi yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat 52 pasien (20,7 %) dengan score QOL yang baik, 164 (65,4%) dengan

skore cukup baik dan 35 (13,9%) dengan score QOL yang rendah. Kualitas hidup

lansia yang rendah dihubungkan dengan kesehatan fisik, kondisi psikologis,

Page 20: Skripsi PDF

6

tingkat ketergantungan, hubungan sosial dan hubungan pasien dengan

lingkungan sekitarnya.

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada Bulan Maret 2014 di

Desa Sanding, Tampaksiring Gianyar, diperoleh data bahwa jumlah lansia

seluruhnya 457 orang. Selain itu, hasil wawancara langsung dengan beberapa

warga lansia di Desa Sanding tentang kemampuan mengingat, keluhan mereka

hampir sama yaitu sering lupa dengan apa yang telah dilakukan terutama terkait

dengan dimensi waktu. Namun demikian belum diketahui secara pasti jumlah

lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif.

Hasil pengukuran status kognitif terhadap 12 lansia di Desa Sanding

dengan menggunakan Mini Mental Status Examination (MMSE) didapatkan data

sebanyak 10 orang (83,3%) mempunyai kerusakan fungsi kognitif ringan dan 2

orang (16,7%) fungsi kognitifnya masih baik. Gejala yang ditemukan pada lansia

yang mengalami dimensia ringan seperti mudah lupa, cenderung melalaikan

pekerjaannya tetapi masih bisa mengerjakan pekerjaan yang ringan dengan aman,

tidak mengompol (inkontinensia urin), masih bisa menjaga kebersihan pribadi

dengan baik, masih mampu mengenal orang dan alamat sendiri, pembicaraan

sudah terbatas tetapi masih dapat dimengerti oleh orang lain. Sedangkan gejala

yang ditemukan pada lansia yang mengalami dimensia beratnya itu tidak mampu

mengurus dirinya sendiri, pembicaraan sudah tidak dapat dimengerti karena

sudah sangat terbatas, mengalami inkontenensia urin serta sudah tidak mampu

memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti misalnya berpakaian yang rapi.

Page 21: Skripsi PDF

7

Hasil wawancara 10 lansia dengan menggunakan instrument kualitas hidup

dari Nursalam (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kualitas hidup kurang yaitu sebanyak 7 orang (70%). Perubahan-perubahan yang

terjadi pada responden akibat penurunan kualitas hidup antara lain cepat capai,

lelah, pusing, berkeringat, mengalami kesulitan tidur sehingga waktu tidur

menjadi kurang, menjadi mudah tersinggung dan perasaan minder untuk bergaul

dengan lingkungan.

Pemberdayaan dan pelayanan terhadap lansia sesuai dengan peraturan

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia. Pelayanan

lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan

lembaga. Pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan yang dilakukan di Desa Sanding berupa posyandu lansia. Kegiatan

yang sudah dilakukan untuk memaksimalkan aktivitas lansia yaitu dengan

melaksanakan senam lansia setiap minggu, menyalurkan kreativitas lansia yang

membuat mereka merasa lebih berguna seperti lomba pesantian, mengadakan

kegiatan sebagai sarana hiburan dan keakraban bagi para lansia serta

melaksanakan kerja bakti meskipun hanya di sekitar lingkungan Desa. Desa

Sanding memiliki kader posyandu lansia sebanyak 2 orang yang sudah pernah

mendapat pelatihan tentang lansia dan pelaksanaan posyandu lansia. Kegiatan

yang sudah dilakukan oleh kader lansia selain melaksanakan kegiatan posyandu

juga sudah melakukan pendataan jumlah lansia di wilayah kerjanya sehingga

Desa Sanding mempunyai data yang valid tentang jumlah lansia. Pelaksanaan

Page 22: Skripsi PDF

8

posyandu lansia selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh lansia di Desa

Sanding. Rata-rata kunjungan lansia ke posyandu rata-rata sebanyak 30-40 orang

dari 457 lansia yang ada.

Bila dibandingkan dengan desa yang ada di Wilayah kerja Puskesmas I

tampaksiring, Desa sanding merupakan desa dengan jumlah lansia terbanyak

sehingga dapat diprediksi permasalahan yang akan terjadi pada lansia juga lebih

banyak. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang hubungan status kognitif dengan kualitas hidup

lansia Desa Sanding, Tampaksiring.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut : “Adakah hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia

Desa Sanding, Tampaksiring tahun 2014?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 TujuanUmum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status

kognitif dengan kualitas hidup lansia Desa Sanding, Tampaksiring.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi status kognitif lansia di Desa Sanding Tampaksiring.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Desa Sanding Tampaksiring.

Page 23: Skripsi PDF

9

1.3.2.3 Menganalisis hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia Desa

Sanding, Tampaksiring.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1.4.1.1 Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

penyampaian materi pendidikan keperawatan baik untuk pengembangan,

penerapan, maupun penelitian tentang hubungan status kognitif dengan

kualitas hidup lansia lebih lanjut.

1.4.1.2 Penelitian ini dapat memperkaya hasanah ilmu kesehatan dalam bidang

keperawatan gerontik khususnya tentang hubungan status kognitif dengan

kualitas hidup lansia yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber

pembelajaran.

1.4.1.3 Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan tentang

gangguan memori dan kualitas hidup pada lansia sehingga dapat

menggunakan intervensi yang tepat dalam melakukan pengelolaan sedini

mungkin agar gangguan daya ingat tidak berkembang kearah demensia

yang lebih berat serta untuk meningkatkan kualitas hidup lansia

Page 24: Skripsi PDF

10

1.4.2 Praktis

1.4.2.1 Bagi Lansia

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para lansia untuk menghambat

kemunduran daya ingat sehingga berguna bagi aktifitas hidup sehari-hari,

terutama untuk kualitas kehidupan lansia

1.4.2.2 Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gerontik

di komunitas, khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia

dengan gangguan fungsi kognitif, melalui upaya promotif dan preventif

pada lansia dan keluarga yang merawat lansia dengan gangguan fungsi

kognitif mengenai pentingnya peran keluarga dalam mempertahankan

daya ingat pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia

dengan gangguan fungsi kognitif.

1.5 KeaslianPenelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti ada penelitian sejenis yang pernah

dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah :

1.5.1 Dewi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pelatihan senam otak

meningkatkan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Trensa Werdha

Wana Seraya Denpasar”. Rancangan penelitian pre experimental.

Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling dengan jumlah

sampel 30 orang. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan paired

Page 25: Skripsi PDF

11

t test dan hasilnya adalah pelatihan senam otak dapat meningkatkan fungsi

kognitif pada lansia. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain variabel

bebas yang diteliti, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, analisa

data dan rancangan penelitian yang digunakan.

1.5.2 Fadhia, (2012). Hubungan fungsi kognitif dengan kemandirian melakukan

activities of daily living (ADL) pada lansia di UPT PSLU Pasuruan.

Fakultas keperawatan Universitas Airlangga. Metode penelitian analisis

korelasion dengan pendekatan cross sectional menggunakan tehnik

purposive sampling. Data yang diperoleh dari 33 partisipan berusia 60 atau

lebih . Variabel penelitian ini adalah fungsi kognitif dan tingkat

independen dalam Kegiatan Sehari-hari (ADL) melakukan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah peserta (51,52 %)

mengalami penurunan kognitif . Sebagian besar dari mereka (39,39 %)

tidak perlu bantuan untuk melakukan Kegiatan Sehari-hari (ADL). Tidak

ada hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dan tingkat

independen dalam Kegiatan Sehari-hari ( ADL ) tampil pada lansia di UPT

PSLU Pasuruan ( r = 0.143 ; sig ( 2 - tailed ) = 0.428 ), namun disarankan

agar orang tua harus memiliki suatu aktivitas mental untuk menjaga fungsi

kognitif mereka. Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan

adalah variabel bebas dan jenis penelitian sedangkan Perbedaan dengan

penelitian ini terletak pada variabel terikat yang diteliti tempat dan waktu

penelitian.

Page 26: Skripsi PDF

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1. Pengertian Lansia

Penuaan merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada

tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan (Sulianti, 2010).

Lanjut Usia (lansia) atau manusia usia lanjut (manula) adalah kelompok

penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau

pengelompokan tersendiri ini adalah populasi perumur 60 tahun atau lebih

(Setiabudhi, 2005).

Lanjut usia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun

atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena

sesuatu hal tidak dapat lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak

potensial) (Bandiyah, 2009). Lanjut usia adalah tahap lanjut suatu proses

kehidupan yang dijalani setiap individu, ditandai dengan penurunan kemampuan

tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Azizah, 2011).

Page 27: Skripsi PDF

13

Berdasarkan ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 tahun baik laki-laki atau

perempuan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stress lingkungan.

Batasan usia ini sampai sekarang belum memiliki kepastian referensi,

masih banyak yang berpendapat mengenai hal ini, beberapa pendapat mengenai

batasan usia ini antara lain : WHO (1989) dalam Bandiyah (2009) menetapkan

batasan usia lansia adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia pertengahan

(middle/young elderly), orang dengan usia 60-74 tahun disebut lansia (ederly),

umur 75-90 tahun disebut tua (old), umur di atas 90 tahun disebut sangat tua (very

old). Undang-undang RI No.4 tahun 1965 menjelaskan bahwa seseorang

dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun

ke atas, tidak mampu mencari nafkah (Azizah, 2011). Menurut pasal 1 ayat 2,3,4

UU no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Bandiyah, 2009).

2.1.2 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia.

Menurut Setiabudhi, (2005) perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut

usia diantaranya adalah :

1) Perubahan fisik

Faktor kesehatan meliputi keadaan psikis lansia. Keadaan fisik merupakan

faktor utama dari kegelisahan manula. Perubahan secara fisik meliputi sistem

prnapasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,

Page 28: Skripsi PDF

14

muskuloskletal, gastrointestinal dan system integumen mulai menurun pada

tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri

kembali dengan ketidakberdayaannya

2) Perubahan-perubahan mental.

a) Memory : kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang

lalu mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau seketika :

0-10 menit, kenangan buruk.

b) IQ (Inteligentia Quantion) : tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan

psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-

tekanan dari faktor waktu.

3). Perubahan psikologis

Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai

sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain

penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal

ini di kenal apa yang disebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan

diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya

dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja.

Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.

Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya

reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang

menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai

Page 29: Skripsi PDF

15

pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang

telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.

4) Perubahan-perubahan psikososial.

Menurut Nogroho, (2008) perubahan-perubahan psikososial yang terjadi

pada lanjut usia antara lain :

a) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika

lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,

gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

b) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal

tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

c) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti

dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi.

Depresi juga dapat disebabkan karena stress lingkungan dan menurunnya

kemampuan adaptasi.

d) Gangguan cemas

Gangguan cemas pada lansia dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik,

gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda

Page 30: Skripsi PDF

16

dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping

obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

2.2 Konsep Status Kognitif

2.2.1 Definisi kognitif

Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari

proses berfikir. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan

memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,

menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa

diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi (Ramdhani, 2008)

2.2.2 Fungsi kognitif pada usia lanjut

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak 75% dari

bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin, 2007). Kemampuan kognitif

seseorang berbeda dengan orang lain, dari hasil penelitian diketahui bahwa

kemunduran sub sistem yang membangun proses memori dan belajar mengalami

tingkat kemunduran yang tidak sama. Memori merupakan proses yang rumit

karena menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang (Ramdhani, 2008).

Pada lanjut usia selain mengalami perubahan fisik juga sering mengalami

perubahan fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif. Perubahan fungsi kognitif

dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) bentuk gangguan kognitif yang paling

ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59 tahun,

Page 31: Skripsi PDF

17

meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini

seseorang masih bisa berfungsi normal kendati mulai sulit mengingat kembali

informasi yang telah dipelajari, tidak jarang ditemukan pada orang setengah baya.

Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive

Impairment-MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat.

Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang

mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktifitas sehari-hari seseorang

(Sarwono, 2010).

Proses penerimaan informasi diawali dengan diterimanya informasi melalui

penglihatan (visual input) atau pendengarannya (auditory input) kemudian

diteruskan oleh sensory register yang dipengaruhi oleh perhatian (attention), ini

merupakan bagian dari proses input. Setelah itu informasi akan diterima dan

masuk dalam ingatan jangka pendek (short term memory), bila menarik perhatian

dan minat maka akan disimpan dalam ingatan jangka panjang (long termmemory).

Bila sewaktu-waktu diperlukan memori ini akan dipanggil kembali (Ellis, 2007).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier (seiring) dengan

bertambahnya usia adalah fungsi memori (daya ingat) berupa kemunduran dalam

kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang

telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval frommemory).

Penurunan fungsi memori secara linier itu terjadi pada kemampuan kognitif dan

tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal. Perubahan atau gangguan

memori pada penuaan otak hanya terjadi pada aspek tertentu, sebagai contoh,

Page 32: Skripsi PDF

18

memori primer (memori jangka pendek/ Shortterm memory) relatif tidak

mengalami perubahan pada penambahan usia, sedangkan pada memori sekunder

(memori jangka panjang/long term memory) mengalami perubahan bermakna.

Artinya kemampuan untuk mengirimkan informasi dari memori jangka pendek ke

jangka panjang mengalami kemunduran dengan penambahan usia. Dari sebuah

penelitian pada orang dengan kognisi normal berusia 62-100 tahun, disimpulkan

bahwa kemampuan proses belajar (learning) atau perolehan (acquisition)

mengalami penurunan yang sama secara bermakna pada penambahan usia, tetapi

tidak berhubungan dengan pendidikan, sedangkan kemampuan ingatan tertunda

(delayed recall atau forgetting) sedikit menurun tetapi lazimnya tetap, terutama

kalau faktor pembelajaran awal dipertimbangkan (Petersen et al. 2008).

2.2.3 Proses terjadinya gangguan status kognitif pada lansia

Seiring dengan penambahan usia, manusia akan mengalami kemunduran

intelektual secara fisiologis, kemunduran dapat berupa mudah lupa sampai pada

kemunduran berupa kepikunan (demensia). Kenyataan menunjukkan bahwa otak

menua mengalami kemunduran dalam kemampuan daya ingat dan kemunduran

dalam fungsi belahan otak kanan yang terutama memantau kewaspadaan,

konsentrasi dan perhatian Ellis, (2007)

Perkembangan otak menjadi tua terbukti dapat berlanjut terus sampai usia

berapapun kalau saja otak memperoleh stimulasi yang terus menerus, baik secara

fisik dan mental. Jumlah sel-sel otak berkurang setiap hari dengan beberapa puluh

ribu sehari, tetapi pengurangan ini tidak bermakna bila dibandingkan jumlah sel

Page 33: Skripsi PDF

19

yang masih ada sebagai cadangan. Ditambah lagi bukti-bukti penelitian yang

menunjukkan bahwa pada stimulasi lingkungan yang kaya (enriched

environment), jaringan antar sel dalam permukaan otak (corteks serebri)

bertambah terus jumlahnya sehingga dampaknya sumber daya otak dan

kemampuan kognitif usia lanjut dapat terus berkembang (Ellis, 2007).

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran

beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori) terutama

memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup sehari-

hari, hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa.

Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan (right brain) sebagai pusat intelegensi

dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat dari pada belahan otak sisi kiri

(left brain) sebagai pusat inteligensi kristal yang memantau pengetahuan. Dampak

dari kemunduran belahan otak sisi kanan pada lanjut usia antara lain adalah

kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian (Ellis, 2007).

2.2.4 Faktor risiko penurunan status kognitif

1. Umur

Menurut Sacanlan et al (dalam Myers, 2008) terdapat hubungan yang

positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif, artinya semakin tua umur lansia

semakin berisiko mengalami gangguan fungsi kognitif. Lansia yang berumur 60-

80 tahun mempunyai risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif sebesar 3.4 kali

lebih berisiko dibandingkan dengan lansia yang berumur < 60 tahun sedangkan

lansia yang berumur 80 tahun mempunyai peluang 6.4 kali lebih besar untuk

Page 34: Skripsi PDF

20

mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan umur 60-80 tahun. Semakin

bertambah umur maka semakin besar prevalensi dan semakin berat gangguan

fungsi kognitif yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena usia merupakan

faktor utama terjadinya gangguan fungsi kognitif.

2. Jenis kelamin,

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif dari pada laki-laki.

Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan

fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan

dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Penurunan fungsi kognitif

umum dan memori verbal dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam

tubuh. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi

kerusakan akibat stress oksidatif serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas

amiloid pada pasien Alzheimer (Sarwono, 2010).

3. Kekurangan Vitamin D

Kekurangan vitamin D sekitar 25% -54% pada orang berusia 60 keatas dan

74% ditemukan pada wanita pada penderita Alzheimer. Hal tersebut disebabkan

oleh metabolisme vitamin D yang kurang efisien pada orang tua. Karena sumber

utama vitamin D adalah sinar matahari, untuk mempertahankan tingkat serum

normal diet saja mungkin tidak cukup tanpa suplementasi. Hasil dari penelitian

tentang vitamin D dalam fungsi otak adalah adanya reseptor vitamin D pada

hippocampus dan merupakan pelindung dari saraf vitro (Wilkins et al, dalam

Myers, 2008).

Page 35: Skripsi PDF

21

4. Hipertensi,

Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi perubahan kognitif

lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan

efek penuaan pada struktur otak, meliputi penurunan substansia putih dan abu-abu

di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan hiperintensitas

substansia putih di lobus frontalis (Raz, Rodrigue, & Acker dalam Myers, 2008).

Angina pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit

vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton &

Marmot dalam Myers, 2008).

5. Pendidikan

Pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lansia dapat mempengaruhi

secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang. Tingkat pendidikan

seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitifnya.

Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak pada tes kognitifnya.

Seseorang yang berpendidikan rendah mempunyai risiko terjadinya gangguan

fungsi kognitif/ demensia dua kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang

yang memiliki pendidikan tinggi sebaliknya semakin tinggi pendidikan yang

dikenyam seseorang, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya demensia.

Setiap tahun jenjang pendidikan seseorang akan memperlambat penurunan daya

ingat hingga 2.5 bulan (Myers, 2008).

Page 36: Skripsi PDF

22

6. Pekerjaan

Pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja

keras/overworking, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat

mempengaruhi fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang terus menerus melatih

kapasitas otak dapat membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif

dan mencegah resiko terkena demensia (Darmono & Martono, 2010).

2.2.5 Pengukuran status kognitif

Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan pemeriksaan status

mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen

yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan

gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Hasilnya,

MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling

banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah

digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi

epidemiologi skala besar demensia (Setiawati, 2010).

Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan suatu skala terstruktur

yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 6 kategori: orientasi

terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap

waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal), registrasi (mengulang dengan

cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari

angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali

Page 37: Skripsi PDF

23

(mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi

nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu

kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual

(menyalin gambar) (Perry &Potter, 2006).

Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor

yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif yang makin parah. Skor

total berkisar antara 0-30, skor 24-30 menggambarkan kemampuan kognitif

sempurna. Skor MMSE 17-23 dicurigai mempunyai kerusakan fungsi kognitif

ringan. Selanjutnya untuk skor MMSE ≤ 17 terdapat kerusakan aspek fungsi

kognitif berat dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk

demensia (Perry &Potter, 2006).

2.3 Konsep Kualitas Hidup Lansia

2.3.1 Pengertian

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari

masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam

dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya,

tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas

hidupnya Coons & Kaplan (dalam Sarafino, 2008).

Kualitas hidup adalah suatu pandangan umum yang terdiri dari beberapa

komponen dan dimensi dasar yang berhubungan dengan kesehatan diantaranya

keadaan dan fungsi fisik, keadaan psikologis, fungsi sosial dan penyakit serta

Page 38: Skripsi PDF

24

perawatannya Cella & Tulsky (dalam Dimsdale, 2007) beberapa pendekatan

fenomenologi dari kualitas hidup menekankan tentang pentingnya persepsi

subjektif seseorang dalam memfungsikan kemampuan mereka sendiri dan

membandingkannya dengan standar kemampuan internal yang mereka miliki agar

dapat mewujudkan sesuatu menjadi lebih ideal dan sesuai dengan apa yang

mereka inginkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Campbell dkk (dalam

Dimsdale, 2007) yang menggaris bawahi tentang pentingnya persepsi subjektif

dan penafsiran dalam pengukuran kualitas hidup. Dalam hal ini dikemukakan

bahwa kualitas hidup dibentuk oleh suatu gagasan yang terdiri dari aspek kognitif

dan afektif karena penilaian individu terhadap satu kondisi kognitif

mempengaruhi secara efektif dan menimbulkan reaksi terhadap kondisi emosi

individu tersebut.

Kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang

individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut

biasanya dapat dinilai dari tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan

interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi (Cohen &

Lazarus dalam Sarafino, 2008).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, yang dimaksud dengan kualitas hidup

lansia dalam penelitian ini adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di

dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup

dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi

perhatian individu.

Page 39: Skripsi PDF

25

2.3.2 Dimensi kualitas hidup

Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri, karena

sifatnya sangat spesifik, bersikap abstrak, dan sulit diukur. Para ahli masing-

masing memiliki pandangan tersendiri mengenali dimensi quality of life. Clinch

dan Schipper dalam Ghozally (2005) memberikan 10 dimensi tentang kualitas

hidup, yaitu : 1) kondisi fisik, 2) kemampuan fungsional, 3) kesejahteraan

keluarga, 4) kesejahteraan emosi, 5) spiritual, 6) fungsi sosial, 7) kepuasan pada

layanan terapi, 8) orientasi masa depan, 9) seksualitas termasuk bodi image, 10)

fungsi okupasi.

Sedangkan menurut Suhardjono dalam Ghozally (2005), mengatakan

kualitas hidup seseorang umumnya dinilai dari tiga komponen yaitu : 1)

Kemampuan fisik : kemampuan fisik dinilai dengan kemampuan berjalan, naik

tangga, olahraga, dan lain-lain serta bagaimana keadaan kesehatannya saat ini

mempengaruhi pekerjaan sehari-hari, sekolah atau pekerjaan rumah tangganya, 2)

Kesehatan jiwa : dari aspek jiwa dinilai apakah ada rasa sakit atau kesakitan yang

membatasi aktifitas atau tidak, bagaimana keadaan perasaannya (missal : depresi,

cemas), perasaan-perasaan yang positif dan juga penilaian oleh pasien secara

umum mengenai keadaan kesehatannya sendiri, 3) Fungsi sosial : untuk aspek

social dinilai tentang aktifitas sosial seperti kunjungan ke rumah teman,

menghadiri pertemuan dengan teman, keluarga, dan lain-lain.

Menurut Nursalam (2012) pada WHOQoL-BREF terdapat 4 dimensi dalam

kualitas hidup, meliputi :

Page 40: Skripsi PDF

26

1) Kesehatan fisik (physical health) : mencakup rasa nyeri, energy, istirahat tidur,

mobilisasi, aktivitas, pengobatan dan pekerjaan.

2) Kesehatan psikologi (psychological health) : mencakup perasaan positif dan

negatif, cara berpikir, harga diri, body image dan spiritual.

3) Hubungan sosial (sosial relationship) : mencakup hubungan personal,

dukungan sosial, aktivitas seksual.

4) Lingkungan (environment) : mencakup keamanan fisik, lingkungan rumah,

sumber keuangan, fasilitas kesehatan, rekreasi dan trasportasi

2.3.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Menurut Nofitri, (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

antara lain :

1. Jenis kelamin

Mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak

jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan

yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait

dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Kualitas hidup

perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di mana laki-laki dan

perempuan memiliki perbedaan dalam peran akses dan kendali terhadap

berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting bagi laki-laki

dan perempuan juga akan berbeda.

Page 41: Skripsi PDF

27

2. Usia

Individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia

dewasa madya. Pada responden berusia tua menemukan adanya kontribusi

dari faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan

karena individu pada masa usia tua sudah melewati masa untuk melakukan

perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi

hidupnya dengan positif dibandingkan saat masa mudanya.

3. Pendidikan

Kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat

pendidikan yang didapatkan oleh individu. Pengaruh positif dari pendidikan

terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

4. Pekerjaan

Kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk

yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja, dan penduduk yang tidak mampu

bekerja.

5. Status kognitif

Lansia dengan gangguan fungsi kognitif/ demensia mengalami penurunan

kemampuan dalam adaptasi terhadap lingkungannya. Lansia dengan gangguan

fungsi kognitif mulai kebingungan/ tidak mampu mengenali tempat yang

biasanya ditinggali serta mengalami masalah dalam kehidupannya sosialnya. Hal

tersebut disebabkan oleh masalah kesehatan fisik yang akan membatasi untuk

beraktivitas di kehidupan sosialnya mengakibatkan timbulnya satu krisis dan

Page 42: Skripsi PDF

28

simptom-simptom psikologis yang akan mempengaruhi kualitas hidup pada

lansia (Gitahafas, 2011).

2.3.4 Kualitas hidup lansia

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada

pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa

menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, beguna dan

berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia

untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni : kemampuan menyesuaikan diri

dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya

penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut,

lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan

kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk

mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang

diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi

yang dimiliki oleh lansia (Sutikno, 2011).

2.3.5 Pengukuran kualitas hidup

Kualitas hidup menurut WHO meliputi 4 (empat) bidang atau domain yaitu

kesehatan fisik, kesehatan psikologik, hubungan social dan lingkungan. Kualitas

hidup diukur dengan menggunakan kuesioner WHOQoL (World Health

Organization Quality of Life) (Marchinko, 2008). Kuesioner WHOQoL - BREF

yang terdiri atas 26 item pertanyaan, dimana setiap item memiliki score 1-5 dan 5-

Page 43: Skripsi PDF

29

1 meliputi 4 domain. Komponen pertanyaan antara lain 2 pertanyaan umum yang

tidak masuk pada salah satu domain. Domain kesehatan fisik (physical health)

terdiri atas 7 pertanyaan tentang rasa nyeri, energy, istirahat tidur, mobilisasi,

aktifitas, pengobatan dan pekerjaan. Domain psikologi (psychological health)

terdiri atas 6 pertanyaan tentang perasaan positif dan negative, cara berpikir, harga

diri, body image dan spiritual. Domain hubungan social (sosial relationship)

dengan 3 pertanyaan tentang hubungan individu, dukungan social dan aktivitas

seksual. Domain lingkungan (environment) dengan 8 area pertanyaan yang

meliputi keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber keuangan, fasilitas kesehatan,

mudahnya mendapat informasi kesehatan, rekreasi, transportasi. Perhitungan

untuk menentukan skor kualitas hidup merupakan penjumlahan dari semua skor

yang didapat setiap item pertanyaan. Jawaban poin terendah adalah 1 = sangat

tidak memuaskan, sampai dengan 5 = sangat memuaskan, kecuali untuk

pertanyaan nomer 3, 4, dan 26 karena pertanyaan bersifat negatif maka memiliki

jawaban mulai skor 5 = sangat memuaskan hingga skor 1 = sangat tidak

memuaskan. Skor tersebut tersebut akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor

total dan kemudian dibagi menjadi 3 katagori, yaitu kualitas hidup baik bila skor

total > 96, kualitas hidup cukup bila skor total 61-95, kualitas hidup kurang bila

skor total 26-60. Pengukuran ini telah diuji reliabilitas dengan Alpha 0.5 dan r =

0.91 (World Health Organization Quality of Life, 2008).

Page 44: Skripsi PDF

30

2.3.6 Hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia

Perubahan fungsi kognitif atau daya ingat pada lansia berhubungan dengan

penurunan fungsi belahan kanan otak yang berlangsungnya lebih cepat dari pada

yang kiri hal ini disebabkan karena kebanyakan orang hanya menggunakan otak

kiri saja dan jarang menggunakan otak kanan. Para lansia mengalami penurunan

berupa kemunduran daya ingat visual (misalnya, mudah lupa wajah orang), sulit

berkonsentrasi, cepat beralih perhatian. Juga terjadi kelambanan pada tugas

motorik sederhana seperti berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi

sensoris serta dalam reaksi tugas kompleks. Sifat gangguan ini sangat individual,

tidak sama tingkatnya satu orang dengan orang lain (Sulianti, 2010).

Fungsi kognitif yang menurun secara normal pada lansia disebabkan oleh

proses berpikir menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang tepat,

dan kesulitan untuk pemusatan perhatian dan konsentrasi. lansia juga memerlukan

lebih banyak waktu untuk belajar hal yang baru, memerlukan lebih banyak isyarat

untuk mengingat kembali apa yang pernah di ingatnya. Orang yang mengalami

kepikunan yang tidak normal, ia bisa lupa makan, lupa nama pasangan, benda,

angka, atau keterampilan yang pernah dikuasai. Terkadang, ia pun lupa dengan

aturan-aturan sosial. Terjadi penurunan fungsi kognitif yang masih wajar pada

beberapa lansia disebut sebagai sifat pelupa keadaan ini tidak menyebabkan

gangguan pada aktifitas hidup sehari-hari, biasanya dikenali oleh keluarga atau

teman karena sering mengulang pertanyaan yang sama atau lupa kejadian yang

baru terjadi. Kondisi yang dihadapi lansia merupakan gangguan fungsi kognitif

Page 45: Skripsi PDF

31

atau gangguan memori ringan yang dapat digolongkan sebagai sindrom

predemensia dan dapat berkembang menjadi demensia (Bandiyah, 2009).

Gangguan fungsi kognitif pada lansia yang bisa berkembang menjadi

demensia, dapat mengakibatkan lansia mengalami gangguan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari (makan, minum, berpakaian, Buang Air Besar/Buang Air

Kecil, dan lain sebagainya), adanya perubahan emosi dan tingkah laku. Lansia

dengan demensia akan mengalami ketergantungan di dalam menjalankan semua

aktivitasnya karena dia dibantu oleh orang lain, kondisi tersebut dapat

mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta

kesejahteraan lansia yang didefenisikan sebagai kualitas hidup. Kualitas hidup

mempengaruhi kesehatan fisik, kondisi psikologis, tingkat ketergantungan,

hubungan sosial dan hubungan lansia dengan lingkungan sekitarnya (WHO,

2008).

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada

pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa

menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, beguna dan

berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia

untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni : kemampuan menyesuaikan diri

dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya

penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut,

lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan

kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk

Page 46: Skripsi PDF

32

mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang

diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi

yang dimiliki oleh lansia (Sutikno, 2011).

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novandhori 2008

dengan penelitian yang berjudul “Hubungan Peran Keluarga Dengan Kualitas

Hidup Lansia Yang Mengalami Gangguan Fungsi kognitif Di Desa Windunegara

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas”. Dari penelitian yang dilakukan

didapatkan hasil Peran keluarga yang paling dominan adalah sebagai fasilitator

(56,63), diikuti oleh sebagai edukator dan motivator (51.97 dan 49.36). Skor

tertinggi kualitas hidup terdapat pada domain hubungan sosial (70.08). Sementara

itu, domain fisik mewakili domain terendah QOL (53.57). Analisis menggunakan

pearson product moment menunjukkan hubungan yang signifikan antara peran

keluarga dan kualitas hidup lansia dengan gangguan kognitif (r = 0,392 ; p <

0,05).

Kesimpulan: Ada hubungan antara peran keluarga dan kualitas hidup lansia

dengan gangguan fungsi kognitif.

Page 47: Skripsi PDF

33

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Nursalam,

2011), Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti

gambar 2.1

Keterangan gambar

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Alur Pikir

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di

Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampak Siring Gianyar Tahun 2014.

Lansia

Perubahan fisik

Perubahan mental 1. Jenis kelamin,

2. Faktor

makanan

3. Hipertensi,

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

Otak menua mengalami

kemunduran dalam

kemampuan daya ingat

Perubahan Fungsi

Kognitif

Perubahan

psikososial Perubahan psikologis

Kualitas Hidup Lansia

Perubahan dalam

melakukan aktivitas

sehari-hari, adanya

perubahan emosi dan

tingkah laku

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas

hidup :

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Status kognitif

Page 48: Skripsi PDF

34

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa lansia adalah seorang laki-laki

atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Pada usia lanjut dapat

terjadi perubahan - perubahan baik itu perubahan fisik, perubahan

psikososial, perubahan psikologis, dan perubahan mental. Perubahan fisik

mengakibatkan otak yang menua mengalami kemunduran dalam

kemampuan daya ingat sehingga terjadi perubahan fungsi kognitif, selain

perubahan fisik adapula faktor lain yang menyebabkan terjadinya

perubahan fungsi kognitif antara lain jenis kelamin, faktor makanan,

hipertensi, pendidikan dan pekerjaan. Perubahan fungsi kognitif

mempengaruhi perubahan lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari –

hari juga adanya perubahan emosi dan tingkah laku. Hal tersebut akan

berdampak pada kualitas hidup lanjut usia. Adapula faktor lain yang

mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia seperti umur, jenis kelamin,

status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan salah satunya

adalah status kognitif.

Page 49: Skripsi PDF

35

2.5 Hipotesis

Hipotesis didalam penelitian merupakan jawaban sementara penelitian

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Nursalam, 2011).

Hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah ada hubungan status kognitif

dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Gianyar tahun 2014.

Page 50: Skripsi PDF

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitiannya (Nursalam, 2011). Penelitian ini merupakan jenis penelitian

deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan status

kognitif dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Gianyar. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan cross-sectional yang menekankan waktu pengukuran atau observasi

data hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).

Page 51: Skripsi PDF

37

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan alur kegiatan penelitian yang dilakukan,

adapun kerangka kerja penelitian ini seperti gambar 2.1

Gambar 2.1

Kerangka Kerja Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di

Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampak Siring Gianyar

Tahun 2014

Populasi

Seluruh lansia yang aktif di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I TampakSiring

Gianyar sebanyak 81 orang terdiri dari 35 laki-laki dan 46 perempuan

Pengumpulan data

1. Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)

untuk mengetahui status kognitif.

2. Kuesioner WHOQoL – BREF (World Health

Organization Quality of Life) untuk mengetahui

kualitas hidup

Analisa Data

Penyajian hasil penelitian

Sampling

Non Probability sampling yaitu dengan

dengan Purposive sampling

Kriteria

inklusi

Kriteria

eksklusi

Sampel

Lansia aktif yang memenuhi kriteria inklusi

Uji normalitas data dengan

uji kolmogorov smirnov

Normal

Product moment

Page 52: Skripsi PDF

38

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19

Juni sampai dengan tanggal 20 Juli Tahun 2014.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2014). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua lansia yang aktif mengikuti Posbindu di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar yang berjumlah 81

orang, yang terdiri dari 35 laki-laki dan 46 perempuan.

3.4.2 Teknik pengambilan sample

Sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk

diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2014). Sampel terdiri dari bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang aktif mengikuti

Posbindu di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar

yang memenuhi kriteria inklusi.

Page 53: Skripsi PDF

39

3.4.2.1 Besar sampel

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus menurut Nursalam (2011) sebagai berikut :

n = N

1 + N (d)2

Keterangan

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat signifikansi 95 % sama dengan α 0,05

n = N

1 + N (d)2

n = 81

1 + 81 (0,05)2

n = 81

1 + 81. 0,0025

n = 81

1 + 0,2025

n = 81

1,2025

n = = 67,435= 67

Berdasarkan perhitungan diatas, besar sampel pada penelitian ini sebanyak 67

orang.

3.4.2.2 Teknik sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel

(Sugiyono, 2013). Sampling adalah proses menyeleksi populasi untuk dapat

Page 54: Skripsi PDF

40

mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah

non probability sampling jenis “Purposive sampling” yaitu tehnik penetapan

sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang dikehendaki peneliti

sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2011).

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi yang terjangkau dan diteliti (Nursalam, 2011), yang termasuk kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden penelitian

2) Lansia yang berusia ≥ 60 tahun

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

4) Tidak menderita gangguan jiwa

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2011). Yang termasuk kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Lansia dalam kondisi sakit

2) Lansia dengan gangguan fisik seperti buta, bisu dan tuli

Page 55: Skripsi PDF

41

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Soeparto, dkk. 2000 dalam

Nursalam, 2011).

1. Variabel independen (bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau

yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2014).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah status kognitif lansia.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2014).Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah kualitas hidup lansia.

3.5.2 Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2014). Definisi operasional dalam penelitian seperti tabel 1

berikut :

Page 56: Skripsi PDF

42

Tabel 3.1

Definisi Operasional Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup

Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

TampakSiring Gianyar Tahun 2014

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala ukur Skor

1 2 3 4 5 6

1.

Variabel

independen :

status

kognitif

Kondisi orang tua untuk berpikir

dan mengingat, peristiwa yang

pernah atau sedang dialami

mencakup :

1. Orientasi

2. Registrasi

3. Atensi dan konsentrasi

4. Mengingat kembali

5. Bahasa

6. Kontruksi visual

Kuesioner

Mini Mental

State

Examination

(MMSE)

Interval 0 – 30

2 Variabel

dependent :

kualitas hidup

lansia

Penilaian individu terhadap posisi

mereka di dalam memfungsikan

dan membandingkan kemampuan

lansia sendiri melalui 4 dimensi

yang ada yaitu :

1. Kesehatan fisik

2. Psikologi

3. Hubungan sosial

4. Lingkungan

melalui konteks budaya dan sistem

nilai dimana mereka hidup dalam

kaitannya dengan tujuan individu,

harapan, standar serta apa yang

menjadi perhatian individu.

Kuesioner

WHOQoL-

BREF

Interval 26 – 130

3.6 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan untuk mendapatkan data status kognitif dan

kualitas hidup lansia adalah data primer yaitu data yang yang diambil langsung

dari responden melalui pembagian kuesioner.

Page 57: Skripsi PDF

43

1. Menurut skala pengukuran

Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk

mengkuantitatifkan data hasil pengukuran suatu variabel. Pada penelitian ini skala

pengukuran yang digunakan adalah skala interval.

3.6.2 Cara pengumpulan data

Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian

(Hidayat, 2014). Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2011).

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini :

1. Mengajukan ijin penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian terlebih dahulu

mengajukan ijin penelitian, adapun prosedur pengajuan ijin penelitian sebagai

berikut :

1) Mengurus surat ijin penelitian di Sekertariat Program Studi Ilmu Keperawatan

Stikes Wira Medika PPNI Bali

2) Membawa surat rekomendasi dari kampus untuk mengadakan penelitian ke

Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Provinsi Bali.

3) Mengajukan ijin untuk melakukan penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan

Politik Provinsi Bali untuk mengadakan penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa

Dan Politik Kabupaten Gianyar.

Page 58: Skripsi PDF

44

4) Membawa surat rujukan dari Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kabupaten

Gianyar ke Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Dandim 1616, Polresta

Kabupaten Gianyar dan Puskesmas 1 Tampaksiring Gianyar.

5) Setelah mendapatkan data dari Puskesmas 1 Tampaksiring Gianyar, peneliti

mengurus surat rujukan dari puskesmas ke Kepala Desa Tampaksiring Gianyar.

6) Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian oleh Kepala Desa

Tampaksiring Gianyar, peneliti melakukan pemilihan sampel dengan

menggunakan kriteria inklusi dan melakukan pengumpulan data di Desa

Sanding Tampaksiring Gianyar.

2. Melatih Enumerator

Saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh 2 orang Enumerator yaitu 1

petugas Puskesmas Tampak Siring I dan 1 teman peneliti. Sebelum melaksanakan

penelitian telah dilaksanakan pelatihan terhadap Enumerator, untuk menyamakan

persepsi mengenai cara pengumpulan data dan alat ukur pada tanggal 17 Juni

2014.

3. Menyeleksi calon responden

Setelah mendapatkan ijin untuk melaksanakan penelitian, langkah pertama

pengumpulan data adalah menyeleksi calon responden dengan berpedoman pada

kriteri inklusi. Setelah mendapatkan responden yang dikehendaki maka langkah

selanjutnya peneliti meminta persetujuan dari responden penelitian dengan

memberikan surat persetujuan dan meminta tanda tangan responden apabila

bersedia untuk diteliti.

Page 59: Skripsi PDF

45

4. Pengumpulan data

1). Peneliti melakukan pengumpulan data karakteristik responden yang

didapatkan melalui hasil wawancara dengan responden.

2). Kemudian dilanjutkan dengan wawancara terstuktur kepada responden

berkaitan dengan status kognitif (untuk menilai sejauh mana kemampuan

mengingat lansia) dan wawancara terstuktur kepada responden berkaitan dengan

kualitas hidup lansia.

3). Memberikan reinforcement positif berupa ucapan terima kasih atas kerja

samanya kepada lansia yang telah bersedia menjadi responden dan mau

menjawab wawancara yang diberikan sesuai kuisioner.

4). Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks

pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

3.6.3 Instrumen pengumpulan data

Instrumen atau alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis

dalam rangka pengumpulan data. Kuesioner untuk mengukur status kognitif lansia

menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan suatu skala

terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 6 kategori :

orientasi, registrasi, atensi dan konsentrasi, mengingat kembali, bahasa serta

kontruksi visual. Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar

sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif yang

makin parah. Skor total berkisar antara 0-30. Validitas dan reliabilitas kuesioner

Page 60: Skripsi PDF

46

MMSE telah diuji terhadap 30 responden oleh Sari (2012) hasil uji validitas

semua item dinyatakan valid dimana r hitung > r tabel (0,361) dengan koefisiensi

validitas r hitung berkisar dari 0,648 sampai 0,871. Hasil uji reliabilitas

didapatkan nilai r Alpha = 0, 867 > 0,361 maka semua item dinyatakan reliabel.

Pengukuran kualitas hidup menggunakan kuisioner WHOQoL – BREF

yang di kutip dari buku Nursalam, 2012 terdiri atas 26 item pertanyaan, dimana

setiap item memiliki score 1-5 dan 5-1 meliputi 4 domain. Komponen pertanyaan

antara lain 2 pertanyaan umum yang tidak masuk pada salah satu domain. Domain

kesehatan fisik (physical health) terdiri atas 7 pertanyaan tentang rasa nyeri,

energy, istirahat tidur, mobilisasi, aktifitas, pengobatan dan pekerjaan. Domain

psikologi (psychological health) terdiri atas 6 pertanyaan tentang perasaan positif

dan negative, cara berpikir, harga diri, body image dan spiritual. Domain

hubungan social (sosial relationship) dengan 3 pertanyaan tentang hubungan

individu, dukungan social dan aktivitas seksual. Domain lingkungan

(environment) dengan 8 area pertanyaan yang meliputi keamanan fisik,

lingkungan rumah, sumber keuangan, fasilitas kesehatan, mudahnya mendapat

informasi kesehatan, rekreasi, transportasi. Perhitungan untuk menentukan skor

kualitas hidup merupakan penjumlahan dari semua skor yang didapat setiap item

pertanyaan. Jawaban poin terendah adalah 1 = sangat tidak memuaskan, sampai

dengan 5 = sangat memuaskan, kecuali untuk pertanyaan nomor 3, 4, dan 26

karena pertanyaan bersifat negatif maka memiliki jawaban mulai skor 5 = sangat

memuaskan hingga skor 1 = sangat tidak memuaskan. Skor tersebut tersebut akan

Page 61: Skripsi PDF

47

dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Instrumen ini telah diuji validitas dan

reliabilitas oleh Ratna Mardiati (2007) dengan Alpha 0.5 dan r = 0.91.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data hasil pengamatan diolah dengan beberapa tahapan. Menurut Hidayat

(2014), tahapan pengolahan data antara lain :

1. Editing

Mengumpulkan semua hasil penghitungan dan pengecekan

kelengkapan data. Pada tahap ini peneliti telah memeriksa kelengkapan seluruh

data yang dikumpulkan, dari hasil penghitungan dan pengecekan kelengkapan

data, hasilnya seluruh data status kognitif dan kualitas hidup lansia sudah terisi

dengan lengkap.

2. Coding

Coding merupakan proses mengklasifikasi data sesuai dengan klasifikasinya

dengan cara memberikan kode tertentu. Klasifikasi data dilakukan atas

pertimbangan peneliti sendiri. Semua data diberikan kode untuk memudahkan

proses pengolahan data katagori sebagai berikut :

1) Umur : kode 1 = 60-74 tahun, kode 2 = 75-90 tahun.

2) Jenis kelamin : kode 1 = laki-laki, kode 2 = perempuan

3) Pendidikan : kode 1 = tidak sekolah, kode 2 = SD, kode 3 = SMP, kode 4 =

SMA, kode 4 = diploma/PT

Page 62: Skripsi PDF

48

4) Pekerjaan : kode 1 = tidak bekerja, kode 2 = PNS/TNI/POLRI, kode 3 =

swasta, kode 4 = wiraswasta, kode 5 = petani, kode 6 =buruh

3. Entry

Merupakan upaya memasukkan data kedalam program Statistikal Package

for the Social Sciens (SPSS) untuk selanjutnya dilakukan analisis.

4. Cleaning

Pembersihan data melalui pengecekan kembali data yang dientry apakah

data sudah benar atau belum. Data yang telah di entry dicocokkan dan diperiksa

kembali dengan data yang didapatkan pada kuesioner untuk mengecek kesalahan-

kesalahan dengan menghubungkan jawaban satu sama lain untuk mengetahui

adanya konsistensi jawaban. Bila ada perbedaan hasil, segera dilakukan

pengecekan ulang. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

5. Tabulasi

Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian

memasukkannya ke dalam tabel. Setiap hasil kuesioner tentang status kognitif dan

kualitas hidup lansia yang sudah diberi nilai dimasukkan dalam tabel. Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan pada waktu melakukan pengolahan data. Pada

tahap ini dilakukan kegiatan memasukkan data ke dalam tabel yang telah

ditentukan nilai atau katagori faktor secara tepat dan cepat. Penyajian data dalam

penelitian ini yaitu dalam bentuk narasi dan tabel sesuai judul penelitian.

Selanjutnya data yang diperoleh diolah dan dilakukan analisis statistik.

Page 63: Skripsi PDF

49

3.7.2 Tehnik Analisis Data

Tehnik analisa data yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

1. Analisis univariat

Analisis yang dilakukan adalah univariat (deskriptif), yaitu analisis yang

dilakukan pada tiap tabel dari hasil penelitian dan pada umumnya dalam analisis

ini dapat menghasilkan mean, range standar deviasi, distribusi frekuesi dari tiap

variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari variabel-

variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran tiap variabel. Adapun

data yang dianalisis secara univariat meliputi nilai status kognitif dan kualitas

hidup lansia.

2. Analisis bivariat

Uji analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi.

Analisis ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yaitu

keeratan hubungan dua variabel, arah hubungan dan signifikan atau tidaknya

hubungan. Mengetahui keeratan hubungan antar variabel dapat dilihat pada

besarnya koefisiensi kolerasi, untuk mengetahui arah hubugan maka dapat dilihat

pada tanda koefisiensi kolerasi yaitu positif dan negatif, jika positif berarti

terdapat hubungan yang positif antar variabel, jika negatif berarti hubungan antar

variabel hubungannya negatif. Sedangkan untuk mengetahui hubungan kedua

variabel berarti atau tidak maka dilakukan pengujian signifikansi (Prayitno, 2009).

Sebelum data di analisis telah dilakukan uji normalitas data dengan cara membagi

nilai skewnes dengan standar error skewnes dari data status kognitif, dan kualitas

Page 64: Skripsi PDF

50

hidup. Hasil pembagian menghasilkan angka < 2 menunjukkan data berdistribusi

normal. Berdasarkan uji normalitas data dapat diketahui data berdistribusi normal

sehingga analisa data menngunakan uji Product Moment.

Berdasarkan hasil uji ditentukan apakah hipotesa diterima atau ditolak.

Penentuan hipotesa diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan nilai

probability yang didapatkan dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi, pada

penelitian ini tingkat signifikansi sebesar 95 % sama dengan α 0,05.

Kesimpulannya apabila nilai probability lebih besar dari nilai signifikansi (p >

0,05), maka hipotesa nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak berarti tidak ada

hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah

Kerja Puskesmas I TampakSiring Gianyar, bila nilai probability lebih kecil dari

nilai signifikansi (p < 0,05) maka hipotesa nol di tolak dan hipotesa alternatif

diterima berarti ada hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I TampakSiring Gianyar Tahun 2014.

Mengetahui kekuatan hubungan dilihat dari nilai koefisiensi kolerasi

digunakan penilaian menurut Sugiyono (2013), ukuran korelasi adalah sebagai

berikut :

1) 0,70 – 1,00 (baik plus atau minus) menunjukkan derajat asosiasi yang tinggi

2) 0,40 – 0,70 (baik plus atau minus) menunjukkan asosiasi yang sedang

3) 0,20 – 0,40 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang rendah

4) < 0,20 (baik plus atau minus) dapat diabaikan

Page 65: Skripsi PDF

51

3.8 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut Hidayat (2014),

masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan dengan

tujuan agar responden mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia diteliti maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka peneliti

harus menghormati hak klien.

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan mengenai kerahasiaan identitas responden penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada

hasil riset.

Page 66: Skripsi PDF

52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sanding yang terletak di wilayah

Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar yang merupakan salah satu wilayah

kerja Puskesmas I Tampaksiring, dengan luas wilayah 342 Ha yang terletak

membujur dari Utara ke Selatan diapit oleh dua buah sungai yaitu sungai Petanu

dan Sungai Pakerisan dengan batas – batas sebagai berikut : di sebelah Utara Desa

Tampaksiring, di sebelah Selatan Desa Pejeng Kaja, di sebelah Barat Tukad

Petanu, dan di sebelah Timur Tukad Pakerisan. Sungai tersebut telah memberikan

manfaat yang besar bagi masyarakat Desa Sanding diantaranya untuk mengairi

persawahan pada subak – subak di Desa Sanding. Tingkat pendidikan para lanjut

usia di Desa Sanding sebagian besar adalah tidak tamat SD dan sebagian besar

lansia tidak bekerja, namun beberapa lanjut usia mata pencahariannya adalah

Petani. Sarana dan perasarana yang ada di Desa Sanding yaitu sarana kesehatan

satu puskesmas dengan jarak ±5 km, dan satu posbindu lansia.

Pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup pada lanjut usia

yang telah dilaksanakan di Desa Sanding wilayah kerja puskesmas I Tampaksiring

adalah membentuk posbindu lansia dilaksanakan setiap 3 minggu sekali dengan

kegiatan antara lain pertemuan rutin, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, gotong

royong, dan jalan santai. Sedangkan kegiatan olahraga senam dilaksanakan 3

Page 67: Skripsi PDF

53

(tiga) kali seminggu yaitu pada hari selasa, kamis dan minggu yang dipandu oleh

pelatih bersertifikat. Pelaksanaan posbindu lansia selama ini belum sepenuhnya

dimanfaatkan oleh lansia yang ada di Desa Sanding. Rata-rata kunjungan lansia ke

posbindu sebanyak 30 orang.

4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah lansia yang aktif mengikuti Posbindu di Desa

Sanding wilayah kerja puskesmas I Tampaksiring Gianyar. Setelah dilakukan

pemilihan sampel didapatkan sampel sebanyak 67 sampel yang memenuhi kriteria

inklusi yaitu lansia yang bersedia menjadi responden penelitian, lansia yang

berusia ≥ 60 tahun, lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik dan lansia

yang tidak menderita gangguan jiwa. Berdasarkan karakteristik subyek penelitian

yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

1. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur di Desa Sanding wilayah kerja

puskesmas I Tampaksiring Gianyar dapat di jelaskan seperti tabel 4.1:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Umur Hasil Penelitian

Frekuensi Persentase

1 60-74 tahun 49 73.1

2 75-90 tahun 18 26.9

Total 67 100,0

Page 68: Skripsi PDF

54

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berumur 60-74 tahuan yaitu sebanyak 49 responden (73,1%).

2. Jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Sanding

wilayah kerja puskesmas I Tampaksiring Gianyar dapat di jelaskan seperti tabel

4.1 :

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Jenis Kelamin Hasil Penelitian

Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 32 47.8

2 Perempuan 35 52.2

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 responden (52,2%).

3. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Desa Sanding Wilayah

Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar dapat di jelaskan seperti tabel 4.3 :

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Pendidikan Hasil Penelitian

Frekuensi Persentase

1 Tidak sekolah 30 44.8

2 SD 18 26.9

3 SMP 6 9.0

4 SMA 8 11.9

Page 69: Skripsi PDF

55

5 Sarjana 5 7.5

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tidak sekolah/tidak tamat SD yaitu sebanyak 30 responden (44,8%) dan responden

frekuensi terendah adalah pendidikan sarjana yaitu sebanyak 5 responden (7,5%).

4. Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Desa Sanding Wilayah

Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar dapat di jelaskan seperti tabel 4.4 :

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Pekerjaan Hasil Penelitian

Frekuensi Persentase

1 Tidak bekerja 45 67.2

2 Wiraswasta 16 23.9

3 Petani 6 9.0

Total 67 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa sebagian besar responden

tidak bekerja yaitu sebanyak 45 responden (67,2%) dan responden dengan

frekuensi terendah adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 6 reponden

(9,0%).

4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah status kognitif dan kualitas

hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar,

hasil penelitian sebagai berikut :

Page 70: Skripsi PDF

56

1. Status kognitif

Berikut disajikan status kognitif lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampak Siring Gianyar, adapun hasil penelitian yang didapatkan

dapat dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5

Hasil Status Kognitif Di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

Status Kognitif Rata-rata Minimal Maksimal Standar Deviasi

CI (95%)

Terendah Tertinggi

Hasil 21,73 16 29 3,795 20,99 22,98

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukan skor status kognitif lansia, skor minimal

adalah 16 sedangkan skor maksimal adalah 29 dengan skor rata-rata status

kognitif adalah 21,73 lansia mengalami status kognitif ringan, dengan standar

deviasi 3,795.

1). Tabel hasil sebaran pedoman wawancara status kognitif

Hasil sebaran pedoman wawancara status kognitif yang terdiri dari 30 poin

dengan 6 kategori yaitu orientasi, regitrasi, atensi dan konsentrasi, mengingat,

bahasa dan kontruksi visual. Hasil sebaran pedoman wawancara status kognitif ini

dapat menunjukkan hasil terendah, tertinggi dan rata-rata pada tabel status

kognitif. Pada tabel ini berisikan setiap nilai aspek kognitif, dimana setiap aspek

memiliki nilai yang berbeda untuk aspek orientasi, atensi dan konsentrasi skornya

0 – 5, registrasi, mengingat dan bahasa3 skronya 0 – 3, aspek bahasa1 skornya 0-2,

aspek bahasa2,4,5, dan aspek kontruksi visual skornya 0-1. Pada tabel 7.1 berikut

dapat ditampilkan frekuensi dan nilainya.

Page 71: Skripsi PDF

57

Tabel 4.6

Hasil Sebaran Kuisioner Mini Mental State Examination di Desa Sanding Wilayah

Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Aspek Kognitif

Nilai

Min

Max

Rata-

rata

Nilai

total 0 1 2 3 4 5 n

1 Orientasi Waktu 0 0 1 35 18 13 67 2 5 3,64 244

2 Orientasi Tempat 0 0 3 34 25 5 67 2 5 3,48 233

3 Registrasi 0 0 37 30 67 2 3 2,55 171

4 Atensi dan Konsentrasi 0 0 17 31 18 1 67 2 5 3,04 204

5 Mengingat 0 3 46 18 67 1 3 2,22 149

6 Bahasa1 0 27 40 67 1 2 1,60 107

7 Bahasa 2 4 63 67 0 1 0,94 63

8 Bahasa3 1 24 30 12 67 0 3 1,79 120

9 Bahasa 4 8 59 67 0 1 0,88 59

10 Bahasa 5 17 50 67 0 1 0,75 50

11 Kontruksi visual 13 54 67 0 1 0,81 54

Berdasarkan tabel 4.6, menunjukan hasil sebaran kuisioner MMSE, nilai total

terendah adalah 50 dengan skor rata-rata dari aspek bahasa1 yaitu 0,75 sedangkan

nilai total tertinggi adalah 244 dengan skor rata-rata dari aspek orientasi waktu

yaitu 3,64.

2. Kualitas hidup

Berikut disajikan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar, adapun hasil penelitian yang didapatkan

dapat dilihat pada tabel 4.7 :

Tabel 4.7

Hasil Kualitas Hidup Lansia Di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

Kualitas Hidup Rata-rata Minimal Maksimal Standar Deviasi

CI (95%)

Terendah Tertinggi

Page 72: Skripsi PDF

58

Hasil 77.76 50 117 21,654 72,48 83,04

Berdasarkan tabel 4.7, menunjukan skor kualitas hidup lansia, skor

minimal adalah 50 artinya kualitas hidup lansia kurang, sedangkan skor maksimal

adalah 117 artinya kualitas hidup lansia baik dengan skor rata-rata kualitas hidup

lansia adalah 77,76, dengan standar deviasi 21,654.

1). Tabel hasil sebaran pedoman wawancara WHOQoL-BREF

Hasil sebaran pedoman wawancara kualitas hidup yang terdiri dari 26 item

pertanyaan dimana setiap item memiliki nilai 1-5 yang meliputi 4 domain yaitu

kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan. Hasil sebaran

pedoman wawancara kualitas hidup ini dapat menunjukkan hasil nilai terendah,

tertinggi, dan rata-rata pada tabel kualitas hidup. Pada tabel 4.8 berikut dapat

ditampilkan frekuensi dan nilainya.

Tabel 4.8

Hasil Sebaran Kuisioner WHOQoL-BREF di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

No Kualitas Hidup

Nilai

Min

Max

Mean

Nilai

total 1 2 3 4 5 n

1 Kesehatan fisik 0 21 24 22 0 67 2 4 3,01 202

2 Psikologi 0 26 19 19 3 67 2 5 2,99 200

3 Hubungan sosial 3 33 5 24 2 67 1 5 2,84 190

4 Lingkungan 0 27 15 21 4 67 2 5 3,03 203

Berdasarkan tabel 4.8, menunjukan hasil sebaran kuisioner kualitas hidup,

nilai total terendah adalah 190 dengan skor rata-rata dari domain hubungan sosial

yaitu 2,84 sedangkan nilai total tertinggi adalah 203 dengan skor rata-rata dari

domain lingkungan yaitu 3,03.

4.1.4 Hasil Analisis Data

Page 73: Skripsi PDF

59

Analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji Product

Moment karena berdasarkan uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov didapatkan hasil status kognitif = 1,367 dengan probabilitas 0,200 dan

kualitas hidup = 2,248 dengan probabilitas 0,120 atau (p > 0,05) maka diketahui

bahwa data variabel status kognitif dan kualitas hidup berdistribusi normal. Dari

dua data tersebut menunjukkan data berdistribusi normal.

Analisis data dilakukan untuk menganalisis hubungan status kognitif

dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I

Tampaksiring Gianyar Tahun 2014, hasil analisisnya seperti yang ditunjukkan

tabel 4.9 :

Tabel 4.9

Hasil Analisis Hubungan Status Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Gianyar Tahun 2014

Product Moment N p value Coefisien Corelation

Hasil Analisis 67 0,000 0,504

Berdasarkan hasil uji Product Moment didapatkan nilai p value sebesar

0,000 (p < 0,05), hasil ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

status kognitif dengan kualitas hidup lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring (hasil uji terlampir). Nilai koefisiensi kolerasi sebesar

0,504 menunjukkan variabel status kognitif dengan kualitas hidup memiliki

derajat hubungan yang sedang. Tidak terdapat tanda negatif (-) di depan nilai

koefisiensi kolerasi menunjukkan bahwa arah hubungan antar variabel terdapat

hubungan yang positif artinya semakin baik status kognitif lansia maka kualitas

Page 74: Skripsi PDF

60

hidupnya akan semakin baik. Analisis lebih lanjut status kognitif berkontribusi

sebesar 50,4% terhadap kualitas hidup sedangkan sisanya oleh faktor lain.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Status Kognitif Lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor status kognitif lansia, skor

terendah adalah 16 sedangkan skor tertinggi adalah 29 dengan skor rata-rata status

kognitif adalah 21,73 termasuk mengalami kerusakan fungsi kognitif ringan. Hasil

penelitian yang didapatkan menunjukkan sebagian besar responden mengalami

gangguan kognitif ringan. Menurunnya fungsi kognitif sering kali dianggap

sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada mereka yang

berusia lanjut, padahal menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai dengan

banyak lupa merupakan salah satu gejala awal kepikunan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dimana dari 40 responden sebagian

besar 28 responden (70%) mengalami gangguan kognitif ringan.

Peneliti sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ellis, (2007) yang

menyatakan seiring dengan penambahan usia, manusia akan mengalami

kemunduran intelektual secara fisiologis, kemunduran dapat berupa mudah lupa

sampai pada kemunduran berupa kepikunan (demensia). Kenyataan menunjukkan

bahwa otak menua mengalami kemunduran dalam kemampuan daya ingat dan

kemunduran dalam fungsi belahan otak kanan yang terutama memantau

kewaspadaan, konsentrasi dan perhatian. Proses menua sehat (normal aging)

Page 75: Skripsi PDF

61

secara fisiologi juga terjadi kemunduran beberapa aspek kognitif seperti

kemunduran daya ingat (memori) terutama memori kerja (working memory) yang

amat berperan dalam aktifitas hidup sehari-hari, hal ini menjelaskan mengapa

pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan

(right brain) sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih

cepat dari pada belahan otak sisi kiri (left brain) sebagai pusat inteligensi kristal

yang memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan

pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian.

Hasil penelitian yang didapat juga sesuai dengan teori Sarwono, (2010) pada

lanjut usia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami

kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif. Kemunduran fungsi

kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) bentuk gangguan kognitif yang

paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia 50-59

tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini

seseorang masih bisa berfungsi normal kendati mulai sulit mengingat kembali

informasi yang telah dipelajari, tidak jarang ditemukan pada orang setengah baya.

Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive

Impairment-MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat.

Demensia adalah suatu kemunduran intelektual berat dan progresif yang

mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan aktifitas sehari-hari seseorang.

Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lansia mengalami

gangguan kognitif ringan, hal ini didukung oleh karakteristik responden

Page 76: Skripsi PDF

62

berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar yaitu 49 orang (73,1%) berumur

60-74 tahun. Menurut Sacanlan et al (dalam Myers, 2008) terdapat hubungan

yang positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif, artinya semakin tua umur

lansia semakin berisiko mengalami gangguan fungsi kognitif. Lansia yang

berumur 60-80 tahun mempunyai risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif

sebesar 3.4 kali lebih berisiko dibandingkan dengan lansia yang berumur < 60

tahun sedangkan lansia yang berumur 80 tahun mempunyai peluang 6.4 kali lebih

besar untuk mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan umur 60-80 tahun.

Semakin bertambah umur maka semakin besar prevalensi dan semakin berat

gangguan fungsi kognitif yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena usia

merupakan faktor utama terjadinya gangguan fungsi kognitif.

Pendidikan responden juga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif

pada lansia. Karakteristik lansia berdasarkan pendidikan pada penelitian ini

sebagian besar yaitu 30 orang (44,8%) tidak tamat sekolah. Menurut Myers,

(2008) pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lansia dapat mempengaruhi

secara tidak langsung terhadap fungsi kognitif seseorang. Tingkat pendidikan

seseorang mempunyai pengaruh terhadap penurunan fungsi kognitifnya.

Pendidikan mempengaruhi kapasitas otak, dan berdampak pada tes kognitifnya.

Seseorang yang berpendidikan rendah mempunyai risiko terjadinya gangguan

fungsi kognitif/ demensia dua kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang

yang memiliki pendidikan tinggi sebaliknya semakin tinggi pendidikan yang

dikenyam seseorang, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya demensia.

Page 77: Skripsi PDF

63

Setiap tahun jenjang pendidikan seseorang akan memperlambat penurunan daya

ingat hingga 2.5 bulan.

Pekerjaan juga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada

lansia. Karakteristik lansia berdasarkan pekerjaan menunjukkan sebagian besar

yaitu 45 orang (67,2%) tidak bekerja. Menurut Darmono & Martono (2010)

pekerjaan dapat mempercepat proses menua yaitu pada pekerja keras/over

working, seperti pada buruh kasar/petani. Pekerjaan orang dapat mempengaruhi

fungsi kognitifnya, dimana pekerjaan yang terus menerus melatih kapasitas otak

dapat membantu mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif dan mencegah

resiko terkena demensia.

Jenis kelamin juga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada

lansia berdasarkan jenis kelamin menunjukkan sebagian besar yaitu 35 orang

(52,2%) perempuan. Menurut Sarwono (2010) wanita lebih beresiko mengalami

penurunan kognitif dari pada laki-laki. Hal ini disebabkan adanya peranan level

hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah

ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori,

seperti hipokampus. Penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal

dikaitkan dengan rendahnya level estradiol dalam tubuh. Estradiol diperkirakan

bersifat neuroprotektif yaitu dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif

serta sebagai pelindung sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer.

Aspek status kognitif yang paling bermasalah dalam penelitian ini adalah

pada aspek mengingat dan bahasa diantaranya lansia tidak bisa mengulangi ketiga

Page 78: Skripsi PDF

64

obyek yang sudah disebutkan sebelumnya, lansia tidak bisa mengikuti perintah

yang terdiri dari 3 langkah dan kemampuan mengikuti perintah untuk

menggambar bentuk yang telah dicontohkan. Menurut Saladin (2007) gangguan

aspek berbahasa pada lansia termasuk kemampuan mengekspresikan dan

pemahaman tulisan dan mengucapkan kata-kata hal ini disebabkan terjadinya

perubahan area Wernicke pada otak akan menunjukkan gejala aphasia receptive

dimana tidak terdengar suara atau sukar dimengerti. Kerusakan area wernicke

akan menyebabkan hambatan pemahaman baik dalam berbicara maupun bahasa

tulisan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Fadhia, (2012) yang meneliti tentang hubungan fungsi kognitif dengan

kemandirian melakukan activities of daily living (ADL) pada lansia di UPT PSLU

Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah peserta (51,52

%) mengalami penurunan kognitif.

Peneliti berpendapat, perkembangan otak lansia yang diberikan stimulasi

secara terus-menerus akan lebih baik kemampuan kognitifnya dibandingkan

dengan lansia yang jarang mendapatkan stimulus sehingga dengan memberikan

lansia berbagai kegiatan yang bermanfaat dapat membantu lansia dalam

kemampuan daya ingatnya supaya lansia tidak mudah lupa dan mampu

bersosialisasi dengan lingkungannya. Karena semakin rendah hasil nilai status

kognitif yang diperoleh lansia maka mengindikasikan gangguan kognitif yang

Page 79: Skripsi PDF

65

semakin parah dan dapat berkembang menjadi demensia sehingga lansia

mengalami ketergantungan dengan orang lain.

4.2.2 Kualitas Hidup Lansia

Hasil penelitian menunjukkan skor status kualitas hidup lansia, skor

terendah adalah 50 sedangkan skor tertinggi adalah 117 dengan skor rata-rata

kualitas hidup lansia adalah 77,76 termasuk kualitas hidup cukup baik. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2010) hubungan

penerimaan diri dengan kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Trucuk

I Kabupaten Klaten. Hasil penelitian yang menunjukkan dari 60 responden

sebagian besar kualitas hidup lansia dalam kategori cukup baik dengan jumlah 39

orang (65%).

Peneliti sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sutikno, (2011)

yang menyatakan kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional

lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan

mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan,

beguna dan berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan

seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni : kemampuan

menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang

dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia

tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan

dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk

mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang

Page 80: Skripsi PDF

66

diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi

yang dimiliki oleh lansia

Hasil penelitian yang didapat juga sesuai dengan teori Bandiyah (2009) yang

menunjukkan rata-rata kualitas hidupnya cukup baik. Usia lanjut pada umumnya

mengalami berbagai gejala akibat terjadinya penurunan fungsi biologis,

psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada

seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Perubahan yang umum dialami

lansia, misalnya perubahan sistem imun yang cenderung menurun sehingga lansia

sering cepat lelah dan mudah menderita penyakit, perubahan sistem integumen

yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem

kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan

metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan kemampuan penglihatan dan

pendengaran. Penurunan fungsi fisik tersebut ditandai dengan ketidakmampuan

lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat.

Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan

menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi kesehatan,

serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia.

Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar responden memiliki

kualitas hidup yang baik hal ini dapat disebabkan faktor karakteristik responden

salah satunya adalah faktor umur, dimana responden pada penelitian ini sebagian

besar yaitu 49 orang (73,1%) berumur 60-74 tahun. Hal ini didukung oleh teori

Nofitri, (2009) Individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi

Page 81: Skripsi PDF

67

pada usia dewasa madya. Pada individu berusia tua menemukan adanya kontribusi

dari faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan karena

individu pada masa usia tua sudah melewati masa untuk melakukan perubahan

dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan

positif dibandingkan saat masa mudanya.

Faktor lain yang mendukung kualitas hidup yang tinggi lansia pada

penelitian ini adalah faktor pendidikan, pada penelitian sebagian besar yaitu 30

orang (44,8%) tidak tamat sekolah. Hal ini didukung oleh Nofitri, (2009) kualitas

hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang

didapatkan oleh individu. Pedidikan dalam hal ini terkait dengan pengetahuan

sehingga dengan pendidikan dan pengesahan yang dimiliki dapat

mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam menghadapi stresor.

Hal ini disebabkan karena pemahaman yang baik terhadap suatu informasi,

sehingga individu tersebut akan menyikapi dengan positif serta akan mengambil

tindakan yang tepat dan bermanfaat untuk dirinya. Kualitas hidup akan meningkat

seiring dengan tingginya tingkat pendidikan yang didapat oleh individu. Tingkat

pendidikan merupakan indikator bahwa seseorang telah menempuh jenjang

pendidikan formal di bidang tertentu, seseorang dengan pendidikan yang baik,

lebih matang terhadap proses perubahan pada dirinya, sehingga lebih mudah

menerima pengaruh luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai

informasi termasuk informasi tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi

kualitas hidup semakin baik.

Page 82: Skripsi PDF

68

Pendidikan merupakan faktor penting dalam memahami perubahan-

perubahan yang terjadi serta perawatan diri yang diperlukan pada masa lansia.

Pendidikan dalam hal ini terkait dengan pengetahuan sehingga dengan

pengetahuan yang dimiliki akan memberikan kecenderungan untuk menerima

perubahan-perubahan yang terjadi akibat usia lanjut. Selain itu lansia dengan

pendidikan tinggi akan dapat mengembangkan mekanisme koping yang

konstruktif dalam menghadapi stresor. Hal ini disebabkan karena pemahaman

yang baik terhadap suatu informasi, sehingga individu tersebut akan menyikapi

dengan positif serta akan mengambil tindakan yang tepat dan bermanfaat untuk

dirinya.

Faktor pekerjaan juga dapat mendukung kualitas hidup pada lansia dimana

pada penelitian ini sebagian besar yaitu 45 orang (67,2%) tidak bekerja. Hal ini

didukung oleh Nofitri, (2009) pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri

seseorang dan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidupnya. Seseorang yang

bekerja cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan

yang tidak bekerja, karena dengan bekerja maka kemampuan seseorang

menjalankan peran dirinya akan meningkat pula. Hal ini akan berdampak pada

peningkatan harga diri dan kualitas hidupnya dimana dengan bekerja seseorang

tetap memiliki sumber penghasilan, memiliki dukungan yang lebih baik dari

lingkungan kerjanya, dan akan meminimalkan konflik peran yang terjadi akibat

perubahan kondisi fisik

Page 83: Skripsi PDF

69

Kualitas hidup antara lansia yang bekerja dan yang tidak bekerja terdapat

perbedaan, dimana individu yang bekerja karena pekerjaan terkait dengan

finansial atau pendapatan dengan finalsial yang memadai seseorang dapat

meningkatkan kesejahteraan psikologis, meningkatkan semangat, dan memotivasi

diri untuk selalu bersikap dan berprilaku sehat sehingga mempengaruhi seseorang

untuk melakukan manajemen perawatan diri dengan baik. Kemampuan finansial

akan menyebabkan seseorang mudah untuk mencari informasi, perawatan dan

pengobatan untuk dirinya.

Peneliti berpendapat sebagian besar lansia mengalami kualitas hidup

cukup baik hal ini disebabkan karena tingginya dukungan keluarga yang

didapatkan lansia baik secara fisik, biologis, mental dan sosial. Lansia merasa

lebih diperhatikan dan diberikan kasih sayang oleh sebab itu lansia tidak memiliki

beban pikiran sehingga kualitas hidup lansia akan lebih baik ketika berkumpul dan

tinggal bersama keluarganya.

4.2.3 Hubungan status kognitif dengan kualitas hidup lansia

Hasil analisis data dengan uji Product Moment didapatkan nilai p value

sebesar 0,000<dari tingkat signifikansi ditentukan yaitu 0,05, hasil ini

menunjukkan ada hubungan yang signifikan status kognitif dengan kualitas hidup

lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring. Nilai

koefisiensi kolerasi sebesar 0,504 menunjukkan variabel status kognitif dengan

kualitas hidup memiliki derajat hubungan yang sedang.

Page 84: Skripsi PDF

70

Tergangguanya fungsi kognitif lansia dapat mempengaruhi kapasitas

fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta kesejahteraannya yang

didefenisikan sebagai kualitas hidup (Quality of Life/QOL). Menurut Studi oleh

Comijs et al. (2004) dalam surprenant & Neath (2007) menunjukkan bahwa

perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi secara signifikan dengan

peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap kualitas hidup seorang

lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan fungsi kognitif lebih banyak

kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan dengan keluarganya sendiri

(Aartsen, van Tilburg, Smits & Knipscheer, 2004 dalam Surprenant & Neath,

2007).

Hasil penelitian yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan status

kognitif dengan kualitas hidup lansia, juga didukung oleh teori Gitahafas, (2011)

lansia dengan gangguan fungsi kognitif/demensia mengalami penurunan

kemampuan dalam adaptasi terhadap lingkungannya. Lansia dengan gangguan

fungsi kognitif mulai kebingungan/tidak mampu mengenali tempat yang

biasanya ditinggali serta mengalami masalah dalam kehidupannya sosialnya. Hal

tersebut disebabkan oleh masalah kesehatan fisik yang akan membatasi untuk

beraktivitas di kehidupan sosialnya mengakibatkan timbulnya satu krisis dan

simptom-simptom psikologis yang akan mempengaruhi kualitas hidup pada

lansia.

Hasil penelitian yang didapat didukung oleh teori WHO (2008) gangguan

fungsi kognitif pada lansia yang bisa berkembang menjadi demensia, dapat

Page 85: Skripsi PDF

71

mengakibatkan lansia mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

(makan, minum, berpakaian, Buang Air Besar/Buang Air Kecil, dan lain

sebagainya), adanya perubahan emosi dan tingkah laku. Lansia dengan demensia

akan mengalami ketergantungan di dalam menjalankan semua aktivitasnya karena

dia dibantu oleh orang lain, kondisi tersebut dapat mempengaruhi kapasitas

fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta kesejahteraan lansia yang

didefenisikan sebagai kualitas hidup. Kualitas hidup mempengaruhi kesehatan

fisik, kondisi psikologis, tingkat ketergantungan, hubungan sosial dan hubungan

lansia dengan lingkungan sekitarnya (WHO, 2008).

Hasil penelitian yang didapat didukung oleh hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Novandhori 2008 dengan penelitian yang berjudul

“Hubungan Peran Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Mengalami

Gangguan Fungsi kognitif Di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas”. Analisis menggunakan pearson product moment menunjukkan

hubungan yang signifikan antara peran keluarga dan kualitas hidup lansia dengan

gangguan kognitif (r = 0,392 ; p < 0,05).

Menurut peneliti lansia dengan gangguan fungsi kognitif akan mengalami

masalah dalam kehidupan sosialnya. Hal tersebut disebabkan oleh masalah

kesehatan fisik yang akan membatasi lansia untuk beraktivitas di kehidupan

sosialnya. Kemunduran fungsi kognitif akibat penuaan dapat dihambat, salah satu

upayanya yaitu dengan menjaga kesehatan fisik. Kesehatan fisik dapat dijaga

dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan latihan olahraga secara

Page 86: Skripsi PDF

72

teratur sehingga lansia dapat memperpleh kesehatan jasmani yang baik serta

kualitas hidup lansia dapat meningkat.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini tidak luput dari keterbatasan dan hambatan

dalam pelaksanaannya. Keterbatasan dan hambatan yang ditemukan dalam

penelitian ini yaitu :

4.3.1 Penelitian ini terdapat faktor perancu yang yang dapat mempengaruhi

fungsi kognitif pasien yang tidak dapat peneliti homogenkan seperti jenis kelamin,

kekurangan vitamin D, hipertensi, pendidikan, bahasa, budaya dan pekerjaan

karena bila hal ini dilakukan maka peneliti akan kesulitan mendapatkan sampel.

4.3.2 Instrumen penelitian memiliki pertanyaan yang cukup banyak (30

pertanyaan) untuk status kognitif dan (26 pertanyaan) untuk kualitas hidup

sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses wawancara

4.3.3 Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

melalui pemberian kuisioner sehingga hasil yang diperoleh bersifat subyektif,

dimana jawaban responden sangat ditentukan oleh mood atau perasaan responden.

Page 87: Skripsi PDF

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dirumuskan kesimpulan sebagai

berikut :

1. Skor status kognitif lansia terendah adalah 16 sedangkan skor tertinggi adalah

29 dengan skor rata-rata status kognitif adalah 21,73 mengalami status

kognitif ringan. Hal ini disebabkan karena lansia aktif dalam kegiatan –

kegiatan yang telah diadakan.

2. Skor kualitas hidup terendah adalah 50 sedangkan skor tertinggi adalah 117

dengan skor rata-rata kualitas hidup lansia adalah 77,76 memiliki kualitas

hidup cukup baik. Hal ini disebabkan karena tingginya dukungan yang

diberikan baik fisik, biologis, mental dan sosial terhadap lansia.

3. Hasil uji Product Moment didapatkan nilai p value sebesar 0,000 < dari

tingkat signifikansi ditentukan yaitu 0,05, hasil ini menunjukkan ada

hubungan yang signifikan status kognitif dengan kualitas hidup lansia di Desa

Sanding Wilayah Kerja Puskesmas I Tampaksiring Tahun 2014. Nilai

koefisiensi korelasi sebesar 0,504 dapat diartikan bahwa variabel status

kognitif dengan variabel kualitas hidup memiliki derajat hubungan yang

sedang. Semakin rendah hasil nilai status kognitif lanisa mengindikasikan

Page 88: Skripsi PDF

74

gangguan kognitif yang semakin parah sehingga mempengaruhi kualitas

hidup lansia itu sendiri.

5.2 Saran

1. Bagi Keperawatan Komunitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah

pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia, serta

menggali potensi yang ada pada lansia dengan mengadakan kegiatan-kegiatan

yang kreatif seperti senam lansia, lomba antar lansia agar dapat memacu semangat

lansia untuk ikut secara aktif dalam kegiatan tersebut sehingga pasien mempunyai

kesempatan untuk melakukan interaksi dengan lansia yang lain. Upaya untuk

mempertahankan bahkan meningkatkan status kognitif lansia dapat dilakukan

dengan hidup sehat fisik dan rohani (olah raga teratur dengan makanan 4 sehat 5

sempurna), latihan mempertajam memori (kebugaran mental) seperti:

mengerjakan aktivitas sehari-hari secara rutin, misalnya membersihkan lemari es

setiap senin pagi; membuat daftar tugas tertulis, seperti jenis barang yang akan

dibeli; meneruskan belajar dan bekerja sesuai dengan kemampuan.

2. Bagi Lansia

Perlu memeriksakan kesehatan secara rutin di pelayanan kesehatan

terdekat serta tetap menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Selain itu untuk

menjaga vitalitas otak dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan seperti

melakukan aktivitas fisik yang cukup (senam lansia, menyapu, mencuci,

Page 89: Skripsi PDF

75

berkebun), bermain catur, interaksi sosial dengan orang lain, mengikuti kegiatan

di masyarakat dan melakukan hobi/ kegemaran.

3. Keluarga yang merawat

Keluarga diharapkan dapat memberikan peran motivator kepada lansia

supaya dapat menjalani masa tuanya dengan baik dan penuh semangat. Perilaku

keluarga dalam memberikan peran motivator meliputi kasih sayang pada lansia,

bersikap ramah, tidak bersitegang atau konfrontasi dan menunjukkan penampilan

yang selalu siap untuk membantu lansia

4. Bagi Peneliti yang lain

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang

berhubungan dengan hal yang mempengaruhi status kognitif dan kualitas hidup

lansia dan memperhatikan faktor perancu yang yang dapat mempengaruhi fungsi

kognitif dengan menghomogenkan sampel berdasarkan jenis kelamin, kekurangan

vitamin D, hipertensi, pendidikan dan pekerjaan.

Page 90: Skripsi PDF

76

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.Yogyakarta : Graha Ilmu

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha

Medika

Baiyewu. 2006. Analisis Faktor Sosiodemografi Yang Dapat Mempengaruhi

Kualitas Hidup Lansia. (Online) available : http://digilib.unimus.ac.id.

Diunduh tanggal 12 Maret 2014.

Darmono & Martono. 2010. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Dewi, 2010. Pelatihan Senam Otak meningkatkan Fungsi Kognitif Pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. [Skripsi]. Program

Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Dimsdale, 2007, Quality of life in behavioral medicine research. New Jersey :

Lawrence Exlbaum Associates Publishers.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2013. Laporan Tahunan Data Kesehatan Provinsi

Bali. Denpasar : Sub. Bagian Pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan

Provinsi Bali

Ellis. 2007. Fundamental of cognitive psychology. 5th ed. United States : Wm. C.

Brown Communications, Inc.

Fadhia N. 2012. Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kemandirian melakukan

Activities Of Daily Living (ADL) Pada Lansia Di UPT PSLU Pasuruan.

(Online) http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Najiyatul%20F.docx. Diunduh

tanggal 6 Maret 2014

Gitahafas. 2011. Kesehatan Otak. (Online) available :

http://www.health.detik.com. Diunduh tanggal 12 Maret 2014

Ghozally, 2005, Kecerdasan Emosi & Kualitas Hidup. Jakarta: Edsa Mahkota

Hidayat, 2014, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta

: Salemba Medika

Kurlowiez. 1999. Walking through doorways causes forgetting : Further

explorations. The Quarterly Journal Of Experimental Psychology.

Page 91: Skripsi PDF

77

(Online) available : http://nd.edu/~memory/Reprints/QJEP).pdf. Diunduh

tanggal 12 Maret 2014.

McGilton.2007. What is a Cognitive Ability/ What areCognitive Abilities. (Online)

http://www.sharpbrains.com/blog/2006/12/18/what-are-cognitive-abilities

12 Maret 2014.

Marchinko, S. 2008. The wellness planner : Testing an intervention designed to

increase empowerment and improve quality of life in individuals with

mental illness. University of Manitoba (Canada)). Pro Quest Dissertations

and Theses, n/a. Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/304402398?accountid=17242.

Myers. 2008. The Relationship Between Therapists’ Use Of Humor And

Therapeutic Alliance. (Online) available : http://rave.ohiolink.edu.

Diunduh tanggal 12 Maret 2014.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta :

EGC.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan, Edisi 2, Jakarta : Salemba Medika

_______ 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Nofitri, N F. 2009. Gambaran Kualitas Hidup Penduduk Dewasa pada Lima

Wilayah di Jakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Reguler

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, (online), di akses tanggal 28

Februari 2014.

Petersen et al. 2008. Memory Function In Normal Aging. Neurology. 42: 396-

401. In: Berkala Neuro Sains Vol. 1 No. 1. pp. 11-15.

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

Dan Praktik. Jakarta: EGC.

Prayitno. 2009. SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate.

Jogyakarta : Gava Medika

Ramdhani. 2008. Sikap Dan Beberapa Definisi Untuk Memahaminya. (online)

Available from : http://www.neila.staff.ugm.ac.id/wodrpress/2008/denifisi.

Diunduh tanggal 12 Maret 2014.

Page 92: Skripsi PDF

78

Ratna M dkk (2007). Kualitas Hidup Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah

Kemoterapi dengan EORTC QLQ-C30 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Majalah Farmasi Indonesia, 20(2) : 68-72.

Saidah, S. (2003). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Kognitif dan

Mental Organik

Saladin. 2007. Anatomy and physiology the unity of form and function. 4th ed.

New York: McGraw-Hill Companies inc: 513-561.

Salim, 2007, Gambaran Gangguan Kognitif pada Lanjut Usia Non demensia di

Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu. [Tesis]. Program Pendidikan Profesi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Sarafino, 2008, Healthy psychology. 2nded. New York : John Wiley n Sons.

Sarwono, 2010, Pengantar psikologi umum . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-

Sarwono Prawiharjo.

Setiabudhi. 2005.Panduan Gerontology Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Setiawati. 2010. Interaksi Sosial Ditinjau Dari Tingkat Depresi. Skripsi Fakultas

Psikologi Universitas Diponogoro Semarang. Tidak Dipublikasikan

Sutikno E. 2011. Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia.

[Skripsi]. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia, Depok

Sulianti, 2010, Perubahan Interaksi Sosial Lansia. (online) Available from :

http//www.mystopedia.com. Diunduh tanggal 12 Maret 2014.

Surprenant, A.M. & Neath, I. 2007. Cognitive Aging. Dalam J.M. Wilmoth &

K.F. Ferraro (Eds.). Gerontology : perspectives and issues (pp.89-110).

New York : Springer Publishing Company, LLC

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta

World Health Organization Quality of Life, 2008, Development Of The World

Health Organization WHOQOL-BREF Quality of Life Assesment.

Psychological Medicine

World Health Organization (2012). Definition of an older or elderly person.

Maret 3, 2014. http://www.who.int/healthinfo.

Page 93: Skripsi PDF

79

Wreksoatmodjo. 2012. Pemeriksaan Status Mental Mini pada Usia Lanjut di

Jakarta. Jurnal Medika.Vol.XXX, September, hal. 563.

Page 94: Skripsi PDF

Lampiran 9

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No

Kegiatan

Maret

2014

April

2014

Mei

2014

Juni

2014

Juli

2014

Agustus

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pesiapan

a Pengumpulan bahan

pustaka

b Studi pendahuluan

c Menyusun proposal

d Konsultasi proposal

e Ujian proposal

f Perbaikan proposal

2 Tahap pelaksanaan

a Mengajukan ijin

penelitian

b Melatih enumerator

c Pengumpulan data

d Pengolahan data

e Analisa data

3 Tahapakhir

a Penyusunan laporan

b Ujian hasil penelitian

c Perbaikan dan

penggandaan

d Publikasi hasil

penelitian

Page 95: Skripsi PDF

81

Lampiran 10

REALISASI ANGGARAN BIAYA

A. Persiapan

1

Studi pendahuluan

(biaya alat tulis dan transport) Rp. 100.000,00

2 Studi pustaka Rp. 200.000,00

3 Penyusunan proposal Rp. 200.000,00

4 Penggandaan proposal Rp. 200.000,00

5

Seminar proposal

(biaya ujian dan konsumsi) Rp. 200.000,00

B. Pelaksanaan

1 Pengurusan ijin Rp 100.000,00

2

Pengumpulan data (biaya penggandaan

instrumen, transport, honor petugas yang

membantu penelitian dan konsumsi)

Rp. 800.000,00

3 Pengolahan data Rp. 200.000,00

C. Tahap Akhir

1 Penyusunan Laporan Rp. 100.000,00

2 Penggandaan Laporan Rp. 200.000,00

3

Ujian sidang hasil penelitian

(biaya ujian dan konsumsi) Rp. 200.000,00

4

Revisi dan pengumpulan laporan

(biaya penggandaan laporan dan CD) Rp. 200.000,00

TOTAL Rp. 2.700.000,00

Page 96: Skripsi PDF

82

Lampiran 11

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Calon Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ria Fitriani

Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Keperawatan Wira Medika PPNI Bali

Bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul ”Hubungan Status

Kognitif Dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Sanding Wilayah Kerja

Puskesmas I Tampaksiring tahun 2014”. Untuk maksud tersebut, saya mohon

kesediaan bapak/ibu untuk turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

ini. Kerahasiaan data yang diberikan akan dijamin dan hanya diketahui oleh

peneliti serta pihak berkompeten.

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan sangat bermanfaat baik bagi

perawat, rumah sakit, institusi pendidikan dan pihak-pihak lain yang terkait untuk

mengetahui hasil tersebut. Apabila bapak/Ibu menyetujui permohonan ini, saya

persilahkan untuk menandatangani lembar pernyataan persetujuan untuk menjadi

responden (terlampir).

Atas perhatian dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Ria Fitriani)

Page 97: Skripsi PDF

83

Lampiran 12

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut

berpartisipasi sebagai responden penelitian ini. Sebelumnya saya telah diberi

penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini dan saya mengerti

peneliti akan menjaga kerahasiaan diri saya.

Demikian secara sadar, suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari

siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani

lembar persetujuan ini.

Gianyar, Juni 2014

Responden

----------------------------------

Page 98: Skripsi PDF

84

Lampiran 13

INSTRUMEN PENELITIAN

A. KARAKTERISTIK

Tanggal pemeriksaan :

No Responden :

1. Umur…………tahun

2. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

3. Pendidikan terakhir

Tidak Tamat SD/tidak sekolah Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMA/SMK

Tamat Diploma/Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan

Tidak bekerja Wiraswasta

PNS, TNI, Polisi Petani

Pegawai swasta buruh

2

1

1

2

3

4

5

3

4

6

1

2

5

Page 99: Skripsi PDF

85

B. PEMERIKSAAN STATUS KOGNITIF DENGAN MINI MENTAL

STATE EXAMINATION (MMSE)

No Aspek

Kognitif

Nilai

Maksimal

Nilai

Lansia

Kriteria

1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :

Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?

Kabupaten ……

Desa ……

Banjar …….

2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)

1 detik untuk mengatakan masing-masing

obyek. Kemudian tanyakan kepada klien

ketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan )

3 Atensi dan

konsentras

i

5 Minta klien untuk memulai dari angka 100

kemudian dikurangi 7 sampai 5

kali/tingkat.

4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga

obyek pada No 2 (registrasi) tadi. Bila

benar, 1 point untuk masing-masing

obyek.

Page 100: Skripsi PDF

86

5 Bahasa 2 Tunjukkan pada klien suatu benda dan

tanyakan namanya pada klien.

Bahasa 1 Minta klien untuk mengulang kata berikut

: “tak ada jika, dan, atau, tetapi”. Bila

benar, nilai satu point.

benar 2 buah : tak ada,

tetapi.

Bahasa 3 Minta klien untuk mengikuti perintah

berikut yang terdiri dari 3 langkah :

“Ambil kertas di tangan Anda, lipat dua

dan taruh di lantai”.

kertas di tangan Anda

dua

Bahasa 1 Perintahkan pada klien untuk hal berikut

(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)

mata Anda”

Bahasa 1 Perintahkan pada klien untuk menulis satu

kalimat dan menyalin gambar.

satu kalimat

Bahasa 1 Pasien disuruh menggambar bentuk di

bawah ini.

30 Dikutip dari: Asosiasi Alzheimer Indonesia. Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia

Alzheimer dan Demensia Lainnya. Jakarta, 2003

Page 101: Skripsi PDF

87

C. KUESIONER KUALITAS HIDUP

Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda

tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan,

pikirkan pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang

terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan

perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada

dua minggu terahir

NO

Pertanyaan

Sangat

buruk

Buruk Biasa-

biasa

saja

Baik Sangat

baik

1 Bagaimana menurut anda kualitas

hidup anda?

2 Seberapa puas Anda Terhadap kesehatan Anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut

ini dalam dua minggu terakhir

NO

Pertanyaan

Tidak

pernah

Jarang Sedang Sering Sangat

sering

3 Seberapa jauh rasa sakit fisik anda

mencegah anda dalam beraktivitas

sesuai kebutuhan anda?

4 Seberapa sering anda membutuhkan

terapi medis untuk dpt berfungsi

dlm kehidupan sehari-hari?

Tidak

pernah

Jarang Sedang Sering Sangat

sering

5 Seberapa sering anda menikmati

hidup anda?

6 Seberapa sering anda merasa hidup

anda berarti?

7 Seberapa sering anda mampu

berkonsentrasi?

8 Secara umum, Seberapa aman anda

rasakan dlm kehidupan anda sehari-

hari?

9 Seberapa sehat lingkungan dimana

anda tinggal (berkaitan dgn sarana

dan prasarana)

Page 102: Skripsi PDF

88

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam

empat minggu terakhir?

NO

Pertanyaan

Tidak

sama

sekali

Sedikit Sedang Sering

kali

Sepenuh

nya

dialami

10 Apakah anda memiliki tenaga yang

cukup untuk beraktivitas sehari-hari?

11 Apakah anda dapat menerima

penampilan tubuh anda?

12 Apakah anda memiliki cukup uang

untuk memenuhi kebutuhan anda?

13 Seberapa jauh ketersediaan

informasi bagi kehidupan anda dari

hari kehari?

14 Seberapa sering anda memiliki

kesempatan untuk bersenang-senang

/rekreasi?

Sangat

buruk

buruk Biasa-

biasa

saja

Baik Sangat

baik

15 Seberapa baik kemampuan anda

dalam bergaul?

Sangat

tidak

memua

skan

Tidak

memu

askan

Biasa-

biasa

saja

Memua

skan

Sangat

memuas

kan

16 Seberapa puaskah anda dengan tidur

anda

17 Seberapa puaskah anda dengan

kemampuan anda untuk

menampilkan aktivitas kehidupan

anda sehari-hari

18 Seberapa puaskah anda dengan

kemampuan anda untuk bekerja?

19 Seberapa puaskah anda terhadap

dirianda?

20 Seberapa puaskah anda dengan

hubungan personal / sosial anda?

21 Seberapa puaskah anda dengan

kehidupan seksual anda?

22 Seberapa puaskah anda dengan

dukungan yang anda peroleh dari

teman anda?

Page 103: Skripsi PDF

89

23 Seberapa puaskah anda dengan

kondisi tempat anda tinggal saat ini?

24 Seberapa puaskah anda degan akses

anda pada layanan kesehatan?

25 Seberapa puaskah anda dengan

transportasi yang harus anda jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-

hal berikut dalam empat minggu terakhir.

Tidak

pernah

Jarang Cukup

sering

Sangat

sering

Selalu

26 Seberapa sering anda memiliki

perasaan negative seperti kesepian,

putus asa, cemas dan depresi?

Sumber: Development Of The World Health Organization WHOQOL-BREF

Quality of Life Assesment. Psychological Medicine (World Health

Organization Quality of Life, 2008)

Kategori :

Skor total ≥ 96 = kualitas hidup baik

Skor total 61-95 = kualitas hidup cukup Skor total 26-60 = kualitas hidup kurang

Page 104: Skripsi PDF

90

Lampiran 14

Hasil Analisa Data

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-74 tahun 49 73.1 73.1 73.1

75-90 tahun 18 26.9 26.9 100.0

Total 67 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 32 47.8 47.8 47.8

Perempuan 35 52.2 52.2 100.0

Total 67 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 30 44.8 44.8 44.8

SD 18 26.9 26.9 71.6

SMP 6 9.0 9.0 80.6

SMA 8 11.9 11.9 92.5

Sarjana 5 7.5 7.5 100.0

Total 67 100.0 100.0

Page 105: Skripsi PDF

91

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 45 67.2 67.2 67.2

Wiraswasta 16 23.9 23.9 91.0

Petani 6 9.0 9.0 100.0

Total 67 100.0 100.0

Explore

Descriptives

Statistic Std. Error

Status kognitif Mean 21.73 .497

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 20.81

Upper Bound 22.65

5% Trimmed Mean 21.97

Median 22.00

Variance 14.230

Std. Deviation 3.772

Minimum 16

Maximum 29

Range 13

Interquartile Range 7

Skewness .111 .293

Kurtosis -1.378 .578

Page 106: Skripsi PDF

92

Descriptives

Statistic Std. Error

Kualitas hidup Mean 77.76 2.646

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 72.48

Upper Bound 83.04

5% Trimmed Mean 77.03

Median 62.00

Variance 468.912

Std. Deviation 21.654

Minimum 50

Maximum 117

Range 67

Interquartile Range 36

Skewness .428 .293

Kurtosis -1.463 .578

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Status kognitif Kualitas hidup

N 67 67

Normal Parametersa Mean 21.73 77.76

Std. Deviation 3.772 21.654

Most Extreme Differences Absolute .167 .275

Positive .167 .275

Negative -.150 -.132

Kolmogorov-Smirnov Z 1.367 2.248

Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .120

a. Test distribution is Normal.

Page 107: Skripsi PDF

93

Correlations

Correlations

Status kognitif Kualitas hidup

Status kognitif coefisien corelation 1 .504**

Sig. (2-tailed)

.000

N 67 67

Kualitas hidup coefisien corelation .504** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 67 67

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 108: Skripsi PDF

94

Page 109: Skripsi PDF

95

Page 110: Skripsi PDF
Page 111: Skripsi PDF
Page 112: Skripsi PDF