Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

35
VEKTOR PENYAKIT VIRUS, RIKETSIA, DAN BAKTERI

Transcript of Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Page 1: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

VEKTOR PENYAKIT

VIRUS, RIKETSIA, DAN

BAKTERI

Page 2: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.1. VEKTOR PENYAKIT VIRUS

3.1.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DHF= Dengue Hemorrhagic Fever)

Merupakan penyakit virus yang sangat

berbahaya

Sampai saat ini masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat

Vektor utama adalah nyamuk kebun

(Aedes aegypti), vektor potensial adalah

Aedes albopictus

Page 3: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 4: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 5: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

DAUR HIDUP

Metamorfosis sempurna selama 9 hari

Tempat perindukan : tempat-tempat berisi

air bersih yang letaknya berdekatan

dengan rumah penduduk (tidak lebih dari

500 m), meliputi tempat perindukan

buatan manusia dan tempat perindukan

alamiah

Page 6: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 7: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

PERILAKU

Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia

pada siang hari (dari pagi hingga petang) dengan

waktu puncak setelah matahari terbit(8.00-10.00)

dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00)

Pengisapan darah dilakukan didalam dan diluar

rumah

Page 8: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Tempat istirahat :

Semak-semak/tanaman rendah dan

rerumputan di halaman rumah atau kebun

Benda-benda yang tergantung didalam

rumah

Page 9: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Umur Nyamuk betina dewasa dialam:

10 hari ,di Lab: 2 bln

Jarak terbang +/- 40 m ; mampu

terbang 2 km

Page 10: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

EPIDEMIOLOGI

Ae aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia

Ae aegypti ditemukan di kota-kota pelabuhan

padat penduduk, juga di temukan di

pedesaan sekitar kota pelabuhan

Penyebaran Ae. Aegypti dari pelabuhan ke

desa dikarenakan larva yang terbawa melalui

transportasi yang mengangkut benda-benda

berisi air hujan

Page 11: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan)

Pengendalian

Perlindungan perorangan dari gigitan nyamuk(kawat kasa, kelambu, penyemprotan dindingrumah dengan insektisida, penggunaanrepellent saat berkebun)

Pembuangan atau mengubur benda-bendayang dapat menampung air hujan

Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air seminggu sekali

Page 12: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Abatisasi

Fogging dengan malathion minimal dua kali dengan jarak 10 hari di daerah yang terkenawabah

Pendidikan Kesehatan Masyarakat

Memonitor kepadatan populasi Ae aegyptipenting dalam upaya mengevaluasi adanyaancaman DHF dan untuk meningkatkan tindakanpengendalian vektor

Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa : memeriksa tempat-tempatperindukan di dalam dan di luar rumah(sebanyak 100 rumah di daerah pemeriksaan)

Page 13: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 14: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 15: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan)

Angka indeks yang perlu diketahui :

Angka rumah (house index): persentase

rumah yang positif larva Ae. Aegypti

Angka tempat perindukan ( container Index ):

persentase tempat perindukan yang positif

larva Ae. Aegypti

Angka Breteau ( Breteau Index ): jumlah

tempat perindukan yang positif larva Ae.

Aegypti dalam tiap 100 rumah

Page 16: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.1.2 PENYAKIT JAPANESE B.

ENCEPHALITISDi temukan di Asia Tenggara (Filipina, Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura) Di Indonesia penyakit tersebut belum banyak di pelajari, tetapi kemungkinan besar penyakit tsbjuga ada di Indonesia karena : Banyak kasusmeninggal dengan gejala klinis yang samadengan Jap. B. encephalitis

Kepadatan nyamuk vektor cukup tinggi dantelah dapat di isolasi virus Jap.B.encephalitisdari tubuh nyamuk yang di tangkap di sekitarJakarta

Page 17: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Gejala Klinis : demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise, mental disorientation.

Kematian terjadi 2-4 hari setelah terinfeksivirus

Vektor : Culex tritaeniorhynchus & Cx. gelidus

Tempat peristirahatan : dekat kandangternak (kerbau, sapi, babi)

Mengisap darah manusia dan darahbinatang (kerbau, sapi,babi,burung, bebek) pada malam hari di dalam atau luar rumah

Page 18: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.1.3. PENYAKIT CHIKUNGUNYA

Belum banyak dipelajari di indonesia, namun ditemukan penyakit tsb di Indonesia, karena virus Chikungunya telahdapat diisolasi dari nyamuk Ae. Aegypti di Jakarta

Gejala klinis mirip Jap. B. encephalitis, ditandai dengan demam, sakit kepalaseperti influenza dan penderita mengalamikelumpuhan motorik

Vektor : Ae aegypti dan Ae albopictus

Page 19: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.1.4. PENYAKIT DEMAM

KUNING

Vektor : Ae aegypti

Belum pernah dilaporkan di Indonesia

walaupun vektornya tersebar di seluruh

Indonesia

Di Amerika Selatan dan Afrika Selatan

penyakit tsb dilaporkan ada sejak puluhan

tahun

Gejala Klinis : pusing, sakit punggung,

demam, muntah. Kematian terjadi 5-8 hari

setelah terinfeksi

Page 20: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.2. VEKTOR PENYAKIT

RIKETSIA

3.2.1. Penyakit Demam Semak Demam

semak = Scrub typhus, tsutsugamushi

disease, Delikoorts

Di temukan di Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, Irja

Page 21: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Penyebab penyakit : Rikettsia

tsutsugamushi

Gejala klinis : kepala pusing, malaise,

limfodenitis, adanya escar.

Angka kematian berkisar 1 - 60%

Vektor : Leptotrombidium akamusi, L.

deliensis, L. fletsheri

Page 22: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

DAUR HIDUP

Metamorfosis tak sempurna (telur-larva-

nimfa-dewasa) selama 1 – 2 bulan

Stadium larva mengisap darah manusia

dan binatang mamalia

Penularan transovarian : sejak larva

Leptotrombidium mendapatkan infeksi

Rickettsia sampai menjadi larva generasi

berikutnya masih tetap infektif

Page 23: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Leptotrombidium dewasa berukuran ± 1 mm

Hidup sbg pemangsa arthropoda lain dan

pemakan tanaman

Hanya stadium larva yang menghisap darah

mamalia dan manusia

Telur diletakkan ditanah atau tangkai tanaman

spt. rumput atau semak

Larva mencari mangsa untuk menghisap darah

Sta. nimfa dewasa

Pertumbuhan telur dewasa memerlukan waktu

1-2 bulan

Page 24: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 25: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 26: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 27: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 28: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

EPIDEMIOLOGI

R. tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit

tikus ladang

Pencegahan Penularan : Menghindari kontak

dengan tungau saat bekerja di ladang/hutan di

daerah endemi, yaitu membedaki kaos kaki dan

sepatu yang dipakai dengan serbuk DDT 10%

Menelan kloramfenikol 500 mg sehari selama 10

hari selama bertugas di ladang/hutan

Page 29: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

3.3. VEKTOR PENYAKIT

BAKTERI

3.3.1. Vektor Penyakit Pes

Pernah di temukan secara endemi di

Jawa Tengah Tahun 1968 terjadi epidemi

di Boyolali dengan banyak kematian

Di sebabkan oleh bakteri Yersinia pestis

Vektor : Pinjal Xenopsylla cheopis,

Stivalius cognatus, Neopsylla sondaica

Page 30: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

Manusia terinfeksi melalui gigitan pinjal atau tinja

pinjal yang mengandung Y. pestis

Gejala Klinis : peradangan dan pembesaran

kelenjar limfe terbentuk benjolan/bubo (disebut

pes bubo/bubonic plague) Y. pestis masuk ke

dalam peredaran darah (disebut pes

septikimia/septichemic plague) masuk kedalam

paru (disebut pes paru/pulmonic plague).

Penderita dapat meninggal dalam 2-3 hari setelah

terinfeksi

Cara penularan : Propagatif

Page 31: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

DAUR HIDUP

X. Cheopis, S. Cognatus dan N. Sondaica

termasuk ordo Siphonaptera

Badan pipih

Berukuran 1,5-4 mm

Pinjal hidup sebagai parasit tikus ladang dan

bersarang di antara bulu tikus

Mengalami metamorfosis sempurna selama 18

hari

Page 32: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 33: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 34: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri
Page 35: Vektor penyakit virus, riketsia, dan bakteri

EPIDEMIOLOGI

Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis)

Pemberantasan:

Menangkap tikus dengan perangkap dan membunuhnya

Memberantas tikus dengan insektisida DDT dan BHC

(bensin heksaklorida) Upaya pemberantasan tsb

berbahaya, yaitu bila pinjal kehilangan hospesnya (tikus),

pinjal mencari hospes baru.

Jalan keluar: Tikus yang tertangkap dibersihkan pinjalnya

kemudian dilepas dan ditangkap kembali pada

penangkapan berikutnya

Mempertahan populasi tikus di daerah endemi pada

jumlah minimal ttt dan di pantau dengan indeks pinjal