ekspresi vascular endothelial growth factor pada karsinoma ...
Vascular Cognitive Impairment (VCI)
-
Upload
osi-kusuma -
Category
Documents
-
view
471 -
download
7
Transcript of Vascular Cognitive Impairment (VCI)
PETUNJUK TEKNIS
DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF PADA
FAKTOR RISIKO VASKULAR
Pusat Intelegensia Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ..i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ..ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................... ..1
B. Tujuan ............................................................................................ ..3
C. Sasaran .......................................................................................... ..3
D. Ruang Lingkup ............................................................................... ..4
BAB II TINJAUAN TEORITIS PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT
FAKTOR RISIKO VASKULER ............................................................ ..5
A. Definisi ............................................................................................ ..5
B. Mekanisme Terjadinya Penurunan Kognitif akibat
Faktor Risiko vaskuler .................................................................... ..6
C. Gejala Penurunan Kognitif akibat Faktor risiko vaskuler ................. ..7
D. Pemeriksaan Penurunan Kognitif akibat
Faktor risiko vaskuler.. .................................................................... ..7
E. Faktor Resiko.....................................................................................8
BAB III DETEKSI DINI DAN TATA LAKSANA ................................................. ..9
A. Deteksi Dini .................................................................................... ..9
B. Tata Laksana .................................................................................. .11
BAB VIII PENUTUP ......................................................................................... 18
LAMPIRAN
MOCA-INA
CERAD-neuropsychological battery
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban
ganda di satu pihak penyakit tidak menular masih merupakan masalah kesehatan
dasar di mana masih banyak kasus yang belum terselesaikan bahkan beberapa
penyakit menular yang semula dapat diselesaikan bahkan beberapa penyakit menular
yang semula dapat dikendalikan muncul kembali dengan tidak menggenal batas
daerah maupun batas antarnegara dilain pihak telah terjad peningkatan kasus
penyakit tidak menular akibat adanya kecendrungan berubahnya gaya hidup serta
penyakit degeneratif
kecenderungan pergeseran penyakit vascular pada usia lebih muda akibat
perubahan perilaku, pola makan, dan stressor yang tinggi menyebabkan prevalensi
penyakit vascular meningkat yang dapat menurunkan aktivitas kerja sehari-hari pada
kelompok umur produktif.
Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut
sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui kalau diirinya mengidap
hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena
dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi.
Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernitas, dan globalisasi
memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan
hipertensi.
Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan
kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit
cerebrovasculer. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di
Indonesia adalah sebesar 31,7% (Riskesdas 2007)
Hipertensi pada pembuluh darah otak subkortikal dapat menyebabkan kerusakan
struktural sistem kognitif di otak yang berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
Tingginya angka prevalensi hipertensi menyebabkan tingginya gangguan kognitif akibat
faktor resiko. Kekerapan gangguan kognitif penyandang hipertensi meningkat 7-9 %
bila tekanan darah tidak terkontrol. Diagnosis dini gangguan kognitif sangat penting
untuk mencegah penurunan kognitif yang lebih buruk lagi. Didukung dengan penemuan
pada populasi usia lanjut 1 sampai 2 % menjadi demensia pertahun dan pada populasi
Mild Cognitive Impairment dimana 6 -25 % pertahun dan 50 % dalam 3 – 5 tahun
menjadi demensia.
Jika penyandang faktor risiko vaskuler dengan penurunan fungsi kognitif akan
menurunkan kualitas dan produktivitas hidup di masyarakat. Penurunan fungsi kognitif
pada penyakit vaskular sulit didiagnostik karena banyaknya faktor yang berpengaruh
terhadap kerusakan pembuluh darah seperti gangguan degeneratif, gangguan
metabolic, dan penyakit-penyakit darah lainnya.
Masalah tersebut diatas merupakan masalah pada kesehatan masyarakat (public
health problem) yang membutuhkan penanggulangan khusus terhadap faktor risiko
yang dapat meyebabkan penurunan fungsi-fungsi kognitif. Maka setiap pengelola
program penanggulangan hipertensi dengan faktor risiko dituntut untuk mampu
melakukan deteksi dini diagnostik gangguan kognitif akibat faktor resko vaskuler, serta
intervensi yang sesuai. Oleh karena itu perlu disusun suatu pedoman yang dapat
memberikan manfaat yang lebih banyak untuk kepentingan masyarakat dan negara
dalam hal peningkatan kualitas hidup dan produktivitas penyandang hipertensi.
Berpijak dari kondisi di atas, maka Pusat Intelegensia Kesehatan menyusun
pedoman deteksi dan tata laksana pada kerusakan kognitif akibat faktor risiko vascular
yang dapat digunakan oleh para tenaga kesehatan di masyarakat untuk melakukan
deteksi dini terhadap kerusakan kognitif akibat faktor risiko vaskular. Apabila terdeteksi
adanya kerusakan kognitif akibat faktor risiko vaskular, maka dilakukan tata laksana
gangguan kognitif di tingkat layanan primer yang dilanjutkan pemeriksaan kognisi dan
vaskular di rumah sakit untuk menanggulangi masalah yang muncul. Diharapkan kualitas
kualitas hidup penyandang hipertensi akan lebih baik pada tahun-tahun mendatang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keterampilan teknis dan pemahaman tenaga kesehatan untuk
mendeteksi dini dan menanggulangi penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan prinsip tata laksana deteksi masalah penurunan kognitif akibat
faktor resiko vaskular di berbagai tingkat layanan baik itu tingkat dasar maupun
tingkat layanan rujukkan sedini mungkin
b) Sebagai acuan bagi para pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat
pusat dan daerah dalam menanggulangi penurunan kognitif akibat faktor resiko
vascular untuk merancang program atau kegiatan, pelayanan, perawatan,
pengasuhan, pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c) Terlaksananya deteksi dini dan penatalaksanaan penurunan kognitif akibat faktor
resiko vascular
d) Tersedianya data dalam sistem pelayanan kesehatan untuk gangguan kognitif
akibat faktor resiko vaskular
e) Terbangunnya sistem pelayanan penurunan kognitif akibat faktor resiko vaskular
yang terintegerasi dengan program Penyakit Tidak Menular (PTM)
C. SASARAN
Indikator ditetapkan dengan kurun waktu Tahun 2010-2014, dengan target
pencapaian layanan (sasaran manfaat) pada tahun 2014, 15% dinas kesehatan
propinsi melaksanakan kegiatan deteksi dini VCI (Vascular Cognitive Impairment)
dengan faktor risiko hipertensi.
Sasaran pengguna pedoman ditujukan pada tenaga pelaksana kesehatan yang
akan melakukan kegiatan di tingkat pelayanan primer dan rujukkan yaitu:
a. Sebagai acuan rencana strategis penentu kebijakan dan pengelola program di
berbagai instansi tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten yang terkait dengan
kesehatan intelegensi.
b. Tenaga kesehatan perawat atau terapis disesuaikan dengan situasi kondisi
ketersediaan tenaga setempat.
c. Organisasi profesi yang terkait dengan pelaksanaan program.
D. RUANG LINGKUP
Dalam pedoman umum diuraikan tentang:
1. Analisis situasi pada kesehatan inteligensi yaitu fasilitas, sumber daya manusia,
kebijakan, dan sistem pelayanan.
2. Tinjauan teoritis penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler
3. Deteksi Dini dan Tata laksana
4. Pola rujukan kasus untuk tindak lanjut pemeriksaan spesifik faktor risiko vaskular
dan gangguan kognitif
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT FAKTOR RISIKO VASKULER
A. DEFINISI
Penurunan fungsi kognitif akibat faktor risiko vaskuler di otak adalah suatu
kumpulan gejala klinik dari beberapa kondisi yang disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah di otak yang mengenai struktur pada sistem persarafan di otak berupa
proses hipoksia dan iskemik. Sedangkan gangguan fungsional pada daerah spesifik
yang mengatur fungsi kognitif berupa gangguan fungsi eksekutif yang meliputi
gangguan kognitif, perilaku, emosional, dan gangguan atensi. Penurunan fungsi kognitif
akibat faktor risiko vaskuler di otak dapat menyertai ganguan serangan otak/ stroke
akut. Faktor resiko yang menjadi penyebab stroke pada awalnya tidak menyebabkan
gangguan fungsi kognitif dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
serangan stroke sendiri atau gangguan fungsi kognitif itu yang lebih berat. Oleh karena
itu pencegahan dan penanganannya melalui pendekatan faktor resikonya adalah salah
satu tindakan awal untuk mendeteksi gangguan fungsi kognitif sebelum stroke yang
dapat ditemui di tingkat pelayanan dasar atau di masyarakat. Sedangkan serangan
stroke akut yang disertai dengan gangguan kognitif perlu penanganan segera pada
awal serangan stroke untuk mencegah bertambah berat gangguan fungsi kognitif
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penyandang stroke dan mencegah dari
kecacatan.
Keadaan saat ini penanggulangan di tingkat masyarakat untuk mendeteksi
gangguan kognitif yaitu pada penderita yang mempunyai hipertensi berkaitan dengan
stroke, sedangkan penanggulangan gangguan fungsi kognitif dengan stroke akut belum
dilakukan penanganan secara cepat, sehingga gangguan kognitif bertambah berat dan
akhirnya penderita akan mengalami kecacatan sosial.
B. MEKANISME TERJADINYA PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT FAKTOR RISIKO
VASKULER
Mekanisme vaskular berawal dari sinstem otak manusia yang bersifat komplek dan
terintegrasi. Kemampuan fungsi otak diatur oleh hubungan sinaps/ jaringan antar sel
saraf yang sangat kompleks. Bila terjadi kerusakan minimal pada jaringan saraf
seringkali tidak terlihat pada gejala yang timbul, tetapi jika terjadi kerusakan diatas
ambang batas di otak, maka gejala penurunan kognitif pasti muncul dan dapat dinilai.
Kesimpulannya bila terjadi kerusakan vaskular pada proses di otak maka dapat
dideteksi dan terapi sedini mungkin.
Mekanisme yang terjadi pada gangguan di vaskular antara lain ;
1. Infark pada otak
2. Kerusakan substansia alba di otak
3. Perdarahan intracranial
4. Gangguan fungsi system barrier di pembuluh darah otak
5. Gangguan autoregulasi pembuluh darah otak dan proses hemodinamik otak
Infark pada otak banyak disebabkan oleh stroke. Penyakit stroke adalah salah satu
penyakit yang tertinggi angka kesakitan dan kematiannya. Kerusakan fokal atau
multiple pada otak dapat menyebabkan dan menentukan besarnya penurunan kognitif
akibat vascular. Berdasarkan penelitian selama 4 tahun didapatkan bahwa 5 dari 37
pasien yang memiliki infark dan yang memiliki intelektual yang baik, ternyata setelah
beberapa tahun kemudian memiliki kerusakan kognitif secara progresif dari tahun
pertama sampai tahun keempat setelah terkena stroke awal. Karena hasil studi ini
maka sangat penting untuk mengetahui penurunan kognitif akibat hasil stroke yang
didapat, karena pasti akan mengalami gangguan dan kerusakan pada kognitif.
Disisi lain infark di otak dapat juga disebabkan oleh emboli arteri, thrombosis di
intracranial dan ekstrakranial, emboli jantung, kerusakan pembuluh darah kecil dan
infark lakunar, hiperperfusi di otak, perdarahan otak, hiperviskositas otak,
hiperkoagulasi, radang otak, dan penyakit genetik vaskular.
C. GEJALA PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT FAKTOR RISIKO VASKULER
Terdiri gejala vaskular dan gejala kognitif
1) Gejala vaskular seperti :
a) Sakit kepala,
b) Sesak nafas apabila melakukan aktivitas,
c) Tekanan darah yang tinggi,
d) Ekg yang menunjukkan kelaianan.
2) Gejala kognitif meliputi gangguan pada :
a) Atensi : tidak bisa berkonsentrasi
b) Memori : sering lupa
c) Bahasa : afasia sensorik dan motorik
d) Visuospasial : salah mengenal arah
e) fungsi eksekutif : tidak bisa menghitung / kalkulasi, tidak bisa berkonsentrasi,
gangguan proses pengambilan keputusan
D. PEMERIKSAAN PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT FAKTOR RISIKO VASKULER
Pemeriksaan vaskular pada pembuluh darah otak dapat dilakukan dengan
pemeriksaan klinik patologi didapatkan hasil adanya kerusakan lesi pada perenkim
otak. Faktor risiko vaskuler secara fungsional dapat dilihat dengan transcranial dopler.
Penurunan fungsi kognitif akibat ganguan vaskular dapat ditegakkan diagnostiknya
adanya faktor resiko vaskular dan didapatkan penurunan fungsi kognitif yang dapat
dilakukan dengan pemeriksaan neuropsikologi. Gambaran klinis gangguan penurunan
fungsi kognitif dapat berupa gangguan memori sesaat, gangguan atensi, gangguan
visuospasial, gangguan bahasa, dan gangguan fungsi eksekutif. Yang semuanya
dapat diukur dengan pemeriksaan neuropsikologi yang mendasar.
Hal-hal umum yang diperiksa pada penilaian kognitif, adalah
a) Atensi dan Konsentrasi
b) Memori
c) Kemampuan belajar
d) Kemampuan mengingat kembali
e) Memori visual
f) Fungsi Eksekutif
g) Berpikir abstrak
h) Bahasa
E. LOKASI KELAINAN
Penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler biasanya banyak terdapat pada
kerusakan di pembuluh darah kecil ( small vessel disease ) di otak dan khususnya di
daerah limbik, paralimbik, diensefalon, basal otak bagian depan, lobus frontal dan
substansia alba di daerah area 44. Gangguan fungsi eksekutif, kemampuan verbal dan
gerakan psikomotor adalah hal yang membedakan penurunan kognitif akibat faktor
risiko vaskuler atau demensia akibat faktor risiko vaskuler. Pada penurunan kognitif
akibat faktor risiko vaskuler mempunyai gangguan yang menonjol yaitu terdapat
gangguan fungsi eksekutif, atensi, kemampuan verbal dan psikomotor, akan tetapi
memiliki gangguan memori yang ringan.
F. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat menyebabkan penurunan kognitif akibat gangguan
vascular antara lain :
a) Darah tinggi
b) Diabetes melitus
c) Hiperhomosistein
d) Hiperkolesterol
e) Abnormal lipid
f) Kegemukan/obesitas
g) Alkohol
h) Gangguan protrombin
i) Gangguan hemodinamik
j) hiperviskositas
k) Merokok
l) Stroke
m) Gangguan Jantung
Penyakit pembuluh darah otak dan stroke merupakan faktor resiko terbesar
menimbulkan penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler. Berdasarkan penelitian
bahwa penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler sering terjadi di area lakunar
yang disebut infark lakunar. sedangkan lakunar infark paling sering disebabkan oleh
faktor resiko hipertensi. oleh karena itu sudah pasti penderita penurunan kognitif akibat
faktor risiko vaskuler pasti akan meningkat di Indonesia seiring dengan peningkatan
kasus hipertensi di Indonesia.
Oleh karena itu pusat pemeliharaan, peningkatan, dan penanggulangan
intelegensia kesehatan membuat pedoman penurunan kognitif akibat faktor risiko
vaskuler untuk mendeteksi dan menanggulangi masalah penurungan kognitif yang
timbul di masyarakat.
BAB III
KEGIATAN DETEKSI DINI DAN TATA LAKSANA
Deteksi dini memberikan gambaran perkembangan penurunan kognitif awal akibat
faktor risiko vaskuler sebelum terjadinya kerusakan lanjut yang menyebabkan penurunan
kualitas hidup manusia. cara pendekatan, prinsip-prinsip deteksi dini dan tata laksana
penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler memerlukan pendekatan khusus di tingkat
layanan primer maupun tingkat rujukan dengan menggunakan instrumen instrument
penilaian khusus dan bentuk-bentuk intervensi khusus.
Deteksi dini dan tata laksana faktor risiko vaskular dengan gangguan kognitif
dilakukan pada penyandang hipertensi, terutama pada kelompok usia lanjut. Yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkesinambungan.
Kegiatan deteksi dini dan tata laksana gangguan kognitif pada faktor resiko
vaskuler dilakukan dengan tahapan :
A. DETEKSI DINI
1. Deteksi Dini Faktor Risiko vaskular
Penilaian faktor risiko vaskular meliputi:
a) Wawancara dengan menggunakan kuisioner yang meliputi identitas diri,
riwayat penyakit, riwayat anggoat keluarga yang menderita DM, penyakit
jantung koroner, hiperkolesterol.
b) Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi.
c) Pengukuran indeks antropometri yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan,
lingkar pinggang, dan lingkar pinggul.
d) Pemeriksaan laboratorium darah antara lainTes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) bagi yang belum tahu atau belum pernah terdiagnosis. TTGO yaitu
pemeriksaan kadar gula darah pada 2 jam setelah minum larutan 75 gr
glukosa, Kadar Kolesterol Darah (Kolesterol Total, LDL, HDL, dan
Trigliserida).
2. Deteksi Dini Gangguan Kognitif
Deteksi dini gangguan kognitif dilakukan dengan menggunakan instrumen
Montreal Cognitive Assessment (MOCA) yang telah divalidasi di Departement
Neurologi FKUI RSCM.
Komponen-komponen penilaian deteksi dini gangguan kognitif meliputi:
a) Penilaian Visuospasial/eksekutif
b) Penamaan (naming)
c) Memori
d) Atensi
e) Bahasa
f) Abstraksi
g) Delayed Recall
h) Orientasi
Penilaian ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat pelayanan
primer (puskesmas) dan ditindaklanjuti di tingkat rumah sakit divisi neurobehavior
departemen neurologi
B. TATA LAKSANA
Sebagai upaya tata laksana faktor risiko vaskular dapat dilakukan di puskesmas
maupun di rumah sakit.
1. Tata laksana faktor risiko vaskular di puskesmas meliputi:
a) Penatalaksanaan perilaku
b) Mengatasi obesitas /menurunkan kelebihan berat badan
c) Mengurangi asupan garam di dalam tubuh
d) Menciptakan keaddaan rileks
e) Melakukan olah raga teratur
f) Berhenti merokok
g) Mengurangi konsumsi alkohol
h) Terapi farmakologois
2. Tata laksana faktor risiko vaskular di rumah sakit meliputi:
a) Penilaian lanjut faktor risiko vaskular menggunakan instrument / peralatan
spesifik khusus
b) Penilaian vaskular yaitu anamnesis keluhan vaskular seperti sakit kepala,
sesak nafas apabila melakukan aktivitas, tanda-tanda khusus gangguan
vascular lainnya, pemeriksaan tekana darah, EKG, dan pemeriksaan lainnya
(TCD, EECP).
c) Terapi farmakologis untuk pencegahan komplikasi akibat faktor risiko vaskular
dan pengobatan komplikasi akibat faktor risiko vaskular.
3. Tata laksana Gangguan Kognitif
Tata laksana gangguan kognitf dilakukan melalui pendekatan Brain
Restoration sesuai dengan gangguan yang didapat dari hasil penilaian deteksi dini
dengan instrument MOCA-INA ataupun dengan CERAD-neuropsychological
battery. Tata laksana gangguan kognitif secara garis besar meliputi:
a) Atensi
Atensi adalah suatu komponen proses kognitif yang berkaitan erat
dengan tingkat kesadaran yang tinggi (High Consius) yang berkaitan erat
dengan fungsi kognitif (High Cortical Function).
Penanganan tata laksana dapat dilakukan oleh tenaga perawat terlatih
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Gunakan model penanganan yang disesuaikan dengan teori atensi
2) Gunakan terapi kegiatan yang terorganisir secara hirarkis.
3) Lakukan secara berulang-ulang
4) Keputusan jenis penanganan dipilih berdasarkan data pasien
5) Secara aktif memfasilitasi generalisasi dari awal pengobatan
6) Latihan diberikan bersifat fleksibel
Aktivitas latihan berupa :
1) Atensi Penerimaan (Sustained attention) :
- Latihan yang memerlukan mendengarkan kata-kata atau urutan kata
dalam kaset, dan menekan bel bila sudah mengenal kata atau urutan
tersebut
- Latihan mendengarkan dari pengertian suatu paragraph
- Latihan yang membutuhkan sebuah urutan nomor urut yang didengar
dan disajikan dalam bentuk urutan menaik atau menurun
- Latihan berhitung
2) Atensi Alternatif (Alternating Attention)
- Latihan yang memerlukan mendengarkan untuk satu jenis kata atau
urutan dalam kaset yang diberikan, dan kemudian beralih untuk
mendengarkan jenis yang berbeda kata atau urutan
- tugas-tugas yang menghasilkan angka atau huruf
- Kegiatan di mana responden dimulai dengan nomor yang ditunjuk dan
kemudian ditukar dengan menambahkan dan mengurangkan nomor
yang dipilih
3) Atensi Untuk Seleksi (Selective Attention)
- Diberikan dua macam rangsangan secara bersamaan yaitu mendengar
bunyi musik sambil berbicara. Apakah aktifitas tersebut dapat dilakukan
dengan perhatian tetap pada satu aktifitas
- Setiap perhatian yang dilakukan terus menerus sambil diberikan latar
belakang dengan kebisingan
4) Pembagian Perhatian (Divided Attention)
- Membaca paragraf untuk pemahaman dan sekaligus memindai kata
(misalnya, saat membaca, klien harus menghitung jumlah angka)
- Pada waktu yang sama menyelesaikan tugas yang membutuhkan
perhatian yang terus menerus sambil melakukan tugas lain contoh :
komputer
- Menyelesaikan tugas-waktu pemantauan (yang membutuhkan waktu
perhatian) sambil melakukan aktivitas perhatian lain yang berkelanjutan
b) Memori
Memori merupakan komponen penting sebagai suatu proses
penyimpanan informasi (information storage) dan proses pemanggilan kembali
informasi tersebut (retrieval/recall information) Latihan memori dapat dilakukan
dengan pengulangan dari suatu pelatihan
1) Memori melalui praktek latihan
- Penggunaan memori untuk meningkatkan latihan memori menunjukkan
bahwa memori dapat diperkuat
- Menyarankan bahwa latihan memori kemungkinan besar dapat
disebabkan melalui peningkatan kemampuan pusat perhatian.
- Kami telah melakukan pada klien yang memiliki gangguan "memori"
hasilnya telah berkurang setelah mengikuti pelatihan dalam proses
perhatian (Sohlberg & Mateer, 1989)
2) Memori melalui strategi pelatihan
- Melalui visual
- Strategi organisasi verbal (misalnya, membentuk akronim; membuat
asosiasi kata dengan memasangkan beberapa kata-kata)
- Elaborasi semantik (menghubungkan kata-kata atau ide-ide dalam
cerita)
3) menentukan pelatihan memori yang akan dilakukan
- Teknik restoratif dirancang khusus untuk meningkatkan memori pasien
yang berfungsi untuk meningkatkan proses dalam fungsi memori.
4) Metamemory pelatihan
- Mengajar selfinstructional untuk mengajar rutinitas pemantauan diri
(yaitu, eksekutif strategi) agar meningkatkan fungsi memori mereka.
c) Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif merupakan kemampuan untuk melakukan penalaran dan
pengambilan keputusan. Pendekatan melaui metode bottom up dan Top down
yaitu :
1) Melakukan gerakan atau latihan berulang
2) Stimulasi sensorik
3) Kendala-induced terapi gerakan (CIMT)
4) Pelatihan diskriminasi fonemis atau akustik
5) Penyediaan tanda atau signal eksternal untuk mempertahankan perhatian
6) FST: kekuatan pelatihan fungsional
7) NDT: terapi neuro-perkembangan
ALUR DETEKSI DINI DAN TATA LAKASANA
GANGGUAN KOGNITIF PADA FAKTOR RISIKO VASKULAR
BRAIN RESTORASI
Deteksi Dini faktor Risiko Vaskuler
BRAIN
STIMULASI
menggunakan instrument MOCA:
penyandang Faktor Risiko
Vaskular berusia di atas 50
tahun (DETEKSI DINI PTM
HIPERTENSI (lihat pedoman
PTM)
DETEKSI DINI
GANGGUAN
KOGNITIF
DEMENTIA MCI AAMI NORMAL
TATA LAKSANA
DETEKSI DINI
GANGGUAN
VASKULER
PRINSIP PENANGANAN GANGGUAN KOGNITIF PADA FAKTOR RISIKO VASKULER
FAKTOR RESIKO ANAMNESIS
(wawancara untuk menegakkan
diagnostik)
TATA LAKSANA
(tindak lanjut hasil deteksi
dini)
Hipertensi
Adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 120 mmHg
dan diastolik ≥ 80 mmHg
Usia
mempengaruhi terjadinya Hipertensi
<50 tahun
>65 tahun
Stroke
Faktor Resiko
Adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit. Terdiri dari:
a. Faktor Risiko yang tidak dapat
diubah
b. Faktor Risiko yang dapat diubah
Deteksi dini
Adalah penilaian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya
penyakit
Brain Restoration
Tindakan keterapian
fungsional pada kerusakan
otak
Rawat jalan Rawat inap
Dapat ditanggulangi
di Pusat Rehab/
PKM
Tidak dapat ditanggulangi, perlu penanganan lebih lanjut
Penanganan Gangguan Kognitif Pada Faktor
Risiko Vaskuler
Ada Masalah
Penyandang Faktor Risiko
Vaskuler
Rujuk
Rujuk
Dokter Umum
Kader
Penanganan
Khusus
Instrumen deteksi
penurunan kognitif
akibat gangguan
vaskular
ALUR PELAYANAN PENURUNAN KOGNITIF AKIBAT GANGGUAN VASKULAR
Rujuk ulang
Penanganan hanya dapat dilakukan di rumah sakit
• Dokter spesialis penyakit dalam
Psikolog klinis konsultan
Intervensi
INSTRUMENT MOCA
BAB IV
PENUTUP
Petunjuk Teknis Deteksi Dini Gangguan Kognitif Pada Faktor Risiko Vaskular
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan atau pengelola
program sehingga mampu merencanakan, melaksanakan dan melakukan penialaian
kegiatan dalam pengendalian penurunan cognitive akibat gangguan vascular.
Upaya deteksi dan penanggulangan penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler
merupakan kegiatan baru, dan diharapkan para pengambil kebijakan dan masyarakat
dapat berperan aktif dengan menigkatkan jejaring kerja, nasional dan internasional yang
melibatkan lintas program dan lintas sector terkait. Oleh karena itu, berbagai upaya
terutama peningkatan sumber daya baik tenaga, biaya dan fasilitas peralatan pendukung
sangat diperlukan dalam fase pengembangan, fase pemantapan dan fase penguatan
system dalam kegiatan penanggulangan penurunan kognitif akibat faktor risiko vaskuler.
Akhir kata, masukan dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
untuk perbaikan pedoman deteksi dan penanggulangan penurunan kognitif akibat faktor
risiko vaskuler ini, yang disesuaikan dengan perkembangan dunia kesehatan di masa
mendatang.